RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS (pANS US) PEMBAHASAN 5 RUU BIDANG PERPAJAKAN Tahun Sidang : 1996 - 1997 Masa Persidangan : III RapatKe : 9 Jenis Rapat : Rapat Kerja ke 7 Sifat Rapat : Terbuka Hari/Tanggal : Selasa, 4 Maret 1997 Pukul : 10.15 - 16.45 WIB Tempat : Ruang Kaca Grahatama DPR-RI Ketua Rapat : H. Syaiful Anwar Hl.IIsein Sekretaris Rapat : Ny. Anita Soekarjo, SH Acara : Pembahasan Materi DIM RUU tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 501
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RISALAH RAPAT
PANITIA KHUSUS (pANS US)
PEMBAHASAN 5 RUU BIDANG PERPAJAKAN
Tahun Sidang : 1996 - 1997
Masa Persidangan : III
RapatKe : 9
Jenis Rapat : Rapat Kerja ke 7
Sifat Rapat : Terbuka
Hari/Tanggal : Selasa, 4 Maret 1997
Pukul : 10.15 - 16.45 WIB
Tempat : Ruang Kaca Grahatama DPR-RI
Ketua Rapat : H. Syaiful Anwar Hl.IIsein
Sekretaris Rapat : Ny. Anita Soekarjo, SH
Acara : Pembahasan Materi DIM RUU tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.
501
Hadir - Anggota Pansus :
I.
502
50 orang dari 59 orang Anggota Tetap
19 orang dari 28 orang Anggota Penggati
- Pemerintah (Departemen Keuangan RJ) :
23 orang
ANGGOTA PANSUS
A. ANGGOTA TETAP:
I. NOVYAN KAMAN, SH
2. H. ANDAYA LESTARI,SE,MBA
3. JUSUFTALIB, SH
4. H. SYAIFULANWAR HUSElN
5. DRS. YAHYA NASUTION
6. DRS. H. ASNA\\rl HUSIN
7. dr. H. FATH! DAI-ILAN
8. ORA. NY. S,r\, tfUDi ;'., ENG KONG, MPA
9. DRS. MOH. MURNI
10. DRS. H. MUCHSIN RIDJAN
II. H. AGUS TAGOR
12. DRS. H. HASANUDDIN
13. NY. HJ. OETARTI SOEWASONO,SH
14. DJIMANTO
IS. HISOM PRASETYO, SH
16. NY. MUSTOKOWENI MURDI, SH
17. IBNU SALEH
18. NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SH
19. SOEKOTJO SAID, SE
20. MOH. SUPARNI, BA
21. JR. NY. BAMBANG SIGIT PRAKOESWO
22. ABDULLAH ZAINIE, SH
23. DRS. AWANG FAROEK ISHAK
24. DRS. MADE SUDIARTHA
25. BEN MESSAKH, SE
26. NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO
27. ANDI HASAN MACHMUD
28. DRS. H. MEKKA HAYADI.
503
29. MOEHARSONO KARTODIRDJO
30. H. ABDUL BAKRI SRIHARDONO
31. IR. S.M. TAMPUBOLON
32. DRS. SIMON PATRICE MORIN
33. R. M. PURBA
34. DJATMlKANTO D., S.IP
35. PUDJIARTO, SE
36. DANIEL TODING, S.IP
37. SOEWARNO
38. SUTRISNO R., SE
39. DRS. M. SITUMORANG
40. L.J. ARIFIN
41. DRS. PAIMAN
42. DRS. SUPRIADI
43. DRS. H.M. MUKROMAS'AD
44. H. ALI HARDI KIAIDEMAK, SH
45. DRS. H. JUSUF SYAKIR
46. DRS. H.M. SYAFIE NONGKE
504
47. IR. H.M. SALEH KHALID, MM
48. H. ZAIN BADJEBER
49. H. ALIMARWAN HANAN, SH
SO. DRS. H. NADHIER MUHAMMAD, MA
51. H. URAl FAISAL HAMID, SH
52. DRS. IGNATIUS SUWARDI
53. DRS. NOORACHARI
54. BUDI HARDJONO, SH
55. IR. H. ANWAR DATUK
56. DJUFRI, SH
57. HANDJOJO PUTRO, SH
58. SOENARJO
59. SETYADfl LAWI, BA
B. ANGGOTA PENGGANTI :
60. DRS. USMAN ERMULAN
61. JAHYA BAHAR
62. H.A. KAMIL SHAHAB
63. NY. SRI REDJEKI SUMARYOTO, SH
505
64. DRS. H. MASKA RIDWAN
65. H. NANANG SUDJANA, SH
66. G.B.P.H. JOYOKUSUMO
67. SUNDORO SYAMSURI
68. DRS. SARWOKO SOERJOHOEDOJO
69. DRS. ALOYSIUS ALOY
70. ALI RASYIDI
71. PROF.DR.IR. FACHRUDDIN
72. DRS. BAMBANG WAHYUDI
73. F.P.D. LENGKEY
74. H. JAKUB SILONDAE
75. SUPARMAN ACHMAD
76. I GDE ARTJANA, S.IP
77. OENG RUMADJI, SH
78. DRA. PAULA B. RENYAAN
79. TEDY YUSUF
80. DARYANTO, SE, MM
81. H. YUDO PARIPURNO, SH
506
82. H. SOELAIMAN BIYAHIMO
83. K.H. SA'AD SYAMLAN, BA
84. DRS. H.A. CHOZIN CHUMAIDY
85. TIOP HARUN SITORUS
86. H. MARWAN ADAM
87. NI GUSTI AYU EKA SUKMADEWI
II. PEMERINTAH
I. DRS. MAR'IE MUHAMMAD
2. DR. FUAD BAWAZIER
3. DR. DONO ISKAHDAR D.
4. DR. IR. BAMBANG SUBIANTQ
5. ARIE SOELENDRO
6. DR. AGUS HARYANTO, SH, MA
7. AGUS PURWANTA
8. DJOKO HIDAYANTO
9. FACHROEDY J.
10. M. PALAL SANTOSO
11. SUMANTORO
507
508
12. SAHALA L. GAOL
13. BAMBANG RUSSAMSENO
14. BENNY HARYONO
15. SUGITO
16. DRS. MACHFUD SIOIK, M.Sc
17. ACHMAD SOFYAN
18. DJAZOELI SADHANI
19. YONG SUAR
20. DJUNAEDI ARIEF
21. JAMARSEN SIPAYUNG
22. M. ARIEF N.
23. M. YASIN BUCHARI
24. DRS. DJONIFAR, MA
25. DRS. MEMET, S
26. HADlYANTO
27. SEIRAMA BUTAR-BUTAR
28. TOHA SETIABUDI
30. RUSLI TAIB
KETUA RAPAT (H. SYAIFUL ANWAR HUSEIN) :
Asalamu 'alaikum. Wr. Wh.
Bapak Menteri Keuangan beserta pejabat eselon I dan Staf yang kami
hormati;
Bapak Ibu Anggota Pansus 5 RUU Perpajakan;
Hadirin yang berbahagia.
Hari Jum'at tanggal28 Pebruari yang lalu pada sidang yang ke enam,
sidang di skors, maka hari ini Selasa tanggal4 Maret 1997 kami mencabut
skorsing.
(Skorsing dicabut PukullO.10 Wffi)
Dan kita memasuki sidang ke tujuh dalam rangka membahas RUU
Pemigihan Pajak dengan Surat Paksa diatas daftar inventarisasi masalah
dari fraksi-fraksi yang telah ada pada Bapak dan Ibu.
Sebelum kita memulai pembahasan perkenankan kami mengucapkan
terima kasih atas kepercayaan Ketua dan Pimpinan Pansus lainnya berupa
penugasan memimpin rapat; Pansus, membahas DIM Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa yang merupakan RUU yang ke-3 dibahas pada sidang
ini.
Bapak dan Ibn yang kami hormati.
Mungkin kami memimpin rapat ini tidak secepat seorang penerbang
karena kami hanya seorang supir yang biasa mengemudi mobil penumpang
dengan jumlah reel 1 dan bermoto "Biar lambat asal selamat, takkan lari
gunung dikejar", untuk itu mari kiUi cermati dan sahkan lebih dahulu risalah hasil sidang Pansus yang keenam pada Jum' at yang lalu.
509
Di tangan Bapak dan Ibu, sudah ada risalah hasil sidang ke-6, dan kami
usulkan untuk menghemat waktu, koreksi terhadap laporan singkat dapat
disampaikan seeara tertulis. Apakah eara ini dapat disetujui ?
(RAPAT : SETUJU)
Terima kasih.
Sidang yang kami hormati.
DIM Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ada pada batang tubuh
jumlah pasal adalah 46 Pasal, materi. DIM Kompilasi ada 261 nomor, pada
batang tubuh usul perubahan ada 200. Pada penjelasan jumlah materi DIM
ada 21 nom or, dan jumlah usul perubahan ada 11 nomor.
Sidang yang kami muliakan.
Naskah RUU berbunyi "Raneangan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor Tahun 1996 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,
dengan rahmat Tuhan Yang Haha Esa, Presiden Republik Indonesia.
Disini dari F-KP semula tetap, kemudian menjadi usulan perubahan
menjadi angka 1996 dihapus. Dari F-ABRI angka 1996 dihapus, juga
dihapus, juga dari F-PP angka 1996 dihapus, dan F-PDI angka 1996
dikosongkan. Saya kira dapat kita putuskan.
Kami Silakan Pemerintah angka 1996-nya dihapus.
PEMERlNTAH( MENTERI KEUANGAN IMAR'JE MUHAMMAD):
Setuju.
(RAPAT : SETUJU)
510
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Bapak dan Ibu yang kami hormati,
Konsideran menimbang, mengingat, telah bersama-sama kita sepakati akan diserahkan kepada Timcil dengan mandat; penuh melalui Panja. Ada tanggapan, kalau tidak ada, maka ini dapat kita sahkan.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 25 Bab I Ketentuan Umum semua tetap, maaf nomor 2A "Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia memutuskan; menetapkan; Undang-undang tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Semua tetap.
(RAPAT : SETUJU)
Bab I Ketentuan Umum. Semua tetap.
(RAPAT: SETUJU)
Pasal 1 nomor 26. Tetap.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor27 ,dariF-KPadausul perubahanyangmenghendakipenjelasan. Dari F-ABRI perlu dirumuskan kembali pengertian pajak dan dari F-PP juga redaksional. Dari F-PDI juga ada ralat. Kami Silakan dari F-KP.
511
F-KP (mSOM PRASETYO, SH):
Assalamu 'alaikum. Wr. Wh.
Bapak Pimpinan yang terhormat;
Bapak Menteri beserta seluruhjajaran yang kami hormati;
Bapak Ibu Anggota Pansus yang kami hormati.
Pada DIM 27 ini, F-KP mengajukan saran yaitu perlunya definisi atau
pengertian resmi tentang Pajak dan Perpajakan. Ini kami melihat karena didalam dua RUU ini dipergunakan dua istilah yaitu pajak dan perpajakan,
tapi dalam arti yang sama. Sementara itu memang dari perundang-undangan
perpajakan yang ada sekarang ini kita belum menemukan definisi resmi
atau apa yang dimaksud dengan pajak dan perpajakan. Sehingga alangkah
baiknya kalau didalam rangka perundang-undangan perpajakan ini yang
boleh dikatakan perundang-undang, kita ini hampir lengkap di bidang
perpajakan ini ada pengertian resmi tentang yang dimaksud pajak dan
perpajakan.
Kalau kami lihat disini bahwa DIM 27 ini dengan menggunakan
"Pajak adalah semua jenis pajak" itu seolah-olah jadi kita belum masuk
kepada pengertian materiil tentang pajak, tapi menunjukkan jenis-jenis
atau semua masalah pajak dan masalah perpajakan. Sehingga perIu ada
dua pengertian masing-masing yaitu pajak adalah apa, ini bisa kita ambil
setelah kemarin kita membahas tentang pajak daerah, itu didalam RUU-nya
sudah ada rumusan awalnya. Sedangkan mengenai perpajakan adalah hal
ihwal tentang pajak dan semuajenis pajak. Intinya demikian, ini pemikiran
kami. Sedangkan rumusannya nanti kami persilakan kepada Pansus untuk
menyusun yang sebaik-baiknya.
Terima kasih.
512
KETUA RAPAT :
Terima kasih kepada F-KP, kami kira dari F-ABRI hampir sarna, tapi
kami silakan.
F-ABRI (PUDJIARTO, SE):
Terima kasih Pimpinan.
Dari F-ABRI dalam DIM mengusulkan memang perru dirumuskan
kembali pengertian pajak untuk disesuaikan dengan Undang-undang yang
lain. Penjelasannya demikian Pak "Dalam Rancangan Undang-undang dan
Peradilan Pajak tercantum pengertian perpajakan yang isinya sarna dengan
pengertian pajak pada RUU Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa". Hanya
didalamnya adanya suatu perbedaan.
Pertama, dalam RUU Badan Peradilan Pajak tercantum bea meterai,
tetapi dalam Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, bea meterai tidak
dicantumkan.
Kemudianyangkedua; dalam Badan PeradilanPajak tidak mencatumkan
bea balik nama bangunan. Tapi dalam RUU P'enagilian Pajak dengan Surat
Paksa tercantum bea balik nama bangunan.
Oleh karena itu F-ABRI me mohon, dirumuskan kembali tentang
pengertian pajak. Karena antara perpajakan dan pajak yang perp~jakan
bcrada di BPP dan pajak yang berada di Penagihan Pajak Surat Paksa
hampir pengertian sarna. Olen karena ito sebenarnya mana yang benar,
pajak atau perpajakan. Karena kedua-duanya mempunyai pengertian yang
sarna, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih F-ABRI, kemudian kami lanjutkan kepada F-PDJ, disini
juga ada catatan.
513
F-PDI (DRS. IGNATWS SUWARDI) :
Terima kasih Bapak Ketua ..
F-PDI didalam DIM-nya memang minta disesuaikan saja. Menanggapi
dari F-KP dan F-ABRI pada dasarnya dari F-PDI sudah cukup jelas, namun
karena kita bedakan antara pajak itu termasuk pungutan yang masuk kas
negara tanpa imbalan atau tanpa taken prestasi dari Pemerintah. Jadi
pengertian pajak sendiri sudah berulang-ulang cukup jelas. Dan jenisnya
juga sudah disebutkan disini, bed a dengan l'estribusi atau bea meterai
karena ada taken prestasi.
Dalam ini F-PDI cukup jelas, hanya bea batik nama sesuai dengan
keputusan RUU tentang Balik Nama kemarin diganti de:ngan hak atas
perolehan bumi dan bangunan, namun begitu F-PDI juga tidak kebcratan
seandainya akan diperjelas lebih lanjut lagi. Kalau misalnya ini masih
diralat, kami setuju untuk di Panjakan. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Dad F-PP ini tetap jadinya, ini ada ralat menjadi tidak ada, sehingga
menjadi kosong. Kami Silakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH :
Saudara ketua dan para anggota pansus yang kami hormati.
Kami sepakat bahwa: pe11ama pengetian-pengetian pajak dan
perpajakan ini kita luruskan dan sinkronkan dengan RUU yang sedang
kita bahas, bahkan dengan undang-undang yang sudah ada dalam hal ini
khususnya KUP. KUP memberii definisi tentang pajak.
514
Kemudian yang kedua untuk sekedar klarifikasi, kalau kita berbicara
perpajakan ituadalah segala sesuatu yang berkaitan. Jadi menu ju pada sistim.
Kalau pajak itu jenis Perpajakan ito kalau kita mengatakan perpajakan
itu segala sesuatu dengan pajak. Jadi itu sistim perpajakan nasional dan
tidak pakai sistim pajak nasional, biasanya perpajakan nasional. Di KUP
sepengetahUlL"l kami tidak ada perpajakan" yang ada hanyalah pajak. Yang
ada pajak.
Dengan demikian Saudara Ketua, kami sepakat bahwa supaya kita
tidak kisruh di belakang hari pengertian-pengertian kita betulkan dan kita
luruskan kembali pada tingkat Panja.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Panja.
Maka nomor 27 menjadi Panja Timus. Nomor 27 di Panja.
(RAPAT : SETUJU)
Kemudian kita masuk nomor 28; F-KP tetap, F-ABRI tetap, F-PP, PDI
usul perubahan disesuaikan dengan definisi umum perpajakan dan, kata
"pribadi" diganti dengan kami. Silakan dari F-PP.
F-PP (IR. SALEH KHALID, MM):
Kami usul untuk DIM 28 ini dihapus, karena pengertian w~jib jelas
bagi kita semua dan ini sudah tereantum didalam KUP. Jadi tidak perlu kita
ulang demi azas efisiensi, ekonomisasi kata begitu.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, dari F-PDI kami persilakan.
515
F-PDI (DRS. IGNATIUS SmVARDI ) :
Terima kasih, pak ketua.
F-PDI ada perubahan yang tadinya tetap mengllsulkan perubahan istilah saja, kata "Pribadi " diganti dengan kata "Perseorangan". Jadi seperti di dalam Undang-lIndang lain lain Pribadi itu selalll menggllnakan
kata perseorangan, terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih, ini kita usulkan Panja karena ada sllbstansinya. F-PP.
F-PP (DRS. H.M MUKROM AS' AD) :
Panja Pak.
KETUARAPAT:
Dari F-ABRL
F-ABRI (PUDJlARTO, SE ):
Setuju di Panjakan.
KETUA RAPAT :
Dari F-KP. Setuju di Panjakan.
F-KP( l{ISOM PRASETXO. SH) :
Terima kasih pak ketua.
Sebetulnya substansinya sudah kita setujui hanya masalah dihapus atau tidak dihapus. Jadi substansinya.
516
KETUA RAPAT :
Mengenai perorangan, pribadi diganti dcngan perorangan pak, jadi
Timus.
F-KP (H][SOM PRASETYO, SH) :
Timus.
KETUA RAPAT :
Timus.
F-KP (HISOM PRASETYO, SH) :
Tapi karena ada dari rekan F-PP itu di hapus. Jadi masuk Panja.
KETUA RAPAT :
Jadi masuk Panja. Pemerintah setuju untuk Panja.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 29 "pribadi" tetap, F-ABRI tetap, F-PP dihapus, dan F-PDl
"Pribadi "diganti dengan '''perorangan ". Jadi saya kira panja ini setuju ?
( RAPAT : SETUJU)
Nomor 30. Dari F-KP perlu ditanyakan mengenai reksadana, F-PP
dihapus, dan F-PDI sarna, kata perseorangan lainnya dihapus, F-ABRI tetap, kami persilakan dari F-KP.
517
F-KP ( NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO):
Terima kasih.
Assalamu 'alai/cum. Wr. Who
Dari F-KP memang mcnanyakan tentang masalah reksadana. Karena
satu di dalam KUP itu sendiri kata reksadana itu tidak ada. Jadi ini berarti
baru. Dan apakah juga sudah tidak masuk dengan bentuk Badan usaha
lainnya .. Jadi kemarin kami ingat pada Pajak Daerah jtu juga dibicarakan
tentang badan dan kami ingat mengatakan nanti disesuaikan dengan KUP.
Jadi seandainya begitu bagi kami sudah menerima, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Kami silakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH :
Panjakall kan Pak, termasukjuga kaitannya dengan yang dikemukakan
Ibu Sis kaitannya dengan reksadana. Karena waktu kita membahas RUU
yang scbelumnya ada juga disinggung.
KETUARAPAT:
Terima kasih. Jadi setuju untuk kita Panjakan.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 31. F-KP ini ada beberapa usulan, kami siIakan dari F-KP.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Terima kasih Pimpinan.
518
Dari F-KP mengusulkan alinea pertama. Jadi «Pejabat adaIah pejabat
yang berwenang mengangkat jurusita" disitu dilengkapi, sehingga "Pejabat
adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhcfltikan jurusita
pajak dan seterusnya".
Jadi disini intinya meJengkapi tugas dari pada pejabat tersebut dan hal
ini juga sesuai dengan Pasal 2 ayat (3). Jadi kalau memang disebutkan
mengangkat, saya kira dengan sendirinya juga memberhentikannya semua
dengan "tugas pejabat tersebut pada Pasal 9 ayat (3) angka 1 OJ, terima
kasill.
KETUARAPAT:
Kami persilakan juga ada beberapa catatan dari F-ABRI.
F-ABRI (PUDJIARTO, SE) :
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Usul F-ABRI kata "melaksanakan" diantara kata "perintah dan kata
penyitaan dihapus. Demikian Pimpinan.
Karena setiap surat pt:rintah itu sudah tentu harns dilaksanakan. Jadi
yang mendapatkan surat perintah tersebut hams melaksanakan, contohnya
demikian, surat perintah penyanderaan, mengapa tidak memakai
"'melaksanakan penyanderaan". tapi di dalam RUU adalah "surat perintah
penyanderaan" .
Jadi jurusita melakulk.an penyanderaan. Kemudian di lingkungan
kami sendiri kadang-kadang adanya surat perintah jalan. Jadi berartj yang
bersangkutan hams melaksanakan perjalanan. Kemudian surat perintah
tugas, perintah untuk melaksanakan tugas. Oleh karena itu surat perintah
untuk me:laksanakan penyitaan disarankan kata "me:laksanakan" dihapus,
menjadi "surat perintah penyitaan".
519
Demikian, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, kami lanjutkan dari F-PP.
F -PP (lR. H.M. SALEH KllALID, MM) :
Kami untuk DIM 31 ini mengusulkan penyempumaan redaksional antara kata-kata "surat paksa" dan kata-kata "surat perintah melaksanakan penyitaan" disisipkan kata-kata "surat paksa pengganti". Jadi "surat paksa, surat paksa pengganti". Ini alasannya kami ambil dari Pasal 9 ayat (l).
"Dalam hal terjadi keadaan diluar kekuasaan pejabat surat paksa pengganti dapat diterbitkan oleh pejabat karenajabatannya". Jadi kami sisipkan ini.
Kemudian yang kedua; setiap kata "penanggung pajak" dalam hal ini
ditambah kata "wajib pajak". Untuk mempertegas.
Kemudian yang ketiga, setelah kata-kata "peraturan perundang
undangan" di~mbil kata "perpajakan", maksudnya untuk mempertegas konteks perundang-undangan disini adalah masalah perpajakan.
Jadi pada halaman 10 DIM dapat dilihat setelah perubahan ini.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, kami silakan dari F-PDI.
F-PDI (HANIPJOJO PUTRO, SH):
Terima kasih Pak Ketua.
520
Dari F-PDI itu ada suaIu pertanyaan, disampingjuga ingin mengingatkan
yang nantinya di belakang itu ada sllatu usulan. Jadi mengenai penyanderaa!l
khususnya. Jadi pertama mengenai pertanyaan; kami ingin tanyakan apakah
tidak sebaiknyajurusita pajak diangkat oleh Menteri atas usul dari pejabat
dan atau kepala daerah untuk tingkat jurusita pajak daerah. Dan mengenai
masalah pengJhapusannya yaitl! mengenai masalah hal penyanderaan supaya
ini dihapus, karenaini usulan mengenai penyanderaan yang prinsipnya dari F-PDI tidak menghendaki adanya penyanderaan.
Dan mengenai masalah alasan daripada yang diangkat oJeh Menteri ini kalau tidak salah sebelomnya. Undang-undaog 1959 itu juga Menteri PaIt:
untuk SK penunjukkannya, dan juga siokron dengan masalah PPNS. Ka1au tidak salah PPNS itu SK daripada Menteri Kehakiman.
Jadi kalau jurusita ditunjuk atau diangkat oleh Menteri dalam hal ini juga memiliki suatu hal yang lebih berbobot atau ada satu wibawa dalam
hal ini. Demikian Pak.
KETUA RAl>AT
Terima kasih, melihat iini kami mengharapkan tanggapan Pemerintah
PEMERINTAH :
Saya kira ini hal yang sebenarnya tidak terlalu bersifat teknis. Tapi
kalau Saudara Ketua mau mempanjakan kami tidak keberatan.
Kalau mengenai penyanderaan nanti khusus kita bicara mengenai pasal
penyanderaan tidak disini saya kira kalau sudah sampai disana.
INTERUPSI F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SlI) :
Soal ada pak disini, disini disebut juga ada soal penyanderaan. Jadi
kami ingatkan dulu.
521
PEMERINTAH :
Pemerintah dalam hal ini kalau kita akan kemukakan, Pemerintahakan tetap berpendapat sebagaimana pada waktu kami Tingkat I dan Tingkat II.
Sekali lagi hendak kami ingatkanbahwa penyanderaan adalah upaya
terakhir, dan itu sesuai dengan undang-undang. Memang masyarakat kita
tingkatnya masih demikian,jadi kita tidak bisa hanya terns ternsan beritikad
baik, dan ini bukan wajib pajak yang kecil-kecil, karena menyangkut jumlah yang besar.
Jadi irii betul-betul sekali lagi bahwa penyenderaan mernpakan suatu upaya terakhir dan akan dilakukan betul-betul sangat selektif. Tapi harns ada ini sebagai suatu, dan diharapkan tentunya. Bukan kita itu mau menyandera
orang sepertijuga sebagai perbandingan mengenai mengapa BUPLN lebih efektif. Karena BUPLN diberikan wewenang dalam menangani masalah
utang kepada BUMN-BUMN termasuk Bank Pemerintah. itu lebih efektif mengapa salah satunya, sebab dia mempunyai kewenangan mencekal. Kalau sudah dicekal barn mulai ngangsur Pak. lni pengalaman masyarakat
kita masih tingkatnya begitu.
Jadi harns ada suah. kombinasi antara suatu himbauan, moral suasion dengan suatu law enforcement sampai tingkat law enforcement yang agak
pahit. Tapi ini pertu dilakukan untuk kepentingan nasional.
Jadi sekali lagi kami tetap berpendapat sebagaimana yang telah
kami kemukakan pada waktu penjelasan pemerintah mengenai lembaga penyanderaan dan dcmikian juga pada waktu kami memberikan jawaban pada Waktu Tingkat II pada pemandangan umum fraksi, termasuk disini F
PDI. Sekali lagi penyanderaan adalahupaya terakhir yang akan dilakukan sangat selektif. Dan selanjutnya Saudara Ketlla kami rasa bisa di Panjakan
masalah ini, terima kasih.
522
KETIJARAPAT:
Terima kasih Bapak Menteri. Jadi nomor 31 kita panjakao".
F-PP (IR. ILM. SALEH KHALID, MM):
Ini ada usul redaksicoal.
KETUA RAPAT :
Dapat distetujui itu F-PP, jadi kita Paoja kao.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 32; dari F-KP tetap; dari F-ABRI ada perubahan; F-PP tetap; dari F-PDI penyempumaan redaksional. Kami persilakan dari F-ABRI.
F-ABRI (pUDJlARTO, SE):
Terima kasih Pimpinao.
Usul }'-ABiU kata-k~ta "petugas yang diangkat dan diberhentikan
ol~h pejabat sc;rta petug3s sebCigai" dihapus, m~ligl\pa deniikian ? karena alasan dari r -ABRI kalimat "petugas yang diangkat dan diberhetikat" oleh
pejabat" termasuk dalam salah satu pasal, sehingga tidak perlu diartikan di dalam pengertian ini.
Oleh karena itu F-ABRI menyarankan pengertian juru. sita pajak
adalah pelaksana tindakan penagihan yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, penyampaian surat paksa, penyitaan att\u penyanderaan,
d~mikian Bapak Ketua.
Terima ka~ih.
523
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Kami kemukakan kekhilafan kami tadi, dari F-PP ada usulan perubahan
dihapus, kami persilakan Pak.
F-PP (IR. H. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Kami mengusulkan ini dihapus sarna seperti pengertian tadi pada DIM
namar 29 dan 30, karena pengertiannya sudah jelas tercakup dalam KUP.
Terima kasih.
KETUARAPAT :
Terima kasih.
Kami persilakan dari F-PDI, mengenai penyempurnaan redaksianal,
kami persilakan Pak.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH):
Kami rasa sama Pak Kerua, salila yang terdahulu,jadi Panjakan pak.
KETUARAPAT:
Sehingga dengan demikian Butir 32 kita Panjakan, setuju Pemerintah? Setuju. .
(RAPAT: SETUJU)
Terima kasih.
DIM namar 33 saya kira Panja juga, Setuju DIM namar 33 di
Panjakan, ada usular. dari F-PP dihapus seperti yang terdahulu, setuju.
524
(RAPAT: SETUJU)
Kemudian 34, ada usul p«Ubahan dari F-KP, dari F-ABRI dib,apus,
dari F-PP dihapus dan dariF-PDI tetc:p. Kami persilakan dari F-KP ..
