Saliva collection Unstimulated (resting) saliva was collected
after the patient rinsed out his mouth with water. The first
mouthful of saliva is collected into small plastic polyethylene
tube. The collection period was 20 minutes and the sampling time
was always between 9-11 A.M. The collected saliva was cold
centrifuged at 2500 rpm for 10 minutes at 0-5C. The centrifuged
supernatants were stored frozen at (-20C) until time of analysis.1.
AlbuminPanjang gelombang maksimum untuk masing-masing larutan yang
berbeda adalah berbeda juga, sebagai contoh larutan metilen biru
berdasarkan literatur memiliki panjang gelombang maksimum sebesar
660 nm sedangkan larutan standar Bovine Serum Albumin (BSA)
memiliki panjang gelombang maksimum 595 nm (Cahyanto, 2008).Serum
atau plasma yang mengandung albumin bila direaksikan dengan
pereaksi biuret maka akan terbentuk kompleks berwarna biru atau
ungu yang dapat diukur absorbansinya dengan spektrofotometri
visible pada panjang gelombang 540-546 nm. Pada praktikum ini,
panjang gelombang yang digunakan adalah 546 nm.Alat dan Bahana.
AlatTabung reaksiRak tabung reaksiGelas beakerPipet tetesPipet
mikroSentrifugatorSpektrofotometerb. BahanLarutan natrium sulfit
25%Sampel Serum atau plasmaEterStandar albumin 4% b/v (Bio
Analitika)Pereaksi biuretAquadest Cara KerjaDimasukkan 2 ml larutan
natrium sulfit 25% ke dalam tabung reaksiTambahkan 0,2 ml serum
atau plasma dan 2 ml eter, campur hingga homogeny, tabung ditutup
dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik.Tabung disentrifugasi, lalu
eter dan larutan protein (lapisan atas) dikeluarkan dengan
penghisap atau tabung dimiringkan dan cairan diambil dengan pipet
mikroLaruta yang tersisa mengandung albumin (lapisan bawah) yang
selanjutnya akan dibuat tes, standar, dan blanko.Penyiapan larutan
tes menggunakan 0,5 ml larutan albumin ditambah dengan 0,5 ml
perekasi biuret. Larutan tersebut kemudian diencerkan degan 1,00 ml
aquadestPenyiapan larutan standar menggunakan 0,5 ml larutan
standar 4% b/v ditambah dengan 0,5 ml perekasi biuret. Larutan
tersebut kemudian diencerkan dengan 1 ml aquadest.Penyiapan larutan
blanko menggunakan 0,5 ml aquadest ditambah dengan 0,5 ml perekasi
biuret. Larutan tersebut kemudian diencerkan dengan 1 ml
aquadest.Semua campuran dikocok hingga homogeny lalu didiamkan
selama 20 menitDibaca absorbansi seluruh tabung dengan
spektrofotometer dengan panjang gelumbung 546 nm. Kadar albumin
pada larutan tes =asil PengamatanData:Absorbansi standar
=0,292Absorbansi tes 2=0,193PerhitunganDiketahui :Dt= 0,095Dst=
0,062Kadar standar= 4 % b/vKadar normal= 3,4 5,0 g/dLDitanya:kadar
albumin serum tes 2 = ?Jawab:kadar albumin serum test 2 = 2,64%
b/vIntepretasi HasilDidapatkan hasil kadar albumin dalam serum
adalah 2,64 % b/v atau 2,64 g/dL. Kadar ini berada di bawah rentang
kadar normal yaitu 3,4 5,0 g/dL. Hasil ini menunjukkan kadar
albumin yang rendah pada pasien. Kadar albumin yang rendah pada
pasien dapat disebabakan oleh berkurangnya sintesis (produksi)
albumin karena asupan protein kurang (malnutrisi), kelainan
genetik, kerusakan jaringan, gangguan penyerapan
protein(malabsorbsi), penyakit hati sehingga tempat produksi
albumin terganggu, kebocoran protein melalui ginjal, dan
lain-lain.lat-alat yang digunakan dalam percobaan spektrofotometri
ini adalah spektronik 20, kuvet,pipet volumetrik,bulb, gelas piala,
tabung reaksi, stirer, dan gelas ukur. Bahan bahan yangdigunakan
adalah akuades, larutanBovine Serum Albumin(BSA) 0.1 mg/mL, larutan
NaCl,dan reagen Bradford.P rose du r PercobaanLarutan standar
Bovine Serum Albumin (BSA) dengan konsentrasi 0.1 mg/mL dan
larutanNaCl disiapkan. Enam tabung reaksi dibersihkan dan
dikeringkan. Tabung pertama diisilarutan BSA 0 L dan 100 L larutan
NaCl. Tabung kedua diisi larutan BSA 10 L danlarutan NaCl 90 L.
