Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang ini, sangat dibutuhkan generasi muda yang berintelektual.
Dengan maraknya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), menyebabkan kita dengan
secara tidak langsung ikut serta dalam pengembangan negara untuk menjadikan negara yang
lebih maju atau negara berkembang. Maka dari itu, kita harus meningkatkan generasi muda
yang cinta akan membaca buku. Dengan begitu dapat meningkatkan pengetahuan, sehingga
terciptanya generasi muda yang berintelek.
Salah satu solusi dalam hal ini adalah meningkatkan minat baca generasi dengan
adanya pembuatan ikhtisar maupun rangkuman dan ringkasan dari sebuah buku atau karya
ilmiah lainnya. Dengan adanya rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan mereka akan tertarik
untuk membuat buku tanpa harus membaca terlebih dahulu isi dari kesimpulan buku atau
karya ilmiah tersebut.
b. Permasalahan
Masalah yang kami bahas dalam makalah ini kami batasi sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan dan resensi?
2. Apa tujuan dari merangkum dan meringkas suatu tulisan maupun buku serta
tujuan resensi ?
3. Bagaimana tata cara merangkum dan meringkas dengan baik, serta membuat
resensi?
4. Apa saja persamaan dan perbedaan antara rangkuman (ikhtisar), ringkasan, dan
resensi?
Page 2
c. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah dengan judul “Membuat Rangkuman dan Resensi” ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, tim penyusun berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam membuat rangkuman (ikhtisar) dan
ringkasan sesuai kaidah yang berlaku. Serta memberikan informasi atau pemahaman yang
komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam suatu karya.
Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah karya yang diresensi itu merupakan suatu
karya yang bermutu atau tidak. Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah buku itu
layak untuk dibaca.
Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ringkasan dan Rangkuman (ikhtisar)
A. Pengertian Ringkasan dan Rangkuman (ikhtisar)
Ringkasan memiliki banyak pengertian, diantaranya ringkasan (Precis yang berarti
memotong atau memangkas) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan
yang panjang dalam bentuk singkat.1 Sedangkan menurut Asmi (2004), Ringkasan
merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau
bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat.
Ringkasan berasal dari bentuk dasar “ringkas” yang berarti singkat, pendek dari
bentuk yang panjang. Hal ini dipakai untuk mengatakan suatu bentuk karangan panjang yang
dihadirkan dalam jumlah singkat. Suatu ringkasan disajikan dalam bentuk yang lebih pendek
dari tulisan aslinya dengan berpedoman pada keutuhan topik dan gagasan yang ada di dalam
tulisan aslinya yang panjang itu.2
Rangkuman (ikhtisar) merupakan hasil kegiatan merangkum. Rangkuman (ikhtisar)
dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu
uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara proporsional antara bagian yang
dirangkum dengan rangkuman (ikhtisar) -nya (Djuharni, 2001). Rangkuman (ikhtisar) dapat
pula diartikan sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau
tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja.
Seorang yang membuat rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan menulis dengan
menggunakan kata yang dibuatnya sendiri. Jadi, ia tidak boleh memulai ringkasannya dengan
kalimat seperti: “Dalam alinea/Dalam karangan ini pengarang berkata . . .” dsb. Ia harus
langsung saja memulainya dengan meringkas kalimat-kalimat, alinea-alinea, bagian-bagian
dan seterusnya.
1 Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Jakarta:IKRAR MANDIRIABADI, 1994), h.261.2 Prof. Dr. E. Zainal Arifin, M.Hum. dan Drs. S. Amran Tasai, M.Hum., Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: AKADEMIKA PRESSINDO,2009), h.231.
Page 4
B. Tujuan Membuat Ringkasan dan Rangkuman (ikhtisar)
Ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) dibuat untuk memendekkan sebuah karangan
yang panjang. Seseorang yang akan membuat ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) harus
memilah-milah mana gagasan utama dan gagasan tambahan. Karena tujuan ringkasan dan
rangkuman (ikhtisar) adalah memahami dan mengetahui isi dari sebuah buku, sehingga
diperlukan latihan-latihan untuk membimbing seseorang agar dapat membaca karangan
dengan cepat. Jadi salah satu tujuan dari membuat ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) yaitu
untuk membantu seseorang agar bisa membaca sebuah buku dalam waktu singkat dan
menghemat waktu.
Seorang penulis ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) tidak akan membuat ringkasan
dan rangkuman (ikhtisar) yang baik bila ia kurang teliti dalam membaca dan tidak dapat
membeda-bedakan gagasan utama dan gagasan tambahan. Kemampuan dalam membedakan
tingkat-tingkat gagasan itu akan membantunya untuk mengasah kemampuan dalam gaya
bahasa, dan menghindari pemakaian uraian panjang lebar yang mungkin masuk di dalam
karangan tersebut.
C. Cara Membuat Ringkasan dan rangkuman (ikhtisar)
Bagi mereka yang sudah terbiasa dalam membuat ringkasan dan rangkuman
(ikhtisar), biasanya tahu cara membuat ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) yang baik. Tetapi
disamping itu perlu untuk memberikan beberapa patokan sebagai pegangan, khususnya bagi
mereka yang belum pernah melakukan itu atau baru untuk memulainya. Setelah terbiasa,
mungkin beberapa patokan itu juga tidak akan diperlukan lagi.
