1
6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP)
mengacu pada Ketetapan MPR RI nomor : XI/MPR/1998 tentang
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi dan
nepotisme, Instruksi Presiden RI nomor : 7 tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor : 29
tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. SAKIP sebagai
instrumen utama dalam penyelenggaraan birokrasi di lingkungan
pemerintahan mempunyai kedudukan dan peran yang sangat strategis.
Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan komitmen yang kuat
dari seluruh stakeholder terkait lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan. Dengan pengimplementasian SAKIP tersebut dapat
diketahui secara tepat seberapa jauh tingkat capaian kinerja,
kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya pemecahannya.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta
kewenangan pengelolaan sumberdaya, pelaksanaan kebijakan dan
program dengan menyusun laporan akuntabilitas melalui proses
penyusunan rencana stratejik, rencana kinerja dan pengukuran kinerja.
Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah sebagai
media pertanggungjawaban dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dan berperan sebagai alat kendali dan penilai
kualitas kinerja serta alat pendorong terwujudnya good governance dalam
perspektif yang lebih luas.
Perencanaan kinerja merupakan salah satu komponen SAKIP yang
seyogyanya dilakukan oleh instansi pemerintah agar lebih mudah untuk
meningkatkan akuntabilitas kinerjanya. Sebagai bagian dari manajemen
kinerja, kedudukan SAKIP sebagai bagian dari perencanaan kinerja
menjadi suatu issue yang strategis yang harus diperhatikan dan
dipecahkan oleh pimpinan instansi sebagai manajer dan pemimpin yang
mengarahkan instansinya kepada arah pelaksanaan misi dan pencapaian
visi organisasi. Perencanaan kinerja juga merupakan tahap penting dalam
melaksanakan renstra yang akan menuntun manajemen dan seluruh
anggota organisasi pada capaian kinerja yang diinginkan. Dengan
7
perencanaan kinerja yang baik maka pelaksanaan renstra juga dapat
dipantau tingkat pencapaiannya secara lebih operasional serta dengan
melihat berbagai kemungkinan dan alternatif untuk meningkatkan dan
memacu pencapaian tujuan dan sasaran organisasi secara lebih cepat.
Menurut SK Kepala LAN Nomor 239 /IX/6/8/2003 tentang Perbaikan
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, Perencanaan Kinerja merupakan proses penyusunan
rencana kinerja (Renja) sebagai penjabaran dari sasaran dan program
yang telah ditetapkan dalam rencana strategis yang akan dilaksanakan
oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Di dalam
rencana kinerja ditetapkan rencana capaian kinerja tahunan untuk seluruh
indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan.
Penyusunan rencana kinerja dilakukan seiring dengan agenda
penyusunan dan kebijakan anggaran, serta merupakan komitmen bagi
instansi untuk mencapainya dalam tahun tertentu.
Perencanaan kinerja merupakan proses penjabaran lebih lanjut dari
sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis yang
mencakup periode tahunan. Rencana kinerja menggambarkan kegiatan
tahunan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan indikator
kinerja beserta target-targetnya berdasarkan program dan sasaran yang
telah ditetapkan dalam rencana strategis. Target kinerja tahunan di dalam
rencana kinerja ditetapkan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada
tingkat sasaran dan kegiatan. Target kinerja tersebut merupakan
komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam satu periode tahunan.
Proses penetapan target-target kinerja dalam RKT pada dasarnya meliputi
target kegiatan-kegiatan tahunan, indikator kinerjanya serta penetapan
indikator kinerja sasaran sesuai dengan program, kebijaksanaan dan
sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra. Oleh karena itu, substansi
dari penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) adalah target setting
dari capaian indikator kinerja.
Kegiatan yang menjadi tanggung jawab Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan yaitu Kegiatan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya
pada Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam rangka mengoptimalkan
peran dan tanggungjawabnya tersebut sebagai fungsi koordinasi,
manajemen dan kesekretariatan dalam pelaksanaan administrasi
pembangunan perkebunan maka Sekretariat Ditjen. Perkebunan perlu
menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014 sesuai dengan
pedoman dalam Reformasi Perencanaan dan Penganggaran (RPP).
Dokumen rencana kinerja tahunan Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan tahun 2014 memuat informasi tentang kegiatan, sasaran
strategis, indikator kinerja dan target yang akan dicapai. Dengan
8
disusunnya rencana kinerja tahunan ini diharapkan indikator kinerja serta
target capaiannya akan didukung oleh semua pihak terkait sehingga hasil
yang dicapai dapat optimal sesuai yang dikehendaki untuk mewujudkan
manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan
berorientasi pada hasil.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan rencana kinerja tahunan ini adalah :
a. Mewujudkan pelayanan prima di bidang manajemen, administrasi dan
kesekretariatan dalam rangka mendukung kelancaran tugas dan
fungsi Sekretariat Ditjen. Perkebunan;
b. Menyediakan data dan informasi secara tepat, cepat dan akurat yang
menyangkut aspek perencanaan, aspek umum, aspek keuangan dan
perlengkapan, serta aspek evaluasi dan pelaporan.
c. Menghubungkan antara perencanaan strategis dan perencanaan
operasional secara terinci;
d. Membantu pencapaian hasil pelaksanaan program;
e. Memudahkan proses pengukuran dan penilaian kinerja;
f. Membantu pemantauan dan evaluasi kinerja;
g. Membantu dalam menetapkan target kinerja.
9
II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor :
61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, ditetapkan bahwa
Sekretarian Ditjen. Perkebunan merupakan salah satu dari 6 unit kerja
Eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan.
Sekretariat Ditjen. Perkebunan terbagi dalam 4 bagian setingkat eselon III
dan kelompok jabatan fungsional yaitu :
1. Bagian Perencanaan, membawahi sub bagian program, sub bagian
anggaran dan sub bagian kerjasama;
2. Bagian Keuangan dan Perlengkapan, membawahi sub bagian
perbendaharaan, sub bagian akuntansi dan verifikasi serta sub bagian
perlengkapan;
3. Bagian Umum, membawahi sub bagian organisasi dan kepegawaian,
sub bagian hukum dan hubungan masyarakat serta sub bagian tata
usaha dan rumah tangga;
4. Bagian Evaluasi dan Pelaporan, membawahi sub bagian data dan
informasi, sub bagian evaluasi serta sub bagian pelaporan dan tindak
lanjut hasil pengawasan;
5. Kelompok Jabatan Fungsional.
Berdasarkan Permentan tersebut diatas bahwa tugas Sekretariat
Direktorat Jenderal Perkebunan adalah memberikan pelayanan teknis dan
administratif kepada semua unit organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas,
Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi :
1. Koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran dan
kerjasama di bidang perkebunan;
2. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;
3. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan
urusan kepegawaian dan penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan
informasi publik;
4. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang perkebunan;
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Perkebunan.
10
III. VISI DAN MISI
A. Visi
Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan
pertanian, visi Ditjen. Perkebunan harus selaras dengan visi
pembangunan nasional dan visi pembangunan pertanian. Visi yang ingin
diwujudkan oleh Ditjen. Perkebunan selama 2010-2014 adalah
"Terwujudnya peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
perkebunan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
perkebunan".
Dalam rangka mendukung Visi Ditjen. Perkebunan tahun 2010-2014 dari
aspek manajemen dan kesekretariatan, maka Visi Sekretariat Direktorat
Jenderal Perkebunan adalah "Profesional dalam memberikan pelayanan
organisasi yang berkualitas untuk mendukung peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan".
B. Misi
Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian
maka misi Ditjen. Perkebunan ditetapkan sebagai berikut:
1. Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
perkebunan;
2. Memfasilitasi penyediaan benih unggul bermutu serta sarana
produksi;
3. Memfasilitasi penanganan perlindungan tanaman dan gangguan
usaha perkebunan (GUP);
4. Memfasilitasi pengembangan usaha perkebunan serta penumbuhan
kemitraan yang sinergis antar pelaku usaha perkebunan secara
berkelanjutan;
5. Mendorong penumbuhan dan pemberdayaan kelembagaan petani
serta memfasilitasi peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka
meningkatkan harmonisasi antara aspek ekonomi, sosial dan ekologi;
6. Memberikan pelayanan di bidang perencanaan, peraturan perundang-
undangan, manajemen pembangunan perkebunan dan pelayanan
teknis lainnya yang terkoordinasi, efisien dan efektif.
11
Untuk dapat berkontribusi secara efektif dalam Misi Ditjen. Perkebunan
2010-2014, maka Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan
menetapkan misinya sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran dan
kerjasama teknis yang berkualitas;
2. Memberikan pelayanan pengelolaan administrasi keuangan dan asset
yang berkualitas;
3. Memberikan pelayanan organisasi, tata laksana, kepegawaian,
humas, hukum dan administrasi perkantoran yang berkualitas;
4. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta
informasi yang berkualitas.
12
IV. TUJUAN DAN SASARAN
A. Tujuan
Untuk dapat mendukung pencapaian agenda pembangunan nasional dan
tujuan pembangunan pertanian maka tujuan Ditjen. Perkebunan
ditetapkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan produksi, produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya
saing perkebunan;
2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
perkebunan;
3. Meningkatkan penerimaan dan devisa negara dari sub sektor
perkebunan;
4. Mendukung penyediaan pangan di wilayah perkebunan;
5. Memenuhi kebutuhan konsumsi dan meningkatkan penyediaan bahan
baku industri dalam negeri;
6. Mendukung pengembangan bio-energi melalui peningkatan peran sub
sektor perkebunan sebagai penyedia bahan bakar nabati;
7. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya secara arif dan
berkelanjutan serta mendorong pengembangan wilayah;
8. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia perkebunan;
9. Meningkatkan peran sub sektor perkebunan sebagai penyedia
lapangan kerja;
