Page 1
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN
MESIN JAHIT PADA UD. ANEKA BUSANA
KHUSUSNYA USAHA PRODUKSI PECI
DI KEDIRI LOMBOK BARAT
S K R I P S I
Diajukan sebagai bagian dari syarat-syarat untuk mencapai
kebulatan program Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi
Universitas Mataram
OLEH :
IRMA NINGSIH
A1B 107 119
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
2012
Page 2
Halaman Persetujuan
Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
PENAMBAHAN MESIN JAHIT PADA UD. ANEKA
BUSANA KHUSUSNYA USAHA PRODUKSI PECI
DI KEDIRI LOMBOK BARAT
Nama Mahasiswa : IRMA NINGSIH
Nomor Mahasiswa : A1B 107 119
Jurusan : MANAJEMEN
Menyetujui,
Pembimbing Utama
. Drs. H. Burhanudin, M.Si. .
NIP. 19650323 199003 1 004
Pembimbing Pendamping
. Drs. Sulaiman Sarmo, M.Si. .
NIP. 19621231 199001 1 001
Tanggal Lulus : 11 Agustus 2012
Page 3
Halaman Pengesahan Hasil Ujian
Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
PENAMBAHAN MESIN JAHIT PADA UD. ANEKA
BUSANA KHUSUSNYA USAHA PRODUKSI PECI
DI KEDIRI LOMBOK BARAT
Nama Mahasiswa : IRMA NINGSIH
Nomor Mahasiswa : A1B 107 119
Jurusan : MANAJEMEN
Naskah Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang ujian,
Tanggal 11 Agustus 2012
Tim Penguji:
Drs. H. Burhanudin, M.Si. Ketua :……………………...
NIP. 19650323 199003 1 004
Drs. Sulaiman Sarmo, M.Si. Anggota I :……………………...
NIP. 19621231 199001 1 001
Drs. H. Mutawalli Hasan Anggota II :...................................
NIP. 19531231 197702 1 001
Page 4
Halaman Pengesahan
Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
PENAMBAHAN MESIN JAHIT PADA UD. ANEKA
BUSANA KHUSUSNYA USAHA PRODUKSI PECI
DI KEDIRI LOMBOK BARAT
Nama Mahasiswa : IRMA NINGSIH
Nomor Mahasiswa : A1B 107 119
Jurusan : MANAJEMEN
Skripsi ini telah diterima sebagai suatu kebulatan studi Program Strata Satu (S1)
pada Fakultas Ekonomi Universitas Mataram
Mataram, Agustus 2012
Dekan,
Prof. Drs. H. Thatok Asmony, MBA., DBA.
NIP: 19600617 198903 1 001
Program
Manajemen Reguler Sore
Ketua,
Drs. Surati, M.Si.
NIP:19621231 199001 1 001
Page 5
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil ‘allamin. Segala puji hanya milik Allah SWT yang
tidak pernah putus memberikan rahmat, nikmat dan karunia-NYA berupa
kesehatan, kemudahan petunjuk serta hidayah yang menjadi kekuatan bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Investasi
Penambahan Mesin Jahit pada UD. Aneka Busana Khususnya Usaha
Produksi Peci di Kediri Lombok Barat”.
Tak lupa shalawat teriring salam penulis haturkan kepada junjungan alam
Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang tak pernah lelah memperjuangkan
umatnya menuju jalan yang penuh ilmu pengetahuan. Orang tua penulis yang
terkasih dan tersayang, Ibunda Siti Aisyah dan Ayahanda Saefudin atas segala
rasa kasih sayang, didikan dan pengorbanannya demi kehidupan penulis. Suami
tercinta Budiono dan buah hati yang tersayang Khalisa Najwa Fairus, serta
seluruh keluarga besar yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu. Terima
kasih atas segala doa, perhatian dan dukungannya. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat kebulatan studi Program Strata Satu (S-1) pada Fakultas
Ekonomi Universitas Mataram Jurusan Manajemen.
Penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan moril maupun materil
dari berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini. Maka daripada itulah, dengan
penuh kerendahan hati perkenankan pada kesempatan ini penulis mengucapkan
Page 6
ii
terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Drs. H. Thatok Asmony, MBA., DBA. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Mataram.
2. Bapak Drs. Surati, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Reguler Sore
Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.
3. Bapak Drs. Sarifudin Serip, MM. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Reguler Sore Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.
4. Bapak Drs. H. Burhanudin, M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang
dengan penuh kesabaran selalu memberikan begitu banyak ilmu, bantuan,
dukungan dan semangat kepada penulis.
5. Bapak Drs. Sulaiman Sarmo, M.Si. selaku dosen pembimbing pendamping
yang dengan penuh kesabaran selalu memberikan begitu banyak ilmu,
bantuan, dukungan dan semangat kepada penulis.
6. Bapak Drs. H. Mutawalli Hasan selaku dosen penguji netral yang telah
memberikan koreksi dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen, staf Akademik dan Security Fakultas Ekonomi yang
telah memberikan banyak bantuan dan informasi bagi penulis, baik selama
kuliah maupun selama penyusunan skripsi.
8. Teman-teman kelas B, teman-teman seperjuangan Manajemen Keuangan serta
teman-teman Manajemen Reguler Sore Angkatan 2007.
Page 7
iii
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan keterbatasan yang ada pada diri penulis. Oleh karena itu,
kritik, saran dan koreksi akan sangat bermanfaat dalam melengkapi dan
menyempurnakan langkah selanjutnya demi hasil yang lebih baik. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Mataram, Agustus 2012
Penulis
Page 8
ix
ABSTRAK
Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu “Analisis Kelayakan Investasi
Penambahan Mesin Jahit pada UD. Aneka Busana Khususnya Usaha
Produksi Peci di Kediri Lombok Barat”, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah rencana investasi penambahan mesin jahit pada UD.
Aneka Busana layak untuk dilaksanakan, ditinjau dari segi kelayakan finansialnya
dengan menggunakan alat-alat analisis yaitu Trend Linier, Net Present Value
(NPV), Discounted Payback Period (DPP) dan Internal Rate of Return (IRR).
Penelitian ini dilaksanakan pada UD. Aneka Busana yang berlokasi di
Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat. Adapun variabel-variabel yang
digunakan adalah initial investment, pendapatan (cash inflow) dan biaya (cash
outflow). Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan metode
pengumpulan data yaitu studi kasus mengenai rencana penambahan mesin jahit
pada UD. Fajar Raya, serta teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara dan dokumentasi.
Dari hasil evaluasi dengan menggunakan kriteria investasi pada tahun
2012 sampai dengan tahun 2016 yang akan datang diperoleh nilai NPV yang
positif yaitu Rp158.009.648 yang berarti investasi tersebut dapat dilanjutkan. DPP
yang dihasilkan adalah 8 bulan 20 hari berarti jangka waktu penggunaan modal
lebih pendek dari jangka waktu pengembalian modal maksimum yang telah
ditetapkan oleh perusahaan yaitu selama 5 tahun dan IRR yang diperoleh sebesar
193,57% lebih besar dibandingkan dengan Cost of Capital yaitu sebesar 28,21%
sehingga investasi dapat diterima.
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa keputusan untuk
menambah jumlah unit mesin jahit sebanyak sepuluh unit bila diestimasi pada
tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 yang akan datang layak bila ditinjau dari
kriteria penilaian investasi NPV, DPP dan IRR.
Page 9
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................... 13
1.3. Perumusan Masalah ................................................................................ 13
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 13
1.4.1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 13
1.4.2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 15
2.2. Tinjauan Teoritis ..................................................................................... 17
2.2.1. Pengertian Investasi .................................................................... 17
2.2.2. Pengertian Aktiva Tetap ............................................................. 18
2.2.3. Investasi dalam Aktiva Tetap ..................................................... 20
2.2.4. Penilaian serta Proceeds dalam Melakukan Usulan Investasi ... 21
2.2.5. Capital Budgeting ....................................................................... 25
2.2.6. Biaya Modal (Cash Of Capital) ................................................. 26
2.2.7. Cash Flow .................................................................................. 27
2.2.8. Biaya Modal Keseluruhan .......................................................... 28
2.2.9. Proceeds (Net Cash Flow) .......................................................... 28
2.2.10. Kriteria Investasi ........................................................................ 30
2.3. Kerangka Konseptual Penelitian ............................................................. 35
2.4. Perumusan Hipotesis .............................................................................. 36
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................ 37
3.2. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 37
3.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 38
3.4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 38
3.5. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 39
3.5.1. Jenis Data .................................................................................... 39
Page 10
v
3.5.2. Sumber Data ............................................................................... 39
3.6. Identifikasi Variabel ................................................................................ 40
3.7. Definisi Operasional Variabel ……………………………..................... 40
3.8. Prosedur Analisis ..................................................................................... 42
3.8.1. Analisis Trend ............................................................................ 42
3.8.2. Analisis Kelayakan Investasi ...................................................... 44
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 47
4.2. Deskripsi Data ......................................................................................... 47
4.2.1. Initial Investment ........................................................................ 48
4.2.2. Pendapatan dan Biaya ................................................................ 49
4.2.3. Penyusutan Mesin …………………………............................... 55
4.2.4. Cost of Capital ............................................................................ 56
4.2.5. Tingkat Pajak .............................................................................. 57
4.2.6. Data Arus Kas ............................................................................. 58
4.3. Analisis Data ........................................................................................... 62
4.3.1. Net Present Value ....................................................................... 62
4.3.2. Discounted Payback Period ....................................................... 63
4.3.3. Internal Rate of Return ............................................................... 65
4.4. Interpretasi Hasil Analisis ....................................................................... 67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 69
5.2. Saran ........................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 11
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Data Produksi Sentral Industri Garmen yang Beroperasi di Daerah
Kediri Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011 .................................. 5
Tabel 1.2. Data Perkembangan Volume Produksi dan Nilai Penjualan
(Pendapatan) UD. Aneka Busana dari Tahun 2007 – 2011 ............... 7
Tabel 1.3. Peralatan Mesin Jahit pada UD. Aneka Busana Periode Tahun 2007
– 2011 .............................................…............................................... 8
Tabel 1.4. Data Jumlah Biaya dalam Kegiatan Operasional UD. Aneka
Busana Periode Tahun 2007 – 2011 (dalam satuan rupiah) .............. 9
Tabel 1.5. Data Perkembangan Laba Bersih UD. Aneka Busana Periode
Tahun 2007 – 2011 ............................................................................ 10
Tabel 2.1. Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang ..... 17
Tabel 4.1. Pendapatan dengan Mesin Baru pada UD. Aneka Busana Periode
Tahun 2012 – 2016 ............................................................................ 50
Tabel 4.2. Pendapatan tanpa Mesin Baru pada UD. Aneka Busana Periode
Tahun 2012 – 2016 ............................................................................ 50
Tabel 4.3. Biaya dengan Mesin Baru pada UD. Aneka Busana Periode Tahun
2012 – 2016 ....................................................................................... 54
Tabel 4.4. Biaya tanpa Mesin Baru pada UD. Aneka Busana Periode Tahun
2012 – 2016 ....................................................................................... 54
Tabel 4.5. Data Jumlah Penyusutan Mesin Jahit Baru yang Dikeluarkan dalam
Kegiatan Operasional UD. Aneka Busana Selama Tahun 2012 –
2016 ................................................................................................... 55
Tabel 4.6. Data Return on Equity (ROE) pada UD. Aneka Busana Periode
Tahun 2007 – 2011 ........................................................................... 57
Tabel 4.7. Data Arus Kas Bersih dengan Mesin Baru pada UD. Aneka Busana
Periode Tahun 2012 – 2016 ............................................................... 59
Tabel 4.8. Data Arus Kas Bersih tanpa Mesin Baru pada UD. Aneka Busana
Periode Tahun 2012 – 2016 ............................................................... 60
Tabel 4.9. Data Selisih Arus Kas pada UD. Aneka Busana Periode Tahun
2012 – 2016 ....................................................................................... 61
Tabel 4.10. Perhitungan Net Present Value (NPV) UD. Aneka Busana Periode
Tahun 2012 – 2016 ............................................................................ 63
Tabel 4.11. Perhitungan Discounted Payback Period (DPP) pada UD. Aneka
Busana Tahun 2012 – 2016 ............................................................... 64
Tabel 4.12. Perhitungan Internal Rate of Return UD. Aneka Busana .................. 66
Page 12
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian ......................................... 35
Page 13
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Peramalan Cash Inflow Tanpa Mesin Baru
Lampiran 2. Perhitungan Peramalan Cash Outflow Tanpa Mesin Baru
Page 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu usaha yang bergerak dalam bidang jasa tentunya memiliki tujuan
yang hendak dicapai. Pada umumnya setiap usaha memiliki tujuan jangka pendek
yaitu untuk memperoleh keuntungan/laba, sedangkan tujuan jangka panjang
adalah berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya agar terjamin dan
diharapkan dalam periode tertentu perusahaan akan terus berkembang dan
menjadi lebih besar.
Menurut Haming dan Salim (2003:1), tujuan perusahaan dirincikan
menjadi 8 (delapan) macam yang terdiri dari:
1. Memaksimalkan laba.
2. Memaksimalkan penjualan.
3. Mempertahankan eksistensi perusahaan.
4. Mencapai tingkat laba yang memuaskan.
5. Mencapai pangsa pasar tertentu.
6. Meminimalkan karyawan yang meninggalkan perusahaan.
7. Kedamain internal atau tidak adanya pertentangan di antara
jajaran manajemen.
8. Memaksimalkan kesejahteraan manajemen.
Suatu perusahaan di dalam upaya mengembangkan usahanya, perusahaan
dituntut untuk dapat melaksanakan kegiatannya semaksimal mungkin sehingga
dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Salah satunya adalah kegiatan
pembelanjaan, bagian ini seringkali mendapatkan perhatian khusus dari
manajemen perusahaan. Sebab apabila terjadi kegagalan dalam kegiatan
pembelanjaan akan berakibat menghambat jalannya kegiatan perusahaan secara
Page 15
2
keseluruhan. Dalam hubungannya dengan pembelanjaan, masalah investasi
merupakan kegiatan perusahaan yang harus diperhitungkan dengan tepat karena
memerlukan modal atau dana yang relatif besar.
