EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI ISCHEMIC HEART DISEASE DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2008-MEI 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Maria Laksmi Parahita NIM : 068114027 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
110
Embed
Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES
MELITUS KOMPLIKASI ISCHEMIC HEART DISEASE DI INSTALASI
RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE JANUARI 2008-MEI 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Maria Laksmi Parahita
NIM : 068114027
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES
MELITUS KOMPLIKASI ISCHEMIC HEART DISEASE DI INSTALASI
RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE JANUARI 2008-MEI 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Maria Laksmi Parahita
NIM : 068114027
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
Semua p
r
K
pasti inda
rencana y
Kuper
ya
HALAM
h tepat pa
yang dasya
rsemba
ang te
iv
MAN PER
ada waktu
at untuk m
ahkan k
ercinta
SEMBAHA
unya, kare
masing-ma
karya
ta Bap
AN
ena Tuhan
asing uma
ini un
pak dan
Al
n selalu pu
atnya.
ntuk :
n Ibu-
adik
lmamate
unya
-ku
kku
erku
v
vi
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
bimbinganNya yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi
yang berjudul : “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus
Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009”. Skripsi ini disusun guna
memenuhi persyaratan dalam penyelesaian jenjang studi untuk meraih gelar
Sarjana Farmasi di Universitas sanata Dharma Yogyakarta.
Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian orang-
orang di sekitar penulis. Untuk itu tidak lupa penullis mengucapkan terimakasih
sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji yang telah banyak
membantu dan memberi dukungan yang sangat berarti dalam proses
penyusunan skripsi ini.
2. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia membimbing, memberi dukungan, semangat, gagasan dan
kritik yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini.
3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku penguji yang telah
banyak membantu dan memberi dukungan yang sangat berarti bagi
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
vii
4. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih atas ijin yang diberikan kepada
penulis untuk melakukan penelitian
5. Kepala beserta Staf bagian personalia Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta atas segala bantuan dan dukungannya.
6. Kepala dan Staf Bagian Pelayanan Rekam Medik Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis dalam
mengumpulkan data untuk penelitian ini.
7. Bapak Ignasius Suwarto dan Ibu Fransiska A Sudjarwati atas cinta dan
kasih sayangnya serta perjuangannya yang sepenuh hati.
8. Saudara laki-lakiku Dominiko Laksma Paramestha yang selalu mau
membantu penulis dalam segala hal.
9. Seluruh keluarga besarku atas doanya.
10. Saudara yang sekaligus partnerku dalam pembuatan skripsi, Anastasia
Aprilistyawati atas segala bantuannya mendengarkan keluh kesah, dan
kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Gayatri Kusuma Wardani, Dewi Prasetyaningrum, Maria Evangeli dan
Swastika Maharani yang selalu memberi semangat dan menemani dalam
proses penting ini.
12. Sahabat-sahabatku Lulu, Dotie, Vica, Nimoo, Nee, Dissa, Shinta Sita,
Adit, Reno, Robi kebersamaan, semangat dan dukungannya yang hebat.
13. Seluruh teman-teman Farmasi khususnya angkatan 2006 kelas A, atas
lingkungan yang nyaman dalam proses belajar yang mengesankan.
viii
14. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, oleh karena itu
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala ketidaksempurnaan
tersebut, dan dengan lapang dada penulis akan menerima kritik, koreksi, dan
saran dalam berbagai bentuk dari pihak lain guna menjadikan skripsi ini lebih
baik.
Pada akhirnya, penulis berharap semoga keseluruhan isi skripsi ini dapat
berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 16 Januari 2010
Penulis
ix
INTISARI
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme kronis ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Ischemic Heart Disease (IHD) adalah salah satu komplikasi makrovaskular yang biasa terjadi pada pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan terapi pada pasien DM komplikasi IHD.
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan jumlah pasien dengan umur 60-69 tahun sebanyak 33,3%. Komplikasi penyerta terbanyak adalah dislipidemia (33,3%). Penyakit penyerta yang banyak dialami pasien adalah radices dentist (27,7%). Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat hormonal (100%), obat kardiovaskuler (94,4%). Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan nitrat (77,7%) dan biguanida (66,6%). Dari hasil evaluasi Drug Related Problems (DRPs), terdapat 13 kasus dengan DRPs, yaitu sebanyak 11 kasus butuh tambahan obat, Adverse drug reaction sebanyak 2 kasus, obat tidak tepat sebanyak 2 kasus dan tidak perlu obat terapi sebanyak 2 kasus. Keadaan pasien pulang adalah membaik sebanyak 88,8%, dan lama inap pasien diabetes melitus komplikasi IHD yang paling banyak adalah 8-14 hari (66,6%). Kata kunci : diabetes melitus, ischemic heart disease, drug related problems
x
ABSTRACT
Diabetes mellitus is one of the endocrine disease. Ischemic heart disease is common complication in diabetes mellitus that causes cardiovascular disase and complication which can increase risk of death on patient diabetes mellitus.
The research was non experimental method with description and evaluation research program and collected the data from medical record sheet retrospectively.
The research was done to evaluate the therapy management and its drug related problems (DRPs) in 18 diabetes mellitus with ischemic heart disease complication patient. The result showed that patien distribution was 33,3% of 60-69 years, complication other than ischemic heart disease was dislipidemia (33,3%), and another disease is radices dentist (27,7%).
The drug therapy classes of the diabetes mellitus with ischemic heart disease patient were cardiovascular system 94,4%; nitrat 77,7%; and hormonal therapy 100%; biguanida 66,6%. The DRPs evaluation in this research showed that 11 patients need for additional drug therapy, 2 patients adverse drug reaction 2 patients unneccesary therapy, and 2 patients wrong drug. Key words : diabetes mellitus, ischemic heart disease, drug related problems
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v
PRAKATA ........................................................................................................ vi
INTISARI .......................................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................ x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix
BAB. I PENGANTAR ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................
atau glukosa darah puasa terganggu, riwayat penyakit kardiovaskular
seperti stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh
darah arteri kaki (Triplitt, 2005).
10
Tabel I Faktor Risiko Untuk Diabetes Tipe 2 (Muchid, 2005)
Riwayat Diabetes dalam keluarga Diabetes Gestasional Melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg Kista ovarium (Polycystic ovary syndrome) IFG (Impaired fasting Glucose) atau IGT (Impaired glucose tolerance)
Umur 20-59 tahun : 8,7% > 65 tahun : 18%
Hipertensi >140/90mmHg Hiperlipidemia Kadar HDL rendah <35mg/dl
Kadar lipid darah tinggi >250mg/dl Faktor-faktor Lain Kurang olah raga
Pola makan rendah serat
4. Patofisiologi
Diabetes melitus adalah penyakit dimana tubuh tidak dapat memproduksi
atau tidak dapat menggunakan dengan baik insulin. Insulin adalah hormon yang
diproduksi di pankreas, organ yang letaknya dekat dengan perut. Insulin ini
dibutuhkan untuk mengubah gula dan makanan yang lain menjadi energi. Insulin
juga menyimpan asupan glukosa atau produksi glukosa yang melebihi kebutuhan
kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses
glukoneogenesis ini mencegah hiperglikemia. Ketika seseorang memiliki
diabetes, tubuhnya tidak dapat membuat cukup insulin atau tidak menggunakan
insulin seperti yang seharusnya atau keduanya. Hal ini dikarenakan banyaknya
gula yang ada di dalam darah.
Dalam keadaan normal, setelah makan kadar gula darah akan meningkat,
hal ini akan merangsang pengeluaran hormon insulin. Insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
11
dalam sel. Insulin ini bertugas menurunkan kadar gula darah yang sempat naik
karena makan.
Diabetes tipe 2 terjadi karena resistensi insulin, yaitu kondisi di mana
sensitivitas insulin menurun. Sensitivitas insulin adalah kemampuan dari hormon
insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan menekan produksi glukosa
hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan
(Adnyana, 2001). Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan
penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Gejala khas pasien DM tipe 2 adalah polidipsi, poliphagi dan poliuria.
Pada pasien DM, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, yang membuat
kadarnya dalam darah meningkat. Glukosa yang bersifat osmotik, menyebabkan
osmolaritas dalam darah meningkat sehingga akan menarik air dalam sel dan
menyebabkan filtrasi ke ginjal meningkat, hal tersebut menyebabkan poliuria,
sehingga sebagai kompensasinya pasien merasa selalu haus (polidipsi). Glukosa
terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan
meningkat (poliphagi), selain itu, tidak adanya pemasukan glukosa pada sel
membuat penderita DM selalu merasa lapar (Kustiyanto, 2009).
DM tipe 2 terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes, dan biasanya
ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Resistensi insulin
ditandai dengan peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas,
peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan pengambilan glukosa pada
otot skelet. Disfungsi sel β mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa
12
darah. DM tipe 2 lebih disebabkan karena gaya hidup penderita diabetes
(kelebihan kalori, kurangnya olah raga, dan obesitas) dibandingkan pengaruh
genetik (Sukandar, 2008).
Pada diabetes tipe 1 penanganan glukosa yang normal terjadi sebelum
penyakit muncul. Dengan munculnya diabetes tipe 1, yang tidak atau sedikit
mengeluarkan insulin, kadar glukosa meningkat, karena tanpa insulin glukosa
tidak dapat masuk kedalam sel. Pada saat yang sama hati melakukan
glukoneogenesis (sintesis glukosa baru) menggunakan substrat yang yang tersedia
berupa asam amino, asam lemak dan glikogen. Substrat-substrat ini mempunyai
konsentrasi yang tinggi dalam sirkulasi karena efek katabolik glukagon tidak
dilawan oleh insulin. Hal ini menyebabkan sel-sel mengalami kelaparan walaupun
kadar glukosa sangat tinggi. Pembentukan energi yang hanya mengandalkan
asam-asam lemak menyebabkan produksi berbagai keton oleh hati meningkat.
Keton bersifat asam sehingga pH plasma turun (Triplitt, 2005).
5. Diagnosis
Kriteria diagnosis DM menurut ADA 1998 (Triplitt, 2005) adalah sebagai
berikut,
a. kadar glukosa sewaktu yang lebih dari 200 mg/dl adalah pemeriksaan
kadar glukosa darah setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan
makan terakhir
b. kadar glukosa puasa yang lebih dari 126 mg/dl adalah pemeriksaan
glukosa darah yang dilakukan setelah sebelumnya tidak terdapat masukan
kalori selama minimal 8 jam
13
c. tes toleransi glukosa oral (Oral Glucose Toleransi Test atau OGTT)
dilakukan dengan menggunakan beban glukosa 75 gram glukosa yang
dilarutkan dalam air sebelum melakukan tes ini. Seseorang dapat
didiagnosa DM jika kadar glukosa darah 2 jam post prandial 200 mg/dl.
Peningkatan hemoglobin terglikosilasi digunakan untuk memberi indikasi
keefektifan pengontrolan glukosa darah dalam 2-4 bulan terakhir . Apabila
terdapat hiperglikemia kronik, maka kadar hemoglobin terglikosilasi meningkat.
Diabetes yang tidak terkontrol memperlihatkan kadar hemoglobin terglikosilasi
yang tertinggi, yang mungkin lebih besar daripada 10% (Corwin, 2001).
Jika kadar glukosa darah tidak normal tapi belum termasuk kriteria
diagnosis untuk diabetes, maka keadaan ini disebut sebagai toleransi glukosa
terganggu atau Impaired Glucose Tolerance (IGT). Seseorang dengan IGT
mempunyai risiko terkena diabetes tipe 2 jauh lebih besar dari pada orang biasa.
Apabila kadar glukosa darah puasa antara 111 sampai 125 mg/dl, disebut keadaan
glukosa puasa yang terganggu atau Impaired Fasting Glucose (IFG).
Tabel II Kriteria Diagnosis Diabetes (Triplitt, 2005)
Kategori Puasa 2 jam sesudah makan Normal <100 mg/dl <140 mg/dl
Pre-diabetes (IFG atau IGT) 100-125 mg/dl 140 - 199 mg/dl
Diabetes Melitus ≥ 126 mg/dl ≥200 mg/dl
Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun,
sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan
karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.