F-KP (HISOM PRASTYO,SH) :
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Pada DIM nomor 34ini F-KP mempunyai pemikiran demikian. Bahwa
istilah Badan Peradilan Pajak ini, di RUU ini disebutkan paling sedikit dua
kali ... Jadi kalau dari segi kaidah pembuatan perundang-undangan memang
perlu disebutkan pengertiannya di dalam Pasal 1 ketentuan umum. Tetapi
kemudian rumusan yang mana 1, begitu, jadi di sini kami tadinya berpikir
ada RUU lain yaitu BPP yang juga membahas dan tcrutama masalah
Badan Peradilan Pajak ini. Tetapi rupanya ini :;eperti anak kembar begitu,
jadi dibuatnya sarna-sarna tetapi lahimya tetap ada selisih begitu. Jadi ini
nampaknya nanti UU tentang Paksa ini duluan dari pada BPP, paling tidak
nomomya kira-kira demikian. Sehingga tentu pengertian di dalam BPP ini
belum bisa dijadikan referensi begitu. Tetapi karena ini perlu ada definisi
atau pengertian resmi yang dimaksud dengan Badan Peradilan Pajak ini
tentu harus dicari dan dicariny& ini kami berpikir ber~al dati jler.Jlldang
!.Jnd~g3n y~ng sudah ada Yaitu ad~ di dalam KUP P~al 27, tetapi di
situ masih pengertian genes dengan huruf keeil, "badan Peradilan !lajak"
masing-masing hurufkeeil,jadi belum merupakan nama diri. Kami, masih
mempertimbangkan mungkin f?erdasarkan diskusi nanti, apakah akan
mengambil dari KUP yang nanti berakibat pada perubahan DIM pada pasal
yang bersangkutan deng~n BPP yaitu Pasal 34 d:m Pasal 37. Sehirigga kami menyarankan agar masalah ini diteruskan ke Panja.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-KP, dari F-ABRI bi usul dihapus.
525
F-ABRI (pUDJlARTO; SEl: ,.-
Dari F-AHRI memang diusuUr.an untuk dihapus~ mengapa demikian. Alasannya adalah karena Bad:m Peradilan Pajak ini kan selarrang ini sedang disiapkan RUU-nya. Sehingga nantinya apabila diundangkan berarti masyarakat bisa membaca langsung pada UU Badan Peradilan
Pajak, demikian. Kalau akan diPanjakan kami setuju.
Terima kasih.
KETUA RAP AT :
Terima kasih dari F-ABRI, dari F-PP.
F-PP (IR. H. H.M. SALEH KHALID, MM).
Kamijuga usulkan dihapus karena inijustru nanti lebihjelas di dalam
UU nya sendiri, jadi di Panjakan Pak.
KETUARAPAT:
Dari F-PDI teta;>. kami persilakan dari Pemerintah.
PE:IHElUNTAH :
Setuju oi Panjakan Pak:
KETUA RAPAT:
Baik, nomor 34 kita Panjakan.
(RAPAT: SETUJU)
Kemudian nomor 35, !-:ami persilakan dari F-PP.
526
F-PP (IR. H. H.M. SALEH KHALID, MM)
F-PP mengusul kan penyempumaan redaksional, dimana antara kata
"dalam" dan kata "surat ketetapan pajak" disisipkan kata-kata "surat tagihan
pajak" dan memang "tentang surat tagihan pajak" ini sudah jelas terurai
dalam pasal-pasal dalam UU ini. Setelah kata "perundang-undangan"
ditambah kata "perpajakan" untuk memperjelas konteks undang-undangnya
Pak. Sehingga setelah perubahan seperti yang bertera dalam DIM ini.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih F-PP, kemudian F-PDL Ini mengharapkan penjelasan.
Kami persilakan F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, S.H) :
Terima kasih Pak Ketua.
Dari F-PDI hanya mohon penjelasan supaya dijelaskan yang dimaksud dengan "surat sejenisnya yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku". Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, kami persilakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH(DIRJENPAJAK) :
Perlu dijelaskan, bahwa yang dimaksud dengan "surat sejenisnya" itu
termasuk misalnya Surat Tagihan Pajak sebagimana yang diusulkan oleh
F-PP itu temlasuk, bisajuga putusan surat sejenis itu meliputi surat putusan
527
keberatan yang menyebabkan pajak yang hams dibayar bertambah. Hal-hal seperti itu semuanya meliputi dalam ketentuan luas sebagai hal-hal yang
sifatnya mengikat kepada wajib pajak, mempunyai kekuatan hukum seperti halnya surat ketetapan. Tetapi jeninya ada tagihan ada tagihan tambahan
dan sejenisnya tadi.
Demikian Pak rafisifikasi yang dapat diberikan untuk kedua pertanyaan
tadi, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Karoi persilakan dari F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, S.H) :
Cukup je las PakKetua.
KETUARAPAT:
Kalau sudah cukup jelas, maka ada dari. PPP tadi ini Panja Timus apa
bisa disetujui ?
(RAPAT: SETUJU)
Terima kasih.
Butir 36, dari F-PP kami persilakan.
F-PP (IR. H. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Untuk DIM nomor 36, kami juga mengusulkan penyempurnaan redaksional, dimana antara kata "dan" dengan "tahun pajak" disisipkan
kata-kata "mengenai masa pajak atau", sehingga berbunyi : "seluruh utang
pajak dari semua jenis pajak dan mengenai beberapa masa pajak atau tahun
pajak""
528
Kemudian setelah kata-kata "penanggung pajak" ditambah kata-kata
''wajib pajak" seperti usul kami yang terdahulu.
Sehingga lengkapaya usulam kami setelah perubahan sebagaimana
tertera pada DIM ini. Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT :
Kami kira ini hampir sarna yang terdahulu, yaitu Panja-Timus, apa
dapat disetujui ?
(RAPAT: SETUJU)
Terima kasih.
Kemudian butir 37, Kami persilakan dari F-ABRI.
F-ABRI (PUDJIARTO, SE) :
Terima kasih Pimpinan.
Usul dari F-ABRI kata-kata ''termasuk sanksi administrasi berupa bunga denda atau kenaikan" dihapus, alasannya demikian. Pcngertian
utang pajak sudah tercantum pada nomor 9, dan nomor 9 ini dimana
pengertian utang pajak adalahpajak yang masih harus dibayar termasuk
sanksi administrasi berupa bunga denda atau kenaikan. Oleh karena itu
agar tidak berulang kali menyebutkan masalah ini, F-ABRI mengusulkan
untuk dihapus" Sehingga setelah perubahan seperti apa yang tertera pada .
DIM F-ABRI. Terima kasih;
KETUARAPAT:
Terima kasih dari F-ABRI.
529
Kami persilakan F-PP.
F-PP (IR. H. H.M. SALEH KHALID, MM) :
F-PP mengusulkan penyempuroaan redaksionaI dimana setelah kata
"perintah dan membayar" disisipkan bfa-kala "kcpada penanggung pajak"
supaya jelas sasarannya. Kemudian setelah akhir kalimat ditambah katakata "yang mempunyai kekuatan eksekutorial". Sehingga setelah perubahan
lengkapaya : "surat paksa adalah surat perintah kepada penanggung pajak untuk membayar pajak tennasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda
atau kenaikan dan biaya penanggung pajak yang mempunyai kekuatan eksekutorial". Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Kami persilakan kepada Pemerintah.
PEMERINTAH :
Terima kasih.
Terhadap usul F-ABRI layak untuk dipertimbangkan nanti bisa dibawa, diperjelas di Panja untuk menghapuskan kata tadi tennasuk sanksi, sementara dari F-PP dapat dijelaskan Bahwa itu sudah diatur yang
diusulkan dalam Pasal 7, sudah ada dalam Pasal 7 RUU ini. Demikian penjelasan kamL Terima kasih.
KETUARAPAT:
Kami kira kaiau dengan demikian, maka ini kita Panjakan.
530
F-ABRI (pUDJlARTO, SE) :
Kami setuju Pak.
(RAPAT: SETUJU)
KETUA RAPAT :
Nomor38.
F-KP tetap. F-ABRI Kami persilakan.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Usul F-ABRI kata "melaksanakan" diantara kata "perintah" dan kata
"penyitaan" dihapus, alasan seperti apa yang kami kemukakan terdahulu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-ABRI.
Kami persilakan kepada F-PDI yang ingin mendapatkan penjelasan
apa yang dimaksud dengan "biaya-biaya lainnya". Kami persilakan Pak.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, S.H) :
Terima kasih.
Di dalam rangka 38 itu sudah tercantum banyaknya biaya Pak, yaitu
sudah terinci "biaya penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, pengumuman lelang, pembatalan'" >
531
lelang dan biaya lainnya" itu yang dimaksud itu apa Pak. Sehubungan
dengan penagihan pajak ini mohon penjelasan yaitu yang dirnaksud dengan "biaya-biaya lainnya" itu. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Kami persilakan Pemerintah.
PEMERINTAH :
Biaya lainnya itu contohnya biaya saksi dan mungkinjuga nanti akan ada lagi kan kita tidak tahu dalam pertemuannya. Tetapi yang jelas karena
ini adaiah temlasuk biaya saksi..
Sedangkan mengenai istilah tadi nanti dapat di Panjakan yang diusulkan oleh F-ABRI meskipun dapat kami sampaikan bahwa istilah itu
sebetulnya istilah yang sangat baku itu dan sudah dipakai sedemikian rupa tanpa menyulitkan kata "melaksanakan". Jadi sudah konsisten dan sinkron
dengan UU dan sistem yang berlaku sekarang ini. Saya kira maknanyajuga
tidak berkurang apa-apa.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Dengan demikian apa dapat disetujui ini di Panjakan? Setuju?
F-PDI kami persilakan.
F-PDI (HANDJOJOPUTRO, S.H):
Terima kasih.
532
Disamping biaya saksi apa lagi kira-kira apakah masih banyak
atau biaya saksi saja. Kalau hanya sekiranya hanya satu saja sebaiknya
dimasukkan saja sekaligus disini Pak.
Jadi tidak ada lainnya itu .. Saya takutnya nanti tidak ada kepastian di
sini mengenai biaya ini. Terima kasilt.
KETUA RAPAT :
Kami persilakan Pemerintah Pak.
PEMERINTAH :
Bisa juga Pak misalnya biaya mellitipkan barang tentunya kita tidak
mengada-ada tetapi dalalll pcrkcmbanganllyabisa macam-macalll. Jadi
memang biaya menitipkan barang lllisainya. Nanti bisa juga ada yang
lain, terus terang saja kadang-kadang ini susahjuga untuk menebak secara
persis tetapi kemungkinan-kemungkinan itu kita coba tampullg nanti
bisa di definisikan misalnya tidak di luar yang berkaitan dengan itu bisa
ditambahkan begitu, Panjakan saja kalau kami mengusulkall Pak. Terima
kasilt.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Tetapi kita tanyakan dulu, F-PDI apa sudah puas denganjawabannya Pak.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, S.H) :
Kalau bisa mohon nanti yang lain-Iainnya itu kalau bisa diantaranya
juga bisa penjelasan kalau bisa Pak. Terima kasih.
533
KETUA RAPAT :
Maka dengan demikian nomor 38 kita Panjakan.
(RAPAT : SETUJU)
Kita memasuki nomor 39, kami persilakan dari F-ABRI.
perundang-undangan yang berlaku" dihapus. Mengapa demikian. brena
dalam pelaksanaannya tetap melakukan penyitaan mesti berdasarbn
perundang-undangan yang berlaku. Tidak mungkin akan menyimpang dati perundang-undangan yang berlaku.
Oleh karena itu dalam pengertiannya jni tidak perIu mencantumbn
menurut ketentu:m perundang-undangan yang berlaku. Terima kasilL
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-ABRI, kami persilakan dari F-PP.
F-PP (IR. H. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Seperti usul terdahulu setelah kata "penanggung pajak" ditambah wajib
pajak" begitu saja usul kami. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Kami usulkan butir 39 ini di Panja Timus kan, setuju Pemerintah 1.
(RAPAT : SETUJU)
Kemudian butir 40, F-PP dihapus, jadi ini diPanjakan saya k~
mungkin ada penjelasan.
534
F-PP (IR. H. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Ini karena pengertian-pengertian obyek sita setemsnya seperti
terdahulu, kami pikir sudahjelas didalam UU ini sendiri.
Jadi kalau dijelaskan lagi disini sehingga kurang bagus. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Kami usulkan ini sepelti yang terdahulu kita Panjakan.
(RAPAT: SETUJU)
Kemudian butir 41, saya kim sarna ini, setuju untuk di Panjakan.
(RAPAT : SETUJU)
Kemudian kita masuk DIM 42, saya kirajuga Panja.
(RAPAT : SETUJU)
DIM nomor 43 saya kira sudah tetap semua. Jadi ini kalau istilah terdahulu ini oke. Kemudian DIM nomor 44, kami persilakan dari F-PP.
F-PP (IR. H. H.M SALEH KHALID, MM) :
Usul kami setelah akhir kalimat ditambah kalimat "sesuai dengan
pemndang-undangan yang berlaku" sebagaimana tertera disini usul penyempurnaan kalimat. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
535
Oleh karena yang lainnya te:tap, maka kami usnikan ini illntuk di Panja
untuk terus di Timns, setnju Panja Timns ?
(RAPAT: SETUJU)
Butir 45, Kami persi!akan dari F-ABRI.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Dari F-ABRI mengusulkan agar rumusan penyanderaan Ini
disempumakan karena menurut pengertian dad F-ABRI, ini rnasih belnm
paslah. Oleh karena itu kami berpendapat bahwa pengertian penyanderaan
ini lebih dilengkapilah, demikian. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih F-ABRI.
Kemudian kami persilakan dari F-PDI bntir 191m dihapus, kami
persilakan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, S.H) :
Terima kasih Sandara Ketua.
Seperti yang terdahulu dan juga kemudian nanti mengenai masalah hal ini memang F-PDI memiliki sikap yang serius. Soainya pada hakekatnya
itu penyanderaan adalah suatu hukum badan yang tanpa proses peradilan dan tanpa adanya suatu hak untuk membela diri dan juga merupakan ekstra judicial yang sifatnya amnesti negara. Sehingga kalau dipaksa dimasukkan
khawatir dari F-PDJ, itu merupakan hal yang langkah mundur Pak. Jadi sebenarnya tindakan penyaderaan yang hubungannya dengan llang ini sudah
ketinggalan jaman. Seperti tadi Pak Menteri juga walaupun menyatakan
536
bahwa itu merupakan akhir. Namun di dalam RUU di sini sudab kami !ibat
ada upaya yang paling akhir yaitu adalab sita paksa dan seketika sekaligus,
saya kira sudah cukup akhir itu. Apalagi di sini nanti dikemudian bari ada
syarat-syarat yang bersifat kualitatif maupun yang sifatnya kuantitatif, ini
sangat membingungkan dalam rangka pelaksanaan hukum ini Pak.
Untuk inilah F-PDI mengharapkan supaya nanti di Panja dalam bal penyenderaan ini di balms secara serius, karenaini menyang-kut hak-bak
asasi menusia juga Pak dan juga menyangkut masalah kepastian hukum, karena kalau tidak salah ada suatu syarat di sini adanya etiket yang tidak baik, ini adalah suatu pertimbangan peradilan bukan pertimbangan amnesti
negara. Sehillgga kalau dipaksakan di sini nallti F-PDI khawatir adalah adanya suatu diskrirninatif dan juga kesewenang-wenangan eksesnya
nanti. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih dari F-PDI, dari Pemerintah kami persilakan.
PEMERINTAH :
Saudara Ketua,
Kami usulkan di Panjakan nanti kami bisa menambah penjelasanpenjelasan kami. Terirna kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pemerintah.
Jadi butir 45 kami minta kepada F-KP usul dari Pemerintah untuk di
Panjakan.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Setuju.
537
KETUARAPAT:
F-KP setuju, maka dengan demikian saya kira setuju untuk di
Panjakan.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor DIM 46, kami persiIakan dari F-KP.
F-KP (NY. HJ. OETARTI SOEWASONO, SH):
Dari F-KP setelah melihat batang tubuh dari RUU tersebut, maka kata
"sanggahan" itu tidak ditemukan, maka kata istilah kata "sanggahan" itu
tidak ditemukan di dalam RUU tersebut, apakah ini relevan dirnasukkan
di dalam ketentuan umum. Namun apabila kita melihat kepada KUP yaitu
pada Pasal 23 ayat (2) istilah "sanggahan" tersebut disebutkan dan juga
pada UU Nomor 19 Talmn 1959, juga istilah "sanggahan" itu disebutkan
khususnya pada Pasal 13 ayat (1 ). Ini mohon dikaji lebih lanjut pada forum,
Demikian. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih dari F-KP, dad F-PP usulnya dihapus, kami persilakan.
F-PP (IR. R H.M. SALEH KHALID, MM) :
Sebagaimana beberapa DIM-DIM terdahulu ini dihapus karena
pengertian gugatan ini sudah jelas di dalam undang-undang itu sendiri.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
538
Dari F-ABRI tetap, dari F-PDI ini sistimatika, maka kami usulkan ini
di Panjakan, dapat disetujui ?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor DIM 47, ini oke.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor DIM 48, juga oke.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor DIM 49, kami lPersilakan dari F-ABRI.
F-ABRI (pUDJlARTO, SE) :
Terima kasih Pimpinan.
Dari F-ABRI dalam usulnya adalah menambah kata "pajak" diantara
kata "penagihan" dan kata "dilaksanakan". Alasannya adalah hanya
sebagai penekanan atau lebih jelas penagihannya adalah penagihan pajak,
demikian.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-ABRI, kemudian dari F-PDI hanya rumusannya
saja tetap, dan butir 23 menjadi butir 22.
Kami persilakan dari·Pemerintah Pak.
539
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK) :
Setuju juga Pak kalau mau menambahkan kata "penagihan" ditambah
"pajak" seperti yang diusulkan begitu tidak ada masalah.
Sebab artinya juga karena memang penagihan ini jelas penagihan pajak
pak.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Kami persilakandari F-KPuntukmenanggapi, oleh karenaPemerintah
sudah untuk penarnbahan kata "pajak" dalarn arti penagihan pajak, kami
persilakan dari F-KP.
F-KP (IllSOM PRASETYO, S.H) :
Bapak Ketua, ini memang rekan ABRI ini suka micing. Jadi jeli ini
pak. Memang di dalam RUU ini menggunakan istilah-istilah yang lengkap
begitu, misalnya surat setoran pajak, surat tagihan pajak, surat ketetapan
pajak. Jadi saya rasa konsistensi dengan ini karni setujui. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Dari F-KP setuju untuk penambahan kata "pajak", karni persilakan dari F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, S.H) :
Dari F-PDI berpendapat bahwa tidak ada kelirunya pak, yang dulupun
540
tidak salah, jadi sama-sama benar. Namun bagaimana yang lebih baik, F
PDI selalu mendukung Pak.
Terima kasih.
KETUA RA.PAT :
Jadi kalau tidak keliru itu tandanya oke: Pak ya, kami persilakan dari
F-PP.
F-PP (ffi- H. H.M- SALEH KHALID,. MM) :
Setuju Pak.
KETUA RAPAT :
Maka dengan demikian, nomor 49.
F-KP (ABDULLAH ZAINI, SH) :
Sebentar Paik, ada usulan dari F-ABRI untuk menambah dua butir baru,
butir 24 dan butir 25, yaitu "penagihan pajak adalah" dan "barang adalah"
itu apa masih ada atau sudah diralat. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak.
Maksud kami itu kita selebaikan yang atas dulu, 23 dulu. Jadi dengan
demikian setelah perubahan: Pemerintah Daerah adalah Pemerintah
Daerah yang wilayah hukumnya meliputi tempat tindakan penagihan pajak
dilaksanakan". lui tadi oleh P'emerintah telah disetujui dan Fraksi-fraksipun
menyetujuinya.
(RAPAT: SETUJU)
541
Kemudian dari F-ABRI juga ada mengusulkan mengenai istilah
"penagihan pajak adalah" dan 25 "barang adalah" kami persilakan Pak.
F-ABRI (pUDJlARTO, SE) :
Dari F-ABRI mengusulkan pengertian penagihan pajak dan penagihan
Judul RUUini adalah Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Pengertian
surat paksa sudah ada dalam KUP, walaupun dalam KUP ini nantinya
mungkin ada perubahan. Karena sesuai dengan UU Nomor 19 Tahun 1959.
Kemudian judulnya adalah Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, dimana
surat paksa sudah ada pengertian, namun penagihan pajak belum ada
pengertian. Oleh karena itu F-ABRI mengusulkan agar penagihan pajak
juga mempunyai pengertian di dalam Pasal 1 tersebut, dan rul11usan kal11i
serahkan kepada Pemerintah.
Kel11udian yang kedua, masalah pengertian barang, kalau dilihat dalam
batang tubuh, bta-kata "barang" itu banyak sekali.
Alangkah baiknya apabila pengertian barang juga dimasukkan dalam
Pasal 1. Jadi adallya suatu pengertian apa yang dil11aksud dengan barang.
Demikiall dad Fraksi ABRI, Teril11a kasih.
KETUA RAPAT :
Teril11a kasih kepada Fraksi ABRI. Kal11i persilakan kepada
Pemerintah.
PEMERINTAH :
Di Panjakall saja pak. Terltl11a kasih.
542
KETUARAPAT:
Apakah Fraksi-fraksi setuju untuk di Panja kan? Pak Zaini, F-PP, F
PDI. Maka nomor 49 di-Panja kan.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 50 kami kira ini oke;
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 51 oke
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 52 ada usul perubahan dari F-KP. Kami persilakan dari F-KP.
F-KP (NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SII):
Terima kasih Saudara Pimpinan;
F-KP untuk nomor 52 ini hanya mengusulkan perubahan struktur kalimat saja, sedemikian rupa sehingga menjadi "pejabat" didahulukan. Jadi kalimat yang baru adalah "pejabat untuk penagihan pajak pusat ditunjuk oleh Menteri". Kami setuju apabila ini diangkat ke Panja-Timus. Juga sesuai dengan judul dari Bab n. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih;
. Jadi oleh karena dari usul perubahan F-KP setuju untuk di Panja Timuskan, maka saya harap dapat persetujuan untuk di Panja Timus kan.
(RAPAT :SETUJU)
543
Nomor 53, kami persilakan dari F-KP··
F-KP (NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SH):
Dari F-KP sarna dengan nomor 52 untlllk di Pan ja-Timus-kan disesuaikan
dengan JllIdllll Bab II itu. Terima kasih.
KETUA RAPAT
Terima kasih;
Dari F-PDI kami persilakan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH):
Seperti yang terdahulu Bapak Kctua;
Disini F-PDI mengusulkan agar Menteri lah yang berwenang menu nj uk
pejabat untuk penarikan pajak daerah, nanHIn atas usul Kepala Daerah.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Kal1li persilakan kepada Pel1lerintah;
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK):
Terima kasih Bapak Ketua;
Mengenai penunjukkan pejabat oleh Menteri atas usul Kepala Daerah.
Pemerintah Memang terus terang kurang sependapat, karen a jUl1llah
pejabat cukup banyak dan pengangkatan oleh Menteriini dikhawatirkan
abn menambah beban kerja yang cukup banyak kepada Menteri, apalagi
ini melipllti daerah yang sangat luas. Apalagi yang llntuk Kepala Daerahini
544
adalah memangjuga hanya terhadap pajak-pajak yang dalam yurisdiksinya
dia sendiri, yurisdiksinya Pajak Daerah.
Oleh karena itu sebaiknya karena PCl:.jak tadi Dati l, Dati ini kepada
daerahnya masing-masing, yang Pemerintah Pusat oleh Menteri Keuangan
itu betul. Demikian pertimbangannya, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih dari Pemerintah;
lni ada duajalan, Panja atau Panja-Timus, kalau sekiranya dari F-PDl
sudah setuju makaini akanjadi Panja-TimlUs. Kami persilakan dari F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH):
Mohon di Panja kan saja dulu, Pak.
KETUA RAPAT:
Dapat disetujui untuk di Panja kan ?
(RAPAT: SETUJU)
Kemudian nomor 54, kami persilakan dari F-KP semula ada perubahan
menjadi tetap. Kami persilakan dari F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH):
Sama dengan yang di atas yaitu Panja, namun adajuga disini mengenai
masalah "dalam" diganti "pada", ini redaksional pak.
KETUA RAPAT:
Kami usulkan ini untuk di Panja kan? Apakah dapat disetujui?
545
(RAPAT: SETUJU)
Terima kasih. Nomor 55, kami persilakan dari F-KP.
F-KP (NY. HARTOO MOCHTAR·KASRAN, SH):
Dari F-K,P hanya mengenai penulisannya saja karena di ayat (3) itu
disebutkan di angka 3 nya itu sedemikian rupa,kalau di dalam nomor 55 ini
ditulis dengan satu gandul atau dua gandul dan sebagainya, kami usulkan
diganti dengan huruf ahuruf b dan seterusnya.Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Kalau begitu kami usulkan ini untuk di' Panja-Timus-kan, dapat disetujui?
(RAPAT: SETUJU)
Kita sampai ke nomor 56, mengapa kami tertarik, karena main paksa
paksa ini Pak, Sural Paksa. Fraksi PDI?
F-PDI (DRS. IGNATIUS SUWARD!):
Nomoi" 55 itu dituliskan menertibkan, yang dimaksud menerbitkan, di
dalam DIM NomoI" 55 yang tertulis angka 2, meneltibkan itu yang dimaksud
adalah menerbitkan. Sekian Pak, hanya sekedar mengingatkan saja.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Bapak Suwardi;
Makanya kita ke Panja-Timus-kan supaya urusan "menertibkan"
digantikan dengan "menerbitkan" juga dapat disebabkan disana nanti.
546
Terima kasih.
Kemudian Nomor 56, F-KP semula kosong menjadi, dua jadi Surat
Paksa, tetap. Kepada F-PP, kami rersilakan.
F-PP (IR.H.M. SALEH KHALID, McVl):
F-PPmengusulkan penambahan garis miring Surat Paksa pengganti.
Jadi b. Surat PaksaiSurat Paksa Pengganti.. Terirna kasih.
KETUA RAPAT;
Karni persilakan kepada Pemerintah;
PEMERINTAH:
Saya kira di Panja kan saja Pak.
KETUARAPAT:
Dengan Demikian nornor 56 kita Panja kan.
(RAPAT: SETUJU)
Nornor 57, dari F-KP tetap jadinya, dari F-ABRI usul perubahan. Karni persilakan.
F-ABRI (PUDJIARTO, SE):
lni sarna dengan yang terdahulu kata "rnelaksanakan" dihapus, alasannya seperti yang terdahulu juga. Terirna kasih.
KETUA RAPAT:
Jadi dengan dernikian ini untuk di Panja kan dan untuk diteruskan ke Tirnus, jadi Panja-Tirnus. Apakah setuju?
547
(RAPAT: SETUJU)
Terima kasih.
Nomor 58, kami persilakan dari F-PDI karena ada usul huruf "d"
dihapus. Silakan kepada F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH):
Sama dengan di atas Pak, mohon di Panja kan. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Dengan demikian nomor 58 pun di Panja kan. Apakah dapat
disetujui?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 59, ini diusulkan untuk di Panja-Tiimus-kan?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor60 oke
NomoI' 61, kami persilakan dari F-ABRI.
F .. ABRI (PUDJIARTO, SE):
F-ABRI-dalam DIM nomor 61 mengusulkan ayat (1) dihapus.
sebetulnya ada perubahan ini?, setelah perubahan ini yang tertulis harusnya
di DIM nomor 62.
Baik,jadi ayat (I) dihapus, sebagai alasan bahwa ayat (I) pengertiannya
sam a dengan Pasal 2 ayat (3) butir I yang bt:rbunyi "pejabat berwenang
548
mengangkat dan memberhentikan jurusita Pajak". Dan pada Pasal 3 ayat
(1) "jurusita pajak diangkat dan diberhentikan oleh pejabat", ini b(~raIii
sarna, hanya perbedaannya satu kalirnat aktif, satunya kalirnat pasif. Oleh
karena itu, F-ABRI rnenyarankan untuk dihapus.
Selanjutnya ayat (2) diisernpurnakan rnenjadi Pasal 3. Pasal 3 hanya
satu butir saja, tidak ada ayat (1) dan ayat (2), ayat (2) disempurnakan.
Dan bunyinya dernikian "syarat-syarat dan tata cara pengangkatan dan
pernberhentian sebagai jurusita pajak ditetapkan dengan Keputusan
Menteri". Memang dalarn RUU hanya pengangkatan dengan syarat-syarat,
tetapi usul F-ABRl ditarnbah dengan "tata cara" dan juga "pernberhentian"
yang rnenarnpung dari ayat (1).
Dernikian saran dari F-ABRl, terirna kasih.
KETUA RAPAT:
Terirna kasih dari F-ABRl.
Dari F-PDI saya kira tadi harnpir sarna dengan terdahulu" Karni
persilakan kepada Pernerintah.
PEMERINTAH:
Di Panja kan saja Pak.
KETUA RAPAT:
Jadiusul Pernerintah, Panja? Dapatkah disetujui ini untuk di Panja kan.
(RAPAT: SETUJU)
Nornor 62, kami persilakan dari F-KP
549
F-KP(NY. BARTOO MOCHTAR KASRAN, SH):
Oisini F-KP ingin mengemukakan pertanyaan, apa s~a syarat-syarat untuk diangkat dan diberhentikan sebagai jurusita pajak. Oi dalam Penjelasan pasal disebutkan cukup jelas, namun kiranya untuk syarat-syarat
yang akan ditetapkan oleh Keputusan Menteri, menurut F-KP seyogyanya
didalam BatangTubuh ini disebutkanjuga syarat-syarat tersebut, Sehingga Keputusan Menteri hanya sekedar sebagai penjabarannya saja.
Jadi substansi, syarat-syarat itu ditetapkan dalam Batang Tubuh, oleh karena itu Fraksi kami menanyakan syarat-syarat itu apa saja?