Tujuan utama investasi adalah untuk memperoleh berbagai macam
manfaat yang layak dikemudian hari, berupa imbalan keuangan misalnya seperti
laba. Dalam pengambilan keputusan investasi, pihak manajemen perlu
mempertimbangkan secara matang hal tersebut dengan memperhatikan
keseluruhan proses baik perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai
pengeluaran dan jangka waktu pengembalian dana investasi.
Menurut Sutrisno (2007:121-122), perencanan terhadap keputusan
investasi sangat penting karena beberapa hal sebagai berikut:
1. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar
dan jumlah dana yang besar tersebut tidak bisa diperoleh
kembali dalam jangka waktu pendek atau diperoleh sekaligus.
2. Dana yang dikeluarkan akan terkait dalam jangka panjang,
sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka waktu
cukup lama untuk bisa memperoleh kembali dana tersebut.
Dengan demikian akan mempengaruhi penyediaan dana untuk
keperluan lain.
3. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil
keuntungan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam
peramalan akan dapat mengakibatkan terjadinya overlunder
investment, yang akibatnya akan merugikan perusahaan
misalnya proyeksi penjualan terlalu besar dengan investasi juga
besar, ternyata permintaan kecil. Akhirnya banyak kapasitas
yang menganggur dan biaya tetap/penyusutan sangat besar
begitupun sebaliknya.
4. Keputusan investasi berjangka panjang, sehingga kesalahan
dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang
panjang dan berat serta kesalahan dalam keputusan ini tidak
dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.
Investasi dalam aktiva tetap yang dilakukan perusahaan akan diterima
kembali seluruhnya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun dan proses
Page 16
3
pengembaliannya berlangsung secara berangsur-angsur melalui penyusutan.
Investasi dalam aktiva tetap tidak bisa dipisahkan dari capital budgeting yang
merupakan keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan
mengenai pengeluaran dana dimana waktu pengembalian dana tersebut melebihi
waktu satu tahun tetapi waktu tersebut tidak mutlak (Riyanto, 1992:121).
Di dalam mengambil keputusan mengenai investasi dalam aktiva tetap,
terlebih dahulu dilakukan analisis kelayakan. Analisis kelayakan perlu dilakukan
karena dalam pelaksanaan suatu proyek akan menyangkut penggunaan dana yang
terbatas sehingga perlu diketahui kelayakan dari proyek tersebut. Inti dari
kelayakan suatu usaha atau proyek yaitu apakah dan seberapa jauhkah proyek
tersebut memberikan keuntungan yang lebih besar kepada yang mengadakannya
sehingga pengeluaran untuk membeli aktiva tetap yang baru menjadi tidak sia-sia.
Menurut Haming dan Salim (2003:94), untuk menentukan kelayakan suatu
investasi, menggunakan 5 kriteria investasi yang terdiri dari:
1. Net Present Value (NPV).
2. Payback Period (PP).
3. Profitability Index (PI).
4. Average Rate of Return (ARR).
5. Internal Rate of Return (IRR).
Sedangkan Husnan dan Suwarsono mengemukakan bahwa di dalam
menentukan kelayakan suatu investasi digunakan 3 (tiga) kriteria, antara lain:
1. Net Present Value (NPV).
2. Discounted Payback Period (DPP).
Page 17
4
3. Internal Rate of Return (IRR).
Dalam studi kelayakan rencana investasi, aliran kas merupakan unsur
analisis yang sangat penting kedudukannya. Karena kelayakan finansial sebuah
usulan investasai diukur pada nilai sekarang aliran kasnya. Secara sederhana jika
nilai sekarang aliran kas masuk lebih besar daripada nilai sekarang aliran kas
keluar, maka rencana investasi itu adalah layak untuk dilaksanakan jika dilihat
berdasarkan aspek financial. Demikian pula jika terjadi sebaliknya, maka rencana
investasi itu tidak layak untuk dilaksanakan (Haming dan Salim, 2003:59).
UD. Aneka Busana merupakan salah satu perusahaan yang perlu
menerapkan studi kelayakan investasi di dalam mengembangkan usahanya.
Perusahaan ini bergerak di bidang home industry (industri rumahan) produk
garmen, yang spesialisasinya dalam pembuatan peci. Perusahaan ini berlokasi di
Desa Kediri, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat ini sudah berdiri sejak
tahun 1973. Produk yang dihasilkan UD. Aneka Busana sudah menembus pasar
luar negeri meliputi Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Abudabi dan Arab
Saudi. Sedangkan untuk pasar dalam negeri, sudah dipasarkan ke daerah-daerah
seperti Sumbawa, Kalimantan, Surabaya, Situbondo dan Jakarta.
Untuk saat ini jumlah pesanan yang diterima oleh UD. Aneka Busana dari
beberapa kota-kota besar seperti Surabaya, Jakarta dan Yogyakarta adalah
sebanyak 40 kodi setiap 3 (tiga) bulannya untuk masing-masing kota, sedangkan
untuk wilayah luar negri khususnya Brunai Darusalam sebanyak 50 kodi. Karena
keterbatasan peralatan dan tenaga, saat ini perusahaan hanya mampu menerima
pesanan dari satu negara saja, sedangkan pesanan dari negara lain seperti Arab
Page 18
5
Saudi, Abudabi dan Malaysia tidak dapat dilayani. Jumlah pesanan yang
dilakukan oleh negara tersebut adalah sebanyak 2.000 kodi per triwulan yang
tentunya sudah melebihi kapasitas produksi perusahaan.
Berikut ini akan ditampilkan data volume produksi garmen dan nilai
penjualannya pada sentral industri garmen yang beroperasi di daerah Kediri
Lombok Barat selama tahun 2011 yang akan disajikan pada Tabel 1.1. di bawah
ini:
Tabel 1.1. Data Produksi Sentral Industri Garmen yang Beroperasi di
Daerah Kediri Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011
No. Nama Perusahaan Volume Produksi
(Buah)
Nilai Penjualan
(Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8
UD. Aneka Busana
UD. Jaya Busana
UD. Busana Makmur
H. Badri
H. Yasin
H. Supratman
Tamrin
Usman
12.168
9.850
9.345
9.000
8.980
8.542
8.000
7.050
182.520.000
147.750.000
140.175.000
135.000.000
134.700.000
128.130.000
120.000.000
105.750.000
Sumber: Disperindag Kabupaten Lombok Barat, data sekunder.
Berdasarkan data pada Tabel 1.1. menunjukkan bahwa UD. Aneka Busana
adalah sentral industri garmen yang produksi pecinya relatif lebih unggul jika
dilihat dari volume produksinya dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Omset
penjualan yang diterima pun merupakan penjualan tertinggi daripada perusahaan
lainnya yaitu sebesar Rp182.520.000. Adapun jenis peci yang diproduksi oleh
UD. Aneka Busana seperti model Dapak, Bundar, Oval, Lonjong, Jengki,
Page 19
6
Malaysia dan Ustadz. Dari segi kualitas produk, peci yang dihasilkan tidak kalah
dengan kualitas peci produksi perusahaan nasional.
Selama beroperasi hampir 34 tahun, volume hasil usaha sampai saat ini
sedikit terkendala. Hal ini disebabkan modal dan peralatan utama dalam hal ini
mesin-mesin jahit yang digunakan sudah habis umur ekonomisnya sehingga tidak
memungkinkan untuk meningkatkan produktifitas perusahaan. Dahulu perusahaan
memiliki karyawan sebanyak 40 orang, namun ketika terjadi krisis moneter pada
tahun 1998 mengharuskan perusahaan untuk merumahkan karyawannya sehingga
karyawan yang tersisa sampai saat ini yaitu berjumlah 13 orang.
Melihat peluang bisnis yang semakin terbuka, dimana perusahaan
menerima kelebihan order dari luar negeri sehingga perusahaan harus
meningkatkan produktifitasnya. Dengan demikian UD. Aneka Busana harus
kembali menginvestasikan dananya dalam bentuk aktiva tetap (mesin jahit),
sehingga kebutuhan-kebutuhan pasar luar negeri dapat segera terpenuhi. Namun
pada umumnya untuk melakukan investasi membutuhkan dana yang relatif besar
dan dalam jangka waktu yang panjang serta mengandung risiko, maka diperlukan
pertimbangan yang matang bagi pihak manajemen UD. Aneka Busana sebelum
investasi dilakukan.
Berikut ini akan ditampilkan data perkembangan volume produksi dan
nilai penjualan UD. Aneka Busana selama 5 tahun terakhir dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2011.
Page 20
7
Tabel 1.2. Data Perkembangan Volume Produksi dan Nilai Penjualan
(Pendapatan) UD. Aneka Busana dari Tahun 2007 – 2011
Tahun
Volume
Produksi
(buah)
Pertum-
buhan
(%)
Harga
per buah
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
Pertum-
buhan
(%)
1 2 3 = 1 x 2
2007 9.453 N/a 11.000 103.983.000 N/a
2008 10.210 8,01 12.000 122.520.000 17,83
2009 10.602 3,84 13.000 137.826.000 12,49
2010 11.385 7,39 14.000 159.390.000 15,65
2011 12.168 6,88 15.000 182.520.000 14,51
Total 53.818 26,11 65.000 706.239.000 60,48
Rata-rata 10.764 6,53 13.000 141.247.000 15,12
Sumber: UD. Aneka Busana, data primer diolah.
Data pada Tabel 1.2. menunjukkan tingkat volume produksi selama 5
(lima) tahun terakhir pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 terjadi
peningkatan volume produksi yaitu mengalami peningkatan dimana produksi
rata-rata setiap tahunnya sebesar 10.764 buah atau dengan kata lain terjadi
peningkatan produktifitas perusahaan yaitu sebesar 6,53% setiap tahunnya. Hal
ini disebabkan karena tingginya permintaan akan peci produk UD. Aneka
Busana. Begitu juga dengan tingkat pendapatan perusahaan, dimana selama 5
(lima) tahun terakhir memiliki kecenderungan meningkat dengan rata-rata
peningkatan sebesar 15,12% setiap tahunnya. Rata-rata pendapatan UD. Aneka
Busana setiap tahunnya yaitu sebesar Rp141.247.000. Peningkatan pendapatan
ini disebabkan oleh meningkatnya volume produksi dan harga produk peci per
buah.
Page 21
8
Sementara itu dengan adanya order yang terus meningkat dari luar negeri
ini merupakan faktor utama yang menyebabkan UD. Aneka Busana berencana
untuk melakukan penambahan kapasitas mesin sebagai upaya peningkatan
kapasitas produksi yang maksimal. Berikut ini merupakan data inventaris aktiva
tetap yang dimiliki oleh UD. Aneka Busana Kediri Kabupaten Lombok Barat
berupa peralatan mesin jahit yang telah digunakan selama periode tahun 2007
sampai dengan tahun 2011sebagai berikut:
Tabel 1.3. Peralatan Mesin Jahit pada UD. Aneka Busana Periode Tahun
2007 – 2011
No. Merk
Mesin Jahit
Harga per
unit
(Rp)
Mesin
(unit)
Jumlah
(Rp)
Umur
Ekonomis
(tahun)
Penyusutan
(Rp)
1 Brother 1.890.000 3 5.670.000 5 1.134.000
2 Janome 2.100.000 5 10.500.000 5 2.100.000
3 Juki 2.350.000 5 11.750.000 5 2.350.000
4 Singer 2.300.000 1 2.300.000 5 460.000
Total 8.640.000 14 30.220.000 5 6.044.000
Sumber: UD. Aneka Busana, data primer diolah.
Berdasarkan data pada Tabel 1.3. diketahui bahwa UD. Aneka Busana
memiliki 14 unit mesin jahit yang digunakan oleh 13 orang karyawan secara
bergantian dalam melakukan kegiatan operasional perusahaan. Nilai total ke 14
unit mesin tersebut adalah sebesar Rp30.220.000 dengan umur ekonomis selama 5
tahun tanpa adanya nilai residu (nilai sisa). Dalam menyusutkan nilai peralatan
tersebut, pihak manajemen UD. Aneka Busana menggunakan metode garis lurus
(straight line method) di dalam menyusutkan mesin-mesin jahit yang dimilikinya.
Page 22
9
Dengan demikian perusahaan melakukan penyusutan setiap tahunnya dengan nilai
sebesar Rp6.044.000.
Tabel 1.4. Data Jumlah Biaya dalam Kegiatan Operasional UD. Aneka
Busana Periode Tahun 2007 – 2011 (dalam satuan rupiah)
Jenis Biaya Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Biaya Tetap:
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Servis
70.897.500
1.400.000
76.575.000
1.400.000
79.515.000
1.400.000
85.387.500
1.400.000
91.260.000
1.400.000
Subtotal 72.297.500 77.975.000 80.915.000 86.787.500 92.660.000
Biaya Variabel:
Biaya Beludru
Biaya Nilon
Biaya Listrik
Biaya Lain-lain
11.816.250
9.925.650
5.229.500
458.000
12.762.500
10.720.500
5.250.000
571.000
13.252.500
11.132.100
5.438.000
610.000
14.231.250
11.954.250
5.791.000
710.000
15.210.000
12.776.400
5.974.000
745.000
Subtotal 27.429.400 29.304.000 30.432.600 32.686.500 34.705.400
Total Biaya 99.726.900 107.279.000 111.347.600 119.474.000 127.365.400
Rata-rata 113.038.580
Sumber: UD. Aneka Busana, data primer diolah.
Berdasarkan Tabel 1.4. di atas secara keseluruhan total biaya operasional
UD. Aneka Busana tampak mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya harga bahan baku untuk memproduksi peci. Pada
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 UD. Aneka Busana telah mengeluarkan
biaya operasional untuk kelangsungan hidup usaha sebesar Rp565.192.900. Total
biaya tertinggi yang dimiliki oleh UD. Aneka Busana terjadi pada tahun 2011
yaitu sebesar Rp127.365.400, sedangkan biaya terendah terjadi pada tahun 2007
yaitu sebesar Rp99.726.900. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata total biaya
Page 23
10
yang terjadi pada UD. Aneka Busana selama 5 tahun terakhir yaitu sebesar
Rp113.038.580 setiap tahunnya.
