BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit kronis,dimana kadang-kadang bersifat asimptomatik (tanpa gejala) yang dapat berlangsung selama bertahun- tahun. Rheumatoid Arthriritis merupakan penyakit progresif yang biasanya memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan fungsional. Penyakit ini telah tersebar luas yang melibatkan berbagai ras dan etnis. Rheumatoid Arthritis lebih sering dijumpai pada wanita dibandingkan dengan pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyebab penyakit Rheumatoid Arthritis sampai saat ini belum sepenuhnya diketahui. Meskipun agent seperti virus,bakteri dan jamur telah lama dicurigai, namun tak satu pun telah terbukti sebagai penyebabnya. Hal ini diyakini bahwa kecenderungan untuk terkena penyakit Rheumatoid Arthritis dapat diwariskan secara genetik selain itu hormon sex juga merupakan salah satu penyebab Rheumatoid Arthritis. Hal ini juga diduga infeksi tertentu atau lingkungan yang mungkin memicu pengaktifan sistem kekebalan tubuh pada individu yang rentan. Penyakit ini lebih sering menyerang orang diantara umur 25 sampai 55 tahun. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit kronis,dimana kadang-
kadang bersifat asimptomatik (tanpa gejala) yang dapat berlangsung selama
bertahun-tahun. Rheumatoid Arthriritis merupakan penyakit progresif yang
biasanya memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan
fungsional. Penyakit ini telah tersebar luas yang melibatkan berbagai ras dan
etnis. Rheumatoid Arthritis lebih sering dijumpai pada wanita dibandingkan
dengan pria dengan perbandingan 3 : 1.
Penyebab penyakit Rheumatoid Arthritis sampai saat ini belum
sepenuhnya diketahui. Meskipun agent seperti virus,bakteri dan jamur telah
lama dicurigai, namun tak satu pun telah terbukti sebagai penyebabnya. Hal ini
diyakini bahwa kecenderungan untuk terkena penyakit Rheumatoid Arthritis
dapat diwariskan secara genetik selain itu hormon sex juga merupakan salah satu
penyebab Rheumatoid Arthritis. Hal ini juga diduga infeksi tertentu atau
lingkungan yang mungkin memicu pengaktifan sistem kekebalan tubuh pada
individu yang rentan. Penyakit ini lebih sering menyerang orang diantara umur
25 sampai 55 tahun. Penyakit ini memungkinkan membuat kelemahan dan
sangat menyakitkan diantara penyakit arthritis yang lain.
Gangguan yang terjadi pada pasien Rheumatoid Arthritis lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan
pasien. Rheumatoid Arthritis dapat mengancam jiwa pasien atau hanya
menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh
penyakit Rheumatoid Arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak
jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ atau mengakibatkan masalah
seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan
tidur.
1
1.2. Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang
telah memberikan kesehatan dan kesempatan hingga penulis dapat
menyelesaikan paper ini mengenai Rheumatoid Arthritis. Penyusunan paper ini
didasarkan karena keingintahuan dan untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan kepada kami. Paper ini mengenai Rheumatoid Arthritis yang
merupakan salah satu penyakit autoimun yang sering menyebabkan kerusakan
pada sendi sehingga pasien sering kaku pada pagi hari (morning stiffness). Kami
berharap dengan terselesaikannya paper ini dapat bermanfaat utnuk membantu
mengurangi faktor risiko terhadap penyakit Rheumatoid Arthritis yang lebih
sering menyerang wanita daripada pria. Akhirnya mengharapkan segala
masukkan baik berupa kritik maupun saran demi perbaikan paper ini dan
dengan suatu harapan yang tinggi agar paper yang sederhana ini dapat
memberikan sumbangan pikiran demi pembangunan bangsa dan negara.
2
BAB II
ISI
2.1. Definisi
Arthritis rheumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai
sistem organ. Penyakit ini adalah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat
difus yang diperantai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya. Pada
pasien biasanya terjadi destruksi sendi progresif, walaupun episode peradangan
sendi dapat mengalami masa remisi (suatu periode ketika gejala penyakit
berkurang atau tidak terdapat).(Robbins,dkk 2005)
Arthritis rheumatoid biasanya bersifat simetris. Terutama mengenai
tangan menyebabkan pembengkakan sendi jari tangan proksimal dan deviasi
ulnar jari-jari tangan juga pergelangan tangan dengan kelemahan otot di sekitar
sendi yang terkena. Nodul rheumatoid dapat timbul pada ulnar di bawah siku.
( John Bradley,dkk 2000)
Pada penyakit rheumatoid yang telah lama (dan juga penyakit neurologis
yang melumpuhkan). Ketidakmampuan yang timbul dapat sangat berat dan
dibagi menjadi empat derajat: 1. Ketidaktergantungan yang komplit-tidak
diperlukan sokongan; 2. Ketidaktergantungan tetapi memerlukan sokongan, alat
- alat khusus yang memerlukan penyesuaian pada pekerjaan dan alat – alat
rumah tangga. 3. Ketergantungan parsial,memerlukan bantuan untuk pergerakan
kompleks seperti mandi dan berpakaian dan ; 4. Ketergantungan total, di atas
kursi roda atau tempat tidur. (Robbins,dkk 2005)
Rheumatoid Arthritis kira – kira 21/2 kali lebih sering menyerang
perempuan daripada laki – laki. Insidens meningkat dengan bertambahnya usia,
terutama pada perempuan. Insidens puncak adalah antara usia 40 hingga 60
tahun. Penyakit ini menyerang orang- orang di seluruh dunia dari berbagai suku
bangsa. Sekitar 1 % orang dewasa menderita arthritis rheumatoid. (Robbins,dkk
2005)
3
2.2. Epidemiologi
Pada kebanyakan populasi di bumi, prevalensi Rheumatoid Arthritis
relative konstan yaitu berkisar antara 0,5-1%.
