BAB IPENDAHULUANLatar BelakangKasus pembunuhan terhadap bayi
yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan terjadi dimana
saja.[footnoteRef:2] Pada zaman Firaun, pembunuhan massal terhadap
bayi laki-laki yang baru lahir dilakukan karena takut munculnya
seorang raja baru yaitu Nabi Musa. Pada zaman Herodes, upaya
pembunuhan bayi laki-laki juga dilakukan karena takut akan
munculnya seorang raja baru, yaitu Nabi Isa Almasih. Begitu pula
saat di zaman arab jahiliyah sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW,
pembunuhan terhadap bayi perempuan kerap kali dilakukan karena
dianggap membawa sial bagi keluarganya. Banyak hal yang menyebabkan
pembunuhan terhadap bayi kerap kali dilakukan dari zaman ke zaman,
mulai dari alasan politik sampai alasan yang paling pribadi. Akan
tetapi Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu adil dalam
menegakkan keadilan sehingga budaya pembunuhan terhadap bayi baru
lahir tidak menjadi budaya yang kekal atau turun temurun sehingga
dihapuskannya kebiasaan tersebut melalui utusan-Nya ataupun melalui
manusia yang berprikemanusiaan dengan dibuatnya hukum yang mengatur
larangan akan pembunuhan bayi yang baru lahir. [2: Hoediyanto.
Pembunuhan Anak (Infanticide). 2008. Diunduh dari:
http://www.fk.uwks.ac.id (diakses: 4 Juli 2014)]
Kasus pembunuhan terhadap anak sendiri sangat sering terjadi di
dunia terutama di Indonesia. Hal ini sangat sering muncul di media
massa. Ibu yang membunuh bayinya tidaklah jarang dijumpai di koran
ataupun berita di televisi. Kasus pembunuhan terhadap anak sendiri
sangatlah unik.[footnoteRef:3] Keunikannya dapat dilihat dari
kriteria pembunuhan anak sendiri. Pertama, yang membunuh haruslah
ibu kandung bayi tersebut. Ibu yang membunuh bayinya sendiri tentu
memiliki dorongan atau motivasi yang menyebabkan dia melakukan
perbuatan yang tidak berperikemanusiaan tersebut. Alasan yang
paling sering adalah karena dia tidak ingin diketahui telah
melahirkan seorang bayi. Biasanya hal ini terjadi karena bayi
tersebut adalah bayi hasil hubungan gelap. Kedua, anak yang
dilahirkan adalah anak kandungnya sendiri. Jadi, seorang ibu yang
membunuh bayi orang lain yang tidak lahir dari rahimnya tidaklah
masuk dalam kriteria pembunuhan anak sendiri. Begitu pula dengan
ayah yang membunuh bayi yang baru dilahirkan oleh istrinya sendiri,
tidaklah masuk dalam kriteria ini. Ketiga, tindakan membunuh
dilakukan segera setelah dilahirkan ataupun tidak lama kemudian.
Patokannya yaitu dapat dilihat apakah sudah ada atau belum
tanda-tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat atau
diberikan pakaian. Keempat, sang ibu yang melakukannya mengalami
suatu masalah psikologis atau kejiwaan. Saat dilakukannya kejahatan
tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari ibu
seperti rasa malu, takut, benci serta rasa nyeri bercampur aduk
menjadi satu, sehingga perbuatannya dianggap dilakukan dalam
keadaan mental yang tidak tenang, tidak sadar serta dengan
perhitungan yang tidak matang. Perbuatannya dilakukan dengan
tergesa-gesa dalam kondisi psikologis yang kurang sehat. [3:
Idries. A.M. Pedoman Ilmu kedokteran Forensik. Binarupa Aksara .
1997. Jakarta.]
Cara yang paling sering digunakan dalam kasus pembunuhan anak
sendiri adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan,
pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.[footnoteRef:4] Pembekapan
dilakukan dengan menyumbat hidung dan mulut bayi dengan benda
seperti kain sehingga bayi tidak mendapat suplai oksigen.
Pencekikan dilakukan ibu dengan menekan saluran napas di leher bayi
sehingga bayi tidak dapat bernapas. Penjeratan dilakukan ibu dengan
menjerat leher bayi menggunakan tali atau besi sehingga saluran
napas bayi tertekan dan tidak mampu menyuplai oksigen ke dalam
tubuh bayi. Namun, tidak cuma dengan cara itu saja seorang ibu bisa
membunuh bayinya, banyak cara lain misalnya dengan kekerasan tumpul
di kepala dan kekerasan tajam pada leher dan dada. Kekerasan tumpul
bisa dilakukan dengan memukul kepala bayi dengan menggunakan benda
tumpul sehingga terjadi pendarahan. Sementara kekerasan tajam
dilakukan dengan menggunakan benda tajam seperti pisau, benda
tersebut ditusukkan ke bagian leher sehingga saluran napasnya
terputus atau pun pada bagian dada tepat pada posisi jantung
sehingga sirkulasi darah bayi terhenti. [4: Affandi et al.
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) Dengan Kekerasan Multipel. Majalah
Kedokteran Indonesia, September 2008, Vol 58 Nomor 9. 2008.]
Untuk dapat menuntut seorang ibu yang telah melakukan tindak
pidana pembunuhan anak sendiri, haruslah terbukti bahwa bayi
tersebut hidup pada saat dilahirkan.[footnoteRef:5] Tanda yang
dapat ditemukan adalah bayi tersebut viabel atau tidak, bayi
tersebut lahir hidup atau lahir mati, adanya tanda-tanda perawatan,
sebab kematian, dan hubungan antara ibu dan bayi. [5: Budijanto,
dkk. Pembunuhan Anak Sendiri. Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.1998. Jakarta. ]
BAB IITINJAUAN PUSTAKADefinisiInfanticide menurut pasal 341 KUHP
adalah pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri
segera atau beberapa saat setelah dilahirkan, karena takut
diketahui bahwa ia telah melahirkan anak[footnoteRef:6]. Pembunuhan
anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang dilakukan oleh
seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama
kemudian karena takut ketahuan telah melahirkan anak. Dengan
demikian berdasarkan pengertian di atas, persyaratan yang harus
dipenuhi dalam kasus pembunuhan anak, adalah: [6: Peraturan
Perundang-Undangan Bidang Kedokteran.Cetakan kedua. Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indoneisa.
1994. Jakarta.]
1. Pelaku adalah ibu kandung.2. Korban adalah anak kandung.3.
Alasan melakukan tindakan tersebut adalah takut ketahuan telah
melahirkan anak.Mengenai waktu pembunuhan, yaitu tepat pada saat
melahirkan atau beberapa saat setelah melahirkan, dengan adanya
batasan yang tegas tersebut, suatu pembunuhan yang tidak memenuhi
salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai pembunuhan
anak, melainkan suatu pembunuhan biasa.[footnoteRef:7] [7: Apuranto
H dan Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2007. Surabaya.]
Sedangkan menurut undang-undang di Indonesia pembunuhan anak
sendiri (PAS) adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
atas anaknya pada saat dilahirkan atau tidak berapa lama setelah
dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan
anak.[footnoteRef:8] [8: Sampurna B, Samsu Z. Peranan ilmu
kedokteran forensik dalam penegakan hukum; sebuah pengantar.
Pustaka Dwipar. 2003. Jakarta. Halaman 97-110]
Etiologi dan Faktor yang MempengaruhiPembunuhan anak sendiri
adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa dimana kejahatan ini
bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan
haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk
melakukan kejahatan tersebut adalah karena ibu kandungnya takut
ketahuan bahwa dia telah melahirkan anak, salah satunya karena anak
tersebut adalah hasil hubungan gelap. Selain itu, keunikan lainnya
adalah saat dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa anaknya,
yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, Patokannya
dapat dilihat apakah sudah atau belum ada tanda-tanda perawatan,
dibersihkan, dipotong tali pusat, atau diberikan
pakaian.Berdasarkan undang-undang, dapat dilihat adanya tiga faktor
penting, yaitu:1. Ibu, yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum
karena melakukan pembunuhan anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah
ibu telah menikah atau belum. Sedangkan, bagi orang lain yang
melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena
pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih
berat, yaitu 15 tahun penjara (pasal 338 pembunuhan tanpa rencana),
atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (pasal 339 dan 340,
pembunuhan dengan rencana).2. Waktu, yaitu dalam undang-undang
tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi hanya dinyatakan
pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian. Sehingga boleh
dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu
terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu
tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.3. Psikis, yaitu
ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan
diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang
dilahirkan tersebut didapatkan dari hubungan tidak
sah.[footnoteRef:9] [9: Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik.
Edisi pertama, cetakan kedua. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.1997. Jakarta. halaman. 165
176.]
EpidemiologiJakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40
kasus PAS per tahun dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk
kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala (5-10%) dan
kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7
tahun).[footnoteRef:10] [10: Op.cit. Sampurna B, Samsu Z. Peranan
ilmu kedokteran forensik dalam penegakan hukum]
Kriteria Pembunuhan Anak Sendiri (PAS)Pembunuhan anak sendiri
(infanticide) yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas
anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena
takut ketahuan telah melahirkan anak. Dengan demikian berdasarkan
pengertian di atas, persyaratan yang harus dipenuhi dalam kasus
pembunuhan anak (infanticide) yaitu: 1. Pelaku adalah ibu kandung2.
Korban adalah anak kandung3. Alasan melakukan tindakan tersebut
yaitu takut ketahuan telah melahirkan anak4. Waktu pembunuhan yaitu
tepat pada waktu melahirkan atau beberapa saat setelah melahirkan.
Dengan adanya batasan yang tegas tersebut maka suatu pembunuhan
yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut
sebagai pembunuhan anak (infanticide), melainkan suatu pembunuhan
biasa.
Lahir Hidup atau Lahir MatiLahir hidup (live birth) adalah
keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang
setelah pemisahan dari ibu, terdapat tanda bernapas atau
menunjukkan tanda kehidupan lain tanpa mempersoalkan usia gestasi,
sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan ari dilahirkan. Lahir
mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar
atau dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan
(baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam
kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau
tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung,
denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka.Tanda lahir hidup
adalah adanya udara dalam paru-paru, lambung dan usus, serta liang
telinga tengah. Adanya udara dalam paru-paru ditandai gambaran
paru-paru memenuhi rongga dada, paru-paru berwarna merah ungu, dan
gambaran mozaik, tepi paru tumpul, terdapat krepitasi dan bila
dibenamkan dalam air akan tampak gelembung udara, berat 1/35 berat
badan, tes apung paru menunjukkan hasil yang positif, pada
pemeriksaan mikroskopik tampak pengembangan alveoli yang tidak
merata dengan dinding alveoli licin tanpa ada penonjolan
(projection). Adanya makanan dalam lambung menandakan bahwa anak
sudah cukup lama hidup.Pada bayi lahir mati (still born) tampak
dada datar. Autopsi dimulai dari membuka rongga perut untuk mencari
puncak diafragma. Biasanya masih tinggi pada iga 3-4. Bila mayat
telah membusuk, penilaian tidak tepat lagi. Waktu rongga dada
dibuka, yang utama terlihat adalah pericard dan jantung, sementara
paru-paru terlihat di belakang, bentuknya kecil atau sedikit
mengisi rongga dada. Warna paru coklat uniform seperti hati,
konsistensi padat, tidak ada krepitasi, pinggir paru tajam. Bila
dilakukan uji apung paru didapatkan hasil negatif.[footnoteRef:11]
[11: Amir, A. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Kedua. Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK USU. Medan. 2007.]
1. PernafasanAdanya pernafasan spontan terjadi akibat rangsangan
atmosfer. Hal ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada
paru. Pernafasan setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak
diafragma dan sifat paru-paru.a. Letak diafragmaPada bayi yang
sudah bernafas, letak diafragma setinggi iga ke-5 atau ke-6.
Sedangkan pada yang belum bernafas setinggi iga ke -3 atau ke
-4.
b. Gambaran makroskopik paruParu-paru bayi yang sudah bernafas
berwarna merah muda tidak homogen namun terdapat bercak-bercak.
Konsistensinya adalah seperti spons dan berderik pada perabaan.