Hal yang harus diperhatikan di dalam membuat rangkuman (ikhtisar) adalah
penggunaan bahasa yang digunakan di dalam rangkuman (ikhtisar). Bahasa rangkuman
(ikhtisar) harus berbeda dengan bahasa asli penulis buku yang dirangkum. Akan tetapi,
bahasa rangkuman (ikhtisar) yang dibuat bertolak dari ide pokok pengarang yang tertuang
dalam setiap paragraf atau bacaan. Dengan demikian, jika akan merangkum uraian pengarang
dari suatu paragraf, penulis terlebih dahulu perlu menemukan ide pokok yang terdapat di
dalam paragraf tersebut, kemudian diungkap ulang dengan menggunakan bahasa yang
Page 5
berbeda dan singkat. Agar hasil rangkuman (ikhtisar) itu tidak menyimpang dari uraian
aslinya, ide-ide pokok setiap paragraf jangan diabaikan.3
Beberapa pegangan yang digunakan untuk membuat ringkasan dan rangkuman
(ikhtisar) yang baik dan benar antara lain :4
1. Membaca Naskah Asli
Langkah awal yang harus dilakukan adalah seorang penulis ringkasan dan
rangkuman (ikhtisar) harus membaca naskah asli satu atau dua kali, bahkan dapat
diulang beberapa kali hingga diketahui kesan umum secara menyeluruh mengenai isi
dari naskah tersebut. Penulis juga perlu mengetahui maksud pengarang dan sudut
pandang pengarang.
Agar dapat membantu penulis mencapai itu semua, maka judul dan daftar isi
dapat menjadi acuan dalam karangan itu. Perincian daftar isi memiliki hubungan erat
dengan judul sebuah karangan. Dan juga, alinea-alinea dalam karangan menunjang
pokok-pokok yang terkandung dalam daftar isi. Maka dari itu, penulis sebaiknya
memahami dengan baik daftar isi dari sebuah karangan sehingga lebih mudah untuk
mendapatkan kesan umum, maksud asli pengarang serta sudut pandang pengarang
yang terdapat dalam karangan.
2. Mencatat Gagasan Utama
Jika penulis sudah mengetahui kesan umum, maksud asli serta sudut pandang
pengarang, maka sekarang ia harus memperdalam dan mempertegas semua hal itu.
Hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah memahami kembali karangan bagian
demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat gagasan-gagasan penting yang
tersirat dalam bagian atau alinea itu.
Tujuan dari pencatatan itu ada dua, yang pertama untuk tujuan pengamatan
agar memudahkan penulis pada waktu meneliti kembali apakah pokok-pokok yang
dicatat itu penting atau tidak; kedua, catatan itu menjadi dasar bagi pengolahan
selanjutnya. Yang terpenting tujuan dari pencatatan ini adalah agar tanpa adanya
3 http://guru-umarbakri.blogspot.com/2009/07/terampil-menulis.html4 Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Jakarta:IKRAR MANDIRIABADI, 1994), h.264-266
Page 6
ikatan teks asli penulis mulai menulis kembali untuk menyusun sebuah ringkasan dan
rangkuman (ikhtisar) dengan menggunakan pokok-pokok yang telah dicatat.
Sama halnya langkah pertama yang menggunakan judul dan daftar isi sebagai
pegangan, maka dalam pencatatan gagasan ini judul-judul bab, judul anak bab, dan
alinea yang harus dijadikan sasaran pencatatan, bahkan kalau perlu catat juga gagasan
bawahan alinea yang betul-betul esensil untuk memperjelas gagasan utama tadi.
Karena sifatnya hanya sebagai ilustrasi atau deskripsi untuk mejelaskan gagasan
utama yang ada dalam alinea pertama maka perlu diperhatikan bahwa ada alinea yang
dapat dihilangkan atau dihilangkan. Itu semua terjadi karena ada sebuah alinea
kedudukannya lebih penting daripada alinea yang mendahuluinya. Dalam hal ini
gagasan utama yang diambil dari rangkaian alinea terdapat dalam alinea utama,
sedangkan alinea-alinea tambahan lainnya bisa diabaikan atau dirangkai menjadi satu
kalimat.
3. Mengadakan Reproduksi
Dengan menggunakan kesan umum pada langkah pertama diatas dan catatan-
catatan yang diperoleh dari langkah kedua diatas, maka seorang penulis sudah siap
untuk memulai membuat rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan yang dimaksud. Dalam
ringkasan urutan isi disesuaikan dengan urutan naskah asli dan harus menggunakan
bahasa penulis karangan dan harus diurut. Sedangkan dalam rangkuman (ikhtisar)
diperbolehkan untuk menggunakan bahasa sendiri, tetapi kalimat tersebut masih
berhubungan dengan gagasan-gagasan pokok dalam karangan asli.
Apabila terdapat gagasan-gagasan di antara gagasan-gagasan yang telah
dicatat masih terdapat gagasan yang kabur, maka penulis dapat melihat kembali isi
naskah yang asli. Tetapi dalam membuat rangkuman (ikhtisar) sebaiknya kita tidak
mempergunakan teks aslinya agar kita tidak tertarik memakai kalimat penulis dari
naskah yang asli. Sebab kalimat dalam naskah asli hanya boleh digunakan apabila
kalimat itu dianggap penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan
yang padat.
4. Ketentuan Tambahan
Dengan membuat reproduksi, belum tentu pengarang sudah mengerjakan
segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya. Adapun bebrapa hal yang perlu
Page 7
diperhatikan agar rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan dapat ditulis dengan baik,
diantaranya:
a) Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dan rangkuman (ikhtisar)
mempergunakan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk. Kalimat
majemuk menunjukkan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat
paralel. Bila ada kalimat majemuk telitilah kembali apakah tidak mungkin
dijadikan kalimat tunggal.
b) Ringkaslah kalimat menjadi frase dan frase menjadi kata. Begitu pula jika
rangkaian gagasan yang panjang hendaknya diganti dengan suatu gagasan
sentral saja. Tidak berarti cara kerja ringkasan hanya merupakan rangkuman
(ikhtisar) dan ringkasan kalimat-kalimat saja.
c) Besarnya rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan tergantung jumlah alinea dan
topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Alinea yang
mengandung ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan, kecuali yang
dianggap penting. Semua alinea semacam itu yang akan dipertahankan karena
dianggap penting, harus pula dipersingkat atau digeneralisasi.
d) Jika memungkinkan buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada,
meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk
menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau
rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
e) Pertahankan semua gagasan asli dan urutan naskahnya. Tetapi yang sudah
dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat
ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) yang dibuat oleh penulis. Jagalah juga
agar tidak ada hal yang baru atau pikiran penulis yang dimasukkan kedalam
ringkasan dan rangkuman (ikhtisar).
f) Agar dapat membedakan rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan sebuah tulisan
biasa (bahasa tidak langsung) dan sebuah pidato atau ceramah (bahasa
langsung) yang menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal atau
jamak, maka ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis dengan sudut
pandang orang ketiga. Bila diminta membuat rangkuman (ikhtisar) dan
ringkasan atas suatu karangan yang mengandung dialog maka dialog itu harus
diringkaskan juga dalam bentuk bahasa tak langsung.
Page 8
g) Dalam sebuah rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan ditentukan pula
panjangnya, maka dari itu anda harus membuat seperti apa yang diminta bila
diminta membuat ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) menjadi seperatus dari
karangan asli anda harus membuat seperti itu. Agar memastikan apakah
ringkasan dan yang dibuat sudah seperti yang diminta silahkan hitung jumlah
seluruh kata dalam karangan kemudian bagilah dengan serarus. Hasil dari
pembagian itulah yang merupakan panjang karangan yang harus ditulis.
Perhitungan jumlah kata ini bukan berarti seseorang menghitung secara riil
jumlah kata yang ada. Tapihanya suatu perkiraan yang dianggap mendekati
kenyataan.
Misalnya, anda diharuskan meringkas suatu buku yang tebalnya 250 halaman
menjadi sepersepuluhnya, maka perhitungan yang harus anda lakukan sebagai
berikut.
1) Panjang karangan asli (berupa kata) adalah: jumlah halaman x jumlah
baris per halaman x jumlah kata per baris = 250 x 35 x 9 kata = 78.750
kata.
2) Panjang rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan berupa jumlah kata
adalah: 78.750 : 10 = 7.785 kata. Panjang ringkasan berupa jumlah
halaman ketikan adalah: jika kertas yang dipergunakan berukuran
kuarto, jarak antar baris dua spasi, tiap baris rata-rata sembilan kata,
pada halaman kertas kuarto dapat diketik 25 baris dengan jarak dua
spasi, maka: jumlah kata per halaman adalah: 25 x 9 kata = 225.
Jumlah halaman yang diperlukan adalah 7.875 : 225 = 35 halaman.
D. Persamaan dan Perbedaan antara Rangkuman (ikhtisar) dan Ringkasan
Ringkasan sebaiknya dibedakan dari istilah-istilah lain yang pengertiannya tumpang-
tindih yaitu rangkuman (ikhtisar), yang merupakan suatu bentuk penyajian yang singkat dari
bentuk aslinya. Meskipun dalam kenyataannya ringkasan dan rangkuman (ikhtisar), masih
dianggap sama tetapi secara teknis ketiga istilah itu sebaiknya dibedakan maknanya.
Selanjutnya akan kami bahas secara rinci yang dimaksud dengan ikhtisar.
Page 9
Rangkuman (ikhtisar) menurut Juhara (2003) adalah penulisan pokok masalah yang
penulisnya tidak harus berurutan, boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat
rangkuman (ikhtisar) tanpa mengubah tema sebuah wacana. Rangkuman (Ikhtisar) berfungsi
sebagai garis besar masalah dalam sebuah wacana yang berukuran pendek atau sedang.