Tabung ketiga diisi larutan BSA 20 L dan larutan NaCl 80 L.
Tabungkeempat diisi larutan BSA 30 L dan larutan NaCl 70 L. Tabung
elima diisi larutan BSA 50L dan larutan NaCl 50 L. Tabung keenam
diisi larutan BSA 100 L dan larutan NaCl 0L. Reagen Bradford 5 mL
ditambahkan ke dalam masing-masing tabung.Semua tabung dikocok
dengan alatstirerdan dibiarkan antara lima belas menit sampai
satujam. Tabung ke-1 digunakan sebagai blanko. Satu per satu tabung
dimasukkan ke dalamspektrofotometer untuk dibaca absorbansinya.
Panjang gelombang yang digunakan adalah595 nm. Setelah itu dibuat
kurva hubungan antara absorban dengan konsentrasi protein
dalamtabung beserta persamaan garisnya.Larutan sampel protein
dipipet ke dalam tabung reaksi dan diukur absorbansinya.
Pengukuranabsorbansi pada larutan sampel diulang sebanyak dua kali.
Nilai absorban yang diperolehdigunakan untuk menentukan konsentrasi
sampel. Konsentrasi sampel ditentukan denganmemasukkan nilai
absorban ke persamaan garis yang sudah diperoleh pada
percobaanpertama.Uji ini didasarkan pada observasi bahwa absorbansi
maksimum untuk larutan asam pewarnaCoomassie Brilliant BlueG-250
bergeser dari 465 nm ke 595 nm, ketika pengikatan protein.Lapisan
hidrofobik dari protein berinteraksi menstabilkan anion dari
pewarna birucoomassie.Uji ini memiliki ketepatan yang tinngi karena
koefisien penghentian kompleks larutan BSAadalah konstan selama
rentang konsentrasi flip-10. Dalam rentang linier dari sampel
protein(5-25 g / ml), semakin banyak protein yang terikat oleh
pewarnacoomassietersebut.Komponen reagen Bradford terdiri dari
Larutan 100 mgCoomassie Brilliant BlueG-250dalam 50 ml etanol 95%
dan 100 ml 85% (w/v) asam fosfat (Bradford 1976).Uji Bradford
adalah suatu uji untuk mengukur konsentrasi protein total dengan
secara kolorimetri dalam suatu larutan. Dalam uji Bradford
melibatkan pewarna Coomassie Brilliant Blue (CBB) yang berikatan
dengan protein dalam suatu larutan yang bersifat asam sehingga
memberikan warna (kebiruan). Karena menghasilkan warna, sehingga
secara kolorimetri dapat diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometri (LambertBeer) pada panjang gelombang 465595 nm
(cahaya tampak). Gambar 1. Struktur molekul Coomasie BlueBahan dan
Metode Bahan yang digunakan adalah biakan bakteri Bacillus subtilis
dan Bacillus sp. umur 18 jam dalam larutan kaldu nutrient yang
ditambahkan 1% pati tapioca yang kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit pada suhu 4C. diperoleh
supernatant yang kemudian disebut dengan ekstrak enzim kasar (EEK)
Reagen Bradford dibuat dengan cara menimbang 0.01 g coomasie
brilian blue (CBB) G250 yang kemudian dilarutkan dalam 5 ml etanol
95% (v/v), lalu ditambahkan 10 ml asam fosfor 85% (v/v). Campuran
dihomogenkan (dikocok kuat) lalu disaring dengan kertas saring dan
disimpan dalam botol gelap dan suhu rendah. Stok pereaksi Bradford
harus diencerkan 5 kali sebelum digunakan.Larutan standar protein
dibuat dengan menimbang 0,01 g BSA (bovine serum albumin) yang
kemudian dilarutkan dengan 10 ml H2O steril sehingga diperoleh
larutan stok BSA dengan konsentrasi 1000 ppm. Larutan stok dengan
konsentrasi 1000 ppm diencerkan dengan melarutkan 0,5 ml larutan
stok ditambahkan 4,5 ml H2O steril sehingga diperoleh larutan stok
BSA 100 ppm. Dari larutan stok tersebut dilakukan pengukuran
terhadap standar protein terlarut dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30,
40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 ppm. Kemudian dilakukan pengukuran
terhadap standar protein dengan menambahkan 0.1 ml seri larutan
standar dengan 5 ml reagen Bradford. Kemudian larutan divortex dan
di inkubasi pada suhu ruang selama 1060 menit. Larutan ini
memberikan warna biru dan dibaca pada panjang gelombang 595 nm.
