Top Banner

of 8

SPRITUAL GORONTALO

Jul 19, 2015

Download

Documents

Alfread Muhsin
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/17/2018 SPRITUAL GORONTALO

    1/8

    GorontaIo, Agama-Agama dan Negara ~.Basri Amin **

    Sejauh yang saya ketahui, perkembangan literatur mengenai Gorontalo belum pernahmenguraikan secara signifikan menyangkut hubungan antar agama dan kehidupankomunitas agama-agama (terutaina non-Islam). Begitupula hal-hal yang bethubungandengan respons publik di Go:rontalo tentang "pergumulan" hubungan antar agama,interaksi agama-negara dan "dinarnika intern" agama-agama.Tampaknya, perhatian publik Gorontalo menyangkut tema hubungan agarna-agama danagama-negara betjalan seiring dengan peran media dalam mempublikasi perkembanganmutakhir mengenai kehidupan umat beragama di Indonesia yang diliputi suasana konflikdi beberapa tempat, dan pada saat yang sama "intervensi" negara makin transparan dalam"urusan" komunitas agama-agama ..Masyarakat Gorontalo sendiri menerima "keragaman"sosial yang ada, baik dalam arti etnik, goJongan, ras maupun agama tanpa masalah sedikitpun, sebagaimana komunitas Gorontalo merasa "terterima" di tempat yang lain secarabaik. Jati diri orang Gorontalo yang selalu terjaga dan berhasil diperkuat oleh karaktermerantau, jiwa berdagang dan cinta ilmu telah meugantarkan masyarakat Gorontalotersebar di penjuru Nusantara, setidak-tidaknya di Sulawesi, MaIuku Utara dan di tempatlain di Indonesia.Dalam faktanya, Gorontalo adalah daerah dama i yang mempunyai klaim besar bahwamasyarakatnya sangat toleran dengan minoritas dan menghargai para "pendatang", Tapitidak berarti bahwa tak pemah ada konflik di daerah ini, Ketika konflik terjadi di daerahMaluku dan Poso, respons yang sifatnya "komunal-primordialistik" re1atif tidak begitumuncul di Gorontalo, terutama dengan alasan asosiasi agama. Hal ini relatif sama denganmasyarakat Sulawesi Utara Belakangan ini, persepsi umum di kawasan Sulawesimemang cenderung "menajam" bahwa Sulawesi Bagian Utara (Minahasa/Manado)identik dengan "kornunitas Nasrani" dan Sulawesi Bagian Se1atan (Bugis-Makassar)identik dengan "komunitas Muslim".Daerah Gorontalo sendiri yang sebelumnya menjadi bagian dari Propinsi Sulawesi Utara(sebelum 200t) merupakan pilar utama dari "keseimbangan" Muslim-Kristen e l i SulawesiBagian Utara, sebagaimana nampak jelas dari kornposisi penduduk dan sebarangeografisnya, Dewasa lni, kondisi regional Sulawesi dan sekitamya, dan perkembangan2nasional dan global dalam konteks agama-agama dan peran Negara tentu saja sedikitbanyaknya akan turut mempengaruhi "wacana" komunitas agama-agama dan pemahamantentang peran Negara di Gorontalo.Tulisan sederhana iniakan menguraikan beberapa aspek yang bisa didalami kajiannyadan dikembangkan rumusan-rumusan praktisnya guna merawat interaksi komunitas* D isom pa ik an d ala m S em in ar '~ gam a d an N eg ar a: P en ga la m an H 'ffb un ga n a ga wa - a gam a d i G o ro nla lo ': k ff1 J'a ra m a

    Intetjidei-&mpo.r, di Ho te l M e ;g a Z a nu r Go ro nt all i, S e ni n 14 Nopembe r 2 00 5 , B asr iA m in , A n,g go ta B ad an P ir nd iti Y oy as an P ob ala a G o ro nta /o . S qa k 2 00 3 J eb ag ai F ello w di Ea st-W es t C e nte r (Ewq,