Sedangkan, pada paru-paru bayi yang belum bernafas berwarna merah
ungu tua seperti warna merah hati bayi dan homogen, dengan
konsistensi kenyal seperti hati atau limpa.c. Uji apung paruUji
apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh, paru-paru tidak
disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada
sediaan histopatologi jaringan paru akibat manipulasi
berlebihan.Lidah dikeluarkan seperti biasa, ujung lidah dijepit
dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal
sehingga tampak palatum mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum
mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring,
laring, esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang
belakang. Esophagus bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago
krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada
manipulasi berikutnya cairan ketuban, meconium, atau benda asing
lain tidak mengalir keluar melalui trakea, bukan untuk mencegah
masuknya udara ke dalam paru.Pengeluaran organ dari lidah sampai
paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah dan scalpel, tidak
boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus diikat di atas
diafragma dan dipotong diatas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan
agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus
tidak memberikan hasil meragukan.Setelah semua organ leher dan dada
dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan kedalam air dan dilihat
apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan
dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah
mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dam
dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau
tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus
dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau
tenggelam.Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat
mengapung oleh karena kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan
kecil itu mengapung, letakkan diantara dua karton dan ditekan
dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk mengeluarkan
gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstitial paru, lalu
masukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung
atau tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru terisi udara
residu yang tidak akan keluar. Namun, terkadang dengan penekanan,
dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan
pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung
paru negatif.Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai
potongan kecil paru mengingat kemungkinan adanya pernafasan
sebagian yang dapat bersifat buatan atau alamiah yaitu bayi yang
sudah bernafas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam
vagina.Hasil negatif belum tentu pasti lahir mati karena adanya
kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti nafas
meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli
diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik
paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir
hidup.Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru
kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk
dilakukan.
Gambar 1. Uji apung Paru (Sumber: Kubik TA, Petraco N.
Microanalysis and Examination of Trace Evidence. In: James SH,
Nordby JJ, Editors. Forensic Science An Introduction to Scientific
and investigative Technique. Boca Raton. 2000. CRC Press LLC.
Halaman: 264-266)
d. Mikroskopik paru-paru Setelah paru-paru dikeluarkan dengan
teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan larutan formalin 10%.
Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan cairan
fiksatif melekat dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi
selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya
digunakan pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan
pewarnaan gomori atau ladewig.Struktur seperti kelenjar bukan
merupakan ciri paru bayi yang belum bernafas, tetapi merupakan ciri
paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas
untuk paru janin belum bernafas adalah adanya tonjolan yang
berbentuk seperti bantal yang kemudian akan bertambah tinggi dengan
dasar menipis sehingga akan tampak seperti ganda. Pada permukaan
ujung bebas tonjolan tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada
paru bayi belum bernafas yang sudah membusuk dengan pewarnaan
gomori atau ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada
permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang
keriting, sedangkan pada tonjolan berjalan di bawah kapiler sejajar
dengan permukaan tonjolan dan membentuk gelung-gelung terbuka.Pada
paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi
cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterine, misalnya
akibat tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga
terjadi pernafasan janin prematur. Tampak sel-sel verniks akibat
deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang
dengan inti piknotik berbentuk huruf S, bila dilihat dari atas
samping terlihat seperti bawang. Juga tampak sel-sel amnion
bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak
eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.Meconium yang
berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat
dalam bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan deskuamasi
sel-sel epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi dini, atau
fagositosis meconium oleh sel-sel dinding alveoli.Lahir mati
ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya
kehidupan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak
yang hebat, dengan atau tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia
intrauterine, kelainan kongenital yang fatal seperti
anensefalus.Tabel 1. Ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paruNParu
belum bernapasParu sudah bernapas
1.Volume kecil, kolaps, menempel pada vertebra, konsistensi
padat, tidak ada krepitasiVolume 4-6 kali lebih besar, sebagian
menutupi jantung, konsistensi seperti karet busa (ada
krepitasi)
2.Tepi paru tajamTepi paru tumpul
3.Warna homogen, merah kebiruan/unguWarna merah muda
4.Bila diperas di bawah permukaan air tidak keluar gelembung gas
atau bila sudah ada pembusukan gelembungnya besar dan tidak
rata.Gelembung gas yang keluar halus dan rata ukurannya.
5.Tidak tampak alveoli yang berkembang pada permukaanTampak
alveoli, kadang-kadang terpisah sendiri
6Kalau diperas hanya keluar darah sedikit dan tidak berbuih
(kecuali bila sudah ada pembusukan)Bila diperas keluar banyak darah
berbuih walaupun belum ada pembusukan (volume darah dua kali volume
sebelum napas.
6. Berat paru kurang lebih 1/70 BBBerat paru kurang lebih 1/35
BB
7.Seluruh bagian paru tenggelam dalam airBagian-bagian paru yang
mengembang terapung dalam air.
ViabilitasBayi yang viabel adalah bayi yang sudah mampu untuk
hidup di luar kandungan ibunya atau sudah mampu untuk hidup
terpisah dari ibunya. Viabilitas mempunyai beberapa syarat, yaitu
:1. Umur 28 minggu dalam kandungan.2. Panjang badan 35 cm.3. Berat
badan 1000 gram4. Tidak ada cacat bawaan yang berat.5. Lingkaran
fronto-oksipital 32 cm.Selain itu juga dilihat adanya kelainan
bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bayi, seperti
kelainan jantung (ASD, VSD) dan otak (anensefalus atau
mikrosefalus).Untuk menentukan apakah jasad bayi tersebut bisa
dikategorikan sebagai korban PAS atau tidak adalah dengan
menentukan viabilitas bayi. Bila bayi sudah viabel maka bayi
tersebut bisa diduga korban PAS.
Tanda-Tanda Kehidupan BayiTanda-tanda kehidupan yang akan muncul
pada bayi yang baru lahir, normalnya yaitu bernapas yang mana
paru-paru akan mengembang dan terdapat udara di dalam lambung atau
usus, menangis, terdapat pergerakan otot, sirkulasi darah, denyut
jantung serta perubahan hemoglobin, isi usus, dan keadaan tali
pusat.1. PernapasanPernapasan spontan terjadi akibat adanya
rangsangan atmosfer dan gangguan sirkulasi plasenta, kondisi ini
juga menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru. Setelah
bayi lahir dan bernapas perubahan letak diafragma dan sifat-sifat
paru-paru akan muncul.2. MenangisMenangis tidak dapat terjadi tanpa
bernapas. Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut
lahir hidup karena suara tangis dapat terjadi dalam uterus atau
dalam vagina, karena di dalam uterus masuknya udara dan menurunnya
kadar oksigen atau meningkatnya kadar karbondioksida dalam darah,
dapat merangsang bayi untuk menangis.3. Pergerakan OtotKaku mayat
dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun yang
lahir mati. Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata karena
post mortem tidak dapat dibuktikan.4. Peredaran Darah, Denyut
Jantung dan Perubahan pada HemoglobinBukti fungsional meliputi
denyut tali pusat dan detak jantung. Bukti anatomis yaitu
perubahan-perubahan pada hemoglobin serta perubahan dalam duktus
arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena
umbilicalis yang langsung masuk vena cava inferior). Bukti suatu
kelahiran hidup, bila memang ada yang menyaksikan denyut nadi tali
pusat/denyut jantung pada bayi yang sudah dilahirkan. Foramen ovale
tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi yaitu satu
hari sampai beberapa minggu. Duktus arteriosus perlahan-lahan
menjadi jaringan ikat paling cepat dalam 24 jam dan duktus venosus
menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.5. Isi Usus dan
LambungBukti kehidupan yang akan didapat pada bayi yang lahir hidup
dari pemeriksaan yaitu pada lambung bayi akan ditemukan benda asing
yang masuk akibat dari refleks menelan. Udara yang terdapat di
dalam lambung dan usus dapat terjadi akibat pernapasan spontan,
pernapasan buatan, atau tertelan. Keadaan-keadaan tersebut tidak
dapat dibedakan. Cara pemeriksaanya, esophagus diikat dikeluarkan
bersama lambung yang diikat pada jejunum lekuk pertama kemudian
dimasukkan ke dalam air, makin jauh udara usus masuk dalam usus,
makin kuat dugaan adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium
sudah keluar semua seluruhnya dari usus besar.6. Keadaan Tali
PusatPemeriksaan keaadaan tali pusat yang pertama harus
diperhatikan adalah ada atau tidaknya denyut tali pusat setelah
kelahiran. Dilihat adanya pengeringan pada tali pusat, letak dan
sifat ikatan bagaimana tali pusat itu dapat putus (secara tajam
atau tumpul).
7. Keadaan KulitTanda maserasi pada kulit merupakan suatu
keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup
yang dapat terjadi bila bayi sudah mati in utero dalam waktu 8-10
hari. Hal ini harus dapat dibedakan dengan proses pembusukan yaitu
maserasi tidak terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian
pada bayi dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan atau
setelah terpisah sama sekali dari ibu.Bukti kematian dalam
kandungan : Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan
kesulitan waktu melahirkan Maceration, yaitu perlukan janin dalam
air ketuban dengan ciri-ciri: Warna merah kecoklatan (pada
pembusukan warnana hijau) Kutikula putih, sering membentuk bula
berisi cairan kemerahan Tulang-tulang lentur dan lepas dari
jaringan lunak Tidak ada gas, baunya khas Maserasi ini terjadi bila
bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan
Umur Bayi Intra dan Ekstra Uterin[footnoteRef:12] [12: Idris
A.M, Tjiptomartono A.L. Abortus dan Pembunuhan Anak. Penerapan ilmu
kedokteran forensic dalam proses penyidikan, 2nd Edition. 2011.
Jakarta : Sagung Seto. Hal 173]
Tabel 2. Penentuan Umur Berdasarkan Panjang Dalam Sentimeter
menurut HAASE
UMUR(Bulan)HAASE(Puncak Kepala Tumit)
11x11
22x24
33x39
44x416
55x525
66x530
77x535
88x540
99x545
1010x550
Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat
penulangan (ossification centers) sebagai berikut:Tabel 3.
Ossification CentersPusat PenulanganUmur (bulan)
Klavikula1.5
Tulang panjang2
Iskium3
Pubis4
Kalkaneus5 6
Manubrium sterni6
TalusAkhir 7
Sternum bawahAkhir 8
Distal femurAkhir 9 / setelah lahir
Proksimal tibiaAkhir 9 / setelah lahir
KuboidAkhir 9 / setelah lahir bayi wanita lebih cepat
Pemeriksaan pusat penulangan dapat dilakukan secara radiologis
atau pada saat autopsi dengan cara sebagai berikut: a. Kalkaneus
dan kuboidPada pemeriksaan ini dapat dilakukan dorsoflexi pada kaki
dan buat insisi antara jari kaki ke 3 dan ke 4 ke arah tumit.
Dengan cara ini dapat dilihat pusat penulangan pada kalkaneus dan
kuboid serta talus.b. Distal femur dan Proksimal tibiaLakukan
fleksi tungkai bawah pada sendi lutut dan buat insisi melintang
pada lutut. Patela dilepas dengan memotong ligamentum. Buat irisan
pada femur dari arah distal ke proksimal sampai terlihat pusat
penulangan pada epifisis distal femur (bukan penulangan diafisis).
Hal yang sama dilakukan terhadap ujung proksimal tibia dengan
irisan dari proksimal ke arah distal. Pusat penulangan terletak di
bagian tengah berbentuk oval berwarna merah dengan diameter
4-6mm.
Kita harus menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan atau
belum cukup bulan (premature) ataukah non-viable, karena pada
keadaan premature dan non-viable, kemungkinan bayi tersebut
meninggal akibat proses alamiah besar sekali sedangkan kemungkinan
mati akibat pembunuhan anak sendiri adalah kecil, walaupun dalam
undang undang tidak dipersoalkan umur bayi.
Ciriciri bayi lahir cukup bulan yaitu :a. Bayi cukup bulan
(mature) bila umur kehamilan > 36 minggu dengan panjang badan
kepala-tumit lebih dari 48 cm, berat badan 2500-3000g dan lingkar
kepala 33cm.b. Pada bayi cukup bulan, hampir selalu terdapat pusat
penulangan pada distal femur sedangkan pada proksimal tibia
kadang-kadang terdapat atau baru terdapat sesudah lahir, juga pada
tulang kuboid. Pada bayi perempuan, pusat penulangan berlangsung
lebih cepat.c. Pada dahi, punggung dan bahu akan terdapat sedikit
lanugo, selain itu pembentukan tulang rawan telinga telah sempurna
(bila daun telinga dilipat akan lebih cepat kembali ke keadaan
semula), diameter tonjolan susu sebesar 7 mm atau lebih, kuku jari
telah melewati ujung-ujung jari, garis-garis telapak kaki telah
terdapat melebihi 2/3 bagian depan kaki, testis sudah turun ke
dalam skrotum, labia minora sudah tertutup oleh labia mayora yang
telah berkembang sempurna, kulit berwarna merah muda (pada kulit
putih) atau merah kebiruan (pada kulit berwarna), yang setelah 1-2
minggu berubah menjadi lebih pucat atau coklat kehitaman; lemak
bawah kulit cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput (kulit
pada bayi premature berkeriput).
Untuk menentukan umur bayi ekstra uterin akan muncul beberapa
perubahan perubahan yang terjadi setelah bayi dilahirkan,
misalnya:a. Udara dalam saluran cernaTerdapat udara dalam lambung
dan duodenum berarti bayi tersebut dapat hidup beberapa saat, bila
udara terdapat di dalam usus halus berarti telah hidup 1-2 jam,
bila dalam usus besar berarti telah hidup 5-6 jam dan bila telah
terdapat dalam rectum berarti telah hidup 12 jam.b. Mekonium dalam
kolonKeluar semua mekonium akan muncul kira-kira dalam waktu 24 jam
setelah lahir.c. Perubahan tali pusatProses pengeringan tali pusat
akan terjadi setelah bayi keluar, baik dilahirkan hidup maupun
mati. Pada tempat yang dapat melekat akan terbentuk lingkaran merah
setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian dalam waktu 6-8 hari
tali pusat akan mengering menjadi seperti benang dan akan terjadi
penyembuhan luka yang sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam
waktu 15 hari. Pada pemeriksaan mikroskopik daerah yang akan
melepas akan tampak reaksi inflamasi yang mulai timbul setelah 24
jam berupa sebukan sel-sel leukosit berinti banyak, kemudian akan
terlihat sel-sel limfosit dan jaringan granulasi.d. Eritrosit
berintiDalam waktu 24 jam pertama setelah lahir, eritrosit inti
akan menghilang namun kadangkala masih dapat ditentukan di dalam
sinusoid hati.e. GinjalDeposit asam urat akan terlihat pada hari ke
2-4 dimana deposit tersebut berwarna jingga dan berbentuk seperti
kipas (fan shaped). Deposit tersebut akan lebih banyak dalam
piramid daripada medulla ginjal. Hal ini akan menghilang setelah
hari ke 4 pada saat metabolisme telah terjadi.f. Perubahan
sirkulasi darahObliterasi arteri dan vena umbilikalis akan terjadi
dalam waktu 3-4 hari setelah bayi lahir. Setelah 3 minggu 1 bulan
duktus venosus akan tertutup tetapi kadang-kadang tidak menutup
walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriosus akan
tertutup setelah 3 minggu 1 bulan.
Sudah atau belum dirawat pada bayi yang telah dirawat dapat
ditemukan hal-hal sebagai berikut:a. Tali pusatTali pusat telah
terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5 cm
dari pusat bayi dan diberi obat antiseptic. Bila tali pusat
dimasukkan ke dalam air, akan terlihat ujungnya terpotong rata.
Kadang-kadang ibu menyangkal melakukan pembunuhan dengan mengatakan
telah terjadi partus presipitatus (keberojolan). Pada keadaan ini
tali pusat akan terputus dekat perlekatannya pada uri atau pusat
bayi dengan ujung yang tidak rata. Hal lain yang tidak sesuai
dengan partus presipitatus adalah terdapatnya kaput suksedaneum,
molase hebat dan fraktur tulang tengkorak. b. Verniks kaseosa
(lemak bayi)Pada bayi yang dibuang ke dalam air verniks tidak akan
hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di daerah lipatan
kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.c.
PakaianPerawatan terhadap bayi salah satunya adalah memberi pakaian
atau penutup tubuh pada bayi.
Bukti Kematian Dalam KandunganBukti bahwa bayi lahir mati dapat
didasarkan atas keterangan saksi, ditemukannya tanda pasti lahir
mati atau tanda belum bernafas pada mayat bayi. Keterangan dari
orang yang menolong atau menyaksikan kelahiran bayi, yang
menyatakan bahwa bayi tidak menunjukkan tanda hidup apapun pada
saat dilahirkan merupakan bukti bayi lahir mati. Maserasi adalah
proses autolisis yang aseptik pada fetus yang sudah mati dan
tersisa di dalam kantung amnion, dimana pada kulit terdapat lepuhan
yang berisi cairan serosa dan kulit berwarna merah. Jaringan tubuh
membengkak dan sutura pada tulang tengkorak terpisah. Tali pusat
berwarna merah, lunak dan tebal. Bila janin mati dalam kehamilan
yang telah lanjut terjadilah perubahan-perubahan sebagai berikut:1.
Rigor mortis yang berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas
kembali.2. Maserasi grade 0 (durasi < 8 jam) dimana kulit
kemerahan setengah matang3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam),
timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi
kemudian menjadi merah dan mulai mengelupas.4. Maserasi grade II
(durasi 2-7 hari), kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di
rongga toraks dan abdomen. Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air
ketuban menjadi merah cokelat.
Gambar 2. Rigor mortis pada bayi. (sumber : Pauli RM. Maceration
and the Timing of Intrauterine Death. Wisconsin Stillbirth Service
Program Website. 2005. United States of America)
Gambar 3. Livor mortis pada bayi. (sumber : Pounder, Derrick J.
Postmortem Changes And Time Of Death. Universitas Dundee. 2005.
Scotland. Halaman: 19)
Gambar 4. Maserasi pada bayi. (sumber : Pauli RM. Maceration and
the Timing of Intrauterine Death. Wisconsin Stillbirth Service
Program Website. 2005. United States of America)
Gambar 5. Pembusukan pada bayi. (sumber : Afandi, Dendi, dkk.
Infanticide with Multiple Injury, Volume 58 Nomor 9. Journal of
Indonesian Medical Association. 2008. Halaman: 387.
Gambar 6. Mumifikasi pada bayi. (sumber : Cunningham,dkk.
Williams Obstetrics, Edisi 23. The Mc Graw-Hill Companies. 2010.
Halaman: 140
Penilaian klinis pada kematian janin dalam kandungan dapat
diketahui dari hilangnya gerak janin yang dikeluhkan ibu,
pertumbuhan janin tidak ada, bahkan janin mengecil sehingga tinggi
fundus uteri menurun, tulang kepala kolaps, bunyi jantung janin
tidak terdengar dengan fetoskop dan dipastikan dengan Doppler.
Tanda Kematian JaninKematian ditandai oleh janin yang tidak
bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut
jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka. Karena
bayi berada dalam lingkungan steril maka proses pembusukan dimulai
dari permukaan kulit menuju ke jaringan yang lebih dalam. Adapun
syarat-syarat terjadinya maserasi intrauterin antara
lain:[footnoteRef:13] [13: Stark Margaret M. Clinical Forensic
Medicine: A Physician's Guide. 2nd ed. Humana Press Inc. 2005.
Totowa (New Jersey).]
1. Fetus telah mati dan sisanya masih tersimpan dalam uterus
dalam waktu lebih dari 24 jam, bahkan akan lebih baik jika
pembentukan maserasi terjadi dalam 3-4 hari atau lebih. Apabila
fetus mati dalam uterus dan dikeluarkan dalam 24 jam, maka sulit
untuk mengetahui apakah fetus mati sebelum atau selama kelahiran
dan tidak ada bukti terjadinya maserasi ataupun mummifikasi.2.
Fetus dikelilingi dengan banyak cairan amnion. Jika jumlah cairan
amnionnya sedikit, kekurangan darah, dan tidak ada sirkulasi udara
dalam uterus, maka fetus akan mengering yang disebut mummifikasi.3.
Membran luar masih tersisa sehingga tidak ada sirkulasi udara yang
terjadi4. Ibu dari janin masih hidup.5. Adanya spalding sign (tanda
radiologis terjadinyaoverlappingdari tulang-tulang tengkorak yang
dikarenakan oleh penyusutan serebrum dan kematian fetus dalam
uterus menyebabkan fetus yang sudah mati tersebut dianggap sebagai
benda asing dan uterus akan berusaha untuk mengeluarkannya dengan
kontraksi yang kuat)[footnoteRef:14],[footnoteRef:15]. [14: Yusti
PR. Peran psikologi dalam investigasi kasus tindak
pidana.Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences.
Universitas Udayana. 2008. Bali.] [15: Made AGW. Analisis
toksikologi forensic dan interpretasi temuan analisis. Indonesian
Journal of Legal and Forensic Sciences. Universitas Udayana. 2008.
Bali.]
Tabel 4. Pemeriksaan Mayat Bayi:[footnoteRef:16] [16: Dimaio V
dan Dominick D. Neonaticide, Infanticide and Child Homicide dalam
Forensic Pathology Second Edition. CRC Press. 2001. Washington
DC.]
Pemeriksaan LuarTanda
Kulit Sudah dibersihkan atau belum Keadaan verniks kaseosa Warna
Berkeriput atau tidak
Mulut Kehadiran benda asing Perhatikan palatum mole terdapat
robekan atau tidak
Tali pusat Sudah terputus atau masih melekat pada ari Potongan
rata atau tidak Tanda sudah diberi antiseptic atau belum
Tanda-tanda kekerasan pada tali pusat, hematoma atau Whartons Jelly
berpindah tempat.
Kepala Apakah terdapat kaput suksedaneum atau molase
tulang-tulang tengkorak.
Tanda-tanda Kekerasan Ada atau tidak, tanda pembekapan di
sekitar mulut dan hidung. Tanda memar pada mukosa bibir dan pipi.
Tanda pencekikan atau jerat pada leher Memar atau lecet pada
tengkuk
Tanda asfiksia Tardieus Spot pada permukaan paru, jantung,
thymus dan epiglottis
Tulang belakang Apakah terdapat kelainan kongenital dan
tanda-tanda kekerasan.
Kepala Apakah terdapat perdarahan subdural atau subaraknoid.
Perhatikan keadaan falks serebri dan tentorium cerebri.
Penyebab Kematian BayiBila terbukti bayi lahir hidup (sudah
bernafas), maka harus ditentukan penyebab kematiannya. Bila
terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka ditentukan sebab
lahir mati atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin (fetal
death).Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:a. Kematian
wajar1. Kematian secara alami ImaturitasTerjadi jika bayi yang
lahir belum cukup matang dan mampu hidup di luar kandungan sehingga
mati setelah beberapa saat sesudah lahir. Penyakit
kongenitalSeringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang
mengandung seperti sifilis, tifus, campak sehigga anak memiliki
cacat bawaan yang menyebabkan kelainan pada organ internal seperti
paru-paru, jantung, dan otak.2. PerdarahanPerdarahan dapat terjadi
dari umbilicus, perut, anus, dan organ genital.3.
MalformasiKadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang
tidak lengkap seperti anensefali. Jika kelainan tersebut fatal,
maka bayi tidak akan bisa bertahan hidup.4. Penyakit
plasentaPenyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja
dari dinding uterus akan dapat menyebabkan kematian dari bayi dan
ibu, dan dapat diketahui jika sang ibu meninggal dan dilakukan
pemeriksaan dalam.5. Spasme laringHal ini dapat terjadi karena
aspirasi mekonium ke dalam laring atau akibat pembesaran kelenjar
timus.6. Eritroblastosis fetalisIni dapat terjadi karena ibu yag
memiliki rhesus negative mengandung anak dengan rhesus positif,
sehingga darah ibu akan membentuk antibody yang menyerang sel darah
merah anak dan menyebabkan lisisnya sel darah merah anak, sehingga
menyebabkan kematian anak baik sebelum maupun setelah
kelahiran.
b. Kematian akibat kecelakaan1. Akibat persalinan yang lamaIni
dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat ekstravasasi dari darah
ke selaput otak atau hingga mencapai jaringan otak akibat kompresi
kepala dengan pelvis, walaupun tanpa disertai dengan fraktur tulang
kepala.2. Jeratan tali pusatTali pusat seringkali melingkar di
leher bayi selama proses kelahiran. Hal ini dapat menyebabkan bayi
menjadi tercekik dan mati sufokasi.3. TraumaHantaman yang keras
pada perut wanita hamil dengan menggunakan senjata tumpul,
terjatuhnya ibu dari ketinggian juga merupakan penyebab kematian
bayi intrauterin.4. Kematian dari ibuKetika ibu mati saat proses
melahirkan ataupun sebelum melahirkan, maka anak tidak akan
bertahan lama di dalam kandungan sehingga harus dilahirkan sesegera
mungkin. Jika kematian diakibatkan penyakit kronis, seperti
perdarahan kronis, maka kesempatan untuk menyelamatkan nyawa anak
sangatlah kecil. Sedangkan jika kematian disebabkan karena kejadian
akut seperti kecelakaan, dimana ibu sebelumnya sehat, maka
kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa bayi lebih besar.c. Kematian
karena tindakan pembunuhan1. Pembekapan (sufokasi)Ini merupakan
tindakan yang paling sering dilakukan. Bayi baru lahir sangat mudah
dibekap dengan menggunakan handuk, sapu tangan atau dengan tangan.
Dapat juga ditemukan benda asing yang menyumbat jalan napas,
seringkali karena ibu berusaha mencegah agar anak tidak menangis
dan ini justru menyebabkan kematian.2. Penjeratan
(strangulasi)Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak yang
cukup sering ditemui. Seringkali ditemukan tanda-tanda kekerasan
yang sangat berlebihan dari yang dibutuhkan untuk membuat bayi
mati. Tanda-tanda bekas jeratan akan ditemukan di daerah leher
disertai dengan memar dan resapan darah. Kadang juga ditemukan
penjeratan dengan menggunakan tali pusat sehingga terlihat bahwa
bayi mati secara alami.3. Penenggelaman (drowning)Ini dilakukan
dengan membuang bayi ke dalam penampungan berisi air, sungai, dan
bahkan toilet.4. Kekerasan tumpul pada kepalaJika ditemukan fraktur
kranium, maka dapat diperkirakan bahwa terjadi kekerasan terhadap
bayi. Pada keadaan panik, ibu memukul kepala bayi hingga terjadi
patah tulang.5. Kekerasan tajamKematian pada bayi baru lahir yang
dilakukan dengan melukai bayi dengan senjata tajam seperti gunting
atau pisau dan menyebabkan luka yang fatal hingga menembus organ
dalam seperti hati, jantung, dan otak.6. KeracunanJarang dilakukan,
tetapi pernah terjadi dimana ditemukan sisa opium pada puting susu
ibu, yang kemudian menyusui bayinya dan kemudian menyebabkan bayi
tersebut mati.
Autopsy dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian bayi,
dari autopsy tersebut dapat ditentukan apakah bayi tersebut lahir
mati, mati secara alamiah, akibat kecelakaan atau akibat
pembunuhan. Kematian yang diakibatkan oleh tindakan pembunuhan
dilakukan dengan mempergunakan kekerasan atau memberi racun
terhadap bayi tersebut. Cara yang digunakan untuk membunuh anak
antara lain pembekapan, penjeratan, penenggelaman, memukul kepala,
membakar bayi, menggorok leher, menusuk, penelantaran, peracunan,
dan penguburan hidup-hidup. Dengan demikian pada kasus yang diduga
merupakan kasus pembunuhan anak, yang harus diperhatikan antara
lain:1. Tanda-tanda mati lemas: ditemukan sianosis pada bibir dan
ujung-ujung jari, bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata
dan selaput kelopak mata serta jaringan longgar lainnya, lebam
mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus bewarna putih atau
putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta
tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam.2. Keadaan mulut dan
sekitarnya: terdapat luka lecet tekan dibibir atau sekitarnya yang
tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam
yang berhadapan dengan gusi, serta adanya benda-benda asing seperti
gumpalan kertas Koran atau kain yang mengisi rongga mulut.3.
Keadaan di daerah leher dan sekitarnya: terdapat luka lecet tekan
yang melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan
jejas jerat sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat
penjerat yang dipergunakan, terdapat luka-luka lecet kecil-kecil
yang seringkali berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh tekanan
dari ujung kuku si pencekik, terdapat luka-luka lecet dan memar
yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat tekanan yang
ditimbulkan oleh ujung-ujung jari si pencekik.4. Pada daerah leher,
mulut atau bagian tubuh lainnya terdapat luka-luka tusuk atau luka
sayat.5. Adanya tanda-tanda terendam seperti: tubuh yang basah dan
berlumpur, telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput
(Washer womans Hand), kulit yang berbintil-bintil (Cutis Anserina)
seperti kulit angsa, serta adanya benda-benda asing terutama di
dalam saluran pernafasan (trakea) yang dapat berbentuk pasir,
lumpur, tumbuhan air atau binatang air.
Dasar Hukum Menyangkut Menyangkut Pembunuhan Anak SendiriDalam
KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan
terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya yaitu:[footnoteRef:17]
[17: Loc.cit Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. ]
Pasal 341Seorang ibu yang karena takut akan katahuan melahirkan
anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudia, dengan
sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak
sendiri dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal
342Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena
takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anak sendiri
dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
Pasal 343Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan
yang diterangkan dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan
atau pembunuhan berencana.
Terdapat tiga faktor penting yang dapat kita lihat berdasarkan
undang-undang tersebut, yaitu:a. Ibu, yang dapat dihukum karena
melakukan pembunuhan anak sendiri hanyalah ibu kandung, baik sudah
menikah atau belum. Orang lain yang ikut melakukan atau membunuh
anak tersebut dihukum karena pembunuhan pembunuhan berencana,
dengan hukuman yang lebih berat, yaitu 15 tahun penjara (pasal 338
pembunuhan tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati
(pasal 339 dan 340, pembunuhan dengan rencana).b. Waktu, dalam
undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi
hanya dikatakan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian. Jadi
dapat dikatakan ketika belum timbulnya rasa kasih sayang seorang
ibu terhadap anaknya. Karena ketika rasa kasih sayang tersebut
sudah timbul, ibu tersebut akan merawat anaknya dan bukan
membunuhnya.c. Psikis, rasa ketakutan jika diketahui orang lain
karena telah melahirkan anak tersebut dapat membuat ibu tersebut
membunuh anaknya. Biasanya anak yang dilahirkan tersebut didapatkan
dari hubungan tidak sah.
Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya,
misalnya tempat sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi
tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak sendiri (pasal 341,
342), pembunuhan (pasal 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian
dibuang (pasal 181), atau bayi yang ditelantarkan sampai mati
(pasal 308).
Pasal 181Barangsiapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan atau
pidana dengan denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 308Jika seorang ibu karena takut akan dketahui orang
tentang kelahiran anaknya, tidak lama sesudah melahirkan,
menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan
maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka maksimum pidana
tersebut dalam pasal 305 atau 306 dikurangi separuh.
Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai
berikut:[footnoteRef:18] [18: Soerodibroto R.S. KUHP dan KUHAP.
Edisi Kelima. Rajawali Pers. 2012. Jakarta. Hal. 187.]
Pasal 305Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh
tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud
untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun 6 bulan.
Pasal 306(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan
305 itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.(2) Jika mengakibatkan
kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.
Teknik-Teknik Dasar Dalam OtopsiDalam melakukan otopsi, baik
otopsi klinik, forensik maupun anatomi terdapat beberapa teknik.
Secara umum, teknik dasar dalam melakukan otopsi terdiri dari :1.
Pemeriksaan LuarPemeriksaan luar meliputi pemeriksaan seluruh
bagian luar dari tubuh jenazah yang meliputi segala sesuatu yang
dapat diperiksa dari tubuh jenazah beserta benda-benda yang
menyertai jenazah seperti pakaian, perhiasan, sepatu dan
lain-lain.
2. Pemeriksaan DalamPemeriksaan dalam mencakup insisi
(pengirisan) dan mengeluarkan organ. Masing-masing dari pemeriksaan
dalam memiliki beberapa teknik yang pada dasarnya bertujuan untuk
melakukan penilaian terhadap kondisi dalam tubuh jenazah. a. Insisi
(pengirisan), yaitu untuk membuka rongga kepala, leher, rongga
dada, rongga perut, rongga panggul dan bagian-bagian lain yang
diperlukan. Terdapat beberapa teknik pembukaan yang digunakan dalam
melakukan otopsi.
1) Insisi huruf IInsisi ini dimaksudkan agar daerah leher dapat
bersih dari darah, sehingga kelainan yang minimal pun dapat
terlihat, misalnya pada kasus pencekikan, penjeratan atau
penggantungan. Tahap-tahapannya adalah sebagai berikut : Buat
insisi I, yang dimulai dari incisura jugularis, ke arah bawah
sampai ke symphisis os pubis. Buka rogga dada, dengan jalan
memotong tulang dada dan iga-iga.Keuntungan teknik insisi huruf I
adalah mudah dikerjakan dan daerah leher dapat diperiksa lapis demi
lapis sehingga semua kelainan dapat dilihat, tetapi keburukannya
adalah dari segi estetika karena ada irisan pada daerah leher.
Gambar 7. Insisi huruf I (sumber : Burton, Julian L. dan Rutty,
G. The Hospital Autopsy: A Manual of Fundamental Autopsy Practice,
3rd Edition. Taylor & Francis Ltd. 2010. London. halaman
118.)
2) Insisi huruf YInsisi Y dilakukan semata-mata untuk alsan
kosmetik, sehingga jenazah yang sudah diberikan pakaian, tidak
memperlihatkan adanya jahitan setelah dilakukan bedah mayat.
Terdapat dua macam insisi Y, yaitu : Insisi yang dilakukan dangkal
(shallow incision), yang dilakukan pada tubuh pria. Buat sayatan
yang terletaknya tepat dibawah tulang selangka dan sejajar dengan
tulang tersebut, kiri dan kanan, sehingga bertemu pada bagian
tengah (incisura jugularis). Lanjutkan sayatan, dimulai dari
incisura jugularis ke arah bawah tepat digaris pertengahan sampai
symphisis os pubis, dengan menghindari daerah umbilicus. Kulit
daerah leher dilepaskan secara hati-hati, sampai ke rahang bawah,
tindakan ini dimulai dari sayatan yang telat dibuat untuk pertama
kali. Dengan kulit daerah leher dan dada bagian atas tetap utuh,
alat-alat dalam rongga mulut dan leher dikeluarkan, Tindakan
selanjutnya sama dengan tindakan yang biasa dilakukan pada bedah
mayat biasa. Insisi yang lebih dalam (deep incision) yang dilakukan
untuk kaum wanita Buat sayatan yang letaknya tepat di tepi bawah
buah dada, dimulai dari bagian lateral menuju bagian medial
(processus xyphoideus), bagian lateral disini dapat di mulai dari
ketiak, ke arah bawah sesuai dengan garis ketiak depan (linea
axilaris anterior), hal yang sama juga dilakukan untuk sisi yang
lain. Lanjutkan sayatan ke arah bawah seperti biasa, sampai ke
symphisis os pubis, dengan demikian pengeluaran dan pemeriksaan
alat-alat yang berada dalam rongga mulut, leher, dan rongga dada
lebih sulit bila dibandingkan dengan insisi Y yang dangkal.
Gambar 8. Insisi Y (sumber : Wagner, Scott A. Color Atlas of The
Autopsy. 2005. London: Taylor & Francis. halaman 70.)
Gambar 9. Insisi huruf Y dari tepi bawah buah dada. (Collins,
Kim A dan Hutchins, Grover M. An introduction to autopsy thecnique,
2nd Edition. 2005. USA : College of American Pathologist. halaman
1)3) Insisi huruf UInsisi ini dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut : Insisi dimulai dari 1 cm dibelakang meatus acusticus
externa, menyusuri aspek lateral leher dan melewati klavikula di
sepertiga luar. Insisi yang sama dilakukan di sisi yang lain dan
bertemu dengan insisi sebelumnya di atas angulus sternalis. Insisi
dilanjutkan melalui garis tengah depat, menghindari umbilikus
sampai ke mons pubis.
Gambar 10. Insisi huruf U dimulai dari belakang meatus acusticus
externa (Sumber : Burton, Julian L dan Rutty, G. The Hospital
Autopsy: A Manual of Fundamental Autopsy Practice, 3rd edition.
Taylor & Francis Ltd 2010. London. halaman 118)
b. Pengeluaran Organ Dalam. Terdapat beberapa teknik dalam
melakukan pemeriksaan dalam. Secara umum, terdapat 4 macam teknik
otopsi klasik, yang kemudian dimodifikasi sesuai kebutuhan
operator. 1) Teknik Virchow[footnoteRef:19] [19: Department of
pathology and laboratory medicine. Autopsy Procedure Manual. In the
university of texas. 2004. Houston. Hal 22]
Pada teknik ini masing-masing organ di inspeksi secara in situ,
kemudian dibedah secara in situ dan dikeluarkan secara per organ.
Keuntungan dari teknik ini adalah : Tidak ada bagian yang berpindah
tempat atau bahkan hilang. Organ yang diamati dilokasi yang
fisiologis (misalnya nephroptosis dll) Prosedur dijamin bersih
(yang dapat dilakukan bahkan di kamar umum). Lebih bebas dari
infeksi.Setelah dilakukan pembukaan rongga tubuh, organ-organ
dikeluarkan satu persatu dan langsung diperiksa. Pada teknik ini,
kelainan-kelainan yang terdapat pada organ dapat langsung
diperiksa. Kelemahannya adalah hubungan anatomik antar beberapa
organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi hilang, sehingga
kurang baik terutama bila digunakan pada kasus otopsi forensik.2)
Teknik RokitanskyPada prosedur ini setelah rongga tubuh dibuka,
organ-organ dilihat dan diperiksa dengan melakukan beberapa irisan
secara in situ, baru kemudian seluruh organ-organ tersebut
dikeluarkan dalam kumpulan organ.Kerugian utama dari teknik ini
adalah sulitnya memanipulasi massa organ dalam yang besar sehingga
prosedur ini sulit dilakukan tanpa asisten atau tanpa kamar mayat
memadai.3) Teknik LetullePada teknik ini, setelah organ dibuka,
organ-organ leher, dada, diafragma, dan perut dikeluarkan sekaligus
(en masse) kemudian diletakkan di atas meja dengan permukaan
posterior menghadap ke atas.Aorta diputus di atas muara A. Renalis.
Rectum dipisahkan dari sigmoid. Urogenital dipisahkan dari organ
lain. Bagian proksimal jejunum di ikat pada dua tempat dan kemudian
di putus antara dua ikatan tersebut untuk melepaskan usus. Hubungan
esofagus dengan trakea diputus, esofagus dibiarkan menempel pada
lambung. Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma,
dan dengan demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ
perut. Dengan pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini,
hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ
dikeluarkan dari tubuh. Teknik ini membutukan ketrampilan yang
lebih dibandingkan dengan metode lainnya, namun juga memiliki
keuntungan yang lebih dimana tubuh dapat dimakamkan lebih cepat
(