REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS (PEMERIKSAAN NEUROLOGIS)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar BelakangRefleks adalah respon yang terjadi secara otomatis
tanpa usaha sadar. Ada dua jenis refleks, yaitu refleks sederhana
atau refleks dasar, yaitu refleks built-in yang tidak perlu
dipelajari, misalnya mengedipkan mata jika ada benda asing yang
masuk; dan refleks didapat atau refleks terkondisi, yang terjadi
ketika belajar dan berlatih, misalnya seorang pianis yang menekan
tuts tertentu sewaktu melihat suatu di kertas partitur. Jalur jalur
saraf saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas refleks
dikenal sebagai lengkung refleks.
Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisis secara
umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh. Dari refleks atau respon
yang diberikan oleh anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat
diketahui normal tidaknya fungsi dalam tubuh. Oleh karena itu,
pelaksanaan praktikum ini sangat penting agar diketahui bagaimana
cara memeriksa refleks fisiologis yang ada pada manusia.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak
yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada
gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak,
kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh
saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
[5]
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara
otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak.
Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak
atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya
berkedip, bersin, atau batuk. [5]
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan
pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian
diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set
saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung
dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor,
yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung
refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf
penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak
mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum
tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum
tulang belakang misalnya refleks pada lutut. [5]
Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung
reflex. Lengkung reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf
aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat
atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Pada
mamalia, hubungan (sinaps) antara neuron somatil aferen dan eferen
biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat neuron
aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla
spinalis atau melalui nervus kranialis, sedangkan badan selnya akan
terdapat di ganglion-ganglion homolog nervi kranialis atau melalui
nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla
spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik
dikenal sebagai hokum Bell-Magendie.[1]
Kegiatan pada lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik,
sebagai potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat
rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi
yang bersifat gagal atau tuntas, di saraf aferen. Frekuensi
potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya
potensial generator. Di system saraf pusat (SSP), terjadi lagi
respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang, berupa
potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic
Potential=EPSP) dan potesial inhibisi postsinaps (Inhibitory
Postsynaptic Potential=IPSP) di hubungan-hubungan saraf (sinaps).
Respon yang timbul di serat eferen juga berupa repons yang bersifat
gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini sampai di efektor,
terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang.
Bila efektornya berupa otot polos, akan terjadi sumasi respons
sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot polos. Akan
tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respons bertahap
tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang
mampu menghasilkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan
antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di system saraf
pusat, dan kegiatan di lengkung reflex ini dapat dimodifikasi oleh
berbagai masukan dari neuron lain yang juga bersinaps p
ada neuron eferen tersebut. [1]
Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung reflex yang
mempunyai satu sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung
reflex semacam itu dinamakan monosinaptik, dan reflex yang terjadi
disebut reflex monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih
dari satu interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan
polisanptik, dan jumlah sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus.
Pada kedua jenis lengkung reflex, terutama pada lengkung reflex
polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya
fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah
ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain. [1]
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh
direnggangkan, akan timbul kontraksi. Respons ini disebut reflex
renggang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya
berupa kontraksi otot yang direnggangkan. Reseptornya adalah
kumparan otot (muscle spindle). Impuls yang timbul akibat
peregangan kumparan otot yang dihantarkan ke SSP melalui sera-serat
sensorik cepat yang langsung bersinaps dengan neuron motorik otot
yang teregang itu. Neurotransmitter di sinaps yang berada di SSP
ini adalah glutamate. Reflex-refleks regang merupakan contoh reflex
monosimpatik yang paling dikenal dan paling banyak diteliti.
[1]
Jika suatu otot keseluruhan diregangkan secara pasif,
serat-serat intrafusal di dalam gelendong-gelendong otot juga
teregang, terjadi peningkatan pembentukan potensial aksi di serat
saraf aferen yang ujung-ujung sensoriknya berakhir di serat-serat
gelendong yang teregang tersebut. Neuron aferen secara langsung
bersinaps dengan neuron motorik alfa yang mempersarafi serat-serat
ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot itu.