    HOIU)/ulu, d a n J tu di ':Sosologi PengetabuQlJ" di UnitJeTJi tosHawaii a t M an oa (U SA ). E-maiL- baJriamin@gmaiirom

    1

  • 5/17/2018 SPRITUAL GORONTALO

    2/8

    agama-agama yang Iebih sehat, mencerahkan dan produktif di e l i Gorontalo. Terlebihguna memahami lebih khusus tantangan-tantangan yang tengah dihadapi oleh komunitasagama-agama di Indonesia yang bisa dijawab pada levellokal.Gambaran Umum Agama-Agama di GorentaloSecara. kuantitatif,

  • 5/17/2018 SPRITUAL GORONTALO

    3/8

    Sejauh ini, Kota Gorontalo ada lah kota yang damai, dan hampir tak pemah ada konflikberbau agama, seiring dengan klaim kota ini sebagai "Indonesia Mini" dan sebagai salahsam "kota tua" di Sulawesi. Tentu saja, tetap perlu didalami lebih ianjut dan pentinguntuk dijadikan bahan-bahan dialog lintas komunitas agama-agama untuk membangunsaling pengertian dan toleransi di Kota Gorontalo yang relatif penduduknya "terdidik"dan memiliki "infrastrnktur sosial" yang memadai. Hal ini penting untuk mendorongkesadaran bersama bahwa adanyakeragaman konsepsi dan praktik kehidupan agama-agama tidak. saja secara institusionaI terjadi --dalam arti terdapat 5 agama besar danrumah-rumah ibadah yang berbeda-beda, dsb- , tetapi jnga secara internal dalam masing-rnasing agama yang ada. (denominasi, mazhab, karakteristik penganut dan orientasi2ritual, dsb). Tetapi, ada nilai-nilai peradaban dan universalitas esoterik dari sprituali.tasmasing-masing agama dan ajaran kemanusiaan yang bisa mendorong gerakan bersamayang luhur dan sejati guna memakmurkan bumi in i dan mengagungkan narna-Nya dalammenegakkan kehidupan yang lebih balk dan be rmakna ,Keprihatian dan solidaritas kepada nasib sesama manusia melampaui segal a bentukpersepsi formal tentang perbedaan identitas agama-agama, Singkasnya, universalitasajaran agama-agarna untuk man usia dan kehidupannya menjadi dalam sekali makna dandirasakan praksisnya pada keglatan-kegiaten sosial dan ketulusan yang sejati dalaminteraksi kesebarian. Dan untuk memperuat kondisi ini, maka tak heran kalau"kebersamaan' agama-agama di Goronta.1o selaln dijadikan bagian penting dan seremoniformal pemerintahan dan kernasyarakatan, misalnya pada kesempatan yang lain, dalamseremoni ulang tahun Propinsi Gorontalo misalnya, tampaknya tradisi "doa bersama"kalangan agama-agama selalu diselenggarakan.. Dalam kegiatan pejabat pemerintahan,setiap perayaan hari2 besar agama-agama, sejumJab pejabat dan tokoh-tokoh masyarakatmengunjungi tokoh-tokoh dan komunitas agama-agama yang ada di Gorontalo."Kasus dan Isu Islam-Kristen di Gorontalo"Persepsi komunitas muslim Gorontalo menyangkut partisipasi dan semangatkebersarnaan d ati k ala ng aa n on -muslim (Kristen t erut ama) r el at if cukup positif. Berbagaik eg ia tan b ak ti so sial yang d ila ku kan se lama m i . terutam a rn enjelan g N atal dan talmo barudipahami oleh kalangan muslim sebagai kegiatan memperkukuh kebersamaan danpersaudaraan sejati tanpa melihat komunitas agama apa yang melakukannya, Ibadabsosial seperti ini ada lah perekat utama yang bisa merawat hubungan komunitas agama-agama di Gorontalo.Hal lain yang agak krusial tetapi umum. terjadi adaJah mengenai aktifitas ibadahkomunitas non-muslim dan fasilitas ibadah yang ada. Meskipun hampir tak pemah adadokumen yang bisa menjadi bukti mengenai "konflik ' antar komunitas agama-agama diGorontalo (khususnya Islam-Kristen), tetapi dalam beberapa wawancara saya disebutkanbeberapa peristiwa dan sebagiannya bersifat isu yang belum seluruhnya saya observasi diIapangan danbuktikan data tertulisnya. Peristiwa dan isu Itu sebagai berikut

    3

    ( .