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih kepada F-KP;
Kami persilakan kepada Pemerintah untuk dapat memberikanjawaban terhadap pertanyaan F-KP Silakan kepada Pemerintah.
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO): ,
Kami tadi sudah sampaikan bahwasanya ini nanti dibicarakan di Panja tetapi didalam kaitannyadengan pertanyaan mengenai masalah syarat-syarat tadi, yang nanti akan dibiearakan di Panja, bahwasanya jurusita pajakini
berijazah serendah-rendahnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, berpangkat serendah-rendahnya golongan II/a, berumur setinggi-tingginya 45 tahun fakta saat diangkat diangkat menjadi jurusita,"berbadan sehat dan tidak
caeat fisik dan sebagainya. Kemudian akan diberhentikan dalam hal yang bersangkutan meninggal dunia, pensiun atau berdasarkan pertimbangan tertentu, dianggap tidak cakap, dimutasikan dan setcrusnya.
Saya kira itu, tcrima kasih.
550
KETUA RAPAT:
Terima kasih dari Pemerintah;
lni ada usul untuk kita Panja kan. Kami persilakan dari F-PP.
F-PP (DRS.HM. MUKHROM AS' AD):
Ada tambahan, memang ini terkait dengan usul F-ABRI yang pertama
tadi. Saya kira disini, karena tadi sudah di Panja kan,jadi Pasal3ini untuk
jurusita pajak, itu mengatur masalah kedudukan dari pada jurusita itu. Maka ayat (1) p,erlu dirumuskan seperti sekarang ini, kedudukanlah, fungsi
kedudukan, kemudian kedudukan itu lengkap dengan ayat (2) termasuk
syaratnya itu. Jadi untuk sebagai bekal nanti di Panja,jadi ayat (\) dan ayat
(2) di Panja kart semua. Jadi kenapa ayat (1) ini mengapa demikian, ok:h karena ini menyangkut masalah kedudukan dari pada juru sita itu.
Saya kira demikian, terima kasih.,
KETUA RAPAT :
Terima kasih;
Maka nomor 62 satu paket dengan nomor 61 kita Panja kan.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor63,oke,tidak ada masalahNomor<l4, kami persilakan dari F-KP.
F-KP (DJlMANTO):
Terima kasih;
Nomor 64 ini F-KP mempunyai pikiran akan membuat satu Undang-
551
undang yang arif dan kita inelihat kenyataan bahwa masyall"akat: Indonesia
berbhineka, oleh karena itu kami mengusulkan adanya sumpah atau janji dan dibelakang agamanya dicantumkan atau kepercayaannya karcna ada yang disamping beragamajuga berkepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Demikian Bapak Ketua" terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih dari F-K.P;
Tadi kita· memang kaget Pak, dimana kami pernah dengar suara ini, rupanya kami satu khas Pak. Kami persilakan dari F-ABRI.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE):
Dari F-ABRI mengusulkan, yang peliama kata "menjalankan tugasnya" diganti dengan "memangkujabatannya". Alasannya
Demikian, kalau masalah tugas itu kalaujurusita pajakilni kan tugasnya melaksanakan penyitaan, penyanderaan dan sebagainya. Kalau setiap
melaksanakan tugas disumpahini saya kira berkali-kali di sumpah. Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa memangku jabatan, jadi sumpah
jabatan, bukan sumpah tugas. Karena tugas juntsita ini banyak sekali.
Oleh karena itu, F-ABRI berpendapat bahwa "menjalankan tugasnya" diganti dengan "memangku jabatannya". Kcmudian penambahan kata
"w;:u ib" diantara kata "pajak" dan "diambil", ini lebih menekankan suatu kewajiban.
Kemudian setelah kata "agamanya" ditambahkan kata "atau
kepercayaannya". Saya kim ini sudah berlaku secara umum, oleh
karena itu F-ABRI menyarankan secara lengkap, demikian.
Terima kasih.
552
KETUA RAPAT:
Terima kasih dari F-ABRI;
Karena yanf, dua tetap, kami serahkan kepada Pemerintah.
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO) :
Terima kasib Bapak Ketua;
Dalam kaitannya dengan masalah mengenai "memangku jabatan'"
tadi, untuk diketahui bahwa jurusita pajakini sebenarnya hanya petugas
pelaksana saja dan disumpah hanya sekali pada saat pelantikannya., tidak
pada setiap saal melaksanakan tugas. Jadi yang bersangkutan adalah
petugas fungsional disumpah menjadi juru sita, dan mengenai sumpahnya
itu sendiri mengilkuti sumpahjuru sita pada Pell1gadilan Negeri sebagaimana
ditentukan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986, Jadi kita kutip
dari situ. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih dari Pemerintah; Kami persilakan dari F-KP.
F-KP (DJIMANTO):
Kamijuga mengikuti Undang - undang Nomor 5 Tahun 1986 mengenai
PTUN dan Undang - undang Nomor 14 Tahun 1985 mengenai Mahkamah
Agung. Kami usul untuk di Panja kan saja ini Pak.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Dari F-ABRI.
553
554
F-ABRI (pUDJlARTO, SE):
Setuju di Panja kan i Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Dari F-PP, Silakan.
F-PP (IR 8M.SALEH KHALID, MM):
Di Panja kan, Pak.
KETUA RAPAT:
Dari F-PDI, Silakan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO.SH):
Setuju di Panja kan, Pak.
KETUA RAPAT:
Dari Pemerintah, Silakan.
PEMERINTAH;
Setuju.
KETUA RAPAT:
Maka nomor 64 kita Panja kan.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 65, kami persilakan dari F;.KP.
F-KP (DJIMANTO):
Terima kasih, Pak;
RAHAYU:
Bunyi sumpah dan janji ini kelihatannya perlu penjelasan, nanti pada
waktu kita menyumpah. Ketua BPP, WaHl Ketua BPP, Hakim, bunyinya lain dengan jurusitaini. Kalau disana itu bunyinya "saya bersumpah
berjanji" disini, di RUUini, "saya bersumpah berjanji ini . .ini . .ini, "saya
bersumpah dengan ini .. ini ... setiap kali bersumpah dalam butir-butir. tapi di
jurusita sana di BPP saya bersumpah itu sekali lalu berikutnya, bahwa saya
ini, bahwa saya ini, bahwa saya ini.
Kami perlu penjeJasan perbedaan ini, apakah mengandung dampak
atau tidak dari Pemerintah,kalau tidak diseragamkan saja.Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih;
Oleh karena F-ABRI., F-PP dan F-PDI Jadinya tetap, kalau tidak
salah,ini ralat DIM F-ABRI menjadi tetap. Apakah betul itu, F-ABRI?
F-ABru (pUDJIARTO.SE):
Memang diralat, Pak, menjadi tetap. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Maka, kami kembalikan kepada Pemerintah apakah di Panja kan?
PEMERINTAH:
Va.
555
KETUA RAPAT:
Maka nomor 65 Panja
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 66, kami persilakan dari F-KP
F-KP(DJIMANTO) :
Sesual dellgall llomor terdahulu, kami illgill· satu sistem yang
sederhalla saja. Saya bersumpah dan berjallji itu sekali diucapkall pada
waktu permulaall. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Maka dellgan demikian, kami usulkall nomor 66 juga di Panja
kan, apakah setuju?
(RAPAT : SETUJU)
NOl11or 67, saya kira juga sama untuk kita Panja kan. Apakah dapat
disetujui?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 68, sarna. Dapat disetujui untuk di Panja kan?
(RAPAT : SETUJU)
NOl11or 69,illi kita usulkan untukdi Panja-Til11us-kall, sebab sama
dengan sebelumnya. Apakah disetujui?
556
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 70, ini oke.
Nomor 71, Panja-Ti~us, setuju?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 72, Panja-Timus, setuju, Pel}lerintah setuju?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 73, Panja-Timus, dapat disetujui?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 74, Panja, setuju?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 75, setuju untuk di Panja-Timus-kan? Apakah setuju Pemerintah? Jadi Nomor 75 di Panja kan.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 76, ada pertanyaan dari F-PDI, apakah tidak bel1entangan dengan Undang-undang Perbankan mengenai rahasia Bank dan dari FPP, kemudianjuga ada F-KP angka dua diganti dengan huruf b substansi tetap. Kami persilakan dari F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH):
Seperti halnya sudah diucapkan oleh Bapak Ketua tadi mengenai usul dari F-PDI, itu merupakan suatu clearellce, mohon clearance
apakah tidak bertentangan dengan Undang-undang Perbankan mengenai rahasia Bank dalam hal ini Pak.
557
KETUA RAPAT:
Scbelum kita memasuki yang dari F-PP, kami persilakan dulu kepada Pemerintah, ini ada pertanyaan Pak.
PEMERINTAH:
lni nanti di Panja kan, tetapi perlu dijelaskan disini bahwasanya dalam
kaitannya dellgan jurusita itu sendiri, yang bersangkutan itu sebenarnya ketika melaksanakan proses penyitaannya sudah mengetahui berapajumlah
pajak yang terutang dan berapa asset yang dimiliki a/eh wajib pajak itu
sendiri. Karena sebenarnya plt"Oses dari penyitaan itu adalah hasil daripada
perhitungan pajak yang terutang yang berdasarkan pemeriksaan.
Jadi jurusita itu sendiri sudah mendapatkan data-data meskipun tidak
harus melalui sistim Perbankan.Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan kepada F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO,SH):
Begini Pak :
Namun dalam rangka hubungannya dengan tindakan pemeriksaan
terhadap bank ini apakah bisa dibenarkan berdasarkan Undang-undang Perbankan. Dalam hal ini juga mestinya sebagai jurusita walaupun sudah
mengetahui, namun dalam hubungannya dengan tindakannya jurusita tersebut terhadap Perbankan ini apakah tidak melanggar nantinya. Terima
kasih.
PEMERINTAH:
Juru sita ini hanya melaksanakan. saja, kalau nanti ada kaitannya,
558
dan bukan dia yang memeriksa,. yang memeriksa adalah tetap aparat
pemeriksaan, dan pemeriksaan pajak tetap akan berdasarkan kctentuan
yang berlaku termasuk Undang-undang tentang Perbankan, Jadi semua
diikuti. Dia hanya melaksanakan saja,. dan dia bukan memeriksa, jurusita
tidak punya hak untuk memeriksa,. bukan tugasnya. Jurusita tinggal
melaksanakan saja. Saya berpendapat tidak ada kaitannya secara langsung
dengan Undang-undang Perbankan mengenai kerahasiaan Bank dan
mengenai kerahasiaan Bank tetap akan mengikuti dalam hal pada waktu
pemcriksaan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Kami persilakan dari F-PP, juga ada perubahan usul, silakan.
F-PP (IR. HM. SALEH KHALID, MM):
Ada ralat dari DIM F-PP, seharusnya usul perubahan itu di nomor 76
sebelum kata "meminta" ditambah kata "apabila dipandang perlu" pejabat
dapat, Sehingga konkritnya yang benar itll yang kami usulkan "apabila
dipandang perlll pejabat clapat meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan
dan seterusnya" sampai dalam rangka melaksanakan penagihan.
Kami uSlllkan angka dua menjadi ayat (3), terima kasih.
KETUA RAPAT;
Terima kasih;
Kami persillakan kepada Pemcrintah;
PEMERINTAH (DffiJEN PAJAK) :
Sebetllinya kita ini bukan mengatur tugas pejabat tetapi dia adalah
559
pasal ini mengatur tugasnyajurusiita. Oleh karena itu kalau rumusan Pasal
5 ayat (2) itu dirubah, kita khawatir alur pengaturan Pasal 5 ini malah
terputus-putus, itu yang dapat karni jelaskan untuk F-PP.
KETUARAPAT:
Kami persilakan dari F-PP.
F-PP (DRS. H. JUSUF SYAKIR) :
Di dalam pasal RUU itu dikatakan bahwa jurusita itu berwe-nang
"minta bantuan Kepolisian, berwenang minta Kejaksaan, Departeman
Kehakiman, Pemerintah Daerah setempat, Pertanahan Nasional, Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain dalam
rangka melaksanakan penagihan pajak". Kami minta yang berhak minta
bantuan Kepolisian dan Kejaksaan itu bukanjurusitanya, tapi Pejabat yang
mengangkat jurusita itu.
Jadi dinaikan satu tingkat, hak untuk minta bantuan kepada Kepolisian.
Jangan setiap kali jurusita mau menyita dia sudah berhak minta bantuan
Poisek setempat, tapi yang berhak minta bantuan Polisi atnu Kejaksaan
adalah Pejabatnya, bukan jurusita nya.
Ini usulan kami. Jadi supaya tidak gampang jurusita itu lalu begitu
minta bantuan kepada Kepolisian, lalu minta bantuan Kejaksaan. Tingkat
jurusita ini adalah dibawahnya Pejabat.
Karena itu kami mengusulkan, yang berhak meminta bantuan kepada
Kepolisian itu jangan jurusita, tetapi Pejabat yang mengangkat jurusita itu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-PP. Kami persilakan dari Pemerintah.
560
DIRJEN PAJAK:
Dapat di Panja kan saja Pak.
KETUA RAPAT :
Maka dengan Demikian DIM nomor 76 Panja, dapat disetujui ?
( RAPAT : SETUJU )
DIM nomor 77, kami persilakan dari F-KP.
F-KP (NY. SIS lIENDAR\VATI HADIWITARTO) :
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Dari F-KP mengusulkan agar kata "kecuali ditctapkan lain olchMenteri
atau Kepala Daerah" dihapus.
Jadi setclah perubahan "Jurusita Pajak menjalankan tugas di wilayah
kerja Pejabat yang mcngangkatnya".
Mengapa demikian ? Karena seandainya ada hal yang di luar wilayahnya,
tentunya akan minta bantuan kcpada Pejabat yang di luar wilayah tcrsebut,
bukan lalu wilayahnya menjadi militer. Itu saja, tcrima kasih.
KETUA RAPAT :
" Tcrima kaslih dari F-KP.
Untuk dijadikan satu gampang Pemerintah menjawabnya. Kami persilakan dari F-PP.
561
F-PP (IR- H.M. SALEH KHALID., MM) :
lni kami ada ralat DIM" yang seharusnya ini adalah F-PP perlu penjelasan pasal, apa yang dimaksud "kewali ditetapkan lain" oleh Menteri atau Kepala Daerah perlu penjelasan.Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih F-PP.
Kami persilakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH (DIRJENPAJAK) :
Terima kasih.
Halini semata-mata sebetulnya dimaksudkan untuk kepentingan
praktis dan kadang-kadang dilapangan memang diperlukan, misalnya
kerumitan prosedur yang bisa terjadi dalam satu kota terdapat 2 KPP
atau lebih, misalnya saja KPP Kecamatan Gambir itu bisa terdiri dari 2 KPP, Jakarta terdiri dari 3 Kanwil, tapi bisa juga sebaliknya 1 KPP kalau mewakili lebih banyak daerah tidak masalah, tapi 1 yuridiksi administratif
menutup ukuran Pemda itu bisa Iebih dari 1 kantor. Sehingga hal-hal begitu
atau bentllk KPP-nya itu ada KF'P yang khusus meliputi wilayah Indonesia
sebaliknya yang begitu luas, tidak meliputi daerah mana yang akan diambil
KPP tertentu Badora misalnya, itu wilayah seluruh Indonesia, kebalikan yang tadi 1 Kecamatan dua atau satu kota 2 KPP.
Hal-hal beglni tentu perlu diatur, kalau tidak. Tidak cocok dengan definisi kalau tidak ada close untuk menghadapi situasi demikian. Terima kasih ..
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari Pemerintah. Kami persilakan dari F-KP.
562
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Dari F-KP saya kira apa yang dijelaskan perlu ditampung dalam
penjelasan pasal supaya jelas, karena kalau hanya begini bagaimana orang
menangkap tidak jclas juga.
Jadikami usulkan untuk di Panja kan. Terima kasih.
PEMERINTAH:
Itu kalau kami diperkcnankan, kami akan mernbantu untuk membuat
penjelasan seperti tadi. Jadi di Panja kan Saudara Ketua. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
DIM nomor 77 Panja, setuju ?
(RAPAT: SETUJU )
Naskah awalnya dari Pemerintah. DIM nomor 78, kami persilakan dari
F-KP.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Tcrima kasih Bapak Pimpinan.
Untuk Pasal 6 ini F-KJ> memandang perJu, bahwa apa yang terisi dari
Pasal 6ini dimuat dalam Bab terscndiri. Mcngapa Dcmikian ?
Karena dalam RUUini diatur tcntang "Penagihan seketika sekaligus,
kemudian Surat Paksa, Lelang, Sita, Penyanderaan dan Pencegahan",
Sehingga )cbih runtut rasanya, Icbih mudah untuk mempelajari, melihat
bila Penagihan seketika sekaliglls ini juga diatur dalam Bab tersendiri,
dan kami juga Itelah melihat di KUP tcntang Penagiban seketika sekaligus
ini ternyata apa yang dimuat di KUP itll sama dengan yang eli RUU inL
563
lPadahal menurut hemat kami, halini perlu dilengkapi. ladibukan hanya
begitu saja. Mengapa perlu dilengkapi '}
Karena Penagihan seketika sckaligus itu diherikan atau disampaikan
bila ada kecurigaan, jadi waktunya belum jatuh tempo begitu maksud
kami, itu disampaikan bila ada curiga dan lain-lain sebagaimana apa yang
diatur dalam Pasal 6 ini. Sehingga apabila ini tidak dilengkapi dengan
alasan, selain alasan penerbitan surat perintah juga materi surat perintah
itu sendiri, inijuga belum diatur dalam KUP. Kemudian yang mewajibkan
pemberitahuanjurusita kepada wajib pajak, dan batas waktu itu sendiri.
Jadi kami usulkan hal ini diatur dalam Bab tersendiri, dan kami usulkan
bila f(:kan-rekan sepakat untuk diPanja kan. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih dari F-KP.
Kami persilakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO) :
Kami sependapat untuk ini di-Panja kan, karena sebenarnya mengenai
Pelaksanaan Pelaksanaan Penagihan seketika sekaligus mengapa tidak
dimasukan dalam Bab tersendiri, karena menyangkut masalah hanya
sewaktu-waktu saja, tidak secara umum berlaku. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Maka dengan Demikian, DIM nomor 78 Panja, setuju?
( RAPAT : SETUJU )
564
DIM nomor 79, saya kirainiPanja - Timus.
(RAPAT: SETUJU )
DIM nomor 80, Panja - Timus.
(RAPAT: SETUJU )
DIM nornor 81. Panja - Timus.
( RAPAT : SETUJU )
DIM nornor 82, oke.
( RAPAT : SETUJU )
DIM nornor 83, Panja - Tirnus.
( RAPAT : SETUJU )
DIM nornor 84, Panja .. Timus. Kami persilakan, belum diketok.
INTERUPSI F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Tadi hanya mengingatkan saja kembali, bahwa Pasal 6 itu kan
rnenyangkut DIM nornor 79,80 dan seterusnya, Sehingga itu satu pakelt, apa
tidak begitu, pembahasannya kan satu paket Pak. Karena Pasal 6 Tadikami
usulkan untuk diatur dalam Bab tersendiri dan di-Panja kan, tapi mernang
diantaranya substansi ini ada disitu dan oke:,ini kami hanya mengingatkan
kembali. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Jadi dalam kaitan DIM nomor 79 ini di-Panja kan, dan yang bmi
sebutkan tadi itll Panja - Timus.
565
DIM nomor 84 dikaitkan dengan DIM nomor 78, ini Par0a, setuju ?
( RAPAT : SETUJU )
DIM nomor 85, oke.
( RAF'AT : SETUJU )
DIM nomor 86 usul perubahan dari F-PDI, apakah dalam halini tidak
berlebihan tanpa melibatkan Badan Peradilan. Kami persilakan dari F
PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH):
Terima kasih Pak Ketua.
Dalam halini Kepala "DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA" adalah aJPakah tidak berlebihan, ini
mohon penjelasan dulu. Karena biasanya ini adalah suatu Kepa\a dari pada
Putusan Peradilan.
Jadi kalau ini diberikan atau dipasang di dalam suatu Surat Paksa,
apakah tidak terlalu berlebihan. Ini mahan penjelasan dulu Pak, terima
kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih F-PDI. Kami persilakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO) :
Terima kasih Bapak Ketua"
UntlUk diketahui bahwasanya Surat Paksa itu sebenarnya sama dengan
Putusan Hakim Pengadilan Negeri yang me:mpunyai kekuatan hukum
566
yang sudah tetap, makanya dipakai kata-kata yang berkepala "OEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MASA ESA".
Jadi untuk diketahui, bahwasanya dalam kaitan Surat Paksaini apakah
sesuai dengan pertanyaan tadi, apakah melibatkan Badan Peradilan, dapat
dijelaskan bah\va dalam kaitannya dengan Penerbitan Surat Paksa tidak
perlu melibatkan Badan Peradilan Pajak-Karena sesuai dengan UU No. 19
Talmn 1959, dan RUU ini diberikan kcdudukan dan kekuatan hukum yang
sarna dengan Putusan Hakim yang telah mempunyai kckuatan hukum yang
tetap Surat Paksaini. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pemerintah. Kami persilakan F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Kami mohon di Panja kan saja dulu Pak.
KETUARAPAT:
F-KP setuju DIM nomor 86 di Panja kan.
F-KP (ABDULLAH ZAINIE, SH) :
SctUjll Pak.
KETUARAPAT:
Dari F-PP"
F-PP (lR. H.M. SALEH KHALID, M.M.) :
Setllju Pak.
567
KETUARAPAT:
Dari F-ABRI.
F-ABRI (pUDJlARTO, SE) :
Setuju.
KETUA RAPAT :
Dengan Demikian DIM nomor 86 Panja.
(RAPAT : SETUJU )
DIM nomor 87, kami persilakan dari F-KP.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Dari F-KP didalam usul perubahan "perlu dalam Surat Paksa tersebut
dicantumkar. batas waktu pembayaran".
Perlu kami kemuka-kan demikian, karena terkait dengan Pasal 11 RUU
nanti dalam pembicaraan lebih Ian jut disitu juga mengenai "batas waktu
tentang Surat Paksa" yang mengutarakan bahwa, "Surat Paksa tidak dapat
dilanjutkan dengan penyitaan sebellllm lewat jangka waktu 24 (dua puluh
empat) jam".
Untuk itu maka dari F-KP mengusulkan agar dibawah angka gandul3
yang setelah dirubah menjadi c itu dicantumkan d, yaitu batas waktu.
Demikian dari kami, terima kasih.
568
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-KP.
Kami persilakan kepada Pemerintah, karena ini juga ada kaitannya
dengan DIM nomar 78 tadi.
nmJEN PAJAK :
Pada prinsipllya kami dapat menerima nanti di-Panja kan, memang disini disebutkan "sckuralllg-kurangnya" yang nanti dapat ditambahkan
beberapa hal yang dirasa memang periu. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Setuju F-KP untuk Panja. Silakan dari f-KP.
F-KP (ABDULLAH ZAINIE, SH):
substansi setuju di-Panja kan, tetapi letaknya barangkali keliru ini. Jadi
untuk PDln DIM l1omor 87 itu tetap,. substansinya kita geser kebawah DIM nomor 88. Tcrima kasih.
KETUARAPAT:
JadiDIM nomor 87 substansi, setujui, oke.
( RAPAT : SETUJU )
DIM nomor 88 Panja, setuju ?
(RAPAT: SETUJU)
569
DIM nomor 89, oke.
( RAPAT : SETUJU )
DIM nomor 90, kami persilakan dari F-KP.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI IlADIWITARTO) :
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Disini F-KP menanyakan, apakah pelaksanaan dari penerbitan Surat
Paksaini secara bertahap atau salah satu dipenuhi sudah
Kemudian penulisan angka sebagaimana yang tadi juga "I), 2), 3)"
diganti dengan "a, b, c". Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih F-KP.
Kami persilakan kepada Pemerintah.
Cukup untuk menerbitkan Surat Paksa. ini secara substansi.
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO) :
Mengenai masalah Pelaksanaan Penagihan, disini memang dilakukan
secara bertahap dan komulatif.
Pertama, dalam hal Surat Ketetapan Pajak sudah sebulan atau sudah
jatuh tempo tidak dibayar, kita lakukan peneguran dahulu selama seminggu
semenjak jatuh tempo terjadi.
570
Kemudian, sesudah itu bam dilakukan Surat Paksa 21 hari sesudah
dilakukan teguran.
Kemudian, 24 (dua puluh empat) jam dilakukan Surat Perlntah
melaksanakan penyitaan tersebut. Jadi memang kumulatif dan bertahap, terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih dari Pemerintah. Dari F-KP, Silakan.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Terima kasih.
Karena pertanyaan ini, karena disini "atau nya" itu letaknya di, akhirnya terkait DIM nomor 90 dengan DIM nomor 91, 92, terkait akhirnya.
Karena dari Pemerintah Tadi menjelaskan bahwa komulatif dan
bertahap kalau tidak salah, dan disini itu 1), kemudian 2) bam atau,
kemudian 3).
Jadi disini ini kami bingung, apakah berarti disini komulatif atau satu
sudah cukup. Ini yang perlu, ini kaitannya dengan ataunya itu dimana, dan nantijuga kaitannya dengan usulan Bab bam kami. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Kami persilakan dad Pemerintah.
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO) :
Mengenai atau tadi kaitannya dengan masalah khusus tadi yang telah
571
dibahas didepan, yaitu mengenai Penagihan seketika dan sekaligus. Jadi
dengan sendirinya mengenai Penagihan seketika dan sekaligus tidak
mengikuti alur daripada apa yang tadi telah dikemukakan.
Jadi Penagihan seketika dan sekaligus tadi adalah merupakan prosedur tertentu khusus yang menyimpang daripada apa yang telah diuraikan tadi.
Oleh karena itulah tadi dikemukakan. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Kami beri kesempatan kepada F-KP, silakan.
F-KP (NY. SIS IlENDARWATI HADIWITARTO) :
Terima kasih.
Jadi Penagihan seketika sekaligus tadi, apakah juga sebelumnya itu
diterbitkan dulu, diterbitkan penagihan teguran dan sebagainya, kan tidak Pak ya. Sehingga bila sudah diterbitkan Penagihan seketika sekaligus
walaupun sebelumnya tidak didahului dengan peringatan, itu langsung bisa Surat Paksa.
Hal ini kami kemukakan sekali lagi akan memperkuat alasan, mengapa kami usulkan perlu Bab tersendiri tentang Penagihan seketika sekaligus dan perlu dilengkapi. Supaya segi keadilan dari wajib pajak juga terlindungi, terjamin. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
572
Masih ada tambahan dari F-KP, silakan.
F-KP (ABDULLAH ZAINIE, SH):
Saudara Pimpinan.
Tadi oleh Ibu Sis dikemukakan bahwa DIM nomor 90 ini tidak terlepas
dari DIM nomor 91 dan 92.
Pertanyaalll dari F -KP ialah, penerbitan Surat Paksa itu apakah komlliatif
atau alternatif. 1, 2, 3, kalau ketiga syaratlllya itu dipenuhi, komulatif dia,
apa begitu, atau cukup untuk PDInt 1 saja. PDInt 1 sudah dipenuhi bisa
diterbitkan Surat Paksa, PDInt 2 dipenuhi bisa diterbitkan Surat Paksa,
Demikian juga PDTnt 3 atau PDInt 1 plus PDInt 2 bisa Surat Paksa, atau
PDInt 3 bam Surat Paksa, sebab disini ada perkataan "atau".
Saya kira itu inti daripada permasalahan dari F-KP,ini tambahan untuk
Ibu Sis. Terima kasih
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-KP.
Kami kembalikan Jagi kepada Pemerintah untuk dapat memberi
kan ketegasan daripada hubungan DIM nom or 90, 91 dan 92. Kami
persilakan.
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO) :
Mengenai masalah PDInt DIM nomor 90, dan 91 dalam kaitannya dengan Surat Teguran dan DIM nomor 91 mengenai masalah Penagihan
Pajak Seketika itu alternatifPak.
573
Jadi dalam kaitannya dengan DIM nomor 90 sesudah dilakukan Peneguran, baru dilakukan Surat Paksa dan Penyitaan. Dalarn kaitannya
dengan Penagihan seketika dan sekaligus, Surat Paksa sekaligus juga diikuti dengan melakukan Penagihan seketika dan sekaligus, Jadi tanpa
didahului oleh Surat Peringatan, makanya alternatif untuk masing-masing pihak itu.
KETUARAPAT:
lni saya kira ada usulan untuk di Panjakan saja Pak.
Tapi sebelumnya kami minta dari F-PDI, ini kita masih bicara-kan
DIM nomor 90 yang mana usulan perubahan dari F-PDl adalah "berapa
kali diterbitkan surat teguran atau peringatan, sebaiknya dimasukan dalam
penjelasan".lnijuga saya kira harnpir sarna, silakan dari F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Terima kasih Pak Ketua.
Penjelasan perlu kami mohonkan, soalnya disini tidak tercan-tum Pak,
berapa kali sebenarnya teguran, peringatan nya ini. Karena disini, biasanya kalau peringatan, teguran itu mestinya 2-3 kali atau bagaimana,ini soalnya disini merupakan suatu rangkaian.
