RESUME MIKROBIOLOGI SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI PADA BAHAN PANGAN Disusun Oleh: WAHIDATUL LAENI SA’ADAH (P07131011 047)
RESUME
MIKROBIOLOGI
SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI PADA
BAHAN PANGAN
Disusun Oleh:
WAHIDATUL LAENI SA’ADAH
(P07131011 047)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN GIZI
TAHUN 2012
SEJARAH PERANAN MIKROBA PADA BAHAN PANGAN
A. KERUSAKAN MAKANAN
Louis Pasteur Sang Pelopor Mikrobiologi
Louis Pasteur lahir tanggal 27 Desember 1822, di
Dole, Prancis timur, sekitar 400 kilometer Tenggara
Paris. Beberapa tahun kemudian, keluarga Pasteur
pindah ke Arbois. Louis masuk sekolah di Arbois, tapi
rapornya jelek, kecuali untuk mata pelajaran seni.
Guru-gurunya mengira dia akan berhenti bersekolah
dan akan bekerja di penyamakan kulit milik ayahnya.
Namun, Louis sangat berhasrat menambah
pengetahuannya. Seorang gurunya melihat potensi
ketekunan dan ketelitiannya bekerja.
Pasteur menjadi profesor ilmu kimia di Universitas Strasbourg, dan selama lima tahun
mengajar dan meneliti di sana. Dia menikah dan hidup bahagia dengan keluarganya.
Pada usia 32 tahun, Pasteur menerima tantangan yang mengubah arah penelitian dan kariernya
sebagai guru. Dia diminta pergi ke Lille untuk mendirikan fakultas ilmu terapan yang akan
melatih para ilmuwan menerapkan pengetahuan teori mereka dalam memecahkan masalah-
masalah praktis di bidang industri dan perdagangan. Sementara kaum ilmuwan sebagian besar
berorientasi ke penelitian teoretis, Pasteur mendambakan ilmu yang dicintainya dapat
diterapkan, agar bisa bermanfaat bagi orang banyak. Dengan sangat gembira dia menyambut
kesempatan ini. Selama dua tahun Pasteur memantapkan fakultas ilmu terapan yang baru itu.
Dia memusatkan penelitiannya pada fermentasi, yaitu proses untuk menghasilkan alkohol dari
gula, yang juga menyebabkan susu menjadi asam. Pasteur membuktikan bahawa keasaman
yang dihasilkan bukan berasal dari reaksi bahan kimia tapi berasal dari mikroba (mahluk kecil
yang hidup di dalamnya). Waktu itu, kebanyakan ahli kimia menduga bahwa pengasaman itu
terjadi karena reaksi bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya, tapi mereka tidak dapat
menjelaskan mengapa proses itu kadang memberikan hasil yang tidak diharapkan. Pasteur
membuktikan bahwa fermentasi terjadi hanya bila ada makhluk hidup kecil yang disebut
mikroba. Bila ada mikroba yang cocok, akan diperoleh hasil yang diharapkan. Tapi mikroba
yang tidak cocok akan membuat susu menjadi asam atau anggur menjadi pahit. Temuan Pasteur
ini membantu terbentuknya cabang ilmu baru yaitu mikrobiologi.
Tahun 1857, Pasteur kembali ke Ecole Normale. Kali ini dia bukan mahasiswa,
melainkan Direktur Kajian Ilmiah. Di sini dia melanjutkan penelitiannya mengenai mikroba.
Sekarang Pasteur mempunyai pengertian
teoritis yang baik tentang mikroba. Dia mencoba
menerapkan temuannya pada masalah praktis untuk
mencegah kerusakan anggur. Banyak keluarga di
tempat tinggalnya yang mata pencahariannya
tergantung pada industri anggur. Ekonomi Prancis
juga sangat bergantung pada ekspor anggur. Oleh
sebab itu, kerusakan anggur merupakan masalah
penting. Karena aroma anggur akan berubah jika
dididihkan, maka untuk membunuh sebagian besar
mikroba tanpa mengubah aromanya, anggur
dipanaskan secukupnya. Pendinginan membuat sisa
mikroba tidak bisa berkembang biak. Pasteur sangat gembira karena ternyata proses ini, selain
mencegah susu menjadi asam, juga bisa mengawetkan banyak jenis makanan lain. Inilah
langkah sterilisasi yang disebut pasteurisasi.
Penemuan Pasteur tentang mikroba juga membantu Joseph Lister dalam melakukan
metode antiseptik dalam melakukan operasi.
Mempelajari proses fermentasi dan menunjukkan bahwa mikroorganismelah penyebab
rasa asam yang tidak dikehendaki pada beberapa jenis anggur dan susu. Ia membuat sketsa
bakteri dengan bentuk bola (kokus), silindris atau bentuk batang (basillus), spiral (spirilum).
Melalui penelitian fermentasi gula, Pasteur mengatakan bahwa faktor lingkungan sangat
penting bagi kehidupan mikroorganisme. Louis Pasteur dapat meyakinkan khalayak, bahwa
tidak ada kehidupan baru yang dapat timbul dari benda mati, maka muncullah teori
“Biogenesis” yaitu “Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo” yang berarti “semua kehidupan
itu berasal dari telur, dan semua telur itu berasal dari sesuatu yang hidup”. Untuk membunuh
mikroorganisme. Pasteur mendapatkan bahwa perlakuan dengan suhu 62,8°C selama setengah
jam dapat membunuh bakteri. Kini proses ini, dinamai pasteurisasi.
B. KERACUNAN MAKANAN
Clostridium Botulinum Mikroorganisme ada yang dapat mendatangkan keuntungan dan mendatangkan
kerugian. Mikrobe dapat bersifat menguntungkan (mikroba apatogen) misalnya menghasilkan
produk-produk makanan khusus, imunisasi, vaksin, dan berperan dalam proses pembuatan
makanan dalam industri. Namun, mikroba juga dapat membusukkan protein, memfermentasikan
karbohidrat, dan menjadikan lemak atau minyak nerbau tengik. Keberadaan mikrobe pada
makanan ada yang berbahaya atau dapat sebut sebagai mikroba patogen bagi manusia, beberapa
mikrobe mengakibatkan kerusakan pangan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun.
Secara faktual, bahan pangan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi
berbagai macam mikroba. Sering dijumpai dalam dunia industri makanan yang dikemas dalam
bentuk kalengan adanya kerusakan pangan yang ditimbulkan oleh mikroba patogen yang dapat
menghasilkan racun yaitu Clostridium botulinum.
Clostridium botulinum dapat menghasilkan
molekul protein dengan daya keracunan yang
sangat kuat yang dikenal dengan botulinin.
Botulinin tersebut yang menyebabkan botulisme,
yaitu penyakit keracunan makanan yang
terkontaminasi oleh Clostridium botulinum.
Bakteri ini menghasilkan toksin (racun) yang
dapat menyerang saraf (karena menyerang saraf
maka disebut neurotoksin). Gejala keracunan ini
(botulism) dapat terjadi selang beberapa jam
sampai satu atau dua hari setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi Clostridium
botulinum. Beberapa gejala yang timbul antara lain mulut kering, penglihatan kabur,
tenggorokan kaku, kejang-kejang dan dapat mengakibatkan penderita meninggal karena sukar
bernafas (Wiwit, 2008).
Clostridium botulinum umum terdapat pada makanan kalengan dengan pH lebih dari
4,6. Kerusakan makanan kaleng dipengaruhi oleh jenis makanan dan jenis mikroba yang terdapat
didalamnya. Tanda-tanda kerusakan pada makanan kaleng yang disebabkan oleh Clostridium
botulinum diantaranya adalah produk mengalami fermentasi, bau asam, bau keju atau bau butirat,
pH sedikit di atas normal dengan tekstur rusak. Penampakan pada keleng memperlihatkan bahwa
kaleng menggembung(Siagian,2002).
Kasus botulismus pertama kali dilaporkan tahun 1793 serta agen etiologinya pertama
kali diisolasi tahun 1895 oleh E. Van Ermengen. Wabah yang diteliti oleh Van Ermengen terjadi
di Belgia dengan kejadian 34 kasus dan menewaskan 3 orang penderita. Organisme penyebab
dinamainya Bacillus botulinus dari latin botulus yang berarti sosis. Botulismus disebabkan oleh
C. botulinum adalah kuman gram positif, anaerob, bentuk batang, spora (Jay, 1978).
Berdasarkan atas spesifisitas serologi
dari toksinnya dikenal ada 7 jenis toksin
yaitu : Jenis A, B, C, D, E, F,dan G. Toksin A,
B, E, dan F sebagai penyebab penyakit pada
manusia. Toksin jenis A umumnya sebagai
penyebab botulismus negara bagian Barat
Amerika, dimana toksin A bersifat lebih toksik
dibandingkan dengan toksin jenis B. Toksin
jenis B lebih sering dijumpai di tanah dan
bersifat kurang toksik dari jenis A. Toksin C
merupakan penyebab penyakit pada unggas, sapi dan hewan lainnya. Toksin D berkaitan dengan
keracunan makanan pada pakan sapi terutama di Afrika Selatan. Toksin E bersifat toksik pada
manusia terutama ditemukan pada ikan dan produk-produk ikan. Toksin F sama dengan jenis A
dan B yang diisolasi di Denmark. Jenis G dilaporkan di Argentina tetapi dikatakan tidak
mengakibatkan botulismus pada manusia. Berdasarkan atas sifat toksinnya dapat juga
digolongkan atas dasar kemampuan proteolitiknya dimana toksin jenis A, B dan F bersifat
proteolitik, sedangkan jenis E tidak (Suardana, 2001; Frazier dan Westhoff, 1988; Jay, 1978).
Ada tiga jenis botulism yang biasa dijumpai, yaitu foodborne botulism (terjadi karena
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh Clostridium botulinum). seperti pada kasus di
atas, wound botulism (karena ada luka yang terkontaminasi oleh Clostridium botulinum) dan
infant botulism (terjadi pada anak-anak yang mengkonsumsi makanan terkontaminasi
Clostridium botulinum) (Wiwit, 2008).
TAKSONOMI
Klasifikasi Clostridium botulinum adalah :
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Clostridia
Ordo : Clostridiales
Famili : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Species : Clostridium botulinum
Secara morfologi, Sel vegetatif C.
botulinum berbentuk batang dan berukuran cukup
besar untuk ukuran bakteri. Panjangnya antara 3 μm
hingga 7 – 8 μm. Lebarnya antara 0,4 μm hingga 1,2
μm.Pada pengecatan Gram, C. botulinum yang
mengandung spora bersifat Gram positif, sedangkan
C. botulinum yang tidak mengandung spora bersifat
Gram negatif. Namun, C. botulinum termasuk
bakteri Gram positif.Spora yang dihasilkan oleh sel
Clostridium secara struktural sangat berbeda dengan sel pada spesies itu sendiri, tapi yang
terkenal adalah spora pada Clostridia yang bersifat patogen. Lapisan paling luar spora disebut
dengan exosporium. Exosporium ini bervariasi antara masing – masing species, terkenal pada
species yang bersifat patogen, termasuk C. botulinum. Lapisan di bawah exosporium disebut
dengan membran spora, terdiri atas protein yang strukturnya tidak biasa. Bagian tengah spora
mengandung DNA spora, ribosom, enzim, dan kation. Kandungan logam pada spora C.
botulinum berbeda dari kandungan metal pada Bacillus. Strain proteolitik C. Botulinum dapat
menghasilkan spora yang sangat resisten dengan pemanasan tinggi.
PERBEDAAN STRUKTUR dan CIRI-CIRI SEL pada SETIAP ORGANISME
Pada tahun 1938, seorang ahli biologi dari Amerika Serikat bernama Herbert Copeland
mengelompokkan semua makhluk hidup uniseluler ( bersel tunggal ) yang tidak memiliki intisel
(nucleus) berselaput ke dalam kelompok tersendiri yaitu Kingdom Monera atau saat ini disebut
Kingdom Prokariot. Selain tidak memiliki selaput nucleus, anggota kelompok tersebut juga tidak
memiliki struktur sel terspesialisasi yang lain seperti mitokondria, lisosom, vakuola kontraktil,
aparat golgi. Pada kelompok ini yang ada hanya materi genetic dan organel penyusun protein
atau ribosom. Semua bakteri termasuk ke dalam kelompok prokariot.
