Page 1
RESTRUKTURISASI STATUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PADANGAN BOJONEGORO DARI SATUAN KERJA
PERANGKAT DAERAH MENJADI BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
Dimas Rahardiyan Apriliyanto1
Imam Subekti, Ph.D.,Ak.,CA.2
Universitas Brawijaya
[email protected]
[email protected]
ABSTRACT
This Research aims to know the restructuring process Padangan General
Hospital from Regional Work Unit to Public Service Agency, various constraints
faced by Padangan General Hospital as well as the solution to overcome those
obstacles, and various advantages or disadvantages received by the patients or the
hospital when it becomes Public Service Agency. The type of this research is case
study research with quantitative descriptive approach. Data used in this research
are both quantitative data and qualitative data. The data source was attained
through interview and various documents directly from Padangan General
Hospital. Data analysis in this research is done through measuring the feasibility
of Padangan General Hospital to be Public Service Agency by using two
indicators such as service indicators provided to the public and financial
performance indicators of Padangan General Hospital based on Cost Recovery
Rate Method. The researchers also analyzed the transformation process of
Padangan General Hospital from Regional Work Unit to Public Service Agency
by comparing the procedures based on Law No. 23 in 2005 about Financial
Management of Public Service Agency to the existing reality. Based on the
conducted data analysis, it concludes that Padangan General Hospital is feasible to
be upgraded to Public Service Agency; further, the result of restructuring
processes taken by Padangan General Hospital demonstrate some changes on
organizational structure, employee recruitment and selection processes, asset
management and procurement processes, as well as financial management. By
becoming Public Service Agency, it is expected that Padangan General Hospital
can improve its service performance provided to the population and able to be
more self-dependent in financing its entire operation.
Keywords: Restructuring, Public Service Agency, Padangan Hospital,
Financial Performance, Service Performance, Constraints, Advantage
Page 2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses restrukturisasi status RSUD
Padangan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menjadi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD), berbagai hambatan yang dihadapi oleh rumah sakit
ketika akan menjadi BLUD beserta solusi atas hambatan tersebut dan berbagai
manfaat atau kerugian yang diterima oleh pasien maupun pihak rumah sakit ketika
akan menjadi BLUD. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kasus dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
wawancara dengan pihak RSUD Padangan dan berbagai dokumen yang diperoleh
secara langsung dari RSUD Padangan. Analisa data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu dengan mengukur kelayakan RSUD Padangan untuk menjadi
BLUD dengan mengggunakan dua indikator yaitu indikator pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat dan indikator kinerja keuangan yang dimiliki oleh
RSUD Padangan dengan menggunakan meotde CRR. Peneliti juga menganalisa
mengenai proses perubahan Rumah Sakit Umum Padangan yang sebelumnya
SKPD menjadi BLUD dengan cara membandingkan prosedur yang ada dalam
praturan perundangan yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan BLUD dengan realita dilapangan. Berdasarkan pengolahan
data diperoleh kesimpulan bahwa RSUD Padangan layak untuk ditingkatkan
menjadi BLUD dan hasil dari proses restrukturisasi yang dilakukan oleh RSUD
Padangan terdapat berbagai perubahan yaitu perubahan pada struktur organisasi,
perubahan perekrutan tenaga kerja, perubahan pengelolaan dan pengadaan aset
serta perubahan pengelolaan keuangan. Dengan menjadi BLUD diharapakan
RSUD Padangan dapat meningkatkan kinerja pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dan lebih mandiri dalam membiayai seluruh kegiatan operasionalnya.
Kata Kunci: Restrukturisai, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), RSUD
Padangan, Kinerja Keuangan, Kinerja Pelayanan, Hambatan, Manfaat.
PENDAHULUAN
Institusi pemerintahan yang berbentuk BLUD mulai diterapkan sejak
diterbitkanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005
yang menjelaskan mengenai Pengelolaan Keuangan BLUD. Dalam Peraturan
Pemerintah tersebut dijelaskan bahwa BLUD merupakan instansi pemerintah yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk barang dan jasa dengan
tujuan tanpa mencari sebuah keuntungan. Untuk mendukung pelaksanaan BLUD
tersebut, maka dibentuklah sebuah sistem pengelolaan keuangan yang
memberikan BLUD keleluasaan dalam mengelola keuangan dan aspek – aspek
non keuangan. Sehingga diharapkan BLUD dapat meningkatkan kemandirian dan
otonomi dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimilikinya secara optimal
dan efisien
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit yang didirikan oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah harus berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang
bertugas di bidang kesehatan. Instansi atau lembaga teknis daerah dengan
Page 3
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, merupakan aturan yang
mendasari pengelolaan perumahsakitan di Indonesia. Dengan penerapan peraturan
ini akan mengakibatkan pola pengelolaan keuangan yang lebih fleksibel untuk
dapat menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat.
Rumah Sakit Umum Daerah Padangan adalah rumah sakit tipe D milik
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro yang memiliki angka kunjungan pasiennya
cukup tinggi dan selalu mengalami kenaikkan yang signifikan dari tahun ke
tahun. Selain itu rumah sakit juga sudah dilengkapi dengan peralatan medis yang
canggih. Dengan berbagai keunggulan dan kemampuan yang dimiliki oleh rumah
sakit, maka rumah sakit seharusnya sudah cukup layak untuk menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Dengan
adanya pola pengelolaan BLUD di RSUD Padangan diharapkan terjadi
peningkatan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan dapat fleksibel
dalam menghadapi tuntutan masyarakat secara cepat dengan tidak meninggalkan
jati diri RSUD Padangan yaitu mengemban misi sosial sebagai pemberi
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber dari pihak rumah sakit
yang diwakili oleh drg. Fajar Respati yang menjabat sebagai Kepala Sub. Bagian
Tata Usaha RSUD Padangan pada pada tanggal 18 Desember 2015. Hasil dari
wawancara tersebut yaitu peneliti mengetahui motivasi RSUD Padangan untuk
menjadi BLU yaitu dengan menjadi BLUD diharapkan dapat menjadi solusi atas
berbagai masalah yang dihadapi oleh RSUD Padangan yaitu kekurangan Sumber
Daya Manusia seperti dokter spesialis, bidan, perawat, kekurangan obat pada
pertengahan tahun anggaran, serta biaya – biaya yang timbul pada pertengahan
tahun anggaran yang tidak bisa dibiayai oleh rumah sakit. Karena ketika masih
menjadi SKPD rumah sakit tidak diperbolehkan melakukan pembelanjaan yang
tidak sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sehingga berdasarkan pada hasil wawancara tersebut membuat peneliti
berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai proses perubahan status dari
SKPD menjadi BLUD pada RSUD Padangan, mengetahui berbagai hambatan
yang harus dihadapi oleh rumah sakit selama proses perubahan tersebut, serta
untuk mengetahui berbagai manfaat yang diterima oleh rumah sakit dan pasien
ketika merubah statusnya menjadi BLUD.