10. Meningkatkan pelayanan organisasi yang berkualitas.
Untuk mendukung pencapaian tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan
tahun 2010-2014 sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014, maka kontribusi
Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka meningkatkan
pelayanan organisasi yang berkualitas sebagai berikut :
1. Menyusun perencanaan program dan kegiatan pembangunan
perkebunan;
2. Menyusun perencanaan anggaran pembangunan perkebunan;
3. Memfasilitasi perencanaan kerjasama teknis dan program;
4. Memberikan pelayanan perbendaharaan dan pengendalian kredit eks
proyek-proyek perkebunan;
13
5. Memantapkan sistem akuntansi dan verifikasi pelaksanaan anggaran
pembangunan perkebunan;
6. Melaksanakan penatausahaan barang milik negara;
7. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran pembangunan
perkebunan;
8. Menindaklanjuti hasil pengawasan kegiatan pembangunan
perkebunan;
9. Menindaklanjuti hasil pengawasan kegiatan pembangunan
perkebunan;
10. Melaksanakan penyusunan legislasi, advokasi dan penyelenggaraan
hubungan masyarakat;
11. Melaksanakan penataan organisasi dan tata laksana serta
kepegawaian;
12. Memberikan pelayanan administrasi perkantoran.
B. Sasaran
Sasaran luas areal komoditas unggulan nasional (kelapa sawit, kakao,
karet, kelapa, kopi, tebu, jambu mete, cengkeh, teh, tembakau, kapas,
lada, jarak pagar, nilam dan kemiri sunan) diproyeksikan tumbuh rata-rata
sebesar 1,49% per tahun dari 20,36 juta hektar pada tahun 2010 menjadi
21,61 juta hektar pada tahun 2014 kecuali tembakau yang luasnya
diproyeksikan konstan yaitu sebesar 205 ribu hektar selama periode tahun
2010-2014.
Untuk sasaran produksi komoditas perkebunan unggulan nasional
diproyeksikan tumbuh rata-rata sebesar 4,19% per tahun dari 34,46 juta
ton pada tahun 2010 menjadi 40,60 juta ton pada tahun 2014. Adapun
proyeksi produktivitas komoditas unggulan nasional pada tahun 2014
yang tertinggi terdapat pada komoditi kemiri sunan yang mencapai 16.000
kg/ha dan nilai produktivitas ini konstan dari tahun 2010. Untuk proyeksi
produktivitas terendah terdapat pada komoditi cengkeh yang hanya
mencapai 295 kg/ha pada tahun 2014.
Berkaitan dengan hal tersebut, Sekretariat Ditjen. Perkebunan
menetapkan sasaran utama pembangunan perkebunan tahun 2014 dalam
mendukung aspek menajemen dan kesekretariatan sekaligus
meningkatkan pelayanan organisasi yang berkualitas. Sasaran utama
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan perencanaan program, anggaran dan kerjasama yang
berkualitas pada 32 provinsi;
14
2. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi
yang berkualitas pada 32 provinsi;
3. Pelayanan organisasi kepegawaian, humas, hukum dan administrasi
perkantoran yang berkualitas pada 32 Provinsi;
4. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan aset yang
berkualitas pada 32 provinsi.
15
V. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Kebijakan mendasar dari Sekretariat Ditjen. Perkebunan terhadap
program dan kegiatan Ditjen. Perkebunan sesungguhnya memiliki tugas
dan fungsi yang semakin berat seiring dengan semakin luasnya
kelemahan, tantangan, hambatan dan permasalahan yang melingkupi sub
sektor perkebunan di era perdagangan bebas ini. Untuk itu, Sekretariat
Ditjen. Perkebunan mencoba mengkaji beberapa permasalahan yang
sering kali terjadi dan memungkinkan terjadi dimasa mendatang di dalam
memberikan pelayanan organisasi yang berkualitas bidang manajemen
dan kesekretariatan dalam lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan.
Permasalahan tersebut antara lain :
1) Belum Optimalnya Pelayanan
Pelayanan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Perkebunan pada
umumnya belum optimal sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 81 tahun 1993 dan
Inpres (Instruksi Presiden) nomor 1 tahun 1995. Kelemahan pelayanan
tersebut tercermin dari belum terlaksananya standar operasional prosedur
(SOP) secara penuh.
2) Belum Optimalnya Koordinasi
Koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan dan kegiatan pada
satuan yang terpisah untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Belum optimalnya koordinasi di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan baik internal, institusi terkait maupun dengan daerah
merupakan kelemahan yang harus mendapat perhatian serius.
3) Keterbatasan Alokasi Anggaran
Sebagaimana diketahui bahwa investasi untuk pembangunan perkebunan
setiap tahun mengalami peningkatan rata-rata 17,41% sejak tahun 2005.
Akibat keterbatasan anggaran tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan
tidak dapat memenuhi kebutuhan anggaran yang diusulkan daerah dan
stakeholders perkebunan lainnya.
Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa
kebutuhan investasi untuk pembangunan perkebunan tahun 2014 sebesar
Rp. 68,49 triliun sedangkan pagu anggaran indikatif (APBN) Direktorat
Jenderal Perkebunan tahun 2014 hanya sebesar Rp. 1.497.056.700.000,-
4) Belum Optimalnya Monitoring dan Pelaporan
Meskipun sudah ada ketentuan terkait dengan monitoring dan pelaporan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 31 tahun 2010
16
tentang Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan
Pertanian dan Peraturan Menteri Keuangan nomor : 171/PMK.05/2007
tentang Sistem Akuntabilitas dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat,
pelaksanaan pembangunan perkebunan di daerah belum termonitor
dengan baik dan pelaporannya masih sering terlambat. Salah satu
penyebabnya adalah banyaknya format pelaporan yang harus diisi oleh
daerah seperti form dari Bappenas, form dari Menteri Keuangan, form
statistik dan form lainnya.
