BAB 1 Fasilitas Rehabilitasi Pasien Kanker di Batu(Gracia
Agustina T. dan Ir. Frans Soehartono, Ph.D)
1.1 PendahuluanPenderita penyakit kanker di Indonesia mencapai
4,3 orang / 1000 penduduk. Pada tahun 2010 penderita kanker di
Indonesia mencapai 1,02 juta jiwa dari 237,6 juta jiwa. Di sisi
lain jumlah dokter subspesialis kanker juga minim (sumber : Harian
Kompas edisi senin, 6 September 2012 : 1 juta jiwa idap kanker)Di
tuliskan juga oleh peneliti dari segi pelayanan kesehatan yang
terfokus pada penyakit kanker juga masih sangat sedikit dan masih
dalam tahap kuratif. Tahap kuratif adalah tahap dimana sebuah
pelayanan kesehatan hanya mengobati penyakit saja. Tidak sampai
dalam tahap promotif, preventif, dan rehabilitative.Bagi pasien
yang berhasil bertahan hidup di sebut dengan survivor kanker.
Tetapi sebenarnya tindakan medis dalam penanganan penyakit kanker
tidak hanya sebatas mengobati penyakit kanker dan di nyatakan
dorman (terbebas dari penyakit kanker) saja. Perlu di lakukan lagi
penanganan lanjutan pasca operasi bagi penderita kanker sebagai
upaya penyembuhan psikologis pasien, dikarenakan tidaklah cukup
saat di lakukan penanganan pengidap penyakit kanker hanya ranah
fisik-nya saja.Dengan tujuan tersebut, jurnal ini memperlihatkan
bagaimana penulis melakukan metode perancangan fasilitas
rehabilitasi kanker yang berada di kota batu. Peneliti membuat
proses perancangan yang menghasilkan sebuah desain fasilitas
rehabilitasi kanker.Pendekatan yang di lakukan oleh peneliti adalah
Healing Architecture dengan batasan dari teori Prof. Bryan Lawson
yang mempunyai pokok pembahasan (1) Spatial Legibility (2) Privacy,
Dignity, Company (3) View and Nature (4) Environment (5)
Appearance. Pendalaman yang di lakukan peneliti adalah lebih ke
arah karakter ruang dalam fasilitas ini karena karakter ruang
sangat berpengaruh pada kondisi psikologis pasien.
1.2 Kajian TeoriTeori yang di jadikan pegangan penulis dan di
gunakan di jurnal ilmiah ini sebagai batasan adalah teori mengenai
Healing Architecture yang di kembangkan oleh Prof. Bryan Lawson
yang mempunyai inti pokok pembahasan (1) Spatial Legibility (2)
Privacy, Dignity, Company (3) View and Nature (4) Environment (5)
Appearance.
1.3 MetodeMetode yang di lakukan penulis pada jurnal ini
menggunakan metode deskriptif, survey, dan analisis. Peneliti
memulai tahap perancangan dengan melakukan metode survey tapak yang
kemudian di analisa dengan pegangan pada teori-teori tentang
rehabilitasi kanker dengan konsep healing architecture. Proses
analisa dan perancangan yang di lakukan dengan cara mendeskripsikan
tahap demi tahap prosesnya.
1.4 Hasil dan PembahasanTahap awal peneliti mengemukakan tentang
latar belakang mengapa dia melakukan perancangan fasilitas
rehabilitasi kanker. Peneliti melihat bahwa kondisi yang terjadi
sekarang di Indonesia pelayanan akan pasien penyakit kanker masih
sangat kurang, dari segi pelayanan maupun fasilitasnya. Dari segi
pelayanan pasien penyakit kanker masih hanya dalam tahap kuratif
saja belum sampai menyentuh tahap yang lainnya, yaitu promotif,
preventif, dan rehabilitative. Serta daari segi fasilitas yang ada,
di Indonesia baru sekitar 4 rumah sakit khusus kanker yang ada,
sedangkan jumlah pengidap penyakit kanker tiap tahun semakin naik.
