1 (NASKAH) JUDUL KUMPULAN RENUNGAN, PERINGATAN IBU KITA KARTINI, SUMBANGAN PEMIKIRAN, TENTANG KEHIDUPAN DAN PERHATIAN TERHADAP PERMASALAHAN SOSIAL Disusun Sebagai Upaya Untuk Memperingati Hari Ibu Kita Kartini, Memberikan Sumbangan Pemikiran, Renungan tentang Kehidupan, dan Pemerhati masalah-masalah Sosial H. DADANG DJOKO KARYANTO, AMd Mar, SH, SIP, MH. Jambi, April 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
(NASKAH)
JU DU L
KUMPULAN RENUNGAN, PERINGATAN IBU KITA
KARTINI, SUMBANGAN PEMIKIRAN, TENTANG
KEHIDUPAN DAN PERHATIAN TERHADAP
PERMASALAHAN SOSIAL
Disusun Sebagai Upaya Untuk Memperingati Hari Ibu Kita Kartini, Memberikan
Sumbangan Pemikiran, Renungan tentang Kehidupan, dan Pemerhati
masalah-masalah Sosial
H. DADANG DJOKO KARYANTO, AMd Mar, SH, SIP, MH.
Jambi, April 2015
2
IBU KITA KARTINI SUMBER INSPIRASI
Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)
Inspira dan Emansipasi
Kepahlawanan merupakan perjuangan melawan: Ketidak adilan, diskriminasi,
pembodohan, keterbelakangan, pembantaian atau pemusnahan. Melawan
bukan saja dengan cara-cara fisik, berperang, namun juga dapat dilakukan
dengan diplomasi, menginspirasi, memotivasi, mencerahkan, menyadarkan,
memberdayakan, dan banyak lainnya. Ibu Kartini, adalah tokoh emansipasi
wanita yang menjadi inspirasi segenap lapisan masyarakat Indonesia.
Kesadaran akan pentingnya edukasi bagi kaum wanita khususnya dalam
memberikan kekuatan untuk bermimpi memiliki pendidikan tinggi. Pada masa
itu adalah hal yang sangat aneh dan tabu apabila mendapati perempuan
sedang sekolah. Aturan-aturan adat yang begitu ketat menjadi belenggu
kemerdekaan berfikir, berkarier membuat wanita hanya sebatas konco
wingking saja.
Kartini dengan mimpi-mimpinya yang visioner berupaya melawan, walau
dengan segala keterbatasannya. Pendidikan formalnya tidaklah tinggi, namun
spiritualitasnya sangat luar biasa. Kita hingga kini dapat melihat karya
monumentalnya yang berupa surat-surat, karya lukis dan batiknya yang
menunjukkan kemampuan prima dengan cita rasa yang tinggi. Kemudian
kemampuan berbahasa Belanda dalam lisan maupun tulisan telah
menginspirasi keluarga Abendanon untuk menerbitkan surat-suratnya
menjadi sebuah buku “ HABIS GELAP TERBITLAH TERANG” yang membuka
mata kita semua . Keluarga Abendanon peka dan peduli sehingga mampu
menunjukkan Kartini kepada dunia luas yang akhirnya menyadarkan kita
semua bahwa Kartini adalah PAHLAWAN INSPIRASI.
Pemikiran-pemikirannya mampu menjadi oase dalam padang pasir yang kering
akan inspirasi edukasi bagi para wanita. Banyak Kartini-kartini muda dan hebat
serta luar biasa yang terpendam dalam lumpur kecurangan, kemunafikan,
keserakahan, kebodohan para punggawa dan penguasa.
3
Kartini bagai telur Rajawali yang dierami oleh Ayam Kampung kemudian
menetas dan hidup bagai ayam kampong, manun keluarga Abendanon
berusaha menyadarkan membuat Kartini hidup dalam keabadian karya dan
perjuangannya. Sekarang menjadi buah dari perjuangan Ibu Kita Kartini yang
sudah bias kita lihat hasilnya pada saat ini, namun kita masih sangat
memerlukan pemimpin-pemimpin yang mampu menemukan dan
menyadarkan bagi anak-anak Rajawali yang masih dierami oleh Ayam
Kampung yang hanya bias mengais tanah tanpa mampu terbang tinggi
diangkasa.
4
PEMBAHARUAN
Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)
Pembaharuan dapat dimaknai dengan istilah memperbaiki yang rusak dan
menjadikan sesuatu menjadi baru. Apa yang diperbaharui ? Segala bidang
dalam tata kehidupan sosial bisa diperbaharui. Pembaharuan ini
menunjukkan ada dinamika berani keluar dari zona nyaman. Jujur mengakui
kelemahan dan kesalahan. Memperbaiki yang rusak untuk kembali ke sesuatu
yang semestinya. Pembaharuan dimulai dari satu orang (tidak andal-andalan)
/tidak saling menunggu. Berani menjadi inspirator, motivator. Dari yang satu
orang ini menjadi pelopor yang akan mengirim signal ke titik-titik penyebaran.
Signal-signal tersebut ditangkap dan diikuti untuk menjadi koalisi perubahan
yang akan terus membawa dampak partisipatif. Tatkala bola salju sudah
menggelinding dan menjadi besar atau banyak diperlukan pemimpin yang baik.
Pemimpin yang baik yitu yang mampu memberikan harapan (Perubahan kecil
berdampak besar dan dapat dilakukan dalam waktu singkat).
Pembaharuan menjadikan adanya kesadaran, dan niat dengan spirit:
1.Berani: Berani untuk berkorban dan kehilangan previlage dalam melakukan
perubahan menuju kearah yang lebih baik dan selalu meningkatkan kualitasnya
(pembelajaran);
2.Bersih: Bersih dalam konteks ini adalah tulus ikhlas dalam melaksanakan
tugasnya tanpa pamrih untuk kepentingan pribadi maupun kelompok (tidak
melakukan KKN dan gratifikasi). Tidak membangun klik atau dinasti untuk
menguasai birokrasi;
3, Jujur: Obyektif, transparan berbasis pada fakta, kebenaran dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum, secara administrasi bahkan secara
moral;
4. Adil : Dalam konteks ini adalah keadilan social yaitu mendudukkan atau
menerapkan setiap warga masyarakat sama di muka hokum yang mempunyai
hak dan peluang yang sama. Menghormati, memberi jaminan dan
perlindungan HAM;
5. Profesional: Dalam konteks penyelenggaraan Negara adalah berbasis
kompetensi yang visioner, unggul, kreatif dan inovatif.
5
Berani, bersih, jujur, adil dan professional adalah core value atau menjadi hal
yang menyenangkan dan membanggakan, yang merupakan inti dari nilai-nilai
budaya dan yang dapat dijabarkan dalam berbagai pendekatan atau sudut
pandang (kepemimpinan, administrasi, operasional maupun capacity building).
6
KERJA ADALAH CINTA YANG MENGEJAWANTAH
Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)
Kerja adalah Cinta yang mengejawantah
Kerja adalah Cinta yang mengejawantah (Kahlil Gibran)
Bekerja atau melakukan sesuatu, ketika tanpa cinta maka ia semacam robot
saja, atau mesin yang sudah di setel sistimnya. Kerja tanpa cinta atau
mencintai apa-apa yang dikerjakannya, hasilnya tidak akan sempurna atau
tidak membuahkan hasil yang bermanfaat. Bekerja dengan keterpaksaan, atau
karena tugas maka akan menjadi beban, bahkan bisa membebani orang lain.
Bekerja sebagai apa saja, merupakan cinta yang mengejawantah dalam hidup
dan kehidupan manusia untuk dapat menghasilkan produktifitas yang
diperlukan untuk mempertahankan, menumbuh kembangkan hidup dan
kehidupannya.
Bekerja pada pekerjaan yang tidak kontra produktif merupakan bagian dari
memanusiakan “NGUWONGKE” , menempatkan manusia sebagai mana
layaknya manusia sebagai makhluk hidup yang berakal budi yang bias
menjadikan hidup makin hidup. Sebaliknya bekerja pada pekerjaan yang
kontra produktif bias merusak, menghambat, bahkan mematikan kehidupan.
Di dalam penyelenggaraan berbagai pekerjaan ada potensi-potensi konflik,
ada peluang-peluang terjadinya hal-hal yang kontra produktif, KKN,
penyuapan, pemerasan cara-cara yang illegal atau diluar dari kesepakatan-
kesepakatan yang telah diatur dalam hukum atau etika atau moral yang
berlaku.
Di sinilah peran para aparatur penyelenggara Negara untuk mampu
membangun sistim dan menanamkan nilai-nilai budaya keteraturan social
untuk masyarakat dapat bekerja sebagaimana yang seharusnya dan diterima
oleh semua pihak.
7
Etika public yang menjadi rel bagi para penyelenggara Negara dengan segala
kewenangan, kekuasaan dan fasilitasnya dapat menjauhkan dari niat jahat dan
meminimalisir kesempatan untuk berbuat jahat. Menjauhkan dari niat ini
bermakna menyadarkan dengan ketulusan hati untuk dapat berperan serta
mewujudkan dan memelihara keteraturan. Sedangkan meminimalisir
kesempatan bermakna bahwa kebijakan-kebijakannya, sistem-sistem yang
dibangun , untuk mampu membimbing masyarakat agar menjadi beradab
atau setidaknya menjadi bekerja dengan professional, cerdas, bermoral dan
modern.
Passion para aparatur penyelenggara Negara adalah manusia, kemanusiaan
yang senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Itulah pengejawantahan cinta dalam pekerjaannya.
8
IN LIGHT OF ROBIN WILIAMS’ DEAD:
“RENUNGAN”
Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)
Jika kekayaan itu bisa membuat orang menjadi bahagia, tentunya Adolf
Merckle, orang terkaya di Jerman, tidaklah menabrakkan badannya ke kereta
api.
Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia, tentunya Michael Jackson,
penyanyi terkenal dunia, tidak minum obat tidur hingga overdosis.
Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas, Presiden
Brazil, tidak menembak jantungnya.
Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia tentunya Marilyn Monroe, artis
cantik sepanjang masa, tidak minum alcohol dan obat depresi hingga
overdosis.
Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentunya Thierry Costa, dokter
terkenal dari Perancis, tidak bunuh diri, akibat sebuah acara di televise.
Ternyata, bahagia atau tidaknya hidup seseorang (termasuk kita, sahabatku),
bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, tenarnya, cantiknya, kuasanya,
sehatnya, atau sesukses apapun hidupnya.
Tapi yang bisa membuat seseorang itu bahagia adalah dirinya sendiri.
Mampukah ia mau mensyukuri semua yang sudah dimilikinya dalam segala hal.
“Kalau kebahagiaan itu bisa dibeli, pasti orang-orang kaya akan membeli
kebahagiaan itu, dan kita akan sulit mendapatkan kebahagiaan karena sudah
diborong habis oleh mereka”.
“Kalau kebahagiaan itu ada di suatu tempat, pasti belahan lain di bumi ini akan
kosong karena semua orang akan ke sana, berkumpul di mana kebahagiaan itu
berada”.
Untungnya kebahgiaan itu berada di dalam hati setiap manusia. Jadi kita tidak
perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan itu.
9
“Yang kita perlukan adalah HATI yang BERSIH dan IKHLAS serta PIKIRAN yang
JERNIH, maka kita bisa menciptakan rasa BAHAGIA itu kapanpun, dimanapun,
dan dengan kondisi apapun”.
Intinya yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah bahwa
“KEBAHAGIAAN ITU MILIK SETIAP INSAN MANUSIA YANG PANDAI
BERSYUKUR”. “JIKA KITA TIDAK MEMILIKI APA YANG KITA SUKAI, MAKA
SUKAILAH APA YANG KITA MILIKI SAAT INI.”
10
MENCINTAI PEKERJAAN ATAU MENCINTAI
JABATAN??????????
Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)
Mencintai Pekerjaan Atau Mencintai Jabatan? ,”Jabatan adalah amanah yang
bisa menjadi berkah, namun tatkala dikuasai dengan cara yang salah maka
akan menjadi musibah”.
Jabatan merupakan tugas tanggung jawab dan bagi pejabatnya diberi
kewenangan dan kekuasaan untuk mengelola tugas dan tanggung jawabnya
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat atau setidaknya menjadi
institusi yang dipimpinnya ada suatu perubahan, kemajuan atau mendapatkan
citra dan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Jabatan merupakan
potensi sumber daya yang diperebutkan oleh banyak orang yang mampu dan
yang merasa mampu. Bagi orang-orang yang mampu pendekatannya adalah
impersonal atau basisnya pada kompetensi, sehingga professional dalam
mengelola kekuasaan dan kewenangannya yang akan membawa berkah bagi
banyak orang.
Sedangkan bagi orang-orang yang merasa mampu basisnya adalah
pendekatan-pendekatan yang bersifat personal, kekerabatan, jaringan-
jaringan patron klien yang kadang mengabaikan atau memandang sebelah
mata pada kompetensi. Bisa diprediksi penguasa dengan cara-cara pendekatan
personal akan membawa dampak pada penyalahgunaan wewenang yang akan
menambah beban bagi masyarakat yang dilayaninya, parahnya lagi bisa
mendatangkan musibah akibat ketidak profesionalannya atau akibat dari
pendekatan-pendekatan yang bertentangan dengan upaya-upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Salah satu ciri orang yang professional adalah bangga dan mencintai
pekerjaannya. Mengapa demikian? Karena dirinya sadar dan menguasai
bidang tugasnya untuk memajukan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Namun sebaliknya salah satu contoh ketidak profesionalan
11
adalah mencintai jabatannya. Tentunya jabatan yang dianalogikan sebagai
jabatan-jabatan basah. Maka para pecinta jabatan ini akan melanggengkan
atau menyuburkan premanisme birokrasi. Kelompok-kelompok pecinta
jabatan akan mati-matian membangun kerajaan atau jaringan dalam birokrasi
untuk menguasai jabatan-jabatan yang dianggap basah. Standar kompetensi
menjadi suatu cara untuk memangkas premanisme birokrasi.
Standar kompetensi dapat dikategorikan dalam bidang: kepemimpinan,
administrasi, operasional dan capacity building
12
E POLICING 1
Pada era globalisasi, sistim-sistim online merupakan kebutuhan untuk
memberikan pelayanan prima, sebagai program inisiatif anti korupsi,
reformasi birokrasi dan terobosan kreatif. Pemerintah akan membangun e
government, perbankan membangun e banking. Bagi kepolisian membangun
model atau pola pemolisiannya melalui e policing.
E Policing adalah pemolisian secara elektronik yang dapat diartikan sebagai
pemolisian secara on line, sehingga hubungan antara polisi dengan
masyarakat bisa terjalin dalam 24 jam sehari dan 7 jam dalam seminggu
tanpa batas ruang dan waktu untuk selalu dapat berinteraksi dan saling
berbagi informasi serta melakukan komunikasi. Hal tersebut bisa juga difahami
dengan membawa community policing pada sistim on line. Dengan demikian
e policing ini merupakan model pemolisian di era digital yang berupaya
menerobos sekat-sekat ruang dan waktu sehingga pelayanan-pelayanan
kepolisian dapat terselenggara dengan cepat, tepat, akurat, transparan,
akuntabel informasi, dan mudah diakses. E policing bisa menjadi strategi
inisiatif anti korupsi, reformasi birokrasi dan creative break through.
Dikatakan sebagai inisiatif antikorupsi karena meminimalisir bertemunya
person to person dalam pelayanan-pelayanan kepolisian di bidang administrasi
karena sudah dapat digantikan secara on line melalui e banking, atau melalui
ERI (electronic Registration Identification) dan sebagai reformasi birokrasi
karena dapat menerobos sekat-sekat birokrasi yang rumit, yang mampu
menembus ruang dan waktu misalnya tentang pelayanan informasi dan
komunikasi melalui internet, dan hubungan tata cara kerja dalam birokrasi
dapat diselenggarakan secara langsung dengan SMK (Standar Manajemen
Kinerja) yang dibuat melalui intranet/internet juga sehingga menjadi less
paper dan sebagainya.
Dikatakan sebagai bagian creative break through, melalui e policing banyak
program dan berbagai inovasi dan kreasi dalam pemolisian yang dapat
dikembangkan masanya pada sistim-sistim pelayanan SIM, Samsat, atau juga
dalam TMC baik melalui media elektronik, cetak maupun media social bahkan
secara langsung sekaligus.
13
POLICING MEMANGKAS FEODALISME DALAM
BIROKRASI
Oleh (DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)
E Policing memangkas Feodalisme dalam Birokrasi; Salah satu penyakit dalam birokrasi
adalah feodalisme yang merupakan suatu system yang tidak tersurat namun tersirat
sebagai bentuk nilai-nilai yang harus diikuti oleh anggota birokrasi secara berjenjang
dan bisa bervariasi antara satu dengan yang lain. Bentuk-bentuk feodalisme dalam
birokrasi memang tidak akan nampak dalam aturan atau sistim-sistim yang normative
namun ada dalam implementasinya, yang sebenarnya merupakan diskresi birokrasi
yaitu adanya kebijakan-kebijakan yang tidak tertulis dan dijadikan pedoman bagi
anggotanya dan dijabarkan dalam bentuk kesepakatan-kesepakatan diantara mereka.
Feodalisme dalam birokrasi dapat ditunjukkan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bos can’t do no wrong, kalaupun salah tetapi dianggap sebagai