LANDASAN TEORI
Teori Restrukturisasi Organisasi
Dengan adanya era globalisasi yang semakin cepat, maka akan
berpengaruh terhadap perubahan kehidupan dalam masyarakat. Salah satu dampak
perubahan dalam diri masyarakat adalah perubahan dalam organisasi. Perubahan
dalam organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari lingkungan eksternal
organisasi maupun lingkungan internal dari organisasi seperti perubahan tujuan
yang ingin dicapai, perubahan anggota dalam struktur organisasi, perubahan sikap
dan perilaku dari anggota dalam organisasi dan perubahan berbagai kegiatan yang
Page 4
dilakukan oleh organisasi tersebut. Sedangkan perubahan yang disebabkan oleh
lingkungan eksternal dari sebuah organsiasi seperti perubahan kebijakan dan
peraturan yang berlaku, perubahan sikap dan perilaku yang ada di masyarakat
serta perubahan trend dan gaya hidup yang semakin berkembang di dalam
masyarakat.
Menurut para ahli, bahwa struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja dari organisasi publik. Hal ini disebabkan karena
dalam struktur organsisi akan menjelaskan tentang seluruh wewenang, tugas, dan
fungsi yang telah didelegasikan dalam sebuah organisasi. Sehingga dalam
pelaksanaan sebuah organsiasi akan bergantung pada struktur organisasi yang
telah dibuat.
Perubahan struktur organsiasi dilakukan dengan cara merubah sebagian
atau keseluruhan struktur organsiasi dengan tujuan untuk menentukan bentuk
yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh
organisasi tersebut yang lebih dikenal dengan istilah restrukturisasi organisasi.
Dengan adanya restrukturisasi dalam sebuah organisasi, diharapkan sebuah
organisasi mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang ada sehingga
organisasi tersebut mampu untuk terus berkembang dan mampu bertahan hidup
dengan perubahan lingkungan yang ada.
Tujuan dari restrukturisasi organisasi adalah untuk mempersiapkan sebuah
organisasi untuk dapat mencapai tingkat kompetisi yang diinginkan dengan
menggunakan struktur organisasi yang ramping dan fit. Seperti yang kita ketahui,
organisasi pemerintah yaitu organisasi publik yang melakukan restrukturisasi
organisasi bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat luas sehingga akan
berpengaruh terhadap pelayanan sebuah organisasi kepada masyarakat secara
optimal dan efisien (Gouillart dan Kelly, 1995).
Proses Penetapan Badan Layanan Umum Daerah
Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara Badan Layanan Umum Daerah/BLUD adalah instansi di
lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas
Intansi pemerintahan yang menjadi BLUD bertujuan untuk tidak mencari
keuntungan walaupun pada dasarnya BLUD dikelola dalam praktik bisnis. Karena
BLUD memiliki sebuah misi yaitu untuk menyejahterakan kepentingan
masyarakat dengan cara memberikan pelayanan yang optimal. Ketika BLUD tidak
beorientasi pada profit, mereka tetap bisa mendapatkan keuntungan dari
pelayanan yang mereka berikan kepada masyarakat. Biaya yang dibebankan oleh
BLUD kepada masyarakat tetap dikontrol dan diawasi oleh pemerintah.
Keuntungan yang didapat oleh BLUD dapat digunakan untuk membiayai seluruh
operasional dari instansi tersebut sehingga akan tumbuh kemandirian dan
diharapkan tidak akan terus menerus bergantung dari bantuan pemerintah.
Untuk bisa menjadi BLUD, sebuah instansi atau satuan kerja harus memenuhi
berbagai persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu persyaratan
substantif. Persyaratan tersebut berisi bahwa sebuah instansi pemerintah yang
bersangkutan harus menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan:
Page 5
penyediaan barang dan jasa layanan umum, dan dapat mengelola dana khusus yang
dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan persyaratan teknis
yang harus dipenuhi adalah kinerja pelayanan yang dimiliki oleh suatu instansi
layak ditingkatkan menjadi BLUD yang direkomendasikan oleh kepala daerah.
Selain itu instansi tersebut juga harus memiliki keuangan yang sehat yang dapat
ditunjukkan dengan dokumen usulan penetapan BLUD. Jadi kinerja dari instansi
pemerintah yang ingin menjadi BLUD harus memiliki pendapatan dari layanan
yang diberikan cenderung untuk meningkat dan harus efisien dalam mengelola
pendapatannya, untuk membiayai seluruh biaya operasionalnya. Sehingga BLUD
bisa mandiri dalam membiayai semua belanja operasionalnya. Persyaratan yang
terakhir untuk bisa menjadi sebuah BLUD adalah Persyaratan administratif,
dimana instansi pemerintah yang bersangkutan dapat menyajikan seluruh
dokumen berikut:
a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan,
dan manfaat bagi masyarakat.
b. Pola tata kelola yaitu peraturan internal yang ada di unit kerja yang akan
menerapkan pola keuangan BLUD
c. Rencana strategis bisnis, yaitu rencana strategis yang dibuat dalam periode
lima tahunan dan harus mencakup visi, misi, program startegis, pengukuran
pencapaian kinerja, rencana pencapian lima tahunan serta proyeksi
keuangan lima tahunan dari unit kerja yang akan menjadi BLUD
d. Standar pelayanan minimum yaitu batasan – batasan minimal yang harus
dipenuhi oleh unit kerja yang berupa jenis dan mutu pelayanan dasar yang
diberikan kepada masyarakat
e. Laporan keuangan pokok, dimana laporan tersebut harus sesuai dengan
sistem akuntansi yang berlaku pada pemerintah daerah. Laporan keuangan
yang terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca serta catatan atas laporan
keuangan. Calon BLUD juga harus membuat proyeksi dari neraca dan
laporan operasional, proyeksi ini dibuat untuk SKPD yang baru dibentuk dan
harus berpedoman dengan standar akuntansi yang diterbitkan oleh asosiasi
profesi akuntansi indonesia
Berbagai dokumen yang harus dipenuhi oleh instansi pemerintah
tersebut, harus disampaikan kepada kepada SKPD untuk mendapatkan
persetujuan sebelum disampaikan kepada Bupati
Prosedur – Prosedur untuk menjadi Badan Layanan Umum Daerah
Berbagai Prosedur yang harus dipenuhi oleh Instansi pemerintah ketika
berkeinginan untuk menjadi Badan Layanan Umum Daerah harus mengikuti
prosedur – prosedur yang ada sebagai berikut:
1. Tahapan yang pertama yaitu calon BLUD menyiapkan semua persyaratan
administratif yang terdiri dari surat pernyataan kesanggupan, pola tata
kelola, rencana strategis, standar pelayanan minimum, laporan keuangan
dan laporan audit terakhir. Seluruh dokumen persyaratan tersebut harus
disampaikan kepada sekretaris daerah sebelum kepada kepala daerah.
2. Tahapan selanjutnya, yaitu sekretaris daerah memeriksa dokumen
administratif yang diajukan oleh calon BLU dan apabila semuanya sudah
Page 6
lengkap maka selanjutnya sekretaris daerah akan meneruskannya kepada
kepala daerah untuk dinilai dan ditetapkan
3. Tahapan ketiga yaitu kepala daerah selanjutnya membentuk tim penilai
yang bertugas untuk melakukan evaluasi atas kelayakan calon BLUD untuk
menjadi BLUD. Tim penilai berasal dari unsur pemrintah dan profesional
Tahapan keempat yaitu tahapan penilaian dan evaluasi terhadap usulan calon
BLUD, apakah mereka telah layak menerapkan pola keuangan BLUD atau tidak.
Kalaupun misalnya layak, apakah status yang diberikan adalah penuh atau
bertahap.
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
Sebuah instansi pemerintah yang telah berubah bentuknya menjadi BLUD
diberikan kebebasan untuk mengelola keuangannya. Sehingga diharapkan dengan
berubah menjadi BLUD, manajemen dari instansi pemerintah tersebut mampu secara
optimal mengelola pendapatan yang dimilikinya untuk membiayai seluruh aktivitas
operasionalnya dengan syarat, mereka tidak boleh melupakan misi utama yang
diemban yaitu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat tanpa mencari
keuntungan semata. Dengan adanya misi tersebut, BLUD dapat menerapkan praktik
bisnis dalam menjalankan seluruh operasionalnya tetapi tidak diperkenankan untuk
berorientasi dalam mencari keuntungan saja tetapi juga harus dapat memajukan dan
menyejahterakan masyarakat luas. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan dari BLUD harus diawasi dan dikontrol oleh
pemerintah. Dengan dibentuknya BLUD mampu mengelola keuanganya secara
fleksibel dan dapat meningkatkan kinerja dari BLUD secara efisien
Pengelolaan Barang Oleh Badan Layanan Umum Daerah
Dalam mengelola barang yang dimiliki oleh BLUD seperti Pengadaan
barang/jasa, harus dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis.
Barang inventaris milik BLUD dapat dialihkan kepada pihak lain atau
dihapuskan berdasarkan pertimbangan ekonomis. Dalam melakukan Pengalihan
barang inventaris kepada pihak lain BLUD dapat melakukanya dengan cara
menjualnya, menukarkanya atau menghibahkan barang inventaris tersebut.
Penerimaan yang didapat oleh BLUD sebagai hasil dari penjualan barang
inventaris merupakan pendapatan BLUD. Sedangkan ketika BLUD ingin
melakukan penghapusan barang inventaris yang dimilikinya harus terlebih dahulu
melaporkannya kepada kepala SKPD terkait.Instansi pemerintah yang telah
menjadi BLUD tidak dapat mengalihkan atau menghapus aset tetap, kecuali
atas persetujuan pejabat yang berwenang. Penerimaan hasil penjualan aset tetap
sebagai akibat dari pengalihan merupakan pendapatan BLU dan harus
dilaporkan kepada pemimpin lembaga/kepala SKPD terkait.
Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan pada Badan
Layanan Umum Daerah
Laporan Keuangan yang dibuat oleh BLUD harus sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
indonesia. Laporan keuangan BLUD meliputi laporan realisasi anggaran/laporan
operasional, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, dan
Page 7
laporan mengenai kinerja BLUD. Kemudian Laporan keuangan tersebut
dikonsolidasikan dalam laporan keuangan SKPD/Pemerintah Daerah.
Laporan keuangan sebagaimana yang telah dibuat, disampaikan kepada
kepala SKPD serta kepada bupati/walikota paling lambat 1 (satu) bulan setelah
periode pelaporan berakhir. Laporan keuangan BLUD merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban keuangan SKPD/Pemerintah
Daerah. Sehingga Penggabungan laporan keuangan BLUD pada laporan
keuangan SKPD/Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Selain itu Laporan pertanggungjawaban keuangan BLUD diaudit
oleh pemeriksa eksternal yang independen.
Perubahan Status Rumah Sakit Umum Menjadi Badan Layanan Umum
Daerah
Rumah sakit merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan perorangan mulai dari pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat yang berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 bahwa rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah harus berbentuk Badan Layanan Umum atau Badan Layanan
Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan
adanya peraturan ini, maka sebuah rumah sakit harus menjadi BLUD agar terjadi
pengelolaaan secara fleksibel dalam hal operasional rumah sakit. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat secara
optimal dan efisien. Selain itu dengan berubahnya rumah sakit menjadi sebuah
BLUD dapat mengurangi masalah – masalah yang sering dikeluhkan oleh para
pasien yang berobat di rumah sakit, khususnya pada rumah sakit yang dimiliki
oleh pemerintah daerah seperti kurangnya SDM yang dimiliki oleh rumah sakit
tersebut sehingga menyebabkan pelayanan menjadi kurang optimal, kurang
lengkapnya peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit, serta persaingan yang
semakin besar dengan banyak bermunculan rumah sakit swasta yang memiliki
kualitas yang lebih baik.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,
yaitu sebuah peristiwa atau fenomena yang membutuhkan sebuah penelitian
sehingga dapat memecahkan masalah yang ada dan dapat memberikan berbagai
solusi atas permasalahan yang ada (Sekaran, 2006). Pembahasan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Pendekatan
deskriptif yaitu peneliti memberikan gambaran – gambaran yang relevan
mengenai sebuah fenomena yang berasal dari berbagai prespektif mulai dari
sesorang, organisasi maupun industri kepada peneliti (Sekaran, 2006). Metode
penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk memberikan sebuah pemaparan yang
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta – fakta dan sifat – sifat pada objek
penelitian sesuai dengan objek yang akan diteliti (Nazir, 2003).
