BAB I Pendahuluan
Usia tua bukan merupakan sebuah penyakit. Ini merupakan salah
satu fase dari siklus kehidupan yang dicirkan dengan penurunan
berbagai macam kemmapuan fisik dan mental, kehilangan teman dan
orang yang dicintai, dll. Populasi golongan ini diperkirakan akan
selalu meningkat tanpa peperangan besar, kelaparan ataupun pandemi.
Sehingga penting untuk memperhatikan kesehatan golongan ini.Di
antara mereka yang termasuk golongan tua ini terdapat beberapa yang
mengalami gangguan terhadap mental ataupun jiwa sehingga
menyebabkan gangguan pada fungsi keseharian mereka. Mereka ini yang
mendapatkan perhatian dari psikiatri geriatri, yang berusaha untu
mencegah, melakukan diagnosis dan melakukan terapi. Salah gangguan
tersering yang dialami oleh kaum ini adalah depresi. Depresi
merupakan gangguan serius yang dapat mempengaruhi pikiran,
perasaan, perilaku, dan kesehatan secara umum. Depresi tidak
mengenal usia. Depresi tidak hanya pada orang dewasa, bahkan
anak-anak dan remaja pun bisa terkena depresi. Dengan dipicu
permasalahan sepele, bisa saja anak-anak dan remaja yang mengalami
depresi melakukan hal-hal yang tidak dibayangkan orang umum. Yang
paling membahayakan dari depresi adalah munculnya ide bunuh diri
atau melakukan usaha bunuh diri.
Perlu diingat pula bahwa depresi ini harus di diagnosis dan di
terapi seperti kebanyakan penyakit lainnya.Namun pendekatan
diagnosis yang dipakai dan terapi tambahan yang digunakan untuk
kasus ini agak berbeda dengan kasus medis lainnya. oleh sebab itu
akan dibahas lebih jauh mengenai penyebab, modalitas diagnosis, dan
modalitas terapi yang dapat digunakan untuk kasus ini.
BAB IIIsi II.1 Definisi depresi Depresi merupakan suatu sindrom
yang ditandai dengan sejujlah gejala klinik yang manifestasinya
bisa berbeda pada masing-masing individu. Bila manifestasi gejala
depresi muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood
(seperti murung, sedih, rasa putus asa), diagnosis depesi dengan
mudah dapat ditegakkan. Tetapi, bila gejala depresi muncul dalam
keluhan psikomotor atau somatik seperti malas bekerja, lamban,
lesu, nyeri ulu hati, sakit kepala yang terus menerus, adanya
depresi yang melatarbelakanginya sering tidak terdiagnosis. 1
II.2 klasifikasi depresi Berikut ini klasifikasi gangguan
depresif menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa-III
(PPDGJ-III, Departemen Kesehatan) : F 32 Episode Depresif Gejala
utama ( pada derajat ringan, sedang dan berat) : Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah
kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Gejala lainnya :(a)
Konsentrasi dan perhatian berkurang;(b) Harga diri dan kepercayaan
diri berkurang;(c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna;(d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;(e)
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;(f) Tidur
terganggu;(g) Nafsu makan berkurang. Untuk episode depresif dari
ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa
beratnya dan berlangsung cepat. Kategori diagnosis episode depresif
ringan (F30.2), sedang (F32.1), dan berat (F32.2) hanya digunakan
untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif
berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis
gangguan depresif berulang (F33.-)
Menurut PPDGJ klasifikasi depresi adalah sebagai berikut:1.