Refleks regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme
umpan balik negative untuk menahan setiap perubahan pasif panjang
otot, sehingga panjang optimal dapat dipertahankan.[2]
Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau
knee-jerk reflex. Otot- otot ekstenson lutut adalah kuadriseps
femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke tibia (tulang
kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan
tendon ini dengan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan
otot-otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptor-reseptor
gelendongnya. Reflex regang yang terjadi menimbulkan kontraksi otot
ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat
tungkai bawah dengan cara yang khas. Pemeriksaan ini dilakukan
secara rutin sebagai penilain pendahuluan fungsi system saraf.
Reflex patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa sejumlah
komponen saraf dan otot-gelendong otot, masukan aferen, neuron
motorik, keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot itu
sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga mengindikasikan adanya
keseimbangan antara masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron
motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.[2]
Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan
peregangan pasif otot-otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya
gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. Setiap kali sendi lutut
cenderung melengkung akibat gravitasi, otot-otot kuadriseps
teregang. Kontraksi yang terjadi pada otot ekstensor ini akibat
reflex regang dengan cepat meluruskan lutut, menahan tungkai tetap
terkstensi, sehingga orang yang bersangkutan tetap berdiri
tegak.[2]
Stretch dinamis dan statis Stretch Reflex. Itu refleks regangan
dapat dibagi menjadi dua komponen: refleks peregangan dinamis dan
reflex regangan statis. Dinamis adalah menimbulkan refleks regangan
oleh menimbulkan sinyal dinamis ditularkan dari indra utama akhiran
dari spindle otot, yang disebabkan oleh peregangan cepat atau
unstretch. Artinya, ketika tiba-tiba otot diregangkan atau
teregang, sinyal kuat ditularkan ke sumsum tulang belakang; ini
seketika kuat menyebabkan refleks kontraksi (atau penurunan
kontraksi) dari otot yang sama dari sinyal yang berasal. Jadi,
fungsi refleks untuk menentang perubahan mendadak pada otot
panjang. Refleks regangan yang dinamis berakhir dalam fraksi detik
setelah otot telah menggeliat (atau awalnya) untuk panjang baru,
tetapi kemudian yang lebih lemah statis refleks regangan terus
untuk waktu yang lama setelahnya. Refleks ini diperoleh oleh statis
terus-menerus sinyal reseptor ditularkan oleh kedua primer dan
endings.The sekunder pentingnya peregangan statis refleks adalah
bahwa hal itu menyebabkan tingkat kontraksi otot
tetap cukup konstan, kecuali jika sistem saraf seseorang secara
spesifik kehendak sebaliknya.[3]
Yang sangat penting fungsi dari refleks regangan adalah
kemampuannya untuk mencegah osilasi atau sentakan pada pergerakan
mesin tubuh. Ini adalah fungsi meredam dam memperlancar seperti
yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Sinyal dari sumsum tulang
belakang sering ditularkan ke otot dalam bentuk unsmooth,
meningkatkan intensitas untuk beberapa milidetik, kemudian menurun
intensitas, kemudian mengubah tingkat intensitas lain, dan begitu
seterusnya. [3]
Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol
diameter pupil, sebagai tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan)
cahaya yang jatuh pada retina mata. Intensitas cahaya yang lebih
besar menyebabkan pupil menjadi lebih kecil (kurangnya cahaya yang
masuk), sedangkan intensitas cahaya yang lebih rendah menyebabkan
pupil menjadi lebih besar ( banyak cahaya yang masuk). Jadi,
refleks cahaya pupil mengatur intensitas cahaya yang memasuki mata.
[4]
Refleks kornea, juga dikenal sebagai refleks berkedip, adalah
tanpa sadar kelopak mata berkedip dari yang diperoleh oleh
stimulasi (seperti menyentuh atau benda asing) dari kornea, atau
cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan perifer. Harus
membangkitkan rangsangan baik secara langsung dan respons
konsensual (tanggapan dari mata sebaliknya). Refleks mengkonsumsi
pesat sebesar 0,1 detik. Tujuan evolusioner refleks ini adalah
untuk melindungi mata dari benda asing dan lampu terang (yang
terakhir ini dikenal sebagai refleks optik). [4]
Pemeriksaan refleks kornea merupakan bagian dari beberapa
neurologis ujian, khususnya ketika mengevaluasi koma. Kerusakan
pada cabang oftalmik (V1) dari saraf kranial ke-5 hasil di absen
refleks kornea ketika mata terkena dirangsang. Stimulasi dari satu
kornea biasanya memiliki respons konsensual, dengan menutup kedua
kelopak mata normal.[4]
Refleks biseps tes refleks yang mempelajari fungsi dari refleks
C5 busur dan untuk mengurangi refleks C6 derajat busur. Tes ini
dilakukan dengan menggunakan sebuah tendon palu untuk dengan cepat
menekan tendon biceps brachii saat melewati kubiti fosa. Secara
spesifik, tes mengaktifkan reseptor di dalam peregangan otot bisep
brachii yang berkomunikasi terutama dengan C5 dan sebagian saraf
tulang belakang dengan saraf tulang belakang C6 untuk merangsang
kontraksi refleks dari otot biseps dan menyentakkan lengan
bawah.[4]
BAB III
A. ALAT YANG DIBUTUHKAN
Palu perkusi
Lampu Senter
Kapas
Jarum
B. CARA KERJA
a. Refleks kulit perut
Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak
lurus di samping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral
kea rah umbilicus. Respon yang terjadi berupa kontraksi otot
dinding perut.