5) Belum memadainya Sarana dan Prasarana
Keterbatasan sarana dan prasarana menjadi kelemahan lainnya dalam
mendukung kinerja pegawai. Pada umumnya sarana dan prasarana yang
tersedia untuk setiap pegawai belum memenuhi standar yang ada. Selain
itu pemeliharaan alat-alat yang ada masih kurang optimal.
6) Belum Memadainya Operasional Sistem Informasi Manajemen dan
Jumlah Tenaga Teknis
Meskipun sistem informasi manajemen telah dibangun namun
operasionalnya dirasakan kurang optimal karena disamping jumlah tenaga
yang kompeten masih kurang, sistem informasi manajemen belum
memperoleh prioritas utama.
7) Keterbatasan Sumber Daya Manusia yang kompeten
Keterbatasan sumber daya manusia dalam hal ini adalah terkait bidang
ilmu yang tidak sesuai dengan tupoksi yang ditangani sehingga akan
menentukan keberhasilan kerja yang diharapkan. Adanya bidang ilmu
yang kurang sesuai pada akhirnya akan mempengaruhi kompetensi atau
daya saing antar pelaku dalam lingkungan pekerjaan, misalnya pada
Direktorat Jenderal Perkebunan diharapkan tenaga kerja atau sumber
daya manusia secara teknis adalah lulusan sarjana perkebunan atau
pertanian tetapi sebagian kecil terdapat tenaga kerja yang bukan berasal
dari bidang perkebunan atau pertanian sehingga tenaga kerja/personal ini
masih perlu banyak beradaptasi dalam lingkungan pekerjaan yang
berbeda dengan disiplin ilmunya.
8) Keterbatasan teknologi yang berkualitas
Teknologi yang dimaksudkan disini adalah terkait sistem informasi dan
sarana prasarana pendukung pekerjaan lainnya seperti laptop, komputer
dll. Para tenaga kerja/pekerja yang memiliki beban pekerjaan yang lebih
berat hanya mendapatkan sarana prasarana/teknologi yang terbatas
dibandingkan tenaga/personal yang memiliki beban kerja yang lebih
sedikit. Misalnya teknologi informasi seperti laptop dengan spesifikasi
yang lama diberikan untuk pekerja dengan beban kerja lebih besar
17
sehingga hasil yang diharapkan tidak maksimal karena teknologi yang
tidak berkualitas.
9) Sistem pelimpahan wewenang kurang terstruktur
Hal yang dimaksud disini adalah pembagian wewenang tugas dari atasan
ke staf/bawahan yang tidak seimbang artinya ada beberapa staf yang
mendapatkan beban kerja yang lebih besar tetapi bentuk penghargaannya
adalah sama dengan staf/pekerja yang mendapatkan beban pekerjaan
yang lebih sedikit. Disamping itu, pelimpahan wewenang terkadang tidak
berlangsung secara struktural misalnya dari eselon III langsung kepada
staf yang seharusnya melalui eselon IV terlebih dahulu sehingga tidak ada
koordinasi yang intensif antara eselon III dan IV.
10) Kerjasama dan koordinasi antar pelaku/pekerja secara personal
Permasalahan ini sangat mempengaruhi didalam sistem manajemen
pengorganisasian. Kurang harmonisnya komunikasi antara sesama
staf/pekerja akan mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman didalam
pekerjaan sehingga akan timbul benturan pekerjaan baik secara fisik
maupun psikologis yang berakibat menganggu keberhasilan pekerjaan.
Kerjasama dan koordinasi antara staf/pekerja yang sering terjadi adalah
adanya gap yang berkaitan erat dengan senioritas sehingga akan timbul
ketidakcocokkan dalam pekerjaan secara personal maupun sebagai tim.
11) Keterbatasan waktu
Waktu akan sangat berharga jika digunakan seefisien mungkin. Dalam hal
pekerjaan terutama di bagian/tempat yang menuntut pekerjaan dengan
intensitas tinggi, terkadang waktu dirasa sangat kurang. Waktu selalu
dibatasi oleh kemampuan seorang staf/pekerja dan terlalu singkatnya
jadwal date line yang diberikan atasan terhadap suatu pekerjaan. Disinilah
akan diuji kompetensi dari seorang staf/pekerja, apakah bisa
menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya dan dengan hasil yang
memuaskan sehingga diperlukan skala prioritas dari pekerjaan apa yang
harus diselesaikan terlebih dahulu.
18
VI. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Kebijakan
Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan
pertanian periode 2010-2014 dalam menjalankan tugas pelaksanaan
pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan
merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan
perkebunan periode tahun 2010-2014 yang dibedakan menjadi Kebijakan
Umum dan Kebijakan Teknis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-
2014. Kebijakan Umum Direktorat Jenderal Perkebunan adalah
mensinergikan seluruh sumber daya perkebunan dalam rangka
peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas
dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat
perkebunan dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan
kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola
pemerintahan yang baik.
