BAB 1. PENDAHULUAN Banyak masalah emergensi yang menyangkut kesehatan seseorang. Salah satunya adalah masalah di bidang jantung, yang dimana kalau tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa berakibat fatal, salah satu masalah emergensi di bidang jantung adalah tamponade jantung. Tamponade jantung merupakan sindroma klinik yang disebabkan oleh akumulasi cairan didalam ruangan pericardial akibat dari menurunnya pengisian ventrikel atau pun akibat kegagalan sirkulasi sekunder dari kompresi ruangan jantung akibat efusi pericard. Compresi yang terjadi akibat cairan terakumulasi diruang perikard bisa akibat nanah, darah , bekuan darah, yang merupakan hasil dari efusi, trauma atau ruptur pada jantung. perikard manusia terdiri dari struktur jaringan ikat yang kaku dan walaupun relatif sedikit darah yang terkumpul, namun sudah bisa menghambat aktivitas jantung dan mengganggu pengisian jantung. Mengeluarkan darah atau cairan perikard , perikardiosintesis , sering hanya keluar 15-20 ml sudah memperbaiki hemodinamik. Secara epidemologi di amerika serikat insiden dari 2 kasus per 10000 populasi. Gejala yang bervariasi seperti pasien dengan tamponade jantung akut didapatkan peningkatan tekanan vena jugularis , 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1. PENDAHULUAN
Banyak masalah emergensi yang menyangkut kesehatan seseorang. Salah
satunya adalah masalah di bidang jantung, yang dimana kalau tidak segera
mendapatkan penanganan yang cepat bisa berakibat fatal, salah satu masalah
emergensi di bidang jantung adalah tamponade jantung. Tamponade jantung
merupakan sindroma klinik yang disebabkan oleh akumulasi cairan didalam
ruangan pericardial akibat dari menurunnya pengisian ventrikel atau pun akibat
kegagalan sirkulasi sekunder dari kompresi ruangan jantung akibat efusi pericard.
Compresi yang terjadi akibat cairan terakumulasi diruang perikard bisa
akibat nanah, darah , bekuan darah, yang merupakan hasil dari efusi, trauma atau
ruptur pada jantung. perikard manusia terdiri dari struktur jaringan ikat yang kaku
dan walaupun relatif sedikit darah yang terkumpul, namun sudah bisa
menghambat aktivitas jantung dan mengganggu pengisian jantung. Mengeluarkan
darah atau cairan perikard , perikardiosintesis , sering hanya keluar 15-20 ml
sudah memperbaiki hemodinamik. Secara epidemologi di amerika serikat insiden
dari 2 kasus per 10000 populasi. Gejala yang bervariasi seperti pasien dengan
terhadap tuberkuloprotein, gangguan resorbsi dan cedera vaskuler dipercaya
dapat membentuk efusi perikardium. Permukaan perikardium menjadi tebal
dan berwarna abu-abu tampak seperti bulu-bulu kusut yang menunjukkan
eksudasi fibrin. Efusi dapat berkembang melalui beberapa fase yaitu: serosa,
serosanguinous, keruh atau. Reaksi seluler awal cairan tersebut mengandung
sel polimorfonuklear (PMN). Jumlah total sel berkisar 500-10000/ mm3.
Terjadi perubahan kimiawi yang ditandai dengan penurunan glukosa dan
peningkatan protein. Pada stadium ini dapat terjadi efusi masif sebanyak 4 L.
3. Absorpsi efusi dengan terbentuknya granuloma perkijuan dan penebalan
perikardium. Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen yang menimbulkan
fibrosis perikardium.
4. Penebalan perikardium parietal, konstriksi miokardium akan membatasi ruang
gerak jantung dan ada deposit kalsium di perikardium. Pada kasus ini sudah
terjadi penebalan perkardium parietal dan konstriksi miokardium. Bila volume
cairan melebihi "penuh" di tingkat perikardium itu, efusi perikardial
mengakibatkan tekanan pada jantung dan terjadi Cardiac Tamponade
(tamponade jantung) yaitu terjadinya kompresi jantung akibat darah atau cairan
menumpuk di ruang antara miokardium (otot jantung) dan perikardium
(kantung jantung).
Terdapat 3 fase perubahan hemodinamik:13
10
1. Fase 1: Peningkatan cairan perikardial meningkatkan tekanan pengisian
ventrikel. Pada fase ini tekanan ventrikel kanan dan kiri tetap lebih tinggi
daripada tekanan intraperikardial.