b. Refleks kornea
Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus.
Orang coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat
ke salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan
hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas. Respon berupa
kedipan mata secara cepat.
c. Refleks cahaya
Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba.
Respons berupa konstriksi pupil holoateral dan kontralateral.
Ulangi percobaan pada mata lain.
d. Refleks Periost Radialis
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan
tangan sedikit dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal
os radii. Respons berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi
tangan.
e. Refleks Periost Ulnaris
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan
tangan antara pronasi dan supinasi. Ketuklah pada periost prosessus
stiloideus. Respons berupa pronasi tangan.
f. Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)
1) Knee Pess Reflex (KPR)
Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua
tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang
dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella
dengan Hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi
otot kuadrisips.
2) Achilles Pess Reflex (ACR)
Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan.
Ketuklah pada tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari
kaki dan kontraksi otot gastronemius.
3) Refleks biseps
Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah
pada tendo otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada
siku dan tampak kontraksi otot biseps.
4) Refleks triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit
dipronasikan. Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku
akan menyebabkan ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.
5) Withdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi.
Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah
dengan hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril,
sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respons berupa
fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
PERLU DIPERHATIKAN:
1. Relaksasi sempurna: orang coba harus relaks dengan posisi
seenaknya. Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus
terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk
mempertahankan posisinya.
2. Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa.
Ini dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba
diatur dengan baik.
3. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi
tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan
yang cukup.
Refleks adalah jawaban motoric atas rangsangan sensorik yang
diberikan pada kulit atau respon apapun yang terjadi secara
otomatis tanpa usaha sadar. Dalam pemeriksaan refleks, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu :
- Relaksasi sempurna. Orasng coba harus relaks dengan posisi
seenaknya. Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus
terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk
mempertahankan posisinya.
- Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa.
Ini dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba
diatur dengan baik.
- Pemeriksaan mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada
sendi tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan
regangan yang cukup.
Ada pun arti penting refleks yaitu :
- Pemeriksaan refleks : bagian pemeriksaan fisis secara umum
- Pemeriksaan khususnya : pasien dengan lesi, UMN, LMN, atau
orang yang ototnya sering lemas.
- Pemeriksaan neurologis : pemeriksaan motorik (motorik kasar
dan motorik halus), pemeriksaan sensorik (raba, suhu, dll),
pemeriksaan koordinasi tubuh, dan pemeriksaan nervus (fungsi nervus
I XII).
Pada manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks fisiologis dan
patologis. Refleks fisiologis normal jika terdapat pada manusia,
sebaliknya refleks patologis normal jika tidak terdapat pada
manusia. Refleks fisiologis
Pada percobaan refleks kulit perut, orang coba berbaring
terlentang dengan kedua lengan terletak lurus samping badan. Kulit
di daerah abdomen dari lateral ke arah umbilikus digores dan respon
yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut. Namun pada orang
lanjut usia dan sering hamil, tidak terjadi lagi kontraksi otot
dinding perut karena tonus otot perutnya sudah kendor.
Pada refleks kornea atau refleks mengedip, orang coba
menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat salah satu
sisi tanpa menggerakkan kepala. Kemudian sisi kontralateral kornea
orang coba disentuh dengan kapas yang telah digulung membentuk
silinder halus. Respon berupa kedipan mata secara cepat.
Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana
respon pupil mata ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil.
Ternyata repon yang terjadi berupa kontriksi pupil homolateral dan
kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi
pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N.
Opticus, lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N
. Oculomotoris dan sampai ke spingter pupil. Refleks cahay ini juga
disebut refleks pupil.
Pada percobaan refleks periost radialis, lengan bawah orang coba
difleksikan pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan kemudian
dilakukan pengetukan periosteum pada ujung distal os radii.
Jalannya impuls pada refleks periost radialis yaitu dari processus
styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N.
cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris lalu akan
menggerakkan m. fleksor ulnaris. Respon yang terjadi berupa fleksi
lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
Respon dari refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan.
Jalannya impuls saraf berasal dari processus styloideus radialis
masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 5-6 lalu
masuk ke n. radialis lalu akan menggerakkan m. brachioradialis.
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan
akan timbul kontraksi. Respon ini disebut refleks regang.
Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya berupa
kontraksi otot yang diregangkan. Reseptornya adalah kumparan otot
(muscel spindle). Yang termasuk muscle spindle reflex (stretcj
reflex) yaitu Knee Pess Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR),
Refleks Biseps, Refleks Triceps, dan Withdrawl refleks.
Pada Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan palu
dan respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi
otot kuadriseps. Pada Achilles Pess Refleks (APR), tungkai
difleksikan pada sendi lutu dan kaki didorsofleksikan. Respon yang
terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan
kontraksi otot gastroknemius. Ketika dilakukan ketukan pada tendo
otot biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan
supinasi. Sedangkan jika tendo otot triseps diketuk, maka respon
yang terjadi berupa ekstensi lengan dan supinasi.
Untuk mengetahui fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan, misalnya untuk memeriksa nervus IX (nervus
glossopharingeus) dapat dilihat pada saat spatula dimasukkan ke
dalam mulut, maka akan timbul refleks muntah, sedangkan nervus XII
dapat dilakukan pemeriksaan pada lidah, dan beberapa nervus dapat
diperiksa dengan malihat gerakan bola mata. Nervus penggerak mata
antara nervus IV, abduscens, dan oculomotoris. Nervus XI (nervus
accesoris) dapat diuji dengan menekan pundak orang coba, jika ada
pertahanan, artinya normal.
Respon motorik kasar melibatkan seluruh koordinasi sistem saraf.
Respon ini dapat dilihat saat orang diminta menunjuk anggota secara
bergantian. Orang normal akan menunjuk dengan tepat, sebaliknya
orang yang koordinasi sistem sarafnya tidak normal maka dia tidak
akan menunjuk dengan tepat.
Pemeriksaan Neurologi
1. Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan
Glasgow Coma Scala (GCS) :
Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
Refleks verbal (V)
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan
membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara
Refleks motorik (M)
6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan
benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan.
Penderita yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6),
sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1)
Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata
bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X 5 6. Bila ada
trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 X 6. Atau bila
tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 5 X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak
berumur kurang dari 5 tahun.
Derajat kesadaran :
Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi
secara motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau
tenang.
Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap
rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan
kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua
kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.
Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan
kasar dan ada yang menghindar (contoh mnghindri tusukan)
Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus
Kualitas kesadaran :
Compos mentis : bereaksi secara adekuat
Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu
waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung
mengantuk.
Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan
waktu
Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak
sesuai dengan kekacauan fikirannya.
Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan
hampa
Gangguan fungsi cerebral meliputi :
Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan
gangguan emosi
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi
dan komunikasi.
2. Fungsi nervus cranialis
Cara pemeriksaan nervus cranialis :
a. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :
Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan
(kopi, tembakau, alkohol,dll)
b. N.II : Optikus (Tajam penglihatan):
dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandang
c. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi
pupil, gerakan otot mata):
Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks
pupil dan inspeksi kelopak mata.
d. N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):
sama seperti N.III
e. N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan
gigi, refleks kornea dan refleks kedip):
menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh
dengan kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan
benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin,
menyentuh permukaan kornea dengan kapas
f. N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) :
sama sperti N.III
g. N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3
anterior lidah ):
senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup
kelopak mataa dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan
gula dengan garam
h. N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan )
:
test Webber dan Rinne
i. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ):
membedakan rasaa mani dan asam ( gula dan garam)
j. N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) :
menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh
mengucap ah!
k. N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan
sternocleidomastoideus)
palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien
mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan
tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus,
suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien
melawan tahan.
l. N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah):
pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi.
Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan
perintahkan pasien melawan tekanan tadi.
