SKENARIO 2MATA KABUR
Pak Samuri berusia 60 tahun berobat ke rumah sakit dengan
keluhan utama mata kanan kabur . Mata menjadi semakin kabur sejak
satu bulan yang lalu terakhir ini. Kadang-kadang disertai sakit
kepala. Penderita memiliki riwayat kencing manis sudah lebih dari 5
tahun ini dan tidak kontrol secara rutin. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan peningkatan tekanan darah 160/100 mmHg. Pemeriksaan
tanda vital lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan didapatkan
penurunan visus dan peningkatan tekanan kedua bola mata. Riwayat
penyakit mata sebelumnya disangkal, riwayat trauma mata disangkal.
Sebelumnya juga tidak pernah berobat ke dokter mata.
Tujuan Belajar
Patologi Penyakit Mata1. Glaukoma kronis2. Katarak3. Kelainan
Retina Ablasio Retina Retinopati Pigmentosa Retinopati Diabetikum
Retinopati Hipertensi Disfungsi Makula4. Gangguan Refraksi dan
Akomodasi Miopi Presbiopi Hipermetropi Astigmatisma Anisometropia
Rabun senja5. Gangguan Lapang Pandang Skotoma Ambliopia
Diplopia
PEMBAHASAN
GLAUKOMA KRONISDefinisi
Penyakit mata dengan gangguan integritas struktur dan fungsi
disebabkan oleh peningkatan TIO secara perlahan atau kronis. Bisa
disebut juga sebagai glaukoma kronik simpleks atau glaukoma primer
sudut terbuka.
Patofiologi
Adanya hambatan menahun pada sistem pembuangan / outflow akuos
humor peningkatan TIO. a. Kelainan pada trabecular meshwork /
trabekulum penebalan sel endotel atau penyempitan rongga
intertrabekular. b. Kelainan pada kanal Schlemm kolaps kanal akibat
kelemahan otot siliar. c. Kelainan pada saluran intrasklera
penyempitan.
Manifestasi klinisa. Glaukoma Kronis biasanya awalnya tidak
memberikan tanda-tanda atau gejala pada pasien dan perjalanan
penyakit perlahan-lahan dan progresif dengan merusak papil saraf
optic (ekskavasi)b. TIO sehari-hari tinggi diatas 21 mmHgc.
Gangguan lapang pandang perifer (seperti melihat dalam
terowongan)d. Bila sudah mengenai papil retina baru terjadi
gangguan visus
Diagnosis Anamnesis :Hampir tidak ada keluhan. Keluhan subyektif
seperti kadang kadang kabur atau sakit kepala, sangat minimal.
Biasanya penderita datang dalam stadium yang telah lanjut dengan
keluhan kabur atau penyempitan lapang pandang yang beratPemeriksaan
: Tajam Penglihatan / Visus sentral : baik, kecuali pada stadium
lanjut. Tunnel Vision Funduskopi Tonometri : TIO > 21 mm Hg.
Gonioskopi : Sudut Bilik Mata Depan terbuka. Lapang Pandang test
konfrontasi, tangent screen dan Goldmann Perimeter
Tata LaksanaPrinsip penatalaksanaan: Pengobatan medikamentosa
jangka panjang / seumur hidup1. Medika Mentosaa. Miotikum
(Pilokarpin 2 % - 4 % tetes mata , 4-6 kali/hari) Mekanisme kerja :
Tarikan pada otot siliar sehingga rongga trabekel dan kanal Schlemm
terbuka saluran pembuangan melebar TIO menurun.b. Beta Bloker
(Timolol Maleat 0,25 % - 0,5 % tetes mata, 2 kali / hari) c.
Karbonik Anhidrase Inhibitor (CAI), misal : Acetazolamide 250 mg,
3-4 kali/hari.Mekanisme kerja : Menurunkan produksi akuos humor. 2.
PembedahanIndikasi Pembedahan:a. Dengan obat TIO tidak dapat
mencapai normal b. Dengan obat TIO menurun , penyempitan lapang
pandang dan penggaungan papil saraf optik tetap berlanjut. c.
Glaukoma ditemui pada stadium sudah lanjut d. Kontra indikasi
penggunaan obat e. Terjadi efek samping obat f. Keteraturan berobat
tidak terjamin (rumah jauh, ekonomi kurang, penderita kurang
kooperatif )
KATARAKDefinisi
Setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya.
Klasifikasi Katarak congenitalKatarak yang sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun Katarak juvenileKatarak yang terjadi sesudah
usia 1 tahun Katarak senilisKatarak sesudah usia 50 tahun
KATARAK KONGENITAL
Definisi Kekeruhan lensa yang terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.
Patofisiologi
Katarak congenital disebabkan karena gangguan pertumbuhan lensa
atau akibat dari peradangan intra uterin. Virus Rubella yang
menyerang kehamilan ibu trimester pertama dikatakan menghambat
mitosis sel-sel di beberapa jaringan janin. Pertumbuhan vesikel
lensa pada saat itu terjadi pemanjangan sel-sel epitel posterior
yang mengakibatkan perkembangan lensa menjadi abnormal.
Pembagian Katarak congenital sering disertai kelainan congenital
lainnya sehingga merupakan suatu sindrom, antara lain:a. Sindrom
Rubella: disertai kelainan jantung, telinga, dan genitor urinaryb.
Galaktosemi: adanya gangguan metabolisme galaktosa, sering disertai
retardasi mental, hambatan pertumbuhan, dan gangguan fungsi hati.c.
Hipoglikemi: kadar gula darah 20 mg/ 100 ml atau kurang yang
terjadi berulang-ulang sehingga menyebabkan konvulsi, somnolen,
diaphoresis, dan tidak sadar.d. Sindrom Lowe (sindrom okuloserebral
renal): Katarak nuclear bilateral dan mikrofakia yang bisa disertai
retardasi mental, proteinuria, glukosuria, dan batu ginjal.e.
Distrofi miotonik: Suatu penyakit autosomal dominan. Katarak
ditandai dengan bintik-bintik halus tersebar di korteks dan
subkapsuler. Kelainan sistemik yang menyertai adalah distrofi
otot-otot, gangguan kontraksi dan relaksasi, atrofi testis.
Manifestasi Klinisa. Subjektif Orang tua penderita mengamati
bahwa anaknya setelah kelahiran bulan atau tahun pertama, tajam
penglihatan sangat berkurang. Pupil mungkin berwarna putih,
tergantung tebal kekeruhan lensa.b. Objektif Leukokoria: tampak
warna putih pada pupil. Reflex fundus dilakukan setelah pupil
dilebarkan dengan midriatik.
Diagnosis a. Lampu senter: diamat apakah bayi masih ada reaksi
terhadap cahaya, yaitu mengikuti arah cahaya. Dengan pupil yang
telah dilebarkan tampak kekeruhan lensa putih keabuan.b.
Oftalmoskopi: mengevaluasi reflex fundus.
Tata Laksanaa. PencegahanMelalui vaksinasi Rubela bagi wanita
sebelum hamil, diharapkan mengurangi insiden penyakit ini.b.
PembedahanApabila detail retina sudah tidak bisa dievaluasi dengan
oftalmoskop dan katarak menyerang kedua mata, dianjurkan ekstraksi
katarak pada satu mata waktu bayi berusia 2 bulan untuk
memungkinkan berkembangnya tajam penglihatan dan menegah nistagmus.
Apabila operasi ini berhasil baik, operasi mata kedua dapat
dilakukan segera. Bila tidak, operasi ditunda 1-2 tahun kemudian
sehingga resiko penyulit operasi lebih rendah.c. Tindakan
pembedahan Berupa disisi lensan diikuti dengan aspirasi-irigasi
atau ekstraksi linier.
KATARAK JUVENIL
Definisi Katarak yang terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital.
KATARAK SENILIS
DefinisiSemua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
biasanya usia diatas 50 tahun. Katarak jenis ini paling sering
dijumpai, sering bilateral, biasanya stadium satu mata lebih
lanjut.
Stadium Katarak senilis ada 4 stadium :1. Stadium insipien2.
Stadium imatur3. Stadium matur4. Stadium hipermatur
Perbedaan stadium katarak
senilisInsipienImaturMaturHipermatur
KekeruhanRinganSebagianSeluruhMassif
Cairan lensaNormalBertambah (air masuk)NormalBerkurang (air+masa
lensa keluar)
IrisNormalTerdorongNormalTremulans
Bilik mata depanNormalDangkalNormalDalam
Sudut bilik mataNormalSempitNormalTerbuka
Shadow testNegatifPositifNegatifPseudopos
Penyulit Glaukoma Uveitis+glaucoma
Manifestasi Klinisa. Subyektif: Kaburperlahan-lahan, tergantung
tebal tipisnya / derajat kekeruhan serta lokalisasi kekeruhan.
Artificial Myopialensa lebih cembungkabur saat melihat jauh dan
saat melihat dekat penderita lebih enak tanpa kaca mata baca.
Diplopiaakibat refraksi irregular lensa yang mengalami kekeruhan
sebagian.b. Obyektif: Penurunan visus tanpa disertai tanda radang
Leukokoria / warna keputihan pada pupil Kekeruhan lensa Pemeriksaan
iris shadow Pemeriksaan fundus reflex
Tata Laksanaa. Pengobatan paling baik dan tepat adalah ekstraksi
katarak dengan operasi.b. Stadium insipien/imaturkacamata
menggunakan lensa 10D
ABLASIO RETINADefinisi
Lepasnya retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan
lapisan epitelia pigmen retina
Klasifikasi
Ada 2 tipe ablasio retina :a. Non rhemathogen retina detachmen :
Malignancy hypertensi Choriodal tumor Chorioditis b.
RetinopatiRhemathogen retina detachmen : Trauma Degenerasi Kelainan
vitreus
Patofisiologi Pada ablasi retina, bagian luar retina tidak lagi
mendapatkan nutrisi dari pembuluh darah koriokapiler terjadi
degenerasi dan atrofi sel reseptor retina dan terjadi kompensasi
oleh sel pigmen yang melakukan serbukan sel ke daerah terdegenerasi
akan tampak sel pigmen di depan retina Bila rupture badan kaca akan
masuk ke dalam cairan subretina. Degenerasi koroid dapat terjadi
bila ada kontak langsung antara badan kaca dengan koroid. Bila
terjadi degenerasi reseptor maka akan berlanjut ke jaringan yang
lebih dalam dilanjutkan dengan penggantian dengan sel glia.
Manifestasi klinis penurunan tajam penglihatan akibat
terlibatnya macula lutea ataupun kekeruhan medua penglihatan atau
badan kaca yang menghambat sinar masuk Lapang pandang seperti
tertutup tabir Skotoma relative sesuai dengan keadaan retina Tidak
ditemukan adanya rasa nyeri atau nyeri kepala Fotopsia, munculnya
kilatan cahaya yang sangat terang di lapang pandang. Muncul
bintik-bintik hitam yang beterbangan di lapang pandang
(floaters)
Diagnosis a. Pemeriksaan fundoskopi: retina tampak abu-abu
permukaan retina tidak rata, seperti bergelombang pembuluh darah di
atas ertina berkelok-kelok sesuai dengan gelombang retina yang
terangkat retina tampak robek rupture sering terlihat di daerah
temporal atas fundus okulib. pemeriksaan angiografi fluoresin:
tampak kebocoran di daerah parapapilar dan daerah dekat tempat
rupture
Tata LaksanaBila Dx ablasi retina sudah dibuat, maka penderita
MRS dan dipersiapkan untuk pembedahan. Penderita istirahat terutama
tidak membaca, kedua mata diberi lubang pengintip Mata diberi
sikloplegik Pembedahan segera dilakukan bila: Lepasnya macula baru
2 hari Ablasi mengancam macula terangkat Robekan retina besar
Pembedahan tidak terlalu segera bila: Ablasi lama dengan macula
lepas Ablasi lama tidak mengancam macula terangkat Pada pembedahan,
retina lepas dilekatkan kembali dengan : Diatermi Implant yang
diletakkan pada kantung sclera sesudah reseksi sclera Band (ikatan
melingkar bola mata) Setelah pembelahan, penederita diminta
mengurangi olah raga dan kegiatan yang melibatkan gerakan kepala
cepat
RETINITIS PIGMENTOSADefinisi
Degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi
saraf optik, menyebar tanpa gejala peradangan. Kelainan yang
mengenai seluruh permukaan retina berupa terbentuknya jaringan ikat
secara progresif lambat disertai proliferasi sel pigmen pada
seluruh lapisnya.
Manifestasi klinisSukar melihat di malam hari selain lapang
pandang penglihatan menjadi sempit dibanding normal, penbglihatan
sentral di nyatakan dengan adanya buta warna.
Diagnosis Funduskopi di temukan penumpukan pigmen perivaskular
di bagian perifer retina. Terdapat atrofi pigmen epitel retina
arteri menciut, sel dalam badan kaca dengan papil pucat
Tata Laksanaa. di beri vitamin A larut-air 10.000-15.000 UI,
kurang makan lemak sampai 15% kalori harian dan tambahan diet
zinc.b. Pemakaian kacamata dengan lapis gelap
RETINOPATI DIABETIKUMDefinisi
Kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes mellitus
berupa aneurisma, melebarnya vena, perdarahan, dan eksudat
lemak.
