Page 1
RENCANA PENELITIAN
EVALUASI MASALAH TERKAIT OBAT PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oleh :
A.Suparlan Isya Syamsu
P2500214405
PROGAM PASCA SARJANA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Permasalan dalam farmasi klinik terutama muncul karena
penggunaan obat. Penelitian terhadap masalah dalam terapi obat
merupakan kajian yang cukup menarik dan penting. Farmasis
diajak lebih mendalami penggunaan obat di sarana kesehatan
formal yaitu di Puskesmas, Rumah sakit, dan di Apotek.
Permasalahan penggunaan obat di tempat pelayanan disebut
sebagai Drug Related Problems (Pharmaceutical care Network
Erope, 2010).
Di Indonesia penyakit DM tipe II merupakan tipe DM yang
lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM
tipe I. DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia disebabkan karena abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein dan dapat menyebabkan
komplikasi kronik seperti mikrovaskuler, makrovaskuler dan
neuropatik. Prevalensi penyakit DM di dunia terus meningkat,
pada tahun 1995 prevalensinya 4% dan diperkirakan pada tahun
Page 3
2025 menjadi 5,4%. Data WHO menyebutkan, angka kejadian DM di
Indonesia mendekati 4,6%, padahal di negara berkembang DM
menyerang masyarakat yang berada pada usia produktif, yaitu
sekitar 45 sampai 65 tahun.
Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan akibat DM
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius dan
penatalaksanaan dengan terapi obat memerlukan jangka waktu
lama yang dapat berakibat mempengaruhi kualitas hidup pasien,
sedangkan jumlah pasien DM di Indonesia semakin lama semakin
meningkat maka perlu dilakukan penelitian Identifikasi Drug
Related Problems (Masalah terkait obat) untuk mengurangi
terjadinya medication error. Penelitian ini dilakukan pada
pasien DM tipe II rawat inap di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin tahun 2014 dengan alasan belum adanya data tentang
kejadian DPRs khususnya pada pasien DM tipe II pada rumah
sakit tersebut, sehingga penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi rumah sakit tersebut, terutama dalam hal mutu
pelayanan pengobatan terhadap pasien.
I.2 Rumusan Masalah
Page 4
Apakah terjadi masalah terkait obat kategori : Indikasi
Tanpa Obat, Obat Tanpa indikasi, Obat Salah, Dosis Obat
kurang, Dosis Obat lebih, Reaksi Obat merugikan, Interaksi
Obat pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Rawat inap Rumah
sakit Pendidikan Unhas ?
I.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Masalah terkait obat kategori ; Indikasi
Tanpa Obat, Obat Tanpa indikasi, Obat Salah, Dosis Obat
kurang, Dosis Obat lebih, Reaksi Obat merugikan, Interaksi
Obat pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Rawat inap Rumah
sakit Pendidikan Unhas.
I.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Untuk peneliti, dapat menambah pengetahuan peneliti
tentang Masalah terkait obat pada penyakit Diabetes
Melitus tipe II
2. Untuk Masyarakat, memperoleh gambaran angka kejadian
Masalah terkait obat pada penyakit Diabetes Melitus tipe
II
Page 5
3. Untuk Rumah sakit, diharapkan dari hasil penelitian dapat
digunakan untuk bahan evaluasi bagi pihak Rumah sakit
mengenai pelaksanaan pengobatan Diabetes Melitus tipe II
I.5 Hipotesis
Ada pengaruh Masalah terkait obat (variable terikat)
terhadap penyakit penyerta (variable perancu) pada pasien
Diabetes Melitus Tipe II di rawat inap Rumah sakit Pendidikan
Unhas.
I.6Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Variabel perancu
Terapi obat daripasien yang tercatatdalam rekam medis
- Jumlah Masalah
terkait obat.
