Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 - 2019 DIREKTORAT PERBENIHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017
Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
RENCANA STRATEGIS
(RENSTRA)
DIREKTORAT PERBENIHAN
TANAMAN PANGAN
TAHUN 2015 - 2019
DIREKTORAT PERBENIHAN
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2017
Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata
Cara penyusunan Rencana pembangunan Nasional, bahwa
Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Lembaga sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada
RPJMN Tahun 2015-2019.
Sehubungan hal di atas, mengacu kepada Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-2019 (Edisi
Revisi) dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.110/8/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perbenihan menyusun
Rencana Strategis Direktorat Perbenihan yang merupakan
penjabaran dari visi dan misi Direktorat Perbenihan dalam
rangka pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan.
Diharapkan dokumen ini dapat menjadi panduan dan acuan
dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Direktorat
Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2015-2019.
Jakarta, Januari 2017
i
Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1. Kondisi Umum Perbenihan Saat ini ....................... 3
1.2. Capaian Kegiatan 2009-2014 ................................. 4
a. Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih.......... 4
b. Penyebaran Varietas ............................................23
c. Kelembagaan Perbenihan ...................................27
1.3. Potensi, Permasalahan dan Tantangan ..............52
a. Potensi ...................................................................52
b. Permasalahan ........................................................55
c. Tantangan .............................................................56
II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ..............................34
2.1. Visi ...........................................................................34
2.2. Misi ..........................................................................34
2.3. Tujuan ......................................................................34
2.4. Sasaran ....................................................................34
ii
Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA
REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ...........59
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi ...................................59
3.2. Kerangka Regulasi.....................................................59
3.3. Kerangka Kelembagaan ...........................................60
IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN...64
4.1. Target Kinerja ...............................................................64
4.2. Kegiatan 2015-2019 ....................................................71
PENUTUP .....................................................................................77
LAMPIRAN .....................................................................................78
iii
i
Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Realisasi Penggunaan Benih Padi, Jagung,
Kedelaidan Palawija Lainnya Tahun 2010-
2014............. ................................................................... 4
Tabel 2. Target dan Realisasi Produksi Benih Padi Tahun
2010-2014............. .....................................................12
Tabel 3. Target dan Realisasi Produksi Benih JagungTahun
2010-2014.............................................................13
Tabel 4. Target dan Realisasi Produksi Benih Kedelai Tahun
2009-2014.............................................................13
Tabel 5. Target dan Realisasi Produksi Benih Kacang Tanah
2010-2014 .........................................................14
Tabel 6. Target dan Realisasi Produksi Benih Kacang Hijau
2010-2014 .........................................................14
Tabel 7. Realisasi Luas Areal Sertifikasi BD, BP, BR dan
Hibrida Pada Tahun 2010-2014............. ................17
Tabel 8. Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat
Terhadap Luas Tanam Tahun 2010-2014..........19
Tabel 9. Kontribusi Bantuan Pemerintah Terhadap
Penggunaan Benih Padi Varietas Unggul
Bersertifikat Tahun 2010-2014............. .................20
iv
Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 10. Kontribusi Bantuan Pemerintah Terhadap
Penggunaan Benih Jagung Varietas Unggul
Bersertifikat Tahun 2010-2014............. .................21
Tabel 11. Kontribusi Bantuan Pemerintah Terhadap
Penggunaan Benih Kedelai Varietas Unggul
Bersertifikat Tahun 2010-2014............. .................22
Tabel 12. Jumlah Varietas Tanaman Pangan Yang
DilepasTahun 2009-2014.....................................23
Tabel 13. Jumlah Varietas Yang Dilepas dan Potensi Hasil
Rata-Rata Padi Hibrida Tahun 2010-2014........... 24
Tabel 14. Realisasi Penyebaran Varietas Padi Tahun Tahun
2010-2014............ ......................................................26
Tabel 15. Realisasi Penyebaran Varietas Jagung Tahun
2010-2014........................................................... 26
Tabel 16. Realisasi Penyebaran Varietas Kedelai Tahun
2010-2014........................................................... 26
Tabel 17. Perkembangan Penerapan Akreditasi Laboratorium
Benih pada Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih Yang Terakreditasi Oleh KAN…………......38
Tabel 18. Kebutuhan dan Jumlah PBT Tahun 2014.............22
Tabel 19. Rekapitulasi Produsen Benih Tanaman
Pangan per Provinsi Tahun 2014............. .........24
Tabel 20. Rekapitulasi Pengedar Benih Tanaman
Pangan per Provinsi Tahun 2014............. .........48
v
Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 21. Sasaran Peningkatan Penggunaan Benih Unggul
Bersertifikat Padi, Jagung dan Kedelai Pada Tahun
2010-2014............. .....................................................64
Tabel 22. Rencana Perbanyakan Benih Padi (BS-BD), (BD-
BP) Tahun 2015-2019..............................................66
Tabel 23. Rencana Perbanyakan Benih Jagung (BS-BD), (BD-
BP) Tahun 2015-2019..............................................66
Tabel 24. Rencana Perbanyakan Benih Kedelai (BS-BD), (BD-
BP) Tahun 2015-2019..............................................66
Tabel 25. Rencana Perbanyakan Benih Kacang Tanah (BS-
BD), (BD-BP) Tahun 2015-2019............. ...............67
Tabel 26. Rencana Perbanyakan Benih Kacang Hijau (BS-
BD), (BD-BP) Tahun 2015-2019............. ...............67
Tabel 27. Ketersediaan benih padi, jagung dan kedelai Tahun
2015-2019 ........... ......................................................69
Tabel 28. Usulan PBT di Instansi Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih TPH (BPSBTPH) Provinsi Tahun
2015-2019............. .....................................................71
Tabel 29. Kegiatan Direktorat Perbenihan Tahun 2015-
2019......................................................................71
Tabel 30. Proyeksi Produksi Benih Padi Tahun 2015-2019.72
Tabel 31. Proyeksi Produksi Benih Jagung
Tahun 2015-2019 .......................................................72
Tabel 32. Proyeksi Produksi Benih Kedelai Tahun 2015-2019
......................................................................................73
Tabel 33. Proyeksi Produksi Benih Kacang Tanah Tahun
2015-2019 ...................................................................73
vi
Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 34. Proyeksi Produksi Benih Kacang Hijau Tahun
2015-2019 ...................................................................73
Tabel 35. Alokasi Desa Mandiri Benih Tahun 2015-2019....75
Tabel 36. Sasaran Sertifikasi Benih (Padi, Jagung, Kedelai,
Kacang Tanah dan Kacang Hijau
Tahun 2015-2019 .......................................................76
vii
Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar1. Bagan Alur Produksi Benih Non Hibrida ................. 4
Gambar2. Bagan Alur Produksi Benih Hibrida.......................... 4
viii
1 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
BAB I
PENDAHULUAN
Terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945, merupakan tujuan akhir dari
pembangunan nasional. Sektor pertanian merupakan bagian dari
komponen pembangunan nasional yang harus dikelola sebaik
mungkin dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Sedangkan
pembangunan sektor pertanian meliputi salah satunya
pembangunan sub sektor tanaman pangan. Pembangunan sub
sektor tanaman pangan erat kaitannya dengan ekplorasi
sumberdaya alam nabati yang jenisnya beranekaragam dan
optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana serta sumberdaya
manusia yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan
lingkungan.
Tatakelola pembangunan tanaman pangan hendaknya mengacu
pada Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman. Berdasarkan Undang-Undang tersebut benih
merupakan komponen utama dalam penyelenggaraan budidaya
tanaman. Oleh karena itu pengelolaan sistem penyediaan benih
harus dilaksanakan secara baik dengan memperhatikan aspek-
aspek lingkungan strategis.
Benih tanaman sebagai sarana produksi utama dalam budidaya
tanaman perlu dijaga mutunya, sehingga mampu menghasilkan
produk dan mutu hasil sebagaimana yang diharapkan. Oleh
karena itu perlu diselenggarakan kegiatan yang bertujuan
pelestarian, pengembangan sumber-sumber plasma nutfah,
pemuliaan, optimalisasi prasarana dan sarana produksi benih,
pengawasan dan sertifikiasi benih, pengembangan kelembagaan,
2 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
dan peningkatan sumberdaya manusia perbenihan. Disamping itu
penataan alur distribusi dan sosialisasi penggunaan benih varietas
unggul bersertfikat juga merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan
begitu saja, dan harus di kawal secara terus menerus.
Pengelolaan sistim perbenihan dari berbagai aspek mulai dari hulu
sampai hilir adalah pengembangan sebuah sistem yang terkait
erat dengan upaya menjadikan usaha perbenihan sebagai sebuah
industri yang akan mendatangkan banyak keuntungan bagi para
pelakunya.
Industri perbenihan nasional merupakan salah satu industri hulu di
sektor pertanian praproduksi, yang berperan sangat menentukan
keberhasilan sektor pertanian secara keseluruhan, termasuk
industri pasca panen, seperti industri pangan dan lain-lain. Yang
dimaksud dengan industri perbenihan swasta nasional adalah
seluruh kegiatan dalam menghasilkan benih unggul baru
berproduktivitas tinggi dan berkualitas tinggi dengan daya saing
tinggi, memperbanyaknya, mengedarkannya dan memasarkannya,
baik dalam satu kelembagaan usaha ataupun bagiannya, seperti:
penangkar benih dan lain-lain, yang memanfaatkan potensi
sumber daya hayati nasional secara bijak dan lestari.
Membangun industri perbenihan swasta nasional merupakan
upaya mendasar dalam pembangunan sektor pertanian
keseluruhan. Sebab benih varietas unggul bersertifikat merupakan
penentu batas atas produktivitas dan kualitas produk suatu usaha
tani, baik itu usaha tani besar maupun usaha tani kecil.
Membangun industri perbenihan swasta nasional merupakan
landasan yang baik bagi proses produksi dan industri pangan dan
industri lainnya yang berbasis produk pertanian.
3 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Produk industri perbenihan swasta nasional yang unggul dan
berkualitas tinggi serta murah akan menjamin keuntungan dan
memperkecil resiko bagi petani produsen, baik itu dari usaha tani
kecil ataupun besar (komoditi pangan dan komoditi lainnya). Bagi
petani tanaman pangan penggunaan benih unggul yang spesifik
wilayah dari produk industri benih, akan memberikan jaminan
keuntungan bagi usaha taninya. Dengan demikian upaya tersebut
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan para petani di desa-
desa, serta membantu mengentaskan kemiskinan di desa-desa.
Rencana Strategis Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun
2015-2019.
1.1 Kondisi Umum Perbenihan Tahun 2010-2014
Pengelolaan sistem penyediaan benih secara nasional
bertujuan meningkatkan dan menjaga stabilitas penggunaan
benih varietas unggul bersertifikat. Penggunaan benih unggul
bersertifikat yang diikuti dengan penerapan budidaya
tanaman secara tepat diyakini mampu memberikan kontribusi
dalam meningkatkan produktivitas dan produksi. Untuk
mendukung sasaran produksi tahun 2010-2014, realisasi
penggunaan benih varietas unggul bersertfikat bagi
komoditas utama tanaman pangan (padi, jagung, kedelai dan
palawija lainnya) sebagaimana pada tabel 1.
4 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 1. Realisasi Penggunaan Benih Padi, Jagung, Kedelai
dan Palawija Lainnya Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
1 Padi 56,47 62,80 64,86 55,93 45,90
2 Jagung 65,43 68,12 69,36 61,20 48,82
3 Kedelai 59,26 61,40 63,22 37,97 27,94
4 Kacang Tanah - 10,78 1,42 2,67 1,08
5 Kacang Hijau - 0,11 0,37 0,08 0,14
Tahun (%)Jenis BenihNo
Selain target penggunaan benih unggul bersertifikat, maka
penyebaran varietas juga dapat dijadikan acuan dalam
pelaksanaan pengawasan dan peta penyebaran dalam
rangka pengawalan capaian produktivitas berdasarkan
potensi yang tertera pada deskripsi varietas. Varietas unggul
yang sudah dilepas dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
kategori yaitu: (1) varietas potensi tinggi, (2) varietas potensi
sedang, (3) varietas potensi rendah.
Dalam rangka kegiatan pengelolaan plasma nutfah,
pemuliaan, perlindungan varietas tanaman serta pendaftaran
dan pelepasan varietas, pemerintah memberikan fasi litas
bagi pengelola. Peranan swasta dalam pemuliaan masih
terbatas hanya pada komoditas tanaman komersial (terutama
hibrida).
1.2. Capaian Kegiatan TA 2010-2014
a. Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih
1) Produksi benih sumber dan benih sebar
5 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
(a) Produksi Benih
Proses produksi benih mengacu pada Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 56/Permentan/
SR.110/11/2015 tentang Produksi, Sertifikasi, dan
Peredaran Benih Bina Tanaman Pangan dan
Tanaman Hijauan Pakan Ternak.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan benih untuk
petani maupun stake holder yang bergerak di
tingkat usahatani (on farm), produksi benih
merupakan suatu tahapan untuk memperbanyak
benih dalam rangka menghasilkan benih varietas
unggul bersertifikat. Berdasarkan fungsi dan cara
memproduksinya, maka benih dibedakan atas
benih inti (Nucleous Seed), Benih Sumber dan
Benih Sebar. Benih Sumber terdiri dari tiga kelas
yaitu Benih Penjenis/Breeder Seed (BS) dengan
label berwarna kuning, Benih Dasar/Foundation
Seed (BD/FS) dengan label berwarna putih,
Benih Pokok/Stock Seed (BP/SS) dengan label
berwarna ungu, dan Benih Sebar/Extention Seed
(BR/ES) dengan label berwarna biru.
Pada umumnya benih-benih inbrida yang
merupakan varietas publik (public variety)
diproduksi secara bertahap yang diawali dengan
penyediaan Benih Penjenis, selanjutnya Benih
Dasar, Benih Pokok, sampai dengan Benih
Sebar. Untuk meningkatkan penyediaan benih
sumber dan benih sebar sesuai rencana
6 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
kebutuhan maka dilakukan pembinaan setiap alur
perbanyakan/ produksi benih tersebut sebagai
berikut :
- Penyediaan Benih Penjenis/Breeder Seed
(BS), dilakukan di lembaga
penelitian/pemuliaan tanaman, baik lembaga
pemerintah seperti Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbang
Pertanian), Badan Tenaga Atom Nasional
(Batan), Perguruan Tinggi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) maupun
lembaga swasta. Lembaga pemulia harus
menghasilkan varietas BS sesuai permintaan
petani untuk selanjutnya diperbanyak menjadi
Benih Dasar (FS) oleh Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) seperti Balai Benih Provinsi.
Oleh karena itu, setiap tahun dilakukan
koordinasi penyusunan kebutuhan varietas
antar lembaga pemulia dan Dinas Pertanian
Provinsi. BS diproduksi di bawah pengawasan
pemulia tanaman.
- Penyediaan Benih Dasar (BD)/Foundation
Seed (FS) dilakukan di UPTD (Balai Benih
Provinsi) dengan memperbanyak BS yang
diperoleh dari lembaga pemulia. Melalui
dukungan dana pemerintah jumlah varietas
dan luas areal penangkaran FS ditingkatkan
sesuai dengan rencana yang telah disusun.
7 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
- Selanjutnya FS diperbanyak menjadi Benih
Pokok/ Stock Seed (SS). SS dapat
diperbanyak di UPTD Balai Benih Provinsi
maupun Kabupaten Kota. Namun saat ini
karena sering penyediaannya oleh beberapa
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota tidak
konsisten, maka sebagian BP juga diperbanyak
oleh Balai Benih Induk (BBI) Provinsi dan
perusahaan benih BUMN/swasta yang telah
mampu. Bahkan saat ini beberapa produsen
benih di pulau Jawa juga memproduksi SS
karena banyak permintaan oleh petani untuk
ditanam dengan alasan mutunya lebih baik dari
Benih Sebar/Extention Seed (ES). Padahal
secara teknis, SS dan ES merupakan alur
perbanyakan benih dengan standar mutu benih
yang sama.
- Penyediaan Benih Sebar(BR)/Extention Seed
(ES) dilakukan oleh produsen BUMN/Swasta.
Produksi BR ditingkatkan dengan memotivasi
dan memberdayakan produsen/penangkar
benih.
8 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Alur produksi/perbanyakan benih inbrida tersaji pada
Gambar 2.
Gambar 1. Bagan Alur Produksi Benih Inbrida
Benih Penjenis
(Breeder Seed/BS)
Benih Dasar/BD
(Foundation Seed/FS)
Benih Pokok/BP
(Stock Seed/SS)
Benih Sebar/BR
(Extention Seed/ES)
Warna label kuning Diproduksi oleh
Pemulia Tanaman (Lembaga
penyelenggara
Pemuliaan Tanaman)
Warna label putih Diproduksi oleh Balai
Benih Provinsi
Warna label ungu Diproduksi oleh
Instalasi Balai Benih Provinsi/Balai Benih Kabupaten/Produsen Benih (BUMN/Swasta)
Warna label biru Diproduksi oleh
produsen benih (BUMN/Swasta/petani
/penangkar)
9 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Untuk produksi benih varietas-varietas hibrida yang
merupakan commercial variety, saat ini masih
dilakukan oleh industri-industri benih yang memiliki
SDM, sarana-prasarana dan modal yang memadai
serta akses pasar yang cukup bagus. Diharapkan di
masa yang akan datang benih hibrida dapat pula
diproduksi oleh petani penangkar. Varietas hibrida
yang diproduksi oleh lembaga pemerintah harus
menjadi public variety yang dapat diproduksi oleh
semua produsen/penangkar benih.
Produksi benih jagung hibrida telah dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri, bahkan hingga dapat
diekspor. Namun demikian, impor benih jagung hibrida
masih ada dalam volume yang kecil sebagai alat
promosi bagi varietas yang baru dilepas yang tetuanya
berasal dari introduksi luar negeri.
Pada benih padi hibrida, sebagian benih masih diimpor
dari luar negeri. Hal ini dikarenakan produksi benih
padi hibrida di dalam negeri masih kurang akibat
penguasaan teknologi produksi yang masih lemah.
Bila benih hibrida dapat pula diproduksi oleh petani
penangkar, produktivitas benih padi hibrida diharapkan
dapat bersaing dengan benih dari luar negeri
sehingga tidak memerlukan impor benih padi hibrida
F1 lagi. Bila benih padi hibrida dapat diproduksi oleh
petani penangkar, diharapkan benih hibrida dapat
tersedia secara merata di tingkat petani dengan harga
yang terjangkau.
10 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Benih hibrida hanya terdiri dari satu kelas benih yaitu
kelas benih sebar (BR/ES/F1). Alur produksi benih
hibrida tersaji pada Gambar 3.
Gambar 2. Bagan Alur Produksi Benih Hibrida
- Realisasi Produksi Benih 2010-2014
Di dalam memproduksi benih tanaman pangan
haruslah mempertimbangkan persyaratan enam tepat
yaitu, tepat varietas, tepat jumlah, tepat waktu, tepat
lokasi, tepat mutu dan tepat harga. Disamping itu pula
haruslah mempertimbangkan minat masyarakat/petani
dan efisiensi.
11 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Semua benih sebar tanaman pangan merupakan hasil
penangkaran oleh petani penangkar, namun proses
pembersihan, pengeringan dan pengemasan serta
pemasaran sebagian besar dilakukan oleh industri
benih terdekat seperti unit-unit industri benih PT. Sang
Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero), dan
beberapa industri benih swasta murni di sekitar lokasi
penangkaran.
Umumnya industri benih di Indonesia tidak mempunyai
lahan penangkaran benih tetapi dalam penangkaran
benih industri benih bermitra dengan petani penangkar
desa sekitar. PT Sang Hyang Seri (Persero) yang
merupakan industri benih padi terbesar di Indonesia
memproduksi benih dari lahan milik perusahaan di
Sukamandi dengan persentase relatif kecil
dibandingkan dengan kemitraan. Perusahaan tidak
merekruitmen buruh untuk menangkarkan benih di
lahan perusahaan karena lebih menguntungkan
bermitra dengan petani dan sekaligus memberdayakan
petani. Demikian pula industri benih jagung hibrida dan
padi hibrida. Umumnya produsen benih tidak memiliki
lahan penangkaran benih, tetapi memanfaatkan petani
penangkar di desa sekitar untuk menangkarkan benih
dengan bermitra.
Permasalahan industri dan penangkar benih selama ini
khususnya tanaman pangan adalah tidak adanya stok
produksi. Industri dan penangkar benih hanya
memproduksi benih sejumlah daya serap pasar normal
yang telah berjalan selama ini secara regular. Rencana
produksi yang terbatas dan tidak menyediakan stok
12 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
karena adanya kekuatiran benih tidak terserap pasar
bila diproduksi dalam jumlah besar dan stok yang
disiapkan tidak dapat dipertahankan mutunya.
Gambaran realisasi produksi benih untuk 3 (tiga)
komoditas utama tanaman pangan selama 6 (enam)
tahun terakhir dari 2010-2014 disajikan pada Tabel 2
s.d Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 2. Target dan Realisasi Produksi Benih Padi Tahun
2010-2014. (Ton)
2010 2011 2012 2013 2014
Target
1. Benih Dasar (FS) 1.900 2.050 2.200 2.350 2.500
2. Benih Pokok (SS) 62.500 63.750 68.275 70.050 72.500
3. Benih Sebar (ES) 131.925 132.570 140.725 141.350 147.300
4. Benih Hibrida 5.175 6.250 6.500 6.800 7.000
Jumlah 201.500 204.620 217.700 220.550 229.300
Realisasi
1. Benih Dasar (FS) 2.091 2.569 3.960 3.031 2.239
2. Benih Pokok (SS) 72.425 86.274 94.692 108.093 120.286
3. Benih Sebar (ES) 161.323 181.190 175.714 87.094 92.112
4. Benih Hibrida 5.774 7.569 2.570 1.317 761
Jumlah 241.613 277.602 276.936 199.535 215.398
No UraianTahun
13 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 3. Target dan Realisasi Produksi Benih Jagung
Tahun 2010-2014. (Ton)
2010 2011 2012 2013 2014
Target
1. Benih Dasar (FS) 220 80 83 75 65
2. Benih Pokok (SS) 1.085 535 625 585 515
3. Benih Sebar (ES) 4.800 3.500 4.750 4.650 4.250
4. Benih Hibrida 44.900 47.600 47.800 48.500 49.000
Jumlah 51.005 51.715 53.258 53.810 53.830
Realisasi
1. Benih Dasar (FS) 223 80 127 118 73
2. Benih Pokok (SS) 1.086 537 640 553 286
3. Benih Sebar (ES) 4.845 3.488 3.664 3.220 146
4. Benih Hibrida 45.972 49.882 59.215 36.260 41.402
Jumlah 52.126 53.987 63.646 40.151 41.908
No UraianTahun
Tabel 4. Target dan Realisasi Produksi Benih Kedelai
Tahun 2010-2014. (Ton)
2010 2011 2012 2013 2014
Target
1. Benih Dasar (FS) 68 57 43 49 53
2. Benih Pokok (SS) 195 175 85 131 144
3. Benih Sebar (ES) 26.939 29.443 24.249 20.702 19.300
Jumlah 27.203 29.674 24.376 20.882 19.497
Realisasi
1. Benih Dasar (FS) 108 57 115 150 123
2. Benih Pokok (SS) 695 175 469 724 1.483
3. Benih Sebar (ES) 16.939 19.443 18.570 9.461 9.757
Jumlah 17.743 19.674 19.154 10.335 11.362
No UraianTahun
14 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 5. Target dan Realisasi Produksi Benih Kacang
Tanah Tahun 2010-2014.
No Tanam 2010 2011 2012 2013 2014
Target
1 Benih Dasar (FS) 26,12 24,57 38,10 34,27 25,16
2 Benih Pokok (SS) 44,22 90,95 90,54 139,01 164,16
3 Benih Sebar (ES) 349,98 345,93 1.451,53 404,90 412,66
JUMLAH 420,32 461,45 1.580,17 578,18 601,98
Realisasi
1 Benih Dasar (FS) 29,98 119,61 28,59 19,99 17,55
2 Benih Pokok (SS) 85,15 256,90 102,67 126,85 87,95
3 Benih Sebar (ES) 724,77 3.351,64 1.072,30 266,07 307,25
JUMLAH 839,90 3.728,15 1.203,56 412,91 412,75
Tabel 6. Target dan Realisasi Produksi Benih Kacang Hijau Tahun 2010-2014.
No Tanam 2010 2011 2012 2013 2014
Target
1 Benih Dasar (FS) 5,22 4,81 22,04 17,64 4,79
2 Benih Pokok (SS) 9,00 46,89 25,16 40,46 12,20
3 Benih Sebar (ES) 41,13 85,95 95,35 25,94 12,69
JUMLAH 55,35 137,65 142,55 84,03 29,68
Realisasi
1 Benih Dasar (FS) 7,74 1,49 21,70 7,39 3,35
2 Benih Pokok (SS) 11,86 15,53 31,88 21,90 18,79
3 Benih Sebar (ES) 100,12 5,40 66,60 11,50 8,63
JUMLAH 119,72 22,42 120,18 40,79 30,77
15 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
(b) Distribusi Benih
Pendistribusian benih melalui beberapa tahapan atau
terbagi dalam wilayah-wilayah pemasaran tergantung
potensi pasar dari Propinsi-Kabupaten-Kecamatan-Desa.
Untuk produsen benih dengan jaringan pemasaran tingkat
provinsi maka wilayah pemasarannya akan terbagi dalam
kabupaten-kecamatan-desa, demikian seterusnya.
Sedangkan untuk penyaluran benih non komersial akan
memiliki sasaran untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau
kelompoknya. Hal ini biasanya dilakukan dengan pola
JABALSIM (Jalinan Benih Antar Lapang dan Musim)
Alur Distribusi Benih Varietas Publik
Varietas publik adalah varietas yang diciptakan oleh
pemulia, baik pemerintah maupun non pemerintah dengan
tujuan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan
masyarakat/petani.
Penyaluran benih penjenis (BS) kepada UPTD Balai
Benih Tingkat Propinsi atau institusi perbenihan
lainnya dilakukan oleh Direktorat Perbenihan atau
langsung dari institusi penyelenggara pemuliaan.
Penyaluran benih dasar (FS/BD) kepada UPTD Balai
Benih, perusahan benih swasta atau penangkar benih
profesional di tingkat kabupaten dilakukan oleh Dinas
Pertanian Propinsi atau UPTD Balai Benih Propinsi.
Penyaluran benih pokok (SS/BP) kepada perusahaan
benih swasta atau penangkar benih dilakukan oleh
UPTD Balai benih di tingkat propinsi/kabupaten atau
perusahaan benih swasta/penangkar benih
profesional.
16 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Alur Distribusi Benih Varietas Komersial
Alur distribusi benih varietas komersial oleh produsen
benih swasta/BUMN adalah sebagai berikut:
Produsen ke pedagang besar, kemudian ke pengecer
dan selanjutnya diterima petani.
Produsen ke distributor, dilanjutkan oleh penyalur,
pengecer hingga sampai ke tangan petani.
JABALSIM (Jalinan Arus Benih Antar Lapang dan Antar
Musim)
JABALSIM adalah proses mengalirnya benih antar
daerah secara dinamis berdasarkan asas keterkaitan dan
ketergantungan, sehingga menjadi suatu sistem
pemenuhan kebutuhan benih di suatu daerah. JABALSIM
dapat terjadi karena: (1) sifat benih yang mudah rusak,
penurunan daya tumbuh (viabilitas dan vigor) yang
menyebabkan benih pada kondisi tertentu bila ditanam di
musim berikutnya akan tidak memuaskan hasilnya; (2)
adanya perbedaan agroklimat atau musim tanam antar
wilayah; dan (3) adanya persamaan ekologi lahan antar
wilayah.
2) Perkembangan sertifikasi benih
Realisasi sertifikasi benih inbrida untuk kelas benih Benih
Dasar (BD), Benih Pokok (BP), Benih Sebar (BR) dan hibrida
yang dilaksanakan di Balai Benih dan Produsen Benih
Swasta dan BUMN untuk padi, jagung dan kedelai pada
tahun 2010-2014 seperti dalam Tabel 7.
17 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 7. Realisasi luas areal sertifikasi BD, BP, BR dan
hibrida pada Tahun 2010-2014.
2010 2011 2012 2013 2014
1 Padi BD 843,30 1.413,32 1.294,44 1.629,33 1.104,07 BP 25.483,38 36.610,87 29.499,54 40.626,73 41.158,62 BR 56.873,95 72.040,95 82.749,48 56.762,04 52.033,96
HIBRIDA 6.797,26 2.430,86 1.043,31 811,72 1.110,31 JUMLAH 89.997,89 112.496,00 114.586,77 99.829,82 95.406,96
2 Jagung BD 163,96 84,06 102,75 114,90 115,45
BP 712,93 327,65 670,51 701,46 258,35 BR 1.671,14 17.611,37 7.730,79 1.527,65 808,36 HIBRIDA 17.620,24 27.220,58 20.175,28 14.280,85 24.152,17
JUMLAH 20.168,26 45.243,67 28.679,33 16.624,86 24.960,53
3 Kedelai BD 114,57 102,58 185,15 265,65 301,04 BP 833,86 543,90 1.069,90 1.764,24 3.456,19
BR 23.668,73 25.031,74 31.857,37 25.711,41 18.113,23 JUMLAH 24.617,15 25.678,22 33.112,42 27.741,30 21.870,46
4 Kacang Tanah BD 32,65 30,72 47,62 42,84 31,45
BP 49,13 101,05 100,60 154,45 182,40 BR 349,98 2.345,93 1.451,53 404,90 412,66
JUMLAH 431,76 2.477,70 1.599,75 602,19 626,51
5 Kacang Hijau BD 7,45 6,88 31,49 25,20 6,84
BP 11,25 58,61 31,45 50,57 15,25 BR 45,70 95,50 105,94 32,42 14,10
JUMLAH 64,40 160,99 168,88 108,19 36,19
KELAS BENIHKOMODITASNOLUAS PENANGKARAN (HA)
3) Peredaran benih varietas unggul bersertifikat
Penggunaan benih unggul bersertifikat yang diikuti
dengan penerapan paket teknologi lainnya seperti
pemupukan berimbang dan teknologi spesifik lokasi
diyakini dapat meningkatkan produktivitas dan produksi
tanaman. Oleh karena itu upaya sosialisasi, penyediaan
dan distribusi penerapan benih unggul bersertifikat
selalu menjadi perhatian, dalam rangka peningkatan dan
stabilisasi penggunaannya.
18 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Berbagai upaya telah ditempuh diantaranya dengan
kegiatan subsidi harga benih dan bantuan langsung
benih unggul (BLBU). Bentuk kegiatan tersebut dibuat
dalam rangka merespon kondisi ril petani yang sangat
terbatas pada sumber permodalan. Namun dampak
negatif dari bantuan tersebut adalah ketergantungan
akan bantuan, sehingga kesadaran untuk menggunakan
benih unggul bersetifikat secara mandiri belum optimal,
terutama bagi petani di luar pulau Jawa. Ketergantungan
petani kepada bantuan pemerintah menjadi suatu hal
yang perlu dikaji ulang, dan kedepan perlu diupayakan
untuk mengurangi ketergantungan tersebut.
Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat untuk
padi, jagung dan kedelai sejak tahun 2010-2014
mengalami peningkatan cukup signifikan/nyata yaitu
rata-rata produksi 55,93%. Peningkatan ini dipicu oleh
adanya program bantuan benih oleh pemerintah seperti
Subsidi Benih, BLBU/Bantuan Benih Gratis dan
Cadangan Benih Nasional (CBN).
Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat memberikan
dampak baik terhadap produktivitas dan produksi
khususnya untuk komoditas padi, jagung dan kedelai.
Selama tahun 2010-2014 terjadi peningkatan produksi rata-
rata untuk padi 53,44%, jagung 60,04% dan kedelai
52,33%. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 8 di
bawah ini.
19 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 8. Penggunaan benih unggul bersertifikat terhadap
Kebutuhan Benih Tahun 2010-2014
No Tahun Padi Jagung Kedelai Kc Tanah Kc Hijau
1 2010
- (Ton) 215.546 53.409 17.337 16.301 6.773
- (%) 64,86 68,12 61,40
2 2011
- (Ton) 221.783 50.864 16.766 14.149 7.796
- (%) 55,93 69,36 63,22 10,78 0,11
3 2012
- (Ton) 194.757 45.891 15.721 14.700 6.431
- (%) 46,63 61,02 64,19 1,42 0,37
4 2013
- (Ton) 167.049 34.244 8.798 13.624 4.778
- (%) 45,90 47,29 37,97 2,67 0,08
5 2014
- (Ton) 155.720 34.809 6.822 13.099 5.460
- (%) 50,88 48,82 27,94 1,08 0,14
Penyediaan benih unggul bersertifikat padi, jagung dan
kedelai selama periode tahun 2010-2014 didukung oleh
adanya kegiatan; (1) BLBU/Bantuan Benih Gratis,
(2) Subsidi Benih, dan (3) Cadangan Benih Nasional (CBN).
Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 9, 10 dan 11.
20 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 9. Kontribusi bantuan pemerintah terhadap penggunaan
benih padi varietas unggul bersertifikat tahun 2010-2014.
2010 2011 2012 2013 2014
1 13.728.452 13.676.863 13.927.412 14.331.108 13.569.481
2 Kebutuhan Benih (Ton) 343.211 341.922 348.185 358.278 339.237
3 Bantuan Benih
(1) CBN
- (Ton) 4.844 20.702 15.507 1.570 1.209
- (%) 1,41 6,05 4,45 0,44 0,36
(2) Benih BLBU (Gratis)
- (Ton) 76.889 87.193 70.719 1.843 1.967
- (%) 22,40 25,50 20,31 0,51 0,58
(3) Subsidi
- (Ton) 49.121 46.569 25.600 48.797 32.280
- (%) 14,78 13,10 7,53 13,62 9,52
(4) Jumlah
- (Ton) 130.854 154.464 111.826 52.210 35.456
- (%) 38,60 44,66 32,30 14,57 10,45
4
- (Ton) 84.682 67.319 82.931 114.838 120.264
- (%) 24,67 19,69 23,82 32,05 35,45
5
- (Ton) 215.536 221.783 194.757 167.048 155.720
- (%) 62,80 64,86 55,93 46,63 45,90
Swadaya/Non Bantuan
Jumlah
NO URAIANTAHUN
Luas Tanam (Ha)
21 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 10. Kontribusi bantuan pemerintah terhadap penggunaan benih jagung varietas unggul bersertifikat
tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
1 4.352.880 4.071.788 4.165.889 4.022.636 3.960.885
2 Kebutuhan Benih (Ton) 78.405 73.333 74.986 72.407 71.296
3 Bantuan Benih
(1) CBN
- (Ton) 2.336 6.087 415 264 42
- (%) 2,98 8,30 0,55 0,36 0,06
(2) BLBU/Gratis
- (Ton) 13.905 7.625 5.659 224 -
- (%) 17,73 10,40 7,55 0,31 -
(3) Subsidi
- (Ton) 1.335 1.184 385 964 424
- (%) 1,70 1,61 0,51 1,33 0,59
(4) Jumlah
- (Ton) 17.576 14.896 6.459 1.452 466
- (%) 22,42 20,31 8,61 2,01 0,65
4
- (Ton) 35.815 35.967 39.433 32.792 34.344
- (%) 45,68 49,05 52,59 45,29 48,17
5
- (Ton) 53.391 50.863 45.892 34.244 34.810
- (%) 68,10 69,36 61,20 47,29 48,82
Jumlah
Luas Tanam (Ha)
Swadaya/Non Bantuan
TAHUNNO URAIAN
22 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 11. Kontribusi bantuan pemerintah terhadap penggunaan benih kedelai varietas unggul bersertifikat tahun
2010-2014.
2010 2011 2012 2013 2014
1 705.854 662.996 612.327 579.354 610.359
2 Kebutuhan Benih (Ton) 28.234 26.520 24.493 23.174 24.414
3 Bantuan Benih
(1) CBN
- (Ton) 1.268 3.155 2.221 64 -
- (%) 4,5 11,9 9,1 0,3 -
(2) BLBU / Gratis
- (Ton) 13.388 12.000 12.745 - -
- (%) 47,4 45,2 52,0 - -
(3) Subsidi
- (Ton) 562 564 399 2.534 679
- (%) 2,0 2,1 1,6 10,9 2,8
(4) Jumlah
- (Ton) 15.218 15.719 15.365 2.598 679
- (%) 53,9 59,3 62,7 11,2 2,8
4
- (Ton) 2.119 1.047 356 6.201 6.143
- (%) 7,5 3,9 1,5 26,8 25,2
5
- (Ton) 17.337 16.766 15.721 8.799 6.822
- (%) 61,4 63,2 64,2 38,0 27,9
Jumlah
Luas Tanam (Ha)
Swadaya/Non Bantuan
TAHUNNO URAIAN
23 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
b. Penyebaran varietas tanaman pangan
Varietas unggul merupakan komponen teknologi yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan
produksi dan mutu hasil pertanian. Varietas unggul
diperoleh dari kegiatan pemuliaan tanaman. Indonesia
memiliki sumber-sumber genetik/aksesi/klon/populasi
varietas yang tersimpan di bank-bank plasma nutfah,
koleksi lapangan, koleksi insitu dan kultur jaringan milik
UPT-UPT Badan Litbang Pertanian, Kementerian
Kesehatan, LIPI, Perguruan Tinggi dan lain-lain yang dapat
digunakan sebagai bahan perakitan varietas unggul baru.
Varietas tanaman pangan yang dilepas pada tahun
2008-2014 sebanyak 887 varietas (Tabel 12).
Tabel 12. Jumlah varietas tanaman pangan yang dilepas
tahun 2008-2014
sd 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Padi 243 31 20 26 37 16 19 392
- Hibrida 35 19 7 13 11 8 5 98
- Inbrida 208 12 13 13 26 8 14 294
2. Jagung 163 21 12 8 14 22 15 255
- Hibrida 118 17 12 6 14 20 15 202
- Komposit 45 4 - 2 - 2 - 53
3. Kedelai 73 - 1 1 1 4 5 85
4. Kacang Tanah 31 2 2 - 4 1 4 44
5. Kacang Hijau 21 - - - - 1 2 24
6. Ubi Kayu 15 - - - 1 - - 16
7. Ubi Jalar 27 4 - - - 1 3 35
8. Sorghum 18 - - - - 1 4 23
9. Gandum 5 - - - - 3 4 12
10. Talas 1 - - - - - - 1
Jumlah 597 58 35 35 57 49 56 887
No KomoditasTahun
Jumlah
24 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Dalam rangka mendukung tercapainya swasembada beras
berkelanjutan dan peningkatan produksi 10 juta ton pada
tahun 2014, maka pemasyarakatan padi hibrida mengalami
kemajuan cukup signifikan. Hal ini sejalan dengan semakin
meningkatnya areal pertanaman padi hibrida dan semakin
meningkatnya varietas padi hibrida yang dilepas.
Sepanjang tahun 2010-2014 realisasi pelepasan varietas
padi hibrida meningkat dengan total berjumlah 44 varietas
(Tabel 13). Padi hibrida merupakan hasil persilangan
varietas-varietas dengan sifat-sifat unggul yang
diharapkan. Rata-rata produktivitas mencapai
9,4-13,8 ku/ha.
Tabel 13. Jumlah varietas yang dilepas dan potensi hasil
rata-rata padi hibrida tahun 2010-2014.
No Tahun
Jumlah
Varietas Yang
Dilepas
Potensi Hasil (ku/ha)
1 2010 7 9,4 - 13,8
2 2011 13 9,2 - 12,9
3 2012 11 9,9 - 13,6
4 2013 8 10,1 - 12,8
5 2014 5 12,9 - 13,7
44Jumlah
25 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Berkaitan dengan pelepasan varietas, tidak
semua varietas yang dilepas dapat berkembang
karena sebagian varietas unggul yang dilepas
belum sesuai dengan kebutuhan spesifik lokasi.
Beberapa varietas yang telah dilepas dan tidak
ditanami petani lagi, perlu dievaluasi untuk ditarik
kembali. Evaluasi perlu dilakukan untuk
mengetahui penyebab varietas tersebut tidak
disukai oleh petani, sehingga dapat menjadi
acuan untuk perakitan varietas baru. Penarikan
varietas juga harus dilakukan bila terdapat bukti
varietas tersebut memiliki sifat membahayakan
tanaman sekitarnya seperti berpotensi menjadi
inang hama atau penyakit penting. Tetapi,
evaluasi varietas belum pernah dilakukan.
Realisasi penyebaran varietas 3 komoditas utama
tanaman pangan (padi, jagung, kedelai)
sepanjang 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel
14,15, dan 16 sebagai berikut.
26 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 14. Realisasi Penyebaran Varietas Padi Tahun 2010-2014
Ciherang IR 64 Mekongga Cigeulis Situbagendit VU Lain Var Lokal
1 2010 4.760.362 1.809.047 1.100.862 5.606.330 451.851 13.728.452
2 2011 6.340.918 1.322.684 824.826 759.884 3.509.135 919.416 13.676.863
3 2012 5.602.000 1.023.918 1.210.989 574.930 625.190 4.351.085 539.301 13.927.412
4 2013 4.957.872 773.071 1.466.786 1.065.164 214.296 4.946.657 907.263 14.331.108
5 2014 5.034.657 964.241 1.135.893 427.813 1.013.659 4.165.831 827.387 13.569.481
RATA-RATA 5.339.162 1.178.592 1.147.871 706.948 617.715 4.515.808 729.044 13.846.663
38,56 8,51 8,29 5,11 4,46 32,61 5,27
No TahunVarietas (Ha)
Jumlah
%
Tabel 15. Realisasi Penyebaran Varietas Jagung Tahun 2010-2014
Bisi 2 P21 Bisi 16 Bisma Bisi 816 VU Lain Var Lokal
1 2010 1.225.751 296.410 192.509 242.990 1.722.105 673.115 4.352.880
2 2011 978.363 189.291 442.725 210.937 1.329.291 921.181 4.071.788
3 2012 426.435 367.468 263.566 115.073 2.762.253 231.094 4.165.889
4 2013 572.010 236.359 149.619 182.695 120.934 2.398.894 362.125 4.022.636
5 2014 743.702 353.402 190.424 143.130 1.905.295 624.932 3.960.885
RATA-RATA 789.252 288.586 262.105 206.762 126.379 2.023.568 562.489 4.114.816
19,18 7,01 6,37 5,02 3,07 49,18 13,67 %
JumlahNo TahunVarietas (Ha)
Tabel 16. Realisasi Penyebaran Varietas Kedelai Tahun 2009-2014
Wilis Anjasmoro Grobogan Baluran Mahameru VU Lain Var Lokal
2 2010 205.997 107.621 63.037 74.966 124.421 129.812 705.854
3 2011 268.149 281.456 69.703 92.726 40.704 230.220 105.042 1.088.000
4 2012 152.447 133.498 68.058 31.758 26.356 140.697 59.513 612.327
5 2013 138.050 167.469 80.583 63.708 27.582 70.741 31.221 579.354
6 2014 152.447 235.547 59.560 41.332 74.354 47.120 610.360
RATA-RATA 183.418 185.118 68.188 60.898 31.547 128.087 74.542 719.179
25,50 25,74 9,48 8,47 4,39 17,81 8,61
JumlahNo TahunVarietas (Ha)
%
27 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
c. Kelembagaan Perbenihan
1) Badan Benih Nasional (BBN)
Badan Benih Nasional (BBN) dibentuk
melalui Keppres No 27 tahun 1971 yang
bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian
serta berfungsi membantu Menteri Pertanian
dalam merumuskan kebijakan perbenihan
nasional. Salah satu pertimbangan dalam
pembentukan Badan benih Nasional adalah
agar ada kesatuan dalam kebijaksanaan
mengenai kegiatan-kegiatan pada masing-
masing lembaga yang berhubungan dengan
masalah perbenihan, karena pada saat itu
belum terbentuk Direktorat Perbenihan.
Dalam hal ini peran BBN diharapkan dapat
menjadi koordinator antar lembaga-lembaga
perbenihan dalam menyusun kebijaksaan
sistem perbenihan nasional belum dapat
diwujudkan.
Struktur organisasi BBN berdasarkan
(Keppres No 27 tahun 1971) terdiri dari :
a) Ketua Badan; b) Sekretaris Badan dan
c) Anggota-anggota, terdiri dari pejabat
departemen dan instansi yang mempunyai
kepentingan dalam masalah pembinaan
benih. Dengan anggota berjumlah 15 orang
berasal dari lintas sektor.
28 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Fungsi BBN adalah membantu Menteri
Pertanian dalam merencanakan dan
merumuskan kebijakan di bidang perbenihan.
Dalam menjalankan fungsinya, BBN
mempunyai tugas antara lain :
a). Merencanakan dan merumuskan
peraturan-peraturan pembinaan produksi dan
pemasaran benih; b). Mengajukan
pertimbangan kepada Menteri Pertanian
tentang pengaturan benih yaitu :
persetujuan menetapkan atau
menghapuskan jenis, varietas, serta kualitas
benih, dan Pengawasan mengenai produksi
dan pemasaran benih.
Guna kelancaran pelaksanaan fungsi dan
tugasnya, melalui Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 461 tahun 1971 ditetapkan
kelengkapan organisasi BBN yang terdiri
dari :
a. Sekretariat
b. Tim Penilai dan Pelepas Varietas (TP2V),
dan
c. Tim Pembinaan, Pengawasan dan
Sertifikasi (TP2S).
Pembubaran Badan Benih Nasional (BBN)
Pembubaran BBN bersama 8 (delapan)
lembaga non struktural lainnya melalui
Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2016,
29 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
mengakibatkan tugas dan fungsi BBN
beserta seluruh perangkatnya tidak dapat
terselenggara. Menyikapi hal tersebut,
berdasarkan hasil konsultasi dengan Tenaga
Ahli Bidang Hukum Kementerian Pertanian,
bahwa untuk TP2V diakomodir di Permentan
Nomor 61 Tahun 2011 Perubahan.
Sementara tugas dan fungsi TP2S sudah
merupakan tugas fungsi Direktorat
Perbenihan.
2) Direktorat Perbenihan
Direktorat Perbenihan pada Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dibentuk
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 96/Kpts/OT.210/2/1994 jis Keputusan
Menteri Pertanian Nomor
01/Kpts/OT.210/2001. Yang selanjutnya
ditetapkan pula di dalam Peraturan Presiden
Nomor 9 Tahun 2005 dan Peraturan
Presiden Nomor 10 Tahun 2005. Untuk
Susunan organisasi dan tata kerja Direktorat
Perbenihan diatur dalam Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.110/8/
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian.
Direktorat Perbenihan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan, perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang
30 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
peningkatan penyediaan benih padi, jagung,
kedelai dan tanaman pangan lain.
Direktorat Perbenihan terdiri dari Sub
Direktorat Pengembangan Varietas, Sub
Direktorat Pengawasan Mutu Benih, Sub
Direktorat Pengembangan Produksi Benih,
Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional.
3) Lembaga Penelitian/Perguruan Tinggi
Kegiatan penelitian dan pemuliaan tanaman
pangan tidak hanya dilaksanakan oleh Balai
Penelitian Tanaman Pangan yang
berkedudukan di bawah Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Pertanian yaitu Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi (BB PADI) di Sukamandi,
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan
dan Umbi-umbian (BALITKABI) di Malang,
Balai Penelitian Tanaman Serealia
(BALITSEREAL) di Maros, namun dapat
dilaksanakan juga oleh lembaga penelitian
lain seperti Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN), Perguruan Tinggi Negeri dan
Swasta baik nasional maupun multinasional.
Untuk penelitian komoditi spesifik lokasi
dilaksanakan oleh Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) yang
berkedudukan di provinsi, sedangkan
perguruan tinggi yang memiliki program
31 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
penyelenggaraan penelitian dan pemuliaan
dalam rangka penemuan varietas unggul
baru, antara lain Institut Pertanian Bogor,
Universitas Jenderal Soedirman, Universitas
Negeri Jember, Universitas Pajajaran, dan
Universitas Lampung.
4) Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai
Benih
Keberadaan kelembagaan Balai Benih
setelah diberlakukannya Undang Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, pada umumnya telah menjadi Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian
Provinsi, dan menjadi kewenangan daerah.
Sampai dengan saat ini, baru 32 provinsi
yang telah membentuk UPTD Balai Benih.
Data lebih rinci nama Balai Benih yang ada di
Indonesia seperti pada Lampiran 1.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 347/Kpts/OT.210/6/2003 tentang
Pedoman Pengelolaan Balai Benih Tanaman
Pangan dan atau Hortikultura, adapun tugas
pokok Balai Benih adalah sebagai berikut :
a) Balai Benih Provinsi
Kedudukan :
Balai Benih Provinsi berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada
32 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang
membidangi Tanaman Pangan
Tugas : Memproduksi dan menyebarluaskan
benih bermutu varietas unggul kelas
Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok
(BP)
Fungsi :
• Memproduksi dan menyalurkan
Benih Dasar (BD) dan Benih
Pokok (BP) kepada produsen
benih
• Observasi penerapan teknologi
perbenihan, baik produksi maupun
pasca panen
• Melaksanakan pemurnian kembali
varietas unggul
• Membina produsen benih secara
teknis
• Menyebarluaskan informasi
perbenihan dan melakukan
pengawasan internal mutu benih
b) Balai Benih Kabupaten/Kota
Kedudukan :
Satuan kerja yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas Pertanian
33 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Kabupaten/Kota yang membidangi
tanaman pangan
Memproduksi dan menyebarluaskan
benih bermutu varietas unggul kelas
Benih Pokok (BP) dan Benih Sebar
(BR)
Fungsi :
• Memproduksi dan menyalurkan
Benih Pokok (BP) kepada produsen
benih dan Benih Sebar (BR) kepada
petani
• Observasi penerapan teknologi
perbenihan, baik produksi maupun
pasca panen
• Melaksanakan pemurnian kembali
varietas unggul
• Membina produsen benih secara
teknis
• Menyebarluaskan informasi
perbenihan dan melakukan
pengawasan internal mutu benih.
5) Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB)
Berdasarkan Surat Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 46/M.PAN/2/2001
tanggal 26 Februari 2001 perihal
Penyampaian Daftar Instansi Vertikal dan
34 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Departemen dan LPND dan Keputusan
Menteri Pertanian Nomor
168/Kpts/PL.810/3/2001 tanggal 8 Maret
2001 tentang Penghapusan Barang
Milik/Kekayaan Negara (BM/KN) Departemen
Pertanian yang ditindaklanjuti dengan
pengalihan kepada Pemerintah Daerah,
kelembagaan pengawasan dan sertifikasi
benih yang telah diserahkan ke daerah dan
menjadi kewenangan daerah berjumlah 25
BPSB di 25 provinsi.
Dalam perkembangan selanjutnya
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur atau
Peraturan Pemerintah Daerah, telah
terbentuk institusi yang menangani
pengawasan dan sertifikasi benih yang
berbentuk UPTD yaitu UPTD BPSB. Sampai
dengan tahun 2014, telah terbentuk 32 UPTD
Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
Data secara rinci UPTD Balai Pengawasan
dan Sertifikasi Benih dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Pelaksanaan sertifikasi dan pengawasan
peredaran mutu benih tanaman pangan pada
dasarnya untuk menjamin mutu benih yang
diproduksi dan beredar yang akan
dipergunakan oleh petani. Mekanisme
pengendalian mutu yang secara formal
memiliki landasan hukum adalah
35 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
(1) sertifikasi dan pengujian benih
berdasarkan OECD Scheme dan
International Seed Testing Association
(ISTA) rules (UU 12/1992, PP 44/1995), dan
(2) sistem standarisasi pertanian yang
mencakup antara lain standarisasi produk,
sertifikasi sistem mutu, sertifikasi produk,
akreditasi laboratorium pengujian mutu benih,
dan akreditasi LSSM (PP 102/2000).
Institusi yang berwenang dalam mengawasi
dan mensertifikasi calon benih menjadi
bersertifikat adalah Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih yang merupakan Lembaga
Pemerintah di Propinsi/ UPTD. Produsen
benih juga dapat melakukan sendiri
pemeriksaan pertanaman dan benih yang
diproduksinya. Produsen tersebut
disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Sistim
Mutu Benih (LSSM) yang merupakan
lembaga swasta/badan hukum yang sudah
diberikan izin oleh pemerintah sesuai
Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun
2005 tentang Perbenihan Tanaman dan
Keputusan Presiden RI Nomor 72 Tahun
1971 tentang Pembinaan, Pengawasan
Pemasaran dan Sertifikasi Benih.
Kedudukan :
BPSB berkedudukan di Provinsi bertanggung
jawab langsung Kepala Dinas Provinsi.
36 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tugas :
Melaksanakan penilaian kultivar dan klon,
penilaian dan penetapan pohon induk
tanaman hortikultura tahunan, sertifikasi
benih, analisis dan pengawasan mutu benih
tanaman pangan dan hortikultura
Fungsi :
• Penilaian kultivar (varietas).
• Melaksanakan sertifikasi benih
• Melaksanakan pengujian mutu benih
• Melaksanakan pengawasan mutu dan
peredaran benih tanaman pangan dan
hortikultura
Kegiatan pengawasan dan sertifikasi sebagaimana
amanat PP RI Nomor 44 tahun 2005, meliputi;
pasal 33 tentang sertifikasi (1) pemeriksaan
terhadap; kebenaran benih sumber atau pohon
induk, petanaman dan pertanaman, isolasi tanaman
agar jangan terjadi persilangan liar, alat panen dan
pengolahan benih, tercampurnya benih; (2)
pengujian laboratorium untuk menguji mutu benih
yang meliputi sifat genetis, fisiologis dan fisik; (3)
pengawasan pemasangan label. Pasal 47 tentang
pengawasan yang meliputi (1) pemeriksaan terhadap
proses produksi, (2) pemeriksaan terhadap sarana
dan tempat penyimpanan serta cara pengemasan
benih bina, (3) pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan sertifikasi, (4) pemeriksaan mutu benih, (5)
37 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
pemeriksaan dokumen, dan catatan produsen,
pemasok, pengedar benih bina, (6) pemeriksaan
terhadap pemenuhan persyaratan pendaftaran,
pengadaan, perizinan, sertifikasi dan pendaftaran
peredaran benih
Proses sertifikasi benih diakhiri dengan kegiatan
pengujian untuk menentukan mutu benih dan
kesesuaiannya dengan standard mutu. Pengujian
benih dilakukan oleh laboratorium penguji benih.
Dalam melaksanakan pengujian, sebuah
laboratorium benih harus memiliki kewenangan dan
dituntut memiliki kompetensi. Kewenangan diberikan
melalui tugas pokok dan fungsi dan kompetensi
diakui melalui status akreditasi pihak III (dalam hal ini
oleh KAN). Sampai saat ini belum semua Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) memiliki
laboratorium pengujian mutu benih yang
terakreditasi. Dari 25 BPSB, hingga akhir tahun 2014
baru 19 laboratorium BPSB yang terakreditasi oleh
KAN (Tabel 14). Hal ini perlu mendapat perhatian
agar semua laboratorium mutu benih dapat
terakreditasi sehingga dapat memenuhi standar
dalam melaksanakan pengujian mutu benih.
38 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 17. Laboratorium Benih pada Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih yang telah Terakreditasi
No. Nama Institusi Nomor Akreditasi
1 BPSB TPH Provinsi Jawa Timur LP-049-IDN
2 BPSB TPH Provinsi Sumatera Selatan LP-074-IDN
3 BPSB TPH Provinsi Jawa Tengah LP-107-IDN
4 BPSB TPH Provinsi Jawa Barat LP-118-IDN
5 BPSBTPH Provinsi Bali LP-135-IDN
6 BPSB TPH Lampung LP-212-IDN
7 BPSB TPH Sumatera Utara LP-234-IDN
8 BPSB TPH Sulawesi Selatan LP-348-IDN
9 BPMSHPHH DKI Jakarta LP-349-IDN
10 BPSBTPH NTB LP-441-IDN
11 BPSB TPH DI Yogyakarta LP-484-IDN
12 BPSB TPH Sumatera Barat LP-544-IDN
13 BPSB TPH Kalimantan Selatan LP-452-IDN
14 BPSBTPH Kalimantan Barat LP-533-IDN
15 BPSB TPH Sulawesi Tenggara LP-576-IDN
16 BPSB TPH Nusa Tenggara Timur LP-588-IDN
17 BPSB TPH Maluku LP-689-IDN
18 BPSB TPH Sulawesi Utara LP-688-IDN
19 BPSBTPH Aceh LP-732-IDN
39 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan
faktor yang sangat penting dalam
mendukung pengembangan perbenihan.
Sumberdaya manusia yang dibutuhkan
dalam pengembangan perbenihan meliputi
pelaku pada seluruh subsistem pada sistem
perbenihan (subsistem penelitian, pemuliaan
dan pelepasan varietas, sub sistem produksi
dan pemasaran dan sub sistem sertifikasi
dan pengawasan mutu dan sub sistem
penunjang).
Peningkatan profesionalisme petugas
perbenihan terus dilakukan baik jajaran staf
maupun Pengawas Benih Tanaman.
Pelatihan-pelatihan petugas terus dilakukan,
untuk mengantisipasi perkembangan ilmu
dan teknologi. Penetapan jabatan fungsional
diharapkan semakin mendorong
profesionalisme petugas.
Pengawas Benih Tanaman Pangan
(PBT), adalah petugas yang berperan
penting dalam pengawasan mutu benih
tanaman yang berkedudukan pada Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Jumlah
PBT di seluruh Indonesia hingga akhir 2014
adalah 1.241 orang, sedangkan kebutuhan
PBT seharusnya adalah 2.174 orang,
(Tabel 15).
40 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 18. Kebutuhan dan Jumlah PBT tahun 2014
T A T A JML T A JML T A JML
1 NAD 28 0 9 23 60 41 49 90 32 26 58
2 Sumatera Utara 0 34 28 24 86 50 64 114 - 32 32
3 Sumatera Barat 9 0 26 16 51 117 - 117 91 (16) 75
4 Riau 8 0 7 3 18 26 13 39 19 10 29
5 Jambi 20 0 8 7 35 21 18 39 13 11 24
6 Sumatera Selatan 1 3 16 12 32 55 47 102 39 35 74
7 Bengkulu (TL) 8 0 14 23 45 24 16 40 24 16 40
8 Lampung 0 0 15 24 39 31 27 58 16 3 19
9 Kepulauan Riau - - - - - - - - - -
10 Bangka Belitung 2 0 2 8 12 10 11 21 8 3 11
11 Banten 4 0 8 8 20 14 12 26 6 4 10
12 DKI Jakarta 0 0 10 1 11 13 2 15 3 1 4
13 Jawa Barat 3 1 30 48 82 78 35 113 38 15 53
14 Jawa Tengah 1 0 25 61 87 74 72 146 49 11 60
15 DI Yogyakarta 0 0 10 12 22 91 86 177 81 74 155
16 Jawa Timur 16 0 35 71 122 91 86 177 56 15 71
17 Bali 1 0 12 10 23 17 24 41 5 14 19
18 NTB 2 3 21 27 53 31 56 87 10 29 39
19 NTT 20 - - 5 25 42 21 63 42 16 58
20 Kalimantan Barat 2 0 5 17 24 8 29 37 3 12 15
21 Kalimantan Tengah 9 0 9 6 24 20 20 40 11 14 25
22 Kalimantan Selatan 3 1 18 17 39 44 38 82 26 21 47
23 Kalimantan Timur (TL) 3 3 10 4 20 12 16 28 2 12 14
24 Sulawesi Utara 12 13 26 11 62 35 15 50 9 4 13
25 Gorontalo 17 0 3 5 25 24 41 65 21 36 57
26 Sulawesi Tengah 11 0 21 10 42 28 41 69 7 31 38
27 Sulawesi Tenggara 2 8 5 22 37 25 30 55 20 8 28
28 Sulawesi Selatan 7 7 18 21 53 52 36 88 34 15 49
29 Sulawesi Barat 1) 1 1 4 2 8 15 5 20 11 4 15
30 Maluku 9 14 2 1 26 11 12 23 12 2 14
31 Maluku Utara 0 17 - - 17 0 20 20 - 5 5
32 Papua 21 0 7 2 30 30 66 96 23 64 87
33 Papua Barat - 3 8 11 30 6 36 24 5 29
407 509 1.241 1.160 1.014 2.174 735 532 1.267
ket:
Diperbantukan PBT
PBT Saat ini
PBT
A = Ahli
JUMLAH
T = Terampil
Usulan DaerahNO PROVINSIKebutuhan
Kekurangan berdasarkan
41 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
6) Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM)
Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSM
BTPH), dibawah Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura, dan
dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 1100.1/Kpts/KP.150/10/1999
tanggal 13 Oktober 1999 jo Nomor 361/Kpts/
KP.150/5/2002, tentang Pembentukan LSSM-
BTPH. Sejak tanggal 28 Januari 2005, LSSM-
BTPH telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN) dengan nomor Sertifikat : Nomor
LSSM-020-IDN, dengan ruang lingkup kegiatan
diperluas Sertifikasi Benih Tanaman. Re-
akreditasi oleh KAN yang terakhir telah
dilaksanakan dengan Sertifikat Nomor LSSM-
033-IDN tanggal 18 Agustus 2011 sesuai acuan
ISO 17021:2011.
Dalam melaksanakan tugasnya
bertanggungjawab kepada Menteri Pertanian
melalui Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan
Direktur Jenderal Hortikultura.
Pembentukan LSSM BTPH bertujuan untuk :
(a) menjamin mutu dan meningkatkan daya
saing produksi benih; (b) memberikan
perlindungan kepada produsen dan masyarakat
perbenihan yang tidak memihak; (c) perlu
adanya Kelembagaan Pelayanan Sertifikasi
42 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Sistim Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura; dan (d) mendorong dan
menumbuhkan kemandirian pelaku agribisnis
perbenihan, dengan pemberian peran
kewenangan kepada pelaku agribisnis yang
telah mampu menjamin mutunya.
Tugas dan fungsi dari LSSM BTPH adalah
melaksanakan Sertifikasi Sistem Mutu pada
pelaku agribisnis perbenihan. Hingga saat ini
(s/d April 2014), terdapat 15 (lima belas)
perusahaan benih yang telah menerapkan
sertifikasi sistem manajemen mutu, sembilan
diantaranya merupakan produsen benih
tanaman pangan yaitu 1) PT Dupont Indonesia
(produksi benih jagung hibrida dan padi hibrida),
2) PT Branita Sandhini (produksi benih jagung
hibrida), 3) PT BISI Internasional (benih padi
inbrida dan hibrida, jagung dan hortikultura),
4) PT. Sang Hyang Seri Cabang Sukamandi
(produksi benih padi inbrida), 5) PT Asian Hybrid
Seeds Technologies Indonesia (produksi benih
jagung hibrida), 6) PT Agri Makmur Pertiwi
(produksi benih jagung hibrida, padi hibrida, dan
hortikultura), 7) UPBS Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi (produksi benih padi kelas benih
penjenis), 8) PT Sang Hyang Seri Cabang
Pasuruan (produksi benih padi inbrida), dan
9) PT Syngenta Seed Indonesia (produksi benih
jagung hibrida).
43 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
7) Produsen dan Pengedar benih
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor 56/Permentan/
SR.110/11/2015 tentang Produksi, Sertifikasi,
dan Peredaran Benih Bina Tanaman Pangan
dan Tanaman Hijauan Pakan Ternak, yang
dimaksud dengan produsen benih bina adalah
perorangan, badan usaha, badan hukum atau
instansi pemerintah yang melakukan proses
produksi benih bina. Sedangkan pengedar
benih bina adalah perorangan, badan usaha,
badan hukum atau instansi pemerintah yang
melakukan serangkaian kegiatan dalam
rangka menyalurkan benih bina ke lokasi
pemasaran dan/atau kepada masyarakat.
(a) Produsen
Produsen benih merupakan lembaga
yang bertugas dalam proses produksi
sampai benih siap salur terdiri dari Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dan
produsen swasta nasional. Lembaga ini
sangat penting sekali perannya dalam
memenuhi kebutuhan benih baik lokal,
regional maupun secara nasional.
Secara umum yang berperan dalam
proses penyediaan benih nasional
adalah; (1) produsen swasta dengan
kategori produsen swasta dengan modal
kuat dan produsen swasta dengan modal
44 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
lemah seperti penangkar; (2) Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Produsen
benih swasta dengan katagori
permodalan yang cukup kuat, jumlahnya
kurang memadai untuk memenuhi
kebutuhan benih di seluruh wilayah
Indonesia. Sedangkan
produsen/penangkar dengan modal
lemah seringkali menjalani usahanya
secara musiman/tidak kontinyu.
Produsen dengan katagori penangkar
berkemampuan finansial terbatas,
jumlahnya cukup banyak. Jika produsen
dengan kategori ini dibina dan
diberdayakan, maka akan dapat
memenuhi kebutuhan benih nasional dan
mempermudah akses petani terhadap
benih bermutu dan bersertifikat. Jumlah
produsen benih tanaman pangan sampai
tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 19.
Faktor-faktor proses produksi benih
unggul bersertifikat mulai dari hulu
sampai hilir adalah; 1) sistem produksi
(saprodi, benih sumber, pupuk, alat dan
mesin pra panen, panen); 2) sistem
pengolahan benih (prasarana dan
sarana/ alat dan mesin); 3) proses
pengawasan dan sertifikasi;
4) pemasaran/distribusi; 5) kelembagaan
45 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
dan sumberdaya manusia, produsen
swasta dan BUMN.
Pemenuhan kebutuhan sarana produksi
(benih sumber, pupuk, pestisida dll)
dalam rangka pelaksanaan proses
produksi benih selalu terkendala dengan
lemahnya modal. Kurangnya
kemampuan penangkar dalam
mengakses sumber-sumber permodalan
merupakan hal yang kontra produktif
dalam upaya produksi benih bermutu dan
bersertifikat. Indikator permasalahan ini
dapat dilihat pada masih rendahnya nilai
tukar petani dari tahun ke tahun.
Sepanjang tahun 2009 s.d 2014 kenaikan
nilai tukar petani hanya mencapai
0,50%, sedangkan laju inflasi meningkat
sebesar 5%.
46 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 19. Rekapitulasi Produsen Benih Tanaman Pangan per
Propinsi tahun 2014
JAGNG KEDLAI K.TNAH JML JAGUNG KEDELAI K.TANAH PLJ LAIN JML
1 N A D 24 4 4 1 9 20 53 4.974,00 663,00 1.145,00 50,00 - 1.858 6.832,00
2 SUMUT 18 2 1 - 3 - 21 9.310,00 33,50 6,00 - - 39,50 9.349,50
3 R I A U 13 5 4 1 10 - 23 292,37 56,70 313,00 2,05 - 371,75 664,12
4 K E P R I - - - - - - - - - - - - - -
5 SUMBAR 6 3 1 - 4 6 16 6.204,98 5.318,56 6,80 17,04 - 5.342,40 11.547,38
6 JAMBI 5 2 3 1 6 2 13 405,00 25,00 316,00 3,00 - 344,00 749,00
7 SUMSEL 20 - - - - - 20 8.471,60 - - - - - 8.471,60
8 BABEL - - - - - - - - - - - - - -
9 BENGKULU 4 1 1 - 2 - 6 10.382,00 520,00 1.500,00 - - 2.020,00 12.402,00
10 LAMPUNG 15 - - - - 2 17 11.605,00 30,00 - - - 30,00 11.635,00
11 BANTEN 14 1 - - 1 2 17 3.185,00 30,74 - 10,00 - 40,74 3.225,74
12 DKI. JKT 2 - - - - - 2 1.400,00 - - - - - 1.400,00
13 JABAR 154 5 3 3 11 1 166 44.154,50 349,00 173,00 3.042,00 101,00 3.665,00 47.819,50
14 JATENG 212 5 5 - 10 7 229 63.855,33 2.717,00 1.535,00 140,83 40,00 4.432,83 68.288,16
15 D I Y 11 3 2 - 5 6 22 5.015,00 510,00 307,00 10,00 - 827,00 5.842,00
16 JATIM 199 15 13 4 32 - 231 41.900,50 43.227,50 2.205,00 250,00 - 45.682,50 87.583,00
17 B A L I 21 1 1 2 4 2 27 17.771,75 2.010,00 7,70 2.509,00 - 4.526,70 22.298,45
18 N T B 104 - 1 - 1 13 118 8.348,14 70,00 1.410,39 - - 1.480,39 9.828,53
19 N T T 16 5 2 - 7 6 29 521,70 87,98 11,60 - 6,00 105,58 627,28
20 KALBAR 29 2 2 - 4 - 33 3.404,90 28,00 27,00 - - 55,00 3.459,90
21 KALSEL 58 4 19 2 25 1 84 4.880,00 30,00 330,00 31,00 - 391,00 5.271,00
22 KALTENG 5 3 3 3 9 1 15 67,33 13,00 4,50 6,50 - 24,00 91,33
23 KALTIM 8 1 - - 1 - 9 567,20 2,50 - - - 2,50 569,70
24 SULSEL 72 2 7 2 11 1 84 16.246,30 159,97 1.772,00 43,00 - 1.974,97 18.221,27
25 SULBAR - - - - - - - - - - - - - -
26 SULUT 12 4 1 2 7 1 20 8.457,00 1.230,00 100,00 200,00 3,00 1.533,00 9.990,00
27 SULTENG 37 1 6 - 7 1 45 1.735,67 5,00 153,00 - - 158,00 1.893,67
28 SULTRA 24 2 3 1 6 - 30 4.553,00 19,00 65,75 3,00 - 87,75 4.640,75
29 GRNTALO 3 8 - - 8 5 16 900,50 714,00 50,00 - - 764,00 1.664,50
30 MALUKU 10 2 1 - 3 - 13 113,50 252,00 2,00 - - 254,00 367,50
31 MALUT - - - - - - - - - - - - - -
32 PAPUA 2 2 1 1 4 1 7 317,00 27,00 24,00 12,60 - 63,60 380,60
33 PAPUA BRT 3 1 1 - 2 - 5 75,50 20,00 3,00 - - 23,00 98,50
1.101 84 85 23 192 78 1.371 279.114,77 58.149,45 11.467,74 6.330,02 150,00 76.097,21 355.211,98
PALAWIJA PALAWIJAPADI
/PLJJUMLAH
JUMLAH
NO PROVINSI
JUMLAH PRODUSEN BENIH KAPASITAS PRODUKSI BENIH (Ton/Tahun)
PADI JUMLAH PADI
47 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Prasarana dan sarana serta peralatan yang harus
dimiliki oleh setiap produsen pada umumnya belum
sesuai dengan standar. Kondisi seperti ini dapat
menghambat proses pengembangan usaha produksi
benih itu sendiri, karena harus berhadapan dengan
biaya yang tinggi, atau bahkan bagi penangkar yang
samasekali hanya mampu berproduksi pada bagian
hulu maka tidak akan mempunyai posisi tawar yang
cukup baik dari segi harga. Keadaan ini menjadikan
usaha produksi benih menjadi kurang menarik,
karena keuntungan yang diperoleh akan lebih sedikit.
Agar dapat memproduksi benih sesuai standar, para
produsen/penangkar dengan modal lemah harus
bekerjasama dengan pihak produsen besar atau
BUMN yang memiliki prasarana dan sarana yang
memadai.
(b) Pengedar benih
Pengedar benih merupakan lembaga yang bertugas
dalam mendistribusikan dan memasarkan benih
bersertifikat. Jumlah pengedar benih sampai tahun
2014 dapat dilihat pada Tabel 20.
48 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 20. Rekapitulasi Pengedar Benih per Propinsi tahun 2014
JUMLAH JUMLAH
No PROVINSI PENGEDAR (TON)
(PENYALUR/PEDAGANG) PADI JAGUNG KEDELAI KC. TANAH KC. HIJAU PALAWIJA
1 ACEH 24 41,59 104,5 20,13 37,56 203,78
2 SUMATERA UTARA 138 14,44 7,05 2,55 1 25,04
3 RIAU 18 100 1,18 101,18
4 SUMATERA BARAT 71 9 9
5 JAMBI 19 32 4,31 36,31
6 SUMATERA SELATAN 11 4,36 4,36
7 BANGKA BELITUNG 0 0
8 BENGKULU 29 2,23 0,99 3,22
9 LAMPUNG 34 67,3 7,88 3 78,18
10 BANTEN 8 38,43 60 98,43
11 DKI JAKARTA 0 0
12 JAWA BARAT 92 750 500 1250
13 JAWA TENGAH 41 39,55 902 941,55
14 DI. YOGYAKARTA 32 23,81 17,14 6 46,95
15 JAWA TIMUR 242 60 48 31 33 172
16 BALI 57 34,96 34,96
17 NUSA TENGGARA BARAT 42 18 5 5 5 33
18 NUSA TENGGARA TIMUR 5 79 79
19 KALIMANTAN BARAT 6 8 8
20 KALIMANTAN SELATAN 41 6 2 6 2 1 17
21 KALIMANTAN TENGAH 2 60 60
22 KALIMANTAN TIMUR 10 3 4 4 11
23 SULAWESI SELATAN 53 26,33 33,14 1 60,47
24 SULAWESI BARAT 12 1062 1062
25 SULAWESI UTARA 13 12,92 12,55 0,8 26,27
26 SULAWESI TENGAH 38 22 6 9 5 42
27 SULAWESI TENGGARA 5 264 15 279
28 GORONTALO 15 330 35,17 50 415,17
29 MALUKU 75 4,05 4,05
30 MALUKU UTARA 2 2,5 2,5
31 PAPUA 0 0
32 PAPUA BARAT 1 1 1
JUMLAH TOTAL 1136 3116,47 1190,91 149,48 138,56 1 509 5105,42
KAPASITAS PENYALURAN
RATA-RATA (TON/TAHUN)
49 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
8) Regulasi
Beberapa regulasi telah mendorong
berkembangnya sistem perbenihan nasional,
diantaranya :
(a) Undang-Undang No. 12 Tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3478);
(b) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
1995 tentang Perbenihan Tanaman
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3616);
(c) Keputusan Menteri Pertanian Nomor
347/Kpts/OT.210/6/2003 tentang
Pedoman Pengelolaan Balai Benih
Tanaman Pangan dan atau Hortikultura;
(d) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
61/Permentan/ OT.140/10/2011 tentang
Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan
Penarikan Varietas (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
623);
(e) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
127/Permentan/ SR.120/11/2014 tentang
Pemasukan dan Pengeluaran Benih
50 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tanaman (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1826);
(f) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
56/Permentan/ SR.110/11/2015 tentang
Produksi, Sertifikasi, dan Peredaran
Benih Bina Tanaman Pangan dan
Tanaman Hijauan Pakan Ternak (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1774);
(g) Keputusan Menteri Pertanian Nomor
1100.1/Kpts/Kp.150/10/1999
sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor
361/Kpts/KP.150/5/2002 tentang
Pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem
Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura;
(h) Keputusan Menteri Pertanian Nomor
511/Kpts/PD.310/ /9/2006 sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor
3599/Kpts/PD.390/10/2009 tentang
Komoditi Binaan Direktorat Jenderal
Perkebunan, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal
Hortikultura;
(i) Keputusan Menteri Pertanian Nomor
3517/Kpts/OT.160/10/ 2012 tentang Tim
Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi
51 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Benih (TP2S) Tanaman Pangan dan
Perkebunan;
(j) Keputusan Menteri Pertanian Nomor
354/HK.130/C/05/2015 tentang Pedoman
Teknis Produksi Benih Bina Tanaman
Pangan;
(k) Keputusan Menteri Pertanian Nomor
355/HK.130/C/05/2015 tentang Pedoman
Teknis Sertifikasi Benih Bina Tanaman
Pangan;
(l) Keputusan Menteri Pertanian Nomor
356/HK.130/C/05/2015 tentang Pedoman
Teknis Pembinaan dan Pengawasan
Peredaran Benih Bina Tanaman Pangan;
(m)Keputusan Menteri Pertanian Nomor
391/Kpts/ OT.050/6/2016 tentang Tim
Penilai dan Pelepas Varietas Tanaman
Pangan, Perkebunan dan Tanaman
Pakan Ternak;
(n) Keputusan Menteri Pertanian Nomor
1316/HK.150/C/12/2016 tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 355/HK.130/C/05/2015
tentang Pedoman Teknis Sertifikasi Benih
Bina Tanaman Pangan;
Regulasi tersebut memberikan peluang yang
dapat mendorong eksplorasi potensi bangsa
dan meningkatkan daya kreativitas sehingga
terciptanya varietas-varietas baru,
52 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
pemantapan peranan masing-masing
kelembagaan sehingga berjalan secara
simultan, serta mendorong iklim usaha di
bidang perbenihan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.
1.3. Potensi, Permasalahan dan Tantangan
a. Potensi
Keanekaragaman biogeofisik dan sosial budaya
bangsa merupakan peluang bagi pembangunan
nasional khususnya pembangunan pertanian dan
lebih khusus lagi pembangunan sistem perbenihan
nasional. Beberapa kondisi terkini yang berhubungan
dengan usaha perbenihan dapat menjadi peluang
atau potensi bagi upya pengembangan sektor
perbenihan.
1. Sumberdaya Manusia (SDM)
Sampai saat ini sektor pertanian merupakan
sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar dan
menopang perekonomian pedesaan. Pada saat
krisis ekonomi penyerapan tenaga kerja sektor
pertanian justru mengalami peningkatan. Hal ini
mengindikasikan sektor pertanian masih
merupakan sektor yang menjadi pilihan angkatan
kerja. Jumlah tenaga kerja yang meningkat setiap
tahunnya (+45%), menjadi peluang untuk
berkembangnya lapangan pekerjaan di sektor
perbenihan.
53 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
2. Sasaran pencapaian ketahanan pangan
Ketahanan dan kemandirian pangan merupakan
produk akhir yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan pembangunan tanaman pangan.
Unsur pendukung antara lain berkembangnya
sistem penyediaan benih sehingga benih unggul
bermutu dan bersertifikat dapat diakses dengan
mudah oleh para petani. Upaya pencapaian
ketahanan pangan setiap tahunnya merupakan
agenda utama dalam program pembangunan
nasional. Sasaran produksi tanaman pangan
khususnya padi, jagung dan kedelai sampai
dengan 2014 sebesar 70% harus dicapai
sedemikian rupa, karena sudah
memperhitungkan kebutuhan secara nasional,
baik konsumsi, industri maupun cadangan. Oleh
karena itu benih sebagai salah satu komponen
pendukung utama akan menjadi agenda utama
untuk disempurnakan sistem penyediaannya.
3. Sumberdaya hayati/plasma nutfah yang beragam
Indonesia mempunyai keragaman hayati yang
berlimpah, untuk dapat mengembangkan
varietas-varietas benih baru khususnya tanaman
pangan.
4. Ketersediaan Lahan
Dengan adanya sasaran areal tanam komoditi
tanaman pangan yang cukup luas menjadikan
kebutuhan benih potensial cukup besar maka hal
54 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
ini merupakan potensi untuk mengembangkan
produksi benih.
Masih tersedia areal pertanian dan lahan
potensial belum termanfaatkan secara optimal
seperti lahan kering/rawa/lebak/pasang
surut/gambut yang merupakan peluang bagi
peningkatan produksi tanaman pangan.
Selain potensi lahan, faktor pendukung
keanekaragaman hayati dan ekosistem sangat
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas
usahatani tanaman pangan. Disamping itu,
kondisi lahan yang secara umum subur dan iklim
yang mendukung merupakan peluang yang
sangat menguntungkan untuk pembangunan
tanaman pangan.
5. Keberadaan produsen/penangkar tanaman
pangan di sentra produksi
Keberadaan produsen benih tanaman pangan di
setiap sentra produksi, tersedianya teknologi
produksi benih yang cukup memadai, serta
adanya lembaga sertifikasi dan pengawasan
mutu benih dan lembaga produksi benih sumber
dan penangkar di setiap provinsi berpotensi
untuk memproduksi benih varietas unggul
bersertifikat yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan petani/pengguna benih.
55 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
b. Permasalahan
1. Belum berkembangnya usaha penangkaran
benih secara luas hingga di sentra produksi yang
mengakibatkan harga benih menjadi mahal.
2. Ketersediaan benih unggul dan bermutu belum
dapat memenuhi kebutuhan petani, baik dari
aspek jumlah maupun ketepatan waktu
penyediaan.
3. Lemahnya peran Balai Benih dalam rantai
perbanyakan benih.
4. Lemahnya koordinasi diantara
institusi/stakeholder perbenihan berimbas kepada
melambatnya perkembangan sistem perbenihan.
Akhir-akhir ini sistem perbenihan yang sudah
dibangun, cenderung tergerus oleh ego institusi .
Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi
ke desentralisasi cenderung mewarnai
pelambatan koordinasi, karena masing-masing
provinsi/kabupaten memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Ketidaksinambungan kebijakan
pusat dan daerah seperti kurang tersosialisasinya
program dan kegiatan dan beberapa peraturan
daerah yang kurang selaras dengan kebijakan
nasional.
5. Kurangnya kuantintas dan kualitas sumber daya
manusia perbenihan di daerah yang menangani
perbenihan (khususnya Pengawas Benih
Tanaman). Perbaikan manajemen dan kinerja
perlu dilakukan agar dapat menciptakan kinerja
yang berkualitas serta moral dan etos kerja yang
optimal.
56 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
c. Tantangan
1. Pemenuhan kebutuhan benih bersertifikat
sebagai salah satu pra syarat pemenuhan
kebutuhan pangan masyarakat, bahan baku
industri dan energi.
Untuk pemenuhan kebutuhan benih bersertifikat,
beberapa langkah perlu diambil, seperti :
a. Membangkitkan industri perbenihan swasta
nasional.
b. Membentuk skema perkreditan untuk usaha
penelitian pembuatan varietas unggul dalam
industri perbenihan swasta nasional.
c. Merangsang minat para pemulia dan teknologi
perbenihan untuk terjun ke dalam industri
perbenihan dan perbibitan swasta nasional.
2. Penanganan dampak perubahan iklim terhadap
ketersediaan benih dan perubahan jadwal pola
tanam.
Perubahan iklim dapat pula menyebabkan
munculnya hama dan penyakit tanaman yang
tidak diprediksi, yang berdampak pada turunnya
produksi tanaman. Ketersediaan benih yang
memadai dari sisi kuantitas dan kualitas (tinggi
viabilitas dan daya simpan) akan dapat
mengatasi perubahan jadwal pola tanam.
57 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
BAB II.
VISI, MISI , TUJUAN DAN SASARAN
DIREKTORAT PERBENIHAN
2.1 . Visi :
Terwujudnya sistem perbenihan tanaman pangan
yang tangguh dan berdaya saing tinggi yang berbasis
potensi nasional yang mampu menyediakan benih
bermutu sesuai dengan tingkat kebutuhan pengguna
benih.
2.2. Misi :
1. Meningkatkan dan menyebarluaskan penggunaan
benih varietas unggul bersertifikat.
2. Meningkatkan produksi dan penyediaan benih
varietas unggul bersertifikat.
3. Meningkatkan pengawasan mutu dan sertifikasi
benih.
2.3. Tujuan :
1. Mewujudkan produksi dan penyediaan benih
varietas unggul bersertifikat yang optimal.
2. Mewujudkan sertifikasi dan pengawasan
peredaran benih yang optimal.
3. Mewujudkan fungsi kelembagaan perbenihan
yang optimal.
58 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
2.4. Sasaran:
1. Optimalnya produksi dan penyediaan benih
varietas unggul bersertifikat .
2. Optimalnya sertifikasi dan pengawasan
peredaran benih.
3. Optimalnya fungsi kelembagaan perbenihan
sehingga mendukung sistem perbenihan
tanaman pangan yang tangguh dan berdaya
saing tinggi yang berbasis potensi nasional.
59 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
BAB III.
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi
- Arah Kebijakan
Mendorong penyediaan benih yang mampu
memenuhi kebutuhan untuk pembangunan tanaman
pangan.
- Strategi
Mengoptimalkan produksi dan penyediaan benih,
sertifikasi dan pengawasan peredaran benih dan
fungsi kelembagaan perbenihan.
3.2 Kerangka Regulasi
Menyediakan regulasi yang mampu mewujudkan sistem
perbenihan tanaman pangan yang tangguh dan berdaya
saing yang berbasis potensi nasional yang mampu
menyediakan benih bermutu sesuai dengan tingkat
kebutuhan pengguna benih.
Peraturan/regulasi perbenihan yang sudah tidak relevan
(tidak sesuai) dengan perkembangan saat ini harus
dicabut/diganti atau direvisi sehingga peraturan tersebut
dapat diaplikasikan dan dijadikan pedoman dalam
melaksanakan segala kegiatan perbenihan di lapangan.
Beberapa peraturan perbenihan yang sudah tidak
60 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
relevan antara lain peraturan perbenihan yang tertuang
dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman, saat ini sedang dilakukan
review Undang-Undang 12 Tahun 1992 menjadi RUU
Sistem Pertanian Berkelanjutan. Selain itu kebijakan
penyerahan kewenangan pengawasan benih ke daerah
(Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah No. 50 Tahun 2004 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah) perlu dibahas kembali,
karena kurang relevan dengan kondisi saat ini.
3.3 Kerangka Kelembagaan
1) Kebutuhan Fungsi dan Struktur Organisasi yang
diperlukan dalam upaya pencapaian sasaran
strategis
Dalam upaya pengembangan dan mendukung
program perbenihan tanaman pangan perlu
dioptimalkan kelembagaan perbenihan yang
berkaitan dengan aspek penelitian/pemuliaan
varietas, aspek produksi serta aspek pengendalian
mutu benih baik pada tingkat Pusat maupun Daerah
(Provinsi dan Kabupaten/Kota).
Kelembagaan milik pemerintah untuk tingkat pusat
yang berkaitan dengan kebijakan perbenihan
nasional adalah Direktorat Perbenihan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMB-TPH),
dan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM).
61 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Sedangkan untuk kelembagaan tingkat provinsi
antara lain Balai-Balai/ Lembaga Penelitian atau
Penyelenggara Pemuliaan yang menghasilkan
varietas unggul baru (Balai Besar Penelitian Padi di
Sukamandi, Balai Besar Penelitian Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian di Malang dan Balai
Besar Penelitian Jagung dan Serealia Lainnya di
Maros).
Kelembagaan perbenihan di tingkat provinsi yang
berkaitan dengan aspek produksi yaitu Balai Benih
Induk atau UPTD Balai Benih Provinsi. Sedangkan
kelembagaan tingkat provinsi yang menangani
aspek mutu benih adalah UPTD Balai Pengawasan
dan Sertifikasi Benih (UPTD BPSB). Disamping
kelembagaan perbenihan milik pemerintah, juga
telah berkembang industri benih dan produsen
benih milik swasta baik dalam bentuk Badan Hukum
maupun perseorangan serta penangkar benih.
2) Kebutuhan SDM, baik secara kualitas maupun
kuantitas
(Pusat dan daerah, penataan SDM produksi benih di
Balai Benih, penambahan PBT, maupun peningkatan
SDM swasta)
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan faktor yang
sangat penting dalam mendukung pengembangan
perbenihan. Sumberdaya manusia yang dibutuhkan
dalam pengembangan perbenihan meliputi pelaku
pada seluruh subsistem pada sistem perbenihan
62 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
(subsistem penelitian, pemuliaan dan pelepasan
varietas, sub sistem produksi dan pemasaran dan
sub sistem sertifikasi dan pengawasan mutu dan sub
sistem penunjang).
Peningkatan profesionalisme petugas perbenihan
terus dilakukan baik jajaran staf maupun Pengawas
Benih Tanaman. Pelatihan-pelatihan petugas terus
dilakukan, untuk mengantisipasi perkembangan ilmu
dan teknologi. Penetapan jabatan fungsional
diharapkan semakin mendorong profesionalisme
petugas. Pengawas Benih Tanaman Pangan
(PBT), adalah petugas yang berperan penting dalam
pengawasan mutu benih tanaman yang
berkedudukan pada Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSBTPH).
Kelembagaan BPSB dan Balai Benih telah ada di
setiap provinsi. Kelembagaan Balai Benih ada pula di
beberapa kabupaten/kota. Kelembagaan Balai Benih
banyak yang tidak berfungsi optimal karena dijadikan
objek PAD bagi daerah dan sebagian besar tidak
memperoleh anggaran yang memadai. Hal ini
menghambat percepatan sosialisasi dan promosi
varietas-varietas unggul baru kepada petani dan
mengakibatkan sering sulitnya mencari benih
varietas tertentu di daerah.
Sebagian BPSB dan sebagian besar Balai Benih
tidak memiliki sarana prasarana dan SDM yang
memadai sejak otonomi daerah. Anggaran masih
63 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
tergantung dari pusat. Umumnya Balai Benih
Palawija tidak dapat berfungsi sebagai penyedia
benih sumber dan sebagai pusat penyebaran,
sosialisasi serta promosi varietas-varietas unggul
baru.
Infrastruktur dan sarana prasarana Balai Benih dan
BPSB diharapkan dapat dilengkapi secara optimal
dan anggaran operasional dapat disediakan secara
memadai setiap tahun sehingga lembaga ini dapat
berfungsi secara optimal. Demikian pula tenaga
SDM-nya dapat terpenuhi sesuai kebutuhan dan
diharapkan menjadi tenaga profesional dibidangnya
dan tidak dialih tugaskan ke bidang lain di luar
perbenihan. Tunjangan operasional dan tunjangan
fungsional dapat disediakan secara memadai.
Kelembagaan penangkar benih telah berkembang di
berbagai daerah. Namun masih ada wilayah tertentu
yang masih kekurangan penangkar benih. Produsen
benih hibrida bekerjasama dengan petani untuk
menghasilkan benih hibrida atas bimbingan dan
pengawasan oleh produsen/perusahaan. Namun
belum ada penangkar benih hibrida yang dapat
memproduksi sendiri benih hibrida F1. Ke depan
diharapkan tumbuh dan berkembangnya penangkar-
penangkar benih hibrida F1.
64 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
BAB IV.
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. Target Kinerja
1. Sasaran Penyediaan Benih Bersertifikat Tahun
2015-2019
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan
mutu hasil ditempuh melalui penggunaan benih varietas
unggul bersertifikat. Untuk itu pemerintah terus
berupaya untuk meningkatkan penggunaan benih
varietas unggul bersertifikat dan diharapkan selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Sasaran peningkatan
penggunaan benih varietas unggul bersertifikat padi,
jagung dan kedelai pada tahun 2015- 2019 seperti pada
Tabel 21.
Tabel 21. Sasaran peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat padi, jagung dan kedelai tahun 2015 – 2019
2015 2016 2017 2018 2019
1 PADI
1. Sasaran Luas Tanam (ribu Ha) 14.782 15.065 15.365 15.670 15.980
2. Sasaran Kebutuhan Benih (Ton) 369.557 376.619 384.116 391.758 399.510
3. Sasaran Penggunaan Benih Bermutu (%)
- (%) 49 50 52 53 54
- (Ton) 180.000 189.000 198.000 207.000 216.000
2 JAGUNG
1. Sasaran Luas Tanam (ribu Ha) 4.245 4.800 4.930 5.083 5.227
2. Sasaran Kebutuhan Benih (Ton) 84.900 96.000 98.597 101.650 104.546
3. Sasaran Penggunaan Benih Bermutu (%)
- (%) 47 48 49 50 51
- (Ton) 40.000 46.500 48.000 50.500 53.000
3 KEDELAI
1. Sasaran Luas Tanam (ribu Ha) 677 735 788 859 926
2. Sasaran Kebutuhan Benih (Ton) 33.847 36.735 39.375 42.955 46.324
3. Sasaran Penggunaan Benih Bermutu (%)
- (%) 38 41 43 44 45
- (Ton) 13.000 15.000 17.000 19.000 21.000
TAHUNNO URAIAN
65 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
2. Sasaran Perbanyakan Benih Sumber Tahun
2015-2019
Untuk memenuhi kebutuhan benih sumber yang
dipergunakan untuk perbanyakan benih sebar, maka
setiap tahun secara berkesinambungan Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan melalui anggaran APBN
Kementerian Pertanian mengalokasikan anggaran untuk
melaksanakan perbanyakan benih sumber tanaman
pangan kelas Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP).
Perbanyakan benih sumber kelas Benih Dasar (BD)
dilaksanakan oleh Balai Benih Provinsi sesuai dengan
potensi daerah masing-masing. Sedangkan produksi
benih sumber kelas BP direncanakan diproduksi oleh
Balai Benih Provinsi dan Balai Benih Kabupaten/Kota.
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan
dapat pula menyediakan dana perbanyakan benih
sumber tersebut sehingga luas penangkaran dan jumlah
varietas yang diperbanyak benihnya dapat lebih besar
Rencana perbanyakan penangkaran benih lima
komoditas utama tanaman pangan kelas BD dan BP
untuk 5 (lima) tahun (2015-2019) sebagaimana pada
Tabel 22, 23 dan 24.
66 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 22. Rencana Perbanyakan Benih Padi (BS-BD)
dan (BD-BP) Tahun 2015-2019
BS - BD BD - BP TOTAL
1 2015 85 215 300
2 2016 89 226 315
3 2017 94 237 331
4 2018 98 249 347
5 2019 103 261 365
NO TAHUNRENCANA PERBANYAKAN (HA)
Tabel 23. Rencana Perbanyakan Benih Jagung (BS-BD)
dan (BD-BP) Tahun 2015-2019
Tabel 24. Rencana Perbanyakan Benih Kedelai (BS-
BD) dan (BD-BP) Tahun 2015-2019
BS - BD BD - BP TOTAL
1 2015 55 135 190
2 2016 58 142 200
3 2017 61 149 209
4 2018 64 156 220
5 2019 67 164 231
NO TAHUNRENCANA PERBANYAKAN (HA)
BS - BD BD - BP TOTAL
1 2015 35 75 110
2 2016 37 79 116
3 2017 39 83 121
4 2018 41 87 127
5 2019 43 91 134
NO TAHUNRENCANA PERBANYAKAN (HA)
67 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 25. Rencana Perbanyakan Benih Kacang Tanah
(BS-BD) dan (BD-BP) Tahun 2015-2019
BS - BD BD - BP TOTAL
1 2015 20 50 70
2 2016 21 53 74
3 2017 22 55 77
4 2018 23 58 81
5 2019 24 61 85
NO TAHUNRENCANA PERBANYAKAN (HA)
Tabel 26. Rencana Perbanyakan Benih Kacang Hijau
(BS-BD) dan (BD-BP) Tahun 2015-2019
BS - BD BD - BP TOTAL
1 2015 5 10 15
2 2016 5 11 16
3 2017 6 11 17
4 2018 6 12 17
5 2019 6 12 18
NO TAHUNRENCANA PERBANYAKAN (HA)
68 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
3. Perkiraan ketersediaan benih bersertifikat tahun
2015-2019
Untuk mendukung peningkatan produksi tanaman
pangan dalam upaya mempertahankan/melestarikan
swasembada pangan maka rencana penyediaan Benih
Sebar (BR) tahun 2015 – 2019 untuk benih padi (padi
inbrida dan padi hibrida), jagung (jagung komposit dan
jagung hibrida), dan kedelai dilaksanakan dengan upaya
bantuan benih melalui PSO yaitu subsidi benih dan
pasar bebas. Dalam rangka memandirikan petani dan
pengembangan sistem perbenihan ke depan, maka
subsidi benih dan bantuan subsidi benih secara
bertahap disarankan dikurangi dan pasar bebas
ditingkatkan. Penyediaan benih varietas unggul bermutu
dimanfaatkan juga untuk mengganti varietas
produktivitas rendah/sedang dengan varietas
produktivitas tinggi. Adapun rencana ketersediaan benih
padi, jagung dan kedelai tahun 2015 s/d 2019 seperti
pada Tabel 27.
69 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 27. Ketersediaan benih padi, jagung dan kedelai
Tahun 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019
1 PADI
1. Bantuan Pemerintah/Subsidi Benih 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
2. Pasar Bebas
a. Produsen Swasta/Penangkar 80.000 89.000 98.000 107.000 116.000
b. BUMN 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Jumlah 205.000 214.000 223.000 232.000 241.000
2 JAGUNG
1. Bantuan Pemerintah/Subsidi Benih 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
2. Pasar Bebas
a. Produsen Swasta/Penangkar 36.000 42.500 44.000 46.500 49.000
b. BUMN 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Jumlah 45.000 51.500 53.000 55.500 58.000
3 KEDELAI
1. Bantuan Pemerintah/Subsidi Benih 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500
2. Pasar Bebas
a. Produsen Swasta/Penangkar 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000
b. BUMN 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000
Jumlah 14.500 16.500 18.500 20.500 22.500
URAIANNOTAHUN
70 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
4. Kebutuhan tenaga Pengawas Benih Tanaman Pangan
dalam rangka pengawasan dan sertifikasi benih tahun
2015-2019
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan secara terus
menerus melakukan upaya-upaya untuk memantapkan
kelembagaan pengawasan mutu benih (BPSB) agar
mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara
optimal. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
optimalisasi kelembagaan pengawasan mutu benih
(BPSB) adalah adanya alokasi anggaran untuk
meningkatkan kompetensi para petugas Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan
penyempurnaan secara bertahap sarana prasarana
kelembagaan BPSB.
Pengawas Benih Tanaman (PBT), berperan
penting dalam pengawasan mutu benih tanaman yang
berkedudukan pada Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSBTPH) Provinsi. Usulan jumlah PBT untuk instansi
BPSBTPH Provinsi pada tahun 2014-2019 adalah
seperti pada Tabel 28.
71 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 28. Usulan PBT di Instansi Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih TPH (BPSBTPH) Provinsi
Tahun 2015-2019
2015 967 874 1.841 690 598 1.179 277 276 553
2016 963 937 1.900 676 654 1.330 287 283 570
2017 977 959 1.936 672 649 1.321 305 310 615
2018 1.016 995 2.011 665 647 1.312 351 348 699
2019 1.030 1.009 2.025 679 661 1.326 365 362 713
Terampil Ahli Jmlh
TahunKebutuhan PBT Yang Ada Kekurangan PBT
Terampil Ahli Jmlh Terampil Ahli Jmlh
4.2. Kegiatan 2015-2019
Rencana kegiatan Direktorat Perbenihan Ditjen Tanaman
Pangan untuk tahun 2015-2019 seperti dalam Tabel 29.
Tabel 29. Kegiatan Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
290,14 141,95 168,26 205,69 237,24 1.043,279
Terlaksananya Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
Pemberdayaan Penangkar (unit) 175 - - - - 21,1 - - - -
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (Balai)
32 32 32 32 32 41,2 55,97 61,56 67,72 74,49
Perbanyakan Benih Sumber di Balai Benih (Balai)
31 31 31 31 31 10,5 17,00 18,70 20,57 22,63
Unit Prosesing Benih Khusus Aceh (Unit)
1 - - - - 3,5 - - - -
Terlaksananya Pembinaan, Monev dan Pelaporan (Paket)
1 1 1 1 1 18,8 40,00 44,00 48,40 53,24
Penguatan Kelembagaan Penangkar/Produsen Benih (unit)
32 32 32 32 32 195,00 28,98 44,00 69,00 86,88
SASARAN INDIKATORTARGET ALOKASI (Rp Miliar) TOTAL
ALOKASI 2015-2019
PROGRAM/KEGIATAN
72 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
1. Produksi Benih
Rencana pengembangan perbenihan lima tahun ke
depan untuk tahun 2015-2019 meliputi proyeksi
produksi benih padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan
kacang hijau dengan data seperti pada Tabel 30 sd
Tabel 34 berikut.
Tabel 30. Proyeksi Produksi Benih Padi
Tahun 2015-2019
Tabel 31. Proyeksi Produksi Benih Jagung
Tahun 2015-2019
BD BP BR HIBRIDA
1 2015 3.000,00 109.750,00 90.000,00 2.250,00 205.000,00
2 2016 3.450,00 119.600,00 88.650,00 2.300,00 214.000,00
3 2017 3.950,00 129.350,00 87.350,00 2.350,00 223.000,00
4 2018 4.550,00 139.050,00 86.000,00 2.400,00 232.000,00
5 2019 5.250,00 148.550,00 84.750,00 2.450,00 241.000,00
NO TAHUNKELAS BENIH
JUMLAH
KOMPOSIT HIBRIDA
1 2015 100 400 3.000 41.500 45.000
2 2016 100 400 3.000 48.000 51.500
3 2017 100 400 3.000 49.500 53.000
4 2018 100 400 3.000 52.000 55.500
5 2019 100 400 3.000 54.500 58.000
NO TAHUN
KELAS BENIH
JUMLAHBD BP
BR
73 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
Tabel 32. Proyeksi Produksi Benih Kedelai
Tahun 2015-2019
Tabel 33. Proyeksi Produksi Benih Kacang Tanah
Tahun 2015-2019
BD BP/BP1 BR/BR1/BR2
1 2015 20,00 50,00 250,00 320,00
2 2016 20,00 50,00 350,00 420,00
3 2017 20,00 50,00 450,00 520,00
4 2018 20,00 50,00 550,00 620,00
5 2019 20,00 50,00 650,00 720,00
NO TAHUNKELAS BENIH
JUMLAH
Tabel 34. Proyeksi Produksi Benih Kacang Hijau
Tahun 2015-2019
BD BP/BP1 BR/BR1/BR2
1 2015 5,00 10,00 15,00 30,00
2 2016 5,00 10,00 25,00 40,00
3 2017 5,00 10,00 35,00 50,00
4 2018 5,00 10,00 45,00 60,00
5 2019 5,00 10,00 55,00 70,00
NO TAHUNKELAS BENIH
JUMLAH
BD BP/BP1/BP2BR/BR1/BR2/
BR3/BR4
1 2015 150,00 1.500,00 12.850,00 14.500,00
2 2016 150,00 1.500,00 14.850,00 16.500,00
3 2017 150,00 1.500,00 16.850,00 18.500,00
4 2018 150,00 1.500,00 18.850,00 20.500,00
5 2019 150,00 1.500,00 20.850,00 22.500,00
NO TAHUN
KELAS BENIH
JUMLAH
74 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
2. Desa Mandiri Benih
Sebagaimana yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019
ditargetkan 1.000 desa berdaulat benih sebagai salah
satu kegiatan yang diharapkan dapat mendukung
pencapaian sasaran produksi dan merupakan salah
satu upaya pemecahan masalah dari aspek
perbenihan. Untuk mewujudkan desa berdaulat benih
tersebut, maka Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Kementerian Pertanian meluncurkan program “Desa
Mandiri Benih”.
Dengan adanya kegiatan Desa Mandiri Benih ini
diharapkan akan tumbuh produsen benih yang mampu
menyediakan benih untuk memenuhi kebutuhan benih
di wilayah masing-masing dengan memberikan fasilitasi
kepada kelompok tani atau kelompok penangkar atau
gabungan kelompoktani dengan kelompok penangkar
untuk meningkatkan kapasitas (Capacity Building)
dalam rangka memproduksi benih guna memenuhi
kebutuhan benih di wilayahnya.
Adapun bentuk dari fasilitasi kepada kelompok tani
tersebut yaitu berupa :
1) Bantuan biaya pengadaan sarana produksi dan
lainnya, yaitu antara lain : benih sumber, pupuk
organik, biaya sertifikasi benih, ongkos tenaga
kerja/prosesing benih dan sarana pelengkap
gudang (stapel/rak benih), karung, plastik
pengemas, prosesing benih dan lain-lain
(disesuaikan dengan kebutuhan setempat).
75 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
2) Pengadaan sarana peralatan mesin pengolahan
(processing) dan pengemasan benih, antara lain :
tempat pengeringan benih (box dryer), alat
pembersih benih (seed cleaner), timbangan,
alat/mesin penjahit karung (bag closer), alat
pengelem plastik (plastic sealer), dan lain-lain
(dapat disesuaikan dengan kebutuhan kelompok
tani/kelompok penangkar/gabungan kelompok tani
dengan kelompok penangkar).
3) Pembangunan gudang penyimpanan benih,
minimal dengan ukuran seluas 40 m2 dan tinggi
minimal 4 m.
4) Pembuatan lantai jemur, minimal dengan ukuran
seluas 80 m2.
Sasaran alokasi kegiatan Desa Mandiri Benih tahun
2015-2019 sebanyak 2.000 unit dengan rincian
sebagaimana pada Tabel 35.
Tabel 35. Alokasi Desa Mandiri BenihTahun 2015-2019
(Unit) (Ha) (Unit) (Ha) (Unit) (Ha) (Unit) (Ha) (Unit) (Ha)
1 Padi 1.000 10.000 138 1.380 200 2.000 300 3.000 362 3.620
1.000 10.000 138 1.380 200 2.000 300 3.000 362 3.620
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019No. Komoditas
Tahun 2015 Tahun 2016
Jumlah
76 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
3. Sasaran Sertifikasi Benih (Padi, Jagung, Kedelai,
Kacang Tanah dan Kacang Hijau)
Tabel 36. Sasaran Sertifikasi Tahun 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019
1 Padi 86.200 87.800 89.600 91.500 93.350
2 Jagung 17.500 17.850 18.200 18.500 18.500
3 Kedelai 35.500 36.200 36.900 37.600 38.500
4 Kacang Tanah 400 420 441 463 486
5 Kacang Hijau 150 158 165 174 182
No Komoditas BenihTahun
77 Renstra Direktorat Perbenihan Tahun 2015-2019
BAB V.
PENUTUP
Rencana Strategis Direktorat Perbenihan Ditjen Tanaman Pangan
ini merupakan salah satu bahan acuan yang dapat digunakan
dalam menyusun program perbenihan ke depan. Dengan
tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Perbenihan Ditjen
Tanaman Pangan ini diharapkan dapat mendorong pembangunan
perbenihan guna mendukung peningkatan produktivitas dan
produksi tanaman pangan serta mutu produk yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani
dan stakeholder terkait.
Dukungan iklim perbenihan yang kondusif sangat diperlukan untuk
memacu ketersediaan benih tanaman pangan yang mampu
memenuhi kabutuhan petani serta pasar benih baik domestik
maupun internasional/ekspor. Dalam pengembangan perbenihan
ke depan diharapkan sektor swasta dapat tumbuh dan
berkembang di semua daerah sesuai kebutuhan mulai dari industri
skala kecil, sedang sampai industri benih besar.