Berikut ini adalah cara membuat rangkuman (ikhtisar):
1. Membaca naskah asli beberapa kali
2. Membaca kerangka bacaan dengan menuliskan pikiran utama atau pikiran pokok
yang terdapat dalam naskah.
3. Menulis rangkuman (ikhtisar).
Persamaan Rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan.
Persamaan antara rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan adalah sebagai berikut:5
1) Ketiganya memiliki persamaan dalam membuat cerita atau bacaan dengan cara
mengambil intisari atau ide pokok dari karangan yang kita baca menjadi lebih ringkas,
jelas, padat, mudah dimengerti, dan dipahami oleh pembacanya.
2) Dalam mencari topik atau kalimat utama atau gagasan utama dari suatu bacaan pada
sebuah buku.
3) Dalam menyampaikann keindahan gaya bahasa, ilustrasi, serta penjelasan-penjelasan
yang terperinci.
4) Mempunyai langkah-langkah atau metodologi yang sama, yaitu:
a. Bacalah naskah dua sampai beberapa kali
Catatlah semua judul, semua topik.
Cocokkan catatan Anda dengan naskah asli
b. Susunlah draf sementara dengan mempergunakan catatan diatas (jangan
memakai naskah asli).
Periksa gaya, tata bahasa dan tanda baca.
Tulis kembali denagn rapi, mulai dari judul sampai dengan topik.
Periksa kembali apakah ada kesalahan.
Cocokkanlah jumlah kata dan selesaikanlah.
5 Dra. Siti Sahara, Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd dan Drs. E. Kusnadi, Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta:FITK PRESS UIN JAKARTA,2009), h.107
Page 10
5) Ketiganya juga memiliki tujuan. Penulis sebaiknya mengerti dan mengetahui isi buku
atau karangan dan mampu mengambil intisarinya.
6) Ketiganya memiliki definisi yang tidak jauh berbeda yaitu merupakan ringkasan
pendek dalam suatu cerita (cerita pendek, novel, roman, dan karya-karya sastra yang
lainnya) atau karangan.
7) Hubungan antara ketiganya sama halnya dengan hubungan antara sebuah kalimat
topik dengan sebuah alinea.
Perbedaan rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan.
Perbedaan rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan sebagai berikut:6
Ringkasan:
Disusun secara proporsional dengan jumlah halaman yang diringkas.
Disusun secara urut dan sistematis.
Menggunakan gaya penulis buku yang diringkas.
Tanpa disisipi opini penulis ringkasan.
Rangkuman (Ikhtisar):
Disusun hanya yang dianggap penting tanpa mempedulikan proporsional.
Menggunakan gaya penulis ikhtisar.
Sering disisipi opini penulis ikhtisar atau wawasan lain.
Tulisan menggunakan gaya bahasa penulis .
Biasa diterbitkan bersama-sama dengan karangan asli.
Ringkasan Ikhtisar
6 Dra. Siti Sahara, Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd dan Drs. E. Kusnadi, Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta:FITK PRESS UIN JAKARTA,2009), h.107
Page 11
- Membuat betuk kecil karangan
- Mereproduksikan kata pengarang
- Mempertahankan urutan gagsan karangan
yang membangun sosok/ bahan karangan.
- Penyusunan terikat penataan, isi, dan
sudut pandang.
- Bersifat objektif, menyusun tidak boleh
mengubah susunan maupun sudut
pandang.
- Kalimat pendek dan senada dengan
kalimat bacaan.
- - Mengambil intinya
- - Mereproduksikan kembali secara kreatif
kata dari pengarang.
- -Urutan gagasan yang diungkap kembali
tidak seperti urutan gagasan karangan.
- - Penyusunan bebas, mengungkapkan apa
yang menurutnya mewakili inti bacaan.
- - Subjektif, penyusunan boleh mengubah
menurutnya yang mewakili init
- Kalimat cenderung sesaui denag keinginan
penyusuanan.
Page 12
1. Contoh Ringkasan dan Rangkuman (ikhtisar)
Contoh rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan :
Perhatikan teks berikut!
Lebah Madu
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia," kemudian makanlah dari
tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan
(bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan. (QS. An Nahl, 16:68-69)
Hampir semua orang tahu bahwa madu adalah sumber makanan penting bagi tubuh
manusia, tetapi sedikit sekali manusia yang menyadari sifat-sifat luar biasa dari sang
penghasilnya, yaitu lebah madu. Sebagaimana kita ketahui, sumber makanan lebah adalah
sari madu bunga (nektar), yang tidak dijumpai pada musim dingin. Oleh karena itulah, lebah
mencampur nektar yang mereka kumpulkan pada musim panas dengan cairan khusus yang
dikeluarkan tubuh mereka. Campuran ini menghasilkan zat bergizi yang baru -yaitu madu-
dan menyimpannya untuk musim dingin mendatang.
Sungguh menarik untuk dicermati bahwa lebah menyimpan madu jauh lebih banyak
dari yang sebenarnya mereka butuhkan. Pertanyaan pertama yang muncul pada benak kita
adalah: mengapa lebah tidak menghentikan pembuatan dalam jumlah berlebih ini, yang
tampaknya hanya membuang-buang waktu dan tenaga? Jawaban untuk pertanyaan ini
tersembunyi dalam kata "wahyu [ilham]" yang telah diberikan kepada lebah, seperti
disebutkan dalam ayat tadi.
