BAB I PENDAHULUAN Persalinan lama (Prolonged Labor/partus lama) masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting. Persalinan lama merupakan penyebab 8% kematian ibu di negara-negara berkembang. Namun angka ini sebenarnya terlalu menyederhanakan pemasalahan persalinan lama. Hal ini dikarenakan dalam angka ini belum tercakup jumlah kematian ibu akibat komplikasi dari persalinan lama itu sendiri (misalnya: sepsis, perdarahan ante partum, atau ruptur uterus). Selain itu, bila ibu selamat, bukan berarti telah lepas dari masalah. Salah satu komplikasi lanjut dari persalinan lama adalah terbentuknya fistula. Fistula memiliki efek sosial dan psikis yang begitu besar, karena dapat mempengaruhi interaksi sosial, menyebabkan infeksi, juga dapat menyebabkan depresi berkepanjangan. 1 Partus lama pada umumnya disebabkan oleh kelainan dari tiga aspek seperti kelainan tenaga (kelainan his), 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan lama (Prolonged Labor/partus lama) masih merupakan salah
satu masalah kesehatan yang penting. Persalinan lama merupakan penyebab 8%
kematian ibu di negara-negara berkembang. Namun angka ini sebenarnya terlalu
menyederhanakan pemasalahan persalinan lama. Hal ini dikarenakan dalam angka
ini belum tercakup jumlah kematian ibu akibat komplikasi dari persalinan lama itu
sendiri (misalnya: sepsis, perdarahan ante partum, atau ruptur uterus). Selain itu,
bila ibu selamat, bukan berarti telah lepas dari masalah. Salah satu komplikasi
lanjut dari persalinan lama adalah terbentuknya fistula. Fistula memiliki efek
sosial dan psikis yang begitu besar, karena dapat mempengaruhi interaksi sosial,
menyebabkan infeksi, juga dapat menyebabkan depresi berkepanjangan.1
Partus lama pada umumnya disebabkan oleh kelainan dari tiga aspek
seperti kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, serta kelainan jalan lahir dan
dapat juga disebabkan oleh kesalahan yang multikompleks dalam memimpin dan
menanggulangi persalinan yang sulit, misalnya ketidaktahuan akan bahaya
persalinan, ketrampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya
kepercayaan terhadap dukun beranak serta rendahnya pendidikan dan rendahnya
keadaan sosial ekonomi rakyat. Sebab-sebab tersebut diatas menyebabkan masih
sering terjadi partus lama di Indonesia. 2
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan
1
bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%,
perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angka kejadian infeksi
sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan
adalah sebesar 64%. Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong
tinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya.2
Mengingat efek yang ditimbulkan oleh partus lama, maka yang terpenting
disini adalah pencegahan agar tidak terjadi partus lama sehingga angka morbiditas
dan mortalitas baik pada ibu maupun bayi dapat diturunkan. Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan pada tenaga kesehatan merupakan salah satu cara
yang dapat ditempuh untuk menurunkan kejadian partus lama.
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
II.1 Definisi Partus Lama dan Kala II Lama
Persalinan lama, yang disebut juga dengan istilah distosia secara umum
dimaksudkan untuk persalinan yang abnormal atau sulit. Sementara itu, WHO
secara lebih spesifik mendefinisikan persalinan lama (prolonged labor / partus
lama) sebagai proses persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Waktu pemanjangan proses persalinan yang dimaksud adalah penambahan kala I
dan/atau kala II persalinan. Dalam penentuan batas waktu, terdapat variasi
terdapat sebuah sumber yang menyatakan bahwa batasan waktu dalam penentuan
partus lama adalah 18 jam.1,3
Nullipara Multipara
Prolonged latent phase > 20 jam >14 jamProtracted dilation < 1.2 cm/ jam < 1.5 cm/ jamProtracted descent < 1 cm/ jam < 2 cm/ jamArrest of dilation >2 jam >2 jamArrest of descent >2 jam >1 jamProlonged second stage >2 jam >1 jamProlonged third stage >30 menit >30 menit
Tabel 2.1. Perpanjangan fase-fase persalinan4
Kala II lama (Prolonged Second Stage) diartikan sebagai memanjangnya
waktu kala II dimana pada primigravida berlangsung lebih dari 2 jam dan pada
multipara berlangsung lebih dari 1 jam. Menurut AGOG (American Congress of
Obstetricians and Gynecologists), kala II lama didefiniskan sebagai tidak adanya
kemajuan pada kala II dengan batasan waktu dilakukan pimpinan persalinan
sebagai berikut: persalinan dengan anestesi epidural pada nullipara yang
abdomen, dan pemeriksaan dalam (evaluasi pelvik, imbangan feto
pelvik/penentuan CPD, maupun ada tidaknya tumor pada jalan lahir)
2. Penilaian Klinik terhadap janin
19
Janin berada di dalam atau di luar Rahim
Jumlah janin
Letak
Presentasi dan penurunan bagian terbawah janin
Posisi, moulage, dan kaput suksadenum
Bagian kecil janin (tangan, tali pusat dll)
Anomali kongenital yang dapat mengganggu ekspulsif bayi
Tafsiran berat janin
Gawat janin
Janin hidup atau tidak
3. Penilaian terhadap kekuatan mengejan ibu
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka dapat ditentukan dengan segera
etiologi gangguan kemajuan proses persalinan saat kala II dapat segera diambil
keputusan yang tepat.