3. Fungsi motorik
a. Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan
Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi
bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi sama sekali
b. Gait (keseimbangan) : dengan Rombergs test
4. Fungsi sensorik
Test : Nyeri, Suhu,
Raba halus, Gerak,
Getar, Sikap,
Tekan, Refered pain.
5. Refleks
a. Refleks superficial
Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal,
umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke
bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
b. Refleks tendon / periosteum
Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon
m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi
siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Refleks Periosto radialis
Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi
lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena
kontraksi m.brachiradialis
Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi
lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadratus
Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep
femoris
Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
Refleks Klonus lutut
Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama
stimulus berlangsung
Refleks Klonus kaki
Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi
di sendi lutut.
Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus
berlangsung
c. Refleks patologis
Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke
anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki
lainnya
Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar
maleolus lateralis dari posterior ke anterior
Respon : seperti babinsky
Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke
distal
Respon : seperti babinsky
Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
Schaefer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky
Gonda
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky
Stransky
Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5
Respon : seperti babinsky
Rossolimo
Cara : pengetukan pada telapak kaki
Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
Mendel-Beckhterew
Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
Respon : seperti rossolimo
Hoffman
Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi
Trommer
Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respon : seperti hoffman
Leri
Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap
lengen diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atas
Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku
Mayer
Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk
tangan
Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari
d. Refleks primitif
Sucking refleks
Cara : sentuhan pada bibir
Respon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah
menyusu
Snout refleks
Cara : ketukan pada bibir atas
Respon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah
hidung
Grasps refleks
Cara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan
pasien
Respon : tangan pasien mengepal
Palmo-mental refleks
Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian
thenar
Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi
lateral)
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa
pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan
volunter atas perintah
2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih
dan membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain
terutama jari tengah.
5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh
baik tubuh sendiri maupun orang lain.
6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika
sederhana.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah
sebagai berikut :
1. Refleks kulit perut berupa kontraksi otot dinding perut.
2. Refleks cahaya berupa kontriksi pupil homolateral dan
kontralateral.
3. Refleks periost radialis berupa fleksi lengan bawah pada siku
dan supinasi tangan.
4. Refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan.
5. Knee pess reflex, respon berupa ekstensi tungkai disertai
kontraksi otot kuadriseps.
6. Achilles pess refleks, respon berupa plantar rfleksi dari
kaki dan kontraksi otot gastroknemius.
7. Refleks biseps berupa fleksi lengan pada siku dan kntraksi
otot biseps.
8. Refleks trisep berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot
triseps.
B. SARAN
1. Sebaiknya perlengakapan lab diperbanyak sehingga praktikan
dapat melakukan praktikum ini sendiri dengan bimbingan asisten.
2. Melibatkan langsung mahasiswa dalam proses praktikum agar
mahasiswa dapat lebih paham.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem.EGC
2. Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
EGC
3. Guyton & Hall.2006.Text Book of Medical
Phisiology.Elsevisier Saunders
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Reflex
REFLEK FISIOLOGI DAN PATOLOGI
A. Pemeriksaan reflek
Reflek motorik merupakan kontraksi yang tidak disadari dari
respon otot atau kelompok otot yang meregang tiba-tiba dekat daerah
otot yang di ransang. Tendon terpengaruh langsung dengan palu
reflek atau secara tidak langsung melalui benturan pada ibu jari
penguji yang ditempatkan rekat pada tendon. Uji reflek ini
memungkinkan orang yang menguji dapat mengkaji lengkung reflek yang
tidak disadari, yang bergantung pada adanya reseptor bagian aferen,
sinap spinal, serabut eferen motorik dan adanya beberapa pengaruh
perubahan yang bervariasi pada tingkat yang lebih tinggi. Biasanya
reflek yang dapat diuji mencakup reflek bideps, brakhioradialis
triseps, patela, dan pergelangan kaki (atau Achiles).
B. Tehnik reflek
Palu reflek digunakan untuk menimbalkan reflek tendon profunda
(RTP). Batang palu dipegang longgar antara ibu jari dan jari
telunjuk, yang memberikan getaran. Gerakan pergerakan tangan sama
seperti pada saat digunakan selama perkusi. Ekstremitas diposisikan
sehingga tendon sedikit meregang. Hal ini membutuhkan pengetahuan
tentang lokasi otot, dan tendong yang melengkapinya. Tendon yang
bergerak cepat yang berhubungan dengan reflek dibandingkan dengam
sisi yang berlawanan.
C. Derajat reflek
Hilangnya reflek adalah sangat lah berarti, walaupun
sentakanpergelangan kaki (reflek Achilles) yang tidak ada, terutama
pada lansia. Respon reflek sering dikelaskan antara 0 sampai 4.
4+-hiperaktif dengan klonus terus-menerus
3+-hiperaktif
2+-normal
1+-hipoaktif
0+-tidak ada reflek
A. Jenis-jenis reflek
1. Reflek biseps
Reflek biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat
siku pada keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah
dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan
menggunakan palu reflek. Respon normal dalam fleksi pada siku dan
kontraksi binseps.
2. Reflek triseps
Untuk menimbulkan reflek triseps, lengan pasien difleksikan pada
siku dan diposisikan depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan
pasien dan mengindetifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5
sampai 5 cm diatas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya
menyebabkan kontraksi otot triseps dari ekstensi siku.
3. Reflek brakhioradialis
Pada saat pengkajian reflek brakhioradialis, penguji meletakkan
lengan pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas
perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku.
Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan
supinasi.
4. Reflek patella
Reflek patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella
tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur
telentang. Jika pasien telentang, pengkaji menyokong kaki untuk
memudahkan refleksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut
adalah respon normal.
5. Reflek ankle
Buat pergelangan kaki dalam keadaan reflek, kaki dalam keadaan
dorsi fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian
tendon Achilles. Reflek normal yang muncul adalah fleksi pada
bagian plantar. Jika penguji tidak dapat menimbulkan reflek
pergelangan kaki dan kemungkinan tidak dapat rileks, pasien
diinstruksikan untuk berlutut pada sebuah kursi atau tingginya sama
dengan penguji. Tempatkan pergelangan kaki dengan posisi dorsi
fleksi dan kurangi tegangan otot gastroknemeus. Tendon Achilles
digores menurun dan terjadi fleksi plantar.
6. Klonus
Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini di
sebut klonus. Jika kaki dibuat dorsi fleksi dengan tiba-tiba, dapat
mengakibatkan dua atau tiga kali gerakan sebelum selesai pada
posisi istirahat. Kadang-kadang pada penyakit SSP terdapat
aktivitas ini dan kaki tidak mampu istirahat di mana tendon menjadi
longgar tetapi aktivitas menjadi berulang-ulang. Tidak
terus-menerus klonus dihubungkan dengan keadaan normal tetapi
reflek hiperaktif tidak dipertimbangkan sebagai keadaan patologis.
Klonus yang teru-menerus indikasi adanya penyakit SSP dan
membutuhkan evaluasi dokter.
7. Reflek kontraksi abdominal
Reflek superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit
dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat
adalah kontraksi yang tidak di sadari oleh otot abdomen dan
selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik.
8. Respons babinsky
Reflek yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit
SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respon
babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP
utuh digores, maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik
bersama-sama. Pada pasien yang mengalami penyakit SSP pada sistem
motorik, jari-jari kaki menyebar dan menjauh. Keadaan ini normal
pada bayi tetapi bila ada pada orang dewasa keadaan ini abnormal.
Beberapa variasi refleks-refleks lain memberi informasi. Dan yang
lainnya juga perlu diperhatian tetapi tidak memberi informasi yang
teliti.
Referensi:
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan
medical bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit
EGC: Jakarta.
REFLEK FISIOLOGI DAN PATOLOGI
REFLEK FISIOLOGI DAN PATOLOGI
A. Pemeriksaan reflek
Reflek motorik merupakan kontraksi yang tidak disadari dari
respon otot atau kelompok otot yang meregang tiba-tiba dekat daerah
otot yang di ransang. Tendon terpengaruh langsung dengan palu
reflek atau secara tidak langsung melalui benturan pada ibu jari
penguji yang ditempatkan rekat pada tendon. Uji reflek ini
memungkinkan orang yang menguji dapat mengkaji lengkung reflek yang
tidak disadari, yang bergantung pada adanya reseptor bagian aferen,
sinap spinal, serabut eferen motorik dan adanya beberapa pengaruh
perubahan yang bervariasi pada tingkat yang lebih tinggi. Biasanya
reflek yang dapat diuji mencakup reflek bideps, brakhioradialis
triseps, patela, dan pergelangan kaki (atau Achiles).