14
6. Komplikasi Diabetes Melitus
a. Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi diabetes melitus yang
meliputi pembuluh darah kecil, dan banyak terjadi pada penderita diabetes tipe 1.
Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk
HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh
dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil (Muchid, 2005).
1) Retinopati
Ancaman paling serius terhadap penglihatan adalah retinopati, atau
kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen (Corwin, 2001). Makin
lama DM diderita makin tinggi kemungkinan terjadinya retinopati. Risiko
menderita Retinopati DM tinggi yaitu 60% pada penderita yang menderita DM >
15 tahun (Permana, 2009).
2) Nefropati
Bagian ginjal yang paling parah mengalami kerusakan adalah glomerolus.
Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus yang
juga seperti sebagian besar kapiler lainnya, akan menebal dan menghambat aliran
darah. Terjadi hipertrofi ginjal akibat peningkatan kerja ginjal pada penderita
diabetes kronik untuk menyerap ulang glukosa (Corwin, 2001).
3) Neuropati
Neuropati terjadi akibat adanya kerusakan pada pembuluh darah kecil
yang memberi nutrisi pada perifer dan metabolisme gula yang abnormal (Triplitt,
2005).
15
b. Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi diabetes melitus yang
meliputi pembuluh darah besar. Komplikasi ini lebih sering dirasakan oleh
penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau
kegemukan. Komplikasi makrovaskuler timbul terutama akibat aterosklerosis dan
ikut berperan dalam menyebabkan gangguan aliran darah, timbulnya penyakit
jangka panjang, dan peningkatan mortalitas (Corwin, 2001). Komplikasi
makrovaskuler ini meliputi penyakit pembuluh darah, gagal jantung, jantung
koroner, infark miokard, dan kematian mendadak (Triplitt, 2005).
B. Ischemic Heart Disease (IHD)
1. Definisi, Tanda dan Gejala
Ischemic heart disease (IHD) atau yang sering juga disebut coronary
artery disease (CAD) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan
atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung
(Cavallari, 2008). Sumbatan tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan antara
masukan dan kebutuhan oksigen otot jantung yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada daerah yang terkena sehingga fungsinya terganggu (Kustiyanto,
2009).
Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen
juga meningkat. Jika kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat,
maka arteri-arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan banyak darah dan oksigen
ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau
16
menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
kebutuhan oksigen, maka akan terjadi iskemia (Corwin, 2001).
Kedua tipe diabetes, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 memiliki resiko yang
sama dalam terjadinya komplikasi Ischemic Heart Disease (Grundy, 1999).
Iskemia ini terjadi karena aterosklerosis pada arteri koroner yang umum terjadi
pada pasien diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2 diabetes, namun iskemia yang
terjadi pada pasien diabetes sering tidak dirasakan oleh pasien, karena pasien
diabetes memiliki saraf yang kurang peka terhadap rasa nyeri yang timbul karena
iskemia (Grundy, 1999).
Angina pektoris merupakan manifestasi klinik yang sering dijumpai pada
IHD ini, biasanya dirasakan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa
mengencang, atau rasa nyeri di seluruh dada, terutama di belakang tulang dada.
Rasa nyeri ini sering menjalar ke bagian leher, rahang, lengan, bahu, atau bahkan
gigi (Anonim, 2009a).
2. Etiologi
Angina pektoris yang merupakan manifestasi klinik yang sering terjadi
pada IHD dibagi menjadi angina stabil, angina prinzmetal dan angina tidak stabil.
Pada angina stabil, gejala hanya dirasakan saat aktivitas dan segera berkurang
dengan istirahat, sedangkan pada angina tidak stabil, gejala muncul secara tiba-
tiba baik saat aktivitas ringan maupun saat istirahat (Davey, 2006).
3. Faktor Risiko
Faktor risiko dari ischemic heart disease adalah
a. diabetes melitus
17
Diabetes melitus sudah sejak lama dikenal sebagai faktor risiko
independen yang dapat menyebabkan berbagai macam kelainan kardiovaskular.
Diabetes dapat mempengaruhi otot jantung secara independen melalui keterlibatan
aterosklerosis dini arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung iskemik
(Grundy, 1999)
b. hiperlipoproteinemia
Semakin banyak lipoprotein yang beredar dalam darah, akan semakin
besar kemungkinan bagi mereka untuk memasuki dinding arteri. Bila dalam
jumlah besar maka akan melampaui kemampuan sel otot polos untuk
memetabolismenya sehingga lemak akan terakumulasi pada dinding arteri
(Kustiyanto, 2009)
c. hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling penting dalam penyakit
kardiovaskular. Hipertensi memperparah terjadinya aterosklerosis. Tekanan darah
yang tidak terkontrol, akan memperparah kondisi aterosklerosis pasien yaitu
dengan cara menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel di tempat
yang mengalami tekanan tinggi (Braverman, 2009)
d. obesitas
Obesitas dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, hiperlipidemia dan
diabetes tipe 2, dan berbagai kondisi lainnya
e. merokok
Nikotin mempunyai efek langsung terhadap arteri koronaria dan platelet
darah. Inhalasi karbon monoksida mengurangi kapasitas eritrosit membawa
18
oksigen, dan juga meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium (Kustiyanto,
2009).
Tabel III Faktor Risiko Mayor pada Ischemic Heart Disease (Cavallari, 2008)
4. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai dengan adanya kerusakan pada sel endotel
pembuluh darah. Kerusakan pada endotelium tersebut membuat lemak, kolesterol,
platelet, sampah produk selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit
pada dinding pembuluh darah. Penumpukan tersebut menyebabkan luka pada
pembuluh darah atau terjadi peradangan pada pembuluh darah. Kemudian tubuh
akan mengeluarkan peptida-peptida vasoaktif, makrofag dan trombosit yang
digunakan untuk pembekuan darah, dan menyebabkan perubahan bentuk
permukaan pembuluh darah menjadi menonjol dan permukaannya menjadi kasar
(lapisan parut), yang mempersempit rongga pembuluh darah.
Pada pasien diabetes melitus terjadi peningkatan aktivitas enzim aldosa
reduktase yang diperlukan untuk mengubah glukosa yang tinggi menjadi sorbitol.
Peningkatan aktivitas aldosa reduktase menyebabkan peningkatan konversi
Modifiable (dapat diubah) Non-modifiable (tidak dapat diubah)
Kebiasaan merokok Umur 45 tahun atau lebih untuk laki-laki, dan umur 55 tahun atau lebih untuk wanita
Dislipidemia a. LDL dan kolesterol total yang tinggi b. HDL yang rendah
Diabetes Melitus Sejarah keluarga yang mengalami penyakit jantung
Hipertensi Tidak pernah berolah raga/tidak pernah melakukan kegiatan fisik Obesitas (body mass index yang lebih besar atau sama dengan 30 kg/m2)
19
NADPH yang tereduksi menjadi bentuk teroksidasi yaitu NADP. Pemakaian
NADPH akan berakibat menurunnya produksi nitrat oksida (NO) dan antioksidan.
Nitrat oksida berfungsi untuk relaksasi otot polos pembuluh darah dan
penghambat aktivitas platelet, sehingga jika produksi NO menurun maka dapat
menyebabkan terjadinya kekakuan pada otot polos pembuluh darah, dan dapat
menyebabkan terjadinya agregasi platelet. Menurunnya produksi antioksidan
menyebabkan radikal bebas yang seharusnya didetoksifikasi oleh antioksidan
berinteraksi dengan NO menjadi peroksinitrit yang dapat merusak sel endotel
pembuluh darah sehingga membuat LDL yang teroksidasi dapat dengan mudah
menempel pada pembuluh darah, yang menyebabkan aterosklerosis (Necel, 2009).
Penimbunan plak-plak aterosklerosis yang dikarenakan kadar gula darah
yang tidak terkontrol semakin lama akan semakin besar, sehingga terjadi
penyempitan pada arteri koroner yang merupakan pembuluh nadi yang
mengandung oksigen dalam kadar tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan
sirkulasi darah sebanyak 2-3 kali lipat akibat olahraga tidak dapat dipenuhi.
Keadaan ini disebut iskemia dan manifestasinya dapat berupa angina atau nyeri
pada dada akibat kerja jantung yang meningkat (Kustiyanto, 2009). Pada pasien
IHD peningkatan tekanan darah sering terjadi, hal ini karena penyempitan
pembuluh darah yang mengakibatkan darah yang seharusnya bisa mengalir
terhambat oleh adanya aterosklerosis, oleh karenanya jantung akan memompa
darah lebih keras, dan hal tersebut menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Berdasarkan penelitian, semakin tinggi usia pasien maka semakin besar
kemungkinan untuk mengalami angina.
20
Tabel IV Derajat Angina Menurut Canadian Cardiovascular Society (Kasper, dkk., 2005)
Derajat Definisi Derajat 1 Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan angina, seperti berjalan. Angina
terjadi bila mempercepat atau memperpanjang aktivitas. Derajat 2 Angina terjadi saat berjalan atau naik tangga deengan cepat, berjalan
menanjak, berjalan atau naik tangga setelah makn, saat dingin, angin, atau dibawah tekanan emosional, atau beberapa jam setelah bangun.
Derajat 3 Ditandai dengan adanya pembatasan aktivitas fisik. Angina terjadi bila berjalan atau naik satu anak tangga pada langkah normal.
Derajat 4 Ketidakmampuan untuk melanjutkan aktivitas fisik. Gejala angina dapat pula muncul pada saat istirahat
5. Diagnosis
Elektrokardiogram (EKG) adalah pencatatan aktivitas elektrik otot
jantung, dan dapat mendeteksi otot jantung yang memerlukan oksigen.
Elektrokardiogram (EKG) istirahat berguna untuk menunjukkan perubahan-
perubahan yang ditimbulkan oleh serangan jantung (Anonim, 2009a).
Elektrokardiogram EKG ini menunjukkan terjadinya elevasi atau depresi segmen
ST pada pasien IHD (Triplitt, 2005). Selain itu, pada pasien IHD biasanya
memperlihatkan peningkatan total kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL,
tekanan darah yang tinggi serta kadar glukosa yang meningkat (Cavallari, 2008).
Gambar 1. (A).Gambaran normal EKG; (B).Potongan gelombang PR, QRS, dan QT
21
C. Penatalaksanaan
1. Tujuan
Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat dari ischemic heart disease
sangat penting untuk mencegah komplikasi serius yaitu mencegah terajadinya
penyakit cardiovascular disease atau penyakit jantung koroner seperti infark
miokard, aritmia, dan kerusakan jantung, mencegah gejala penyakit, memperbaiki
kualitas hidup pasien dan mengurangi risiko kematian (Triplitt, 2005).
2. Sasaran Terapi
1) keseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen
2) kadar glukosa darah
3) komplikasi
4) pola hidup (Triplitt, 2005).
3. Strategi Terapi
Strategi terapi pada diabetes melitus dengan komplikasi ischemic heart
disease meliputi terapi non farmakologis dan farmakologis.
a) Non Farmakologis
1) Pengaturan Diet
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik
yaitu
a. karbohidrat sebesar 60-70%,
b. lemak sebesar 20-25%,
c. protein sebesar 10-15%.
22
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi
insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah
satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi
kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM),
dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan
tambahan waktu harapan hidup. Sumber lemak yang dikonsumsi diupayakan yang
berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh
dibandingkan asam lemak jenuh (Muchid, 2005).
2) Olah Raga
Olah raga yang harus dilakukan bukan olah raga berat, olah raga ringan
asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan, berenang, dan lain
sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas
reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa
(Muchid, 2005).
b) Farmakologis
1) Terapi Serangan Akut
Terapi ini digunakan saat terjadi serangan akut yang terjadi karena
kurangnya suplai oksigen untuk jantung. Terapi ini penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya kematian mendadak pada pasien.
a. Nitrat
Nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah, terdapat
dalam bentuk short-acting dan long-acting. Sebuah tablet nitrogliserin yang
23
diletakkan di bawah lidah (sublingual) biasanya akan menghilangkan gejala
angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung selama 30 menit. Nitrat
long-acting yang dikonsumsi secara rutin bisa segera kehilangan kemampuannya
untuk mengurangi gejala. Oleh karena itu sebagian besar ahli menganjurkan
selang waktu selama 8-12 jam bebas obat untuk mempertahankan efektivitas
jangka panjangnya (Anonim, 2008a).
b. β-blocker
Obat beta bloker mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard.
