Top Banner

of 33

RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

Jul 07, 2018

Download

Documents

Riki
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    1/33

    MAKALAH FARMAKOTERAPI II

    GAGAL GINJAL KRONIK

    Oleh :

    Riki Saut Marito Gideon Silaban

    1301079

    S1-VI B

    Dosen : Husnawati M,Si,. Apt 

    Program Studi S1 Farmasi

    Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

    Yayasan Universitas RiauPekanbaru

    2016

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    2/33

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah

    memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunnya tugas makalah ini.

    Pengembangan pembelajaran dari materi yang ada pada makalah ini, dapat

    senantiasa dilakukan oleh mahasiswa/i dalam bimbingan dosen. Upaya ini

    diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penguasaan mahasiswa/i terhadap

    kompetensi yang dipersyaratkan. 

    Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari makalah ini

    mungkin masih belum sempurna, masih terdapat kelemahan baik dari segi materi,

    teknik penulisan, segi bahasa yang di sampaikan . Hal ini tentunya tidak lepas dari

    keterbatasan penyusun, oleh sebab itu dengan senang hati penyusun bersedia

    menerima kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

    Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna hendaknya.

    Pekanbaru , 27 Maret 2016

    Penyusun

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    3/33

    BAB I 

    PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang

    Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia. Akan tetapi

     pengetahuan masyarakat tentang ginjal masih jauh dari memadai. Organ yang

    memiliki besar seperti telapak tangan fungsinya banyak sekali. Bukan hanya

    sebagai alat penyaring dan pembersih darah seperti yang sudah luas

    terkenal.Akan tetapi ginjal memiliki fungsi –  fungsi lainnya.

    Tidak perlu ditutupi,kenyataan bahwa cukup banyak dari masyarakat

    awam tidak mengetahui secara tepat dimana letak ginjalnya . Apalagi mengenai

     besarnya, sistem kerjanya, dan darimana datangnya air seni. Ginjal merupakan

     bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri atas organ  –   organ tubuh

    yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air seni ke luar tubuh.

    Tanda adanya gangguan ginjal sangat bervariasi. Ada yang lama tidak

    menampakkan tanda atau gejala sama sekali ,baru belakangan timbul keluhan.

    Pada dasarnya, adanya keluhan yang tidak begitu menonjol pada seseorang harus

    dipikirkan kemungkinan hal itu disebabkan oleh gangguan pada ginjalnya.

    Pemeriksaan laboratorium penyaring untuk melihat baik tidaknya fungsi ginjal

    sangat sederhana dan mudah dilakukan diberbagai laboratorium, yaitu mengukur

    kadar urea dan kreatinin plasma darah,endapan air seni (apakah sel darah merah,

    sel darah putih berlebihan).

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    4/33

    1.2  Rumusan Masalah

    Adapun perumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai

     berikut :

    -  Apa yang dimaksud dengan Ginjal dan Gagal Ginjal Kronik?

    -  Bagaimana Klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala dan tanda serta diagnosis

    Gagal ginjal kronik?

    -  Bagaimana Terapi yang akan diberikan pada Gagal Ginjal Kronik?

    -  Bagaimana Penyelesaian kasus mengenai Gagal Ginjal Kronik?

    1.3  Tujuan

    Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 

    -  Mahasiswa mampu dan mengerti apa yang dimaksud dengan ginjal dan gagal

    ginjal kronik

    -  Mahasiswa mampu dan mengerti bagaimana klasifikasi, etiologi, patofisiologi,

    gejala dan tanda serta diagnosis penyakit gagal ginjal kronik.

    -  Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti bagaimana tatalaksana terapi gagal

    ginjal kronik dan menyelesaikan kasus yang berkaitan dengan gagal ginjal

    kronik.

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    5/33

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1  Definisi

    Ginjal adalah salah satu organ utama system kemih atau uriner yang

     bertugas menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh.

    Seperti diketahui, setelah sel – sel tubuh mengubah makanan menjadi energi, maka

    akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme

    tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracunia tubuh. Sebagian lagi

    melalui ginjal bersama urin, dan sisanya melalui kulit dibawah keringat.  