Page 8
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif
dengan tujuan menjelaskan hubungan sebab - akibat secara faktual pada
permasalahan yang diteliti, serta menganalisanya untuk membuat sebuah
kesimpulan. Penelitian studi kasus yang menggunakan pendekatan kuantitatif
memiliki manfaat untuk memberikan sebuah solusi atas berbagai masalah dan
dapat memberikan gambaran pada suatu obyek tertentu dengan cara melakukan
berbagai analisa yang mendalam mengenai subyek yang diteliti.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan batasan – batasan dalam
pembahasan yang akan diteliti dengan tujuan agar penelitian dan observasi yang
dilakukan menjadi lebih tepat sasaran. Dalam penelitian ini ruang lingkup yang
digunakan oleh penulis terdiri dari obyek penelitian dan subyek penelitian.
Objek penelitian dari penelitian ini adalah RSUD Padangan Bojonegoro.
Sedangkan subyek penelitian merupakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan fenomena atau permasalahan yang ingin diteliti oleh penulis yaitu
mengetahui proses restrukturisasi status RSUD Padangan Bojonegoro dari Satuan
Kerja Perangkat Daerah menjadi Badan Layanan Umum. Penelitian ini dilakukan
di RSUD Padangan yang berlamatkan di JL. Dr. Sutomo Nomor 2 Padangan
Bojonegoro dan menghabiskan waktu selama satu setengah bulan dari tanggal 1
November sampai 15 Desember 2015. Penelitian ini dilakukan di RSUD
Padangan karena rumah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit yang ada
di Kabupaten Bojonegoro yang sedang berproses merubah setatusnya yang
awalnya SKPD menjadi BLUD pada tahun 2015.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
data kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa informasi angka yang
tercantum dalam laporan keuangan, jumlah SDM, berbagai indikator pelayanan
serta kinerja laporan keuangan. Selain itu terdapat pula data kualitatif yang ada
dalam penelitian ini yang berupa informasi yang berupa huruf atau nonbilangan
yang terdapat pada struktur organisasi, rencana startegi bisnis RSUD Padangan,
serta tata kelola yang dibuat dan dijalankan oleh RSUD Padangan.
Sumber data merupakan dasar untuk memilih metode pengumpulan data
apa yang akan digunakan dalam penelitian. Sumber data adalah kumpulan data
yang diperlukan oleh peneliti selama melakukan penelitian dan harus relevan
dengan fenomena yang ingin diteliti. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
yaitu:
Data Primer yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari
berbagai macam sumbernya. Data primer dalam penelitian ini diperoleh peneliti
dengan cara melakukan wawancara kepada Kepala Sub. Bagian Tata Usaha
RSUD Padangan yaitu drg. Fajar Respati pada jam 09.00 WIB hari Jumat, 18
Desember 2015, karena beliau memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh RSUD Padangan mulai dari
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, pengelolaan keuangan serta
pengelolaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh RSUD Padangan. Selain itu
terdapat berbagai dokumen yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisa
proses restruturisasi dari SKPD menjadi BLUD pada RSUD Padangan dan
Page 9
peneliti memperoleh berbagai dokumen tersebut langsung dari RSUD Padangan
yaitu:
a. Profil RSUD Padangan yang dapat berupa visi dan misi dari RSUD
Padangan
b. Rencana Strategi Bisnis RSUD Padangan yang dapat berupa jumlah
kunujungan pasien, jumlah SDM serta data mengenai indikator pelayanan
yang diberikan oleh RSUD Padangan
c. Laporan keuangan yang dimiliki oleh RSUD Padangan yaiu neraca, arus kas,
dan laporan realisasi anggaran.
d. Standar pelayanan minimal yang dimiliki oleh RSUD Padangan Bojonegoro
e. Dokumen pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,
keuangan, dan manfaat bagi masyrakat yang dibuat oleh RSUD Padangan
f. Pola tata kelola yang dibuat oleh Rumah Sakit Umum Padangan
Analisis Data
1. Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisa data,
yaitu analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Berikut
merupakan proses dalam menganalisa data yang diperoleh selama penelitian:
Menjelaskan proses perubahan Rumah Sakit Umum Padangan yang sebelumnya
SKPD menjadi BLUD dengan cara membandingkan prosedur yang ada dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah dengan realita yang ada.
a. Perubahan sebelum dan sesudah menjadi BLUD pada struktur organisasi,
serta pendelegasian tugas dan wewenang yang diberikan kepada seluruh
pegawai yang ada di RSUD Padangan
b. Perubahan perekrutan sumber daya manusia yang dilakukan oleh RSUD
Padangan sebelum dan sesudah menjadi BLUD.
c. Perubahan pengelolaan dan pengadaan aset/barang pada RSUD Padangan
sebelum dan sesudah menjadi BLUD.
d. Perubahan Pengelolaan Keuangan yang dimiliki oleh RSUD Padangan
sebelum dan sesudah menjadi BLUD.
2.Menjelaskan berbagai kegiatan operasional yang dilakukan oleh RSUD
Padangan dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan dan berbagai
dokumen yang diperoleh dari RSUD Padangan dengan tujuan mengetahui
berbagai hambatan yang dihadapi oleh RSUD Padangan selama proses perubahan
menjadi BLUD.
3.Menganalisa berbagai masalah yang dihadapi oleh rumah sakit, dan
memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh rumah sakit ketika berproses dalam merubah statusnya dari SKPD
menjadi BLUD.
4. Menganalisa berbagai manfaat atau kerugian yang diperoleh pasien dan pihak
rumah sakit ketika akan berubah bentuknya menjadi BLUD, dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung dilapangan dan melakukan wawancara
dengan pihak rumah sakit.
Page 10
HASIL RESTRUKTURISASI RSUD PADANGAN
Perubahan Struktur Organisasi pada RSUD Padangan
Ketika nantinya RSUD Padangan menjadi BLUD maka akan terjadi
perubahan struktur organisasinya yang tentunya akan terjadi pula perubahan pada
tugas dan wewenang pada organsiasi tersebut. Berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 maka struktur organisasi dari RSUD
Padangan ketika menjadi BLUD akan berubah sebagai berikut:
Gambar 5.1 Struktur Organisasi RSUD Padangan ketika nantinya berubah
bentuk menjadi BLUD
Perubahan Perekrutan Sumber Daya Manusia pada RSUD Padangan
Sumber daya manusia merupakan hal yang cukup vital bagi keberlangsungan
sebuah organisasi hal ini dikarenakan sumber daya manusia akan berpengaruh
secara langsung terhadap operasional sebuah organisasi, apalagi dalam rumah
sakit yang merupakan sebuah organisasi yang bergerak dalam memberikan jasa
pelayanan kepada masyarakat. Sehingga baik buruknya pelayanan yang diberikan
kepada msayrakat akan dipengaruhi oleh sumber daya manusianya.
Perkembangan Jumlah Tenaga Pelayanan RSUD Padangan Tahun
dan Proyeksi Tahun 2016
Tenaga Pelayanan
RSUD Padangan
Jumlah SDM
Sebelum BLUD
Tahun 2015
Kebutuhan Tenaga
Pelayanan
Tahun 2016
Proyeksi SDM
setelah BLUD
Tahun 2016
PNS NON
PNS PNS
NON
PNS PNS
NON
PNS
Dokter Spesialis 1 3 2 2 3 5
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
DIREKTUR
KEPALA BIDANG
ASUHAN PERAWATAN
KEPALA BIDANG
PELAYANAN MEDIS
SUB BAG
KEPALA TATA
USAHA
SATUAN PENGAWAS
INTERN KOMITE
MEDIS
KOMITE
KEPERAWATAN
DEWAN PENGAWAS
Page 11
Dokter Umum 6 2 0 1 6 3
Dokter Gigi 2 0 0 0 2 0
Perawat 22 36 2 5 24 41
Bidan 5 9 0 0 5 9
Apoteker 1 0 1 0 2 0
Sarjana Kesehatan
Masyarakat 1 1 1 0 2 1
Asisten Apoteker 3 5 0 0 3 5
Ahli Gizi 1 1 0 2 1 3
Fisioterapis 1 0 0 0 1 0
Radiografer 2 3 0 0 2 3
Analis Kesehatan 3 2 0 1 3 3
Refraksionis 0 0 1 0 1 0
Tekniker Gigi 1 0 0 0 1 0
Perawat Gigi 0 0 1 0 1 0
Sanitarian 2 0 0 0 2 0
Akademi Elektro
Medik 1 0 0 1 1 1
Rekam Medik 1 1 0 0 1 1
Jumlah 53 63 8 12 61 75
Sumber: RSUD Padangan Tahun 2015
Dari tabel diatas terlihat bahwa jika RSUD Padangan telah menjadi
BLUD, dapat melakukan dapat merekrut tenaga medis non pegawai negeri sipil
dengan cara pegawai tetap maupun pegawai tidak tetap secara Mou dan Kontrak
Perkembangan Jumlah Tenaga Administrasi dan Keuangan RSUD
Padangan Tahun 2015 dan Proyeksi Tahun 2016
Tenaga Administrasi
Keuangan RSUD
Padangan
Jumlah SDM
Sebelum
BLUD
Tahun 2015
Kebutuhan Tenaga
Administrasi dan
Keuangan
Tahun 2016
Proyeksi SDM
setelah BLUD
Tahun 2016
PNS NON
PNS PNS
NON
PNS PNS
NON
PNS
Bendahara Pengeluaran 1 0 0 0 1 0
Bendahara Gaji 1 0 0 0 1 0
Bendahara Penerimaan 1 0 0 0 1 0
Pembantu Bendahara
Penerimaan 1 0 0 0 1 0
Staf Administrasi 3 0 0 2 3 2
Staf Tata Usaha 0 1 0 3 0 4
Akuntan 0 0 0 2 0 2
Jumlah 7 1 0 7 7 8
Sumber: RSUD Padangan Tahun 2015
Page 12
Dari tabel diatas terlihat bahwa dengan menjadi BLUD, rumah sakit dapat
merekrut tenaga non medis secara kontrak ataupun mou untuk memenuhi
kebutuhan yang ada. Pada proyeksi Tahun 2016 terlihat bahwa rumah sakit
melakukan perekrutan tenaga sebanyak 7 orang yang terdiri dari staf tata usaha,
staf administrasi dan akuntan.
Perubahan Pengelolaan dan Pengadaan Aset/Barang
Perubahan yang terjadi dalam pengelolaan dan pengadaan barang yaitu
instansi pemerintah yang telah menjadi BLUD diberikan kebebasan untuk
mengelola seluruh asetnya seperti melakukan pembelian obat – obatan pada
pertengahan tahun sesuai dengan kebutuhan tanpa perlu lagi menunggu anggaran
yang ditetapkan pada tahun sebelumnya. Selain itu pengadaan barang seperti obat-
obatan dapat diperjualbelikan kepada masyarakat sehingga dapat menjadi
pendapatan dari BLUD dan dapat dipergunakan oleh rumah sakit untuk
membiayai kebutuhan operasionalnya. RSUD Padangan ketika telah menjadi
BLUD diberikan kewenangan untuk mengelola investasi dengan cara melakukan
pembangunan gedung dan berbagai pengadaan alat – alat kesehatan sesuai dengan
kebijakan manajamen rumah sakit.
Perubahan Pengelolaan Keuangan RSUD Padangan
Terdapat berbagai perubahan dalam pengelolaan keuangan ketika nantinya
RSUD Padangan menjadi BLUD. Mulai dari pengelolaan pendapatan dan
pengeluaran belanja operasional. Pendapatan dari rumah sakit nantinya dapat
berupa pendapatan fungsional dimana pendapatan tersebut berasal dari tarif
layanan yang diberikan kepada masyarakat. Pendapatan dari rumah sakit juga
berasal dari pendapatan hibah, pendapatan kerjasama, serta dana APBD dan
APBN yang digunakan untuk pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit
Terdapat perbedaan dalam penyelenggaraan akuntansi, pelaporan dan
pertanggungjawaban keuangan BLUD. Ketika menjadi BLUD maka rumah sakit
akan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Selain menggunakan standar SAK nantinya
rumah sakit tetap harus membuat laporan keuangan dalam bentuk Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dikarenakan rumah sakit masih berada dalam
naungan pemerintah daerah yang masih menggunakan SAP dalam laporan
keuanganya. Proses penyusunan kedua laporan keuangan tersebut yaitu:
Berdasarkan SAK:
Berdasarkan SAP:
Gambar Proses Penyusunan Laporan Keuangan
Bukti
Transaksi
Jurnal
Umum
Buku
Besar
Neraca
Saldo
Jurnal
Penyesuaian
Laporan
Keuangan
Buku
Besar
Neraca
Saldo Jurnal
Umum
Jurnal
Penyesuaian Laporan
Keuangan
Page 13
Rumah sakit ketika nantinya telah menjadi BLUD harus membuat 2 laporan
keuangan yaitu berdasarkan pada SAK dan SAP. Proses penyususnan kedua
laporan keuangan tersebut dimulai dari mengindentifikasi transaksi yang ada,
kemudian melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal pada akun tertentu.
Setiap jurnal yang telah dicatat, akan diposting ke buku besar pada akun yang
tepat. Setelah memposting setiap jurnal ke dalam buku besar, maka langkah
selanjutnya yaitu menyusun neraca saldo. Tujuan dari penyusunan neraca saldo
adalah untuk memastikan bahwa saldo debit dan saldo kredit telah sama. Tahapan
selanjutnya yaitu membuat jurnal penyesuaian, tahapan ini berfungsi untuk
menemukan kesalahan dalam pencatatan, penjurnalan atau posting ke buku besar.
Setelah melakukan penyesuaian pada neraca saldo yang telah dibuat, maka
tahapan yang terakhir yaitu menyiapkan laporan keuangan.
HAMBATAN RSUD PADANGAN KETIKA AKAN MENJADI BLUD
Hambatan RSUD Padangan ketika akan menjadi BLUD
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak RSUD Padangan yang
diwakili oleh drg. Fajar Respati pada jam 09.00 WIB hari Jumat, 18 Desember
2015, beliau mengemukakan bahwa hambatan yang dihadapai oleh RSUD
Padangan yaitu kurangnya kompetensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh
RSUD Padangan ketika nantinya akan menjadi BLUD seperti tenaga akuntansi,
sehingga bendahara yang dimiliki oleh RSUD Padangan saat ini berlatar belakang
pendidikan gizi yang kurang begitu memahami tentang akuntansi keuangan.
Apalagi ketika nantinya ketika menjadi BLUD standar yang digunakan juga akan
berbeda dan pengelolaan keuangan akan secara penuh akan dikelola berdasarkan
kebijakan dari rumah sakit dan menyebabkan kesulitan dalam mengelolanya.
Selain itu masih belum terdapat sistem yang terkoneksi dengan baik pada rumah
sakit yang mampu mengintegrasikan seluruh kegiatan operasional yang ada di
RSUD Padangan.
Sumber Daya Manusia
Ketika nantinya menjadi BLUD rumah sakit akan mengahadapi sebuah
hambatan yaitu belum adanya tenaga akuntan yang dimiliki oleh RSUD
Padangan. Hal ini akan menyebabkan bendahara dari rumah sakit mengalami
kesulitan untuk mengelola keungan yang ada dikarenakan tidak memiliki latar
belakang akuntansi. Sehingga fleksibilitas keuangan yang diberikan oleh
pemerintah ketika rumah sakit menjadi BLUD akan menjadi sebuah hambatan
bukan menjadi sebuah keuntungan yang bisa dimanfaatkan oleh rumah sakit.
Sistem Informasi
Hambatan lain yang dihadapi oleh rumah sakit yaitu belum adanya sistem
atau software yang terkoneksi dengan baik pada rumah sakit yang mampu
mengintegrasikan seluruh kegiatan operasional yang ada di RSUD Padangan.
Dengan belum adanya sistem yang berjalan dengan baik maka seluruh kegiatan
operasional masih menggunakan cara tradisional yang menyebabkan pelayanan
kepada masyarakat menjadi kurang begitu optimal seperti pelayanan yang
diberikan pada saat rekam medik yang membuat pasien mengantri dan pencatatan
obat2an yang masih belum tersistem dengan baik yang menyebabkan pihak rumah
sakit tidak bisa langsung mengetahui jumlah obat setiap waktu yang berakibat
Page 14
pada kekurangan obat pada pertengahan tahun yang sebetulnya bisa diantisipasi
dengan baik oleh pihak manajemen ketika memiliki sebuah sistem yang memadai.
Sehingga pasien tidak bisa menukarkan resep obat yang diterima dari dokter ke
RSUD Padangan dan beralih ke rumah sakit swasta atau apotik lain yang
harganya jauh lebih mahal.
SOLUSI ATAS HAMBATAN YANG DIHADAPI OLEH RSUD
PADANGAN KETIKA AKAN MENJADI BLUD
Solusi atas berbagai hambatan yang dihadapi oleh RSUD Padangan ketika
akan menjadi BLUD
Setelah peneliti melakukan penelitian dengan terjun langsung ke lapangan
mulai tanggal 1 November – 15 Desember 2015 dengan cara melakukan
pengamatan pada setiap aktivitas operasional dari RSUD Padangan mulai dari
pencatatan pasien di rekam medik sampai dengan penanganan pasien serta
kegiatan administrasi dan keuangan. Sehingga peneliti dapat memberikan solusi
atas berbagai hambatan yang dihadapi oleh rumah sakit ketika dalam proses
perubahan menjadi BLUD.
Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Penerapan SIA
Hambatan yang dimiliki oleh rumah sakit ketika dalam proses merubah
bentuknya menjadi BLUD yaitu belum adanya tenaga akuntan dalam tenga kerja
yang dimiliki oleh rumah sakit sehingga pihak manajamen dari rumah sakit akan
kesulitan dalam mengelola keuanganya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
peneliti memberikan solusi sebagai berikut:
1. Melakukan pelatihan kepada tenaga kerja yang berada pada bidang keuangan
berupa pelatihan mengenai akuntansi dari mulai pencatatan transaksi hingga ke
pelaporan keuangan yang seusai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
ada.
2. Ketika rumah sakit nantinya telah menjadi BLUD dapat melakukan perekrutan
tenaga ahli dalam bidang akuntansi dan keuangan dikarenakan rumah sakit
telah diberikan kewenangan dalam melakukan perekrutan tenaga kerja non pns
sesuai dengan kebutuhan yang ada.
3. Bekerja sama dengan pihak konsultan yang profesional dalam bidang akuntansi
dan keuangan dengan tujuan dapat membuat sistem informasi akuntansi yang
bisa terintegrasi dengan baik dengan rumah sakit, dapat membantu
mempermudah bendahara dalam membuat laporan keuangan yang sesuai
dengan SAK yang ada dan juga dapat membuat pengendalian internal yang ada
dirumah sakit seperti penyimpanan obat – obatan, otorisasi pada setiap
transaksi yang ada, supervisi , pemisahan tugas dll.
Peningkatan Sistem Informasi di RSUD Padangan
Dengan memiliki sistem informasi yang terintegrasi dengan seluruh
kegiatan operasional dari rumah sakit mulai dari pencatatan rekam medik sampai
dengan pemesanan obat – obatan dan pembuatan laporan keuangan. Jika ruamh
sakit telah memiliki sistem pada rekam mediknya maka akan sangat besar manfaat
Page 15
yang diperoleh dari rumah sakit seperti: waktu tunggu antrian bisa ditekan
seminimal mungkin sehingga bisa meningkatkan pelayanan yang diberikan oleh
ruamh sakit secara keseluruhan, sebagai cataatan perencanaan pengobatan,
perawatan yang diberkan kepada pasien serta untuk perkembangan dari pasien
tersebut, dan dapat digunakan untuk data sebagai bahan penelitian, analisis dan
pengevaluasian terhadap keualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.
MANFAAT ATAU KERUGIAN PASIEN DAN PIHAK RSUD PADANGAN
KETIKA MENJADI BLUD
Manfaat yang diterima oleh pasien maupun pihak RSUD Padangan ketika
akan menjadi BLUD
Berdasarkan Hasil wawancara dengan pihak rumah sakit yang diwakili
oleh drg. Fajar Respati pada jam 09.00 WIB hari Jumat 18 Desember 2015,
beliau mengemukakan bahwa manfaat yang paling banyak diterima yaitu dari sisi
rumah sakit ketika nantinya berubah menjadi BLUD, dikarenakan dengan menjadi
BLUD rumah sakit bisa mengatasi berbagai masalah yang ada yaitu kekurangan
SDM, belanja operasional yang timbul pada pertengahan tahun dan bisa menjadi
intansi pemerintah yang mandiri. Maka peneliti dapat mengetahui bahwa ternyata
banyak manfaat yang diterima oleh pasien maupun juga dari pihak RSUD
Peadangan ketika nantinya menjadi BLUD yaitu:
1. Dengan menjadi BLUD maka dapat mengatasi masalah yang ada yaitu
kekurangan obat pada pertengahan tahun anggaran karena dengan menjadi
BLUD diberikan fleksibilitas dalam pengadaan barang sesuai dengan
kebutuhan yang ada.
2. Dengan menjadi BLUD dapat mengatasi kekurangan sumber daya manusia
yaitu tenaga medis pada rumah sakit seperti dokter spesialis, perawat, bidan,
dll dengan cara melakukan perekrutan tenaga kerja non pns dengan sistem
kontrak atau mou.
3. Mendapatkan fleksibilitas dalam mengelola keuangan yang ada. Sehingga
rumah sakit dapat mengelola seluruh pendapatan dan belanja secara efisien dan
optimal untuk memenuhi segala kebutuhan operasional rumah sakit.
4. Manajemen dari rumah sakit diberikan kelonggaran dalam membuat kebijakan
– kebijakan startegis yang dapat meningkatkan kinerja dari rumah sakit yang
tertuang dalam Rencana Startegi Bisnis (RSB) yang berisi tentang program
strategis yang akan dijalankan oleh rumah sakit berupa program, kegiatan
indikatif, sumber daya manusia dan administratif yang ingin dicapai dalam
kurun waktu 1 sampai dengan lima tahun
Tidak ada kerugian yang diterima oleh pasien maupun pihak RSUD
Padangan ketika akan menjadi BLUD
Setelah peneliti melakukan penelitian dengan cara melakukan wawancara
dengan pihak RSUD Padangan yang diwakili oleh drg. Fajar Respati pada jam
09.00 WIB hari Jumat 18 Desember 2015, dan berbagai analisis yang telah
dilakukan oleh peneliti. Peneliti berkesimpulan bahwa tidak ada kerugian yang
diterima oleh pasien maupun pihak RSUD Padangan ketika menjadi BLUD. Hal
ini dikarenakan dengan menjadi BLUD maka rumah sakit mendapatkan banyak
sekali manfaat yang ada seperti: dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada
Page 16
ketika masih menjadi SKPD seperti kekurangan obat pada pertengahan tahun,
kekurangan jumlah sumber daya manusia dan belanja operasional pada
pertengahan tahun anggaran. Selain itu rumah sakit juga mendapatkan berbagai
fleksibilitas yang diberikan oleh pemerintah ketika menjadi BLUD seperti
perekrutan tenaga kerja, pengelolaan aset dan pengelolaan keuangan.
KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari berbagai analisis yang telah dilakukan oleh peneliti,
maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal mengenai restrukturisasi
perubahan status dari Satuan Kerja Perangkat Derah menjadi Badan Layanan
Umum Derah pada RSUD Padangan yaitu antara lain:
1. Hasil dari proses Restrukturisasi RSUD Padangan menjadi BLUD terdapat
beberapa perubahan yaitu: perubahan pada struktur organisasi yang dimiliki
oleh RSUD Padangan sehingga menyebabkan perubahan pada tugas dan
wewenang yang diberikan pada seluruh tenaga kerja dari RSUD Padangan,
perubahan perekrutan tenaga kerja yang diberikan kebebasan untuk melakukan
perekrutan sesuai dengan kebutuhan yang ada, perubahan pengelolaan dan
pengadaan aset dan barang dan perubahan pengelolaan keuangan
2. Dalam proses menjadi BLUD, RSUD Padangan mendapatkan beberapa
hambatan yaitu belum adanya tenaga akuntan yang ada dalam rumah sakit dan
belum adanya sebuah sistem yang terintegrasi pada seluruh kegiatan
operasional dari RSUD Padangan.
3. Ketika rumah sakit bisa mengatasi hambatan – hambatan dalam proses
merubah statusnya menjadi BLUD yaitu dengan cara melakukan perekrutan
tenaga ahli akuntansi dan membuat sistem yang baik pada rumah sakit. Dengan
cara tersebut rumah sakit diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada
dan dapat meningkatkan kinerjanya secara opotimal.
4. Setelah melakukan penelitian dengan cara langsung terjun ke lapangan dan
wawancara dengan pihak rumah sakit yang diwakili oleh drg. Fajar Respati
peneliti dapat kesimpulan bahwa banyak sekali manfaat yang didapatkan oleh
RSUD Padangan ketika nantinya berubah bentuk menjadi BLUD yaitu bisa
mengatasi permasalahan yang dihadapai rumah sakit sebelum menjadi BLUD
Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka saran
yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Ketika nantinya RSUD Padangan telah Bebrubah statusnya menjadi BLUD
seharusnya terdapat peningkatan dalam pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dengan cara dapat mengatasi berbagai permasalahan yang timbul
ketika belum menjadi BLUD yaitu kekurangan obat pada pertengahan tahun
dan kekurangan tenaga medis.
Page 17
2. Ketika RSUD Padangan menjadi BLUD maka seharusnya rumah sakit secara
perlahan tidak lagi bergantung terhadap bantuan dana dari pemerintah yang
berupa APBN dan APBD sehingga rumah sakit bisa lebih mandiri dalam
membiayai seluruh kegiatan operasionalnya.
3. RSUD Padangan seharusnya memberikan pelatihan dan pendidikan terhadap
tenaga yang bekerja pada bidang keuangan mengenai pengelolaan angagran
dan akuntansi. Sehingga diharapkan rumah sakit mampu mengelola
keuanganya secara optimal dan dapat membuat laporan keuangan seusai
dengan Standar Akuntansi Keuangan.
4. RSUD Padangan diaharapkan memiliki sistem yang terintegrasi dengan seluruh
kegiatan operasional dari rumah sakit sehingga dapat mampu meningkatkan
kinerjanya secara opotimal, mampu membuat pengendalian internal yang baik
serta mampu bersaing dengan ruamh sakit – rumah sakit swasta yang ada di
Kab. Bojonegoro.
Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa keterbatasan
antara lain:
1. Objek penelitian yang diteliti yaitu RSUD Padangan masih dalam proses
merubah bentuknya dari SKPD menjadi BLUD, sehingga membuat penelitian
kurang maksimal dikarenakan peneliti tidak bisa membandingkan secara akurat
mengenai seluruh kinerja dari RSUD Padangan sebelum menjadi BLUD dengan
setelah menjadi BLUD.
2. Peneliti tidak memiliki wewenang untuk menganggap data yang berasal dari
informan yaitu RSUD Padangan yang berupa berbagai dokumen yang terdiri
atas: struktur organisasi, rencana strategi bisnis, laporan keuangan yang dibuat
oleh rumah sakit, pola tata kelola, dan standar pelayanan minimal merupakan
sebuah data yang benar atau salah. Sehingga peneliti memberikan data sesuai
dengan apa yang diberikan oleh RSUD Padangaan Bojonegoro.
DAFTAR PUSTAKA
A.Hall, James. 2009. Accounting Information Systems. Buku 1. Edisi 4.
Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnos. Jakarta : Salemba Empat.
Cahyani, Ati. 2003. Dasar – Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Penerbit
Grasindo
Bahtiar,Arif. 2002. Akuntansi Pemerintahan. Edisi I. Jakarta: Salemba Empat.
Bernardian and Russell. 1998. Human Resource Management an Experiental
Approach. Boston : McGraw- Hill.
Darmadji, Eferin 2004. Metode Penelitian Untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan
Praktis. Malang: Bayumedia Publishing.
Page 18
Ely Trianasari, 2010, Penyusunan Rencana Strategi RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang Menuju Badan Layanan Umum (BLU).Laporan KKNP.
Universitas Brawijaya.
Farich, Achmad. 2012. Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
F.J. Gouillart and J. N. Kelly.1995. Transforming the Organization. New York :
McGraw-Hill, Inc.
Gibson, Ivancevich, Donelly. Tanpa Tahun. Organisasi.Terjemahan (Adiarni).
2011. Tangerang : Binarupa Aksara.
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi
Pertama. Jakarta : Salemba Empat.
Herbert, A. Simon.1982. Administrative Behavior, A Study of Decision,
Terjemahan. Jakarta : PT. Bina Aksara.
Umar, Husein. 2002, Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Irrianto,Nur dan Bambang Supomo. 2002.Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Krisna, Melfina. 2012. Analisis Beban Kerja Dan Kebutuhan Tenaga Di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung. Tesis. Universitas
Indonesia.
Lukman, Mediya. 2013. Badan Layanan Umum Dari Birokrasi Menuju
Korporasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Jogjakarta : Penerbit Andi
Peraturan Menteri Keuangan No. 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas
Badan Layanan Umum.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal.
Prasetyo, Ryan. 2013. Analisis Implementasi Sistem Informasi Pengadaan Obat
Pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Studi Pada Rumah Sakit Umum Dr.
Saiful Anwar Malang. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Rahamawati, Nur. 2006. Analisis Tarif dan Biaya Pelayanan Jasa Rawat Inap
Untuk Meningkatkan Pendapatan Di Rumah Sakit Umum Daerah
Sidoarjo.Skripsi. Universitas Brawijaya.
Page 19
Ramos, Jose Andrew. 2008. Restrukturisasi Organisasi Administrasi Perpajakan
Modern, Studi Kasus di KPP Pratama Jakarta Cengkareng.Tesis.
Universitas Indonesia.
Riyandi Santoso, Galdys. 2011. Analisis Sistem Pengelolaan Anggaran Rumah
Sakit Setelah Berstatus Badan Layanan Umum, Studi Kasus Pada Rumah
Sakit Umum Daerah Sidoarjo. Skripsi. Universitas Brawijaya
Robbin. 2002.Essential of Organizational Behavior,5 ed. Terjemahan Halida dan
Sartika. Jakarta : Erlangga.
Robbin dan Coulter.2010. Management.Edisi 10. Terjemahan Sarban Bob dan
Bernadi Devri. Jakarta : Erlangga
Sekaran, Uma. 2005. Research Methods For Bussiness. Buku 2. Edisi 4.
Terjemahan Kwan M. Jakarta : Salemba Empat.
Soeroso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit. ECG.
Sugiyarti,Dwi. 2010. Analisis Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Setelah
Berstatus Badan Layanan Umum (Studi Kasus Pada RSUD Kabupaten
Malang). Skripsi. Universitas Brawijaya
Sutarto. 1993. Dasar – Dasar Organisasi. Jakarta: Gajah Mada University Press.
Sunarto. 2007. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: Amus.
Supranto. (1997). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Thoha,Miftah. 2002. Dimensi – Dimensi Prima Ilmu Administrasi negara.
Jakarta: CV Rajawali
Undang – Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara
Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Undang – Undang No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
Utomo,W. (2007). Administrasi Publik Indonesia di Era Demokrasi Lokal:
Bagaimana Semangat Kompabilitas Menjiwai Budaya Birokrasi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Widjayanto, Nugroho. 2001. Pemeriksaan Operasional Perusahaan. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Widyasari,Devi. 2012. Efektivitas Pelayanan Kesehatan Dari Perubahan Bentuk
Pelayanan Satuan Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Menjadi Badan
Layanan Umum Daerah. Skripsi.Universitas Udayana.