Selama melakukan aktivitas, beta bloker membatasi peningkatan denyut jantung
sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. Obat ini tidak boleh diberikan
kepada penderita bronkhitis atau asma karena nafas mereka bisa menjadi lebih
sesak (Triplitt, 2005).
c. Calcium Channel Blocker
Obat golongan ini bekerja dengan mengurangi masuknya ion kalsium
melalui kanal kalsium ke dalam otot polos, otot jantung, dan saraf. Berkurangnya
kadar kalsium bebas menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pembuluh
darah (vasodilatasi), konstraksi otot jantung, serta pembentukan dan konduksi
impuls dalam jantung (Triplitt, 2005).
2) Terapi Jangka Panjang
Terapi jangka panjang digunakan untuk mencegah timbulnya komplikasi
yang lebih parah dan mencegah timbulnya serangan angina kembali. Terapi
jangka panjang ini meliputi pencegahan terjadinya trombus dan pengontrolan
tekanan darah dan kolesterol, karena hal tersebut merupakan faktor yang memicu
24
terjadinya serangan IHD, yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan
komplikasi yang lebih parah (Yacob, 2009).
a. Aspirin
Merupakan obat anti-agregasi platelet yang bekerja dengan menghambat
agregasi platelet. Antiplatelet digunakan untuk mengurangi agregasi platelet pada
aterosklerosis sehingga mengurangi pembentukan trombus pada sirkulasi arteri
yang membuat pembuluh darah semakin sempit (Triplitt, 2005). Penambahan
antiplatelet dapat memperlihatkan penurunan risiko terjadinya penyakit jantung
koroner maupun kematian pada pasien dengan ischemic heart disease (Cavallari,
2008).
b. ACE Inhibitors dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Jika tidak terdapat kontraindikasi ACE inhibitors dapat dipertimbangkan
pada pasien ischemic heart disease yang juga mempunyai penyakit diabetes
melitus, riwayat infark miokard atau disfungsi ventrikuler. Angiotensin receptor
blocker bisa digunakan jika pasien tidak tahan dengan efek samping dari ACE
inhibitors, yaitu batuk kronik (Cavallari, 2008).
c. Obat Hipolipidemia
Kontrol lipid terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskular sangat
penting, karena kadar kolesterol mempengaruhi terjadinya aterosklerosis.
Golongan statin dan asam fibrat dapat digunakan untuk menurunkan kadar
kolesterol. Statin digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kadar
LDL, sedangkan asam fibrat digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida dan
menaikkan kadar HDL (Sukandar, 2008).
25
3) Terapi untuk menjaga kadar glukosa darah
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) digunakan jika perubahan lifestyle tidak
dapat mengendalikan kadar gula darah pada pasien. Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) bekerja melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Obat-obatan ini dapat membantu penyandang diabetes melitus untuk
menggunakan insulinnya sendiri dengan lebih baik dan menurunkan pelepasan
glukosa oleh hati. Terdapat beberapa macam OHO untuk mengendalikan glukosa
darah penyandang diabetes. Golongan sulfonilurea dan golongan glinid bekerja
dengan cara memicu produksi insulin, golongan biguanid (metformin) dan
tiazolidindon bekerja dengan meningkatkan kerja insulin, dan golongan
penghambat enzim alfa glukosidase (akarbose) bekerja dengan menghambat
penyerepan karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus.
b. Insulin
Terapi insulin digunakan pada pasien diabetes tipe 1 karena sel beta
pankreas tidak dapat memproduksi insulin, dan pada diabetes tipe 2 digunakan
pada pasien yang sudah mengalami defisiensi insulin. Insulin bekerja dengan
membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel.Jenis insulin yang biasa
digunakan untuk terapi yakni insulin kerja cepat, insulin kerja pendek, insulin
kerja menengah, insulin kerja panjang dan insulin campuran (Soegondo, 2006).
c. Terapi Kombinasi
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak digunakan adalah
kombinasi OHO dengan insulin basal (insulin kerja sedang/panjang) yang
26
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik (Soegondo, dkk.,
2006).
Tabel V Target Penatalaksanaan Diabetes Melitus (Massing, 2005)
Parameter Kadar Ideal Yang Diharapkan Kadar Glukosa Darah Puasa 80–120 mg/dl Kadar Glukosa Plasma Puasa 90–130 mg/dl Bedtime blood glucose 100–140 mg/dl Bedtime plasma glucose 110–150 mg/dl Kadar Insulin <7 % Kadar HbA1c <7 mg/dl Kadar Kolesterol HDL >45 mg/dl (pria), >55 mg/dl (wanita) Kadar Trigliserida <200 mg/dl Tekanan Darah <130/80 mmHg
D. Drug Related Problems (DRPs)
Farmasi klinik didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh seorang
farmasis dalam usahanya untuk mencapai terapi obat rasional yang aman, tepat,
dan cost effective. Pharmaceutical care (asuhan kefarmasian) bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa pasien memperoleh terapi obat rasional dan untuk
memastikan bahwa terapi yang diberikan adalah yang diinginkan oleh pasien
(Muchid, 2005).
Drug Related Problems (DRPs) atau Drug Therapy Problems (DTPs)
didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diharapkan dialami pasien selama
proses terapi dengan obat dan secara aktual maupun potensial bersamaan dengan
outcome yang diharapkan (Cipolle, 1998).
27
Dalam pharmaceutical care practice oleh Cipolle (1998) masalah-masalah
dalam kajian DRPs ditunjukkan oleh kemungkinan penyebab DRPs yang
disajikan dalam tabel VI berikut.
Tabel VI Kategori DRPs dan Kemungkinan Penyebabnya Kajian Meliputi Butuh Tambahan Terapi Obat
1. Kondisi baru membutuhkan obat. 2. Kondisi kronis (butuh terapi lebih lanjut). 3. Kondisi membutuhkan kombinasi obat. 4. Kondisi dengan risiko dan butuh terapi untuk mencegahnya.
Tidak Perlu Obat Terapi
1. Tidak ada indikasi untuk keadaan saat itu. 2. Menelan obat dengan jumlah toksik. 3. Kondisi akibat drug abuse. 4. Lebih baik dengan kondisi non drug. 5. Pemakaian multiple drug padahal cukup dengan single drug terapi. 6. Minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang
seharusnya dapat dihindarkan. Obat Tidak Tepat
1. Kondisi yang menyebabkan obat menjadi tidak efektif. 2. Alergi obat tertentu. 3. Obat yang diberi bukan yang paling efektif untuk indikasi. 4. Faktor risiko yang kontraindikasi dengan obat. 5. Efektif tetapi bukan yang paling murah. 6. Efektif tetapi bukan yang paling aman. 7. Antibiotika yang diberi resisten terhadap infeksi pasien. 8. Refractory. 9. Kombinasi yang tidak perlu.
Dosis Kurang 1. Dosis yang terlalu rendah untuk memberikan respon. 2. Konsentrasi obat yang diberi di bawah therapeutic range. 3. Obat, dosis, rute atau konversi formulasinya tidak cukup. 4. Pemberian terlalu awal. 5. Dosis dan interval tidak cukup.
Adverse Drug Reaction (ADRs)
1. Diberikan terlalu tinggi kecepatannya. 2. Alergi. 3. Faktor risiko. 4. Interaksi obat-obat/obat-makanan. 5. Hasil laboratorium berubah akibat obat.
Dosis Berlebih
1. Diberikan terlalu tinggi. 2. Kadar serum terlalu tinggi. 3. Dosis terlalu cepat dinaikkan. 4. Akumulasi obat karena penyakit kronis. 5. Obat, dosis, dan rute konversi formula tidak sesuai. 6. Dosis dan interval tidak cukup.
Kepatuhan 1. Tidak menerima obat yang sesuai dengan regimen karena medication error.
2. Tidak taat instruksi. 3. Tidak menerima obat karena mahal. 4. Tidak memahami.
28
E. Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan ( SOAP)
Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) merupakan
sarana yang telah lama digunakan untuk mengumpulkan informasi dari medical
record. Dengan informasi yang telah terkumpul tersebut dapat membantu untuk
menyelesaikan masalah maupun situasi yang kompleks (Kimble, 2005).
Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) terdiri dari
1. data subyektif
Data subyektif merupakan informasi yang dapat diketahui dari informasi
yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga pasien, atau tenaga medis yang
merawat pasien. Informasi yang dapat dimasukkan dalam data subyektif ini
adalah
a) riwayat terkait gejala yang dirasakan,
b) keluhan atau gejala yang dirasakan pasien,
c) riwayat penyakit,
d) alergi,
e) riwayat pengobatan (Jones, 2003).
2. data obyektif
Data obyektif merupakan informasi yang diketahui berdasarkan hasil
observasi. Informasi yang dapat dimasukkan dalam data obyekif adalah
a) data vital,
b) pemeriksaan fisik,
c) konsentrasi obat dalam serum,
d) hasil tes diagnosa,
29
e) hasil tes laboratorium (Jones, 2003).
3. penilaian
Setelah data subyektif dan obyektif terkumpul, maka langkah selanjutnya
adalah menegakkan diagnosa pasien, dan juga dilakukan identifikasi terhadap
drug related problems yang mungkin terjadi pada pengobatan sebelumnya
(Kimble, 2005).
4. rekomendasi
Tahap ini dilakukan dengan memberikan rekomendasi terapi pada pasien
yang mengalami kasus yang teridentifikasi DRPs. Selain itu pembelajaran kepada
pasien mengenai masalah kesehatan dan pengobatan yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan tujuan terapi yang maksimal harus diberikan pada pasien (Kimble,
2005).
F. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi drug
related problems pada penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus dengan
komplikasi ischemic heart disease (IHD) di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2008 – Mei 2009.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif
evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini
diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu pada catatan rekam
medik pada pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD).
Penelitian ini berupa penelitian non-eksperimental karena subyek uji tidak diberi
perlakuan.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan pengobatan pada pasien
diabetes komplikasi ischemic heart disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih dengan standar medik yang ada.
B. Definisi Operasional
1. Pasien rawat inap merupakan pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic
Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009.
2. Kategori pasien diabetes melitus adalah pasien yang memiliki kadar gula
darah puasa ≥126mg/dl atau kadar gula darah post prandial (PP) ≥200mg/dl
dan memiliki diabetes melitus pada diagnosa masuk dan diagnosa keluar.
3. Ischemic Heart Disease (IHD) adalah jika hasil EKG pasien menunjukkan
perubahan gelombang ST dan gelombang T, dan terdapat kenaikan pada
31
faktor-faktor resiko IHD seperti kolesterol total, low density lipoprotein
(LDL), kadar glukosa darah, dan penurunan high density lipoprotein (HDL).
4. Komplikasi penyerta adalah penyakit yang menyertai DM komplikasi IHD
terkait dengan komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler.
5. Penyakit penyerta adalah penyakit yang menyertai perjalanan penyakit DM
komplikasi IHD tetapi bukan termasuk dalam komplikasi makrovaskuler dan
mikrovaskuler.
6. Lembar medical record merupakan lembar catatan dokter dan perawat yang
berisi tentang data klinik pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart
Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Statin Simvastatin Simvastatin 2 11,1 Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat kardiovaskuler.
Tekanan darah berkaitan erat dengan terjadinya angina pada pasien
diabetes komplikasi IHD, karena adanya penyempitan pembuluh darah
menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan terjadi kenaikan tekanan darah.
46
Terapi untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan menggunakan
antihipertensi (83%), meliputi penggunaan golongan ACE inhibitor (22,2%),
antagonis angiotensin II (16,6%), dan diuretik (44,3%). Antiplatelet juga penting
digunakan dalam penatalaksanaan diabetes melitus komplikasi IHD. Pada
penelitian ini antiplatelet yang digunakan sebanyak 16,6%. Antiplatelet digunakan
untuk mengurangi agregasi platelet pada aterosklerosis sehingga mengurangi
pembentukan trombus pada sirkulasi arteri yang membuat pembuluh darah
semakin sempit. Luka di pembuluh darah pada aterosklerosis menyebabkan terjadi
penumpukan platelet yang menempel pada pembuluh darah, penumpukan platelet
ini dapat mempersempit pembuluh darah. Dengan penggunaan antiplatelet
diharapkan tidak terjadi penumpukan platelet yang akan memperparah keadaan
iskemik pada pembuluh arteri koroner, dan dapat memperbaiki kondisi pasien.