Adapun Kebijakan Teknis Direktorat Jenderal Perkebunan yang
merupakan penjabaran dari kebijakan umum Direktorat Jenderal
Perkebunan berkelanjutan yaitu meningkatkan produksi, produktivitas dan
mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan
komoditas, sumber daya manusia (SDM), kelembagaan dan kemitraan
usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumber
daya alam (SDA) dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan
sistem informasi manajemen perkebunan.
Kebijakan Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan dalam mendukung
kebijakan pembangunan perkebunan adalah meningkatkan pelayanan
organisasi yang berkualitas dalam proses menuju pelayanan prima
melalui peningkatan nilai-nilai profesionalisme, keterbukaan, terukur dan
dapat dipertanggungjawabkan.
B. Strategi
Untuk mengendalikan bahkan memecahkan beberapa permasalahan
yang melingkupi Direktorat Jenderal Perkebunan maka diperlukan strategi
pemecahan permasalahan tersebut. Strategi Sekretariat Ditjen.
Perkebunan merefleksikan strategi-strategi Direktorat Jenderal
Perkebunan secara umum yaitu adalah memposisikan strategi umum
sebagai prioritas utama dan strategi khusus yang terkait tugas pokok dan
fungsi Sekretariat sebagai prioritas pendukung.
19
(1) Strategi Umum
Strategi umum Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-
2014 merupakan bagian dari strategi khusus Direktorat Jenderal
Perkebunan yang meliputi :
1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan
berkelanjutan;
2. Pengembangan komoditas;
3. Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan;
4. Investasi usaha perkebunan;
5. Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan;
6. Pengembangan sumber daya manusia;
7. Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha;
8. Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan hidup.
Dari 8 strategi umum tersebut, strategi yang sangat terkait dengan tugas
pokok dan fungsi Sekretariat antara lain :
a. Strategi pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan
Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi
yang menyeluruh dan terkoordinasi serta mampu mentransfer data
sehingga menjadi informasi yang dapat meningkatkan produktivitas.
Berbagai capaian yang telah diraih yaitu Simonev, SAI, Simpeg, website
dan e-form maupun e-government. Dalam rangka pengembangan sistem
informasi manajemen perkebunan ini ditempuh strategi sebagai berikut :
1. Mengembangkan sistem informasi, mencakup kemampuan
menyusun, memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang
lengkap mengenai sumber daya manusia, teknologi, peluang pasar,
manajemen, permodalan, usaha perkebunan untuk mendorong dan
menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat;
2. Meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait.
b. Strategi pengembangan sumber daya manusia
Manusia merupakan sumber daya yang sangat vital karena merupakan
pelaku utama pembangunan, termasuk perkebunan. Tanpa pelaku yang
handal dan berkompeten, maka pembangunan perkebunan tidak dapat
berjalan secara optimal. Direktorat Jenderal Perkebunan mengembangkan
berbagai kegiatan bagi peningkatan sumber daya manusia perkebunan
melalui pendidikan, pelatihan, magang dan sekolah lapang. Pembinaan
20
dan peningkatan kualitas sumber daya ini diperuntukkan bagi petani dan
aparatur perkebunan. Strategi ini diarahkan untuk mendukung
berlangsungnya proses perubahan guna terwujudnya sistem dan usaha
agribisnis perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan
kemandirian pelaku usaha perkebunan. Berkenaan dengan hal tersebut,
rencana aksi yang akan dilaksanakan mencakup upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia baik petugas, petani
maupun masyarakat dengan cara :
1. Petugas
a. Meningkatkan kualitas, moral dan etos kerja petugas;
b. Meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun
sistem pengawasan yang efektif;
c. Meningkatkan penerapan sistem recruitment dan karir yang
terprogram serta transparan untuk mewujudkan petugas yang
profesional;
d. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan sikap
prakarsa petugas yang pro-aktif dalam mewujudkan pelayanan
prima sesuai kebutuhan pelaku usaha.
2. SDM petani dan masyarakat
a. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian petani untuk
mengoptimasikan usahanya secara berkelanjutan;
b. Memfasilitasi dan mendorong kemampuan petani untuk dapat
mengakses berbagai peluang usaha dan sumber daya dalam
memperkuat/mempertangguh usaha taninya;
c. Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan kemampuan
petani dalam mengelola kelembagaan petani dan kelembagaan
usaha serta menjalin kemitraan.
c. Strategi pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha
Kegiatan perkebunan secara alami melibatkan sumber daya manusia
(pekebun) yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan yang
cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat dengan sumber
inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari hulu sampai hilir. Dengan
karakteristik seperti itu maka untuk mempermudah melalukan koordinasi
sangat diperlukan kelembagaan pekebun. Melalui kelembagaan pekebun,
para pekebun dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan
antara kelompok sehingga kelompok menjadi kuat untuk mengakses
pasar dan informasi.