Untuk pendapatan bersih yang diperoleh UD. Aneka Busana Kediri
Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat pada Tabel 1.5. berikut ini:
Tabel 1.5. Data Perkembangan Laba Bersih UD. Aneka Busana Periode
Tahun 2007 – 2011
Tahun Laba Kotor
(Rp)
Laba Kotor
(Rp)
Laba Sebelum
Pajak (Rp)
Pajak Laba Bersih
(Rp)
Perkembangan
(%) (Rp) Absolut (Rp) Relatif (%)
2007 103.983.000 99.726.900 4.256.100 10 425.610 3.830.490 N/a N/a
2008 122.520.000 107.279.000 15.241.000 10 1.524.100 13.716.900 9.886.410 258,10
2009 137.826.000 111.347.600 26.478.400 28 7.413.952 19.064.448 5.347.548 38,99
2010 159.390.000 119.474.000 39.916.000 25 9.979.000 29.937.000 10.872.552 57,03
2011 182.520.000 127.365.400 55.154.600 25 13.788.650 41.365.950 11.428.950 38,18
Total 706.239.000 565.192.900 141.046.100 33.131.312 107.914.788 37.535.460 392,29
Rata-rata 141.247.800 113.038.580 28.209.220 6.626.262 21.582.958 9.383.865 98,07
Sumber: Tabel 1.2. dan Tabel 1.4., diolah.
Berdasarkan Tabel 1.5. di atas dapat disimpulkan bahwa laba bersih yang
diperoleh UD. Aneka Busana mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya.
Total laba bersih yang diperoleh selama 5 tahun terakhir dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2011 yaitu sebesar Rp107.914.788, dengan rata-rata laba bersih
yang diperoleh per tahunnya yaitu sebesar Rp21.582.958. Sementara itu laba yang
diperoleh UD. Aneka Busana dari tahun ke tahunnya mengalami peningkatan
dengan rata-rata peningkatan per tahunnya sebesar Rp9.383.865 atau dengan kata
lain mengalami peningkatan sebesar 98,07% setiap tahunnya. Peningkatan
tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 258,106%, hal ini diakibatkan oleh
tingginya harga jual produk peci di pasar. Sedangkan untuk peningkatan terendah
terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 38,18% dari tahun sebelumnya.
Page 24
11
Namun akhir-akhir ini dimana permintaan akan peci produksi UD. Aneka
Busana terus meningkat, hal ini berdasarkan dari banyaknya order yang dilakukan
oleh pihak luar negeri seperti Arab Saudi, Abudabi dan Malaysia membuka
kembali prospek usaha ini. Dengan kenyataan tersebut, maka pimpinan
perusahaan mencoba mencari alternatif lain dengan merencanakan untuk
melakukan investasi berupa penambahan 10 (sepuluh) unit mesin jahit.
Pemecahan masalah yang ditempuh dengan menambah 10 unit mesin jahit
tersebut dilakukan karena perusahaan berasumsi bahwa dengan menambah unit
mesin diharapkan dapat membantu kapasitas mesin yang sudah ada (over
capacity) dan dapat meningkatkan penjualan.
Rencana penambahan mesin akan dilakukan pada bulan Januari tahun
2012 dengan mesin jahit produk Jepang merek Juki seharga Rp3.000.000 per unit,
dengan umur ekonomis selama 5 tahun dan tanpa nilai residu. Harga tersebut
sudah termasuk biaya transportasi dan biaya instalasi mesin. Jadi harga perolehan
keseluruhan mesin sebesar Rp30.000.000 dengan sumber permodalan adalah
100% menggunakan modal sendiri.
Sehubungan dengan hal di atas, maka perlu untuk dilakukan suatu
penelitian terhadap usaha UD. Aneka Busana “Analisis Kelayakan Investasi
Penambahan Mesin Jahit pada UD. Aneka Busana, Khususnya Usaha
Produksi Peci di Kediri Lombok Barat” yang ditinjau dari aspek finansialnya.
Page 25
12
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yang dihadapi oleh perusahaan peci UD.
Aneka Busana sebagai berikut:
1. UD. Aneka Busana selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2007 sampai dengan
2011 berproduksi yaitu sebesar 53.818 buah, dengan rata-rata volume produksi
setiap tahunnya yaitu sebesar 10.764 buah dimana volume produksi tersebut
masih belum mampu memenuhi order dari luar negeri. Sementara itu terus
terjadi penurunan volume produksi diakibatkan oleh menurunnya kinerja mesin
akibat usang dan habis umur ekonomisnya.
2. Pendapatan perusahaan peci UD. Aneka Busana setiap tahunnya selama 5
tahun terakhir yaitu sebesar Rp706.239.000, dengan rata-rata pendapatan per
tahunnya sebesar Rp141.247.000.
3. Total biaya operasional UD. Aneka Busana selama 5 tahun terakhir adalah
sebesar Rp565.192.900, dimana biaya tetap dan biaya variabel yang
dikeluarkan meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata biaya operasional
setiap tahunnya sebesar Rp113.038.580.
4. Total laba bersih yang diperoleh selama 5 tahun terakhir oleh UD. Aneka
Busana yaitu sebesar Rp107.914.788, atau rata-rata sebesar Rp21.582.958
setiap tahunnya, dengan kecenderungan meningkat sebesar 98,07%.
Page 26
13
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat
dirumuskan pokok permasalahan yaitu “Apakah rencana investasi penambahan
mesin jahit pada UD. Aneka Busana layak untuk dilaksanakan, ditinjau dari
kriteria penialain investasi NPV, DPP dan IRR?”.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui investasi penambahan mesin
jahit pada UD. Aneka Busana layak untuk dilaksanakan ditinjau dari kriteria
penialain investasi NPV, DPP dan IRR.
1.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kebulatan studi program Strata
Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.
2. Secara Teoretis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu
ekonomi pada umumnya dan manajemen keuangan pada khususnya.
3. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi
dan sumbangan pemikiran bagi UD. Aneka Busana dalam memutuskan
rencana penambahan mesin jahit dan pihak lain yang membutuhkan.
Page 27
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Sebagai perbandingan dan untuk lebih memperdalam materi dalam
penulisan ini, maka perlu juga untuk menuangkan penelitian terdahulu yang
pernah dilakukan menyangkut sekitar permasalahan yang akan diteliti saat ini.
Satriani (2002) dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Penambahan
Aktiva Tetap Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi pada Perusahaan
Genteng Press “USAKA” di Kumbung Lombok Barat”. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui investasi penambahan aktiva tetap pada perusahaan
genteng press “USAKA” di Kumbung Lombok Barat layak atau tidak untuk
dilaksanakan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Dari
hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan 3 metode yang
digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Dicounted Payback Period (DPP) menyatakan bahwa investasi penambahan Hand
Press tersebut layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria investasi.
Arwini (2003) dengan judul “Analisis Rencana Investasi Penambahan
Aktiva Tetap pada Percetakan UD. Dirgantara di Mataram”. Tujuannya adalah
untuk mengetahui investasi penambahan aktiva tetap, berupa penambahan 1 unit
mesin cetak oleh UD. Dirgantara layak dilakukan bila ditinjau dari aspek-aspek
investasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa rencana investasi penambahan 1 unit mesin
Page 28
15
cetak oleh UD. Dirgantara adalah menguntungkan jika ditinjau dari aspek
keuangan khususnya Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Payback Period (PP).
Kuswulandari (2009) dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan
Investasi Penambahan Armada Bus pada Perusahaan Oto (P.O.) Langsung Indah
Trayek Mataram – Bima di Kota Mataram”. Adapun tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui pembelian 1 (satu) unit bus yang akan dilakukan oleh
P.O. Langsung Indah layak bila ditinjau dari kriteria investasi. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis cash flow. Jenis penelitian adalah deskriptif, sedangkan
metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kasus. Adapun
variabel-variabel yang terkait adalah initial investment, proceeds, pajak, tingkat
bunga dan biaya-biaya. Hasil penelitian menunjukkan investasi pembelian 1 unit
bus baru yang dioperasikan untuk trayek Mataram – Bima pada perusahaan jasa
angkutan P.O. Langsung Indah adalah menguntungkan dan layak dilaksanakan.
Page 29
16
Tabel 2.1. Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
No Nama
Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1 Satriani (2002)
Analisis Kelayakan
Penambahan Aktiva
Tetap Sebagai Dasar
Pengambilan
Keputusan Investasi
pada Perusahaan
Genteng Press
“USAKA” di
Kumbung Lombok
Barat
- Penelitian kelayakan
investasi aktiva tetap
dengan penilaian kriteria
investasi.
- Menggunakan jenis
penelitian deskriptif. - Menggunakan metode
kasus. - Alat analisis NPV, IRR
dan DPP.
- Objek penelitian.
2 Arwini (2003)
Analisis Rencana
Investasi Penambahan
Aktiva Tetap pada
Percetakan UD.
Dirgantara di Mataram
- Penelitian kelayakan
investasi aktiva tetap
dengan penilain kriteria
investasi. - Menggunakan jenis
penelitian deskriptif - Menggunakan metode
kasus. - Alat analisis NPV dan
IRR.
- Menggunakan alat
analisis Payback Period
(PP). - Objek penelitian.
3 Kuswulandari
(2009) Analisis Kelayakan
Investsi Penambahan
Armada Bus pada
Perusahaan Oto
(P.O.) Langsung
Indah Trayek
Mataram – Bima di
Kota Mataram
- Penelitian kelayakan
investasi aktiva tetap
dengan penilaian kriteria
investasi. - Menggunakan jenis
penelitian deskriptif. - Menggunakan metode
kasus. - Tekhnik analisis.
- Menggunakan kriteria
penilaian investasi
analisis cash flow.
Objek penelitian.
Sumber.: Skripsi penelitian terdahulu.
2.2. Tinjaun Teoritis
2.2.1. Pengertian Investasi
Beberapa ahli memberikan pengertian megenai investasi yang berbeda-
beda tetapi pada dasarnya sama. Menurut Awat dan Muljadi (1989:15)
memberikan pengertian mengenai investasi sebagai suatu tindakan melepaskan
dana saat sekarang yang diharapkan untuk memperoleh arus kas masuk pada
Page 30
17
waktu-waktu yang akan datang selama umur ekonomis proyek itu. Sedangkan
Anwar (1996:3) menyatakan bahwa investasi adalah menempatkan uang atau dana
dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang
atau dana tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa investasi
merupakan pengeluaran sejumlah dana pada saat sekarang dengan harapan
mendapatkan hasil di masa yang akan datang.
Adapun penggolongan asal investasi menurut Riyanto (1992:110) adalah
sebagai berikut:
1. Investasi Penggantian
Keptusan mengenai investasi penggantian adalah yang paling
sederhana yaitu suatu aktiva yang sudah aus (wear-out) atau
usang (obsolete) yang harus diganti dengan aktiva baru jadi
secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari
keputusan mengenai investasi penggantian dapat diperhitungkan
dengan lebih mudah.
2. Investasi Penambahan Kapasitas
Investasi penambahan kapasitas misalnya usul penambahan
jumlah mesin atau pembukaan pabrik baru. Investasi
penambahan kapasitas sering juga bersifat investasi penggantian
misalnya mesin yang sudah tua yang sudah tidak efisien akan
diganti dengan mesin baru yang lebih besar kapasitasnya dan
lebih efisien.
3. Investasi Penambahan Jenis Produk Baru
Investasi untuk menghasilkan produk baru di samping tetap
menghasilkan produk yang telah diproduksi pada saat ini.
4. Investasi lain-lain
Yang termasuk dalam investasi lain-lain adalah investasi yang
tidak termasuk dalam ke tiga golongan tersebut seperti misalnya
investasi untuk pemasngan alat pemanas (heater), alat pendingin
(air conditioner) dan lain-lain.
2.2.2. Pengertian Aktiva Tetap
Menurut Nitisemito (1983:115) aktiva tetap adalah elemen dalam aktiva
tetap yang sifatnya relatif tetap dalam jangka pendek sehingga tidak naik turun
Page 31
18
dengan naiknya proses produksi. Sedangkan menurut Riyanto (Manulang,
1985:89), aktiva tetap adalah aktiva-aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara
berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi dan jika ditinjau dari
lamanya perputaran, aktiva tetap adalah aktiva yang mengalami proses perputaran
dalam jangka waktu panjang. Dengan demikian aktiva tetap pada umumnya
adalah barang-barang modal pada perusahaan yang cara pengembaliannya
berangsur-angsur melalui penyusutan di dalam jangka panjang.
Menurut Nitisemito (1983:115) aktiva tetap dapat dibedakan menjadi 2
(dua) macam yaitu:
1. Aktiva Tetap yang Tidak Mengalami Perubahan
Untuk aktiva tetap ini, kita tidak perlu mengadakan penyusutan,
sebab nilai aktiva tersebut tidak berkurang nilainya dalam proses
produksi. Misalnya nilai tanah yang di atasnya didirikan suatu
gedung, maka nilai tanah tersebut tidak perlu disusut, yang perlu
disusut adalah nilai gedungnya.
2. Aktiva Tetap yang Mengalami Penyusutan
Aktiva tetap yang ikut campur dalam proses produksi, maka
nilainya sedikit demi sedikit akan berkurang sehingga perlu
diadakan penyusutan setiap tahunnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam aktiva tetap ada yang
berputar dan ada yang tidak ikut dalam proses produksi, dimana nilainya akan
berkurang sedikit demi sedikit melalui proses penyusutan. Bila dilihat dari sudut
jangka waktunya membeli aktiva tetap (kendaraan) sama saja dengan pengeluaran
biaya dalam jangka panjang. Jika biaya ini dibebankan kepada periode (tahun)
sewaktu terjadinya pembelian aktiva, maka dalam periode yang bersangkutan nilai
aktiva tetap ini akan memperbesar biaya produksi. Dengan demikian seorang
pemilik aktiva tetap dapat meramalkan kapan aktiva tetapnya memerlukan
tambahan kapasitas atau tidak dapat dipergunakan lagi. Dengan kata lain, seorang
Page 32
19
pemilik aktiva tetap akan meramalkan berapakah umur aktivanya, baik dilihat dari
umur ekonomis maupun umur teknisnya.
Pada umumnya umur ekonomis suatu aktiva tetap relatif lebih pendek bila
dibandingkan dengan umur teknisnya. Hal ini disebabkan oleh adanya dinamika
permintaan akan produk oleh konsumen serta adanya perubahan teknologi yang
terjadi.
2.2.3. Investasi dalam Aktiva Tetap
Investasi dalam aktiva tetap dimaksud sebagai jumlah dana modal yang
ditanam dalam bentuk aktiva tetap, dimana perusahaan berharap untuk
memperoleh keseluruhan dana/modal tersebut dalam jangka waktu beberapa tahun
kemudian secara berangsur-angsur melalui penyusutan.