Pasal8
Surat Paksa diterbitkan apabila:
1) Penanggung Pajak tidak melunasn utang pajak sampai dengan tanggal
jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;
574
Jadi sebenarnyaini rnohon penjelasan berapa kaliini Pak, kalau memang bisa, itu supaya dicantumkan dalam penjelasan berapa kali peringatan dan
teguranini. Terima kasih.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAKlFUAD BAWAZIER) :
Surat Teguran itu diterbitkan hanya 1 kali, dan itu juga disini digunakan
istilah atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis,ini oleh karena prinsipnya sarna, tetapiini meliputi sangat banyak rnacam pajak yang
tercover disini, berbagai macam seperti definisi didepan termasuk Pajakpajak Daerah, ada pihak perolehan hak tanah, ada cukai dan bea rnasuk dan
seterus nya.
Dengan Demikian maka untuk mengakomodir hal-hal seperti itu prinsipnya sarna, tapi istilah-istilah itu perlu dimungkinkan, karena
menarnpung berbagai macam rangkuman UU yang lain.
Terima kas:ih.
KETUARAPAT:
Karni usull<an, oleh karena ini kita belum terlalu jumpa dijalan yang samaini, kita Panja kan, setuju ?
INTERUPSI F-PDI (HANDJOJOPUTRO, SH) :
Kami mohon supaya didalamPan ja nanti diberikan juga kemung-kinan penjelasannya, supaya lebih jelas lagi. Karenaini, nanti yang bayar pajak itu juga rakyat-rakyat yang mungkin belum paham ini, supaya lebih jelas lagi Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Jadi DIM nomor 90 Panja, dan Penjelasannya (Naskah Awalnya) kita serahkan kepada Pemerintah. Setuju untuk di-Panja kan ?
575
(RAPAT : SETUJU)
Sidang Pansus yang kami hormat, maka kita sampai membahas DIM
nomor 90, dan kiranya sekarang sudah ada lebih sedikit waktu untuk kita
istirahat sampai dengan pukull 13 .00 WIB, maka dengan rapat kami skors
sampai pukul 13.00 \vIB untuk makan siang dan menjalankan ibadah
Dzuhur bagi yang mengerjakannya. Dengan ini rapat kami skors.
( Rapat diskors Pukul 12.05 WIB )
Sidang yang kami Muliakan skorsing kami cabut.
(Skol'sing dkabut Puku113.00 WIB.)
Dan kita akan melanjutkan pembahasan naskah RUU mengenai
"Penagihan Pajak dengan Surat Paksa" dengan kompilasi DIM yang I
ada depan kita, Tadi kita telah bahas te1ah sampai dengaru nomor 90 kita
memasuki sekarang nomor 91. Nomor 91 ada dari F-KP saya kira ini tadi
hubungan dengan, namun kami silakan.
F-KP (NY SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Saya kira nomor 91 dan 92 paket saja Pak. Panja, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, dan dari F-PP sesuai dengan Tadi Panja-Timus. Jadi
nomor '91 Panja, setuju Pak Menteri. Terima kasih.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 92 juga Panja.
576
(RAPAT : SETUJU)
M Nomor 93 oke.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 94 Panja-Timus, setuju.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 95.0ke.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 96, kami persilakan dari F-KP, F-KP menjadi tetapi, silakan
F-PP.
F-PP (Ir. H.M. SALEH KHALID, MM)
Panja-Timus Pak.
KETUA RAPAT
Jadi nomor 96 Panja-Timus, setuju.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 97, Panja-Timus.
tRAPAT : SETUJU)
Nomor 98.
F-PP (DRS. H. JUSUF SYAKIR) :
Bapak Ketua.
Nomor 97 itu ada usulan saya kira bukan Panja-Timus, nomor 97 saya usulkan Panja saja. Karena ada usulan substansi.
577
KETUA RAPAT :
ladinomor 97 Panja.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 98, F-PP tidak ada, F-PDI setuju Panja-Timus. Setuju.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 99, saya kira Panja-Timus inl. Setuju.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 100. Panja-Timus setuju.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 101, oke.
Jadi tadi yang nomor 101 semula tetap, maafkemlldian menjadi Panja
Timus, sekalliagi kami tawarkan, F-KP angka 3 menjadi hllruf c dan angka
4 diganti dengan hllruf d, dan kata "tetap" dihaplIs. Apakah disetujui kalau
Panja-Timus. Setuju
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 102, ralat, di ralat lagi, menjadltidak ada, jadi olke
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 103, tidak ada kosong seharusnya, jadi oke.
(RAPAT : SETUJU)
578
Nomor 104, kami persilakan dari F-KP.
F-KP (NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SH) :
Terima kasih Saudara Pimpinan.
F-KP disini mengusulkan agar kata "komisaris" dan kata "pemegang sa ham" dihapus dari angka 1 (gandul). Dan angka 1, ini diganti menjadi
huruf a. Hal ini komisaris dan pemegang sahamini sesuai dengan UU
Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, karena yang bcrtanggung
jawab dalam manajemen bukanlah komisaris maupun pemegang saham melainkan direksi. Jadi cukup Direksi saja disini yang dicantumkan, terima
kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, silakan f-PP.
F-PP (11-' H.M. SALEH KHALID, MM) :
F-PP ada ralat Pak.
Sehingga usulnya itu menjadidibelakang kata "sekutu" dan kata "baik"
disisipkan kata-kata "Dewan Pengawas" dan "anggota firma", Sehingga menjadi"pcngurus Dircksi komisaris pemegang saham atau pemilik modal
atau sekutu" disisipkan "dewan pengawas dan anggota tcrima baik ditempat kedudukan Badan yang bersangkutan di tempat tinggal mereka maupun ditempat lain yang mcmungkinkan atau. Tcrima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari ralatnya F-PP. Kami usulkanini untuk Panja apakah
Pemerintah setuju. Namun dari F-PP minta penjelasan dari Pemerintah.
579
PEMERINTAH :
Kami Setuju di Panja kan, ada satu catatan yang kami mohon yang
betul-betul diperhatikan.
Di perusahaan-perusahaan swasta, pada umumnya komisaris itulah
pemegang sahamnya.ini supaya kita pikirkan baik-baik, Jadiumumnya
men~ka adalah komisaris, komisaris itu ya pemegang saham, tidak selalu
tetapi sangat seringkali, apakahini tidak sesuai dengan Undang-undang
tentang Perseroan Terbatas, pengertian kami selall1aini justru Undang
undang tentang Perseroan TeJrbatas ll1emperluas tentang tanggungjawab
renteng, justm mell1perluas yang bam ini UU tentang Perseroan Terbatas
Jadinamun Demikianini sebaiknya kita perdalam Panja Saudara Ketua.
Dengan pengertian mohon catatan kami ini diiperhatikan, karena kami
tidak hadir secara fisik di Panja nya. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Teriima kasih dari Pemerintah.
Kami tawarkan kepada F-KP dengan penjelasan dari Pemerintah
apakah ini setuju di Panja kan" F-PP, F-ABRI, F-PDI setuju Maka nomor
104 Panja.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 105, kami persilakan dari F-KP.
F-KP( ....... ):
Tidak masuk rekaman
580
KETUARAPAT:
Terima kasih dari F-KP, oleh karena F-PP tetap, F-PDI tetap, dan F
ABRI tetap. Diusulkan Panja-Timus. Dapat disetujui.
(RAPAT : SETUJU)
Terima kasih. nomor 106 oke.
Nomor 107, usul F-PDI Ikata "dalam" diganti dengan kata "pada".
Panja-Timus .. Setuju ?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 108 oke.
(RAPAT: SETUJU)
Namor 109, kami pt~rsilakan dari F'-PP, minta penjelasan tentang
pengocualian. silakan.
F-PP (Ir. H.M. SALEH KHALID, MM):
F-PP minta penjelasan, tentang pengecualian yang ditetapkan lain oleh
Menteri atau Kepala Daerah, saya kira dalam beberapa DIM yang lalu juga
Demikian, karena pada penjelasan ditulis cukup jeias, padahal belumjelas,
mahan penjelasan.
KETUA RAPAT :
Terima kasih F-PP, kami persilakan Pemerintah.
PEMERINTAH (ARI SOELINDRO) ::
Kami sependapat untuk nanti di kemukakan ke Panja, tetapi perlu
581
dije\askan disini bahwasannya dan sebenarnya tadi sudah dijdaskan oleh Pak
Fuad, menyangkut mengenai masalah kecuali ditetapkan lain oJch Menteri
atau Kcpala Daerah, di dalam kaitannya dengan wewenang wilayah
kelja dari pejabat, dimana Tadi dikatakan misalnya di Jakarta ini, dimana
untuk satu kota terdapat bebcrapa KPP ini nanti kami masukkan di dalam
penjclasan pada Panja, yang rumusanya kami akan buat.
Terima kasih.
KETUARAPAT
Terima kasih, kalau demikian maka nomor 109 Panja dengan draft
awal oleh Pemerintah. Setuju ?
(RAPAT : SETUJU)
Substansinya oke, silakan F-ABRL
F-ABRI (PUDJlARTO, SE) :
Sebaiknya ditctapkan bahwa Batang Tubuh ini okc, Panja nanti hanya
penjelasan saja Pak, sebaiknya Demikian. Batang Tubuhnya oke, tetapi
perIu penjelasan dari Pemerintah, penjelasan Pasal. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Tcrima kasih, dari F-ABRI.
Tadi telah kami utarakan bahwa substansinya atauini tetap, dan
penjelasannya itn yang di dalam Panja dan draft awal dari Pemerintah,
untuk itu kita ketok lagi.
(RAPAT: SETUJU)
582
Nomor 110, usul perubahan dari F-ABRI, kami persilakan.
F-ABRI (pUDJlARTO, SE) :
Dari F-ABRI mengusulkan diantara kata "ayat (9)" dan kata
"memberitahukan" ditambah kata "wajib membantu" .
F-ABRI berpendapat bahwa dengan menambah wajib membantu,
maka pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat melaksanakan surat
perintah benat-benar akan berusaha untuk membantunya, hal ini sebagai
lebih menekankan terhadap para pejabat. Demikian saja terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Sedangkan dari F-PDI, saya kira ini sarna dengan yang tadi Panja-Timus
untuk itu kami persilakan kepada Pemerintah untuk dapat memberikan
penjelasan mengenai usulan perubahan dari F-ABRI.
PEMERINTAH :
Kami dapat menerima usul F-ABRI, sebab ini akan memperjelas
dan rumusan lebih lanjut nanti disempurnakan di Panja-Timus kalau di
perkenankan kami akan membantu dalam rumusannya, senada dengan
yang dikemukakan oleh F-ABRI. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih dari Pemerintah. Maka dengan Demikian nomor 110
menjadi Panja-Timus draft awal dari Pemerintah. Setuju?
(RAPAT : SETUJU)
583
Nomor J 11, Panja Timus.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor J 12, tetap semua.
Nomor 113, kami persilakan dari F-KP.
F-KP (NY. HARTINI MOCHTAR KASRAH, SH) :
Terima kasih Saudara Pimpinan.
F-KP mempertanyakan kaitan Pasal J 1 ini dcngan Pasal7 ayat (2) yaitu
apakah batas waktu tidak perlu dicantuml<an dalam surat paksa sebagai
butir ke 4, atau butir d. Soal batas waktu dan perlu pemikiran waktunya
dapat diperpanjang dua kali 24 jam.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-KP.
Kami lihat dari F-ABRI usul perubahan apa dasar menentukan waktu
24 jam, kami persilakan Pak.
F-ABRI (PUDJIARTO, SE):
Dari F-ABRI hanya mohon penjelasan kepada Pemerintah, itu apa
dasar menentukan waktu 24 jam, saya kira itu saja. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, dari F-PP ini usulan Jadi 3 kalli. Kami persilakan F-PP.
584
F-PP (IR. H.M. SAI.EH KHALID, MM) :
Kami mengusulakan 3 kali 24 jam, kalau Tadi F-KP 2 kan 24 jam,
dengan mempertimbangkan masa waktu 24 jam itu terlalu singkat, tnt
ralat. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih,ini ada ralatnya. Kami persilakan kepada Pemerintah.
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO) :
Disini perlu dijelaskan bahwa batas waktu 1 kali 24 jam itu sebenamya
sudah cukup memadai, mengingat sebelumnya kepada si penanggungjawab telah diberikan waktu yang cukup, untuk melunasi utang pajaknya, yaitu
Pertama, jatuh tempo pembayaran 30 hari sejak tanggal surat
ketetapan.
Kedua, surat tegoran diten-bitkan 7 hari sejak jatuh tempo, kemudian
surat paksa diterbitkan 21 hari setelah tanggal surat teguran. Jadi jumlah sudah 58 hari, Jadi kami kira sudah cukup waktu, Jadiini hanya ujung dari
pada proses yang sudah berjalan sebelumnya. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari Pemerintah, kami ke:mbalikan lagi kepada F-KP, itu penjelasan pemerintah tadi, kami persilakan.
NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SH
Cukup jelas, tapi mohon di Panja kan saJa.
KETUA RAPAT :
Terima kasih. Dari F-ABRI, silakan.
585
F-ABRI (pUDJlARTO, SE) :
Saya kira kami menerima dan Batang Tubuh tetap. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, dari F-PP.
F-PP (m. H.M. SALEH KHALIO, MM) :
Minta di Panja kan saja Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Maka dengan demikian kita minta persetujuan dari F-PDI, apakah
setuju di Panja kan Pak.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH)
Setuju.
KETUA RAPAT :
Dari F-ABRI, dari Pemerintah, Nomor 113 Panja.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 114, oke.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor lIS juga oke,
(RAPAT: SETUJU)
586
Nomor 116, Kami persilakan dari F-ABRI.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Saya kira seperti yang semula pak, kata "melaksanakan" dihapus,
demikian terima kasih.
KETUA RAPAT :
Maka dengan Demikian, nomor 116 Panja-Timus. Setuju ?
(RAPAT: SETUJU)
Nomor It7, oke.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 118, ini ada pertanyaan dari F-PDI, kami persilakan dari FPDI- Usu1 perubahan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SII) ~
Terima kasih Pak Ketua.
Kami juga ingin penjelasan, apakah baikini, sebaiknya penanggung jawab atau kuasanya itu hadir dan kata "dalam diganti dengan "pada" itu sudah tercover dengan sebelumnya, jadi kami hanya mohon kejelasan sebaiknya apakah penanggungjawab dan kuasanya itu hadir juga di dalam halini. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih, saya kira dari F-PP juga Panja-Timus, kami persilakan dari pemerintah, ini ada pertanyaan mengenai penjelasan ini, usulan dari F-PDI.
587
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO) :
Jadi kesimpulan disini bahwa di dalam masalah pelaksanaan daripada
mengenai penyitaan tersebut meskipun yang bersangkutan tidak hadir, tetap
pelaksanaan dapat dilakukan dengan menghadirkan saksi yang lain, dari
sini misalnya dari pemerintah daerah setempat lurah dan sebagainya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT
Terima kasih, kami kembalikan kepada F-PDI, apakah cukup jelas.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Maksud kami ini kuasanya apa bisa hadir Pak.
KETUARAPAT:
Silakan.
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO)
Baik, usul dimasukkan Panja saja.
KETUA RAPAT :
Maka dengan Demikian, nomor 118 Panja. Setuju ? Dari F-KP kami
persilakan, belum di ketok pak.
F-KP (HIS OM PRASETYO, SH) :
F-KP ingin menggunakan kesempatan ini untuk menambahkan
pemikiran untuk masuk dalam Panja yaitu apabila penanggung pajak atau
588
penanggung jawab ternpat itu hadir, tapi dia rnenolak untuk dilaksanakan
sitaini perlu dicanturnkan disinijuga.
KETUA RAPAT :
Terirna kasih,ini ada usulan tarnbahan di dalarn Panjaini nanti,ini
merupakan usulan pernikiran. Iadi 118 Panja ditambah dengan pernik iran
dari F-KP tadi. Setuju untuk Panja ?
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 119, sama saya kira Panja-Timus. Panja, dapat disetujui Panja
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 120, Panja-TImus, dapat disetujui.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 121, pada kata "gerak" ditambah kata "ber", kami persilakan
dari F-ABRI.
F -ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Ini berupa redaksional sebetulnya, Jadikalau rnernang apakah itu
barang gerak, apakah barang bergerak, karena disini ada barang bergerak
kemudian di Batang lain juga ada barang gerak, ini redaksional saja.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-ABRI,ini kami usulkan untuk Panja-Timus. Dapat
disetujui ?
589
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 122, kami silakan dari F-KP kata "dapat" supaya dihapus/ dihilangkan.
F-KP (NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SH) :
Terima kasih
Maksud kata "dapat" supaya dihapus atalll dihilangkan adalah agar supaya ketentuan ini bersifat lebih normatif, demikian terima kasih.
KETUA RAPAT
Terima kasih.
Dari F-PDI ini juga ada perubahan ralat, kami persilakan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Terima kasih Pak Ketua.
Dari F-PDI mengusulkan agar kata "ditempeli atau" itu dihapus saja
Pak. Jadi cukup atas barang-barang yang disita dapat diberi segel sita. Dan juga mohon penjelasan bentuk segelnya Pak, terima kasih. Dan
penjelasannya.
KETUA RAPAT :
Terima kasih F-PDI.
Oleh karena ada mohon penjelasan, kami persilakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH (ARI SOELENDRO) :
Untuk dimaklumi bahwasannya tidak setiap barang yang disita itu
590
dapat ditempeli segel sita, misalnya kita. menyita tanah, kita tidak bisa
menempelkan Pak. Jadi Ibiasa berita acara sita saja, kita taruh di dalam
ruangan. Terirna kasih.
KETUA RAPAT :
Kemudian dari F-KP tadi sudah dijawab sudah Pale. diberi segel sita.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK) :
Sarna Pak, bahwa itu tidak semua barang mernang tidak dapat ditempeli
segel sita, Jadi yang diatur itu tata cara penyegelannya saja, karena
barangnya ada tanah, mungkin barang lain, ada yang barang yang kecil
dan sebagainya. Sehingga kalau digunakan diberi atau ditempeli kadang
kadang kata-kata ini menjadi perdebatan, karena itu ditaruh dua-duanya
agar sesuai . Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih, maka kami usulkan ini menjadi Panja. Setuju 7. s:ilakan
dari F-ABRI.
F-ABRI (PUDJARTO, SE) :
Tadi Pemerintah telah menjelaskan, saya kira dengan pemerintah
menjelaskan kemungkinan F-KP ini bisa menerima, jangan Panja
semuanyaini, karena yang lain tetup, ini kan hanya masalah kata.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih dari F-AJ3RI.
Ini juga suatu anjuran agar kita juga dapat menyepakati di Pansus ini
apa yang sehenarnya dapat kita selPakati, untuk itu kami persilakan F-PDl.
591
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Disini itu adalam pengertian Pak nanti istilahnyaini, soal dapat tadi kalau dihilangkan, lain dengan kalau ada dapat,ini F-PDI menghendaki supaya, kalau memang itu barang yang disita itu, harap diberi segel sita saja, soal itu nanti ada ditempel atau tidak saya rasa apa perlu dicantumkan disini, saya rasa dipenjelasan sudah ada, yang penting intinya adalah barang itu disegel sita. Soal ditempel atau tidaknya itu masalah teknis pelaksanaannya saja, bukan masalah pengertian segel sitanya. Karena segel sita itu pada hakekatnya adalah suatu tanda.
Untuk ini kami mohon supaya dipenjelasan ini diberikan stempel tadi yang mana perlu tidaknya itu, tetapi kalau yang di Batang Tubuhnya cukup diberi· segel sita saja, tapi dapatnya juga hams dihapuskan Pak, terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih. Dari F-KP silakan.
F-KP (NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SH) :
Terima kasih.
F-KPmengusulkanuntukPanja-TimusPak.KarenadidalamPenjelasan ini mengenai tempe I menempel itu tidak ada,jadi memang barangkali perlu ada tambahan-tambahan penjelasan Jadi Panja-Timus saja.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Kalau demikian ini ada usul bahwa Panja-Timus dengan penjelasan dan naskah awalnya diterbitkan oleh Pemerintah.
592
Apakah dapat disetujuiini. Panja-Timus dari usul F-KP Pak. Oapat disetujui F-ABRI. silakan ..
F-ABRI (PUDJlARTO, SE) :
Oke silabn.
KETUA RAPAT :
F-PP, bagaimana.
F-PP (ffi. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Tidak keberatan Pak.
KETUARAPAT:
Dari Pemerintah.
Maka Demikian nOlllor 122 Panja-Timus dan penjelasan naskah awal
oleh Pemerintah.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 123, Jadi tetap ada usulan dari F-PDI tetapi ralatnya seharusnya
tetap, maka 123 oke.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 124 oke.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 12:5, kami silakan F-KP.
593
F-KP (Dr. H. FATm DAHLAN) :
Saudara Pimpinan.
DIM 125,ini memang berkaitan dengan DIM 126, 127, dan 128.
Oleh F-KP ini hanya ingin mengusulkan di dalam DIM 125 ini,
penyempurnaan kalimat yang diambil dari DIM 128, Jadiayat (l)-nyaini
mempunyai dua materi, yaitu 126 dan 127 dan 128, lengkapaya diantara pajak sesudah penanggung pajak, sebelum kata "berupa" itu kita angkat perasa yang terdapat di dalam DIM 128 seluruhnya, kedalam kalimat
kalimat ke dalam kalimat-kalimat, Sehingga terbaca "penyitaan dapat dilaksanakan terhadap milik penanggung pajak" disambung "yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, dan seterusnya berupa",
baru masuk nanti ke 126, 127 sebagai yang kedua. Jadi kami usulkan hanya pemindahan perasa, kalau secara substansial kami dapat menyetujui.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Dari F-PP saya kira sarna dengan yang diatas, F-ABRl tetap, F-PDI tetap. Substansinya dapat disetujui Pak ya, ini pemindahan susunan saja.
Kalau dengan demikian ini menjadi Panja-Timus dapat disetujui
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 126, kami persilakan F-KP.
F-KP (dr. H. FATHI DAHLAN) :
Terima kasih Bapak Pimpinan.
594
Dalam hal ini F-KP ingin penjelasan mengenai, ada beberapa hal yang
tennasuk barang bergerak, kapal yang diklasifikasikan barang bergerak
mengapa tidak masuk ayat (1) ini, tidak tersebut dia, kemudian ini berupa
pertanyaan berapa batasan kapal yang diklasifikasikan barang bergerak dan
tidak bergerak. Ketentuan tersebut supaya masuk dalam penjelasan.
Kemudian berapa batasan jumlah pinjaman dari penanggung pajak
atau pelayanan ini dalam rangka mengantisipasi bagi penanggung pajak,
karena halini tidak ada penjelasannya, maka kami ingin penjalasan dari
Pemerintah tcntang hal-hal yang kami tanyakan ini. Terima kasih.,
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Kami lanjutkan dahulu dengan F-ABRJ dengan pertanyaan, supaya
sekaligus dijawab oleh Pemcrintah. silakan.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Dari F-ABRJ juga mohon penjelasan dari Pemerintah. Kami mengajukan
pertanyaan bagaimana pclaksanaan pcnyitaan terhadap saham dan surat
bcrharga yang PT nya tidak atau belum Go Publik, ini pelaksanaannya
bagaimana?
Yang kedua, bagaimana dengan pesawat terbang milik pribadi, apa
dapat disita,ini peltanyaan kami. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Sedangkan yang lain tetap, maka kami kembalikall kepada Pemerintah
untuk dapat memberikan penjclasan danjawaban.
595
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK) :
Atas pertanyaan F-KP dapat diberikan ke:terangan Demikian dalam
rumusan Pasal 14 ayat (1 )ini memang digunakan "termasuk" Sehingga
kapal yang diklasifikasikan sebagai barang bergerak itu sudah masuk
didalam pengertian didalamnya. Sedangkan kapal yang termasuk barang
tak bergerak adalah kapal dengan batas isi kotor paling sedikit 20 m3 ini
dari Kitab UU Hukum Dagang dan Kepailitan, maupun dari UU Pelayaran,
itu definisinya.
Sedangkan penyitaan dalam rangka penagihan pajak masih penjelasan
untuk F-KP tidak mengenal batasan jumlah utang pajak. Terhadap
pertanyaan F-ABRI sementara yang dapat diberikan adalah mengenai
saham untuk yang belum Go Publik saya rasa ini dapat dibahas nanti dalam
Panja, saham ataupun surat berharga lainnya.
Sedangkan terhadap penyitaan pesawat terbang milik pribadi dapat
dijelaskan bahwa pad a prinsipnya semua barang milik penanggung pajak
dimana sekali lagi saya tekankan bahwa pengertian penanggung pajakini
sudah termasuk didalamnya adalah wajib pajak, baik barang bergerak
maupun barang tidak bergerak ataupun hak-hak dapat dis ita untuk dijadikan
jaminan pelunasan pajak selain yang dikecualikan dalam RUUini. Memang
ada yang dikecualikan barang-barang tertentu yang kebutuhan dasar, alat
kesehatan ataupun alat-alat lImu pengetahuan, Sehingga dengan Demikian
pesawat terbang milik pribadi dapat juga ikut disita, Demikian penjelasan
kami.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Jadikami kembalikan kepada F-KP, penjelasan Pemerintah sudah
diberikan dan F-ABRI jawaban pertanyaan sudah diberikan. Kami
persilakan F-KP.
596
F-KP (Dr~ H. FATID DAHLAN) :
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Ata penjelasan Pemerintah, kami dapat menerima dan mengucapkan
terima kasih dan seterusnya kami usulkan agar hal ini kita Panjakan.
KETUA RAPAT :
Dari F-ABRI ini ada usul supaya di Paqjakan.
F -ABRI (PUDJIARTO, SE) :
Setuju supaya di Panjakan.
KETUA RAPAT :
F-PP, F-PDI, setuju Panja. Maka nomor 126 Panja.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 127 Panja - Til1lus. Setuju Panja - Til1lus ?
INTERUPSI, F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Sebentar Bapak Ketua.
Dalam konsep naskah RUUini kurang awalan "ber" barang tak gerak
seharusnya "barang tak bergerak".
Teril1la kasih.
597
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Untuk itulah kita usulkan Tadi Panja Timus supaya "gerak"ini ditambah
"ber". Setujuini Panja - Timus ?
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 128, kami silakan F-KP.
F-KP (Dr. H. FATm DABLAN) :
Terima kasih Bapak PImpinan.
DIM 128 ini seperti yang tadi sudah kami katakan ini yang dihubungkan
dengan DIM 125 tadi, sehingga ini yang diangkat menjadi kalimat didalam
Pendahuluannya. Kalau materinya memang tidak berubah. Terima kasih.
Kami usulkan di Panja Timus.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-KP.
Maka 128 ini substansinya tetap; tetapi susunannya Tadi pemindahan
pemindahan itu di Timuskan. Setuju
(RAPAT S:EroJU)
Nomor 129, kami silakan dari F-PP
F-PP(IR. H.M.SALEHKHALID, MM):
F-PPada ralat Pak.
Seharusnya ayat (2) RUU perlu penjelasan Pasal menyangkut tentang
perkiraan nilai barang melalui perusahaan, nilai atau resort company itu
saja DIM kami.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Ini pennintaannya pell~elasan Pasal, kami silakan Pemerintah.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK) ::
Sebenarnya jurusita pajak itu sendiri sudah dibekali pengetahuan
mengenai bagaimana menilai barang daripada penanggung pajak, tetapi
kendati demikian tidak tertutup kemungkinan adanya penggunaan jasa penilai dalam rangka penilaian tersebut, oleh karcna itu dapat diusulkan
di Panja.
KETUARAPAT:
Terima kasih dari Pemerintah.
NomoI' 129 Panja dan draft awal dari Pemerintah.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 130 dari F-ABRI ada perubahan susunan kalimat, kami persilakan.
F -ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Usul F-ABRI adalah perubahan susunan kalimat, substansi tidak
599
berubah. Biasanya kalimat seperti ini adalah Peraturan Pemerintahnya dibelakang biasanya demikian. Oleh karena itu kami mengusulkan untuk
dirubah susunan kalimat saja. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Dari F-PDI, apakah masih perlu diatur lagi dengan Peraturan
Pemerintah., kami silakan Pak.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Terima kasih Bapak Ketua.
Disini kami rasa sudah cukup terangkum semua, jadi menurut F-PDI
itu mohon penjelasan, apakah masih perIu diatur lagi dengan Peraturan
Pemerintah. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
F-PP, perlu penjelasan Pasal. Silakan.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Perlu penjelasan Pasal tentang hak-hak lainnya ini,jadi pada penjelasan nanti draft awal Pemerintah kita mohon kesediaan. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Kami kembalikan kepada Pemerintah atas 130 dari F-PDI, ya sHakan.
600
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK) :
Pengertian hak-hak lainnya memang untuk mengantisipasi, karena
di dalam perkembangannya memang banyak hal-hal yang muncul yang
tadinya beJum mempunyai nilai komersial atau nilai uang menjadi
mempunyai nilai uang. Tapi hal yang sudah nampak sekarang misalnya
adalah hak penambangan, hak penguasaaJfl hutan, bak penangkapan ikan
dan hak-hak lainnya yang mungkin sekali dari waktu ke waktu berkembang
mempunyai nilai komersi211 atau nilai uang, tennasuk hak-hak lain di Pasar
Modal, Pasar Uang dan sebagainya, rasanya perlu untuk diantisipasi.
Terima kasih.
KETUA RAPAT
Terima kasih.
