8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
1/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'
REFLEKSI KASUS
MANAJEMEN NYERI PERIOPERATIF
PADA PASIEN APPENDICITIS AKUT
I.PENGALAMAN
Seorang perempuan 22 tahun dirawat di bangsal dahlia RS jogja dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah. Nyeri perut dirasakan hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu SMRS namun
memberat selama 1 minggu SMRS disertai. Tidak ada keluhan demam, mual dan muntah
disangkal, B! baik, BB baik, makan minum susah. "emeriksaan #isik saat di bangsal, pasein
tenang, kesadaran $% &' M(, kepala, leher, thora) dalam batas normal, abdomen supel, bunyi
usus *+, nyeri tekan m-.burney *+, obturator sign *, psoas sign *, e)termitas hangat, nadi
kuat, /RT 0 2. "asien didiagnosis abdominal pain e-. Susp ppendi-itis akut dd S! dd BS!,
kemudian diberikan terapi nj.!etorola- 1 M dan nj. !etorola- 1 & *ekstra, nj.
3ndansentron 1& dan n#us R4 25tpm. !emudian dikonsulkan dokter bedah dan dilakukan
operasi pada tanggal' maret 251(. Riwayat hipertensi, 6M, asma, riwayat alergi disangkal. "ada
pemeriksaan didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 11575 mm8g, nadi 9()menit,
respirasi 25)menit dan suhu :(.:;. Status o#lurane, 32, dan N23.
Setelah operasi pasien diberikan terapi nj. /e#tria)one 1 gram12 jam dan !etorola- :5mg12
jam.
II. PERMASALAHAN
Bagaimana manajemen nyeri preoperati#, durante operati#, dan postoperati# yang tepat?
Hal.01.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
2/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'III. PEMBAHASAN
Definii N!e"i
Nyeri adalah bentuk pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan.
Berdasarkan batasan tersebut diatas, terdapat dua asumsi perihal nyeri, yaitu @
"ertama, bahwa persepsi nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan, berkaitan
dengan pengalaman emosional menyusul adanya kerusakan jaringan yang nyata * pain with
nociception. !eadaan nyeri seperti ini disebut sebagai nyeri akut.
!edua, bahwa perasaan yang sama dapat juga terjadi tanpa disertai kerusakan jaringanyang nyata * pain without nociception. !eadaan nyeri seperti ini disebut sebagai nyeri kronis.
Nyeri selain menimbulkan penderitaaan juga ber#ungsi sebagai mekanisme proteksi,
de#ensi# dan penunjang diagnostik. Sebagai mekanisme proteksi, sensibel nyeri memungkinkan
seseorang untuk bereaksi terhadap suatu trauma atau penyebab nyeri sehingga dapat
menghindari terjadinya kerusakan jaringan tubuh. Sebagai mekanisme de#ensi#, memungkinkan
untuk imobilisasi organ tubuh yang mengalami in#lamasi atau patah sehingga sensibel yang
dirasakan akan mereda dan bisa memper-epat penyembuhan. Nyeri juga dapat berperan sebagai
penuntun diagnostik karena dengan adanya nyeri didaerah tertentu, proses yang terjadi pada
sesorang dapat diketahui.
Setiap pasien yang mengalami trauma berat *tekanan, suhu, kimia atau paska
pembedahan harus dilakukan penanganan nyeri yang sempurna, karena dampak dari nyeri itu
sendiri akan menimbulkan respon stres metabolik *MSR yang akan mempengaruhi semua
sistem tubuh dan memperberat kondisi pasiennya. 8al ini akan merugikan pasien akibat
timbulnya perubahan #isiologi dan psikologi pasien itu sendiri, seperti @
A"erubahan kogniti# *sentral @ ke-emasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus asa
A"erubahan neurohumoral @ hiperalgesia peri#er, peningkatan kepekaan luka
A"lastisitas neural *kornudorsalis, transmisi nosisepti# yang di#asilitasi sehingga meningkatkan
kepekaan nyeri
A kti>asi simpatoadrenal @ pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikardi
A "erubahan neuroendokrin @ peningkatan kortisol, hiperglikemi, katabolisme
Hal.0#.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
3/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'
Me$ani%e n!e"i
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan.
"engalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh
sistem sensorik nosisepti#. Sistem ini berjalan mulai dari peri#er melalui medulla spinalis,
batang otak, thalamus dan korteks serebri.
pabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosisepti# akan bergeser
#ungsinya dari #ungsi protekti# menjadi #ungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak.
Nyeri in#lamasi merupakan salah satu bentuk untuk memper-epat perbaikan kerusakan
jaringan. Sensiti#itas akan meningkat, sehingga stimulus non noksius atau noksius ringan yang
mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan nyeri. Nyeri in#lamasi akan menurunkan
derajat kerusakan dan menghilangkan respon in#lamasi.
Seni&iai Pe"ife"
/idera atau in#lamasi jaringan akan menyebabkan mun-ulnya perubahan lingkungan
kimiawi pada akhirnosiseptor. Sel yang rusak akan melepaskan komponen intraselulernyaseperti adenosine tri#os#at, ion !+, p8 menurun, sel in#lamasi akan menghasilkan sitokin,
-hemokine dan growth #a-tor. Beberapa komponen diatas akan langsung merangsang nosiseptor
*no-i-eptor a-ti>ators dan komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih
hipersensiti# terhadap rangsangan berikutnya *no-i-eptor sensitiers.
!omponen sensitisasi, misalnya prostaglandin $ akan mereduksi ambang akti>asi
nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung sara# dengan -ara berikatan pada reseptor spesi#ik
di nosiseptor. Berbagai komponen yang menyebabkan sensitisasi akan mun-ul se-ara
bersamaan, penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut tidak akan
menghilangkan sensitisasi peri#er. Sensitisasi peri#er akan menurunkan ambang rangsang dan
berperan dalam meningkatkan sensiti#itas nyeri di tempat -edera atau in#lamasi
Seni&iai Sen&"al
Hal.0'.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
4/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'Sama halnya dengan sistem nosiseptor peri#er, maka transmisi nosiseptor di sentral juga
dapat mengalami sensitisasi. Sensitisasi sentral dan peri#er bertanggung jawab terhadap
mun-ulnya hipersensiti>itas nyeri setelah -idera. Sensitisasi sentral mem#asilitasi dan
memperkuat trans#er sipnatik dari nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. "ada awalnya proses ini
dipa-u oleh input nosiseptor ke medulla spinalis *a-ti>ity dependent, kemudian terjadi
perubahan molekuler neuron *trans-ription dependent.
Sensitisasi sentral dan peri#er merupakan -ontoh plastisitas sistem sara#, dimana terjadi
perubahan #ungsi sebagai respon perubahan input *kerusakan jaringan. 6alam beberapa detik
setelah kerusakan jaringan yang hebat akan terjadi aliran sensoris yang masi# kedalam medulla
spinalis, ini akan menyebabkan jaringan sara# didalam medulla spinalis menjadi hiperresponsi#.
Reaksi ini akan menyebabkan mun-ulnya rangsangan nyeri akibat stimulus non noksius dan
pada daerah yang jauh dari jaringan -edera juga akan menjadi lebih sensiti# terhadap
rangsangan nyeri.
N(ie)&(" *Ree)&(" N!e"i+
Nosiseptor adalah reseptor ujung sara# bebas yang ada di kulit, otot, persendian, >iseral
dan >askular. Nosiseptornosiseptor ini bertanggung jawab terhadap kehadiran stimulus noksiusyang berasal dari kimia, suhu *panas, dingin, atau perubahan mekanikal. "ada jaringan normal,
nosiseptor tidak akti# sampai adanya stimulus yang memiliki energi yang -ukup untuk
melampaui ambang batas stimulus *resting. Nosiseptor men-egah perambatan sinyal a-ak
*skrining #ungsi ke SS" untuk interpretasi nyeri.