Prevalensi yang tinggi didapatkan di Pima Indian dan Chippewa Indian,
masing-masing sekitar 5,3% - 6,8%. Prevalensi Rheumatoid Arthritis di Indian
dan di Negara Barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75%.
Sedangkan di China, Indonesia, Filipina, prevalensinya kurang dari 0,4%
,baik di daerah urban maupun Rural. Hasil survey yang dilakukan di Jawa
Tengah mendapatkan prevalensi Rheumatoid Arthritis sebesar 0,2% di daerah
Rural dan 0,3% di daerah Urban. Sedangkan penelitian yang dilakukan di
Malang pada penduduk berusia di atas 40 tahun mendapatkan prevalensi
Rheumatoid Arthritis sebesar 0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di daerah
Kabupaten. Di poliklinik rheumatologi RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta,
kasus baru AR merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru tahun 2000 dan pada
periode Januari sampai dengan Juni 2007 didapatkan sebanyak 203 kasus dari
jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1346 orang. Prevalensi Rheumatoid
Arthritis lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-
laki dengan rasio 3 : 1 dan dapat terjadi pada semua kelompok, umur, dengan
angka kejadian tertinggi didapatkan pada dekade keempat dan kelima.(Sudoyo
2010).
2.3. Etiologi
1.Faktor Genetik
Etiologi dari Rheumatoid Arthritis tidak diketahui secara pasti. Terdapat
interaksi yang kompleks antara faktor genetik lingkungan. Faktor genetik
berperan penting terhadap kejadian Rheumatoid Arthritis, dengan angka
kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%. Hubungan gen HLA-DRB1
dengan kejadian Rheumatoid Arthritis telah diketahui dengan baik, walaupun
beberapa lokus non-HLA juga berhubungan dengan Rheumatoid Arthritis seperti
4
daerah 18q21 dari gen TNFRSR11A yang mengkode aktivator reseptor nuclear
faktor kappa B (NF-kB). Gen ini berperan penting dalam resorpsi tulang pada
Rheumatoid Arthritis. Faktor genetik juga berperanan penting dalam terapi
Rheumatoid Arthritis karena aktivitas enzim seperti methylen eletrahydrofolate
reductase dan thiopurine methyltransferase untuk metabolism methotrexate dan
azathioprine ditentukan oleh factor genetic. Pada kembar monozigot mempunyai
angka keseuaian untuk berkembangnya Rheumatoid Arthritis lebih dari 30% dan
pada orang kulit putih dengan Rheumatoid Arthritis yang mengekspresikan
HLA-DR4 mempunyai angka kesesuaian sebesar 80%.(Sudoyo 2010).
2.Hormon Sex
Prevalensi AR lebih besar pada perempuan dibandingkan dengan laki-
laki, sehingga diduga hormone seks berperanan dalam perkembangan penyakit
ini. Pada observasi didapatkan bahwa terjadi perbaikan gejala AR selama
kehamilan, Perbaikan ini diduga karena : 1. Adanya aloantibody dalam sirkulasi
maternal yang menyerang HLA-DR sehingga terjadi hambatan fungsi epitop
HLA-DR yang mengakibatkan perbaikan penyakit. Adanya perubahan profil
hormone secara langsung menstimulasi sekresi dehidroepiandrosteron, yang
merupakan androgen utama pada perempuan yang dikeluarkan oleh sel-sel
adrenal fetus. Androgen bersifat imunosupresi terhadap respon imun seluler dan
humoral. DHEA merupakan substrat penting dakam sintesis estrogen plasenta.
Estrogen dan progesterone menstimulasi respon imun humoral dan menghambat
respon imun selular. Oleh karena pada AR respon Th1 lebih dominan sehingga
estrogen dan progesterone mempunyai efek yang berlawanan terhadap
perkembangan AR. Pemberian kontrasepsi oral dilaporkan mencegah
perkembangan AR atau berhubungan dengan penurunan insiden AR yang lebih
berat. (Sudoyo 2010).
3.Faktor Infeksi
Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit.
Organisme ini diduga menginfeksi sel induk semang. Dan merubah reaktivitas
atau respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya penyakit. Walaupun belum
5
ditemukan agen infeksi yang secara nyata terbukti sebagai penyebab penyakit.
(Sudoyo 2010).
2.4. Morfologi dari Rheumatoid Arthritis
Arthritis rematoid menyebabkan perubahan morfologis yang luas,
perubahan terberat terjadi pada persendian. RA secara khas muncul sebagai
arthritis simetris,yang menyerang sendi kecil pada tangan dan kaki,pergelangan