  • 5/17/2018 SPRITUAL GORONTALO

    4/8

    1. Tahun 1991 terjadi "kasus Toko Mercy". Saat itu terjadi aksi protes besar-besarandan penyerangan "Toko Mercy" oleh mahasiswa karena ditemukan bahwa tokoini menggunakan sisa kertas (foto copy-an) yang bertuhskan ayat Quran meoJachpembungkus foto. Kejadian yang tak disengaja oleh pemilik toko 'ini memicumunculnya sentiment negatif, yakni perasaan melecebkan sesuatu yang suci (ayatQur'an). Tetapi, tak ada pembakaran, pengusiran dan korban nyawa dalamperistiwa ini. Juga ta k merembes menjadi sentimen lintas agama atau kelompok.Bahkan masyarakat sekitar (umumnya pedagang) melindungi toko dan pemiliktoko Mercy. Mereka pada dasamya bisa paham dengan pendapat kelompokmahasiswa, tetapi mereka tidak setuju dengan perIakuan "main hakim sendiri".

    2. Penolakan masyarakat atas pendirian temp at ibadah (Gereja) di beberapa lokasi diKota Gorontalo, antara lain di daerah Limba;

    3. Isu "pemurtadan" e l i beberapa lokasi pinggiran daerah Kabupaten Gorontalo danBoalemo;

    4. Isu beredarnya snack anak-anak yang di dalamnya ada sejenis gambar dan "Salib"yang bisa dijadikan buah kalung;

    5. Pembelian rumah eli daerah Kota Gorontalo yang sekian waktu dijadikan tempatberibadah komunitas Kristen, tetapi kemudian mulai direnovasi menjadi tempatibadah permanen (baca: Gereja);

    6. Pada awal tahun 2000 beberapa sekolah eli Kabupaten Gorontalo menerima paketbuku-buku pelajaran Terbitan "Intan Pariwara" (?) yang halaman belakangnyaterdapat gambar "Salib";

    Dari semua kasus dan isu di atas relatif tidak berlanjut menjadi konflik antar agama(khsusunya Islam-Kristen). Juga, kasus-kasus tersebut tidak mendorong situasi anatkis,primorelialistik dan fundamentalistik di Gorontalo. Apalagi berkembang menjadi cnriga-mencurigai antar komunitas agama. Yang ada adalah pikiran-pikiran kritis kalangan elitedan "kelas menengah" Gorontalo dalam menentukan batas-batas "kewajaran" dalamhubungan antar agama di daerah ini.Jadi, dapat dikatakan bahwa meskipun komunitas agama-agama non Islam sangat kecilkuantitasnya ( 2%) tetapi dalam sejarah interaksinya dengan komunitas muslim diGorontalo relatif berhasil memberi pelajaran berharga bagi "perdamaian danpersaudaraan" antar komunitas agama ..agama di daerah ini. Pelajaran itu adalah berupaadanya beberapa isu dan peristiwa yang terjadi sejauh Ini, sebagaimana disebutkan diatas. Tetapi, dapat pula ditegaskan bahwa faktor-faktor yang sifatnya struktural (ekonomidan politik) dan latar sejarah sosial Gorontalo praktis sangat kondusif mendukungperdamaian, kebersamaan dan persaudaraan antar pemeluk agama,Hampir semua elemen masyarakat e l i Gorontalo sepakat bahwa tak: ada diskriminasiterhadap minoritas di Gorontalo. Juga, tak: ada marginalisasi ekonomi dan pengekanganpartisipasi politik pemeluk agama non-Islam. Interaksi sosial yang intens begitu hidup,terutama di Japangan ekonomi (perdagangan) dan kehidupan keseharian, Karena ito, kedepan, mendasar sekali dipahami dan dikembangkan "potensi positif" tersebut melaluikegiatan-kegiatan dialogis dan program-program pencerahan yang berbasis komunitas,