Saya kira sudah dijelaskan, kami usulkan draft awal pemerintah Panja
dan penjelasan dari pada ayat ini draft awalnya dari pemerintah, substansi
tetap. Dapat setujui itu.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 131 dengan seltldirlnya oke.
(RAPAT : SETUJU)
DIM nomor 132.
F-KP (SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Substansi tetap hanya angka 123 penulisannya itu diganti dengan a, b,
601
c, d dan seterusnya,jadi ini menyangkut sampal ke kebawah 133, 134, 135,
ya satu paket.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih Bu Sis.
Dari F-PP ini Panja Timus seperti yang diatas. silakan dari pemerintah.
ini ada usulan angka-angkaini diganti dengan a, b, c, d.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK) :
Timus Pak!
KETUA RAPAT :
Timus betul setuju. Panja - Timus sampai 135.
Jadi DIM nom or 132 Panja - Timus.
(RAP AT : SETUJU)
DIM nomor 133 Panja - Timus.
(RAPAT: SETUJU)
DIM nomor 134 Panja - Timus.
(RAPAT: SETUJU)
DIM nomor 135 Panja - Timus.
(RAPAT : SETUJU)
602
Sekarang kami masuki 136, kami persilakan dari F-KP.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Dari F-KP mengusulkan karena disini dari RUU dikatakan bahwa
kese 1 uruhannya nilainya tidak lebih dari RpJ juta. F-KP mengajukan agar
kata itu dihapus, jadi kalimat yangjumlah nilai keseluruhan tidak lebih dari
Rp. 3 juta itu dihapus lalu diganti dari peralatan digunkana untuk pekerjaan
atau usaha sehari-hari dalam keadaan jalan, Sehingga jangan dibatasi
begitu Pak, karena kalau yang disita itu dibatasi dengan nilai Rp.3 juta,jadi
kemungkinannya untuk bekerjia nilai itu lebih dari Rp. 3 juta lalu dia tidak
bisa bekerja lalu bagaimana bisa membayar pajak dan sebagainya,ini kami
usulkan supaya tidak ada batasanjadi sifatnya substansi diusulkan untuk di
Panjakan. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-KP.
Kami silakan dari F-ABRl, illi ada pertanyaan mengapa Rp.3 juta.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
F-ABRl hanya bertanya saja mohon penjelasan dari Pemerintah
mengapa mengapa Rp. 3 juta. Demikian.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih. F-PP silakan.
603
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
F-PP mengusulkan nilai Rp. 3 juta itu dinaikan menjadi Rp. lO juta, alasannya adalah untuk peralatan kerja sehari-hari kalau kita lihat di pedesaan itu nilai traktor tangan sudah 5 - 6 juta tergantung mereknya.
Jadi kalau alat kerjanya itu disita, ya Produktifitasnya menjadi hilang. Jadi untuk memproteksi ini kami mengusulkan nilainya menjadi Rp. 10 juta. Terima kasih.
KETUARAPAT:
~erima kasih F-PP. Kami silakan pemerintah..
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK) :
Angka-angka ini sebetulnya sewaktu-waktu memang dapat ditinjau
kembali dengan PP dimungkinkan, sementara kami berpendapat bahwa dengan angka Rp. 3 juta itu dia akan mampu melanjutkan kelangsungan
kehidupan primernya, untuk itu barangkali kami usulkan untuk nanti dibahas
lebih lanjut untuk mendapatkan perumusan angka yang d;isepakati Pak.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Jad idengan Demikian 136 untuk menyepakati angka dan rumusan, yangjelas Panja. Setuju.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 137 Panja - Timus. Setuju.
(RAPAT : SETUJU)
604
Nomor 138 F-PP, silakan.
F-PP (DRS. H. YUSUF SYAKIR) :
DIM 138 F-PP menglllsulkan supaya sebelum ayat (2) itu disisip-kan
sebuah ayat bam dan ayat 2 nya menjadi ayat (3), ayat: barunya berbunyi,
itu ada ralat usulan DIM nya itu, disitu dikatakan: ketentuan sebagaimana
diatur mestinya berbunyi besarnya jumlah uang sebagaimana dimaksud
ayat (1) angka 5 dapat diubah dengan Keputusan Menteri, jadi usulan
kami yang 10 j uta itupun lI1antinya dapat diubah suatu saat oleh Keputusan
Menteri, bukan dengan PP karena kalau dengan PP terlalu lama cukup
ditentukan oleh Keputusan Menteri. Terima kasih,
KETUARAPAT:
Terima kasih dari F-PP. Kami silakan dati pemerintah.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK) :
Mohon untuk di Panjakan saja Pak !
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Maka dengan demikian 138 Panja.
(RAPAT : SETUJU)
DIM nomor 139 F-PP.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Nomor 139 ada ralat sehamsnya itu barang-barang yang te]ah disita,
605
dititipkan kepada penanggung pajak/wajib pajak keeuali apabila menurut
pejabat pajak barang-barang terscbut perlu disimpan di kantor Pejabat atau
di tempat lain
KETUA RAPAT
Ada ralatnya ini.
F'-PP (DRS. H. YUSUF SYAKIR} :
Pada DIM kami itu ada ralat yang pada buku hala:tnan J 17 yang
bta-kata setclah perubahan itu dieoret semuanya jadi tidak ada ralatnya
berbunyi begitu, sehingga usulan pcrubahan adalah yang pCI1ama mengenai
"pcnanggung pajak" ditambah "wajib pajak" yang diatas jllga sudah ada
usulan
pejabat
itu Timus, tetapi ini ada kata-katajurusita itu diganti dengan
kalau dalam lUJU dikatakan bahwa barang-barang yang
lebh di,;lta dihtipkan kepada pcnanggung pajak, keenali apabila menurut
barang-barang terscbut perlu disimpan dikantor pejabat. Kami
bukan menurutjurll sita tapi menurut pejabat barang itu perlu
Jisimpan di kantor pejabat atl'lu di tempat lain. jadiyang menentukan itn
sitanya ditnana nanti yang mcnyimpan itu tetapi aleh pejabatnya.
!adi ini brena barang yang disita itu bisa milyaran bukan hanya seke:dar
1JUiuhan juta, tapi bisa milyaran, maka tempat menyimpannya dimana itu
i:,enc!ak·nya c!itetapkan bukan oleh juru sita 1tetapi oleh pejabat, seperti
usulan juga dalam hal menghubungi kepolisian atau kejaksaan itu
bukan olehjuru sita tetapi oleh pejabat yang mengangkatnya,jadidinaikkan
wewenangnya itu. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Kalan Demikian sama dengan yang terdahulu, makaini Panja. Setuju
Panja.
606
I(RAPAT: SETUJU)
INTERUPSI F-ABRI (R.M. PURBA) :
Mohon diperhatikan sekali lagi l38, di kolom l38 itu usul F-PP Tadi
menambah ayat (2) bam itu tadi sudah disepakati untuk di Panjakan. Tapi l38 ayat (2) RUU itu belum dibahas, apakah itu tetap atau bagaimana.
Terima kasih.
F-PP (DRS. YUSUF SYAKIR) :
Saya kira kalau ayat yang 3 itu yang dari ayat (2) itu saya kira oke, karena semua tidak ada yang mengusulkan, hanya F-PP mengusulkan
sisipan ayat saja bukan membicarakan ayat (2) nya. Hanya menjadi ayat (3) itukan masalah angkanya saja.
KETUARAPAT:
Silakan Pak.
F-PP (DRS. H.M. MUKROM AS' AD) :
Jadi usulannya F-PP tadi kalau memang ayat ini (2) sudah di oke itu bisa bertentangan, jadi makanya Pak Purba tadi menetralisir masalah ini, kalau ini disetujui oke, ayat (2) ini bisa bertentangan usul F-PP dengan keputusan Menteri tadi.
F -ABRI (R.M. PURBA) :
Begini Pak Ketua.
Jadi kami melihat usul ini sebelum ayat (2) disisipkan ayat (2) bam, ayat (2) RUU menjadi ayat (3), tadi yang sudah kita bahas ayat (2) sisipan,
607
jadi usul F-PP ayat (2) baru dengan ralat rurnusannya sudah disepakati
Panja, sedangkan ayat (2) RUU itu bel urn dibahas, tapi rnenurut Pak Jusuf
Syakir Itadi sebenarnya sudah oke begitu. Jadi menu rut saya ayat (2) RUU
dengan ayat (2) baru usul F-PP itu tidak bertentangan, hanya ayat (2) RUU usul F-PP itu nanti dibahas di Panja diterima apa tidak. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Tcrima kasih.
Jadi inilah hikmah dad suatu musyawarah dan pembahasan inijadi 138
ayat (2) itu oke.
(RAPAT: SETUJU)
US1J!l'ln F-PP akan di Panja kan, sekali lagi kami ulang usuJan bam dari
F-PP di Panja kan, setuju.
(RAPAT: SETUJU)
DIM nomor 140 oke.
(RAPAT : SETUJU)
DIM nomor 141, kami persilakan pada F-KP.
F-KP (ABDULLAH ZAINIE, SH) :
Tcrima kasih Pimpinan.
DIM F-KP untuk Pas;cd 17 ini dengan nomor 141 ini saya kira
tidak jauh berbeda dcngan apa yang sudah kita diskusikan tadi yaitu
berkaitan dengan Rahasia Bank. Dan pada k,esempatan ini kami hanya
ingin memperoleh penegasan dari Pernerintah bagaimana perlakuan kita
608
terhadap UU Perbankan yang berkaitan dengan Rahasia Bank. Sebab disini
itu disebutkan adanya pemblokiran lebih dulu terharap deposito dan Lain
lain kekayaan daripada penanggung pajak yang ada di Bank.ini kami ingin
penegasan dari Pemerintah ada semacam kekhawatiran nanti di dalam
pelaksanaan undang-undang ini dimana kadang-kadang aparat kita punya
kecenderungan lIntuk menyatakan bahwa lIndang-undangini adalah lex
spesialis, oleh karena dia lex spesialis maka dia dengan lex generalis. Oleh
karena itu maka dia menyisihkan Undang-undang Perbankan yang ada, itu kadang-kadang ada mungkin keinginannya demikian.
Kemudian juga ada satu adegium pada hukum kita bahwa kalau ada undang-undang yang bam maka dia akan mendrogat undang-undang yang
lama nah ini juga. Jadi kami ingin memperoleh kejelasan disini bahwa
apa yang kita cantumkan disini itu tetap kita mengaclI atau berpegang
teguh kepada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, jadi apa yang sudah dimasukkan dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 mengenai
Rahasia Bank ;itu' akan dipe:rlakukan sepenuh-nya, sehingga tidak akan ada aparat yang dirnasa akan datang di dalam melaksanakan undang-undangini
menyatakanini lex spesialis dan kami tidak mengikuti Undang-undang
ten tang Perbankan. Demikian Pimpinan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Saya kira dari F-PP juga sarna sebab ini menurut ketentuan undangundang yang berlaku. Kamii silakan.
F-PP (Ir. H.M. SALEH KHALID, MM)
Saya kira konteks dan latar belakangnya sarna seperti apa yang
609
dimaksud oleh F-KP, dalam hal ini F-PP mengusulkan secara konkrit katimatnya Sehingga pada akhir kalimat ditambah menurut ketentuan
Undang-undangyang berlaku, itu Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Kami sitakanPemerintah.
PEMERINTAH(MENTERIKEUANGAN IMAR'IE MUHAMMAD ) :
Saudara Ketua.
Kami sangat gemblra atas kepekaan kita terhadap ketentuan-ketentuan
Undang-undang yang sangat sensitifyaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 berikut peraturan palaksanaannya, khususnya yang menyangkut kerahasiaan bank. Usul konkrit kami mengenai pelaksanaan Pasal 17ini
diberikan penjelasan yang pada intinya adalah pelaksanaan lebih lanjut
Pasal 17, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dilaksanakan dengan mengacu kepada Undang-undang NomoI' 7 Tahun 1992 khususnya Pasal 40 dan Pasal41 berikut semua ketentuan pelaksanaannya., dan itu saya kira
lebih jelas dari pada ketentuan yang berlaku. Kalau pihak F-PP menyetujui
di penjelasan Pak ! itu lebih kuat,jadipelaksanaan lebih lanjut dari Pasal17 dilaksanakan dengan mengacu pada atau berpegang pada Undang- undang
Nomor 7 Tahun 1992 khusus Pasal40 dan Pasal41 berikut semua ketentuan pelaksanaannya, semua Peraturan Perundangan Pelaksanaannya, ketentuan
pasalnya, jadiada PP-nya, adalam-Iainnya, ada SK Menteri Keuangan dan lain-lin, jadidengan kata lain sebelum dilaksanakan harus izin Menkeu,
jadiitu dimasukan dalam penjelasan karena disini saya lihat dipenjelasan
memang cukup jclas kekhawatiranini sangat mendasar dan kami bersedia mempertimbangkan dan jika Sidang yang terhormat setuju, kami bersedia
untuk mengusulkan perumusan itu seperti yang kurang lebihnya sama tadi,
610
semangatnyakan sarna dan itu kita selebaikan dalam tingkat Panja. Terima
kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari Pemerintah.
Kami usulkan bahwa DIM 141 Panja dan Penjelasan Pasal 17 draft awal dari Pemerintah dikaitkan dengan Pasal 40 dan Pasal 41 daripada Undang-Undang Perbankan No.7 Tahun 1992. Apakah dapat disetujui ?
INTERUPSI F-PDI (DRS. IGNATIUS SUWARDI) :
Terima kasih atas penjelasan Pemerintah tadi~ saya mengcover juga dikaitkan dengan usul F-PDI yang didepan tentang rahasia bank sarna.
PEMERINTAH :
Semua yang ada kaitan dengan rahasia bank diberikan penjelasan yang bunyinya standar yang isinya kurang lebih nanti kita sempumakan dalam Panja, jadisemua pasal-pasal nanti kita lihat yang ada kaitannya dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 khusus-nya Pasal 40 dan Pasal 41 diberikan penjelasan yang sarna. Sekian, terima kasih.
KETUARAPAT:
Baik, terima kasih.
Maka DIM nomor 141 ini Panja dengan penjelasan draft awal dari Pemerintah.
(RAPAT: SETUJU)
DIM 142 oke. DIM 1430ke. DIM 144 Panja-Timus, apakah setuju ?
611
(RAP AT : SETUJU)
DIM 145, kami persilakan dari F-PDI yang memintakan penjelasan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
F-PDI mohon penjelasan mengenai masaJah kemungkinan lalainya
pihak kejaksaan mallpun kepolisian, disini bagaimanajika pihak kejaksaan
atau pihak kepolisian laJai memberitahukan, yang kami tanyakan adalah
bagaimana akibatnya. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Kami persilakan Pemerintah.
PEMERINTAH (ARIE SOELENDRO) :
Bapak Ketlla.
Jadi apabila instansi terkait misalnya disini kepolisian atau aparat
Kejaksaan tidak melaksanakan apa yang harus dilaksanakan dengan
sendirinya untuk yang bersangkutan akan berlaku sanksi seslIai dengan
ketentuan-kctentuan yang berlaku bagi yang bersangkutan, misalnya kalau
Pcgawai Negeri PP No. 30 dan sebagainya. Demikian. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
TcrimakasihPemerintah, silakan F-PDI .
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH):
Penjelasan tadi cukup je\as, namun sebaiknya juga dicantumkan dalam
penjelasan, kalau bisa, supaya ada pedoman.
612
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Sidang yang saya hormati.
Kalau kita melihat F-PP sarna dengan bunyi yang diatas, maka Panja
Timus. Dan usulan F-PDI minta diberikan penjelasan Sehingga ini Panja,
ditambah penjelasan dan draft awal dari Pemerintah.
Apakah dapat disetujuii ?
INTERUPSI F-ABRI (R.M. PURBA) :
Kami tertalrik dengan pertanyaan dari F-PDI,jadikalau pihak Kejaksaan
dan Kepolisian itu lalai rnemberitahukan, sanksi kepada petugas itu ada,
sesuai dengan ketantuan yang berlaku. tapi yang barangkali dimaksud
dalam RUUini kalau lalai diberitahukan maka kemungkinan tidak dapat dilaksanakan penyltaan ataukah begitu atau bagaimana cara penyitaan
selanjutnya, itu barangkali yang lebih diharapkan oleh F-PDI, jadisaya
bukan rnembantu, walaupun sarna-sarna Indonesia, tapi timbul pertanyaan . jadikalau lalai memberitahukan apakah tidak mengakibatkan terjadinya
hambatan terhadap penyitaan itll. Barangkali itu yang dirnaksud.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Kami akan kembalikan ini kepada Pemerintah supaya apa yang kita bahas di Pansus ini jelas, kalau lalai bagaimana.
613
PEMERINTAH (ARIE SOELENDRO) :
Jadi dalam hal aparat terkait, kejaksaan dan kepolisian lalai untuk
memberitahukan bahwasanya kepada pejabat dalam hal ini juru sita mengenai barang-barang yang seharusnya merupakan obyek vital
dengan selldirinya untuk barang-barang yang bersangkutan yang sudah
dikembalikan, dalam hal misalnya barang-barang tersebut masih ada dan
juru sita mcngetahui hal itu otomatis yang bersangkutan akan mendatangi
penanggllng pajak itu sendiri untuk menanyakan dan melakllkan suatu
penyitaan dari barang-barang yang sudah dikcmbalikan. Saya kira
dcmikian.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Saya kira ini hams ada penjelasan yangjeJas, saya kembalikan kepada
F-PP.
F-PP (DRS. H. JUSUF SYAKIR) :
Memang pertanyaan F-PDJ itu akibatnya tidak jadidisita itu barang
blau lalai,ini kalau lalai, jadiharus diatur dalam ayat berikutnya, kalau
Kejaksaan dan Kepolisian ~alai sesuai ayat (3) maka harus bagaimana ini,
surat sita sudah dikeluarkan, barang tadi mulanya disita oleh Kejaksaan
atau Kepolisian tapi kalau satu perkamini dikembalikan lagi kepada yang
punya, padahalini sudah keluar surat sita, tapi lalai memberitahukannya,
artinya tidak jadi disita oleh juru sita, ini bagaimana ? Apakah mestinya
dcngan demikian tetap surat sita itll berlaku pad a barang yang sudah
dikcmbalikan pada pemiliknya tadi, kalau itu berlaku begitu kita
cantumkan dalam ayat bel"ikutnya, jadi ini bukan lalai kemudian yang
blai dihukum, tidak ada masalah hukllmanini, akibatnya jllru sita tidak
bisa menyita barang kalau tidak diatur berikutnya, jadi saya kira perlu
ada ay.at-ayat berikutnya mengatur ini, andaikata lalai tadi. Terima kasih.
614
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-PP. Kami persilakan Pemerintah.
PEMERINThH(MENIERIKEUANGAN/DRS.MA'RJEMUHAMMAD) :
Saudara Ketua;
Jadi ini memang masukan yang sangat berharga karena itu Saudara
Ketua, jika sidang ini menyetujui kita tambah dengan ayat (3), dalam hal
tadi kelalaian dan selanjutnya, jadi untuk menutup kemungkinan tinggal
menambah kepastian hukum bagi wajib p~tiak,jadi tidak ada maksud betul,
karena penyitaan dari siapapun akhirnya mempunyai akibat publik dan
perdata yang sam a bagi wajib pajak, jadi karena itu jika dapat diterima
oleh sidang yang terhormat, kami akan coba merumuskan dengan mungkin
kita tam bah satu ayat dan nanti kami usulkan di Panja kan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih. Silakan dari F-ABRI
F-ABRI (R.M. PURBA) :
Terima kasih Pak, jadi maksudnya memang demikian.
KETUA RAPAT
Maka dengan demikian DIM nomor 145 ini di Panjakan, mungkin
tambahan satu ayat untuk mendapatkan kepastian hukum bagi wajib
pajak dan penjelasannya draft awal dari Pemerintah. Maka DIM nomor
145 Panja.
615
(RAPAT: SETUJU)
DIM 146 oke.
(RAPAT : SETUJU)
DIM 147, kami persilakan dari F-ABRI penjelasan barang-barang yang telah dis ita.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Dari F-ABRI, hanya mengusulkan, karenadalam penjelasan disebutkan cukup jelas padahal F-ABRI belumjelas tentang barang-barang yang telah dis ita danjuga pengertian instansi yang berwenang, ini kami menyarankan
agar dijelaskan pada penjelasan. Terima kasih.
KETUA RAPAT
Terima kasih f.·ABRI.
Kami persilakandari F-PP.
F-PP(IR. H. SALEH KHALED) :
F-PP juga mengusulkan yang sama.
Hanya F-PP mengusulkan kata "lain" jadi pengadilan negeri atau instansi lain yang berwenang ditambah dengalll perlu penjelasan dengan Istansl lain yang berwelllang ditambah dengan perlu penjelasan isntansi
lain contohnya apa yang dimaksud disini supaya lebihjelas. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih F-PP.
Kepada F-PDI kami persilakall.
616
F-PDI (HANDJOJO PUTRO.SH) :
Bapak Ketua.
F-PDI hampir sarna, namun kalimatnya Tadiberbeda yaitu agar
dijelaskan yang dimaksud instansi yang berwenang selain pengadilan
negari, jadiselain Pengadilan Negeri instansi mana saja yang berwenang.
Mohon dijelaskan. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih F-PDI.
Selanjutnya karni persilakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH (ARIE SOELENDORO) :
Kami sependapat untuk dibicarakan di Panja didalam penjela-sannya
instansi yang berwenang tersebut bisa merupakan aparat Kepolisian,
Kejaksaan maupun BUPLN. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Demikianlah penjelasan dari Pemerintah. Selanjutnya kami persilakan
F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO lPUTRO, SH) :
Kami setuju di Panjakan dengan catatan nanti untuk menambahkan
penjelasan.
KETUA RAPAT :
Dari F-ABRI.
617
618
F-ABRI (pUDJlARTO.SE) :
Setuju di Panjakan.
KETUA RAPAT :
Dari F-PP setuju di Panjakan?
F-PP (IR.H.M. SALEH KHALED,MM) :
Setuju di Panjakan.
KETUARAPAT:
Dari F-KP setuju di Panjakan ?
F-KP (HISOM PRASETYQ,SH) :
Setuju di Panjakan.
KETUARAPAT:
Pemerilltah setuju di Panjakan ?
PEMERINTAH (ARIE SOELENDRO) :
Setuju di Panjakan.
KETUARAPAT:
Maka DIM 147 Panja.
(RAPAT : SETUJU)
INTERUPSI F-ABRI (R.M. PURBA) :
lni sedikit tambahan, 1tapi bukan untuk DIM 147.
Mohon maaf kami kembali ke DIM 145, temtama nanti dalam
merumuskan ayat (3) yang bam Tadisudah dikasih contoh kalau Kejaksaan atau Kepolisian lalai memberitahukan pada pejabat yang menerbitkan
surat paksa agar segara melaksanakan penyitaan, tapi disamping itu ada satu hal lagi yang barangkali perlu diwaspadai, karena terjadi bahwa barang-barang yang sudah disita oleh Kejaksaan maupun Kepolisian itu
adakalanya dipinjamkan kembali kepada terdakwa, jadikalau dipinjamkan kembali, nanti pada sidangnya dia bawa kembali,ini kira-kira bagaimana
? Sejauh mungkin kami saranlkan kalau barang itu sudah ada surat sitanya
supaya tidak boleh dipinjamkan kembali kepada yang pemiIik, karena menu rut hukum itu boleh, misalnya barang bukti kendaraan menabrak,
kendaraan ditahan, sebagai barang bukti tapi adakalanya itu bisa dipinjam, pakaikan kepada pemilik.
lni mahan supaya nanti dapat tertampung dalam hal terhadap hal kendaraan itu ada surat sita maka kendaraan tersebut tidak boleh dipinjam
pakaikan kepada sipemilik. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak Purba.
Saya kiraini masukan untuk dimasukkan nomor 145, sekiranya ada ayat tambahan, mengenai dipinjamkan kern bali. Selanjutnya kita melangkah ke DIM 148. Kami persilakan'dari F-KP.
F-KP ( dr. H. FATm I>AIll..AN) : .
Terima kasih Saudara Pimpinan.
619
DIM 148 dari F-KP mengllsulkan agar dipecah menjadidua ayat bam
dan sekaligus penyempurnaan kalimat Sehingga berbunyi sebagai berikut
; ayat (2) terhadap barang-barang yang telah disita oleh pengadilannegeri,
jum sita pajak menyampaikal1i surat paksa disertai permohonan kepada
Ketua Pengadilan Negeri untllk menetapkan barang-barang yang telah
disita tel"sebut sebagai jaminan pelunasan hutang pajak.
Kemudian ayat (3) yang diusulkan bam sebagai pecahan daripada
ayat (2) RUU berbunyi sebagai berikut dalam hal barang-barang disita
oleh Instansi yang berwenang lainnyajum sita menyampaikan surat paksa
kepada instansi yang berwenang tersebut. Hal ini diusulkan dengan alasan
karen a Pengadilan Negeri itu satu Instansi sedangkan yang lainnya satu
instansi, jadipenempatan satu maksud dengan dua instansi dalam satu ayat
kami rasaini kurang tepat dan kbih memungkinkan untuk tidak terjadinya
keragu-raguan dipisah menjadidua ayat, satu terhadap Pcngadilan
Negcri dan satu lagi tcrhadap Instansi yang berwenang. Tcrima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasib dari F-KP. Selanjutnya kami persilakan F-PP.
F-PP (JR. H.M. SALEH KHALED, MM) :
Dari F-PP mengusulkan tiga kata yang disisipkan yaitu kata salinan,
ketua dan lain, sehingga lcngkapaya terhadap barang yang telah disita
scbagaimana yang dimaksud dalam ayat (I), juru sita pajak menyampaikan
salinan surat paksa, jadi ada kata "salinan surat paksa" kepada Ketua
Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih F-PP.
620
Kita lanjutkan pad a F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) ::
Terima kasih Bapak Ketua.
Dari F-PDI yang satunya redaksional yang depan-depan tadi sama,
kedua mengenai masalah menghilangkan kata "Hakim" jadikata "Hakim"
dihapus saja, soalnya disini ditekankan adalah instansi atau lembaga yang
di Pendgadilan Negcri-nya bu Kan hakimnya, jadi istilahnya disini adalah
tcrhadap barang-barang yang telah disita sebagaimana dimaksud pad a ayat
(1) juru sita pajak menyampaikan surat paksa kepada Pengadilan Ncgeri
atau instansi yang berwenang.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih F-PDI.
Selanjutnya kami persilakan Pcmerintah, untuk menjawab apa yang
dikemukakan oleh Fraksi-Fraksi tadi.
PEMERINTAH (ARlE·SOELEl'-T))RO) :
Atas usul perubahan dari F-KP, Pemerintab dalam halini tidakscpcndapat
karcna sebenarnya usulan-usulan tersebut sudah dimuat didaJam pcnjelasan
Pasal 19 ayat (2), (3) dan (4) yaitu bahwasanya penycrahan salinan surat
paksa atau juru sita pajak kepada Hakim Pengadilan Ncgcri atau instansi
yang berwenang dimaksudkan agar hakim atau instansi yang berwenang
menentukan bahwa penyitaan barang t,ersebut berlaku juga sebagai
jaminan untuk pelunasan hutal1lg pajak yang tercantum dalam surat paksa.
621
Sedangkan men genal penghapusan kata hakim dalam halini kami tidak
sependapat karena sebenarnya yang menetapkan bahwa barang terse but
disita sebagai jaminan itu adalah hakim ..
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Kami kiraini, saya usulkall kita Panjakan.
PEMERINTAH (ARIE SOELENDRO) :
Kita renungkan dulu.
KETUARAPAT:
jadi DIM 148 Panja sambil kita renung kernbali. DIM 148 Panja.
(RAPAT : SETUJU)
DIM 149 saya kira sarna Panja sambil direnungkan.
(RAPAT : SETUJU)
DIM 150. Saya persilakan F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
F-PDI hanya redaksional, sarna dengan yang didepan sebelumnya.
KETUARAPAT:
Kalau begitu DIM 150 Panja-Tirnus, setujui
(RAPAT : SETUJU)
622
DIM 151, Panja, mengenai hakim dihapus, tennasuk yang harns kita
renungkan.
(RAPAT : SETUJU)
DIM 152 Panja-Timus.
(RAPAT : SETUJU)
DIM 153 Panja-Timus.
(RAPAT: SETUJU)
DIM 154 Panja-Timus.
(RAPAT: SETUJU)
DIM 155, kami persilakan F-ABRI.
F-ABRI (pUDJlARTO, SE) :
Dari F-ABRI hanY21 mohon penjelasan yaitu masalah putusan
hakim,ini putusan hakim bisa dua macam, barang dikembalikan kepada yang bersangkutan atau penanggung pajak atau barang terscbut tidak
dikernbalikan kepenanggung pajak, jadi karni mohon penjelasan plltusan
hakirn yang bagaimana. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terirna kasih F-ABRI.
Selanjutnya kami persilakan F-PP.