Dengan menggunakan regresi linear, akan didapatkan persamaan
matematik untuk larutan standar protein yang diperoleh dari nilai
absorbansi standar, yang akan digunakan pada pengukuran kadar
protein terlarut.
Pengukuran protein terlarut. Pengukuran sampel dilakukan dengan
cara menambahkan 0,1 ml ekstrak enzim kasar dengan 5 ml reagen
Bradford divortex dan diinkubasi pada suhu ruang selama 1060 menit.
Absorbansi Larutan sampel protein dibaca pada panjang gelombang 595
nm. Dengan persamaan matematik dari kurva standar protein, akan
didapatkan kadar protein terlarut yang terkandung dalam larutan
ekstrak enzim kasar.pengukuran konsentrasi protein total saliva
dilakukan dengan menggunakan metode2. CaCa = 422,67 nm2.2.4.2 Kurva
Kalibrasi CaLarutan standar Ca 1000 mg/L diambil 2,5 mL
dandiencerkan menjadi 50 mL dengan labu ukur untukmemperoleh
larutan Ca 50 mg/L. Kemudian larutan Ca 50mg/L diambil 2,5 ; 4,0 ;
5,0 ; 6,0 ; 7,5 mL dan diencerkandengan akuades dalam labu ukur 25
mL hingga tanda batasuntuk memperoleh larutan standar Ca 5 mg/L ; 8
mg/L ; 10mg/L ; 12 mg/L dan 15 mg/L. Diukur absorbansinya denganAAS
p ada = 422,72 nm. Untuk tiap pengukuran ditambahlarutan La2O3 10%
dari jumlah standar dan blanko yangdigunakan.
3. MgMg = 285,10 nmKurva Kalibrasi MgLarutan standar Mg 1000
mg/L diambil 2,5 mL dandiencerkan dalam labu ukur 50 mL hingga
tanda batas untukmemperoleh larutan Mg 50 mg/L. Setelah itu larutan
Mg 50mg/L diambil 0,4 ; 0,8 ;1,2 ; 1,6 dan 2,0 mL dan
diencerkandengan akuades dalam labu ukur 50 mL hingga tanda
batasuntuk memperoleh larutan standar Mg 0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6dan
2,0 mg/L. Diukur absorbansiny a den gan AAS p ada =285,25 nm. Untuk
tiap pengukuran ditambah larutan La2O310% dari jumlah standar dan
blanko yang digunakan.Magnesium adalah logam putih, dapat ditempa
dan liat. Ia melebur pada 650C. Logam ini mudah terbakar dalam
udara atau oksigen dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang,
membentuk oksida MgO dan beberapa nitride Mg3N2. Logam ini
perlahan-lahan terurai oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik
didih air reaksi berlangsung cepat :
Mg + 2H2O Mg(OH)2 + H2 larutan standar adisi untuk
masing-masingunsur adalah 100 ppm untuk Ca, dan 1000ppm untuk K,
Na, Fe, Mn, Mg,4. Fosfatpanjang gelombang 885 nm untuk
FosfatPhospat atau fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal
terdiri dari satu atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk
ionik, fosfat membawa sebuah -3 muatan formal, dan dinotasikan
PO43-.Uji fosfat dilakukan dengan menambahkan air liur dengan urea
1% dan molibdat. Setelah dilakukan pengocokan, larutan ditambahkan
ferosulfat. Hasil yang ditunjukkan adalah positif yakni
terbentuknya endapan. Hal ini membuktikan air liur mengandung
mineral fosfat.5. pH meter
Uji reaksi lakmus PP dan MO digunakan untuk menentukan derajat
keasaman air liur. PP merupakan pereaksi yang tak berwarna pada pH
