KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas karunia dan rahmat yang diberikan, sehingga penulisan referat yang berjudul “Pemeriksaan Radiologi Pada Stroke” dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik Radiologi sebagai syarat kelulusan dapat terselesaikan tanpa hambatan dan rintangan yang berarti. Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga atas bantuan dan pengertiannya selama penulisan karya tulis ini serta yang terhormat: 1. dr. Lydia Theresia Purba, Sp. Rad sebagai pembimbing 2. Staff dan pengajar kepaniteraan klinik Radiologi Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam pengembangan informasi ilmiah baik bagi penulis, mahasiswa, institusi dan masyarakat. Jakarta, Februari 2015 Penulis 1
Dibuat dalam rangka menyelesaikan stase kepaniteraan Radiologi di RS UKI.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas karunia dan rahmat yang
diberikan, sehingga penulisan referat yang berjudul “Pemeriksaan Radiologi Pada Stroke” dalam
rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik Radiologi sebagai syarat kelulusan dapat
terselesaikan tanpa hambatan dan rintangan yang berarti.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas
dari bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga atas bantuan dan pengertiannya
selama penulisan karya tulis ini serta yang terhormat:
1. dr. Lydia Theresia Purba, Sp. Rad sebagai pembimbing
2. Staff dan pengajar kepaniteraan klinik Radiologi
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam pengembangan
informasi ilmiah baik bagi penulis, mahasiswa, institusi dan masyarakat.
Jakarta, Februari 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
II.1 Anatomi Otak 4
II.2 Definisi Stroke 6
II.3 Epidemiologi Stroke 7
II.4 Klasifikasi Stroke 7
II.4.1 Stroke Non Hemoragik 7
II.4.1.1 Gejala Stroke Non Hemoragik 8
II.4.2 Stroke Hemoragik 10
II.4.2.1 Gejala Stroke Hemoragik 11
II.5 Patofisiologi Stroke 12
II.6 Diagnosis Stroke 13
II.7 Pencegahan Stroke 13
II.7.1 Pencegahan Premordial 13
II.7.2 Pencegahan Primer 13
II.7.3 Pencegahan Sekunder 13
II.7.4 Pencegahan Tertier 13
II.8 Penatalaksanaan Stroke 13
II.9 Komplikasi Stroke 14
II.10 Prognosis 14
BAB III PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA STROKE 15
DAFTAR PUSTAKA 22
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit stroke sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang utama baik di
negara maju maupun di negara berkembang, karena disamping menyebabkan angka kematian
yang tinggi, stroke juga sebagai penyebab kecacatan yang utama. Di Amerika Serikat, stroke
menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada
700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya dengan
serangan berulang. Menurut WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh
dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85
tahun.1 Berdasarkan data dari Balitbangkes, terjadi peningkatan prevalensi stroke dari 8,3 per
1.000 pada Riskesdas 2007 menjadi 12,1 per 100 pada Riskesdas 2013 (Untuk stroke responden
usia 15 tahun ke atas), dimana untuk kelompok umur 21-30 tahun (0,74%), 31-40 (4,5%), 41-50
tahun (18,5%), 51-60 tahun (33,8%) dan > 60 tahun (42,1%).2
Dalam beberapa dekade terakhir, metode neuroimaging telah terbukti baik untuk
meningkatkan penanganan untuk stroke. Tomografi yang terkomputerisasi (CT Scan) dan MRI
(magnetic resonance imaging) telah secara rutin digunakan untuk membedakan antara perdarahan
intraserebral atau kontraindikasi lain dari trombolisis, untuk mendeteksi penyakit lain yang
bergejala sama seperti stroke dan untuk memperkirakan waktu kejadian dari terjadinya stroke.
Dengan ketersediaan yang cepat dan metode imaging yang semakin modern, diharapkan dapat
membuat deteksi dan penatalaksanaan terhadap stroke menjadi lebih baik lagi di masa depan.3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Anatomi Otak
Menurut American Heart Association (AHA) dalam Family Guide to Stroke, otak adalah
organ manusia yang kompleks. Setiap area dari otak mempunyai fungs khusus. Otak merupakan
organ tubuh yang ikut berpartisipasi pada semua kegiatan tubuh, yang dapat berupa bergerak,
Prognosis dipengaruhi oleh usia pasien, tingkat kesadaran, jenis kelamin, tekanan darah,
penyebab stroke, dan ada atau tidaknya penyakit komorbid.7
BAB III
PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA STROKE
14
Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang penting pada
pasien stroke. Hal ini penting agar dapat mendiagnosis secara tepat stroke dan subtipenya, untuk
mengidentifikasi penyebab utamanya dan penyakit terkait lain, untuk menentukan terapi dan
strategi pengelolaan terbaik, serta untuk memantau kemajuan pengobatan. Pada stroke,
pemeriksaan radiologis yang umum dilakukan adalah CT Scan dan MRI.3
a. Computed Tomography (CT)
Pada pasien dengan stroke memiliki gambaran scan yang tidak normal yaitu perdarahan
dan infark. CT membedakan perdarahan infark setidaknya lima hari setelah stroke. Pendarahan
baru memiliki gambaran kepadatan tinggi (putih), biasanya bulat dan menempati ruang. Infark
biasanya kepadatan rendah (gelap) dan menduduki wilayah vaskular dengan swelling. Tidak ada
waktu yang optimal untuk pasien stroke dengan CT dalam menunjukkan infark yang pasti, namun
dilakukan sesegera mungkin.10
1. Stroke Non-hemoragik: CT-Scan14
a. Pada stadium awal sampai 6 jam pertama, tak tampak kelainan pada CT-Scan.
Kadang kadang sampai 3 hari belum tampak gambaran yang jelas. Sesudah 4
hari tampak gambaran lesi hipodens (warna hitam), batas tidak tegas.
b. Fase lanjut, densitas akan semakin turun, batas juga akan semakin tegas, dan
bentuk semakin sesuai dengan area arteri yang tersumbat.
c. Fase akhir, terlihat sebagai daerah hipodens dengan densitas sesuai dengan
densitas liquordan berbatas tegas.
2. Stroke Hemoragik: CT-Scan14
a. Terlihat gambaran lesi hiperdens warna putih dengan batas tegas.
b. Pada stadium lanjut terlihat edema disekitar perdarahan (edem perifokal) yang
menyebabkan pendesakan. Jika terjadi absorbsi lengkap, gambarannya
hipodens.
15
Gambar 1. CT scan otak menunjukkan sirkulasi infark anterior kanan total (A) empat jam dan (B) pada lima hari setelah onset gejala. (A) Tanda-tanda halus infark awal: kehilangan ganglia basal di kanan (panah putih bandingkan dengan caudate dan inti lentiform), kehilangan deferensiasi materi abu-abu/putih (panah hitam), pembengkakan kecil
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gelombang-gelombang
magnet daripada x-rays untuk mencitrakan (image) otak. Gambar-gambar MRI jauh
lebih detil daripada yang dari CT, namun ini bukanlah suatu tes baris pertama dalam
stroke karena memakan waktu lebih dari satu jam untuk diselesaikan. MRI dapat
digunakan untuk mengidentifikasi zat kimia yang terdapat pada area otak yang
membedakan tumor otak dan abses otak, perfusi MRI dapat mengestimasi aliran darah
pada sebagian area, difusi MRI digunakan untuk mendeteksi akumulasi cairan (edema)
secara tiba-tiba dan MRI juga dapat memperlihatkan aliran darah di otak dengan jelas.
Suatu MRI dilaksanakan dalam perjalanan perawatan pasien jika detil-detil yang lebih
halus diperlukan untuk membuat keputusan medis yang lebih jauh.14
Pemeriksaan MRI -- Infark pada stroke akut
Akut: Low signal (hypointense) pada area T1, high signal (hyperintense) pada spin
density dan/atau T2. Diikuti distribusi vaskular. Massa parenkim berubah.
Sub akut: Low signal pada T1, high signal pada T2. Diikuti distribusi vaskular.
Revaskularisasi dan rusaknya blood-brain barrier.
Old: Low signal pada T1, high signal pada T2, infark yang luas.
Perdarahan akut dapat diidentifikasi dalam enam jam pertama stroke. Rutin
(spin echo) MRI urutan tetap khusus untuk perdarahan tanpa batas di 90% dari pasien.
Pada 10% sisanya yang memiliki perdarahan intraserebral yang pasti, diagnostik
(yaitu, sinyal rendah disebabkan oleh haemosiderin) tidak terlihat di spin gema MRI
T2, meskipun cerebromalacea dapat terlihat. Secara khusus, spin cepat sering
digunakan gema urutan kepadatan T2 dan proton yang relatif sensitif sedangkan urutan
gradient echo adalah yang paling sensitif.14
16
Gambar 1. CT scan otak menunjukkan sirkulasi infark anterior kanan total (A) empat jam dan (B) pada lima hari setelah onset gejala. (A) Tanda-tanda halus infark awal: kehilangan ganglia basal di kanan (panah putih bandingkan dengan caudate dan inti lentiform), kehilangan deferensiasi materi abu-abu/putih (panah hitam), pembengkakan kecil
Gambar 2. Pencitraan otak dari seorang wanita berusia 75 tahun enam minggu setelah stroke otak
scan (A) daerah bercahaya konsisten dengan penyakit pembuluh kecil. Daerah lusen di hemisfer
sinistra terlihat seperti suatu infark. MRI (B,C) yang diperoleh pada hari yang sama menunjukkan
perubahan iskemik tidak hanya lebih kecil (bintik-bintik putih) tetapi juga perdarahan (daerah
gelap) dalam inti lentiform kiri. Perdarahan lebih mudah diidentifikasi pada gradient gema MRI
(C) dari pada spin gema cepat T2 (B). Ada juga microhaemorrhages tua terlihat pada gradient
gema MR (titik hitam) dan lesi kalsifikasi insidental kecil dilobus oksipital (panah).14
17
c. Metode lain dari MRI
Magnetic Resonance Angiogram (MRA)
Digunakan untuk secara khusus melihat pembuluh-pembuluh darah secara non-invasif
(tanpa menggunakan tabung-tabung atau suntikan-suntikan).14
Diffusion Weighted Imaging (DWI)
Teknik ini dapat mendeteksi area kelainan beberapa menit setelah aliran darah ke suatu
bagian dari otak telah berhenti, sedangkan suatu MRI konvensional mungkin tidak
mendeteksi suatu stroke hingga sampai enam jam setelah ia telah mulai, dan suatu CT
scan adakalanya tidak dapat mendeteksinya sampai ia berumur 12 sampai 24 jam. Pada
DWI, TIA memiliki lesi terlihat relevan pada saat DWI dicitrakan dalam waktu 24
jam. DWI mungkin paling berguna secara klinis untuk mengidentifikasi lesi positif
pada pasien dengan stroke kortikal atau lacunar kecil, atau untuk menentukan apakah
pasien dengan infark sebelumnya dan tanda-tanda memburuk telah mengembangkan
18
Gambar 3. Trombosis vena serebri dan infark (A) dan (B) pasca intravena kontras. Scan yang diperoleh pada enam jam setelah onset gejala. Perhatikan bahwa hipodensity di wilayah temporal kiri posterior jauh lebih berkembang daripada untuk infark arteri pada usia yang sama (1A), dengan tepi yang lebih jelas dan pusat perdarahan (panah putih). Setelah ada peningkatan pusat (panah putih) dan sinus melintang terlihat trombose (panah hitam). Wilayah yang terkena dampak tidak sesuai dengan arteri serebral tengah atau serebral posterior, memberikan petunjuk lebih lanjut untuk asal vena.14
infark baru atau tidak; DWI mungkin positif sampai seminggu di setidaknya setelah
pencitraan perfusi stroke.14
d. Angiogram Konvensional
Suatu angiogram adalah tes lain yang digunakan untuk melihat pembuluh-
pembuluh darah. Suatu tabung kateter yang panjang dimasukkan kedalam suatu arteri
(biasanya di area pangkal paha) dan dye disuntikan ketika x-rays secara simultan diambil.
Dimana suatu angiogram memberikan beberapa dari gambar-gambar yang paling detil dari
anatomi pembuluh darah, ia juga adalah suatu prosedur invasif dan digunakan hanya
ketika diperlukan secara mutlak. Contohnya, suatu angiogram dilakukan setelah suatu
hemorrhage ketika sumber perdarahan yang tepat perlu diidentifikasi. Ia juga adakalanya
dilaksanakan untuk secara akurat mengevaluasi kondisi dari suatu arteri karotid ketika
operasi untuk membuka halangan pembuluh darah itu direnungkan.3,14
e. Carotid Doppler ultrasound
Suatu carotid Doppler ultrasound adalah suatu metode non-invasif yang
menggunakan gelombang-gelombang suara untuk menyaring/melihat penyempitan-
penyempitan dan pengurangan aliran darah pada arteri karotid dan vertebralis untuk
mengidentifikasi stenosis ateromatosa atau diseksi. 3,14
Keadaan Klinis Khusus
Infark vena mungkin terdiagnosis sebagai penyebab stroke. Peningkatkan
kesadaran mengarah ke yang lebih baik. Infark vena menjadi edema dengan gambaran
hipodens dan jauh lebih cepat dari infark arteri serta lebih sering mengandung daerah pusat
perdarahan. Tambahan gambaran seperti sinus vena thrombose (hyperdense sinus pra-
kontras, atau mengisi cacat pada sinus pasca kontras), atau opak sinus paranasal atau
mastoids menunjukkan kemungkinan infeksi sebagai penyebab thrombosis harus dicari.3
MRI menunjukkan gambaran lebih jelas, meskipun mereka mungkin terlihat pada
CT. Membedakan tumor dari infark pada CT (atau MRI) biasanya tidak masalah, tetapi
kadang-kadang tumor yang tumbuh lambat seperti glioma dapat meniru infark kortikal
kecil dengan muncul berbentuk baji yang melibatkan korteks dan materi putih yang
berdekatan, sedikit hipodens, dan tidak meningkatkan dengan kontras.12
19
Kadang-kadang tumor juga dapat hadir sebagai pendarahan dan pendarahan
mungkin cukup luas untuk melenyapkan sementara pada neoplasma yang mendasari di
scan. Waktu adalah alat diagnostik yang berguna, mengulangi pencitraan akan
memperjelas diagnosis, infark dan pendarahan umumnya mendapatkan lebih kecil
sedangkan tumor tetap sama atau menjadi lebih besar. Lebih lanjut, pasien yang pada
awalnya hadir dengan apa yang tampak seperti stroke langsung, namun yang tidak
berperilaku sebagai stroke khas, harus mengulangi scan untuk mengidentifikasi sesekali
tumor atau lesi non-vaskular. Ensefalitis kadang bisa meniru stroke, terutama pada pasien
ditemukan dengan kesadaran berkurang, neurologi fokal, dan tidak ada riwayat dari awal.10
Pencitraan, baik CT, MRI atau lanjutan MRI teknik, tidak selalu andal
membedakan antara klinis. Diagnosis tergantung pada penilaian lainnya. Diseksi dari
karotis atau vertebralis arteri harus dicurigai pada pasien dengan nyeri leher dan stroke.
MRI adalah yang terbaik karena dapat menunjukkan pembuluh darah dan lesi parenkim.
Sebuah gambaran khas adalah penyempitan aliran arteri karotis atau vertebralis karena
sebuah cincin atau sinyal yang tinggi disebabkan oleh perdarahan di dinding arteri.
Penampilan juga dapat menirukan oleh aliran lambat dalam arteri atas stenosis
(ateromatosa) ketat, atau proksimal ke oklusi arteri besar intrakranial, sehingga hati-hati
untuk menegakkan diagnosis.14
Mengingat implikasi terapi mungkin, intra-arteri angiografi harus dipertimbangkan
jika ada keraguan untuk diagnosis dari diseksi. CADASIL (cerebral autosomal dominant
arteriopathy with subcortical infarcts and leucoencephalopathy) menyebabkan kelainan
yang menonjol pada subkortikal memeberikan gambaran putih yang mungkin meniru
beberapa infark lacunar dan atrofi, sering pada pasien yang relatif muda, dan imaging
mendukung diagnosis.12
MELAS (mitochondrial encephalopathy, lactic acidosis, and stroke) menyajikan
dengan stroke pada pasien yang lebih muda. Pada CT atau MR kortikal seperti infark
terlihat di daerah temporal atau occipito-temporal posterior, sering bilateral dan tidak
menempati wilayah pembuluh darah yang khas.5,7
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Ropper AH, Brown RH. 2005. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s Priciples of
Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill.
2. Riskesdas Depkes. 2013. Tersedia:
http://www.depkes.go.id/resources/general/Hasil_2520Riskesdas_25202013_pdf Diakses pada 16
Februari 2015
3. Wegener S. Neuroimaging Of Acute Ischaemic Stroke: Current Challenges. EMJ Neurol.