BAB IPENDAHULUANAMBLIOPIAAmbliopia merupakan suatu keadaan mata
dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai dengan usia
dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya.
Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau
bilateral disebabkan karena kehilangan pengenalan bentuk, interaksi
binokuler abnormal, atau keduanya, dimana tidak ditemukan kausa
organic pada pemeriksaan fisik mata dan pada kasus yang keadaan
baik, dapat dikembalikan fungsinya dengan pengobatan.Ambliopia ini
dapat tanpa kelainan organic dan dapat pula dengan kelainan organic
yang tidak sebanding dengan visus yang ada. Biasanya ambliopia
disebabkan oleh kurangnya rangsangan untuk meningkatkan
perkembangan penglihatan. Suatu kausa ekstraneural yang menyebabkan
menurunnya tajam penglihatan (seperti katarak, astigmat,
strabismus, atau suatu kelainan refraksi unilateral atau bilateral
yang tidak dikoreksi) merupakan merupakan mekanisme yang
mengakibatkan suatu penurunan fungsi visual pada orang yang
sensitive. Beratnya ambliopia berhubungan dengan lamanya mengalami
kurangnya rangsangan untuk perkembangan penglihatan macula. Bila
ambliopia ini ditemukan pada usia di bawah 6 tahun maka masih dapat
dilakukan latihan untuk perbaikan penglihatan. Sebab ambliopia
adalah anisometropia, juling (strabismus), oklusi, dan katarak atau
kekeruhan media penglihatan lainnya.Berdasarkan penelitian
prevalensin ambliopia pada tahun 2002 di yogjakarta, didapatkan
insidensi ambliopia pada anak-anak SD di perkotaan adalah sebesar
0,25%, sedangkan di daerah pedesaan sebesar 0,20%. Penyebab
ambliopia terbanyak pada studi tersebut adalah anisometropia yaitu
sebesar 44,4%.Anak-anak yang memiliki ambliopia adalah antara bayi
baru lahir sampai umur 7 tahun. Onset stimulasi abnormal yang dini
menyebabkan kehilangan penglihatan terbesar. Periode kritis untuk
perkembangan penglihatan masih controversial yaitu kemungkinan dari
umur 1 minggu sampai 3 bulan. Ambliopia pada umumnya mengganggu
penglihatan sentral sedangkan penglihatan perifer normal. Periode
kritis yang berhubungan dengan perkembangan system visual yang
merupakan periode untuk terjadinya ketidaknormalan yang disebabkan
oleh deprivasi, strabismus atau kelainan refraksi.Diagnosis
ambliopia meliputi pemeriksaan tajam penglihatan, menentukan sifat
fiksasi dan pemeriksaan visuskop. Penatalaksanaan ambliopia
meliputi menghilangkan semua penyebab seperti katarak, koreksi
kelainan refraksi dan oklusi mata yang sehat.Komplikasi dari
penatalaksanaan ambliopia adalah kemungkinan terjadinya ambliopia
pada mata yang baik. Kekambuhan atau rekurensi dapat terjadi jika
penatalaksanaan ambliopia dihentikan setelah perbaikan penuh.
Prognosis setelah 1 tahun terapi oklusi pertama sekitar 73%, pasien
menunjukan keberhasilan setelah terapi oklusi pertama. Bila
penatalaksanaan dimulai pada usia 5 tahun, visus normal dapat
tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan
usia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat dicapai bila lebih dari
10 tahun.Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk memberikan
gambaran anatomi, definisi, etiologi, epidemiologi, manifestasi
klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, serta prognosis
pada ambliopia.
BAB IIANATOMI
2. ANATOMI2.1. Kelopak mataKelopak atau palpebra mempunyai
fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya
yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan
alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap
trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai
lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang
ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal.Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya
permukaan mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos. Pada
kelopak terdapat bagian-bagian: Kelenjar seperti: kelenjar sebasea,
kelenjar moll, atau kelenjar keringat, kelenjar zeis pada pangkal
rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus. Otot seperti: M.
orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. orbikularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M. levator
palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita dan berinsersi
pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli
menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini di persarafi oleh n
III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka
mata. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat
dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada
margo palpebra. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis
berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan
kelopak depan. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada
rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus
(terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong
kelopak dengan kelenjar meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada
kelopak bawah). Pembuluh darah yang memperdarahi adalah a. palpebra
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari rumus frontal
n.V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat
dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva merupakan
membrane mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan
musin.
2.2. Sistem lakrimal
System sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah
temporal bola mata. System ekskresi mulai pada pungtum lakrimal,
kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus
inferior. System lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu: Sitem
produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di
temporo antero superior rongga orbita. Sitem ekskresi, yang terdiri
atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan
duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga
orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga
hidung di dalam meatus inferior.
2.3. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membrane yang menutup sclera dan kelopak
bagian belakang. Bermacam-macam obat mata daoat diserap melalui
konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang
dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata
terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu: Konjungtiva tarsal
yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari
tarsus. Konjungtiva bulbi menutupi sclera dan mudah digerakkan dari
sclera di bawahnya. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva
tarsal yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjungtiva bulbi2.4. Bola mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bola
mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih
tajan sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:1. Sclera
merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sclera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea
lebih besar disbanding sclera.2. Jaringan uvea merupakan jaringan
vascular. Jaringan sclera dan uvea dibatasi oleh ruang yang
potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda
paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini
terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan
pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke
dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis,
sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh saraf
parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur
bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak
dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (aquos humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di
batas konea dan sclera.3. Lapis ketiga bola mata adalah rretina
yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10
lapis yang merupakan lapis membrane neurosensoris yang akan merubah
sinar menjadi rangsangan pada saraf optic dan diteruskan ke otak.
Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga
retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
2.5. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri atas lapis:1. Epitel2. Membrane bowman3.
Stroma, terdapat keratosit yang merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma.
Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam
perkembangan embrio atau sesudah trauma.4. Membrane descement5.
Endotel.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal
dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar
longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus
membrane bowman melepaskan selubung schwannya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir
saraf.
2.6. Uvea
Lapis vascular did lam bola mata yang terdiri atas iris, badan
siliar dan koroid. Diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior
longus dan 7 buah arteri siliar anterio. Arteri siliar anterior dan
posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis
mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari
15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menmbus sclera.
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak
antara bola mata dengan otot rektus lateral, yang menerima 3 akar
saraf di bagian posterior yaitu:1. Saraf sensoris, yang berasal
dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris untuk
kornea, iris, dan badan siliar.2. Saraf simpatis yang membuat pupil
berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang melingkari
arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi
pupil.3. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis
untuk mengecilakan pupil
2.7. Pupil
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf
simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua
pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang
sklerosis.Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran
tidur, simulasi, koma, dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu
tidur akibat dari:1. Berkurangnya rangsangan simpatis2. Kurang
rangsangan hambatan miosis
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada
akomodasi dan memperdalam focus seperti pada kamera foto yang
difragmanya dikecilkan.
2.8. Sudut bilik mata depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan
pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan
bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata
akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata
sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaucoma. Berdekatan
dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal schelmm,
baji sclera, garis schwalbe dan jonjot iris.
2.9. Lensa mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk
lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola
mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya
(transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan
menipis pada saat terjadinya akomodasi
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: Kenyal
atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung Jernih atau transparan karena diperlukan
sebagai media penglihatan, Terletak ditempatnya, yaitu berada
antara posterior chamber dan vitreous body dan berada di sumbu
mata.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa: Tidak kenyal pada
orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia, Keruh atau apa yang
disebut katarak, Tidak berada di tempat atau subluksasi dan
dislokasi
2.10. Badan kaca
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur
ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang
99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat
terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang
menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Peranannya mengisi ruang
untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan
vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada
pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskop.
Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang
sferis.
2.11. Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan
koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:1.
Lapis fotoreseptor, terdiri atas sel batang dan sel kerucut.2.
Membrane limitan eksterna3. Lapis nucleus luar4. Lapis pleksiform
luar/5. Lapis nucleus dalam6. Lapis pleksiform dalam7. Lapis sel
ganglion8. Lapis serabut saraf9. Membrane limitan interna
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia
dan iskemia dan merah pada hyperemia.
2.12. Saraf optik
Saraf optic yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2
jenis serabut saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut
pupilomotor. Kelainan saraf optic menggambarkan gangguan yang
diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf
optic ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi
penyaluran aliran listrik.
2.13. Sclera
Bagian putih bola mata bersama-sama dengan kornea merupakan
ppembungkus dan pelindung isi bola mata. Sclera berjalan dari papil
saraf optic sampai kornea.
FISIOLOGI MATAFUNGSI KOMPONEN UTAMA MATA :STRUKTUR FUNGSI
Aqueous humorCairan encer jernih yg terus menerus dibentuk &
mengandung zat gizi u/ kornea & lensa
Badan (corpus siliaris)Membentuk aqueous humor & mengandung
otot siliaris
Bintik buta (optic disc)Tdk mengandung fotoreseptor; rute
berjalannya saraf optikus & pembuluh darah
FoveaTepat di bag. tengah retina; ketajaman paling tinggi
Iris Mengubah-ubah ukuran pupil dgn berkontraksi; menentukan
warna mata
Kornea Lapisan plg luar mata yg jernih; berperan dlm kemampuan
refraktif mata
Koroid Berpigmen u/ mencegah berhamburannya berkas cahaya di
mata; mengandung P.D yg memberi makan retina; di bag. anterior
membentuk badan siliaris & iris
Lensa Melekat ke otot2 siliaris melalui lig. suspensorium;
menghasilkan kemampuan refraktif yg bervariasi selama akomodasi
Lig. suspensorium Penting dlm akomodasi
Makula lutea Daerah tepat di sekitar fovea; memiliki ketajaman
yg tinggi karena byk mengandung sel kerucut
STRUKTUR FUNGSI
Neuron bipolarLapisan tengah sel saraf retina; penting dlm
pengolahan rangsangan cahaya
PupilMemungkinkan jumlah cahaya yg masuk mata bervariasi.
Otot siliaris Penting u/ akomodasi
RetinaMengandung fotoreseptor ( sel batang & kerucut)
Saraf Optikus Bag. pertama jalur penglihatan ke otak
Sel Batang Bertanggung jawab u/ penglihatan dgn sensitivitas
tinggi, hitam-putih, & penglihatan malam
Sel ganglionPenting dlm pengolahan rangsangan cahaya o/ retina;
membentuk saraf optikus
Sel Kerucut Bertanggung jawab u/ ketajaman penglihatan,
penglihatan warna, & penglihatan siang hari
Sklera Lapisan jar. ikat protektif; membentuk bag. putih mata yg
tampak; di bag. anterior membentuk kornea
Vitreous humorZat semicair mirip gel yg membantu mempertahankan
bentuk mata yg bulat
Media RefraksiHasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh
media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan
mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola
mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan
dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda
setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula
lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata
tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh (H. Sidarta
Ilyas, 2004).
Fisiologi RefraksiBerkas- berkas cahaya mencapai mata dibelokan
kearah dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya
dietina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat mengenai sumber
cahaya. Pembelokan kearah suatu bekas cahaya (refraksi) terai
ketika brkas berpindah ari satu medium dengan kepadatan(ensitas)
terentu kemedium dengan kepadatan yang berbeda.Cahaya bergerak
lebih cepat melalui udara dari pada melalui media transparan
lainnya misalnya : kaca. Air. Ketika suatu berkas cahaya masuk
kemedium dengan densitas yang leih tinggi, cahaya tersebut melambat
(ebaliknya juga berlaku). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya
jika mengenai medum baru pad tiap sudeut selain tegak lurus.Dua
factor penting dala reraksi : densitas komparaif antara 2 media (
semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan)
dan susut jatuhnya brkas cahaya dimedium kedua ( semain besar
sudut, semakin besar pembiasan)Dua struktur yang paling pentin
dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan
kornea, struktur petama yang dilalui cahaya saktu masuk mata, yang
melengkung berperan besar dalam refraktif oal karena perbedaan
densita pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan
densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya, Kemampuan
refraksi kornea seseoprang teap konstan karena kelengkungan kornea
tidak pernah berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat
disesuaikan dengan mengubah kelengkunganya sesuai keperluan untuk
melihat dekat/jauh.Struktur-struktur refraksi pada mata harus
membawa ayangan cahaya terfokus diretina agar penglihatan jelas.
Apbila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina
atau belum terfokus sebelum mencapai retina, bayangan tersebut
tampak kabur. Berkas-berkas cahaya yang berasaldari benda dekat
lebih divergen sewaktu mencapai mata dari pada berkas-berkas dari
sumberjauh. Berkas dari sumber cahaya yang letaknya lebih dari 6
meter (20 kaki) dianggap sejaar saat mencapai mata.Untuk kekuatan
refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang
lebih besar dibelakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber
cahaya jauh, karena berkas dari sumber cahaya dekat masih
berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu, jarak
antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya
jauh dan dekat terfokus diretina (dalam jarak yang sama). Harus
dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekar. Kekuatan
lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi.
Perkembangan visusPerkembangan visus menurut milestones
Table. 1. Important Visual Development Milestones
AgeVisual
0-2 months
Pupilary respone Sporadic fix and follow Jerk saccadic eye
movement Alignment: exodeviations commons, but esodeviations
rare
2-6 months
Central fix and follow (mother face) Accurate binocular smooth
persuit Alignment: orthotropia with few exodeviations and no
esodeviations
6months-2 years
Central fixations, reaches for toys and food Accurate and smooth
persuit eye movement Alignment: orthotropia
3-5years 20/40 and not more than 2 snellen line difference
>5 years 20/30 and not more than 2 snellen line
difference
Pada ambliopia terjadi kerusakan penglihatan sentral, sedangkan
daerah penglihatan perifer tetap normal. Studi eksperimental pada
hewan serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep
adanya suatu periode kritis yang peka dalam berkembangnya keadaan
ambliopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan system
penglihatan anak yang peka. Secara umum periode kritis untuk
ambliopia terjadi lebih cepat dibandingkan strabismus maupun
anisometropia. Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya ambliopia
saat periode kritis lebih singkat pada rangsang deprivasi
dibandingkan strabismus ataupun anisometropia.
Periode keadaan kritis tersebut adalah:1. Perkembanga tajam
penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6) yaitu pada saat
lahir sampai usia 3 sampai 5 tahun.2. Periode yang beresiko sangat
tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi, yaittu diusia beberapa
bulan hingga usia 7 sampai 8 tahun.3. Periode dimana kesembuhan
ambliopia masih dapat dicapai, yaitu sejak terjadinya deprivasi
sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.
Pemeriksaan visus pada bayi Usia 6 bulanPeriksa fiksasi mata dan
gerakan mata. Cari adanya strabismus. Usia 4 tahunPeriksa ketajaman
penglihatan dengan grafik E buta huruf atau optotipe pencocokan
HOTV,dan stereopsis dengan uji E titik acak atau uji stereotitmus.
Ketajaman harus normal 20/30-20/30 Usia 5-16 tahunPeriksa ketajaman
penglihatan pada usia 5 tahun. Apabila normal, periksa ketajaman
penglihatan dengan grafik snellen setiap 2 tahun sampai usia 16
tahun. Penglihatan warna harus diperiksa pada usia 8-12 tahun.
Tidak diperlukan pemeriksaan mata rutin lainnya (misalnya
ofthalmoskop) apabila ketajaman penglihatan normal dan mata tampak
normal pada inspeksi.
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1 DEFINISI
Ambliopia adalah berkurangnya tajam penglihatan yang terjadi
karena tidak normalnya perkembangan visus yang dialami sejak usia
dini, yaitu sejak lahir hingga usia 10 tahun. Kepekaan perkembangan
yang abnormal dari visus terutama terjadi pada usia beberapa bulan
dan menurun sesudahnya, dapat mengenai 1 ata 2 mata, pada umumnya
disebabkan oleh pengenalan kurang terhadap bayangan-bayangan detail
terfokus.
3.2 EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
Prevalensi ambliopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan
berbeda pada tiap literatur, berkisar antara 1 3,5 % pada anak yang
sehat sampai 4 5,3 % pada anak dengan problema mata. Hampir seluruh
data mengatakan sekitar 2 % dari keseluruhan populasi menderita
ambliopia. Di Cina, menurut data bulan Desember tahun 2005 yang
lalu, sekitar 3 5 % atau 9 hingga 5 juta anak menderita ambliopia.
Di Indonesia, amblyopia pada murid-murid kelas I SD Kotamadya
Bandung 1989 adalah sebesar 1,56%. Sedangkan pada tahun 2002 di
Yogyakarta, insidensi amblyopia pada murid-murid SD di daerah
perkotaan adalah sebesar 0,25%, sedangkan di pedesaan sebesar 0,20%
.Jenis kelamin dan ras tampaknya tidak ada perbedaan. Usia
terjadinya ambliopia yaitu pada periode kritis dari perkembangan
mata. Resiko meningkat pada anak yang perkembangannya terlambat,
prematur dan atau dijumpai adanya riwayat keluarga ambliopia.
3.3 PATOFISIOLOGI AMBLYOPIAPada amblyopia terjadi kerusakan
sentral akibat rangsangan visual abnormal selama periode sensitif
perkembangan penglihatan, namun daerah penglihatan perifer dapat
dikatakan masih normal. Ambang penglihatan pada bayi baru lahir
adalah di bawah orang dewasa meskipun sistem optik mata memiliki
kerjernihan 20/20. Selain itu, sistem penglihatan membutuhkan
pengalaman melihat khususnya interaksi kompetitif antara kedua
jalur saraf penglihatan mata kanan dan kiri di korteks penglihatan
untuk dapat berkembang menjadi penglihatan seperti orang dewasa
(visus 20/20). Studi klinis pada bayi dan balita mendukung konsep
adanya suatu periode kritis yang peka terhadap berkembangnya
amblyopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem
penglihatan anak yang masih peka terhadap rangsangan abnormal oleh
karena deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi. Periode
kritis tersebut antara lain adalah :1. Perkembangan tajam
penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6) yaitu pada saat
lahir hingga usia 3-5 tahun.1. Periode yang sangat berisiko tinggi
untuk terjadinya amblyopia deprivasi, yaitu diusia beberapa bulan
hingga 7-8 tahun. 1. Periode dimana kesembuhan amblyopia masih
dapat dicapai, yaitu sejak terjadinya deprivasi hingga usia remaja
bahkan terkadang hingga usia dewasa.Pada amblyopia, mekanisme
neurofisiologi belum dapat diterangkan dengan baik. Namun, studi
eksperimen pada binatang percobaan menghasilkan suatu kesimpulan
yaitu gangguan pada sistem penglihatan fungsi neuron otak
diakibatkan oleh pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks
visual primer dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi
rangsangan pada satu atau dua mata sehingga sel yang masih
responsif akhirnya ikut mengalami penurunan fungsi. Untuk
mendapatkan suatu penglihatan yang baik, harus ada media
penglihatan yang bening, dan bayangan yang terfokus harus sama pada
kedua mata. Bila bayangan kabur pada salah satu mata, atau bayangan
tidak sama fokusnya pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak
akan berkembang dengan baik, bahkan dapat memburuk. Bila hal ini
terjadi, otak akan seolah-olah mematikan mata yang tidak fokus dan
orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk dapat melihat
(lazy eye)
3.4 KLASIFIKASIAmblyopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai
dengan gangguan/kelainan yang menjadi penyebabnya.3.4.1 AMBLYOPIA
STRABISMIK Amblyopia yang paling sering ditemui ini terjadi pada
mata yang berdeviasi konstan. Konstan, tropia yang tidak bergantian
(nonalternating, khususnya esodeviasi) sering menyebabkan amblyopia
yang signifikan. Amblyopia umumnya tidak terjadi bila terdapat
fiksasi yang bergantian, sehingga masing masing mata mendapat
jalan/ akses yang sama ke pusat penglihatan yang lebih tinggi, atau
bila deviasi strabismus berlangsung intermiten maka akan ada suatu
periode interaksi binokular yang normal sehingga kesatuan sistem
penglihatan tetap terjaga baik.Amblyopia strabismik diduga
disebabkan karena kompetisi atau terhambatnya interaksi antara
neuron yang membawa input yang tidak menyatu (fusi) dari kedua
mata, yang akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan
kortikal oleh mata yang berfiksasi dan lama kelamaan terjadi
penurunan respon terhadap input dari mata yang tidak
berfiksasi.Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat
penglihatan binokular ini tampaknya merupakan faktor utama
terjadinya amblyopia strabismik, namun pengaburan bayangan foveal
oleh karena akomodasi yang tidak sesuai, dapat juga menjadi faktor
tambahan. Hal tersebut di atas terjadi sebagai usaha inhibisi atau
supresi untuk menghilangkan diplopia dan konfusi (konfusi adalah
melihat 2 objek visual yang berlainan tapi berhimpitan, satu di
atas yang lain). Ketika kita menyebut amblyopia strabismik, kita
langsung mengacu pada esotropia, bukan eksotropia. Perlu diingat,
tanpa ada gangguan lain, esotropia primer-lah, bukan eksotropia,
yang sering diasosiasikan dengan amblyopia . Hal ini disebabkan
karena eksotropia sering berlangsung intermiten dan / atau deviasi
alternat dibanding deviasi unilateral konstan, yang merupakan
prasyarat untuk terjadinya amblyopia.
3.4.2. AMBLYOPIA ANISOMETROPIK Terbanyak kedua setelah amblyopia
strabismik adalah amblyopia anisometropik, terjadi ketika adanya
perbedaan refraksi antara kedua mata yang menyebabkan lama kelamaan
bayangan pada satu retina tidak fokus. Jika bayangan di fovea pada
kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang disebabkan karena
kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan, maka
terjadi rintangan untuk fusi. Lebih lebih fovea mata yang lebih
ametropik akan menghalangi pembentukan bayangan (form
vision).Kondisi ini diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari
bayangan kabur pada perkembangan tajam penglihatan pada mata yang
terlibat, dan sebagian lagi akibat kompetisi interokular atau
inhibisi yang serupa ( tapi tidak harus identik) dengan yang
terjadi pada amblyopia strabismik.Derajat ringan anisometropia
hyperopia atau astigmatisma (1-2 D) dapat menyebabkan amblyopia
ringan. Myopia anisometropia ringan (< - 3 D) biasanya tidak
menyebabkan amblyopia, tapi myopia tinggi unilateral ( - 6 D)
sering menyebabkan amblyopia berat. Begitu juga dengan hyperopia
tinggi unilateral ( + 6 D). Tapi pada beberapa pasien (kemungkinan
onset-nya terjadi pada umur lanjut), gangguan penglihatan, anehnya,
adalah ringan. Bila gangguan penglihatan amat sangat besar, sering
didapat bukti adanya malformasi atau perubahan degeneratif pada
mata ametropia yang menyebabkan kerusakan fungsional atau menambah
faktor amblyopiogenik. 3.4.3 AMBLYOPIA ISOMETROPIA Amblyopia
isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak
dikoreksi, yang ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata
kiri. Dimana walaupun telah dikoreksi dengan baik, tidak langsung
memberi hasil penglihatan normal. Tajam penglihatan membaik sesudah
koreksi lensa dipakai pada suatu periode waktu (beberapa bulan).
Khas untuk amblyopia tipe ini yaitu, hilangnya penglihatan ringan
dapat diatasi dengan terapi penglihatan, karena interaksi abnormal
binokular bukan merupakan faktor penyebab. Mekanismenya hanya
karena akibat bayangan retina yang kabur saja. Pada amblyopia
isometropia, bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama
dalam hal kejelasan/ kejernihan dan ukuran. Hyperopia lebih dari 5
D dan myopia lebih dari 10 D beresiko menyebabkan bilateral
amblyopia dan harus dikoreksi sedini mungkin agar tidak terjadi
amblyopia. 3.4.4 AMBLYOPIA DEPRIVASI Istilah lama amblyopia ex
anopsia atau disuse amblyopia sering masih digunakan untuk
amblyopia deprivasi, dimana sering disebabkan oleh kekeruhan media
kongenital atau dini, akan menyebabkan terjadinya penurunan
pembentukan bayangan yang akhirnya menimbulkan amblyopia.14 Bentuk
amblyopia ini sedikit kita jumpai namun merupakan yang paling parah
dan sulit diperbaiki.Amblyopia bentuk ini lebih parah pada kasus
unilateral dibandingkan bilateral dengan kekeruhan identik. Anak
kurang dari 6 tahun, dengan katarak kongenital padat / total yang
menempati daerah sentral dengan ukuran 3mm atau lebih, harus
dianggap dapat menyebabkan amblyopia berat. Kekeruhan lensa yang
sama yang terjadi pada usia > 6 thn lebih tidak berbahaya.
Amblyopia oklusi adalah bentuk amblyopia deprivasi disebabkan
karena penggunaan patch (penutup mata) yang berlebihan. Amblyopia
berat dilaporkan dapat terjadi satu minggu setelah penggunaan
patching unilateral pada anak usia< 2 tahun sesudah menjalani
operasi ringan pada kelopak mata.3.5. MANIFESTASI KLINISPada pasien
yang dicurigai menderita ambliopia harus ditanyakan tentang riwayat
penggunaan patch pada mata atau penggunaan obat tetes mata
sebelumnya. Juga harus dicari tentang riwayat penyakit mata dan
operasi mata. Dari keluarga pasien harus dicari tentang riwayat
strabismus dan penyakit mata lainnya.Ambliopia sering tidak
terdeteksi karena tidak bergejala, kecuali terdapat abnormalitas
pada mata anak tersebut. Anak-anak sering mengeluh penglihatan satu
mata baik sedangkan mata lainnya buruk. Oleh karena itu peran orang
tua sangat dibutuhkan. Beberapa tanda pada mata dengan ambliopia,
seperti : 1. Berkurangnya penglihatan satu mata.1. Menurunnya tajam
penglihatan terutama pada fenomena crowding.1. Hilangnya
sensitivitas kontras.1. Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik.1.
Adanya anisokoria.1. Tidak mempengaruhi penglihatan warna.1.
Biasanya daya akomodasi menurun.1. Sering menutup satu mata bila
membaca atau melihat papan tulis 1. Pada ERG dan EEG penderita
ambliopia dapat normal yang berarti tidak terdapat kelainan organik
pada retina maupun korteks serebri.
3.6 DIAGNOSIS
3.6.1 Anamnesis
Bila menemui pasien amblyopia, ada 4 pertanyaan penting yang
harus kita tanyakan danharus dijawab dengan lengkap, yaitu :1.
Kapan pertama kali dijumpai kelainan amblyogenik ? (seperti
strabismus, anisometropia, dll)2. Kapan penatalaksanaan pertama
kali dilakukan ?3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu ?4.
Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?
Jawaban dari keempat pertanyaan tersebut akan membantu kita
dalam membuat prognosisnya.
Factor primer yang berhubungan dengan prognosis ambliopia
Jelek s/d sedangSedang s/d baikBaik s/d sempurna
Onset anomaly amblyiogenik Lahir s/d usia 2 tahun2 s/d 4 tahun4
s/d 7 tahun
Onset terapi minus onset anomaly>3 tahun1 s/d 3 tahun 1
tahun
Bentuk dan keberhasilan dari terapi awalKoreksi optikal kemajuan
VA (visus acuty) minimalKoreksi optikal dan patching kemajuan VA
(visus acuty) sedang (moderat)Koreksi optikal penuh patching
kemajuan VA signifikan.Latihan akomodasi, koordinasi mata-tangan
dan fiksasi adanya streopsis dan alternasi
Kepatuhan Tidak s/d kurangLumayan s/d sedangCukup/sangat
patuh
Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang
menderita strabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal
tersebut merupakan predisposisi seorang anak menderita amblyopia.
Strabismus dijumpai sekitar 4% dari keseluruhan populasi. Frekuensi
strabismus yang diwariskan berkisar antara 22% - 66%. Frekuensi
esotropia diantara saudara sekandung, dimana pada orang tua tidak
dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orang
tuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40%. (Informasi ini
tidak mempengaruhi prognosis, tapi penting untuk keturunannya).
3.6.2 PEMERIKSAAN TES AMBLIOPIA1. Uji Crowding Phenomena (untuk
mengetahui adanya ambliopia)Penderita diminta membaca huruf kartu
Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu persatu atau yang
diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat
sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan
dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya
fenomena crowding pada mata tersebut. Mata ini menderita
ambliopia.
Menentukan tajam penglihatan mata amblyopia pada anak adalah
pemeriksaan yang paling penting. Walaupun untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang dapat dipercaya sulit pada pasien anak anak, tapi
untungnya penatalaksanaan amblyopia sangat efektif dan efisien pada
anak anak. Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes
dengan karta Snellen standar. Untuk Nonverbal Snellen, yang banyak
digunakan adalah tes E dan tes HOTV. Tes lain adalah dengan simbol
LEA.(Gambar 2 ) Bentuk ini mudah bagi anak usia 1 tahun (todler),
dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen. Caranya sama dengan tes
HOTV.
1. Uji Densiti Filter Netral (untuk mengetahui adanya
ambliopia)Dasar uji adalah diketahuinya pada mata yang ambliopia
secara fisiologik berada dalam keadaan adaptasi gelap, sehingga
bila pada mata ambliopia dilakukan uji penglihatan dengan
intensitas sinar yang direndahkan (memakai filter densiti netral)
tidak akan terjadi penurunan tajam penglihatan.Dilakukan dengan
memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan sehingga tajam
penglihatan pada mata normal turun 50%. Pada mata ambliopia
fungsional tidak akan atau hanya sedikit menurunkan tajam
penglihatan pada pemeriksaan sebelumnya.Bila ambliopia adalah
fungsional maka paling banyak tajam penglihatan berkurang satu
baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut
ambliopia organik maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan
pemakaian filter tersebut.
Keterangan :A. Pada saat mata yang sehat ditutup, filter
ditempatkan di depan mata yang ambliopik selama 1 menit sebelum
diperiksa visusnya. Tanpa filter pasien bisa membaca 20/40. C.
Dengan filter, visus tetap 20/40 (atau membaik 1 atau 2 baris) pada
amblyopia fungsional .D. Filter bisa menurunkan visus 3 baris atau
lebih pada kasus-kasus amblyopia organic.1. Uji Worths Four Dot
(untuk fusi dan penglihatan stereosis)Uji untuk melihat penglihatan
binokular, adanya fusi, korespondensi retina abnormal, supresi pada
satu mata dan juling.Penderita memakai kacamata dengan filter merah
pada mata kanan dan filter hijau pada mata kiri dan melihat pada
objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, dan 1 putih. Lampu
atau titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau oleh
mata kiri. Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan
lampu hijau hanya dapat dilihat oleh mata kiri. Bila fusi baik maka
akan terlihat 4 titik dan lampu putih terlihat sebagai warna
campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata
juling tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal.
Bila terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata
kanan dominan atau 3 hijau bila mata kiri yang dominan. Bila
terlihat 5 titik yaitu 3 merah dan 2 hijau yang bersilangan berarti
mata dalam kedudukan eksotropia dan bila tidak bersilangan berarti
mata berkedudukan esotropia.1. VisuskopiPemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui apakah mata berfiksasi dengan makula atau
eksentrik (diluar makula). Caranya mata yang tidak diperiksa
ditutup, lalu periksa fundus dengan visuskop. Pasien diminta
melihat sumber sinar visuskop dan dilihat letak proyeksi gambar
bintang visuskop terhadap makula.
3.7 PENATALAKSANAAN
Amblyopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan
efektif selama satu decade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik
dilakukan, maka akan semakin besar pula peluang keberhasilannya.
Bila pada awal terapi sudah berhasil, hal ini tidak menjamin
penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinisi harus
tetap waspada dan bersiap untuk melanjutkan penatalaksanaan hingga
penglihatan matang (sekitar umur 10 tahun).
Penatalaksanaan amblyopia meliputi langkah langkah berikut :
Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti
katarak Koreksi kelainan refraksi Mengaktifkan penggunaan mata
ambliopia dengan membatasi penggunaanmata yang lebih baik
Pengangkatan Katarak
Katarak yang dapat menyebabkan amblyopia harus segera dioperasi,
tidak perlu ditundatunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia
2-3 bulan pertama kehidupan, sangat penting dilakukan agar
penglihatan kembali pulih dengan optimal. Pada kasus katarak
bilateral, interval operasi pada mata yang pertama dan kedua
sebaiknya tidak lebih dari 1-2 minggu. Terbentuknya katarak
traumatika berat dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus
diangkat dalam beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila
memungkinkan. Yang mana katarak traumatika itu sangat bersifat
amblyopiogenik. Kegagalan dalam menjernihkan media, memperbaiki
optikal, dan penggunaan regular mata yang terluka, akan
mengakibatkan amblyopia berat dalam beberapa bulan,
selambatlambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.
Koreksi refraksi
Bila amblyopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia,
maka dapat diterapi dengan kacamata atau lensa kontak. Ukuran kaca
mata untuk mata amblyopia diberi dengan koreksi penuh dengan
penggunaan sikloplegia. Bila dijumpai myopia tinggi unilateral,
lensa kontak merupakan pilihan, karena bila memakai kacamata akan
terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk.
kemampuan mata amblyopia untuk mengatur akomodasi cenderung
menurun, sehingga ia tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang
tidak dikoreksi seperti pada mata anak normal. Koreksi aphakia pada
anak dilakukan segera mungkin untuk menghindarkan terjadinya
deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi defisit optikal
berat. Amblyopia anisometropik dan amblyopia isometropik akan
sangat membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama beberapa
bulan
Oklusi dan degradasi optikal
1. Oklusi
Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan
terapi pilihan, yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat
dilakukan oklusi penuh waktu (full time) atau paruh waktu
(part-time).
A. Oklusi Full TimePengertian oklusi full- time pada mata yang
lebih baik adalah oklusi untuk semua atau setiap saat kecuali 1 jam
waktu berjaga.(Occlusion for all or all but one waking hour) hal
ini sangat penting dalam pentalaksanaan amblyopia dengan cara
penggunaan mata yang rusak. Biasanya penutup mata yang digunakan
adalah penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia secara
komersial.
Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau
dibuka sewaktu tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder)
atau lensa kontak opak, atau Annisas Fun Patches dapat juga menjadi
alternatif full-time patching bila terjadi iritasi kulit atau
perekat patch-nya kurang lengket. Full-time patching baru
dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan
binokular, karena full-time patching mempunyai sedikit resiko,
yaitu bingung dalam hal penglihatan binokular.
Ada suatu aturan / standar mengatakan full-time patching diberi
selama 1 minggu untuk setiap tahun usia, misalnya penderita
amblyopia pada mata kanan berusia 3 tahun harus memakai full-time
patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi kembali. Hal ini untuk
menghindarkan terjadinya amblyopia pada mata yang baik.
B. Oklusi Part-timeOklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam
per hari, akan memberi hasil sama dengan oklusi full-time. Durasi
interval buka dan tutup patch-nya tergantung dari derajat
amblyopia. Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam
penjelasan peranan full-time patching dibanding part-time. Studi
tersebut menunjukkan, pasien usia 3-7 tahun dengan amblyopia berat
(tajam penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 = 6/120 ),
full-time patching memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam
per hari. Dalam studi lain, patching 2 jam/hari menunjukkan
kemajuan tajam penglihatan hampir sama dengan patching 6jam/hari
pada amblyopia sedang / moderate (tajam penglihatan lebih baik dari
20/100) pasien usia 3 7 tahun. Dalam studi ini, patching
dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/
hari.3Idealnya, terapi amblyopia diteruskan hingga terjadi fiksasi
alternat atau tajam penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6)
pada masing masing mata. Hasil ini tidak selalu dapat dicapai.
Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan, maka penatalaksanaan
harus tetap diteruskan
2. Degradasi Optikal
Metode lain untuk penatalaksanaan amblyopia adalah dengan
menurunkan kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang
lebih baik hingga menjadi lebih buruk dari mata yang amblyopia,
sering juga disebut penalisasi (penalization). Sikloplegik
(biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu
kali dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat
berakomodasi dan kabur bila melihat dekat.
ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya
dengan patching untuk amblyopia sedang (tajam penglihatan lebih
baik daripada 20/100). ATS tersebut dilakukan pada anak usia 3 7
tahun. ATS juga memperlihatkan bahwa pemberian atropine pada akhir
minggu (weekend) memberi perbaikan tajam penglihatan sama dengan
pemberian atropine harian yang dilakukan pada kelompok anak usia 3
7 tahun dengan amblyopia sedang. Ada juga studi terbaru yang
membandingkan atropine dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7
tahun, menunjukkan atropine merupakan pilihan efektif. Sehingga,
ahli mata yang tadinya masih ragu-ragu, memilih atropine sebagai
pilihan pertama daripada patching.
Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan
oklusi, yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari
segi kosmetis. Dengan atropinisasi, anak sulit untuk menggagalkan
metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi.
Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan
memberikan lensa positif dengan ukuran tinggi (fogging) atau
filter. Metode ini mencegah terjadinya efek samping farmakologik
atropine.
Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi
pada pasien dengan mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua
mata dapat bekerjasama, jadi memungkinkan penglihatan binocular.3.8
KOMPLIKASI DARI PENATALAKSANAANSemua bentuk penatalaksanaan
amblyopia memungkinkan untuk terjadinya amblyopia pada mata yang
baik.Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan harus
dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up pertama
setelah pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1
minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4 minggu untuk anak
usia 4 tahun). Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya
tidak perlu sesering oklusi full-time, tapi follow-up reguler tetap
penting.Hasil akhir terapi amblyopia unilateral adalah terbentuknya
kembali fiksasi alternat, tajam penglihatan dengan Snellen linear
tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata. Waktu yang
diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut :
Derajat amblyopia Pilihan terapeutik yang digunakan Kepatuhan
pasien terhadap terapi yang dipilih Usia pasien Semakin berat
amblyopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan yang
lebih lama. Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi
perbaikan amblyopia strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang.
Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang memakai penutup hanya
seusai sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu 1
tahun atau lebih untuk dapat berhasil.3.9 KEKAMBUHAN
(REKURENSI)Bila penatalaksanaan amblyopia dihentikan setelah
perbaikan penuh atau masih sebagian tercapai, sekitar setengah dari
pasien-pasien akan mengalami kekambuhan, yang selalu dapat
disembuhkan lagi dengan usaha terapeutik baru. Kegagalan dapat
dicegah dengan memakai pengaturan pada penglihatan, seperti
patching selama 1 3 jam per hari, penalisasi optikal dengan
kacamata, atau penalisasi farmakologik dengan atropine selama 1
atau 2 hari per minggu. Pengaturan ini diteruskan hingga ketajaman
penglihatan telah stabil tanpa terapi lain selain kacamata biasa.
Keadaan ini perlu tetap dipantau secara periodic sampai usia 8 10
tahun. Selama penglihatan tetap stabil, interval kunjungan untuk
follow-up dapat dilakukan tiap 6 bulan.3.10 PROGNOSIS Setelah 1
tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi
oklusi pertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun,
visus normal dapat tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring
dengan pertambahan usia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat
dicapai bila usia lebih dari 10 tahun. Faktor resiko gagalnya
penatalaksanaan amblyopia adalah sebagai berikut :1. Jenis
Amblyopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan
kelainan organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan
amblyopia strabismik prognosisnya paling baik. 2. Usia dimana
penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis
semakin baik. 3. Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai :
Semakin bagus tajam penglihatan awal pada mata amblyopia, maka
prognosisnya juga semakin baik.
BAB IVPENUTUP
Ambliopia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi tajam penglihatan mata yang tidak mencapai optimal sesuai
usia dan intelegensinya meskipun sudah dikoreksi kelainan
refraksinya. Kelainan ini dapat terjadi unilateral maupun
bilateral. Terminologi ambliopia saja biasanya merujuk pada
ambliopia fungsional, yaitu suatu ambliopia yang bersifat
reversible dengan terapi oklusi. Ambliopia organik adalah ambliopia
yang ireversibel. Sebagian besar kasus penurunan fungsi penglihatan
karena ambliopia dapat dicegah/ dikembalikan fungsinya dengan
intervensi yang tepat. Pengembalian fungsi penglihatan bergantung
pada beberapa faktor seperti lamanya penurunan fungsi penglihatan,
tingkat kematangan visual, dan usia dimulainya terapi.Klasifikasi
ambliopia dibagi ke dalam beberapa kategori dengan nama yang sesuai
dengan penyebabnya yaitu ambliopia strabismik, fiksasi eksentrik,
ambliopia anisometropik, ambliopia isometropia dan ambliopia
deprivasi.Ambliopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya, dan
ambliopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan
penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu timbul
suatu penyakit ataupun trauma, maka penderita akan bergantung pada
penglihatan buruk mata yang ambliopia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 20061. Yen,KG.Amblyopia.Diunduhdari:
http://www.emedicine.com. Pada tanggal 14 Desember 2008.1.
Amblyopia (Lazy Eye) Diagnosis, Treatment, Prevention. Diunduh
dari: http://www.aafp.org. Pada tanggal 15 Desember 2008.1. Medical
Encyclopedia : Amblyopia. Available at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001014.html.5..
Yen, K.G ; Amblyopia. Available at
:http://www.emedicine.com/OPH/topic316.htm
Page 30