B. Tehnik reflek
Palu reflek digunakan untuk menimbalkan reflek tendon profunda
(RTP). Batang palu dipegang longgar antara ibu jari dan jari
telunjuk, yang memberikan getaran. Gerakan pergerakan tangan sama
seperti pada saat digunakan selama perkusi. Ekstremitas diposisikan
sehingga tendon sedikit meregang. Hal ini membutuhkan pengetahuan
tentang lokasi otot, dan tendong yang melengkapinya. Tendon yang
bergerak cepat yang berhubungan dengan reflek dibandingkan dengam
sisi yang berlawanan.
C. Derajat reflek
Hilangnya reflek adalah sangat lah berarti, walaupun
sentakanpergelangan kaki (reflek Achilles) yang tidak ada, terutama
pada lansia. Respon reflek sering dikelaskan antara 0 sampai 4.
4+-hiperaktif dengan klonus terus-menerus
3+-hiperaktif
2+-normal
1+-hipoaktif
0+-tidak ada reflek
D. Jenis-jenis reflek
1. Reflek biseps
Reflek biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat
siku pada keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah
dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan
menggunakan palu reflek. Respon normal dalam fleksi pada siku dan
kontraksi binseps.
2. Reflek triseps
Untuk menimbulkan reflek triseps, lengan pasien difleksikan pada
siku dan diposisikan depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan
pasien dan mengindetifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5
sampai 5 cm diatas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya
menyebabkan kontraksi otot triseps dari ekstensi siku.
3. Reflek brakhioradialis
Pada saat pengkajian reflek brakhioradialis, penguji meletakkan
lengan pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas
perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku.
Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan
supinasi.
4. Reflek patella
Reflek patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella
tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur
telentang. Jika pasien telentang, pengkaji menyokong kaki untuk
memudahkan refleksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut
adalah respon normal.
5. Reflek ankle
Buat pergelangan kaki dalam keadaan reflek, kaki dalam keadaan
dorsi fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian
tendon Achilles. Reflek normal yang muncul adalah fleksi pada
bagian plantar. Jika penguji tidak dapat menimbulkan reflek
pergelangan kaki dan kemungkinan tidak dapat rileks, pasien
diinstruksikan untuk berlutut pada sebuah kursi atau tingginya sama
dengan penguji. Tempatkan pergelangan kaki dengan posisi dorsi
fleksi dan kurangi tegangan otot gastroknemeus. Tendon Achilles
digores menurun dan terjadi fleksi plantar.
6. Klonus
Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini di
sebut klonus. Jika kaki dibuat dorsi fleksi dengan tiba-tiba, dapat
mengakibatkan dua atau tiga kali gerakan sebelum selesai pada
posisi istirahat. Kadang-kadang pada penyakit SSP terdapat
aktivitas ini dan kaki tidak mampu istirahat di mana tendon menjadi
longgar tetapi aktivitas menjadi berulang-ulang. Tidak
terus-menerus klonus dihubungkan dengan keadaan normal tetapi
reflek hiperaktif tidak dipertimbangkan sebagai keadaan patologis.
Klonus yang teru-menerus indikasi adanya penyakit SSP dan
membutuhkan evaluasi dokter.
7. Reflek kontraksi abdominal
Reflek superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit
dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat
adalah kontraksi yang tidak di sadari oleh otot abdomen dan
selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik.
8. Respons babinsky
Reflek yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit
SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respon
babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP
utuh digores, maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik
bersama-sama. Pada pasien yang mengalami penyakit SSP pada sistem
motorik, jari-jari kaki menyebar dan menjauh. Keadaan ini normal
pada bayi tetapi bila ada pada orang dewasa keadaan ini abnormal.
Beberapa variasi refleks-refleks lain memberi informasi. Dan yang
lainnya juga perlu diperhatian tetapi tidak memberi informasi yang
teliti.
Referensi:
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan
medical bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit
EGC: Jakarta.
REFLEK MEDULA SPINALIS
A. Pengertian refleks
Refleks adalah respon yang tidak disadari terhadap suatu
ransangan, yaitu yaitu suatu aksi otomatis yang diransang oleh
beberapa perubahan khusus.
Reflek medula spinalis adalah refleks yang tidak bergantung
secara langsung kepada otak, meskipun otak dapat menghambat atau
meningkatkan refleks tersebut.
B. Lengkung reflek
Lengkung refleks adalah jalur yang ditempuh impuls saraf ketika
muncul sebuah refleks, dan ada lima bagian penting yang
terlibat:
1. Reseptor
Reseptor adalah mendeteksi perubahan (stimulus) dan
membangkitkan impuls.