F-PP (IR. H. SALEH KHALED, 1\11\1):
Pada DIM 155 kami ada raIat, seharusnya DIM itu berbunyi kata
623
"hakim" setelah kata "putusan" diganti kata "pengadilan", kata "hakim" setelah kata "oleh" dan sebelum kata "pengadilan" diganti kata "ketua",
Sehingga berbunyi "Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap segera disarnpaikan oleh Ketua Pengadilan Negeri kepada
Kantor Lelang untuk dipergunakan sebagai dasar pembagian hasillelang" Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih F-PP. Selanjutnya dari F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Terima kasih Pak Ketua;
F-PDI yang pertama sarna dellgan yang terdahulu yaitu haklmnya
dihapus diganti Pengadilan Negeri tetapi disini hakim pengadilan negerinya
ditladakan saja supaya jangan diulang-ulang, jadidisini kalau lengkapaya
saya bacakan "Putusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai
kekuatait hukum tetap segera disampaikan kepada Kantor Lelang untuk
dipergunakan sebagai dasar pembagian hasil lelang, jaditidak berulangulang lagi menyebut hakim-hakim terus dan yang pertama dihapus dan yang keduapun ditiadakan. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Kami persilakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH (ARIE SOELENDRO) :
Hanya kata-kata, tetapi kata-kata ini mempunyai implikasi yang agak dalam, nanti karni renung sambil kita melihat KUHP masing-masing, karni
akan melihat kembali, kita Panja kan. Terima kasih.
624
KETUARAPAT:
Terima kasih. DIM 155 Panja.
(RAPAT : SETUJU)
DIM 156 Pasal20 oke.
(RAPAT : SETUJU)
DIM 157 kami persilakan f-KP.
F-KP (NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SH) :
Terima kasih Saudara Pimpinan,
F-KP mengusulkan agar kala dimaksud dan kalimat kecuali ditetapkan lain oleh Menteri atau Kepala Daerah dihapus, jadi setelah kata dimaksud rasa kecuali ditetapkan lain oleh Menteri atau Kepala Daerah dihapus haHni dimaksudkan agar supaya tidak "terkesan bahwa dengan adanya
pengecualian ini ada kecenderungan menimbulkan kctidak pastian hukum, sedangkan dipenjelasan Pasalnya cukup jelas~ Demikian dari FF-KP.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih F-KP.
Sclanjutnya kami persilakan F-ABRI.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE):
F-ABRI sama dengan yang terdahulu yaitu kata "melaksanakan" dihapus. Terima kasih.
pengadilan atau instansi lain yang berwenang melakukan pencabutan sita
wajib memberitahukan kepada pejabat yang telah mengeluarkan surat
paksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 agar pejabat dimaksud
mengeluarkan surat sita".
Jadi memang ada kewajiban dia mem beritahukan kepada pejabat supaya
pejabat itu langsung kemudian mengeluarkan surat sita ini kelihatannya
belum diatur dalam pasal-pasal sebe\umnya. Tedma kasih.
KETUA RAPAT:
1i~rimakasih dari F-PP mengusulkan ayat bam kami teruskan kepada
F-PDI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, 8H):
Dari F-PDI hanya redaksional, Pak sarna de:ngan yang di depan.
630
KETUA RAPAT:
Jadi untuk F-PDI adalah Panja-Timmus, Pak. Kami silakan
Pemerintah.
PEMERINTAH:
Karena tadi yang ron dari scri ke tiga itu ada masalah substansi dan itu
tampaknya akan menjadiayat barujika kita sepakati kami usulkan di Panja
kan dan kami akan coba nanti rumuskan sebagai draft.
KETUA RAPAT:
Dengan Demikian 163 Panja. silakan.
F-PP (lIt. ILlVL SALI:H KHALID, MM):
Pak Ketoa tambah sedikit l'lelul"Uskan karena
F-PP 3 tiga ada runmsan yang sit~nnya Timmus. Pencabul.an sita itu hem!
uSlllkan hUrD! beS<lL p d:m S-llY;Li:1dikalau Tadi tEv.2 b;uu ntu
Panja, makam, 'fienus. Terima kasih, Pak.
KETUA RAPAT;
RUU lama itu Panja-T:immus, Pak usu! bam itll Panja .tu sudah 2 kali
kami scbut, Pak. Tcrima kasih.
Halaman 47, nomoI" 165. F-·PP silakan.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM):
F-PP usu! pcrub3hannya iill setelah perubahan pcrwngglwg
wajib pajak ditambahkan dilarang dan didalam memori IW satu penjelasan penangguli1g pajak dilarang meminjah
631
memindahkan hak, misalnya menjual, menghadihkan, mewariskan, mewakafkan dan menyumbangkan. Jadi di sini ada 2 hal, yaitu penambahan kata "wajib pajak" Kemudian pada memori penjelasan ada sumbangan substansi.Terima kasih, Pak.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Sebelum kami mengambil keputusan kami silakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH:
Terserah Pak Ketua apa ini Panja-Timmus atau Panja kami dua-duanya setuju.
KETUA RAPAT:
Kami serahkan kepada Ketua, maka kami akan mengambil keputusan, kesimpulan atas persetujuan Pansus mengenai penanggung pajak, dan wajib pajak dilarang maka itu Panja-Timmus dan penambah penjelasan, Panja, silakan Pak Purba
F-ABRI (R.M. PURBA):
Penjelasan Pasal23 ayat 1 sudah ada rumusan seperti yang diusulkan F-PP. Terima kasih, Pak.
KETUA RAPAT:
Ini susah kalau bicara sarna serumah, Pak. ini dalam Penjelasan sudah ada. silakan dari F-PP.
F-PP (DRS. H. JUSUF SYAKIR):
Betul memanginilah, ini kita harus menyadari kelemahan kita ini.
632
Ralat meralat itukan sudah DIM diusulkan Sekretariat kemudian ada kita
ralat. Ralatnya itu sendiri tidak lengkap ada ralat Iagi.ini biasa teljadidan
saya kira bukan hanya satu Fraksi, BPK saja meralat apa\agi kita.
Jadi memang seharusnya kata-kata ketcrangan dan seterusnya itu
tidak ada itu, itu diralat. Jadi Pak Purba benar itu. Jadi kata-kata dibawah
keterangan dalam memori penjelasan dan seterusnya itu seharusnya tidak
ada. Karena itll Sdr Saleh KJlalid pada waktu menjelaskan tidak bersemangat
karena ragu-ragu, tidak logis. Jadi memangini ralat sehamsnya tidak ada
ini. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih, Pak.
Jadi inilah kalau mataharipun sudah agak miring. jadikita mempunyai
masalah di F-PP,ini adalah masalah Panja-Timmus mengenai Pajak dan
wajib Pajak dilarang yang lain dianggap tidak ada atau drop, maka d'~ngan
dernikian 165 Panja Timus. Setuju ? Setuju.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 166, kami silakan F-KP.
F-KP ( ffil\TU SALEH) :
Terima kasih Sdr. Ketua.
lni dari F-KP sarna dengan sarannya yang ada didepan itll hanya untuk
merubah 1 gandul untuk angka 166. Itu hanya mcnyangkut satu gandul
yang dirubah mcnjadi huruf a, sedangkan 2 gandul itu menyangkut DIM
nomoI' 167,3 gandul itu menyangkut DIM nomor 168. Jadi 1 gandul diganti
huruf a, 2 gandul diganti huruf b, dan 3 gandul diganti huruf c hanya itu.
633
Substansinya tetap, jadi kalau mau diokekan substansi bagi F-KP Oke.
Hanya yang 1 gandul, 2 gandul dan 3 gandul itu saja yang disarankan untuk
diubah menjadi huruf a, huruf b, dan huruf c; Demikian saya kira cukup jelas. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Saleh.
Jadi substansi tetap gandul menggandul nanti kita susun lagi namun
masih adla dari F-PP usul perubahan, kami persilakan dari F··PP.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM):
Jadi sudah jelas bahwa 166 kami menambahkan kata atau merusak.
meminjamkan atau merusak barang yang telah disita. Demikian Pak tidak
ada ralat, Pak.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Ini supaya sebelum kita terus kita tanya dulu apa ada ralat kembali.
Kami silakan Pemerintah.
PEMERINTAH:
Panja Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Nomor 166 Panja.
634
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 167, Panja-Timmus ini Pak.
(RAPAT:: SETUJlT)
fni tadi gandu1 menggandul Sehingga saya katakan Panja Timmus.
Setiap usul kita pcrhatikan, Pak.
Baik, kita lanjutkan kepada 168 kalau ini disetujui ini Panja Timmus.
(RAPAT: SETUJU)
Noma!" 169., ini Panja-Timmus Pak F-PDI ? Panja-Timm.us substansi
tetap.
(RAPAT: SETUnJ)
Nomor 170, silakan F··PP.
F-PP (DRS.H. .JUSUF SYAKIR):
Penjelasan Pasal24 berbunyi: "Ketentuan mcngenai tata cara pcnyitaan
diatur lebih ianjut dengan Peraturan Pemerintah" Penjebsan bunyinya:
"Tata cam penyitaan untuk penagihan Pajak Pusat ditetapkdD oleh MCllleri
dan untuk penagihan pajak daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah'·.
Kami usulkan pcnjelasanini cukup jclas karena semuanya nanti diatur
di dalam Peraturan Pemerintah.
KETUARAPAT:
Terima kasilh dari F-PP.
635
Kami silakan kepada Pemerintahini supaya apa katanya Tadi overbodig
katanya. silakan Pak.
PEMERINTAH:
Usul ini akan kami renungkan dan kami usulkan di Panjakan; Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Menteri. Dapat disetujui itu 170 Panja sambil merenungkan bagaimana usul dari F-PP tadi supaya Penjdasan Pasal 24
itu dihapus.jadi ini Panja.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 171, kami silakan dari F-KP semula tetap menjadi, silakan.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO):
Terima kasih Pimpinan.
Dari F-KP, Pasal25 ini kami usulkan mulaii dengan bab baru yaitu Bab VI (enam) "Pelelangan" judulnya. Dalam RUUini dimasuk-kan dalam Bab Penyitaan. jadikami usulkan supaya lebih runtun sesuai dengan isi dari RUU sendiri, maka Pasal 25 sampai dengan Pasal 28 itu diatur dalam 1 Bab tersendiri namanya Bab VI (enam) tentang Pelelangan. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Ibu Sis.
Silakan dari F-ABRI mengenai penagihan ditambahkan kata Pajak, Tadi sudah kita setujui yaitu masuk Panja-Timmus atau tidak keberatan,
636
Kami persilakan dari Pemerintah mengenai usulan dari F-KP.
PEMERINTAH:
Kami kalau tidak salah, F-KP menjadikan satu dan memang ada
relevansinya 25 sampai dengan 28. Kalau Pemerintah setuju kalau kita
Panja kan 25 sampai dengan 28. Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Dengan demkian atas persetujuan Pemerintah jugakalau dapat kita
Saya rasa sarna dengan diatas sifatnya adalah minta penjelasan tentang
persesuaian dengan UU Perbankan, Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasiih, maka kami silakan Pemerintah untuk dapat memberikan
penjelasan mengenai usul F-KP.
PEMERIl"'HAH:
Kami yang mengenai penyertaan modaR, tentunya kita tidak bisa
639
memindahkan penyertaan modal seperti kita mindahkan uang tunai, uang
tabungan, saldo, rekening dll. Jadi ini mesti kita tampung tersendiri Sdr.
Ketua. Dan itu tidak bisa begitu saja karena itu tergantung dan itu ada
ketentuan akte notarisnya, PT-nya itu atau Firma atau apa namanya terserah
kepada bentuk persekutuannya makaini kami usulkan di Panja kan.
Kemudian yang mengenai F-PDI, dalam kaitan dengan rahasia bank
nanti kallli lihat apakah betul ini bersinggungan dengan P'asal 40 dan 41
UU Nomor 7 Tahun 1992, kalau lllemang kita beri penjelasan seperti tadi.
Penjelasannya standar sifatnya dalam kaitannya Pasal40 dan 41 UU !lomor
7 talmn 1992. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terillla kasih.
Jadi 175 Panja dan atas usul F-PDI ini apa dia bersinggungan dengan
UU Perbankan atau rahasia bank,ini akan diberikan penjelasan dan draft
awalnya dari Pemerintah. Jadi intinya 175 Panja, Setuju ?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 176, saya kira ini Panja-Timus angka 3 menjadi huruf c, setuju
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 177, Panja-Timmus tetapi F-PDI ada pertanyaan kami silakan
Pak.
F-PDI (HANJOJO PUTRO, SH):
Terima kasih Pak Ketua.
Dalam hal ini adalah mcngenm masalah pengalihan hak lllenagih
640
piutang dari penanggung pajak kepada pejalbat, namun tanpa sepengetahuan
dari pada debitur. Untuk ini F-PDI mahan penjelasan apakah debitur tidak diberitahu terlebih dulu. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih, kami silakan Pemerintah.
PEMERINTAH (DmJEN PAJAK):
Tentang tata cara penyitaannya seperti pemberitahuan dan sebagainya nya itu akan diatur di dalam ketentuannya lebih lanjut, misalnya kalau Peraturan Pemerintah atau seperti diusulkan oleh F-PP tadi, Kepmen atau
Keputusan Kepala Daerah di sana pengaturannya. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih, F-PDI sudahjelas ?
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SII):
Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT:
Maka dengan Demikian 177 Panja-Timmus.
(RAPAT : SETUJU)
Namor 178, ada pertanyaan dari F-ABRI kami silakan F-ABRI.
F-ABRI (PUDJIARTO, SE):
Dari F-ABRI, hanya pertanyaanjadi mahan penjelsan dari Pemerintah karena di sini dalam Batang Tubuh tercantum pihak-pihak. Apa yang
641
dimaksud dengan pihak-pihak sesuai dengan apa yang tercantum di Batang
Tubuh. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
F-PDI saya kira "dalam" diganti "pad a" itu Panja-Timmus kami silakan
atas pertanyaan dari F-ABRI kepada Pemerintah.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK):
Pihak lainini misalnya bursa effek, debitur, yang nanti akan dimuat
dalam Penjelasan, Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
F-ABRI mungkin masih ada login menambah.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE):
Terimakasih kalau nanti akan dilengkapi di Penjelasan. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Tcrima kasih maka nomor 178 Panja, Penjelasan awal dari Pemerintah,
setuju?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 179, Panja-Timrnus.
(RAPAT : SETUJU)
642
Nomor 180, kami persilakan dari F-ABRI.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE):
Dalam hal ini juga berupa pertanyaan, yaitu apa dasar perhitungan 8
hari, mengingatpenanggung pajak melakukan gugatan memerlukan waktu
14 hari dan kemungkinan penanggung pajak ini dapat menang. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih, dari F-PP
F-PP (JR. H.M. SALEH KHALID, MM):
F-PP mengusulkan 8 hari itu diganti menjadi15 hari,jadi lebih panjang. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih F-PP. Kami silakan Pemerintah.
MaafIbu, ada ralat dari F-KP perubahan ralat, kami silakan Ibu.
F-KP (NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SH):
F-KP ada perubahan ralat untuk DIM-nyajuga pertanyaan mengingat
bahwa diketentuan Pasal 26 ini menyinggung masalah 8 hari juga apakah memang sudah sesuai dengan Undang-Undang tentang Pelelangan yang
menjadi rujukan dari ketentuan ini . Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
643
Kami serahkan kepada Pemerintah untuk memberikan jawaban 8
hampir samahanya 14, 15 ini pertanyaannya, silakan.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK):
Usul untuk dibawa ke Panja, Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Nomor 180, Panja setuju ?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 181, oke.
(RAP AT : SETUJU)
Nomor 182, oke.
(RAPAT :SETUJU)
Nomor 183, kami persilakan F-KP.
F-KP (NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SE):
Sesudah ayat A, barangkali perlu ada kctentuan yang mengatur tentang
sanksi apabila ketentuan ini dilanggar, demikian dari kami. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima Kasih dari F-KP, dari F-PDI kami persilakan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH):
Terima kasih Pak Ketua.
644
Di sini ada suatu amaran bahwa pejabat dan jurusita pajak tidak
diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang tetapi bagaimana
terhadap keluarganya, Pak ini mohon penjelasan juga.
KETUA RAPAT:
Terima kasih F-PDI, kall1i silakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH:
Ini untuk kesekian kalinya cukup menarik ini, jadi memang betul
bahwa kita usaha maksimal dalam undang-undang ini, supaya tidak ada
penyalahgunaan wewenangkan kan hakekatnya itu, maka jika disetujui
kami usulkan untuk kita Panja kan dengan catatan kami akan mencoba
merunrcuskan sanksi seperti Tadi yang diusulkan yang umumnya saya kira
semangatnya sama semua Fraksi.
Jadi mungkin ya panjang jadi itu yang mendasar apa sampai
keberapa-keberapa kalau itu dilanggar itu hanya Tuhan yang tahu yang
sudah-sudah. Akhimya kekuasaan itu tergantung pada etika kekuasaan
dalam pelaksanaannya yang dalall1 UUD 1945 disebut semangat para
penyelenggara negara, kan itu kan etikat kekuasaan dengan kata lain
akhirnya itu. jadi yang paling bisa ll1engontrol ujungnya itu ya diri kita
seharusnya. Undang Undang itu membantu tapi yang paling bisa mengontrol
diri kita ya kita.
Jadi kami sepakat dan akan kami berikan, mencoba merumuskan sanksi
jika disetujui nanti di Panja disampaikan. Terima kasih.
KETUA RAP AT:
Terima kasih.
Kami simpulkan 183 Panja dan rumusan sanksi dari Pemerintah secara
645
awal dirumuskan oleh Pemerintah dan nanti kita akan bahas bersama.
jadi183 Panja setuju ?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 184, pasal27 F-ABRI kami persilakan.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Terima kasih.
jadi F-ABRI mengusulkan demikian, dalam Batang Tubuh bahwa
berbunyi Demikian "Lelang tetap dilaksanakan walauJPun keberatan yang diajukan wajib pajak belum memperoleh keputusan keberatan".
F-ABRI berpendapat bahwa apabila wajib pajak tidak menggugat
dan waktu untuk menggugat telah habis, lelang tetap dapat dilaksanakan.
Kami mengerti masalah ini, tapi apabila wajib pajak menggugat sesual
waktu yang telah ditentukan dan ternyata keputusan belum ada, disarankan
agar pelaksanaan Ielang ditangguhkan. Demikian, terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih, F-PP.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Inisebetulnya selera bahasa saja ini Ketua, jadikita usulkan "'Ie lang
tetap dapat dilaksanakan", masalah selera bahasa lah. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih F-PP.
646
Tempo-tempo selera inilah yang melancarkan segal a sesuatunya Pak.
Kami silakan dari Pemerintah atas usul F-ABRl.
PEMERINTAH:
Kami cantumkan kata "dapat", karena agar "IeIang tetap dapat
dilaksanakan tanpa dihadiri", tetap jadi tidak hams, maaf oh ya "Ielang tetap dilaksanakan waIaupun keberatan yang diajukan oIeh wajib pajak
belum memperoIeh keputusan keberatan". Ini hams dilihat juga dalam
kaitannya dengan ayat berikutnya, ayat (2) selanjutnya Pasal27.
Ini adaIah untuk menjaga jangan sampai, jadi ini supaya jalan, jadi kalau menunggu itu, ini sarna saja dengan analog dengan "Keberatan
tidak menunda kewajihan pemhayaran pajak". Sehah kaIau "keheratan itll menunda", semua keberatan rame-rame tidak bayar pajak,ini juga
Demikian. jadimaksudnya adaIah. Dan kami usuIkan Saudara Ketua, kalau mcmang dengan penjeIasan ini sebagian Fraksi yang memberikan catatan
terhadap pasaIini masih juga mempunyai reserve opinion, maka kami
usulkan di Panja kan. Dan ini mahan dibaca daIam kaitan ayat (2) dan
ketentuan KUP. Baik , tcrima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Kami silakan dari F-ABRl.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Setuju di Panja kan Pak.
KETUA RAPAT :
F-PP?
647
648
F -PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Setuju.
KETUA RAPAT :
Dari F-KP?
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Setuju.
KETUA RAPAT :
F-PDI?
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Maaf, setuju Pak.
KETUARAPAT:
Maka 184, Panja.
Nomor ] 85, oke.
(RAPAT : SETUJU)
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 186, kami persilakan F-KP.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Terima kasih Pimpinan.
Dari F-KP hanya membah kalimat saja, jadi substansi tetap, kami
usulkan di Panja-Timus.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Dari F-PP" saya kira hampir sarna yaitu sudah kita bahas Tadi yang
lebih dahulu, kata-kata "wajib pajak, penanggung pajak" ditambah kata
kata "wajib p"jak". Maka 186, Panja-Timus. Setuju ?
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 187, oke
(:RAPAT: SETUJU)
Nomor 188, kami persilakan F-PP.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
F-PP, ada ralat.
KETUA RAPAT :
Ada ralat F-PP.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Yang ralatnya cukup panjang lebar. Pasal 28 ayat (1) kami usulkan
dipecah menjadi 4 (empat) ayat,jadi 4 (em pat) butir.
I (satu) a, seperti ayat (I) RUU, yaitu "hasillelang dipergunakan terlebih
dahulu membayar biaya penagihan yang belum dibayar dan sisanya untuk membayar" utang pajak".
649
Kemudian ditambah 3 (tiga) butir lagi, yaitu 1 (satu) b, 1 (satu) c, 1
(satlU) d, yang bunyinya sebagai berikut :
I (satu) b, "dalam hal hasillelang sudah mencapaijumlah yang cukup
untuk melunasi biaya penagihan dan utang pajak, maka pelaksanaan Ie lang
dihentikan" .
1 (satu) c, "sisa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b beserta
kelebihan uang hasil lelang dikembali oleh pejabat kepada wajib pajak!
penanggung pajak, dengan ketentuan bahwa kcterlambatan pengembalian
tiap bulan ditambah Imbalan bunga 4 % (empat persen) dari nHal uang
ditambah nilai taksasi barang yang dikembalikan"
I (satu) d, "Penjabat yang lalai yang rnenyebabkan tambahan imbalan
sebagaimana dimaksud ayat (1) c diberikan hukuman sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku".
ladimaksud kami adalah Pasal28 ayat (I) ini tetap sebagaimana adanya
danini menjadil (satu) a, Sehingga 1 (satu) b, 1 (satu) c, 1 (satu) d,ini
menjadi elaborasi penjabaran lebih lanjut yang dari sudah ada. Sehingga
semuanya menjadi 4 (empat butir). Terima kasih Pak Ketua.
KETUARAPAT:
Terima kasih dari F-PP. Kami lanjutkan dari F-PDI.
F-PDI(HANDJOJO PUTRO, SH) :
Terima kasih Pak Ketua.
Dari F-PDI itu hanya mohon penjelasanjuga ini, sebabnya ini lelang itu
mengenai masalah dan kadang-kadang betul-betul sangat menyakitkan hati,
artinya apalagi kalau barang ini kena lelangnya jauh dengan harga yang
650
sebenarnya Pak. Untuk ini F-PDI mohon penjelasan, siapa yang menentukan
limit harga lelang dengan tidak merngikan pihak yang mempunyai barang
Pak ?, sebenarnya siapa ini yang menentukan limit barang ini ? Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih F-PDI.
Kami silakan Pemerintah.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK):
Yang menentukan harga batas limitnya adalah Pejabat
PEMERINTAH :
PakKetua.
Kembali lagi yang kami kemukakan tadi, Pejabat ini kan tunduk
pada sumpah jabatan. Jika ternyata bahwa dalam penentuan limit ini
semena-mena, apalagi ada indikasi penentuan limit subjektif sifatnya,
subjektif artinya adalah dalam artl kata. bahwa ada kepentingan-kepenti
ngan juruslta di dalamnya dalam menentukan harga limit tersebut, maka
tentunya persoalannya lain. Persoalan lain artinya menjadi pidana, itu
pasti demikian.
jadi apakah ini, kami kira nanti di Panja kan dan dapat dibuat sebagai
suatu record, kami gembira sekali kalau dibuat suatu record daripada
pembicaraan di Panja, Panja itukan akhirnya ke Pansus. Dan itu dengan
demikian mengikat bagi Pemerintah,· untuk nanti di dalam memasukan
dalam Peraturan Pemerintah atau pelaksanaan peraturan yang lebih lainnya.
Sehingga kita upayakan supaya penentuan limit harga itu seobjektif
mungkin, tentunya harns demikian. Cuma kalau diatur semua di sini kan,
651
seperti kita atur segala sesuatunya tentang ketentuan-ketentuan Sumpah
Jabatan, dan lain-lain, dan ini jadi bisa segini.
Jadi tentunya ini harus dibaca dalam keseluruhan ketentuan - ketentuan
yang menyangkut kewenangan-kewenangan publik. Jika ada, jika
kewenangan itu disalahgunakan. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak Menteri.
Cuma dari F-PP Pak, Pak Menteri belum menjawab tambahan ayat
sebagai elaborasi.
PEMERINTAH:
lni bagi, itu kami kira, kami usulkan di Panja kan Pak. jadi karenajuga
menyangkut sistematikaini, tidak salah tangkap tadi. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih. F-PP?
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Bisa kami tambahkan sedikit Pak Menteri .
Sebetulnya apa yang disarankan oleh F-PP sebagian substansinya sudah
ada pad a penjelasan~ hanya Fraksi mempertimbangkan beberapa substansi itu cukup prinsipiil untuk diangkat di Batang TlIblih itu saja, dan ditambah
masalah sanks i.
Terima kasih.
PEMERINTAH :
Dengan Demikian kita angkat, karena dianggap lebih cukup berbobot
652
untuk diangkat sebagai suatu ayat barn. Kami pertimbangkan nanti kami
tentunya kami rumuskan dan nanti diajukan di Panja.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Setuju.
KETUA RAPAT :
F-PDI?
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Terima kasih Pak.
Kami senang sekali tadi mendengar penjelasan dari Pak Menteri tadi,
kalau bisajuga nanti mengenai masalah yang menentukan limit itu supaya
juga ditambahkan. Dengan catatan lagi dalam penjelasan supaya disebutkan
bahwa adanya tidak sewenang-wenangan tadi, supaya lebih ada suatu
pedoman yang sifatnya suatu warning Pak. Sehingga nanti, yasumpah itu
memang banyak Pak sumpah, tetapi yang lebih mengikat Jagi adalah suatu
amaran Pak di sini supaya lebih ditakuti Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih F-PDI, jadi setuju di Panja Pak ?
Maka Del11ikian kami usulkan, bahwa 188 Panja dan nanti rumusan
rumusannya akan dibahas di dalam kita membahas di Panitla Kerja. jadi
nomor 188 Panja.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 189, saya kiraini Panja-Timus, oleh karena dari F-PP sarna
mengenai penanggung pajak dan wajib pajak. Setuju Panja-Timus ?
653
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 190, kami persilakan dari F-KP ..
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HAOIWITARTO) :
F-KP, ini berkaitan dengan usulan yang Tadi tentang penambahan Bab
baru, Sehingga BAB V menjadi BAB VII, karena Tadi ada BAB III
(baru) dan BAB VI. Terima kasih.
KETUA RAP AT :
Kalau begitu kami usulkan tnl Panja-Timus. Panja-Timus dapat
disetujui 190 ?
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 191, saya kira ini Panja Pak,jadi 191 Panja.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 192, ini oke saya kira.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 193, kami persilakan F-ABRI.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
F-ABRI hanya ingin penjelasan sebenarnya, tentang "pencegahan
dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai utang pajak
sekurang-kurangllya Rp 100.000.000,00 (sleratus juta rupiah)". Ini latar
belakangnya bagaimalla? Terima kasih.
654
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak. Dari F-PP.
F-PP (JR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Untuk ini kami Panja-Timus saja Pak.
KETUA RAPAT :
silakan kepada Pemerintah atas pertanyaan F-ABRI.
PEMERINTAH :
Sebagaimana Kami kemukakan Saudara Ketua dan para Anggota
Pansus yang terhormat, maka khususnya masalah pencegahan maupun dan
atau penyanderaan,ini memang akan dilakukan sebagai upaya terakhir dan sangat selektif. Nah, mengapa Rp 100.000.000,00 (seratus juta) ini kan
ya susah,ini terus terang saja ya kami berpendapat dengan asumsl kalau
orang menunggak Rp.l 00.000.000,00 (seratus juta) itu bisa dihitung sudah penghasilannya berapa. Jadi dia tidak termasuk orang yang bawahlah Pak. Kalau utang pajaknya saja sudah Rp 100.000.000,00 (seratus juta)ini
umumnya, kalau yang kecil-kecil kan tidak ada, yang kami hapuskan PBB
yangterkecil itu Rp.l0.000,00 (sepuluh ribu), Rp. 1 00.000,00 (seratus ribu), Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu) tidak ada yang mencapaijuta-juta,
nanti akhimya milyaran, tapi penghapusannya segini bendelnya itu. Bulcan itu maksudnya di sini, masa yang begitu mau dicekal, ya tidak pasti.
Jadi dengan demikian, kami ambil angka seratus juta sebagai mana kami jelaskan pada waktu keterangan Pemerintah dan pada waktu kallli
menjawab memberikan tanggapan terhadap pendapat Fraksi pada waktu Tingkat II. Oleh karena itu kami usulkan di Panja kan, dan ini juga telah diblcarakan dengan Departemen Kehakiman. Kami kira dengan melihat
655
pengaJaman yang dilakukan pe:ncegahan selamaini terhadap para debitur
tertentu daJam rangka utang kepada negara, khususnya dalam kaitannya
dengan Bank Pemerintah yang dilakukan oleh BUPLN angka seratus juta
memadahi Pak, ini impiris, terus terang angka ini diangkat dari kenyataan
di lapangan. Karena itll lebih lanjut kami usuIkan hal ini di Panja kan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih. KalaL! begitu 193, Panja? Kami silakan F-ABRI.