    Ginjal bertugas menyaring zat – zat buangan yang dibawa darah agar darah

    tetap bersih, dan membuang sampah metabolic tersebut agar sel  – sel tubuh tidak

    menjadi loyo akibat keracunan. Zat  –   zat tersebut berasal dari proses normal

     pengolahan makanan yang dikonsumsi, dan dari pemecahan jaringan otot setelah

    melakukan suatu kegiatan fisik. Tubuh akan memakai makanan sebagai energi

    dan perbaikan jaringan sel tubuh. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari

    makanan tersebut sesuai dengan keperluan untuk mendukung kegiatan, sisanya

    akan dikirim ke dalam darah untuk kemudian disaring diginjal. 

    Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh

     penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut

    (IPD Jilid II, 2001). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)

    merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana

    kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    6/33

    cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain

    dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448) 

    Kriteria penyakit ginjal kronik

    Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau

    fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan

    manifestasi:

      Kelainan patologis

      Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah

    atau urin, atau kelainan dalam proses pencitraan

    Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m² selama 3 bulan,

    dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

    2.2  Klasifikasi

    Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar

    derajat (stage)  penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.

    Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang

    dihitung dengan mempergunakan rumus Kockkcroft-Gault sebagai berikut:

    LFG (ml/menit/1,73m²) = ( 140 –  umur ) x berat badan

    72 x kreatinin plasma (mg/dl)

    *) pada perempuan dikalikan 0,85

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    7/33

     

    Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Derajat Penyakit

    Derajat Penjelasan LFG (ml/menit/1,73 m2

    )

    1 Kerusakan ginjal dengan FLG normal atau > 90

    2 Kerusakan ginjal dengan FLG ringan 60 - 89

    3 Kerusakan ginjal dengan FLG sedang 30 - 59

    4 Kerusakan ginjal dengan FLG berat 15 - 29

    5 Gagal Ginjal < 15 atau dialisis

    Hubungan antara penurunan LFG dan gambaran klinik

    Hubungan antara penurunan LFG dan gambaran klinik sebagai berikut :

    a) 

    Penurunan cadangan faal ginjal ( LFG = 40 –  75 %)

    Pada tahap ini biasanya tanpa keluhan, karena faal ekskresi dan regulasi masih

    dapat dipertahankan normal. Maslah ini sesuai dengan konsep intac nephrom

    hypothesis.

    Kelompok pasien ini sering ditemukan kebetulan pada laboratorium rutin.

     b)  Insufisiensi renal (LFG = 20 –  50 %)

    Pasien GGk pada tahap ini masih dapat melakukan aktivitas normal walaupun

    sudah memperlihatkan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan retensi

    azotemia. Pada pemeriksaan hanya ditemukan hipertensi, anemia (penurunan

    HCT) dan hiperurikemia. Pasien pada tahap ini mudah terjun ke sindrom acute

    on chronic renal failure artinya gambaran klinik gagal ginjal akut (GGA) pada

    seorang pasien gagal ginjal kronik (GGK), dengan faktor pencetus (triger)

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    8/33

    yang memperburuk faal ginjal (LFG) Sindrom ini sering berhubungan dengan

    faktor-faktor yang memperburuk faal ginjal (LFG).

    Sindrom acute on chronic renal failure :

    -  Oliguria

    Tanda – tanda overhydration (bendungan paru, bendungan hepar,

    kardiomegali).

    -  Edema perifir (ekstrimitas & otak )

    -  Asidosis, hiperkalemia

    -  Anemia

    -  Hipertensi berat

    Klinik sering dikacaukan dengan penyakit jantung hipertensif.

    c)  Gagal ginjal (LFG = 5 –  25 %)

    Gambaran klinik dan laboratorium makin nyata : anemia, hipertensi,

    overhydration atau dehidrasi, kelainan laboratorium seperti penurunan HCT,

    hiperurikemia, kenaikan ureum & kreatinin serum, hiperfosfatemia,

    hiponatremia dilusi atau normonatremia, kalium K+ serum biasanya masih

    normal.

    d)  Sindrom azotemia (LFG = kurang dari 5 %)

    Sindrom azotemia (istilah lama uremia) dengan gambaran klinik sangat

    komplek dan melibatkan banyak organ (multi organ).

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    9/33

    2.3  Etiologi

    Gagal ginjal kronik merupakan kelanjutan dari beberapa jenis penyakit sebagai

     berikut :

      Penyakit jaringan ginjal kronis seperti glomerulonefritis.

    Glomerulonefritis atau yang biasa disebut radang pada glomerulus (unit

     penyaring ginjal) dapat merusak ginjal, sehingga ginjal tidak bisa lagi

    menyaring zat-zat sisa metabolisme tubuh dan menjadi penyebab gagal

    ginjal.