F32.0 Episode Depresif RinganPedoman diagnostik Sekurang-kurangnya
harus ada dua dari tiga gejala utama depresi seperti tersebut
diatas; Ditambah sekurang- kurangnya dua dari gejala lainnya (a)
sampai dengan (g) . Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial
yang biasa dilakukannya.Karakter kelima : F32.00 = Tanpa gejala
somatik F32.01 = Dengan gejala somatik2. F32.1 Episode Depresif
SedangPedoman Diagnostik Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga
gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan (F30.0);
Ditambah sekurang- kurangnya tiga ( dan sebaiknya empat) dari
gejala lainnya; Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar
2 minggu Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.Karakter kelima : F32.10
= tanpa gejala somatik F32.11 = dengan gejala somatik3. F32.2
Episode Depresif Berat tanpa Gejala PsikotikPedoman Diagnostik
Semua tiga gejala utama depresi harus ada. Ditambah
sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat. Bila ada gejala penting
(misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci.Dalam hal demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat
cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga
kecuali pada taraf yang sangat terbatas.4. F32.3 Episode Depresif
Berat dengan Gejala PsikotikPedoman Diagnostik Episode depresif
berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut di atas;
Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent).5. F32.8 Episode
Depresif Lainnya6. F32.9 Episode Depresif YTT7. F.33 Gangguan
Depresif BerulangPedoman Diagnostik Gangguan ini bersifat dengan
episode berulang dari : Episode depresif ringan (F32.0) Episode
depresif sedang (F32.1) Episode depresif berat (F32.2 dan
F32.3);Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan,
akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan
bipolar. Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian
afek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan
F30.2). Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada
episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang
memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode
depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan
pengobatan depresi). Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara
episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang
akhirnya menetap, terutama pada lanjut usia (untuk keadaan ini,
kategori ini harus tetap digunakan). Episode masing-masing, dalam
berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa
kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres
tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).Diagnosis banding :
Episode depresi singkat berulang (F38.1)8. F33.0 Gangguan Depresif
Berulang, Episode Kini Ringan Pedoman Diagnostik Untuk Diagnosis
pasti :(a) kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus
dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresi ringan (F32.0); dan(b) sekurang-kurangnya dua
episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu
dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.Karakter kelima : F33.00 = Tanpa gejala somatik F33.01 =
Dengan gejala somatik9. F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode
Kini Sedang Pedoman Diagnostik Untuk Diagnosis pasti :(a) Kriteria
untuk gangguan depresif berulang (F33,-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi sedang
(F32.0); dan(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung
masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.10. F33.2 Gangguan
Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala Psikotik Pedoman
Diagnostik Untuk Diagnosis pasti :(a) kriteria untuk gangguan
depresif berulang (F33,-) harus dipenuhi, dan episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik (F32.2); dan(b) sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
11. F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan
Gejala Psikotik Pedoman Diagnostik Untuk Diagnosis pasti :(a)
kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33,-) harus dipenuhi
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan(b) sekurang-kurangnya dua
episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu
dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.12. F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini Dalam Remisi
Pedoman Diagnostik Untuk Diagnosis pasti :(a) kriteria untuk
gangguan depresif berulang (F33,-) harus pernah dipenuhi di masa
lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria
untuk episode depresif dengan derajat keparahan apa pun atau
gangguan lain apa pun dalam F30-F39; dan(b) sekurang-kurangnya dua
episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu
dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.13. F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya 14. F33.9
Gangguan Depresif Berulang YTT 2
II.3 Faktor risiko Secara umum selain disebabkan oleh beberapa
hal depresi dapat juga disebabkan karena adanya kondisi tertentu
sehingga seseorang rentan menderita depresi. Hal-hal tersebut di
jadikan faktor risiko, faktor risiko yang dapat menjadikan
seseorang menderita depresi antara lain: Jenis kelamin Depresi
lebih sering terjadi pada wanita. Ada dugaan bahwa wanita lebih
sering mencari pengobatan sehingga depresi lebih sering
terdiagnosis. Ada pula yang menyatakan bahwa wanita lebih seirng
trpajan dengan stresor lingkungan dan ambangnya terhadap stresor
lebih rendah bila dibandingkan dengan pria. adanya depresi yang
berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon pada wanita menambah
tingginya prevalensi depresi pada wanita, misalnya adanya depresi
prahaid, post-partum dan postmenopause. Usia Depresi lebih sering
terjadi pada usia muda. Umur rata-rata awitan antara 20-40 tahun.
Faktor sosial sering menempatkan seseorang yang berusia muda pada
risiko tinggi. Walaupun demikian, depresi juga dapat terjadi pada
anak-anak dan lanjut usia. Status perkawinan Gangguan depresi mayor
lebih sering dialami individu yang bercerai atau berpisah bila
dibaningkan dengan yang menikah atau lajang. Status perceraian
menempatkan seseorang pada risiko yang lebih tinggi untuk menderita
depresi. Hal yang sebaliknya dapat pula terjadi, yaitu depresi
menempatkan seseorang pada risiko diceraikan. Wanita lajang lebih
jarang mendrita depresi dibandingkan dengan wanita menikah.
Sebaliknya, pria yang menikah lebih jarang menderita depresi bila
dibandingkan denganpria lajang. Depresi lebih sering pada orang
yang tinggal sendiri bila dibandingkan dengan yang tinggal bersama
kerabat lain. Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang menderita
gangguan depresi lebih tinggi pada subyek penderit adepresi bila
dibandingkan dengan kontrol. Begitu pula, riwayat keluarga bunuh
diri dan menggunakan alkohol lebih sering pada keluarga penderita
depresi daripada kontrol. Dengan perkataan lain, risiko depresi
semakin tinggi bila ada riwayat genetik dalam keluarga. Kepribadian
Seseorang dengan kepribadian yang lebih tertutup , mudah
cemas,hipersensitif, dan lebih bergantung pada orang lain lebih
rentan terhadap depresi. 1
II.4 Etiologi Depresi secara umum dapat disebabkan oleh berbagai
macam hal, untuk depresi pada geriatri beberapa hal yang dapat
menyebabkan terjadinya kasus ini adalah : Faktor biologis stresor
psikososial Faktor genetik Mekanisme bagaimana berbagai penyebab
ini dapat menyebabkan depresi akan dijelaskan pada patofisiologi.
1,3
II.5 Patogenesis Berbagai faktor penyebab dapat menyebabkan
terjadinya depresi seperti yang telah disebutkan di atas. Pada
geriatri seperti kebanyakan orang pada usia lainnya mekanisme
terjadinya depresi kurang lebih sama. 1. Faktor biologis Beberapa
bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang penting
dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi
biokimia yaitu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa
pesan komunikasi antar neuron di otak. Jika neurotransmitter ini
berada pada tingkat yang normal, otak akan bekerja secara harmonis.
Berdasarkan riset, kekurangan neurotransmitter serotonin,
norepinefrin dan dopamin dapat menyebabkan depresi. Disatu sisi,
jika neurotransmitter ini berlebihan dapat menyebabkan gangguan
manik. Selain itu antidepresan trisiklik dapat memicu
mania.Serotonin. Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera
makan, dan libido. Sistem seotonin yang berproyeksi ke nukleus
suprakiasma hipotalamus berfungsi mengatur ritmik sirkadian
(misalnya, siklus tidur-bangun, temperatur tubuh, dan fungsi
hypothalamic-pituitary-adrenal axis (HPA)). Serotonin, bersama-sama
dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi motorik yang terarah
dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia
dan reptilia. Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi.
Dari penelitian dengan alat pencitraan otak terdapat penurunan
jumlah reseptor post-sinap 5-HT1A dan 5-HT2A pada pasien dengan
depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi penanda
kerentanan terhadap kekambuhan depresi. Dari penelitian lain
dilaporkan bahwa respons serotonin menurun di daerah prefrontal dan
temporoparietal pada penderita depresi yang tidak mendapatkan
pengobatan. Kadar serotonin rendah pada penderita depresi yang
agresif dan bunuh diri. Triptofan merupakan prekursor serotonin. Ia
juga terlihat menurun pada pasien depresi.hasil metabolisme
serotonin adalah 5-HIAA (hidroxyindolacetic acid). Terdapat
penurunan 5-HIAA di cairan serebrospinal (CSS) pada penderita
depresi. Norepinefrin. Badan sel neuron norepinefrin terletak di
locus ceruleus(LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri,
sistem limbik, basal ganglia, hipotalamus dan talamus. Ia berperan
dalam memulai dan mempertahankan keterjagaan (proyeksi ke limbik
dan kortek). Proyeksi norepinefrin ke hipokampus terlibat dalam
sensitisasi perilaku terhadap stresor. Stresor akut dapat
meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi aktivitas fungsi LC,
fungsi vegetatif seperti makan maupun tidur menurun. Persepsi
terhadap stresor ditangkap oleh korteks yang sesuai dan melalui
talamus diteruskan ke LC, dan selanjutnya ke komponen
simpatoadrenal terhadap stresor tersebut. Hasil metabolisme
norepineferin adalah 3-mehoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG).
Penurunan aktivitas norepinefrin sentral dapat di lihat berdasarkan
adanya penurunan ekskesi MPHG. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
MHPG mengalami defisiensi pada penderita depresi. Norepinefrin
hipotalamus berproyeksi ke paraventrikular nukleus hipotalamus.
Aktivasi noradrenergik dapat meningkatkan sintesis dan pelepasan
CRH. Stresor mengaktivasi neuron terminal CRH di LC. Dopamin.
Berfungsi untuk mengatur motivasi, konsentrasi, memulai aktivitas
bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas-tugas fungsi
eksekutif. Penurunan aktivitas dopamin pada jaras dopamin di otak
dikaitkan dengan gangguan kognitif, motorik dan hedonia yang
merupakan manifestasi simptom derpesi. 2. Stresor
psikososialStresor adalah suatu keadaan yang diraskaan sangat
menekan sehingga seseorang tidak dapat beradaptasi dan bertahan.
Peristiwa-peristiwa kehidupan baik yang akut maupun yang kronik
dapat menimbulkan depresi. Misalnya kehilangan seseorang yang
dicintai, ketidak mampuan fisik dalam melakukan beberapa pekerjaan
membuat seseorang harus mundur dari pekerjaan dan kehilangan
pekerjaan, dll. Persepsi seseorang dalam menghadapi suatu stresor
juga menentukan pengaruh stresor terhadap orang tersebut. Suatu
peristiwa dipersepsikan positif atau negatif oleh seseorang perlu
diketahui. Misalnya, seseorang dapat mempersepsikan positif
kematian pasangannya karena ia telah merawat pasangannya tersebut
dalam waktu lama akibat penyakit kronik. Ia bisa menerima kematian
pasangannya karena kematian dapat membebaskan pasangannya dari
penderitaan. Stresor dapat mengubah morfologi dan menekan
neurogenesis hipokampus. Perubahan itu terjadi kareana adanya
peningkatan peleapsan glukokortikoid, dan perubahan fungsi
serotonin. Hipokampus memainkan banyak peranan penting salah satu
yang terkait dengan stress adalah menjaga regulasi aksis HPA.
Secara singkat aksis HPA merupakan jaras pelepasan hormon
mineralkortikoid dan glukokortikoid dari kelenjar suprarenal.
Kortisol merupakan salah satu hormon yang dilepaskan, pelepasan
hormon ini secara normal terjadi bila adanya rangsangan berupa
stresor. Hipokampus bekerja menginhibisi aksis ini sedangkan kadar
kortisol yang tinggi dapat menjadi toksik bagi hipokampus. Bila
berlangsung secara lama dapat menyebabkan terjadinya atrofi
hipokampus. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan kognitif dan
timbulna gejala-gejala depresi. 3,4II.6 Gejala klinik Depresi
secara umum ditandai dengan adanya trias depresi , yaitu : afek
depresi, anhedonia dan kehilangan energi atau adanya rasa lelah.
Pada lansia , depresi dapat tejradi secara atipikal dengan berbagai
cara yang mencakup: Hipokondriasis Keluhan rasa kesepian Merasa
diri tidak berguna Keluhan fisik yang tidak sepadan dengan patologi
organik dan nyeri yang asalnya tidak diketahui. Gangguan perilaku
(contohnya: menolak makan, perilaku agresif, mengutil,
penyalahgunaan alkohol)5
II.7 Pemeriksaan psikiatri pada orang tua Pemeriksaan riwayat
psikiatri dan pemeriksaan status mental pada pasien tua mengikuti
format yang sama seperti pemeriksaan pada orang dewasa, namun
karena tingginya prevalensi gangguan kognitif pada pasien tua, maka
pemeriksa harus memastikan pasien paham betul cara dan tujuan
pemeriksaan. Saat pasien mengalami gangguan kognitif maka riwayat
psikiatri harus ditanyakan pada anggota keluarga atau orang yang
mengetahui riwayat pasien. Beberapa hal penting yang harus
ditanyakan atau diperiksa: Riwayat psikiatri Riwayat psikiatri yang
lengkap meliputi : identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat personal dan keluarga.
Riwayat pemakaian obat penting juga ditanyakan. Pasien berusia
lebih dari 65 tahun sering mengalami gangguan memory minor seperti
melupakan naama orang dan lupa meletakkan barang. Keadaan ini bisa
juga disebabkan karena anxietas pada suasana saat wawancara. Untuk
riwayat personal perlu ditanyakan bagaimana masa kehidupan saat
anak-anak dan remaja. Hal ini dapat memberikan informasi mengenai
mekanisme defensiv yang dipakai saat menghadapi stress. Tanyakan
pula mengenai teman-teman , olahraga atau hobi, aktivitas sosial
dan pekerjaan. Mengenai pekerjaan tanyakan bagaimana dahulu situasi
di lingkungan kerja, masalah dalam pekerjaan, hubugan dengan
atasan, alasan pensiun dan rencana untuk kedepannya. Selain itu
dapat ditanyakan riwayat keluarga , bagaimana kehidupan orang tua
pasien saat masa tua apakah terdapat gejala-gejala alzheimer. Hal
ini menjadi penting karena alzeimer dapat diturunkan melaluli
autosomal dominan dengan presentase 10-30%. Apakah terdapat masalah
dalam keluarga. Bila pasien menikah tanyakan kehidupan pernikahan
pasien dan juga riwayat kehidupan seksual pasien. Bila pasangan
telah meninggal pemeriksa harus menggali seberapa besar dampak nya
bagi pasien. Pemeriksaan status mental Perhatikan bagaimana
perasaan pasien, dan kebiasaan pasien selama pemeriksaan. Deskripsi
umum Meliputi penampilan, aktivitas psikomotor, perilaku selama
pemeriksaan dan kemampuan berbicara. Perhatikan apakah terdapat
gangguan motorik berupa gerakan involunter, gerakan motorik yang
lambat. Cara berbicara dapat menggambarkan suasana mood. Bila
sambil menangis yang berlebih menggambarkan adanya depresi. Untuk
sikap pasien dinilai apakah pasien cukup kooperatif atau tidak.
Penilaian fungsi Khususnya pasien yang berusia lebih dari 65 tahun
harus dinilai kemampuan mereka dalam melakukan tugas sehari-hari.
Penting untuk merencanakan terapi pada pasien nantinya. Mood dan
afek Pada pasien depresi biasanya menampakkan gejala adanya afek
depresi, anhednoia atau kehilangan minat dalam melakukan aktivitas
dan kehilangan tenaga sehingga pasien sering merasa lelah. Gangguan
persepsi Periksa apakah ada halusinasi dan ilusi. Kedua keadaan ini
dapat disebabkan salah satunya akibat penurunan kemampuan sensorik.
Penyebabnya dapat organik dan juga non organik, contoh penyebaba
organik yang tersering adalah adanya tumor pada otak. Fungsi
berbahasa Perhatikan kemampuan berbahasa pasien selama wawancara.
Apakah terdapat afasia atau tidak Fungsi visuospatialFungsi ini
dapat diperiksa dengan meminta pasien menggambarkan suatu objek
misalnya menggambarkan pukul tiga dengan menggambarkan jam yang
jarumnya menunjukkan pukul tiga. Isi pikir Periksa apakah terdapat
gangguan pada isi pikir misalnya saja neologisme, circumtansial,
tangensial, klang asosiasi, asosiasi longga. Kesadaran Bertujuan
untuk mengetahui fungsi otak secara sederhana. Perhatikan apakah
terdapat penurunan kesadaran atau tidak. Orientasi Tanyakan
orientasi terhadap waktu tempat dan orang, hal ini berkaitan apakah
terdapat gangguan kognitif. MemoriPeriksa memori jangka panjang,
jangka pendek dan sekarang. Untuk memori jangka panjang dapat
ditanyakan mengenai tempat dan tanggal lahir pasien, untuk jangka
pendek dapat ditanyakan menu makan siang bila pemeriksaan berjarak
1 atau 2 jam sesudah makan siang. Untuk memori sekarang pemeriksa
dapat memberikan angka dan meminta pasien untuk mengulanginya.
Intelektual, intelegence, dan informasi Pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan meminta pasien menyelesaikan soal matematika
sederhana misalnya berapakah hasil 100 dikurangi 7? Penulisan dan
membaca Pemeriksaan ini bertujuan apakah adanya defisit atau
gangguan dalam berbicara atau menulis. Uji daya nilai Dapat
dilakukan pemeriksaan dengan memberikan ilustrasi misalkan apakah
yang akan dilakukan pasien jika menemukan dompet di jalan? Evaluasi
neurosychological Dapat dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan
Mini Mental State Examination (MMSE) Riwayat medis umum Pasien
dengan usia tua umumnya memiliki penyakit yang lebih beragam. Hal
ini dapat menjadi salah satu stressor yang dapat menyebabkan
gangguan psikiatri. Pemeriksan harus menggali lebih jauh penyakit
apa saja yang diderita pasien.3
II.8 kriteria diagnosis Untuk menegakkan diagnosis depresi pada
demensia dapat dilakukan dengan menggunakan geriatric depresion
scale 6
II.9 Diferential diagnosis
Dalam mendiagnosis adanya gangguan depresi pada geritatri harus
dipikirkan adanya kemungkinan penyakit lain. Diantaranya : Demensia
Merupakan penyakit yang menyebabkan penurunan intelek secara
progresif dan irreversibel seiring bertambahnya usia. Beberapa hal
yang membedakan pasien demensia dengan depresi adalah Pasien
demensia tidak mengeluhkan penderitaan mereka dan memiliki mood
yang labil sedangkan pasien depresi cenderung menyampaikan keluhan
mereka disertai dengan penurunan mood Pasien demensia menjawab
pertanyaan dengan keliru sedangkan pasien depresi menjawab
pertanyaan dengan kata-kata saya tidak tahu Ketika disuruh
melakukan suatu pekerjaan yang tidak dapat dilakukan pasien
dementia terkesan berusaha keras untuk dapat mengerjakannya
sedangkan pasien depresi cenderung kehilangan minat untuk
mengerjakaknnya Somatoform Gangguan ini dicirikan dengan gejala
fisik atas suatu jenis penyakit. Hipokondriasis umum ditemukan pada
usia diatas 60 tahun. Dicirikan dengan keluhan terhadapt suatu
jenis penyakit khusus. Perbedaannya biasanya pada keluhan ini tidak
didapatkan adanya penurunan mood. 3
II.10 Tata laksana Prinsip utama tata laksana pada pasien
gerriatri adalaha untuk meningkatkan kualitas hidup pasien tersebut
dan sebisa mungkin mencegah penempatan mereka di rumah perawatan.
Terdapat dua modalitas utama Farmakologi Pada orang tua biasakan
memulai dengan dosis rendah yang dapat menimbulkan efek terapi.
Waspadai adanya penyakit-penyakit yang dapat yang perlu penyesuaian
dosis, seperti : gangguan ginjal yang menyebabkan ekskresi obat
terganggu, gangguan pada hati yang menyebabkan metabolisme obat
terganggu. Beberapa jenis obat yang dapat digunakan: Selective
Serotonine Reuptake Inhibitor (SSRI)SSRI bekerja dengan cara
menghambatan bersifat selektif terhadap neurotransmitter serotonin
(5HT2). Dibanding TCA, SSRI memiliki efek antikolinergik dan
kardiotoksik lebih rendah. Contoh golongan obat ini adalah:
Sertraline HCl. Dosis : 50 100 mg/hari. Paroxetine HCl. Dosis : 20
40 mg/hari. Fluoxetine. Dosis : 20 40 mg/hari. Duloxetine. Dosis :
30 60 mg/hari.Efek sampingnya lebih sedikit dan biasanya lebih aman
digunakan pada penderita depresi yang disertai kelainan jiwa. Efek
samping yang terjadi berupa mual, diare dan sakit kepala ringan dan
akan segera menghilang jika pemakaian obat dilanjutkan. SSRIs
efektif digunakan pada depresi yang disertai oleh kelainan jiwa
seperti penyakit obsesif-kompulsif, penyakit panik, fobia sosial,
bulimia.Efek samping utama dari SSRIs adalah sering menyebabkan
penurunan gairah seks / libido.2
SNRI Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitors salah satu
antidepressan yang populer digunakan. Bekerja dengan memblok
reuptake baik dari serotonin maupun norepinefrin dari sinaps.
Sehingga meningkatkan jumlah kedua neurotransmitter ini di otak.
Contoh obatnya: venlafaxine dan duloxetine
Terasiklik Efek samping otonomik dan kardiologi kecil sehingga
golongan obat ini dapat diperuntukkan untuk pasien usia tua. Contoh
obat ini : maprotiline, mianserin
Ada 5 proses dalam pengaturan dosis antidepresan : 1) Initiating
dosageUntuk mencapai dosis anjuran selama Minggu I. Misalnya
amitriptiline25 mg/h = hari 1 dan 250 mg/h = hari 3 dan 4 100mg/h =
hari 5 dan 62) Titrating dosage (optimal dose)Mulai dosis anjuran
sampai mencapai dosis efektif dosis optimal Misalnya, amitriptyline
150 mg/h = hari 7 s/d 14 (minggu II) Minggu III : 200 mg/h minggu
IV : 300 mg/h 3) Stabilizing dosage Dosis optimal yang
dipertahankan selama 2-3 bulan Misalnya, amitrptyline 300mg/h dosis
optimal selama 2-3 bulan. diturunkan hingga dosis pemeliharaan 4)
Maintaining dosage Selama 3-6 bulan. Biasanua dosis pemeliharaan
dari dosis optimal Misalnya amitripyline 150 mg/h selama 3-6 bulan
5) Tapering dosageSelama 1 bulan. Kebalikan dari proses initiating
dosage. Misalnya, amitriptyline 150 mg/h 100 mg/h (1 minggu), 100
mg/h 75 mg/h ( 1 minggu) , 75 mg/h 50 mg/h ( 1minggu), 50 mg/h 25
mg/h ( 1 minggu ) . Dngan demikian pemberian obat antidepresi dapat
dihentikan total. Kalau kemudian sindrom depresi kambuh lagi,
proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.Pada dosis
pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pad amalam hari untuk
golongan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis tunggal
apda pagi hari setelah sarapan pagi. 7 Non-farmakologi (
psikoterapi )Standard psikoterapi yang dapat diberikan dapat
dipakai pada pasien geriatri, seperti supportif psikoterapi, terapi
kognitif, terapi grup dan terapi keluarga. Psikoterapi menolong
pasien geriatri untuk menghadapi berbagai masalah seperti
kehilangan orang yang dicintai, perceraian, pensiun dari pekerjaan
dan memperbaiki hubungan interpersonal,selain itu juga meningkatkan
rasa percaya diri, mengurangi rasa tidak berguna sehingga secara
otomatis dapat meningkatkan kualitas hidup. Terapi kognitif
Berlangsung 12-16 sesi dan terbagi dalam 3 fase: Fase awal (sesi
1-4) Membentuk hubungan terapeutik dengan pasien. Mengajarkan
pasien tengang bentuk kognitif yang salah dan pengaruhnya terhadap
emosi dan fisik. Menentukan tujuan terapi. Fase pertengahan ( sesi
5-12)Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah.
Membantu pasien mengenal akar kepercayaan diri. Pasien diminta
mempraktikkan ketrampilan bersespons terhadap hal-hal yang
depresogenik dan memodifikasinya Fase akhir (sesi 13-16)Menyiapkan
pasien untuk terminasi dan memprediksi situasi berisiko tinggi yang
relevan untuk terjadinya kekambuhan dan mengkonsolidasi
pembelajaran melali tugas-tugasnya sendiri Psikoterapi suportif
Hampir selalu diindikasikan. Memberikan kehangatan, emapti,
pengertian dan optimistik. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan emosinya dan bantuk untuk ventilasi.
Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan membantu mengoreksi.
Bantu memecahkan problem eksternal. Latih pasien untk mengenal
tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering
mungkin (mula-mula 1-3 kali perminggu) dan secara teratur, tetapi
jangan sampai tidak berakhir atau selamanya. Terapi grup (terapi
kelompok)Tidak ada bentuk terapi kelompok yang spesfik. Ada
beberapa keuntungan terapi kelompok: Biaya lebih murah Memberikan
kesempatan untuk memainkan peran dan mempraktikan ketrampilan
perilaku interpersonal yang baru Membantupasien dalam
mengaplikasikan ketrampilan baru Terapi kelompok ini sangat efektif
untuk terapi jangka pendek pasien rawat jalan. Ia juga efektif
untuk depresi ringan.
BAB IIIPenutup
Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejujlah
gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda pada masing-masing
individu. Gejala depresi dapat berkaitan dengan mood ataupun gejala
psikomotor. Pada orang tua gejala depresi dapat atipikal seperti
adanya hipokondriasis, rasa tidak berguna, ganguan perilaku (
menolak makan, perilaku agresif, mengutil), dan rasa kesepian. Oleh
sebab itu diperlukan pemeriksaan psikiatri yang teliti untuk dapat
mendeteksi hal ini. Beberapa hal dapat menyebabkan terjadinya
depresi pada orangtua yaitu adanya gangguan biologi dan juga
stressor. Kedua hal ini mempunyai mekanisme yang berkaitan karena
stresor yang dialami dapat menyebabkan gangguan biologi. Gangguan
biologi melibatkan neurotransmitter di otak yang terganggu sistem
kerjanya , contohnya serotonin, norepinefrin dan dopamin. Untuk
dapat menegakkan diagnosis depresi pada geriatri selain berdasarkan
gejala klinis dan pemeriksaan psikiatri dipakailah geriatric
depresion scale dengan sistem skoring. Penentuan diagnosis perlu
ditambahkan pemeriksaan atau ciri yang dapat menyingkirkan
differential diagnosis untuk keperluan terapi. Terapi yang
diberikan dapat berupa farmakoterapi dan juga psikoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurmiati amir. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan
Tatalaksana. Jakarta: balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia,2005. Hal 1-99.2. Maslim R. diagnosis
Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001. hal 64 8.3. Sadock
James Benjamin, Sadock Alcott Virgina.geriatric psychiatric. In
Kaplan &SadockS Synopsis of Psychiatry behavioral
science/clinical Psychiatry. 10th editon.New York: Lipincott
Williams & Wilkins.2007.pg 1349-584. Ismail R I, Siste K.
Gangguan Depresi. Dalam : Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Hal 209
29.5. Puri Basant K, Laking Paul J, Treasaden Ian H. Buku Ajar
Psikiatri.edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2011.hal 364-70.6. Greenberg Sherry A. The Geriatric Depression
Scale.diunduh dari :
http://consultgerirn.org/uploads/File/trythis/try_this_4.pdf, 5 mei
2014.7. Maslim Rusdi. Panduan pratis penggunaan klinis obat
psikotropik. Edisi ke 3. Jakarta: bagian ilmu kedokteran jiwa FK
unika Atma Jaya.2007.hal 23-31.9