P··ABlU (PUDJIARTO, SE) :
Demikian Kctua, jadidengan apa yang dijelaskan ini saya kira untuk
Batang Tubuh, kami berpendapat "tetap", Sehingga bisa Timus, begitu.
F-ABRI (RoM. PURBA):
Tambahan Pak Ketua.
Untuk angka seratusini, nampaknyaini angka tetap, tidak ada
kemungkinan perubahan. jadikalau ada kemungkinan nanti ada perubahan
situasi keuangan inflasi dan sebagainya, angka seratus sebaiknya akan
tetap. Memang kami dapat memperh:itungkan orang yang l11el11punyai
utang pajak seratus juta, kaJau PPh ini kira-kim penghasilannya sekitar
tiga ratus juta itu, tiga ratus sampai tiga ratus dua puluh juta, kaJau PPh.
pajaknya seratus juta kal i seribu berarti seratus milyar.
Tapi dalam RUU ini tidak ada kemungkinan suatu saat angka ini akan
disesuaikan, apakah diatur dengan PP atau Kepmen. Itu yang sebenarnya
latar beJakang pertanyaan tadi, mengapa angka seratus. Jadi kalau ingin
656
menJanng lebih banyak tentu angkanya· dikecilkan, tapi kalau mgm
membebaskan lebih banyak angkanya dibesarkan.
Itu saja Pak dasar pertanyaannya, jadi tidak ada kemungkinan
peru bahan, mungkin kalau UU ini berlaku dua puluh tahun, dua puluh
tahun yang akan datang juga seratus juga, padahal nilai duit barangkali
sudah berbeda.
Begitu saja Pak, terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
Mungkin Pemerintah ingin menambah apa yang ditambahi oleh F
ABRI.
PEMERINTAH :
Ketua, kami kira ada ini, "besarnya utang pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 dan Pasal 33 ayat (6) dapat diubah dengan Peraturan
Pemerintah". Jadi persis Pak Purba yang kami hormati nilai uang kan bisa turun, kalau dua puluh tahun lagi kita mesti antisipasi, dan kami
kira apa harus kita merubah UU hanya satuayat saja. Karena itu kalau disepakati untuk mengakomodir apa yang dikemukakan oleh Pak Purba
yang terhormat, maka diatur dalam Pasal33 ayat (6). Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Jadi kalau demikian 193 Panja-Timus ?
F-ABRI (R.M. PURBA)
Maaf Pak Ketua.
Kalau itu masalahnya bagi F-ABRI tidak ada masalah, Memang tadi
657
sifatnya pertanyaan, kemudian kaitannya dengan perubahan nilal uang.
jadibagi F-ABRI tidak ada masalah seratus itu sudah oke, karena ternyata memang ada kemungkinan perubahan jumlah utang pajak itu tadi yang
diatur di Pasal33 ayat (6). Terima kasih Pak Ketua.
KETUARAPAT:
Terima kasih F-ABRI.
Oleh karena usul pertanyaan dari F-ABRI sudahjelasjawaban-nya dan
F-PPini masih ada masalah penanggung pajak dan wajib pajak, tadi sudah
kita rumuskan Panja-Timus. Silakan.
F-PP (H. ALI HARDI KIAIDEMAK, SH) :
Kami ulangi, yang menyangkut Panja itu karena ada yang masih substansi, kami mengusulkan sebelum kata "dapat" disisipkan kata "hanya".
ini kan atas dasar itu berarti kan substansi agak perlu kita bkarakan lebih dalam di Panja. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Jadi Panjaini Pak, 193 Pan ja.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 195, ya sebelum 195 tentu 194, dan 194 ini adalah oke.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 195, silakan F-PP.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
DIM nomor 195, Pasal 30 ini kami ada pertanyaan sedikit Pak
658
Menteri. Padla ayat (1), "Menteri keuangan dapat membcrikall keputusall
pencegahall". Pada aya1t (4), "Menteri Kehakimall dan Pe jabal yang
memohon pencegahan".
Jad ipertanyaallllya, sebenarnya siapa yang secara hirarki berhak
mclakukan pencegahall tersebut, hakimkah atau setiap Menteri, helldaknya
hal ini dibahas lebih ianjut, jangan sam pal terjaditumpang tindih
kewenangan" apalagi da'lam hal kepastian hukum. A palagi da'lam Pasal
32 RUU "Pencegahan dilaksanakan berdasarkan ketentuan perundang
undangan yang berlaku"" Jadi disini masalah kewenangan ini bagairnana
sebenarny?
Kemudian mengenai penyempurnaan re:daksional, kami mengusulkan
pada akhir kalimat ayat (l) ini ditambah kata-kata "atau atas permintaan
Kepala Daerah", sebagaimana tertera pada DIM yang telah ditulis di sini.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT :
Terima kasih. Kami silakan Pemerintah.
PEMERINTAH :
lni pertanyaanyang memang perlu kita clearkan, ini ada kaitannya dengan
UU lain, Undang-undang Nomor 9 Tabun 1982 tentang Keimigrasian.
Kita mengetahui bahwa UU ini memberikan kewenangan kepada A
(empat) Pejabat Tinggi, yaitu Menteri dalam hal ini Menteri Kehakiman
yang sepanjang menyangkut masalah Keimigrasian. Kemudian Menteri
Keuangan sepanjang menyangkut piutang negara. Kemudian Jaksa Agung
sepanjang menyangkut pelaksanaan Ketentuan Pasal 32 huruf c, Undang
undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Dan
PanglimaAngkatan Bersenjata, saya kira dalam kaitan ini., soal pertahanan
659
keamanan. Yang kaitannya langsung di sml adalah mengenai Menteri·
Kehakiman dan Menteri Keuangan.
Nan, bcrtitik tolak daripada UUini tidak ada memberi kewenangan
kepada Pejabat daripada Pemda, karena itu tidak bisa Pejabat Pemda atau
Gubernur atau apa, tidak bisa melakukan pencegahan. Karena itu sifatnya
hanya mengusulkan kepada Menteri Keuangan, kemudian kalau memang
alasannya cukup, Menteri Ketllangan melakukan. Supaya sejalan dengan
UU tentang Keimigrasian Nomor 9 Tahun 1982. Jadi meminta. Terima
kasih Pak.
KETUARAPAT:
Terima kasih Pak Menteri. silakan F-PP.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Kami mengusulkan ini di Panja kan Pak ,. supaya ada pendalaman
lebih lanjut. Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT :
Nomor 195, di Panja kan, apakah Pemerintah setuju Pak ? Nomor
195, Panja.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 196, saya kira ini Panja-Timus, apa setuju ?
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 197, kata "dalam" diganti dengan "pada", Tadi sudah kita
putuskan Panja-Timus.
(RAPAT: SETUJU)
660
Nomar 198, kata "dalam" diganti kata "pada", setelah kata-kata
"penanggung pajak" ditambah kata "wajih pajak", Panja-Timus Setuju ?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 199, oke.
(RAPAT: SETUJU)
Namor 200, Panja-Timus.
(RAPAT: SETUJU)
Namor 201, kami persilakan F-KP.
F-KP (HlSOM PRASETYO, SH) :
Pada DIM 201 ini, F-KP hanya rnenyarankan agar supaya dipenjelasan
itu dicantumkan Undang-undang: yang berlaku, yaitu Undang-undang
Namor 9 Talmn 1992 tentang Keimigrasian, ini semata-mata untuk
memudahkan membaca saja ini. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-KP. Kami sHakan dari Pemerintah.
PEMERINTAH :
Mungkin nanti ditampung dalam penjelasan Pasal ini, kalau setuju
nanti kami rumuskan, di Panja kan. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pemerintah.
Namor 201, Panja, dan rumusan penjelasan awal dari Pemerintah,
setuju ?
661
(RAPAT : SETUJV)
Narnar 202, Pasal33. Karni silakao F-PP.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
loi sarna deogan yang lewat Pak,
KETUA RAPAT :
Panja-Timus ?
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Bukan-bukan, ini ada kata "hanya" Pak ya ? "Penyanderaan hanya",
jadi mungkin nuansanya substansial, jadi mungkin Panja Pak. Terima
kasih.
KETUA RAPAT :
Kepada F-PDI, kami silakan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH)
Pak Ketua, sampai dengan Pasal 36, sepanjang mengenai
"penyanderaan" F-PDI mahan dihapus Pak. Kami setuju di Panja kan
Pak. Terima kasih.
KETUARAPAT
Kalau begitu tidak usah kita putar liagi ini Pak. Jadi 202 ini Panja.
(RAPAT : SETUJU)
662
Nomor 203, dihapus F-PP, F-PDI. Panja, setuju Pak ?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 204, kami silakan F-KP.
F-KP (HISOM PRASETYO, SH) :
Bapak Ketua, pada DIM nom or 204 ini F-KP mempertanyakan kepada
Pemerintah yang menyusun RUUini, yaitu penentuan teotangjangka waktu
penyanderaan paling lama 1 (satu) talmo. Kami mengajukan pertanyaanini,
karena iogin mengaitkao dengan tindakan yaog hampir samajiwanya, yaitu
dalam hal penahanan dalam perkara pidal1ia, yaitu secara berjenjang mulai
dari Penyidik, Penuntut Umum atau Jaksa,. Hakim, Pengadilan Negeril
Pengadilan tinggi, Mahkamah Agung. itu misalnya di tingkat Pcnyidik 30
(tiga puluh) hari dan dapat diperpanjang 40 (empat puluh) hari, Pad a Jaksa
30 (tiga puluh) hari dapat diperpanjang 30 (tiga puluh) hari.
Jadi itu berjenjang dan setiap kali pendek-pendek saja itu, karenaini
mungkin berkaitan dengan hak asasi. Maka kami mempertanyakan
pertimbangannya apa 1 (satu) tahun, apa tidak terlalu lama, kalau misalnya
seperti pada Undang-undang tal1Un 1959 dulu itu ada dua macam, yaitu
untuk utang pajak sampai dengan lima puluh ribu rupiah itu paling lama 6
(enam) bulan, dan utang pajakdi atas lima puluh ribu rupiah itu paling lama
1 (satu) talmo. Atau mungkin apakah tidak surat keputusan penyanderaan
pertama itu 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang dengan 6 (enam)
bulan.
lni hal-hal yang Ingin F-KP itu meodapat penjeiasan dari Pemerintah.
Terima kasih.
663
KETUA RAPAT :
Terima kasih dad F-KP.
Dari F-ABRI ini ralatnya te:tap. Tolong kore:ksi kalau saya salah. maka
dengan demikian, dari F-PDI dihapus.
Kami persilakan dari Pemerintah untuk dapat menjelaskan apa yang
dikemukakan oleh F-KP tadi.
PEMERINTAH :
Saudara Ketua.
Kami kira kami bisa mempertimbangkan apa yang dikemukakan oleh
rekan dari F -KP, bisa kita rumuskan, disinikan paling lama setahun, misalnya
kita rumuskan, untuk pertama kali 6 bulan dan dapat diperpanjang untuk
6 bulan berikutnya, jadiakhirnya setahun, bagi dua, cuma ada periodisasi,
maksudnya ini kan kalau 6 bulan pertama ini dia sudah tobat, terus langsung
sebelum 6 bulan, terus dia langsung, dia kasiih tahu, saya punya harta,
haI1anyaini, kan konangan, ya sudah, terus bayar ya tidak diperpanjang.
tapi kalau kalimat ini, ya mustinya sama juga, seharusnya buat apa dia
nunggu sampai satu tahun, kecuali dia suka disandera itll, tentunya kan
tidak, ini kan orang-orang mampu, masa suka disandera. Karena itu kalau
umpamanya seluruh kita, Fraksi-fraksi dalam Pansus ini sepakat, kami
tidak keberatan untuk mempertimbangkan masa penyanderaan adalah 6 bulan, kemudian dapat diperpanjang 6 bulan berikutnya, sama juga
akhirnya paling lama 1 tahun, cuma dibagi dua periode Saudara Ketua.
Kalau ini memang kita kehendaki dan merupakan keputusan kita, kami
bersedia untuk merumuskan kembali ayat (3) ini.
Terima kasih.
664
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Kami minta pendapat dari F-ABRI, oleh karena masa penyerahan
paling lama 1 tahun dapat dirubah menjadidapat selarna 6 bulan, dan dapat diperpanjang 6 bulan berikutnya, dan rumusan daripada ayat itu tadi akan dibuat secara awal oleh pemerintah. silakan F·ABRI.
F-ABRI (PUDJlARTO, SE):
Saya kira F-ABRI dalam menentukan batang tubuh ini, berpendirian
tetap. Mungkin dalam penjelasan akan dijelaskan lebih dalam silakan saja, setuju saja. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
F-ABRI tetap, F-PP tetap pada DIM-nya, F-PDI hapus.
Jadi kalau begitu ini Panja Pak Menteri. 204 Panja ?
(RAPAT: SETUJU)
205. Kami persilakan kepada F-KP.
F-KP (NY. HJ. OETARTI SOEWASONO, S.H-) :
Terima kasih Bapak Pimpinan.
F-KP pada DIM-nya mempertanyakan mengenai penyanderaan.
Mengapa F-KP mempertanyakan, oleh karena temp at penyanderaan
ini adalah sangat perlu menurut pendapat F-KP dicantumkan didalam
665
batang tubuh secara normatif, karena ini adalah menyangkut perarnpasan
kemerdekaan seseorang, dan tempat itu harns jelas, oleh karenaini bukan
suatu bahwa wajib pajak itu bukan narapidana. Jadi tempatnya harns jelas, mengusulkan dirnmah tahanan. Demikian dari F-KP, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Bu.
Kami serahkan kepada pemerintah.
PEMERINTAH :
Benar, di Rutan, kal;lU tidak salah ada di penjelasan. Memang tempatnya
di Rutan.
F-KP (NY. HJ. OETARTI SOEWASONO, S.H.) :
Tetapi F-KP mengusulkaltl supaya dimuat didalam batang tubuh,
oleh karena perampasan daripada kemerdekaan seseorang., jadi ini harns
normatifPak. Terima kasih.
PEMERINTAH :
Penjelasan ini diangkat di batang tubuh ?
F-KP (NY. HJ. OETARTI SOEWASONO, S.H.) :
YaPak.
PEMERINTAH :
Kalau kami tidak salah, ini diusulikan supaya penjelasan ini diangkat
menjadi batang tubuh, karena sifatnya nomlatif Ya bisa saja lab, kita serahkan
666
pada ahli-ahli hukum Pak Ketua, saya menyerah saja, karena saya hukan
sarjana hukum sih. Kalau memang kita sepakat, ahli-ahli hukum kita ini
normatif sifatnya harus diangkat di induknya, di batang tubuhnya, kami
tidak keberatan.Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Kalau begituini saya kira ahli hukumnya banyak di Panja. Jadi kita
bahas di Panja. F-PDI iniJiuga dihapus, silakan Pak.
F-KP (HISOM PRASETYO, S.H.) :
Terima kasih Bapak Ketua.
Pada DIM Namar 205 ini, F-KP dengan maksud untuk mempercantik
rumusan-rumusan dalam undang-undang ini, maka F-KP ingin membekali
nanti kepada Panja, yaitu rumusan dari ay.at (4) Pasa133 ini yang di DIM
205 itu disesuaikan dengan gaya bahasa yang dipakai di Pasal 30 ayat (2)
atau DIM Namor 196. Jadi kira-kira bunyinya nanti demikian,
a. Identitas penanggung pajak yang dikenakan penyanderaan.
b. Alasan untuk me:lakukan penyanderaan.
c. Tempat dilaksankannya penyanderaan.
d. Tanggal ij in penyanderaan.
e. Jangka waktu atau lamanya penyanderaan.
Demikian sumbangan dari F-KP, terima kasih.
667
KETUARAPAT:
Terima kasih Pak.
Prinsipnya ini panja apa Bapak setujui Pale, dengan nanti masukan
masukan.
PEMERINTAH :
Mungkin ini Panja Timus, kalau yang kalimat. Oh maaf-maaf, lupa.
KETUA RAPAT :
Karena F-PDI ada yang dihapus Pak. Jadi 205 Panja.
(RAPAT : SETUJU)
206. Kami persilakan F-ABRI.
F-ABRI (PUDJIARTO, SE.) :
Usul F-ABRI untuk batang tubuh tetap, tapi dalam penjelasan perlu
dicanturnkan bagaimana kalau Anggota DPR yang pengusaha, kalau
Anggota DPR yang bukan pengusaha saya kira tidak akan hutang pajak
sam pal Rp.l 00 juta, bagaimana aturannya, karena didalam penjelasan tidak
dicantumkan Anggota DPR, demikian, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih dari F-ABRI. Dari F-PP.
F-PP (IR. H.M. SALEH KHALID, M.M.) :
Sebenarnya kami ingin penjelasan lebih lanjut pada pasal penjelasan,
668
karena di sini dikatakan cukup jelas. Di sini dikata-kan penyanderaan tidak
boleh dilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang beribadah, atau
sedang mengikuti sidang resmi, atau sedang mengikuti pemilihan umum.
Cukup jelas, kalau beribadah, pemilihan umum mungkin sudah jelas, tapi
sidang resmi, sampai sejauhmana dikatakan sidang resmi itu. Sehinggaini
harns ada penjelasan juga. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Kami kembalikan kepada Pemerintah untuk diberikan penjelasan
mengenai sidang resmi Pak~ Silakan Pak.
PEMERINTAH :
Ada dua substansi Saudara Ketua, yaitu mengenai ketentuan protokoler
mengenal Anggota DPR. Kami sampaikan protokoler karena setiap warga negara tunduk pada Undang-undang itu. Dengan demikian yang
disampaikan adalah prosedur pemanggilan sampai disanderanya nanti
bagaimana. Kami lebih senang jika para Anggota Dewan yang terhormat membantu kami dalam hal ini, karena urnsan ini kan lebih mengerti
Anggota Dewan daripada saya, terns terang saja.
Jadi prosedur-prosedur yang sudah baku, ya kita ikuti, dan mungkin itu bisa dicantumkan dalam penjelasan pasal, dalam hal ini menyangkut
Anggota Dewan, kalau Anggota Dewan tidak keberatan ya kami tidak apa
apa, silakan saja, kalau itu dianggap tidak apa-apa, kami tidak keberatan. Jadi itu nanti di Panja, tapi kami Mohon dibantu oleh paraAnggota Dewan yang terhormat dengan suatu pengertian kita, bahwa setiap warga negara tunduk pada ketentuanini, bahkan seharusnya kan Anggota Dewan tidak boleh ada yang menunggak sampai Rp.l 00 juta, seharusnya, tapi wong namanya manusia, manusia tetap kemungkinan ada, jadi tidak ada salahnya kita atur
669
hal ini, pahlt-pahit di depan. Kemudian hal yang kedua, ibadah misalnya,
jelas, lagi naik haji apa gitu, kemudian pemiilihan umum jelas, nah apa
yang disebut dengan sidang resmi, kami kira;ini perlu dirumuskan dalam
peraturan pemerintah, sekali lagi kala'll Anggota Dewan bisa menyurnbang
pikiran, misalnya sidang resmi yang kami pikirkan, ada Sidang MPR,
kan bisa saja, ada pengusaha yang sedang menghadiri Sidang MPR, kita
tunggu sclcsainya Sidang MPR. Jadi memang bukan sidang kemudian
yang rapat-rapat ke~ja perusahaannya,ini sidang resmi, bikin rap at tcrus
dia sampai habis, kapan-kapan saja, bukan itu, contohnya Sidang MPR, itu
kan pcnjelmaan kedaulatan rakyat, dan ini akan dijelaskan dalam peraturan
pcmerintah, dan jika sekali lagi ada masukan dari Anggota Dewan yang
terhormat, sungguh sangat kami hormati dan hal itu mungkin kalau tidak
ada hal yang prinsipil, kami kira apa periu masih di Panjakan Saudara
Ketua, ini kan cuma sidang resmi itu apa, sudah kami kasib contoh, Sidang
Umum. Ya apa perlu masih di Panjakan kalau demikian, ini sudahjelas.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak Menteri, masih perlu karena F-PDI dihapus Pak.
PEMERINTAH :
Mau tidak mau harus di Panjakan.
KETUA RAPAT :
Maka 206 Panja.
(RAPAT : SETUJU)
Sidang yang kami hormati,
670
Kalau membaca hurnf a tentu kita ingin sampai hurnf z Pak. Kalau
dalam agama, Al-fatehah itu hendaklah sampai waladdollim, kami meminta
kesediaan Anggota Pansus kiranya kita sudah sampai ke nom or 206, masih
ada 40 nomor, kiranya dapat kita selebaikan pada petang had ini.
Untuk itu kami minta persetujuan agar rapat Pansus ini kita perpanjang
sampai selesai. Setuju ?
F-KP (ABDULLAH ZAINIE, S.H.) :
Saya kira ada alasan dari Pimpinan untuk mengajukan itu kepada rapat
Pansusini, dimana Anggota Pansus tidak tabu persis apa latar belakangnya,
sebab 40 PDInt lagi barangkali sampai jam 5, kita belum sembahyang
Ashar Iho Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak Zaine,
Memang itu yang saya pandang tadi Pak, supaya alasan-alasan ini dapat
dikemukakan oleh Pemerintah kepada kita didalam mencari kesepakatan
untuk menyelesaikan suatu tugas, kami persilakan Pak Menteri dapat
menjelaskan Pak.
PEMERINTAH :
Saudara Ketua,
Memenuhi penugasan daripada Pimpinan, maka kiranya, tampaknya,
sulit bagi kita bersidang hari Jum'at. Karena kami pagi had ternyata diluar
kekuasaan kami tidak bisa ke dewan,jadi sekali lagi diluar kekuasaan kami.
Kalau kami sih mau dipanggil jam berapa datang. Karena itu sebagaimana
telah kami sampalkan itu hari Jumat, jam 02.30 nya kami harus memlmpin
671
rapat modal ventura se-Indonesia. itu penting sekali, urusan usaha-usaha
kecil, kan ada persiapan untuk pertemuan di Bogar pada hari Sabtunya
jam 10 dengan Bapak Presiden. itu modal ventura seluruh Indonesia. jadi
dengan Demikian waktu kita semakin terdesak dengan waktu, mungkin itu
salah satu pertimbangan pimpinan, selain itu ya kita harapkan sisanya ini
bisa kita selebaikan sekitar satu jam, diharapkan. Tadi Saudara Pimpinan
pada \Vaktll istirahat menyampaikan kepada kami apakah bisa, saya bilang
ya kalau para anggota Pansus setll-ju, kami setll~u, diperpanjang. Demikian,
terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak Menteri.
Sidang yang kami hormati, besok Pak Menteri bam dapat bersama
kita pada jam 13.00 WIB.
PEMERINTAH :
Maaf, kalau kami tidak salah besok jam 14.00 WIB.
KETUARAPAT:
Beil'dasarkan pertimbangan itulah segal a sesuatu kami akan rnencari
kesepakatan kita bersama, kalau kami katakan tadi sampai selesai, kami
haqklll yakin dengan kebersamaan kitaini akan selesai sekitar jam 17.00
dan bagi yang ingin sembayang Ashar, jam 5 itu masih ada waktu sampai
jam 6 kurang 20. Setuju untuk kita lanjutkan ?
(RAPAT : SETUJU)
Maka sidang kita perpanjang sampai sekitar menjelang magrib. Maaf
sampai sebelum Ashar habis.
672
Baiklah kita akan lanjutkan 207. F-KP tetap, F-ABRI tetap, F-PP ada
usulan dan F-PDI hapus. Panja.
(RAPAT : SETUJU)
208. Setuju Panja.
(RAPAT: SETUJU)
209, Panja.
(RAPAT: SETUJU)
210,Panja.
(RAPAT : SETUJU)
211, Panja.
I(RAPAT: SETUJU)
212, Panja.
(RAPAT : SETUJU)
AlhamduliUah, 213 Timus. Panja Timus, setuju ?
(RAPAT: SETUJU)
214, Panja Timus,begitu, ini semula usul perubahan gugatan,
mell1jadiusul perubahan gugatan dihapus diganti dengan kata tetap, ralatnya
berbunyi demikian. jadi 214 okey punya. Betu I ?
(RAPAT: SETUJlJ)
673
215, Panja Timus.
F-KP (InSOM PRASETYO, S.H.) :
jadisesuai dengan apa yang disampaikan F-KP pad a pembahasan
DIM terdahulu, waktu pengertian tentang DPP, pada waktu masalah.
KETUA RAPAT :
215, F-KP tctap, F-ABRI tetap, F-PP tetap, F-PDI Pasal37 menjadi
Pasal33, setelah perubahan Pasal33. Timus ? Panja Timus Pak
(RAPAT : SETUJU)
216, semula tetap, menjadikata tetap dihapus diganti dengan
pertanyaan bagaimana terhadap gugatan pencegahan dari F-KP, dan dari
F-PDI ada perubahan, gugatan dan banding. Kami persilakan dari F-KP.
F-KP (mSOM PRASETYO, S.H.) :
'Terima kasih Bapak Ketua,
J:ldi pada DIM Nomor 216 F-KP ingin menyampaikan dua hal. Pertama,
berupa pertanyaan, bagaimana dengan gugatan terhadap penceg:lhan. Yang
kedua, berkaitan dengan apa yang disampaikan F-KP pada pembahasan
DIM 34 \Vaktu kita mernbicarakan pengertian umUIll., khusus mengenai
Hadan Peradilan Pajak, kami tadi mengkaitkan itu kepada DIM 216 ini.
Sebab nanti akan berakibat bagaimana pandangan kita terhadap BPP
itt!, itu 111ungkin berubah di sini. jadimungkin TIadan Peradila11.P.ajak ini
Il1cnggunakan hurufkecil, jadi badannya b kecil, peradi1an dan seb:lgainya
itu, jadi pengertian genius. jadi ini mohon menjadisalah satu hal yang
dibicarakan dalam berikut nanti.
674
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak, dan dari F-POI.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, S.H.) :
Terima kasih Pak Ketua,
Sebenamya gugatan itu yang dimaksud gugatan banding Pak. Karena
apa yang telah diputuskan oleh instansi yang berwenang ini kemudian tidak diterima, selanjutnya pihak yang dirugikan bisa mengajukan gugatan
banding. Jadi bukan gugatan Pak, karena di sini merupakan suatu tingkat kedua sebenamya, setelah adanya suatu penyelesaian di tingkat kalau tidak
salah instansi Oirjen, ini bam diajukan gugatan yang mempakan suatu
bandingini Pak.
Jadi di sini F-POI mahan ditambahkan diantara gugatan dan
penanggung, ditambahkan banding, sehingga berbunyi; "gugatan banding penanggung pajak terhadap tindakan pelaksanaan penagihan hanya dapat
diajukan kepada Badan Peradilan Pajak". Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih,
Oleh karena ini ada substansi, saya usulkan kita Panjakan. Setuju Pak
POI, setuju ?
(RAPAT : SETUJU)
218,kami persilakan F-KP, mengenai tenggang waktu gugatan.
F-KP (mSOM PRASETYO, S.H.) :
Bapak Ketua, dan Bapak Ibu sekalian,
675
Mohon maaf, rada kurang rnengerti, mudah-mudahan ini sudah kembali lagi konsentrasinya.
Jadi pada DIM 218 F-KP mengusulkan tambahan ayat bam yaitu
tentang tenggang waktu mengajukan gugatan. Sementera sekian dulu Pak.
KETUA RAPAT :
Ini usul pembahan ditambah dengan ayat bam, yaitu tentang tenggang
waktu mengajukan gugatan, kami usulkan ini di Panjakan. Setuju ?
(RAPAT: SETUJU)
219, Panja Timus. Setuju?
(RAPAT : SETUJU)
220, POI silakan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH.) :
Terima kasih Pak Ketua, disini ada suatu dualisme atau diskrimlnasi juga antara pihak ketiga dengan pihak yang mengajukan banding. Pihak
pertama diajukan kepadaBadan Peradilan Pajak tetapi pihak ketiga justm
kepada pihak Pengadilan Negeri. Mohon penjelasan apa bedanya ini Pak,
haknya, wewenangnya ini, sehingga diberi \vewenang yang lain ini.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, kami· persilakan pemerintah.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK) ::
Teriima kasih, gugatan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang
676
merupakan gugatan perkara perdata yang merupakan kewenangan dan
konpetensi Perad ilan Negeri, Badan Tingkat III itu belum tentu dianya wajib
pajak, sedang pihak I, pihak II itu yang berperkara langsung perpajakan,ini
bukan wajib pajak,jadi hak dia approve kesana. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Sudah cukup jelas Pak.
F-PDI (HANDJOJO pumo, S.H.) :
Sudah Pak jelas.
KETUA RAPAT :
Maka DIM nomor 220 tetap oke.
(RAPAT: SETUJU)
221, kami persilakan F-PDI. jadi DIM nomor 221 Panja-Timus.
Setuju?
(RAPAT :: SETUJU)
DIM nomor 222, ada pertanyaan apa sebab di diskriminasi. Sudah,
jadi oke.
(RAPAT : SETUJU)
DIM nomor 223, Panja-Timus.
(RAPAT: SETUJU)
DIM nomor 224, urutan banding penanggung pajak. Panjaini, setuju ?