      Penyakit endokrin misalnya komplikasi diabetes, diabetes tipe 1 dan tipe

    2. 

      Infeksi kronis, misalnya pielonefritis dan tuberkulosis. Pielonefritis adalah

    infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal.

     

    Kelainan bawaan seperti kista ginjal.

      Obstruksi ginjal, misalnya batu ginjal.

      Penyakit vaskuler seperti nefrosklerosis dan penyakit darah tinggi.

     Nefrosklerosis Maligna adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan

    tekanan darah tinggi (hipertensi maligna), maligna atau penurunan

    tekanan darah yang berlebihan menyebabkan aliran darah ginjal berkurang

    sehingga arteri-arteri yang terkecil (arteriola) di dalam ginjal mengalami

    kerusakan dan dengan segera terjadi gagal ginjal.

      Penyakit jaringan pengikat misalnya lupus. Lupus ini terjadi ketika

    antibodi dan komplemen terbentuk di ginjal yang menyebabkan terjadinya

     proses peradangan yang biasanya menyebabkan sindrom nefrotik

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    10/33

    (pengeluaran protein yang besar) dan dapat cepat menjadi  penyebab gagal

     ginjal. 

     

    Obat  –   obatan yang merusak ginjal misalnya pemberian terapi

    aminoglikosida dalam jangka panjang

    Semua faktor tersebut akan merusak jaringan ginjal secara bertahap dan

    menyebabkan gagalnya ginjal. Apabila seseorang menderita gagal ginjal akut

    yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan, maka akan terbentuk

    gagal ginjal kronik.

    Pola Etiologi Gagal Ginjal Kronik

    1.  Glomerulonefritis

    2.  Penyakit ginjal herediter

    3. 

    Hipertensi esensial

    4.  Uroipati obstruktif

    5.  Infeksi saluran kemih dan ginjal (pielonefritis)

    6. 

     Nefritis Interstisial

    Penyebab Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis di Indonesia

    Penyebab Insiden

    Glomerulonefritis

    Diabetes Melitus

    Obstruksi dan Infeksi

    46,39%

    18,65%

    12,85%

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    11/33

    Hipertensi

    Sebab Lain

    8,46%

    13,65%

    a.Glomerulonefritis

    Istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang

    etiologinya tidak jelas, akan tetapi secara umum memberikan gambaran

    histopatologi tertentu pada glomerulus (Markum, 1998). Berdasarkan sumber

    terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder.

    Glomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri,

    sedangkan glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat

     penyakit sistemik lain seperti diabetes melitus, lupus eritematosus sistemik (LES),

    mieloma multipel, atau amiloidosis (Prodjosudjadi, 2006).

     b. Diabetes melitus

    Menurut American Diabetes Association (2003) dalam Soegondo (2005) diabetes

    melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

    hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

    kedua-duanya.

    Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini

    dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.

    Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus dapat timbul secara perlahanlahan

    sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang

    menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang

    menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    12/33

    kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya

    (Waspadji, 1996).

    c. Hipertensi

    Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

    ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi(Mansjoer, 2001).

    Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu

    hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau

    idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal (Sidabutar,

    1998)

    d. Ginjal polikistik

    Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau material

    yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan

    kista-kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula. Selain

    oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau

     penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang paling sering

    didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah penyakit ginjal polikistik

    dewasa (adult polycystic kidney disease), oleh karena sebagian besar baru

     bermanifestasi pada usia di atas 30 tahun. Ternyata kelainan ini dapat ditemukan

     pada fetus, bayi dan anak kecil, sehingga istilah dominan autosomal lebih tepat

    dipakai daripada istilah penyakit ginjal polikistik dewasa (Suhardjono, 1998).

    2.4 

    Patofisiologi

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    13/33

    Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus

    dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).

     Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang

    meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya

    saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari

    nefron – nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar

    daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan

    haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri

    timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada

     pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila

    kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang

    demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

    ( Barbara C Long, 1996, 368)

    Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya

    diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan

    mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah

    maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

    (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

    Perjalanan umum penyakit gagal ginjal kronik, dapat dibagi menjadi

     beberapa tahapan :

      Penurunan GFR

    Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk

     pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    14/33

    akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh (BUN) juga akan

    meningkat.

