I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam model pengembangan etalase perikanan dan kelautan Privinsi
Gorontalo (2003) dikemukakan bahwa visi pembangunan perikanan dan
kelautan Provinsi Gorontalo adalah terwujudnya kawasan Teluk Tomini
dan sekitarnya sebagai pendorong perkembangan ekonomi dan sumber
penghidupan strategis bagi masyarakat Gorontalo. Salah satu sektor
yang sangat besar artinya dalam pengembangan perikanan dan kelautan
di provinsi Gorontalo adalah pengembangan produksi dan penanganan
permasalahan dalam bidang perikanan tangkap.
Perairan Gorontalo merupakan daerah populasi berbagai ikan
pelagis, demersal, maupun ikan karang. Teluk Tomini juga merupakan
salah satu daerah ruaya jenis-jenis ikan pelagis besar yang diduga
merupakan bagian dari daerah ruaya yang sangat luas mencakup lautan
Pasifik, Laut Sulawesi dan Laut Maluku (Dinas Pertanian Kota
Gorontalo, 2003)
Untuk mewujudkan harapan tersebut, sesuai dengan visi regional
dari etalase perikanan dan kelautan Provinsi Gorontalo adalah
terwujudnya kawasan pesisir dan laut Teluk Tomini dan sekitarnya
yang berkembang dan mampu memanfaatkan secara optimal dan
berkelanjutan sebagai sumber penghidupan dan pendorong perkembangan
ekonomi wilayah maka sektor penangkapan ikan perlu mendapat
perhatian khususnya memanfaatkan potensi lokal.
Aktivitas penangkapan ikan banyak macam dan ragamnya, namun yang
perlu mendapat perhatian pengembangan dalam pemanfaatan sumberdaya
perikanan tangkap adalah pengembangan penangkapan ikan yang
berkelanjutan (ramah lingkungan). Hal ini disebabkan karena salah
satu faktor penyebab kerusakan sumberdaya perikanan, diantaranya
adalah aktivitas penangkapan terutama penggunaan alat penangkapan
yang illegal (illegal fishing) dan kurang ramah terhadap
lingkungan. Hal ini didukung pula oleh semakin meningkatnya
permintaan ikan (khususnya ikan karang) dengan harga yang tinggi
sehingga mengakibatkan tingkat eksploitasi ikan di wilayah perairan
juga semakin tinggi. Apabila kondisi ini terus dibiarkan maka
beberapa tahun yang akan datang dapat diperkirakan bahwa sebagian
fishing ground di wilayah pesisir dan laut di Provinsi Gorontalo
akan mengalami kerusakan yang serius dan akan berdampak pada
menurunnya produktivitas perikanan tangkap di daerah penangkapan
ikan. Sebaliknya apabila potensi ini dapat dikelola dengan baik,
maka sektor kegiatan penangkapan ikan akan menjadi salah satu
penggerak ekonomi di Provinsi Gorontalo.
1.2 Perumusan MasalahKomoditas sumberdaya hayati laut
(perikanan) ada yang stoknya banyak sehingga diperbolehkan
ditangkap, ada yang hampir punah dan ada pula yang harus
dilindungi.
Dalam hubungan ini maka dalam rangka peningkatan produksi
perikanan tangkap secara lestari kita harus mengetahui secara tepat
jenis, penyebaran dan kelayakan teknis, ekonomis dan ekologi setiap
alat tangkap. Disamping itu teknologi pemanfaatan ikan harus juga
mengacu pada kaidah-kaidah yang bertanggung jawab seperti yang
disyaratkan pada Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO,
1995). Dengan mengembangkan alat penangkapan ikan yang ramah
lingkungan maka stok sumberdaya pemanfaatannya dapat berkelanjutan
sehingga sumberdaya perikanan tetap terpelihara dan usaha
penangkapan ikan sebagai mata pencaharian dan sumber utama
penghidupan masyarakat dapat berkesinambungan.
Sebagai langkah awal dalam proses tersebut di atas maka perlu
dilakukan evaluasi dan mengkaji status alat tangkap yang ada dengan
mengacu pada konsep teknologi penangkapan ikan yang ramah
lingkungan.
Dengan demikian kita dapat merekomendasikan bagaimana kondisi
penangkapan ikan saat ini di Perairan Gorontalo, alat tangkap apa
saja yang layak dikembangkan serta perbaikan-perbaikan teknologi
yang dapat dilakukan untuk mendorong pengembangan penangkapan ikan
yang ramah lingkungan.1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui status jenis
pengelolaan dan kelayakan teknis, ekonomis dan ekologi alat tangkap
yang ada di perairan Provinsi Gorontalo
(2) Mengevaluasi status keramahan lingkungan teknologi
penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di perairan Provinsi
Gorontalo.
(3) Mengkaji status tingkat pemanfaatan dan potensi
pengoperasian alat tangkap untuk memanfaatkan sumberdaya secara
lestari dan optimal.1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini antara lain adalah
mengevaluasi kemungkinan modifikasi dan pengembangan teknologi
penangkapan ikan yang ada untuk meningkatkan keramahan
lingkungannya. Disamping itu kemungkinan introduksi teknologi
penangkapan ikan yang lebih ramah lingkungan dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan secara
berkelanjutan sesuai kemampuan lestari sumberdaya ikan dan daya
dukung lingkungan. Disamping itu diharapkan akan berdampak positif
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan secara
berkelanjutan di Provinsi Gorontalo, melalui penggunaan teknologi
penangkapan ikan yang sesuai dengan kaidah ramah lingkungan.
Manfaat lainnya adalah secara sadar kita telah melaksanakan
konvensi-konvensi internasional mengenai penyelamatan lingkungan
dalam rangka pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development),
seperti yang disyaratkan dalam Code of Conduct for Responsible
Fisheries (FAO,1995).
BAB.II METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan yaitu akhir Maret
Awal September 2004 di perairan Teluk Tomini dan laut Sulawesi
Provinsi Gorontalo. Di perairan Teluk Tomini, data di kumpulkan
perairan Tilamuta Kabupaten Boelemo dan Kota Gorontalo, sedangkan
di perairan Laut Sulawesi data di kumpulkan di perairan Kuandang.
2.2 Metode Penelitian
Kelayakan teknis, ekonomis dan ekologi dilakukan dengan metode
survei pada daerah penangkapan ikan yang telah ditentukan di
Provinsi Gorontalo. Pengamatan status pengelolaan dilakukan dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan
dengan metode wawancara dan observasi langsung di lapangan.
Observasi langsung dilakukan di daerah penangkapan untuk melihat
metode operasi penangkapannya, tempat pendaratan ikan (TPI) untuk
mengamati jenis-jenis dan ukuran ikan yang tertangkap, perkampungan
nelayan dan industri perikanan tangkap untuk mengamati jenis-jenis
alat tangkap. Wawancara dengan nelayan dan pedagang pengumpul
mencakup hasil tangkapan, alat tangkap, daerah penangkapan,
pemasaran dan lain-lain.
Data sekunder diambil dari berbagai sumber antara lain Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo, Dinas Perikanan dan
Kelautan di seluruh Kabupaten dan Kodya se Provinsi Gorontalo serta
dokumen-dokumen hasil-hasil penelitian sebelumnya.2.3 Status dan
Indikator Keramahan Lingkungan Teknologi Penangkapan Ikan
Dalam menentukan tingkat keramahan alat tangkap yang ada di
perairan provinsi Gorontalo dalam menunjang perikanan yang
bertanggungjawab maka dilakukan penentuan kriteria perikanan yang
ramah lingkungan seperti yang dikemukakan dalam Code of Conduct for
Responsible Fisheries, FAO (1995), Monintja (1996), Arimoto (1999),
APO (2002). Kriteria tersebut adalah:
1. Alat tangkap relatif selektif
2. Konsumsi terhadap BBM rendah
3. Investasi rendah
4. By-catch (discards) rendah
5. Hasil tangkapan segar
6. Tidak Merusak Habitat
7. Mudah didaur ulang oleh lingkungan (Biodegredable)
8. Legal
9. Aman bagi nelayan (operator)
10. Aman bagi spesies yang dilindungi
11. Aman bagi keaneka ragaman hayati (Biodiversity)
12. Bersifat menguntungkan dan dapat diterima oleh
masyarakat.2.4 Tingkat Pemanfaatan
Tingkat pemanfaatan potensi dilakukan dengan melakukan
pengumpulan data tangkapan dan jumlah unit alat yang beroperasi di
perairan provinsi Gorontalo.
2.5 Model Analisis
Setelah menentukan kriteria tersebut di atas maka dilakukan
analisis berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan
terhadap tokoh-tokoh masyarakat nelayan di lapangan. Kriteria yang
dianggap tidak bermasalah berarti memenuhi perikanan yang ramah
lingkungan. Selanjutnya kriteria yang bermasalah, maka diberikan
beberapa alternatif solusi dan selanjutnya dianalisis melalui
Analisis Proses Hierarki (Saaty, 1993). Secara ringkas skenario
yang dipergunakan dalam pengembangan alat tangkap bagan yang ramah
lingkungan ditunjukkan pada Gambar 2.
Metode ini merupakan penyempurnaan dari sistem skoring.
Kelebihan metode Analisis Proses Hierarki adalah dapat mengetahui
interaksi dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap alternatif
solusi yang diajukan. Metode ini memberikan kerangka yang
memungkinkan untuk mengambil keputusan yang efektif untuk persoalan
yang kompleks dan tak terstruktur ke dalam bagian komponennya.
Menata bagian atau variabel dalam suatu susunan hierarki, memberi
pertimbangan numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif
pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan
untuk menetapkan variabel atau elemen yang memiliki prioritas
relatif yang lebih tinggi (Saaty, 1993).
Sebelum melakukan pengambilan keputusan alternatif mana yang
terbaik maka terlebih dahulu perlu diketahui berapa besar pengaruh
setiap elemen dengan elemen yang lain di dalam suatu tingkatan
hierarki. Untuk mengetahui intensitas pengaruh masing-masing elemen
dapat dilakukan dengan metode perbandingan berpasangan dengan
memberi bobot nilai antara satu elemen dengan elemen yang lain.
Langkah selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil
penilaian untuk memilih elemen mana yang menjadi prioritas tinggi
pada setiap tingkatan hierarki yang disusun.
Untuk mempermudah metode perbandingan berpasangan ini maka
antara elemen-elemen yang dibandingkan disusun dalam bentuk
matriks. Jika C1, C2,.Cn merupakan set elemen, maka kuantifikasi
perbandingan berpasangan tiap elemen terhadap elemen yang lain akan
membentuk matriks A yang berukuran n x n. Apabila Ci dibandingkan
dengan elemen Cj, maka diperoleh nilai aij yang merupakan hasil
perbandingan kedua elemen dimana mencerminkan tingkat kepentingan
Ci terhadap Cj. Nilai matriks aij = 1/aij yaitu merupakan nilai
kebalikan aij untuk I = j, maka nilai matriks aij = aji = 1, karena
perbandingan elemen terhadap elemen itu sendiri adalah 1. Secara
formulasi matriks A yang berukuran n x n dengan elemen C1 C2 ,Cn
untuk I, j = 1, 2n dapat dituliskan sebagai berikut:
C2 C2 .Cn
C1 a11 a12a1n
pA= (aij) = C2 a21 a22a2n
. . ..
Cn 1/ain 1/a2n ..an
Pengisian nilai matriks perbandingan berpasangan digunakan
bilangan yang menggambarkan tingkat pentingnya suatu elemen dengan
elemen yang lain dengan skala nilai 1-9 seperti disajikan pada
Tabel 1. Hasil sintesa secara keseluruhan dari berbagai elemen dan
tingkatan hierarki diperoleh nilai vektor prioritas untuk
masing-masing alternatif solusi yang dinyatakan dalam persen
sehingga diperoleh suatu urutan prioritas.
Hasil sintesa secara keseluruhan dari berbagai elemen dan
tingkatan hierarki diperoleh nilai vektor prioritas untuk
masing-masing alternatif solusi yang dinyatakan dalam persen (%)
sehingga diperoleh suatu urutan prioritas. Dari hasil tersebut akan
diperoleh teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan yang secara
berkelanjutan akan menjamin pendapatan masyarakat nelayan di
provinsi Gorontalo.
Selanjutnya untuk menghitung jumlah unit alat tangkap (fishing
effort) yang sebaiknya beroperasi, maka dilakukan pengumpulan data
statistik perikanan (Schaeffe, 1959). Formulasi yang digunakan
adalah :
C = a + bf ...(1)
(2)
(3)
(4)
Dimana :
- C = Catch
- a & b = konstanta
- f = Fishing Effort
- MSY = Management Sustainable Yield
Tabel 1. Skala banding secara berpasangan antar elemen
berdasarkan taraf relatif pentingnya untuk Analisis Hierarki
(Saaty, 1993)
Intensitas PentingnyaDefinisiPenjelasan
1Kedua elemen sama pentingnyaDua elemen menyumbangkan sifat sama
besar pada sifat itu
3Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang
lainnyaPengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen
atas yang lainnya
5Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen
yang lainnyaPengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemen yang lain
7Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnyaSatu elemen
dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dengan
praktek
9Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang
lainBukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki
tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8Nilai-nilai antara di antara dua pertimbangan yang
berdekatanKompromi diperlukan antara dua pertimbangan
KebalikanJika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila
dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai
kebalikannya bila dibandingkan dengan i
III. HASIL ANALISIS
3.1 Potensi Perikanan Tangkap
Potensi perikanan tangkap di perairan provinsi Gorontalo terdiri
dari berbagai jenis ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang,
ikan pelagis kecil seperti teri, layang, kembung dan selar serta
ikan demersal seperti kakap, kerapu, kakatua, baronang dan
lain-lain. Potensi perikanan tangkap untuk masing-masing kelompok
jenis ikan tersebut diperairan Gorontalo ditunjukkan seperti pada
Tabel 2.
Tabel 2. Potensi Perikanan Tangkap di Perairan Laut Prov.
Gorontalo
NoPerairanJENIS IKANJUMLAH (TON/TAHUN
Pelagis BesarPelagis Kecil (Ton/th)Demersal (Ton/th)
TunaCakalangJumlah
1Teritorial (12 mil)
a.Teluk Tomini2.9603.7006.66012.87613.02432.560
b.Laut Sulawesi1.2401.5502.7905.3945.45613.640
Jumlah4.2005.25036.00018.27018.48046.200
2ZEE Laut Sulawesi16.00020.00036.000--72.000
Jumlah20.20025.25045.45018.27016.480118.200
Sumber : Rencana tata ruang wilayah Prov.Gororntalo 2001-2005.
Bappeda Prov.Gorontalo.
Dari data pada Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa potensi
Perikanan Laut Perairan 12 mil Provinsi Gorontalo mencapai 46.200
ton /tahun. Potensi ini akan bertambah jika dimasukkan potensi ZEE
laut Sulawesi, yang mencapai 72.000 ton/tahun. Dengan demikian
total potensi secara keseluruhan mencapai 118.200 ton/tahun.3.2
Jumlah Nelayan
Nelayan merupakan komponen utama yang melakukan aktivitas
penangkapan ikan. Di Provinsi Gorontalo dibedakan atas nelayan
utama dan sambilan, saat ini jumlah keseluruhan nelayan adalah
sebanyak 17.193 orang dari jumlah tersebut 11.150 orang adalah
nelayan utama sedangkan sisanya adalah nelayan sambilan. Data
sebaran nelayan seperti terlihat pada Tabel 3.Tabel 3. Sebaran
nelayan berdasarkan wilayh kota dan kabupaten
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov.
Gorontalo, 2003 .
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah nelayan yang terbanyak
berada di Kabupaten Gorontalo, sedangkan status nelayan relatif
merata pada seluruh kota dan kabupaten.3.3 Produksi Perikanan
Laut
Bila potensi tersebut di atas dihubungkan dengan produksi
perikanan laut selama tujuh tahun terakhir (Gambar 1) menunjukkan
bahwa produksi tersebut masih jauh dari potensinya sehingga
pengembangan perikanan tangkap di laut masih sangat memungkinkan
untuk dilakukan. Pengembangan potensi perikanan tangkap ini harus
pula diupayakan pengembangan sarana dan prasarananya.
Gambar 1. Produksi Perikanan Laut Provinsi Gorontalo tahun
1997-2003 (Sumber: Data tahun 1997-2000 diperoleh dari statistik
peeikanan Provinsi Sulawesi Utara; Data tahun 2001-2003 dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo 2003). Produksi perikanan
laut untuk masing-masing wilayah perairan kabupaten dan kota di
Perairan Provinsi Gorontalo berbeda-beda. Kota Gorontalo dan
Kabupaten Gorontalo memberikan kontribusi produksi yang tinggi,
disusul Kabupaten Boelemo, Bone Bolango dan Pohuwatu. Produksi
hasil tangkapan untuk ikan pelagis didominasi oleh ikan layang
disusul oleh ikan selar, tongkol, teri dan ikan tuna. Untuk
jenis-jenis ikan demersal didominasi oleh ikan kerapu, kakap, kuwe
baronang dan ikan bawal (Gambar 2).
Gambar 2. Jenis hasil tangkapan dominan di Perairan Gorontalo
(Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo 2003)3.4
Jenis-Jenis Alat Tangkap Yang Beroperasi Di Perairan Provinsi
GorontaloTerdapat 8 kelompok jenis alat tangkap yang beroperasi
diperairan Gorontalo (Tabel 4). Beberapa jenis unit penangkapan
ikan yang banyak digunakan di perairan provinsi Gorontalo adalah
pancing, untuk menangkap jenis-jenis ikan tuna dan cakalang, serta
jenis-jenis ikan demersal. Disamping itu banyak pula digunakan alat
tangkap Gill net untuk menangkap ikan dasar seperti ikan kwe,
lencam, kurisi, dan jenis-jenis ikan lainnya. Dari sekian banyak
unit alat tangkap ynag beroperasi tersebut alat tangkap purse seine
merupakan alat tangkap yang banyak memberikan kontribusi
produksi.Tabel 4. Jenis alat, jumlah dan kontribusinya di Provinsi
Gorontalo Tahun 2003No.Nama AlatJenisJumlahKontribusi dalam
Produksi (ton)
1Pukat Udang25822,10
2Pukat KantongPayang93787,00
Pukat Pantai157856,60
3Pukat Cincin (Purse Seine)12119.585.80
4Jaring ( Gill Net )Jaring Hanyut530714,90
Jaring Lingkar37118,00
Jaring Tetap676746.30
Trammel Net466,90
5Jaring AngkatBagan Perahu1753.753,80
6PancingRawai Hanyut5711,40
Rawai Tetap270418,50
Huhate4461,40
Ulur25344.354,10
Tonda828,30
Lain376386,10
7
PerangkapSero21528,70
Bubu6014,20
8Lain-lainBubu, tombak dll23294,00
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo tahun
2004
Jika dilihat dari kontribusi produksi perikanan tangkap,
terdapat 4 jenis alat tangkap yang paling besar kontribusinya dalam
produksi perikanan laut di provinsi Gorontalo, masing-masing purse
seine, pancing, bagan dan gil net. Purse seine walaupun jumlahnya
kecil (121 unit) namun memberikan kontribusi 59 % dari total
produksi perikanan laut provinsi Gorontalo. Namun demikian alat
tangkap ini sering menimbulkan konflik dengan nelayan bagan apung.
Hal ini pernah terjadi di Pulau Ponelo, Kecamatan kuandang.
Tabel 5. Kontribusi produksi perikanan menurut jenis alat
tangkap Tahun 2003.NoJenis alat tangkapJumlah (unit)Produksi
(ton)Persentase Produksi (%)
1Purse seine12119.585,859,05
2Pancing4.487 6.743,820,33
3Bagan1753.753,811,31
4Gill net1.2892.149,16,47
5Lain-lain864935,32,82
Jumlah6.93633.167,8100
Sumber:Diolah dari data statistik Perikanan Prov.Gorontalo
2003.
Gambar 3. Perkembangan Jumlah Unit Alat Tangkap di Provinsi
Gorontalo (Sumber: Data tahun 1997-2000 diperoleh dari statistik
perikanan Provinsi Sulawesi Utara; Data tahun 2001-2003 dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo 2003) Dalam kaitanya
dengan tangkapan per unit usaha (Catch Per unit Effort) dari
berbagai jenis alat tangkap yang beroperasi di Perairan Provinsi
Gorontalo menunjukkan trend yang terus meningkat (Gambar 4). Hal
ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan
Provinsi Gorontalo belum mendapat tekanan eksploitasi yang
tinggi.
Gambar 4. Perkembangan Catch Per unit Effort (CPUE) di Perairan
Provinsi Gorontalo selama tahun 1997-2003. 3.5 Deskripsi Dan Jenis
Alat Tangkap Yang Beroperasi Di Perairan Provinsi Gorontalo
3.5.1 Purse Seine
(1) Unit PenangkapanSalah satu alat tangkap yang sangat
produktif saat ini khususnya di Provinsi Gorontalo adalah purse
seine. Pengertian purse seine biasanya disebut dengan jaring
kantong, karena bentuk jaring tersebut dalam pengoperasiannya
menyerupai sebuah kantong. Purse seine merupakan alat yang
dioperasikan secara aktif, yaitu dengan cara mengejar dan
melingkari jaring pada suatu gerombolan ikan (schooling). Alat
tangkap tersebut merupakan hasil modifikasi dari alat sebelumnya,
yaitu lampara dan ring net.
Purse seine merupakan alat tangkap yang berkembang saat ini di
perairan Provinsi Gorontalo, hal ini disebabkan karena alat ini
merupakan alat paling efektif dalam penangkapan ikan pelagis kecil
dengan alat bantu rumpon. Armada perikanan purse seine tergolong
kecil yaitu rata-rata dibawah 30 GT dan terbuat dari kayu dengan 2
buah mesin tempel berkekuatan 40 PK, material kayu banyak digunakan
dalam pembuatan kapal purse seine. Banyaknya bahan baku kayu dan
relatif murah menjadi alternatif pemilihan mateial kapal purse
seine. Panjang alat tangkap purse seine 300 m dan lebar 50 m,
jumlah pemberat 1000 biji dengan berat perbuah 1,5 kg, sedangkan
pelampung sebanyak 400 buah.
Teknologi perikanan purse seine rumpon di perairan Provinsi
Gorontalo masih tergolong sederhana. Hal ini dilihat dari
kapasaitas armada, material, dan sarana navigasi seperti sonar dan
echosounder yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan ikan di
sekitar rumpon. (2) Operasi Penangkapan
(a) Persiapan
Melakukan persiapan dengan memeriksa mesin utama, lampu, jaring,
dan kapal. Susunan jaring harus rapi, setelah selesai disusun rapi
di atas dek, maka kapal siap untuk beroperasi. Kemudian adalah
mempersiapkan segala sesuatunya di darat seperti perbekalan makanan
dan minuman seperlunya, BBM 100 liter dan Oli 10 liter, minyak
tanah 10 liter dan perbekalan lampu petromak sebanyak 2 buah dan
keranjang.
Sekitar pukul 14.00 nelayan tersebut berangkat ke fishing ground
atau ke rumpon yang telah dilaporkan untuk dilakukan penangkapan.
Perjalanan ini biasanya jauh, tergantung letak rumpon. Setelah
sampai di rumpon, nelayan mulai mempersiapkan jaring dan lampu
petromaks. Menjelang matahari terbenam lampu-lampu dinyalakan di
sekitar rumpon, maka persiapan selesai. (b) Metode Penangkapan
Prinsip penangkapan ikan menggunakan purse seine adalah
melingkarkan jaring pada kawanan ikan sehingga terkurung atau
terbatas ruang geraknya. Ikan yang akan ditangkap sebaiknya
berbentuk gerombolan, dekat dengan pemukaan air dan diharapkan
densitas tinggi. Hal ini menyebabkan operasi penangkapan ikan
menggunakan purse seine memerlukan suatu keadaan dimana ikan yang
akan ditangkap dalam purse seine suatu cathable area atau suatu
wilayah perairan. Salah satu upaya untuk menghasilkan cathable area
yang baik dengan membentuk daerah penangkapan buatan seperti
rumpon.
Adapun tahap pengoperasian alat tangkap purse seine adalah
sebagai berikut :
1) Diawali dengan mengikatkan kapal purse seine pada rumpon,
mesin dimatikan.
2) Lampu petromak dinyalakan, menunggu terkumpulnya ikan sekitar
rumpon yang biasanya hingga menjelang subuh lampu dibiarkan menyala
diatas rumpon.
3) Rumpon dihanyutkan beberapa meter dengan cara melepaskan tali
jangkar yang digantikan oleh pelampung tanda sementara untuk
jangkar rumpon.