Manulang (1985:89) mengemukakan bahwa investasi dalam aktiva tetap
merupakan suatu penanaman modal dalam aktiva tetap dengan harapan
perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan melalui operasinya.
Sedangkan Riyanto (1992:105) berpendapat bahwa jumlah dana yang
diinvestasikan dalam aktiva tetap tidak sama jumlahnya selama periode investasi
atau selama umur penggunaan aktiva tetap tersebut. Jumlah dana yang terikat
dalam aktiva tetap akan berangsur-angsur berkurang sesuai dengan metode
depresiasi yang digunakan.
Page 33
20
Dana yang ditanam dalam aktiva tetap seperti halnya dana yang ditanam
dalam aktiva lancar juga mengalami proses perputaran. Tetapi dana yang
ditanamkan pada kedua aktiva tersebut berbeda yaitu (Riyanto, 1992:105):
1. Investasi dalam aktiva tetap mengalami perputaran dalam jangka
waktu yang panjang (lebih dari satu tahun) dan dana yang
tertanam dalam aktiva tersebut akan diterima kembali
keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun
dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui penyusutan.
2. Investasi dalam aktiva lancar diharapkan akan diterima kembali
dalam waktu dekat dan secara sekaligus, yaitu dalam waktu satu
hari, satu minggu atau paling lama satu tahun.
2.2.4. Penilaian serta Proceeds dalam Melakukan Usulan Investasi
Initial investment menurut Syamsuddin (1992:414) menyatakan bahwa
istilah ini menunjukkan kepada cash outflow (pengeluaran-pengeluaran kas) yang
relevan dalam menilai proyek-proyek capital expenditure.
Sementara itu Alwi (1993:239) menjelaskan sebagai berikut:
Initial investment adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan pada Jumlah investasi tersebut
dihitung setelah keseluruhan cash outflow dikurangi dengan cash
inflow (apabila terjadi penjualan aktiva yang lama) dimana
investasi tersebut terjadi pada tahun ke nol ataupun pada saat-saat
lain apabila terjadi tambahan pengeluaran atas aktiva yang sudah
dibeli. Initial investment adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan pada awal periode investasi yang
dinyatakan dalam satuan rupiah.
Menurut Riyanto (1992:111) setiap usul pengeluaran modal (capital
expenditur) mengandung 2 macam aliran kas (cash flow) yaitu:
1. Aliran kas keluar neto (net outflow of cash) yaitu yang diperoleh
untuk investasi baru. Pengeluaran kas adalah keseluruhan
pengeluaran perusahaan yang meliputi pengeluaran untuk
operasional, pengeluaran untuk pemeliharaan serta pengeluaran
untuk administrasi dan umum yang dinyatakan dalam satuan
rupiah.
Page 34
21
2. Aliran kas masuk neto tahunan yaitu sebagai hasil dari investasi
tersebut atau sering disebut net cash proceeds. Penerimaan kas
adalah keseluruhan penerimaan yang berasal dari hasil penjualan
tunai maupun kredit yang diperoleh perusahaan setiap tahun
yang dinyatankan dalam satuan rupiah.
Pengambilan keputusan untuk melaksanakan suatu investasi tidak mudah
karena menyangkut masa datang yang penuh risiko dan ketidakpastian. Dengan
pendekatan cash flow tidaklah cukup sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
investasi, ada juga yang menggunakan pendekatan akuntansi sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan investasi.
Dengan menggunakan pendekatan cash flow diperoleh net cash flow
(proceeds) yang merupakan penerimaan kas dikurangi dengan pengeluaran kas
(Riyanto, 1992:158). Sedangkan dengan menggunakan pendekatan akuntansi bila
investasi dibiayai dengan modal sendiri, maka perhitungan proceeds adalah laba
setelah pajak ditambah dengan penyusutan (Syamsuddin, 1992:408).
Jika usulan investasi yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri
dan modal dari luar (pinjaman) maka perhitungan proceeds-nya adalah laba
setelah pajak penyusutan dan ditambah bunga (Husnan, 1989:303).
Dari kedua pendekatan tersebut kita mengetahui bahwa komponen yang
termasuk dalam pendekatan akuntansi adalah:
1. Proceeds adalah pendapatan bersih (pendapatan yang dikurangi biaya-biaya
dan pajak) dan ditambah dengan penyusutan yang dinyatakan dalam satuan
rupiah.
Page 35
22
2. Biaya (beban) adalah penurunan dalam modal pemilik, biasanya melalui
pengeluaran uang atau penggunaan aktiva yang terjadi sehubungan dengan
usaha untuk memperoleh pendapatan.
3. Penghasilan/pendapatan adalah jumlah yang dibebankan kepada langganan
untuk barang dan jasa yang dijual dalam bentuk tunai yang dinyatakan dalam
satuan rupiah.
4. Tingkat bunga adalah suku bunga atas pinjaman yang dibebankan kepada
peminjaman dengan tingkat persentase tertentu dari peminjam.
5. Pajak adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan atas hasil
usaha yang diperoleh pada tingkat tertentu yang dinyatakan dalam persentase.
6. Penyusutan adalah pengurangan suatu nilai aktiva karena digunakan dalam
kegiatan atau operasional perusahaan.
Dalam perhitungan cash flow dari segi penerimaan hanya
memperhitungkan yang bersifat tunai, sedangkan dari segi pengeluaran hanya
memperhitungkan pengeluaran bersih. Cash flow merupakan kompenen yang
sangat penting dalam penelitian usulan suatu proyek. Perusahaan dalam
menjalankan operasionalnya mempunyai transaksi-transaksi pengeluaran maupun
transaksi penerimaan, dimana untuk seluruh pengeluaran dan penerimaan untuk
seluruh waktu yang direncanakan adalah merupakan cash flow atau aliran kas.
Page 36
23
Di dalam mengambil keputusan suatu investasi digunakan konsep cash
flow sebagai landasan dalam perhitungan pendapatan dan pengeluaran modal
bukan menggunakan konsep laba yang dilaporkan dalam laporan akuntansi
(Husnan, 1994:184) karena:
1. Laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih.
2. Yang lebih relevan bagi para investor adalah kas, bukan laba karena dengan
kas itu kita bisa melakukan investasi dan membayar kewajiban finansial.
Menurut Husnan dan Suwarsono (1994:186) aliran kas yang berhubungan
dengan suatu proyek bisa menjadi 3 bagian yaitu:
1. Aliran Kas Permulaan (Initial Cash Flow)
Untuk menentukan initial cash flow ini, pola aliran yang
berhubungan dengan pengeluaran investasi harus
diidentifikasikan. Ini berarti kita harus mengetahui bagaimana
pembayaran untuk tanah, pematangannya, pembuatan pabrik
dan perlengkapan, pembayaran masing-masing dan sebagainya.
2. Operational Cash Flow
Penentuan atau estimasi tentang berapa besarnya operational
cash flow setiap tahunnya, merupakan titik permulaan untuk
penilaian profitabilitas usulan investasi tersebut. Kebanyakan
cara yang dipergunakan untuk menaksir operational cash flow
setiap tahunnya adalah dengan menyesuaikan taksiran rugi laba
yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan
menambahkannya dengan biaya yang sifatnya bukan tunai
misalnya penyusutan. Penggunaan cara di atas cukup tepat
apabila pengakuan terhadap penghasilan dan biaya menurut
akuntansi tidak hanya berbeda dengan terjadinya penerimaan
dan pengeluaran kas.
3. Terminal Cash Flow
Terminal cash flow umumnya terdiri dari cash flow nilai sisa
investasi tersebut dan pengembalian modal.
Page 37
24
Pola-pola cash flow dari suatu proyek dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok besar (Syamsuddin, 1992:417) yaitu:
1. Pola Konvensional danan Non Konvensional
Pola cash flow yang konvensional terdiri dari pengeluaran untuk
investasi (initial investment), kemudian diikuti oleh serangkaian
cash inflow. Jumlah cash inflow dalam pola konvensional dapat
saja tidak sama dari tahun ketahun, karena yang terpenting disini
adalah investasi yang akan menghasilkan serangkaian cash flow
tanpa diselingi oleh out flow.
Pada pola non konvensional ada selingan terhadap cash flow
yang diterima oleh perusahaan. Cash outflow yang pertama
(initial investment) akan menghasilkan serangkaian cash flow,
tetapi pada suatu saat tertentu diperlukan lagi cash outflow.
2. Anuitet dan Non Anuitet (Mixed Stream)
Anuitet adalah pola cash flow yang sama dari tahun ke tahun
dikenal dengan istilah mixed stream of cash flow perhitungan
terhadap pola cash flow yang berbentuk anuitet lebih mudah
dilakukan karena sudah tersedianya tabel-tabel untuk hal
tersebut.
2.2.5. Capital Budgeting
Keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai
pengeluaran dana jangka waktu pengembalian dana tersebut melebihi waktu 1
tahun dikatakan sebagai capital budgeting. Batas jangka waktu satu tahun tersebut
tidaklah mutlak. Termasuk dalam golongan pengeluaran dana ini ialah
pengeluaran dan untuk pembelian aktiva tetap, yaitu tanah, bangunan, mesin-
mesin dan peralatan-peralatan lainnya. Demikian pula pengeluaran dana untuk
proyek advertensi jangka panjang, penelitian dan pengembangan termasuk juga
dalam golongan capital budgeting expenditure.
Page 38
25
Capital Budgeting mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan
karena (Riyanto, 1992:110):
1. Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang
panjang. Ini berarti bahwa perusahaan harus menunggu selama
waktu yang panjang atau lama sampai keseluruhan dana yang
tertanam dapat diperoleh kembali oleh perusahaan. Ini akan
sangat berpengaruh bagi penyediaan dana untuk keperluan lain.
2. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil
penjualan di waktu yang akan datang. Kesalahan dalam
mengadakan forecasting akan dapat mengakibatkan adanya over
atau under investment dalam aktiva tetap. Apabila investasi
dalam aktiva tetap terlalu besar melebihi daripada yang
diperlukan akan memberikan beban tetap yang besar bagi
perusahaan. Sebaliknya kalau jumlah investasi dalam aktiva
tetap terlalu kecil akan dapat mengakibatkan perusahaan bekerja
dengan harga pokok yang tinggi sehingga mengurangi daya
bersaingnya atau kemungkinan lain adalah kehilangan sebagian
dari pasar bagi produknya.
3. Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi
jumlah yang besar. Jumlah dana yang besar itu mungkin tidak
dapat diperoleh dalam jangka waktu yang pendek atau mungkin
tidak dapat diperoleh sekaligus, berhubungan dengan itu maka
sebelumnya harus dibuat rencana yang hati-hati dan teliti.
4. Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran
modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat.
Kesalahan pengambilan keputusan di bidang ini tidak dapat
diperbaiki tanpa adanya kerugian.
2.2.6. Biaya Modal (Cash Of Capital)
Biaya modal merupakan pertimbangan yang penting dalam melaksanakan
suatu investasi. Biaya modal yang dimaksud adalah biaya modal dari suatu
sumber dana yang sama dengan discount rate yang digunakan sebagai dasar
analisis investasi. Konsep biaya modal ini merupakan konsep untuk dapat
menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan
untuk memperoleh dana dari suatu sumber. Biasanya biaya penggunaan hutang
yang dipergunakan sebagai pembanding adalah besarnya tingkat bunga yang
Page 39
26
ditetapkan dalam kontrak. Hal ini benar kalau jumlah uang yang diterima sama
besarnya dengan jumlah hutangnya. Konsep cost of capital (COC) ini
dipergunakan sebagai tingkat bunga yang akan dijadikan sebagai pengganda
dalam analisis selanjutnya.
Besarnya biaya penggunaan modal sendiri disesuaikan dengan tingkat
suku bunga deposito yang berlaku pada awal investasi tersebut. Alasan
menggunakan tingkat suku bunga deposito sebagai dasar penetapan besarnya
biaya penggunaan modal sendiri adalah karena alternatif lain dari investasi yang
dilakukan dengan mendepositokan dana yang dimiliki (Riyanto, 1992:121).
Alwi (1993:240) menyatakan bahwa konsep biaya modal digunakan untuk
menentukan, menerima atau menolak suatu usulan proyek investasi yang
berfungsi sebagai pembatas. Usulan proyek investasi dapat diterima apabila
menghasilkan rate of return yang lebih besar dari COC dana yang digunakan
untuk membelanjai investasi tersebut.
2.2.7. Cash Flow
Menurut Riyanto (1992:111) mengapa ada berbagai cara penilaian
investasi didasarkan pada aliran kas (cash flow) dan bukan pada keuntungan yang
dilaporkan dalam buku, jawabannya adalah sangat sederhana yaitu bahwa untuk
dapat menghasilkan keuntungan tambahan, kita harus mempunyai kas untuk
ditanam kembali. Kita mengetahui bahwa keuntungan yang dilaporkan dalam
buku belum pasti dalam bentuk kas, sehingga dengan demikian jumlah
keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Page 40
27
Setiap usul pengeluaran modal (Capital Expenditure) selalu mengandung 2
macam aliran kas (Cash Flow) yaitu:
1. Aliran kas keluar neto (Net Out Flow of Cash), yaitu yang diperlukan untuk
investasi baru.
2. Aliran kas masuk neto tahunan (Net Annual Inflow of Cash) yaitu sebagai hasil
dari investasi baru tersebut net cash proceeds.
2.2.8. Biaya Modal Keseluruhan
Untuk menentukan biaya modal secara keseluruhan dilakukan dengan
menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) yaitu dengan rumus
sebagai berikut menurut (Riyanto, 1992:193):
WACC =
Selanjutnya WACC adalah sebagai discount rate untuk memperhitungkan
nilai sekarang (present value) dari proceeds yang diterima di masa yang akan
datang. Penggunaan konsep biaya modal ini digunakan untuk menentukan ditolak
atau diterimanya suatu proyek investasi. Apabila biaya modal yang ditanamkan
dalam investasi jumlahnya lebih kecil daripada penerimaan, maka proyek
investasi tersebut dapat diterima, sebaliknya bila penerimaan pengambilan hasil
investasi lebih kecil dari biaya modal yang dikeluarkan proyek investasi tersebut.
2.2.9. Proceeds (Net Cash Flow)
Proceeds adalah semua penerimaan kas dikurangi dengan pengeluaran kas
dalam menjalankan perusahaan yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Maka dapat
Weighted Cost
Jumlah Modal
Page 41
28
ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan net cash flow (proceeds) adalah
semua penerimaan kas (hasil penjualan produk) dikurangi dengan pengeluaran-
pengeluaran kas perusahaan dalam menjalankan perusahaan selama periode
tertentu. Proceeds atau aliran kas bersih digunakan untuk mengetahui aliran kas
masuk yang diterima dari suatu proyek. Proceeds ini dapat dicari dengan
menjumlahkan laba setelah pajak Earning After Tax dengan penyusutan (Riyanto,
1992:123-125). Proceeds terdiri dari 2 (dua) formula yaitu:
1. Modal sendiri
Yaitu modal yang seluruhnya dikeluarkan oleh satu pihak tanpa ada tambahan
dari modal asing. Dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
Modal Sendiri (MS) = EAT + D
Dimana:
EAT : Rasio rata-rata laba setelah pajak
D : Depresiasi
2. Modal Sendiri Ditambah dengan Modal Asing
Yaitu semua modal yang dikeluarkan tidak dari satu pihak tetapi ada tambahan
dari modal lain/modal asing. Maka modal sendiri ditambah modal asing dapat
diketahui dengan rumus sebagai berikut:
NCIF = EAT + D + Bunga (1 – T)
Dimana:
NCIF : 1 Net Cash Inflow
EAT : Rasio rata-rata laba setelah pajak
D : Depresiasi
Page 42
29
T : Tax (pajak)
Dari 2 formula tersebut, maka formula yang digunakan dalam penelitian
ini adalah formula yang pertama, karena dalam penelitian ini modal yang
digunakan adalah modal sendiri.
2.2.10. Kriteria Investasi
Dalam melakukan penilaian terhadap suatu investasi kita dapat
menggunakan beberapa kriteria, dimana satu sama lain memiliki kekurangan dan
kelebihan. Jadi dalam penggunaan masing-masing kriteria tersebut harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi proyek tersebut.
Setiap kriteria dapat dipakai untuk menentukan diterima atau tidaknya
suatu investasi. Adapun kriteria yang digunakan yaitu:
1. Metode Discounted Payback Period (DPP)
Metode ini digunakan untuk menghitung berapa lama waktu yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas
bersih tahunan (proceeds). Dengan demikian DPP dari suatu investasi
menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam
pada suatu investasi dapat diperoleh seluruhnya. Jika proceeds setiap tahunnya
sama jumlahnya, maka Payback Period (PP) dari suatu investasi dapat dihitung
dengan cara membagi jumlah investasi keseluruhan dengan proceeds tahunan.
Apabila proceeds dari jumlah investasi jumlahnya berbeda dari tahun ke tahun,
maka DPP dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (Riyanto, 1992:122):
Page 43
30
Initial Investment Rp A
PV Proceeds tahun ke 1 Rp B -
Rp (A-B)
PV Proceeds tahun ke 2 Rp C -
Rp (A-B)-C
Sampai seterusnya hingga investasi tertutup seluruhnya.
Metode ini paling banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan karena
mudah dan sederhana. Namun metode ini memiliki kelemahan antara lain:
a. Metode seterusnya hingga investasi penerimaan-penerimaan investasi atau
proceeds yang diperoleh sesudah PP tercapai.
b. Metode ini mengabaikan time value of money (nilai waktu dari uang).
Untuk mengatasi kelemahan PP maka dilakukan pendiskontoan dengan tingkat
bunga tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Syamsuddin,
1992:414):
Discounted Payback Period (DPP) = xcd
cbt
−
−1 tahun
Dimana:
t : Tahun terakhir dimana proceeds belum menutupi investasi awal
b : Initial investment
c : Jumlah kumulatif proceeds pada tahun t
d : Total kumulatif proceeds
Apabila DPP lebih kecil dibandingkan dengan target kembalinya investasi,
maka proyek investasi layak. Sedangkan apabila DPP lebih besar dibandingkan
target kembalinya investasi, maka proyek investasi tidak layak.
Page 44
31
2. Metode Net Present Value (NPV)
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai
sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih baik operational cash flow
maupun terminal cash flow di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai
sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap
relevan (Riyanto, 1992:126-127).
NPV = – Ao NPV + =
n
t 0tk
At
)1( +
Dimana:
NPV : Net Present Value
k : Discount Rate yang digunakan
n : Periode terakhir dimana cashflow diharapkan
At : Aliran kas (proceeds) pada periode t
t : Usia ekonomis (tahun)
Jika NPV > 0 maka proyek tersebut layak dilaksanakan, tetapi apabila NPV < 0
maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan.
3. Metode Internal Rate of Return (IRR)
Riyanto (1992:118) mamberikan pengertian IRR sebagai tingkat bunga yang
akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan
diterima sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal.
Metode ini mencari discount rate yang dapat menyamakan antara PV dari
aliran kas dengan PV dari investasi. Dengan demikian IRR adalah tingkat
Page 45
32
discount rate yang dapat menyamakan PV of cash flow dengan PV of
investment. Maka IRR dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
IRR = P1 – C1
12
12
CC
PP
−
−
Dimana:
P1 : Tingkat bunga ke 1
P2 : Tingkat bunga ke 2
C1 : NPV ke 1
C2 : NPV ke 2
Jika IRR > COC (Cost Of Capital) tingkat bunga deposito yang dikehendaki
maka suatu proyek layak untuk dilaksanakan. Jika IRR < COC dari tingkat
bunga deposito yang dikehendaki maka suatu proyek dikatakan tidak layak
untuk dilaksanakan.
4. Metode Profitability Index (PI)
PI adalah perbandingan antara nilai sekarang dari aliran kas masuk di masa
yang akan datang dengan nilai investasi. Jika PI yang diperoleh lebih besar dari
pada 1 maka suatu proyek layak untuk dilaksanakan, tetapi jika PI yang
diperoleh lebih kecil atau sama dengan 1 suatu proyek maka tidak layak
dilaksanakan (Riyanto, 1992:131).
5. Metode Average Rate of Return (ARR)
Dalam teknik ini, untuk menentukan layak tidaknya usulan investasi cukup
membandingkan antara perhitungan ARR dengan expected of return dari
investor. Expected of return diukur berdasarkan COC dari ilustrasi dana.
Sedangkan prakteknya adalah rasio rata-rata laba akuntansi setelah pajak
Page 46
33
(EAT) dengan rata-rata investasi. ARR > return yang diharapkan usulan
proyek investasi, dinyatakan layak (diterima). begitu juga sebaliknya jika ARR
< return yang diharapkan usulan proyek investasi dinyatakan tidak layak
(ditolak). Kelemahan yang sangat prinsip dalam teknik ARR adalah:
a. Diabaikannya nilai waktu uang (TVOM).
b. Didasarkan pada konsep laba akuntansi.
Berdasarkan 5 kriteria kelayakan investasi di atas, maka dalam penelitian
ini akan digunakan 3 metode kriteria investasi yaitu NPV, IRR dan DPP, karena
ketiga metode ini lebih tampak hasil yang diperoleh dalam menilai kelayakan dari
suatu investasi. Dimana DPP satuan ukurannya dalah waktu, NPV satuan
ukurannya adalah rupiah, dan IRR satuan ukurannya adalah tingkat bunga.
Dengan menggunakan ketiga metode ini, perusahaan akan lebih jelas melihat
berapa rupiah keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis yang ditetapkan,
berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan sejumlah dana
yang diinvestasikan dan tingkat bunga yang dihasilkan dari investasi tersebut.
Page 47
34
2.3. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
Rencana investasi yang akan dilakukan oleh UD. Aneka Busana dalam hal
ini penambahan aktiva tetap (mesin jahit) dengan menggunakan kriteria investasi
DPP, NPV dan IRR sehingga akan dapat diketahui apakah rencana investasi
tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan.
Analisis investasi merupakan suatu analisis pada pengeluaran sejumlah
dana pada saat sekarang yang ditanamkan pada suatu proyek dengan tujuan
tertentu untuk mendapatkan keuntungan atau laba pada masa yang akan datang.
Analisis investasi dapat dilakukan pada berbagai aspek keuangan, salah satunya
pada aktiva tetap. Di dalam penelitian ini analisis investasi pada aktiva tetap yaitu
pembelian mesin jahit.
Investasi pembelian mesin jahit pada UD. Aneka Busana ditunjuk untuk
mendapatkan tingkat pengembalian yang layak atau keuntungan yang maksimal.
Dengan adanya studi kelayakan (feasibility study) dapat membantu
Rencana
Investasi
Kriteria
Investasi
- Discounted Pabyback Period (DPP)
- Net Present Value (NPV)
- Internal Rate of Return (IRR)
Layak Tidak Layak
Page 48
35
mempertimbangkan atau membantu dalam pengambilan keputusan, apakah
menerima atau menolak gagasan usaha yang direncanakan. Apakah kemungkinan
gagasan dari usaha tersebut memberikan manfaat baik, dalam arti financial aspect
dan social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti financial aspect dan
social benefit tergantung dari penilaian yang dilakukan. Jika analisis studi
kelayakan bisnis lebih mengutamakan financial benefit, maka rencana pembelian
mesin jahit dapat diukur layak atau tidaknya usaha tersebut dilaksanakan dengan
menggunakan kriteria investasi.
Analisis investasi pada penelitian ini menggunakan NPV, IRR dan DPP.
DPP dilakukan untuk mengetahui lamanya waktu yang tertanam pada suatu
proyek dapat kembali seluruhnya. NPV dilakukan untuk mengetahui layak
tidaknya suatu proyek untuk dilaksanakan. IRR dilakukan untuk mengetahui
kelayakan investasi yang ditanamkan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat keuntungan yang diisyaratkan (required rate of return).
2.4. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah yang diajukan, dapat
dirumuskan hipotesis yaitu “Diduga bahwa rencana investasi penambahan aktiva
tetap berupa mesin jahit oleh UD. Aneka Busana adalah layak untuk dilakukan
jika ditinjau dari kriteria penilaian investasi NPV, DPP dan IRR.
Page 49
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,
yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang
(Nazir, 1999:63). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat
deskripsi gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penelitian ini
mengenai investasi penambahan aktiva tetap yaitu berupa mesin jahit pada UD.
Aneka Busana Kecamatan Kediri Lombok Barat.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada UD. Aneka Busana yang berlokasi di
jalan TGH. Abd. Hafidz Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat. Adapun
alasan memilih lokasi penelitian pada perusahaan ini adalah sebagai berikut:
1. UD. Aneka Busana merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam bidang
garmen rumahan tepatnya spesialis dalam hal pembuatan peci yang memiliki
volume penjualan tertinggi dibanding dengan perusahaan lainnya di Kecamatan
Kediri Kabupaten Lombok Barat.
2. Adanya rencana untuk melakukan investasi penambahan mesin jahit yang
merupakan masalah yang dihadapi, hal ini yang mendasari untuk melakukan
Page 50
37
pengkajian lebih dalam sebagai bahan penelitian berdasarkan studi kelayakan
investasi.
3. Kesediaan pihak perusahaan untuk memberikan data yang diperlukan berkaitan
dengan topik penelitian.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah
penelitian tentang status obyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase
spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Nazir, 1999:66). Adapun kasus
yang disoroti dalam penelitian ini adalah mengenai rencana penambahan aktiva
tetap berupa mesin jahit oleh UD. Aneka Busana yang ditinjau dari kriteria
investasi yaitu NPV, IRR dan DPP.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan pimpinan
perusahaan atau karyawan UD. Aneka Busana yang telah diberi wewenang
untuk memberikan keterangan-keterangan ataupun data yang berhubungan
dengan penelitian.
2. Dokumentasi yaitu suatu proses untuk memperoleh data yang dilakukan
dengan cara mencatat data yang diperlukan dari perusahaan UD. Aneka Busana
terkait dengan masalah yang akan diteliti.
Page 51
38
3.5. Jenis dan Sumber Data
3.5.1. Jenis Data
1. Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau diukur dengan angka
seperti data penjualan, laporan neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas
pada UD. Aneka Busana.
2. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak berupa angka tetapi dalam bentuk kalimat
atau keterangan yang berkaitan dengan obyek penelitian seperti profil UD.
Aneka Busana.
3.5.2. Jenis dan Sumber Data
Dalam suatu penelitian, data tidak diperoleh dengan sendirinya. Dalam
penelitian ini terdapat dua sumber data, yaitu:
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung tanpa
melalui perantara pihak lain. Data primer dalam penelitian ini antara lain data
volume penjualan, data penyusutan mesin jahit, biaya operasional, spesifikasi
mesin jahit dan harga mesin jahit pada UD. Aneka Busana.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang
berhubungan dengan penelitian dan dikumpulkan oleh pihak lain untuk diolah
lebih lanjut, dalam hal ini adalah data laporan keuangan dan lain sebagainya.
Page 52
39
3.6. Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Proceeds
a. Biaya-biaya
b. Pendapatan
c. Pajak
d. Laba bersih setelah pajak (EAT)
e. Penyusutan (depresiasi)
2. Cost Of Capital (COC)
3. Initial Investment
4. Life time (umur ekonomis)
3.7. Definisi Operasional Variabel
Untuk lebih jelasnya mengenai data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
maka perlu diberikan definisi. Berikut definisi variabel-variabel tersebut:
1. Proceeds adalah pendapatan bersih (pendapatan yang dikurangi biaya-biaya
dan pajak) dan ditambah dengan penyusutan, penyusutan yang digunakan
adalah metode garis lurus (Straight Line Method) pada UD. Aneka Busana.
a. Biaya-biaya adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh UD. Aneka
Busana yang berkaitan dengan proses produksi dalam setiap periode yang
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Page 53
40
b. Pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh dari penjualan peci yang
dilakukan oleh UD. Aneka Busana pada periode tertentu dan dinyatakan
dalam satuan rupiah (Rp).
c. Pajak adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak UD. Aneka Busana
atas hasil usaha yang diperoleh dalam bentuk persentase (%) dan kemudian
dikonversi ke dalam satuan rupiah (Rp).
d. Laba bersih setelah pajak adalah pendapatan bersih perusahaan UD. Aneka
Busana setelah dikurangi beban pajak pada periode tertentu dan dinyatakan
dalam satuan rupiah (Rp).
e. Penyusutan (depresiasi) merupakan alokasi biaya yang timbul karena
digunakannya mesin jahit pada perusahaan UD. Aneka Busana dimana
biaya ini dapat dikurangkan dengan penghasilan dan dinyatakan dalam
satuan rupiah (Rp).
2. Cost of Capital (COC) adalah semua biaya yang secara riil dikeluarkan oleh
UD. Aneka Busana dalam bentuk 10 unit mesin jahit merek Juki seharga
Rp30.000.000, dengan perbandingan nilai rata-rata Return On Equity (ROE)
yang dihasilkan selama 5 tahun terakhir.
3. Initial Investment adalah keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan oleh UD.
Aneka Busana pada awal periode investasi yang berupa pengadaan mesin jahit
sebanyak 10 unit, sehingga mesin jahit siap beroperasi, yang dinyatakan dalam
satuan rupiah (Rp).
4. Umur ekonomis adalah umur teknis aktiva tetap berupa mesin jahit yang
digunakan oleh UD. Aneka Busana yang dinyatakan dalam satuan tahun (n).
Page 54
41
3.8. Prosedur Analisis
3.8.1. Analisis Trend
Untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan, maka digunakan 2
(dua) prosedur analisis sebagai berikut:
1. Analisis Trend
Analisis trend diterapkan pada perusahaan ini karena setiap perusahaan yang
telah merencanakan investasi dalam hal perluasan usaha membutuhkan
peramalan tentang kegiatan ekonomi di masa mendatang. Rumusan trend ini
digunakan sebagai alat analisis untuk mengetahui kegiatan-kegiatan
perusahaan selama mengoperasikan mesin jahit lama antara lain:
a. Proyeksi besarnya jumlah pembuatan peci.
b. Proyeksi pertumbuhan biaya.
c. Proyeksi pertumbuhan penjualan.
Perkiraan ini menggunakan metode trend least squere dengan rumus sebagai
berikut (Dajan, 1975:269):
Y = a + bx
Dimana, jika ∑x = 0, maka koefisien a dan b dapat dicari dengan cara sebagai
berikut:
a = n
Y
b =
X
Y
Page 55
42
Keterangan:
Y : Nilai data hasil ramalan
a : Trend nilai periode dasar
b : Koefisien trend penjualan tahunan
y : Permintaan
n : Periode waktu
x : Unit waktu
2. Menetapkan Asumsi Dasar
a. Harga adalah harga yang ditawarkan kepada konsumen.
b. Biaya-biaya tidak berubah seperti biaya operasional perusahaan dalam
pengoperasian mesin jahit tidak mengalami kenaikan yang berarti.
c. Pesaing adalah jumlah perusahaan pembuat peci di Kecamatan Kediri
Kabupaten Lombok Barat relatif berkurang.
d. Untuk biaya modal (COC), ditetapkan tingkat keuntungan yang akan
dijadikan sebagai pembatas mengenai layak atau tidaknya investasi ini
untuk dilaksanakan. Selanjutnya COC ini digunakan sebagai faktor diskonto
menghitung PV.
e. Proceeds atau aliran dana kas bersih digunakan untuk mengetahui aliran kas
masuk yang diterima dari suatu proyek. Proceeds ini dapat dicari dengan
menjumlahkan laba setelah pajak (EAT) dengan penyusutan (Riyanto,
1992:123).
Page 56
43
3.8.2. Analisis Kelayakan Investasi
Untuk menghitung kelayakan investasi yang dilakukan maka digunakan
kriteria investasi yaitu sebagai berikut:
1. Discounted Payback Period (DPP)
Metode ini digunakan untuk menghitung berapa lama waktu yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran-
aliran kas bersih tahunan (proceeds). Jika proceeds setiap tahunnya sama
jumlahnya, maka PP dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi
jumlah investasi keseluruhan dengan proceeds tahunan. Namun bila proceeds
tidak sama pada setiap tahunnya, maka harus dicari dari tahun ke tahun, yaitu
dengan cara sebagai berikut:
Initial Investment Rp A
PV Proceeds tahun ke 1 Rp B -
Rp (A-B)
PV Proceeds tahun ke 2 Rp C -
Rp (A-B)-C
Seterusnya hingga investasi terhitung seluruhnya (Riyanto, 1992:122).
2. Net Present Value (NPV)
Metode ini digunakan untuk menghitung hasil bersih yang dinilai sekarang
dengan cara mengurangi PV dari proceeds dengan PV dari Initial Investment.
Secara sistematik, NPV dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Riyanto,
1992:116):
NPV = – Ao + =
n
t 0tk
At
)1( +
Page 57
44
Dimana:
NPV : Net Present Value
k : Discount rate yang digunakan yaitu rata-rata ROE selama 5
tahun terakhir.
n : Periode terakhir dimana cashflow diharapkan.
At : Aliran kas (proceeds) pada periode t.
t : Usia ekonomis (tahun).
Jika NPV > 0 maka proyek tersebut layak dilaksanakan, tetapi apabila NPV <
0, maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini mencari discount rate yang dapat menyamakan antara PV dari
aliran kas dengan PV dari investasi. Dengan demikian IRR adalah tingkat
discount rate yang dapat menyamakan PV of cash flow dengan PV of
investment. Maka IRR dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
IRR = P1 – C1
12
12
CC
PP
−
−
)(
(
12
12
11NPVNPV
RRNPVR
−
−−
Dimana:
P1 : Tingkat bunga ke 1
P2 : Tingkat bunga ke 2
C1 : NPV ke 1
C2 : NPV ke 2
Page 58
45
Jika IRR > COC dari tingkat rata-rata ROE selama 5 tahun terakhir yang
dikehendaki maka suatu proyek layak untuk dilaksanakan. Jika IRR < COC
dari tingkat rata-rata ROE selama 5 tahun terakhir yang dikehendaki maka
suatu proyek dikatakan tidak layak untuk dilaksanakan.
Page 59
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan UD. Aneka Busana pada mulanya bergerak di bidang garmen
tepatnya usaha rumahan (home industry) produksi peci. Perusahaan yang didirikan
pada tahun 1973 ini mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga mampu
menampung karyawan sejumlah 40 orang. Namun seiring berjalannya waktu pada
saat terjadi krisis moneter mengakibatkan perusahaan untuk merumahkan (PHK)
sebagian karyawannya, hal ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan. Sampai saat ini perusahaan hanya mempekerjakan 13 orang karyawan
dengan 14 unit mesin jahit sebagai peralatan di dalam proses produksinya. Selama
5 tahun terakhir ini perushaan selalu mengalami penurunan produktifitas, dimana
volume produksi peci yang dihasilkan selalu mengalami penurunan. Hal ini
diakibatkan oleh kondisi mesin yang sudah usang dan habis umur ekonomisnya.
Sementara itu order produk peci dari luar negeri terus meningkat. Atas dasar
itulah, pihak manajemen perusahaan berinisiatif untuk melakukan investasi berupa
penambahan aktiva tetap yaitu 10 unit mesin jahit, guna meningkatkan volume
produksi dan produktifitas perusahaan.
4.2. Deskripsi Data
Kriteria investasi adalah untuk mengetahui sejauh mana gagasan usaha
atau investasi yang direncanakan apakah dapat memberikan keuntungan yang
Page 60
47
maksimal. Analisis terhadap kriteria investasi di sini dilakukan pada sekumpulan
data sekunder yang diolah sendiri oleh peneliti. Untuk perhitungan yang
diperlukan adalah data initial investment, pendapatan, pengeluaran dan
penyusutan. Sementara untuk pendapatan dan pengeluaran digunakan arus kas
sebagai dasar perhitungan Net Present Value (NPV), Discounted Payback Period
(DPP) dan Internal Rate of Return (IRR).
4.2.1. Initial Investment
Seperti yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa jumlah dana
yang digunakan untuk menambah aktiva tetap yaitu 10 unit mesin jahit dimana
harga perolehan mesin pada saat ini untuk merek Juki sebesar Rp3.000.000 per
unit sehingga totalnya adalah sebesar Rp30.000.000, harga perolehan tersebut
sudah termasuk biaya transportasi dan biaya instalasi mesin. Dari hal tersebut
maka perusahaan membutuhkan persediaan tambahan (net working capital) untuk
mendukung operasi mesin barunya yaitu sebesar 10% dari total pembelian aktiva
tetap baru dimana jumlah tersebut ditentukan dari pengalaman perusahaan
terdahulu. Jadi investasi awal yang dikeluarkan sebesar Rp33.000.000 dan dana
ini didapat dari 100% modal sendiri (cost of equity).
Penetuan besarnya initial investment mesin baru adalah sebagai berikut:
Total Pembelian Aktiva Tetap Rp30.000.000
Kenaikan NWC (10%) Rp 3.000.000 +
Total Initial Investment Rp33.000.000
Page 61
48
4.2.2. Pendapatan dan Biaya
Dalam hal ini untuk menganalisis pendapatan dan pengeluaran selama
proses operasional UD. Aneka Busana, dimana ada dua jenis pendapatan dan dua
jenis pengeluaran yaitu (1) pendapatan dengan mesin baru dan pendapatan tanpa
mesin baru, (2) pengeluaran dengan mesin baru dan pengeluaran tanpa mesin
baru. Hal tersebut dilakukan agar diketahui berapa perubahan arus kas
inkrementalnya. Berdasarkan perubahan arus kas inkremental tersebut akan
dijadikan dasar perhitungan kelayakan finansial dengan menggunakan alat-alat
analisis NPV, DPP dan IRR.
4.2.2.1. Pendapatan
Ada dua jenis pendapatan yang akan ditampilkan yaitu (1) pendapatan
dengan mesin baru dan (2) pendapatan tanpa mesin baru. Dari estimasi-estimasi
tersebut akan digunakan untuk menghitung arus kas yang dimiliki oleh UD.
Aneka Busana selama umur investasi yaitu 5 tahun.
Page 62
49
Pendapatan dengan mesin baru selama umur investasi dapat dilihat pada
Tabel 4.1. berikut ini:
Tabel 4.1. Pendapatan dengan Mesin Baru pada UD. Aneka Busana Periode
Tahun 2012 – 2016
Tahun Kas Masuk
(Rp)
2012
2013
2014
2015
2016
398.862.000
437.650.800
476.439.600
515.228.400
554.017.200
Jumlah 2.382.198.000
Rata-rata 476.439.600
Sumber: Lampiran 1, diolah.
Sementara untuk pendapatan tanpa mesin baru selama umur investasi
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Pendapatan tanpa Mesin Baru pada UD. Aneka Busana Periode
Tahun 2012 – 2016
Tahun Kas Masuk
(Rp)
2012
2013
2014
2015
2016
199.431.000
218.825.400
238.219.800
257.614.200
277.008.600
Jumlah 1.191.099.000
Rata-rata 238.219.800
Sumber: Lampiran 1, diolah.
Page 63
50
Data tersebut di atas akan digunakan untuk menghitung masing-masing
arus kas bersih yaitu dengan mesin baru maupun tanpa mesin baru.
4.2.2.2. Biaya
Biaya yang rutin dikeluarkan oleh UD. Aneka Busana untuk usaha
produksi peci dalam hal ini tidak termasuk penyusutan, dibagi menjadi dua terdiri
dari:
1. Biaya Tetap
a. Biaya tenaga kerja.
b. Biaya servis.
2. Biaya Variabel
a. Biaya beludru.
b. Biaya benang nilon.
c. Biaya benang katun.
d. Biaya benang kilat.
e. Biaya listrik.
f. Biaya lain-lain.
Untuk mengetahui jenis-jenis pengeluaran pada UD. Aneka Busana, dapat
dilihat pada penjelasan berikut:
1. Biaya Tetap
a. Biaya Tenaga Kerja
UD. Aneka Busana memiliki 13 tenaga kerja dengan masa kerja dari jam
08.00 Wita sampai dengan jam 16.00 Wita dengan masa hari kerja sebanyak
Page 64
51
25 hari untuk setiap bulannya. Untuk biaya tenaga kerja digunakan standar
upah minimum propinsi (UMP) sekitar Rp1.100.000 per orang.
b. Biaya Servis
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam pemeliharaan mesin. Dalam hal
ini perusahaan melakukan pemeliharaan mesin atau servis berkala setiap dua
bulan sekali pada mesin jahit lama, namun untuk 10 unit mesin jahit baru
tidak dikenakan biaya servis karena masih dalam garansi. Hal ini dilakukan
agar kualitas jahitan dan kelancaran operasional teknis mesin tetap terjaga
dan normal. Untuk biaya servis dianggarkan Rp100.000 per mesin jahit.
2. Biaya Variabel
a. Biaya Beludru
Biaya bahan baku yang dikeluarkan perusahaan yang sifatnya berubah-ubah
sesuai dengan volume produksi.
b. Biaya Benang Nilon
Biaya yang serupa dengan biaya pembelian beludru di atas namun berbeda
fungsi dan wujud.
c. Biaya Benang Katun
Biaya yang serupa dengan biaya pembelian beludru dan benang nilon di atas
namun berbeda fungsi dan wujud.
d. Biaya Benang Kilat
Biaya yang serupa dengan biaya pembelian beludru, benang nilon dan
benang katun di atas namun berbeda fungsi dan wujud.
Page 65
52
e. Biaya Listrik
Biaya yang dibayar setiap bulannya dimana besar pembayarannya
tergantung dari aktivitas operasional perusahaan, namun pemakaian listrik
pada perusahaan hampir bersifat konstan tiap bulannya.
f. Biaya Lain-lain
Biaya yang sifatnya tak terduga namun harus tetap dialokasikan atau
disediakan seperti biaya untuk kelancaran dalam proses operasional dan lain
sebagainya.
Dalam hal ini jenis biaya-biaya yang dikeluarkan oleh UD. Aneka Busana
adalah tidak sama, baik biaya yang dikeluarkan oleh mesin baru maupun biaya
yang dikeluarkan mesin lama. Perbedaan tersebut terjadi pada biaya tetapnya yaitu
biaya tenaga kerja bertambah sebesar Rp11.000.000 (tambahan 10 tenaga kerja
baru). Ada dua jenis biaya yang akan ditampilkan yaitu (1) biaya dengan mesin
baru dan (2) biaya tanpa mesin baru.