    4

    o i

  • 5/17/2018 SPRITUAL GORONTALO

    5/8

    lintas kelompok dan lintas generasi guna merawat dan memperkokoh kebersamaankomunitas antar agama di Gorontalo.Memori Kolektif dan Identitas: Sebuah Catatan AwalMeskipun agak abstrak, tak bisa dipungkiri bahwa memori kolektif satu masyarakatmerupakan elemen penting dalam konstruksi identitasnya, baik secara sosio-kulturalpsiko-sosial, maupun secara ekonomi dan politik. Masing-masing komunitas memiliki"memori kolektif" yang berbeda-beda dari berbagai setiap peristiwa penting dalamsejarah sosialnya. Memori sosial itu membantu satu masyarakat memahami duniakehidupan di sekitarnya. Dengan begitu, masyarakat berkemampuan "mengingat" suatuperistiwa di masa lalu dan memetik pelajaran darinya, atan juga dengan mandiri merekabisa "melupakan" sesuatu karena tidak bisa mendukung capaian-capaianhidup yang lebihbaik.Minahasa misalnya mempunyai memori kolektif yang "unik" sekali di zaman kolonial(hubungan Minahasa-Eropa) yang membawa agama Kristen dan nilai-nilai "West" (baca:rasionalitas), Dan pada zaman pasca kemerdekaan, elite-elite komunitas Minahasamenj adi motor penggerak: utama Permesta (1957-1960) setelah sebelumnya digerakkan diMakassar dan melibatkan beberapa wilayah dan tokoh di Indonesia Timur. Dan, daripengalaman historis sejak periode pra-kolonial dan masa kolonial itu akhimya bangsaMinahasa dan Sulawesi Utara pada umumnya, berhasil menerima keragaman agama, rasdan etnik secara dewasa dan konstruktif bingga hari ini Sehingga hubungan Islam-Kristen sejauh illberjalan baik (rukun dan damai). Dilema mutakhirnya adalah ketikaberkembang "politik identitas" yang menggugat aspek representasi politik, kultural dankomitmen kebangsaan pada tingkat nasional (kasus Kongres Minahasa Raya, dsb).Contoh lain, komunitas Bugis-Makassar, Komunitas ini relatif "homogen" dalam sejarahkehidupan agama mereka. Selain bahwa agama Kristen adalah golongan Minoritas disana (daerah Tana Toraja) dan beberapa lokasi lainnya (Malino, dsb), hams puladikatakan bahwa daerah Bugis-Makassar memiliki kenangan yang "unik" dengan gerakan"garis keras" beratasnama agama Islam. Peristiwa DIITil, Andi Azis dan KaharMuzakkar sebagai contoh tentang hal ini. Meskipun begitu, tentu saja, tetap hams diakuibahwa prestasi kultural Bugis-Makassar dan transformasi sosial ekonominya sangatmengesankan. Tetapi, dinamika politik Islam dan wacana resolusi konflik: komunal diIndonesia Timur sangat diwarnai sejauh ini oleh apa yang berkembang di daerah ini,termasuk oleh apa yang dilakukan oleh elite-elitenya."Memori Kolektif Gorontale"Sebuah Penjajakan AwalUntuk kasus Gorontalo, ada beberapa kasus yang hendak diajukan tulisan illsebagaisalah satu "modal historis" yang membuktikan akar-akar pluralisme di Gorontalo.Meskipun hanya sekadarnya, dalam hemat saya, hal ini bisa berguna untuk dirujuk bahwakeragaman agama, ras, golongan dan etnik: praktis sudah ada dan berkembang baik sejakawal dalam sejarah sosial Gorontalo.

    5

  • 5/17/2018 SPRITUAL GORONTALO

    6/8

    Hampir semua menyepakati bahwa"Peristiwa Patriotik" 23 Januari 1942 adalah tonggaksejarah yang penting dalam rekaman batin masyarakat Gorontalo. Sejakitu. di bawabpimpinan Nani Wartabone, bendera Merab Putih berkibar-tegak di Gorontalo danmasyarakat Gorontalo m enyatak an terbebas dari penjajahan (k o lo aia lisme ), T ulisa n inihendak m engingatk an bahw a peristiw a "k em erdek aan G orontalo" sejak 1942 yang heroikitu ada lah hasil rancangan dan buah perjuanganrmasyarakat Gorontalo yang rnajernuk ..Dokumen perjuangan pahlawan Nani Wartabone,. khususnya tentang Peristiwa 23 Januari1942 ini menyebutkan dengan jelas nama-nama yang berperan penting, tetapi,sebagaimana tampak: dari namanya, mereka bisa dikatakan bukantah "asli' orangGo ronta lo . Nama-nama itu adalah: Pendang Kaleng kon gan, W .T h. T um ew u, J.A. Lasut,JJ.F Paat, P. Saerang dan A. Kondowangko. Cukup mudah bisa diketahui bahwafamilyname mereka umumnya. adalah Minshasa, dan karena ito bisa diduga mereka adalahpemeluk Kristen .. Bahkan beberapa keterangan tambahan diperoleh informasi bahwacukup banyak komunitas Chinese yang membantu perjuangan Nani Wartabone, Selainitu dukungan besar untuk Peristiwa 23 Januari 1942 datang dari pimpinan partai sepertiPartai Tiongkhoa Indonesia (Soei Oei) dan Partai Arab Indonesia (Alhasni). dsb.(Madjowa & Geru, Manado Post, 3-6 N opem ber 1991.)Dalam hemat saya, dinam ik a m asyarak at G orontalo sejauh ini sangat dipengaruhi olehdua hal. Pertama, ajaran Islam" terutama atas keberbasilan Islam dalam mewamaipraktik adat dan syara' ("adat bersendi syara', syara bersendi Kitabullah") dalam tatakehidupan masyarakat Gorontalo, sebagaimana secara abadidirujuk sebagai warisanSultan Amai (1503-1550) yang menandai bermulanya perkembangan Islam di Gorontalodan kemudian dikembangkan Sultan Eyato (1673-1679). Tetapi, secara sosiologis, kultur"masyarakat agraris' juga secara signifikan sangat menentukan proses konstruksi jab diri(baca: identitas kultnral) masyarakat Gorontalo, sehingga dan sanaJah muncul falsafah:alam terkembang menjadi guru.Kedua, kuatnya memori sejarah yang sifatnya "konfederatif' dan hal ini menjadiprakondisi sosio-k:uJtural dan politik: sejak. periode kolonial yang arus utamanya lebihmembela "nasionalisme" dari pada "primordialisme", Tak bisadilupakan bahwamasyarakat Gorontalo, terutama kalangan pimpinan tradisional dan elite-elite padaumumnya menolak Permesta (1957-1960), Mereka bersikap bahwa gerakan in i adalah"separatis" dan merupakan ide "negara dalam negara". Komitmea kepada pemerintahnasionaJ. dan respek dengan"kebijakan Pusat' , menjadi dasar penolakan Gorontaloterhadap Permesta, Hal se ru pa terjadi pada pembentukan Negara In do ne sia T imu r (NIT).Masyarakat Gorontalo, melalui tokohnya ketika itn, Ayuba Wartabone (kakak NaniW8rtabone),"meno1ak" bergabung dengan NIT (22 April 1947) dengankomitmen bahwa"Rakyat Gorontalo sekali lee Jogya temp ke Jogja .....sekali merdeka tetap merdeka ... "(Niode &Mohi, 2003: 40).Singkat kata, masyarakat GorontaJo menerima nasionalisme dengan ketaatan yang besarkepada pemimpinnya, terutama kepada Nani Wartabone (seorang nasionalis tulen yangberguru langsung kepada Bung Kamo dan beberapa tokoh nasional Iainnya di Jawa).Karena itu, visi, gerakan/kebijakan dan tam pilan m oral para pemimpin dan elite-elite di

    6

    .'

  • 5/17/2018 SPRITUAL GORONTALO

    7/8

    Gorontalo tampaknya tetap bisa menjadi faktor kunci dalam meneguhkan karaktertoleran, terbuka dan respek dengan perbedaan dalam masyarakat Gorontao.Keberhasilannya sekian abad memelihara "Pahalaa" Gorontalo yang sebelumnyamerupakan kumpulan komunitas kecil (baca: Linula) yang berkembang menjadi lebihluas menjadi "Lima Pahalaa" dan selanjutnya komit merumuskan "Dua Pahalaa"(Limboto dan Gorontalo atau Gorontalo dan Limboto) merupakan "energi kultural" yangabadi bagi masyarakat Gorontalo dalam konteks mengapa dan bagaimana membangun"persatuan" dan "persaudaraan". Bukan hanya itu, interaksinya dengan dua kekuatan danregion besar di Bagian Timur Nusantara (Mal ukuJTern ate- Tidore dan 00a-Tallo) di masalalu telah memperkokob konsepsi kultural Gorontalo yang mengenal konsep "PohalaaLuar" bagi kawasan atau komunitas di luarnya.Saya yakin bahwa memori kolektif sepertidicoba disederhanakan di atas menjadi salahsatu "modal pengetahuan" dan kesadaran penting dalam peta kognisi dan aksi-aksipraksis masyarakat Gorontalo dalam merawat hubungan antar agama-agama,Catatao Akhir

    Beberapa hal yang bisa dicermati dalam konteks merawat hubungan antar agama diGorontalo sebagai berikut:Pertama, dibutuhkan observasi yang komprehensif dan analisis yang intensif menyangkutkehidupan nyata keragaman masyarakat Gorontalo, baik dalam arti komunitas agama-agama, etnik, golongan dan bahkan ras. Dengan demikian, meskipun dalam ukurankuantitatif masyarakat Gorontalo 97,78% adalah muslim, tetapi e l i beberapa lokasitertentu posisi penduduk beragama Kristen, Hindu dan Budha tetap signifikaneksistensinya (pendekatan lokasional). Tampilan muslim yang radikal-fundamentalis diGorontalo bisa dikatakan hampir tidak ada. Sejauh ini, peristiwa kekerasan atas namaagama hampir tidak pemah terjadi. Yang butuh diantisipasi ada lah kondisi regionalSulawesi dan sekitamya dan bahkan Indonesia seluruhnya dalam konteks berkembangnya"jaringan" (pemahaman, ideologi, organisasi dan aktor-aktor) yang menyuburkanradikalismelterorisme dalam beragama yang menghalalkan kekerasan, atau berkeinginanmenjadikan Indonesia sebagai "negara agama", Satu-satunya potensi strategis dalammengantisipasi arus-arus radikalistik dalam kehidupan agama-agama adalah komunitasagama-agama itu sendiri. Dari komunitas masing-masing mestinya telah muncul berbagai"peta", "kompas", agenda dan program" dan "aktor-aktor" yang siap menghadapiberbagai bentuk perilaku dan situasi yang berusaha "menciderai" wajah suci agama-agama.Kedua, kapasitas negara (baca: pemerintah) dalam berdiri untuk semua golongan, dankonsisten menegakkan nilai-nilai Pancasila dan konstitusi 1945 adalah keharusan bagisebuab negara-bangsa Indonesia. Negeri ini diperjuangkan dan didirikan oleb semuagolongan. Karena itu, tidak bisa terjadi marginalisasi dan diskriminasi dalam bentuk apapun. Kesetaraan dan keadilan harus terwuj ud bersama-sama dengan semangatkebangsaan dan persatuan yang sejati. Karena itu, pihak negara mestinya selalu bisamembaca munculnya gesekan-gesekan komunal-primordialistik yang destruktif, baik

    7

  • 5/17/2018 SPRITUAL GORONTALO

    8/8

    berupa pengekangan akses sumberdaya sosial ekonomi guna menjamin kelangsunganhidup semua warga negara dan tekanan-tekanan partisipasi sosial politik goIongan-golongan masyarakat. Meskipun tidak. mudah memastikan sejauh mana "netralitasnegara" terhadap hak-hak rakyat, tetapi bagaimanapun sangat jelas bahwa Indonesiaadalah negara berbentuk republik sekaligus sebuah negara demokratis yang berasaskanhukum. Atau, dalam kara-kata Bung Hatta, Indonesia adalah sebuah "negara pengurus",dan bukan "negara kekuasaan",Secara singkat, hubungan negara-agama di Indonesia mestinya mulai dipertegas dandirekonsepsi dengan konsisten sesuai konstitusi dan ide-ide besar pendiri republik.Dilemanya adalah karena otonomi negara dalam bidang "regulasi' dan "kapasitasorganisasinya" selalu dengan mudah mengintervensi "kepentingan agama-agama", Sayaduga, hal ini terjadi lebih karena belurn tuntasnya "jaminan politik' kalangan muslimyang secara konsisten mendukung gagasan "netralitas negara" terhadap urusan agama-agama, Dewasa ini, dalam konteks otonomi daerah yang berhimpitan dengan dinamikaglobalisasi, tampaknya "Islamisasi regulasi" negara lebih dominan dalam wacana politikIslam daripada "universalisasi" nilai-nilai Islam itu sendiri. Agenda pribumisasi nilai-nilai agama yang universal terbalang aktualisasinya karena tendensi global yangmenyudutkan (stigmatisasi) kalangan muslim dengan menarik kondisi terorisme duniasebagai bagian dari sejarah perkembangan dunia Islam.Ketiga, Untuk konteks Gorontalo, revitalisasi "modal kultural" dan "tradisi intelektual"masyarakat Gorontalo hams bisa didorong sepennhnya agar selalu tersedia jawaban-jawaban lokal yang substantif dan strategis. Terutama dalam menghadapi dinamikamutakhir dunia Islam dan perkembangan sosial politik Indonesia yang cenderung makinsulit merawat perdamaian, toleransi dan respek yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai mulia dan tujuan suci agama-agama guna menopang dan memandu kebidupanmanusia dan kemakmuran di bumi ini. Nilai-nilai budaya di GorontaIo dan rekaman-rekaman kolektif masyarakat selama ini sebenarnya merupakan rujukan paling handaldan bisa menjadi tools paling relevan dalam merawat hubungan agama-agama selama inimenjadi lebih baik. Dalam proses sosiologisnya, peran media, NGOs, pemimpin-pemimpin masyarakat (agama dan adapt, dsb), Iembaga2 pendidikan dan pelaku2ekonomi dan politik harus bekerjasarna membangun visi yang sarna d a n . sikap responsifterhadap aspirasi dan inspirasi yang muneul di tengah-tengah masyarakat, sembarimemperkukuh sikap-sikap optimis dengan masa depan bersama.Tradisi dialog yang mencerahkan dan semangat belajar tanpa henti, alam terkemhangmenjadi guru, sekali lagi, merupakan agenda besar dan tantangan utama bagi rnasyarakatGorontalo dalam menyongsong masa depannya ..Mudah-mudahan Gorontalo bisa menjadisalah satu "mata air" pencerahan bagi komunitas agama-agama di Indonesia.

    Hunggaluwa; Limboto, 13Nopember 2005

    8