     

    Gangguan klirens renal

    Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan

     jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens

    (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)

      Retensi cairan dan natrium

    Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau

    mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium;

    meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.

      Anemia

    Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak

    adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan

    kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama

    dari saluran GI.

      Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat

    Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling

    timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan

    menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan

    sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan

    memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak

     berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di

    tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    15/33

      Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)

    Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan

     parathormon.

    Kegagalan ginjal ini bisa terjadi karena serangan penyakit dengan stadium

    yang berbeda-beda:

    1.  Stadium I

    Penurunan cadangan ginjal.

    Selama stadium ini kreatinine serum dan kadar BUN normal dan pasien

    asimtomatik. Homeostsis terpelihara. Tidak ada keluhan. Cadangan ginjal residu

    40 % dari normal.

    2.  Stadium II 

    Insufisiensi Ginjal

    Penurunan kemampuan memelihara homeotasis, Azotemia ringan, anemi. Tidak

    mampu memekatkan urine dan menyimpan air, Fungsi ginjal residu 15-40 % dari

    normal, GFR menurun menjadi 20 ml/menit. (normal : 100-120 ml/menit). Lebih

    dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya 25% dari normal),

    kadar BUN meningkat, kreatinine serum meningkat melebihi kadar normal. Dan

    gejala yang timbul nokturia dan poliuria (akibat kegagalan pemekatan urine)

    3.  Stadium III 

    Payah ginjal stadium akhir

    Kerusakan massa nefron sekitar 90% (nilai GFR 10% dari normal). BUN

    meningkat, klieren kreatinin 5- 10 ml/menit. Pasien oliguria. Gejala lebih parah

    karena ginjal tak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    16/33

    dalam tubuh. Azotemia dan anemia lebih berat, Nokturia, Gangguan cairan dan

    elektrolit, kesulitan dalam beraktivitas.

    4. 

    Stadium IV 

    Tidak terjadi homeotasis, Keluhan pada semua sistem, Fungsi ginjal residu kurang

    dari 5 % dari normal.

    http://1.bp.blogspot.com/-hCk2YxlyGSU/VESxTEhbW-I/AAAAAAAAAKk/safV5frU-Hk/s1600/patofis+ggk+2.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-VJ93vYo015o/VESxPHI7sSI/AAAAAAAAAKc/Etn5x28KuS4/s1600/patofis+ggk+1.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-hCk2YxlyGSU/VESxTEhbW-I/AAAAAAAAAKk/safV5frU-Hk/s1600/patofis+ggk+2.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-VJ93vYo015o/VESxPHI7sSI/AAAAAAAAAKc/Etn5x28KuS4/s1600/patofis+ggk+1.jpg

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    17/33

     

    2.5  Manifestasi Klinis

    1.  Manifestasi klinik menurut (Long, 1996 : 369):

      Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan

     berkurang, mudah tersinggung, depresi

      Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal

    atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai

    lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.

    2. 

    Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :

    Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -

    angiotensin  –   aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner

    http://1.bp.blogspot.com/-EBtoiYGcXpg/VESxWZC2m7I/AAAAAAAAAKs/BO7OczQiteA/s1600/patofis+ggk+3.jpg

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    18/33

    (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan

     perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,

    kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu

     berkonsentrasi)

    3. 

    Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

      Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner,

     perikarditis pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital

    friction rub pericardial, pembesaran vena leher

      Integumen : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus,

    ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar

      Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernafasan

    kussmaul

      Gastrointestinal : Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut,

    anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna

       Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat

    kesadaran, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada

    telapak kaki, perubahan perilaku

      Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang,kelemahan pada

    tungkai Fraktur tulang, Foot drop

      Reproduktif : Amenore, Atrofi testekuler

    Hal lain yang ditunjukkan oleh adanya kerusakan ginjal :

    1.  Ginjal dan sistem urin : semula perubahan berupa tekanan darah rendah, mulut

    kering, tonus kulit hilang, lesu, lelah, mual dan terakhir bingung. Karena

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    19/33

    ginjal kehilangan kesanggupan mengekskresikan natrium, penderita akan

    mengalami retensi natrium dan kelebihan natrium, sehingga penderita

    mengalami iritasi dan menjadi lemah. Keluaran urin mengalami penurunan

    serta mempengaruhi komposisi kimianya.

    2. 