basa, sedangkan MO merupakan pereaksi yang berwarna orange pada pH
asam. Fenolftalein (PP) memiliki rentang pH 8.0 9.3 dengan
perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah muda. Sementara
itu, metil orange (MO) memiliki rentang pH 3.1 4.4 dengan perubahan
warna dari merah menjadi kuning (Harjadi 1086).Air liur yang telah
ditetesi pereaksi PP dan MO masing-masing menghasilkan tak berwarna
dan warna orange. Tidak berubahnya warna pereaksi setelah dicampur
air liur menunjukkan bahwa air liur memiliki pH asam. Kisaran pH
air liur antara 6.2 hingga 7.6 dengan rata-rata 6.7 (Girindra
1988).Patofisiologi dan Manifestasi Gagal Ginjal Kronik Author:
Medical Posts / Dimulai dari beberapa faktor risiko seperti
Diabetes Melitus, dimana akan terjadi hiperglikemia (kadar glukosa
melebihi batas normal) dalam pembuluh darah, sehingga akan terjadi
hiperperfusi dan hiperfiltrasi yang mengakibatkan dilatasi arteri
afferen ke glomerulus karena kelebihan tampungan glukosa. Akibatnya
tekanan di glomerulus akan meningkat. Seiring dengan berjalannya
tingkat keparahan penyakit maka glomerulus akan rusak. Hal tsb
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR).
Hiperurisemia juga dapat menjadi faktor risiko dimana terdapat
kelebihan kadar asam urat di darah misalnya pada penderita
arthritis Gout. Asam urat ini akan meningkatkan konsentrasi plasma
darah yang difiltrasi ginjal dan mengendap di lumen tubulus,
akibatnya semakin lama akan terjadi penyumbatan, peningkatan
tekanan intrarenal, dan akhirnya aliran darah yang terfiltrasi
(GFR) turun serta menimbulkan reaksi inflamasi.
Ada juga faktor risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi
dimana pembuluh darah dapat mengalami kerusakan sehingga terjadi
penurunan aliran darah untuk difiltrasi glomerulus. Hal ini akan
menyebabkan jatuhnya laju filtrasi (GFR).GFR turun menyebabkan
oliguria bahkan anuria.
Dari ketiga faktor risiko di atas yang semuanya menyebabkan
penurunan GFR, timbul beberapa proses baru, seperti:1. penurunan
ekskresi K+ yang akan menyebabkan penumpukan ion K+ di darah
(hiperkalemia).
2. penurunan ekskresi fosfat (P) sehingga terjadi
hiperfosfatemia. Hiperfosfatemia akan menghambat aktivasi vitamin D
menjadi kalsitriol untuk meningkatkan reabsorbsi Ca2+ di usus.
Akibatnya di dalam plasma darah akan kekurangan Ca2+ sehingga
terjadi aktivasi hormon paratiroid (PTH) yang akan mengambil Ca2+
dari tulang ke darah untuk memenuhi kadarnya di plasma darah. Ca2+
di tulang menurun sehingga tulang lebih mudah rapuh dan pematangan
sel darah akan terganggu.Selain itu fosfat berlebih yang menumpuk
di kulit dapat menyebabkan pruritus (gatal kulit).
3. penurunan ekskeresi zat buangan dari tubuh, dapat menimbulkan
uremia (urea dalam darah) yang akan meningkatkan keasaman darah,
dapat mengiritasi lambung. Apabila terjadi iritasi sampai
perdarahan dapat timbul melena. Perdarahan berkepanjangan akan
menyebabkan anemia.