21
Kelembagaan pekebun didorong untuk tumbuh dari bawah yang dimulai
dari kelompok pekebun, gabungan kelompok pekebun sampai koperasi
komoditi yang berbadan hukum. Kelembagaan pekebun dikelompokkan
menjadi 2 yaitu kelembagaan pekebun yang bersifat sosial dan yang
berfungsi ekonomi. Kelembagaan pekebun yang bersifat sosial berupa
asosiasi pekebun dan sedangkan kelembagaan pekebun yang berfungsi
ekonomi berupa koperasi komoditi.
Strategi pengembangan kelembagaan dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis perkebunan dalam
memanfaatkan peluang usaha yang ada. Adapun strategi pengembangan
kemitraan usaha dimaksudkan untuk dapat memperoleh maksimal dari
kegiatan agribisnis perkebunan. Untuk itu rencana aksi yang akan
ditempuh adalah :
1. Mendorong peningkatan kemampuan dan kemandirian kelembagaan
petani untuk menjalin kerjasama usaha dengan mitra terkait serta
mengakses berbagai peluang usaha dan sumber daya yang tersedia;
2. Mendorong terbentuknya kelembagaan komoditas yang tumbuh dari
bawah;
3. Mendorong penumbuhan kelembagaan keuangan perdesaan;
4. Meningkatkan fungsi pendampingan kepada petani dan kelembagaan
usahanya;
5. Mendorong kemitraan yang saling menguntungkan, saling
menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat dan saling
ketergantungan antara petani, pengusaha, karyawan dan masyarakat
sekitar perkebunan. Disisi lain kalangan usaha sebagai mitra terkait
dapat berperan dalam memperkuat asosiasi komoditi maupun dewan
komoditi perkebunan.
(2) Strategi khusus
Untuk melaksanakan pembaharuan organisasi kesekretariatan dalam
rangka meningkatkan pelayanan diperlukan strategi khusus yang meliputi:
a. Strategi inti
Strategi ini mempunyai 3 pendekatan dasar yaitu :
1. Menentukan kejelasan tujuan dengan menghapuskan fungsi-fungsi
yang tidak lagi memberi kontribusi pada sasaran ini dengan
melepaskan atau mengalihkannya ke tingkat organisasi yang berbeda.
Strategi ini membantu organisasi tetap fokus pada sasaran yang
penting bagi masyarakat.
22
2. Memisahkan fungsi pengarahan dan fungsi pelaksanaan dengan
memisahkan fungsi-fungsi yang secara fundamental memiliki tujuan
berbeda ke dalam organisasi berbeda-beda. Pendekatan ini
membantu tiap organisasi berkonsentrasi pada satu tujuan yang jelas.
3. Memperbaiki tujuan, untuk melaksanakan ini diperlukan suatu sistem
yang bisa membantu secara terus menerus mendefinisikan tujuan.
b. Strategi konsekuensi
Pendekatan yang ditempuh dalam strategi ini meliputi :
1. Manajemen perusahaan yang memaksa organisasi pelayanan untuk
berfungsi layaknya perusahaan bisnis yang menjadikan pelayanan
prima sebagai orientasi akhir;
2. Kompetisi teratur yang mensyaratkan mitra/unit internal organisasi
bersaing satu sama lain untuk mendapatkan penghargaan
berdasarkan kinerjanya;
3. Manajemen kinerja yang menggunakan standar pengukuran kinerja
dan reward serta punishment untuk memotivasi unit-unit organisasi.
c. Strategi pelanggan
Strategi ini menempatkan customer sebagai pengarah dengan
menyediakan pilihan-pilihan sebagai berikut :
1. Pilihan pelanggan, upaya yang dilakukan memberikan kesempatan
kepada pelanggan untuk memilih penyedia jasa. Strategi ini akan
memaksa organisasi pemerintah untuk memberi perhatian besar
terhadap keinginan pelanggan;
2. Pilihan kompetitif yang memberikan kesempatan kepada pelanggan
untuk memanfaatkan sumber daya sesuai pilihan;
3. Jaminan mutu layanan dilakukan dengan menetapkan standar
layanan pelanggan dan menciptakan imbalan bagi organisasi yang
melakukan pekerjaan dengan baik dan memenuhi standar serta
memberikan punishment kepada mereka yang tidak memenuhi
standar tersebut.
d. Strategi kontrol
Pendekatan yang dilakukan dalam strategi ini meliputi :
1. Pemberdayaan organisasi, upaya yang dilakukan adalah menghapus
banyaknya peraturan dan berbagai kontrol lain yang dipegang oleh
badan administrasi pusat, badan legislatif, badan eksekutif serta
badan pemerintahan tinggi lainnya;
23
2. Pemberdayaan pegawai, upaya yang dilakukan strategi ini adalah
melakukan pengurangan atau penghapusan kontrol manajemen
hirarkis dalam organisasi serta mendorong wewenang turun kepada
pegawai lini pertama;
3. Pemberdayaan masyarakat, upaya yang dilakukan adalah dengan
memindahkan kekuasaan birokrasi kepada masyarakat.