    Jantung dan sirkulasi darah : gagal ginjal berlanjut menjadi tekanan darah

    tinggi, detak jantung menjadi ireguler, pembengkakan gagal jantung kongestif.

    3.  Alat pernapasan : paru  –  paru mengalami perubahan dengan sangat rentan

    terhadap infeksi, terjadi akumulasi cairan, kesakitan pneumonia serta kesulitan

     bernafas karena adanya gagal jantung kongesif.

    4.  Saluran pencernaan : terjadi peradangan dan ulserasi pada sebagian besar alat

    saluran pencernaan. Gejala lainnya adalah terasa metal di mulut, nafas bau

    amoniak, nafsu makan menurun, mual dan muntah.

    5. 

    Kulit : sangat karakteristik kulit menjadi pucat, coklat kebiruan, kering, dan

     bersisik. Kuku jari tangan menjadi tipis, rapuh, rambut kering dan mudah pata,

     perubahan warna dan mudah rontok.

    6.  Sistem saraf : sindrome tungkai bergerak  –   gerak salah satu pertanda

    kerusakan saraf, rasa sakit, seperti terbakar, gatal pada kaki dan tungkai.

    Dapat dikurangi dengan menggerak –  gerakan atau memutar –  mutarnya. Juga

    dijumpai otot menjadi kram dan bergerak  –   gerak, daya ingat berkurang,

     perhatian berkurang, mengantuk, iritabilitas, bingung, koma, dan kejang.

    Dokter akan memeriksa gelombang otak guna menunjukan adanya kerusakan.

    7. 

    Kelenjar endokrin : gagal ginjal kronis memberikan pertumbuhan lambat pada

    anak  –   anak, kurang subur serta nafsu seksual menurun bagi kedua jenis

    kelaamin, menstruasi berkurang bahkan dapat berhenti sama sekali, impotensa

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    20/33

    dan produksi sperma menurun serta peningkatan kadar gula darah seperti pada

    diabetes.

    8. 

    Perubahan darah : anemia, penurunan umur sel darah merah, kehilangan darah

    sewaktu dialisis dan pendarahan saluran pencernaan, serta gangguan

     pembekuan darah.

    9. 

    Otot dan tulang: ketidakseimbangan mineral dan hormon menyebabkan otot

    dan tulang terasa sakit, kehilangan tulang, mudah patah, deposit kalsium di

    dalam otak , mata, gusi, persendian, jantung bagian dalam, dan pembuluh

    darah. Klasifikasi arteri akan mengakibatkan penyakit jantung koroner. Pada

    anak –  anak dijumpai pengapuran ginjal.

    2.6  Diagnosis

    Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran

     berikut: 

    Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG) 

    Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi 

    -  Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors)  

    Menentukan strategi terapi rasional 

    -  Meramalkan prognosis 

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    21/33

    Pendekatan diagnosis mencapai sasaran yang diharapkan bila dilakukan

     pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan

    fisik diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus

    (Sukandar,2006). 

    a.  Anamnesis dan pemeriksaan fisik

    Anamnesis harus terarah dengan mengumpulkan semua keluhan yang

     berhubungan dengan retensi atau akumulasi toksin azotemia, etiologi GGK,

     perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal

    (LFG). Gambaran klinik (keluhan subjektif dan objektif termasuk kelainan

    laboratorium) mempunyai spektrum klinik luas dan melibatkan banyak organ dan

    tergantung dari derajat penurunan faal ginjal.

     b. 

    Pemeriksaan laboratorium

    Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan

    derajat penurunan faal ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan menentukan

     perjalanan penyakit termasuk semua faktor pemburuk faal ginjal.

    1)  Pemeriksaan faal ginjal (LFG)

    Pemeriksaan ureum, kreatinin serum dan asam urat serum sudah cukup

    memadai sebagai uji saring untuk faal ginjal (LFG).

    2) 

    Etiologi gagal ginjal kronik (GGK)

    Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah, elektrolit dan

    imunodiagnosis.

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    22/33

    3)  Pemeriksaan laboratorium untuk perjalanan penyakit

    Progresivitas penurunan faal ginjal, hemopoiesis, elektrolit, endoktrin,

    dan pemeriksaan lain berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk faal

    ginjal (LFG).

    c. 

    Pemeriksaan penunjang diagnosis

    Pemeriksaan penunjang diagnosis harus selektif sesuai dengan tujuannya,

    yaitu:

    1)  Diagnosis etiologi GGK

    Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis, yaitu foto polos perut,

    ultrasonografi (USG), nefrotomogram, pielografi retrograde, pielografi

    antegrade dan Micturating Cysto Urography (MCU).