Klasifikasi
a. Retinopati Diabetik non proliferative. Ditandai dengan adanya
mikroaneurisma, perdarahan retina, eksudat lunak, eksudat keras,
dan daerah yang hipoksia atau iskemia.b. Retinopati diabetic
proliferative. Ditandai dengan adanya neovaskularisasi, perdarahan
di vitreous, perdarahan di subhyaloid jaringan ikat vitreoretinal
dan ablasi retina.
Manifestasi klinisRetinopati merupakan gejala DM utama pada
mata, dimana pada retina ditemukan : Mikroaneurisma. Penonjolan
dinding kapiler, terutama di daerah vena dengan bentuk berupa
bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama
polus posterior. Lebih jelas terlihat dengan bantuan angiografi
fluoresein. Mikroaneurisma merupakan kelainan DM dini pada mata.
Perdarahan dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya
terletak dekat mikroaneurisma di polus posterior. Perdarahan yang
terjadi akibat gangguan permeabilitas pada mikroaneurisma atau
karena pecahnya kapiler. Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumen
ireguler dan berkelok kelok akibat kelainan sirkulasi dan kadang
kadang disertai kelainan endotel dan eksudasi plasma. Hard
exudates. Infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambaran khusus
ireguler dan kekuning-kuningan. Pada permukaan eksudat pungtum
membesar dan bergabung. Eksudat dapat hilang timbul dalam beberapa
minggu. Gambaran angiografi fluoresein sebagai kebocoran fluoresein
di luar pembuluh darah. Kelainan terutama terdiri atas bahan bahan
lipid dan terutama banyak ditemukan pada keadaan
hiperlipoproteinemia. Soft exudates atau cotton wool patches.
Merupakan iskemia retina. Pada oftalmoskop akan terlihat bercak
kuning bersifat difus dan berwarna putih yang biasanya terletak di
bagian tepi daerah non irigasi dan dihubungkan dengan iskemia
retina. Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak di
permukaan jaringan yang terjadi akibat proliferasi sel endotel
pembuluh darah. Gambaran berupa pembuluh darah yang berkelok kelok,
dalam kelompok kelompok, dan bentuknya ireguler. Hal ini merupakan
awal penyakit berat pada retinopati diabetic. Mula mula di dalam
jaringan kemudian mencapai daerah preretinal dan badan kaca. Edema
retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah
macula sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan. Hiperlipidemia
segera hilang bila diberikan pengobatan.
Diagnosis a. Pemeriksaan fundus okuli dengan cara pemberian obat
tetes mata agar pupil dilatasi, yaitu menggunakan : Tropicamide
0,5% atau 1% ditetesi 1 2 kali ditunggu 30 menit Phenylephrine
10%b. Setelah pupil midriasis diperiksa dengan :1. Oftalmoskop
direct2. Oftalmoskop indirect3. Lensa kontak 3 cermin Goldmann4.
Angiografi fluoresinTerlihat jelas adanya mikroaneurisme yang
berdifusi atau tidak berdifusi, daerah hipoksia atau iskemia adanya
neovaskularisasi di retina, papil, maupun vitreus dan melihat
dengan pasti adanya edema di macula atau di retina.
Tata Laksanaa. Regulasi kadar glukosa darah.b. Fotokoagulasi
Laser di daerah hipoksia dan mikroaneurisma yang berdifusi dan
adanya neovaskularisasi.
RETINOPATI HIPERTENSIDefinisi
Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah
tinggi. Kelainan berupa retinopati hipertensi dengan arteri yang
besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina, dan
perdarahan retina.
Manifestasi klinisa. Pada proses akut penyempitan (spasme)
pembuluh darah yang tampak sebagai: Pembuluh darah (terutama
arteriol retina) berwarna lebih pucat Diameter pembuluh darah
menjadi lebih kecil atau ireguler (karena spasme lokal) Percabangan
arteriol yang tajamb. Pada proses kronis sklerosis yang tampak
sebagai: Lumen pembuluh darah ireguler Terdapat fenomena crossing
sebagai berikut: ElevasiPengangkatan vena oleh arteri yang berada
di bawahnya. DeviasiPenggeseran posisi vena oleh arteri yang
bersilangan dengan vena tersebut dengan sudut persilangan yang
lebih kecil. KompresiPenekanan yang kuat oleh arteri yang
menyebabkan bendungan vena.
Diagnosis Ophthalmoscope untuk melihat penampakan khusus pada
retina pada seseorang dengan tekanan darah tinggi. Ketika tekanan
darah sangat tinggi, keungkinan akat terlihat perubahan lain pada
mata, seperti pembengkakan pada bagian depan saraf mata.
Tata Laksanaa. Mengatasi penyebab primer hipertensib. Retinopati
hipertensi tidak perlu pengobatan khusus di bidang mata, kecuali
terdapat komplikasi berupa oklusi vaskuler memerlukan fundal, foto
angiografi, dan bila perlu fotokoagulasi laser.
DISFUNGSI MAKULADefinisi
Kelainan degenerasi yang progresif dari lapisan pigmen epitel,
membran Bruch lapisan luar retina dan korio kapiler di daerah
makula retina pada usia lanjut
Klasifikasi Degenerasi makula dibagi menjadi: bentuk non
eksudatifDitndai dengan beberapa derajat atropi dan degenerasi
lapisan luar retina, epitel pigmen retina, membran Bruch dan korio
kapiler bentuk eksudatifDitandai dengan adanya cairan serus atau
darah dibawah eitel pigmen
Manifestasi klinis kemunduran visus skotoma sentral gangguan
penglihatan warna kebutaan
Diagnosis Pemeriksaan fundus okuli dengan diberi tetes mata
untuk dilatasi pupil menggunakan: Tropicamide 0,5%, 1% ditetesi 1-2
kali ditunggu 30 menit Phenylephrine 10%setelah pupil midriasi
diperiksa:1. oftalmoskop direk2. biomikroskop dan lensa kontak
3-cermin Goldmann3. angiografi fluoresin
MIOPIDefinisi
keadaan dimana panjang diameter anteroposterior bola mata
terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat
sehingga cahaya jatuh di depan retina dan mengakibatkan penderita
tidak dapat memfokuskan objek pada jarah jauh.
Klasifikasi
a. Klasifikasi Miopia refraktifbertambahnya indeks bias
penglihatan sehingga lensa menjadi lebih cembung dan pembiasan
menjadi lebih kuat. Miopia aksialmiopia yang diakibatkan panjangnya
sumbu bola mata dengan kelengkungan kornea dan lensa yang
normal.
b. Klasifikasi berdasarkan beratnya miopia Miopia ringan: 3-6
dioptri Miopia berat: >6 dioptri
Manifestasi Klinisa. Pasien dengan miopia akan mengeluhkan kabur
saat melihat jauh dan melihat jelas pada jarak dekat bahkan terlalu
dekat. b. Keluhan sakit kepala sering diderita oleh pasien miopia.
c. Sering disertai dengan strabismus dan celah kelopak yang sempit.
d. Seseorang miopia sering mengernyitkan matanya untuk mencegah
aberasi sferis atau untuk mendapat efek pinhole (lubang kecil). e.
Mata pada pasien miopia selalu berkedudukan konvergensi akibatnya
dapat menimbulkan keluhan astenopia konvergen. Pada pemeriksaan
funduskopi terdapat miopia kresen.
Tata LaksanaDiberikan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
HIPERMETROPIADefinisi
Suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar garis pandang
oleh mata tanpa akomodasi dibias di belakang retina.
Klasifikasi
Berdasarkan besar kelainan refraksi:a. Hipermetropia Ringan:
+0,25 D s/d +3,00 D b. Hipermetropia Sedang : +3,25 D s/d +6,00 D
c. HipermetropiaTinggi: > +6,25 D Berdasarkan etiologi:a.
Hipermetropia Aksial Disebabkan oleh Sumbu mata / diameter
anteroposterior mata terlalu pendek b. Hipermetropia Refraktif
Kelengkungan kornea berkurang (kornea plana) Lensa terlalu tipis
Corpus Vitreous pada penderita Diabetes Mellitus yang mengalami
hipoglikemia sehingga indeks biasnya berkurang
Manifestasi Klinis Penglihatan jauh kabur Penglihatan dekat
kabur terutama saat terlalu lama fokus pada satu titik atau
pencahayaan saat membaca kurang atau bahan cetakan kurang terang.
Sakit kepala Astenopia akomodatif karena terus menerus harus
berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak
di belakang makulaa gar terletak di daerah makula lutea. Fotofobia
Rasa juling akibat terus menerus berakomodasi, sehingga bola mata
bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat
mempunyai kedudukan esotropia.
Tata Laksana KacamataKoreksi dengan lensa sferis positif
terbesar yang menghasilkan visus terbaik Lensa Kontak
PRESBIOPIDefinisi
Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur. ras Kaukasia 45 tahun ras lainnya 35tahun
Etiologia. Kelemahan otot akomodasi b. Lensa mata tidak kenyal
atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa
Manifestasi klinisa. kesulitan pada waktu membaca dekat huruf
dengan cetakan kecil b. untuk membaca lebih jelas maka penderita
cenderung menegakkan punggungnya atau menjauhkan objek yang
dibacanya
Diagnosis a. Menggunakan metode Trial and Error hingga visus
normalb. Menggunakan kartu Jaeger pada jarak 0,33 meter.
Tata LaksanaDengan memakai lensa positif maksimal 3 dioptri.
Biasanya tergantung pada usia, dimana: Usia 40 th + 1 dioptri Usia
45 th + 1,5 dioptri Usia 50 th + 2 dioptri Usia 55 th + 2,5 dioptri
Usia 60 th + 3 dioptri
ASTIGMATISMADefinisi
Merupakan gangguan refraksi dimana berkas sinar yang masuk ke
mata tidak difokuskan pada 1 titik dengan tajam pada retina
melainkan pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus.
Klasifikasi Terdapat 2 bentuk astigmatism, yaitu:a. Regular
Kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan secara teratur
di 1 meridian ke meridian lain (meridian ada horizontal dan ada
vertikal). Bayangan yang terbentuk adalah bayangan dengan bentuk
teratur (garis, lonjong, atau lingkaran).b. Irregular Tidak
mempunyai 2 meridian yang tegak lurus. Kelengkungan kornea pada
meridian yang sama berbeda sehinggan bayangan yang terbentuk tidak
teratur atau irregular. Dapat terjadi akibat: infeksi kornea,
trauma, & distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada meridian
lensa yang berbeda.
Patofisiologi Pada mata normal, permukaan kornea yang melengkung
teratur akan memfokuskan sinar pada satu titik. Pada astigmatisma,
pembiasan sinar tidak difokuskan pada satu titik. Sinar pada
astigmatisma dibiaskan tidak sama pada semua arah sehingga pada
retina tidak didapatkan satu titik fokus pembiasan. Sebagian sinar
dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian sinar lain
difokuskan di belakang retina
EtiologiAstigmatisma paling sering disebabkan oleh terlalu
besarnya lengkung kornea pada salah satu bidangnya. Astigmatisma
pasca operasi katarak dapat terjadi bila jahitan terlalu erat
Manifestasi klinishanya terasa pandangan kabur. Tapi terkadang
pada astigmatisma yang tidak dikoreksi, menyebabkan sakit kepala
atau kelelahan mata, dan mengaburkan pandangan ke segala arah. Pada
anak-anak, keadaan ini sebagian besar tidak diketahui, oleh karena
mereka tidak menyadari dan tidak mau mengeluh tentang kaburnya
pandangan mereka
Diagnosis Karena sebagian besar astigmatisma disebabkan oleh
kornea, maka dengan mempergunakan keratometer, maka derajat
astigmatisma dapat diketahui. Keratometer adalah alat yang
dipergunakan untuk mengukur jari-jari kelengkungan kornea
anterior
Tata LaksanaKelainan astigmatisma dapat dikoreksi dengan lensa
silindris, sering kali dikombinasi dengan lensa sferis. Karena tak
mampu beradaptasi terhadap distorsi penglihatan yang disebabkan
oleh kelainan astigmatisma yang tidak terkoreksi
ANISOMETROPIADefinisi
Gangguan refraksi yang tidak sama pada kedua bola mata. Misalnya
mata kanan miopi , mata kiri hipermetropia (perbedaan >2,5
dioptri)
Etiologia. Kelainan kongenitalb. Trauma bedah
Manifestasi klinis Sakit kepala Astenopia keadaan mata panas,
berair, rasa tertekan Sukar membaca Vertigo Gangguan
penglihatan
Patofiologi Bayangan pada kedua bola mata tidak sama timbul
bayangan pada retina relatif diluar fokus mata akan memfokuskan
melihat dengan satu mata, bayangan yang suram akan di supresi
Tata LaksanaMemberikan kacamata sesuai hasil pemeriksaan secara
obyektif
RABUN SENJADefinisi
Ketidakmampuan mata untuk melihat dalam keadaan redup. Sering
juga disebut dengan rabun ayam, karena gejala sering dirasakan pada
waktu senja menjelang malam
Etiologia. Defisiensi vitamin A (penyebab terbanyak)b. Glaukoma,
karena ada obat-obat pada penyakit glaukoma yang menyebabkan miosis
pupil sehingga pupil sulit menangkap sinar, yang menyebabkan
terjadinya rabun senja.c. Retinitis pigmentosad. Diabetes
Mellituse. Lahir dalam keadaan cacat
Patofiologi Karena kebanyakan etiologi berupa defisiensi vitamin
A, maka patofisiologi dari defisiensi vitamin A sehingga
menyebabkan rabun senja adalah adanya senyawa dalam vitamin A yang
dapat mengubah sinyal molekul dari sinar yang diterima oleh retina
untuk menjadi suatu proyeksi gambar di otak kita. Sehingga ketika
seseorang mengalami defisiensi vitamin A, maka salah satu penyakit
yang mungkin terjadi adalah rabun senja.
Manifestasi klinisTidak mampu melihat pada waktu senja menjelang
malam
Tata LaksanaSesuai dengan etiologi.a. Defisiensi vitamin A:
Berikan asupan vitamin A, sebanyak 5000 iu/hari (sesuai asupan
tubuh per harinya)b. Diabetes Mellitus: Kontrol gula darahc.
Glaukoma kronik: Ganti dengan obat glaukoma yang lain
SKOTOMA Definisi
suatu kelaiana dimana terdapat daerah penglihatan buram atau
hilang dalam lapang pandang , dikelilingi daerah penglihatan yang
lebih jernih atau normal.
KlasifikasiAda 2 jenis skotoma :a. Skotoma sentralisb. Skotoma
perifer
SKOTOMA SENTRALIS
Etiologiterdapat 2 penyebab tersering skotoma sentralis, yaitu :
Degenerasi makula atrofi. Eksudatif (hemoragik) yang terkait
usia.Penyebab lain dari skotoma sentralis adalah cedera makula,
degenerasi makula miopik, penyakit saraf optikus dan gangguan
makula kongenital.
Manifestasi KlinisManifestasi klinis dari skotoma sentralis
adalah terkait pada stadium perjalan penyakitnya, dimana: Stadium
awala. Pasien dengan skotoma sentralis sering mengeluh penglihatan
sentral kabur dan terdistorsi,tetapi penglihatan perifer jelas
kecuali apabila juga terjadi katarak.b. Mengalami kesulitan membaca
serta mengenali wajahc. Persepsi kontras biasanya tidak terganggu
Stadium DisiformisTanda khusus dari stadium ini adalah terdapatnya
skotoma padat Stadium LanjutWalaupun telah terdapat gejala-gejala
diatas, namun pada stadium lanjut ini penderita masih mempunyai
kemampuan untuk bepergian relatif normal
Tata Laksanaa. Menggunakan posisi kepala yang eksentris
tujuannya menempatkan bayangan di daerah retina yang sehat. b.
Mengguanakan lensa pembesar.
SKOTOMA PERIFER
Etiologi Penyebab skotoma perifer adalah penyakit yang
menyebabkan penurunan lapang pandang perifer,yaitu : Galukoma
stadium akhir (khas) Retinitis pigmentosa Penyakit retina perifer
lainnya Penyakit vascular serebral
Manifestasi Klinis Terjadi penurunan lapang pandang perifer,
namun pada penyakit retinitis pigmentosa tahap lanjut pasien masih
mampu membaca huruf berukuran kecil tetapi memerlukan bantuan untuk
berjalan-jalan. Fotofobia
Tata Laksana Fotofobia gunakan lensa kuning gading menahan sinar
ultraviolet dan sinar tampak yang kurang dari 527 nm. Jika terjadi
penurunan persepsi kontras akibat katarak maka kombinasi uji
sensitivitas kontras dan kilau dapat menunjukan saat yang tepat
untuk bedah katarak. Penggunaan kaca pembesar dan closed circuit
television bila lapangan pandang sentral kurang dari 7 derajat.
Penggunaannya mudah diatur sendiri oleh pasien. Penanaman lensa
intraokular di kamera anterior untuk pasien yang menjalani
ekstraksi katarak penting untuk mempertahankan ukuran bayangan
normal.
AMBLIOPIADefinisi
berkurangnya penglihatan yang terjadi karena otak mengabaikan
gambar yang diterima dari mata. Kehilangan penglihatan mungkin tak
dapat dipulihkan jika tidak didiagnosa dan diobati sebelum berumur
8 tahun.
Etiologi Kurangnya rangsang untuk meningkatkan perkembangan
penglihatan. Kausa ekstraneural yang menyebabkan turunnya tajam
penglihatan (ex: katarak, astigmatism, strabismus, atau kelainan
refraksi yang tidak dikoreksi) mekanismenya adalah memicu penurunan
fungsi visual pada orang yang sensitif. Anisometropia, juling,
oklusi, katarak, dan kekeruhan media penglihatan lainnya.
Patofiologi Saluran visual seorang anak sepenuhnya tidak
berkembang sewaktu lahir. Sistem penglihatan dan otak perlu
dirangsang dengan jelas, focus, diluruskan dengan semestinya,
penumpukkan gambar dari kedua mata untuk dapat berkembang dengan
semestinya. Perkembangan ini terjadi sebagian besar terjadi pada
usia 3 tahun pertama tetapi tidak sempurna hingga usia sekitar 8
tahun. Jika otak tidak mendapat rangsangan visual dengan semestinya
dari mata selama periode perkembangan, otak belajar untuk
mengabaikan (menahan) gambar dari mata, menyebabkan kehilangan
penglihatan.
Manifestasi klinisTerdapat beberapa tanda pada mata dengan
ambliopia, yaitu: Berkurangnya penglihatan 1 mata Menurunnya tajam
penglihatan terutama pada fenomena crowding. Hilangnya sensitivitas
kontras Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik Adanya anisokoria
Tidak mempengaruhi penglihatan warna Biasanya daya akomodasi
menurun
Diagnosis1. Uji Crowding PhenomaDengan membaca huruf pada kartu
Snellen yang dibuka satu persatu huruf atau dengan kata lain
diisolasi, kemudian dilanjutkan dengan membaca sebaris huruf yang
sama.Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf yang
diisolasi ke huruf dalam satu baris fenomena crowding ambliopia
+.2. Uji Densiti Filter NetralPrinsipnya, mata yang ambliopia
secara fisiologik berada dalam keadaan beradaptasi gelap, sehingga
jika pada mata ambliopia dilakukan uji penglihatan dengan
intensitas sinar yang diturunkan (memakai filter densiti netral)
maka tidak akan terjadi penurunan tajam penglihatan.3. Uji Worths
Four DotUji untuk melihat penglihatan binocular, adanya fusi,
korespondensi retina abnormal, supresi pada satu mata, dan
juling.Penderita dipakaikan kacamata dengan filter merah di mata
kanan dan filter biru di mata kiri dan melihat pada objek 4 titik
dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, dan 1 putih.
DIPLOPIADefinisi
Keadaan melihat sebuah benda ganda bila dilihat dengan satu atau
dua mata.
Patofiologi Terjadi akibat penglihatan kedua mata serentak pada
daerah retina yang tidak sekoresponden ysng terjadi oleh gangguan
kedudukan kedua sumbu bola mata yang tidak sejajar (diplopia
binokular/ kedua mata melihat besama akan tetapi tidak terfokus
baik).
Klasifikasi a. Diplopia homonim/ tidak bersilang keadaan
esodeviasi, dimana bayangan terlihat oleh mata yang juling ke dalam
terletak di bagian luar sisi yang sama benda aslinya.b. Diplopia
heteronim/ bersilang keadaan eksodevisi, dimana benda yang dilihat
oleh mata kanan terletak disebelah kiri dan sebaliknya. Diplopia
bersilang ini dapat dialami secara fisiologik bila kita mendekatkan
benda seperti pensil pada mata kita. Pada satu kedudukan tertentu,
pensil akan terlihat ganda oleh mata kita. Hal ini terjadi akibat
mata tidak dapat lagi mrlihat benda tersebut serentak dan
menjadikan bayangan benda pada satu mata akan terletak di sebelah
temporal makula lutea.c. Diplopia monokular diplopia bila melihat
dengan satu mata yang dapat dikeluhkan seseorang dengan histeria,
asrigmat, pupil ganda dan permulaan katarak.
DiagnosisPemeriksaan diplopia dilakukan dengan cara : Pasien
memakai kaca mata dengan filter merah pada mata kanan dan filter
hijau pada mata kiri. Pasien diminta melihat pada satu sumber
cahaya dan akan menyatakan letak lampu merah dan hijau yang
terlihat.Hasil :a. Normal atau bila mata berkedudukan ortoforia dan
bayangan difokuskan pada makula maka lampu akan terlihat satu.b.
Diplopia bersilang bila letak bayangan lampu merah terletak
disebelah kiri bayangan hijauc. Diplopia tidak bersilang bila letak
lampu merah disebelah kanan lampu hijau
28