2. Neuron sensorik
Neuron sensorik adalah menghantar impuls dari reseptornya menuju
Sistem Saraf Perifer.
3. Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat adalah mengandung satu atau lebih sinaps
(interneuron dapat juga berperan sebagai jalan jalur).
4. Neuron motorik
Neuron motorik adalah menghantar impuls dari SistemSaraf Perifer
ke efektornya.
5. Efektor
Efektor adalah melakukan aksinya yang khas.
Referensi:
Scanlon, Valerie C. (2006). Buku ajar anatomi dan fisiologi.
Edisi 3. EGC : Jakarta.
REFLEKS MONOSINAPTIK:
REFLEK REGANG
Bila otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan, otot
ini akan berkontraksi. Respons seperti ini disebut reflek regang.
Ransangan yang membangkit reflek regang adalah regangan pada otot,
dan responnya adalah kontraksi yang diregangkan tersebut. Alat
indranya adalah kumparan otot (muscle spindle). Impuls yang
tercetus dikumparan otot dihantar ke sistem saraf perifer melalui
serabut saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian secara
langsung akan diteruskan ke neuron motorik yang menpersarafi otot
yang teregang. Neuron stransmitter di sinaps pusat adalah glutamat.
Reflek regang merupakan reflek monosinaptik di dalam tubuh yang
paling banyak diketahui dan dipelajari.
Referensi:
Wiliam F. Ganong. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi
2. EGC: Jakarta.
REFLEK
Reflek tendon dalam dapat ditimbulkan dengan mengetukkan palu
refleks secara cepat dan kuat pada tendong yang teregang sebagian.
Impuls kemudian berjalan disepanjang serabut aferen menuju medulla
spinalis, kemudian bersinaps dengan neuron motori, atau neuron
kornu anterior. Sesudah bersinaps, impuls dihantarkan kebawah
melalui neuron motorik menuju radiks anterior, kemudian diteruskan
melalui saraf spinal dan saraf perifer. Sesudah melampaui batas
neuron muskular, otot diransang untuk berkontraksi. Inilah bentuk
lengkung reflek yang paling sederhana.
Reflek tendon dalam disebut juga reflek regang otot yang sering
diperiksa adalah refleks biseps, refleks triseps dan refleks
radiobrakialis, reflek patela, serta refleks achilles.
Tingkatang kekuatan reflek
+4 yaitu sangat kuat
+3 yaitu lebih kuat dari normal, tetapi tidak harus menunjukkan
penyakit
+2 yaitu rata-rata atau normal
+1 yaitu sedikit berkurang
0 yaitu tidak ada respons
Referensi:
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit. Edisi 6. EGC: Jakarta.
Refleks Fisiologi
Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang
ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah
diketuk padasendisiku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.
- Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot
triceps,posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
- Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung
distal os symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit
pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
karena kontraksi m.brachiradialis.
- Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus
styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi
supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadrates.
- Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan
hammer. Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi
m.quadrises femoris.
- Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon
: plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
- Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah
distal. Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama
stimulus berlangsung.
- Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal,
posisi tungkai fleksi di sendi lutut. Respon : kontraksi
reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.
Refleks Patologis
- Babinsky : penggoresan telapak longlegs bagian lateral dari
posterior ke anterior. Respon : ekstensi ibu jari longlegs dan
pengembangan jari longlegs lainnya.
- Chadock : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral
sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior. Respon :
seperti babinsky.
- Oppenheim : pengurutan krista anterior tibia dari proksimal ke
distal. Respon : seperti babinsky.
- Gordon : penekanan betis secara keras. Respon : seperti
babinsky.
- Schaefer : memencet tendon achilles secara keras. Respon :
seperti babinsky.
- Gonda : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari longlegs
ke-4. Respon : seperti babinsky.
- Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5. Respon :
seperti babinsky.
- Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi
jari-jari longlegs pada sendi interfalangeal.
- Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis pada daerah os
coboideum. Respon : seperti rossolimo.
- Hoffman : goresan pada kuku jari tengah pasien. Respon : ibu
jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi.
- Trommer : colekan pada ujung jari tengah pasien. Respon :
seperti Hoffman.
- Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap
lengan diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke atas. Respon :
tidak terjadi fleksi di sendi siku.
- Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak
tangan. Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari.