PE MATEM T PADA Dia JUR ENINGKA MATIKA M TIPE JIGS A SISWA K ajukan seba RUSAN PE FAK UNIVE ATAN KU MELALUI SAWBER KELAS IV S agai salah sa Sarja AB 1 ENDIDIK KULTAS ERSITAS UALITAS I PEMBEL RBASIS PR VSDN MI SKRIPSI atu syarat u anaPendidik Oleh: BDUL MAJI 1401909075 KAN GURU ILMU PE S NEGERI 2013 SPEMBEL LAJARAN ROBLEM IROTO 02 I untuk memp kan ID U SEKOL ENDIDIKA I SEMAR LAJARAN N KOOPE POSING 2 SEMARA peroleh gela LAH DASA AN RANG N ERATIF ANG ar AR
398
Embed
S KRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/19246/1/1401909075.pdf · Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Problem Posing Pada Siswa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMATEM
TPADA
Dia
JUR
ENINGKAMATIKA M
TIPE JIGSA SISWA K
ajukan seba
RUSAN PE
FAK
UNIVE
ATAN KUMELALUISAWBERKELAS IV
Sagai salah sa
Sarja
AB
1
ENDIDIK
KULTAS
ERSITAS
UALITASI PEMBEL
RBASIS PRVSDN MI
SKRIPSIatu syarat u
anaPendidik
Oleh:
BDUL MAJI
1401909075
KAN GURU
ILMU PE
S NEGERI
2013
SPEMBELLAJARANROBLEM IROTO 02
I untuk memp
kan
ID
U SEKOL
ENDIDIKA
I SEMAR
LAJARANN KOOPEPOSING
2 SEMARA
peroleh gela
LAH DASA
AN
RANG
N ERATIF
ANG
ar
AR
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Abdul Majid
NIM : 1401909075
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Berbasis Problem
Posing Pada Siswa Kelas IV SDN Miroto 02 Semarang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat
atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Semarang, Februari 2013
Abdul Majid
1401909075
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama Abdul Majid, NIM 1401909075, dengan judul
“Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Jigsaw Berbasis
Problem Posing Pada Siswa Kelas IV SDN Miroto 02 Semarang” telah disetujui
oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
(1) Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
melanjutkan studi.
(2) Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin penelitian.
(3) Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan kepercayaan kepada peneliti untuk melakukan
penelitian.
(4) Dra. Wahyuningsih, M.Pd., Dosen pembimbing I yang dengan sabar
membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan masukan
terhadap kesempurnaan skripsi ini.
(5) Dra. Florentina Widihastrini. M. Pd., Dosen pembimbing II yang dengan
sabar membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan masukan
terhadap kesempurnaan skripsi ini.
(6) Seluruh guru dan stafkaryawan serta para siswa SDN Miroto 02 Semarang
yang telah banyak membantu peneliti sehingga penelitian dapat berjalan
dengan lancar.
(7) Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
vii
vii
Penulis telah berusaha sebaik-baiknya dalam menulis skripsi ini, namun
tidak menutup kemungkinan ada kesalahan yang tidak disadari oleh penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritikan yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Akhir kata, hanya kepada Allah SWT kita bertawakal dan memohon
hidayah-Nya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semarang,28 September 2012
Peneliti
viii
viii
ABSTRAK
Majid, Abdul. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Jigsaw Berbasis Problem Posing Pada Siswa Kelas IV SDN Miroto 02 Semarang. SKRIPSI, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Wahyuningsih, M.Pd., Pembimbing II: Dra. Florentina Widihastrini, M.Pd.
Berdasarkan observasi awal di kelas IV SDN Miroto 02 Semarang
ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran matematika, antara lain yaitu guru dominan dalam proses pembelajaran, guru memberikan informasi kepada siswa dengan metode ceramah sehingga siswa berperan sebagai pendengar dan penerima informasi. Penggunaan media belum dioperasionalkan secara optimal oleh guru dan siswa, siswa kurang memahami soal yang dibuat oleh guru. Rumusan dalam penelitian ini yaitu: Apakah melalui JigsawBerbasis Proble Posing dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SDN Miroto 02 Semarang?. Tujuanumum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui Jigsaw Berbasis Problem Posing pada siswa kelas IV SDN Miroto 02 Semarang.
Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus dua pertemuan.Subjek penelitian adalah guru dan 30 siswa kelas IV SDN Miroto 02.Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi.
Hasil observasi keterampilan guru siklus I diperoleh skor 37 kategori baik menjadi 43 kategori sangat baik pada siklus II. Data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan pada keterampilan guru dari siklus I ke siklus II.Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Siklus I diperoleh rata-rata skor 18,6 kategori baik. Siklus II diperoleh rata-rata skor 20 kategori baik.Ketuntasan belajar klasikal siklus I menunjukkan 63%,siklus II menjadi 87%. Data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan pada ketuntasan klasikal belajar siswa.
Simpulan dari penelitian ini adalah melalui penggunaan Jigsaw Berbasis Problem Posing dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa kelas IV.Disarankan guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman, menyenangkan serta memberikan kesempatan siswa untuk beraktivitas lebih banyak salah satunya dengan menerapkan model Jigsaw berbasis Problem Posing sebagai salah satu model inovatif dalam mengajarkan materi dalam mata pelajaran matematika.
Kata kunci: kualitas pembelajaran, pembelajaran kooperatif, Pembelajaran
Problem Posing
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i
PERNYATAAN ……………………………………………………………. ..... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………… iii
PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………………… iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………... v
PRAKATA ……………………………………………………………………. vi
ABSTRAK …………………………………………………………………..... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB IPENDAHULUAN.................................................................................. 1
1. Bersifat preventif ( penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
baik ) terdiri dari :
a. Menampakkan sikap tanggap terhadap pelajar. Misal: dengan
memandang secara klasikal, mendekati peserta, menyampaikan
komentar dan respon/ reaksi terhadap gangguan- gangguan kelas.
b. Membagi perhatian secara adil/ merata baik pada individu- individu
atau kelompok.
c. Memberikan arahan- arahan yang jelas.
d. Menegur dan memberi penguatan.
2. Bersifat represif ( pengembalian kondisi belajar ke yang baik ):
a. Dengan memodifikasi ( merubah ) tingkah laku ke yang positif.
b. Memperjelas tugas- tugas kelompok.
36
c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menyimpang dan
menimbulkan masalah.
d. Memahami pengungkapan perasaan- perasaan pelajar yang menjadi
penyebab terjadinya perbuatan yang negatif.
e. Memindahkan benda- benda yang menjadi penyebab timbulnya
gangguan.
f. Menyusun ulang progam pengajaran.
g. Ciptakan suasana segar dengan humor sehingga ketegangan
berkurang atau hilang.
h. Pengekangan secara fisik atau pengasingan terhadap pelajar yang
menimbulkan gangguan.
e) Hal- hal yang perlu dihindari:
1. Campur tangan yang berlebihan.
2. Kelenyapan atau hilang.
3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan.
4. Penyimpangan.
5. Bertele- tele.
6. Pengulangan penjelasan secara tidak perlu.
2.1.4.8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
a) Pengertian mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Bahwa pengajar menyajikan bahan pelajaran di dalam kelompok kecil
kurang lebih 3 – 7 orang dan atau terhadap satu orang secara perorangan. Namun
perlu dicatat bahwa yang dihadapi selama proses belajar mengajar berlangsung
37
tidak hanya satu kelompok atau satu orang tapi kelas itu dibagi kedalam beberapa
kelompok tersebut.
b) Hakekat hubungan interpersonal
1. Hubungan interpersonal yang terjadi sehat dan akrab antara pengajar-
siswa, antara siswa dengan siswa.
2. Setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemampuan
minatnya sendiri.
3. Setiap siswa mendapat bantuan dari pengajar sesuai kebutuhannya.
4. Dalam penentuan materi, alt yang digunakan, tujuan yang ingin
dicapai setiap siswa dilibatkan untuk menentukan.
c) Peran pengajar dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan.
1. Sebagai organisator dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Sebagai sumber informasi.
3. Sebagai pendorong siswa untuk belajar.
4. Sebagai fasilitator.
5. Sebagai pendiagnosa kesulitan belajar yang terjadi dan memberi
bantuan pada pelajar bila diperlukan.
d) Penggunaan dalam kelas.
1. Model I : kelas besar dibagi menjadi kelompok dan perorangan.
2. Model II : kelas besar dibagi menjadi kelompok- kelompok kecil
semuanya.
3. Model III : kelas besar dibagi dalam kegiatan perorangan dulu
kemudian baru digabung dalam kelompok- kelompok kecil.
38
4. Model IV : kelas besar disuruh melakukan kegiatan secara
perorangan semuanya.
e) Hal- hal yang perlu diperhatikan.
1. Bagi pengajar yang sudah mapan dengan pengajaran secara klasikal,
lebih baik mulai pengajaran dengan kelompok kecil baru ke
perorangan, sedang yang belum terbiasa dapat sebaliknya.
2. Pengajar harus jeli dan selektif karena tidak setiap topik materi itu
tepat disajikan secara kelompok kecil atau perorangan tapi lebih tepat
secara klasikal.
3. Apabila pengajar menggunakan cara pengajaran dengan kelompok
kecil, maka langkah awal pengajar mengorganisasikan peserta,
sumber, materi, ruangan, waktu, dan sebagainya.
4. Pengajaran dengan kelompok kecil sebaiknya pada puncaknya diberi
rangkuman materi secara umum, pemantapan hal- hal yang
kurang.laporan setiapkelompok kecil sehingga dapat belajar dari hasil
antar kelompok.
5. Sedang pengajaran secara perorangan, pengajar harus mengenal
setiap peserta secara pribadi sehingga proses belajar mengajarnya
dapat berjalan lancar.
6. Dalam pengajaran perorangan setiap peserta bebas bekerja dengan
bahan paket belajar.
f) Komponen – komponen pengajaran kelompok kecil dan perorangan.
1. Pengajar mengadakan pendekatan secara pribadi.
39
2. Pengajar terampil mengorganisasikan.
3. Pengajar terampil membimbing dan memudahkan cara belajar peserta.
4. Pengajar mengadakan supervisi pemanduan.
5. Pengajar terampil merencanakan dan melaksanakan kelompok belajar.
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa seorang Guru
harus menguasai 8 keterampilan mengajar yang meliputi: 1) keterampilan
bertanya, 2) keterampilan memberi penguatan, 3) keterampilan mengadakan
variasi, 4) keterampilan menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan menutup
pelajaran, 6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, 7) keterampilan
mengelola kelas, 8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Dari delapan keterampilan dasar diatas yang diterapkan di pembelajaran
matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis problem posing
meliputi: 1) membuka pelajaran, 2) menjelaskan materi, 3) keterampilan
bertanya, 4) membimbing dalam diskusi kelompok ahli maupun kelompok asal, 5)
mengkondisikan atau mengajar kelompok asal maupun kelompok ahli, 6)
mengelola kelas, 7) mengadakan variasi pembelajaran, 8) member penguatan
kepada siswa, 9) menutup pelajaran, 10) menguasai bahan ajar, 11) memilih
materi yang berkualitas, 12) memilih media yang berkualitas.
2.1.4.9 Kualitas Media Pembelajaran
Menurut Hamdani (2011) media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim atau penerima pesan. Menurut Criticos dalam Daryanto (2010)
media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan
dari komunikator menuju komunikan. Menurut AECT (Association of Education
40
and Communication Technology) dalam Rahadi (2003) media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Menurut Daryanto (2010) media pembelajaran merupakan sarana
perantara dalam proses pembelajaran.
Burhanuddin (2009) menyatakan media sebagai suatu alat yang dapat
digunakan sebagai pembawa pesan atau materi pelajaran dalam suatu kegiatan
pembelajaran yang dimaksudkan untuk memudahkan siswa memahami materi
pelajaran.
Sugandi (2007) menyatakan media pembelajaran merupakan alat/wahana
yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian
pesan pembelajaran.
Media pembelajaran mempunyai kegunaan untuk memperjelas pesan agar
tidak terlalu verbalitas; mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya
indra; menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan
sumber belajar; memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestetik; memberi rangsangan yang sama;
mempersamakan pengalaman; dan menimbulkan persepsi yang sama.
Manfaat media menurut Kemp dan Dayton (dalam Rahadi (2003)) yaitu:
1) penyampaian materi dapat diseragamkan; 2) proses pembelajaran menjadi lebih
jelas dan menarik; 3)proses pembelajaran menjadi lebih interaktif; 4) efisiensi
waktu dan tenaga; 5) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa; 6) media
memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. 7)
41
media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar;
8) merubah peran guru ke arah lebih psoitif dan produktif.
Media dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan pembagiannya.
Berdasarkan jenisnya media dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: media auditif; media
visual; media audio-visual. Berdasarkan daya liputnya media dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu: media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak; media
yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat; media yang
digunakan untuk pengajaran individual. Berdasarkan bahan pembuatannya media
dibagi menjadi dua jenis, yaitu: media yang sederhana dan media yang kompleks.
Berdasarkan pengertian diatas, maka media pembelajaran merupakan
segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat
merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses
interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara
tepat guna dan berdayaguna yang berfungsi sebagai perantara yang digunakan
sebagai alat bantu sehingga lebih mudah memahami materi.
2.1.4.10 IklimPembelajaran
Iklim pembelajaran mengacu kepada suasana yang terjadi ketika
pembelajaran berlangsung, dan lebih luas lagi kepada interaksi yang terjadi antara
komponen-komponen pembelajaran seperti, guru dan siswa. Belajar akan lebih
optimal dalam iklim yang mendukung.
42
Menurut Dikti dalam Depdiknas (2004) iklim pembelajaran mencakup:
1. Suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan
pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi
pembentukan profesionalitas kependidikan.
2. Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan kreativitas guru.
Iklim pembelajaran siswa di kelas terdapat dua jenis yaitu iklim
pembelajaran kooperatif dan kompetitif. Iklim pembelajaran kooperatif artinya
iklim belajar yang menitikberatkan pada kerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan iklim pembelajaran kompetitif adalah iklim pembelajaran
yang dapat menciptakan persaingan antar siswa/kelompok untuk mencapai tujuan
tertentu.
Guru dalam menciptakan iklim pembelajaran hendaknya menyesuaikan
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tidak semua tujuan pembelajaran
efektif dengan hanya dengan satu iklim belajar saja.Bisa juga iklim pembelajaran
yang diciptakan adalah kolaborasi antara kedua iklim pembelajaran tersebut.
Definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa iklim pembelajaran adalah
segala situasi yang muncul antara guru dan peserta didik atau antar peserta didik
yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Pembelajaran yang berkualitas
dapat diwujudkan bilamana proses pembelajaran direncanakan dan dirancang
dengan matang dan seksama, tahap demi tahap, dan proses demi proses.Peneliti
membatasi iklim pembelajaran dalam penelitian ini hanya pada interaksi yang
terjadi pada proses pembelajaran dan suasana kelas.
43
2.1.5 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam
bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar- mengajar: (1) keterampilan
dan kebiasaan,(2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita- cita (Sudjana,
2004:22)
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua daktor yaitu faktor
dar dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa ( Sudjana, 1989: 39). Dari
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dari dalam dirisiswa perubahan
kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan Clark (1981: 21)
menyatakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor
dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas
pembelajaran (Sudjana: 2002: 39)
Keberhasilan proses belajar adalah keberhasilan siswa selama mengikuti
proses pembelajaran.selain proses belajar, keberhasilan siswa juga dilihat dari
hasil belajarnya.keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan pembelajaran
tertentu di sebut keberhasilan hasil belajar.
Hasil belajar siswa dapat diklasifikasikan ke dalam 3 ranah (domain ),
yaitu (1) ranah kognitif( pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan
kecerdasan logika- matematika), (2) domain afektif ( sikap dan nilai atau yang
mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain
kecerdasan emosional, (3) domain psikomotor ( keterampilan atau yang mencakup
44
kecerdasan kinestis, kecerdasan visual- spasial dan kecerdasan musikal). Dari
penilaian dari hasil belajar siswa, dapat diketahui keberhasilan dari hasil belajar
siswa (Poerwanti 2008: 1- 22)
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan yang didapat dari seseorang yang belajar. Keberhasilan suatu
pembelajaran dapat dilihat melalui hasil belajar siswa, hasil belajar tersebut
meliputi ranah kognitif yang meliputi pengetahuan siswa terhadap materi
(intelektual siswa). Ranah kognitif dapat diukur melalui penilaian tes dan tanya
jawab. Ranah afektif dilihat melalui perilaku siswa selama proses pembelajaran,
antara lain seperti siswa yang aktif bertanya, menjawab, memberi saran, diskusi
dengan teman kelompok. Sedangkan ranah psikomotor dapat dilihat melalui
kemampuan siswa secara fisik dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang
ingin dicapai tidak hanya dalam ranah kognitif, melainkan ranah afektif dan ranah
psikomotor. Dengan demikian dalam pencapaian tujuan pembelajaran
mencantumkan semua ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
2.1.6 Pembelajaran Matematika
2.1.6.1 PengertianMatematika
Menurut Sutawijaya (dalam Aisyah, 2007) Matematika mengkaji benda
abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu system aksiomatis
menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif.
45
Menurut Dienes ( dalam Aisyah, 2007) bahwa matematika dapat dianggap
belajar memisah-misahkan hubungan-hubungan diatara struktur-struktur dan
mengkategorikan hubungannya.
Hudoyo (dalam Aisyah, 2007) menyatakan matematika berkenaan dengan
ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur
secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep
abstrak.Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik
yang menggunakan pembuktian deduktif.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan
yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan
ilmu dan teknologi (Akib, 2001:143).Menurut Soedjadi (dalam Akib, 2001: 143)
dewasa ini matematika sering dipandang sebagai bahasa ilmu, alat komunikasi
antara ilmu dan ilmuwan serta merupakan alat analisis.Dengan demikian
matematika menempatkan diri sebagai sarana strategis dalam mengembangkan
kemampuan dan keterampilan intelektual.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap
jenjang pendidikan.Matematika adalah suatu bidang ilmu yang melatih penalaran
supaya berpikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah dan membuat
keputusan.Mempelajarinya memerlukan cara tersendiri karena matematika pun
bersifat khas yaitu abstrak, konsisten, hierarki, berpikir deduktif (Herman Hudojo,
1988: 3). Sementara itu siswa dalam suatu kelas mempunyai karakteristik yang
beragam, seperti kemampuan kognitif, kondisi sosial ekonomi, dan minat terhadap
matematika.Untuk siswa SD, menurut Piaget masih berada pada masa operasional
46
konkret yaitu dalam mempelajari materi yang bersifat abstrak harus diawali
dengan materi yang konkret.Dengan mengetahui kekhasan matematika dan
karakteristik siswa, dapat diupayakan cara-cara yang sesuai dengan
pembelajarannya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, baik dari segi
kognitif, efektif, maupun psikomotorik.
Menurut Moeliono (Amin Suyitno, dkk, 2001), matematika diartikan
sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk mengajarkan matematika di SD, guru perlu mengetahui dan
mengerti tentang prinsip-prinsip pengajarannya. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai
berikut:
1. Pembelajaran dimulai dari yang sederhana menuju ke yang kompleks.
2. Pembelajaran dimulai dari yang mudah ke yang sukar.
3. Pembelajaran dimulai dari yang konkret ke abstrak (Depdikbud Dirjen Dikti,
1994: 58).
Dari ulasan diatas tentang pengertian matematika dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah menghubungkan antara struktur-struktur yang
memerlukan alas an logic dan berfikir deduktif.
2.1.6.2 ProsesBelajarMengajarMatematika
Menurut Usman (1993:4) belajar dapat diartikan sebagai perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi individu dengan individu
dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
47
dengan lingkungannya.Lebih lanjut Usman (1993:6) mengungkapkan bahwa
mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Menurut Bruner (dalam Aisyah, 2007:1.5) belajar matematika adalah
belajar mengenai konsep-konsep dan struktur matematika dan mencari hubungan
yang terdapat di dalam materi yang dipelajari. Bbruner dan Dienes (dalam
Aisyah,2007) mengemukakan agar siswa dapat memahami konsep dan prinsip
dalam matematika disajikan dalam bentuk yang konkrit melalui pola
berkelanjutan yang setiap rangkaian pembelajarannya dimulai dari konkert ke
abstrak.
Menurut Gagne (dalam Aisyah, 2007) objek belajar belajar matematika
ada dua yaitu pertama objek belajar langsung adalah transfer belajar, kemampuan
menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah pada matematika dan kedua objek
belajar tidak langsung berkenaan dengan fakta, keterampilan, konsep dan prinsip
pada matematika.
Tahap-tahap dalam pembelajaran matematika (dalam Aisyah, 2007) agar
siswa lebih mudah memahami matematika ada lima yaitu tahap pengenalan, tahap
analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi dan tahap keakuratan.
Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan
antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran.
Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti luas, tidak sekedar
48
hubungan antara guru dengan siswa tetapi juga interaksi edukatif, dalam hal ini
bukan hanya menyampaikan pesan berupa mata pelajaran, melainkan juga nilai
dan sikap pada diri siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar
matematika merupakan suatu kegiatan yang mengandung serangkaian persiapan
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar mengajar terdapat
adanya satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara guru yang mengajar
dengan siswa yang belajar.
Obyek matematika bersifat abstrak, maka belajar matematika memerlukan
daya nalar yang tinggi.Demikian pula dalam mengajar matematika guru harus
mampu mengabstraksikan obyek-obyek matematika dengan baik sehingga siswa
dapat memahami obyek matematika yang diajarkan.Hudoyo (1988:3) menyatakan
bahwa belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi.Sehingga
dalam mengajar matematika guru harus mampu memberikan penjelasan dengan
baik sehingga konsep-konsep matematika yang abstrak dapat dipahami siswa.
Materi matematika disusun secara hierarkis artinya suatu topik matematika
akan merupakan prasyarat bagi topik berikutnya. Oleh karena itu, untuk
mempelajari suatu topik matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari
seseorang akan mempengaruhi proses belajar mengajar matematika tersebut.
Hudoyo (1988:4) mengungkapkan bahwa karena kehirarkisan matematika itu,
maka belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses
belajar. Ini berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila
belajar itu sendiri dilakukan secara kontinyu. Karena dalam belajar matematika
49
memerlukan materi prasyarat untuk memahami materi berikutnya, maka dalam
mengajar matematika guru harus mengidentifikasikan materi-materi yang menjadi
prasyarat suatu topik mata pelajaran matematika.
Dari ulasan proses belajar mengajar matematika diatas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika adalah kegiatan yang dipilih pengajar dalam
proses pembelajarannya yang dapat memberikan fasilitas belajar sehingga
memperlancar tercapainya tujuan belajar matematika.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika di SD maka perlu
digunakan model pembelajaran yang mendukung.Terdapat beberapa model
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru salah satunya yaitu model
pembelajaran kooperatif.
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalmnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan
lain-lain (Joyce, 1992:4). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa stiap model
pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:15), pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
50
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur
kelompok heterogen.Menurut Suriansyah dkk (dalam Muliastuti,2010:5)
menguraikan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
dibentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajran kooperatif menurut Lungdren
(dalam Isjoni, 2009: 16) sebagai berikut:
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang
bersama.”
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik
lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapinya.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
sama.
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota
kelompok.
5. siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan
dikenakan untuk semua anggota kelompok
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya, dan
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah: (a) setiap anggota
memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c) setiap
51
anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keteramilan-keterampilan
interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan.
Olsen dan Kagan (dalam Isjoni, 2009:29) mengatakan bahwa ketentuan
utama dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengayaan struktur interaksi siswa.
2. Berhubungan dengan ruang lingkup pokok pembelajaran dan kebutuhan
pengembangan bahasa dalam kerangka organisasi.
3. Meningkatkan kesempatan-kesempatan bagi individu untuk menyebutkan
saran-saran.
Selanjutnya Jarolimek dan Parker (dalam Isjoni, 2009:36-37) mengatakan
keunggulan dan kelemahan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adapun
keunggulannya adalah: 1) saling ketergantungan yang positif. 2) adanya
pengakuan dalam respon perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas, 4) suasana kelas yang rileks dan
mnyenangkan, 5) terjalinnya hubungfgan yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan guru, dan 6) memiliki banyak kesempatan mengekspresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor,
yaitu dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu: 1)
guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenanga, pikiran dan waktu, 2) agar proses
52
pembelajaran berjalan dengan lancer maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan
biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung,
ada kecenderungan topic permasalahan yang sedang dibahas seluas sehingga
banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan 4) saat diskusi
kelas terkadang didominasi seseorang hal ini mengakibatkan siswa yang lain
pasif.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu rancangan pembelajaran yang
mengarah pada kerjasama tim atau kelompok kecil demi tercapainya tujuan
bersama.
Dalam perkembangannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa
variasi.Variasi model pembelajaran kooperatif tersebut tidak merubah prinsip
dasar dari pembelajaran kooperatif itu sendiri. Beberapa variasi dari model
pembelajaran kooperatif tersebut salah satunya yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw
2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
2.1.8.1 Konsep Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran Kooperatif dengan teknik Jigsaw adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok
bertanggung jawab atas penguasaaan materi dan bertanggung jawab mengajarkan
materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya Arends (dalam
Muliastuti, 1997)
53
Menurut Isjoni (2009:77) Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw merupakan
salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga diperkenalkan Eliot
Aronson dkk (dalam Trianto, 2007). Ia mengatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw adalah strategi kooperatif dimana setiap siswa menjadi
seorang anggota dalam bidang tertentu. Kemudian membagi pengetahuannya
kepada anggota lain dari kelompoknya agar setiap orang pada akhrnya dapat
mempelajari konsep-konsep.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam
beberapa kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang dengan
menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Para anggota dari kelompok
asal yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk berdiskusi(antar ahli),
saling membantu satu dengan yang lainnya untuk mempelajari topik yang
diberikan (ditugaskan pada mereka). Siswa tersebut kemudian kembali pada
kelompok masing-masing(kelompok asal) untuk menjelaskan kepada teman-
teman satu kelompok tentang apa yang telah dipelajarinya. Guru mengawasi
pekerjaan masing-masing kelompok. Dan jika diperlukan membantu kelompok
yang mengalamai kesulitan dan memberikan penekanan terhadap topik yang
sedang dibahas. Pada akhir pembelajaran diberikan kuis dengan materi yang telah
dibahas. (Tim Peneliti SMPN 4 Malang).
54
2.1.8.2 Langkah – langkah Pembelajran Kooperatif tipe Jigsaw
Langkah-langkah pembelajaran dalam model ini dapat dilaksanakan dalam
dua tahap yaitu:
1. Awal kegiatan pembelajaran
A. Persiapan
a) Melakukan Pembelajaran PendahuluanGuru dapat menjabarkan isi
topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan
dipelajarinya topik tersebut.
b) Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi
beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam
setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang
ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
c) Membagi siswa ke dalam kelompok asal dan ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan
3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis
kelamin, maupun latar belakang sosialnya
d) Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis
sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester
sebelumnya.
B. Rencana Kegiatan
Menurut Elliot (dalam Triyanto, 2009)
55
a) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-
6 orang)
b) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang
telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
c) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
d) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
e) Setiap anggota kelompok ahli tersebut setelah kembali ke
kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
f) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal siswa dikenai berupa
tugas individu.
g) dan skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.
Dalam model Jigsaw versi Aronson (dalam Triyanto, 2007), kelas dibagi
menjadi suatu kelompok kecil yang heterogen yang diberi nama tim jigsaw dan
materi dibagi materi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Tiap-tiap tim
diberikan satu set materi yang lengkap dan masing-masing individu ditugaskan
untuk memilih topic mereka. Kemudian siswa dipisahkan menjadi kelompok
“ahli” atau “rekan” yang terdiri dari seluruh siswa di kelas yang mempunyai
bagian informasi yang sama
Di grup ahli, siswa saling membantu mempelajari materi dan
mempersiapkan diri untuk tim jigsaw. Setelah siswa mempelajari materi digrup
56
ahli, kemudian mereka kembali ke tim jigsaw untuk mengajarkan materi tersebut
kepada teman setim dan berusaha untuk mempelajari sisa materi. Teknik ini sama
dengan teka-teki yang disebut pendekatan jigsaw. Sebagai kesimpulan dari
pelajaran tersebut siswa dengan bebas memilih kuis dan diberikan nilai individu.
2.1.8.3 Keunggulan dan kelemahan pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw.
1. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Menurut Arends ( dalam Muliastuti dkk, (2010)) jigsaw didesain
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan pembelajaran siswa lainnya. Siswa tidak hanya mendengarkan
dan mempelajarinya untuk diri sendiri tetapi siswa juga harus siap
memberikan dan mengajarkan kepada siswa lain dianggota kelompokknya.
Menurut Muliastuti dkk (2010:1006) keunggulan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut:
1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengerjakan karena sudah ada
kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2) Pemerataan materi penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang
lebih singkat.
3) Dapat melatih siswa lebih aktif berbicara dan berpendapat.
2. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Adapun kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut
muliastuti dkk ( 2010:106) adalah sebagai berikut:
57
1) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi cenderung
mengendalikan jalannya diskusi.
2) Siswa yang mempunyai kemempuan renadah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi jika kembali ke kelompok asal.
3) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan .
4) Siswa yang tidak terbiasa untuk mengikuti kompetisi akan merasa
kesulitan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan urain diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam model
pembelajaran Jigsaw menggabungkan antara pembelajaran individu dan
kelompok. Dalam pembelajaran ini siswa di tempatkan dalam kelompok yang
heterogen yang dibentuk berdasarkan kemampuan siswa dalam kelas,
pembentukan kelompok ada dua macam yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.
Hal tersebut memungkinkan peran aktif siswa dalam kelompok akan muncul.
Utamanya pada saat siswa harus memahami pokok bahasan tertentudi kelompok
ahli dan siswa bertanggung jawab nantinya menjelaskan kepada temannya di
kelompok asal. Dengan adanya hal tersebut siswa akan saling bekerjasama dalam
memberi informasi terkait penjelasan yang sudah dipelajarinya.
2.1.9 Pendekatan Problem Posing
Menurut Suryosubroto (2009) Problem posing atau yang disebut
pengajuan masalah adalah salah satu pembelajaran yang dapat memotivasi siswa
untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif.
58
Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan soal)
menempati posisi yang strategis.Siswa harus menguasai materi dan urutan
penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa
memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu
belajar secara mandiri. Problem posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam
disiplin matematika (Suyitno, 2004). Silver dan Cai dalam (Suyitno, 2004)
menulis bahwa ”Problem posing is central important in the discipline of
mathematics and in the nature of mathematical thinking”.
Suryanto ( dalam Pujiastuti, 2001:3)menjelaskan tentang problem posing
adalah perumusan soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada
dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini
terutama terjadi pada soal-soal yang rumit.
Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun
1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran
matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang
lain.
Suryosubroto (2009) mengatakan Pada prinsipnya, model pembelajaran
problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa
untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
59
Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem posing adalah
sebagai berikut.
1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat
peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
2. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa
yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula
dilakukan secara kelompok.
4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk
menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat
menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh
siswa.
5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.(Suyitno, 2004:31-32).
Silver dan Cai dalam (Suyitno, 2004) menjelaskan bahwa pengajuan soal
mandiri dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni
sebagai berikut.
a. Pre solution posing
Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi
yang diadakan.Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang
berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.
60
b. Within solution posing
Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan
ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan
penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi, diharapkan
siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan yang
ada pada soal yang bersangkutan.
c. Post solution posing
Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau
kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang
sejenis.
Dalam model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) siswa
dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika.
Dengan demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem
posing sebagai berikut.
a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya
konsep-konsep dasar.
b. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam
belajar.
c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah.(Suyitno, 2003:7-8).
Menurut Suryosubroto (2009: 206 – 212) Aplikasi pendekatan problem
posing terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan afektif adalah sebagai
61
berikut, penilaian ranah kognitif tingkatan dalam bertanya mulai dari tingkatan
rendah ketingkatan tinggi adalah sebagai berikut:
1) Pertanyaan pengetahuan
isi pertanyaan ini menurut jawaban hanya sesuai dengan fakta, hasil
observasi, devinisi atau dalil yang pernah dipelajari.
2) Pertanyaan pemahaman
Pertanyaan yang mengandung jawaban tentang kemampuan penjawab
dalam mengorganisasikan suatu informasi secara mental.
3) Pertanyaan aplikasi
Pertanyaan yang jawabannya mencakup ingatan kembali ke suatu
informasi dan mengemukakannya kembali dengan kata-kata sendiri.
4) Pertanyaan analisis
Pertanyaan yang jawabannya dimulai dari mengidentifikasi motif alasan
atau penyebab kejadian spesifik, mempertimbangkan dan menganalisis
informasi untuk mencapai kesimpulan, dan menganalisis kesimpulan atau
generalisasi untuk mendapatkan bukti yang dapat menolak atau menunjang
kesimpulan tersebut.
5) Pertanyaan sintesis
Pertanyaan yang tidak mengharuskan adanya jawaban yang benar akan
tetapi jawaban yang akan mempunya lebih banyak variasi dengan cara
menggambarkan kemampuan menghasilkan bahan komunikasi yang asli,
62
kemampuan membuat prediksi, serta kemampuan memecahkan
permasalahan.
6) Pertanyaan evaluasi.
Pertanyaan yang menggambarkan jawaban yang diinginkan adalah
pemecahan masalah, ide-ide, tanggapan berdasarkan isu, berdasarkan
criteria tertentu yang dipergunakannya. Dikarenakan criteria setiap orang
berbeda-beda, maka akan diperoleh pula jawaban yang berbeda-beda pula.
Sedangkan penilaian problem posing dalam ranah afektif lebih pada
performance yang diharapkan adanya aspek menerima atau memperhatikan, aspek
merespons, aspek menghargai, mengorganisasikan nilai dan mewatak.
Kesimpulan dari ulasan problem posing diatas bahwa problem posing
adalah pengajuanmasalah yang dapat memotivasi siswa untuk berfikir kritis,
dialogis, kreatif serta interaktif.
2.1.10 Sintak Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw Berbasis Problem Posing
Langkah – langkah pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw
Langkah – langkah pembelajaran Problem
Posing
Langkah pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
berbasis Problem Posing
1. Siswa dibagi atas
beberapa kelompok
(tiap kelompok
anggotanya 4-6
orang)
2. Materi pelajaran
diberikan kepada
siswa dalam bentuk
1. Guru menjelaskan
materi pelajaran
kepada para siswa.
Penggunaan alat
peraga untuk
memperjelas konsep
sangat disarankan.
2. Guru
9. Siswa dibagi atas
beberapa kelompok
(tiap kelompok
anggotanya 4 sampai 6
orang yang heterogen)
10. Materi pelajaran
diberikan kepada
siswa dalam bentuk
63
teks yang telah
dibagi-bagi menjadi
beberapa sub bab.
3. Setiap anggota
kelompok membaca
sub bab yang
ditugaskan dan
bertanggung jawab
untuk
mempelajarinya.
4. Anggota dari
kelompok lain yang
telah mempelajari sub
bab yang sama
bertemu dalam
kelompok-kelompok
ahli untuk
mendiskusikannya.
5. Setiap anggota
kelompok ahli
tersebut setelah
kembali ke
kelompoknya
bertugas mengajar
teman-temannya.
6. Pada pertemuan dan
diskusi kelompok
asal siswa dikenai
berupa tugas
individu.
memberikanlatihan
soal secukupnya.
3. Siswa diminta
mengajukan 1 atau 2
buah soal yang
menantang, dan siswa
yang bersangkutan
harus mampu
menyelesaikannya.
Tugas ini dapat pula
dilakukan secara
kelompok.
4. Pada pertemuan
berikutnya, secara
acak, guru menyuruh
siswa untuk
menyajikan soal
temuannya di depan
kelas. Dalam hal ini,
guru dapat
menentukan siswa
secara selektif
berdasarkan bobot soal
yang diajukan oleh
siswa.
5. Guru memberikan
tugas rumah secara
individual.
teks yang telah dibagi-
bagi menjadi beberapa
sub bab.
11. Setiap anggota
kelompok membaca
sub bab yang
ditugaskan dan
bertanggung jawab
untuk mempelajarinya.
12. Anggota dari
kelompok-kelompok
yang telah
mempelajari sub bab
yang sama bertemu
dalam kelompok-
kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
13. Setiap kelompok
diminta mengajukan 1
atau 2 buah soal yang
menantang, dan
kelompok yang
bersangkutan harus
mampu
menyelesaikannya.
14. Anggota dari
kelompok ahli yang
telah mempelajari sub
bab dan sudah
membuat soal yang
menantang kembali
64
pada kelompok asal
bertugas mengajar
teman-temannya dan
memberi contoh soal
dan dijelaskan cara
mengerjakannya.
15. Pada pertemuan
berikutnya, secara
acak, guru menyuruh
siswa untuk
menyajikan soal
temuannya di depan
kelas. Dalam hal ini,
guru dapat
menentukan siswa
secara selektif
berdasarkan bobot soal
yang diajukan oleh
siswa.
16. Siswa mengerjakan tes
individu atau
kelompok.
2.1.11 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis
Problem Posing
Contoh implementasi pembelajaran jigsaw berbasis problem posing
berdasarkan komponen-komponen model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
pendekatan problem posing yang telah disebutkan adalah sebagai berikut:
SK :menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
65
KD : menjumlahkan pecahan
Indikator : menjumlahkan pecahan berpenyebut sama
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4 sampai 6
orang yang heterogen)
Guru
Guru membentuk kelompok secara heterogen tiap kelompok anggotanya 4-6
siswa dan guru menjelaskan aturan main model pembelajaran jigsaw berbasis
problem posing.
Siswa
Siswa menempati kelompok yang sudah dibentuk oleh guru dan
melaksanakan aturan yang sudah dijelaskan guru.
2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalm bentuk teks yang telah dibagi-
bagi menjadi beberapa sub bab.
Guru
Guru membagi kelompok materi yang sudah disediakan guru
Siswa
Siswa menerima materi yang sudah dibagi oleh guru
3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung
jawab untuk mempelajarinya.
Guru
Guru memantau dan membimbing siswa dalam mempelajari materi
Siswa
Siswa secara individu mempelajari materi yang sudah dibagi oleh guru.
66
4. Anggota dari kelompok-kelompok yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
Guru
Menginstruksikan kepada siswa yang mempunya materi sama bertemu dalam
kelompok ahli
Siswa
Siswa berkumpul dengan temannya sesuai dengan sub materi yang sudah
dibagikan
5. Setiap kelompok diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang,
dan kelompok yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya.
Guru
Guru menyuruh siswa membuat soal yang menantang
Siswa
Membuat soal yang sekiranya menantang dan kunci jawaban secara
kelompok.
6. Anggota dari kelompok ahli yang telah mempelajari sub bab dan sudah
membuat soal yang menantang kembali pada kelompok asal bertugas
mengajar teman-temannya dan member contoh soal dan dijelaskan cara
mengerjakannya.
Guru
Menyuruh siswa kembali ke kelompok asal dan menyuruh siswa menjelaskan
kepada teman-temannya.
67
Siswa
Siswa menjelaskan kepada teman-temannya sesuai dengan materi yang
dipelajari dikelompok ahli.
7. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk
menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat
menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh
siswa.
Guru
Menyuruh siswa secara individu membuat soal yang menantang sebagai tugas
rumah
Siswa
Siswa membuat tugas rumah
8. Siswa mengerjakan tes secara individu
Guru
Membagikan lembar untuk menulis soal yang menantang sekaligus
jawabannya.
Siswa
Mengerjakan perintah yaitu membuat soal yang menantang dan jawabannya
di lembar yang sudah disediakan.
2.2 Kajian Empiris
Hasil penelitian yang relevan dilakukan oleh Taufiq (2009) dengan judul
Pembelajaran Jigsaw Berbasis Problem Posing untuk Meningkatkan
68
Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita Operasi Hitung Bilangan Bulat Siswa
SD Islam Sabilillah Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pembelajaran jigsaw berbasis problemposing yang dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilanganbulat
Siswa kelas VC SD Islam Sabilillah Malang. Permasalahan yang terdapat di SD
yang diteliti adalah bentuk pembelajaran yang diterapkan di sekolah masih
konvensional. Guru lebih banyak mendominasi kegiatan belajar mengajar. Siswa
hanya mendengar, memperhatikan contoh yang diberikan guru, kemudian
mengerjakan latihan soal. Bentuk pembelajaran seperti ini kurang memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya,
akibatnya siswa hanya bekerja secara prosedural. Siswa tidak diberi kesempatan
untuk membuat sendiri penyelesaian soal cerita operasi hitung campuran
bilanganbulat, sehingga apabila siswa dihadapkan pada soal cerita dalam bentuk
yang lain, maka siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Untuk itu
digunakan model pembelajaran Jigsaw berbasis problem posing untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keterampilan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung campuran bilanganbulat
dengan strategi jigsaw berbasis problemposing, menunjukkan adanya
peningkatan dari tindakan I ke tindakan II pada (a) skor rata-rata tes akhir dari
80,67 menjadi 94,67 (b) rata-rata persentase siswa yang mendapat skor ≥ 76 dari
78,34% menjadi 93,33 % (c) rata-rata skor tes akhir subyek penelitian dari 82,5
menjadi 90 (d) persentase aktivitas peneliti dari 87,5 % menjadi 95,5 % (e)
persentase aktivitas belajar siswa dari 89,73 % menjadi 96,10 %, (2) merumuskan
69
ulang soal cerita utama menjadi dua soal cerita yang lebih sederhana, ternyata
dapat memudahkan siswa dalam memahami masalah yang ada dalam soal cerita
sehingga memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal cerita operasi hitung
bilanganbulat, (3) ternyata terjadi kerjasama yang baik dalam kelompok yang
siswanya heterogen dari sisi kemampuan dalam hal (a) merumuskan ulang soal
utama menjadi dua soal yang lebih sederhana, (b) mencari langkah-langkah dalam
menyelesaikan dua soal cerita, (c) memberikan penjelasan penyelesaian soal cerita
kepada anggota kelompoknya.
Menurut Anggarini (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VI dalam pengerjaan
hitung campuran melalui model kooperatif tipe jigsaw di SDN 1 Sedayugunung
Tulungagung” yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematika pada siswa kelas VI dalam pengerjaan hitung campuran melalui
model kooperatif tipe jigsaw di SDN 1 Sedayugunung Tulungagung. Diketahui
adanya permasalahan dalam pembelajaran, yaitu nilai rata-rata hasil evaluasi
siswa pada pokok bahasan operasi hitung campuran 56,67, rasa sosial di antara
siswa sangat kurang, dan aktivitas siswa dalam pembelajaran tidak bervariasi.
Dari data awal tersebut setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dapat dilihat
bahwa Dari hasil penelitian menunjukkan hasil belajar matematika pada siswa
kelas VI dalam pengerjaan hitung campuran melalui model kooperatif tipe jigsaw
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diketahui dari nilai tes siswa, pada
pra tindakan siswa yang mencapai KKM 33%, pada siklus I 67%, dan pada siklus
70
II 100%. Sedangkan aktivitas belajar siswa pada siklus I kriteria dominan yang
muncul cukup, dan pada siklus II baik
Menurut Alianto ( 2011) dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Problem
PosingPada Pembelajaran Matematika Kelas V SD Negeri Wonorejo 01
Kecamatan Talun Kabupaten Blitar” yang bertujuan untuk mendeskripsikan
pelaksanaan model problem posing padamatapelajaranmatematika dan untuk
mendeskripsikan penerapan model problem posing dalam meningkatkan hasil
belajar siswa menunjukkan hasil bahwa Penerapan model problem posing dapat
meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa dan penerapan model problem
posing dapat meningkatan hasil belajar matematika siswa dari data awal adalah 17
siswa (48,6%) yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM
) yitu 65 menjadi sebagian besar siswa telah mencapai ketuntasan belajar yaitu
85,7%. Temuan lain dalam penelitian ini adalah siswa lebih mudah memahami
materi pelajaran. Oleh karena itu, peneliti menyarankan sebaiknya dilakukan
penelitian sejenis pada konsep-konsep matematika yang lain untuk mengetahui
apakah penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika
siswa.
Berdasarkan berbagai sumber penelitian di atas, maka dapat dijadikan
acuan peneliti dalam kegiatan penelitian untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
berbasis proplem posing pada siswa kelas IV SD Negeri Miroto 02 Semarang
Tengah.
71
2.3 KerangkaBerfikir
Dari kerangka teori yang telah dibahas, ditetapkan kerangka berpikir
sebagai berikut:
Berdasarkan dari data awal dari hasil wawancara dengan kolaborator
bahwa beberapa faktor yang menjadi penyebab dari belum optimalnya
pembelajaran matemtaika diantaranya cara guru dalam mengajar masih terbilang
sederhana, membosankan dan pembelajaran masih terpusat pada guru sehingga
pembelajaran terkesan tidak menarik, siswa dalam meraih hasil akhir kurang
optimal.
Untuk mengajarkan matematika diperlukan metode dan model yang tepat
yakni metode dan model yang didalamnya melibatkan aktivitas siswa untuk
berlatih secara maksimal. Agar suasana pembelajaran lebih hidup dan siswa lebih
semangat dalam belajar matematika maka diperlukan model salah satu
pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis
problem posing.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis
problem posing diharapkan siswa lebih aktif untuk bertanya dengan mencari
informasi dan meningkatkan pemahaman konsep matematika, selain itu
diharapkan dapat membantu proses sosialisasi para siswa dengan teman
sebayanya. serta yang paling penting siswa dapat memperoleh hasil yang optimal.
Adapun alur dari kerangka berfikir diatas adalah sebagai berikut:
72
Kondisi awal sesuai identifikasi masalah: 1. Pembelajaran masih berpusat pada guru, guru kurang variatif dalam memilih
model pembelajaran. 2. Siswa yang pintar (ahli) dan siswa yang berkemampuan rendah tidak diberi
kesempatan oleh guru untuk bertukar pikiran. 3. Siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya atau mengajukan pertanyaan. 4. Motivasi dan keaktivan siswa sangat kurang dalam mengikuti pembelajaran 5. Hasil belajar dan tingkat pemahaman siswa rendah
Kualitas pembelajaran matematika meningkat
1. Keterampilan guru meningkat 2. Aktivitas siswa meningkat 3. Hasil belajar meningkat
Kondisi akhir sesuai identifikasi masalah: 1. Pembelajaran berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator dalam
pembelajaran. 2. Siswa yang pintar (ahli) dan siswa yang berkemampuan rendah terjadi
interaksi atau tukar pikiran dalam pembelajaran 3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau mengajukan pertanyaan. 4. Motivasi dan keaktivan siswa meningkat dalam mengikuti pembelajaran 5. Hasil belajar dan tingkat pemahaman siswa meningkat
Pelaksanaan tindakan Melalui langkah - langkah pendekatan Jigsaw berbasis problem posing
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
73
2.4 HipotesisTindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dipaparkan maka diambil
hipotesis tindakan sebagai berikut:
Dengan menggunakan Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis
problem posingdalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas
siswa, keterampilan guru dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Miroto 02
sehingga dapat disimpulkan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw berbasis problem posing hasil belajar siswa meningkat seiring
meningkatnya minat siswa dalam pembelajaran matemtaika.
74
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas.Arikunto (2009) menyatakan PTK adalah suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama. Pelaksanaan PTK ini melalui 4 tahapanyaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Model dan penjelasan
masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1
(Arikunto,dkk,2009)
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara guru
dengan pihak-pihak lain sebagai upaya bersama untuk mewujudkan perbaikan
75
yang diinginkan. Adapun prosedur / langkah-langkah yang ditempuh dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan tahapan sebagai berikut :
3.1.1 TahapPerencanaan
Tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus
peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian
membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta
yang terjadi selama tindakan berlangsung (Arikunto,2009).
Menurut Arikunto (2006), perencanaan menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan itu dilaksanakan.
Dalam tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menelaah materi dalam pelajaran Matematika kelas IV yang terdapat dalam
KTSP serta menelaah indikator.
2) Menyusun RPP sesuai dengan materi, indikator, dan model pembelajaran
yang telah ditetapkan yaitu model pembelajaran jigsaw berbasis problem
posing
3) Menyiapkan materi-materi atau konsep untuk dipelajari siswa
4) Menyiapkan soal-soal atau alat evaluasi berupa tes tertulis
5) Menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang diajarkan.
6) Menyiapkan lembar observasi bagi guru dan siswa untuk mengamati
keterampilanaktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7) Menyiapkan lembar angket untuk mengetahui respons siswa terhadap
pembelajaran.
76
3.1.2 Tahap Pelaksanaan tindakan
Menurut Arikunto (2006), pelaksanaan tindakan yaitu implementasi atau
penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenai tindakan kelas. Dalam
pelaksanaan tindakan PTK ini direncanakan dalam dua siklus.Siklus kedua
dilaksanakan guna memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus pertama.
Dan bila masih diperlukan akan dilaksanakan siklus berikutnya untuk mengatasi
kekurangan pada siklus kedua hingga tercapai indikator yang telah ditentukan.
3.1.3 Tahap Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
(Arikunto,2009). Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati kegiatan
belajar mengajar. Terutama keterampilan guru dan aktifitas siswa dalam kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu
model pembelajaran jigsaw berbasis problem posingselama proses pembelajaran
berlangsung.
3.1.4 Tahap Refleksi
Menurut Poerwanti (2008), refleksi adalah perenungan kembali atas apa
yang telah dilakukan untuk dijadikanpedoman perbaikan bagi aktivitas
selanjutnya. Sedangkan menurut Arikunto (2009), refleksi merupakan kegiatan
untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi dan sudah dilakukan.
Dalam kegiatan refleksi peneliti mengkaji keterampilan guru dan aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw berbasis problem posing dan menganalisa apakah sudah sesuai dengan
77
indikator pada siklus pertama. Setelah itu bersama dengan tim kolaborasi
menentukan dan membuat tindak lanjut untuk siklus berikutnya.
3.2 PERENCANAAN TAHAP PENELITIAN
Perencanaan dalam siklus
3.2.1 Siklus I
3.2.1.1 Perencanaan
1) Menyusun RPP matematika
2) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran, mempersiapkan
soal-soal.
3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja
siswa
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan
guru dan aktifitas siswa.
3.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan
1) Guru melaksanakan apersepsi
2) Guru menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi kepada
siswa
3) Guru mengulang sekilas mengenai materi yang telah lalu
4) Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan
modelpembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis problem
posing.
78
5) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa.
Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep.
6) Guru memberi latihan soal secukupnya
7) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya
4 sampai 6 orang yang heterogen)
Eksplorasi
8) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang
telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
9) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
10) Anggota dari kelompok-kelompok yang telah mempelajari sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
11) Setiap kelompok diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang
menantang, dan kelompok yang bersangkutan harus mampu
menyelesaikannya.
Elaborasi
12) Anggota dari kelompok ahli yang telah mempelajari sub bab dan
sudah membuat soal yang menantang kembali pada kelompok
asal bertugas mengajar teman-temannya dan member contoh soal
dan dijelaskan cara mengerjakannya.
Konfirmasi
79
13) Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa
untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini,
guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot
soal yang diajukan oleh siswa.
14) Pemberian tindak lanjut.
3.2.1.3 Observasi
1) Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran koopertaif tipe jigsaw
berbasis problem posing
2) Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran koopertaif tipe jigsaw
berbasis problem posing
3.2.1.4 Refleksi
1) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus
1
Apakah dalam siklus 1 pelaksanaannya sudah sesuai dengan
pembelajaran dengan Model Pembelajaran Jigsaw berbasis
problem posing apa belum dan apakah dengan menggunakan
Model Pembelajaran Jigsaw berbasis problem posing kemampuan
siswa sudah meningkat?
2) Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1
Menuliskan daftar masalah yang masih belum terselesaikan yang
ada pada siklus 1
80
3) Merencanakan tindak lanjut untuk siklus 2
Merencanakan siklus 2 untuk menyelesaikan masalah yang belum
terselesaikan pada siklus 1
3.2.2 Siklus II
3.2.2.1 Perencanaan
1) Menyusun RPP matematika
2) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran.
3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru
dan aktifitas siswa.
3.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan
1) Guru melaksanakan apersepsi
2) Guru menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi kepada
siswa
3) Guru mengulang sekilas mengenai materi yang telah lalu
4) Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan
modelpembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis problem posing.
5) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan
alat peraga untuk memperjelas konsep.
6) Guru memberi latihan soal secukupnya
Eksplorasi
7) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4
sampai 6 orang yang heterogen)
81
8) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalm bentuk teks yang
telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
9) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
10) Anggota dari kelompok-kelompok yang telah mempelajari sub bab
yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
11) Setiap kelompok diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang
menantang, dan kelompok yang bersangkutan harus mampu
menyelesaikannya.
Elaborasi
12) Anggota dari kelompok ahli yang telah mempelajari sub bab dan
sudah membuat soal yang menantang kembali pada kelompok asal
bertugas mengajar teman-temannya dan member contoh soal dan
dijelaskan cara mengerjakannya.
Konfirmasi
13) Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa
untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini,
guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot
soal yang diajukan oleh siswa.
14) Pemberian tindak lanjut
3.2.2.3 Observasi
82
1) Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran koopertaif tipe jigsaw
berbasis problem posing
2) Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran koopertaif tipe jigsaw
berbasis problem posing
3.2.2.4 Refleksi
1) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus
2
Apakah dalam siklus 2 pelaksanaannya sudah sesuai dengan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis problem posing apa
belum dan apakah dengan menggunakan Model Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw berbasis problem posing kemampuan siswa
sudah meningkat?
2) Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus kedua
3) Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya
bila diperlukan, jika tidak dipelukan melanjutkan siklus berikutnya,
membuat kesimpulan apakah PTK sudah berhasil atau belum.
3.3 SUBJEK PENELITIAN
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan kepada seluruh siswa kelas IV
sebanyak 30 siswa.Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Miroto 02 Semarang
Tengah, tetapi subjek penelitian ini adalah guru kelas dan 6 siswa yang
berkemampuan kognitif rendah. Alasan penunjukan subyek penelitian tersebut
83
berdasarkan pendapat Sukajati (57:2008) bahwa subyek penelitian dilakukan
terhadap siswa yang mempunyai tingkat kesalahan paling banyak ( nilai yang
rendah) pada tes awal, alasan penunjukan subyek penilitian juga tidak hanya
berdasarkan banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa pada saat mengerjakan
tes awal, tetapi juga mempertimbangkan kemudahan subyek dalam berkomunikasi
dengan peneliti saat mengikuti pembelajaran.
3.4 TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Miroto 02 yang berada di Semarang
Tengah.Berdasarkan refleksi awal, kualitas pembelajaran Matematika seperti
keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa masih kurang.Maka
dilakukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran Matematika melalui
JigsawBerbasis Problem Posing.
3.5 DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.5.1 Jenis Data
3.5.1.1 Data Kuantitatif
Data kuantitatif diwujudkan dengan hasil belajar berupa kemampuan siswa
menyelesaikan soal dalam matematika.
3.5.1.2 Data Kualitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan
lembar pengamatan aktivitas siswa, keterampilan guru, dan wawancara.
84
3.5.2 Sumber Data
1 Siswa
Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi yang diperoleh secara
sistematik selama pelaksanaan siklus pertama sampai siklus kedua, hasil evaluasi
dan wawancara guru.
2 Guru
Sumber data guru berasal dari lembar observasi keterampilan guru dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipejigsaw berbasis problem posing
3 Data dokumen
Sumber data dokumen berupa nilai tes awal sebelum dilaksanakan tindakan
dan juga nilai tes akhir setelah tindakan.
4 Catatan lapangan
Sumber data yang berupa catatan lapangan berasal dari catatan selama
proses pembelajaran berupa data aktivitas siwa dan keterampilan guru dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif
tipe jigsaw berbasis problem posing.
3.5.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpuilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, tes, dokumentasi dan juga wawancara.
85
3.5.3.1 MetodeObservasi
Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data di mana peneliti
atau kolabaratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan
selama penelitian (Gulo, 2007).
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan aktifitas
siswa dan keterampilan guru dalam pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipejigsaw berbasis problem posing.Observer mengamati
dan mencatat secara teliti dan sistematis gejala-gejala atau fenomena yang terjadi
di dalam kelas.Utamanya yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
3.5.3.2 Metode Tes
Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat
pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan
sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu (Poerwanti, 2008).
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang telah disampaikan dalam kegiatan pembelajaran
matematika.Soal yang digunakan untuk tes formatif dalam penelitian ini adalah
pilihan ganda.
3.5.3.3 Metode Dokumentasi
Sugiyono (2007) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuktulisan, gambar, atau karya-karya
monumentaldari seseorang.
86
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendokumentasikan
keterampilan guru dan juga aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe jigsaw
berbasis problem posing. Dokumentasi yang digunakan berupa foto-foto kegiatan
pembelajaran.Meliputi aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran.
3.5.3.4 Metode Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan
tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang
melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo, 2007).
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon guru
dan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw berbasis problem posing
3.5.3.5 Metode Catatan Lapangan.
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007), catatan lapangan
merupakancatatan tertulis tentangapa yang didengar, dilihat, dialami, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif.
Catatan lapangan merupakan catatan yang berisikan hal-hal yang terjadi
selama proses pembelajaran berlangsung dari awal sampai akhir.Catatan lapangan
tersebut bertujuan untuk membantu peneliti apabila menemui kesulitan dan
87
sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan agar guru dapat melakukan
refleksi.
3.6 TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang digunakan adalah:
3.6.1 Kuantitatif
Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif siswa diukur dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan rerata atau mean dan
dipaparkan dalam bentuk presentase.
Adapun langkah-langkah penyajian data kuantitatif adalah sebagai berikut:
1) Menentukan skor berdasar proporsi
Skor = x 100
(Poerwanti, 2008: 6-15)
Dimana:
B = banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan ganda) atau
jumlah skor jawaban benar pada tiap butir/ item soal (pada tes bentuk
penguraian).
S = skor teoritis.
2) Menentukanmean/rata-rata nilai hasil belajar
Nilai rata-rata
(Aqip, 2010: 40)
3) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, peneliti menggunakan
rumus sebagai berikut menurut Aqib (2009: 41)
88
∑∑ 100%
Keterangan:
p = persentase ketuntasan belajar
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa,
nilai ketuntasan adalah nilai yang menggambarkan proporsi dan kualifikasi
penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah dikontrakan dalam
pembelajaran. Untuk menentukan batas minimal nilai ketuntasan peserta tes dapat
menggunakan pedoman yang ada. Depdiknas RI atau beberapa sekolah biasanya
telah menentukan batas minimal siswa dikatakan tuntas menguasai kompetensi
yang dikontrakan (Poerwanti, dkk. 2008: 6-16).Pada penelitian kali ini, telah
ditetapkan batas minimal siswa yaitu: yang ditentukan oleh sekolah yang
dikategorikan kedalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Ketuntasan SDN Miroto 02 Kelas IV Tahun Ajaran 2011/2012
Kriteria Ketuntasan
Individual
Kriteria Ketuntasan
klasikal Klasifikasi
≥ 65 ≥ 85% Tuntas
< 65 <85% Tidak Tuntas
(KKM SDN Miroto 02)
89
3.6.2 Kualitatif
Data kualitatif berupa hasil observasi aktifitas siswa dan keterampilan guru
dalam pembelajaranmatematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw berbasis problem posingserta wawancara dan catatan lapangan yang
dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan dengan
kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh
kesimpulan.
Dalam (Poerwanti, dkk:6-9) menerangkan cara untuk mengolah data skor
untuk aktivitas siswa dan keterampilan guru sebagai berikut:
1) Menentukan skor terrendah
2) Menentukan skor tertinggi
3) Mencari median
4) Membagi rentang nilai menjadi 4 kategori ( sangat baik, baik, cukup, kurang)
Jika:
R = skor terendah
T = skor tertinggi
n = banyaknya skor
Q2 = median
Letak Q2 = ( n+1 ) untuk data ganjil atau genap
Q1 = kuartil pertama
Letak Q1 = ( n +2 ) untuk data genap atau Q1 =
( n +1 ) untuk data
ganjil.
Q3 = kuartil ketiga
90
Letak Q3 = (n +2 ) untuk data genap atau Q3 = ( n +1 ) untuk data ganjil
Q4= kuartil keempat = T
Maka akan didapat :
Tabel 3.2
Kriteria Kategori Tingkat Keberhasilan
Kriteria Kentututasan Skala Penilaian Kualifikasi
Q3 ≤ skor ≤ T Sangat Baik Tuntas
Q2 ≤ skor < Q3 Baik Tuntas
Q1 ≤ skor < Q2 Cukup Tidak Tuntas
R ≤ skor < Q1 Kurang Tidak Tuntas
(Heryanto, 2008: 5.3)
3.7 INDIKATOR KEBERHASILAN
Keberhasilan model pembelajaran jigsaw berbasis problem posing dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SDN Miroto
02 Semarang dilihat dari kriteria sebagai berikut:
3. Aktifitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran jigsaw berbasis problem posing meningkat dengan kriteria
sekurang-kurangnya baik.
4. Keterampilan guru dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran jigsaw berbasis problem posing meningkat dengan
kriteria sekurang-kurangnya baik.
5. 85% siswa kelas kelas IV SDN Miroto 02 Semarang mengalami ketuntasan
belajar individual sebesar ≥65 dalam pembelajaran matematika.
91
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data observasi keterampilan mengajar guru, aktivitas siswa
dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika melalui Jigsaw berbasis
problem posing pada siswa kelas IV SDN Miroto 02 Semarang diperoleh data
sebagai berikut:
4.1.1. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I
4.1.1.1 Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran siklus I Pertemuan I
4.1.1.1.1 Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada perencanaan siklus I pertemuan I sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
serta menetapkan indikator dari mata pelajaran matematika.
b. Menelaah materi pembelajaran matematika kelas IV serta menelaah indikator
bersama tim kolaborasi.
c. Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario
pembelajaran Jigsaw Berbasis Problem posing.
d. Menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran berupa kertas lipat.
e. Membuat ringkasan materi yang mudah dipahami oleh siswa.
f. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis, dan lembar kerja siswa.
92
g. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati guru, aktivitas siswa serta
catatan lapangan dalam pembelajaran matematika melalui Jigsaw Berbasis
Problem posing
4.1.1.1.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada:
Nama Sekolah : SDN Miroto 02 Semarang
Hari/Tanggal : Senin dan Rabu/ 8 dan 10 Oktober 2012
Kelas / Semester : IV/ 1
Alokasi waktu : 6 x 35 menit (2 x pertemuan)
Uraian kegiatan:
Siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan, dengan masing-masing
pertemuan terdiri dari empat kegiatan yaitu pra kegiatan, kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir.
Siklus I Pertemua I
a. Pra kegiatan
Kegiatan dilaksanakan ± 5 menit dimulai pukul 07.00 WIB guru
memasuki kelas dan mengkondisikan siswa agar tenang dan duduk dibangku
masing-masing, dilanjutkan dengan meminta ketua kelas NA untuk memimpin
doa. Guru melakukan presensi secara klasikal dengan bertanya kepada siswa
“Apakah ada teman kalian yang tidak masuk hari ini?”.Siswa menjawab “masuk
semua pak”. Guru mengecek kesiapan siswa dengan menanya bertanya kabar
kepada semua siswa “Bagaimana kabarnya hari ini?” Semua siswa menjawab
“Baik pak” dan guru meminta siswa untuk menyiapkan alat tulis kepada semua
93
siswa, dengan bertanya kepada siswa “Sudah siapkah belajar hari ini?” semua
siswa menjawab “Siap pak”.
b. Kegiatan Awal
Memberikan Permasalahan Kontekstual
Pada kegiatan awal dilakukan dengan waktu ± 10 menit, guru melakukan
apersepsi dengan mengingatkan kembali tentang pecahan di pertemuan
sebelumnya, dengan bertanya kepada siswa “masih ingatkah kalian dengan materi
pecahan di pelajaran kemarin?” sebagian siswa menjawab “masih pak” dan
terdapat juga yang menjawab “diam”. Guru kemudian menuliskan materi yang
akan dipelajari dipapan tulis yaitu Penjumlahan pecahan, dilanjutkan dengan
penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru mengawali
pembelajaran dengan memberikan permasalahan kontekstual sebagai langkah
eksplorasi siswa terhadap materi yang akan disampaikan sebagai berikut “anak-
anak bapakmempunyai sebuah kue bolu. Bapak memotongnya menjadi empat
bagian yang sama besar. Setelah itu bapak akan memberikan pada kakak satu
bagian, tapi setelah itu kakak masih merasa belum kenyang sehingga dia meminta
satu bagian lagi, berapakah jumlah bagian kue bolu yang didapat kakak
sekarang?”
Siswa memahami Permasalahan Kontekstual
Guru menjelaskan permasalahan tersebut kepada siswa, kemudian siswa
diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut sebagai langkah eksplorasi
guru dalam pembelajaran. Dari hasil jawaban siswa, sebagian besar menjawab
94
dengan cara menggambar kemudian gambar dibagi menjadi 4 yang selanjutnya 2
bagian diarsir.
Gambar 4.1 Pengerjaan siswa yang menyatakan Terdapat beberapa siswa yang tidak mencari penyelesaian permasalahan.
FTL maju untuk mengerjakan permasalahan tersebut, dengan jawaban seperti
gambar diatas, saat FTL diminta untuk menjelaskan jawaban tersebut, FTL tidak
dapat menjawab. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada semua siswa
untuk menjawab semua siswa tidak ada yang menjawab dan samar – samar ada
yang menjawab 2.Karena tidak ada yang menjawab, guru meminta siswa untuk
berkelompok dengan ketentuan kelompok dipilih oleh guru secara heterogen.
Guru memberi petunjuk langkah-langkah pembelajaran jigsaw berbasis problem
posing.
c. Kegiatan Inti
Pembentukan kelompok diskusi, siswa menentukan strategi
Kegiatan inti berlangsung ± 35 menit, siswa diminta untuk berkelompok yang
beranggotakan 6 orang, dengan ketentuan kelompok yang sudah dibentuk oleh
guru secara heterogen pada kelompok asal.Siswa diminta waktu 1 menit untuk
berkumpul dengan kelompok, suasana kelas menjadi ramai karenapenataan kursi
dan meja. Guru kesulitan dalam mengkondisikan siswa dalam membentuk
kelompok. Sehingga alokasi waktu dalam membentuk kelompok menjadi
95
lama.Setelah membentuk kelompok, guru memberikan materi yang sudah
disiapkan untuk dipelajari, siswa melihat materi yang akan dipejari setelah itu
salah satu siswa membagi materi tersebut dengan teman kelompoknya (asal).
Kemudian siswa dari kelompok asal berpindah pada kelompok ahli dengan
mencari teman yang mendapatkan materi yang sama. Adapun materi yang
didiskusikan dikelompok ahli diurutkan dengan tema yaitu:
1. Menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan biasa
2. Menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan campuran
3. Menjumlahkan pecahan desimal dengan pecahan desimal
4. Menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya
5. Menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
6. Menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan desimal
Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi
Pada kelompok asal
Siswa diberi waktu ± 7 menit untuk melihat keseluruhan materi adapun
materinya sebagai berikut: 1) menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan biasa.
2) menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan campuran. 3)
Mengurangkan pecahan desimal dengan pecahan decimal. 4) menjumlahkan
pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya. 5) menjumlahkan
pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya. 6) menjumlahkan
pecahan campuran dengan pecahan desimal. kemudia ketua kelompok membagi
materi kepada anggota yang berjumlah 6 siswa dan setiap siswa mendapatkan satu
materi yang berbeda dengan bimbingan guru dalam membagi agar adil dan
96
mengkaji materi serta siswa diberi waktu untuk mencari referensi lain berupa
buku paket atau yang lainnya untuk menunjang dalam diskusi dikelompok ahli,
selain itu siswa diberi waktu untuk mendalami materi yang didapat secara sekilas
atau garis besarnya.
Pada kelompok ahli
Siswa diberikan waktu ± 20 menit untuk berdiskusi dikelompok ahli
dengan membahas materi yang sudah diberikan guru pada kelompok asal,
kemudian setelah siswa berkumpul dalam kelompok ahli dan berdiskusi, guru
memberi kertas lipat untuk media siswa lebih memahami pecahan secara konkret.
Setelah siswa berdiskusi guru memberi selembar kertas untuk digunakan siswa
membuat soal dan jawabannya untuk membantu siswa dalam menerangkan
nantinya dikelompok asal, soal dan jawaban dikerjakan bersama-sama dalam
kelompok, setelah selesai membuat soal dan menulis jawabannya, siswa diminta
berlatih menerangkan dikelompok ahli terlebih dahulu sebelum menerangkan
nanti dikelompok asal adapun soal yang dibuat oleh kelompok ahli adalah sebagai
berikut:
Kelompok I
Soal
+ = …
Jawaban
dan
Digabung menjadi
97
Jadi + = =
Kelompok II
Soal
3 + 2 = …
jawaban
dan
3 2
Gambar 4.3
Soal dan jawaban penjumlahan kelompok II
Jadi 3 + 2 = (3 + 2) ( + = 5
Kelompok III
0,54 + 0,3 = ….
0,5 4 0,3 –––– +
Gambar 4.2 Soal dan jawaban penjumlahan kelompok I
98
0,8 4
Jadi 0,54 + 0,3 = 0,84
Pada kelompok asal
Setelah waktu diskusi dikelompok ahli yang ditentukan sudah habis siswa
diminta kembali ke kelompok asal, siswa diberikan ± 20 menit untuk
menerangkan dan diskusi dikelompok asal, guru menyuruh siswa yang
mendapatkan materi pertama yaitu menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan
biasa menjelaskan kepada temannya guru memperhatikan satu persatu siswa yang
menerangkan pada temannya.
Pada materi pertama didapatkan 3 dari 5 siswa yang menjelaskan kepada
temannya masih membaca materi dan 2 siswa menerangkan tanpa membaca
materi akan tetapi masih menggunakan bahasa yang belum runtut atau belum
tertata rapi, dengan menjelaskan materi sebagai berikut:
Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan biasa
1. Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan biasa dengan penyebut yang
sama
o Dengan menggunakan gambar yang diarsir
Contoh :
Persatuan 4 + 0 = 4
Persepuluhan5 + 3 = 8
Ingat koma (,) harus lurus
Satuan 0 + 0 = 0
99
Hasil diperoleh dengan melihat gambar
Contoh :
Gambar 4.4
Hasil diperoleh dengan melihat gambar
o Dengan menggunakan garis bilangan
Contoh :
Gambar 4.5 Garis bilangan yang menyatakan
Mulai dari nol (0) kekanan menuju dan dilanjutkan lagi, sehingga
menjadi atau . Garis tebal menggambarkan hasil akhir.
2. Penjumlahanpecahan biasa dengan pecahan biasa dengan penyebut yang tidak
sama
Untuk mempelajari penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama, pra
syarat yang harus dikuasai siswa antara lain: penjumlahan pecahan berpenyebut
sama, pecahan senilai, dan KPK. Berikut berbagai cara untuk mengajarkan
penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama:
a. Dengan menggunakan gambar yang diarsir
Dapat dilihat bahwa ada pola hubungan yaitu pembilang dijumlah
sedangkan penyebut tetap = =
dan Digabung menjadi
dan
dan Digabung menjadi
Penjumlahan yang menyatakan dan
100
Contoh: + =
+ =
Untuk menjumlahkan pecahan yang penyebutnya tidak sama, maka
penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu. Untuk menyamakan penyebutnya
dapat dicari dengan mencari KPK dari penyebutnya. Cara lain yang dapat
digunakan yaitu dengan membuat daftar pecahan-pecahan senilai, contoh:
= = = = =
= = = = =
Ketika siswa melihat daftar diatas maka siswa akan menemukan bahwa
ada dua pecahan yang mempunyai penyebut sama. Ini membantu siswa
menyadari, bahwa terdapat lebih dari satu pasang penyebut persekutuan untuk
kedua pecahan. Salah satu pasangan (penyebutnya merupakan KPK dari kedua
penyebut) dapat digunakan untuk menjumlah atau mengurangi pasangan pecahan
yang tidak sama penyebutnya. Bila KPK sudah dipelajari selanjutnya model
abstrak dapat dilakukan. Contoh:
+ = + = + =
+ = + = + =
b. Dengan menggunakan kertas yang dilipat
Contoh: + = ...
KPK dari 2 dan 4 adalah 4,
maka penyebutnya 4
KPK dari 3 dan 5 adalah 15,
maka penyebutnya 15
dan Digabung menjadi
Gambar 4.6 Penjumlahan + =
101
14
Gambar 4.7
Menyatakan nilai dan
Setelah masing-masing pecahan terbentuk, maka gabungkan bagian-bagian
yang diarsir dengan cara kertas kedua dilipat dan hanya diperlihatkan pecahan -
an saja, kemudian tempelkan terua pada kertas yang pertama seperti berikut ini.
14
Gambar 4.8
Penggabungan antara dan
Lipat sisa atau bagian yang tidak diarsir kebelakang dan kedepan Dengan
ukuran yang sama dengan sisa yang ada. Dalam hal ini baik kertas pertama
maupun kedua ikut dilipat. Lipatan diteruskan sampai semua kertas terlipat hanis
dengan ukuran sama. Maka akan terlihat lipatan-lipatan yang menunjukkan
penyebut persekutuan seperti gambar berikut ini:
12
Panjang kertas sama dan warna kertas berbeda
Kertas pertama
Kertas kedua
Kertas kedua
Kertas kedua dilipat dan hanya diperlihatkan annya
atau diperlihatkan arsirannya saja
Kertas pertama
Sisa dari kertas ke ‐1
Lipatan ‐an digabung
dengan –
andan di
Sisa dilipat
102
12
Gambar 4.9 Lipatan kertas yang menyatakan dan
Buka lipatan-lipatan dari 2 kertas yang ada. Maka akan terlihat bahwa
pecahan menjadi dan pecahan yang masih tetap. Dari kegiatan ini siswa
mendapat pengalaman bahwa 2 pecahan menjadi sama penyebutnya dan dari hasil
penjumlahan akan terlihat:
Gambar 4.10
Hasil penjumlahan dan menggunakan kertas lipat
pada materi kedua 3 siswa masih membaca materi dan 2 siswa tidak
membaca materi adapun materi yang dijelaskan sebagai berikut:
Penjumlahan pecahan desimal dengan pecahan desimal
Sisa dilipat kebelakang
dilipat dengan ukuran an
dilipat dengan ukuran an
hasil lipatan yang terakhir
103
Menjumlahkan dua bilangan desimal adalah menjumlahkanangka-angka
yang nilai tempatnya samapada kedua bilangan tersebut.
Adapun nilai tempat pada pecahan decimal dicontohkan pada bilangan
berikut ini
125,375 Contoh penjumlahan pecahan decimal
Cara I
0,3 + 0,4 = …
1. Mengubah pesahan decimal menjadi pecahan biasa
+ =….
Perseribuan
Perseratusan
Persepulahan
Satuan
Puluhan
Ribuan
104
Gambar 4.11 Penjumlahan yang menyatakan 0,3 + 0,4 = …
Jadi
+ = =
2. Penjumlahan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan
pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan
+ = = 3. Mengubah hasil menjadi pecahan desimal
= 0,7
Cara II
Bersusun ke bawah
Pada cara bersusun kebawah kalian harus perhatikan tanda koma serta nilai
tempat.
0,25 0,42 –––– + 0,67
Persatuan 5 + 2 = 7
Persepuluhan2 + 4 = 6
dan Digabung menjadi
105
pada materi ketiga siswa semuanya masih membaca materi dan bahasanya
sesuai dengan apa yang ada dimateri, adapun materi yang dipelajari sebagai
berikut:
Penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan campuran
Dalam pecahan campuran yang harus diperhatikan adalah bahwa di pecahan campuran ada 3 bilangan yaitu bilangan bulat, bilangan pembilang dan
bilangan penyebut = bialngan bulat
= bilangan pembilang
= bilangan penyebut
1. Penjumlahan pecahan campuran dengan penyebut yang sama Contoh :
2 + 1 = …. 2 1
Ingat koma (,) harus lurus
Satuan 0 + 0 = 0
106
2 1
24
14
34
Gambar 4.12 penjumlahan yang menyatakan 2 + 1 = ...
Bagian yang diarsi digunting dan digabungkan kemudian dibandingkan
dengan satu yang utuh maka akan diketahui ada 3 bagian yang diarsir dan 1
bagian yang tidak terarsir.
Jadi
2 + 1 = ( 2 + 1 ) + + = 3
2. Penjumlahan pecahan campuran dengan penyebut tidak sama
Contoh :
2 + 3 = ….
Diketahui ada 3 kotak yang utuh
107
2 3
2 3
34
23
Gambar 4.13 Gambar penjumlahan yang menyatakan 2 + 3
Bagian yang diarsi digunting dan digabungkan kemudian dibandingkan
dengan satu yang utuh maka akan diketahui hasilnya lebih dari satu. Selanjutnya
proses penjumlahan dari + seperti pada penjumlahan dengan berbeda
penyebut.
Untuk menjumlahkan pecahan yang penyebutnya tidak sama, maka
penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu. Untuk menyamakan penyebutnya
dapat dicari dengan mencari KPK dari penyebutnya.
+ =
+
= + =
Jadi
2 + 3 = ( 2 + 3 ) + + = 5 + + = 5
KPK dari penyebut 4 dan 3 adalah 12 maka penyebutnya dijadikan 12
108
= 5 = 5 + 1+ = 6
d. Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir dilakukan dengan waktu ± 25 menit, dengan kegitan
yang dilakukan antara lain: guru bersama siswa membuat kesimpulan, guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
jelas, dan menyampaikan rencana pada pertemuan selanjutnya.
4.1.1.1.1 Observasi
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika melalui
JigsawBerbasis Problem posing siklus I pertemuan I diperoleh data sebagai
1) Membaca, mempelajari dan memahami materi yang disediakan ( Visual Activities dan
Mental Activities)
2) Berdiskusi dalam kelompok kelompok ahli ( Oral Activities, Mental Activities,
Listening Activities, dan Emotional Activities)
3) Membuat dan menggunakan alat peraga (Motor Activities)
4) Membuat dan Mengajukan pertanyaan (oral Activities)
5) Menjelaskan materi pada kelompok asal ( Oral Activities, Mental Activities, Listening
Activities, dan Emotional Activities)
6) Menyelesaikan pertanyaan (Mental Activities)
7) Menulis soal (Writing Activities dan Drawing Activities)
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I Pertemuan II yang tertera
pada tabel 4.6, dapat dijelaskan bahwa dalam pembelajaran Matematika melalui
Jigsaw Berbasis Problem posingdiperoleh jumlah rata-rata aktivitas siswa adalah
135
2,7 dengan kategori baik. Siswa sudah siap mengikuti pembelajaran, Membaca,
mempelajari dan memahami materi yang disediakan, Berdiskusi dalam kelompok
ahli, membuat dan menggunakan alat peraga, menjelaskan materi pada kelompok
asal, membuat dan mengajukan pertanyaan, menyelesaikan pertanyaan, dan
menulis soal.
Indikator Membaca, mempelajari dan memahami materi yang
disediakanmemperoleh rata-rata skor 4 yang masuk pada kategori sangat baik.
Siswa MZM, ADM, HTA, MFS, PW dan SAA memperoleh skor 4 dengan
kategori sangat baik, hal tersebut ditunjukkan dengan siswa-siswa tersebut
membaca materi dengan baik, membaca buku referensi lain, membahasnya
dengan teman dan bersikap tenang.
Berdiskusi dalam kelompok ahlidiperoleh skor rata-rata 2,8 dengan
kategori baik. Siswa PW mendapat skor 4 dengan kategori sangat baik.Hal ini
ditunjukkan denganMengungkapkan pendapat dalam kelompok, bertanya pada
teman satu kelompok, menjawab pertanyaan teman satu kelompok, menerima
pendapat teman satu kelompok. Siswa ADM, HTA, dan SAA mendapatkan skor 3
dengan kategori baik. Mengungkapkan pendapat dalam kelompok, bertanya pada
teman satu kelompok, menjawab pertanyaan teman satu kelompok. Sedangkan
MZM dan MFS hanya memperoleh skor 2 dikarenakan hanyaMengungkapkan
pendapat dalam kelompok, bertanya pada teman satu kelompok.
Dalam Membuat dan menggunakan alat peraga memperoleh skor rata-rata
2,5 dengan kategori baik. Siswa ADM, HTA, dan PW mendapatkan skor 3 dalam
kategori baik ditunjukkan dengan ADM Siswa mengerti cara membuat alat
136
peragaakan tetapi dia masih menyontoh temannya dalam membuat alat peraga,
tepat dalam membuat alat peraga, mengetahui cara penggunaan alat peraga,
sementara HTA dan PW mengerti cara membuat alat peragaakan sendiri, akan
tetapi hasilnya kurang rapi tepat dalam membuat alat peraga, mengetahui cara
penggunaan alat peraga, sedangkan SAA, MZM dan MFS mendapat skor 2
dengan kategori cukup ditunjukkan dengan SAA bisa membuat alat peraga sendiri
tetapi hasilnya kurang rapi, tepat dalam membuat alat peraga, dan tidak tahu cara
penggunaannya.
Siswa dalam membuat soal dikelompok ahli dan mengajukan pertanyaan
serta jawaban dalam kelompok asal memperoleh skor rata-rata 2 dengan kategori
cukup, ditunjukkan dengan siswa HTA yang mendapatkan skor 3 dengan kategori
baik HTA berdiskusi membuat soal dikelompok ahli dan membuat penyelesaian
jawaban, serta dapat memaparkan soal dan jawabannya, akan tetapi tidak
menggunakan bahasa yang baik, ADM, MFS, PW, SAA mendapatkan sekor 2
dapar dijabarkan karena ADM, PW, dan SAA berdiskusi membuat soal dan
membuat jawaban dikelompok ahli akan tetapi tidak bisa menjelaskan soal serta
jawaban pada kelompok asal. Sementara MZM memperoleh skor 1 ditunjukkan
dia hanya ikut berdiskusi dikelompok ahli.
Dalam menjelaskan materi pada kelompok asal siswamendapatkan skor
rata-rata 2,2 dengan kategori baik, ditunjukkan dengan MFS mendapatkan skor 3
MFS menguasai materi yang dikaji bahasa yang digunakan siswa saat
menjelaskan mudah dipahamimateri yang akan tetapi bahasa yang digunakan
siswa tidak runtut siswa percaya diri saat menjelaskan, MZM, ADM, HTA, PW,
137
dan SAA belum menguasai materi terlihat masih melihat materi, saat menjelaskan
bahasa yang digunakan sama dengan materi, runtut dan percaya diri saat
menjelaskan materi.
Siswa dalam menyelesaikan soal mendapatkan skor rata-rata 2,6 dengan
kategori baik, ADM, HTA, MFS, dan PW mendapatkan skor 3 Siswa
menyelesaikan soal mudah dipahami, siswa menyelasaikan soal dengan runtut,
bahasa yang digunakan belum sesuai kaidah, jawaban sesuai dengan soal yang
telah dibuat, sedangkan MZM dan SAA mendapatkan skor 2 denga kategori
cukup karena MZM dan SAA menyelesaikan soal dengan runtut dan mudah
dipahami akan tetapi bahasa yang digunakan belum sesuai dengan kaidah dan
jawabannya tidak sesuai dengan soal atau salah.
Indikator siswa yang terakhir adalah menulis soal mendapat skor rata-rata
2,5 dengan kategori baik ditunjukkan dengan HTA, MS, dan PW mendapatkan
skor 3 dengan kategori baik Siswa menulis soal, tulisan yang digunakan untuk
menulis soal bisa dibaca, bahasa yang digunakan dalam menulis soal kurang
dipahami, siswa dalam menulis soal terlihat rapi, sedangkan MZM, ADM dan
SAA mendapatkan skor 2 dengan kategori cukup ditunjukkan dengan MZM,
ADM dan SAA menulis soal, soal bisa dibaca akan tetapi bahasa yang digunakan
belum bisa dipahami dan belum terlihat rapi.
Hasil Observasi Keterampilan Guru
Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan yang diperoleh selama
pelaksanaan pembelajaran matematika melalui Jigsaw BerbasisProblem
138
Posingmengenai keterampilan guru pada siklus I pertemuan II dapat dilihat pada
tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data Keterampilan Guru Siklus I pertemuan II
No. Indikator Skor Kategori 1 Keterampilan Membuka 4 Sangat Baik 2 Keterampilan Menjelaskan 3 Baik 3 Keterampilan Bertanya 4 Sangat Baik
4 KeterampilanMengajar Kelompok Kecil dan Perorangan 3 Baik
5 Keterampilan membimbing diskusi kelompok 4 Sangat Baik 6 Keterampilan Mengelola Kelas 4 Sangat Baik 7 Keterampilan Mengadakan variasi 4 Sangat Baik 8 Keterampilan Memberi Penguatan 3 Baik 9 Keterampilan Menutup Pelajaran 2 Cukup 10 Keterampilan menguasai bahan ajar 3 Baik
11 Keterampilan memilih materi yang berkualitas 2 Cukup 12 Keterampilan memilih media yang berkualitas 3 Baik
Jumlah skor 39 Baik Rata-rata 3,3
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil observasi keterampilan
guru pada pembelajaran Matematika melalui Jigsaw BerbasisProblem posing
siklus I, diperoleh jumlah skor 39, rata-rata 3,3 dengan kategori baik. Hal tersebut
ditunjukkan dengan pukul 07.00 WIB guru memasuki kelas dan mengkondisikan
siswa agar tenang dan duduk dibangku masing-masing. Guru melakukan apersepsi
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi
yang akan diajarkan kepada siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dan materi yang akan disampaikan. Dalam memberikan
penguatan, guru melakukan penguatan dengan berbagai cara yaitu memberikan
penguatan verbal, penguatan non verbal, kemudian guru memberikan penguatan
139
kepada siswa secara individu. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengajukan
pertanyaan dari permasalahan kontekstual yang diberikan oleh guru.Guru juga
memberikan tuntunan kepada siswa untuk memahami pertanyaan dari
permasalahan, pertanyaan yang diberikan guru bersifat klasikal dan
perseorang.Siswa diberikan kesempatan berpikir untuk memahami
permasalahan.Kemudian, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk
mempermudah pemberian tugas.Dalam pembentukan kelompok, siswa dibagi
secara heterogen.Ketika kegiatan diskusi berlangsung, guru membimbing siswa
dengan berkeliling dan membantu siswa yang merasa kesulitan.Guru juga
memberikan tugas individu sebagai pemantapan pemahaman materi para siswa.
Berikut deskripsi hasil observasi keterampilan guru:
Dalam membuka pelajaran guru memperoleh skor 4 dengan kategori
sangat baik, hal tersebut ditunjukkan dengan guru menyiapkan siswa untuk siap
mengikuti pembelajaran, antara lain dengan bertanya kepada siswa “sudah
siapkah kalian belajar hari ini?” siswa menjawab “siap” dengan serentak. Guru
melakukan apersepsi dengan meberi pertanyaan mengulang materi yang telah lalu.
Dari kegiatan apersepsi tersebut guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan
menyampaikan materi yang akan dilakukan dengan menuliskan dipapan tulis.
Guru dalam menyampaikan materi ajar memperoleh skor 3 dengan
kategori baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan guru menggunakan permasalahan
kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam mengaitkan
materi yang disampaikan, sehingga siswa dapat membayangkan permasalahan
yang diberikan guru kepada siswa. Pembelajaran yang dilakukan guru dalam
140
menyampaiakn materi ajar sistematis, memudahkan siswa dalam memahami
materi. Guru memberikan contoh lain dan memberikan contoh cara
pemecahannya. Guru mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi yaitu
kalimat yang digunakan tidak jelas dan tidak komunikatif.
Dalam mengajukan pertanyaan dari permasalahan kontekstual guru
memperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan
guru memberikan permasalahan kontekstual yang harus dipecahkan, guru
memberikan pertanyaan yang diberikan bersifat klasikal dan individu semua siswa
berpikir untuk memahami dan memecahkan permasalahan. Guru menuntun
pertanyaan yang terdapat pada permasalahan kontekstual dengan menggunakan
kalimat sendiri, dengan tujuan untuk membantu siswa memahami permasalahan
yang disampaiakan dan guru sudah menggunakan bahasa yang baik mudah
dipahami.
Guru dalam membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok untuk
memecahkan masalah kontekstual mendapat skor 3 dengan kategori sangat baik.
Hal tersebut ditunjukkan dengan guru memberikan kesempatan masing-masing
kelompok untuk berpikir dalam mepelajari materi sendiri sesuai dengan materi
yang sudah dibagi yang diberikan oleh guru dengan membantu jika mengalami
kesulitan. Guru mendatangi masing-masing kelompok dan meminta agar semua
anggota kelompok bekerja dengan memusatkan perhatian siswa dalam kelompok.
Guru dalam pembagian waktu belum sesuai anatara kelompok satu dengan yang
lainnya.
141
Guru membimbing siswa perseorang dalam memecahkan
masalahmemperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan
dengan guru melakukan pendekatan secara individu pada semua siswa, membantu
tanpa pilih kasih jika terdapat siswa yang kesulitan, dan memberikan petunjuk
dalam pengerjaan soal. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas, ditunjukkan dengan guru sering
bertanya kepada siswa “Siapa yang mau bertanya?, Siapa yang belum jelas?”.
Dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif guru memperoleh skor
4 dengan kategori cukup. Hal tersebut ditunjukkan dengan jika terdapat siswa
yang ramai, gaduh, bermain sendiri guru menegur siswa tersebut untuk tidak
ramai lagi. Guru hanya membuat kelompok siswa disuruh mempelajari dan
membuat soal serta dijawab sendiri dan kelas berjalan dengan kondusif.
Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran guru memperoleh skor 4
dengan kategori sangat baik.Guru sudah membuat RPP untuk pelaksanaan
pembelajaran, guru menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran
yaitu berupa kartu bilangan prima yang dipakai siswa untuk lembar kerja sebagai
permodelan. Guru menyiapkan lembar kerja dan lembar evaluasi yang akan
dikerjakan oleh siswa.
Guru dalam melakukan pembelajaran yang bervariasi memperoleh skor 3
dengan kategori baik. Hal tersebut ditunjukkan dalam proses pembelajaran, variasi
suara guru dalam mengajar dapat keras, pelan, dan memberikan tekanan-tekanan
pada kalimat-kalimat yang penting yang penting. Guru selama proses
pembelajaran, berkeliling kelas untuk mengkondisikan siswa. Guru kurang dalam
142
memusatkan perhatian siswa kepada guru. Guru tidak menggunakan multi media
dalam pembelajaran.
Dalam memberikan penguatan kepada siswa,guru memperoleh skor 2
dengan kategori cukup, hal tersebut ditunjukkan dengan guru melakukan
penguatan secara individu melalui penguatan verbal dengan menyebut “pintar”
kepada siswa yang menjawab dan mau maju kedepan kelas. Guru melakukan
penguatan non verbal ditunjukkan dengan meminta siswa untuk tepuk tangan
kepada siswa yang benar jawabannya.
Guru dalam memilih media pembelajaranmemperoleh skor 3 dengan
kategori cukup. Hal tersebut ditunjukkan dengan media yang digunakan guru
sesuai dengan materi yang diajarkan, yaitu kertas lipat yang digunakan untuk
memecahkan masalah pada pecahan. Media yang digunakan guru dapat
menciptakan motivasi siswa, siswa senang saat menggunakan media dalam
kelompok.Media yang digunakan guru belum menarik perhatian siswa karena
tidak multi media dan ukuran yang digunakan model guru kecil. Siswa kesulitan
dalam mengoperasikan media yang digunakan untuk membantu siswa
memecahkan masalah karena guru dalam menjelaskan penggunaan media belum
mudah dipahami.
Guru dalam mengunakan media kertas lipat dalam pembelajaran
memperoleh skor 2 dengan kategori cukup. Hal tersebut ditunjukkan dengan guru
menggunakan media yang sesuai dengan materi. Guru dalam menggunakan media
sudah sistematis, namun dalam menjelaskan penggunaan media kepada siswa
143
kalimat yang digunakan guru sulit untuk dipahami siswa karena tidak komunikatif
bagi siswa.
Dan indikator yang terakhir adalah keterampilan melakukan refleksi atau
menutup pembelajaran, diperoleh skor 3 dengan kategori baik ditunjukkan dengan
gurumenyimpulkan materi secara lisan, memberikan evaluasi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan guru bersama siswa menyimpulkan materi secara lisan, tidak
ditulis dipapan tulis.
Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus I mengenai hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran matematika melalui jigsaw Berbasis problem
posingdiperoleh data yang tertera pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ketuntasan KlasikalHasil BelajarSiklus I
KPK dari penyebut 4 dan 3 adalah 12 maka penyebutnya dijadikan 12
Karena kurangmengambil yang utuh
Gambar 4.30
Pengurangan yang menyatakan 3 - 2 = ….
162
6 SAA 4 3 2 2 2 2 3 18 2.6 Baik Jumlah 24 17 15 15 13 16 17 116 16,6
Baik Rata – rata Tiap Indikator
4 2.8 2.5 2.5 2,2 2.7 2.8 19,3 2.8
Keterangan indikator yang diamati:
1) Membaca, mempelajari dan memahami materi yang disediakan ( Visual Activities dan
Mental Activities)
2) Berdiskusi dalam kelompok kelompok ahli ( Oral Activities, Mental Activities,
Listening Activities, dan Emotional Activities)
3) Membuat dan menggunakan alat peraga (Motor Activities)
4) Membuat dan Mengajukan pertanyaan (oral Activities)
5) Menjelaskan materi pada kelompok asal ( Oral Activities, Mental Activities, Listening
Activities, dan Emotional Activities)
6) Menyelesaikan pertanyaan (Mental Activities)
7) Menulis soal (Writing Activities dan Drawing Activities)
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II Pertemuan I yang tertera
pada tabel 4.9, dapat dijelaskan bahwa dalam pembelajaran Matematika melalui
Jigsaw Berbasis Problem posingdiperoleh jumlah rata-rata aktivitas siswa adalah
2,8 dengan kategori baik. Siswa sudah siap mengikuti pembelajaran, Membaca,
mempelajari dan memahami materi yang disediakan, Berdiskusi dalam kelompok
ahli, membuat dan menggunakan alat peraga, menjelaskan materi pada kelompok
asal, membuat dan mengajukan pertanyaan, menyelesaikan pertanyaan, dan
menulis soal.
Siswa dalam membaca, mempelajari dan memahami materi yang
disediakanmemperoleh rata-rata skor 4 yang masuk pada kategori sangat baik.
Siswa MZM, ADM, HTA, MFS, PW dan SAA memperoleh skor 4 dengan
kategori sangat baik, hal tersebut ditunjukkan dengan siswa-siswa tersebut
163
membaca materi dengan baik, membaca buku referensi lain, membahasnya
dengan teman dan bersikap tenang.
Berdiskusi dalam kelompok ahlisiswa memperoleh skor rata-rata 2,8
dengan kategori baik. Siswa PW mendapat skor 4 dengan kategori sangat baik.Hal
ini ditunjukkan denganMengungkapkan pendapat dalam kelompok, bertanya pada
teman satu kelompok, menjawab pertanyaan teman satu kelompok, menerima
pendapat teman satu kelompok. Siswa ADM, HTA, dan SAA mendapatkan skor 3
dengan kategori baik. Mengungkapkan pendapat dalam kelompok, bertanya pada
teman satu kelompok, menjawab pertanyaan teman satu kelompok. Sedangkan
MZM dan MFS hanya memperoleh skor 2 dikarenakan hanyaMengungkapkan
pendapat dalam kelompok, bertanya pada teman satu kelompok.
Dalam membuat dan menggunakan alat peragasiswa memperoleh skor
rata-rata 2,5 dengan kategori baik. Siswa ADM, HTA, dan PW mendapatkan skor
3 dalam kategori baik ditunjukkan dengan ADM Siswa mengerti cara membuat
alat peragaakan tetapi dia masih menyontoh temannya dalam membuat alat
peraga, tepat dalam membuat alat peraga, mengetahui cara penggunaan alat
peraga, sementara HTA dan PW mengerti cara membuat alat peragaakan sendiri,
akan tetapi hasilnya kurang rapi tepat dalam membuat alat peraga, mengetahui
cara penggunaan alat peraga, sedangkan SAA, MZM dan MFS mendapat skor 2
dengan kategori cukup ditunjukkan dengan SAA bisa membuat alat peraga sendiri
tetapi hasilnya kurang rapi, tepat dalam membuat alat peraga, dan tidak tahu cara
penggunaannya.
164
Siswa dalam membuat soal dikelompok ahli dan mengajukan pertanyaan
serta jawaban dalam kelompok asalmemperoleh skor rata-rata 2,5 dengan kategori
cukup, ditunjukkan dengan siswa ADM, HTA dan PW yang mendapatkan skor 3
dengan kategori baik ADM, HTA dan PW berdiskusi membuat soal dikelompok
ahli dan membuat penyelesaian jawaban, serta dapat memaparkan soal dan
jawabannya, akan tetapi tidak menggunakan bahasa yang baik, MZM, MFS, dan
SAA mendapatkan sekor 2 dapar dijabarkan karena ADM, PW, dan SAA
berdiskusi membuat soal dan membuat jawaban dikelompok ahli akan tetapi tidak
bisa menjelaskan soal serta jawaban pada kelompok asal.
Dalam menjelaskan materi pada kelompok asal siswa mendapatkan skor
rata-rata 2,2 dengan kategori baik, ditunjukkan dengan MFS mendapatkan skor 3
MFS menguasai materi yang dikaji bahasa yang digunakan siswa saat
menjelaskan mudah dipahamimateri yang akan tetapi bahasa yang digunakan
siswa tidak runtut siswa percaya diri saat menjelaskan, MZM, ADM, HTA, PW,
dan SAA belum menguasai materi terlihat masih melihat materi, saat menjelaskan
bahasa yang digunakan sama dengan materi, runtut dan percaya diri saat
menjelaskan materi.
Siswa dalam menyelesaikan soal mendapatkan skor rata-rata 2,7 dengan
kategori baik, ADM, HTA, MFS, dan PW mendapatkan skor 3 Siswa
menyelesaikan soal mudah dipahami, siswa menyelasaikan soal dengan runtut,
bahasa yang digunakan belum sesuai kaidah, jawaban sesuai dengan soal yang
telah dibuat, sedangkan MZM dan SAA mendapatkan skor 2 denga kategori
cukup karena MZM dan SAA menyelesaikan soal dengan runtut dan mudah
165
dipahami akan tetapi bahasa yang digunakan belum sesuai dengan kaidah dan
jawabannya tidak sesuai dengan soal atau salah.
Siswa dalam menulis soal mendapat skor rata-rata 2,5 dengan kategori
baik ditunjukkan dengan MZM, HTA, MFS, PW dan SAA mendapatkan skor 3
dengan kategori baik Siswa menulis soal, tulisan yang digunakan untuk menulis
soal bisa dibaca, bahasa yang digunakan dalam menulis soal kurang dipahami,
siswa dalam menulis soal terlihat rapi, sedangkan ADM mendapatkan skor 2
dengan kategori cukup ditunjukkan dengan ADM menulis soal, soal bisa dibaca
akan tetapi bahasa yang digunakan belum bisa dipahami dan belum terlihat rapi.
Hasil Observasi Keterampilan Mengajar Guru
Hasil observasi keterampilan mengajar guru dalam pembelajaran
Matematika melalui JigsawBerbasis Problem posing siklus II pertemuan I
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.7
Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan I
No. Indikator Skor Kategori 1 Keterampilan Membuka 4 Sangat baik 2 Keterampilan Menjelaskan 4 Sangat baik 3 Keterampilan Bertanya 4 Sangat baik
4 KeterampilanMengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
4 Sangat baik
5 Keterampilan membimbing diskusi kelompok 4 Sangat baik 6 Keterampilan Mengelola Kelas 4 Sangat baik 7 Keterampilan Mengadakan variasi 4 Sangat baik 8 Keterampilan Memberi Penguatan 3 Baik 9 Keterampilan Menutup Pelajaran 3 Baik 10 Keterampilan menguasai bahan ajar 2 Cukup
11 Keterampilan memilih materi yang berkualitas 3 Baik 12 Keterampilan memilih media yang berkualitas 3 Baik
166
Jumlah skor 42 Baik Rata-rata 3,5
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil observasi keterampilan
guru pada pembelajaran Matematika melalui Jigsaw BerbasisProblem posing
siklus II pertemuan I, diperoleh jumlah skor 42, rata-rata 3,5 dengan kategori baik.
Hal tersebut ditunjukkan dengan pukul 07.00 WIB guru memasuki kelas dan
mengkondisikan siswa agar tenang dan duduk dibangku masing-masing. Guru
melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan materi yang akan
disampaikan. Dalam memberikan penguatan, guru melakukan penguatan dengan
berbagai cara yaitu memberikan penguatan verbal, penguatan non verbal,
kemudian guru memberikan penguatan kepada siswa secara individu. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan mengajukan pertanyaan dari permasalahan
kontekstual yang diberikan oleh guru.Guru juga memberikan tuntunan kepada
siswa untuk memahami pertanyaan dari permasalahan, pertanyaan yang diberikan
guru bersifat klasikal dan perseorang.Siswa diberikan kesempatan berpikir untuk
memahami permasalahan.Kemudian, guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok untuk mempermudah pemberian tugas.Dalam pembentukan kelompok,
siswa dibagi secara heterogen.Ketika kegiatan diskusi berlangsung, guru
membimbing siswa dengan berkeliling dan membantu siswa yang merasa
kesulitan.Guru juga memberikan tugas individu sebagai pemantapan pemahaman
materi para siswa. Berikut deskripsi hasil observasi keterampilan guru:
167
Guru dalam membuka pelajaran memperoleh skor 4 dengan kategori
sangat baik, hal tersebut ditunjukkan dengan guru mengucapkan salam dan
menyuruh ketua kelas memimpin doa, guru menyiapkan siswa untuk siap
mengikuti pembelajaran, antara lain dengan bertanya kepada siswa “sudah
siapkah kalian belajar hari ini?” siswa menjawab “siap” dengan serentak. Guru
melakukan apersepsi dengan meberi pertanyaan kepada siswa secara kontekstual
sesuai dengan materi yang ingin disampaikan. Dari kegiatan apersepsi tersebut
guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan materi yang akan
dilakukan dengan menuliskan dipapan tulis.
Dalam menyampaikan materi ajar guru memperoleh skor 4 dengan
kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan guru menggunakan
permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa
dalam mengaitkan materi yang disampaikan, sehingga siswa dapat
membayangkan permasalahan yang diberikan guru kepada siswa. Pembelajaran
yang dilakukan guru dalam menyampaiakn materi ajar sistematis, memudahkan
siswa dalam memahami materi. Guru memberikan contoh lain dan memberikan
contoh cara pemecahannya.
Indikator keterampilan mengajukan pertanyaan dari permasalahan
kontekstual memperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik. Hal tersebut
ditunjukkan dengan guru memberikan permasalahan kontekstual yang harus
dipecahkan, guru memberikan pertanyaan yang diberikan bersifat klasikal dan
individu semua siswa berpikir untuk memahami dan memecahkan permasalahan.
Guru menuntun pertanyaan yang terdapat pada permasalahan kontekstual dengan
168
menggunakan kalimat sendiri, dengan tujuan untuk membantu siswa memahami
permasalahan yang disampaiakan.
Guru dalam membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok untuk
memecahkan masalah kontekstual mendapat skor 4 dengan kategori sangat baik.
Hal tersebut ditunjukkan dengan guru memberikan kesempatan masing-masing
kelompok untuk berpikir dalam mepelajari materi sendiri sesuai dengan materi
yang sudah dibagi yang diberikan oleh guru dengan membantu jika mengalami
kesulitan. Guru mendatangi masing-masing kelompok dan meminta agar semua
anggota kelompok bekerja dengan memusatkan perhatian siswa dalam kelompok.
Guru dalam membimbing siswa perseorang dalam memecahkan masalah
memperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan
guru melakukan pendekatan secara individu pada semua siswa, membantu tanpa
pilih kasih jika terdapat siswa yang kesulitan, dan memberikan petunjuk dalam
pengerjaan soal. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai hal-hal yang belum jelas, ditunjukkan dengan guru sering bertanya
kepada siswa “Siapa yang mau bertanya?, Siapa yang belum jelas?”.
Dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif guru memperoleh skor
4 dengan kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan jika terdapat
siswa yang ramai, gaduh, bermain sendiri guru menegur siswa tersebut untuk
tidak ramai lagi dan kelas terkoordinasi dengan kondusif dan berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran memperoleh skor 4
dengan kategori sangat baik.Guru sudah membuat RPP untuk pelaksanaan
169
pembelajaran, guru menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran
yaitu berupa kartu bilangan prima yang dipakai siswa untuk lembar kerja sebagai
permodelan. Guru menyiapkan lembar kerja dan lembar evaluasi yang akan
dikerjakan oleh siswa.
Guru dalam melakukan pembelajaran yang bervariasi memperoleh skor 3
dengan kategori cukup. Hal tersebut ditunjukkan dalam proses pembelajaran,
variasi suara guru dalam mengajar dapat keras, pelan, dan memberikan tekanan-
tekanan pada kalimat-kalimat yang penting yang penting. Guru selama proses
pembelajaran, berkeliling kelas untuk mengkondisikan siswa. Guru masih kurang
dalam memusatkan perhatian siswa kepada guru.
Guru dalam memberikan penguatan kepada siswa memperoleh skor 3
dengan kategori baik, hal tersebut ditunjukkan dengan guru melakukan penguatan
secara individu melalui penguatan verbal dengan menyebut “pintar” kepada siswa
yang menjawab dan mau maju kedepan kelas. Guru melakukan penguatan non
verbal ditunjukkan dengan meminta siswa untuk tepuk tangan kepada siswa yang
benar jawabannya.
Dalam memilih media pembelajaran guru memperoleh skor 2 dengan
kategori cukup. Hal tersebut ditunjukkan dengan media yang digunakan guru
sesuai dengan materi yang diajarkan, yaitu kertas lipat yang digunakan untuk
memecahkan masalah pada pecahan. Media yang digunakan guru dapat
menciptakan motivasi siswa, siswa senang saat menggunakan media dalam
kelompok.Media yang digunakan guru belum menarik perhatian siswa karena
tidak multi media dan ukuran yang digunakan model guru kecil. Siswa kesulitan
170
dalam mengoperasikan media yang digunakan untuk membantu siswa
memecahkan masalah karena guru tidak menjelaskan cara penggunaan media.
Guru dalam mengunakan media kertas lipat dalam pembelajaran
memperoleh skor 3 dengan kategori baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan guru
menggunakan media yang sesuai dengan materi. Guru dalam menggunakan media
sudah sistematis.
Dan indikator yang terakhir adalah keterampilan melakukan refleksi atau
menutup pembelajaran, diperoleh skor 3 dengan kategori baik, ditunjukkan
dengan gurumenyimpulkan materi secara lisan, memberikan evaluasi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan guru bersama siswa menyimpulkan materi secara lisan, tidak
ditulis dipapan tulis. Guru memberikan evaluasi secara individu denagn tujuan
pemantapan pemahaman materi yang telah disampaikan selama ± 10 menit. Guru
tidak memberikan umpan balik terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
4.1.1.2.4 Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator untuk menganalisis
proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus II Pertemuan I, yang meliputi
deskripsi keterampilan guru, deskripsi aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
Refleksi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus II Pertemuan II. Adapun hasil refleksi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Keterampilan guru dalam mengelola waktu masih kurang, pembelajaran yang
dilakukan guru melebihi waktu yang dialokasikan.
171
b. Guru kurang intensif dalam pembimbingan kelompok, sehingga banyak siswa
yang kesulitan dalam menjelaskan materi kepada temannya.
c. Terdapat dominan dalam kegiatan kelompok oleh siswa.
d. Sebagian besar siswa tidak berani bertanya atau memberikan tanggapan.
4.1.1.2.5 Revisi
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraiakan di atas, maka hal-hal
yang perlu diperbaiki dan diadakan revisi untuk tahap pelaksanaan berikutnya
adalah:
a. Dalam pengelolaan alokasi waktu, guru harus menyesuaikan dengan waktu
yang telah ditetapkan.
b. Guru dalam membimbing kelompok lebih intensif lagi, sehingga siswa apa
yang dilakukan siswa lebih terarah dan lebih baik.
c. Guru harus mencegah terjadinya dominasi siswa dalam masing-masing
kelompok, yaitu dengan berkeliling dalam masing-masing kelompok dan
meminta untuk semua anggota kelompok bekerja sama dengan baik.
d. Guru harus memotivasi siswa agar berani bertanya atau memberikan
tanggapan dengan dapat memberikan hadiah berupa bintang.
4.1.2.2. Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan II
4.1.2.2.1. Pelaksanaan
Uraian Kegiatan
Kegiatan pada siklus II pertemuan II ini adalah meliputi pra kegiatan,
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
a. Pra kegiatan
172
Guru memasuki kelas dan mengkondisikan siswa agar tenang dan duduk
dibangku masing-masing, dilanjutkan dengan meminta ketua kelas untuk
memimpin doa, kemudian guru melakukan presensi secara klasikal “Apakah ada
siswa yang tidak masuk hari ini?”, “tidak ada pak” jawab serentak siswa.
kemudian siswa diminta untuk menyiapkan alat tulis.
b. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan
materi pertemuan sebelumnya yaitu tentang pengurangan pecahan, guru tidak lupa
mengulangi untuk menyampaikan tujuan pembelajaran “setelah kita
melaksanakan kegiatan pembelajaran ini kalian diharapkan bisa mengurangkan
pecahan baik itu pecahan biasa, pecahan campuran maupun pecahan desimal”.
Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran
tersebut. Guru mengulangi penjelasan seterusnya tentang langkah-langkah
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw berbasis Problem Posing “ Anak-anak nanti
kalian langsung membentuk kelompok sesuai dengan kelompok asal kalian
kemarin”. Setelah mengulangi tujuan pembelajaran dan penjelasan langkah-
langkah pembelajaran Jigsaw berbasis problem posing, guru mengulangi sedikit
materi yang telah lalu.
c. Kegiatan Inti
Pembentukan kelompok diskusi, siswa menentukan strategi
Kegiatan inti berlangsung ± 35 menit, siswa diminta untuk berkelompok yang
beranggotakan 6 orang, dengan ketentuan kelompok yang sudah dibentuk oleh
guru secara heterogen pada kelompok asal.Siswa diminta waktu 1 menit untuk
173
berkumpul dengan kelompok, suasana kelas menjadi ramai karenapenataan kursi
dan meja, akan tetapi pada siklus II ini guru sudah tidak merasakan kesulitan
dalam membuat kelompok. Sehingga alokasi waktu dalam membentuk kelompok
menjadi tepat sesuai dengan waktu yang ditentukan.Setelah membentuk
kelompok, guru memberikan materi yang sudah disiapkan untuk dipelajari, salah
satu siswa membagi materi tersebut dengan teman kelompoknya (asal). Kemudian
siswa dari kelompok asal berpindah pada kelompok ahli dengan mencari teman
yang mendapatkan materi yang sama. Adapun materi yang didiskusikan
dikelompok ahli diurutkan dengan tema yaitu:
1. Mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan biasa
2. Mengurangkan pecahan campuran dengan pecahan campuran
3. Mengurangkan pecahan desimal dengan pecahan desimal
4. Mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya
5. Mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
6. Mengurangkan pecahan campuran dengan pecahan desimal
Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi
Pada kelompok asal
Siswa diberi waktu ± 7 menit untuk melihat keseluruhan materi adapun
materinya sebagai berikut: 1) Mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan biasa.
2) Mengurangkan pecahan campuran dengan pecahan campuran. 3)
Mengurangkan pecahan desimal dengan pecahan decimal. 4) Mengurangkan
pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya. 5) Mengurangkan
174
pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya. 6) Mengurangkan
pecahan campuran dengan pecahan decimal. kemudia ketua kelompok membagi
materi kepada anggota yang berjumlah 6 siswa dan setiap siswa mendapatkan satu
materi yang berbeda dengan bimbingan guru dalam membagi agar adil dan
mengkaji materi serta siswa diberi waktu untuk mencari referensi lain berupa
buku paket atau yang lainnya untuk menunjang dalam diskusi dikelompok ahli,
selain itu siswa diberi waktu untuk mendalami materi yang didapat secara sekilas
atau garis besarnya.
Pada kelompok ahli
Siswa diberikan waktu ± 20 menit untuk berdiskusi dikelompok ahli
dengan membahas materi yang sudah diberikan guru pada kelompok asal,
kemudian setelah siswa berkumpul dalam kelompok ahli dan berdiskusi, guru
memberi kertas lipat untuk media siswa lebih memahami pecahan dengan konkret.
Setelah siswa berdiskusi guru memberi selembar kertas untuk digunakan siswa
membuat soal dan jawabannya untuk membantu siswa dalam menerangkan
nantinya dikelompok asal, soal dan jawaban dikerjakan bersama-sama dalam
kelompok, setelah selesai membuat soal dan menulis jawabannya, siswa diminta
berlatih menerangkan dikelompok ahli terlebih dahulu sebelum menerangkan
nanti dikelompok asal dengan bimbingan guru lebih intensif lagi. Adapun materi
yang dibuat siswa adalah sebagai berikut:
Kelompok IV
Rani membeli anggur 2 kg dimakan adiknya sebanyak kg. Berapa sisa anggur
Rani sekarang?
175
Jawaban
Diketahui: rani membeli anggur 2 kg dimakan adiknya kg.
Ditanyakan : berapa sisa anggur Rani sekarang?
Jawab:
2 - = ….
2
Gambar 4.31
Soal dan jawaban pengurangan kelompok IV
Jadi sisa anggur Rani
2 - = 2 ( - ) = 2 ( ) = 2 = 2 kg
Kelompok V
Bintang membeli jeruk 3,5 kg, dimakan adiknya kg, berapa sisa jeruk Bintang
sekarang?
Jawaban
Diketahui : Bintang membeli jeruk 3,5 kg, dimakan adiknya kg.
Ditanyakan : berapa sisa jeruk Bintang sekarang?
Jawab :
Dihapus
176
3,5 - = ….
3,5 3
Jadi sisa jeruk Bintang
3,5 - = 3 - = 3 kg
Kelompok VI
Adik mempunyai kertas 5 cm, disobek adik buat mainan 1,5 cm berapa sisa
kertas adik sekarang?
Jawaban
Diketahui : adik mempunyai kertas 5 cm, digunakan 1,5 cm.
Ditanyakan : berapa sisa kertas adik sekarang?
Jawab :
5 - 1,5 = …
1,5 1
Dihapus bagian
Dihapus 1
Gambar 4.32
Soal dan jawaban pengurangan kelompok V
177
5
Gambar 4.33
Soal dan jawaban pengurangan kelompok VI
Pada kelompok asal
Setelah waktu diskusi dikelompok ahli yang ditentukan sudah habis siswa
diminta kembali ke kelompok asal, siswa diberikan ± 20 menit untuk
menerangkan dan diskusi dikelompok asal, guru menyuruh siswa yang
mendapatkan materi pertama menjelaskan kepada temannya guru memperhatikan
satu persatu siswa yang menerangkan pada temannya dan membimbingnya agar
menggunakan bahasa yang mudah dipahami,
Pada materi ke empat 2 dari 5 siswa yang menjelaskan kepada temannya
masih membaca materi dan 3 siswa menerangkan tanpa membaca materi akan
tetapi masih menggunakan bahasa yang belum runtut atau belum tertata rapi
adapun materi yang dibahas adalah sebagai berikut:
Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya
1. Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan campuran yang penyebutnya
sama
Contoh :
3 = .....
Cara I
Tahap I
Dihapus
178
3
Tahap II
2
Diambil
Gambar 4.34
Pengurangan yang menunjukan 3 =
jadi
3 - = 3 + ( - ) =
= 2 + + - = 2 + - = 2 + = 2
Cara II
3 =
=
=
= 3
Ubahlah pecahan campuran menjadi pecahan
biasa3 =
kurangkankan pecahan seperti mengurangkan
pecahan biasa dengan mengurangkan pembilang
saja
Karena diambil tidak bisa sehingga mengambil yang utuh
Karena kurangmengambil yang utuh
179
2. Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan campuran yang
penyebutnya tidak sama
Contoh :
3 = ….
Cara I
3
3
Gambar 4.35
Pengurangan yang menunjukan 3 = ….
Jadi 3 - 2 = 3 + ( - ) = 3 + ( - ) = 3
Cara II
Sederhanakan sampai kebentuk paling sederhana
Ubahlah pecahan campuran menjadi pecahan
biasa3 =
Diambil
180
3 =
=
=
= 3
Pada materi kelima 1 siswa masih membaca materi dan 4 siswa tidak
membaca materi akan tetapi masih ada yang menggunakan bahasa yang kurang
baik adapun materi yang dibahas adalah sebagai berikut:
Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
Mengurangkan berbagai bentuk pecahan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengurangkan berbagai bentuk
pecahan sebagai berikut.
1) Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama atau satu jenis dalam hal ini
pengurangan dari pecahan desimal dengan pecahan biasa bisa diubah menjadi
pecahan decimal atau pecahan biasa
2) Mengurangkan pecahan-pecahan yang sudahsejenis tersebut.
Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
yang sama penyebutnya.
Contoh :
0,6 - = ….
Sesuai dengan langkah diatas dapat dicari dengan:
kurangkan pecahan seperti mengurangkan
pecahan biasa dengan menyamakan penyebut
dengan mencari KPK 4 dan 3 adalah 12
Sederhanakan sampai kebentuk paling sederhana
181
Pengurangan yang menyatakan 0,6 - = ….
1. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan biasa
semua
0,6 = = - = ….
Gambar 4.36
Jadi - = =
Pengurangan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkankan
2. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
= 0,3
Jadi 0,6 - 0,3 = 0,3
0,6
0,3 -
0,3
Pada cara bersusun kebawah kalian harus perhatikan tanda koma serta
nilai tempat dan jika angka dibelakang koma kurang maka tambahkan 0
Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
tidak sama penyebutnya.
Contoh :
0,6 - = ….
Dihapus bagian menjadi
182
1. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan biasa
semua
0,6 =
Jadi - = - =
Untuk mengurangkan pecahan yang penyebutnya tidak sama, maka
penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu. Untuk menyamakan penyebutnya
dapat dicari dengan mencari KPK dari penyebutnya
2. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
= = 0,4
Jadi 0,6 - 0,4 = 0,2
1
0,6
0,4 -
0,2
Pada cara bersusun kebawah kalian harus perhatikan tanda koma serta
nilai tempat
pada materi ke enam 1 siswa masih membaca materi dan bahasanya
sesuai dengan apa yang ada dimateri tersebut. 2 tidak membaca materi dengan
bahasa yang mudah dipahami, 2 siswa yang lainnya tidak membaca materi tetapi
bahasa yang dipakai kurang bisa dipahami.
Pengurangan pecahan desimal dengan pecahan campuran atau sebaliknya
Mengurangkan berbagai bentuk pecahan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menjumlah berbagai bentuk
pecahan sebagai berikut.
KPK dari 10 dan 5 adalah 10
183
1) Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama atau satu jenis dalam hal ini
penjumlahan dari pecahan desimal dengan pecahan biasa campuran diubah
menjadi pecahan decimal atau pecahan campuran
2) menguangkan pecahan-pecahan yang sudahsejenis tersebut.
• Penguranganpecahan campuran dengan pecahan desimal atau
sebaliknya yang sama penyebutnya.
Contoh:
2,6 - 1 = ….
1. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan campuran
semua
2,6 = 2
Gambar 4.37
Pengurangan yang menyatakan 2,6 - 1 = ….
Jadi 2 - 1 = (2 - 1) + ( - = 1 + = 1 = 1,3
2. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
1 = 1,3
Jadi 2, 6 - 1, 3 = 1, 3
dihapus
Dihapus
184
2,6
1,3 -
1,3
• Penguranganpecahan campuran dengan pecahan desimal atau
sebaliknya yang tidak sama penyebutnya.
Contoh:
2,6 - 1 = ….
3. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan campuran
semua
2,6 = 2
Jadi 2 - 1 = (2 - 1) + ( -
= 1 + ( -
= 1 + = 1 = 1,4
4. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
1 = 1 = 1,2
Jadi 2, 6 - 1, 2 = 1, 4
2,6
1,2 -
1,4
d. Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir dilakukan dengan waktu ± 25 menit, dengan kegitan
yang dilakukan antara lain: guru bersama siswa membuat kesimpulan, guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
jelas, dan menyampaikan rencana pada pertemuan selanjutnya.
4.1.2.2.2. Observasi
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Ubahlah pecahan desimal
menjadi pecahan campuran
kurangkan pecahan seperti
mengurangkan pecahan biasa
dengan menyamakan penyebut
dengan mencari KPK 4 dan 3
d l h
Mengubah pecahan kebentuk persepuluhan, kemudian diubah menjadi pecahan desimal
185
Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika melalui
JigsawBerbasis Problem posing siklus I pertemuan II diperoleh data sebagai
1) Membaca, mempelajari dan memahami materi yang disediakan ( Visual Activities dan
Mental Activities)
2) Berdiskusi dalam kelompok kelompok ahli ( Oral Activities, Mental Activities,
Listening Activities, dan Emotional Activities)
3) Membuat dan menggunakan alat peraga (Motor Activities)
4) Membuat dan Mengajukan pertanyaan (oral Activities)
5) Menjelaskan materi pada kelompok asal ( Oral Activities, Mental Activities, Listening
Activities, dan Emotional Activities)
6) Menyelesaikan pertanyaan (Mental Activities)
7) Menulis soal (Writing Activities dan Drawing Activities)
186
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II Pertemuan II yang tertera
pada tabel 4.11, dapat dijelaskan bahwa dalam pembelajaran Matematika melalui
Jigsaw Berbasis Problem posingdiperoleh jumlah rata-rata aktivitas siswa adalah
3 dengan kategori baik. Siswa sudah siap mengikuti pembelajaran, Membaca,
mempelajari dan memahami materi yang disediakan, Berdiskusi dalam kelompok
ahli, membuat dan menggunakan alat peraga, menjelaskan materi pada kelompok
asal, membuat dan mengajukan pertanyaan, menyelesaikan pertanyaan, dan
menulis soal.
Dalam membaca, mempelajari dan memahami materi yang
disediakanmemperoleh rata-rata skor 4 yang masuk pada kategori sangat baik.
Siswa MZM, ADM, HTA, MFS, PW dan SAA memperoleh skor 4 dengan
kategori sangat baik, hal tersebut ditunjukkan dengan siswa-siswa tersebut
membaca materi dengan baik, membaca buku referensi lain, membahasnya
dengan teman dan bersikap tenang.
Berdiskusi dalam kelompok ahli siswa memperoleh skor rata-rata 2,8
dengan kategori baik. Siswa PW mendapat skor 4 dengan kategori sangat baik.Hal
ini ditunjukkan denganMengungkapkan pendapat dalam kelompok, bertanya pada
teman satu kelompok, menjawab pertanyaan teman satu kelompok, menerima
pendapat teman satu kelompok. Siswa ADM, HTA, dan SAA mendapatkan skor 3
dengan kategori baik. Mengungkapkan pendapat dalam kelompok, bertanya pada
teman satu kelompok, menjawab pertanyaan teman satu kelompok. Sedangkan
MZM dan MFS hanya memperoleh skor 2 dikarenakan hanyaMengungkapkan
pendapat dalam kelompok, bertanya pada teman satu kelompok.
187
Dalam membuat dan menggunakan alat peragasiswa memperoleh skor
rata-rata 2,7 dengan kategori baik. Siswa MZM, ADM, HTA, dan PW
mendapatkan skor 3 dalam kategori baik ditunjukkan dengan ADM Siswa
mengerti cara membuat alat peragaakan tetapi dia masih menyontoh temannya
dalam membuat alat peraga, tepat dalam membuat alat peraga, mengetahui cara
penggunaan alat peraga, sementara HTA dan PW mengerti cara membuat alat
peragaakan sendiri, akan tetapi hasilnya kurang rapi tepat dalam membuat alat
peraga, mengetahui cara penggunaan alat peraga, sedangkan SAA, dan MFS
mendapat skor 2 dengan kategori cukup ditunjukkan dengan SAA bisa membuat
alat peraga sendiri tetapi hasilnya kurang rapi, tepat dalam membuat alat peraga,
dan tidak tahu cara penggunaannya.
Siswa dalam membuat soal dikelompok ahli dan mengajukan pertanyaan
serta jawaban dalam kelompok asalmemperoleh skor rata-rata 2,8 dengan kategori
baik, ditunjukkan dengan siswa MZM, ADM, HTA, MFS dan PW yang
mendapatkan skor 3 dengan kategori baik ADM, HTA, MFS dan PW berdiskusi
membuat soal dikelompok ahli dan membuat penyelesaian jawaban, serta dapat
memaparkan soal dan jawabannya, akan tetapi tidak menggunakan bahasa yang
baik, MZM, ADM, MFS, dan SAA mendapatkan sekor 2 dapar dijabarkan karena
ADM dan SAA berdiskusi membuat soal dan membuat jawaban dikelompok ahli
akan tetapi tidak bisa menjelaskan soal serta jawaban pada kelompok asal.
Dalam menjelaskan materi pada kelompok asal siswa mendapatkan skor
rata-rata 2,8 dengan kategori baik, ditunjukkan dengan MZM, HTA, MFS, PW,
dan SAA mendapatkan skor 3 karena menguasai materi yang dikaji bahasa yang
188
digunakan siswa saat menjelaskan mudah dipahamimateri yang akan tetapi bahasa
yang digunakan siswa tidak runtut siswa percaya diri saat menjelaskan ADM
belum menguasai materi terlihat masih melihat materi, saat menjelaskan bahasa
yang digunakan sama dengan materi, runtut dan percaya diri saat menjelaskan
materi.
Dalam menyelesaikan soal siswa mendapatkan skor rata-rata 2,7 dengan
kategori baik, ADM, HTA, MFS, dan PW mendapatkan skor 3 Siswa
menyelesaikan soal mudah dipahami, siswa menyelasaikan soal dengan runtut,
bahasa yang digunakan belum sesuai kaidah, jawaban sesuai dengan soal yang
telah dibuat, sedangkan MZM dan SAA mendapatkan skor 2 denga kategori
cukup karena MZM dan SAA menyelesaikan soal dengan runtut dan mudah
dipahami akan tetapi bahasa yang digunakan belum sesuai dengan kaidah dan
jawabannya tidak sesuai dengan soal atau salah.
Indikator siswa yang terakhir adalah menulis soal mendapat skor rata-rata
3 dengan kategori baik ditunjukkan dengan MZM, ADM, HTA, MFS, PW dan
SAA mendapatkan skor 3 dengan kategori baik Siswa menulis soal, tulisan yang
digunakan untuk menulis soal bisa dibaca, bahasa yang digunakan dalam menulis
soal kurang dipahami, siswa dalam menulis soal terlihat rapi.
Hasil Observasi Keterampilan Guru
Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan yang diperoleh selama
pelaksanaan pembelajaran matematika melalui Jigsaw berbasis Problem Posing
mengenai keterampilan guru pada siklus II pertemuan II dapat dilihat pada tabel
4.11. berikut:
189
Tabel 4.9
Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan II
No. Indikator Skor Kategori 1 Keterampilan Membuka 4 Sangat baik 2 Keterampilan Menjelaskan 4 Sangat baik 3 Keterampilan Bertanya 4 Sangat baik
4 KeterampilanMengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
4 Sangat baik
5 Keterampilan membimbing diskusi kelompok 4 Sangat baik 6 Keterampilan Mengelola Kelas 4 Sangat baik 7 Keterampilan Mengadakan variasi 4 Sangat baik 8 Keterampilan Memberi Penguatan 3 Baik 9 Keterampilan Menutup Pelajaran 3 Baik 10 Keterampilan menguasai bahan ajar 2 Cukup
11 Keterampilan memilih materi yang berkualitas 4 Baik 12 Keterampilan memilih media yang berkualitas 4 Baik
Jumlah skor 44 Baik Rata-rata 3,7
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil observasi keterampilan
guru pada pembelajaran Matematika melalui Jigsaw BerbasisProblem posing
siklus II pertemuan I, diperoleh jumlah skor 44, rata-rata 3,7 dengan kategori baik.
Hal tersebut ditunjukkan dengan pukul 07.00 WIB guru memasuki kelas dan
190
mengkondisikan siswa agar tenang dan duduk dibangku masing-masing. Guru
melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan materi yang akan
disampaikan. Dalam memberikan penguatan, guru melakukan penguatan dengan
berbagai cara yaitu memberikan penguatan verbal, penguatan non verbal,
kemudian guru memberikan penguatan kepada siswa secara individu. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan mengajukan pertanyaan dari permasalahan
kontekstual yang diberikan oleh guru.Guru juga memberikan tuntunan kepada
siswa untuk memahami pertanyaan dari permasalahan, pertanyaan yang diberikan
guru bersifat klasikal dan perseorang.Siswa diberikan kesempatan berpikir untuk
memahami permasalahan.Kemudian, guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok untuk mempermudah pemberian tugas.Dalam pembentukan kelompok,
siswa dibagi secara heterogen.Ketika kegiatan diskusi berlangsung, guru
membimbing siswa dengan berkeliling dan membantu siswa yang merasa
kesulitan.Guru juga memberikan tugas individu sebagai pemantapan pemahaman
materi para siswa. Berikut deskripsi hasil observasi keterampilan guru:
Guru dalam membuka pelajaran memperoleh skor 4 dengan kategori
sangat baik, hal tersebut ditunjukkan dengan guru mengucapkan salam dan
menyuruh ketua kelas memimpin doa, guru menyiapkan siswa untuk siap
mengikuti pembelajaran, antara lain dengan bertanya kepada siswa “sudah
siapkah kalian belajar hari ini?” siswa menjawab “siap” dengan serentak. Guru
melakukan apersepsi dengan meberi pertanyaan kepada siswa secara kontekstual
191
sesuai dengan materi yang ingin disampaikan. Dari kegiatan apersepsi tersebut
guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan materi yang akan
dilakukan dengan menuliskan dipapan tulis.
Dalam menyampaikan materi ajar guru memperoleh skor 4 dengan
kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan guru menggunakan
permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa
dalam mengaitkan materi yang disampaikan, sehingga siswa dapat
membayangkan permasalahan yang diberikan guru kepada siswa. Pembelajaran
yang dilakukan guru dalam menyampaiakn materi ajar sistematis, memudahkan
siswa dalam memahami materi. Guru memberikan contoh lain dan memberikan
contoh cara pemecahannya.
Dalam mengajukan pertanyaan dari permasalahan kontekstual
memperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan
guru memberikan permasalahan kontekstual yang harus dipecahkan, guru
memberikan pertanyaan yang diberikan bersifat klasikal dan individu semua siswa
berpikir untuk memahami dan memecahkan permasalahan. Guru menuntun
pertanyaan yang terdapat pada permasalahan kontekstual dengan menggunakan
kalimat sendiri, dengan tujuan untuk membantu siswa memahami permasalahan
yang disampaiakan.
Guru dalam membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok untuk
memecahkan masalah kontekstual mendapat skor 4 dengan kategori sangat baik.
Hal tersebut ditunjukkan dengan guru memberikan kesempatan masing-masing
kelompok untuk berpikir dalam mepelajari materi sendiri sesuai dengan materi
192
yang sudah dibagi yang diberikan oleh guru dengan membantu jika mengalami
kesulitan. Guru mendatangi masing-masing kelompok dan meminta agar semua
anggota kelompok bekerja dengan memusatkan perhatian siswa dalam kelompok.
Dalam membimbing siswa perseorang dalam memecahkan masalah
memperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan
guru melakukan pendekatan secara individu pada semua siswa, membantu tanpa
pilih kasih jika terdapat siswa yang kesulitan, dan memberikan petunjuk dalam
pengerjaan soal. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai hal-hal yang belum jelas, ditunjukkan dengan guru sering bertanya
kepada siswa “Siapa yang mau bertanya?, Siapa yang belum jelas?”.
Guru dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif memperoleh skor
4 dengan kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan jika terdapat
siswa yang ramai, gaduh, bermain sendiri guru menegur siswa tersebut untuk
tidak ramai lagi dan kelas terkoordinasi dengan kondusif dan berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran guru memperoleh skor 4
dengan kategori sangat baik.Guru sudah membuat RPP untuk pelaksanaan
pembelajaran, guru menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran
yaitu berupa kartu bilangan prima yang dipakai siswa untuk lembar kerja sebagai
permodelan. Guru menyiapkan lembar kerja dan lembar evaluasi yang akan
dikerjakan oleh siswa.
Guru dalam melakukan pembelajaran yang bervariasi memperoleh skor 3
dengan kategori cukup. Hal tersebut ditunjukkan dalam proses pembelajaran,
193
variasi suara guru dalam mengajar dapat keras, pelan, dan memberikan tekanan-
tekanan pada kalimat-kalimat yang penting yang penting. Guru selama proses
pembelajaran, berkeliling kelas untuk mengkondisikan siswa. Guru masih kurang
dalam memusatkan perhatian siswa kepada guru.
Guru dalam memberikan penguatan kepada siswa memperoleh skor 3
dengan kategori baik, hal tersebut ditunjukkan dengan guru melakukan penguatan
secara individu melalui penguatan verbal dengan menyebut “pintar” kepada siswa
yang menjawab dan mau maju kedepan kelas. Guru melakukan penguatan non
verbal ditunjukkan dengan meminta siswa untuk tepuk tangan kepada siswa yang
benar jawabannya.
Dalam memilih media pembelajaran guru memperoleh skor 2 dengan
kategori cukup. Hal tersebut ditunjukkan dengan media yang digunakan guru
sesuai dengan materi yang diajarkan, yaitu kertas lipat yang digunakan untuk
memecahkan masalah pada pecahan. Media yang digunakan guru dapat
menciptakan motivasi siswa, siswa senang saat menggunakan media dalam
kelompok.Media yang digunakan guru belum menarik perhatian siswa karena
tidak multi media dan ukuran yang digunakan model guru kecil. Siswa kesulitan
dalam mengoperasikan media yang digunakan untuk membantu siswa
memecahkan masalah karena guru tidak menjelaskan cara penggunaan media.
Guru dalam mengunakan media kertas lipat dalam pembelajaran
memperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan
guru menggunakan media yang sesuai dengan materi. Guru dalam menggunakan
media sudah sistematis,
194
Dan indikator yang terakhir adalah keterampilan melakukan refleksi atau
menutup pembelajaran, diperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik, ditunjukkan
dengan gurumenyimpulkan materi secara lisan, memberikan evaluasi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan guru bersama siswa menyimpulkan materi secara lisan, tidak
ditulis dipapan tulis. Guru memberikan evaluasi secara individu denagn tujuan
pemantapan pemahaman materi yang telah disampaikan selama ± 15 menit.
mengajar kelompok kecil dan perorangan, 8) keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil.
4.2.1.3.Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil belajar siswa siklus I terdapat peningkatan hasil
belajar.Pada siklus I ketuntasan klasikal hasil belajar siswa mencapai 63% atau 19
siswa telah mengalami ketuntasan dan 11 siswa tidak tuntas, dengan rata-rata skor
hasil belajar sebesar 66, nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 25.
Nilai ketuntasan belajar setiap siswa disesuaikan dengan Kategori
Ketuntasan Minimal yang ditentukan SDN Miroto 02 yaitu 65, sedangkan
indikator keberhasilan yang ditetapkan untuk kategori ketuntasan klasikal adalah
85%. Berdasarkan data hasil belajar siswa siklus I dengan persentase ketuntasan
klasikal sebesar 67%, menunjukkan bahwa ketuntasan tersebut belum mencapai
batas minimal kriteria keberhasilan yaitu 85%.Sehingga penelitian perlu
dilanjutkan pada siklus II.
Pada siklus II ketuntasan klasikal hasil belajar siswa mencapai 87%, dengan
rata-rata skor menunjukkan 75, nilai tertinggi sebesar 100 dan nilai terendah
sebesar 35 adapun rinciannya yaitu 26 siswa telah mengalami ketuntasan dan 4
siswa tidak mengalami ketuntasan dari 30 siswa.Berdasarkan data hasil belajar
siswa siklus II dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 87%, menunjukkan
bahwa ketuntasan tersebut sudah mencapai batas minimal kriteria keberhasilan
yaitu 85%.Sehingga penelitian ini berhenti pada siklus II.
Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui
JigsawBerbasis Problem Posingdidukung oleh Horwart Kingsley dalam (Sudjana,
217
2004:22) Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya.. Indikator hasil belajar menurut
Sugandi,dkk (2007:63) merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai siswa
dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai
ketercapaian hasil belajar. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk
menggunakan keterampilan, pengetahuan, atau sikap yang sudah mereka
kembangkan selama pembelajaran dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah
ditentukan. Selama proses ini guru dapat menilai apakah siswa telah mencapai
suatu hasil belajar yang ditunjukkan dengan pencapaian beberapa indikator dari
hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar siswa telah direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak maka siswa tersebut telah mencapai suatu
kompetensi.
4.2.1 Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi hasil penelitian ini yaitu adanya peningkatan kualitas
pembelajaran Matematika yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan
hasil belajar melalui Jigsaw Berbasis Problem Posingpada siswa kelas IV SD
Negeri Miroto 02. Selain itu Implikasi yang di dapat dari penelitian ini ada tiga
hal, yaitu implikasi teoritis, implikasi praktis, dan implikasi pedagogis.
4.2.1.1 Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini yaitu keterkaitan antara hasil penelitian
dengan teori-teori yang digunakan peneliti. Penelitian ini membuktikan bahwa
dengan menggunakan melalui jigsaw Berbasis Problem Posing dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, berupa peningkatan keterampilan guru,
218
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Melalui jigsaw setiap siswa akan siap,
diskusi akan sungguh-sungguh dan tercipta tutor sebaya (Hamdani, 2011:90).
Sedangkan dengan kelebihan Problem Posingadalah salah satu pembelajaran
yang dapat memotivasi siswa untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan
interaktifMenurut Suryosubroto (2009)
4.2.2.2 Implikasi Praktis
Implikasi Praktis dari penelitian ini yaitu keterkaitan hasil penelitian
terhadap proses pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Penerapan
JigsawBerbasis Problem Posing dapat membantu guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin menggunakan Jigsaw Berbasis
Problem Posing dalam melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran
matematika.Penelitian juga dapat digunakan sebagai wawasan bagi guru tentang
keterampilan guru dalam pembelajaran dan peningkatan pembelajaran
khususnya pembelajaran matematika di sekolah dasar.
4.2.2.3 Implikasi Pedagogis
Implikasi pedagogis dari penelitian ini yaitu berupa keterkaitan hasil
penelitian dengan pembelajaran, yaitu memberikan gambaran yang jelas tentang
peningkatan kualitas pembelajaran matematika yang dipengaruhi berbagai
faktor. Salah satu faktor tersebut adalah model pembelajaran. Sesuai dengan
pernyataan Hamalik (2010:33) yang mengatakan bahwa belajar yang efektif
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada.
219
Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah menggunakan Jigsaw Berbasis
Problem posing dalam pembelajaran matematika, kualitas pembelajaran
matematika semakin meningkat.
220
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peningkatan kualitas pembelajaran
matematika melalui JigsawBerbasis Problem Posing pada siswa kelas IV SD
Negeri Miroto 02 Semarang, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Keterampilan guru dalam pembelajaran matematika melalui JigsawBerbasis
Problem Posing menunjukkan peningkatan. Pada siklus I mendapatkan rata-
rata skor 37 dengan kategori baik, kemudian di siklus II menjadi 43 dengan
kriteria sangat baik.
b. Aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran matematika melalui
JigsawBerbasis Problem Posing mengalami peningkatan yaitu siklus I rata-
rata 17,45 dengan kategori baik, dan pada siklus II rata- rata 20,05 dengan
kategori baik.
c. Hasil belajar yang diperoleh pada pembelajaran matematika melalui
JigsawBerbasis Problem Posing mengalami peningkatan yakni siklus I rata-
rata 66 dan pada siklus II rata-rata 75. Persentase ketuntasan belajar yang
diperoleh pada siklus I adalah 63% dan pada siklus II menjadi 87 %.
d. Dengan menggunakan Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis
problem posing dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas
221
siswa, keterampilan guru dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Miroto
02 seiring meningkatnya minat siswa dalam pembelajaran matemtaika.
5.2. SARAN
Berdasarkan simpulan dalam melaksanakan pembelajaran Matematika melalui
Jigsaw Berbasis Problem Posing, maka peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
a. Dalam meningkatkan keterampilan mengajar guru sebaiknya: (1) guru dapat
memilih materi yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan terkait
dengan lingkungan sehari-hari, menggunakan permasalahan kontekstual; (2)
guru membimbing kelompok secara keseluruhan dan memberikan kebebasan
dalam memperkaya materi pelajaran; (3) dalam membimbing menjelaskan
materi, guru memaksimalkan penggunaan media dalam proses pembelajaran;
(4) Guru perlu menciptakan suasana kelas yang nyaman, kondusif, tidak
monoton.
b. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, sebaiknya: (1) guru
melatih siswa untuk bertanggung jawab mempelajari materi dan melatih
percaya diri untuk membahasnya kepada siswa yang lainnya; (2) guru lebih
sering memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa agar berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran; (3) guru membuat siswa agar aktif dalam
pembelajaran seperti menyuruh siswa membuat pertanyaan-pertanyaan,
maupun memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat baik secara klasikal maupun dengan menunjuk siswa.
222
c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru dapat melatih siswa dengan
membuat soal sendiri dan menjawabnya sendiri untuk mengukur kepahaman
siswa akan materi yang sudah dipelajari.
d. Guru dapat menggunakan Jigsaw Berbasis Problem Posing dalam
pembelajaran matematika pada tingkatan kelas sekolah dasar selain dikelas
IV, karena model pembelajaran ini dapat melatih tanggung jawab serta
percaya diri untuk siswa. Dan pengajuan masalah serta menulis jawaban
melatih siswa untuk dapat mengeksplor kemampuan dalam membuat
permasalahan yang sesuai dengan materi serta dapat menukur tingkat
pemahaman siswa.
223
DAFTAR PUSTAKA
Anggarini, Yiyin. 2010. Meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VI dalam pengerjaan hitung campuran melalui model kooperatif tipe jigsaw di SDN 1 Sedayugunung Tulungagung.
Tersedia: http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=47905 Aqib, Zaenal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan
TK. Bandung : Yrama Widya. Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. BSNP.2006. Peraturan Mendiknas. Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan 2006. Jakarta: Depdiknas Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran.Semarang: IKIP Semarang
Press. Depdiknas.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Depdiknas. Depdiknas.2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Fathani, A.H . 2009. Matematika Hakikat&Logika. Yogyakarta: Ar-ruzzmedia Gulo, W. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia. Hamalik,O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamzah, U. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : PT Bumi Aksara Harjati, Purwiro. 2008. Keterampilan Dasar Mengajar.
http://www.purjatifis.blogspot.com./. hal.diunduh 21 Januari 2012. Isjoni. H. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Poerwanti, Endang dkk. Assesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti
224
RC, Rifa’I A. dan Chatarina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Universitas Negeri Semarang PRESS Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media. Sukayati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
mempengaruhi-belajar-dan-pembelajaran/ http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar/ http://diknas.go.id/kbbi/index.php Susilowati, Tri. 2009. Penerapan pendekatan problem posing untuk
meningkatkan kecakapan berpikir (Thinking skill) dan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN Belotan I.
Tersedia : http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=37033 Suyitno, A. dan Suparjan. 2001. Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Untuk
Bekerja Mandiri Melalui Model Problem Posing Dalam Mata Kuliah Geometri. Laporan Penelitian. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Taufiq, I. 2009.Pembelajaran jigsaw berbasis problem posing untuk
meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita operasi hitung bilangan bulat siswa kelas V SD Islam Sabilillah Malang. Tersedia:http://library.um.ac.id/free contents/index.php/pub/detail/pembelajaran-jigsaw-berbasis-problem-posing-untuk-meningkatkan-keterampilan-menyelesaikan-soal-cerita-operasi-hitung-bilangan-bulat-siswa-kelas-v-sd-islam-sabilillah-malang-ibnu-taufiq-39125.html.
Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
225
Usman, Moh Uzer. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Rineka
Rosdakarya Offset Winataputra, Udin.S.dkk.2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka. Yasa, Doantara. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar. //ipotes.wordpress.com/.hal.
1, (diakses hari Jumat, tanggal 3 Maret 2012).
226
LAMPIRAN
227
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
JUDUL:
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
BERBASIS PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS IV SDN MIROTO 02 SEMARANG TENGAH
No. Variabel Indikator Sumber Data Alat/Instrumen Pengumpul
Data 1. Aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw berbasis problem posing
8) Membaca, mempelajari dan
memahami materi yang
disediakan ( Visual
Activities dan Mental
Activities)
9) Berdiskusi dalam kelompok
kelompok ahli( Oral
Activities, Mental Activities,
Listening Activities, dan
Emotional Activities)
10) Membuat dan
menggunakan alat peraga
(Motor Activities)
11) Menjelaskan materi pada
kelompok asal ( Oral
Activities, Mental Activities,
Listening Activities, dan
Emotional Activities)
12) Membuat dan Mengajukan
pertanyaan (oral Activities)
13) Menyelesaikan pertanyaan
(Mental Activities)
Siswa
Foto
Wawancara
Lembar
observasi
Wawancara
Catatan
lapangan
Lampiran 1
228
14) Menulis soal (Writing
Activities dan Drawing
Activities)
2. Keterampilan guru dalam kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw berbasis problem posing
1. Keterampilan Membuka
2. Keterampilan Menjelaskan
menggunakan
3. Keterampilan Bertanya
Menggunakan metode
problem posing
4. KeterampilanMengajar
Kelompok Kecil dan
Perorangan dalam
pembelajaran Jigsaw
berbasis problem posing
5. Keterampilan membimbing
diskusi kelompok dalam
pembelajaran Jigsaw
berbasis problem posing
6. Keterampilan Mengelola
Kelas menggunakan Model
pembelajaran
Jigsawberbasis problem
posing
7. Keterampilan Mengadakan
variasi menggunakan
pembelajaran Jigsaw
berbasis problem posing
8. Keterampilan Memberi
Penguatan
9. Menutup Pelajaran
10. Keterampilan menguasai
Guru
Foto
Wawancara
Lembar
observasi
Wawancara
Catatan
lapangan
229
bahan ajar
11. Keterampilan memilih
materi yang berkualitas
12. Keterampilan memilih
media yang berkualitas
3. Hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis problem posing
1. Menjumlahkan
1.1.Pecahan biasa dengan
pecahan biasa
1.2.pecahan campuran dengan
pecahan campuran
1.3.Pecahan desimal dengan
pecahan decimal
1.4.Pecahan biasa dengan
pecahan campuran
1.5.Pecahan biasa dengan
pecahan decimal
1.6.Pecahan campuran dengan
pecahan desimal.
2. Mengurangkan
2.1 Pecahan biasa dengan
pecahan biasa
2.2 Pecahan campuran dengan
pecahan campuran
2.3 Pecahan desimal dengan
pecahan decimal
2.4 Pecahan biasa dengan
pecahan campuran
2.5 Pecahan biasa dengan
pecahan desimal
2.6 Pecahan campuran dengan
pecahan desimal.
Siswa Tes tertulis
230
INSTRUMEN PENELITIAN
LEMBAR PENGAMATAN KETERAMPILAN GURU
Pertemuan………..…… Siklus.………………….. Nama Guru : Nama SD : SDN Miroto 02 Kelas : IV B Hari/Tanggal :………… Petujuk : Berilah tanda check (√) pada kolom tingkat kemampuan
yang sesuai dengan indikator pengamatan!
No Indikator keterampilan guru Tingkat Kemampuan Keterangan
Pada pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Jigsaw berbasis Problem Posing
padasiswa kelas IV SDN Miroto 02 Pertemuan………..…… Siklus.………………….. Nama Siswa :………. Nama SD : SDN Miroto 02 Kelas : IV Hari/Tanggal :………… Petujuk : Berilah tanda check (√) pada kolom tingkat kemampuan
yang sesuai dengan indikator pengamatan!
No Indikator Aktivitas Siswa Tingkat
Kemampuan Keterangan
1 2 3 4 1. Berdiskusi dalam kelompok
kelompok ahli ( Oral
Activities, Mental Activities,
Listening Activities, dan
Emotional Activities).
1. Mengungkapkan
pendapat dalam
kelompok
2. Bertanya pada teman
satu kelompok
3. Menjawab pertanyaan
teman satu kelompok
4. Menerima pendapat
teman satu kelompok
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak satupun
atau nampak 1
dari komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
2. Membaca, mempelajari dan
mengkaji materi yang
disediakan dikelompok ahli(
Visual Activities dan Mental
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
Lampiran 3
240
Activities).
1. Siswa membaca materi
yang disediakan
2. Siswa membaca materi
hingga selesai.
3. Siswa membaca materi
dengan menggunakan
referensi lain.
4. Siswa mengkaji materi
yang dibaca dengan
temannya.
satupunatau
nampak 1 dari
komponen yang
ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
3. Membuat dan menggunakan
alat peraga ( Motor
Activities)
1. Siswa mengerti cara
membuat alat peraga.
2. Tepat dalam membuat
alat peraga.
3. Rapi dalam membuat
alat peraga
4. Mengetahui cara
penggunaan alat
peraga.
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak satupun
atau nampak 1
dari komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
4. Membuat dan Mengajukan
pertanyaan serta jawaban
dalam kelompok asal (oral
Activities)
1. Siswa berdiskusi
membuat soal
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak satupun
atau nampak 1
dari komponen
241
2. Siswa berdiskusi
membuat penyelesaian
jawaban
3. Siswa dapat
memaparkan soal serta
jawaban.
4. Berbahasa yang baik
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
5. Menjelaskan materi pada
kelompok asal ( Oral
Activities, Mental Activities,
Listening Activities, dan
Emotional Activities).
1. Siswa menguasai materi
yang dikaji.
2. Bahasa yang digunakan
siswa saat menjelaskan
mudah dipahami
3. Materi yang dijelaskan
runtut
4. Siswa percaya diri saat
menjelaskan
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak satupun
atau nampak 1
dari komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
6. Menyelesaikan pertanyaan
(Mental Activities)
1. Siswa menyelesaikan
soal mudah dipahami
2. Siswa menyelasaikan
soal dengan runtut.
3. Bahasa yang digunakan
sesuai kaidah.
4. Jawaban sesuai dengan
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak satupun
atau nampak 1
dari komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
242
soal yang telah dibuat
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
7. Menulis soal (Writing
Activities dan Drawing
Activities).
1. Siswa menulis soal
2. Tulisan yang digunakan
untuk menulis soal bisa
dibaca
3. Bahasa yang digunakan
dalam menulis soal
mudah dipahami
4. Siswa dalam menulis
soal terlihat rapi.
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak satupun
atau nampak 1
dari komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
Kriteria penilaian:
R (skor terrendah) = 1 x 7 = 7
T (skor tertinggi) = 4 x 7 = 28
n (banyaknya skor) = (T - R) + 1
= (28 - 7) + 1
= 22
Q2 = median Letak Q2 = ( n+2 )
= ( 22 +2 )
= x 24 = 12
Jadi Q2 adalah 18 Letak Q1 =
( n +2 )
243
= ( 22+2 )
= x 24
= 6 Jadi Q1 adalah 12
Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ( n +2 )
= (22+ 2)
= x 24
= 18 Jadi Q3 adalah 24 Q4= kuartil keempat = T = 28
Skor Nilai Ketuntasan
24≤ skor ≤ 28 Sangat Baik Tuntas
18≤ skor <24 Baik Tuntas
12≤ skor <18 Cukup Tidak tuntas
7≤ skor <12 Kurang Tidak tuntas
Observer
…...................................
244
CATATAN LAPANGAN
Selama Pembelajaran Matematika Melalui Jigsaw Berbasis Problem Posing
di SDN Miroto 02 Semarang
Siklus…….Pertemuan ……..
Ruang Kelas : IV
Nama Guru : …………………………………
Hari/Tanggal : …………………………………
Pukul : …………………………………
Catatan keadaan lapangan pada saat pembelajaran berlangsung:
1. Apakah kamu senang dengan cara mengajar Pak Guru tadi?
a. Ya b. Tidak 2. Apakah kamu paham dengan materi tadi?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah media yang digunakan tadi menarik?
a. Ya b. Tidak 4. Apakah dengan pembelajaran tadi kamu lebih mudah memahami
dan bertanya?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah kamu mau belajar lagi dengan menggunakan cara mengajar
pak Guru seperti tadi?
a. Ya b. Tidak
Lampiran 5
246
RENCANA PELAKSANAKAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Mata Pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SDN Miroto 02
Kelas/Semester : IV (empat)/ II (dua)
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit ( 2 pertemuan)
I. Standar Kompetensi
6.Menggunakan pecahandalam pemecahan masalah
II. Kompetensi Dasar
6.3 Menjumlahkan pecahan
III. Indikator
7. Menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan biasa
8. Menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan campuran
9. Menjumlahkan pecahan desimal dengan pecahan desimal
10. Menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya
11. Menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan decimal atau sebaliknya
12. Menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan desimal
IV. Tujuan Pembelajaran.
1.1 Melalui Pengamatan gambar bagian daerah yang diarsir siswa dapat
menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan biasa dengan benar.
1.2 Melalui Pengamatan gambar bagian daerah yang diarsir siswa dapat
menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan campuran dengan
benar.
1.3 Melalui penjumlahan bersusun siswa dapat menjumlahkan pecahan
desimal dengan pecahan decimal dengan benar.
1.4 Melalui Pengamatan gambar bagian daerah yang diarsir siswa dapat
menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya
dengan benar.
Lampiran 6
247
1.5 Melalui penjumlahan bersusun siswa dapat menjumlahkan pecahan biasa
dengan pecahan desimal atau sebaliknya dengan benar.
1.6 Melalui penjumlahan bersusun siswa dapat menjumlahkan pecahan
campuran dengan pecahan desimal dengan benar.
V. Karakter Bangsa Yang Diharapkan
1. Kedisiplinan
2. Kerja sama
3. Percaya diri
4. Keberanian
VI. Materi Pembelajaran
Terlampir (menjumlahkan pecahan)
VII. Model Dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Kooperatif tipe Jigsaw berbasis problem posing
VIII. Media dan Sumber Belajar
Media : Kertas lipat
Sumber Belajar :
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP).
2. Buku Sekolah Elektronik (BSE) Matematika Kelas IV SD
IX. Langkah – Langkah Pembelajaran
Pertemuan I
I. Pra Kegiatan ( ± 3 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengucapkan salam
2. Pengkondisian kelas
3. Mengecek kehadiran siswa
1. Siswa memimpin doa
2. Menyiapkan alat&sumber belajar
248
II. Kegaiatan Awal (± 4 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Memberikan apersepsi
b. anak-anak bapakmempunyai sebuah
kue bolu. Bapak memotongnya
menjadi empat bagian yang sama
besar. Setelah itu bapak akan
memberikan pada kakak satu bagian,
tapi setelah itu kakak masih merasa
belum kenyang sehingga dia
meminta satu bagian lagi, berapakah
jumlah bagian kue bolu yang didapat
kakak sekarang?
c. Nah untuk dapat menghitung jumlah
kue yang didapat kakak, kita akan
belajar mengenai penjumlahan
pecahan berpenyebut sama.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
a. Setelah kita melaksanakan kegiatan
pembelajaran ini kalian diharapkan
bisa menjumlahkan pecahan baik itu
pecahan biasa, pecahan campuran
maupun pecahan desimal
3. Menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsawberbasis Problem Posing.
a. Anak-anak pada hari ini kalian akan
belajar mengenai penjumlahan
pecahan.
b. Kalian akan dibentuk kelompok
yang disebut kelompok asal dan
1. siswa memikirkan dan menjawab
pertanyaan guru
2. memperhaatikan penjelasan guru
mengenai langkah pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsawberbasis
problem posing
249
nanti bapak bagi materi setiap
siswa, bagi siswa yang
mendapatkan materi yang sama
berkumpul dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli.
c. Nanti kalian akan bapak beri lembar
materi, pelajari dan buatlah soal
yang menantang dari materi yang
sudah kamu pelajari sekaligus
jawabannya.
d. Setelah kalian berkumpul
dikelompok ahli kalian berdiskusi
dengan apa teman kalian dan setelah
itu kalian bertanggung jawab
menjelaskannya kepada teman
kalian dikelompok asal.
III. Kegiatan Inti (± 55 menit)
Langkah – langkah
pembelajaran Jigsaw
berbasis Problem Posing
Langkah – Langkah Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Siswa dibagi atas
beberapa kelompok
(tiap kelompok
anggotanya 4 sampai 6
orang yang heterogen)
2. Materi pelajaran
diberikan kepada siswa
dalam bentuk teks yang
telah dibagi-bagi
1) Mengelompokan siswa
secara heterogen di
kelompok asal (eksplorasi)
2) Membagi materi dalam
bentuk teks kepada setiap
siswa dalam kelompok
asal setiap siswa berbeda
1) Siswa membentuk
kelompok secara
heterogen dikelompok
asal. (eksplorasi)
2) Siswa menerima teks
materi mengenai
pecahan yang diberikan
oleh guru secara
250
menjadi beberapa sub
bab.
3. Setiap anggota
kelompok membaca
sub bab yang
ditugaskan dan
bertanggung jawab
untuk mempelajarinya.
4. Anggota dari
kelompok-kelompok
yang telah mempelajari
sub bab yang sama
bertemu dalam
kelompok-kelompok
ahli untuk
mendiskusikannya.
5. Setiap kelompok
diminta mengajukan 1
atau 2 buah soal yang
menantang, dan
kelompok yang
bersangkutan harus
mampu
menyelesaikannya.
6. Anggota dari kelompok
ahli yang telah
mempelajari sub bab
dan sudah membuat
soal yang menantang
kembali pada
kelompok asal bertugas
sub bab (eksplorasi)
3) Memberikan tugas kepada
siswa untuk mepelajari
materi mengenai
penjumlahan pecahan.
(eksplorasi)
4) Menyuruh siswa untuk
mengelompok sesuai
dengan sub materi di
kelompok ahli kemudian
menyuruh
mendiskusikannya.
(eksplorasi)
5) membimbing siswa untuk
membuat pertanyaan
mengenai materi
penjumlahan pecahan
yang telah dipelajari
sekaligus jawabannya
secara berkelompok.
(eksplorasi).
6) Mengarahkan siswa untuk
kembali ke kelompok asal.
(Elaborasi)
7) membimbing siswa untuk
menjelaskan materi
kepada temannya
individual. (eksplorasi)
3) mengkaji materi
mengenai pecahan yang
diberikan oleh guru
secara individual.
(eksplorasi)
4) Siswa berkelompok di
kelompok ahli sesuai
dengan sub materi yang
didapat kemudian
mendiskusikannya.
(eksplorasi)
5) Siswa mengajukan 2
pertanyaan menantang
yang berhubungan
dengan sub materi
sekaligus jawabannya
secara berkelompok.
(eksplorasi)
6) duduk mengelompok
sesuai dengan
kelompok asal.
(Elaborasi)
7) Menjelaskan materi
kepada temannya
dikelompok asal serta
251
mengajar teman-
temannya dan memberi
contoh soal dan
dijelaskan cara
mengerjakannya.
dikelompok asal.
(Elaborasi)
1. Sub materi I
menjumlahkan
pecahan biasa dengan
pecahan biasa
2. Sub materi II
menjumlahkan
pecahan campuran
dengan pecahan
campuran
3. Sub materi III
menjumlahkan
pecahan desimal
dengan pecahan
desimal
8) memberikan penegasan
terhadap materi yang telah
dipelajari siswa
(Konfirmasi)
memberi contoh soal
dan mengajarkan cara
penyelesaiannya.
(Elaborasi)
1. Sub materi I
menjumlahkan pecahan
biasa dengan pecahan
biasa
2. Sub materi II
menjumlahkan pecahan
campuran dengan
pecahan campuran
3. Sub materi III
menjumlahkan pecahan
desimal dengan
pecahan desimal
8) membuat rangkuman
dari materi yang telah
dipelajari (Konfirmasi)
Kegaitan Akhir (± 8 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Menekankan kembali kesimpulan
2. Siswa diberi kesempatan untuk
bertanya, apabila ada yang bulum
paham
3. Menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya: Pada pertemuan
1) Mendengarkan kesimpulan yang
diberikan guru
2) Siswa bertanya kepada guru apabila
belum paham.
3) Siswa mendengarkan dan mencatat
perintah dipertemuan selanjutnya.
4) Siswa mengerjakan soal evaluasi
252
berikutnya, secara acak, guru
menyuruh siswa untuk menyajikan
soal temuannya di depan kelas.
Dalam hal ini, guru dapat
menentukan siswa secara selektif
berdasarkan bobot soal yang
diajukan oleh siswa.
4. Tindak lanjut
(individu) kemudian mengumpulkan
hasil pekerjaan mereka.
Pertemuan II
Pra Kegiatan ( ± 3 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengucapkan salam
2. Pengkondisian kelas
3. Mengecek kehadiran siswa
1. Siswa memimpin doa
2. Menyiapkan alat&sumber belajar
Kegaiatan Awal (± 4 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengulangi untuk menyampaikan
tujuan pembelajaran
a. Setelah kita melaksanakan kegiatan
pembelajaran ini kalian diharapkan
bisa menjumlahkan pecahan baik
itu pecahan biasa, pecahan
campuran maupun pecahan desimal
2. Mengulangi penjelasan seterusnya
langkah-langkah pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsawberbasis
Problem Posing.
a. Anak-anak nanti kalian langsung
1. siswa memikirkan dan menjawab
pertanyaan guru
2. memperhaatikan penjelasan guru
mengenai langkah pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsawberbasis
problem posing
3. mendengarkan penjelasan guru
tentang materi yang telah lalu.
253
membentuk sesuai dengan
kelompok asal kalian kemarin.
b. Melanjutkan penjelasan sub materi
3. Menjelaskan sedikit materi yang
telah lalu
Kegiatan Inti (± 55 menit)
Langkah – langkah
pembelajaran Jigsaw
berbasis Problem Posing
Langkah – Langkah Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Siswa dibagi atas
beberapa kelompok
(tiap kelompok
anggotanya 4 sampai 6
orang yang heterogen)
2. Materi pelajaran
diberikan kepada siswa
dalam bentuk teks yang
telah dibagi-bagi
menjadi beberapa sub
bab.
3. Setiap anggota
kelompok membaca
sub bab yang
ditugaskan dan
bertanggung jawab
untuk mempelajarinya.
4. Anggota dari
kelompok-kelompok
yang telah mempelajari
1) Mengelompokan siswa
secara heterogen di
kelompok asal
(eksplorasi)
2) Membagi materi dalam
bentuk teks kepada setiap
siswa dalam kelompok
asal setiap siswa berbeda
sub bab (eksplorasi)
3) Memberikan tugas kepada
siswa untuk mepelajari
materi mengenai
penjumlahan pecahan.
(eksplorasi)
4) Menyuruh siswa untuk
mengelompok sesuai
dengan sub materi di
1) Siswa membentuk
kelompok secara
heterogen dikelompok
asal. (eksplorasi)
2) Siswa menerima teks
materi mengenai
pecahan yang diberikan
oleh guru secara
individual. (eksplorasi)
3) mengkaji materi
mengenai pecahan yang
diberikan oleh guru
secara individual.
(eksplorasi)
4) Siswa berkelompok di
kelompok ahli sesuai
254
sub bab yang sama
bertemu dalam
kelompok-kelompok
ahli untuk
mendiskusikannya.
5. Setiap kelompok
diminta mengajukan 1
atau 2 buah soal yang
menantang, dan
kelompok yang
bersangkutan harus
mampu
menyelesaikannya.
6. Anggota dari kelompok
ahli yang telah
mempelajari sub bab
dan sudah membuat
soal yang menantang
kembali pada
kelompok asal bertugas
mengajar teman-
temannya dan memberi
contoh soal dan
dijelaskan cara
mengerjakannya.
kelompok ahli dan
menyuruh
mendiskusikannya ( untuk
kelompok yang
mendapatkan sub materi I
– III diskusi untuk refleksi,
untuk kelompok yang
mendapatkan sub materi
IV – VI diskusi untuk
menjelaskan nanti di
kelompok asal) .
(eksplorasi)
5) membimbing siswa untuk
membuat pertanyaan
mengenai materi
penjumlahan pecahan
yang telah dipelajari
sekaligus jawabannya
secara berkelompok.
(eksplorasi)
6) Mengarahkan siswa untuk
kembali ke kelompok asal.
(Elaborasi)
7) membimbing siswa untuk
menjelaskan materi
kepada temannya
dikelompok asal.
(Elaborasi)
1. sub materi IV
menjumlahkan pecahan
dengan sub materi yang
didapat. dan menyuruh
mendiskusikannya (
untuk kelompok yang
mendapatkan sub materi
I – III diskusi untuk
refleksi, untuk
kelompok yang
mendapatkan sub materi
IV – VI diskusi untuk
menjelaskan nanti di
kelompok asal) .
(eksplorasi)
5) Siswa mengajukan 2
pertanyaan menantang
yang berhubungan
dengan sub materi
sekaligus jawabannya
secara berkelompok.
(eksplorasi)
6) duduk mengelompok
sesuai dengan
kelompok asal.
(Elaborasi)
7) Menjelaskan materi
kepada temannya
dikelompok asal serta
memberi contoh soal
dan mengajarkan cara
penyelesaiannya.
(Elaborasi).
255
biasa dengan pecahan
campuran atau sebaliknya
2. sub materi V
menjumlahkan pecahan
biasa dengan pecahan
decimal atau sebaliknya
3. sub materi VI
menjumlahkan pecahan
campuran dengan pecahan
desimal
8) memberikan penegasan
terhadap materi yang telah
dipelajari siswa
(Konfirmasi)
4. sub materi IV
menjumlahkan pecahan
biasa dengan pecahan
campuran atau
sebaliknya
5. sub materi V
menjumlahkan pecahan
biasa dengan pecahan
decimal atau sebaliknya
6. sub materi VI
menjumlahkan pecahan
campuran dengan
pecahan desimal
8) membuat rangkuman
dari materi yang telah
dipelajari (Konfirmasi)
Kegaitan Akhir (± 8 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Menekankan kembali kesimpulan
2. Siswa diberi kesempatan untuk
bertanya, apabila ada yang bulum
paham
3. Menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya: Pada pertemuan
berikutnya, secara acak, guru
menyuruh siswa untuk menyajikan
soal temuannya di depan kelas.
1) Mendengarkan kesimpulan yang
diberikan guru
2) Siswa bertanya kepada guru apabila
belum paham.
3) Siswa mendengarkan dan mencatat
perintah dipertemuan selanjutnya.
4) Siswa mengerjakan soal evaluasi
(individu) kemudian mengumpulkan
hasil pekerjaan mereka.
256
Dalam hal ini, guru dapat
menentukan siswa secara selektif
berdasarkan bobot soal yang
diajukan oleh siswa.
4. Tindak lanjut
X. Penilaian
a. Prosedur penilaian
1. Tes awal : ada di apersepsi
2. Tes dalam proses : ada saat siswa membuat soal
dikelompok ahli
3. Tes akhir : ada dilembar evaluasi
b. Jenis tes
1. Tes tertulis : ada dilembar evaluasi siswa
2. Tes lisan : ada dikegiatan awal saat guru
melakukan apersepsi
3. Tes perbuatan : ada lembar pengamatan aktivitas
siswa
c. Alat penilaian
1. Soal isian : ada yaitu soal evalusi
2. Soal lisan : ada yaitu pertanyaan apersepsi
3. Checklist : ada lembar pengatan siswa
Semarang ,5 Januari 2013 Kolaborator
Antonia Mariani, S.Pd
NIP. 19630615 198201 2 002
Guru
Abdul Majid
NIM. 1401909075 Mengetahui,
Kepala Sekolah
Antonius Giyono, S.Pd
NIP. 19550414 198201 1 003
257
MATERI PENJUMLAHAN PADA PECAHAN
SIKLUS I
I. Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan biasa
3. Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan biasa dengan penyebut yang
sama
Pecahan biasa adalah lambang bilangan yang dipergunakan untuk
melambangkan bilangan pecahan dan rasio (perbandingan).
Pecahan merupakan bagian dari keseluruhan yang berukuran sama.
Sebuah pecahan mempunyai dua bagian yaitu pembilang dan
penyebut.Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari
setiap bagian yang utuh.
Penjumlahan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tidak
dijumlahkan. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk memahami
konsep penjumlahan pecahan berpenyebut sama antara lain:
o Dengan menggunakan gambar yang diarsir
Contoh :
Hasil diperoleh dengan melihat gambar
Contoh :
Hasil diperoleh dengan melihat gambar
Dapat dilihat bahwa ada pola hubungan yaitu pembilang dijumlah
sedangkan penyebut tetap = =
Lampiran 7
258
o Dengan menggunakan garis bilangan
Contoh :
Mulai dari nol (0) kekanan menuju dan dilanjutkan lagi, sehingga
menjadi atau . Garis tebal menggambarkan hasil akhir.
4. Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan biasa dengan penyebut yang
tidak sama
Untuk mempelajari penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama,
pra syarat yang harus dikuasai siswa antara lain: penjumlahan pecahan
berpenyebut sama, pecahan senilai, dan KPK. Berikut berbagai cara untuk
mengajarkan penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama:
d. Dengan menggunakan gambar yang diarsir
Contoh: + =
+ =
Untuk menjumlahkan pecahan yang penyebutnya tidak sama, maka
penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu. Untuk menyamakan
penyebutnya dapat dicari dengan mencari KPK dari penyebutnya. Cara
lain yang dapat digunakan yaitu dengan membuat daftar pecahan-
pecahan senilai, contoh:
digabungkan menjadi
259
= = = = =
= = = = =
Ketika siswa melihat daftar diatas maka siswa akan menemukan bahwa
ada dua pecahan yang mempunyai penyebut sama. Ini membantu siswa
menyadari, bahwa terdapat lebih dari satu pasang penyebut
persekutuan untuk kedua pecahan. Salah satu pasangan (penyebutnya
merupakan KPK dari kedua penyebut) dapat digunakan untuk
menjumlah atau mengurangi pasangan pecahan yang tidak sama
penyebutnya. Bila KPK sudah dipelajari selanjutnya model abstrak
dapat dilakukan. Contoh:
+ = + = + =
+ = + = + =
e. Dengan menggunakan kertas yang dilipat
Contoh: + = ...
14
Setelah masing-masing pecahan terbentuk, maka gabungkan bagian-
bagian yang diarsir dengan cara kertas kedua dilipat dan hanya
diperlihatkan pecahan -an saja, kemudian tempelkan terua pada kertas
yang pertama seperti berikut ini.
KPK dari 2 dan 4 adalah 4,
maka penyebutnya 4
KPK dari 3 dan 5 adalah 15,
maka penyebutnya 15
Panjang kertas sama dan warna kertas berbeda
Kertas pertama
Kertas kedua
260
14
Lipat sisa atau bagian yang tidak diarsir kebelakang dan kedepan
Dengan ukuran yang sama dengan sisa yang ada. Dalam hal ini baik
kertas pertama maupun kedua ikut dilipat. Lipatan diteruskan sampai
semua kertas terlipat hanis dengan ukuran sama. Maka akan terlihat
lipatan-lipatan yang menunjukkan penyebut persekutuan seperti
gambar berikut ini:
12
12
Buka lipatan-lipatan dari 2 kertas yang ada. Maka akan terlihat bahwa
pecahan menjadi dan pecahan yang masih tetap. Dari kegiatan ini
siswa mendapat pengalaman bahwa 2 pecahan menjadi sama
penyebutnya dan dari hasil penjumlahan akan terlihat:
Kertas kedua
Kertas kedua dilipat dan hanya diperlihatkan annya
atau diperlihatkan arsirannya saja
Kertas pertama
Sisa dari kertas ke ‐1
Lipatan ‐an digabung
dengan –
andan di
Sisa dilipat
Sisa dilipat kebelakang
dilipat dengan ukuran an
dilipat dengan ukuran an
hasil lipatan yang terakhir
261
262
II. Penjumlahan pecahan desimal dengan pecahan desimal
Menjumlahkan dua bilangan desimal adalah menjumlahkanangka-angka yang
nilai tempatnya samapada kedua bilangan tersebut.
Adapun nilai tempat pada pecahan decimal dicontohkan pada bilangan
berikut ini
125,375 Contoh penjumlahan pecahan desimal Cara I 0,3 + 0,4 = …
4. Mengubah pesahan decimal menjadi pecahan biasa + =….
Jadi
+ = =
Perseribuan
Perseratusan
Persepulahan
Satuan
Puluhan
Ribuan
Digabung menjadi
263
5. Penjumlahan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan
pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan
+ = = 6. Mengubah hasil menjadi pecahan desimal
= 0,7
Cara II
Bersusun ke bawah
Pada cara bersusun kebawah kalian harus perhatikan tanda koma serta nilai
tempat.
0,25 0,42 –––– + 0,67
Persatuan 5 + 2 = 7
Persepuluhan2 + 4 = 6
Ingat koma (,) harus lurus
Satuan 0 + 0 = 0
264
III. Penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan campuran
Dalam pecahan campuran yang harus diperhatikan adalah bahwa di pecahan
campuran ada 3 bilangan yaitu bilangan bulat, bilangan pembilang dan
bilangan penyebut
= bialngan bulat
= bilangan pembilang
= bilangan penyebut
3. Penjumlahan pecahan campuran dengan penyebut yang sama Contoh :
2 + 1 = …. 2 1 2 1
24
14
34
Diketahui ada 3 kotak yang utuh
265
Bagian yang diarsi digunting dan digabungkan kemudian dibandingkan
dengan satu yang utuh maka akan diketahui ada 3 bagian yang diarsir dan
1 bagian yang tidak terarsir.
Jadi
2 + 1 = ( 2 + 1 ) + + = 3
4. Penjumlahan pecahan campuran dengan penyebut tidak sama
Contoh :
2 + 3 = ….
2 3
2 3
34
23
Bagian yang diarsi digunting dan digabungkan kemudian dibandingkan dengan satu yang utuh maka akan diketahui hasilnya lebih dari satu. Selanjutnya proses
penjumlahan dari + seperti pada penjumlahan dengan berbeda penyebut
266
Untuk menjumlahkan pecahan yang penyebutnya tidak sama, maka penyebutnya
harus disamakan terlebih dahulu. Untuk menyamakan penyebutnya dapat dicari
dengan mencari KPK dari penyebutnya.
+ =
+
= + =
Jadi
2 + 3 = ( 2 + 3 ) + + = 5 + + = 5
= 5 = 5 + 1+ = 6
KPK dari penyebut 4 dan 3 adalah 12 maka penyebutnya dijadikan 12
267
IV. Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya
3. Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan campuran yang penyebutnya
sama
Contoh :
+ 3 =
Cara I
3
= 3
14
24
Bagian yang diarsi digunting dan digabungkan kemudian dibandingkan
dengan satu yang utuh maka akan diketahui hasilnya lebih dari satu,
selanjutnya seperti penjumlahan pecahan bisa dengan penyebut yang
sama. Penjumlahan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan
268
menjumlahkan pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tidak
dijumlahkan. Sehingga dapat dilihat + =
Jadi
+ 3 = 3 + ( + 3
Cara II
+ 3 = +
=
=
= 3
4. Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan campuran yang
penyebutnya tidak sama
Contoh :
+ 3 =
Cara I
3
= 3
Ubahlah pecahan campuran menjadi pecahan
biasa3 =
Jumlahkan pecahan seperti menjumlahkan
pecahan biasa dengan menjumlahkan pembilang
saja
Sederhanakan sampai kebentuk paling sederhana
269
Bagian yang diarsi digunting dan digabungkan kemudian dibandingkan dengan
satu yang utuh maka akan diketahui hasilnya lebih dari satu, selanjutnya seperti
penjumlahan pecahan bisa dengan penyebut yang tidak sama, Untuk
menjumlahkan pecahan yang penyebutnya tidak sama, maka penyebutnya harus
disamakan terlebih dahulu. Untuk menyamakan penyebutnya dapat dicari dengan
mencari KPK dari penyebutnya. Sehingga dapat dilihat + =
Mencari KPK penyebutnya yaitu 4 dan 3 yaitu 12 jadi
+ = + = + =
Jadi + 3 = 3 + ( + ) = 3 + ( + ) = 3
Cara II
+ 3 = +
=
=
= 3
Ubahlah pecahan campuran menjadi pecahan
biasa3 =
Jumlahkan pecahan seperti menjumlahkan
pecahan biasa dengan menyamakan penyebut
dengan mencari KPK 4 dan 3 adalah 12
Sederhanakan sampai kebentuk paling sederhana
270
V. Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
Menjumlahkan berbagai bentuk pecahan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menjumlah berbagai bentuk
pecahan sebagai berikut.
3) Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama atau satu jenis dalam hal
ini penjumlahan dari pecahan desimal dengan pecahan biasa bisa diubah
menjadi pecahan decimal atau pecahan biasa
4) Menjumlah pecahan-pecahan yang sudahsejenis tersebut.
Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
yang sama penyebutnya.
Contoh :
0,6 + = ….
Sesuai dengan langkah diatas dapat dicari dengan:
1. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan biasa
semua
0,6 = = + = …..
Jadi + = =
Penjumlahan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tidak
dijumlahkan
2. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
digabung
menjadi
271
= 0,3
Jadi 0,6 + 0,3 = 0,9
0,6
0,3 +
0,9
Pada cara bersusun kebawah kalian harus perhatikan tanda koma serta
nilai tempat dan jika angka dibelakang koma kurang maka tambahkan 0
Penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
tidak sama penyebutnya.
Contoh :
0,6 + = ….
3. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan biasa
semua
0,6 =
Jadi + = + = = 1
Untuk menjumlahkan pecahan yang penyebutnya tidak sama, maka
penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu. Untuk menyamakan
penyebutnya dapat dicari dengan mencari KPK dari penyebutnya
4. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
= = 0,4
Jadi 0,6 + 0,4 = 1,0 = 1
1
0,6
0,4 +
1,0
Pada cara bersusun kebawah kalian harus perhatikan tanda koma serta
nilai tempat.
KPK dari 10 dan 5 adalah 10
272
VI. Penjumlahan pecahan desimal dengan pecahan campuran atau
sebaliknya
Menjumlahkan berbagai bentuk pecahan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menjumlah berbagai bentuk
pecahan sebagai berikut.
3) Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama atau satu jenis dalam hal
ini penjumlahan dari pecahan desimal dengan pecahan biasa campuran
diubah menjadi pecahan decimal atau pecahan campuran
4) Menjumlah pecahan-pecahan yang sudahsejenis tersebut.
• Penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan desimal atau
sebaliknya yang sama penyebutnya.
Contoh:
1,6 + 1 = ….
3. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan campuran
semua
1,6 = 1 = 1 + 1 = ….
1 1
2
Jadi 1 + 1 = (1 + 1) + ( + = 2 + = 2 = 2,9
273
4. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
1 = 1,3
Jadi 1, 6 + 1, 3 = 2,9
1,6
1,3 +
2,9
• Penguranganpecahan campuran dengan pecahan desimal atau
sebaliknya yang tidak sama penyebutnya.
Contoh:
2,6 + 1 = ….
5. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan campuran
semua
2,6 = 2
Jadi 2 +1 = (2 + 1) + ( +
= 3 + ( +
= 3 + = 3 = 3,8
6. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
1 = 1 = 1,2
Jadi 2, 6 + 1, 2 = 3, 8
2,6
1,2 -
3,8
Ubahlah pecahan desimal
menjadi pecahan campuran
jumlahkan pecahan seperti
menjumlahkan pecahan biasa
dengan menyamakan penyebut
dengan mencari KPK 4 dan 3
d l h
Mengubah pecahan kebentuk persepuluhan, kemudian diubah menjadi pecahan desimal
274
SOAL EVALUASI SIKLUS I
Nama : ………………………
No : ………………………
1. Buatlahsebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudah disediakan tentang menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan
biasa.
soal
Jawab
Lampiran 8
275
2. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudah disediakan tentang menjumlahkan pecahan campuran dengan
pecahan campuran
soal
Jawab
276
3. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudah disediakan tentang menjumlahkan pecahan desimal dengan
pecahan desimal.
soal
Jawab
277
4. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudah disediakan tentangmenjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan
campuran atau sebaliknya.
soal
Jawab
278
5. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudah disediakan tentangmenjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan
decimal atau sebaliknya.
soal
Jawab
279
6. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudah disediakan tentang menjumlahkan pecahan campuran dengan
pecahan desimal
soal
Jawab
280
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus II
Mata Pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SDN Miroto 02
Kelas/Semester : IV (empat)/ II (dua)
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit ( 2 pertemuan)
I. Standar Kompetensi
6.Menggunakan pecahandalam pemecahan masalah
II. Kompetensi Dasar
6.4Mengurangkan pecahan
III. Indikator
1. Mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan biasa
2. Mengurangkan pecahan campuran dengan pecahan campuran
3. Mengurangkan pecahan desimal dengan pecahan desimal
4. Mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya
5. Mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan decimal atau sebaliknya
6. Mengurangkan pecahan campuran dengan pecahan desimal
IV. Tujuan Pembelajaran.
1.1 Melalui Pengamatan gambar bagian daerah yang diarsir siswa dapat
mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan biasa dengan benar.
1.2 Melalui Pengamatan gambar bagian daerah yang diarsir siswa dapat
mengurangkan pecahan campuran dengan pecahan campuran dengan
benar.
1.3 Melalui pengurangan bersusun siswa dapat mengurangkan pecahan
desimal dengan pecahan decimal dengan benar.
1.4 Melalui Pengamatan gambar bagian daerah yang diarsir siswa dapat
mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya
dengan benar.
Lampiran 9
281
1.5 Melalui pengurangan bersusun siswa dapat mengurangkan pecahan biasa
dengan pecahan desimal atau sebaliknya dengan benar.
1.6 Melalui pengurangan bersusun siswa dapat mengurangkan pecahan
campuran dengan pecahan desimal dengan benar.
V. Karakter Bangsa Yang Diharapkan
1. Kedisiplinan
2. Kerja sama
3. Percaya diri
4. Keberanian
VI. Materi Pembelajaran
Terlampir (menjumlahkan pecahan)
VII. Model Dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Kooperatif tipe jigsaw berbasis problem posing
VIII. Media dan Sumber Belajar
Media : Kertas lipat
Sumber Belajar :
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP).
2. Buku Sekolah Elektronik (BSE) Matematika Kelas IV SD
IX. Langkah – Langkah Pembelajaran
Pertemuan I
Pra Kegiatan ( ± 3 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengucapkan salam
2. Pengkondisian kelas
3. Mengecek kehadiran siswa
1. Siswa memimpin doa
2. Menyiapkan alat&sumber belajar
282
Kegaiatan Awal (± 4 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Memberikan apersepsi
a. Anak – anak bapak mempunyai 2
roti karena mensiz laper bapak
mengasih roti ke mensiz roti,
berapa sisa roti yang dimiliki pak
guru?
b. Nah untuk dapat menghitung sisa
roti bapak, kita akan belajar
mengenai pengurangan pecahan?
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
a. Setelah kita melaksanakan kegiatan
pembelajaran ini kalian diharapkan
bisa menjumlahkan pecahan baik itu
pecahan biasa, pecahan campuran
maupun pecahan desimal
3. Menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsawberbasis Problem Posing.
a. Anak-anak pada hari ini kalian akan
belajar mengenai pengurangan
pecahan.
b. Kalian akan dibentuk kelompok
yang disebut kelompok asal dan
nanti bapak bagi materi setiap siswa,
bagi siswa yang mendapatkan materi
yang sama berkumpul dalam
kelompok yang disebut kelompok
1. siswa memikirkan dan menjawab
pertanyaan guru
2. memperhaatikan penjelasan guru
mengenai langkah pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsawberbasis
problem posing
283
ahli.
c. Nanti kalian akan bapak beri lembar
materi, pelajari dan buatlah soal
yang menantang dari materi yang
sudah kamu pelajari sekaligus
jawabannya.
d. Setelah kalian berkumpul
dikelompok ahli kalian berdiskusi
dengan teman kalian dan setelah itu
kalian bertanggung jawab
menjelaskannya kepada teman
kalian dikelompok asal.
Kegiatan Inti (± 55 menit)
Langkah – langkah
pembelajaran Jigsaw
berbasis Problem Posing
Langkah – Langkah Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Siswa dibagi atas
beberapa kelompok
(tiap kelompok
anggotanya 4 sampai
6 orang yang
heterogen)
2. Materi pelajaran
diberikan kepada
siswa dalam bentuk
teks yang telah
dibagi-bagi menjadi
beberapa sub bab.
3. Setiap anggota
1) Mengelompokan siswa secara
heterogen di kelompok asal
(eksplorasi)
2) Membagi materi dalam bentuk
teks kepada setiap siswa dalam
kelompok asal setiap siswa
berbeda sub bab (eksplorasi)
3) Memberikan tugas kepada
1) Siswa membentuk
kelompok secara
heterogen dikelompok
asal. (eksplorasi)
2) Siswa menerima teks
materi mengenai pecahan
yang diberikan oleh guru
secara individual.
(eksplorasi)
3) mengkaji materi mengenai
284
kelompok membaca
sub bab yang
ditugaskan dan
bertanggung jawab
untuk
mempelajarinya.
4. Anggota dari
kelompok-kelompok
yang telah
mempelajari sub bab
yang sama bertemu
dalam kelompok-
kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
5. Setiap kelompok
diminta mengajukan 1
atau 2 buah soal yang
menantang, dan
kelompok yang
bersangkutan harus
mampu
menyelesaikannya.
6. Anggota dari
kelompok ahli yang
telah mempelajari sub
bab dan sudah
membuat soal yang
menantang kembali
pada kelompok asal
bertugas mengajar
teman-temannya dan
siswa untuk mepelajari materi
mengenai pengurangan
pecahan. (eksplorasi)
4) Menyuruh siswa untuk
mengelompok sesuai dengan
sub materi di kelompok ahli
kemudian menyuruh
mendiskusikannya. (eksplorasi)
5) membimbing siswa untuk
membuat pertanyaan mengenai
materi pengurangan pecahan
yang telah dipelajari sekaligus
jawabannya secara
berkelompok. (eksplorasi).
6) Mengarahkan siswa untuk
kembali ke kelompok asal.
(Elaborasi)
7) membimbing siswa untuk
menjelaskan materi kepada
temannya dikelompok asal.
(Elaborasi)
1. Sub materi I
mengurangkan pecahan
pecahan yang diberikan
oleh guru secara
individual. (eksplorasi)
4) Siswa berkelompok di
kelompok ahli sesuai
dengan sub materi yang
didapat kemudian
mendiskusikannya.
(eksplorasi)
5) Siswa mengajukan 2
pertanyaan menantang
yang berhubungan dengan
sub materi sekaligus
jawabannya secara
berkelompok. (eksplorasi)
6) duduk mengelompok
sesuai dengan kelompok
asal. (Elaborasi)
7) Menjelaskan materi
kepada temannya
dikelompok asal serta
memberi contoh soal dan
mengajarkan cara
penyelesaiannya.
285
memberi contoh soal
dan dijelaskan cara
mengerjakannya.
biasa dengan pecahan
biasa
2. Sub materi II
mengurangkan pecahan
campuran dengan pecahan
campuran
3. Sub materi III
mengurangkan pecahan
desimal dengan pecahan
desimal
8) memberikan penegasan
terhadap materi yang telah
dipelajari siswa (Konfirmasi)
(Elaborasi)
1. Sub materi I
mengurangkan pecahan
biasa dengan pecahan
biasa
2. Sub materi II
mengurangkan pecahan
campuran dengan pecahan
campuran
3. Sub materi III
mengurangkan pecahan
desimal dengan pecahan
desimal
8) membuat rangkuman dari
materi yang telah
dipelajari (Konfirmasi)
Kegaitan Akhir (± 8 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Menekankan kembali kesimpulan
2. Siswa diberi kesempatan untuk
bertanya, apabila ada yang bulum
paham
3. Menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya: Pada pertemuan
berikutnya, secara acak, guru
menyuruh siswa untuk menyajikan
soal temuannya di depan kelas.
Dalam hal ini, guru dapat
1) Mendengarkan kesimpulan yang
diberikan guru
2) Siswa bertanya kepada guru apabila
belum paham.
3) Siswa mendengarkan dan mencatat
perintah dipertemuan selanjutnya.
4) Siswa mengerjakan soal evaluasi
(individu) kemudian mengumpulkan
hasil pekerjaan mereka.
286
menentukan siswa secara selektif
berdasarkan bobot soal yang
diajukan oleh siswa.
4. Tindak lanjut
Pertemuan II
Pra Kegiatan ( ± 3 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengucapkan salam
2. Pengkondisian kelas
3. Mengecek kehadiran siswa
1. Siswa memimpin doa
2. Menyiapkan alat&sumber belajar
Kegaiatan Awal (± 4 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengulangi untuk menyampaikan
tujuan pembelajaran
a. Setelah kita melaksanakan kegiatan
pembelajaran ini kalian diharapkan
bisa mengurangkan pecahan baik
itu pecahan biasa, pecahan
campuran maupun pecahan desimal
2. Mengulangi penjelasan seterusnya
langkah-langkah pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsawberbasis
Problem Posing.
3. Menjelaskan sedikit materi yang
telah lalu
1. siswa memikirkan dan menjawab
pertanyaan guru
2. memperhaatikan penjelasan guru
mengenai langkah pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsawberbasis
problem posing
3. mendengarkan penjelasan guru
tentang materi yang telah lalu.
287
Kegiatan Inti (± 55 menit)
Langkah – langkah
pembelajaran Jigsaw
berbasis Problem
Posing
Langkah – Langkah Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Siswa dibagi atas
beberapa kelompok
(tiap kelompok
anggotanya 4
sampai 6 orang yang
heterogen)
2. Materi pelajaran
diberikan kepada
siswa dalam bentuk
teks yang telah
dibagi-bagi menjadi
beberapa sub bab.
3. Setiap anggota
kelompok membaca
sub bab yang
ditugaskan dan
bertanggung jawab
untuk
mempelajarinya.
4. Anggota dari
kelompok-kelompok
yang telah
mempelajari sub bab
yang sama bertemu
dalam kelompok-
kelompok ahli untuk
1) Mengelompokan siswa secara
heterogen di kelompok asal
(eksplorasi)
2) Membagi materi dalam bentuk
teks kepada setiap siswa dalam
kelompok asal setiap siswa
berbeda sub bab (eksplorasi)
3) Memberikan tugas kepada
siswa untuk mepelajari materi
mengenai pengurangan
pecahan. (eksplorasi)
4) Menyuruh siswa untuk
mengelompok sesuai dengan
sub materi di kelompok ahli
dan menyuruh
mendiskusikannya ( untuk
kelompok yang mendapatkan
sub materi I – III diskusi untuk
1) Siswa membentuk
kelompok secara
heterogen dikelompok
asal. (eksplorasi)
2) Siswa menerima teks
materi mengenai pecahan
yang diberikan oleh guru
secara individual.
(eksplorasi)
3) mengkaji materi mengenai
pecahan yang diberikan
oleh guru secara
individual. (eksplorasi)
4) Siswa berkelompok di
kelompok ahli sesuai
dengan sub materi yang
didapat. dan menyuruh
mendiskusikannya ( untuk
kelompok yang
mendapatkan sub materi I
288
mendiskusikannya.
5. Setiap kelompok
diminta mengajukan
1 atau 2 buah soal
yang menantang,
dan kelompok yang
bersangkutan harus
mampu
menyelesaikannya.
6. Anggota dari
kelompok ahli yang
telah mempelajari
sub bab dan sudah
membuat soal yang
menantang kembali
pada kelompok asal
bertugas mengajar
teman-temannya dan
memberi contoh soal
dan dijelaskan cara
mengerjakannya.
refleksi, untuk kelompok yang
mendapatkan sub materi IV –
VI diskusi untuk menjelaskan
nanti di kelompok asal) .
(eksplorasi)
5) membimbing siswa untuk
membuat pertanyaan mengenai
materi pengurangan pecahan
yang telah dipelajari sekaligus
jawabannya secara
berkelompok. (eksplorasi)
6) Mengarahkan siswa untuk
kembali ke kelompok asal.
(Elaborasi)
7) membimbing siswa untuk
menjelaskan materi kepada
temannya dikelompok asal.
(Elaborasi)
1. sub materi IV mengurangkan
pecahan biasa dengan pecahan
campuran atau sebaliknya
2. sub materi V mengurangkan
pecahan biasa dengan pecahan
decimal atau sebaliknya
3. sub materi VI mengurangkan
pecahan campuran dengan
pecahan decimal
– III diskusi untuk refleksi,
untuk kelompok yang
mendapatkan sub materi
IV – VI diskusi untuk
menjelaskan nanti di
kelompok asal) .
(eksplorasi)
5) Siswa mengajukan 2
pertanyaan menantang
yang berhubungan dengan
sub materi sekaligus
jawabannya secara
berkelompok. (eksplorasi)
6) duduk mengelompok
sesuai dengan kelompok
asal. (Elaborasi)
7) Menjelaskan materi
kepada temannya
dikelompok asal serta
memberi contoh soal dan
mengajarkan cara
penyelesaiannya.
(Elaborasi).
1. sub materi IV
mengurangkan pecahan
biasa dengan pecahan
campuran atau sebaliknya
2. sub materi V
mengurangkan pecahan
289
8) memberikan penegasan
terhadap materi yang telah
dipelajari siswa (Konfirmasi)
biasa dengan pecahan
decimal atau sebaliknya
3. sub materi VI
mengurangkan pecahan
campuran dengan pecahan
desimal
8) membuat rangkuman dari
materi yang telah
dipelajari (Konfirmasi)
Kegaitan Akhir (± 8 menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Menekankan kembali kesimpulan
2. Siswa diberi kesempatan untuk
bertanya, apabila ada yang bulum
paham
3. Menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya: Pada pertemuan
berikutnya, secara acak, guru
menyuruh siswa untuk menyajikan
soal temuannya di depan kelas.
Dalam hal ini, guru dapat
menentukan siswa secara selektif
berdasarkan bobot soal yang
diajukan oleh siswa.
4. Tindak lanjut
1) Mendengarkan kesimpulan yang
diberikan guru
2) Siswa bertanya kepada guru apabila
belum paham.
3) Siswa mendengarkan dan mencatat
perintah dipertemuan selanjutnya.
4) Siswa mengerjakan soal evaluasi
(individu) kemudian mengumpulkan
hasil pekerjaan mereka.
290
X. Penilaian
a. Prosedur penilaian
1. Tes awal : ada di apersepsi
2. Tes dalam proses : ada saat siswa membuat soal
dikelompok ahli
3. Tes akhir : ada dilembar evaluasi
b. Jenis tes
1. Tes tertulis : ada dilembar evaluasi siswa
2. Tes lisan : ada dikegiatan awal saat guru
melakukan apersepsi
3. Tes perbuatan : ada lembar pengamatan aktivitas
siswa
c. Alat penilaian
1. Soal isian : ada yaitu soal evalusi
2. Soal lisan : ada yaitu pertanyaan apersepsi
3. Checklist : ada lembar pengatan siswa
Semarang ,14 Januari 2013 Kolaborator
Antonia Mariani, S.Pd
NIP. 19630615 198201 2 002
Guru
Abdul Majid
NIM. 1401909075
Mengetahui, Kepala Sekolah
Antonius Giyono, S.Pd
NIP. 19550414 198201 1 003
291
MATERI PENGURANGAN PADA PECAHAN
SIKLUS II
I. Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan biasa
3. Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan biasa dengan penyebut yang
sama
Pecahan biasa adalah lambang bilangan yang dipergunakan untuk
melambangkan bilangan pecahan dan rasio (perbandingan).
Pecahan merupakan bagian dari keseluruhan yang berukuran sama.
Sebuah pecahan mempunyai dua bagian yaitu pembilang dan
penyebut.Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari
setiap bagian yang utuh.
Pengurangan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk memahami
konsep pengurangan pecahan biasa berpenyebut sama antara lain:
o Dengan menggunakan gambar yang diarsir
Luas daerah yang diarsir semula adalah
Dihapus arsirannya menjadi
Hasil diperoleh dengan melihat gambar
Dapat dilihat bahwa ada pola hubungan yaitu pembilang dikurangkan
sedangkan penyebut tetap
=
Lampiran 10
292
o Dengan menggunakan garis bilangan
Contoh :
0
Mulai dari nol (0) kekanan menuju dan karena dikurangi maka kembali
lagi kekiri lagi, sehingga menjadi atau = . Garis tebal
menggambarkan hasil akhir.
4. Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan biasa dengan penyebut yang
tidak sama
Untuk mempelajari pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama,
pra syarat yang harus dikuasai siswa antara lain: pengurangan pecahan
berpenyebut sama, pecahan senilai, dan KPK. Berikut berbagai cara untuk
mengajarkan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama:
f. Dengan menggunakan gambar yang diarsir
Contoh: + = ….
- =
Untuk mengurangkan pecahan yang penyebutnya tidak sama, maka
penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu. Untuk menyamakan
penyebutnya dapat dicari dengan mencari KPK dari penyebutnya. Cara
dihapus menjadi
293
lain yang dapat digunakan yaitu dengan membuat daftar pecahan-
pecahan senilai, contoh:
= = = = =
= = = = =
Ketika siswa melihat daftar diatas maka siswa akan menemukan bahwa
ada dua pecahan yang mempunyai penyebut sama. Ini membantu siswa
menyadari, bahwa terdapat lebih dari satu pasang penyebut
persekutuan untuk kedua pecahan. Salah satu pasangan (penyebutnya
merupakan KPK dari kedua penyebut) dapat digunakan untuk
menjumlah atau mengurangi pasangan pecahan yang tidak sama
penyebutnya. Bila KPK sudah dipelajari selanjutnya model abstrak
dapat dilakukan. Contoh:
- = - = - =
- = - = - =
KPK dari 2 dan 4 adalah 4,
maka penyebutnya 4
KPK dari 3 dan 5 adalah 15,
maka penyebutnya 15
294
II. Pengurangan pecahan desimal dengan pecahan desimal
Mengurangkan dua bilangan desimal adalah mengurangkan angka-angka
yang nilai tempatnya samapada kedua bilangan tersebut.
Adapun nilai tempat pada pecahan decimal dicontohkan pada bilangan
berikut ini
125,375 Contoh pengurangan pecahan desimal Cara I
0,6 - 0,4 = …
4. Mengubah pecahan decimal menjadi pecahan biasa
- =….
Jadi - = =
Perseribuan
Perseratusan
Persepulahan
Satuan
Puluhan
Ribuan
Dihapus bagian menjadi
295
5. Pengurangan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tidak
dijumlahkan
- = =
6. Mengubah hasil menjadi pecahan desimal
= 0,2
Cara II
Bersusun ke bawah
Pada cara bersusun kebawah kalian harus perhatikan tanda koma serta nilai
tempat.
0,7 5 0,3 2 –––– - 0,4 3
Persatuan 5 - 2 = 3
Persepuluhan7 - 3 = 4
Ingat koma (,) harus lurus
Satuan 0 - 0 = 0
296
III. Pengurangan pecahan campuran dengan pecahan campuran
Dalam pecahan campuran yang harus diperhatikan adalah bahwa di pecahan
campuran ada 3 bilangan yaitu bilangan bulat, bilangan pembilang dan
bilangan penyebut
= bialngan bulat
= bilangan pembilang
= bilangan penyebut
3. Pengurangan pecahan campuran dengan penyebut yang sama Contoh :
5 - 2 = …. tahap I diambil 2
5 tahap II
3
Tahap III
2
Diambil
Karena diambil tidak bisa sehingga mengambil yang utuh
4. Pengurangan pecahan campuran dengan penyebut tidak sama
Contoh :3 - 2 = …. dihapus 2
3
1
Jadi 3 - 2 = (3 – 2) + ( - ) = 2 + ( - ) = 2
Contoh :5 - 2 = ….
5 - 2 = ( 5 – 2 ) + ( - ) = 3 + ( - )
= 2 + + - = 2 + - = 2 +
Karena kurangmengambil yang utuh
KPK dari penyebut 4 dan 3 adalah 12 maka penyebutnya dijadikan 12
Karena kurangmengambil yang utuh
Dihapus
298
IV. Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan campuran atau sebaliknya
3. Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan campuran yang penyebutnya
sama
Contoh :
3 =
Cara I
Tahap I
3
Tahap II
2
Diambil
jadi
3 - = 3 + ( - ) =
= 2 + + - = 2 + - = 2 + = 2
Karena diambil tidak bisa sehingga mengambil yang utuh
Karena kurangmengambil yang utuh
299
Cara II
3 =
=
=
= 3
4. Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan campuran yang
penyebutnya tidak sama
Contoh :
3 = ….
Cara I
3
3
Jadi 3 - 2 = 3 + ( - ) = 3 + ( - ) = 3
Ubahlah pecahan campuran menjadi pecahan
biasa3 =
kurangkankan pecahan seperti mengurangkan
pecahan biasa dengan mengurangkan pembilang
saja
Sederhanakan sampai kebentuk paling sederhana
Diambil
300
Cara II
3 =
=
=
= 3
Ubahlah pecahan campuran menjadi pecahan
biasa3 =
kurangkan pecahan seperti mengurangkan
pecahan biasa dengan menyamakan penyebut
dengan mencari KPK 4 dan 3 adalah 12
Sederhanakan sampai kebentuk paling sederhana
301
V. Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
Mengurangkan berbagai bentuk pecahan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengurangkan berbagai
bentuk pecahan sebagai berikut.
3) Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama atau satu jenis dalam hal
ini pengurangan dari pecahan desimal dengan pecahan biasa bisa diubah
menjadi pecahan decimal atau pecahan biasa
4) Mengurangkan pecahan-pecahan yang sudahsejenis tersebut.
Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
yang sama penyebutnya.
Contoh :
0,6 - = ….
Sesuai dengan langkah diatas dapat dicari dengan:
3. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan biasa
semua
0,6 = = - = ….
Jadi - = =
Pengurangan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkankan
4. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
= 0,3
Dihapus bagian menjadi
302
Jadi 0,6 - 0,3 = 0,3
0,6
0,3 -
0,3
Pada cara bersusun kebawah kalian harus perhatikan tanda koma serta
nilai tempat dan jika angka dibelakang koma kurang maka tambahkan 0
Pengurangan pecahan biasa dengan pecahan desimal atau sebaliknya
tidak sama penyebutnya.
Contoh :
0,6 - = ….
3. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan biasa
semua
0,6 =
Jadi - = - =
Untuk mengurangkan pecahan yang penyebutnya tidak sama, maka
penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu. Untuk menyamakan
penyebutnya dapat dicari dengan mencari KPK dari penyebutnya
4. Mengubah pecahan kedalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
= = 0,4
Jadi 0,6 - 0,4 = 0,2
1
0,6
0,4 -
0,2
Pada cara bersusun kebawah kalian harus perhatikan tanda koma serta
nilai tempat
KPK dari 10 dan 5 adalah 10
303
VI. Pengurangan pecahan desimal dengan pecahan campuran atau
sebaliknya
Mengurangkan berbagai bentuk pecahan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menjumlah berbagai bentuk
pecahan sebagai berikut.
3) Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama atau satu jenis dalam hal
ini penjumlahan dari pecahan desimal dengan pecahan biasa campuran
diubah menjadi pecahan decimal atau pecahan campuran
4) menguangkan pecahan-pecahan yang sudahsejenis tersebut.
• Penguranganpecahan campuran dengan pecahan desimal atau
sebaliknya yang sama penyebutnya.
Contoh:
2,6 - 1 = ….
3. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan campuran
semua
2,6 = 2
Jadi 2 - 1 = (2 - 1) + ( - = 1 + = 1 = 1,3
4. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
1 = 1,3
Jadi 2, 6 - 1, 3 = 1, 3
dihapus
Dihapus
304
2,6
1,3 -
1,3
• Penguranganpecahan campuran dengan pecahan desimal atau
sebaliknya yang tidak sama penyebutnya.
Contoh:
2,6 - 1 = ….
7. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan campuran
semua
2,6 = 2
Jadi 2 - 1 = (2 - 1) + ( -
= 1 + ( -
= 1 + = 1 = 1,4
8. Mengubah pecahan ke dalam bentuk yang sama kepecahan desimal
semua
1 = 1 = 1,2
Jadi 2, 6 - 1, 2 = 1, 4
2,6
1,2 -
1,4
Ubahlah pecahan desimal
menjadi pecahan campuran
kurangkan pecahan seperti
mengurangkan pecahan biasa
dengan menyamakan penyebut
dengan mencari KPK 4 dan 3
d l h
Mengubah pecahan kebentuk persepuluhan, kemudian diubah menjadi pecahan desimal
305
SOAL EVALUASI SIKLUS II
Nama : ………………………
No : ………………………
1. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudaah disediakantentangmengurangkan pecahan biasa dengan pecahan
biasa.
soal
Jawab
Lampiran 13
306
2. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudaah disediakan tentang mengurangkan pecahan campuran dengan
pecahan campuran
soal
Jawab
307
3. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudaah disediakan tentang mengurangkan pecahan desimal dengan
pecahan desimal.
soal
Jawab
308
4. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudah disediakan tentang mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan
campuran atau sebaliknya.
soal
Jawab
309
5. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudaah disediakan tentang mengurangkan pecahan biasa dengan
pecahan desimal atau sebaliknya.
soal
Jawab
310
6. Buatlah sebuah soal yang menantang serta tulislah jawabannya pada lembar
yang sudaah disediakan tentang mengurangkan pecahan campuran dengan
pecahan desimal
INSTRUMEN PENELITIAN
soal
Jawab
311
HASIL OBSERVASIKETERAMPILAN MENGAJAR GURU DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI JIGSAW BERBASIS PROBLEM POSING
Pertemuan I Siklus I
Nama Guru : Abdul Majid Nama SD : SDN Miroto 02 Kelas : IV B Hari/Tanggal : 7 Januari 2013 Petujuk : Berilah tanda check (√) pada kolom tingkat kemampuan
yang sesuai dengan indikator pengamatan!
No Indikator keterampilan guru Tingkat Kemampuan Keterangan
4. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, komponen: 1. Mengadakan
pendekatan secara
pribadi
2. Membimbing dan
memudahkan belajar
siswa dalam belajar
matematika dengan
model pembelajaran
√
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
satupun atau
nampak 1 dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
322
kooperatif tipe Jigsaw
berbasis problem
posing
3. Merencanakan
kegiatan belajar
mengajar dengan
model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw
berbasis problem
posing
4. Mengkondisikan
kelompok atau siswa
dengan baik sesuai
model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw
berbasis problem
posing.
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
5. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, komponen: 1. Memusatkan
perhatian
2. Memperjelas
masalah atau urunan
pendapat dalam
kelompok ahli
3. Menganalisa
pandangan siswa
dalam kelompok
ahli maupun
kelompok asal
√
Tingkat kemampuan: 1. Jika tidak
nampak
satupun dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 1-
komponen
3. Jika nampak 2-
3 komponen
4. Jika nampak 4-
5 komponen
323
4. Menyebarkan
kesempatan
berpartisipasi siswa
dalam diskusi di
kelompok ahli dan
mengoreksi jawaban
teman satu
kelompok dalam
kelompok asal
5. Menutup diskusi
dalam kelompok
asal maupun
kelompok ahli.
6. Keterampilan mengelola kelas, komponen: 1. Menunjukkan sikap
tanggap kepada
semua siswa
2. Membagi perhatian
kepada semua siswa
3. Membagi siswa
kedalam kelompok
asal maupun
kelompok ahli
4. Memberikan
petunjuk-petunjuk
yang jelas mengenai
langkah
pembelajaran Jigsaw
berbasis problem
posing
√
Tingkat kemampuan: 1. Jika tidak
nampak
satupun dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 1-
2 komponen
3. Jika nampak 3-
4 komponen
4. Jika nampak 5-
6 komponen
324
5. Menegur
6. Memberi penguatan
7. Keterampilan mengadakan variasi, komponen: 1. Penggunaan variasi
suara
2. Pemusatan perhatian
3. Kesenyapan
4. Mengadakan kontak
pandang
5. Gerakan badan dan
mimik
6. Pergantian posisi
guru dalam kelas
√
Tingkat kemampuan: 1. Jika tidak
nampak
satupun dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 1-
2 komponen
3. Jika nampak 3-
4 komponen
4. Jika nampak 5-
6 komponen
8. Keterampilan memberi penguatan, komponen: 1. Memberikan
penguatan dalam
bentuk kata atau
kalimat
2. Memberikan
penguatan dalam
bentuk simbol atau
benda
3. Memberikan
penguatan dalam
bentuk tepuk tangan
4. Memberikan
Penguatan Dalam
bentuk mendekati
√
Tingkat kemampuan:
1. Jika tidak
nampak satupun
dari komponen
yang ada
2. Jika nampak 1
komponen
3. Jika nampak 2
komponen
4. Jika nampak 3-
4 komponen
9. Keterampilan menutup Tingkat
325
pelajaran, komponen: 1. meninjau kembali
2. membuat kesimpulan
3. mengevaluasi
4. memberikan tugas
rumah
√
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
satupun atau
Nampak 1 dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
10. Keterampilan menguasai bahan ajar, komponen: 1. Kebenaran substansi
yang disampaikan
2. Mengaitkan materi
dengan pengetahuan
lain yang relevan
3. Menyampaikan
materi dengan jelas
sesuai dengan
hirearki belajar dan
karakter belajar siswa
4. Ada referensi
pendukung
√
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
satupun atau
Nampak 1 dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
326
11. Keterampilan memilih
materi yang berkualitas,
komponen:
1. Memilih Materi
sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan
kompetensi yang
harus dikuasai siswa.
2. Memiih Materi
memiliki
keseimbangan antara
keluasan, kedalaman
materi dan waktu.
3. Materi pembelajaran
sistematis,
kontekstual,
dikaitkan dengan
kehidupan nyata
siswa.
4. Materi dapat
mengakomodasi
partisipasi aktif
peserta didik dalam
belajar semaksimal
mungkin melalui
pemecahan masalah.
√
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
satupun atau
Nampak 1 dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak4
komponen
327
12. Keterampilan memilih media yang berkualitas, komponennya: 1. Memilih media yang
dapat memberikan
pengalaman
langsung
2. Media pembelajaran
dapat memperkarya
pengalaman belajar
3. Media yang dipilih
mampu
memfasilitasi proses
interaksi antara
peserta didik dan
guru, peserta didik
dan peserta didik.
√
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
satupun atau
Nampak 1 dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
Jumlah Skor = 39 Kategori Baik
Kriteria penilaian: R = skor terrendah = 12 T = skor tertinggi = 48 n = banyaknya skor = 37 Q2 = median Letak Q2 = ( n+1 )
= ( 37 +1 )
= x 38 = 19
Jadi Q2 adalah 30 Letak Q1 =
( n +1 )
= ( 37+1 )
= x 38
= 9,5
328
Jadi Q1 adalah 20,5
Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ( n +1 )
=
37 1
= ( 37+1 )
= x 38
= 28,5 Jadi Q3 adalah 39,5 Q4= kuartil keempat = T = 48
Skor Nilai Ketuntasan
39,5≤ skor ≤ 48 Sangat Baik Tuntas
30≤ skor <39,5 Baik Tuntas
20,5≤ skor <30 Cukup Tidak tuntas
12≤ skor <20,5 Kurang Tidak tuntas
Observer
Antonia Mariani, S.Pd
329
HASIL OBSERVASIKETERAMPILAN MENGAJAR GURU DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI JIGSAW BERBASIS PROBLEM POSING
Pertemuan I SiklusII Nama Guru : Abdul Majid Nama SD : SDN Miroto 02 Kelas : IV Hari/Tanggal : 14 Januari 2013 Petujuk : Berilah tanda check (√) pada kolom tingkat kemampuan
yang sesuai dengan indikator pengamatan!
No Indikator keterampilan guru Tingkat Kemampuan Keterangan
4. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, komponen: 1. Mengadakan
pendekatan secara
pribadi
2. Membimbing dan
memudahkan belajar
siswa dalam belajar
matematika dengan
model pembelajaran
√
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
satupun atau
nampak 1 dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
331
kooperatif tipe Jigsaw
berbasis problem
posing
3. Merencanakan
kegiatan belajar
mengajar dengan
model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw
berbasis problem
posing
4. Mengkondisikan
kelompok atau siswa
dengan baik sesuai
model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw
berbasis problem
posing.
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
5. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, komponen: 1. Memusatkan
perhatian
2. Memperjelas
masalah atau urunan
pendapat dalam
kelompok ahli
3. Menganalisa
pandangan siswa
dalam kelompok
ahli maupun
kelompok asal
√
Tingkat kemampuan: 1. Jika tidak
nampak
satupun dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 1-
komponen
3. Jika nampak 2-
3 komponen
4. Jika nampak 4-
5 komponen
332
4. Menyebarkan
kesempatan
berpartisipasi siswa
dalam diskusi di
kelompok ahli dan
mengoreksi jawaban
teman satu
kelompok dalam
kelompok asal
5. Menutup diskusi
dalam kelompok
asal maupun
kelompok ahli.
6. Keterampilan mengelola kelas, komponen: 1. Menunjukkan sikap
tanggap kepada
semua siswa
2. Membagi perhatian
kepada semua siswa
3. Membagi siswa
kedalam kelompok
asal maupun
kelompok ahli
4. Memberikan
petunjuk-petunjuk
yang jelas mengenai
langkah
pembelajaran Jigsaw
berbasis problem
posing
√
Tingkat kemampuan: 1. Jika tidak
nampak
satupun dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 1-
2 komponen
3. Jika nampak 3-
4 komponen
4. Jika nampak 5-
6 komponen
333
5. Menegur
6. Memberi penguatan
7. Keterampilan mengadakan variasi, komponen: 1. Penggunaan variasi
suara
2. Pemusatan perhatian
3. Kesenyapan
4. Mengadakan kontak
pandang
5. Gerakan badan dan
mimik
6. Pergantian posisi
guru dalam kelas
√
Tingkat kemampuan: 1. Jika tidak
nampak
satupun dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 1-
2 komponen
3. Jika nampak 3-
4 komponen
4. Jika nampak 5-
6 komponen
8. Keterampilan memberi penguatan, komponen: 1. Memberikan
penguatan dalam
bentuk kata atau
kalimat
2. Memberikan
penguatan dalam
bentuk simbol atau
benda
3. Memberikan
penguatan dalam
bentuk tepuk tangan
4. Memberikan
Penguatan Dalam
bentuk mendekati
√
Tingkat kemampuan:
1. Jika tidak
nampak satupun
dari komponen
yang ada
2. Jika nampak 1
komponen
3. Jika nampak 2
komponen
4. Jika nampak 3-
4 komponen
9. Keterampilan menutup Tingkat
334
pelajaran, komponen: 1. meninjau kembali
2. membuat kesimpulan
3. mengevaluasi
4. memberikan tugas
rumah
√
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
satupun atau
Nampak 1 dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
10. Keterampilan menguasai bahan ajar, komponen: 1. Kebenaran substansi
yang disampaikan
2. Mengaitkan materi
dengan pengetahuan
lain yang relevan
3. Menyampaikan
materi dengan jelas
sesuai dengan
hirearki belajar dan
karakter belajar siswa
4. Ada referensi
pendukung
√
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
satupun atau
Nampak 1 dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
335
11. Keterampilan memilih
materi yang berkualitas,
komponen:
1. Memilih Materi
sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan
kompetensi yang
harus dikuasai siswa.
2. Memiih Materi
memiliki
keseimbangan antara
keluasan, kedalaman
materi dan waktu.
3. Materi pembelajaran
sistematis,
kontekstual,
dikaitkan dengan
kehidupan nyata
siswa.
4. Materi dapat
mengakomodasi
partisipasi aktif
peserta didik dalam
belajar semaksimal
mungkin melalui
pemecahan masalah.
√
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
satupun atau
Nampak 1 dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak4
komponen
336
12. Keterampilan memilih media yang berkualitas, komponennya: 1. Memilih media yang
dapat memberikan
pengalaman
langsung
2. Media pembelajaran
dapat memperkarya
pengalaman belajar
3. Media yang dipilih
mampu
memfasilitasi proses
interaksi antara
peserta didik dan
guru, peserta didik
dan peserta didik.
√
Tingkat
Kemampuan:
1. Jika tidak
nampak
satupun atau
Nampak 1 dari
komponen
yang ada
2. Jika nampak 2
komponen
3. Jika nampak 3
komponen
4. Jika nampak 4
komponen
Jumlah Skor = 42 Kategori Sangat Baik
Kriteria penilaian: R = skor terrendah = 12 T = skor tertinggi = 48 n = banyaknya skor = 37 Q2 = median Letak Q2 = ( n+1 )
= ( 37 +1 )
= x 38 = 19
Jadi Q2 adalah 30 Letak Q1 =
( n +1 )
= ( 37+1 )
= x 38
= 9,5
337
Jadi Q1 adalah 20,5
Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = ( n +1 )
=
37 1
= ( 37+1 )
= x 38
= 28,5 Jadi Q3 adalah 39,5 Q4= kuartil keempat = T = 48
Skor Nilai Ketuntasan
39,5≤ skor ≤ 48 Sangat Baik Tuntas
30≤ skor <39,5 Baik Tuntas
20,5≤ skor <30 Cukup Tidak tuntas
12≤ skor <20,5 Kurang Tidak tuntas
Observer
Antonia Mariani, S.Pd
338
HASIL OBSERVASIKETERAMPILAN MENGAJAR GURU DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI JIGSAW BERBASIS PROBLEM POSING
Pertemuan II SiklusII Nama Guru : Abdul Majid Nama SD : SDN Miroto 02 Kelas : IV Hari/Tanggal :16 Januari 2013 Petujuk : Berilah tanda check (√) pada kolom tingkat kemampuan
yang sesuai dengan indikator pengamatan!
No Indikator keterampilan guru Tingkat Kemampuan Keterangan