Panja.
677
(RAPAT: SETUJU)
DIM nomor 225, F-PDI kami persilakan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH.) :
SamaPak.
KETUA RAPAT :
Apa samanya Pak. .
F-PDI (HANDJOJOPUTRO, S.H.):
DIM nomor 224 itu kalau tidak salah sarna dengan yang di atas Pak, tadi.
KETUARAPAT:
DIM nomor 225,ini Pak.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, S.H.) :
Terlalu cepat Pak soalnya.
KETUARAPAT:
DIM nomor 224, Panja. SekarangDIM nomor 225.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, S.H.) :
Juga mohon penjelasanini. Pelaksanaan surat paksa, sita dan hilang
tidak dapat diajukan setelah Ielang dilaksanakan.ini narnpaknya kurang
adil Pak, soalnya setelah lelang dilaksanakan haknya kok terns hilang gitu
Pak.ini mohon penjalasan ini.
678
KETUARAPAT:
Terima kasih, kami harapan pemerintah penjelasan, mudah-mudahan
ini akan kita selebaikan di Pansus ini. silakan Pak.
PEMERINTAH (DIR.JEN PAJAK) :
Sebenarnya denganketentuanini agar terdapat kepastian hukum dalambidang penagihan. Karena kalau sudah dilaksanakan lelang, itu yang sudah selesai, kalau tidak begitu nanti tidak bisa dilaksanakan, kepastian
hukumnya sudah disitu Pak. Terima kasih.
PEMERINTAH :
Kita sudah membahas dli de pan, lelang itu melalui berbagai prosedur sebelumnya, jadi ini sudah diujungnya saja Pak, supaya dia tidak berlaku
mundur lagi. Kalau tidak, kita mundur lagi. Jadi semua prosedur yang
mendahului pelaksanaannya telah dilkuti. inikan asumsinya. Terima kasih.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Terima kasih Pak, sudah jelas Pak.
KETUA RAPAT:
Kalau sudahjelas, inijadi oke Pak.
Jadi nomor 226 oke. Maksud sayn 226 ini sesudah 225. Jadi yang oke
itu 225.
(RAPAT : SETUJTJ)
Nomor 226, butir hurufb dihapus. Panja ?'
679
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 227, ini F-PP minta usul perubahan; perlu pembahasan
mendalam. Silakan.
F-PP (IR. H .. M. SALEH KHALID, MM) :
Terima kasih Ketua.
Jadi terhadap DIM 227, di sini berbunyi; gugatan pihak ketiga terhadap
kepemilikan barang yang disita tidak dapat diajukan setelah lelang
dilaksanakan. Yang perlu mendapat perhatian kita adalah :
Pertama, kepemilikan barallg oleh peltlanggung pajak atau wajib
pajak kemullgkinan didukung oleh dokumen palsu. Contoh; banyak kasus
sertifikat tanah asH tapi palsu.
KETUARAPAT:
Usul akhir ini adalah perlu pembahasan mendalam.
F-PP (JR. H.M. SALEH KHALID, MM) :
Ya, mengapaperlu didalami, ini kami bacakan. Ini saya sedang
mendalami Ketua.
Kedua, ke~ungkinan pengumuman peltlyitaan tidak sampai kepada pihak ketiga. ini bagaimana mekanismenya ? Ini menyangkut prosedur.
Sedangkan pihak ketiga ini berkepentingan.
Ketiga, kalau toh sudah dilelang, apakah pihak kcttga tersebut tidak
bisa menarik hasilleJang seharga barangnya.
Keempat, mana yang leb ih sah pemilik atas hasillelang dengan pemilik
680
asli (pihak ketiga) yang mungkin juga didukung oleh dokumen yang sah,
yang betul-betul asli, yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Kelima, karena Surat Paksa berkepala kata-kata "demi keadilan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa'" tentulah kekuatan ekskutorial
didapatkan karena keadilan.
Jadi persoalannya bagaimana keadilan yang harus diterapkan kepada
pihak ketiga. Jadi F-PP sendiri belum mempunyai suatu pemikiran yang
kongkret, apakah kita pe:rlu membuat rambu-rambu pada penjelasan.
Karena pada penjelasan ini dikatakan"cukup jelas" Sedangkan ini
menyangkut keadilan pihak ketiga, yang mungkin pemilik asli dari barang
yang dimaksud. Terima kasih Ketua.
KETUA RAPAT :
Terima kasih kepada F-PP, selanjutnya F-PDI kami persilakan.
F-PDI (HANDJOYO PUTRO, SH) :
Terima kasih Pak Ketua.
Hampir sama dengan F-PP, juga menanyakan tentang dasar keadilan
dan kepastian hUkumnya. Disini seolah-olah adanya suatu varian terhadap
pihak ketiga yang walaupun benar-benarsebagai pemilik daripada barang
tersebut, terkena kehilangan haknya setelah adanya Ielang. lni agak
berbahaya juga Pak Menteri. Soalnya kadang-kadang ada suatu lelang
yang tidak diketahui umum atau yang lain itu tidak tahu, walaupun
diumumkan.
Nah dengan adanya pasal yang demikian ini benar-benar nanti bagi
pemilik barang yang benar··benar sebagai perniliknya, jelas kehilangan
haknya setelah adanya Ielang. Walaupun lelang sudah di laksanakan, saya rasa
681
sebaiknya tidak ada itu istilah pembatasan, karena disini pun waktunya tidak ada. Waktu kapan ini berapa lama velY far. lni kami mahan supaya
di-Panja kan lebih mendalam pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih. Kami persilakan kepada pemerintah.
PEMERINTAH (DmJEN PAJAK) :
Saya rasa nanti bisa diberikan pengamanan di dalam penjelasan,
meskipun beberapa hal diberikan keterangan tambahan di sini, bahwa
mekanisme Ie lang yang berl.aku sekarang ini semestinya sudah bisa
mengatasi hal-hal yang dikhawatirkan akan tirnbul padla pemerlksaan
dokumentasi segala.
Hal yang kedua, yang kita juga sudah coba pi ki rkan lelang itu si
pembeKinya memang memerlllkanjuga satu kepastian hukum bahwa lelang
itu dapat digunakan sebagai bukti kepemilikan dengan rasa aman. Kalau
tidak ada keamanan sepe11i itu orang itu tidak ada yang berani membeli
barang lelang, karena takut terus percumajangan beli barang Jclang, karena
akan ada banyak masalah".
Yang ketiga, yang lebih pentingini tentang gugatan pihak ketiga,ini
yang perlu diamankan. Sebell1arnya sudah diberikan kesempatan kepada
pihak ketiga tadi untuk mengajukan sebelum Ie lang dilaksanakan, yaitu
melalui Pengadilan Negeri. Nah kalau ada bukti dari Pengadilan Negeri itu
akan ditunda sampai urusannya seJesai Hak gllgatannya pihak ketiga itu
ke Pengadilan Negeri itll diberikansebelum lelang dilaksanakan. Nantiini
yang mesti dirumuskan lebih lanjut barangkali dalam penjelasan. Terima
kasih.
KETUA RAPAT :
Kalau begitu, silakan Pak Menteri.
682
PEMERINTAH :
Saudara Ketua, ayat iini adalalh untuk memberikan kepastian hukum.
Jika tidak demikian, maka tidak akan ada Ie lang, ada Ie lang banyak orang
tidak mau ikut lelang, dan tidak tuntas kita di dalam prosedur Penagihan
Pajak Dengan Surat Paksa. Itu terakhir, mana uangnya. Kami tidak mau
Kemudian menumpuk barang di Kantor Pajak, mau ditaruh dimana itu
barang-barang, jadi nanti berubah menjadi Kantor Pegadaian ini.
Tetapi perlu kita simak bersama, bahwa sebelum sita dilakukan
semua prosedur-prosedur telah diikuti, demikian juga sebelum Ie lang
dilaksanakan. Dan kami tidak keberatan jika terhadap ayat ini dibikin
penjelasan mengenai prosedur lelang yang menunjuk vendur reglement
yang masih berlaku kalau tidak salah dari dua minggu diumumkan di
surat kabar, paling tidak dua surat kabar umUl11 dan lain-lain, di kota
setempat dimana lelang akan di laksanakan. ltu kita ambil. Mengambil
over sepenuhnya, kita coba menjelaskan.
Nah kita tahu bahwa prinsip hukum, tidak bisa kalau undang-undang
juga sudah mengumul11kan l11isalnya, terus ada orang kita tangkap" Saudara
melanggar ayat sekian", "Oh saya tidak tahu itu". Tidak bisa itu. Karena itu
selalu ditutup "agar setiap orang mengetahuinya", jangan memerintahkan
pengumUl11an dalam lembaran negara, maksudnya kan itu. Tidak ibisa, ini
hukum positif. Kalau tidak begitu, tidak bisa jalan Pak Ketua, maaf saja ..
Jadi kita sudah berikan suatu cara yang cukup fair. Jadi seimbang.
Jika ada pihak-pihak yang l11erasa dirugikan, termasuk kemungkinan Tadi
sertifikat palsu dan lain-lain, setelah dia membaca itu ajukan segera ke
Pengadilan Negeri setempat kemudian itu akan ke Badan Peradilan Pajak,
katakanlah sementara ini masih hurufkecil semua (badan peradilan pajak),
tentunya tidak akan dilaksanakan Ie lang, jika memang nyata-nyata bahwa
memang patut diragukan. Kita tunggu pengadilan dalam hal itu. itu pasal
683
penyeimbangnya. Jadi tidak benar kalau tidak ada pasal penyeimbangnya
tetapi ini harus ada. Kalau tidakada ayat ini" ujungnya itu Surat Paksa
ini berhenti. Jadi sudah tinggal menyuap begitu Pak Ketua, sudah di sini
prakeknya begini, ya numpuk nasinya di sini terus, lebih-Iebih tidak ada
kepastian hukum.
Tetapi kami setuju supaya ada rambu-rambu, meskipun sudah ada pasal
yang mengatur mengenai kemungkinan pemilikan barang, katakanlah yang
sah, coot lIll coot belum tentu sah juga, banyak orang tuntut-menuntut
sekarang inL Wong tanah pajak juga dituntut, yang sudah kapal-kapal
dibayarkan kok, hanya karena surat-suratnya saja yang tidak dibereskan
pada waktu itu. Bukti-bukti SPM ada,kami sudah bayar sen1Ua, dituntut,
yang menuntut banyak. Banyak yang menuntut tanah bingung saya sampai.
Padahal kami sudah transir bahwa sudah dibayar itu, cuma pada saat itu
kekurangan pada satu administrasi pajak atau pajak tidak mengurus bukti
bukti kepemilikannya. Jadi yang begini itu banyak sekali, te:rutama di kota
kota besar, karena harga tanahnya tinggi.
Karena itu kami kira Pak,iniada pemikiran yang baik yang diajukan,
khususnya oleh F-PP dan F-PDI. Kalau disepakati, kami bersedia
menyediakan diri untuk diberikan penjelasan mengenai ayat ini dengan
mellgambil over prosedur-prosedur le1ang sebagai-mana diatur dalam
vendur regiement, dan itu sudah berlaku, itu hukum positi£: Terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih Pak Menteri.
Setelah dibahas menda!am dalam Pansusini, nomor 227 kita Panja kan
dan penjelasan draft awa! dibuat oleh pemerintah dengan memperhatikan.
INTERUPSI F-PDI (HANDJOYO PUTRO, SH) :
Saudara Ketua, kami masih bersikap begini Pak, ini masalah pihak
684
ketiga Pak, yang tidak ada hubungannya dengan perbuatan dari pihak yang
terkena pelelangan. Umpamanya sebagai contoh, ada pihak yang sedang
ke Juar negeri, katanya disita, keliru. lni manusiawi Pak Menteri. Danjuga
pernah terjadi; Edy Tanzil pun katanya keliru, hartanya Taspen, digugat
pun akhirnyajuga keliru. lni banyak terjadi Pak, istilahnya dalam rangka
pelaksanaan hakini. Tetapi kalau dibatasi, pihak ketiga ini. Kalau pihak
yang kena le1ang banyak, saya sctuju Pak. Tempi kalau pihak lain yang tidak
ada kena-mengena dengan masalah kenakalan 50al pajak ini, ini mohon
dipertirnbangkan juga nanti di Panja Pak. Jangan penjelasannya Pak.ini
harus kita renungkan kembali Pak, supaya di Panja penuh. Terirna kasih.
KETUARAPAT:
Terirna kasih.
Tadijuga kami katakan bahwaini Panja penuh, bukan Panja-Timus,
Pak. Tetapi penjelasannya nanti dibuat draft awalnya oleh Pernerintah
dengan memperhatikan IUsulan dad F-PP dan usulan dari F-PDJ, agar
jelas memberikan kepastian hukum dan Vendur reglement juga kita akan
masukan sebagai rambu-rambu. Setuju ini di Panja ?
(RAPAT: SETUJU)
Terirna kasih.
Selanjutnya nomor 228, Panja -Timus ini saya kira.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 229, kami minta F-KP setelah perubahan ketentuan khusus.
Maka !lomor 229 oke.
(RAPAT: SETUJU)
685
NomoI" 230, Panja - Timus.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 231, kami persilakan F-KP.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Di sini F-KP mengusulkan, yang intinya sebetulnya berdasarkan pada
Pasal9, dimana disitu diatur tentang bila Surat Paksa hilang. Di sini dalam
ketentuan khusus, maka F-KP menambahkan juga bagaimana dengan
surat-surat lain yang hilang? jadi untuk nom or 231 dan 232 ini berkaitan
Pimpinan, kami usulkan untuk di-Panja kan. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, pak.
F-ABRI yang tadinya tetap, sekarang ada pl~rubahan, silakan Pak.
F -ABRI (PUDJIARTO, SE) :
F -A B RI mengusulkan seperti yang t,erdahulu.,yuitu kata"melaksanakan"
dihapus. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
F-PP sudah kita buhas terlebih dahulu, dan F-PDI "Surat Perintah
Penyanderaan" dihapus, maka ini saya kira Panja Panja penuh.
(RAPAT: SETUJU)
686
Dikaitkan pula dengan Domor 232, saya kim juga Panja penuh.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 233, kami persiJakan F-KP.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Terima kasih Pimpinan.
Disini F·KP mengusulkan diantara kata setelah "dan atau" disisipkan
kata "kesalahan", setelah kata "pejabat" pada akhir kalimat ditambah
dengan kalimat "atau setelah ada penggantian terhadap yang hilang".
Jadi setelah perubahan. Tindakan pelaksanaan penagihan dilanjutkan
setelah kesalahan a13u kekeliruan dibetulkan oleh pejabat atau setelah
ada penggantian terhadap yang hilang. Panja Timus barangkali Pak usul
kami.
KETUARAPAT:
Panja penuh itu Bu.
Nomor 233 atas pengusul Panja - Timus. Maka nomor 233 Panja
Timus. Bisa disetujui ?
F-ABRI (PUDJIARTO, SE) :
Saya kira Panja ini Pak, karena menambah "setelah ada penggantian
terhadap yang hilang", ini substansi juga saya kira ini. Terima kasih.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Dapatjuga Pak, karen a terkait dengan yang usulan karoi tadi, yang di depan, Panja.
687
KETUA RAPAT :
Kalau begitu, F-PDI setuju Panja ? Maka nomor 233 Panja.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 234, Panja - Timus.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 235, kami persilakalll F-PP.
F-·PP (II. ALlMARWAN HANAN, SH) :
Terima kasih, di dalam penjelasan, kami minta ditambah bahwa
keberatan itu dari keputusan Dirjen Pajak, dan putusan banding adalah
putusan dari MPP atau BPP sesuai Undang-undang KUP.
JeJasnya sepel1i kam i usulkan tertera dalam DIM; dimohon di pen jelasan
ditambah bahwa keberatan itu dari keputusan Dirjen Pajak, dan putusan
banding adalah putusan dari MPP atau BPP sesuai dengan undang-undang
atau Ketentuan Umum Perpajiakan.Terima kasih ..
KETUARAPAT:
Dipersilakan F-PDI, ada usul perubahan.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Terima kasih Pak.
Ini sebenarnya bukan perubahan,ini mahan penjelasanjuga. ini di sini
disebutkan bahwa keberatan atau keputusan banding yang mengakibatkan
utang pajak menjadi berkurang. Tetapi bagaimana kalau: seandainya
688
penanggungjawab tidak ada utang pajak, jaditidak hanya berkurang
tetapi tidak ada sama se:kali utang pajak. Jadi bagaimana akibatnya Pak ?
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Kami persilakan pemerintah.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK) :
Memang kalau tidak ada utang pajak,ini tentunya tidak ada penagihan
pajaknya Pak.
F-PDI (IIANDJOJO PUTRO, SH) :
Disini disebutkan bahwa menjadi berkurang utangnya, pajaknya
menjadi berkurang. lni bagaimana kalau tidak ada sarna sekali utang pajak
itu Iho Pak?
PEMERINTAH :
Pada waktu proses inikan sudah qjungnya sekali Pak, pada waktu
pertama kali dia sanggah, yang bersangkutan, rnasak diam, diam itu berarti
Pak sepenuhnya, ini kan diatur di sini bahwa kalau memang, ada juga
KUPini hams dilihat dalam kesatuan dengan undang-undang yang lain.
Kalau memang dia tiidak merasa punya utang pajak itu sebabnya nyata,
jumlahnya nyata, begitukan. Jadi keabsahan dilihat dari sudut formal dan
material. Kalau umpamanya ternyata bahwa yang bersangkutan tidak
punya utang pajak sama sekali, ya pagi-pagi sanggah. Se\esai urusannya.
689
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Begini Pak Menteri, ini kami baca, apabila setelah pelaksanaan lelang,
wajib pajak memperoleh keputusan keberatan-atau keputusan banding, ternyata dia tidak ada utang pajak Pak, keputusannya. Seandainya ini.
PEMERINTAH (DffiJEN PAJAK) :
Berikutnya kan mengembalikan seluruhnya Pak, di ayat berikutnya
barangkali.
Kemudian sedangkan yang pertanyaan dari F-PP, Pak ya. Hendaknya
kita ingat bahwa di sini tidak semata-mata Dirjen Pajak, karena ini
mengakafer juga pajak daerah, jadi bisa kepala daerah. Keberatan itu bisa terhadap keputusan Dirjen Pajak, mungkin Dirjen Bea dan Cukai, mungkin
juga Kepala Daerah Tingkat I ataupun Kepala Daerah Tingkat II. Kalau
banding memang kepada Badan Peradilan Pajak, yang memutuskan satu.
Jadi mungkin itu yang perlu kita klarifikasikan, karena ada jenjangjenjangnya. Kalau dalam KUP memang waktu itu KUP memang acuan
pokok, tetapi dalam Pasal 25 dan Pasal 27, memang Pasal 25-nya adalah mengenai keberatan terhadap keputusan Dirjen Pajak, Paal 27-nya adalah
pada Badan Peradilan Pajak. Tetapi karena ini kemudian digunakannya
diperIuas, tidak hanya semata-mata untuk pajak yang dike lola Di~en Pajak, makanya Pasal25, nya itu hendaknya analog dengan Kepala Daerah
maupun Dirjen Bea dan Cukai dan seterusnya.Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Kami kembalikan kepada F-PP.
690
F-PP (H. ALIMARWAN HANAN, SH) :
Kami sllIdah mengerti penjelasan itu, tetapi sambil merenung lebih mendalam tidak salah kalau kita angkat atau bawa ke Panja, saya kira
begitu.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Nomor 235, diusulkan Panja dan penjelasan awal draft oleh Pemerintah.
Apakah dapat disetujui ?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 236, kami persilakan F-PP.
F-PP (H. ALIMARWAN HANAN, SH) :
Di dalam usul perubahan kami sama, hampir sama, agar dalam
penjelasan; apabila pejabat terlambat mengembalikan, Pemerintah
memberikan biaya 2% sebulan atau selama-Iamanya 2-4 bulan, lalu kata "yang berlaku" dihapus, setelah kata "ketentuan" ditambah kata "peraturan", dan seterusnya setelah perubahan sebagai tertera, yaitu.
Pejabat mengembalikan kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam bentuk uang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Jadi demikian yang kami harapkan, terima kasih.
KETUARAPAT:
Terima kasih.
/
691
bari F-PDI "dalam" Sebelum kata "ayat" diganti "pada Panja Timus.
Maka kami usulkan ini Panja saja.
Setuju nomor 236 Panja, dan usulan F-PDI Panja-Timus itu
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 237, Panja - Timus.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 238, oke.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 239, Panja - Timus.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 240, oke.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 24), Pasal47 menjadiPasal49, tetap. Panja - Timus.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 242, Panja - Timus ..
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 243, oke.
(RAPAT: SETUJU)
692
Nomor 244, kami persilakan F-KP; F-ABRI. Kalau begitu kami usulkan
Panja-Timus. Dapat disetujui ?
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 245, Panja - Timus.
(RAPAT: SETUJ1J)
Nomor 246, oke.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 247, kami persilakan F-PP.
F-PP (H. ALI MAR\VAN HANAN, SH) :
Kami kira sudahjelas,karenakami hubungkan dengan RUU yang ada sudah dianggap jelas. Jadi konsisten kami seperti pasal-pasal yang lain supaya dihapus. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Nomor 247, Panja.
Maaf Pakini terlipat Pak,pullya ralat. jadi F-PDI ?
F-PDI (HANDJOYO PUTR(), SH) :
Sarna Pak dengan Sebeluinnya. " ;;
KETUA RAPAT :
Jadi sarna Panja ya Pak? jadi nomor 247, Panja.
693
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 248, Panja - Timus.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 249, oke.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 250, Panja - Timus.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 251, Panja - Timus.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 252, F-PP - Timus, F-PDI pertanyaan. Kami persilakan pak.
F-PDI (HANDJOYO PUTRO, SH) :
Dari F-PDI mohon penjelasan, dan juga usul Pak, agar di tunjuk
diantaranya Peraturan Pelaksanaan dibidang penagihan pajak yang tetap
berlaku dalam penjelasan pasal. Jadi supaya lebih paham, pelaksanaan
mana peraturannya itu Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, kami persilakan Pak Menteri.
PEMERINTAH :
Kami usulkan diPanja kan dan kami setuju bahwa yang berlaku tetap
694
kita sebutkan, supayajangan nanti dianggap tidak berlaku. Yang pasti KUP
beriaku. Jadi ini yang kaitannya dengan Undang-undang Nomor 19 Talmn
1959.
Jadi kita Panja kan, nanti kami coha mengakomodasi apa yang
disampaikan oiteh F-PDI.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Nomor 252., Panja dan akan dirumuskan usulan F-PDL Apakah betul
begitu, Pemerintah ? Nomor 252, Panja. silakan F-KP.
F-KP (ABDULLAH ZAINIE, SH):
Noma!" 251, kami kira Panja itu. itu dihapus, lalu dipindahkan. Jadi kita
sebelum memindahkan satu ayat atau pun pasal ke bab yang lain, mungkin
kita perlu diskusikan mendalam ke lPanja lebih dulu sebelum diserahkan
kepada Timus. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Nomor 251, usnl perubahan dari F-KP angka ayat (1) dihapus,
karena ayat (2) Pasal 43 dipindahkan ke Bab Peralihan. Maka kalau tadi
kita mungkin karen a ingin lcepat menjadi Panja:-Timus, sekarang Panja.
(RAPAT: SETUJU)
NomoI' 252, Panja dengan draft penjelasan awal dari pemerintah.
(RAPAT : SETUJU)
NomoI' 253, Panja.
(RAPAT SETU.m)
695
Nomor 254, Panja. Semula dikosongkan seharus tertulis tetap, jadi F
PDI juga tetap. Jadi Panja.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 255, Panja - Titnus. Setuju Pak ?
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 256, oke.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 257, kami persilakan F-KP, kata "tetap" dihapus diganti dengan
kalimat "cara penulisan perlu disempumakan". Panja-Timus. Kemudian
F-ABRI Panja - Timus. Apa setuju ini Panja - Timus ?
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 258, ini tetap, dan oke.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 259, Panja - Timus.
(RAPAT: SETUJU)
Nomor 260, oke.
(RAPAT : SETUJU)
Nomor 261, Panja - Timus.
(RAPAT SETUJU)
696
Nomor 261, oke. Semula tetap menjadi kata "tetap" dihapusdiganti
dengan usul perubahan "angka 1996" dihapus, setelah perubahan. Lembaran
Negara Republik Indonesia, Tahun Nomor ini sudah oke semua ini Pak. Saya kira nomor 26 I oke.
(RAPAT : SETU,JU)
Mengenai penjelasan, ini kit,; sepakat unmk disesuaikan dengan
kesepakatan kita. Dan ini di-Panjakan semua. Setuju penjelasan dt Panja?
(RAPAT: SETUJU)
Alha11ldulillahirrobil 'alami11.
Tepat plIkuJ 16. 40 WIB, jadi masih sempat Sholat Ashar, kita telah
dapat menyelesaikan DIM RUU tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa.
Bapak Menteri dan sidang yan:g kami hormati ,
Sekiranya di dalam pembahasan ini ada eara atau kata-kata kami
yang kurang berkenan di hati, kami mohonkan maaf yang sebesarbesarnya, anggaplah itu suatu kelemahan dari setiap insan. Dan kami juga mengucapkan terima kasih bahwa kita telah sama-saama tekun menyelebaikan RUU yang dipereayakan kepada kami untuk memimpin Pansusini, Sehingga denganini pula ingin kami mendapat kepastian Rabll 5 Maret 1997, sebaiknyajam berapa dimulai rapat Pak Menteri.
PEMERINTAH :
Kami kira biasanya kalau betul-betul arnan, kami usaha sejauh
mungkin pukul 13.00 WIB di sini Pak. Tetapi ini disediakan makan atau
697
tidak ? Kalau ada, Insya Allah kami upayakan Sebelum pukul 14.00 WIB. jadikami masih bisa makan dan Sholat Dzuhur di sini.
Jadi dengan Demikian mulainya pukul 14.00 WIB juga Pale Ketua.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak Menteri.
Di gedung DPR ini, selama dan sepanjang kita masih membahas
RUUini, tetap disediakan makan pada pukul 13.00 s.d. 14.00 WIB Pak.
Maka besok rapat dimulai pukul 14.00 WIB. Tetapi makan siang
telah disediakan mulai pukul 12.00 WIB, yang dibahas besok adalah RUU tentang Badan Peradilan Pajak. Dan sesuai dengan kesepakatan
kami, besok yang terhormat Bapak Yusuf Thalib akan mulai memimpin
mengenai pengadilan-pengadilan, karena sesuai dengan profesi beliau sebagai Sarjana Hukum (SH).
Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, dan kami mengucapkan
terima kasih, mari kita saling doa menjalankan tugas dan kewajiban kita
masing-masing.
Dengan izin Saudara-saudara perkenankan kami menskors rapat
Pansusini sampai besok puku114.00 WIB untuk rnenghadapi Pansus yang ke 8 (delapan).
3.116. DIM No.Urut 137Pasal IS ayat (1) butir 6) RUU pembahasannya diserahkan ke Panja untuk diteruskan ke Tim Perumus.
3.117. DIM No.Urut nSPasal 15 ayat (2) RUU batang tubuh disetujui sesuai naskah RUU, dan usul ayat baru FPP
3.1lB. DIM No.Urut 139 Pasal 16 RUU pembahasannya diserahkan ke Panja.
3.119. DIM No.Urut 140 penomoran pasal: "Pasal 17" RUU disetujui sesuai naskah RUU.·
3.120. DIM No.Urut 141Pasal17 ayat(l) RUU pembahasannya diserahkan ke Panja dan draft awal Peflielasan Pasal dari Pemerintah, termasuk semua pasal y~g ada kaitannya dengan rahasia Bank.
957
3.121. DIM No.Umt 142 Pasal 17 ayat (2) dan ayat (3) RUU
disetujui sesuai naskah RUU.
3.122. DIM No.Urut 143 penol11oran pasal: "Pasal JB" RUU
disetujui sesuai naskah RUU.
3.123. DIM No.Urut 144 Pasal 18 ayat (1) RUU pembahasannya
diserahkan ke Panja untuk diteruskalll ke Tim Perumus.
3.124. DIM No.Umt 145 Pasal 18 ayat (2) RUU pembahasannya
diserahkan ke Panja, dengan penambahan ayat bam, rumusan
awal dari Pemerintah.
3.125. DIM No.Umt 146 penomoran pasal: "Pasal 19" RUU
disetujui sesnai naskah RUU.
3.126. DIM No.Umt 147 Pasal ]9 ayat (1) RUU pembahasannya
diserahkan ke Panja dengan draft awal Penjelas:lll dari
Pemerintah.
958
3.127. DIM No.Umt 148 Pasal :19 ayat (2) RUU pembahasannya
diserahkan ke Panja.
3.128. DIM No.Umt 149PasaI19ayat(3) RUU pembahasannya
diserahkan ke Panja.
3.129. DIM No.Umt 150 Pasal 19 ayat (4) RUU pembahasannya
diserahkan ke Panja untuk diteruskan ke Tim Perumus.
3.130. DIM No.Urnt 151 Pasal 19 ayat (5) RUU pcmbahasannya
diserahkan ke Panja.
3.131. DIM No.Urnt 152 Passl '19 ayat (6) RUU pembahasannya
diserahkan ke Panja untuk diteruskan ke Tim Perumus.