Kadar kolesterol pada pasien diabetes melitus komplikasi IHD perlu
diperhatikan karena kadar kolesterol mempengaruhi terjadinya aterosklerosis,
yang merupakan faktor penting terjadinya IHD. Kadar kolesterol total, low density
lipoprotein (LDL), dan trigliserida yang melebihi nilai normal memerlukan
penggunaan obat-obat hipolipidemik, supaya terjadi penurunan kadar kolesterol
yang mengurangi atau meringankan aterosklerosis pada pembuluh darah sehingga
dapat mencegah terjadinya kembali IHD. Obat-obat hipolipidemia yang
digunakan meliputi golongan statin (11,1%) yang berfungsi untuk menurunkan
kadar olesterol total dan LDL yang mengalami kenaikan, dan golongan fibrat
(16,6%) yang berguna untuk menurunkan kadar trigliserida yang mengalami
peningkatan, dan menaikkan kadar HDL pada pasien.
47
b) Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon
Obat yang mempengaruhi sistem hormon yang terdapat dalam penelitian
ini adalah obat antidiabetes, insulin, hormon tiroid dan obat hipotiroid.
Antidiabetik digunakan sebagai terapi menurunkan kadar gula darah. Menurut
Internasional Diabetes Federation (2005), metformin digunakan sebagai lini
pertama pengobatan untuk menurunkan kadar gula darah.
Tabel IX. Persentase Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi
rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
2 Antiamuba Metronidazole Flagyl 2 11,1 3 Antijamur Griseofulfin Grivin Forte 1 5,5 Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat infeksi.
Antibiotik yang banyak digunakan dalam kasus diabetes komplikasi IHD
adalah obat golongan sefalosporin yang memiliki indikasi untuk bakteri gram
negatif dan gram positif. Ceftriaxone yang merupakan kelompok sefalosporin
generasi ketiga, dengan persentase penggunaan ceftriaxone sebesar 50%.
Ceftriaxone merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat diindikasikan untuk
pengobatan infeksi akibat bakteri gram negatif dan gram positif dan dapat
digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih yang banyak dialami oleh
pasien diabetes komplikasi IHD. Ceftriaxone banyak digunakan sebagai antibiotik
dikarenakan dapat digunakan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal tanpa
dilakukan penyesuaian dosis.
d) Obat Saluran Nafas
Obat saluran nafas digolongkan menjadi dua yaitu obat antiasma dan
bronkodilator serta ekspektoran. Obat saluran nafas digunakan untuk mengobati
penyakit penyerta pada pasien diabetes komplikasi IHD. Bronkodilator adalah
50
obat saluran nafas yang paling banyak digunakan dalam kasus diabetes
komplikasi IHD sebanyak 22,1%. Penggunaan bronkodilator digunakan untuk
melegakan jalan nafas sehingga dapat mengurangi gejala sesak nafas. Sedangkan
penggunaan ekspektoran digunakan sebanyak 11%, untuk meredakan batuk
berdahak yang dialami pasien.
Tabel XI. Persentase Penggunaan Obat Saluran Nafas pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri yang dirasakan oleh
penderita diabetes komplikasi IHD. Nyeri dapat disebabkan karena adanya infeksi
pada pasien, dan karena adanya penyakit penyerta lainnya yang membuat obat
analgesik digunakan dalam kasus. Golongan non opioid digunakan dalam
penanganan nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala dengan mekanisme
kerja menghalangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri di saraf perifer.
Parasetamol digunakan sebesar 22,1% pada kasus diabetes komplikasi
IHD. Parasetamol merupakan analgesik golongan non opioid yang dapat juga
digunakan sebagai antipiretik.
51
Analgesik opioid digunakan pada nyeri hebat, karena analgesik bekerja
dengan cara memblokade pusat nyeri di sistem saraf pusat, dan digunakan sebesar
5,5% dalam kasus.
Tabel XII. Persentase Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 No Golongan Jenis Nama
dagang Jumlah Kasus
Persentase(%)
1 Opioid Kombinasi Tramadol dan acetaminofen Ultracet 1 5,5
2 Non Opioid Parasetamol Sanmol 3 16,6 Primadol 1 5,5
Kombinasi metampiron dan diazepam Cetalgin 2 11,1
3 Obat untuk nyeri neuropatik
Pregabalin Lyrica 3 16,6
f) Obat Nutrisi dan Darah
Obat nutrisi dan darah digunakan dalam kasus karena pasien banyak
mengalami mual dan muntah yang mengakibatkan penurunan nafsu makan,
sehingga kebutuhan nutrisi tubuh tidak tercukupi. Keluhan lemas, dan pusing
cukup sering dijumpai dalam kasus, kondisi tersebut juga dimungkinkan kerena
kekurangan nutrisi pada pasien diabetes komplikasi IHD. Obat nutrisi digunakan
untuk menambah nutrisi pada pasien yang tidak tercukupi nutrisinya hanya dari
makanan yang dikonsumsinya. Penggunaan obat golongan cairan dan elektrolit,
khususnya elektrolit intravena banyak digunakan dalam kasus yaitu sebesar
133,1%.
52
Tabel XIII. Persentase Penggunaan Obat Nutrisi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 No Golongan Sub
Elektrolit Aminofluid 1 5,5 2 Vitamin Vitamin B Vitamin B
komplek dengan vitamin C
Lysmin 1 5,5
Lesipar 2 11,1
3 Nutrisi Asam Amino Nephrisol 1 5,5 4 Tonikum Sitikolina Nikolin 1 5,5 Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat nutrisi dan darah. g) Obat Susunan Saraf Pusat
Obat susunan saraf pusat terdiri dari antiemetik dan vertigo dan ansiolitik.
Obat yang banyak digunakan dalam kasus adalah domperidone sebanyak 33,3%.
Domperidone digunakan sebagai antiemetik yaitu untuk menangani mual dan
muntah yang banyak dikeluhkan pasien. Mual dan muntah dapat disebabkan oleh
efek samping obat, seperti metformin.
Obat ansiolitik diberikan pada pasien yang mengalami gangguan
kecemasan pasien, sehingga pasien menjadi tenang. Cemas pada pasien dapat
dikarenakan banyak hal seperti menahan rasa nyeri, sehingga perlu diberikan obat
jenis untuk ini agar pasien dapat beristirahat dan dapat memperbaiki kondisi
pasien. Obat ansiolitik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
16,6%.
53
Tabel XIV. Persentase Penggunaan Obat Susunan Saraf Pusat pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Penggunaan anti inflamasi non steroid pada kasus ditujukan pada
gangguan otot skelet. Pasien yang berumur lanjut, otot tubuhnya sudah mulai
melemah, keadaan pasien yang dianjurkan bed rest, membuat otot tidak banyak
bergerak, sehingga dapat menyebabkan encok, dan nyeri. Penggunaan
antiinflamasi non steroid sebesar 33,2%.
55
C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Kasus Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Penggunaan antidiabetik bertujuan untuk menurukan kadar gula darah
hingga batas normal, dan penggunaan obat antiangina ditujukan pada arteri
koroner yang mengalami penyempitan, sehingga suplai oksigen dalam darah dapat
tersedia dengan baik. Penatalaksanaan kasus diabetes komplikasi IHD dapat
menimbulkan masalah-masalah yang mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
Masalah-masalah tersebut tidak hanya dijumpai pada penggunaan obat
antidiabetik dan antiangina tetapi juga sering dijumpai pada penggunaan obat
lainnya yang dapat memperburuk kondisi pasien.
Pemeriksaan laboratorium dapat memperjelas tentang kondisi pasien,
sehingga dapat memperjelas pula obat-obat yang harus diberikan pada pasien.
Kadar gula darah, kadar kolesterol, tekanan darah dan kadar kreatinin pasien
adalah hasil tes laboratorium pasien yang perlu untuk diperhatikan.
Evaluasi DRP dalam kasus diabetes komplikasi IHD dilakukan dengan
cara melihat kondisi pasien, meliputi keluhan yang dialami pasien, obat-obat yang
sedang dikonsumsi pasien dan hasil uji laboratorium yang menggambarkan
keadaan tubuh pasien yang sebenarnya. Dari hasil penelitian ditemukan 13 kasus
dengan DRP. Kasus-kasus DRP yang teridentifikasi meliputi butuh obat
tambahan, adverse drug reaction, obat tidak tepat, dan tidak perlu obat terapi.
Kemudian kasus tersebut dibandingkan dengan literatur yang digunakan sebagai
acuan, yaitu Global Guideline Indonesia (2005), American Diabetes Association
(ADA) guideline, American Heart Association (AHA) Scientific Statement,
56
MIMS Indonesia (periode 2008/2009), dan Informatorium Obat Nasional
Indonesia (2000).
Tabel XVII. Persentase DRP yang teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 No Jenis DRP Jumlah
Kasus Persentase
(%) 1 Butuh obat tambahan 11 61,1 2 Adverse Drug Reaction 2 11,1 3 Tidak Perlu Obat Terapi 2 11,1 4 Obat tidak tepat 2 11,1
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis DRP.
Dari tabel dapat terlihat DRP yang paling banyak terjadi adalah butuh
tambahan obat, yaitu sebanyak 61,1%. Pada kasus yang mengalami butuh
tambahan obat, obat yang paling dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pasien
adalah obat antiplatelet.
1. Butuh tambahan obat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 11 kasus yang membutuhkan obat
terapi tambahan. Butuh tambahan obat yang banyak dibutuhkan pasien diabetes
komplikasi IHD adalah antiplatelet sebanyak 11 kasus. Standar American
Diabetes Association (ADA), merekomendasikan pasien diabetes dengan
komplikasi IHD perlu pemberian aspirin (antiplatelet) dengan dosis 75-325
mg/hari, hal ini sangat penting karena antiplatelet digunakan agar aliran darah
tetap lancar, yaitu dengan cara mengurangi agregasi platelet pada aterosklerosis
sehingga mengurangi pembentukan trombus pada sirkulasi arteri yang membuat
pembuluh darah semakin sempit. Antiplatelet yang digunakan untuk rekomendasi
pada penelitian ini adalah aspirin. Aspirin lebih banyak digunakan karena efek
sampingnya yang lebih sedikit dibandingkan dengan antiplatelet yang lain
57
(misalnya clopidogrel), jika pasien alergi dengan aspirin dapat diberikan
clopidogrel, sebagai penggantinya.
Tabel XVIII. Kasus Butuh Tambahan Obat yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Kasus Adanya kondisi pasien yang memerlukan terapi secara lengkap untuk mencegah timbulnya kondisi medis baru
1. Pasien yang membutuhkan golongan antiplatelet 1, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 11
2 Pasien membutuhkan kaptopril sebagai antihipertensi 5, 11, 18 3
3. Pasien yang membutuhkan golongan gemfibrozil 12, 13 2
4. Pasien yang membutuhkan golongan calcium cannel blocker 5 1
5. Pasien yang membutuhkan allupurinol sebagai antigout 9 1
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu DRP butuh tambahan obat
Sebanyak 1 kasus dalam penelitian tidak mendapatkan terapi untuk
mengelola kurangnya suplai oksigen ke jantung yang dialami oleh pasien. Obat
golongan calcium cannel blocker (CCB) dengan dosis 1x2,5 mg/dl untuk pasien
lanjut umur pada kasus nomor 5 (80 Tahun). Ion kalsium yang masuk ke dalam
otot polos menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, oleh karenanya pemberian
CCB diperlukan untuk menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos,
sehingga menyebabkan vasodilatasi. Keunggulan dari penggunaan CCB adalah
dapat diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal, sehingga direkomendasikan
pada kasus nomor 5 yang mengalami kenaikan kreatinin (1,65 mg/dl).
Antihipertensi dibutuhkan karena adanya kenaikan tekanan darah yang
terjadi karena adanya aterosklerosis, yang memicu terjadinya IHD. Sebanyak 3
58
kasus memerlukan tambahan obat antihipertensi. Pada kasus 5,11, dan 18 pasien
tidak mendapatkan obat antihipertensi, padahal pada kasus tersebut tekanan darah
pasien diatas normal. Kasus nomor 5, pasien masuk dengan tekanan darah 140/90
mmHg dan pulang dengan tekanan darah 160/90 mmHg. Kasus 14 juga
membutuhkan antihipertensi karena tekanan darah masuk pasien 133/80 mmHg
dan mengalami kenaikan hingga tekanan darah keluar 140/90 mmHg. Selama
menjalani terapi di rumah sakit pasien tidak mendapat antihipertensi sehingga
pasien pulang dalam keadaan tekanan darah yang diatas normal. Kaptopril
digunakan pada dosis 2x12,5 mg karena pada kasus 5 pasien tergolong lansia,
berumur 80 tahun. Kasus 11, 14, dan kasus 18, antihipertensi yang
direkomendasikan adalah kaptopril, yang digunakan sebagai lini pertama pada
pasien diabetes yang mengalami hipertensi, dengan dosis 3x12,5 mg/hari.
Antihipertensi diberikan karena tekanan darah pasien tidak mencapai tekanan
darah normal yang diharapkan pada pasien dengan diabetes komplikasi IHD.
Butuh tambahan obat hipolipidemia sebanyak 2 kasus. Obat hipolipidemia
dapat diberikan pada pasien dengan kenaikan kadar kolesterol. Kadar kolesterol
ini meliputi kenaikan kolesterol total, LDL, trigliserida, dan penurunan kadar
HDL. Obat hipolipidemia ini penting dalam mendukung perbaikan kondisi pasien,
karena kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mengakibatkan
aterosklerosis, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang memperburuk
kondisi pasien. Pada kasus 12 dan 13, pasien direkomendasikan menggunakan
gemfibrozil sebagai obat hipolipidemia, karena pasien mengalami kenaikan
trigliserida. Gemfibrozil ini digunakan dengan dosis 2x600mg/hari.
59
Kasus 9 pasien membutuhkan allupurinol untuk menurunkan kadar asam
urat pasien. Terapi penggunaan obat antigout ini dibutuhkan jika kadar asam urat
lebih dari 10 mg/dl. Kadar asam urat pada kasus 9 adalah 10,6 mg/dl, sehingga
dibutuhkan allupurinol dengan dosis 1x300 mg/hari.
2. Adverse Drug Reaction
Adverse drug reaction terjadi pada dua kasus, meliputi penggunaan obat
yang menimbulkan efek samping dan interaksi antar obat yang diberikan.
Tabel XIX. Kasus Adverse drug reaction yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Terjadi reaksi yang tidak menguntungkan antar obat 1. Reaksi penggunaan bisoprolol fumarat dan glikuidon 18 1 Terjadi efek samping dari penggunaan obat 2. Timbul efek samping dari penggunaan glimiperid 12 1
Penggunaan obat-obat yang lebih dari satu memungkinkan terjadinya
reaksi interaksi antara masing-masing obat tersebut. Kasus 18, pasien diberi
bisoprolol fumarat sebagai antiangina dan glikuidon sebagai antidiabetes,
penggunaan keduanya memang diperlukan dalam menangani kasus diabetes
komplikasi IHD, namun kedua obat tersebut menyebabkan efek yang tidak
menguntungkan jika digunakan secara bersama. Interaksi antara bisoprolol dan
glikuidon dapat menyebabkan penurunan efek hipoglikemik dari glikuidon.
Bisoprolol fumarat (golongan beta bloker) dapat meningkatkan metabolisme
hepatik dan penurunan sekresi insulin yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kadar glukosa tinggi (Sukandar, 2008). Rekomendasi yang dapat dilakukan adalah
menghentikan penggunaan bisoprolol fumarat sebagai antiangina, hal ini dapat
60
dilakukan karena pada kasus, pasien sudah menerima ISDN yang juga
diindikasikan untuk terapi IHD.
Pemberian glimepirid pada kasus 12 menyebabkan munculnya hiponatremia dan
trombositopenia yang dapat timbul karena efek samping dari penggunaan
glimepirid (golongan sulfonilurea). Pasien masuk dengan diagnosa diabetes,
setelah pemberian glimepirid selama terapi, pasien mengalami hiponatremia dan
trombositopenia, sehingga kondisi pasien tidak semakin baik. Rekomendasi yang
dapat diberikan adalah penghentian penggunaan glimepirid sebagai antidiabetik
dan menggantinya dengan metformin dengan dosis 3x500mg.
3. Tidak Perlu Obat Terapi
Tidak perlu obat terapi terjadi pada 2 kasus yaitu penggunaan obat
hiperurisemia. Menurut Pharmacoteraphy A Pathophysiologic approach (2005)
penggunaan terapi pada hiperurisemia diperlukan jika kadar asam urat ≥ 10 mg/dl.
Pada kasus 3 kadar asam urat pasien 7,2 mg/dl, dan kasus 17 kadar asam urat 7,6
mg/dl sehingga pasien tidak memerlukan terapi menggunakan allupurinol. Terapi
untuk menurunkan kadar asam urat tersebut dapat dilakukan dengan pengaturan
pola dan menu makan pada pasien. Penggunaan obat yang tidak perlu dapat
mengakibatkan kondisi pasien menjadi tidak lebih baik, sehingga tujuan
pengobatan menjadi tidak tercapai.
Tabel XX. Kasus Tidak Perlu Obat Terapi yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 Penyebab DRP No Kasus Jumlah Kondisi lebih baik dengan kondisi non drug 1 Allupurinol tidak perlu digunakan untuk kadar
asam urat <10 mg/dl 3, 17 2
61
4. Obat tidak tepat
Dalam kasus ini, sebanyak 3 kasus mendapatkan obat yang tidak tepat atau
tidak sesuai dengan kondisi pasien.
Tabel XXI. Kasus Obat Tidak Tepat yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009 Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Obat yang digunakan tidak tepat sesuai dengan keadaan pasien 1. Metformin tidak boleh digunakan untuk pasien dengan
gangguan ginjal 5, 9 2
2. Glibenklamid tidak boleh digunakan untuk pasien dengan gangguan ginjal
5 1
3. Glimepirid tidak boleh digunakan untuk pasien dengan gangguan ginjal
5 1
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu DRP obat tidak tepat
Pada kasus data laboratorium pasien menunjukkan bahwa pasien
mengalami gangguan ginjal, dengan melihat adanya kenaikan kadar kreatinin
pada pasien, namun digunakan obat-obat yang kontraindikasi dengan pasien
dengan gangguan ginjal. Menurut Pharmacoteraphy A Pathophysiologic
approach (2005) batasan penghentian metformin dan glimepirid pada pasien
adalah jika kadar kreatinin lebih dari sama dengan 1,4 mg/dl pada wanita dan
lebih dari sama dengan 1,5 mg/dl pada pria. Pada kasus 5 (kreatinin pasien 1,65
mg/dl), dan kasus 9 (kreatinin pasien 2,36 mg/dl), pasien mendapat metformin dan
glimepirid yang memiliki kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal,
sehingga obat-obat tersebut tidak tepat digunakan pada pasien. Rekomendasi
untuk kasus nomor 5 adalah pemberian insulin kerja sedang dengan dosis 3-5 unit
per hari yang diberikan setelah sarapan. Insulin pada pasien diabetes dapat
digunakan jika terjadi resistensi insulin, dalam kasus nomor 5 pasien mengalami
62
infeksi sekunder dan infeksi saluran kemih, menurut IONI, insulin diperlukan bila
timbul keadaan patologis tertentu seperti infark miokard, infeksi, koma, dan
trauma. Rekomendasi untuk kasus nomor 9 adalah glikuidon dengan dosis 15
mg/hari. Selain glikuidon obat antidiabetik yang digunakan untuk pasien dengan
gangguan ginjal adalah tolbutamid, dan glikazid yang memiliki masa kerja yang
singkat.
Pemakaian obat yang tidak tepat ini dapat memperburuk kondisi pasien.
Kerusakan ginjal pasien akan semakin parah jika penggunaan obat-obat yang
dikontraindikasikan pada gangguan ginjal tetap diberikan.
D. Outcome Terapi pada Kasus Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
1. Dampak Terapi
Pasien diabetes komplikasi IHD menjalani perawatan di Rumah Sakit Panti
Rapih dengan keluhan-keluhan yang biasanya memperburuk kondisi pasien
diabetes komplikasi IHD. Selama dirawat pasien menerima terapi yang dirasakan
dapat mengurangi gejala dan keluhan-keluhan pada pasien, namun terapi yang
diberikan tidak semuanya membut pasien keluar dari rumah sakit dengan keadaan
membaik.
Dari data yang ada, sebanyak 16 kasus (88,8%) pasien yang keluar dari rumah
sakit dengan kadaan membaik dan melakukan rawat jalan sebagai upaya dalam
proses penyembuhan pasien. Selain pasien yang keluar dalam keadaan membaik,
sebanyak 2 kasus (11,1%), yaitu pada kasus 4 dan 5 pasien keluar dari rumah
rumah sakit dalam keadaan belum sembuh, hal ini kemungkinan dikarenakan
pasien sendiri yang tidak betah untuk dirawat di rumah sakit sehingga meminta
pulang, p
biaya yang
karena p
mengingin
seijin dok
jika kondi
hasil norm
tekanan da
GambarHeart Di
Ha
di Rumah
dalam kea
2. Lama
Lama
adalah ter
diderita ol
penyerta y
asien meng
g terlalu bes
penyakit p
nkan pasien
kter yang m
isi pasien m
mal pada f
arah, kadar
r 5. Persentaisease di Ins
asil outcome
h Sakit Pan
adaan memb
Inap
inap pasien
rapi yang d
leh pasien,
yang dimilik
ginginkan m
sar yang tid
pasien sud
n dirawat sa
merawat pasi
membaik, me
faktor-fakto
glukosa dar
ase Outcomstalasi Rum
e terapi ini
nti Rapih su
baik.
n dirumah
diberikan k
seperti kom
ki pasien.
Be
melanjutkan
dak dapat di
dah terlalu
aja dirumah
ien. Pasien
eliputi hasil
or yang m
rah dan kad
me Pasien Dimah Sakit Pa
2008 – Medapat meny
udah baik,
sakit dipen
kepada pasi
mplikasi lai
89%
elum Sembuh
n pengobata
itanggung o
u parah s
h, namun ha
membaik d
l gambar EK
empengaruh
dar kolestero
iabetes Melanti Rapih Yi 2009 yimpulkan b
karena seb
ngaruhi oleh
en dan seb
n yang men
11%
Membaik
annya di ru
oleh pasien a
sehingga k
al tersebut
dan diijinka
KG yang no
hi terjadiny
ol.
litus KomplYogyakarta
bahwa pelay
banyak 89%
h beberapa
berapa bera
nyertai pasi
k
umah sakit
atau dikaren
keluarga p
tentu saja s
an pulang a
ormal dan ad
ya IHD, se
likasi IschemPeriode Jan
yanan dan t
% pasien pu
hal, antara
at penyakit
ien dan pen
63
lain,
nakan
pasien
sudah
adalah
danya
eperti
mic nuari
terapi
ulang
a lain
yang
nyakit
GIschemic H
Dari d
adalah sel
karena kel
dada ringa
Rapih pun
keadaanny
tinggal pa
sakit biasa
benar. Sed
peyakitnya
yang diraw
Pe
komplikas
2008 sam
sebesar 3
ambar 6. PeHeart Disea
data yang ad
lama rentan
luhan pasie
an yang dira
n sudah cu
ya yang seb
asien di rum
anya memin
dangkan pa
a yang dira
wat selama
nelitian ini
si IHD di In
mpai Mei 2
3,3%, untu
ersentase Laase di Insta
Januda, pasien p
ng waktu 8-
en yang dira
asakan pasi
ukup baik y
belumnya. S
mah sakit. P
nta ijin dari
asien yang
asa berat, c
21 hari.
E. Ra
i bertujuan
nstalasi Raw
2009. Diket
uk umur 70
1-7
ama Inap Palasi Rumahuari 2008 –
paling banya
14 hari, yai
asa cukup ri
en, pengoba
yang memb
Selain itu, fa
Pasien yang
i dokter unt
tinggal lam
contohnya p
angkuman P
n untuk me
wat Inap Ru
tahui pasien
0-79 tahun
67%
11%
hari 8-14
asien Diabeh Sakit Panti– Mei 2009ak dirawat d
itu sebanyak
ingan, sepe
atan yang d
buat pasien
faktor pribad
g merasa ti
tuk pulang d
ma di ruma
pasien deng
Pembahasa
engevaluasi
umah Sakit
n pada kel
sebanyak
22%
hari 15-21
etes Melitusi Rapih Yog
di Rumah S
k 12 kasus
erti mual, m
diberikan Ru
n semakin
di juga mem
dak betah t
dalam kead
ah sakit dis
gan patah tu
an
i pengobat
Panti rapih
lompok um
16,6%, um
1 hari
Komplikasgyakarta Pe
Sakit Panti R
(66,6%). H
muntah, dan
umah Sakit
cepat pulih
mpengaruhi
tinggal, dir
daan belum
sebabkan k
ulang (kasu
tan DM de
h periode Ja
mur 60-69 t
mur 50-59
64
si riode
Rapih
Hal ini
nyeri
Panti
h dari
lama
rumah
pulih
karena
us 16)
engan
anuari
tahun
tahun
65
27,7%, umur 80-89 tahun sebanyak 8,6%, pada umur kurang dari 40 tahun dan
40-49 sebanyak 5,5%. Komplikasi penyerta pada pasien DM komplikasi IHD
adalah dislipidemia sebanyak 33,3%, hipertensi sebanyak 27,7%, hiperglikemia,
hipoglikemia, polineuropati, dan CHF sebesar 11,1%, stroke dan ulkus sebesar
5,5%. Selain komplikasi penyerta, penyakit lain yang menyertai pasien juga
mempengaruhi keadaan serta terapi yang diberikan kepada pasien. Pada pasien
DM komplikasi IHD penyakit penyerta yang paling sering dijumpai adalah
radices dentist sebanyak 27,7%, infeksi saluran kemih (ISK) dan hipertiroid
sebesar 22,2%, HHD sebesar 16,6%, dan diare akut sebanyak 11,1%.
Hasil dari profil penggunaan obat dapat diketahui bahwa dalam
pengobatan DM komplikasi IHD terdiri dari 9 kelas terapi, yaitu : golongan obat
kardiovaskuler sebanyak 94,4%, obat yang bekerja pada sistem hormonal
sebanyak 100%, obat infeksi dan obat nutrisi dan darah sebanyak 88,8%, obat
saluran nafas sebanyak 16,6%, obat analgesik sebanyak 44,4%, obat susunan saraf
pusat sebanyak 61,1%, obat saluran cerna sebanyak 27,7%, obat skelet dan sendi
sebanyak 50%.
Kasus yang berhasil diteliti sebanyak 18. Dari 18 kasus tersebut terdapat
13 kasus yang teridentifikasi terjadi DRP. Aktual DRP yang terjadi adalah DRP
nomor 1 yaitu butuh terapi obat tambahan sebanyak 11 kasus, DRP nomor 2 yaitu
tidak perlu obat terapi sebanyak 2 kasus, DRP nomor 3 yaitu obat tidak tepat
sejumlah 2 kasus, dan DRP nomor 5 yaitu adverse drug reaction sebanyak 2
kasus. Hasil terapi pasien atau outcome pasien, sebanyak 88,8% pasien pulang
dalam keadaan membaik, sedangkan sebanyak 11,1% pasien pulang dalam
66
keadaan belum sehat, dan diijinkan oleh dokter yang bersangkutan. Lama inap
pasien DM komplikasi IHD di Rumah Sakit Panti Rapih selama 1-7 hari sebanyak
22,2%, 8-14 hari sejumlah 66,6%, dan yang lamanya 15-21 hari sebanyak 11,1%.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pasien dengan usia antara 60-69 tahun sebesar 33,3%. Komplikasi
disease adalah dislipidemia dengan persentase sebesar 33,3%, sedangkan
penyakit penyerta terbanyak yang dialami pasien adalah radices dentist
yaitu sebesar 27,7%.
2. Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat yang
mempengaruhi sistem hormon sebanyak 100% dan obat kardiovaskuler
sebanyak 94,4%. Metformin digunakan sebagai obat antidiabetik
terbanyak sebanyak 66,6% dengan dosis 3x500 mg per hari, dan isosorbid
dinitrat (ISDN) sebagai antiangina golongan nitrat dengan persentase
pemakaian sebanyak 77,7% dengan dosis 3x5mg per hari.
3. Drug related problems (DRPs) teridentifikasi pada 13 kasus diabetes
melitus komplikasi ischemic heart disease, meliputi butuh terapi obat
tambahan sebanyak 11 kasus, tidak perlu terapi obat sebanyak 2 kasus,
obat tidak tepat sebanyak 2 kasus, dan adverse drug reaction sebanyak 2
kasus.
4. Hasil terapi atau keadaan pasien pulang adalah membaik sebanyak 88,8%,
dan pasien yang pulang dalam keadaan belum sembuh, dan pulang atas
ijin dokter adalah sebanyak 11,1%. Lama inap pasien diabetes melitus
68
komplikasi ischemic heart disease yang paling banyak adalah 8-14 hari
sebanyak 66,6%.
B. Saran
1. Diperlukan standar pengobatan diabetes melitus dengan komplikasi
ischemic heart disease di Rumah Sakit Panti Rapih, agar penanganan
pasien lebih dimudahkan dan kesembuhan yang dicapai serta pencegahan
komplikasi lain menjadi lebih optimal.
2. Diperlukan penelitian serupa dengan rumah sakit yang berbeda sebagai
bahan perbandingan terhadap hasil yang telah didapatkan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Adyana, I K., 2002, Sindrom Resistensi Insulin, http://www.gizi.net/eng/index.shtml, diakses tanggal 6 Januari 2010
Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, CV. Agung Seto, Jakarta
Anonim, 2008a, Angina, http://www.medicastore.com , diakses tanggal 14 September 2009
Anonim, 2008b, Angina (Angina Pectoris), http://id.inaheart.or.id/?p=30, diakses tanggal 20 Agustus 2009
Anonim, 2008c, Diabetes Mellitus (DM), http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-dm.html, diakses tanggal 15 Desember 2009
Anonim, 2009a, Angina, http:// www.cardiaccentre.com.sg/useful_angina.htm, diakses tanggal 15 Mei 2009
Anonim, 2009, What Diabetes is, http:/diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/type1and2/daily,diakses tanggal 14 September 2009
Braverman, E., 2009, Dua Penyebab Penyakit Jantung: Tekanan Darah dan Kenaikan Kadar Kolesterol, http://www.jantunghipertensi.com-jantunghipertensi, diakses tanggal 2 Januari 2010
Bulton, A., Cockram, C., Franz, M., Arouj, M., Aschner, P., 2005, Global Guideline for Type 2 Diabetes Mellitus, International Diabetes Federation, Belgium
Cavallari, H., Robert J., 2008, Pharmacotherapy Principles and Practice : Ischemic Heart Disease, 63-81, The McGraw-Hill Companies, Inc., New York
Cipolle, R. J., Strand, L. M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practise, 178-179, 2nd edition, Mc Graw-Hill Company, New York
70
Corwin, J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, 540-555, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Davey, P., 2006, At a Galance Medicine, 266-267, Penerbit Erlangga, Jakarta
Goldschmid, M.G., 1994, Dyslipidemia and Ischemic Heart Disease Mortality Among Men and Women with Diabetes, http://cic.ahajournal.org/cgi/reprint/89/3/991?maxtoshow=&HITS=108&hits=108RESULTFORMAT=&fulltext=dyslipidemia+ischemic+heart+disease+mortality+among+men+and+women+with+deabe&seachid=18FIRSTINNEX=0&RESOURCETYPE=HWCIT. Diakses tanggal 22 Desember 2009
Grundy, S.M., Benjamin, I., Burke, G.L., Chait, A., Eckel R.H., 1999, Diabetes and Cardiovascular Disease; A Statement for Healthcare Professionals from the American Heart Association, http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/100/10/1134. diakses tanggal 22 Desember 2009
Heryawan, A., 2009, Penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi dapat Meningkatkan Angka Kematian, http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/kesehatan/8032-penyakit-diabetes-melitus-dan-hipertensi-dapat-meningkatkan-angka-kematian.html, diakses tanggal 2 Januari 2010
Jones, R.M. and Rospond R.M., 2003, Patient Assessment in Pharmacy Practise, 1-6, lippincott Williams and Wilkins Company, USA
Kasper, D.L., Fauci, A., Martin, B., Wilson, J., Braunwald, E., 2005, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 3, terjemahan Asdie, A., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Kimble, M.A.K. and Young L.Y., 2005, Applied Therapeutics, 1-1 s/d 1-11, 8th edition, A Wolter Kluwer Company, USA
Kustiyanto, 2009, Diabetes Mellitus, http:// http://febrikustiyanto.blogspot.com/2009/04/dm.html, diakses tanggal 20 Desember 2009
Kustiyanto, 2009, Ischaemic heart disease (IHD), http:// http://febrikustiyanto.blogspot.com/2009/04/ischemic-heart-disease-ihd-jantung.html , diakses tanggal 24 September 2009
71
Majid, A., 2009, Preventation and Management of Coronary Artery Disease in Patients with Diabetes Mellitus, Departemen Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara-Rumah Sakit Adam Malik, Medan
Massing, M., W., Kathleen, A., Carla, A., Mridul, C., David, B., 2005, Trends in Lipid Management Among Patients With Coronary Artery Disease, http://care.diabetesjournals.org/content/26/4/991.full.pdf, diakses tanggal 2 Januari 2010
Muchid, A., Umar, F., Ginting, M., Basri, C., Wahyuni, R., Helmi, R., dkk., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Muchid, A., Umar, F., Chusun, Purnama, Nur Ratih., Masrul, Ratih N., dkk., 2006, Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Necel, 2009, All About Atherosclerosis, http://www.necel.wordpress.com, diakses tanggal 19 Januari 2010
Permana, H., 2009, Komplikasi Kornik dan Penyakit Penyerta pada Diabetesi, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/komplikasi_kronik_dan_ penyakit_penyerta_pada_diabetesi.pdf., diakses tanggal 29 Desember 2009
Ronald, K., 2008, The epidemiology of diabetic complications, http://www.diabetes.org/news-research/research/research-database/the-epidemiology-of-diabetic-complications.html, diakses tanggal 20 Januari 2010
Soegondo, S., 2006, Diabetes The Sillence Killer, http://www.medicastore.com , diakses tanggal 4 April 2009
Soegondo S., dkk., 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Penerbit Pengurus Besar Perkumpulan Endokrin Indonesia, Jakarta
72
Soenarta, A., 2008, Ancaman Global Penyakit Kardiovaskuler, http://therapystroke.com/index.php?view=article&catid=1%3Alatest-news&id=7%3Astick-to-the-code&format=pdf&option=com_conten t&Itemid=50&lang=en, diakses tanggal 2 Januari 2010
Sukandar, E., 2008, ISO Farmakoterapi, 26-27, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta
Suryawan, S., 2008, Obat Kardiovaskuler, Bagian Farmakologi Fakulas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya
Susanti, A., 2007, Evaluasi Pengobatan pasien Diabetes Mellitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangren di Instaasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli – Desember 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sutedjo, A.Y., 2007, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium, 67, 83, 113, Penerbit Amara Books, Yogyakarta
Triplitt, L., Charles A.R., William L.I., 2005, Pharmacoteraphy; A Pathophysiologic approach; Diabetes Mellitus, 1333-1363, 6th edition, The McGraw-Hill Companies, Inc., New York
Tjay, T., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, 600, 738, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
Utomo, H., 2005, Gambaran Penetalaksanaan Diabetes Mellitus pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Bulan Juli-Desember Tahun 2003, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Yacob, I., 2009, Penyakit Arteri Perifer pada Diabetes, http://kliniksempurna.blogspot.com/2009/06/penyakit-arteri-perifer-pada-diabetes.html, diakses tanggal 20 Januari 2010
73
LAMPIRAN
KASUS 1 Data pasien No. Rekam medik : 603534 Umur/ Jenis Kelamin : 41 tahun/ P Lama Tinggal : 27/1/08 - 4/2/ 08 (8 hari)
Diagnosa masuk : Gastro endemitis dengan dehidrasi Diagnosa keluar : DM, IHD, diare akut, multiple radicalits
Subyektif : Sakit perut, BAB cair ± 20 kali
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 27/1/08 4/2/08
Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah dan glukosa darah, 1. ISDN digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3x5mg/hari 2. Glumin XR (metformin) dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar gula darah
pasien
DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien
membutuhkan antiplatelet
Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan
74
KASUS 2 Data pasien No. Rekam medik : 604430 Umur/ Jenis Kelamin : 38 tahun/ L Lama Tinggal : 3/2/08 – 15/2/08 (12 hari)
Diagnosa masuk : Anoreksia, dyspepsia, DM Diagnosa keluar : DM, Hipertensi, IHD, Stroke
Subyektif : Mual, muntah, sakit perut Sebelumnya sudah minum obat Rantin, Curcuma, dan Cetalgin
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 3/2/08 15/2/08
Penilaian Pasien mengalami kenaikan kadar glukosa darah, dan asam urat. 1. Menurut Pharmacotherapy Principles and Practice, isosorbid dinitrat (ISDN) dapat
digunakan dengan dosis 5-20 mg 2-3 kali sehari 2. Glucobay (acarbose) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien 3. Allupurinol digunakan untuk terjadinya kenaikan kadar asam urat pasien
DRP :
Tidak teridentifikasi adanya DRP
Rekomendasi : 1. Melakukan monitoring glukosa darah dan
pemeriksaan kolesterol secara teratur untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.
2. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
75
KASUS 3 Data pasien No. Rekam medik : 604281 Umur/ Jenis Kelamin : 71 tahun/ P Lama Tinggal : 3/2/08 -14/2/08 (11 hari)
Diagnosa masuk : Hipoglikemia, hipertensi Diagnosa keluar : DM, hipoglikemia, IHD, radices dentist, dislipidemia
Subyektif : Komuniksi tidak nyambung, kepala pusing, riwayat stroke 1 tahun yang lalu, obat yang digunakan glibenkamid, captopril, nadifan
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 3/2/08 14/2/08
Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin, asam urat, kolesterol total dan LDL 1. Metformin digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah 2. ISDN digunakan sebagai antiangina 3. Menurut guideline kadar asam urat yang kurang dari 10 mg/dl tidak membuuhkan terapi obat 4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien DRP :
Penilaian Pasien mengalami kenaikan gula darah, kreatinin 1. Glumin XR (metformin) digunakan sebagai antidiabetes untuk menurunkan kenaikan kadar
gula darah pasien 2. ISDN digunakan sebagai terapi antiangina DRP :
Tidak teridentifikasi adanya DRP
Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Pemberian Glumin XR pada pasien harus selalu
dikontrol karena terdapat peningkatan kreatinin pada pasien
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah dan kolesterol total karena pasien keluar dari rumah sakit masih dalam keadaan belum sembuh.
Outcome : Belum sembuh,pulang atas permintaan dan rawat jalan
77
KASUS 5 Data pasien No. Rekam medik : 396640 Umur/ Jenis Kelamin : 80 tahun/ P Lama Tinggal : 7/5/08 - 19/5/08 (12 hari)
Diagnosa masuk : DM, hipertensi, infeksi sekunder Diagnosa keluar : DM, hipoglikemia, IHD, ISK
Subyektif : Pusing, mual, tidak nafsu makan
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 7/5/08 19/5/08
Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, ureum dan kreatinin. 1. Glimepirid dan Glucovance (kombinasi glibenklamid 1,25mg dan metformin HCl 250mg)
digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati
2. Pasien tidak mendapat terapi untuk menurunkan tekanan darahnya, dan tidak mendapatkan obat antiangina untuk menangani IHD pasien
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh tambahan terapi obat;
pasien membutuhkan antiplatelet, antiangina dan antihipertensi
2. Obat tidak tepat; Glimepirid dan Glucovance tidak boleh digunakan pada pasien dengan dengan nilai kreatinin lebih dari 1,40 mg/dl.
Rekomendasi : 1. Pasien perlu aspirin 80 mg/hari 2. Amlodipin Besilat dengan dosis awal 1x2,5mg/hari untuk
pasien lanjut usia, secara teratur sebagai terapi untuk IHD 3. Kaptopril 2x12,5mg sebagai terapi penurunan tekanan
darah 4. Penggunaan Glimepirid dan Glucovance diganti dengan
insulin kerja sedang dengan dosis 4-5 unit per hari. 5. Melakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL,
HDL, dan trigliserida. 6. Melakukan diet untuk membantu menurunkan kadar gula
darah, dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Outcome : Belum sembuh, pulang atas permintaan
78
KASUS 6 Data pasien No. Rekam medik : 349505 Umur/ Jenis Kelamin : 77 tahun/ P Lama Tinggal : 11/6/08 - 15/6/ 08 (4 hari)
Diagnosa masuk : Vomitus Diagnosa keluar : DM, hipertiroid subklinis, IHD, dislipidemia
Subyektif : Perut sakit, muntah-berak, lemas Riwayat penyakit DM dan jantung
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 11/6/08 15/6/08
Tekanan Darah Suhu
140/100 mmHg 38,50C
130/80 mmHg -
130/80 mmHg ±370C
Glukosa Darah 13/6/08 Puasa
Post Prandial - -
103 mg/dl 161 mg/dl
70-110 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 11/6/08 SGOT SGPT
14,1 U/L 12,1 U/L
- -
0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L
Ginjal 11/6/08 Ureum
Kreatinin 36 mg/dl
1,40 mg/dl - -
10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 12/6/08 Kolesterol Total
Trigliserida - -
207 mg/dl 130 mg/dl
< 200 mg/dl <150 mg/dl
EKG : Iskemia (11/6/08) Penatalaksanaan
Glumin XR 1x2tablet, ISDN 3x5mg Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin dan kolesterol total 1. Glumin XR (metformin) diunakan untuk menurunkan kadar gula darah 2. ISDN digunakan untuk terapi IHD
DRP :
Tidak teridentifikasi adanya DRP Rekomendasi : 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari untuk terapi
IHD. 2. Glumin XR digunakan secara hati-hati dan perlu
monitoring, karena terjadi peningkatan kreatinin pada pasien.
3. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah.
4. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah dan kolesterol total.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
79
KASUS 7 Data pasien No. Rekam medik : 620465 Umur/ Jenis Kelamin : 67 tahun/ P Lama Tinggal : 15/6/08 - 18/6/ 08 (3 hari)
Diagnosa masuk : GEA Diagnosa keluar : DM, ISK, IHD, diare akut
Subyektif : Mual, muntah, BAB 3x cair
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 15/6/08 18/6/ 08
Pasien mengalami peningkatan kadar glukosa darah 1. Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien 2. ISDN digunakan sebagai terapi IHD 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi
pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien
membutuhkan antiplatelet
Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara
teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.
2. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah.
3. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
80
KASUS 8 Data pasien No. Rekam medik : 100356 Umur/ Jenis Kelamin : 63 tahun/ P Lama Tinggal : 9/12/08 - 22/12/ 08 (13 hari)
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 9/12/08 22/12/ 08
Tekanan Darah Suhu Nadi
160/100 mmHg 360C
88 x/menit
130/90 mmHg - -
130/80 mmHg ±370C
± 80 x/menit Glukosa Darah 9/12/08 16/12/08
Puasa Post Prandial
61 mg/dl 125 mg/dl
111 mg/dl 134 mg/dl
70-110 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 9/12/08 SGOT SGPT
21,3 U/L 10,8 U/L
- -
0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L
Ginjal 9/12/08 17/6/08 Ureum
Kreatinin 51 mg/dl
1,14 mg/dl - -
10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 9/12/08 LDL
Trigliserida 139 mg/dl 102 mg/dl
- -
< 150 mg/dl <150 mg/dl
EKG : Iskemia (15/12/08) Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, Diltiazem 3x30mg Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, ureum. 1. Diltiazem digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3-4x30mg/hari 2. Gumin XR (metformin) digunakan untuk terapi penurunan kadar glukosa darah
DRP : Tidak teridentifikasi adanya DRP
Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara
teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien
2. Menganjurkan pasien untuk menjalankan pola hidup sehat
4. Monitoring gula darah dan kolesterol secara teratur.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
81
KASUS 9 Data pasien No. Rekam medik : 070476 Umur/ Jenis Kelamin : 82 tahun/ L Lama Tinggal : 10/10/08 - 21/10/ 08 (11 hari)
Diagnosa masuk : Pneumonia, hiperglikemi Diagnosa keluar : DM, IHD, hipertiroid, kontraksi tungkai bawah, nefropati
Subyektif : Tidak mau makan, batuk, riwayat hipertensi, pernah operasi prostat, alergi obat sulfa.
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 10/10/08 21/10/ 08
Penilaian Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, ureum, kreatinin. 1. Metformin digunakan untuk menurunkan glukosa darah pasien yang mengalami kenaikan 2. ISDN digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3x5mg/hari 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan;
pasien membutuhkan antiplatelet dan obat untuk hiperurisemia
2. Obat tidak tepat; metformin tidak boleh digunakan pada pasien nefropati, dengan nilai kreatinin lebih dari 1,50 mg/dl.
Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai
terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Perlu tambahan Allupurinol dengan dosis 1x300 mg/hari 3. Perlu dilakukan kontrol secara teratur dan monitoring kadar
glukosa darah, untuk menghindari hiperglikemia dan komplikasi lain yang lebih parah.
4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah.
5. Metformin diganti dengan Glikuidon 15mg/hari yang tidak kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal danhati.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
82
KASUS 10 Data pasien No. Rekam medik : 640842 Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ L Lama Tinggal : 30/11/08 - 10/12/08 (10 hari)
Diagnosa masuk : Vomitus, DM, hepatitis Diagnosa keluar : DM, radices dentist, IHD
Subyektif : Mual, perut sakit seperti ditusuk-tusuk, riwayat penyakit hepatitis, DM sejak 2003 Menggunakan Glibenklamid sehari 1 tablet tetapi tidak teratur.
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 30/11/08 10/12/08
Tekanan Darah Suhu Nadi
130/80 mmHg 360C
80 x/ menit
110/80 mmHg - -
130/80 mmHg ±370C
± 80x/menit Glukosa Darah 30/11/08
Puasa Post Prandial
164 mg/dl 241 mg/dl
- -
70-110 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 30/11/08 5/12/08 SGOT SGPT
122,4 U/L 344,5 U/L
52,6 U/L 246,5 U/L
0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L
Ginjal 30/11/08 Ureum
Kreatinin 29 mg/dl
0,61 mg/dl - -
10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 30/11/08 Kolesterol Total
Trigliserida 177 mg/dl 203 mg/dl
- -
< 200 mg/dl <150 mg/dl
EKG : Iskemia (1/12/08) Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Vometa FT 3x1 tablet, Glumin XR 1x2 tablet, ISDN 3x5mg, Gluvas 1x1mg, Hypofil 1x300mg
Penilaian Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, SGOT, SGPT, trigliserida. 1. Glumin XR (metformin) dan gluvas (Glimepirid) digunakan untuk menurunkan kadar
glukosa darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati 2. Hypofil (gemfibrozil),digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida pasien. 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan;
pasien membutuhkan antiplatelet
Rekomendasi : 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai
terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Penggunan Glumin XR, Gluvas perlu pemantauan, karena
terjadi kenaikan SGOT dan SGPT. 3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa
darah. 4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula
darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan
83
KASUS 11 Data pasien No. Rekam medik : 444370 Umur/ Jenis Kelamin : 60 tahun/ P Lama Tinggal : 2/12/08 - 7/12/08 (5 hari)
Diagnosa masuk : DM, HHD-IHD, radices dentist Diagnosa keluar : DM, HHD-IHD, radices dentist
Subyektif : Berencana cabut gigi, namun gula darah tinggi
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 2/12/08 7/12/08
Tekanan Darah 160/90 mmHg 150/100 mmHg 130/80 mmHg Glukosa Darah 2/12/08 12/10/08
Puasa Post Prandial
226 mg/dl 270 mg/dl
70-110 mg/dl 100-140 mg/dl
Ginjal 2/12/08 Ureum
Kreatinin 24 mg/dl
0,81 mg/dl - -
10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl
EKG : Iskemia Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Herbesser 90 SR (diltiazem) 1x1 tablet, Amlodipin Besilat 1x10mg, Adalat 3x10mg, Insulin RI 50u
Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa darah, ureum, kreatinin. 1. Insulin digunakan sebagai terapi penurunan kadar gula darah 2. Amlodipin besilat dan diltiazem digunakan sebagai antiangina 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien
membutuhkan antiplatelet dan antihipertensi
Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara
teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.
2. Diberikan Kaptopril dengan dosis 3x12,5mg sebagai terapi penurunan tekanan darah
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah.
4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
84
KASUS 12 Data pasien No. Rekam medik : 015905 Umur/ Jenis Kelamin : 64 tahun/ L Lama Tinggal : 12/2/09 - 24/2/09 (12 hari)
Diagnosa masuk : OBS dyspneu, vomitus, DM Diagnosa keluar : DM, IHD, trombositopenia, hiponatremia
Subyektif : Sesak nafas, dada terasa tidak enak, mual, muntah
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 12/2/09 24/2/09
Tekanan Darah 142/90 mmHg 390C
124 x/ menit
110/70 mmHg - -
130/80 mmHg ±370C
± 80x/menit Glukosa Darah 13/2/09
Puasa Post Prandial
267 mg/dl 297 mg/dl
- -
70-110 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 13/2/09 SGOT SGPT
31,4 U/L 33,6 U/L
- -
0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L
Ginjal 13/2/09 Ureum
Kreatinin 20 mg/dl
0,75 mg/dl - -
10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 13/2/09 LDL
Trigliserida 98 mg/dl
311 mg/dl - -
< 150 mg/dl <150 mg/dl
EKG : Iskemia (12/2/08) Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, ISDN 3x5mg, Vometa FT 3x1 tablet, Glimepirid 1x1mg, Bricasma 3x1 tablet
Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar gula darah, trigliserida 1. Glumin XR (metformin) dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati 2. Trigliserida pasien mengalami kenaikan dan membutuhkan obat hipolipidemia untuk
menurunkan kadar trigliserida pasien 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien
membutuhkan antiplatelet, obat hipolipidemia
2. Adverse Drug Reaction; pasien mengalami trombositopenia dan hiponatremia yang dapat disebabkan karena penggunaan glimepirid
Rekomendasi : 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai
terapi untuk IHD yang dialami pasien 2. Glimepirid seharusnya tidak digunakan dan
seharusnya menggunakan metformin dengan dosis 3x500mg/hari
3. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600mg 2x/ hari untuk menurunkan kadar trigliserida yang meningkat
4. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah.
5. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah, tekanan darah, dan trigliserida agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
85
KASUS 13 Data pasien No. Rekam medik : 109090 Umur/ Jenis Kelamin : 55 tahun/ P Lama Tinggal : 14/2/09 - 26/2/09 (12 hari)
Diagnosa masuk : DM, hipertensi Diagnosa keluar : DM, HHD-IHD, chronic appendicitis, polineuropati, radices dentist, dislipidemia
Subyektif : Lemas, kencing banyak busa, panas, warna merah, pekat selama satu minggu
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 14/2/09 26/2/09
Tekanan Darah 140/90 mmHg 130/80 mmHg 130/80 mmHg Glukosa Darah 14/2/09
Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Amlodipin besilat 1x10mg, Gluvas 1x2 tablet, Insultard 16u sore dan 20u pagi
Penilaian Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, LDL dan trigliserida. 1. Pasien tidak mendapat terapi untuk kenaikan trigliseridanya 2. Gluvas (Glimepirid) dan Insultard digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
pasien 3. ISDN dan amlodipin besilat digunakan sebagai terapi IHD 4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien
membutuhkan antiplatelet, obat hipolipidemia
Rekomendasi : 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur
sebagai terapi pemeliharaan pada pasien IHD. 2. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600mg
2x/ hari untuk menurunkan kadar trigliserida yang meningkat
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah.
4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah, LDL dan trigliserida, agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
86
KASUS 14 Data pasien No. Rekam medik : 540784 Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ L Lama Tinggal : 17/2/09 - 26/2/09 (9 hari)
Diagnosa masuk : DM, HHD, arytmia cordis Diagnosa keluar : DM, hipertiroid, HHD-IHD, ISK, hiperkalemia
Subyektif : 1 minggu sesak nafas, kaki bengkak. Riwayat sakit jantung
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 17/2/09 26/2/09
Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar gula darah. 1. ISDN dan bisoprolol digunakan untuk terapi IHD 2. Glumin XR (metformin) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah 3. Cardioaspirin merupakan antikoagulen mengandung asam asetilsalisilat yang digunakan
untuk pengobatan dan pencegahan angina pectoris dan MI dengan dosis 1x1tablet.
DRP : 1. Butuh obat tambahan;
pasien membutuhkan antiplatelet dan antihipertensi
Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien diberi kaptopril dengan dosis 3x12,5 mg/hari
untuk menurunkan tekanan darah pasien 4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah. 5. Pengunaan Glumin XR perlu pengawasan khusus
karena pasien mengalami kenaikan kadar kreatinin. 6. Melakukan pemeriksaan kolesterol, meliputi kolesterol
total, LDL, HDL dan trigliserida. Outcome : Membaik dan rawat jalan
87
KASUS 15 Data pasien No. Rekam medik : 456320 Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ P Lama Tinggal : 24/2/09 - 11/3/09 (15 hari)
Diagnosa masuk : IHD, susp cholecytis, dislipidemia Diagnosa keluar : DM, IHD, dislipidemia,HAPV cervical
Subyektif : Sakit di ulu hati kurang lebih satu bulan, leher bagian belakang terasa kencang, perut terasa penuh
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 24/2/09 11/3/09
Tekanan Darah Suhu Nadi
110/80 mmHg 360C
80 x/ menit
110/80 mmHg - -
130/80 mmHg ±370C
± 80x/menit Glukosa Darah 25/2/09
Puasa Post Prandial
216 mg/dl 223mg/dl
- -
70-110 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 8/3/09 SGOT SGPT
22,1 U/L 91,1 U/L
- -
0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L
Ginjal 8/3/09 Ureum
Kreatinin 18 mg/dl
0,46 mg/dl - -
10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 8/3/09 Kolesterol Total
LDL HDL
Trigliserida
203 mg/dl 128 mg/dl 52 mg/dl 91 mg/dl
- - - -
< 200 mg/dl < 150 mg/dl >40 mg/dl
<150 mg/dl EKG : Iskemia
PenatalaksanaanPasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Glumin XR 1x2 tablet, Simvastatin 1x10mg
Penilaian Pasien mengalami peningkatan kadar gula darah, SGPT dan kolesterol total.
1. ISDN digunakan sebagai antiangina dengan dosis 1tablet 5mg 3-4x sehari 2. Glumin XR (metformin) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi
Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan
88
KASUS 16 Data pasien No. Rekam medik : 283531 Umur/ Jenis Kelamin : 76 tahun/ P Lama Tinggal : 27/2/09 - 20/3/09 (21 hari)
Diagnosa masuk : FP co lium femur, DM, hiperglikemia Diagnosa keluar : DM, IHD, renal ficiency, fraktur intetrochanterica Femur smistro
Subyektif : Nyeri kaki kiri
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 27/2/09 20/3/09
Tekanan Darah Suhu Nadi
160/80 mmHg 37,20C
93 x/ menit
120/80 mmHg - -
130/80 mmHg ±370C
± 80x/menit Glukosa Darah 27/2/09
Puasa Post Prandial
84 mg/dl 147mg/dl
- -
70-110 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 27/2/09 SGOT SGPT
16,6 U/L 16,4 U/L
- -
0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L
Ginjal 27/2/09 Ureum
Kreatinin Asam Urat
131 mg/dl 3,26 mg/dl 4,7 mg/dl
- - -
10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 27/2/09 LDL
Trigliserida 102 mg/dl 176 mg/dl
- -
< 150 mg/dl <150 mg/dl
EKG : Iskemia (28/2/09) Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Glurenorm 1x1 tablet, Aprovel 1x300mg Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar gula darah, ureum, kretinin dan trigliserida. 1. Glurenorm (Glikuidon) digunakan sebagai obat antidiabetik 2. ISDN digunakan sebagai antiangina DRP :
Tidak teridentifikasi adanya DRP
Rekomendasi : 1. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk 2. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan
89
KASUS 17 Data pasien No. Rekam medik : 655736 Umur/ Jenis Kelamin : 64 tahun/ L Lama Tinggal : 2/4/09 - 15/4/09 (13 hari)
Diagnosa masuk : DM, IHD Diagnosa keluar : DM, IHD, CHF
Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin, asam urat dan penurunan HDL 1. ISDN digunakan sebagai antiangina dengan dosis 3x5mg/hari 2. Metformin dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien 3. Menurut guideline kadar asam urat yang kurang dari 10 mg/dl tidak membuuhkan terapi
obat 4. Aspilet mengandung asam asetilsalisilat yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan
angina pektoris dan MI DRP : 1. Tidak Perlu Obat Terapi;
Allupurinol tidak diperlukan untuk menurunkan asam urat pasien
Rekomendasi : 1. Penggunaan Allupurinol dihentikan 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah. 4. Penggunaan Metformin dan Glimepirid harus dipantau
dan dimoitoring, karena pasien mangalami kenaikan kreatinin.
5. Mengkonsumsi sayuran dan olah raga, untuk meningkatkan kadar HDL pasien.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
90
KASUS 18 Data pasien No. Rekam medik : 658498 Umur/ Jenis Kelamin : 55 tahun/ P Lama Tinggal : 27/4/09 - 9/5/09 (12 hari)
Diagnosa masuk : DM, IHD, polineuropati Diagnosa keluar : DM, neuropati, IHD, diastolic disfunction, CHF, ISK, dislipidemia, hipotiroid
Subyektif : Perut terasa membesar, tidak nafsu makan, nyeri di perut kanan atas, mual
Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan Tanda Vital 27/4/09 9/5/09
Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, dan LDL. 1. Bisoprolol fumarat golongan beta bloker dengan dosis 5-10 mg/hari. Jika digunakan
dengan sulfonilurea kan menurunkan efek sulfonilurea 2. Glikuidon golongan sulfonilurea, dosis awal ½ tablet (15 mg) 1x sehari, dosis maksimal
180 mg/hari 3. Tekanan darah pasien mengalami kenaikan, namun belum diberi terapi untuk menurunkan
tekananan darah 4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien
membutuhkan antihipertensi 2. Adverse Drug Reaction;
penggunaan bisoprolol fumarat dan glikuidon dapat menurunkan efek dari glikuidon.
Rekomendasi : 1. Pasien diberi kaptopril dengan dosis 3x12,5 mg/hari
untuk menurunkan tekanan darah pasien 2. Melakukan penghentian penggunaan bisoprolol 3. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk 4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan
91
Penulis skripsi “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi
Pasien Diabetes Mellitus Komplikasi Ischemic Hart
Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009”
memiliki nama lengkap Maria Laksmi Parahita.
Penulis lahir sebagai anak pertama dari pasangan
Ignatius Suwarto dan Fransiska Aufrida Sudjarwati di
Pemalang pada tanggal 19 Februari 1988. Penulis
menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Pius Pemalang pada tahun
1994, kemudian menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Pius (1994 – 2000)
dilanjutkan SMP Pius Pemalang (2000-2003), dan tahun 2006 Penulis
menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Pemalang. Pada tahun 2006 Penulis
memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah Penulis mengikuti berbagai kegiatan,
seperti ; anggota Paduan Suara Fakultas Farmasi (2006-2008), Panitia Titrasi