Page 66
53
Biaya dengan mesin baru selama umur investasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.3. Biaya dengan Mesin Baru pada UD. Aneka Busana Periode Tahun
2012 – 2016
Tahun Kas Keluar
(Rp)
2012
2013
2014
2015
2016
266.560.360
280.054.760
293.549.160
307.043.560
320.537.960
Jumlah 1.467.745.800
Rata-rata 293.549.160
Sumber: Lampiran 2, diolah.
Sementara untuk biaya tanpa mesin baru selama umur investasi dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4. Biaya tanpa Mesin Baru pada UD. Aneka Busana Periode Tahun
2012 – 2016
Tahun Kas Keluar
(Rp)
2012
2013
2014
2015
2016
133.280.180
140.027.380
146.774.580
153.521.780
160.268.980
Jumlah 733.872.900
Rata-rata 146.774.580
Sumber: Lampiran 2, diolah.
Page 67
54
4.2.3. Penyusutan Mesin
Besarnya biaya penyusutan mesin UD. Aneka Busana menggunakan
metode penyusutan rata-rata yaitu metode garis lurus (straight line method).
Untuk mengetahui besarnya penyusutan mesin jahit baru, terlebih dahulu
diketahui informasi sebagai berikut:
1. Harga beli mesin jahit merek Juki seharga Rp3.000.000 per unit dengan jumlah
unit mesin sebanyak 10 unit, jadi totalnya adalah sebesar Rp30.000.000.
2. Umur ekonomis selama 5 tahun.
3. Nilai sisa tidak ada.
Berdasarkan data di atas besarnya biaya penyusutan mesin baru pada UD.
Aneka Busana dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5. Data Jumlah Penyusutan Mesin Jahit Baru yang Dikeluarkan
dalam Kegiatan Operasional UD. Aneka Busana Selama Tahun
2012 – 2016
No. Merek
Mesin
Harga
Perolehan
(Rp)
Nilai Sisa
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Penyusutan
Per tahun
(Rp)
Total
Penyusutan Metode
Penyusutan
1 Juki 3.000.000 0 5 600.000 3.000.000 Garis Lurus
Total Biaya 30.000.000 0 5 6.000.000 30.000.000 Garis Lurus
Sumber: UD. Aneka Busana, data primer diolah.
Tabel di atas menjelaskan bahwa mesin jahit merek Juki memiliki harga
perolehan sebesar Rp3.000.000 per unit, tanpa nilai sisa dan total penyusutan
selama 5 tahun sebesar Rp3.000.000 atau penyusutan per tahun sebesar
Rp600.000. Jadi total penyusutan per tahun untuk 10 unit mesin jahit tersebut
adalah sebesar Rp6.000.000.
Page 68
55
4.2.4. Cost of Capital (COC)
Untuk biaya modal, perusahaan menetapkan tingkat keuntungan yang akan
dijadikan sebagai ukuran mengenai layak tidaknya usaha tersebut dilaksanakan
apabila ditinjau dari segi kelayakan finansial. Oleh karena UD. Aneka Busana
hanya menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya, maka discount
factor yang akan digunakan dalam perhitungan NPV, DPP dan IRR didasarkan
atas cost of equity. Namun perlu diketahui bahwa dalam perusahan tersebut
menggunakan rata-rata ROE sebelumnya sebagai dasar discount factor-nya. Hal
ini dilakukan perusahaan karena ekspektasi investor terhadap tingkat keuntungan
yang akan diperoleh, dimana perusahaan selalu mendapatkan keuntungan rata-rata
sebesar 37% setiap tahunnya selama 5 tahun terakhir. Sedangkan formula yang
digunakan untuk menghitung ROE menurut Syamsuddin (1985:64), adalah
sebagai berikut:
ROE= Laba Setelah Pajak
Modal Sendiri
Laba setelah pajak (EAT) yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan
adalah laba setelah pajak (EAT) selama 5 tahun sebelumnya. Maka hasil ROE
untuk masing-masing tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Page 69
56
Tabel 4.6. Data Return on Equity (ROE) pada UD. Aneka Busana Periode
Tahun 2007 – 2011
Tahun Laba Bersih
(Rp)
Modal Sendiri
(Rp)
ROE
(%)
2007 4.256.100 100.000.000 4,26
2008 15.241.000 100.000.000 15,24
2009 26.478.400 100.000.000 26,48
2010 39.916.000 100.000.000 39,92
2011 55.154.600 100.000.000 55,15
Total 141.046.100 500.000.000 141,05
Rata-rata 28.209.220 100.000.000 28,21
Sumber: UD. Aneka Busana, data primer diolah.
Tabel di atas menjelaskan ROE yang dihasilkan 5 tahun terakhir dari tahun
2007 sampai dengan tahun 2011. Di mana ROE tertinggi terjadi pada tahun 2011
sebesar 55,15%, dan ROE terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 4,26%.
Dengan total ROE sebesar 141,05% atau dengan rata-rata per tahunnya sebesar
28,21%. Maka rata-rata dari ROE tersebut yang akan digunakan sebagai discount
factor dalam perhitungan alat-alat analisis NPV, DPP dan IRR.
4.2.5. Tingkat Pajak
Tingkat pajak yang dimaksudkan di sini adalah pajak yang dikenakan atas
dasar penghasilan kotor, besarnya tingkat pajak yang dikenakan tergantung pada
besarnya penghasilan kotor yang diterima oleh perusahaan. Adapun tarif yang
digunakan adalah tarif pajak proporsional menurut Undang-Undang Perpajakan
Page 70
57
Pasal 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh 21) dimana dalam hal ini
dikenakan tarif Pajak Penghasilan Badan dengan struktur sebagai berikut:
1. Lapisan penghasilan kena pajak Rp0 sampai dengan Rp50.000.000 kena tarif
pajak sebesar 10%.
2. Lapisan penghasilan kena pajak Rp50.000.000 sampai dengan Rp100.000.000
kena tarif pajak sebesar 15%.
3. Lapisan penghasilan kena pajak di atas Rp100.000.000 kena tarif pajak sebesar
30%.
Namun tarif tersebut berlaku sampai dengan tahun pajak 2008 dan
mengalami perubahan mulai tahun pajak 2009, tarif PPh Badan menganut sistem
tarif tunggal atau single tax yaitu 28% dan akan menjadi 25% pada tahun 2010.
Jadi berapapun penghasilan kena pajaknya, tarif yang dikenakan adalah satu yaitu
28% untuk tahun 2009 dan menjadi sebesar 25% pada tahun 2010 dan seterusnya.
Pajak penghasilan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
PPh = 25% x 50% x Laba Sebelum Pajak
4.2.6. Data Arus Kas
Setelah diketahui masing-masing besar pendapatan dan biaya baik dengan
mesin baru ataupun tanpa mesin baru, kemudian barulah dihitung besar arus kas
bersihnya, baik arus kas dengan mesin baru maupun arus kas tanpa mesin baru.
Arus kas bersih dengan mesin baru selama umur investasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Page 71
58
Tabel 4.7. Data Arus Kas Bersih dengan Mesin Baru pada UD. Aneka
Busana Periode Tahun 2012 – 2016
No.
Keterangan
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
I Arus Kas Operasi
1.Pendapatan
2.Pengeluaran
3.Penyusutan
4.Laba operasi sebelum pajak
5.Pajak tunggal (25% x 50%)
6.Laba operasi setelah pajak
7.Tambahan penyusutan
398.862.000
266.560.360
6.000.000
126.301.640
15.787.705
110.513.935
6.000.000
437.650.800
280.054.760
6.000.000
151.596.040
18.949.505
132.646.535
6.000.000
476.439.600
293.549.160
6.000.000
176.890.440
22.111.305
154.779.135
6.000.000
515.228.400
307.043.560
6.000.000
202.184.840
25.273.105
176.911.735
6.000.000
554.017.200
320.537.960
6.000.000
227.479.240
28.434.905
199.044.335
6.000.000
Total Arus Kas Operasi 116.513.935 138.646.535 160.779.135 182.911.735 205.044.335
II Arus Kas Tahun Akhir
8.Pengembalian NWC
9.Nilai sisa bersih
-
-
-
-
-
-
-
-
3.000.000
-
Total Arus Kas Akhir - - - - 3.000.000
III Arus Kas Bersih
10.Garis waktu arus kas bersih
116.513.935
138.646.535
160.779.135
182.911.735
208.044.335
Sumber: Hasil olah data penulis.
Page 72
59
Sementara arus kas bersih tanpa mesin baru selama umur investasi dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8. Data Arus Kas Bersih tanpa Mesin Baru pada UD. Aneka Busana
Periode Tahun 2012 – 2016
No.
Keterangan
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
I Arus Kas Operasi
1.Pendapatan
2.Pengeluaran
3.Penyusutan
4.Laba operasi sebelum pajak
5.Pajak tunggal (25% x 50%)
6.Laba operasi setelah pajak
7.Tambahan penyusutan
199.431.000
133.280.180
0
66.150.820
8.268.853
57.881.968
0
218.825.400
140.027.380
0
78.798.020
9.849.753
68.948.268
0
238.219.800
146.774.580
0
91.445.220
11.430.653
80.014.568
0
257.614.200
153.521.780
0
104.092.420
13.011.553
91.080.868
0
277.008.600
160.268.980
0
116.739.620
14.592.453
102.147.168
0
Total Arus Kas Operasi 57.881.968 68.948.268 80.014.568 91.080.868 102.147.168
II Arus Kas Tahun Akhir
8.Pengembalian NWC
9.Nilai sisa bersih
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Total Arus Kas Akhir - - - - -
III Arus Kas Bersih
10.Garis waktu arus kas bersih
57.881.968
68.948.268
80.014.568
91.080.868
102.147.168
Sumber: Hasil olah data penulis.
Kemudian barulah dihitung arus kas proyeknya, dimana menurut Atmaja
(1994:187) menyatakan bahwa langkah paling sulit dan paling penting dalam
penganggaran modal adalah memperkirakan arus kas suatu proyek. Konsep
penting yang digunakan dalam proses ini adalah hanya mempertimbangkan arus
Page 73
60
kas inkremental/selisih (incremental cash flow) yang didefinisikan sebagai
perbedaan antara arus kas perusahaan jika proyek diambil (dengan mesin baru)
dan arus kas tanpa proyek (tanpa mesin baru). Berikut rumus perhitungan arus kas
proyek dapat dilihat di bawah ini:
Arus Kas Proyek = Arus kas dengan proyek – Arus kas tanpa proyek
Dari rumus perhitungan di atas, maka dapat dilakukan perhitungan arus
kas proyeknya sebagai berikut:
Tabel 4.9. Data Selisih Arus Kas pada UD. Aneka Busana Periode Tahun
2012 – 2016
Tahun
Selisih Arus Kas
Dengan Mesin
Baru
(1)
Tanpa Mesin
Baru
(2)
Perubahan
(3) = (1) – (2)
2012
2013
2014
2015
2016
116.513.935
138.646.535
160.779.135
182.911.735
208.044.335
57.881.968
68.948.268
80.014.568
91.080.868
102.147.168
58.631.967
69.698.267
80.764.567
91.830.867
105.897.167
Jumlah 806.895.675 400.072.840 406.822.835
Rata-rata 161.379.135 80.014.568 81.364.567
Sumber: Tabel 4.8. dan Tabel 4.9., diolah.
Dari tabel di atas dapat dilihat perubahan arus kas secara keseluruhan yaitu
sebesar Rp406.822.835 atau rata-rata Rp81.364.567 setiap tahunnya. Misalnya
pada tahun 2012 perubahan sebesar Rp58.631.967, pada tahun 2013 perubahan
sebesar Rp69.698.267, pada tahun 2014 perubahan sebesar Rp80.764.567,
Page 74
61
sementara pada tahun 2015 perubahan sebesar Rp91.830.867. Kemudian pada
tahun 2016 perubahan menjadi sebesar Rp105.897.167.
4.3. Analisis Data
Seperti yang telah dikemukakan di atas metode analisis yang digunakan
untuk mengetahui apakah investasi mesin jahit layak apabila dilihat dari aspek
finansialnya dengan menggunakan kriteria investasi NPV, DPP dan IRR.
4.3.1. Net Present Value (NPV)
Dalam menganalisis investasi penambahan mesin jahit pada UD. Aneka
Busana dengan menggunakan metode NPV diperlukan discount factor, cost of
equity yang dihitung berdasarkan discount rate sebesar 28,21%. Nilai dari NPV
tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NPV = = +
+−n
0tt
t0
i)(1
AA
= – Rp33.000.000 + Rp191.009.648
= Rp158.009.648
Page 75
62
Untuk lebih jelasnya perhitungan NPV dari proceeds yang dihasilkan oleh
UD. Aneka Busana dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10. Perhitungan Net Present Value (NPV) UD. Aneka Busana
Periode Tahun 2012 – 2016
Tahun Proceeds
(Rp)
Discount Factor
28,21%
PV of Proceeds
(Rp)
2012
2013
2014
2015
2016
58.631.967
69.698.267
80.764.567
91.830.867
105.897.167
0,779970
0,608354
0,474498
0,370094
0,288663
45.731.196
42.401.203
38.322.618
33.986.081
30.568.550
Total Present Value 191.009.648
Initial Investment (33.000.000)
NPV 158.009.648
Sumber: Hasil olah data penulis.
Net Present Value (NPV) di atas bernilai positif (+) yaitu sebesar
Rp158.009.648, maka rencana penambahan mesin jahit pada UD. Aneka Busana
layak untuk dilaksanakan.
4.3.2. Discounted Payback Period (DPP)
Metode DPP dimaksudkan untuk mengukur kecepatan suatu investasi
dapat ditutup kembali atau jangka waktu yang diperlukan untuk menutup kembali
investasi awal (initial investment), karena satuan hasilnya bukan menggunakan
persentase tetapi satuan waktu seperti tahun, bulan dan hari.
Dengan menggunakan metode DPP, maka layak atau tidaknya suatu
investasi diketahui dari jumlah periode yang diperlukan untuk mengembalikan
Page 76
63
investasi. Jika jangka waktu pengembalian modal lebih lama dari jangka waktu
pengembalian investasi maksimum yang telah ditetapkan, maka investasi yang
direncanakan tidak layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, jika jangka waktu
pengembalian modal lebih pendek dari jangka waktu maksimum yang telah
ditetapkan maka investasi tersebut layak untuk dilaksanakan.
UD. Aneka Busana menetapkan target pengembalian investasi selama 5
tahun sesuai dengan umur ekonomis usaha atau bisnis yang berpedoman pada
umur ekonomis mesin jahit. Untuk menghitung DPP maka terlebih dahulu harus
diketahui terlebih dahulu investasi awal (initial invesment) dan perolehan
proceeds-nya.
Tabel 4.11. Perhitungan Discounted Payback Period (DPP) pada UD. Aneka
Busana Tahun 2012 – 2016
Tahun Proceeds
(Rp)
Discount Factor
28,21%
Discount Factor
Proceeds
(Rp)
2012
2013
2014
2015
2016
58.631.967
69.698.267
80.764.567
91.830.867
105.897.167
0,779970
0,608354
0,474498
0,370094
0,288663
45.731.196
42.401.203
38.322.618
33.986.081
30.568.550
Jumlah 406.822.835
191.009.648
Rata-rata 81.364.567 38.201.930
Sumber: Hasil olah data penulis.
Page 77
64
Karena proceeds-nya tidak sama dari tahun ke tahun, maka Payback
Period dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut:
Investasi awal............................................................Rp 33.000.000
Proceeds tahun ke-1..................................................Rp 45.731.196–
(kelebihan proceeds).................................................Rp 12.731.196
Oleh karena proceeds yang dibutuhkan dalam tahun ke-1 sudah dapat
menutup initial investment dan memiliki kelebihan yaitu sebesar Rp12.731.196,
maka pada tahun ke-1 jumlah kebutuhan sebesar Rp33.000.000 tersebut hanya
menggambarkan 72,16% dari proceeds tahun ke-1 (Rp33.000.000: Rp45.731.196)
x 100%. Dengan perkataan lain, initial investment sebesar Rp33.000.000 dalam
tahun ke-1 akan terkumpul dalam waktu 8,66 bulan (72,16% x 12 bulan) atau
selama 8 bulan 20 hari (66% x 30 hari). Dengan demikian, Payback Period untuk
investasi tersebut adalah selama 22 hari. Maka Payback Period untuk UD. Aneka
Busana adalah layak, karena waktu pengembaliannya lebih pendek dari umur
ekonomis yang telah ditetapkan yaitu selama 8 bulan 20 hari, sehingga rencana
penambahan mesin jahit layak dilaksanakan.
4.3.3. Internal Rate of Return (IRR)
Dalam menganalisis investasi penambahan mesin jahit pada UD. Aneka
Busana juga dilakukan dengan menggunakan metode IRR. IRR atau yield untuk
suatu investasi adalah tingkat bunga yang menyamakan PV arus kas keluar dan
PV arus kas masuk. Secara matematis IRR dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Page 78
65
ICO=1
1
IRR)(1
CF
++
2
2
IRR)(1
CF
++
3
3
IRR)(1
CF
++
4
4
IRR)(1
CF
++
5
5
IRR)(1
CF
+
Rp33.000.000=1IRR)(1
67Rp58.631.9
++
2IRR)(1
67Rp69.698.2
++
3IRR)(1
67Rp80.764.5
++
4IRR)(1
67Rp91.830.8
++
5IRR)(1
167Rp105.897.
+
Untuk lebih jelasnya perhitungan IRR dari proceeds yang dihasilkan oleh
UD. Aneka Busana dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12. Perhitungan Internal Rate of Return UD. Aneka Busana
Tahun Proceeds
(Rp)
Discount Rate 193% Discount Rate 194%
193% PV Proceeds
(Rp) 194%
PV Proceeds
(Rp)
1
2
3
4
5
58.631.967
69.698.267
80.764.567
91.830.867
105.897.167
0,341297
0,116484
0,039755
0,013568
0,004631
20.010.910
8.118.705
3.210.835
1.246.000
490.395
0,340136
0,115693
0,039351
0,013385
0,004553
19.942.846
8.063.569
3.178.183
1.229.134
482.112
Present Value of Proceeds 33.076.846
32.895.844
Initial Investment 33.000.000 33.000.000
Net Present Value 76.846 (104.156)
Sumber: Hasil olah data penulis.
Berdasarkan tabel di atas, IRR dapat dicari dengan cara interpolasi dengan
persamaan sebagai berikut:
IRR 12
1211
CC
PPCP
−
−−=
Diketahui: P1 = 193%
P2 = 194%
Page 79
66
C1 = Rp78.846
C2 = –Rp104.156
IRR = 193 – 104.156 x 846.78104.156
193194
−−
−
= 193 – (104.156 x –0,00000546)
= 193 + 0,57
= 193,57%
IRR di atas memiliki nilai yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
nilai cost of equity yang dihitung berdasarkan ROE sebesar 28,21%. Di mana nilai
IRR yang dihasilkan dalam investasi penambahan mesin jahit pada UD. Aneka
Busana adalah sebesar 193,57%, maka rencana penambahan mesin jahit pada UD.
Aneka Busana layak untuk dilaksanakan.
4.4. Interpretasi Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka hasilnya
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pada hasil analisis NPV diketahui bernilai positif (+) yaitu sebesar
Rp158.009.648, maka rencana penambahan mesin jahit layak untuk
dilaksanakan.
2. Dari segi DPP adapun jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian
investasi yaitu selama 8 bulan 20 hari, dengan menggunakan ROE sebelumnya
sebagai discount factor. Sedangkan umur ekonomis yang telah ditetapkan yaitu
selama 5 tahun atau selama 60 bulan yang merupakan jangka waktu maksimum
Page 80
67
yang dibutuhkan untuk pengembalian seluruh investasi, sehingga waktu
pengembaliannya lebih pendek dari umur ekonomis. Maka rencana
penambahan mesin jahit pada UD. Aneka Busana layak untuk dilaksanakan.
3. Sedangkan dengan menggunakan perhitungan IRR investasi penambahan
mesin jahit pada UD. Aneka Busana menghasilkan nilai IRR sebesar 193,57%,
jauh lebih besar dari nilai ROE yang dihitung berdasarkan discount factor
sebesar 28,21%, maka rencana penambahan mesin jahit layak untuk
dilaksanakan.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan bahwa ketiga metode
yang digunakan yaitu NPV, DPP dan IRR menyatakan bahwa investasi
penambahan mesin jahit pada UD. Aneka Busana layak untuk dilaksanakan
karena dari segi NPV menghasilkan nilai yang positif (+), DPP memperoleh
jangka waktu yang jauh lebih pendek dari umur ekonomis, serta IRR lebih besar
dari nilai rata-rata ROE sebelumnya. Dengan demikian rencana penambahan
mesin jahit pada UD. Aneka Busana layak dilaksanakan.
Page 81
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV terhadap investasi kelayakan
finansial penambahan mesin pada usaha jahit UD. Aneka Busana dengan metode
NPV, DPP dan IRR yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dengan menggunakan analisis kelayakan finansial NPV diketahui bernilai
positif yaitu sebesar Rp158.009.648, berarti rencana investasi penambahan
mesin jahit pada UD. Aneka Busana layak untuk dilaksanakan.
2. Dari segi kelayakan finansial DPP adapun jangka waktu yang dibutuhkan
untuk pengembalian investasi yaitu selama 8 bulan 20 hari, dengan
menggunakan rata-rata ROE sebelumnya sebagai discount factor. Sedangkan
jangka waktu yang ditetapkan untuk pengembalian seluruh investasi adalah 5
tahun atau 60 bulan, sehingga waktu pengembaliannya lebih pendek dari umur
ekonomis. Maka penambahan mesin jahit layak untuk dilaksanakan.
3. Sedangkan dengan menggunakan analisis kelyakan finansial IRR
menghasilkan nilai sebesar 193,57%, lebih besar dari nilai rata-rata ROE yang
dihitung berdasarkan discount factor sebesar 28,21%, hal ini menandakan
bahwa rencana penambahan mesin jahit layak untuk dilaksanakan.
Page 82
69
5.2. Saran
Dari hasil analisis dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Penambahan 10 unit mesin jahit yang dilakukan oleh UD. Aneka Busana dapat
dilanjutkan karena dapat memberikan keuntungan pada perusahaan selama
umur ekonomis yaitu tahun 2012 – 2016, selain itu juga penambahan 10 unit
mesin jahit diharapkan dapat memenuhi permintaan akan produksi peci yang
selama ini terus meningkat.
2. Disarankan pada pimpinan UD. Aneka Busana agar segera mungkin
melaksanakan investasi penambahan mesin jahit tersebut, hal ini perlu
dilakukan untuk menekan tingkat biaya operasional yaitu khususnya biaya
tenaga kerja, biaya servis dan biaya lain-lain. Serta mempertahankan daya
saing dan meningkatkan perolehan laba perusahaan yang selama ini telah
dicapai.
Page 83
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syarafuddinj. 1993. Alat-alat Analisa dalam Pembelajaran. Andi
Affest,Yogyakarta
Anwar. 1996. Teori-teori Manajemen Keuangan. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Arwini. 2003. Analisis Rencana Investasi Penambahan Aktiva Tetap pada
Percetakan UD. DIRGANTARA di Mataram. Fakultas Ekonomi
Universitas Mataram (Skripsi tidak dipublikasikan.
Awat dan Muljadi. 1989. Teori Keputusan-keputusan Empirik dan Hasil
Pengujian Bisnis. BPFE, Yogyakarta.
Dajan, Anto. 1975. Pengantar Metode Statistik LP3ES, Jakarta
Haming, Murdifin dan Salim, Baslama. 2003. Studi Kelayakan Investasi Proyek
dan Bisnis. Ppm, Jakarta.
Husnan, Suad. 1994. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan
Jangka Panjang). BPFE, Yogyakarta.
_______ dan Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. AMP YKPN,
Yogyakarta.
Kuswulandari, 2009. Analisis Kelayakan Investasi Penambahan Armada Bus
pada Perusahaan Oto (P.O) Langsung Indah Trayek Mataram-Bima di
Kodya Mataram. Fakultas Ekonomi Universitas Mataram (Skripsi tidak
dipublikasikan).
Manulang, M. 1985. Pokok-pokok Pembelajaran Perusahaan. LP3ES, Jakarta.
Page 84
Nazir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesi, Jakarta.
Nitisemito, Alex. 1983. Pembelanjaan Perusahaan. Ghalia Indonesia, Jakarta
Riyanto, Bambang. 1992. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE,
Yogyakarta.
Satriani 2002. Analisis Kelayakan Penambahan Aktiva Tetap sebagai Dasar
Pengambilan Keputusan Investasi. Pada perusahaan Genteng Press
“USAKA” di Kumbung Lombok Barat Fakultas Ekonomi Universitas
Mataram (Skripsi tidak dipublikasikan).
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. CV. Alfabeta, Bandung.
Sutrisno. 2007. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Ekonosia,
Yogyakarta.
Syamsuddin, Lukman. 1992. Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi
dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan. PT. Rajagrafindo,
Jakarta.
Page 86
Tahun Pendapatan (Y) X X2
XY
2007 103,983,000 -2 4 -207,966,000
2008 122,520,000 -1 1 -122,520,000
2009 137,826,000 0 0 0
2010 159,390,000 1 1 159,390,000
2011 182,520,000 2 4 365,040,000
Jumlah 706,239,000 0 10 193,944,000
ΣY
n
a = 141,247,800
ΣXY
ΣX2
b = 19,394,400
Y' = a + bX
Y2012
= 141,247,800 + 3
= 141,247,800 +
= 199,431,000
Y2013
= 141,247,800 + 4
= 141,247,800 +
= 218,825,400
Y2014
= 141,247,800 + 5
= 141,247,800 +
= 238,219,800
Y2015
= 141,247,800 + 6
= 141,247,800 +
= 257,614,200
Y2016
= 141,247,800 + 7
= 141,247,800 +
= 277,008,600
58,183,200
LAMPIRAN 1
BARU UD. ANEKA BUSANA TAHUN 2012-2016
PERHITUNGAN PERAMALAN CASH IN FLOWS TANPA MESIN
a = =706,239,000
5
b = =193,944,000
10
19,394,400
19,394,400
116,366,400
19,394,400
135,760,800
19,394,400
77,577,600
19,394,400
96,972,000
Page 87
Tahun Pendapatan dengan 10 Mesin Pendapatan dengan 20 Mesin
2012 199,431,000 398,862,000
2013 218,825,400 437,650,800
2014 238,219,800 476,439,600
2015 257,614,200 515,228,400
2016 277,008,600 554,017,200
Jumlah 1,191,099,000 2,382,198,000
Rata-rata 238,219,800 476,439,600
LANJUTAN LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN PERAMALAN CASH IN FLOWS DENGAN MESIN
BARU UD. ANEKA BUSANA TAHUN 2012-2016
Page 88
Tahun Biaya (Y) X X2
XY
2007 99,726,900 -2 4 -199,453,800
2008 107,279,000 -1 1 -107,279,000
2009 111,347,600 0 0 0
2010 119,474,000 1 1 119,474,000
2011 127,365,400 2 4 254,730,800
Jumlah 565,192,900 0 10 67,472,000
ΣY
n
a = 113,038,580
ΣXY
ΣX2
b = 6,747,200
Y' = a + bX
Y2012
= 113,038,580 + 3
= 113,038,580 +
= 133,280,180
Y2013
= 113,038,580 + 4
= 113,038,580 +
= 140,027,380
Y2014
= 113,038,580 + 5
= 113,038,580 +
= 146,774,580
Y2015
= 113,038,580 + 6
= 113,038,580 +
= 153,521,780
Y2016
= 113,038,580 + 7
= 113,038,580 +
= 160,268,980
20,241,600
LAMPIRAN 2
BARU UD. ANEKA BUSANA TAHUN 2012-2016
PERHITUNGAN PERAMALAN CASH OUT FLOWS TANPA MESIN
a = =565,192,900
5
b = =67,472,000
10
6,747,200
6,747,200
40,483,200
6,747,200
47,230,400
6,747,200
26,988,800
6,747,200
33,736,000
Page 89
Tahun Pengeluaran dengan 10 Mesin Pengeluaran dengan 20 Mesin
2012 133,280,180 266,560,360
2013 140,027,380 280,054,760
2014 146,774,580 293,549,160
2015 153,521,780 307,043,560
2016 160,268,980 320,537,960
Jumlah 733,872,900 1,467,745,800
Rata-rata 146,774,580 293,549,160
LANJUTAN LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN PERAMALAN CASH OUT FLOWS DENGAN MESIN
BARU UD. ANEKA BUSANA TAHUN 2012-2016