2. Fase 2: Peningkatan tekanan intraperikardial melebihi tekanan pengisian
ventrikel kanan, sehingga curah jantung turun.
3. Fase 3: Tercapai keseimbangan antara peningkatan tekanan intraperikardial
dengan tekanan ventrikel kiri sehingga terjadi gangguan curah jantung yang
berat.
Proses yang mendasari tamponade karena pengurangan pengisian
diastolik, akan menurun sehingga di antaranya akan menyebabkan peningkatan
tekanan vena . pada vena. Pada vena pulmonalis , peningkatan ini
menyebabkan dyspnea dan ronkhi (edema paru). Peningkatan tekanan vena
sistemik menyebabkan kongesti vena leher, hepatomegali, asites dan edema
perifer. Curah jantung yang menurun pada tamponade jantung karena
penurunan pengisian ventrikel. Akan mengakibatkan peningkatan aktivitas
simpatis , terjadi takikardi dan sentralisasi sirkulasi. Gabungan dari penurunan
tekanan darah , takikardia dan penekanan arteri koronaria menyebabkan
iskemik miokard dengan perubahan EKG yang khas. Jika tamponade
pericardium (terutama jika akut) tidak dihilangkan dengan pungsi pericardium ,
tekanan vena diastolic akan meningkat jauh lebih tinggi karena terjadi
lingkaran setan dan kerja pemompaan jantung akan berhenti.13
Jumlah cairan pericardial yang diperlukan untuk merusak pengisian
diastolik jantung tergantung pada tingkat akumulasi cairan dan compliance dari
perikardium. Akumulasi cepat dengan cairan sedikit sebanyak 150ml dapat
menyebabkan peningkatan tajam tekanan perikardial dan sangat menghambat
cardiac output, sedangkan 1000 mL cairan dapat terakumulasi sdalam periode
yang lebih lama tanpa efek signifikan terhadap pengisian diastolik jantung. Hal
ini disebabkan adaptasi dari peregangan perikardium dari waktu ke waktu. Jika
compliance perikardium lebih besar dapat memungkinkan akumulasi cairan
11
yang lebih banyak selama periode yang lebih lama tanpa terjadinya perubahan
hemodinamik.
Gambar 5. Patofisiologi Tamponade dan Kontriksi Perikardium11
2.6 Diagnosis
12
Dalam sebuah penelitian retrospektif pasien dengan tamponade jantung,
gejala yang paling umum dicatat adalah dyspnea, takikardia, dan tekanan vena
jugularis tinggi. Takikardia, takipnea, dan hepatomegali yang diamati dalam
lebih dari 50% pasien dengan tamponade jantung, dan suara jantung berkurang
dan perikardial friction rub yang hadir di sekitar sepertiga dari
pasien. Beberapa pasien mungkin ada gejala pusing, mengantuk, atau
palpitasi. Dingin, kulit lembab dan dingin, dan pulsa lemah karena hipotensi
juga diamati pada pasien dengan tamponade. Ada pun gejala dari tamponade
jantung14 :
Beck triad1,2,4,5,9,10,12,13
Dijelaskan pada tahun 1935, ini kompleks temuan fisik, juga disebut triad
kompresi akut, mengacu pada :
1. peningkatan tekanan vena jugularis
2. penurunan tekanan darah (hipotensi)
3. suara jantung menjauh
Temuan ini hasil dari akumulasi cepat cairan perikardial. Ini triad klasik
biasanya diamati pada pasien dengan tamponade jantung akut. Diagnosis
tamponade jantung tidak mudah , diagnosis klasik adanya trias Beck yang kadang
sulit karena penilaian suara jantung menjauh sulit ditemukan jika dalam keadaan
berisik , distensi vena leher tidak ditemukan karena penderita hipovolemia , dan
hipotensi sering disebabkan oleh hipovolemia.
Pulsus paradoksus1,2,4,5,9,10,12,13
Pulsus paradoksus (atau pulsa paradoks) adalah berlebihan (> 12 mm Hg atau
9%) dari penurunan inspirasi normal pada tekanan darah sistemik14.Sumber lain
mengatakan Pulsus paradoxus adalah keadaan fisiologis dimana terjadi penurunan
dari tekanan sistolik selama inspirasi spontan.1
13
Untuk mengukur paradoksus pulsus, pasien sering ditempatkan dalam
posisi miring, respirasi harus normal. Manset tekanan darah meningkat untuk
setidaknya Hg 20mm di atas tekanan sistolik dan perlahan-lahan mengempis
sampai Korotkoff pertama suara yang terdengar hanya selama ekspirasi.