4) Pada saat setting, harus memperhatikan posisi kapal terhadap
angin. Hal ini dilakukan agar jaring tidak terbawa oleh arus masuk
kebawah kapal. Kapal harus dijaga agar tidak melanggar jaring yang
sedang dioperasikan. Lamanya setting kurang lebih 2,5 menit. Bila
keadaan arus dan angin lemah, maka posisi kapal pada waktu setting
bisa sembarang posisi, sehingga membentuk bukaan jaring bulat. Jika
kekuatan arus kuat dari angin, maka posisi kapal pada waktu setting
berdasarkan arah arus. Kapal berputar menghadang arus, penampilan
bukaan jaring membentuk elips kearah datangnya arus. Bila kekuatan
angin lebih kuat dari arus, maka posisi kapal pada waktu akan
setting berdasarkan arus angin kapal berputar menghadang angin.
Penampilan bukaan jaring membentuk elips ke arah datangnya angin.
Sedangkan arus dan angin sama-sama kuat dan arahnya tegak lurus,
maka posisi kapal pada waktu setting dimulai dengan memutar,
menghadang, arus dan arah angin datang dari buritan. Bentuk bukaan
jaring berbentuk elips kerah datangnya angin.
5) Arah pelingkaran kapal ke kiri, karena jaring diletakkan
dilambung kiri kapal yang disesuaikan dengan arah putaran propeler,
sehigga manuver ke kiri lebih mudah.
6) Hauling yang lamanya kurang lebih 30 menit. Caranya yaitu
jika kedua ujung jaring telah bertemu, tali kolor atau purse line
ditarik dengan menggunakan gardan sampai semua cincin naik keatas
permukaan laut.
7) Juru rumpon tetap mengawasi agar rumpon tidak tersangkut oleh
jaring. Setelah cincin naik kesisi lambung kapal, maka jaring
segera ditarik sedikit hingga ke bagian kantong. Setelah bagian
kantong dinaikan keatas kapal, tali pengikat kantong dibuka untuk
mengeluarkan ikan hasil tangkapan. Setelah ikan hasil tangkapan
dikeluarkan, maka jaring diatur kembali.
3.5.2 Bagan Perahu
(1) Unit Penangkapan
Bagan perahu merupakan alat tangkap yang berasal dari daerah
Sulawesi Selatan yang diperkenalkan oleh nelayan-nelayan di
Gorontalo. Komponen bagan perahu di Gorontalo sama dengan bagan
pada umumnya yang terdiri dari jaring bagan, perahu dan rumah
bagan. Bagan perahu di Gorontalo saat ini masih berskala
tradisional, hal ini dilihat dari ukuran yang relatif kecil,
pengoperasian masih dilakukan secara manual, alat bantu pengumpul
ikan berupa lampu petromak. Dipelataran bagan terdapat alat
penggulung (roller) yang berfungsi untuk mengangkat jaring bagan
pada saat dioperasikan dengan menggunakan tenaga manusia untuk
memutar (roller).
Kontruksi bagan perahu berbentuk empat persegi pajang, jaring
atau waring yang digunakan dipasang pada bingkai berukuran 12 x 12
meter persegi. Ukuran mata jaring 0,5 cm dan tidak bersimpul, sebab
dengan jaring tanpa simpul akan memudahkan pengoperasian,
peningkatan efektifitas serta daya tahan jaring. Perahu yang
digunakan berukuran panjang 7 m hingga 10 m tergantung ukuran
bingkai yang diinginkan oleh nelayan, bermesin tempel 5 PK dan
kapal terbuat dari kayu. Jenis ikan hasil tangkapan didominasi oleh
ikan teri, sedangkan jumlah trip per bulan mencapai 20 trip. (2)
Operasi Penangkapan
Adapun tahap pengoperasian alat tangkap bagan perahu adalah
sebagai berikut :
1) Setting, jaring diturunkan sampai pada kedalaman tertentu
sesuai dengan banyaknya lampu petromak yang digunakan. Lama jaring
didalam air adalah 1 sampai 2 jam atau tergantung banyaknya ikan
yang terkumpul, keadaan daerah serta musim penangkapan.
2) Lampu petromak digunakan sebagai alat bantu untuk menarik
perhatian ikan pada saat operasi penangkapan. Banyaknya lampu yang
digunakan biasanya 2 hingga 4 buah, lampu mulai dinyalakan setelah
jaring diturunkan, kemudian dipasang pada saat mulai gelap.
Pemasangan lampu dilakukan dengan cara menggantungkan lampu
tersebut pada sebilah bambu dengan jarak 1 meter dari permukaan
laut.
3) Hauling, jaring diangkat dari dalam perairan secara
berlahan-lahan ketika jaring mulai mendekat permukaan. Hal ini
disebabkan agar ikan-ikan yang sudah terkumpul didalam jaring tidak
kaget dan meloloskan diri. Penarikan jaring dilakukan dengan
menggunakan roller.
4) Ikan yang sudah terkumpul didalam jaring, kemudian diarahkan
pada satu sisi untuk memudahkan dalam pengambilan hasil tangkapan
yang menggunakan alat bantu serok bergagang besi panjang.
5) Ikan yang sudah diambil dengan serok, kemudian ditampung
dalam sebuah keranjang.
6) Setelah itu jaring perlahan-lahan diturunkan untuk
dioperasikan kembali, selanjutnya dilakukan penyortiran terhadap
ikan berdasarkan ukuran dan jenis ikan.3.5.3 Pancing
5.5.3.1 Hand Line (Pancing ulur)
(1) Unit PenangkapanHand line (pancing ulur) adalah salah satu
alat tangkap yang dikenal oleh masyarakat luas, utamanya di
kalangan nelayan. Pancing pada prinsipnya terdiri dari dua komponen
utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook).
Tali pancing biasanya terbuat dari bahan nylon monofilament.
Keuntungan dari jenis tali pancing jenis nylon monofilament yaitu
kuat, tahan lama dan tidak busuk dalam air. Sedangkan untuk mata
pancing umumnya terbuat dari baja atau bahan yang anti karat dan
mempunyai berkait balik. Panjang tali pancing bervariasi antara 100
m sampai 200 m, dan ukuran tali pancing bernomor 100 atau 500.
Pemberat berbentuk kerucut dengan diameter 4 cm, tinggi 6 cm dan
berat 500 gram. Kapal yang digunakan terbuat dari kayu dengan
panjang 10 m, lebar 3 m tinggi 1.10 m. Kapal ini telah dilengkapi
oleh palka untuk menyimpan ikan tuna dengan panjang 2 m, lebar 1.20
m tinggi 1.10 yang berkapasitas kurang lebih 1 ton.
Sampai saat ini di Perairan Teluk Tomini, khususnya di Kabupaten
Boelemo beroperasi alat tangkap pancing dalam suatu perkumpulan
koperasi yang lebih dikenal dengan nama armada semut. Alat tangkap
ini telah memberi kontribusi dalam pengembangan perikanan tangkap
di Provinsi Gorontalo.(2) Operasi Penangkapan
Metode Penangkapan1) Umpan yang sudah dipotong-potong di
masukkan dalam kantong berukuran 2 liter;
2) Sepotong umpan di kaitkan pada pancing yang siap
diturunkan;
3) Kantong diikat pada tali pancing, kantong diturunkan
diturunkan lebih awal dan diikuti oleh pancing yang terdapat umpan
secara hati-hati agar kantong tidak terbalik yang menimbulkan umpan
terbuang sebelum kedalaman yang diinginkan;
4) Setelah mencapai kedalaman tertentu sekitar 100 m atau lebih,
pancing dihentakkan 3 hingga 5 kali, agar kantong yang berisi umpan
tidak terbalik atau sobek yang mengakibatkan umpan keluar dari
kantong;
5) Pancing dibiarkan beberapa saat, sesekali pancing ditarik
untuk mencoba adanya reaksi ikan;
6) Setelah pancing dipastikan termakan oleh ikan, dilakukan
penarikan secara berhati-hati untuk mencegah putusnya tali atau
sobeknya mulut ikan. Ikan dinaikkan dengan menggunakan ganco,
setelah itu ikan dilakukan pembersihan atau pengeluaran insang dan
isi perut, setelah bersih ikan dimasukan dalam palka yang diberi es
sebagai pengawet.Selain pancing tuna tersebut di atas,
nelayan-nelayan dengan usaha kecil menggunakan pula berbagai jenis
pancing dasar yang dioperasikan diperairan dangkal untuk menangkap
jenis-jenis ikan dasar, seperti kerapu, baronang, ikan kuwe,
kakatua, lencam dan lain-lain.
3.5.3.2 Huhate (Pole and Line)
Alat tangkap yang digunakan di perairan Teluk Tomini terdiri
dari beberapa bagian.
1. Joran (galah)
Joran terbuat dari bambu dengan elastisitas yang baik. Panjang
Joran 2,5 3 m dengan diameter pangkal 2,6 5 cm, dan diameter
ujungnya 0,5 1 cm.2. Tali Pancing
Tali pancing yang digunakan terbuat dari bahan Polyethilene yang
berdiameter 0,2 cm. Tali pancing ini terdiri atas 3 bagian yaitu
:
a. Tali kepala (Head Line) yaitu tali yang berhubungan lansung
dengan joran dan dikaitkan pada ujung joran, dengan panjang 10 15
cm
b. Tali Utama (Main Line) yaitu tali yang terpanjang, dimana
kedua ujungnya dibuatkan mata yang berfungsi sebagai penghubung
antara tali kepala dengan tali sekunder. Panjang 1,5 2 meter.
c. Tali Sekunder yaitu tali yang berfungsi untuk mengikatkan
tasi (Monofilamen) atau kawat baja yang menghubungkan dengan mata
pancin. Panjang 10 15 cm.
3.Tasi atau Kawat Baja (Wire leader)
Pada kapal Pole and Line tersebut, alat tangkapnya menggunakan
tasi bernomor 100 atau kawat baja (wire leaser), targantung
masing-masing pemancing. Tasi atau kawat baja tersebut diikatkan
langsung pada mata pancing, fungsinya untuk mencegah putusnya tali
pancing akibat gaya tarik beban dan gigitan ikan. Panjangnya 10 15
Cm.
4. Mata Pancing (Hook)
Mata pancing yang digunakan tidak berkait balik. Mata pancing
tersebut bernomor 2,5 2,8 Cm. Pada bagian atas mata pancing
terdapat timah berbentuk selinder dengan panjang 3 cm dan diameter
1 cm, yang bagian luarnya dibungkus dengan nikel sehingga lebih
mengkilap dan menarik perhatian ikan target, sedangkan pada sisi
luarnya terdapat cincin sebagai tempat mengikat tasi atau kawat
baja. Pada bagian mata pancing dilapisi guntingan tali rapia dan
bulu ayam yang diikat dengan monofilamen (no. 2).
Mata pancing pada alat tangkap Pole and Line tidak mempunyai
kait balik seperti mata pancing yang lain pada umumnya. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan terlepasnya ikan pada saat
disentakkan. Pole an Line juga tidak menggunakan umpan dimata
pancingnya, tetapi digantikan oleh umpan tiruan berupa guntingan
tali rapia dan bulu ayam. Hal ini bertujuan untuk efisiensi dan
efektifitas alat tangkap karena cakalang termasuk pemangsa yang
rakus.
3.5.4. Alat Tangkap PayangPayang adalah pukat kantong yang
digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish)
di mana kedua sayapnya berguna untuk menakut-nakuti atau
mengejutkan serta menggiring ikan supaya masuk ke dalam kantong
(Anonim 1975).
Dalam operasi penangkapannya banyak dilakukan dengan menggunakan
alat bantu rumpon, di mana ikan-ikan yang ada pada rumpon digiring
masuk ke dalam kantong payang walaupun dalam operasi penangkapannya
tidak selalu menggunakan rumpon. Alat tangkap ini banyak digunakan
di perairan Indonesia, di Sulawesi selatan alat tangkap ini banyak
digunakan di Perairan selat Makassar, terutama di Teluk Mandar. Di
perairan Gorontalo alat tangkap ini banyak terdapat di Pulau Ponelo
kecmatan Kuandang.
Alat tangkap ini terdiri dari dua sayap, terbuat dari jaring
yang bahannya dari bahan sintetis jenis nylon multifilament.
Sebagai contoh alat tangkap payang yang dioperasikan di Pulau
Ponelo Kuandang, mesh size sayapnya masing-masing berukuran 48 cm
bagian badannya antara 8- 15 cm dan bagian kantonnya berukuran
1-1,5 cm. Ukuran sayap semakin kecil kearah kantong. Untuk
memberikan daya apung maka pada bagian sayap diberikan pelampung.
Supaya sayap tersebut terentang dalam air maka diberikan pemberat.
Fungsi sayap adalah menakutnakuti ikan agar masuk kedalam
kantong.
Setelah alat tangkap ini telah tersusun dengan baik di atas
kapal maka setelah tiba di fishing ground, jika menggunakan alat
bantu rumpon terlebih dahulu harus ditangani dengan memperhatikan
arah arus. Karena arah ikan pada rumpon akan berlawanan dengan arah
arus. Jika arah arus dari Barat maka posisi ikan berada pada sisi
timur rumpon.
Setelah itu jaring diturunkan yang dimulai dengan menurunkan
pelampung tanda, kemudian mengelilingi rumpon, penauran jaring
dilakukan sampai semua jaring turun ke laut dan selanjutnya
mengambil kedua tali sayap, kemudian jaring ditarik ke atas perahu.
Sebagian awak kapal tetap bertugas pada rumpon sehingga tetap
seperti semula. Operasi penangkapan dianggap selesai jika kantong
jaring telah tiba di atas perahu.
Dalam metode operasinya tidak sampai ke dasar perairan sehingga
tidak mengganggu habitat perairan.
Jenis-jenis Hasil Tangkapan
Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap payang
adalah layang (Decapterus sp), Selar (Caranx sp), Kembung
(Rastralliger sp), Sardin (Sardinella sp). Jadi umumnya yang
tertangkap adalah ikan-ikan yang senang berada di daerah rumpon.
Ikan layang merupakan hasil tangkapan yang dominan.5.5.5 Jaring
(Gill net)
Gill Net Tetap yang digunakan dalam penelitian adalah Gill Net
Tetap yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang
sama besar, yang mana panjang jaring lebih besar dibandingkan
lebarnya. Gill net yang dioperasikan di perairan Gorontalo terdiri
atas beberapa jenis dan ukuran. Pembagian jenis dan ukuran tersebut
di sesuaikan dengan target tangkapan. Berikut ini ada 3 jenis gill
net yang umumnya di operasikan di perairan propinsi Gorontalo :Gill
net ikan dasar
Jenis gill net ini oleh penduduk setempat disebut sebagai jaring
Nyari. Jaring utama terbuat dari bahan monofilament bernomor 60
dengan ukuran mata jaring 4 dan 6,5 cm. Adapun panjang jaring utama
adalah 25 m (biasanya digabung), dalam jaring 1,5 m. Pelampung
terbuat dari bahan gabus dengan panjang 4 cm. Pelampung ini
dipasang dengan memasukkan tali ris atas pada lubang pelampung,
kemudian diikat dengan tali mati dengan jarak antar pelampung 22
cm. Pemberat yang digunakan adalah pemberat dari kerang-kerang mati
berdiameter 1,7 cm berwarna putih yang dilubang pada bagian tengah
dan diikatkan pada tali ris atas dengan jarak antar pemberat 21
cm.
Tali ris yang digunakan terbuat dari bahan polyethylene dengan
diameter 5 mm dan dipasang ganda pada setiap tali ris. Kedua tali
ris tersebut memilikin warna yang sama yaitu warna biru dengan arah
pilinan tipe Z. Salah satu dari tali ris ganda sengaja dipanjangkan
sebagai pengikat tali jangkar dan tali pelampung tanda. Jenis-jenis
ikan dasar seperti ikan baronang, kakatua, lencam, menjadi tujuan
utama dari alat tangkap ini.
Gill net ikan Hiu
Jenis gill net ini memiliki ukuran yang lebih besar dari gillnet
untuk menangkap ikan dasar. Panjang jaring utama 57 m dan dalamnya
3 m. Jaring terbuat dari bahan monofilament bernomor 30 dan mesh
size 15 cm. Pelampung terbuat dari bahan gabus dengan ukuran 6 cm
dan jarak antar pelampung adalah 55,5 cm. Pelampung diikatkan pada
tali ris atas dengan menggunakan tali mati dari bahan monofilament
yang lebih kecil. Pemberat terbuat dari bahan timah berbentuk
tabung dengan panjang 3,3 cm. Pemberat dipasang dengan jarak
antaranya 60 cm. Tali ris bawah atas dan bawah bernomor tiga dengan
diameter 5 mm terbuat dari bahan polyethylene berwarna biru tua.
Ikan hiu merupakan tangkapan utamanya. Kebanyakan nelayan mengambil
sirifnya untuk dikeringkan dan dijual. Nilai ekonomi dari sirif hiu
ini sangat tinggi.Gill net ikan KuweJaring insang yang digunakan
berukuran panjang 37,5 cm dan lebar atau dalam jaring 1,5 m dengan
mesh size 8,3 cm. Jaring utama terbuat dari bahan monoethylene
berwarna putih bening. Pada bagian tas diikatkan pelampung
berbentuk elips dengan lubang ditengahnya serta tali ris atas.
Jarak pemasangan pelampung adalah 55 cm, sedangkan pada bagian
bawah diikatkan pemberat timah dengan panjang 3,3 cm dan tali ris
bawah. Cara penggantungan timah pemberat dilakukan dengan
memasukkan tali ris ke dalam lubang pemberat kemudian diikatkan
dengan tali mati ke tali ris lainnya. Cara pemasangan pelampung
dilakukan dengan memasukkan tali ris ke dalam lubang pelampung
kemudian diikatkan ke tali ris atas.
Tali ris atas terdiri dari dua buah tali yang terbuat dari bahan
polyethylene dengan diameter 5 mm. Kedua tali ris tersebut
mempunyai warna yang berbeda yakni biru dan hijau dengan arah
pilinan type Z. Kedua tali ris tersebut disatukan dengan
menggunakan tali mati. Untuk tali ris bawah bahan sama dengan tali
ris atas dengan ukuran yang sama pula. Panjang salah satu tali ris
dilebihkan untuk dipergunakan sebagai tali pelampung tanda dan tali
jangkar
3.5.6 Bubu
Alat ini merupakan salah satu dari beberapa jenis trap
(perangkap) yang dipasang secara tetap di dalam air untuk jangka
waktu tertentu dan memudahkan ikan masuk dan mempersulit jalan
keluarnya.
Alat ini terbuat dari anyaman bambu dengan bentuk empat persegi
panjang dan pada bagian ujungnya menonjol dan ujung lainnya lebih
kedalam.
Bubu adalah salah satu alat tangkap yang sangat efektif unuk
menangkap jenis ikan dasar, seperti kerapu dan bawal. Bentuknya
sederhana dan pengoperasiannya sangat mudah. Umumnya bubu yang
digunakan terdiri atas 3 bagian utama, yaitu :Tubuh atau badan
bubu
Terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk persegi panjang. Salah
satu ujung badan menonjol keluar dan ujung lainnya menjorok
kedalam. Panjang badan bubu 90 cm dan lebar 56 cm. Bagian ini
merupakan tempat peletakan pemberat sebagai penahan bubu agar tetap
berada di dasar perairan dengan berat 5-10 kg.Lubang tempat
mengeluarkan hasil tangkapan
Lubang ini terletak pada bagian sisi bawah bubu. Bagian ini
sengaja dibuat seperti pintu geser yang juga terbuat dari bambu
agar memudahkan proses pengambilan hasil tangkapanMulut bubu
Ikan masuk melalui lubang ini, dan bagian ini terletak di salah
satu ujung badan bubu. Mulut bubu juga terbuat dari bahan bambu
dengan posisi agak menjorok ke dalam dan bagian ujungnya menjorok
kebawah sehingga ikan yang masuk akan kesulitan untuk melepaskan
diri, karena semakin dalam semakin kecil ukuran mulut tersebut.
Adapun ukuran bukaan mulut luar bubu adalah 27 cm dan 21 cm pada
bagian dalamnya. Guna memperkuat konstruksi bubu, biasanya digunakn
kawat atau tali yang diikatkan mengelilingi badan bubu. Pada bagian
sisi atas bubu diikatkan tali sebagai tempat pengikat pelampung
tanda yang terbuat dari gabus.
Bubu dengan ukuran besar banyak beroperasi di perairan Kuandang
dengan tujuan utama untuk menangkap ikan ekor kuning atau ikan
lolosi. Bubu ukuran besar ini mempunyai panjang 260 Cm, lebar 180
cm. Ukuran mata bubu mencapai 7 Cm. Dioperasikan di dekat pantai
pada kedalaman 30 Cm.
Dalam metode pengoperasiannya alat penangkapan ini biasanya
diletakkan di daerah karang atau diselah karang sehingga dalam
pengoperasiannya kurang ramah terhadap habitat.
3.5.7 Sero
Sero (guilding barrier) adalah alat penangkapan ikan yang
dipasang secara tetap di dalam air, yang biasanya terdiri dari
susunan pagar-pagar yang akan menuntun ikan menuju perangkap
Alat ini biasanya terbuat dari kayu, waring atau bambu. Terdiri
dari bagian-bangian yaitu (a); Penaju (leading net) yang berfungsi
untuk menghadang ikan dalam renang ruayanya khususnya ikan-ikan
yang beruaya pada saat pasang naik. (b) daerah bunuhan. Biasanya
terletak pada bagian yang lebih dalam, dengan demikian pemasangan
alat tangkap ini hanya bisa dilakukan pada daerah-daerah yang
landai yang sedikit miring. Nelayan banyak memasangnya pada daerah-
daerah pinggir pantai.
Dalam operasi peangkapanya sangat sederhana karena setelah alat
tangkap ini dipasang diperairan maka diharapkan ikan-ikan yang
melewati penaju dari alat tangkap ini akan masuk kedaerah bunuhan.
Pada saat air surut maka pengambilan ikan di daerah bunuhan segera
dilakukan
Tidak banyak alat tangkap sero yang beroperasi di perairan
Gorontalo. Hasil pengamatan didaerah Kuandang menunjukkan bahwa
mesh size yang digunakan nelayan untuk mengoperasikan alat tangkap
ini sebesar 3,5 Cm.
3.5.8. Alat Tangkap Lainnya
(1) Panah atau Tombak.
Alat tangkap panah atau tombak banyak digunakan oleh nelayan
bajo di Tilamuta. Umumnya digunanakan untuk menangkap ikan-ikan
dasar, mulai dari yang berukuran kecil maupun yang berukuran
besar.
Dalam melakukan operasi penangkapan nelayan melakukan penyelaman
dengan menggunakan alat atau tanpa menggunakan alat bantu. Alat
bantu yang sering digunakan adalah kompressor. Alat tangkap ini
rawan terhadap operator.
(2) Penggunaan illegal dan deskdtruktif FishingDari hasil
wawancara dengan nelayan dan tokoh-tokoh masyarakat terungkap bahwa
penggunaan alat penangkapan ikan yang illegal dan dekstruktif
Fishing (bom dan cianida), pernah dilakukan oleh beberapa nelayan
pada beberapa tahun yang lalu, Namun dalam dua tahun terakhir ini
kegiatan itu tidak lagi dilakukan, kecuali oleh nelayan pendatang.
Nampaknya kesadaran masyarakat akan dampak illegal dan dekstruktif
fishing mulai meningkat sejalan dengan dampak menurunnya hasil
tangkapan ikan-ikan demersal.3.6 Analisis Tingkat Keramahan
Lingkungan Alat Tangkap Yang Beroperasi Di Perairan Gorontalo.3.6.1
Kelayakan teknis dan Ekologisa. Pancing
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sudut selektivitas alat
tangkap, semua jenis pancing yang beroperasi di perairan Provinsi
Gorontalo umumnya tingkat selektivitasnya tinggi, khususnya pancing
ulur (hand line) dan huhate (pole and line). Hal ini dapat
ditunjukkan dengan besarnya ukuran mata pancing yang digunakan dan
ukuran ikan yang tertangkap dengan alat tangkap tersebut. Ukuran
mata pancing pada alat tangkap pole and line adalah 4 cm, dimana
yang dapat tertangkap dengan alat tangkap tersebut adalah ikan-ikan
yang berukuran besar.
Menurut Burhanuddin dkk (1984), ikan cakalang memijah pada
ukuran panjang 39,1 cm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
umumnya ikan cakalang yang tertangkap dengan pancing ulur telah
melakukan pemijahan (55%), sedangkan lebih dari 70% ikan cakalang
yang tertangkap dengan pole and line adalah ikan ikan dewasa yang
telah melakukan pemijahan. Dengan demikian adapat dikatakan bahwa
pole and line dan jenis-jenis pancing lainnya yang beroperasi di
perairan Provinsi Gorontalo tergolong ramah terhadap
lingkungan.
Ukuran mata pancing yang digunakan berukuran besar dengan
kisaran panjang antara 3 5 cm.
b. Pukat kantong
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran mesh size pada kantong
payang sebesar 1 cm. Jika target utama adalah ikan selar dan ikan
layang maka dari sudut selektivitas alat ini kurang ramah, dimana
ukuran ikan layang yang tertangkap dengan payang berkisar antara
12-21,9 cm, dengan konsentrasi terbanyak pada ukuran 14- 15,9. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ikan layang jenis
Decapterus ruselli memijah pada ukuran panjang total 18 Cm (Thiew,
1970; Sudirman, 2003). Jika dihubungkan dengan hal ini maka hanya
25% ikan layang yang tertangkap dengan layang telah melakukan
pemijahan. Dari sudut ini dapat dikatakan bahwa alat tangkap payang
kurang ramah terhadap lingkungan. Namun demikian alat tangkap
payang yang beroperasi di perairan Provinsi Gorontalo hingga tahun
2003 hanya 93 unit sehingga tidak memberikan tekanan yang berarti
terhadap kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Tomini.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
lingkungan alat tangkap payang dalam kaitan dengan selektivitas
adalah sebabagai berikut;
1. Memperbesar ukuran mata jaring pada bagian kantong
2. Mengontrol dan mengendalikan jumlah alat tangkap payang yang
beroperasi.
3. Meningkatkan kesadaran nelayan akan kelestarian ikan
layang
4. Mengatur aktivitas penangkapan berdasarkan ukuran ikan.Dari
hasil analisis hirarki dengan vektor prioritas relatif
masing-masing ditunjukkan pada Tabel 6
.
Tabel 6. Hasil analisis hierarki yang menunjukkan tingkat
pentingnya vektor prioritas dalam meningkatkan keramahan lingkungan
alat tangkap payang. No1234Total nilaiVektor Prioritas relatif
(%)
1199928,057,37
21/917715,130,93
31/91/7134,28,60
41/91/71/311,53,10
Jumlah48,8100%
c. Purse seine
Hasil pengamatan terhadap purse seine yang beroperasi di
Perairan Gorontalo menunjukkan bahwa mesh size kantong purse seine
sebesar 1 inchi. Ukuran ini merupakan merupakan ukuran minimun yang
dipersyaratkan pada jaring, berdasarkan SK. Menteri Pertanian
No.607/KPB/UM/9/1976 butir 3, ukuran mata jaring di bawah 25 mm
dengan toleransi 5% dilarang untuk beroperasi.
Hasil pengukuran panjang total ikan layang Decapterus macrosoma
(n = 2160) menunjukkan bahwa ukuran ikan yang tertangkap dari 14 -
25 Cm. Menurut Najamuddin (2004) ikan layang jenis ini pertama kali
matang gonad pada ukuran panjang total 20 Cm. Jika ukuran ini
dijadikan sebagai patokan, maka hanya sekitari 30 % dari hasil
tangkapan adalah ikan telah siap atau sudah melakukan pemijahan.
Namun demikian Purse seine juga menangkap ikan cakalang. Umumnya
ikan cakalang yang tertangkap dengan purse seine adalah ikan-ikan
yang belum pernah melakukan pemijahan.
Namun demikian sampai tahun 2003 jumlah purse seine yang
beroperasi diperairan Gorontalo baru 121 Unit (Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Gorontalo, 2004). Jika hal ini dibandingkan
dengan potensi perikanan pelagis maka tidak memberikan tekanan
eksploitasi yang berarti pada perairan Gorontalo.
d. Bagan Perahu
Hasil pengamatan terhadap alat tangkap bagan yang beroperasi di
Perairan Gorontalo menunjukkan bahwa mesh size jaring yang
digunakan sebesar 0,5 cm. Dengan demikian maka hampir seluruh jenis
ikan yang tertarik oleh cahaya dapat tertangkap oleh bagan.
Terdapat tiga spesies utama yang tertangkap oleh alat tangkap
bagan perahu di perairan Gorontalo, masing-masing ikan teri
(Stolephorus sp), ikan layang (Decapterus sp) dan sardin
(Sardinella sp). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran ikan
teri yang tertangkap dengan bagan perahu berkisar antara 2- 11 cm,
dengan konsentrasi tertinggi pada ukuran panjang 6-9 cm.
Pada ukuran berapa sebenarnya ikan teri melakukan pemijahan di
perairan Gorontalo? Belum diperoleh informasi dari hasil-hasil
penelitian sebelumnya. Namum demikian berdasarkan hasil penelitian
ditempat lain seperti di Selat Singapura yang dilaporkan oleh Tham
(1965) bahwa Stolephorus heterolobus, memijah pada panjang baku 50
mm. Tiews et al. (1970) mengemukakan bahwa di Teluk Manila ikan
teri memijah pada panjang 60 mm. Stolephorus devisi di perairan
Papua New Gunea memijah pada ukuran 45 50 mm, S.heterolubus 50 55
mm dan pada S.insularis memijah pada panjang di atas 6,5 cm di
Teluk Manila (Tiews et al. 1970).
Dari sudut selektivitas dapat dikatakan bahwa bagan perahu ramah
terhadap ikan teri dan tidak ramah terhadap jenis layang dan
sardin. Bagaimana solusi untuk meningkatkan keramahan lingkungan
alat tangkap bagan rambo dilihat dari sudut selektivitasnya?. Ada
beberapa solusi yang dapat ditawarkan antara lain:
1. Perbaikan mesh size (Improving of mesh selectivity)
2. Pengendalian jumlah alat tangkap (Control of unit number)
3. Pengaturan fishing ground (Arragement of fishing ground)
4. Pengaturan musim penangkapan (Management of fishing
season)
5. Peningkatan kesadaran masyarakat nelayan terhadap lingkungan
(Awareness of fisher for environmentally friendly)
Tabel 7. Hasil analisis hierarki yang menunjukkan tingkat
pentingnya vektor
prioritas dalam meningkatkan keramahan lingkungan alat
tangkap
bagan perahu dari sudut selektivitas.
No12345Total nilaiVektor Prioritas relatif (%)
11993729,056,53
21/9133310,119,68
31/91/31315,410,52
41/31/31/311/32,34,48
51/71/31315,510,72
Jumlah51,3100%
d. Jaring (Gill net)
Secara umum jaring yang beroperasi di perairan Provinsi
Gorontalo mempunyai ukuran mata jaring yang besar. Masing-masing 4
Cm, 6,5 cm, 8,3 cm dan mesh size 15 cm (untuk ikan hiu).
Sehubungan dengan teknologi penangkapan dengan mempergunakan
alat tangkap jaring insang (gillnet) misalnya ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan agar bisa memenuhi kriteria
teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan antara lain
sebagai berikut (Martasuganda, 2002).
1. Melakukan seleksi terhadap ikan yang akan dijadikan target
tangkapan atau atau ikan layak tangkap baik dari jenis maupun
ukuran, dengan cara membuat desain dan konstruksi alat yang
disesuaikan dengan jenis dan ukuran dari habitat perairan yang akan
dijadikan target tangkapan. Dengan demikian diharapkan bisa
meminimumkan hasil tangkapan sampingan yang tidak diinginkan dari
habitat perairan yang dilindungi.
2. Pengoperasian jaring insang disuatu kawasan perairan yang
dioperasikan pada siang hari, harus dilengkapi dengan pelampung
tanda yang dilengkapi dengan bendera atau bendera dan radar
reflektor (pemantul gelombang radar), sedangkan untuk yang
dioperasikan pada malam hari, maka pelampung tanda sebaiknya
dilengkapi dengan cahaya (light bouy) atau pelampung cahaya dan
radar reflector yang tujuannya agar kapal yang akan lewat bisa
menghindari alat tangkap dipasang.
3. Tidak memakai mesh size yang dilarang (berdasarkan SK.
Menteri Pertanian No.607/KPB/UM/9/1976 butir 3, ukuran mata jaring
di bawah 25 mm dengan toleransi 5% dilarang untuk beroperasi).
4. Tidak melakukan kegiatan usaha penangkapan di perairan atau
di daerah penangkapan ikan yang sudah dinyatakan lebih tangkap
(over fishing), di daerah kawasan konservasi yang dilarang, di
daerah penangkapan yang dinyatakan tercemar dengan logam berat dan
kawasan perairan lainnya yang dinyatakan terlarang.
5. Tidak melakukan pencemaran lingkungan (memasukkan mahluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan) yang
akan mengakibatkan berubahnya tatanan lingkungan sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya. Sebagai contoh tidak membuang alat tangkap
(jaring bekas atau potongan-potongan jaring) atau benda lain (bahan
bakar bekas pakai, seperti oli, bensin, bahan kimia dan benda
lainnya).
Apabila karena sesuatu sebab jaring insang tertingal atau hilang
diperairan, sebaiknya diusahakan dicari agar tidak menimbulkan atau
terjadinya Ghost fishing yang akan berdampak terhadap potensi
sumberdaya yang ada.Tingkat by-catch dan dicardsHasil wawancara
dengan para nelayan diperoleh informasi bahwa semua jenis alat
tangkap yang beroperasi di perairan Gorontalo by-catch dan
discardnya sangat kecil. Hasil wawancara dengan nelayan didaerah
penelitian mengemukakan bahwa jumlah by catch dan discard 1-2 %
saja. Umumnya semua jenis tangkapan dapat laku dipasaran.
Jenis-jenis ikan tertentu saja seperti ikan buntal biasa tertangkap
dengan alat tangkap bagan dan purse seine tidak bernilai ekonomi
dan umumnya dibuang ke laut.
Daya Rusak Terhadap Habitat dan Keamanan terhadap Spesies yang
dilindungi.
Jenis alat tangkap purse seine dalam operasinya dilakukan
didaerah laut dalam sehingga jaring yang digunakan tidak sampai ke
dasar perairan sehingga tidak merusak habitat dasar. Demikian
halnya alat tangkap payang dioperasikan di dekat rumpon dan tidak
sampai kedasar perairan. Alat tangkap pancing, bagan, gill net aman
terhadap habitat, termasuk habitat terumbu karang.
Dalam kaitannya dengan kerusakan habitat, maka alat tangkap yang
tergolong kurang ramah adalah bubu. Alat tangkap ini dioperasikan
di daerah karang. Biasanya nelayan menggunakan karang untuk
menimbuni bubu agar dapat terpasang dengan baik di dasar perairan.
Namun demikian jumlah bubu yang beroperasi di perairan Gorontalo
sangat kecil dinali sampai saat ini belum memberikan dampak yang
berarti terhadap habitat.
Dari hasil pengamatan terhadap ikan-ikan yang didaratkan di TPI
Tilamuta dan TPI lainnya di Provinsi Gorontalo, tidak didapatkan
ikan-ikan yang dilindungi tertangkap dengan alat tangkap yang
dioperasikan oleh nelayan di daerah tersebut.
Keamanan Terhadap Nelayan dan Keanekaragaman Hayati
Bahaya atau resiko yang diterima oleh nelayan dalam
menoperasikan suatu alat tangkap secara umum dapat disebabkan oleh
2 faktor yaitu faktor yaitu faktor internal (berhubungan dengan
keahlian nelayan) dan faktor eksternal faktor alam dan jenis alat
tangkap yang digunakan (Sarmintohadi, 2002).
Semua alat tangkap yang legal beroperasi di Perairan Gorontalo
umumnya aman terhadap nelayan (kecuali yang menggunakan kompressor)
dan keaneka ragaman hayati. Hasil wawancara dengan para nelayan
terungkap bahwa keamanan terhadap operator hanya beresiko terhadap
alat tangkap yang illegal, seperti penggunaan dinamik.
Demikian halnya terhadap keanekaragaman hayati. Dari hasil
pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada yang perlu terlalu
dikhawatirkan mengenai operasional jenis alat tangkap yang ada
dalam kaitannya dengan keaneka ragaman hayati. Spesies-spesies yang
tertangkap adalah spesies ekonomis yang sudah umum dikenal oleh
masyarakat.
Aspek Legalitas
Aspek legalitas merupakan hal penting dalam setiap usaha,
termasuk usaha penangkapan ikan. Adanya kepastian hukum dalam
berusaha yang dilakukan oleh para nelayan akan memberikan jaminan
ketenangan dalam berusaha. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
semua alat tangkap yang digunakan adalah legal. Alat-alat tangkap
yang illegal dioperasikan secara sembunyi-sembunyi.
Penggunaan alat penangkapan ikan yang illegal dan dekstruktif
(bom dan cianida), pernah dilakukan oleh beberapa nelayan pada
beberapa tahun yang lalu, Namun dalam dua tahun terakhir ini
kegiatan itu tidak lagi dilakukan, kecuali oleh nelayan pendatang.
Nampaknya kesadaran masyarakat akan dampak illegal dan dekstruktif
fishing mulai meningkat sejalan dengan dampak menurunnya hasil
tangkapan ikan-ikan demersal. Kondisi Keramahan Lingkungan Alat
Penangkapan ikan dan upaya keberlanjutannya yang beroperasi di
Perairan Provinsi Gorontalo, dalam kaitannya dengan aspek
sumberdaya ikan ditununjukkan padaTabel 8.Tabel 8. Tingkat
keramahan lingkungan berbagai jenis alat tangkap
yang beroperasi di Perairan Gorontalo.Jenis alat tangkapTingkat
Keramahan terhadap lingkunganPrioritas utama untuk meningkatkan
keramahannya
A. Pelagis kecil
1. Purse seineSedangMemperbesar mesh size sesuai dengan jenis
ikan
2. BaganTidak ramah kecuali terhadap ikan teriMenggunakan mesh
size yang bervariasi sesuai dengan target spesies
3. Payang LayangSedangMemperbesar mesh size kantong
4.Pukat kantong untuk nikeiSedangPerlu kajian lebih dalam
B. Pelagis Besar
1. Pole and line Tinggi
2. Long lineTinggi
3. Pancing lainSedang-tinggiPengaturan ukuran mata pancing
terkecil
C. Ikan Demersal
1. BubuSedangPerbesar ukuran mata bubu, Tanda harus jelas dan
tidak dioperasikan di atas terumbu karang
2. Jaring insang dasarSedang sampai tinggiHindari daerah karang
dan mesh size disesuaikan dengan target spesies
3. TombakTidak ramahPeningkatan pengetahuan operatornya
D. KompressorTidak ramahUsahakan tidak merusak karang;
Penggunaan tabung oksigen yang terjamin kebersihannya
Tingkat Kesegaran Hasil Tangkapan
Semua jenis alat tangkap yang dioperasikan di perairan Gorontalo
rata-rata mempunyai tingkat kesegaran yang tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari hasil score sheet dengan nilai rata-rata 7-9. Tingkat
kesegaran ikan akan menentukan kualitas ikan. Kualitas ikan yang
baik akan menentukan harga jual yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan nelayan. Dengan meningkatnya
kesejahteraan diharapkan nelayan mempunyai kesadaran untuk
memelihara kondisi ekosistem sumberdaya hayati laut.3.6.2 Aspek
Sosial dan Ekonomis
Seperti yang dikemukakan oleh FAO dalam Asian Produktivity
Organisation (2002), bahwa sustainable development harus mencakup
sosial acceptable, maka dalam bidang perikanan berkelanjutan faktor
sosial harus menjadi perhatian penting.
Dalam bidang perikanan, khusus penangkapan ikan, konflik
merupakan gejala sosial yang sering ditemukan diberbagai wilayah
perairan. Gejala konflik tersebut dapat dilihat dari perspektif
sumberdaya bahwa konflik antar nelayan sering terjadi untuk
memperebutkan sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Perebutan
ini muncul karena karakteristik sumberdaya perikanan yang bersifat
open access (Satria, 2002).
Dengan kondisi sumberdaya bersifat open access, seolah-olah
sumberdaya dapat dikuasai sembarang orang, disembarang waktu, dan
dengan sembarang alat tangkap. Namun, jika ditelusuri lebih jauh,
sebenarnya kondisi sumberdaya yang benar-benar terbuka hampir sulit
ditemukan. Hal ini karena pemerintah pada umumnya telah memiliki
regulasi pengelolaan sumberdaya. Belum termasuk masyarakat yang
memiliki aturan main juga dalam pengelolaan sumberdaya.
Di perairan Gorontalo yang perlu diperhatikan dalam kaitan
dengan konflik adalah alat tangkap bagan dengan alat tangkap purse
seine. Pengaturan penangkapan perlu dilakukan untuk mencegah
konflik. Kasus nelayan ini terjadi di perairan Kuandang menjadi
pelajaran yang sangat berharga.
Solusinya adalah alat tangkap purse seine sebaiknya beroperasi
di luar wilayah 4 mil dari pantai karena mempunyai mobilitas yang
tinggi, sebaliknya nelayan bagan dapat beroperasi didekat pantai
karena mobilitasnya rendah.
Dalam kaitan dengan aspek sosial dan ekonomi maka pengembangan
jenis alat tangkap yang ada diperairan Gorontalo dapat memberikan
dampak antara lain:1) Penyerapan tenaga kerja
Kenyataan di negara berkembang seperti di Indonesia, peningkatan
jumlah penduduk tidak diimbangi oleh ketersediaan lapangan kerja.
kegiatan perikanan tangkap ikan pelagis, pada dasarnya merupakan
kegiatan yang menyerap banyak tenaga kerja. Hal ini, karena
didukung oleh wilayah perairan laut Indonesia khususnya perairan
Provinsi Gorontalo. Dengan demikian tujuan pengembangan kegiatan
perikanan tangkap ikan pelagis yang kedua diharapkan dapat menyerap
tenaga kerja.
Kesesuaian antara kualitas tenaga kerja dan kapasitas usaha
harus diselaraskan. Kualitas lebih diutamakan pada tingkat
keterampilan dibandingkan dengan latar belakang formal, walaupun
indikator yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas
pekerja adalah tingkat pendidikan. Proses rekruitmen yang benar dan
tepat akan sangat berpengaruh pada kualitas dan kemajuan kegiatan
perikanan tangkap.
2) Peningkatan ekonomi masyarakat
Salah satu hal penting dalam pengembangan kegiatan perikanan
ikan pelagis adalah peningkatan ekonomi masyarakat di Provinsi
Gorontalo. Peningkatan ekonomi masyarakat harus dilihat sebagai
unsur yang terpenting dalam pengembangan kegiatan perikanan
tangkap. Hal ini, disebabkan karena masyarakat, khususnya nelayan
bertindak sebagai pelaku utama atau subyek dari aktivitas
pembangunan suatu daerah, disisi lain merupakan tujuan akhir dari
pembangunan ekonomi itu sendiri dari sektor perikanan dan
kelautan.
3) Pendapatan Asli daerah (PAD)
Dana PAD dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah untuk pembangunan
daerah Provinsi Gorontalo sehubungan dengan adanya pemberian
otonomi daerah.
Pemberian otonomi daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang
bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna, penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan. Untuk dapat melaksanakan tujuan tersebut, maka kepada
daerah perlu diberikan wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan
pemerintahan sebagai urusan rumah tangga.
Untuk itu, Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo berusaha
menyusun rencana dan melaksanakan proyek-proyek layanan.
Pengembangan daerah perlu ditingkatkan agar upaya untuk
memungkinkan pemerintah, memikul tanggungjawab yang lebih besar
atas program-program dimasa yang akan datang.
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan kebijakasanaan memungut
bayaran untuk barang dan layanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah atau yang memanfaatkan sumberdaya daerah
Salah satu objek yang dapat menyumbangkan dana bagi daerah
adalah pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan, khususnya
perikanan tangkap ikan pelagis. Dengan potensi perikanan tangkap
diharapkan mampu lebih mendukung kemandirian daerah ke dalam
kesatuan pola pengembangan daerah Provinsi Gorontalo.
Tabel 9 menunjukkan jumlah tangkapan pertrip, jumlah hari
operasi serta jumlah Anak Buah Kapal (ABK) yang dapat diserap
sebagai suatu gambaran aspek ekonomi dan sosial untuk jenis-jenis
alat tangkap yang beroperasi di perairan Gorontalo.
Dari Tabel 9 tersebut terlihat bahwa alat tangkap purse seine
dan pole and line menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak.
Namun demikian alat tangkap jenis ini yang berperasi di Perairan
Gorontalo masih tergolong sedikit. Berbeda halnya dengan alat
tangkap bagan menyerap tenaga kerja banyak dan jumlah yang
beroperasi juga banyak.
Berbeda halnya dengan alat tangkap pancing, walaupun jumlah
tenaga kerja perunit alat sedikit tetapi alat tangkap ini jumlahnya
besar, maka alat tangkap tersebut memberikan kontribusi yang besar
kepada masyarakat Gorontalo baik kontribusi ekonomi maupun aspek
sosial. Dari seluruh aspek lingkungan nampaknya semua jenis pancing
yang beroperasi diperairan Gorontalo tergolong ramah terhadap
lingkungan.
Usaha penangkapan masih menguntungkan
Yang sangat menentukan adalah potensi sumberdaya ikan yang
terdapat dalam suatu perairan. Semakin melimpah suatu sumberdaya
ikan berarti semakin menjamin kelangsungan usaha penangkapan. Oleh
sebab itu data yang akurat mengenai potensi sumberdaya ikan di
suatu kawasan perairan sangatlah penting, termasuk spesies, habitat
dan musimnya. Ketersedian data ini akan meningkatkan efisiensi
usaha penangkapan yang akan dikembangkan.Minim investasi
Investasi yang tinggi dalam pemanfaatan sumberdaya laut
cenderung cenderung akan mengeksploitasi sumberdaya alam lainnya,
sehingga akan berdampak pada sektor lain. Hasil wawancara dengan
nelayan di Lokasi penelitian menunjukkan bahwa investasi yang
tinggi hanyalah pada alat tangkap purse seine dan pole and line.
Namun demikian hasil yang diperoleh jauh lebih besar.Sampai saat
ini teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan
diperairan Gorontalo, investasi yang dibutuhkan tergolong rendah
sampai sedang.Tabel 9. Keragaman Jumlah hasil, Jumlah Hari Operasi
dan Jumlah ABK yang digunakan dalam operasi penangkapannya.
NoJenis AlatTangkapan (Kg) pertripJumlah Hari Operasi/blnJumlah
ABK
TerendahTertinggiRata-rata
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.Purse Seine
Pancing
a. Pancing Ulur
b. Pancing Layang
c. Pancing Vertical
d. Pancing Ikan Dasar
e. Pole and Line
Gill Net
a. Gillnet Hiu
b. Gillnet Bubara
c. Gillnet Lolosi
d. Gillnet Ik Batu
Bagan Perahu
Bubu
Panah
Komproser
Sero
Payang
500
6
20
15
-
400
5
10
15
10
30
10
10
1
10
10
3500300
500
350
-
3.5 ton
500
350
400
300
1000
250
250
70
30
300
700
150
100
80
-
1.5 ton
80
50
50
50
250
40
50
20
20
6020
25
25
20
-
25
25
20
20
20
20
20
25
20
30
2017-20
2
3
2
-
8-17
4
3
3
4
8
2
3
3
2
6
Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) minimum
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan jenis sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbaharui dan cadangannya di alam terbatas. Dengan
demikian maka aktivitas penangkapan ikan diharapkan dapat
menggunakan bahan bakar minyak seminimum mungkin. Hal ini dilakukan
untuk menjamin kelangsungan usaha penangkapan ikan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa umumnya alat tangkap yang
dioperasikan menggunakan BBM relatif rendah sampai sedang. Semua
jenis alat tangkap pancing dan gill net menggunakan BBM yang sangat
rendah. Jenis alat tangkap purse seine dan pole and line
menggunakan BBM yang lebih banyak dibandingkan dengan alat tangkap
lainnya.
Dalam satu trip penangkapan, jumlah BBM yang digunakan kurang
dari 100 liter..
3.7 Arah Pengendalian dan Pengembangan Perikanan Tangkap
3.7.1 Rekomendasi Terhadap Modifikasi Alat Tangkap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam rangka meningkatkan
keramahan lingkungan dan mengoptimalkan hasil tangkapan, maka ada
beberapa jenis alat tangkap yang perlu dimodifikasi. Alat tangkap
tersebut adalah Bottom long line, tuna long line dan alat tangkap
payang. Namum demikian alat tangkap bottom long line sangat sedikit
yang menggunakannya, dan umumnya skalanya kecil. Di lain pihak
potensi ikan demersal di Perairan Gorontalo cukup besar. Dengan
demikian perlunya memodifikasi sebagian jenis pancing menjadi
Bottom long line. Alat tangkap ini sesuai untuk semua perairan di
Provinsi Gorontalo.Demikian halnya dengan alat tangkap Tuna long
line. Nelayan kebanyakan masih menggunakan pancing ulur dalam
menangkap ikan-ikan tuna. Dalam rangka pengembangan perikanan
tangkap ke depan di perairan Provinsi Gorontalo khususnya
memanfaatkan potensi ikan tuna maka pengembangan alat tangkap tuna
long line perlu dilakukan. Kabupaten Boalemo dan Gorontalo
memungkinkan untuk pengembangannya.
3.7.2 Pengendalian Alat Tangkap Yang Kurang Ramah terhadap
Lingkungani Alat TangkapHasil sementara menunjukkan bahwa alat
tangkap Bagan, payang dan bubu perlu ditingkatkan keramahan
lingkungannya. Pengendalian alat tangkap yang kurang ramah seperti
ini dapat dilakukan melalui modifikasi alat dan perbaikan strategi
penangkapan.
Peningkatan keramahan lingkungan alat tangkap bagan apung yang
beroperasi di perairan Provinsi Gorontalo dapat dilakukan melalui
beberapa alternatif.
1. Perbaikan mesh size (Improving of mesh selectivity)
Perbaikan mesh size dapat dilakukan memperbesar ukuran mata
jaring, namun demikian memperbesar ukuran mata jaring akan
mengakibatkan lolosnya ikan teri yang merupakan tujuan utama
penangkapan alat tangkap bagan. Dengan demikian perlu strategi
lain.
2. Pengendalian jumlah alat tangkap(Control of unit number)
Jika alternatif pertama kurang dapat diterapkan maka solusi
lainnya adalah pengendalian jumlah alat tangkap bagan. Dengan mesh
size seperti yang digunakan sekarang ini, namun jumlah harus
dikendalikan. Berapa jumlah yang harus beroperasi, harus mengacu
pada jumlah stock di daerah tersebut.
3. Pengaturan fishing ground (Arragement of fishing ground)
Peningkatan keramahan lingkungan alat tangkap bagan dengan
mengatur fishing ground perlu dilakukan mengingat alat tangkap
bagan sering mengalami konflik dengan alat tangkap lain seperti
purse seine. Dengan mengatur fishing ground masing-masing maka
konflik akan dapat diatasi.
4. Pengaturan musim penangkapan (Management of fishing
season)
Pengaturan musim penangkapan dilakukan dengan pertimbangan bahwa
pada musim teri tetap menggunakan mesh size yang lebih kecil. Akan
tetapi jika bukan musim teri maka sebaiknya menggunakan mesh size
jaring yang lebih besar.
5. Peningkatan kesadaran masyarakat nelayan terhadap lingkungan
(Awareness of fisher for environmentally friendly)
Solusi lain yang dapat ditawarkan dalam rangka peningkatan
keramahan lingkungan adalah peningkatann kesadaran lingkungan
masyarakat nelayan dalam hal kelestarian sumberdaya ikan. Hal ini
harus kita sadarkan bahwa pengaturan ini akan berdampak kelestarian
usahanya. Peningkatan kesadaran masyarakat akan lebih mudah
dibandingkan dengan melalui pengawasan. Penyuluhan dan pelatihan
secara berkala yang diberikan kepada masyarakat nelayan merupakan
contoh konkrit dari solusi ini.
Peningkatan keramahan lingkungan untuk alat tangkap payang dapat
dilakukan dengan mempebesar mesh size pada bagian kantong. Sampai
saat ini mesh size kantong yang digunakan oleh nelayan adalah 1 cm.
Mesh size seperti ini memungkinkan tertangkapnya ikan-ikan layang
dan selar sebagai target spesiesnya pada ukuran yang belum layak
tangkap. Dalam rangka peningkatan keramahan lingkungannya, maka
memperbesar mesh size menjadi 1 inchi pada bagian kantonnya perlu
menjadi perhatian.
3.7.3 Introduksi Alat Penangkapan Ikan
Dalam rangka pengembangan alat tangkap yang ramah lingkungan di
perairan Gorontalo maka jenis alat tangkap Gill net
cakalang/tongkol dan set net merupakan alat yang direkomendasikan
untuk di introduksi dibeberapa daerah seperti Kabupaten Gorontalo,
Bone Bolango dan Boalemo.
Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan tidak adanya alat
tangkap gill net cakalang/tongkol yang digunakan oleh nelayan,
dilain pihak populasi ikan tongkol dan cakalang di perairan
gorontalo sangat potensil. Alat tangkap ini telah berhasil baik
digunakan oleh para nelayan di Pelabuhan Ratu Jawa Barat.
Selain alat tangkap gill net cakalang, alat tangkap lain yang
direkomendasikan untuk dintroduksi di perairan Gorontalo adalah
alat tangkap set net. Perairan Pohuato, Boelemo dan Kuandang
merupakan daerah yang cocok untuk alat tangkap set net. Alat
tangkap ini dapat mengeksploitasi berbagai jenis ikan pelagis dan
demersal termasuk ikan karang tanpa merusak karangnya. Di Jepang
alat tangkap ini telah dimanfaatkan dengan baik di seluruh perairan
pantainya, dan pada tahun 1997 memberikan kontribusi sebesar 11%
dari total hasil tangkapan di Jepang.
Secara singkat set net dapat digambarkan sebagai alat tangkap
yang memiliki penaju (leader net) yang berfungsi mengarahkan
kelompok ikan masuk ke dalam serambi (play groung). Serambi
berbentuk kerucut yang mempunyai fungsi sebagai tempat berkumpulnya
kelompok ikan sebelum masuk kedalam kantong (bag net). Kantong
adalah tempat terakhir kelompok ikan terkumpul, dimana pada bagian
kantong inilah yang dihauling oleh nelayan untuk memanen hasil
tangkapan (Gambar 12). Peneliti ingin memberikan masukan bagaimana
memanfaatkan teknologi penangkapan ikan dan pemikiran-pemikiran
yang berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya hayati laut sehingga
nelayan dapat meningkat kesejahteraanya tanpa merusak sumberdaya
alam laut kita.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan pemasangan
alat tangkap set net di pulau-pulau kecil, antara lain (1) dengan
adanya aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh nelayan kita di
fishing ground pulau-pulau kecil, menutup ruang bagi negara lain
untuk mengkapling bahwa daerah tersebut adalah bagian dari
wilayahnya; (2) secara langsung pemerintah telah memperhatikan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di wilayah yang
sangat terpencil yang selama ini sangat termarginalkan; (3) menjaga
keutuhan wilayah perairan Indonesia dengan biaya yang relatif
murah, karena keberadaan nelayan di daerah tersebut secara langsung
atau tidak langsung membantu pihak Angkatan Laut RI menjaga wilayah
negara kesatuan;(4) salah satu bentuk implimentasi dari
pemberdayaan masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil yang
akhir-akhir ini sangat diprioritaskan oleh pemerintah melalui
Departemen Kelautan dan Perikanan ( DKP) RI.
Mengapa sebaiknya alat tangkap set net dan bukan alat tangkap
lainnya. Dalam hubungan ini alat tangkap set net memiliki beberapa
kelebihan antara lain; (1) pengambilan hasil tangkapan dapat
dilakukan dalam 2-3 hari sekali, sehingga nelayan tidak mesti
tinggal menunggu pada fishing ground pulau-pulau kecil tersebut;
(2) pemasangan alat tangkap set net dapat dilakukan pada jarak yang
sangat dekat dengan pulau-pulau kecil sehingga nampak bahwa pulau
tersebut dimanfaatkan oleh nelayan; (3) hasil tangkapan alat
tangkap set net dalam keadaan segar sehingga nilai ekonominya bisa
lebih tinggi; (4) dengan alat tangkap set net yang sederhana,
investasinya bisa lebih rendah dan produksinya dapat lebih
tinggi.3.7.4 Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap
Berdasarkan perhitungan CPUE menunjukkan bahwa CPUE di perairan
Gorontalo masih cenderung naik, sehingga tidak memenuhi syarat
untuk menghitung MSY dan effort oftimumnya. Namun demikian
berdasarkan data yang ada di Dinas Perikanan Propinsi Gorontalo,
menunjukkan bahwa pengembangan jenis alat tangkap masih
memungkinkan.Demikian halnya dengan purse seine, dengan terget
spesies yang tepat purse seine layak pula dikembangkan.
Pengembangan alat tangkap tersebut sesuai untuk wilayah Kabupaten
Boelemo, Pohuato, Gorontalo dan Bone Bolango. Khusus untuk Bone
Bolango sesuai untuk jenis-jenis pancing, gill net dan purse
seine.
Monintja (1996), mengemukakan bahwa profil penangkapan ikan yang
ideal untuk dicapai antara lain perlu memiliki keragaan sebagai
berikut; (1) mampu memberikan pendapatan yang layak bagi para
nelayan, mulai dari pemilik sampai pada operator level terbawah,
dalam arti setiap personnel memiliki kemampuan untuk menabung; (2)
keuntungan usaha memberikan kemampuan bagi usaha untuk meningkatkan
dan mengembangkan usahanya;(3) Produk yang dihasilkan adalah
exportable untuk menghasilkan devisa;(4) usaha dapat diselenggarang
profitable secara berkelanjutan ; (5) tidak menimbulkan keresahan
sosial. Jika sumberdaya perairan laut diusakan secara profitable
secara berkelanjutan maka Teknologi penangkapan menjadi suatu
keharusan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang dilakukan dengan melihat trend produksi
perikanan tangkap dan jumlah unit alat di perairan Povinsi
Gorontalo menunjukkan bahwa perikanan tangkap masih memungkinkan
untuk dilakukan pengembangan.
Variasi alat penangkapan ikan yang beroperasi di perairan
provinsi Gorontalo masih kecil. Dari segi jumlah dan jenis-jenis
alat tangkap yang legal beroperasi menunjukkan bahwa status
pengelolaan belum optimal. Kelayakan teknis dan ekologis
menunjukkan belum ada yang terlalu menghawatirkan akan kelestarian
sumberdaya ikan di Perairan tersebut. Dengan kata lain tingkat
keramahan alat tangkap yang digunakan masih tergolong sedang sampai
tinggi. Namun demikian dalam usaha menjaga kelestarian pemerintah
Provinsi Gorontalo tetap mengontrol secara rutin beroperasinya alat
tangkap yang illegal.
Aspek teknologi khususnya teknologi penangkapan ikan pelagis
menunjukan bahwa peningkatan teknologi diarahkan pada perikanan
purse seine untuk pelagis kecil, sedangkan untuk pelagis besar
perlu adanya peningkatan teknologi penangkapan pelagis yang lebih
efesien seperti alat tangkap pole and line. Ditinjau dari aspek
sosial yaitu dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, maka
pengembangan kegiatan perikanan tangkap ikan pelagis diarahkan pada
perikanan purse seine dan pole and line.Untuk memanfaatkan
jenis-jenis ikan demersal maka pengembangan jenis-jenis pancing
dasar dan gill net dan gill net dasar sesuai untuk dikembangkan di
seluruh perairan Provinsi Gorontalo.4.2 Saran
Dalam rangka pengembangan penangkapan ikan yang ramah lingkungan
di perairan Provinsi Gorontalo, kesadaran nelayan akan pentingnya
pelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan sangat penting. Oleh
sebab itu sedini mungkin diperlukan peningkatan kesadaran
lingkungan melalui pendidikan informal baik berupa penyuluhan
maupun berupa pelatihan-pelatihan secara kontinyu yang dilaksanakan
oleh instansi terkait. Dalam pengembangan kegiatan perikanan
tangkap di Provinsi Gorontalo, maka yang terpenting adalah
peningkatan SDM perikanan. Tercapainya SDM perikanan yang memadai,
selanjutnya perlu adanya dukungan modal usaha. Dengan kesiapan SDM
dan dukungan modal, strategi yang harus dilakukan adalah
peningkatan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana, kesediaan
pasar serta keamanan dan kepastian hukum.
V. IMPLIKASI KEBIJAKANDari hasil penelitian menunjukkan bahwa
beberapa jenis alat tangkap telah memenuhi persyaratan ramah
lingkungan, namun demikian adapula beberapa jenis masih perlu
diperbaiki dan bahkan yang tidak ramah sama sekali.
Jenis alat tangkap yang sangat ramah seperti Pole and line dan
jenis-jenis pancing ulur, gill net secara umum direkomendasikan
untuk dikembangkan diperairan Provinsi Gorontalo karena tidak
mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan.
Beberapa jenis alat tangkap sudah ramah namun masih perlu
ditingkatkan keramahannya terhadap lingkungan seperti Purse seine
dan payang Selanjutnya alat tangkap yang menggunakan kompressor
sebagai alat bantunya seperti panah, sebagian kecil gill net
(khususnya gill net dengan alat bantu kompressor) dan bagan perahu
perlu dikontrol pemanfaatannya.
Dalam rangka tetap mempertahankan dan meningkatkan keramahan
lingkungan alat tangkap dan mengembangkan perikanan bertanggung
jawab maka perlu dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat nelayan
akan pentingnya pelestarian sumberdaya ikan. Program aksi yang
dapat dilakukan adalah pendidikan singkat , penyuluhan secara
berencana dan berkelanjutan mulai nelayan, pedagang dan unsur-unsur
yang terkait dengannya.AFTAR PUSTAKA
Anonim., 1975. Ketentuan Kerja, Pengumpulan, Pengolahan dan
Penyajian Data Statistik Perikanan(buku I). Derektorat Jenderal
Perikanan, Departemen Pertanian . Jakarta.
APO (Asian Productivity Organization), 2002. Sustainable Fishery
Managementin Asia. Report of the APO Study Meeting on Sustainable
Fishery Management. Tokyo. 324 p
Arimoto,T. 1999. Light Fishing. Paper in International Fisheries
Training Center,
JICA, Tokyo. Pp15 (unpublished).
Arimoto, T., 1999. Trends Fishing Technology In the New
Mellenium.
Sustainable Fishing Tecknology in Asia Toward the 21 st Century.
Proceding of The International Seminar. Bali Indonesia .
Arimoto, T, 2000. Research and Education System of Fishing
Technology in Japan. TUF-JSPS International Project. Vol. 8. March
2000. Proceeding the 3 rd JSPS International Seminar on Fisheries
sciences in Tropical Area Sustainable Fishing Technology in Asia
Towards the 21 st Century. Tokyo University of Fisheries. p
32-37.
Arimoto, T 2000. Capture Fisheries and Cage Culture in Japan.
JSPS
International symposium on Fisheries Sciences in Tropical area.
Bogor- Indonesia.
Burhanuddin, R.Mulyanto, S.Martosewojo dan A. Djamali. 1984.
Suku
Scombridae. Tinjauan mengenai ikan tuna, cakalang dan tongkol.
Lembaga Oseanologi Nasional LIPI.59 hal.
CCRF (FAO), 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries..
Rome , Italy.
Dinas Pertanian Kota Gorontalo 2003. Laporan Tahunan Perikanan
Kota
Gorontalo, T.A. 2002.
Gorontalo 2003. Model Pengembangan Etalase Perikanan dan
Kelautan
Gorontalo
Monintja, D.R. 1996. Teknologi Tepat Guna Dalam Pemanfaatan
Sumberdaya Hayati Laut: MenyambutEra Pasar Global. Makalah dalam
seminar seharuiTeknologi Lingkungan dan pengembangan Bisnis Masa
Depan, diselenggarakan oleh kantor Menteri negara Lingkungan Hidup.
Jakarta. 13 hal. (Unpublish)
Tham, A. K., 1965. Notes on the Biology of the Anchovy,
Stolephorus
pseudoheterolobus Handerberg. Bull. Nat. Mus. Singapura 33
(4):23-26.
Tiews, K. I.A.Ronquillo and L.M.Santos, 1970. On the Biology of
Anchovies
(Stolephorus Lacepede) in Philippines waters.
Proc.Indo.Indo.Facific.
Fish.Counc,12(2):1-25
EMBED Excel.Chart.8 \s
EMBED Excel.Chart.8 \s
EMBED Excel.Chart.8 \s
EMBED Excel.Chart.8 \s
PAGE 22
_1154541829.xlsSheet1
NOKab/KotaTahun 2001Tahun 2002
UtamaSambilanJumlahUtamaSambilanJumlah
VolumeNilaiVolume
(Ton)(Rp.1000)(Ton)
1Kota Gorontalo5,5161095,6255,5321095,641
2Kab. Gorontalo5,6201145,7345,5201145,634
3Kab. Boalemo5,6042255,8295,7211085,829
Jumlah16,74044817,18816,77333117,104
Satuan : Orang
Kabupaten/KotaJumlahKatagori Nelayan
Nelayan PenuhSambilan UtamaSambilan Tambahan
Jumlah$17,193$11,150$3,330$2,713
GORONTALOKOTA GORONTALO$3,495$2,466$659$370
KAB. GORONTALO$5,734$3,711$977$1,046
KAB. BOALEMO$2,021$975$600$446
KAB. POHUWATO$3,867$2,922$531$414
KAB. BONE BOLANGO$2,076$1,076$563$437
_1158481485.xlsChart1
20950.9
18745.1
19771.4
20409.9
22413
32170.5
33167.8
Tahun
Produksi (ton)
Alat
Jumlah Alat dan Effort di Provinsi Gorontalo
NoTahunPurse SeineEffortBagan PerahuEffortHand
LineEffortPayangEffort
1199473197461573768038561858857722893
2199590209771573611043022880507620920
3199686147881373288043432935357520055
4199786173841353239244633665537619616Tongkol
51998861835513532386446377680576218001,508.6
61999861572213532400446324971576196961,591.1
720001352862016138640447437604586240801,741.0
820011352997026964560146290602150412501,557.4
Jumlah777165,5621,286307,04831,826692190,3101,621.0
1,487.2
1,566.6
2,704.4
13,777.3
TahunUnit alatTangkapanCPUE
(effort)(Catch)
20015,42322,4134.12
20025,53332,1705.81
2,0035,699.033,1686
Alat
0
0
0
Tahun
Unit Alat Tangkap
Prod. Peri. Laut
0
0
0
Tahun
Jumlah Unit Alat (Unit)
Ikan
0
0
0
Tahun
CPUE (Ton/Unit Alat)
Jumlah Alat
Jumlah produksi perikanan Laut Menurut Jenis Alat Tangkap Di
Provinsi Gorontalo
Jenis Alat Tangkap200120022003Produksi Perikanan Laut Provinsi
Gorontalo Menurut Kabupaten (2003)
Unit Alat TangkapVolume ProduksiUnit AlatVolume ProduksiUnit
Alat TangkapVolume Produksi
(Buah)(Ton)Tangkap (Buah)(Ton)(Buah)(Ton)
No.Kabupaten/KotaJumlah Produksi
Jumlah5423.022413.05533.032170.55699.033167.81Kab.Boelemo4894.02
Pukat Udang21.0510.518.0540.025.0822.12Kab.Bone
Balango4245.00
Pukat KantongPayang150.01543.799.0533.193.0787.03Kota
Gorontalo6137.00
Dogol0.00.00.00.00.00.04Pohunato2553.00
Pukat Pantai143.0453.0150.01781.1157.0856.35Kab.
Gorontalo5970.00
Pukat Cincin70.08212.189.018395.5121.019585.8Sum23799.02
Jaring Insang475.0315.1522.0170.8530.0714.9Keterangan
Jaring Lingkar22.087.829.0231.137.0118.0* data tahun 2002
Jaring InsangJaring Klitik0.00.00.00.00.00.0
Jaring Insang Tetap670.01,259.30669.0718.7676.0746.3
Trammel Net42.04.840.04.346.06.9
Bagan
Perahu/Rakit209.04,958.60179.04,326.40175.03,753.80200122413.0
Jaring AngkatBagan Tancap (Termasuk
Kelong)0.00.00.00.00.00.0200232170.5
Sero0.00.000.00.00.00.02003.033167.8
Jaring Angkat Lainnya0.00.00.00.00.00.0
Rawai Tuna0.00.000.00.00.00.0
Rawai Hanyut Lain selain Rawai
Tuna47.06.850.09.357.011.4,199720950.9
PancingRawai Tetap265.0394.7261.0371.0279.0418.5,199818745.1
Huhate2.0254.82.0286.44.0461.4,199919771.4
Pancing Ulur2,4074142.02442.04338.22534.04354.1,200020409.9
Pancing Tegak0.00.00.00.00.00.0200122413.0
Pancing yang lain258.0287.2328.0346.8376.0386.1200232170.5
Pancing Tonda79.06.976.07.382.08.3,200333167.8
Sero192.019.6207.024.1215.028.7
PerangkapJermal0.00.00.00.00.00.0
Bubu30.06.145.09.760.014.2
Perangkap lainnya0.00.00.00.00.00.0
Alat Pengumpul Kerang0.00.00.00.00.00.0
Alat pengumpul Rumput Laut0.00.00.00.00.00.0
Muro Ami (termasuk Mallalugis)0.00.00.00.00.00.0
Lain-lain (termasuk Tombak dan
Jala)341.050.0327.076.7232.094.0
Jumlah Alat
0
0
0
Tahun
Produksi (ton)
0
0
0
0
0
0
0
Tahun
Produksi (ton)
NoTahunTunaCakalangTongkolTembangLayangTeri
119942,205.91,102.11,508.6478.53,997.74,557.2
219952,370.51,055.61,591.1507.53,638.94,237.7
319962,238.61,198.11,741.0622.13,205.44,539.6
419972,812.51,329.41,557.4748.43,138.53,030.2
519981,518.41,580.31,621.0839.82,551.43,542.4
619992,142.81,727.11,487.21,030.62,341.13,604.7
720001,659.31,789.21,566.61,039.12,346.93,529.1
820011,752.51,847.22,704.41,098.54,138.35,519.3
Jumlah6364.60025358.10032560.200
Jenis dan Jumlah Alat Tangkap di Provinsi Gorontalo Tahun
2003Jenis dan Jumlah Alat Tangkap di Perairan Provinsi Gorontalo
Tahun 2003
(Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo)(Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Gorontalo)
No.Nama AlatJenisJumlahKontribusi dalamNo.Kabupaten/KotaAlat
Tangkap
Produksi (ton)Pancing danGil NetPayangPukatPurse SeineBaganSero
danLain
1Pukat Udang25822.1Pole and LineBubu
2Pukat KantongPayang93787.01Kab.
Gorontalo59308155623285214723
Pukat Pantai157856.62Kab. Bone Bolango2469370319003
3Pukat Cincin12119,585.803Kab. Poitu Watu72645802945710160
(Purse Seine)4Kab.Boelemo1,1961370068300
4JaringJaring Hanyut530714.95Kota Gorontalo1,4698415340000
( Gill Net )Jaring Lingkar37118(Tahun 2003)
Jaring Tetap676746.3Jumlah11790153171589719224886
Trammel Net466.9
5Jaring AngkatBagan Perahu1753,753.80
6PancingRawai Hanyut5711.4
Rawai Tetap270418.5
Huhate4461.4
Ulur25344354.1
Lain36728.7
7Serosero21514.2
8Lain-lainBubu326094
Sum856732773.7
_1158481527.xlsChart1
11484.1
4213.4
3816.9
3538.9
3342.2
0
254.7
240
131.3
116
Jenis ikan
Total Tangkapan (ton)
Sheet1
Jenis ikanProduksi (Ton)
Layang11,484.10
Selar4,213.40
Tongkol3,816.90
Teri3,538.90
Tuna3,342.20
Kerapu3,26.60
Kakap254.7
Kuwe240
Baronang131.3
Bawal116
Sheet1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jenis ikan
Total Tangkapan (ton)
Sheet2
Sheet3
_1160208218.xlsChart4
3.49
2.33
2.46
3.78
4.12
5.81
5.824
Tahun
CPUE (Ton/Unit)
Alat
Jumlah Alat dan Effort di Provinsi Gorontalo
NoTahunPurse SeineEffortBagan PerahuEffortHand
LineEffortPayangEffort
1199473197461573768038561858857722893
2199590209771573611043022880507620920
3199686147881373288043432935357520055
4199786173841353239244633665537619616Tongkol
51998861835513532386446377680576218001,508.6
61999861572213532400446324971576196961,591.1
720001352862016138640447437604586240801,741.0
820011352997026964560146290602150412501,557.4
Jumlah777165,5621,286307,04831,826692190,3101,621.0
TahunUnit alatTangkapanCPUE1,487.2
(effort)(Catch)1,566.6
20015,42322,4134.122,704.4
20025,53332,1705.8113,777.3
2,0035,699.033,1686
TahunUnit alatTangkapanCPUE
(effort)(Catch)
20015,42322,4134.12
20025,53332,1705.81
2,0035,699.033,1686
,19975306.020950.93.5,19973.5
,19988048.018745.12.3,19982.3
,19998048.019771.42.5,19992.5
,20005425.020409.93.78,20003.78
,20015,42322,4134.12,20014.12
,20025,53332,1705.81,20025.81
,20035,699.033,1686,20036
Alat
0
0
0
Tahun
Unit Alat Tangkap
Prod. Peri. Laut
0
0
0