Lebah menghasilkan madu bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan juga untuk
manusia. Sebagaimana makhluk lain di alam, lebah juga mengabdikan diri untuk melayani
Page 13
manusia; sama seperti ayam yang bertelur setidaknya sebutir setiap hari kendatipun tidak
membutuhkannya dan sapi yang menghasilkan susu jauh melebihi kebutuhan anak-anaknya.
(dikutip dari harunyahya.com)
Contoh Rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan “Lebah Madu” :
1. Madu adalah sumber makanan penting bagi tubuh manusia.
2. Sumber makanan lebah adalah sari madu bunga (nektar), yang tidak dijumpai pada
musim dingin.
3. Lebah menyimpan madu jauh lebih banyak dari yang sebenarnya mereka butuhkan.
4. Lebah menghasilkan madu bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan juga untuk
manusia.
Contoh ringkasan :
“Lebah Madu” :
Lebah merupakan hewan penghasil madu yang mana sebagai sumber makanan
penting bagi tubuh manusia. Sumber makanan lebah berasal dari sari madu bunga (nektar),
yang tidak dapat dijumpai pada musim dingin. Apabila dicermati lebah menyimpan madu
tidak hanya untuk dirinya sendiri sehingga lebah menyimpan madu lebih banyak dari yang
mereka butuhkan. Hal ini telah dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 68-69.
Page 14
2.2. Resensi
A. Pengertian resensi
Resensi adalah karangan yang berisi komentar ataupun bahasan terhadap kualitas,
kelebihan dan kelemahan dari suatu buku. Unsur-unsur resensi meliputi: Identitas buku (judul
buku; nama pengarang; nama penerbit; tahun terbit ; tebal buku); pokok-pokok isi buku;
keunggulanisi buku; kekurangan isi buku; saran-saran yang mungkin ditambahkan pada isi
buku; serta penilaian terhadap buku.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Resensi adalah pertimbangan atau
pembicaraan tentang buku; ulasan buku (majalah itu memuat), buku-buku yang baru terbit.
Secara etimologi, "Resensi" berasal dari bahasa Latin, dari kata kerja “revidere” atau
“recensere” yang memilik arti melihat kembali, menimbang atau menilai, mengulas sebuah
buku
Berikut ini Definisi, Arti dan Pengertian Resensi Menurut Beberapa Para Ahli
a. WJS. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara
bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai
kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan,
dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan
dimiliki atau dibeli. Perbincangan buku tersebut dimuat di surat kabar atau majalah.
b. Resensi menurut Panuti Sudjiman (1984) adalah hasil pembahasan dan penilaian yang
pendek tentang suatu karya tulis.
c. Saryono (1997:56) menjelaskan r esensi sebagai sebuah tulisan berupa esai dan bukan
merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah
laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya ,
benar-salahnya, argumentatif- tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan
ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku.
Ada yang berpendapat bahwa minimal ada tiga jenis resensi buku.
1. Informatif, maksudnya isi dari resensi hanya secara singkat dan umum dalam
menyampaikan keseluruhan isi buku.
2. Deskriptif, maksudnya ulasan bersifat detail pada tiap bagian/bab
Page 15
3. Kritis, maksudnya resensi berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu
pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi
buku
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku. Bisa jadi resensi jenis informatif namun
memuat analisa deskripsi dan kritis. Alhasil, ketiganya bisa diterapkan bersamaan.
B. Dasar Resensi
Untuk memberi pertimbangan atau penilaian secara obyektif atas sebuah hasil karya
atau buku, penulis harus memperhatiakan dua faktor yaitu :
a. Penulis resensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya
b. Penulis harus menyadari sepenuhnya apa maksudnya membuat resesni itu
Tujuan pengarang buku yang dibuat resensinya itu dapat diketahui dari kata pengantar atau
bagian pendahuluan buku itu. Penulis resensi harus menmukan apa tujuan pengarang dalam
menulis buku itu. Apakah tujuan buku itu betul-betul direalisasi dalam seluruh buku itu.
Dengan menilai kaitan antara tujuan sebagaimana ditulis dalam kata pengantar atau
pendahuluan serta realisasinya dalam seluruh karangan itu, penulis resensi akan mempunyai
bahan yang cukup kuat untuk dapat menyampaikan sesuatu kepada para pembaca.
Seperti halnya dengan semua tulisan yang lain, resensi harus dibuat dengan memperhatikan
kualitas pembacanya. Pembca dalam hal ini tidak lain dari semua langganan majalah atau
media massa yang memuat resensi itu. Untuk penulis harus menganalisa betapa pengetahuan
pembaca mengenai pokok persoalan yang akan dibahas itu, bagaimana selera mereka dan
sebagainya.
Artinya penulis resensi harus benar-benar memperhatiakan kewajiban mana yang harus
dipenuhinya dalam membuat resensi itu, yaitu : kewajibannya terhadap para pembaca, dan
bagaimana penilaiannya atas buku itu.