Sara# nosiseptor bersinap di dorsal horn dari spinal -ord dengan lokal interneuron dan
sara# projeksi yang membawa in#ormasi nosisepti# ke pusat yang lebih tinggi pada batang otak
dan thalamus. Berbeda dengan reseptor sensorik lainnya, reseptor nyeri tidak bisa beradaptasi.
!egagalan reseptor nyeri beradaptasi adalah untuk proteksi karena hal tersebut bisa
menyebabkan indi>idu untuk tetap awas pada kerusakan jaringan yang berkelanjutan. Setelah
kerusakan terjadi, nyeri biasanya minimal. Mula datang nyeri pada jaringan karena iskemi akut
berhubungan dengan ke-epatan metabolisme. Sebagai -ontoh, nyeri terjadi pada saat
berakti#itas kerena iskemia otot skeletal pada1' sampai 25 detik tapi pada iskemia kulit bisa
terjadai pada 25 sampai :5 menit.
Hal.0,.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
5/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'Tipe nosiseptor spesi#ik bereaksi pada tipe stimulus yang berbeda. Nosiseptor / tertentu
dan nosiseptor delta bereaksi hanya pada stimulus panas atau dingin, dimana yang lainnya
bereaksi pada stimulus yang banyak *kimia, panas, dingin. Beberapa reseptor beta
mempunyai akti>itas no-i-eptorlike.
Serat Cserat sensorik mekanoreseptor bisa diikutkan untuk transmisi sinyal yang akan
menginterpretasi nyeri ketika daerah sekitar terjadi in#lamasi dan produkproduknya. llodynia
mekanikal *nyeri atau sensasi terbakar karena sentuhan ringan dihasilkan mekanoreseptor
beta..
Nosiseptor >iseral, tidak seperti nosiseptor kutaneus, tidak didesain hanya sebagai
reseptornyeri karena organ dalam jarang terpapar pada keadaan yang potensial merusak.
Banyak stimulus yang si#atnya merusak *memotong, membakar, kepitan tidak menghasilkan
nyeri bila dilakukan pada struktur >iseralis. Selain itu in#lamasi, iskemia, regangan mesenterik,
dilatasi, atau spasme >iseralis bisa menyebabkan spasme berat. Stimulus ini biasanya
dihubungkan dengan proses patologis, dan nyeri yang di-etuskan untuk mempertahankan #ungsi
Pe"-alanan n!e"i *N(ie)&i/e Pa&a!+
"erjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neuro#isiologis kompleks yang disebutsebagai nosisepti# *no-i-eption yang mere#leksikan empat proses komponen yang nyata yaitu
transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuat diperi#er
sampai dirasakannya nyeri di susunan sara# pusat *-orte) -erebri.
A. P"(e T"an23$i
"roses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung sara#. Suatu
stimuli kuat *no)ion stimuli seperti tekanan #isik kimia, suhu dirubah menjadi suatu akti#itas
listrik yang akan diterima ujungujung sara# peri#er *ner>e ending atau organorgan tubuh
*reseptor meisneri, merkel, -orpus-ulum pa--ini, golgi maoni. !erusakan jaringan karena
trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin,
dimana prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptorreseptor nosisepti#
dan dikeluarkannya atat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan
menimbulkan sensasi nyeri. !eadaan ini dikenal sebagai sensitisasi peri#er
B. P"(e T"an%ii
Hal.04.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
6/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'"roses penyaluran impuls melalui sara# sensori sebagai lanjutan proses transduksi
melalui serabut delta dan serabut / dari peri#er ke medulla spinalis, dimana impuls tersebut
mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tra-tus spinothalami-us dan sebagian
ke traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa rangsangan dari organ
organ yang lebih dalam dan >iseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih di#us dan
melibatkan emosi. Selain itu juga serabutserabut sara# disini mempunyai sinaps interneuron
dengan sara#sara# berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus
dan somatosensoris di -orte) -erebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
C. P"(e M(23lai
"roses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan sara# pusat *medulla spinalis
dan otak. "roses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh
tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupakan
proses as-enden yang dikontrol oleh otak. nalgesik endogen *enke#alin, endorphin, serotonin,
noradrenalin dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. 6imana kornu
posterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk
analgesik endogen tersebut. nilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjekti# pada
setiap orang.D. Pe"e)i
8asil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, transmisi dan
modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjekti# yang dikenal sebagai
persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi
dari sensorik
Penilaian N!e"i
6erajat nyeri. Beberapa -ara digunakan untuk menilai derajat nyeri -ara yang sederhana
dengan menentukan derajat nyeri se-ara kualitati# sebagai berikut @
1. Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang timbul terutama sewaktu melakukan akti#itas sehari
hari dan menghilang sewaktu tidur.
2. Nyeri sedang adalah nyeri terus menerus, akti#itas terganggu yang hanya hilang apabila
penderita tidur.
Hal.05.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
7/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&':. Nyeri berat adalah nyeri yang berlangsung terus menerus sepanjang hari, penderita tidak
dapat tidur atau sering terjaga karena nyerinya.
"ada saat ini sering juga digunakan penilaian derajat nyeri se-ara semikuantitati#
dengan memberikan penggaris dengan skala 515, pada swkala 5 berarti tidak nyeri dan 15
untuk nyeri maksimal. /ara tersebut popular disebut Visual Analogue Scale (VAS).
Pen66(l(n6an N!e"i
Nyeri dapat digolongkan dalam berbagai -ara, yaitu @
1. Menurut jenisnya @ nyeri nosiseptik, nyeri neurogenik, dan nyeri psikogenik
2. Menurut timbulnya @ nyeri akut dan nyeri kronik :. Menurut penyebabnya @ nyeri onkologik dan nyeri nononkologik
%. Menurut derajat nyerinya @ nyeri ringan, sedang, berat
P"ini) U%3% Pena&ala$anaan N!e"i
1. Mengawali pemeriksaan dengan seksama
2. Menentukan penyebab dan derajatstadium penyakit dengan tepat
:. !omunikasi yang baik dengan penderita dan keluarga
%. Mengajak penderita berpartisi akti# dalam perawatan'. Meyakinkan penderita bahwa nyerinya dapat ditanggulangi
(. Memperhatikan biaya pengobatan dan tindakan
7. Meren-anakan pengobatan, bila perlu, se-ara multidisiplin
Hal7al lain !an6 a"3 2i)e"a&i$an 2ala% )en6(8a&an n!e"i
1. Dangan memberikan obat sebelum benarbenar membutuhkan
2. Tentukan diagnosis nyeri dengan tepat
:. Memakai modalitas pengobatan dengan benar %. Memakai modalitas pengobatan multimodal
'. 8arus konsisten tidak boleh berubahubah dan terputusputus(. Esahakan peroral
7. "ada nyeri kronis ikuti “3-step ladder analgesic” F83
9. Tentukan jenis obat dan dosis se-ara indi>idualG. /ermati se-ara seksama perubahan keadaan penderita
M(2ali&a Pen6(8a&an N!e"i
Hal.09.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
8/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'1. Modalitas #isik pada unit rehabilitasi medik
2. Modalitas kogniti#beha>ioural melalui pendekatan psikososial
:. Modalitas in>asi# melalui pendekatan perioperati>e dan radioterapi%. Modalitas psikoterapi
'. Modalitas #armakoterapi
M(2ali&a Fa"%a$(&e"a)i
=aris besar stategi terapi #armakologi mengikuti “WHO Three-Step adder” . Tiga
langkah anak tangga analgesik menurut F83 untuk pengobatan nyeri itu terdiri dari @
1. "ada mulanya, langkah pertama menggunakan obat analgesik nonopioid
2. pabila masih tetap nyeri naik ke tanggalangkah kedua yaitu ditambahakan obat opioid
lemah misalnya kodein:. pabila belum mereda juga dissarankan menggunakan opioid keras seperti mor#in
"ada dasarnya prinsip HWHO Three-Step adder” dapat diterapkan untuk nyeri akut
maupun kronik, yaitu @
1. "ada nyeri kronik mengikuti langkah tangga keatas 12:
2. "ada nyeri akut mengikuti langkkah tangga kebawah :21
"ada setiap langkah apabila dianggap perlu dapat ditambahakn adju>an *obat pembantu
yang berman#aat untuk meningkatkan e#ekti>itas analgesik, memberantas gejalagejala yang
menyertai, dan kemampuan untuk bertindak sebagai obat tersendiri terhadap tipetipe nyeri
tertentu.
O)i(i2 3n&3$ N!e"i A$3& Paa Be2a 2an T"a3%a
3bat opioid dikategorikan menjadi agonis dan -ampuran agonisntagonis.1. gonis seperti mor#in menghasilkan respon maksimum untuk mengatasi nyeri. "reparat
agonis parsial menghasilkan e#ek kurang dari respon maksimum dan mungkin terjadi e#ek
kemunduran *withdrawal untuk pasien toleran opioid. Mor#in dipertimbangkan sebagai
standar keakti#an opioid agonis, berlawanan dengan opioid lainnya diukur.
2. /ampuran gonisntagonis memperlihatkan batas e#ek dari pereda nyeri, peningkatan
dosis tidak menambah kemampuan menghilangkan nyeri. da juga e#ek plateau *tanpa
peningkatan berkenaan dengan depresi respirasi. "emberian obat agonisantagonis juga
mungkin memper-epat e#ek kemunduran *withdrawal untuk pasien yang toleran opioid.
Ca"a )e%8e"ian ()i(i2
Hal.0:.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
9/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'1. "emberian oral Darang diberikan pas-a bedah karena pasien dipuasakan. Stasis lambung
pas-a pembedahan juga mengganggu absorbsi obat.
#. "emberian rektal !elebihan @ ekstraksi melalui hati minimal dan tidak bergantung pada
pengosongan lambung dan tidak dipengaruhi mual dan muntah. !elemahan @ resisten, mula
kerja lambat, dan absorbsi ber>ariasi.
'. "emberian sublingual Bopreno#en telah banyak dipakai dengan -ara ini karena sangat
lipo#ilik, tidak merangsang mukosa.
,. "emberian intranasal /epat diabsorbsi karena mukosa hidung kaya pembuluh darah.
3pioid yang dapat dipergunakan dengan -ara ini antara lain butor#al dan su#entanil.
4. "emberian transdermal /o-ok untuk obat yang lepas lambat *sustained release.
nalgesia pas-a bedah dapat diberikan dengan #entanyl transdermal dengan pat-h
*tempelan.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
10/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'sampai 2% jam. !omplikasi berupa @ pruritus, retensi urin, mual dan muntah, serta depresi
na#as. 6epresi na#as umumnya terjadi ( jam setelah obat dimasukan ke 4/S menyebar ke
pusat perna#asan se-ara lambat. Nalokson 5,1,% mg & dapat menawarkan hampir semua
komplikasi opioid.
2. 3pioid $pidural $#ek $6 opioid tergantung kelarutan lemak *lipid solubility, berat molekul, kadar plasma
sebelumnya, atminten dan -harper binding, >olume suntikan. 8al yang perlu diperhatikan pada opioid $6 @
a 3bat pilihan. Mor#in sangat berman#aat untuk mengatasi nyeri pas-a bedah yang luas
seperti torakotomi atau laparotomi. Mor#in menyebar ekstensi# dalam 4/S karena
karakter hidro#ilik. 3bat yang bersi#at hidro#ilik menyebar terbatas dan digunakan untuk
kontrol nyeri segmental saja. b Metode pemberian. Bolus atau in#us kontinue.
- "enting untuk melakukan titrasi untuk kedua dosis inisial dan >olume in#us.
$#ek samping opioid $6 terdiri dari pruritus, mual muntah, retensi urin, dan depresi
na#as. 6epresi na#as dapat terjadi 1 jam setelah absorbsi sistemik. Nalokson in#us '15
mikrogramkgjam menghilangkan depresi perna#asan, muntah serta pruritus. Mual juga muntah
juga dapat digunakan droperidol 5,(1,2' mg & tiap :% jam.
Anal6ei N(n7Na"$(&i$
1. NS6 memiliki kemampuan analgesia, antiin#lamasi, dan antipiretik. 3bat ini dapat
menginhibisi produksi prostaglandin yang merupakan at endogen potensial hiperalgesi.
6apat diberikan se-ara peroral, rektal, intramuskular, atau intra>ena.
2. !etorola- !eakti#an ketorola- :5 mg M eJui>alen dengan 15 mg mor#in atau 155 mg
pethidin. $#ek analgesia dimulai 15 menit setelah penyuntikan dan berlangsung %( jam.:. !lonidin 6apat diberikan pas-a bedah tetapi dikombinasikan dengan opioid atau
analgesik lokal hingga kualitas analgesia yang didapat signi#ikan. "emerian klonidin %(
mikrogramkgBB& sesaat sebelum operasi selesai menghasilkan analgesia pas-a bedah
dan men-egah menggigil setara dengan pemberian pethidin 5.: mg &. !lonidin dapat
diberikan peroral, intramuskular, intra>ena, dan transdermal.
O8a&7(8a& )e%8an&3 *A2-3/an+
Hal.010.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
11/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'1. !ortikosteroid bersi#at antiin#lamasi, anti emetik, meningkatkan na#su makan.
2. ntikon>ulsan meringankan nyeri neuropatik yang si#atnya menusuk dan membakar.
:. ntidepresan mengurangi nyeri neuropatik, dapat memperkuat si#at analgesi dari mor#in.%. Neuroleptik membantu sindrom nyeri kronik, memiliki si#at antiemetik, an)iolitik, dan
anti konstipasi.
'. "sikostimulan mengurangi sedasi akibat opioid
Iaskuler, maupun respon
terhadap sistem organ lain.
• Manajemen nyeri dapat dilakukan dengan berbagai modalitas. 6apat berupa modalitas
#isik, kogniti#beha>ioral, in>asi#, psikoterapi, maupun #armakoterapi.
• Modalitas #armakoterapi mengikuti KF83 Three Step nalgesi- 4adderH "ada
mulanya, langkah pertama menggunakan obat analgesik nonopioid, apabila masih
tetap nyeri naik ke tanggalangkah kedua yaitu ditambahakan obat opioid lemah
misalnya kodein, apabila belum mereda juga dissarankan menggunakan opioid kerasseperti mor#in.
• HWHO Three-Step adder” dapat diterapkan untuk nyeri akut maupun kronik, yaitu @
"ada nyeri kronik mengikuti langkah tangga keatas 12:, pada nyeri akut mengikuti
langkkah tangga kebawah :21
• "ada pasien diatas sebelum operasi di =6 pasien diberikan ketorola- :5 mg se-ara M
dan diberikan e)tra ketorola- merupakan suatu modalitas #armakologis untuk
mengurangi sensasi nyeri, kemudian karena nyeri tidak berkurang dilakukan modalitas
in>asi# berupa operati# untuk menghilangkan kausa nyeri, durante operati# pasien juga
diberikan premedikasi dengan analgetik golongan opioid yaitu #entanyl dan durante
operati# diberikan ketorola- :5 mg &, pas-a operasi pasien diberikan terapi nyeri
dengan modalitas #armakologi ketorola- :5mg & 12 jam.
8/17/2019 RESUS Anastesi Manajemen Nyeri WISNU
12/12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
REFKAS Septian Wisn Se!a"a #20100$101%&'2. Mangku, =de, dkk. 2515. $u#u A"ar l*u Anestesi dan +eani*asi. Dakarta @ nde) "enerbit.
Logyakarta, G Maret 251(
"erseptor,
2". Ba3$i Ra%a&= S). An
Hal.01#.