    2)  Diagnosis pemburuk faal ginjal

    Pemeriksaan radiologi dan radionuklida (renogram) dan pemeriksaan

    ultrasonografi (USG).

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    23/33

    2.7  Penatalaksanaan Terapi

    Terapi untuk Gagal Ginjal Kronik dibagi menjadi 3 :

    2.7.1 

    Terapi Non Farmakologi

    1.  Pengaturan asupan protein

    2. 

    Pengaturan asupan kalori : 35kal/KgBB ideal/hari

    3. 

    Pengaturan asupan lemak ; 30-40% dari kalori total dan

    mengandung jumlah yang sama antara asam lemak bebas jenuh

    dan tidak jenuh.

    4.  Pengaturan asupan karbohidrat : 50-60% dari kalori total

    5.  Garam (NaCl) : 2-3gram per hari

    6.  Kalium : 40-70 mEq/KgBB/hari

    7.  Fosfor : 5-10mg/KgBB/hari, pasien HD : 17mg/hari

    8. 

    Kalsium : 1400-1600mg/hari

    Besi : 10-18mg/hari

    Magnesium : 200-300mg/hari

    Asam folat pasien HD : 5mg

    Air : jumlah urin 24jam + 500ml

    Diet rendah protein (0,6  –   0,75 g/kg/hari) dapat membantu

    memperlambat perkembangan CKD pada pasien dengan/tanpa diabetes,

    meskipun efenya cenderung kecil.

    2.7.2  Terapi pengganti Ginjal

    -  Hemodialisis : Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk

    mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi.

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    24/33

    -  Dialisis peritoneal (DP) : Akhir-akhir ini sudah populer Continuous

     Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di pusat ginjal diluar negeri dan

    diIndonesia

    -  Transplantasi ginjal : Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti

    ginjal (anatomi dan faal).

    2.7.3  Terapi Farmakologi

    1.  Kontrol TD : ACE, Antagonis Reseptor Angiotensin II.

    2.  Pada pasien DM : kontrol gula darah.

    3.  Koreksi anemia dengan target Hb 10-12g/l.

    4.  Koreksi hiperfosfatemi : kalsium karbonat atau kalsium asetat.

    5.  Kontrol dislipidemia dengan target LDL

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    25/33

    Skema (Diabetes Melitus + GGK) 

    Skema (Non Diabetes Melitus + GGK) 

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    26/33

    Kasus dan Penyelesaian

    Seorang pasien bpk M usia 53 th datang dengan keluhan nyeri kepala, pinggang

    nyeri, dan udem dikaki. Hasil pemeriksaan menunjukkan nilai SrCr= 5,7 ; k=4,0 ;

    TD= 190/80mmHg dan hasil pemeriksaan diagnosis pasien adalah gagal ginjal

    akut stadium v + HD pasien diberikan

    Furosemind inj 10 mg 1x1

    Ketorolac 40 mg 2x1

    Ranitidin inj 50mg 2x1

    As. Folat 5mg 3x1

    Vit. B12 1000ug 3x1

    Penyelesaian :

    Menggunakan Metode SOAP

    Subjektif ( S )

     Nama : Bapak M

    -  Usia : 53thn

    -  Keluhan : Nyeri kepala, pinggang nyeri, dan udem dikaki

    Objektif ( O )

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    27/33

    Hasil pemeriksaan menunukan :

     Nilai SrCr : 5,7

    -   Nilai K : 4,0

    -   Nilai TD : 190/80mmHg

    Assasment ( A )

    Dari data subjective dan objective tersebut pasien didiagnosa Gagal Ginjal Krinik

    stadium V dan HD dengan LGF = 11,4 %

    LGF = 186 ( serum creatinin ) -1,154 X ( usia ) -0,203 

    = 186 ( 5,7 ) -1,154 X ( 53 ) -0,203 

    = 11,4 %

    Planning

      Furosemid inj 10 mg 1x1

     

    Ketorolac 40 mg 2x1

      Ranitidine inj 50 mg 2x1

      Asam folat 5 mg 3x1

      Vit. B12 1000 µg 3x1

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    28/33

     

    Pemilihan Obat Terpilih

    Terapi farmakologi

      Furosemid inj 20 mg 1 x 1

      Ranitidin inj 50 mg 2 x 1

      Asam folat 5 mg 3 x 1

      Vit B12 1000μg 3 x 1

      Furosemid inj

    Alasan pemilihan obat ini adalah karena adanya udem yang meretensi Na

    dan air yang harus di keluarkan sehingga udem yang dialami pasien juga

     berkurang.

