Restorative Dental Emergency Penatalaksanaan Lepasnya Protesa Crown pada Gigi Oleh : Drg. Desak Nyoman Ari Susanti, M.Kes PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2017
Restorative Dental Emergency Penatalaksanaan
Lepasnya Protesa Crown pada Gigi
Oleh :
Drg. Desak Nyoman Ari Susanti, M.Kes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… .ii
ABSTRAK ……………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………… 3
2.1 Penatalaksanaan Lepasnya Crown
Akibat Preparasi Yang Kurang Retentif …………………………. 4
2.2 Penatalaksanaan Lepasnya Crown Akibat
Karies Sekunder Pada Gigi Abutment…………………………… . 7
2.3 Penatalaksanaan Lepasnya Crown Akibat
Sementasi yang Kurang Adekuat……………………………..…. 9
2.4 Penatalaksanaan Lepasnya Crown Akibat Tekanan
Kunyah Yang Besar………………………………………………. 12
BAB III PENUTUP……………………………………………………..…. 16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 18
ABSTRAK
Kondisi emergency atau kegawatdaruratan di bidang kedokteran gigi bukan saja
kejadian yang meyebabkan kematian. Kondisi ini bisa saja berupa rasa sakit akut,
restorasi yang terlepas, gigitiruan yang patah dan lain sebagainya. Crown gigi atau
mahkota tiruan merupakan salah satu protesa yang sering digunakan untuk
mengembalikan fungsi kunyah dari gigi maupun fungsi estetik. Crown dapat
dipasang dengan menggunakan semen. Pada kondisi tertentu crown gigi dapat
terlepas, sehingga hal ini butuh penanganan yang segera/ emergency. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan crown terlepas seperti preparasi yang kurang
retentif, penyemenan yang kurang adekuat, ataupun adanya karies sekunder
dibawah crown/ mahkota. Penanganan yang tepat sebelum pemasangan crown dan
tindakan yang teliti dalam mencari penyebab lepasnya crown dan tindakan
resementing yang adekuat akan membantu pasien untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi.
BAB I
PENDAHULUAN
Dental emergency merupakan suatu kondisi yang membutuhkan
penangan segera secara cepat, tepat, dan terarah untuk mengindari keadaan
yang tidak diinginkan terjadi pada pasien. Dalam kedokteran gigi, keadaan
emergency bukan saja kejadian yang menyebabkan kematian, melainkan
juga suatu kondisi yang menimbulkan rasa sakit/nyeri akut atau restorasi
gigi yang fraktur (Evy Eida, 2006). Kondisi kegawatdaruratan dalam
kedokteran gigi dibagi menjadi empat bagian, yaitu acute oral medical
and surgical conditions, restorative dental emergencies, acute
presentations of chronic orofacial pain conditions, and traumatic injuries
to the teeth and oral soft tissues. Hampir semua kasus emergency biasanya
membutuhkan tindakan restorasi (Greenwood dkk, 2012). Restorative
Dental Emergency merupakan suatu tindakan konservatif pada gigi dengan
kondisi nyeri akut, trauma atau restorasi gigi yang sudah tidak baik.
dengan tujuan untuk mengembalikan bentuk dan fungsi gigi seperti
semula.
Restorasi gigi adalah hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki
tujuan mengembalikan bentuk, fungsi, dan penampilan gigi (Harty dan
Ogston, 1995). Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan
indirek. Restorasi direk adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung
pada kavitas gigi dalam satu kunjungan (American Dental Assosiation,
2003). Restorasi indirek adalah restorasi struktur gigi yang dilakukan
diluar mulut pasien dan melalui prosedur laboratorium. Restorasi indirek
dapat berupa restorasi intrakoronal (inlay), ekstrakoronal (mahkota
jaket/crown), dan kombinasi intra dan ekstrakoronal (onlay).
Mahkota jaket/crown merupakan salah satu restorasi cekat yang
disementasi dengan gigi abutment menggunakan semen, sehingga kecil
kemungkinan restorasi cekat untuk lepas dari gigi abutmentnya, akan
tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan restorasi crown
tersebut lepas. Crown yang terlepas dari gigi abutment harus di sementasi
ulang dan dilakukan evaluasi terhadap penyebab lepasnya crown tersebut.
Gigi yang telah menggunakan restorasi crown, pasti sudah dilakukan
preparasi yaitu pengurangan struktur gigi lainnya yang menyebabkan
dentin terekspose sehingga menyebabkan gigi lebih sensitive terhadap
paparan dan akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
BAB II
PEMBAHASAN
Terlepasnya protesa crown pada gigi disebabkan oleh beberapa factor diantaranya
adalah :
2.1. Preparasi Yang Kurang Retentif
Preparasi gigi adalah suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan
jaringan permukaan gigi yang akan menjadi penyangga gigi tiruan cekat
dengan tujuan untuk, menyediakan tempat bagi bahan retainer atau mahkota,
memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi gigi asli,
menghilangkan daerah undercut, mendapatkan arah pasang gigi tiruan cekat,
membangun bentuk retensi dan menghilangkan jaringan yang rusak oleh
karies jika ada (Jacobsen, 2008).
Untuk mendapatkan hasil preparasi yang ideal, maka dokter gigi harus
mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip preparasi yang benar. Prinsip dasar
preparasi gigi penyangga dilandasi oleh berbagai pertimbangan utama, antara
lain pertimbangan mekanis, biologis dan estetik. Pertimbangan mekanis
berhubungan dengan integritas dan daya tahan restorasi. Kemudian
pertimbangan biologis berhubungan dengan kesehatan jaringan rongga mulut.
Sedangkan pertimbangan estetik yang berhubungan dengan penampilan
pasien (Rosenstiel, 2001).
Restorasi yang optimum harus memenuhi syarat biologis, mekanis dan
estetik Banyaknya preparasi yang dibutuhkan bervariasi pada tipe mahkota
dan permukaan gigi yang berbeda. Reduksi juga dipengaruhi oleh posisi dan
susunan gigi dalam rahang, hubungan oklusal, estetik, pertimbangan
periodontal dan morfologi gigi. Preparasi gigi penyangga dilakukan sesuai
dengan tahap-tahap berikut:
a. Pengasahan permukaan oklusal/insisal
Reduksi permukaan oklusal pada gigi posterior atau insisal pada gigi
anterior bertujuan untuk menciptakan ruangan bagi lapisan material
restorasi gigi tiruan cekat yang tebal dan kuat. Lapisan bahan yang tebal
dapat mengatasi keadaan yang membutuhkan koreksi oklusi seperti adanya
keausan permukaan oklusal/insisal akibat pengunyahan (Rosenstiel, 2001).
Gambar 1. Restorasi yang
optimum harus memenuhi
syarat biologis, mekanis, dan
estetik (Rosenstiel, 2001).
b. Pengasahan permukaan proksimal
Pengasahan jaringan gigi pada daerah proksimal bertujuan untuk
menghilangkan kecembungan yang dapat menghalangi arah pemasangan
(path of insertion). Dinding proksimal direduksi agar mendekati
kesejajaran melalui pembentukan sedikit sudut konvergen ke arah oklusal.
Sudut ini dijaga agar tidak terlalu konvergen (overtapered) agar
mendapatkan retensi yang cukup. Selain itu, preparasi pada dinding
proksimal tidak boleh membentuk undercut karena dapat menghalangi
arah pemasangan gigitiruan cekat. Ketebalan preparasi berbeda sesuai
dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer (Rosenstiel,
2001).
c. Pengasahan permukaan fasial/ lingual
Pengasahan pada dinding fasial dan lingual berguna untuk
menyediakan tempat bagi ketebalan yang cukup dari material restorasi
agar dapat mengurangi kemungkinan terjadinya overcontour. Pengambilan
jaringan dilakukan seperti pada proses reduksi dinding-dinding proksimal
(Rosenstiel, 2001).
d. Pembulatan sudut-sudut preparasi dan pembentukan akhiran servikal
Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang
merupakan pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus
dibulatkan karena sudut yang tajam akan menimbulkan tegangan (stress)
Gambar 3. Preparasi all ceramic crown (Mizrahi, 2011).
pada restorasi dan sulit dalam pemasangan gigi tiruan cekat. Akhiran
servikal preparasi (finishing line) harus mempunyai bentuk yang jelas
tergantung pada kondisi gigi penyangga dan material gigitiruan cekat yang
digunakan. Akhiran servikal ini berguna untuk menghindari terjadinya
kegagalan restorasi akibat tidak rapatnya kontak antara restorasi gigitiruan
cekat dengan akhiran servikal. Akhiran servikal preparasi dapat berbentuk
knife edge, bevel, chamfer, shoulder atau shoulder bevel (Rosenstiel,
2001).
Gambar 2. Bentuk akhiran servikal preparasi: (a) knife edge, (b) bevel, (c) chamfer,
(d) shoulder, (e) shoulder bevel (Vita, 2013).
Gambar 5. Preparasi porcelain fused to metal crown (Rosenstiel, 2001).
e. Pembuatan grooves, pinholes dan boxes
Pembuatan grooves, pinholes dan boxes pada preparasi bertujuan
untuk menambah retensi bagi restorasi dengan cara mencegah terlepasnya
restorasi ke arah yang berlawanan dengan arah insersi. Pembuatan
grooves, pinholes dan boxes sebagai retensi tambahan sangat penting
dalam mengatasi hasil preparasi dengan retensi yang kurang memadai
Gambar 4. Preparasi full metal crown
Sumber http://www.magellandental.ca/pfm-full-metal (diakses tanggal 29 Mei 2017)
seperti preparasi yang overtapered dan hasil preparasi yang kehilangan
morfologi alaminya (Rosenstiel, 2001).
2.2. Karies Sekunder Pada Gigi Abutment
Karies sekunder yang terjadi pada margin crown merupakan salah satu
penyebab terjadinya kegagalan restorasi. Lesi karies dapat menyebabkan
terjadinya reaksi patologis pada jaringan pulpa dan akan menyebabkab
kerusakan jaringan keras yang parah jika lesi karies tidak ditangani,
sehinggapemeriksaan integritas marginal crown secara menyeluruh dapat
meminimalisir terjadinya karies sekunder di sekitar restorasi yang telah
dilakukan (Alomari et al, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya karies sekunder,
yaitu:
1. Mikroorganisme
Karies merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi yang
diakibatkan oleh multifactorial yang akan menginisiasi ketidakseimbangan
antara demineralisasi dan remineralisasi jaringan keras gigi, salah satunya
diakibatkan oleh keberadaan mikroorganisme yang
bersifatpatogen.Berdasarkan penelitian Kidd et al menyatakan bahwa tidak
ada perbedaan jenisbakteri penyebab karies primer dan karies sekunder,
yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Kedua jenis bakteri ini
dapat menyebabkan terjadinya penurunan pH rongga mulut yang akan
terjadi proses demineralisasi pada jaringan keras gigi (Thomas et al, 2008).
2. Kebocoran mikro
Kebocoran mikro dapat menyebabkan hipersensitivitas pada gigi,
diskolorasi pada gigi, perubahan warna dentin, karies sekunder, cedera
pulpa dan akhirnya dapat menyebab lepasnya protesa atau restorasi.
Perubahan dimensional pada restorasi atau protesa menyebabkan
perlekatan antara gigi dan protesa tidak baik, sehingga ada celah kecil
yang memungkinkan debris makan, saliva dan bakteri dapat masuk
kedalam celah antara gigi dan restorasi, sehingga dalam waktu yang lama
akan menimbulkan adanya karies pada gigi abutment atau gigi yang
direstorasi (Diercke et al, 2009)
Tahapan penatalaksanaan karies sekunder adalah: (Mijor,2002)
1. Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll atau ruber dam
2. Bersihkan sisa semen pada gigi dan crown
3. Bersihkan jaringan karies menggunakan ekskavator dan round bur
4. Luasnya struktur jaringan yang terlibat karies mempengaruhi jenis
perawatan selanjutnya yang dilakukan. Karies sekunder yang luas dan
membutuhkan pembuangan jaringan yang banyak akan menyebabkan
perubahan dimensi gigi yang besar sehingga kebutuhan penggunaan
semen pada saat proses resementasi akan sangat banyak untuk mengisi
ruang antara gigi dan crown. Maka dari itu pada kasus tersebut
diperlukan pembuatan crown yang baru . Selain itu diperlukan
pertimbangan untuk melakukan pulp capping jika karies terlalu dalam
dan hanya meninggalkan selapis tipis dentin ataupun diperlukannya
perawatan saluran akar sebelum resementasi crown yang baru.
Apabila luas struktur jaringan yang terlibat karies dan perubahan
dimensi gigi yang terjadi minimal maka resementasi crown yang lama
diindikasikan.
2.3. Sementasi yang Kurang Adekuat
Beberapa faktor yang mempengaruhi lepasnya protesa crown akibat
sementasi yang kurang adekuat :
1. Konsistensi semen
Konsistensi dari semen dapat ditentukan dengan mengukur
kekentalan. Peningkatan suhu dan waktu telah menunjukkan peningkatan
kekentalan atau viskositas dari beberapa jenis semen. Apabila manipulasi
tidak dilakukan dengan cepat dan melebihi instruksi pabrik maka akan
terjadi peningkatan ketebalan semen sehingga menurunkan adaptasi
restorasi pada gigi. Selain itu ratio powder dan liquidyang tidak sesuai
dengan instruksi pabrik dapat menyebabkan meningkatnya konsistensi
semen atau menurunnya konsistensi semen dari batas normal.
Manipulasi semen yang tidak tepat yang menyebabkan semen
terlalu encer dapat menurunkan kekuatan dari semen.Sedangkan
meningkatnya konsistensi semen dapat mengakibatkan aplikasi menjadi
lebih susah dan tidak rata. Terdapat ruang yang kosong antara gigi dan
crown yang tidak terisi semen sehingga menyebabkan retensi crown
buruk.
2. Ketebalan semen yang kurang
Ketebalan semen sangat menentukan adaptasi restorasi dari gigi.
Retensi juga dapat dipengaruhi oleh ketebalan semen. Ketebalan
maksimum dari semen adalah 25 μm. Maka dari itu semen sebagaiknya
kurang lebih mengisi ½ dari volume mahkota.
3. Kelarutan
Kelarutan dalam air dan cairan dalam mulut juga merupakan suatu
faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam kegagalan sementasi
crown. Pada umumnya, water based cement memiliki kelarutan dalam air
dan cairan dalam mulut lebih tinggi dibandingkan resin atau oil based
cements. Beberapa jenis semen yang tergolong dalam water-based cements
yaitu glass and resin-modified glass ionomer cements, zinc polyacrylate,
Hybrid Ionomer Cement,dan zinc phosphate. Jenis semen yang tergolong
dalam oiled based cements yaitu zinc oxide-eugenoldan noneugenol-zinc
oxide. Jenis semen yang tergolong dalm resin-based cements meliputi
composisites and adhesive resin dan compomers.
4. Kekuatan semen
JENIS SEMEN COMPRESSIVE
STRENGTH (MPA)
Adhesive resin 55-224
Compomers 100
Glass Ionomer 93-226
Hybrid Ionomer 85-126
Resin Composite 180-265
Zinc-Oxide eugenol
1. EBA-Alumina
2. Polymer
Modified
64
37
Zinc Phosphate 96-133
Zinc Polyacrylate 57-99
Noneugenol zinc-oxide 2,7-4,8
Penangan lepasnya crown akibat sementasi yang kurang adekuat dapat dicapai
dengan melakukan resementasi crown yang lepas. Adapun tahapan resementasi
lepasnya crow, yaitu :
1. Bersihkan protesa crown dan gigi abutment dari sisa-sisa semen yang lama
2. Lakukan irigasi dengan menggunakan NaOCl 2,5% dan desinfeksi dengan
chlorhexidine digluconate 2% selama 1 menit kemudian keringkan dengan
3-way syringe
3. Lakukan pengepasan crown dan pemeriksaan apakah terdapat karies pada
gigi, cek ketepatan tepi antara gigi dan crown, oklusi, dan kontak
proksimal
4. Resementasi.
Pemilihan jenis semen sangat mempengaruhi prognosis resementasi
crown. Jenis semen yang memiliki kekuatan maksimal dan daya larut yang
minimal berbanding lurus dengan retensi crown yang di resementasi.
5. Cek kembali oklusi, ketepatan tepi, kontak proksimal.
6. Lakukan follow secara berkala untuk mengidentifikasi secara dini
kegagalan perawatan yang dilakukan. Evaluasi kembali terkait keluhan
dari pasien, inflamasi gingiva, apakah ada karies pada margin antara
crown dan gigi, ketepatan tepi, cek oklusi, dan kontak proksimal
2.4. Tekanan kunyah yang besar
Beban oklusal yang besar dan tidak rata merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi lepasnya protesa crown dari gigi abutment.
Adanya beban oklusal pada lokasi-lokasi tertentu dapat menjadi initial
point terbentuknya daya ungkit yang terlokalisir pada lokasi tersebut. Daya
ungkit yang besar dan terjadi secara terus menerus dapat melemahkan
retensi crown yang telah disementasi sehingga dapat mengakibatkan
lepasnya crown dari gigi abutment-nya. Oleh karena itu, occlusal
adjustment diperlukan sebagai tahapan awal sebelum dilakukan
resementing untuk menghilangkan faktor penyebab dari lepasnya crown.
Tahapan occlusal adjustment serta resementing pada lepasnya crown
akibat tekanan kunyah yang besar adalah sebagai berikut :
1. Mendeteksi kontak premature pada gigi
Untuk pengungkapan kontak premature pada gigi, dapat
menggunakan alat pendeteksi berupa kertas artikulasi (articulating
paper). Kertas artikulasi ditempatkan pada posisinya , kemudian pasien
diinstruksikan untuk mengkatupkan gigi dengan arah keatas dan
kebawah secara bersamaan, pelan-pelan dan sekuat-kuatnya kemudian
kearah lateral . Daerah yang mengalami prematuritas kontak ditandai
dengan ketebalan warna kertas artikulasi yang melekat pada permukaan
gigi.
2. Pengasahan gigi.
Bila kontak gigi dengan gigi antagonisnya berada tidak pada posisi
yang tepat, koreksi dilakukan untuk menciptakan kontak tonjol yang
lebih ideal. Pada gigi anterior dapat dilakukan pengasahan pada bidang
palatal dan insisal gigi-gigi anterior , sedangkan pada gigi posterior
pada sisi kerja di gunakan hukum BULL (Bukal Upper Lingual Lower)
sedangkan pada sisi keseimbangan digunakan hukum Anti BULL .
3. Pemolesan permukaan gigi
Permukaan gigi yang telah perbaiki akan menjadi kasar . Untuk itu
permukaan gigi yang diasah harus dilicinkan dan dipoles sehingga
terasa lebih nyaman bagi pasien menggunakan bur finishing dan
polishing.
BAB III
PENUTUP
untuk Dental emergency merupakan suatu kondisi yang membutuhkan
penangan segera secara cepat, tepat, dan terarah mengindari keadaan yang tidak
diinginkan terjadi pada pasien. Salah satu jenis dental emergency adalah
restorative dental emergencies yang merupakan suatu tindakan konservatif pada
gigi dengan kondisi nyeri akut, trauma atau restorasi gigi yang sudah tidak baik.
dengan tujuan untuk mengembalikan bentuk dan fungsi gigi seperti semula.
Penanganan terhadap kasus lepasnya protesa crown pada gigi merupakan
salah satu restorative dental emergenciesy yang sering dilakukan . Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan lepasnya protesa crown pada gigi seperti
preparasi yang kurang retentif, karies sekunder pada gigi abutment, sementasi
yang kurang adekuat, dan juga akibat tekanan kunyah yang terlalu besar.
Penanganan pada kasus lepasnya protesa crown dilakukan sesuai dengan
faktor penyebab lepasnya protesa crown. Pada kasus lepasnya protesa crown yang
disebabkan karena preparasi yang kurang retentif, penanganannya dengan
melakukan preparasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip preparasi dan memenuhi
syarat biologis, mekanis dan estetik. Protesa crown yang lepas karena karies
sekunder pada gigi abutment harus ditangani dengan menghilangkan karies,
melakukan pulp capping pada karies yang dalam, perawatan endodontic jika
melibatkan saluran akar, resementing ulang pada crown yang lama, serta
pembuatan crown baru apabila crown lama sudah tidak sesuai. Penanganan
protesa crown yang lepas karena sementasi yang kurang adekuat dilakukan
dengan resementing crown dengan menggunakan jenis semen yang memiliki
kekuatan maksimal dan daya larut yang minimal. Pada kasus lepasnya protesa
crown yang disebabkan karena tekanan kunyah yang terlalu besar dilakukan
dengan occlusal adjustment sebagai tahapan awal sebelum dilakukan resementing
untuk menghilangkan faktor penyebab dari lepasnya crown.
DAFTAR PUSTAKA
Alomari. Q, Al-Saiegh. F, Qudeimat. M, Omar. R. 2008. Recurrent Caries at
Crown Margins: Making a Decision on Treatment. Med Princ Pract. 18:187-
192
Bacterial composition and red fluorescence of plaque in relation to primary and
secondary caries next to composite: an in situ study. Oral Microbiologyand
Immunology, Vol. 23(1), pp. 7-13.
Diercke, K., Lussi, A., Kersten, T., & Seemann, R. 2009. Isolated development of
inner (wall) caries like lesions in a bacterial-based in vitro model. Clinical
OralInvestigations, Vol. 13(4), pp. 439-444.
Jacobsen P. 2008. Restorative dentistry an integrated approach. 2nd
Ed.
UK:Blackwell Munksgaard. 175-6;199-239; 237-39
Mizrahi B. 2011. All ceramic silica/glass-based crowns – clinical protocol.
British Dental Journal 211, 257 -262
Mijor. IA, Gordan. VV. 2002. Failure, Repair, Refurbishing, and Longevity of
Restoration. Open Dent. 27: 528-34
Powers J, Sakaguchi R., 2006, Craig’s Restorative Dental Material, 12th edition,
Mosby Inc.
Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. 2001. Contemporary fixed prosthodontics.
3rd
Ed. St. Louis: Mosby : 2-19;165-97;354-416;592-605;746-815
Thomas, R. Z., van der Mei, H. C., van der Veen, M. H., de Soet, J. J., &
Huysmans, M. C. D. N. J. M. 2008VITA Zahn fabric H. Vita system 3D-
master. http://vident.com/wp-content/uploads/2011/07/en_3050315.pdf (15
Mei 2013)
.