20
Faktor Temuan Klinik DiagnosisJalan Lahir Palpasi luar menunjukkan
bagian terbawah janin belum masuk PAPDiameter anteropsoterior lebih kecil dari normalPromotorium menonjol
Kesempitan pintu panggul atas
Dinding samping panggul menyempit dan krista iliaka sangat menonjolArcus pubis kurang 900
Kesempitan panggul tengah
Sacrum melengkung ke depan dan cocygeus mengarah pada sumbu jalan lahir
Kesempitan pintu panggul bawah
Bayi Tafsiran berat badan ekstrim MakrosomiaBagian terbawah muka Presentasi mukaDagu dibelakang dan dasar panggul
Mentoposterior persisten
Sutura sagitalis melintang dan parietal tertahan di promotorium
Asinklitimus
Teraba tangan atau lengan disamping tangan atau bokong
Presentasi Majemuk
Teraba rusuk dan atau lengan dengan kepala di lateral
Letak Lintang
Bahu pada posisi anteroposterior dan tertahan pada dasar panggul
Distosia Bahu
Tenaga Ekspulsi Kontraksi lemah dan tidak terkoordinasi
Inersia uteri
Ibu tidak mampu membuat posisi efektif mengejan
Ibu kelelahan
Lingkaran konstriksi CPDTabel 2.3. Hubungan faktor penyebab Kala II lama, temuan klinik dan Diagnosis15
Setelah ditegakkan diagnosis, maka harus segera dilakukan intervensi
untuk menyelesaikan kala II, sebagai berikut:6,15
1. Pada wanita dengan kondisi fisik yang lelah dan panik, klinisi dapat
memberikan dukungan dan semangat untuk melakukan persalinan. Selain itu
21
dapat diberikan analgesik ataupun anestesi dan dilakukan rehidrasi maupun
pemberian kalori.
2. Pemberian oksitosin sesuai dengan indikasi adanya inersia uteri.
3. Pada distosia bahu dilakukan ALARM
4. Tindakan bedah baik per vaginam maupun Sectio Cesaria sesuai indikasi
5. Sectio Cesaria dilakukan pada keadaan yang tidak memungkinkan persalinan
per vaginam dengan tindakan operatif misalnya: panggul sempit, makrosomia,
malpresentasi, letak lintang, CPD, dan asinklitimus.
Gambar 2.2. Bagan Manajemen Kala II Lama8
22
II. 8. Komplikasi
Komplikasi pada persalinan dengan kala II lama dapat terjadi pada ibu
maupun pada bayi. Pada kala II lama dapat terjadi infeksi sampai sepsis. Infeksi
adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya, terutama bila disertai
pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis
pada ibu dan janin.15
Selain itu dapat terjadi dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ,
robekan jalan lahir, ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus
menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan
paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat bedah sesar. Robekan serta
pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan rektum. Apabila bagian
terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka
waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding
panggul dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka
dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan
dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal.
Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi setelah persalinan kala dua yang
sangat berkepanjangan.10,15
Gambar 3. Komplikasi Fistula Pada Kala II Lama1
Menurut Myles dan Santolaya, terjadinya morbiditas maternal yang
meliputi laserasi jalan lahir, dan pendarahan postpartum sebanding dengan lama
kala II berlangsung. Selain itu, dalam penelitiannya, Myles dan Santolaya
mendapatkan bahwa tindakan bedah obstetri meningkat sesuai dengan lama dari
23
kala II. Dalam peneltiannya Brown et al, menyimpulkan bahwa ibu dengan kala II
lama memiliki resiko 1,4 kali terjadinya inkontinesia urine dibandingkan ibu yang
tidak mengalami kala II lama, dalam 3 bulan postpartum.9,16
Komplikasi yang terjadi pada janin akibat kala II lama adalah gawat janin
dalam rahim sampai meninggal. Juga dapat terjadi kelahiran janin dalam asfiksia
berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap. Trauma persalinan merupakan
akibat lain dari persalinan kala II lama yang dilakukan tindakan operastif per
vaginam. Trauma tersebut meliputi eksoriasi kulit, sefalhematom, perdarahan
subgaleal, ikterus neonatorum berat, dan nekrosis kepala yang akan diikuti
alopesia di kemudian hari. Selain itu dapat terjadi patah tulang dada, lengan, kaki,
kepala karena pertolongan persalinan dengan tindakan.10
II. 6 Prognosis
Prognosis dari partus kala II lama ini ditentukan oleh kecepatan dan
ketepatan dalam mendiagnosis serta menanganinya. Semakin lama partus tersebut
berlangsung, maka semakin besar kemungkinan terjadinya partus lama dan
semakin banyak komplikasi yang ditimbulkan baik pada ibu maupun pada
janinnya hingga terjadinya partus kasep.15
24
BAB III
PENUTUP
Kala II lama (Prolonged Second Stage) diartikan sebagai memanjangnya
waktu kala II dimana pada primigravida berlangsung lebih dari 2 jam dan pada
multipara berlangsung lebih dari 1 jam. Kala II lama merupakan kegawatdaruratan
obstetric yang harus segera dilakukan intervensi. Pemeriksaan klinik yang baik
dan pemilihan intervensi yang tepat dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas
ibu dan janin. Prinsip penanganan Kala II lama adalah menyelesaikan Kala II
lama, baik melalui tindakan bedah obstetri per vaginam (vakum
ekstraksi/forcep)/Sectio Cesaria maupun tindakan non bedah (akselerasi)
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Managing Prolonged and Obstructed Labour. Education for Safe Motherhood. Second edition. Geneva:Department of Making Pregnancy safer WHO; 2006.
2. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan dengan Tindakan (Tesis). Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro; 2006.
4. Cunningham., Gary et-al. Williams Obstetrics. 23rd Edition. New York: Mc Graw Hill, 2010.
5. Ness, Amen., Golberg, Jay., Berghella, Vicenzo. Abnormalities of the First and Second Stages of Labor. J Obstet Gynecol Clin 2005: 32; 201-20.
6. Anonymous. Intrapartum care: Care of healthy women and their babies during childbirth. NICE Guidelines; 2007.
7. Hutagalung, Filderia., Marliandiani. Hubungan antara Usia, Paritas Dengan Persalinan Kala II Lama (Studi Kasus di RSUD dr. Moch. Soewandhie Surabaya). Program studi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. 2011
8. Anonymous. South Australia Perinatal Practice Guideline: Chapter 9a Delays in the second stage of labour. South Australia, 2012.
9. Myles, Thomas D., Santolaya, Joaquin. Maternal and Neonatal Outcomes in Patients With a Prolonged Second Stage of Labor. Jobstet Gynecol America 2003: 102 (1); 52-8.
10. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008.
11. Neilson, J.P., lavender, T., Quenby, S., Wray, S. Obstructed labour: reducing maternal death and disability during pregnancy. British Medical Bulletin, 2003: 67: 191–204.
26
12. Joy, S., Thomas, P. 2011. Abnormal Labor. Emedicine (Serial Online), 2011. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/273053-overview, Accesed on May 5, 2013.
13. Pernoll, M. L. Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics and gynecology. Tenth edition. New York: Mc Graw Hill, 2001.
14. Syakurah, Risma. Tinjauan Pustaka Partus Kasep (Serial Online), 2011. http//www.wordpress.com. diakses tanggal 5 Mei 2012.
15. Anonymous. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jaarta:Bakti Husada, 2008.
16. Brown, SJ., Gartland, D., Donath, S., MacArthurc, C., Effects of prolonged second stage, method of birth, timing of caesarean section and other obstetric risk factors on postnatal urinary incontinence: an Australian nulliparous cohort study. International Journal of Obstetrics and Gynaecology, 2011.