Pada tahun 2010 saja sudah mencapai angka 1,02 juta jiwa masyarakat
Indonesia yang mengidap penyakit kanker. Oleh karena itu di
perlukan fasilitas rehabilitasi kanker sebagai media penyembuhan
bagi pasien pengidap penyakit kanker agar dapat menyentuh semua
tahap sampai pada tahap rehabilitative.Peneliti memilih tapak di
daerah Batu, Jawa Timur di karenakan Kota Batu mempunyai
karakteristik yang sangat mendukung di galakkannya healing
architecture. Kondisi kota Batu sudah mencapai kenyamanan suhu yang
baik bagi pasien rehabilitasi kanker.
Pendekatan DesainPeneliti menggunakan healing architecture dalam
pendekatan desai yang dia gunakan. Healing Architecture yang sudah
di kembangkan oleh Prof. Bryan Lawson, yang mempunyai pokok inti
pembahasan:1. Spatial LegibilitySpatial Legibity terfokus pada
sirkulasi dalam pencapaian antar ruang. Karena menurut Prof. Bryan
Lawson, sirkulasi capaian antar ruang sangat mempengaruhi dalam
mengurangi depresi pasien.
2. Privacy, Dignity, and CompanyPokok ini berhubungan dengan
ruang-ruang, baik itu ruang bersama bersama maupun personal sebagai
media interaksi social seorang pasien. Hal ini dapat meningkatkan
memberikan efek penyembuhan saat dimana pasien bebas memilih ruang
yang sesuai dengannya tetapi tetap menjaga interaksi social
dimanapun dia berada.
3. View and NatureView and nature di maksudkan agar tiap-tiap
ruang pokok yang ada dalam fasilitas rehabilitas kanker dapat
berhubungan langsung dengan ruang luar. Karena menurut Prof. Bryan
Lawson, view alam dan kontak fisik dapat menyegarkan pikiran dan
mengurangi depresi.
4. EnvironmentEnvironment disini di maksudkan dengan semua yang
berhubungan dengan kenyamanan fisik yang di timbulkan di
ruang-ruang fasilitas rehabilitas medic. Dimana tiap-tiap ruang
harus mempunyai kenyamanan dalam hal pencahayaan, suhu, penghawaan,
dan kebisingan.
5. AppearanceKarakter ruang yang ingin di timbulkan dalam
fasilitas rehabilitasi kanker ini adalah suasana yang dapat
mendekatkan pasien kepada alam, sehingga dapat memberikan efek
kesembuhan pada pasien. Baik ruang tertutup maupun terbuka.
Pendekatan DesainPendekatan desain yang di fokuskan oleh
peneliti adalah tentang karakter ruang, karena karakter ruang ini
sangat berdampak pada kondisi psikologis pasien. Karakter ruang
yang tepat akan membuat seorang pasien terbantu dalam meringankan
beban psikologinya dan membantu tercapainya tujuan fasilitas
rehabilitasi ini.Terdapat 3 aspek karakter ruang yang harus di
perhatikan, yaitu pemilihan material, warna, dan pencahayaan di
dalam ruangan.
1. MaterialDalam pemilihan material, yang di pertimbangkan
adalah karakter, kemudahan dalam perawatan, pengaruh bagi
kesehatan, serta daya tahan material. Seperti, parket kayu yang
mempunyai karakter alami dan hangat, dan tidak mengahantarkan
dingin bila tersentuh kulit.
2. WarnaPeneliti memilih warna hijau dan coklat sebagai warna
utama dalam pewarnaan ruang. Hijau di karenakan dapat melambangkan
kesembuhan, alam, relaksasi, dan pertumbuhan. Dan hijau merupakan
warna yang paling mudah di tangkap oleh mata karena berada di
tengah spectrum sehingga mata tidak cepat lelah.Pemilihan warna
coklat karena melambangkan kehangatan, ketenangan jasmani, dan
kepenuhan batin. Warna coklat juga dapat meningkatkan ketenangan
dan perasaan damai sehingga pasien merasa lebih merasa aman dan
nyaman di dalam ruangan.