- Jenis Masalah
terkait Obat,
meliputi;
1. Indikasi tanpa
obat
2. Obat tanpa
indikasi
3. Obat salah
4. Dosis obat kurang
- Umur
- Jenis kelamin
- Penyakit
penyerta
- Jumlah terapi
obat
Page 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Definisi
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit
atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi
insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi
produksi insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar
Page 7
pankreas, atau disebabakan oleh kurang responnya sel-sel tubuh
terhadap insulin (WHO, 1999).
Diabetes mellitus (DM) adalah Suatu kelompok penyakit
metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insukin, kerja insulin atau kedua-
duanya (WHO, 1999).
Etiologi Ada bukti yang menunjukkan bahwa etiologi diabetes melitus
bermacam-macam. Meskipun berbagai lesi dengan jenis yang
berbeda akhirnya akan mengarah pada insufisisensi insulin,
tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting
pada mayoritas penderita diabetes insulin. (WHO, 1999).
Klasifikasi Diabetes melitus berdasarkan etiologinya1 Diabetes Melitus Tipe 1:
Destruksi sel beta umumnya menjurus ke arah defisiensi menjurus
ke arah defiensi insulin absolut
A. Melalui proses imunologik (otoimunologik)
B.Idopatik2 Diabetes Melitus Tipe 2:
Bervariasi mulai yang prodominan resistensi insulin diserati
defisiensi insulin relatif sampai yang prodiminan gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin3 Diabetes Melitus Tipe lain
A.Diabetes genetik fungsi sel β :
Kromosom 12, HNF-1 (dahulu disebut MODY 3)
Kromosom 7, glukokinase (dahulu disebut MODY 2)
Kromosom 20, HNF-4 (dahulu disebut MODY 1)
DNA mitokondria
B.Defek genetik kerja insulin
C.Penyakit eksokrin pankreas
Pankreatitis
Page 8
Trauma/pankreatektomi
Neoplasma
Cistis Fibrosis
Hemokromatotis
Pankreatopati fibro kalkulus
D.Endokrinopati
Akromegali
Sindroma Cushing
Freokromositoma
hipertiroidisme
E.Diabetes karena obat/zat kimia: glukokortikoid, hormon tiroid,
asam nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferon
F.Diabetes karena infeksi
G.Diabetes imunologi (jarang)
H.Sindroma genetik lain:Sindroma Down, Klinefelter, Tumer,
Huntington, Chorea, Prader Willi4 Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat
sementara, tetapi merupakan faktor resiko untuk DM tipe 25 Pra-diabetes
A. IFG (Impaired Fasting Glucosa) = GPT (Glukosa Puasa Terganggu)
B. IGT (Impaired Glucosa Tolerance) = TGT (Toleransi Glukosa
Terganggu)
PATOFISIOLOGI
Pada diabetes militus terjadi defisiensi insulin baik
relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyarapan
glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolisme diganggu
(Gambar 1). Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang
dimakan mengalami metabolisme yang sempurna menjadi CO2 dan
air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30- 40% diubah
menjadi lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak
Page 9
berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi
hiperosmotik terhadap cairan intersel. Yang nyata berbahaya
adalah glukosuria yang timbul, karena glukosa bersifat
diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai
hilangnya berbagai elektrolit (poliuria). Hal inilah yang
menyebabakan dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita
diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka
badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia).
Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang
diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu
makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di
kelenjar itu. (WHO, 1999).
Glukosa darah
Glikogen Glukosa – 6P CO2
Pintas HMP
Piruvat
Asam amino
Badan keton Asetil KoA
CO2+ H2O
Page 10
Asam lemak Kolesterol Siklus
TCA
Gambar 1. Metabolisme glukosa pada orang normal (Ganiswara, et
al., 1995)
Liposis bertambah dan lipogenesis terhambat, maka dalam
jaringan banyak tertimbun asetil KoA. Asetil KoA tersebut
lebih banyak diubah menjadi zat keton, karena terhambatnya
siklus TCA (Tricarboxylic Acid Kreb’s Cycle). Zat keton
sebenarnya merupakan sumber energi yang sangat berguna,
terutama pada waktu puasa. Metabolisme zat keton tersebut pada
penderita diabetes meningkat, karena jumlah zat keton yang
terbentuk lebih banyak dari yang dimetabolisme. Sistem buffer
di badan berusaha menetralkan perubahan pH yang ditimbulkan
oleh zat-zat keton tersebut, tetapi bila ketosis yang timbul
terlalu hebat maka pH darah akhirnya menurun juga. Keadaan ini
diklinik ditandai dengan nafas yang cepat dan dalam yang
disebut pernafasan Kussmaul, yang disertai dengan bau aseton.
Urin mrnjadi asam dan bila kemampuan ginjal untuk mengganti
kation tetap dengan H+ atau NH4+ terlampaui, maka badan akan
semakin banyak kehilangan kation tetap tersebut, terutama
natrium dan kalium. Kehilangan cairan dan elektrolit akan
mengakibatkan dehidrasi,hipovolemi dan penurunan tekanan
darah. Kesadaran penderita menurun sampai terjadi koma, yang
dapat menyebabkan kematian dengan cepat.
Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah pada penderita
diabetes melitus menyebabkan terjadinya arteriosklerosis yang
terjadi karena degradasi kolesterol yang berkurang dalam hati.
Page 11
Defisiensi insulin menyebabkan hambatan transport asam amino
ke dalam sel serta hambatan inkorporasi asam amino menjadi
protein. Selain itu glukoneogenesis bertambah sehingga terjadi
imbangan nitrogen negatif. Hal ini memperhebat penurunan berat
badan penderita diabetes yang diobati. Selain itu daya tahan
tubuh juga sangat menurun karena pembentukan zat anti yang
ikut terhambat sehingga mengakibatkan mudah timbul infeksi
serta sulitnya penyembuhan infeksi. Keadaan hiperglikemia dan
glukosuria inilah yang menyebabkan darah dan urin menjadi
medium yang sangat baik untuk pertumbuhan kuman.
GEJALA KLINIK DM TIPE II
Pasien dengan DM tipe II sering tanpa gejala , dan
diagnosa DM tipe II harus dipertimbangkan pada pasien yang
obes, mempunyai factor keturunan DM, wanita yang melahirkan
anak yang besar, mempunyai riwayat gestasional DM, hipertensi
atau pasien yang mempunyai kadar trigliserida kurang lebih
250mg/dl, dan HDL kolesterol < 35 mg/dl (Priyanto,2009)
DIAGNOSIS (Priyanto,2009)
1. Skrining untuk DM tipe II harus dilakukan setiap 3 tahun
bagi orang yang usianya lebih 45 tahun, dan lebih sering
bagi orang yang ada riwayat DM pada keluarganya, obes, dan
jarang olah raga.
2. Normal jika glukosa darah puasa < 110 mg/dl.
3. Gangguan glukosa darah puasa , jika glukosa darah puasa >110
mg/dlterapi < 126 mg/dl.
Page 12
4. Gangguan toleransi glukosa, jika setelah 2 jam dari tes
toleransi glukosa kadarnya > 140 mg/dl tetapi < 200 mg
5. Dikatakan DM jika :
- Ada gejala DM + random plasma glukosa > 200 mg/dl
- Kadar glukosa puasa > 126 mg/dl
- Kadar glukosa 2 jam setelah tes toleransi glukosa > 200
mg/dl
- Kadar glikosilat hemoglobin atau HbA1c > 8%
TUJUAN TERAPI (Priyanto,2009)
1. Menghilangkan gejala karena hiperglikemia, seperti
polifagia, polidipsia, dam poliuri.
2. Mengurangi percepatan dan progresitas komplikasi vaskuler
dan makrovaskuler.
3. Mengurangi mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup.
4. Menurunkan kadar glukosa darah / plasma pada kondisi normal
dan kadar HbA1c < 7%.
Terapi non farmakologi
1. Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal
bagi kesehatan (rendah kalori, rendah kolesterol)
2. Olah raga, bermanfaat bagi kebanyakan pasien.
Oral anti diabetik
1. Sulfonilurea
Mekanisme kerja
Pankreatik ð meningkatkan sekresi insulin
Extra pankreatik ð meningkatkan afinitas insulin pada
reseptor, menurunkan sekresi glukose hepar.
Page 13
Reseptor ð meningkatkan sensitifitas reseptor insulin.
Chlorpropamide (diabenese)
Dosis: permulaan 1dd 250 mg pada pagi hari.
ES: hipoglikemi, reaksi kulit
Tolazamide (Tolinase)
Sekresi insulin meningkat
Resistensi insulin di hepar & Perifer di turunkan.
Dosis : 100-250 mg, dosis tunggal atau dalam beberapa dosis
Glibenklamide (Daonil)
Hipoglikemik kuat ð ESO hipoglikemik
Hati-hati pada Lansia
Menurunkan agregasi trombosit
Dalam batas tertentu dapat diberikan pada hepatik dan
renal impair
Dosis : permulaan 1dd 2,5 - 5 mg, bila perlu dinaikkan
setiap minggu sampai maksimum 2dd 10 mg.
Gliclazide (Diamicron)
Smooth hipoglicemic
Anti agregasi trombosit yang kuat ð DM dengan anggiopati
diabetic
Page 14
Terbatas untuk renal dan hepatik impair
Dosis : oral 1-3 dd 80 mg
Gliquidone (Glurenorm)
Smooth hipoglicemic
Semua ekskresi mll empedu ð aman untuk gangguan hepar
dan ginjal berat.
Glipizide (Minidiab)
Smooth hipoglicemic, Produksi Gula di hati di turunkan ð
GDP diturunkan.
Meningkatkan jml reseptor insulin di perifer
Meningkatkan aktifitas pasca reseptor insulin
Dosis : 1dd 2,5 – 5 mg, maks 3dd 15 mg
Glibornurid (Glutril)
Produksi Gula di hati di turunkan ð GDP diturunkan.
Meningkatkan kerja insulin pd reseptor & pasca reseptor
Glimepiride (Amaryl)
Sulfonil urea generasi III
Selektif menurunkan Chanel K+ pd pankreas
Smooth hipoglicemic
Aman untuk renal & hepatic impair dan cardiovaskuler.
Page 15
2. Biguanid
Yang terdapat di pasar Indonesia adalah Metformin
Mekanisme kerja :
Tidak meningkatkan sekresi insulin
Meningkatkan ambilan glukose tanpa insulin di perifer.
Menurunkan absorpsi glukose di usus halus.
Menurunkan gluconeogenesis
Meningkatkan cholesterol HDL
ESO : Anoreksia, nafsu makan turun, BB turun, cholesterol
total turun.
First choice untuk DM tipe II Obese
Dosis : 3dd 500 mg atau 2dd 850 mg, bila perlu berangsur-
angsur dinaikkan dalam waktu 2 minggu sampai maks 3dd 1g.
ES : yang paling sering terjadi berupa gangguan lambung-usus
(mual, anorexia, sakit perut, diare) tetapi umumnya bersifat
sementara. Yang lebih serius adalah asidosis asam laktat dan
angiopati luas serta insufisiensi hati atau ginjal.
3. Alfa Glukosidase inhibitor
Enzim ini ada di usus halus memecah di sakarida menjadi
monosakarida kemudian diabsorbsi
Page 16
Acarbose (Glucobay) ð Inhibitor enzim ini sehingga
absorpsi glukosa di usus di perlambat, tidak ada “Glucose
Peak After Meal” namun AUC glucose tetap/turun
Dosis : permulaan 3-50 mg langsung sebelum makan, bila
perlu dinaikkan setelah 1-2 minggu sampai maks 3dd 100
mg.
ES : terbentuknya banyak gas di usus dan kejang usus.
4. Thiazolidine-dione
Troglitazone, Ciglitazone, Pioglitazon
Meningkatkan sensitifitas reseptor insulin
Tidak tergantung pankreas
Kadar glukose di turunkan 40 mg/dl
Trigliserid darah turun
Tekanan darah turun (berkerja antihipertensif)
Insulin darah turun
5. Meglitinide
Repaglinide (Novonorm)
Short Action Insulin Secretagouge (mencetuskan pelepasan
insulin dari pancreas sesudah makan)
Page 17
No Meal No Drugs (harus diminum tepat sebelum makan)
Tabel 5. Obat Antidiabetes Oral
Antidiabeti
c
Drugs
Brand
Name
Strength
(mg)
Half
life
(Jam
)
Duratio
n
(Jam)
Dail
y
Dose
(mg)
Max.
Dose
(mg/
hari)
Metabolism
TherapeuticComments
A. SULFONILUREA
First Generation (low potency)
Chlorpropam
id
Diabenes
e
100 &
250
24-
48
24-72 250;
G:10
0
500 Di hepar,
eks.ginjal
Retensi
airHipert
ensi
Tolbutamide - 500 3-28 6-10 500-
1500
2000 Di liver,
eks.ginjal
Second Generation (high potency)
Glibenclami
de
Daonil 2,5 & 5 2-4 20-29 5;
G:
2,5
15 Di liver,
eks.ginjal+f
aeces
Hipoglikemi
kuat ESO
Gliclazide Diamicro
n
80 6-15 10-15 40-
80
320 Anti
trombotik
kuat
Utk DM dgn
angiopati
Page 18
Glipizide Minidiab 2,5 & 5 1-5 14-16 2,5-
5
15-40 Prod.gula
liver turun
Utk GDP
tinggi
Gliquidone Glurenor
m
30 15-
60
180 Eks.lwt
empedu
Aman utk
liver &
ginjal
Third Generation (high potency)
Glimepiride Amaryl 1, 2, 3,
4
5-8 1-4 6 Eks.lwt
empedu
Aman utk
liver &
ginjal
B. BIGUANIDES
Metformin Glucopha
ge
3 1,5-
1,7
grm
3 Tdk
dimetabolism
e
Pilihan utk
DM obese
C. ALPHA GLUCOSIDASE INHIBITOR
Acarbose Glucobay No
absorb
50-
300
600 Tdk
diabsorpsi
Hiperglik.a
fter meal
turun
D. THIAZOLIDINEDION
Pioglitazon
e
Actos 15 & 30 7 24 15-
30
Di liver &
usus
Rosiglitazo
n
Avandia 3-4 - 3-4 4-8 Di liver &
usus
E. MEGLITINIDE
Nateglinide Starlix 60,120,1
80
1,5 - 180 540 Short
insulin
secretagoge
30 menit
sblm makan
Repaglinide Novonorm 0,5-1,2 1 - 0,5-
4
16 Short
insulin
secretagoge
30 menit
sblm makan
Page 19
Terapi pendukung:
ACE inhibitor (captopril, enalapril dan lisinopril)
Meningkatkan sensitivitas reseptor insulin (mekanismenya
belum diketahui secara pasti).
Menimbulkan hipoglikemik bila pasien juga mengkonsumsi
SU.
Antasida
Dengan adanya antasid yang mengandung magnesium
hidroksida absorbsi SU meningkat.
Pemakaian bersama dengan antikoagulan dapat meningkatkan
efek hipoglikemik dan efek antikoagulan sekaligus.
KIE
Konseling utk kepatuhan thd obat,diet, aktivitas OR rutin
(Lifestyle Modif.)
Waspada thd gejala hipo/hiper-glikemia dan paham deteksi
& mengatasinya
Miskonsepsi thd madu, jus buah dan produk rendah gula
Px pemakai insulin diberi advice masalh penggunaan (tdk
blh stop,meski sakit)
Pentingnya Self Monitor Blood Glucose
Page 20
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat non eksperimental dengan
rancangan deskriptif. Pengambilan data secara prospektif. Data
primer diperoleh dengan mengidentifikasi masalah terkait obat
dari terapi obat pasien, Data sekunder diambil dari rekam
medik pasien DM tipe II, yang meliputi umur, jenis kelamin,
penyakit penyerta dan terapi obat pasien. Analisis data
dilakukan secara deskriptif yaitu meliputi gambaran
karakteristik pasien, gambaran pengobatan DM, angka kejadian
Masalah terkait obat, jumlah kejadian Masalah terkait obat
yang potensial mempengaruhi efektivitas terapi yang meliputi
kategori Indikasi Tanpa Obat, Obat Tanpa indikasi, Obat Salah,
Dosis Obat kurang, Dosis Obat lebih, Reaksi Obat merugikan,
Interaksi Obat
III.2 Populasi dan Sampel
Page 21
Populasi adalah seluruh terapi obat pasien diabetes
melitus rawat inap di Rumah sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin.
Sampel adalah total sampling terapi obat pasien diabetes
melitus tipe 2 yang menjalani rawat inap di Rumah sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin periode Januari hingga April
2015 dengan memenuhi kriteria inklusi
III.3 Kriteria Inklusi dan eksklusi Sampel
Inklusi
1. Terapi obat dari pasien yang didiagnosa mengalami
penyakit Diabetes mellitus tipe 2 saat masuk Rumah sakit
atau dalam perjalanan penyakit kemudian ditemukan
diagnosa Diabetes melitus tipe 2.
2. Terapi obat dari pasien yang berusia > 40 tahun.
3. Terapi obat dari pasien yang bersedia ikut dalam
penelitian
Eksklusi
1. Terapi obat dari pasien diabetes mellitus dengan
komplikasi yang dapat mengganggu kadar gula dalam darah.
Page 22
2. Terapi obat dari pasien diabetes mellitus dengan data
yang tidak lengkap untuk menilai masalh terkait obat.
3. Terapi obat dari pasien yang tidak bersedia ikut dalam
penelitian
III.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin, selama 4 bulan Januari sampai April
2014.
III.5 Prosedur Pengumpulan Data
1. Data yang diperoleh terlebih dahulu diseleksi memenuhi
kriteria inklusi, selanjutnya dilakukan pengolahan untuk
analisis statistik. (Santoso, 2009).
2. Analisis Univariat digunakan untuk memperoleh gambaran
karakteristik distribusi frekuensi serta proporsi dari
setiap variable yang diteliti (Notoatmodjo, S., 2012) :
- Karakteristik pasien yang menerima terapi obat
seperti umur, jenis kelamin, dan penyakit penyerta.
- Karakteristik terapi obat yang dievaluasi berdasarkan
jumlah dan jenis terapi obat.
Page 23
- Jumlah dan jenis masalah terkait obat.
3. Selanjutnya dilakukan Analisis bivariat yaitu uji
korelasi spearman untuk menguji apakah ada hubungan
antara variable perancu dengan kejadian masalah terkait
obat. (Notoatmodjo, S., 2012).
III.6 Cara Hitung Jumlah sampel
Page 24
DAFTAR PUSTAKA
Herfindal ET, Gourley DR, Ed.Chapter 19 : Diabetes. Textbook of Therapeutics, Drug and Disease Management, 7th ed. Baltimore, Maryland 2000;377-406
Pharmaceutical care Network Erope, 2010, “Classification for drug
related problems”
Priyanto, 2010, “Farmakoterapi & Terminologi Medis “, Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi.,Jakarta
Santoso,S.,2009, “Panduan lengkap menguasai statistik dengan SPSS 17”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2012., “Metodologi Penelitian Kesehatan“.,PT.Rineka
Cipta, Jakarta.
WHO Department of noncommunicable Disease surveillance geneva., Defenition, Diagnosis and classification of Diabetes Mellitus its
Page 25
complication. Report of a WHO Consutation Part 1 : Diagnosisand Classification of Diabetes Melitus., 1999.