4. terjadinya kerusakan ginjal kronis yang dapat menyebabkan
diantaranya:a. sklerosis glomerulus dan fibrosis - protein tidak
terfiltrasi - proteinuria - akibatnya tubuh hipoalbuminemia -
pembuluh darah menjadi lebih permeabel - plasma darah ekstravasasi
ke interstitial - edemab. overaktivitas sistem renin angiotensin
aldosteron - peningkatan tekanan darah dan retensi Na+ & air
karena aldosteron - vasokonstriksi arteriola eferen saat retensi -
GFR meningkat - lama-lama glomerulus rusakc. produksi eritropoietin
menurun - anemia - kekurangan Hb - hipoksia jaringan - peningkatan
pembentukan H+ tetapi,d. penurunan ekskresi H+ untuk keseimbangan
asam basa - asidosis metabolikDllSekian. :)
Air LiurEnzim memegang peranan penting dalam berbagai reaksi
dalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel
hidup untuk mengkatalisis reaksi seperti konversi energi dan
metabolisme pertahanan sel. Enzim amilase memiliki kemampuan untuk
memecah molekul-molekul pati dan glikogen. Molekul pati yang
merupakan polimer dari alfa-D-glikopiranosa akan dipecah oleh enzim
pada ikatan alfa-1,4- dan alfa-1,6-glikosida (Hart 2003).Enzim
berfungsi meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia
antara produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah
pereaksi dan produk tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan
kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak
mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai
tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak
menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat
mengubahnya (Salisbury dan Ross 1995). Enzim amilase dapat
diperoleh dari sekresi air liur atau saliva. Saliva adalah suatu
cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas
campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada
mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar
air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu
mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut
saliva (ludah atau air liur). Pembentukan kelenjar ludah dimulai
pada awal kehidupan fetus (4 - 12 minggu) sebagai invaginasi epitel
mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan
asinar. Enzim amilase di dalam tubuh manusia sangat penting. Enzim
amilase ikut bertanggung jawab menjaga kesehatan dan proses
metabolisme di dalam tubuh. Kekurangan enzim amilase dapat
menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan (maladigesti), yang
selanjutnya menyebabkan gangguan penyerapan (malabsorpsi).Saliva
merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi
kelenjar saliva mayor dan minor yang ada dalam rongga mulut. Saliva
sebagian besar yaitu sekitar 90 persennya dihasilkan saat makan
yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa pengecapan dan
pengunyahan makanan (Kidd 1992).Saliva terdapat sebagai lapisan
setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut.
Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4
ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal
adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar /
asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko
terjadinya karies yang tinggi. Meningkatnya pH air ludah (basa)
akan mengakibatkan pembentukan karang gigi. Saliva memiliki
beberapa fungsi, yaitu melicinkan dan membasahi rongga mulut
sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan, membasahi
dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair
sehingga mudah ditelan dan dirasakan, membersihkan rongga mulut
dari sisa-sisa makanan dan kuman, mempunyai aktivitas antibacterial
dan sistem buffer, membantu proses pencernaan makanan melalui
aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah,
perpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena
terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada
saliva, jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran
tentang keseimbangan air dalam tubuh dan membantu dalam berbicara
(pelumasan pada pipi dan lidah) (Suharsono 1986).Setiap hari
sekitar 1-1.5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva
terdiri atas 99.24% air dan 0.58% terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+,
Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat organik seperti
musin dan enzim amilase (ptialin). Saliva bersifat agak sedikit
asam. Saliva mempunyai pH antara 5.75 sampai 7.05. Pada umumnya pH
saliva adalah sedikit dibawah 7 (Aisjah 1986)Sebagian orang tidak
menyadari betapa pentingnya fungsi air liur, yaitu:1. Memecah
makanan dalam mulut, sehingga dapat dirasakan oleh lidah dan lebih
mudah dicerna oleh perut.2. Membersihkan makanan dan sel-sel mati
dari lapisan mulut3. Mengikat makanan menjadi bola sehingga dapat
ditelan4. Membersihkan makanan dan bakteri dari gigi5. Mencegah
lapisan mulut kering6. Menghancurkan atau mencegah pertumbuhan
jamur tertentu7. Menetralisir asam dari makanan dan minuman8.
Membantu menumbuhkan enamel gigi yang rusak, karena kalsium dan
kadar fosforGoodson memperkirakan rata-rata seseorang memproduksi
kurang lebih setengah liter air liur dalam satu hari. Tapi tentu
saja jumlah ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:1. Gen2. Waktu (produksi air liur melambat secara drastis di
malam hari)3. Banyak air yang diminum4. Sedang mengunyah permen
karet atau menghisap permen keras (keduanya meningkatkan produksi
air liur)5. Mencium sesuatu yang menarik (juga meningkatkan
produksi air liur, itu sebabnya ada istilah lezat)6. Lebih dari 400
obat menyebabkan penurunan produksi air liur7. Umur produksi (air
liur menurun seiring dengan usia)8. Memiliki kondisi atau penyakit
yang mempengaruhi produksi air liur, seperti sindrom Sjorgen, atau
sedang menjalani terapi radiasi.Selain dalam pencernaan air liur
juga berperan dalam kebersihan mulut. Sekresi saliva terutama tipe
mucus penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut.
Rongga mulut berisi bakteri atau kuman patogen (merugikan) yang
dengan mudah merusak jaringan dan menimbulkan karies gigi (gigi
berlubang). Air liur juga mencegah kerusakan dengan beberapa cara.
Pertama, aliran air liur itu sendiri membantu membuang bakteri atau
kuman patogen juga pertikel makanan yang memberi dukungan nutrisi
metabolik bagi bakteri itu sendiri. Kedua, air liur mengandung
beberapa faktor yang menghancurkan bakteri salah satunya adalah ion
tiosianat dan beberapa cairan proteolitik terutama lisosim yang
menghancurkan bakteri,membantu ion tiosianat membunuh
bakteri,mencerna partikel makanan dan air liur mengandung antibody
protein yang menghancurkan bakteri.
Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini adalah hotplate
magnetic stirrer, pH meter, buret asam 100 mL, erlenmeyer 250 mL,
gelas kimia 500 mL dan 250 mL, statif dan klem, corong, botol
semprot, spatula dan pipet tetes 3 mL. Bahan bahan yang digunakan
pada percobaan ini adalah aquades (H2O), aquabides (H2O), buffer pH
10 (NH4Cl-NH4OH), etilen diamin tetra asetat (EDTA) 0,01 M,
indikator EBT, indikator mureksid, natrium hidroksida (NaOH) 0,01M
dan sampel SALIVA.2. Penentuan Kadar Kalsium (Ca2+)a. Memipet 25 mL
sampel air minum ke dalam erlenmeyer 250 mL.b. Menambahkan NaOH
hingga pH 12, mengecek pH-nya menggunakan pH meter.c. Menambahkan
seujung sendok indikator mureksid dan menghomogenkan larutan.d.
Menitrasi dengan EDTA 0,01 M hingga larutan berubah warna dari
warna merah muda menjadi ungu. Melakukan secara triplo.3. Penentuan
Kadar Magnesium (Mg2+) Kadar magnesium ditentukan dengan cara
mengurangi volume EDTA yang digunakan pada penentuan kesadahan
total dengan penentuan kadar kalsium (Ca2+) sehingga diperoleh
kadar magnesium (Mg2+) dari perhitungan.4. PospatAir liur
menghasilkan reaksi positif melalui uji biuret yakni dengan
menimbulkan warna ungu. Reaksi positif ini akibat pembentukan
senyawa kompleks Cu2+, gugus CO dan NH dari rantai peptida dalam
suasana basa. Hal ini menunjukkan ikatan peptida dalam air liur
masih ada dan belum rusak akibat aktivitas enzim amilase saliva.
Jika ikatan peptida yang terkandung dalam air liur telah rusak maka
warna ungu tidak akan terbentuk melainkan akan terbentuknya
endapan.Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri
dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang
mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam
merkuri dengan pereaksi millon. Air liur yang telah mengalami uji
millon menghasilkan reaksi positif yakni membentuk endapan. Hal ini
menunjukkan air liur mengandung tirosin sebagai asam amino.Uji
molisch dilakukan untuk menentukan karbohidrat secara umum yang ada
di dalam larutan. Karbohidrat dalam suatu larutan ditandai dengan
warna ungu setelah larutan diberi pereaksi Molisch. Selain diberi
pereaksi molisch, larutan juga diberi asam sulfat pekat guna
menghidrasi senyawa larutan menjadi senyawa furtural atau senyawa
furtural yang tersubsidi seperti hidroksimetil furtural. Air liur
yang telah melalui uji molisch menunjukkan reaksi positif yaitu
menimbulkan cincin ungu. Hasil ini menunjukkan air liur yang
direaksikan mengandung karbohidrat karena praktikan yang menjadi
probandus telah sarapan sebelum uji dilakukan. Uji musin yang
dilakukan menyebabkan timbulnya endapan berwarna putih akibat
penambahan asam asetat. Endapan tersebut berupa lendir atau musin
yang dapat dipisahkan melalui kertas saring. Pengendapan musin
diperkirakan terjadi akibat denaturasi protein (Kleiner & Dotti
1958).Pengujian mineral yang dikandung air liur dilakukan melalui
uji klorida, sulfat dan fosfat. Air liur ditambahkan HNO3 10% dalam
uji klorida. HNO3 10% berfungsi untuk mengikat klorida yang
terkandung dalam air liur. Setelah itu pH air liur diukur dan
menghasilkan pH asam. Larutan air liur kembali ditambahkan AgNO3
yang berfungsi membentuk endapan garam AgCl. Hasil yang ditunjukkan
oleh air liur setelah penambahan HNO3 10% dan AgNO3 adalah
terbentuknya larutan keruh dengan endapan di dalamnya. Hal ini
menunjukkan air liur mengandung mineral klorida dan dapat membentuk
endapan garam pada pH asam.Uji sulfat yang dilakukan pada air liur
menghasilkan reaksi positif yakni menjadikan larutan yang semula
tak berwarna menjadi putih keruh. Hal ini terjadi setelah air liur
ditambahkan HCl 10 % yang berfungsi mengikat sulfat yang terkandung
di dalam air liur. Reaksi positif yang ditimbulkan ini menunjukkan
air liur mengandung mineral sulfat.Uji FOSFAT dilakukan dengan
menambahkan air liur dengan urea 1% dan molibdat. Setelah dilakukan
pengocokan, larutan ditambahkan ferosulfat. Hasil yang ditunjukkan
adalah positif yakni terbentuknya endapan. Hal ini membuktikan air
liur mengandung mineral fosfat. Saliva terdiri atas air sebesar
99.5% dan benda padat sebesar 0.5%. Benda padat yang terdapat di
dalam saliva berupa bahan organik dan ion anorganik, yaitu SO42-,
PO43-, HCO32-, Cl-, Ca2+, Mg2+, Na+, dan K+ (Girindra 1988).Uji iod
dilakukan untuk menentukan pati yang terkandung di dalam air liur.
Reaksi positif (warna biru) hanya spesifik dengan pati . Hal ini
disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa
yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan
konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati
dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke
dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks
tersebut (Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga).
Hasil yang ditunjukkan oleh air liur yang telah ditambahkan
pereaksi iod pada suhu 10C, 25C dan 37C adalah negatif, sedangkan
pada suhu 80C positif atau membentuk warna biru. Hal ini
menunjukkan bahwa pada saliva yang dikondisikan pada suhu 80C masih
mengandung pati. Hal ini disebabkan enzim -amilase dalam saliva
mampu menghidrolisis pati menjadi unit-unit monosakaridanya.
Bradford MM. 1976. A rapid and sensitive method for the
quantitation of microorganisms quantities of protein in utilizing
the principle of proteindye binding. Anal. Biochem 72:248254.
Magnesium berdasarkan pengikat fosfat mengandung mangnesium
hidroksida yang di evaluasi memiliki efek samping yang signifikan
terhadap gastrointesinal. Mg-based phosphate binders containing Mg
hydroxide were evaluated but early clinical trials showed
significant gastrointestinal (GI) side effects,7 so their use
declined in favour of an increasing range of other treatments
consisting of metals and polymers. However, Mg compounds are now
beginning to be recognised as safe, effective and cost-efficient
alternatives to other binders, with the significant added benefit
of substantially reducing the risk and impact of CVD.8,9 This
review will consider the importance of Mg in human physiology and
will examine the data showing the effects of CKD stage 5 and
dialysis on Mg levels. It will also discuss the therapeutic use of
Mg in CKD stage 5 and the resulting benefits on CVD.