BAB I PENDAHULUAN Gangguan psikotik terutama skizofrenia merupakan masalah serius dan mungkin menjadi fatal yang sering muncul pada periode penting perkembangan seorang remaja hingga dewasa. 1 Skizofrenia merupakan penyakit yang paling sering ditemukan dari gangguan psikotik berat. 1, 2 Termasuk dalam sepuluh besar penyakit di dunia yang paling menyusahkan golongan produktif. 3 Skizofrenia adalah psikotik kronik dengan prevalensi 0,7% dalam setiap kehidupan manusia, pertama sekali diderita oleh orang dewasa dan mengalami onset yang lebih cepat pada laki-laki usia dua puluh tahunan. Pada wanita gejala bisa timbul beberapa tahun lebih lambat walaupun faktor resiko pada laki-laki dan perempuan setara. 4 Skizofrenia adalah gangguan psikotik kronik yang telah menjadi fokus penyakit global selama bertahun- tahun. 2 Kerusakan kognitif merupakan penyebab terbesar dalam kematian pada penyakit ini. Dalam dua dekade terakhir ini atau sejak studi imaging molekuler dikembangkan telah ditemukan berbagai persepsi mengenai patofisiologi yang mendasari terjadinya gangguan psikosis, gangguan kognitif dan perkembangan keduanya. Telah ditemukan adanya implikasi presinaptik karena disfungsi dopaminergic, kapasitas sintesis dopamine, dopamine yang dilepaskan dan level dopamine paling dasar yang meningkat dalam gangguan ini. Studi berikutnya 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
Gangguan psikotik terutama skizofrenia merupakan masalah serius dan
mungkin menjadi fatal yang sering muncul pada periode penting perkembangan
seorang remaja hingga dewasa. 1Skizofrenia merupakan penyakit yang paling sering
ditemukan dari gangguan psikotik berat. 1, 2 Termasuk dalam sepuluh besar penyakit
di dunia yang paling menyusahkan golongan produktif. 3 Skizofrenia adalah psikotik
kronik dengan prevalensi 0,7% dalam setiap kehidupan manusia, pertama sekali
diderita oleh orang dewasa dan mengalami onset yang lebih cepat pada laki-laki usia
dua puluh tahunan. Pada wanita gejala bisa timbul beberapa tahun lebih lambat
walaupun faktor resiko pada laki-laki dan perempuan setara. 4
Skizofrenia adalah gangguan psikotik kronik yang telah menjadi fokus
penyakit global selama bertahun-tahun. 2 Kerusakan kognitif merupakan penyebab
terbesar dalam kematian pada penyakit ini. Dalam dua dekade terakhir ini atau sejak
studi imaging molekuler dikembangkan telah ditemukan berbagai persepsi mengenai
patofisiologi yang mendasari terjadinya gangguan psikosis, gangguan kognitif dan
perkembangan keduanya. Telah ditemukan adanya implikasi presinaptik karena
disfungsi dopaminergic, kapasitas sintesis dopamine, dopamine yang dilepaskan dan
level dopamine paling dasar yang meningkat dalam gangguan ini. Studi berikutnya
menunjukkan bahwa kapasitas sintesis dopamine meningkat pada pasien-pasien yang
mengalami perkembangan psikotik dari tahun ke tahun, tapi tidak terjadi pada
mereka yang mendapatkan penyembuhan segera. 2Kapasistas sintesis dopamine yang
luar biasa ini memberikan efek yang juga buruk berupa keadaan kognitif yang
semakin memburuk dan dan dapat mempengaruhi fungsi kortikal pada gyrus
frontalis.2
Bagaimanapun pengaruh genetik diyakini memiliki peranan yang dominan.
Data hipotesis neurobiologi terbaru menyatakan bahawa skizofrenia ditandai oleh
hipoglutamatergic dan hiperdopaminergik neurotranmisi. Dapat disimpulkan
penyakit ini dan gejalanya mungkin saja ditimbulkan oleh stimulasi berlebihan pada
subcortical tipe 2 dopamine reseptor, hipoaktivitas kortikal tipe 1 dopamin reseptor
dan berkurangnya aktivitas glutamatergik prefrontal.2
1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Psikotik adalah suatu kondisi yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, tidak mampu membedakan antara realita dan fantasi,
misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh5. Sumber lain
menyebutkan bahwa gangguan psikotik adalah gangguan mental yang
ditandai dengan kerusakan menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai
dengan delusi, halusinasi, bicarain kohern yang jelas, atau perilaku yang tidak
teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada kewaspadaan pasien terhadap
inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya. Ada berbagai macam gangguan
psikotik yang sering dijumpai dalam masyarakat, dan skizofrenia merupakan
diagnosa yang paling sering dijumpai1.
2.1 Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum
diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam proses pikir, mood, dan
perilaku. Prevalensi seumur hidup sekitar 1%. Prevalensi antara pria dan wanita
sama. Puncak usia dari onset penyakit ini antara 15 dan 35 tahun. Onset sebelum usia
10 tahun atau setelah 45 tahun adalah jarang5,6,7. Skizofrenia secara definisi
merupakan suatu gangguan yang harus terjadi sedikitnya 6 bulan atau lebih,
termasuk sedikitnya selama 1 bulan mengalami waham, halusinasi, pembicaraan
yang kacau, perilaku kacau atau katatonik atau simtom-simtom negatif. Meskipun
tidak dikenali secara formal sebagai bagian darikriteria diagnostik untuk skizofrenia,
sejumlah studi mengsubkategorikan gejala-gejala penyakit ini ke dalam 5 dimensi,
yaitu simptom positif, simptom negatif, simtom kognitif, simptom
agresif/permusuhan, dan simptom depresif/cemas7. Simptom positif tampaknya
merefleksikan suatu ketidaksesuaian dengan fungsi-fungsi yang normal dan secara
tipikal meliputi waham dan halusinasi, ini termasuk bahasa dan komunikasi yang
mengalami distorsi atau berlebih-lebihan (pembicaraan yang kacau) dan juga dalam
memonitor perilaku (perilaku yang kacau atau katatonik atau teragitasi). Simptom
negatif terdiri dari sedikitnya 5 gejala yaitu pendataran afek, alogia, avolisi,
anhedonia, dan hendaya dalam atensi. Simptom kognitif mungkin gambarannya
2
3
dapat bertumpang tindih dengan simptom negatif. Gejala ini secara spesifik termasuk
gangguan pikiran dari skizofrenia dan kadang-kadang penggunaan bahasa yang aneh
termasuk inkoherensia, asosiasi yang longgar, dan neologisme. Hendaya dalam
atensi dan memproses informasi adalah hendaya kognitif spesifik lainnya yang
dihubungkan dengan skizofrenia. Simtom agresif dan permusuhan bisa bertumpang
tindih dengan simtom positif tetapi secara spesifik menekankan pada masalah
mengontrol impuls. Simptom ini meliputi permusuhan yang jelas, seperti perlakuan
yang kasar baik secara verbal atau fisik ataupun sampai melakukan penyerangan.
Beberapa simptom juga termasuk seperti perilaku melukai diri sendiri, bunuh diri,
membakar rumah dengan sengaja atau merusakkan milik orang lain. Tipe lain dari
ketidakmampuan mengontrol impuls seperti sexual acting out, juga termasuk
kedalam kategori simptom agresif dan permusuhan. Simtom depresif dan cemas
sering dihubungkan dengan skizofrenia, tetapi adanya simtom ini bukan berarti
memenuhi kriteria diagnostik untuk komorbid dengan gangguan ansietas atau
gangguan afektif7.
Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) merupakan suatu alat ukur yang
valid untuk menilai beratnya simtom yang dialami pasien skizofrenik dan penilaian
terhadap keluaran terapeutik PANSS mempunyai 30 butir penilaian dengan 3 skala
perubahan mental, dan kemampuan abstrak yang buruk. Banyak dari gejala tersebut
mirip dengan yang terlihat dalam gejala negatif skizofrenia.5
Tabel 2.1
Efek Gangguan Lobus Frontalis5
Perubahan aktivitas motorik
Tidak adanya spontanitas
Penurunan kecepatan dan jumlah aktivitas mental dan fisik
Mutisme Akinetik
Gangguan intelektual
Konsentrasi yang buruk
Ketidakmampuan melakukan rencana
Defisit daya perhatian
Gangguan mengurutkan tugas
Perlambatan proses mental
Perubahan kepribadian
Flasiditas
Tidak adanya perhatian terhadap akibat tindakan
Ketidakacuhan social, khususnya mandi, berpakaian, control usus dan kandung
kemih
Kegembiraan kekanak-kanakan (moria)
Gurauan, kata-kata yang tidak sesuai (witzelsucht)
Emosi yang tidak stabil dan superficial
Disfungsi bahasa
Afasia Broca
Mutisme
Lobus frontalis juga merupakan area yang dilalui oleh jaras mesokortikal
yang merupakan jaras dopaminergik penyebab gejala negatif yang paling
banyak.
BAB IIIKESIMPULAN
Gejala-gejala psikotik baik gejala positif maupun negatif diyakini memimiliki
hubungan erat dengan genetic, struktur otak dan neurotransmitter yang terjadi di
dalamnya. Penelitian berbasis imunoneuropatobiologis menunjukkan bahwa
Neurotransmiter berperanan sangat penting dalam gangguan perilaku dan gangguan
psikiatrik. Neurotransmiter yang berpengaruh pada terjadinya gangguan perilaku dan
pskiatrik diantaranya adalah dopamin, norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan
asetilkolin
Gejala negatif diantaranya penarikan emosional, penarikan sosial yang pasif
tidak acuh, kurangnya spontanitas dan arus percakapan, afek tumpul, kemiskinan
rapport, atensi yang buruk, penghindaran sosial secara aktif,retardasi motorik,
gangguan kehendak, mannerisme dan membentuk postur.
Faktor yang paling dominan dalam kemunculan gejala negatif adalah jalur
Mesokortikal yaitu yang menginervasi lobus frontal dan berfungsi pada insight,
penilaian, kesadaran sosial, menahan diri, dan aktifitas kognisi tingkat tinggi.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Howes, Fusar P, Bloomfield, S Selvaraj, Mguire. From the prodorm to chronic schizophrenia: The neurobiology underlying psychotic symptoms and cognitive impairment . Europe PMC Funders Group, UK. 2012 18(4): 459–465.
2. Peter Pregelj. Psychosis and depression. A neurological view. Medicinka Nakladu, Zagreb, Croatia. 2009. Vol 21:102-105
3. Stephen JW, Murat Y, Christos P, Michael B. Neurobiology of Schizophrenia spectrum disorders. May 2009. Vol 38:5
4. MJ Keshavan, Gregor B, Robert B, Stephen J, Christos P. Neurobiology of early psychosis. British Journal of Psychiatry. 2005. 187 (suppl. 4 8), s8^ s18
6. Maramis, W.E. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Erlangga University Press. Surabaya. 2005.
7. Saddock BJ, Saddock VA. Schizophrenia In:Kaplan & Saddock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. New York: Lippicontt Williams & Wilkins. 2007.
8. Hendelman, W. Atlas of Functional Neuroanatomy. Second Edition. Taylor Francis Group. 2006.
9. Kiernan, JA. Basic Functional Neuroanatomy. Unversity of Western Ontario, Canada. 2009
10. Steiger H, Bruce KR, Groleau P. Neural circuits, neurotransmitters, and behavior: serotonin and temperament in bulimic syndromes. Curr Top Behav Neurosci. 2011;6:125-38.