e. Strategi budaya
Strategi ini menentukan budaya organisasi pemerintahan yang meliputi
nilai-nilai, norma, sikap dan harapan pegawai melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Mengubah budaya dengan jalan menciptakan pengalaman baru
dengan menempatkan pegawai pada pengalaman baru yang
menantang kebiasaan yang ada, harapan dari langkah ini pegawai
dapat mendorong perubahan perilaku sehingga dapat menghasilkan
perilaku yang baru;
2. Pengembangan permufakatan baru;
3. Mengubah pikiran untuk mengembangkan mental baru.
24
VII. PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Program
Berdasarkan Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 bahwa visi
pembangunan nasional jangka panjang adalah mewujudkan Indonesia
yang mandiri, maju, adil dan makmur. Untuk mencapai visi tersebut maka
pembangunan perkebunan jangka panjang membutuhkan tahapan dan
skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) yang saat ini merupakan tahapan RPJM ke 2
(2010-2014). RPJM ke-2 ini, Direktorat Jenderal Perkebunan
mengarahkan pembangunan perkebunan yang ditujukan untuk lebih
memantapkan penataan kembali Indonesia disegala bidang dengan
menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
termasuk pengembangan kemampuan IPTEK serta penguatan daya saing
perekonomian bidang perkebunan.
Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat
edaran bersama Menteri Keuangan Nomor SE-1848/MK/2009 dan Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas nomor :
0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I
mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang
bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung
jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja
unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah
output.
Berdasarkan restrukturisasi tersebut ditetapkan bahwa program
pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 yang menjadi tanggung
jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: “Peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan”. Program ini
dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu
tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan
diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi, produktivitas dan
mutu tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah
penyegar yang didukung oleh penanganan pascapanen dan pembinaan
usaha serta dukungan pelaksanaan perlindungan perkebunan secara
optimal.
Perencanaan program pembangunan perkebunan yang dicanangkan
Direktorat Jenderal Perkebunan dilaksanakan melalui pendekatan
komoditas unggulan yang menekankan motor penggerak pembangunan
25
suatu daerah pada komoditas-komoditas yang dinilai bisa menjadi
unggulan baik di tingkat domestik maupun internasional. Penentuan
komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan
perkebunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan
komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.
Dalam rangka pengembangan komoditas unggulan nasional, Direktorat
Jenderal Perkebunan secara intensif telah melakukan berbagai langkah
strategis dengan mengidentifikasi dan mengembangkan potensi
komoditas unggulan tersebut di berbagai daerah di Indonesia. Salah
satunya adalah dengan menetapkan komoditi unggulan nasional
perkebunan didalam suatu kawasan pengembangan. Dari 127 komoditas
binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, prioritas penanganan difokuskan
pada 15 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu Karet,
Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Jambu Mete, Teh, Cengkeh,
Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam
sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan
melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya
masing-masing.
Program pembangunan perkebunan yang dilaksanakan Direktorat
Jenderal perkebunan pada periode tahun 2010-2014 dalam
pelaksanaannya didukung melalui kegiatan “Dukungan Manajemen dan
Dukungan Teknis Lainnya” yang menjadi tugas pokok dan fungsi
Sekretariat Ditjen. Perkebunan. Dukungan kegiatan Sekretariat Ditjen.
Perkebunan terhadap program pembangunan perkebunan dilaksanakan
melalui penerapan pelayanan organisasi yang berkualitas baik di Pusat
maupun di Daerah. Pelayanan organisasi yang berkualitas ini mencakup
bidang perencanaan, umum, evaluasi dan pelaporan, kepegawaian serta
keuangan dan aset.
B. Kegiatan
Mengacu pada RPJMN 2010-2014 (berdasarkan Peraturan Presiden
nomor 5 tahun 2010) bahwa kebijakan dasar dalam pembangunan
nasional termasuk dalam pembangunan pertanian diharapkan
berpegangan pada 6 strategi dasar pembangunan untuk semua
(development for all) yaitu pembangunan harus bersifat inklusif;
pembangunan harus berdimensi wilayah; mengintegrasikan dan
menyatukan potensi-potensi ekonomi yang ada di daerah menjadi satu
kesatuan geo-ekonomi secara nasional; mengembangan ekonomi-
ekonomi lokal; keserasian antara pertumbuhan dan pemerataan (pro-
growth, pro-job, pro-poor dan pro-environment); dan meningkatan kualitas
sumber daya manusia. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan pembangunan
26
perkebunan yang berdaya dan berhasil guna dan melanjutkan revitalisasi
perkebunan, meningkatkan daya saing produk perkebunan, meningkatkan
pendapatan pekebun serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam,
Direktorat Jenderal Perkebunan perlu mensinkronkan program secara
nasional dengan kegiatan yang menjadi prioritas dan tanggungjawab
lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan baik di pusat maupun di daerah.
Tanggungjawab Direktorat Jenderal Perkebunan melalui pelaksanaan
program pembangunan perkebunan dijabarkan menjadi 9 kegiatan
diantaranya adalah kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu
Tanaman Semusim, Tanaman Rempah Penyegar dan Tanaman Tahunan
serta melalui dukungan Perlindungan Perkebunan dan dukungan
Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; selain itu
dilaksanakannya dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
serta dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP2TP Medan; BBP2TP
Surabaya dan BBP2TP Ambon. Hal ini sesuai dengan amanat dari
Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:
61/Permentan/T.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pertanian.
Kegiatan yang menjadi tanggung jawab Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan yang merupakan cerminan dari tugas pokok dan fungsi
adalah : “Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya” yang
dimaksudkan untuk memfasilitasi dan memberikan dukungan pelayanan
organisasi yang berkualitas. Beberapa kegiatan dari Sekretariat Ditjen.
Perkebunan antara lain meliputi:
1. Layanan perkantoran;
2. Peralatan dan fasilitas perkantoran;
3. Norma, standar, pedoman, perencanaan, evaluasi, keuangan, ortala,
kepegawaian, dll (Pusat);
4. Administrasi Kegiatan Dana Dekonsentrasi (DK);
5. Administrasi Kegiatan Dana Tugas Pembantuan (TP);
6. Dukungan Kegiatan Manajemen dan Teknis Lainnya;
7. Dokumen Perencanaan;
8. Dokumen Keuangan dan Perlengkapan;
9. Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas;
10. Dokumen Evaluasi dan Pelaporan.
27
VIII. RENCANA KERJA TAHUN 2014
Untuk mencapai target indikator kinerja pada RKT Sekretariat Direktorat
Jenderal Perkebunan tahun 2014 ini didukung oleh rencana kerja
Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan berupa kegiatan dukungan
manajemen dan dukungan teknis lainnya meliputi :
1. Layanan perkantoran melalui kegiatan yang meliputi :
a. Pembayaran gaji dan tunjangan selama 12 bulan;
b. Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran
selama 12 bulan;
c. Layanan perkantoran Dirat Rempah dan Penyegar selama 12
bulan;
d. Layanan perkantoran Dirat Tanaman Semusim selama 12 bulan;
e. Layanan perkantoran Dirat Tanaman Tahunan selama 12 bulan;
f. Layanan perkantoran Dirat Pascapanen dan pembinaan usaha
selama 12 bulan;
g. Layanan perkantoran Dirat Perlindungan selama 12 bulan;
h. Layanan perkantoran Sekretariat selama 12 bulan.
2. Peralatan dan fasilitas perkantoran sejumlah 100 unit melalui kegiatan
yang meliputi :
a. Pengadaan sarana dan prasarana perkantoran Dirat Rempah dan
Penyegar
b. Pengadaan sarana dan prasarana perkantoran Dirat Tanaman
Semusim
c. Pengadaan sarana dan prasarana perkantoran Dirat Tanaman
Tahunan
d. Pengadaan sarana dan prasarana perkantoran Dirat Pascapanen
dan pembinaan usaha
e. Pengadaan sarana dan prasarana perkantoran Dirat Perlindungan
f. Pengadaan sarana dan prasarana perkantoran Sekretariat
3. Norma, standar, pedoman, perencanaan, evaluasi, keuangan, ortala,
kepegawaian, dll (Pusat) selama 12 bulan;
28
4. Administrasi kegiatan Dana Dekonsentrasi (DK) dan administrasi
kegiatan Dana Tugas Pembantuan (TP) di 32 provinsi dan 106
kabupaten selama 12 bulan;
5. Dukungan Kegiatan Manajemen dan Teknis Lainnya yang terdiri dari :
a. Dukungan Kegiatan Manajemen dan Teknis Lainnya yang meliputi
Sertifikasi dan pengawasan peredaran benih di 31 provinsi serta
Bantuan benih untuk penghijauan dan pameran di 31 provinsi;
b. Perencanaan selama 12 bulan;
c. Pengelolaan Keuangan dan Aset selama 12 bulan;
d. Data informasi dan Statistik selama 12 bulan;
e. Insentif Mantri Statistik Perkebunan sejumlah 5.727 orang;
f. Monitoring dan Evaluasi selama 12 bulan;
g. Insentif Pengawas Benih Tanaman sejumlah 290 orang;
h. Operasional PPNS di 30 provinsi.
6. Dokumen Perencanaan sejumlah 3 dokumen melalui kegiatan yang
meliputi :
a. Perencanaan program dan kegiatan
b. Penyusunan anggaran
c. Fasilitasi perencanaan kerjasama teknis dan program
7. Dokumen Keuangan dan Perlengkapan sejumlah 3 dokumen melalui
kegiatan yang meliputi:
a. Pelayanan perbendaharaan dan pengembalian kredit eks proyek
perkebunan
b. Pemantapan sistem akuntansi dan verifikasi pelaksanaan
anggaran
c. Penataan barang milik negara
8. Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas sejumlah 3 dokumen
melalui kegiatan yang meliputi :
a. Penyusunan legislasi, advokasi bidang perkebunan dan
penyelenggaraan humas
b. Penataan organisasi dan tata laksana serta kepegawaian
c. Pelayanan administrasi perkantoran
d. Peningkatan kapabilitas pegawai/petugas
29
9. Dokumen Evaluasi dan Pelaporan sejumlah 3 dokumen melalui
kegiatan yang meliputi :
a. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran pembangunan
perkebunan
b. Penyusunan pemuktahiran data dan informasi perkebunan
c. Tindak Lanjut Hasil pengawasan kegiatan pembangunan
perkebunan