C. Cara membuat resensi
Pada saat membuat resensi, resentator harus betul-betul menguasai dan mengetahui
bahan yang akan diresensi. Dengan demikian, karangan resensi tidak hanya mengungkapkan
segala sesuatu yang terdapat didalam karya tersebut, melainkan mencangkup pula uraian
perbandingan dengan karya-karya lain yang sejenisnya. Guna memberi gambaran yang
Page 16
semakin jelas tentang resensi, berikut ini akan diuraikan beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian dari peresensi (Djuharie, 2011)
a. Peresensi harus bersikap objektif terhadap sesuatu yang akan diresensi dan
meninggalakan sepenuhnya sikap subjektifitas.
b. Peresensi mempunyai wawasan yang cukup luas terhadap bahan yang akan diresensi
c. Peresesnsi harus mencoba membandingkan dengan sajian bentuk lain yang memiliki
kesesuaian dengan bahan yang akan diresensi
d. Peresensi harus mencoba memberikan komentar dengan acuan yang jeas dan terarah
pada bagian yang diberi komentar agar tidak menimbulakan kesalah tafsiran antara
resentator denga penulis buku tersebut
e. Peresensi haru mengungkapkan data berupa bagaian atau unsur-unsur yang diresensi
secara jelas dan lengkap agar dapat dengan mudah dihubung-hubungkan antara
keduanya oleh pembaca
f. Peresensi harus menghindari interprestasi yang keliru terhadap bahan yang diresesni,
yaitu dengan cara mengetahui dengan jelas tujuan dan arah penulis/penyaji karya
tersebut
Dengan memahami beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang peresensi,
diharapkan akan memberikan arah dan gambaran di dalam membuat resensi.
1. Tahap –tahap membuat resensi
1. Jenis Buku
Jenis/bentuk buku itu apakah roman, novel, biografi, atau yang lain. Selain itu seorang
resentator menyebutkan juga buku termasuk buku fiksi atau nonfiksi.
2. Keaslian Ide
Buku itu apakah benar-benar merupakan karya asli dari pengarangnya atau
merupakan jiplakan dari buku lain yang pernah terbit.
3. Bentuk
Bagaimana mengenai bentuk atau format dari buku itu. Apakah bentuknya, kertas,
ilustrasi cover, jenis huruf yang dipakai, dan sebagainya.
Page 17
1. Isi dan Bahasa
Dilihat dari segi isi, resentator perlu memperhatikan unsur-unsur intrinsiknya, yaitu
tentang tema, alur, perwatakan, sudut pandang dan sebagainya. Bahasa dalam buku
itu dapat ditinjau dari segi struktur kalimat, gaya bahasa/style, ungkapan dan lain-lain.
Apakah bahasa yang digunakan memakai bahasa sehari-hari yang segar tidak
menjemukan, mudah dimengerti oleh pembaca, dan sebagainya. Mudah dipahami atau
sukar diterima pembaca. Pengujian materi mendapat perhatian juga dari resentator.
4. Simpulan
Akhirnya seorang penulis resensi harus dapat menyimpulkan, apakah buku itu baik
dan perlu dibaca atau tidak.
menulis data buku yang dibaca
menulis ikhtisar isi buku,
mendaftar butir-butir yang merupakan kelebihan dan kekurangan buku
menuliskan pendapat pribadi sebagai tanggapan atau isi buku, dan
memadukan ikhtisar dan tanggapan pribadi ke dalam tulisan yang utuh.
D. Unsur-unsur Resensi
Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut :
1. membuat judul resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan,
tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai.
Perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.
2. Menyusun data buku atau identitas buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
a. judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian,
tuliskan judul aslinya .);
b. pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti
yang tertera pada buku.);
c. nama penerbit
d. tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
e. tebal buku;
f. harga buku (jika diperlukan).
Page 18
3. Membuat pembukaan
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:
a. memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi
apa saja yang diperoleh;
b. membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang
sendiri maupun oleh pengarang lain;
c. memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
d. memaparkan keunikan buku;
e. merumuskan tema buku;
f. mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
g. mengungkapkan kesan terhadap buku;
h. memperkenalkan penerbit;
i. mengajukan pertanyaan;
j. membuka dialog.
4. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c. keunggulan buku;
d. kelemahan buku;
e. rumusan kerangka buku;
f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g. adanya kesalahan cetak.
5. Penutup resensi buku
Bagian penutup, biasnya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.
Sistematika Resensi Film
a. Pendahulan
- Judul Film :……
- nama Sutradara :…….
- Produser :…..
- Penulis Skenario :……
- Pemain : …….
Page 19
b. isi Resensi
Isi resensi film meliputi alur cerita, pembahasan karakter aktor dan aktris,
sutradara, skenario, editing, dan tata artistik.
c. Penutup
berisi simpulan mengenai kelebihan dan kelemahan film dan juga pendapat dari
penulis resensi.
E. sasaran –sasaran resensi
untuk membuat suatu resensi yang baik, penulis harus menetapkan sasaran-sasaran
yang harus dicapai. Umumnya tidak ada ketentuan yang memuaskan semua orang bagaimana
seharusnya bentuk sebuah resensi yang baik. Namun demikian dapat diberi beberapa pokok
untuk dijadikan sasaran penilaian itu. Pokok-pokok yang dijadikan sasaran penilaian sebuah
buku atau karya adalah :
a. latar belakang
sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca apabila penulis menyajikan latar belakang dari
sebuah buku. Penulis dapat mengemukakan tema dari karangan itu. Penyajian tema secara
singkat dapat dilengkapi dengan deskripsi mengenai isi buku itu. Dalam hal ini terdapat titik
singgung antar resensi dan ringkasan atau ikhtisar. Dengan kata lain penulis dapat
menyampaikan ringkasan attau ikhtisar buku itu, sehingga para pembaca yang belum tahu ,
dapat memperoleh gambaran mengenai isi buku itu.
b. macam atau jenis buku
berbagai buku baik komik, cerita detektif, roman, bibliografi, buku filsafat, dan buku
pengetahuan merupakan perbedaan – perbedaan antara pelbagai macam selera pembaca yang
harus diketengahkan oleh penulis. Namun masih terdapat persamaan umum pada pembaca
yatu : mereka semua ingin mengetahui sesuatu bila ada sebuah buku baru diterbitkan.
mereka ingin mengetahui : buku itu macam apa? Penulis resensi yang mengabaikan
pertanyaan ini –sengaja atau tidak- sudah gagal dalam melaksanakan tugasnya. Penulis harus
menunjukkan kepada pembaca buku yang baru diterbitkan termasuk dalam golongan buku
yang mana. Penulis harus mengadakan klasifikasi mengenai buku dengan memasukkannya
Page 20
kedalam kelas buku tertentu untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan buku-
buku lain yang termasuk dalam kelompok yang sama.
c. keunggulan buku
faktor kedua yang dipergunakan untuk memberi evaluasi adalah mengemukakan
segi-segi yang menarik dari buku. Hal pertama dalam keunggulan buku, penulis
mempersoalkan organisasinya. Yang dimaksud dengan organisasi adalah kerangka buku itu,
hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Hal kedua, penulis mempersoalkan
bagaimana isinya. Seorang pengarang harus cermat dalam memberikan detail-detailnya dan
mengambil kesimpulan-kesimpulan yang baik. Hal yang ketiga dari masalah keunggulan
buku adalah masalah bahasa. Seorang penulis resensi harus berusaha dengan tepat
menunjukkan keunggulan buku itu dengan memberikan penilaian langsung, dengan memberi
kutipan-kutipan yang tepat dan menunjukkan pertalian yang kompak antara bagian-
bagiannya.
1. Contoh Resensi
RESENSI LASKAR PELANGI
Judul Novel : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Bentang Pustaka
Tanggal terbit : 2005
Halaman : 529 halaman
Sinopsis Novel Laskar Pelangi ini takan bernilai manfaat apa-apa, kecuali kawan-
kawan mau belajar untuk mandiri dan bersungguh-sungguh dalam mencapai cita-cita.
Coba mulailah mencari peluang beasiswa kuliah di luar negeri dan belajar tentang hal-hal
baru seperti nanotechnology. Laskar Pelangi adalah sosok teladan, selama kita juga mau
Page 21
peduli dengan keadaan sekitar. Seperti pelangi yang hadir selepas hujan. Mulailah dari
sekarang!
Cerita terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur. Dimulai ketika
sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak
mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara
pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato
menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan
mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah
cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang
dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian
ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan
nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!
Mereka, Laskar Pelangi – nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan
mereka terhadap pelangi – pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara.
Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena
kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17
Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar,
guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat.
Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah
sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu
putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun
kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah
indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa
merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini!
Tokoh-tokoh pemain. Utama:
Verrys Yamarno. Pemeran Mahar
Ferdian, Pemeran Lintang Zulpani Fasa, 12 tahun, pemeran Ikal alias Andrea Hirata
Alur cerita:
Page 22
Pada saat itu sang penulis akan diterima pada Sekolah Dasar Swasta dan mulai menjalani
kehidupan bersekolah saat menduduki awal bangku SD sampai dengan tamat bangku SMP
bersama dengan teman-teman sekelasnya yang hanya berjumlah 9 orang di Sekolah yang
bernama SD Muhammadiyah. Karena jumlah siswanya yang terlalu sedikit, hampir-hampir
sekolah ini ditutup lantaran jumlah muridnya dalam 1 kelas tidak memenuhi kuota yang telah
ditetapkan oleh Dinas Pendidikan saat itu yaitu minimal 10 murid siswa per kelasnya. Di saat
yang mendebar-debarkan akhirnya ada seorang calon murid terakhir yang akhirnya diterima
sehingga mengenapi angka ganjil menjadi 10 murid siswa. Perkenalanpun dimulai diantara
mereka dengan menyebutkan nama masing-masing di depan ruang kelas. Lambat laun
mereka menjadi sebuah “tim” yang solid dan kompak, mereka saling tolong menolong
apabila diantara mereka mendapatkan kesulitan. Mereka, Sang Penulis beserta teman-teman
sekelasnya yang berjumlah 10 orang menyebut diri mereka Laskar Pelangi.