Pada tahun 1990, Carl Woose, seorang ahli mikrobiologi dari Amerika Serikat,
membagi bakteri ke dalam 2 kelompok (subkingdom), yakni subkingdom Archaebacteri
(Arkhea) dan subkingdom Eubacteria (bakteri). Sebelum penemuan subkingdom archae, para
ilmuwan membagi makhluk hidup menjadi dua kelompok besar yaitu prokariot yang terdiri atas
bakteri dan eukariot yang terdiri atas jamur, tumbuhan dan hewan. Subkingdom archaea
dikelompokkan ke dalam kelompok yang sama dengan bakteri karena sama-sama tidak
mempunyai nucleus. Jika dilihat dengan menggunakan mikroskop, tubuh arkea dan bakteri
memang tampak memiliki penampilan yang sama. Tetapi, ternyata keduanya memiliki perbedaan
mencolok dalam hal struktur dan komposisi dinding sel, struktur dan komposisi membrane
plasma, cara bergerak, materi genetik, kebutuhan nutrisi, hasil pewarnaan dan bentuk koloni.
Bukti terbaru bahkan menyatakan bahwa arkea memiliki hubungan yang lebih dekat dengan
eukariot dibanding bakteri. Artinya struktur arkea yang unik membuatnya tidak dikelompokkan
ke dalam prokariot maupun eukariot. Dengan demikian, ilmuwan mengusulkan agar makhluk
hidup tersebut dikelompokkan ke dalam domain baru yaitu domain arkea.
1) SEL PROKARIOTIK
Kata prokariota (prokaryote) berasal dari bahasa Yunani, pro yang berarti
“sebelum” dan karyon yang artinya “kernel” atau juga disebut nukleus. Sel prokariotik
tidak memiliki nukleus. Materi genetiknya (DNA) terkonsentrasi pada suatu daerah yang
disebut nukleoid, tetapi tidak ada membran yang memisahkan daerah nukleoid ini dengan
bagian sel lainnya.
Struktur Sel Prokariotik
Sel prokariotik adalah sel yang tidak
memiliki selaput inti. Maka materi genetik sel
prokariotik tidak dibungkus oleh selaput.
Kebanyakan sel prokariotik adalah uniseluler,
walaupun ada pula beberapa yang multiseluler.
Sel prokariotik uniseluler ini mampu
membentuk koloni.
Semua sel prokariotik mempunyai membran sel
plasma, neklueoid berupa DNA dan RNA, serta
sitoplasma yang mengandung ribosom. Sel
prokariotik tidak memiliki membran inti,
sehingga bahan inti yang berada dalam sel
mengadakan kontak langsung dengan
protoplasma. Sel prokariotik juga tidak memiliki sistem endomembran (membran dalam), seperti
retikulum endoplasma dan kompleks Golgi. Selain itu, sel prokariotik juga tidak memiliki
mitokondria dan kloroplas, tetapi mempunyai struktur yang berfungsi sama dengan keduanya,
yaitu mesosom dan kromator. Contoh sel prokariotik adalah bakteri (Bacteria) dan Sianobakteri
(Cyanobacteria). Adapun bagian-bagian sel bakteri dan fungsinya adalah sebagai berikut:
1). Dinding Sel yang tersusun dari atas peptidoglikan, lipid dan protein. Dinding sel berfungsi
sebagai pelindung dan memberi bentuk yang tetap. Pada dinding sel terdapat pori-pori
sebagai jalan keluar masuknya molekul-molekul.
2). Membran Plasma yang tersusun atas molekul lipid dan protein dan berfungsi sebagai
pelindung molekuler sel terhadap lingkungan di sekirnya, dengan jalan mengatur lalu lintas
molekul dan ion-ion dari dalam
3). Sitoplasma yang tersusun dari air, protein, lipid, mineral dan enzim yang berfungsi untuk
mencerna makanan secara ekstraselular untuk melakukan metabolisme sel.
4). Mesosom yaitu membran plasma yang melekuk ke dalam membentuk bangunan. Fungsinya
sebagai pengahasil energi.
5). Ribosom merupakan tempat berlangsungnya sintesis protein
6). DNA (Asam Deoksiribonukleat), berfungsi sebagai pembawa informasi genteika, yaitu
sifat-sifat yang harus diwariskan kepada keturunannya.
7). RNA (Asam Ribonukleat), RNA berfungsi membawa kode-kode gentika sesuai pesanan
DNA.
Ternyata sel prokariotik terdiri atau tersusun dari berbagai bagian. Setiap bagian bagian
sel memiliki fungsi yang berbeda. Tetapi seluruh bagian tersebut harus bekerja sama membentuk
satu kesatuaan. “Setiap bagian sel ini mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan hidup
sebuah sel, Namun bagian-bagian sel itu tidak dapat berdiri sendiri dalam menjalankan fungsi
sel, melainkan membentuk satu kesatuan” (Purnomo, Sudjino, Sembiring dan Trijoko (2006:9)).
2) SEL EUKARIOTIK
Eukariota (berasal dari bahasa Yunani "eu" yang artinya "baik", dan "karyon" yang
artinya menunjuk pada nuklei sel) adalah organisme dengan sel kompleks, di mana bahan-bahan
genetika disusun menjadi nuklei yang terikat membran. Eukariota termasuk hewan.
Tumbuhan, dan jamur yang kebanyakan multiselular serta berbagai kelompok lainnya yang
diklasifikasikan secara kolektif sebagai protista (banyak di antaranya uniselular).
Sel eukariotik merupakan sel yang
memiliki selaput inti dengan panjang sel
10-100 μm . Sel eukariotik terdiri atas tiga
bagian utama, yaitu sitoplasma, nukleus,
dan membran sel. Nukleus merupakan inti
sel yang berbentuk bulat dan terletak di
tengah sel, yang mengandung asam
deoksiribosa nukleat (DNA) yang berfungsi
untuk mengarahkan sintesis protein untuk
kemudian diolah menjadi hormon-hormon
dan enzim-enzim, serta menyimpan cetak biru genetik yang diwariskan antar generasi untuk
menjaga agar sifat-sifat yang dimiliki oleh satu generasi sama dengan sifat-sifat yang dimiliki
oleh generasi sebelumnya.
Membran sel, yang memiliki ketebalan berkisar 7.5-10 nm, terdiri atas lipid, protein, kolesterol,
dan oligosakarida. Membran sel memiliki dua fungsi utama, yaitu untuk menjaga ketetapan isi
sel yang berupa cairan sitosol dan mengatur lalu lintas pertukaran zat antara lingkungan
ekstraseluler dan lingkungan intraseluler. Hal ini dimungkinkan karena membran sel bersifat
semipermeabel akibat keberadaan protein yang disebut integrin yang memungkinkan untuk
terjadinya interaksi antara lingkungan ekstrasel dan lingkungan intrasel. Struktur membran sel
adalah dua lapis lipid yang di permukaannya terdapat rantai gula dan protein. Contoh sel
eukariotik antara lain sel ragi, sel protozoa, sel hewan, dan sel tumbuhan.
Sitoplasma merupakan lingkungan di dalam sel selain nukleus. Sitoplasma terdiri atas
cairan sitosol dan sitoskeleton. Sitosol merupakan cairan berbentuk pekat yang mengisi sekitar
55% volume sel dan penting dalam metabolisme perantara, sintesis protein ribosom, dan
penyimpanan lemak dan glikogen. Sitosol merupakan tempat melekatnya organel-organel. Ada
lima jenis utama organel yang menempati sitosol: retikulum endoplasma, aparatus golgi,
lisosom, peroksisom, dan mitokondria.
1. Retikulum endoplasma (RE) merupakan organel yang terdiri atas RE halus dan RE kasar,
di mana RE kasar ditaburi oleh ribosom. RE kasar berfungsi untuk mensistesis dan
melepaskan protein-protein baru. Sebagian protein ini ditujukan ke lingkungan ekstrasel
sebagai sekretorik yaitu hormon-hormon dan enzim-enzim. Sebagian lagi diarahkan ke
lingkungan intrasel untuk membentuk membran sel baru, yang mana salah satu
komponennya adalah protein. Ribosom berfungsi untuk mensintesis lanjut protein
tersebut, di mana satu ribosom mensintesis hanya satu macam protein untuk digunakan di
dalam sitosol. Adapun RE halus berfungsi untuk menerima protein yang diproduksi dari
RE kasar untuk selanjutnya dikirim melalui vesikel transportasi ke aparatus Golgi.
2. Aparatus Golgi merupakan organel yang berfungsi untuk mengemas dan
mendistribusikan protein yang disintesis oleh retikulum endoplasma. Aparatus Golgi
menerima protein tersebut melalui vesikel transportasi yang berasal dari retikulum
endoplasma.
3. Lisosom merupakan organel yang mengandung enzim-enzim hidrolitik yang kuat dan
berfungsi untuk melakukan perncernaan intrasel, sekaligus menghancurkan benda asing
atau sisa-sisa sel yang dibawa ke dalam sel melalui mekanisme endositosis. Enzim-enzim
ini dibungkus oleh suatu membran, sehingga tidak akan keluar dan merusak isi sel.
Lisosom (enzim-enzim) terbentuk dari sintesis protein di retikulum endoplasma dan
dibawa melalui vesikel terselubung dari aparatus Golgi.
4. Peroksisom merupakan organel bulat bermembran dengan garis tengah 0.5-1.2 μm yang
mengandung enzim-enzim oksidatif yang berfungsi untuk mendetoksifikasi zat sisa yang
masuk ke dalam sel dengan cara melepaskan atom hidrogen yang dipindahkan ke oksigen
molekular sehingga menjadi peroksida, yang bersifat merusak sel. Peroksida kemudian
diubah menjadi air dan oksigen dengan bantuan enzim katalase.
5. Mitokondria, yang berbentuk filamen dengan lebar 0.5-1 μm dan panjang 10 μm,
merupakan organel yang berfungsi mengubah energi kimiawi metabolit yang terdapat
dalam sitoplasma menjadi energi yang mudah dimanfaatkan oleh sel yaitu ATP.
Mitokondria terdiri dari membran luar dan membran dalam, yang disebut krista. Ruang
antarkrista disebut matriks. Krista mengandung protein yang berfungsi pada proses
transpor elektron pada pencernaan makanan. Sedangkan matriks terdiri dari campuran
pekat ratusan enzim yang berbeda yang penting untuk mempersiapkan molekul nutrien
untuk pengambilan akhir energi yang dapat digunakan oleh protein di krista.
Sitoskeleton merupakan jaringan protein kompleks yang merambahi sitosol dan
menunjang serta mengorganisasikan komponen intrasel menjadi susunan yang sesuai dan untuk
mengontrol gerakannya. Ada empat unsur penyusun sitoskeleton:
1. Mikrotubulus, merupakan unsur terbesar sitoskeleton berbentuk struktur seperti tabung
bergaris tengah 22 nm yang tersusun atas tubulin. Mikrotubulus berfungsi
mempertahankan bentuk sel yang asimetris, selain itu juga sebagai transportasi sekresi
vesikel, mengatur pergerakan silia dan flagela, serta mendistribusikan kromosom selama
pembelahan sel mitosis.
2. Mikrofilamen, yang merupakan unsur sitoskeleton dengan garis tengah 6 nm.
Mikrofilamen yang paling banyak dijumpai adalah aktin dan miosin. Mikrofilamen
berfungsi dalam berbagai sistem kontraktil sel dan sebagai penguat mekanis untuk
beberapa tonjolan sel tertentu.
3. Filamen intermediat, merupakan filamen ukuran menengah denga garis tengah 7-10 nm,
yang tersusun atas protein-protein yang berfungsi membentuk serat yang kuat dan tahan
lama untuk bagian-bagian sel yang mengalami stres mekanis. Contohnya neurofilamen
dan filamen pada otot rangka yang menahan unit aktin-miosin agar tersusun dengan
benar.
4. Kisi-kisi mikrotrabekular, yang merupakan unsur sitoskeleton dengan garis tengah
kurang dari 2 nm, berfungsi untuk menampung mikrotubulus, mikrofilamen, filamen,
enzim dan unsur lainnya ke dalam sitosol.
Perbedaan antara sel perokariotik dan eukariotik, kita lihat pada
tabel berikut:
Struktur Prokariotik Eukariotik
Membran nukleus - +
Membran plastida - +
Nukleus - +
Nukleolus - +
Plastida - +/-
Mitokondria - +
Badan golgi - +
Kromosom + (tunggal) + (ganda)
DNA + (telanjang) + (dengan protein)
RNA + +
Histon - +
Pigmen + +
Pembelahan amitosis Mitosis/meiosis
Eubacteria dan Archaebacteria
3) ARCHAEBACTERIA
Archaebacteria merupakan kelompok bakteri yang menghasilkan gas metan dari
sumber karbon yang sederhana, uniseluler, mikroskopik, dinding sel bukan
peptidoglikon, dan secara biokimia berbeda dengan Eubacteria. Dalam sistem klasifikasi
pada sistem enam kingdom, Archaebacteria termasuk dalam satu kingdom tersendiri.
Archaebacteria termasuk kelompok prokariotik. Pertama kali diidentifikasikan pada
tahun 1977 oleh Carl Woese dan George Fox. Ada tiga kelompok dari Archaebacteria,
yaitu methanogens, halophiles, dan thermophiles. Hidup di lingkungan yang ekstrim
(contoh: di temperatur yang amat tinggi atau amat rendah). Berbeda dengan Eubacteria,
Archaebacteria dinding selnya tak mengandung peptidoglikan. ( Madigan, Michael.T.
2009).
Selain itu, sifat Archaebacteria yang lain adalah bersifat anaerob, dapat hidup di
sampah, tempat-tempat kotor, saluran pencernaan manusia atau hewan, halofil ekstrem,
lingkungan bergaram, serta termoplastik pada suhu panas dan lingkungan asam.
Archaebacteria dianggap sebagai nenek moyang dari bakteri yang ada sekarang ini.
Archaebacteria mencakup makhluk hidup autotrof dan heterotrof. Archaebacteria terbagi
menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
a. Bakteri metanogen.
b. Halobakterium. Genus Halobacterium dan Halococcus mencakup bakteri yang
halofil ekstrem, bersifat aerob, dan heterotrof. Bakteri genus ini banyak
ditemukan di tambak garam laut. Pada saat terjadi penggandaan sel dari
halobakterium yang mengandung karotenoid, air akan berwarna merah intensif.
Selain itu, Halobakterium dan Halococcus dapat tumbuh optimum pada larutan
NaCl, 3,5 sampai 5 molar, serta mampu memanfaatkan energi cahaya untuk
metabolisme tubuhnya.
c. Bakteri termo-asidofil. Dalam kelompok ini, terhimpun Archaebacteri yang
bersifat nonmetanogen yang berbeda-beda. Di dalamnya juga terdapat wakil
autotrof dan heterotrof, asidofil ekstrem, neurofil, serta aerob dan anaerob.
4)EUBACTERIA
Eubacteria berasal dari kata eu=sejati dan bacteria=bakteri, berarti eubactheria
sendiri adalah bakteri yang sejati. Pada tahun 1684 seorang ilmuwan belanda Anthony
van Leeuwenhoek menerbitkan beraneka ragam gambar-gambar bentuk bakteri, dan ilmu
tentang bakteri pun terus meningkat sehingga para ilmuwan yang mempelajari tentang
bakteri disebut bakteriologi.
Eubacteria (“bakteri sejati”) termasuk didalamnya bakteri dan cyano-bacteria
(biasa dikenal sebagai alga hijau biru). Eubacteria merupakan organisme prokariot.
Eubacteria berkembang biak dengan pembelahan biner meskipun beberapa spesies
diketahui berkembang biak dengan tunas. Dinding selnya mengandung peptidoglikan.
Peptidoglikan merupakan gabungan protein dan polisakarida.
Inti dan organelnya tidak memiliki membran, bersifat uniseluler, bersifat mikroskopik,
serta mempunyai dinding sel yang tersusun dari peptidoglikon. Selnya dapat berbentuk
bulat atau batang yang lurus, terpisahpisah atau membentuk koloni berupa rantai, serta
bertindak sebagai dekomposer pengurai. Bakteri ini hidup secara parasit dan patogenik.
Akan tetapi, ada pula yang bersifat fotosintetik dan kemoautotrof. Eubacteria
menjadi unsur yang sangat penting dalam proses daur ulang nitrogen dan elemen lain.
Selain itu, beberapa Eubacteria dapat dimanfaatkan dalam proses industri. Eubacteria
terbagi menjadi enam filum, yaitu bakteri ungu, bakteri hijau, bakteri gram positif,
Spirochaet, Prochlorophyta, dan Cyanobacteria.
Beberapa Eubacteria bergerak secara peritrik atau tidak bergerak. Beberapa kelas
dalam Eubacteria adalah sebagai berikut.
a . Kelas Azotobacteraceae
Ciri-ciri yang dimiliki oleh bakteri kelas Azotobacteraceae adalah sel berbentuk
batang, hidup bebas di dalam tanah, mirip sel khamir, dan pada kondisi aerob dapat
menambat N2. Misalnya, Azotobacter Chlorococcum, Azotobacter indicus, dan
Azotobacter agilis.
b . Kelas Rhizobiaceae
Ciri-ciri bakteri kelas Rhizobiaceae adalah sel berbentuk batang atau bercabang,
bersimbiosis dengan legominosae, membentuk bintil akar, dan mengonversi nitrogen
udara yang dapat bermanfaat bagi tumbuhan leguminosae. Misalnya, Rhizobium
leguminosarum membentuk bintil akar pada akar Lathyrus, Pisum, Vicia; Rhizobium
japonicum pada kedelai; Agrobacterium tumefaciens menimbulkan pembengkakan
pada akar pohon.
c . Kelas Micrococcaceae
Ciri-ciri bakteri kelas Micrococcaceae adalah sel berbentuk peluru, berbentuk koloni
tetrade, serta kubus dan massa tidak beraturan. Contohnya, Sarcia dan Staphyloccus
aureus yang bersifat patogen serta dapat menimbulkan berbagai penyakit.
d . Kelas Enterobacteriaceae
Eubacteria yang terdapat dalam kelas Enterobacteriaceae dapat menimbulkan
fermentasi anaerobik pada glukosa atau laktosa, hidup sebagai dekomposer pada
serasah atau patogen pada manusia, juga pada saluran pernapasan dan saluran kencing
Vertebrata. Contohnya, E. coli yang terdapat di usus besar manusia dan Vertebrata;
Salmonela typhosa, yaitu patogen penyebab penyakit tifus; serta Shigella dysenteriae
penyebab disentri.
e . Kelas Lactobacillaceae
Sel Lactobacillaceae berbentuk peluru dan dapat menimbulkan fermentasi asam laktat.
Contohnya, Lactobacillus caucasicus yang membantu pembuatan yogurt;
Streptococcus pyogenes yang dapat menimbulkan nanah atau keracunan darah pada
manusia; serta Diplococcus pneumoniae sebagai penyebab pneumonia.
f . Kelas Bacillaceae
Sel Bacillaceae berbentuk batang dan berfungsi sebagai pembentuk endospora.
Misalnya, Bacillus antraks penyebab penyakit antraks dan Clostridium pasteurianum,
yaitu bakteri anaerob penambat N2.
g. Kelas Neisseriaceae
Sel Neisseriaceae berbentuk peluru dan umumnya berpasangan. Misalnya, Neisseria
meningitidis, yaitu bakteri penyebab meningitis; Neisseria gonorrhoeae penyebab
penyakit kencing nanah; serta Veillonella parvula berada di mulut dan saluran
pencernaan manusia dan hewan.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, Faidah. 2009. BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XII Program IPA. Jakarta : Pusat
Perbukuan.
Dwisang, Evi Luvina. 2008. INTI SARI BIOLOGI untuk SMA. Jakarta : Scientific Press.
Mustahib.2011.http://biologi.blogsome.com/2011/07/23/archaebacteria-dan eubacteria/ diambil
tanggal 22 September 2012, jam 19.00 WITA
Agustina.2010.http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/organel-pada-sel-
eukariotik/ diambil tanggal 22 September 2012, jam 19.00 WITA
Anonim. 2011. http://zaifbio.wordpress.com/2010/11/08/sejarah-perkembangan-mikrobiologi/ diambil
tanggal 22 September 2012, jam 19.00 WITA
Anonim. 2011. http://media.isnet.org/iptek/100/Pasteur.html diambil tanggal 22 September 2012,
jam 19.00 WITA
Putra Sang Isahi. 2011. http://biologimediacentre.com/louis-pasteur-sang-pelopor-mikrobiologi/
diambil tanggal 22 September 2012, jam 19.00 WITA
Kalman Aani. 2012.http://mawasangka-bagea.blogspot.com/2012/05/clostridium-botulinum.html
diambil tanggal 22 September 2012, jam 19.00 WITA