3. PencahayaanJenis pencahayaan sangat mempengaruhi karakter
ruang yang muncul. Jenis pencahayaan untuk kamar tidur dan ruang
makan serta ruang rekreasi kebanyakan dipilih indirect light untuk
menghindari glare. Untuk drop-ceiling dipilih lampu PHILIPS TD-L
15W/830 karena pencahayaan dari lampu TL akan lebih merata
dibandingkan tipe bulb.
BAB II
2.1Biografi PenelitiDalam penulisan biografi peneliti, terdapat
dua nama yaitu Gracia Agustina dan Ir. Frans Soehartono,
Ph.D.Gracia Agustina adalah dosen magang di Universitas Petra. Dia
adalah lulusan dari SMA Petra 1 pada tahun 2008 dan memulai karir
sebagai mahasiswa jurusan Arsitektur di Petra Christian University
pada tahun 2009.Ir. Frans Soehartono, Ph.D adalah seorang dosen
tetap di Petra Christian University. Mengawali karir kuliah sebagai
mahasiswa angkatan pertama di Jurusan Arsitektur Petra Christian
University pada tahun 1970, dan menjadi seorang sarjana muda
lulusan pertama dari Jurusan Arsitektur pada tahun 1975, yang
kemudian menjadi lulusan University of Queensland di Australia pada
tahun 1986.
2.2Urgensi TopikPelayanan kesehatan yang saat ini masih sangat
kurang maksimal tetapi dia anggap cukup dan di takutkan hal ini
malah dapat menjadi pola pikir masyarakat tentang pelayanan
kesehatan yang di tawarkan kepada masyarakat terutama dalam
spesialisasi penyakit kanker. Peneliti mengangkat topik bagaimana
sebuah fungsi pelayanan kesehatan dapat memberikan sebuah pelayanan
yang memuat aspek promotif, adventif, kuratif, dan rehabilitative.
Bagaimana sebuah pelayanan kesehatan hanya memberikan salah satu
aspek saja, tentu saja proses penyembuhan yang di lakukakan akan
tidak maksimal. Untuk itu peneliti berupaya memberikan solusi
bagaimana sebuah fungsi pelayanan kesehatan dapat memberikan
pelayanan yang maksimal kepada pasien. Sehingga pasien dapat
mengalami kesembuhan tidak dari segi fisik saja tapi juga
psikologis.
2.3OriginalitasDalam jurnal ilmiah ini, di lakukan oleh peneliti
dari tahap survey, analisa, sampai perancangan. Data yang di dapat
dari peneliti merupakan data lapangan yang peneliti sendiri yang
lakukan, sampai dari pengelompokan data hingga analisa sehingga
originalitas dari jurnal ini bisa di bilang orisisnil di karenakan
jurnal ilmiah ini merupakan hasil dari penelitian lapangan.
2.4Alur Berpikir PenelitiLatar Belakang Penelitian dan
Perancangan Fasilitas Rehabilitasi KankerPemilihan Lokasi yang
tepat sebagai fasilitas pasien rehabilitasi kankerAnalisa Tapak dan
Program Tapak berdasarkan lokasi dan deskripsi proyekPermasalahan
desain yang timbul dan menciptakan desain fasilitas membantu
mempercepat penyembuhan secara fisik maupun psikologis Pendekatan
Desain dengan konsep Healing ArchitecturePendalaman Desain dalam
Karakter Ruang yang terbentukDESAIN Fasilitas Rehabilitasi
Kanker
2.5Kontribusi StudiDalam jurnal yang di tulis Gracia Agustina T.
dan Ir. Frans Soehartono, Ph.D, lebih bersifat mencobamencari
solusi dari permasalahan atau fenomena yang berkembang di Indonesia
tentang pelayanan kesehatan masyarakat khususnya dalam subspesialis
kanker.
Saran untuk peneliti lain
Penelitian bertujuan untuk mengkaji dan mengkritisi, serta
memberikan pandangan dan solusi dalam menyikapi sebuah
permasalahan, dan tentu punya harapan untuk di kaji ulang dan di
kembangkan penelitian tentang Fasilitas Rehabilitasi Kanker.
Saran untuk masyarakat
(1) Dalam memaksimalkan fungsi pelayanan kesehatan di Indonesia
tidak hanya dari fasilitasnya itu sendiri, tetapi di butuhkan
adanya kerja sama dari masyarakat selaku pengguna jasa pelayanan
kesehatan(2) Di harapkan kesadaran masyarakat akan bahayanya
penyakit kanker dan tidak cukup hanya dilakukan pengobatan,
perlunya fasilitas rehabilitasi sebagai media penyembuh segi
psikologi seorang pasien.
BAB III
3.1 Diskusi TeoritikTopik yang di angkat oleh jurnal utama di
gunakan sebagai dasar pijakan berpikir mengenai pembangunan rumah
sakit, baik secara metode dan proses perancangan. Untuk itu di
harapkan dapat mengkaji pemahaman tentang pembangunan Fasilitas
Rehabilitasi Kanker dari sudut pandang atau komparasi dari
jurnal-jurnal yang lain.
Jurnal Utama merupakan proses pembangunan Fasilitas Rehabilitasi
Kanker yang menekankan kepada konsep Healing Architecture yang
penekanannya pada ruang dalam.
Jurnal Pendukung 1Pada penelitian ini membahas tentang peran
warna sebagai Healing Environment sebagai proses penyembuhan. Hal
yang dapat mendukung jurnal utama adalah bagaimana memang konsep
healing architecture bisa di lakukan, mengadopsi dari ilmu
psikologi sebagai media penyembuh yang di terapkan pada bangunan.
Dan hal ini sangat cocok di jadikan sebuah konsep pembangunan Rumah
Sakit atau fasilitas Rehabilitasi, karena media alam merupakan
factor kesembuhan pasien yang utama.
Jurnal Pendukung 2Penelitian ini membahas tentang penataan
zoning dan sirkulasi pada RS Paru Malang. Apabila di kaitkan dengan
healing architecture. Konsep peletakan zoning dan sirkulasi
merupakan salah satu media penyembuh seorang pasien. Sirkulasi dan
penataan zoning ruang yang baik dapat memudahkan akses seorang
pasien maupun pengunjung dalam berjalan.
Jurnal pendukung 3Penelitian ini berfokus pada keselamatan dan
keamanan seorang pasien. Di kaitkan dengan pembangunan fasilitas
dengan konsep healing architecture, keselamatan dan keamanan
seorang pasien sangat di prioritaskan. Konsep ini termasuk ke dalam
sebuah standar pelayanan kesehatan.
Jurnal pendukung 4Secara teoritis jurnal ini tidak memberikan
kontribusi apapun pada jurnal utama karena kajiannya focus kepada
kebutuhan di tempat tersebut.
Jurnal pendukung 5Penelitian ini berfokus pada skala pencahayaan
yang baik di interior rumah sakit. Dalam hal ini sangat berhubungan
dengan heal architecture, di karenakan menurut Dr. Bryan Lawson
pencahayaan merupakan efek pelengkap dalam menenangkan seorang
pasien rehabilitasi, serta penguatan karakter tergantung pada
pencahayaan sebuah ruangan. Karakter yang timbul ini berekasi pada
rasa nyaman seseorang saat berada di sebuah ruangan.
3.2 Diskusi MetodologisMetode dalam jurnal utama adalah metode
survey, analisa, serta deskriptif kuantitatif. Pertimbangan ini di
gunakan karena jurnal bersifat mengkaji teori untuk menemukan
tujuan berupa teori dan konsep mengenai fasilitas rehabilitasi
kanker dengan konsep healing architecture.
Dari keseluruhan jurnal, sebagian besar menggunakan metode
survey dan analisa serta penguatan data berupa standar-standar.
Dalam hal ini di karenakan pembangunan rumah sakit merupakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah di atur oleh Negara,
sehingga standar nasional sudah mempunyai patokannya. Yang di
lakukan oleh peneliti adalah mengembangksn sesuai dengan lokasi
yang akan di bangun, sehingga pemaparan metode hamper secara
keseluruhan menggunakan metode survey dan analisis.
3.3 Diskusi Analisis dan PembahasanKajian yang bertujuan untuk
menggali dasar dan mengemukakan teori dijadikan sebagai langkah
awal atau dasar pijakan untuk menentukan arah penelitian yang
menghasilkan konseptualisasi dan strategi baik bersifat community
based ataupun strategi pembangunannya.
Hasil pembahasan yang mengkaitkan healing architecture dalam
pembangunan rumah sakit merupakan solusi efektif dalam melakukan
pelayanan kesehatan agar dapat memenuhi 4 aspek pelayanan kesehatan
yaitu promotif, adventif, kuratif, dan rehabilitative. Dengan
kewajiban pelayanan kesehatan memberikan pelayanan dari segi
fisiologi maupun psikologi.
BAB IV4.1 TabulasiKODE JURNALJURNAL UTAMAJURNAL 1JURNAL 2JURNAL
3JURNAL 4JURNAL 5
JUDUL JURNAL ILMIAHFasilitas Rehabilitasi Pasien Kanker di
Batu
Peran Warna PadaInterior Rumah Sakit Berwawasan Healing
Environment Terhadap Proses Penyembuhan Pasien RUMAH SAKIT KHUSUS
PARU DI MALANGPENGARUH TATA RUANG BANGSAL RUMAH SAKIT JIWA TERHADAP
KESELAMATAN DAN KEAMANAN PASIEN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DI
LUWUK
PENCAHAYAAN PADA INTERIOR RUMAH SAKIT: STUDI KASUS RUANG RAWAT
INAP UTAMA GEDUNG LUKAS, RUMAH SAKIT PANTI RAPIH, YOGYAKARTA
PENULISGracia Agustina T. dan Ir. Frans Soehartono, Ph.D Sriti
Mayang Sari
Ryan Adhi Pranata, Ali Soekirno, Edi Hari P.
Titien Saraswati
Stephanie Tatimu, dan Dosen Ir. J. Loekito Kartono, MAAdi
Santosa
TEORIHEALING ARCHITECTUREHEALING ARCHITECTURE-HEALING
ARCHITECTURE-HEALING ARCHITECTURE
METODEDeskriptif AnalitisSURVEY-ANALISISDeskriptif Deskriptif
kualitatifSURVEY-ANALISISSURVEY-ANALISISSURVEY-ANALISIS
HASILHasil yang didapat memiliki kontribusi yang saling
melengkapi serta konsep desain yang mampu mengarahkan pengguna
untuk ffisik dan psikologi
KONTRIBUSI PENELITIANTeori sebagai pijakanTeori sebagai
pijakanMetode yang aplikatifTeori dan paradigma-studi kasusTeori
sebagai pijakan dan strategiTeori sebagai pijakan
4.2 KelebihanJurnal utama merupakan acuan konsep healing
architecture pada perancangan bangunan rumah sakit, dan menggunakan
konsep healing architecture pada beberapa aspek yakni soning dan
interior. Jurnal pendukung memberi konsepsi dan solusi lebih
mendetail berupa gagasan desain dan konsep.
4.3 KekuranganDalam jurnall utama kurang dibahas secara detail
konsep perancangan yang di lakukan penulis. Padahal sebenernya dari
proses desain yang detail itu kita bisa memantau lebih dalam
tentang healing architecture pada bangunan rumah sakit.