Pada pembacaan tekanan, jika manset tidak lebih kempes dan paradoksus
pulsus tampak, suara Korotkoff pertama tidak terdengar selama inspirasi. Seperti
manset kempes lebih lanjut, titik di mana suara Korotkoff pertama terdengar
selama kedua inspirasi dan ekspirasi dicatat.
Jika perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua lebih besar dari 12
mm Hg, tanda pulsus paradoksus normal akan tampak . Paradoksnya adalah
bahwa sambil mendengarkan suara jantung selama inspirasi, denyut nadi melemah
atau tidak dapat diraba saat detak jantung tertentu, sementara S 1 terdengar dengan
semua detak jantung.
Bila penurunan tersebut lebih dari 10 mmHg , maka ini merupakan tanda
lain terjadinya tamponade jantung. Tetapi tanda pulsus paradoxus tidak selalu
ditemukan , lagi pula sulit mendeteksi dalam ruang gawat darurat. Tambahan lagi
jika terjadi tension pnuemothorak , terutama sisi kiri , maka akan sangat mirip
dengan tamponade jantung. Sebuah pulsus paradoksus mungkin tidak ada pada
pasien dengan tekanan diastolik LV nyata meningkat, defek septum atrium,
hipertensi paru, regurgitasi aorta, tekanan rendah tamponade, atau tamponade
jantung kanan.
14
Gambar 6. Table kondisi yang menyebabkan tidak tampak adanya pulsus
paradoksus di tamponade jantung12
TANDA KUSSMAUL 1,2,4,5,9,10,12,13
Hal ini dijelaskan oleh Adolph Kussmaul sebagai peningkatan paradoks di
distensi vena dan tekanan selama inspirasi. Tanda Kussmaul biasanya
diamati pada pasien dengan perikarditis konstriktif, tetapi kadang-kadang
diamati pada pasien dengan tamponade jantung
2. 7 Pemeriksaan penunjang
Radiografi (Foto Thorak)
Foto thorak dapat menunjukkan cardiomegali, jantung berbentuk “water bottle-
shaped heart “, kalsifikasi perikardial, atau bukti trauma dinding dada.
15
Gambar 7. Rontgen dada anteroposterior-view menunjukkan massive , bottle
–shaped heart dan tidak adanya kongesti vaskular paru. 14
CT scan
Kompresi sinus koroner seperti yang diamati melalui CT scan sebagai penanda
awal untuk tamponade jantung pada 46% pasien. 14
Echocardiography
Cara diagnosis yang dilakukan dapat berupa USG –echocardiography
(Focused assessment sonogram in trauma-FAST) dan / atau perikardiosentesis.
FAST bila dilakukan di unit gawat darurat adalah cara yang paling cepat dan
akurat untuk melihat jantung dan perkardium. Di tangan pemeriksa yang
berpengalaman FAST mempunyai akurasi sekitar 90%. 1,14
Meskipun echocardiography menyediakan informasi yang berguna,
tamponade jantung adalah diagnosis klinis. Berikut ini dapat diamati dengan
echocardiography 2-dimensi (2-D):
16
Ruang bebas –echo, posterior dan anterior ventrikel kiri dan belakang
atrium kiri - Setelah operasi jantung, terlokalisasi, terkumpul cairan posterior
tanpa efusi anterior yang signifikan dapat terjadi dan mungkin menekan cardiac
output.
Gambar 8. collapse Diastolik Awal , dinding bebas ventrikel kanan (dilihat
dari sudut parasternal short pada katup aorta). 14
Akhir diastolik kompresi / collapse atrium kanan
Awal collapse diastolik dinding ventrikel
17
Gambar 9. Collapse Diastolik Akhir Atrium Kanan (tampilan subkostal). 14
Jantung seperti Berayun dalam kantung
LV pseudohypertrophy
Inferior vena cava dengan minimal atau tidak ada collapse dengan
inspirasi
Gambar 10. Vena Cava Inferior Melebar14
Sebuah augmentasi lebih besar dari 40% meningkat relatif inspirasi pada
aliran sisi kanan
18
Sebuah penurunan lebih besar dari 25% menurun relative inspirasi dalam
aliran melintasi katup mitral
Pendekatan Pertimbangan Pemeriksaan penunjang 14
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, diagnosis yang tepat merupakan
kunci untuk mengurangi risiko kematian bagi pasien dengan tamponade jantung.
Meskipun tamponade jantung adalah diagnosis klinis, penilaian lebih lanjut dari
kondisi pasien dan diagnosis penyebab yang mendasari tamponade dapat
diperoleh melalui penelitian laboratorium, pencitraan, dan elektrokardiografi.
Echocardiography, misalnya, dapat digunakan untuk memvisualisasikan
ventrikel dan kelainan kompresi atrium sebagai siklus darah melalui jantung,
sementara penelitian laboratorium dapat menunjukkan tanda-tanda infark
miokard, trauma jantung, dan penyakit menular.
Laboratorium14
Bantuan studi berikut dalam penilaian pasien dengan tamponade jantung:
Creatine kinase dan isoenzim - kadarnya meningkat pada pasien dengan
infark miokard dan trauma jantung.
Faal ginjal dan complete blood count (CBC) dengan diferensial - Tes ini
berguna dalam diagnosis uremia dan penyakit menular tertentu yang terkait
dengan perikarditis
Factor Koagulasi - Waktu protrombin dan waktu tromboplastin diaktifkan
parsial berguna untuk menentukan risiko perdarahan selama intervensi, seperti
drainase perikardial dan / atau penempatan jendela perikardial
Antibodi antinuclear assay, tingkat sedimentasi eritrosit, dan faktor
rheumatoid - Meski tidak spesifik, hasil dari tes ini dapat memberikan petunjuk
untuk penyakit predisposisi jaringan ikat untuk mengetahui efusi perikardial.
Tes HIV - Sekitar 24% dari semua efusi perikardial dilaporkan dikaitkan
dengan infeksi HIV
19
Test Purified protein derivatif - ini digunakan untuk mendiagnosis
tuberkulosis, yang merupakan penyebab penting dan penyebab tidak jarang dari
efusi perikardial dan tamponade.
Elektrokardiografi14
Dengan elektrokardiogram 12-lead , temuan berikut menunjukkan berapa hal,
tetapi tidak untuk diagnostik tamponade perikardial:
Sinus tachycardia
Tegangan rendah QRS kompleks
Listrik alternans - Juga diamati selama takikardia supraventrikuler dan
ventrikel
PR segmen depresi
Gambar 11. 12-lead elektrokardiogram menunjukkan sinus takikardia
dengan listrik alternans. 14
20
Listrik alternans14
Pergantian kompleks QRS, biasanya dalam rasio 2:1, temuan
elektrokardiografi disebut listrik alternans. Hal ini disebabkan oleh pergerakan
jantung dalam ruang perikardial. istrikAlternans l juga diamati pada pasien dengan
iskemia miokard, emboli paru akut, dan tachyarrhythmia.
Gambar 12. Tipe A. tidak ada efusi, Tipe B. pemisahan epicardium dan perikardium (3-16 ml ¼ 1-3 mm), Tipe C 1. sistolik dan diastolik dari pemisahan epicardium dan perikardium (efusi kecil> 15 ml >1 mm saat Diastole), Tipe C 2. sistolik dan diastolik dari pemisahan epicardium dan perikardium dengan gerak
lemah perikardial, Type D. pemisahan epicardium dan perikardium dengan ruang bebas Echo yang besar, Tipe E. penebalan perikardial (> 4 mm). 5
Pulse oximetry14
Variabilitas pernafasan pada gelombang pulse-oksimetri dicatat pada
pasien dengan paradoksus pulsus. Dalam kelompok kecil pasien dengan
tamponade, penelitian mencatat peningkatan variabilitas pernafasan pada pulsa-
oksimetri gelombang pada semua pasien. Temuan ini menimbulkan kecurigaan
untuk compromise hemodinamik. Pada pasien dengan atrial fibrilasi, pulse-
oksimetri dapat membantu dalam mendeteksi adanya tanda pulsus paradoksus.
21
2.8 Penatalaksanaan
Tamponade jantung dapat timbul perlahan , sehingga memungkinkan
evaluasi yang lebih teliti , atau timbul cepat sehingga memerlukan diagnosis
yang dilakukan dan terapi yang cepat pula. Bila FAST menunjukan cairan
intaperikardial , maka dapat dilakukan perikardiosentes untuk menstabilkan
sementara hemodinamik penderita sambil menunggu tranportasi ke kamar
operasi , dimana dapat dilakukan torakotomi dan perikardiotomi untuk
memeriksa cedera di jantungnya. Perikordiosentesis akan bersifat diagnostic
maupun terapeutik , namun bukan terapi definitif untuk tamponade jantung .1,13
Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan indikasi bila penderita
dengan shock hemoragik tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan
mungkin ada tamponade jantung. Tindakan ini menyelamatkan dan tidak boleh
diperlambat untuk mengadakan pemeriksaan diagnostik tambahan.
Metode sederhana untuk mengeluarkan cairan itu adalah
perikardiosenstesis , kecurigaan tinggi adanya tamponade jantung pada
penderita yang tidak memberikan respon terhadap tindakan resusitasi ,
merupakan tindakan perikardiosentesis melalui metode subksifoid . tindakan
alternatif lainnya melakukan operasi jendela perikard atau torakotomi dengan
perikardiotomi oleh seorang ahli bedah. Prosedur ini lebih baik dilakukan
diruang operasi jika penderita memungkinkan.1,4,9,10,13
Walaupun kecurigaan besar adanya tamponade jantung, tetap dilakukan
pemberiaan infus awal karena akan meningkatkan tekanan vena dan
meningkatkan cardiac output untuk sementara , sambil melakukan persiapan
untuk tindakan perikardiosentesis melalui subskifoid. Pada tindakan ini
penggunaan plastic-sheated needle atau insersi dengan teknik Seldinger
merupakan cara paling baik , tetapi dalam keadaan yang lebih gawat prioritas
adalah aspirasi darah dari kantung perikard.
22
Monitoring Elektrokardiografi dapat menunjukan tertusuknya miokard
( peningkatan voltase dari gelombang T, ketika jarum perikardiosentesis
menyentuh epikardium) atau terjadi disaritmia. Karena luka jantung mungkin
menutup sendiri perikardiosentesis akan memperbaiki gejala untuk sementara.
Namun semua penderita positif tamponade jantung memerlukan torakotomi
atau median sternotomi, untuk pemeriksaan dan perbaikan cedera jantungnya.
Perikardiosentesis mungkin negatif karena darah dalam rongga pericardium
beku. Perikardiotomi adalah operasi yang bisa menyelamatkan nyawa
dikerjakan oleh ahli bedah yang berpengalaman.
Gambar 13. Algorithma yang langsung dipakai oleh emergency department torakotomy untuk cardiopulmonary resuscitation (CPR). ECG = electrocardiogram; OR = operating room; SBP = systolic blood pressure.4
Torakotomi resusitasi1
Pijatan jantung tertutup untuk henti jantung atau PEA kurang efektif
pada keadaan penderita yang hipovolemia . penderita dengan luka tembus
23
thorak yang sampai rumah sakit tidak teraba denyut nadinya tetapi masih ada
aktivitas elektrik dari miokard harus dilakukan torakotomi resusitasi
secepatnya.
Torakotomi antero lateral kiri dilakukan untuk mendapatkan akses langsung ke
jantung ,sambil meneruskan resusitasi cairan . intubasi endotrakeal dan
ventilasi mekanik mutlak harus dikerjakan . tindakan terapi efektif yang dapat
dikerjakan selama torakotomi adalah :
1. evakuasi darah di perikard yang menyebabkan tamponade jantung
2. control langsung sumber pendarahaan pada perdarahan intrathorak
3. pijatan jantung terbuka
4. klem silang aorta decendens untuk mengurangi kehilangan darah
dibawah diafragma dan meningkatkan perfusi ke otak dan jantung.
24
Gambar 14 . A. Emergency thoracotomy dilakukan melalui ruang interkostal kelima menggunakan pendekatan secara anterolateral.
B dan C. perikardium dibuka anterior ke arah saraf frenikus, dan jantung diputar keluar untuk perbaikan.
D. jantung pijat terbuka harus dilakukan dengan bergantung , gerakan menepuk tangan , dengan penutupan berurutan dari telapak tangan ke jari. Teknik dua tangan sangat dianjurkan karena teknik pijat satu tangan menimbulkan risiko
perforasi miokard dengan jempol.4
PERIKARDIOSENTESIS1
25
A. monitor tanda vital penderita, CVP dan EKG , sebelum, selama dan
sesudah prosedur
B. persiapan bedah pada area xiphoid dan subxiphoid,jika ketersediaan waktu
C. anestesi local di tempat pungsi, jika perlu
D. gunakan #16#18 gauge , 6 inchi (15 cm) atau kateter jarum yang lebih
panjang , terpasang pada tabung jarum yang kosong 35 ml dengan 3 way
stopcock.
E. Identifikasi adanya pergeseran mediastinum yang menggeser jantung
secara bermakna
F. Tusuk kulit 1-2 cm inferior xiphokondrial junction kiri , dengan sudut 45
derajat.
G. Dorong jarum dengan hati-hati kearah sefalad dan ditunjukan ke ujung
scapula kiri
H. Jika jarum terdorong terlalu jauh (ke otot ventricular ) pola cedera
(misalnya perubahan ekstrim gelombang ST-T atau melebar dan
membesarnya kompleks QRS ) muncul pada monitor EKG. Pola ini
mengindikasikan jarum perikardiosentesis harus ditarik sampai pola EKG
sebelumnya muncul kembali, kontaksi ventricular premature dapat terjadi
juga, sekunder terhadap iritasi pada miokard ventrikel
I. Ketika ujung jarum memasuki perikard yang terisi darah , hisap sebanyak
mungkin
J. Selama inspirasi, epikardium kembali mendekat dengan permukaan dalam
perikard , juga mendekati ujung jarum, akibatnya pola cedera pada EKG
muncul kembali. Hal ini menandakan jarum perikardiosentesis harus
ditarik sedikit . jika pola cedera ini persisten , tarik seluruh jarum keluar.
26
K. Sesudah aspirasi selesai , cabut tabung jarum, dan sambungkan ke 3 way
stopcock, tinggalkan stopcock tertutup . pertahankan posisi kateter
ditempatnya
L. Jika gejala tamponade jantung persisten , buka stopcock dan perikard
diaspirasi ulang , jarum plastic perikardiosentesis dapat dijahit atau
diplester dan ditutup dengan kain atau kasa kecil untuk memeungkinkan
dilakukan dekompresi berulang atau pada saat pemindahan penderita ke
fasilitas medis lainnya.
Gambar 15. A. Akses ke perikardium diperoleh melalui subxiphoid, dengan jarum miring 45 derajat ke atas dari dinding dada dan menuju bahu kiri. B. Seldinger Teknik ini digunakan untuk menempatkan pig tail kateter . Darah dapat berulang kali disedot dengan jarum suntik atau tube yang melekat dengan drainase akibat gravitasi. Evakuasi darah pericardial yang tidak membeku mencegah iskemia subendocardial dan menstabilkan pasien untuk dibawa masuk ke ruang operasi.4
27
Setelah perikardiosentesis, pemasangan kateter intrapericardial dengan sistem
drainase tertutup melalui kran 3-way. . Kateter dapat dibiarkan selama 1-2 hari
dan dapat digunakan untuk perikardiosentesis jika diperlukan dekompresi jantung
lagi. Cairan yang keluar harus di pantau dan di uji laboratorium setiap hari
membantu menemukan infeksi bakteri kateter. Jika sel darah putih (WBC) count
naik secara signifikan, kateter perikardial harus segera di lepaskan.14
Gambar 16. Gambaran ECG - pada saat Jarum Perikardiosentesis mengenai otot
jantung3
2.9 Komplikasi
1. Lacerasi Ventrikel Epikard/Miokard
2. Lacerasi Arteri /Vena Coroner
3. hemoprikardium baru, sekunder terhadap lacerasi arteri / vena coroner dan
atau ventrikel epikard/miokard
4. Fibrilasi Ventrikel
5. Edema Paru
6. Gagal Jantung
2.10 Prognosis
28
Risiko kematian tergantung pada kecepatan diagnosis, pengobatan yang
diberikan dan penyebab yang mendasari tamponade tersebut.
Diagnosis dini dan pengobatan sangat penting untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. American college of surgeons. 2004.Advanced Trauma Life Support
Program for Doctors.American College of Surgeons, 633 N. Saint Clair
St.,Chicago
2. Bodson , Laurent et all. 2011. Cardiac tamponade. Current Opinion in
Critical care , 17:416-424.Lippicont Williams & Wilkins. France
3. Cardiac . 2012. Cardiac picture. Google image search- website The heart
disease & heart healty woman. United State of America
4. Cothren, C. Clay .2010. Basic Considerations - Trauma . Schwartz's Principles of Surgery ninth edition 2010:272-276 . The McGraw-Hill Companies.United State Of America.
5. Maish, Bernhard.2004.Guidelines on the Diagnosis and Management of
Pericardial Diseases. The European Society of Cardiology . Germany
6. Mayosi, Bongani et all. Tuberculous Pericarditis. American Heart
Association Circulation. 2005;112:3608-3616. Greenville Avenue- Dallas.
American
7. Munthe , Eva.2011. Tamponade Jantung et causa Perikarditis