Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3 Februari 2018 1. Rekomendasi 1) Keberadaan chattra di Candi Borobudur sejak awal pemugaran telah menimbulkan keragu-raguan, terbukti dengan proses pemasangan dan pembongkaran berkali-kali. Dipasang dalam pemugaran tahun 1907 -1911, dan direncanakan dipasang lagi tahun 1940-an. 2) Candi Borobudur adalah warisan bangsa Indonesia dan juga berstatus warisan dunia, karena itu pemugaran yang dilakukan harus mengikuti kaidah perundangan-undangan di Indonesia dan piagam-piagam dunia, yang menekankan perlunya memenuhi keutuhan dan keaslian bahan yang didasari pada sumber informasi yang benar dan dapat dipercaya. 3) Mengingat status Candi Borobudur sebagai warisan dunia, pemasangan chattra di Candi Borobudur tidak hanya mempertaruhkan nama bangsa Indonesia, tetapi juga harus dapat dipertanggungjawabkan kepada dunia internasional 4) Pemasangan chattra pada Candi Borobudur harus mengikuti metode pemugaran yang tepat, antara lain dengan cara anastilosis yang membutuhkan identifikasi unsur-unsur bahan dan bentuk asli serta teknologi pengerjaaan (workmanship), tata letak, dan kesejarahannya. 5) Masih harus dilakukan kajian-kajian yang lebih mendalam secara intensif. Untuk itu, perlu dibentuk tim khusus yang memiliki kepakaran dan keterampilan pemugaran.
5
Embed
RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattrakonservasiborobudur.org/wp-content/uploads/2018/02/Rilis-Pers... · keutuhan dan keaslian bahan yang didasari pada sumber informasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur
RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3 Februari 2018 1. Rekomendasi
1) Keberadaan chattra di Candi Borobudur sejak awal pemugaran telah menimbulkan
keragu-raguan, terbukti dengan proses pemasangan dan pembongkaran berkali-kali.
Dipasang dalam pemugaran tahun 1907 -1911, dan direncanakan dipasang lagi tahun
1940-an.
2) Candi Borobudur adalah warisan bangsa Indonesia dan juga berstatus warisan dunia,
karena itu pemugaran yang dilakukan harus mengikuti kaidah perundangan-undangan
di Indonesia dan piagam-piagam dunia, yang menekankan perlunya memenuhi
keutuhan dan keaslian bahan yang didasari pada sumber informasi yang benar dan
dapat dipercaya.
3) Mengingat status Candi Borobudur sebagai warisan dunia, pemasangan chattra di
Candi Borobudur tidak hanya mempertaruhkan nama bangsa Indonesia, tetapi juga
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada dunia internasional
4) Pemasangan chattra pada Candi Borobudur harus mengikuti metode pemugaran yang
tepat, antara lain dengan cara anastilosis yang membutuhkan identifikasi unsur-unsur
bahan dan bentuk asli serta teknologi pengerjaaan (workmanship), tata letak, dan
kesejarahannya.
5) Masih harus dilakukan kajian-kajian yang lebih mendalam secara intensif. Untuk itu,
perlu dibentuk tim khusus yang memiliki kepakaran dan keterampilan pemugaran.
1
2. Latar Belakang
Bentuk puncak Candi Borobudur sampai hari ini masih menjadi pertanyaan berbagai kalangan. Hal ini terkait dengan keberadaan struktur chattra (Figur 1), yang kemungkinan terletak di atas stupa induk. Struktur ini pernah dicoba untuk direka ulang pada waktu pemugaran Candi Borobudur oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1907-1911. Pada waktu itu, Theodoor van Erp, seorang insinyur Belanda yang ditugaskan memimpin proyek pemugaran, melakukan rekonstrusi berdasarkan analisisnya terhadap blok batu yang masih dapat ditemukan dan kemungkinan merupakan bagian dari stuktur penyusun chattra. Akan tetapi, setelah direkonstuksi dan dipasang di atas stupa induk (Figur 2), struktur ini segera diturunkan karena masih menjadi perdebatan. Perdebatan yang terjadi mempertanyakan apakah benar Candi Borobudur aslinya memiliki stuktur chattra, dan apabila asumsi itu benar, bentuk asli chattra–nya seperti apa. Adapun chattra hasil rekonstruksi van Erp saat ini masih disimpan di Museum Borobudur, yang terletak di dalam kompleks taman wisata Candi Borobudur. Menanggapi perdebatan yang masih berlangsung sampai saat ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, pada tanggal 30 Desember 2017, disela kunjungannya ke Museum Borobudur, menyatakan bahwa pemasangan chattra di Candi Borobudur mendesak untuk dilakukan karena dorongan dari masyarakat Buddha, baik di Indonesia maupun di dunia. Namun, masih menurut beliau, pemasangan ini harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan berbagai pihak yang mengenal chattra dan Candi Borobudur dengan baik. Menindaklanjuti pernyataan tersebut, Balai Konservasi Borobudur akan menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terarah, dengan harapan dapat mengumpulkan pendapat dan rekomendasi dari berbagai pihak, serta menyamakan visi mengenai pemasangan chattra ini.
Figur 1. Rekonstruksi chattra oleh pemerintah Hindia Belanda yang saat ini ditampilkan di Museum Borobudur
2
3. Jadwal
Hari, tanggal Waktu (WIB) Kegiatan Jumat, 2 Februari 2018
13.00-13.30 Pembukaan 13.30-14.30 Diskusi Panel 1
1. Hilmar Farid, Ph.D. (Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud)
2. Dr. Harry Widianto (Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kemdikbud)
Moderator: Drs. Tri Hartono, M.Hum. (Kepala Balai Konservasi Borobudur)
Figur 2. Rekonstruksi chattra dipasang di stupa induk Candi Borobudur setelah pemugaran oleh Hindia Belanda pada tahun 1907-1911.
Figur 3. Stupa induk Candi Borobudur pada masa sekarang, dimana struktur chattra telah diturunkan segera setelah didokumentasi oleh pemerintah Hindia Belanda.
3
4. Peserta
1) UNESCO Office Jakarta 2) Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kemdikbud 3) PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko 4) Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat Daerah DIY-Jateng 5) Departemen Arkeologi, Universitas Gadjah Mada 6) Departemen Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada 7) Wali Umat Buddha Indonesia (WALUBI) 8) Konferensi Agung Sanggha Indonesia (KASI) 9) Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran 10) Balai Arkeologi Yogyakarta 11) Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta 12) Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah 13) Museum Benteng Vredeburg 14) Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta 15) Camat Borobudur
14.30-15.00 Doorstop interview oleh rekan-rekan media, kepada Dirjen Kebudayaan dan Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman
15.00-18.00 Diskusi Panel 2 1. Hari Setyawan, S.S., M.T. (Arkeolog,
Balai Konservasi Borobudur) 2. Dr. Supratikno Rahardjo (Arkeolog,
Universitas Indonesia) 3. Dr. Agus Widiatmoko (Kepala
Moderator: Drs. Sugeng Rianto, M.A. (Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta)
18.00-19.30 Istirahat 19.30-22.00 Diskusi Panel 3
1. Prof. Dr. Mundarjito (Arkeolog, Universitas Indonesia)
2. Daud Aris Tanudirjo (Arkeolog, Universitas Gadjah Mada)
3. Lono Lastoro Simatupang, Ph.D. (Antropolog, Universitas Gadjah Mada)
Moderator: Drs. Surya Helmi (Ketua Tim Ahli Cagar Budaya)
Sabtu, 3 Februari 2018
08.00 -10.30 Diskusi perumusan rekomendasi Moderator: Drs. Surya Helmi (Ketua Tim Ahli Cagar Budaya)
10.30-11.00 Penutupan
4
16) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang 17) Prof. Dr. Timbul Haryono (Arkeolog, Universitas Gadjah Mada) 18) Prof. Dr. Inajati Adrisijanti (Arkeolog, Universitas Gadjah Mada 19) Prof. Dr. Totok Roesmanto (Arsitek, Universitas Diponegoro) 20) Dr. IGN Anom (Arkeolog senior) 21) Ir. Suprapto Siswosukarto, Ph.D. (Ahli Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada) 22) Dr. Niken Wirasanti (Arkeolog, Jogja Heritage Society) 23) Drs. Marsis Sutopo, M.Si. (Konservator senior) 24) Wiwit Kasiyati, MA (Arkeolog, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa