Page 1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
STEP 1.....................................................................................................................2
STEP 2.....................................................................................................................2
STEP 3.....................................................................................................................3
STEP 4.....................................................................................................................7
STEP 5.....................................................................................................................7
STEP 6.....................................................................................................................7
STEP 7.....................................................................................................................8
KESIMPULAN.....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
1
Page 2
STEP 1
1. Restorasi plastis komposit:
Teknik preparasi dan restorasi dengan bahan tumpatan komposit yang
dikerjakan 1 kali kunjungan tidak memakai fasilitas laboratorium. Bahan
dapat dibentuk di dalam kavitas dapat setting di dalam kavitasnya. Biasanya
untuk gigi anterior karena translusensinya hampir sama dengan gigi asli.
2. Karies media kelas III Black:
Karies yang mencapai dentin, karies pada proksimal gigi anterior tanpa
melibatkan insisal.
3. Vitalitester:
Untuk melihat apakah gigi masih vital atau tidak dengan aliran listrik dan
diletakkan pada servikal gigi, sebelumnya diberi pasta untuk melihat reaksi
pulpa.
STEP 2
1. Apa saja macam-macam restorasi resin komposit?
2. Apa indikasi dan kontraindikasi restorasi plastis komposit?
3. Apa kelebihan dan kekurangan restorasi plastis komposit?
4. Bagaimana tahapan preparasi, restorasi, dan polishing?
5. Apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pada restorasi komposit?
2
Page 3
STEP 3
1. Apa saja macam-macam restorasi resin komposit?
a. Berdasarkan ukuran partikelnya :
No Tipe
Ukuran
Partikel
(µm)
% bahan pengisi
(persatuan berat)
1. Konvensional
(large particle)
8-12
15-35
78
2. Partikelkecil
(Fine particle)
1-8 70-86
3. Mikro (mikrofine) 0,04 25-63
4. Hibrid (blended) 0,04 dan 1-5 77-80
b. Berdasarkan bahan pengisinya:
Komposit Konvensional
Bahan pengisinya bubuk quartz. Permukaan menjadi kasar,
disebabkan abrasi selektif dari matriks resin lunak yang mengelilingi partikel
filler yang keras. Sifat-sifat mekanik baik, jarang terjadi fraktur. Permukaan
dapat mengikat plak, sukar dipoles. Mempunyai kecenderungan berubah
warna. Indikasi untuk tumpatan dengan tekanan kunyah besar (kelas IV dan
II)
Komposit Partikel Kecil
3
Page 4
Pemolesan dan finishing lebih baik dari konvensional. Sifat-sifat mekanik
dan fisik yang paling baik ditemukan pada komposit ini. Pengerutan pada saat
polimerisasi sama atau bahkan lebih kecil disbanding konvensional. Kandungan
bahan pengisinya kaca yang mengandung logam berat-bersifat radiopak.
Permukaan resin menjadi lebih halus karena partikelnya kecil dan termampatkan
dan resistensinya terhadap pengunyahan baik. Indikasi untuk tumpatan pada
daerah yang terkena tekanan besar dari abrasi (kelas IV dan II).
Komposit Hibrid
Mempunyai permukaan halus dan estetik tapi mempunyai kekuatan yang
baik. Komposisi terdiri dari 2 macam bahan pengisi mengandung silica koloidal
dan partikel dari kaca yang mengandung logam berat. Untuk tumpatan anterior
dan gigi posterior.
c. Berdasarkan cara berpolimerasi
1. Dengan bantuan sinar tampak (light cure)
2. Tanpa bantuan sinar dengan cara kimiawi
2. Apa indikasi dan kontraindikasi restorasi plastis komposit?
Indikasi restorasi komposit:
1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI
2. Fondasi atau corebuildups
3. Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)
4. Prosedur estetis tambahan
a. Partial veneers
b. Full veneers
c. Modifikasi kontur gigi
d. Penutupan/perapatan diastema
4
Page 5
5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)
6. Restorasi sementara
7. Periodontal splinting
Kontraindikasi restorasi komposit:
1. Restorasi posterior dengan beban kunyah besar
2. Insidensi karies tinggi
3. OH buruk
4. Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism
3. Apa kelebihan dan kekurangan restorasi plastis komposit?
Kelebihan restorasi komposit:
1. Estetik baik
2. Kekuatan cukup
3. Tidak menimbulkan arus galvanis
4. Biokompatibel
5. Dapat bertahan minimal 3 tahun, sekitar 3-10 tahun
6. Tidak membuang banyak jaringan
Kekurangan restorasi komposit:
1. Pasca restorasi biasanya sensitivitas tinggi
2. Memerlukan kemampuan sensitivitas yang tinggi
3. Mahal
4. Microleage
5. Waktu lebih banyak
6. Menyerap air sehingga harus isolasi dengan baik. Jika terkontaminasi
restorasi mudah lepas
4. Bagaimana tahapan preparasi, restorasi, dan polishing?
5
Page 6
a. Isolasi
b. Pembersihan permukaan gigi
c. Pemilihan warna komposit
d. Preparasi kavitas
e. Liner/basis
f. Etsa asam pada daerah yang di bevel
g. Bonding
h. Penumpatan resin komposit
i. Polishing
5. Apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pada restorasi komposit?
Berikut adalah beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
restorasi plastis:
1. Teknik isolasi yang baik
2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat
3. Design kavitas yang sesuai
4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis
5. Proses polishing
6. Teknik finishing
STEP 4
6
Page 7
Mapping:
STEP 5
Mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi resin komposit, indikasi dan
kontraindikasi restorasi komposit, kekurangan dan kelebihan restorasi
komposit,tahapan preparasi restorasi komposit dan langkah-langkah penumpatan
restorasi komposit.
STEP 6 MANDIRI
STEP 7 PEMBAHASAN
7
Karies
Restorasi
Rigid Plastis
Komposit AmalgamGI
Macam-macam
Indikasi dan Kontraindikasi
Aplikasi/tahapan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
+ dan -
Page 8
7.1 Klasifikasi resin komposit
Lutz dan Phillips (1983) mengklasifikasikan resin komposit berdasarkan
ukuran partikel filler, yaitu
1. Resin Komposit Konvensional
Resin komposit ini umumnya terdiri atas 75%-80% dari berat bahan
pengisi anorganiknya. Resin komposit konvensional kadang-kadang juga disebut
sebagai komposit “tradisional” atau “pasi makro”.Ukuran rata-rata partikel dari
resin komposit konvensional 8-12 um.
Sifat fisik dan mekanik dari komposit konvensional dibandingkan dengan
bahan akrilik nirpasi, jelas bahwa perbaikan-perbaikan yang signifikan telah
didapatkan. Kekuatan kompresif jelas membaik dimana 4-5 kali lebih besar
dibandingkan akrilik nirpasi. Dan juga modulus elastisitasnya 4-6 kali lebih besar.
Kekerasan juga lebih besar daripada akrilik nirpasi, kira-kira 55 KHN (Nomor
kekerasan knop) dibandingkan 15 KHN pada akrilik nirpasi. Akan tetapi
permukaan komposit konvensional cukup kasar, disebabkan abrasi selektif dari
matriks resin lunak yang mengelilingi partikel pasi yang besar. Karena partikel
pengisinya relatif besar dan keras sekali, resin komposit konvensional
memperlihatkan tekstur permukaan yang kasar, sehingga sesuai dengan gigi
posterior. Sayangnya, tipe permukaan yang kasar tersebut menyebabkan restorasi
lebih mudah mengalami perubahan warna akibat adanya ekstrinsik stain.
2. Komposit Berbahan Pengisi Mikro
Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional,
dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel silika koloidal sebagai
bahan pengisi anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 μm; jadi partikel tersebut
lebih kecil 200-300 kali di bandingkan rata-rata partikel quartz pada komposit
tradisional. Komposit ini memiliki permukaan yang halus serupa dengan tambalan
resin akrilik tanpa bahan pengisi. Dari segi estetis resin komposit mikro filler lebih
unggul, tetapi sangat mudah aus karena partikel silika koloidal cenderung
8
Page 9
menggumpal dengan ukuran 0,04 sampai 0,4 μm. Selama pengadukan sebagian
gumpalan pecah, manyebabkan bahan pengisi terdorong. Menunjukan buruknya
ikatan antara partikel pengisi dengan matriks sekitarnya. Kekuatan konfresif dan
kekuatan tensil menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan resin
komposit konvensionl. Kelemahan dari bahan ini adalah ikatan antara partikel
komposit dan matriks yang dapat mengeras adalah lemah mempermudah pecahnya
suatu restorasi.
3. Resin Komposit Berbahan Pengisi Partikel Kecil
Komposit ini dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan dari
permukaan komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau
bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk
mencapai tujuan ini, bahan pengisi anorganik ditumbuk menjadi ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam komposit tradisional.
Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk komposit berkisar 1-5 μm tetapi
penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang luas ini
memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan pengisi
partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik yang lebih banyak
(80 % berat dan 60-65 % volume). Beberapa bahan pengisi partikel kecil
menggunakan quartz sebagai bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang
mengandung logam berat.
4. Komposit Hibrid
Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh
kehalusan permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang lebih kecil,
sementara mempertahankan sifat partikel kecil tersebut. Ukuran partikel kacanya
kira-kira 0,6- 1,0 mm, berat bahan pengisi antara 75-80% berat. Sesuai namanya
ada 2 macam partikel bahan pengisi pada komposit hybrid. Sebagian besar hibrid
yang paling baru pasinya mengandung silica koloidal dan partikel kaca yang
mengandung logam berat. Silica koloidal jumlahnya 10-20% dari seluruh
kandungan pasinya.
9
Page 10
Sifat fisik dan mekanis dari sitem ini terletak diantara komposit
konvensional dan komposit partikel kecil, bahan ini lebih baik dibandingkan bahan
pengisi pasi-mikro. Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit
ini banyak digunakan untuk tambalan gigi depan, termasuk kelas IV. Walaupun
sifat mekanis umumnya lebih rendah dari komposit partikel kecil, komposit hibrid
ini juga sering digunakan untuk tambalan gigi belakang.
Resin komposit berdasarkan mekanisme polimerisasi atau aktivasinya dapat
dibagi menjadi dua, yaitu: resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit
diaktivasi sinar.
5. Resin Komposit Diaktivasi Kimia
Resin ini dipasarkan dalam bentuk dua pasta. Salah satu pasta berisi
inisiator benzoyl peroxide dan pasta yang lainnya berisi aktivator tertiary amine.
Jika kedua bahan dicampur, amine akan beraksi dengan benzoyl peroxide dan
membentuk radikal bebas sehingga mekanisme pengerasan dimulai.
6. Resin Komposit Diaktivasi Oleh Sinar
Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan dalam
bentuk satu pasta dan dimasukkan dalam sebuah tube. Sistem pembentuk radikal
bebas yang terdiri atas molekul-molekul fotoinisiator dan aktivator amine terdapat
dalam pasta tersebut. Bila tidak disinari, maka kedua komponen tersebut tidak akan
bereaksi. Sebaliknya, sinar dengan panjang gelombang yang tepat (460-485 nm)
dapat merangsang fotoinisiator bereaksi dengan amine dan membentuk radikal
bebas yang memulai proses polimerisasi.
Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler
nya, yaitu:
7. Resin Komposit Packable
10
Page 11
Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable. Resin
komposit packable dikenal juga sebagai resin komposit condensable. Resin
komposit packable mempunyai muatan filler berkisar antara 66-70% volume
Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan kekentalan atau viskositas
menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi celah kavitas yang kecil. Akan
tetapi, dengan semakin besarnya komposisi filler juga menyebabkan bahan ini
dapat mengurangi pengerutan selama polimerisasi dan adanya perbaikan sifat fisik
terhadap adaptasi marginal. Resin komposit packable diindikasikan untuk restorasi
klas I, klas II dan klas VI (MOD).
8. Resin Komposit Flowable
Resin komposit flowable pertama kali diperkenalkan pada pertengahan
tahun 1990.10,33 Dan pada akhir tahun 1996, resin komposit flowable digunakan
sebagai bahan restorasi alternatif untuk restorasi klas V.34 Resin komposit
flowable mempunyai muatan filler berkisar antara 42-53% volume.31 Komposisi
filler yang rendah dan kemampuan flow yang lebih tinggi menyebabkan resin
komposit tipe ini memiliki viskositas yang lebih rendah sehingga dapat dengan
mudah untuk mengisi atau menutupi celah kavitas yang kecil.31,34 Selain itu,
bahan restorasi ini dapat membentuk suatu lapisan elastis yang dapat mengimbangi
tekanan pengerutan polimerisasi. Indikasi resin komposit flowable ditujukan untuk
restorasi kavitas klas V, restorasi kavitas klas I dan klas II dengan tekanan oklusal
yang minimal, kavitas enamel, dan juga dapat digunakan sebagai pit dan fisur
sealant serta sebagai liner.
Klasifikasi Komposit Berdasarkan Basis Resinnya
9. Resin Komposit Berbasis Methacrylate
11
Page 12
Resin komposit berbasis methacrylate diperkenalkan sebagai tumpatan
sewarna gigi dalam profesi kedokteran gigi oleh R.L. Bowen pada tahun 1960.
Bahan dasar matriks resin (Gambar 1) yang umum digunakan adalah bisfenol A-
glisidil metachrylate (Bis-GMA), urethan dimetachrylate (UDMA), dan trietilen
glikol dimetachrylate (TEGDMA). Resin komposit mengandung 15% sampai 25%
bahan resin dari keseluruhan bahan. Kedua resin Bis-GMA dan UDMA digunakan
sebagai basis resin sementara TEGDMA digunakan sebagai pengencer untuk
mengurangi kekentalan resin basis, khususnya Bis-GMA. Penambahan TEGDMA
atau dimetakrilat dengan molekul rendah lainnya meningkatkan pengerutan
polimerisasi, suatu faktor yang membatasi jumlah dimetakrilat berat molekul
rendah yang dapat digunakan dalam komposit.
Bahan pengisi (filler) yang ditambahkan ke dalam matriks resin
methacrylate akan meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel pengisi benar-
benar berikatan dengan matriks resin. Bila tidak, partikel bahan pengisi dapat
melemahkan bahan. Filler juga berguna untuk mengurangi kontraksi polimerisasi,
mengurangi koefisien muai termis komposit, meningkatkan sifat mekanis komposit
antara lain kekuatan dan kekerasan, mengurangi penyerapan air,. Bahan pengisi
(filler) yang biasa digunakan adalah crystalline quartz, lithium glass ceramic,
borosilicate glass atau lithium alumunium silicate. Ikatan antara kedua fase
komposit inilah yang dibentuk oleh coupling agent. Aplikasi coupling agent yang
tepat (silane), dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanis serta memberikan
stabilitas hidrolitik untuk mencegah air berpenetrasi di antara permukaan resin dan
filler.
Resin komposit dengan monomer metachrylate dapat mengeras melalui
mekanisme tambahan yang diawali oleh radikal bebas yang dapat diperoleh
melalui dua cara, yaitu diaktivasi kimiawi dan diaktivasi sinar.
10. Resin Komposit Berbasis Silorane
12
Page 13
Penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik resin komposit
terus berkembang, terutama untuk mengatasi masalah pengerutan yang mendukung
perlekatan yang baik. Silorane diperkenalkan pada kedokteran gigi pada tahun
2007 oleh Weinman. Silorane merupakan resin komposit yang telah terbukti
mampu mengurangi pengerutan. Resin komposit silorane melibatkan mekanisme
resin kimia yang berbeda dari resin komposit metachrylate. Komponen lainnya
terdiri dari komponen yang sama dengan resin komposit methacrylate.
Komposisi resin komposit berbasis silorane terdiri dari partikel filler (76%)
yaitu fine quartz particle dan yttrium fluoride, matriks resin (23%) yaitu siloxane
dan oxirane, komponen initiator (0,9%) yaitu camphorquinone yang dapat
mengaktifkan mekanisme pengerasan dengan spektrum cahaya, komponen
stabilizer (0,13%) pada silorane berupa iodonium salt, dan komponen pigmen
warna (0,005%) pada resin komposit silorane yang dapat menyerupai warna
struktur gigi.
Matriks resin silorane dihasilkan dari reaksi penggabungan monomer
siloxane dan oxirane. Siloxane merupakan bahan yang memiliki sifat hidrofobik
dan oxirane sangat dikenal karena penyusutannya yang rendah dan stabilitasnya
yang sangat baik terhadap pengaruh reaksi fisik dan kimia. Weinmann et al (2005)
menyatakan bahwa silorane merupakan bahan resin berbasis sistem monomer baru
yang sangat menjanjikan. Mekanisme untuk mengurangi stress pada sistem ini
diperoleh dengan terbukanya cincin oxirane selama polimerisasi.
Berdasarkan ukuran partikel filler, silorane termasuk ke dalam kategori
resin komposit microhybrid dengan bahan pengisi dasar berukuran partikel 0,1-1
μm dikombinasikan dengan bahan pengisi mikro 3-5% berat. Keuntungan dari
penambahan partikel bahan pengisi ini adalah dapat menguatkan matriks resin,
mengurangi penyusutan saat polimerisasi, mengurangi thermal ekspansi dan
kontraksi, meningkatkan viskositas, mengurangi reasorbsi air serta meningkatkan
radiopacity.
13
Page 14
Silorane dapat disinari dengan halogen light curing maupun light-emitting
diode (LED) light curing unit. Proses polimerisasi menggunakan halogen light
curing dengan panjang gelombang 400-500 nm dengan intesitas 500-1400
mW/cm2 selama 40 detik. Proses polimerisasi menggunakan light-emitting diode
(LED) light curing unit dengan panjang gelombang 430-480 nm dengan intesitas
500-1000 mW/cm2 selama 40 detik.
7.2 Indikasi Dan Kontraindikasi Restorasi Plastis
7.2.1 Indikasi Restorasi Plastis
1. Restorasi kelas I sampai V
2. Sealent dan restorasi konservatif
3. Restorasi sementara
4. Restorasi kavitas kecil dengan kebutuhan estetik yang tinggi, misalnya
sudut insisal
5. Restorasi estetik, misalnya veneer, penutupan diastema, modifikasi
kontur gigi
6. Bahan base lining
7. Splinting
8. Fiber composit untuk pin pasak
9. Semen/luting (dual cure)
7.2.2 Kontraindikasi Restorasi Plastis
1. Gigi yang sudah tidak dapat dipertahankan, misalnya gigi goyang
derajat 3 atau 4, gigi yang tidak mendapat cukup dukungan dari enamel
dan dentin
14
Page 15
2. Gigi yang mendapat tekanan besar
3. OH buruk
4. Alergi resin komposit
5. Pasien yang mempunyai control cairan yang buruk
6. Lesi distal pada caninus
7. Lesi di proksimal yang terlalu dalam sehingga penyinaran sulit
dilakukan
8. Pasien dengan bruxism
7.3 Kekurangan dan Kelebihan dari Restorasi Resin Komposit
7.3.1 Kelebihan restorasi komposit:
1. Estetik baik
2. Kekuatan cukup
3. Tidak menimbulkan arus galvanis
4. Biokompatibel
5. Dapat bertahan minimal 3 tahun, sekitar 3-10 tahun
6. Tidak membuang banyak jaringan
7.4.2 Kekurangan restorasi komposit:
1. Pasca restorasi biasanya sensitivitas tinggi
2. Memerlukan kemampuan sensitivitas yang tinggi
3. Mahal
4. Microleage
5. Waktu lebih banyak
6. Menyerap air sehingga harus isolasi dengan baik. Jika terkontaminasi
restorasi mudah lepas
15
Page 16
7.4 Tahapan Preparasi Restorasi Resin Komposit
1. Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi
saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah
masalah yang harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Beberapa metode
tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan
kapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber dam (Baum, 1997)
a. Saliva Ejector
Alat ini mempuyani diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva
yang tertumpuk di dalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya
dari diletakkan didasar mulut. Pada posisi ini terkadang membuat pasien
tidak nyaman karena diletakkan terus menerus di dasar mulut, di bawah
tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan
menimbulkan lesi jaringan lunak.
Gambar 1. Saliva ejector ( http://www.rushsupplies.com/images/Saliva Ejectors )
16
Page 17
Gambar 2. Penggunaan Saliva ejector( htpp:// Blog dentalsuction.wordpress.com )
b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll
Cotton roll yang digunakan di kedokteran gigi memiliki beberpa
ukuran panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll
nomor 2 dengan panjang 112
inchi dan diameter 38
inchi. Cotton roll dapat
menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek
pada rongga mulut. Biasanya cotton roll harus sering diganti karena akan
sering terbashi oleh saliva. Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector
efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002)
c. Isolator karet atau Rubber Dam
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari
rubber dam. Lembaran karet ini dengan gigi-gigi yang menonjol melalui
lubang pada lembaran itu memnerikan isolasi yang positif dan jangka
panjang pada gigi yang perlu dirawat. Penggunaan dari rubber dam
merupakan keharusan untuk prosedur operatif. Rubber dam terdiri dari 2
bagian yaitu isolator karet dan klem.
17
Page 18
Gambar 3. Rubber Dam(http:// dentallecnotes.blogspot.com )
2. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur
dengan air. Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.
3. Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel
selebar 2-3 mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut
450 Gigi dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure bur atau
excavator, kemudin dibuat bevel seperti di atas.
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies.
Untuk kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena
ridge ini tidak didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat
mungkin dipertahankan mengingat samapai saat ini tak satupun warna bahan
restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang
lebih menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan
karena akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung
bisa dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada.
18
Isolator Klem
Page 19
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas
atau outline form. Ragangan pada kasus ini hanaya dibuat berdasarkan
perluasan kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin
yang sebenarnya tidak terserang kaires tetapi kelihatannya sudah lemah harus
dihilangkan. Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau
extension for prevention.
Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatan bevel tidak perlu
dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari
kontak dengan gigi tetan pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah
menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk
retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah
kecil atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di
dnding gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding
insisal. Pada restorasi plastis kommposit proses pengetsaan juga merupakan
suatu retensi mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya
perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin
karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya
adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan
aquadest steril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa
lagi dari berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan.
19
Page 20
4. Pemberian Liner/ Basis
Basis adalah lapisan tipis yang diletakkan antara dentin dan atau pulpa
dengan restorasi. Perbedaan antara basis dan liner adalah ketebalan dan hal
yang mampu ditahannya. Jika basis dengan ketebalan yang lebih daripada
liner mampu menahan tekanan mekanik dari bahan restorasi selain juga
sebagai penahan termal, listrik dan kimiawi.
Pada restorasi resin komposit, perlu diplikasikan basis atau liner karena
sifat dari resin itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu adanya
perlindungan sehingga bahan restorasi resin komposit ini tidak secara
langsung mengenai struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasanya
digunakan adalah kalsium hidroksida, terutama karies yang hampir mencapai
pulpa, karena sifatnya yang mampu merangsang pembentukan dentin
sekunder. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) sebagai liner berbentuk suspensi
20
Page 21
dalam liquid organik seperti methyl ethyl ketone atau ether alcohol atau dapat
juga dalam larutan encer seperti methyl cellusose yang berfungsi sebagai
bahan pengental.
Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi encer yang mengalir sehingga
mudah diaplikasikan ke permukaan dentin. Larutan tersebut menguap
meninggalkan sebuah lapisa tipis yang berfungsi memberikan proteksi pada
pulpa di bawahnya.Selain liner, perlindungan lain dapat berupa basis. Basis
yang dapat digunakan adalah basis dari kalsium hidroksida, semen ionomer
kaca, dan seng fosfat. Sebagai basis, kalsium hidroksida berbentuk pasta yang
terdiri dari basis dan katalis. Basisnya terdiri dari calcium tungstate, tribasic
calcium phosphate, dan zinc oxide dalam glycol salycilate. Katalisnya terdiri
dari calcium hydroxide, zinc oxide, dan zinc stearate dalam ethylene toluene
sulfonamide. Basis kalsium hidroksida yang diaktivasi dengan sinar biasanya
mengandung calcium hydroxide dan barium sulfate yang terdispersi dalam
resin urethane dimethacrylate. Kalsium hidroksida sebagai basis mempunyai
kekuatan tensile dan kompresi yang rendah . dibandingkan dengan basis
dengan kekuatan dan rigiditas yang tinggi. Karena itulah, kalsium hidroksida
tidak diperuntukkan untuk menahan kekuatan mekanik yang besar, biasanya
jika digunakan untuk memberikan tahanan terhadap tekanan mekanik, harus
didukung oleh dentin yang kuat. Untuk memberikan perlindungan terhadap
termis, ketebalan lapisan yang dianjurka tidak lebih dari 0,5 mm. keuntungan
dari penggunaan kalsium hidroksida adalah sifat terapeutiknya yang mampu
merangsang pembentukan dentin sekunder.
5. Tahap etsa asam
1) Ulaskan bahan etsa (asam phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairan
dengan pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan
enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).
2) Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai
gusi.
3) Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.
21
Page 22
4) Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.
5) Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga
permukaan tampak putih buram.
6. Tahap bonding
Ulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil
pada permukaan yang telah di etsa . Ditunggu ± 10 detik sambil di semprot
udara ringan di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas) .Kemudian
dilakukan penyinaran selama 20 detik.
Saat ini, pemakaian bahan adhesif pada dentin telah meluas ke seluruh
dunia dan perkembangannya pun bervariasi didasarkan pada tahun
pembuatan, jumlah kemasan dan sistem etsa. Berdasarkan tahun pembuatan,
bahan adhesif dibagi mulai dari generasi I sampai pada generasi VII.
Generasi I dan II mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an dan 1970-an
yang tanpa melakukan pengetsaan pada enamel, bahan bonding yang dipakai
berikatan dengan smear layer yang ada. Ikatan bahan adhesif yang dihasilkan
sangat lemah (2 MPa-6MPa) dan smear layer yang ada dapat menyebabkan
celah yang dapat terlihat dengan pewarnaan pada tepi restorasi.
Generasi III mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an, mulai
diperkenalkan pengetsaan pada dentin dan mulai dipakai bahan primer yang
dibuat untuk dapat mempenetrasi ke dalam tubulus dentin dengan demikian
22
Page 23
diharapkan kekuatan ikatan bahan adhesif tersebut menjadi lebih baik.
Generasi III ini dapat meningkatkan ikatan terhadap dentin 12MPa–15MPa
dan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kegagalan batas tepi bahan
adhesif dan dentin (marginal failure). Tetapi seiring waktu tetap terjadi juga
kegagalan tersebut.
Generasi IV mulai diperkenalkan awal tahun 1990-an. Mulai dipakai
bahan yang dapat mempenetrasi baik itu tubulus dentin yang terbuka dengan
pengetsaan maupun yang telah mengalami dekalsifikasi dan juga berikatan
dengan substrat dentin, membentuk lapisan “hybrid”. Fusayama dan
Nakabayashi menyatakan bahwa adanya penetrasi resin akan memberikan
kekuatan ikatan yang lebih tinggi dan juga dapat membentuk lapisan pada
permukaan dentin. Kekuatan ikatan bahan adhesif ini rendah sampai dengan
sedang sampai dengan 20 MPa dan secara signifikan dapat menurunkan
kemungkinan terjadinya celah marginal yang lebih baik daripada sistem
adhesif sebelumnya. Sistem ini memerlukan teknik pemakaian yang sensitif
dan memerlukan keahlian untuk dapat mengontrol pengetsaan pada enamel
dan dentin. Cara pemakaiannya cukup rumit dengan beberapa botol sediaan
bahan dan beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan.
Generasi V mulai berkembang pada tahun 1990-an. Pada generasi ini
bahan primer dan bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan. Pada
generasi ini juga mulai diperkenalkan pemakaian bahan adhesif sekali pakai.
Generasi VI mulai berkembang pada akhir tahun 1990-an awal tahun 2000,
pada generasi ini mulai dikenal pemakaian “self etching” yang merupakan
suatu terobosan baru pada sistem adhesif.
23
Page 24
Pada generasi VI ini tahap pengetsaan tidak lagi memerlukan pembilasan
karena pada generasi ini telah dipakai acidic primer, yaiu bahan etsa dan
primer yang dikombinasikan dalam satu kemasan.
Generasi VII mulai berkembang sekitar tahun 2002, generasi ini juga
dikenal sebagai generasi ”all in one” adhesif, dikatakan demikian karena pada
generasi VII ini bahan etsa, primer dan bonding telah dikombinasikan dalam
satu kemasan saja, sehingga waktu pemakaian bahan adhesif generasi VII ini
menjadi lebih singkat.
Berdasarkan jumlah kemasan atau tempat penyimpanan, bahan adhesif
dibagi menjadi tiga yakni sistem tiga botol, dua botol dan satu botol. Pada
sistem tiga botol, bahan adhesif terdiri dari tiga botol bahan yang terpisah
yakni etsa, primer dan bonding. Sistem ini diperkenalkan pertama kali tahun
1990-an. Sistem ini menghasilkan kekuatan ikatan yang baik dan efektif.
Namun, kekurangan sistem ini adalah banyaknya kemasan yang ada di meja
unit dan waktu pemakaian yang lama dikarenakan sistem ini yang terdiri dari
tiga botol dan tidak praktis.
Sistem bahan adhesif lainnya yakni sistem dua botol yang terdiri dari dua
botol bahan yang terpisah yakni satu botol bahan etsa dan satu botol yang
merupakan gabungan antara primer dan bonding. Saat ini, sistem in
merupakan bahan adhesif yang paling banyak digunakan di praktek dokter
gigi. Hal ini dikarenakan sistem ini lebih simpel dan waktu pemakaiannya
lebih cepat. Disamping itu, ikatan yang dihasilkan cukup kuat.
Sistem bahan adhesif terakhir yakni sistem satu botol yang hanya terdiri
satu botol yang merupakan gabungan etsa, primer dan bonding. Sistem ini
24
Page 25
merupakan sistem bahan adhesif yang terakhir kali keluar. Kelebihan sistem
ini adalah waktu pemakaian yang lebih cepat dan mudah pengaplikasiannya
dibandingkan dengan sistem bahan adhesif lainnya. Namun, kekurangan
sistem ini adalah kekuatan ikatan yang dihasilkan lebih rendah.
7. Tumpatan Resin Komposit
Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan
kavias oklusal. Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan
kunyah oklusal, tekanan kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur
retensi terisi dengan baik, sehingga tumpatan dapat bertahan lama.
Pengukiran pada tahap yang dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau sudah
terlambat dengan alat Ward atau Hollenbach.
Hendaknya bentuk anatomi permukaan servikal dapat dikembalikan, dan
untuk itu dapat degunakan dengan pengukir dengan bilah cembung misalnya
pengukir Ward atau Hollenbach. Pengukiran dilakukan dengan jalan
mengukir tepi oklusal dan tepi gingival sendiri-sendiri sehingga terbentuknya
permukaan yang cekung dapat dicegah. Tumpatan lebih baik dibuat sedikit
cekung daripada overkontur kea rah gingival sebab hal ini akan menyebabkan
akumulasi plak dan merangsang timbulnya gingivitis.
8. Tahap finishing dan polishing komposit
Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi.
Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi
mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar
telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal.
Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :
25
Page 26
1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12
atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide,
anodized aluminium, atau nikel titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai
tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal
dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.
a. Diamond dan carbide burs
Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin
komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan
restorasi.
b. Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive
dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk
terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa
digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan polishing.
c. Impregnated rubber points dan cups
Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar
digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang
halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau.
Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat
permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk
permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada
lingual gigi anterior
d. Finishing stips
Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin
gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk
metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses
yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-hati
26
Page 27
karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin.
Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing.
Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat
digunakan secara berurutan (wordpress, 2009).
Prosedur finishing dan polishing resin komposit:
1. sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses
di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan
proksimal dari resin komposit.
2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin
komposit pada aspek distal
3. alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk
polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.
4. finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal
5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk
menghaluskan permukaan oklusal restorasi
6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau
polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.
27
Page 28
7.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk
restorasi sesuai dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh
hasil yang maksimal.
2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti taktil,
kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi
antagonisnya.
Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti
warna permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.
7.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari tindakan
penumpatan
Berikut adalah beberapa factor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
Restorasi plastis, diantaranya yaitu:
1. Teknik isolasi yang baik.
Teknik isolasi yang baik akan dapat membantu terciptanya
keberhasilan restorasi yang dilakukan. Isolasi yang baik akan memberikan
wilayah kerja yang tepat, tanpa mengganggu daerah gigi tetangga, dan
memberikan batas yang baik agar daerah yang dipreparasi tidak
terkontaminasi dengan saliva. Bila terdapat kontaminasi air sebelum
setting pada bahan yang mengandung zinc, akan timbul reaksi antara zinc
(anoda) dan bahan logam lain yang bersifat katoda dan air sebagai
elektrolit, hydrogen terlepas sebagai hasil reaksi ini serta tekanan uap
hydrogen dapat menyebabkan pergeseran amalagam sehingga terjadi
ekspansi yang mungkin tidak kelihatan dalam 24 jam tetapi dapat muncul
beberapa hari setelah penambalan.
2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat.
28
Page 29
Bahan tumpatan dipilih berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan
yang melibatkan posisi restorasi. Apabila bahan tumpat yang biasa
digunakan untuk restorasi kavitas di bagian anterior dipakai untuk
restorasi kavitas posterior, maka, tentunya bahan tersebut tidak akan
mampu menahan beban mastikasi di bagian posterior dan sebaliknya.
3. Design kavitas yang sesuai.
Design kavitas yang baik hendaknya mempertimbangkan segi
retensi, resistensi, convenience, dan ekstension for prevention. Apabila
keempat hal tersebut terpenuhi, maka karies sekunder sulit sekali timbul,
dan daya tahan restorasi akan menjadi semakin lama. Karies sekunder
biasanya disebabkan oleh preparasi yang tidak memenuhi criteria
ekstension for prevention, yaitu pit dan fissure yang dalam harus
diikutsertakan pada preparasi walaupun tidak terkena karies. Juga criteria
removal of caries, yaitu penghilangan jaringan yang terinfeksi. Apabila
kedua criteria tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi karies sekunder.
4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis.
Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap
bahan, dengan berbagai ketentuan tertentu. Apabila hal ini tidak diikuti
dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap kekuatan sifat mekanisnya,
ekspansifnya, dan dikhawatirkan akan menyebabkan mikroporositas yang
menjadi penyebab karies sekunder. Pengetahuan akan teknik manipulasi
beserta cara pengaplikasian bahan menjadi syarat utama dalam
keberhasilan restorasi yang dilakukan.
5. Proses polishing.
29
Page 30
Proses polishing dilakukan sesuai dengan waktu pengerasan
sempurna tiap-tiap bahan. Polishing pada GIC boleh dilakukan setelah 5
menit, namun polishing pada amalgam tidak boleh dilakukan sebelum
tumpatan mencapai ± 24 jam karena reaksi pengerasan amalgam terjadi
secara sempurna setelah 24 jam atau lebih, apabila polishing dilakukan
kurang dari 24 jam maka akan mempengaruhi kekuatan amalgam.
Kekuatan amalgam akan turun dan ketika dilakukan polishing
kemungkinan bisa pecah.
6. Teknik finishing.
Untuk stone hijau digunakan untuk finishing tumpatan amalgam
sedangkan stone putih digunakan untuk finishing tumpatan GIC atau
komposit. Apabila tidak dilakukan finishing maka permukaan amalgam
menjadi kasar sehingga adanya penumpukan makanan dan menyebabkan
suasana asam yang dapat menyebabkan karies sekunder pada gigi sekitar
tumpatan dan dapat menyebabkan tarnish (pada permukaan dan tidak
merusak restorasi) dan korosi (hasil dari reaksi kimia yang dapat
berpenetrasi ke dalam tumpatan amalgam sehingga menjadi rusak).
30
Page 31
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Kontraindikasi dari penggunaan bahan restorasi plastis berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhannya. Untuk amalgam kontraindikasinya adalah
gigi dengan karies yang luas, kompleks, melibatkan cusp, serta adanya
kebutuhan estetik. Sedangkan untuk kontraindikasi penggunaan komposit
adalah untuk pasien yang mengalami hipersalivasi dan dengan pasien
dengan tekanan oklusal yang besar (bruxism). Untuk GIC,
kontraindikasinya adalah untuk kavitas yang dalam tanpa menggunakan
pelapik kalsium hidroksida, untuk pasien hipersalivasi dimana kontaminasi
saliva tidak dapat dikontrol, dan pada karies kelas IV.
2. Tahap preparasi, penumpatan, dan pemolesan berbeda-beda tergantung
pada klasifikasi kavitas dan bahan tumpat yang digunakan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari restorasi plastis
adalah
1. Teknik isolasi yang baik
2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat.
3. Design cavitas yang sesuai.
31
Page 32
4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis.
5. Proses polishing.
6. Teknik finishing.
4. Design outline pada setiap kavitas pun berbeda-beda sesuai dengan klasifikasi
kavitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Nurdin, Penggunaan semen Glass Ionomer sebagai upaya meningkatkan
perlekatan tumpatan amalgam dengan jaringan gigi,Majalah Kedokteran
Gigi Universitas Airlangga, vol 34 nomor 3a, Agustus, 2001.
Buku Petunjuk Praktikum Tumpatan FKG UNEJ, 2013
Cecilia G. J. Lunardi, Soeyatmi Iskandar, Sri Kunarti Prijambodo, Resin komposit
untuk restorasi gigi posterior simposium sehari Mempertahankan Gigi
Selama Mungkin, Surabaya: FKG, 1989.
Ford, T.R. Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Alih bahasa, Narlan Sumawinata; editor,
Narlan Sumawinata dan LIlian Yuwono. Ed.2. Jakarta: EGC
Narlan Sumawinata, Restorasi Gigi, edisi 2, Jakarta Kedokteran EGC, 1993
Pickard, H.M., Kidd, E.A.M., Smith, B.G.N 2002. Manual Konservasi Restoratif
Menurut Pickard. Edisi 6. Alih bahasa: Narlan Sumawinata. Jakarta :
Widya Medika.
Roberson, Theodore M. IV Heymann, Harald. V Swift, Edward J. VI. Sturdevant,
Clifford M. 2001. Sturdefante's Art and Science of Operative Dentistry-4th
ed. Library of Congress Cataloging in Publication Data: United States of
America
Wordpress. 2009. Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas I. Fkg –UGM.
fkgugm06.files.wordpress.com/2009/12/kavitas-kelas-i-rk.docx. (3 Maret
2013)
32