Sekolah Muhammadiyah berada di pedalaman yang jauh dari pusat kota yang terletak
di Pulau Belitong. Pulau Belitong bukanlah suatu pulau yang daratannya cocok untuk bertani
dan bercocok tanam. Namun Pulau Belitong adalah pulau yang kaya akan kandungan timah.
Sekolah dimana tempat mereka belajar, bukanlah sekolah elite dan mewah yang memiliki
segala fasilitas pendukung pembelajaran seperti sekolah lainnya yang dideskripsikan di buku
ini sebagai sekolah PN (Perusahaan Negara). Sekolah mereka hanya sebuah bangunan tua
yang rapuh, reyot dan terbengkalai sehingga apabila kita melihatnya, maka sedikitpun tidak
akan menumbuhkan minat untuk belajar pada sekolah ini, dengan kata lain sekolah ini biasa
disebut dengan sekolah Kampung. Strata ekonomi orang tua mereka adalah berasal dari
golongan tidak mampu. Rata-rata mata pencaharian orang tua mereka berasal dari profesi
buruh tambang dan nelayan.
Di Akhir penghujung cerita ini akan ada pendatang baru yang membuat kelompok
mereka bertambah jumlahnya menjadi 11 orang. Seorang gadis tomboy dari keluarga kaya
raya. Ayahnya adalah seorang berpendidikan tinggi dan memiliki pengaruh pada suatu
perusahaan milik BUMN di Pulau Belitong. Sangat kontras bila membandingkannya dengan
murid-murid Laskar Pelangi lainnya. Dengan kedatangan pendatangan baru yang bernama
Flo pada akhir cerita ini, alur cerita semakin menarik dan petualangan kehidupan para Laskar
Pelangi lebih banyak melewati cobaan, rintangan, tantangan, dan pertentangan yang pada saat
membacanya akan membuat kita selalu penasaran seperti apa ujung dari akhir cerita ini.
Page 23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan
perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan
dalam bentuknya yang singkat.
2. Tujuan dari membuat rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan ini agar dapat membantu
seseorang dalam membaca dan juga memahami sebuah buku dalam waktu yang relatif
singkat sehingga menghemat waktu.
3. Terdapat beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan
teratur diantaranya: membaca naskah asli, mencatat gagasan utama, mengadakan
reproduksi, dan ketentuan tambahan.
4. Rangkuman (ikhtisar) merupakan penulisan pokok masalah yang penulisnya tidak harus
berurutan, boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat ikhtisar tanpa
mengubah tema sebuah wacana.
5. Antara rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan memiliki banyak persamaan, salah satu
diantaranya ialah dalam membuat cerita atau bacaan dengan cara mengambil intisari atau
ide pokok dari karangan yang kita baca menjadi lebih ringkas, jelas, padat, mudah
dimengerti, dan dipahami oleh pembacanya.
6. Dan juga diantara keduanya memiliki perbedaan, salah satu diataranya yaitu pada
rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan menggunakan gaya penulis buku yang diringkas.
Pada ikhtisar mengngunakan gaya penulis ikhtisar, dan pada menggunakan gaya penulis .
7. Resensi adalah karangan yang berisi komentar ataupun bahasan terhadap kualitas,
kelebihan dan kelemahan dari suatu buku. Unsur-unsur resensi meliputi: Identitas buku
(judul buku; nama pengarang; nama penerbit; tahun terbit ; tebal buku); pokok-pokok isi
buku; keunggulanisi buku; kekurangan isi buku; saran-saran yang mungkin ditambahkan
pada isi buku; serta penilaian terhadap buku.
Page 24
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Akademika
Pressindo:Jakarta.
http://guru-umarbakri.blogspot.com/2009/07/terampil-menulis.html
http://pelitaku.sabda.org/cara_membuat_ringkasan
http://www.harunyahya.com/indo/artikel/058.htm
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Ikrar Mandiriabadi:Jakarta.
Sahara, Siti dkk. 2010. Keterampilan Berbahasa Indonesia. FITK UIN:Jakarta.
Tukan, Paulus. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia. Yudhistira:Jakarta.
Wilsa,jaja. 2009. Pengertian Resensi ,(online),
(http://jajawilsa.blogspot.com/2009/05/pengertian-resensi.html, diakses 5 November
2012).
Nurfahmi, Achmad. 2011. Resensi Novel Laskar Pelangi, (online),
(http://kalosoedimampir.blogspot.com/2011/04/resensi-novel-laskar-pelangi.html,
diakses 5 November 2012).
Akbar,Syifa Deliva . 2011. Tahap Membuat Resensi Buku dan Unsur Kerangka Resensi
Buku,(online),
(http://organisasi.org/langkah-tahap-cara-membuat-resensi-buku-dan-unsur-kerangka-
resensi-buku, diakses 5 November 2012).
Wibisono, Herdian.
http://ratnami2.wordpress.com/unsur-unsur-pokok-film/