    Dosis furosemid yang digunakan diganti dari dosis 10 mg menjadi dosis

    20 mg, karena dosis 20 mg yang akan memberikan efek.

     

    Ranitidin inj

    Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat

    kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi

    asam lambung. Pada pemberian i.m./i.v. Kadar dalam serum yang

    diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung

    adalah 36 – 94 mg/mL.

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    29/33

      Asam Folat

    Pemberian asam folat harus disertai perhatian pada pasien dengan anemia

    yang tidak didiagnosa karena asam folat dapat menyebabkan diagnosa

    yang tidak jelas dari anemia pernikius dengan cara meningkatkan

    manifestasi respon hematologi terhadap penyakit ini, yang menyebabkan

    komplikasi neurologis meningkat.

      Vitamin B12

    Sama seperti asam folat,vitamin B12 juga diberikan sebagai suplement

    kana pada kasus gangguan ginjal kronik selalu disertai anemia.

    Terapi Non Farmakologi

      Dianjurkan melakukan diaisis. Dialisis (cuci darah) dilakukan dengan

    frekuensi minimal 2-3 kali seminggu, lamanya cuci darah minimal 4-5 jam

    untuk setiap kali tindakan.

      Cukup asupan cairan

      Diet rendah protein

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    30/33

    Monitoring dan Follow UP

      Asupan protein pada pasien gagal ginjal kronik. Asupan protein cukup 1-

    1,2 gr/kg BB/hari

      Pemeriksaan tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi dapat

    memperburuk keadaan ginjal.

      Pemeriksaan kadar ureum

     

    Pemeriksaan kreatinin

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    31/33

    BAB III

    PENUTUP

    3.1  Kesimpulan

    1.  Ginjal adalah salah satu organ utama system kemih atau uriner yang

     bertugas menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari

    dalam tubuh. 

    2. 

    Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan

    gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan

    tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

    cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah

    nitrogen lain dalam darah). 

    3. 

    Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang

    dihitung dengan mempergunakan rumus Kockkcroft-Gault sebagai

     berikut:

    LFG (ml/menit/1,73m²) = ( 140 –  umur ) x berat badan

    72 x kreatinin plasma (mg/dl)

    *) pada perempuan dikalikan 0,85

    4.  Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh  Indonesian Renal

     Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak

    sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%),

    hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%).

    5. 

    Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran

     berikut:

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    32/33

    a. Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)

     b. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi

    c. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors)

    d. Menentukan strategi terapi rasional

    e. Meramalkan prognosis

    6. 

    Terapi Farmakologi

    Kontrol TD : ACE, Antagonis Reseptor Angiotensin II

    Pada pasien DM : kontrol gula darah

    Koreksi anemia dengan target Hb 10-12g/l

    Koreksi hiperfosfatemi : kalsium karbonat atau kalsium asetat

    Kontrol dislipidemia dengan target LDL

  • 8/18/2019 RIKI SAUT MARITO (1301079) Gagal Ginjal Kronik-makalah

    33/33

    DAFTAR PUSTAKA

    Almatsier, S . 2007 . Penuntun Diet, Instalasi Gizi Perjan RSCM . Jakarta :

    Gramedia .

    Sidabutar, R.P & Suhardjono . 1992 . Gizi Pada Gagal Ginjal Kronik   . Jakarta :

    Perhimpunan Nefrologi Indonesia .

    Sudoyo A.W., dkk. 2006.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen

    Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Indonesia.

    Sukandar Enday. 2006.  Nefrologi Klinik. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah,

    Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD / RS. dr.

    Hasan Sadikin.

    Mubin, Halim. 2007.  Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan

    Terapi. Edisi EGC. Jakarta.

    Lintong, Poppy M. 2005. Ginjal Dan Saluran Kencing Bagian Bawah. Bagian

    Patologi

    Syaifuddin. 2006.  Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. 

    Jakarta: EGC 

    Pearce, C Evelyn. 2009. Anatomi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia 

    Sloana, ethel, .(2004) Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC

    Sobbota, .(2000). Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : EGC