REFERAT
FOOT DIABETIKUM
DISUSUN OLEH :
INTAN PERMATA SYARI
NIM
1061050097
PEMBIMBING
Dr. ALBERT DANIEL, Sp.A
PEMBIMBING
Dr. Donnie Lumban Gaol, Sp.PD
DI SUSUN OLEH :
MODESTA MARPAUNG
0861050111
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
PERIODE 02 MARET - 09 MEI 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Foot diabetikum atau yang lebih dikenal dengan kaki diabetikum
merupakan salah satu komplikasi diabetes mellitus yang paling
ditakuti, dan merupakan penyebab mayor morbiditas, ketidakmampuan
pada penderita dengan diabetes mellitus.( I,2) Nasib pasien
diabetes mellitus dengan persoalan kaki sampai saat ini umumnya
masih sangat mengecewakan baik bagi pasiennya sendiri maupun bagi
dokter yang mengobatinya. Resiko amputasi penderita diabetes ialah
15 kali dibanding dengan yang non diabetik.. 1,2Ulkus diabetikum
maupun masalah kaki merupakan sebab utama morbiditas, mortalitas,
serta kecacatan penderita diabetes. Dengan adanya neuropati dan
atau iskemia maka trauma yang minimal saja dapat menyebabkan ulkus
pada kulit dan gangguan penyembuhan lukanya hingga dapat membawa
kearah amputasi tungkai bawah.(3) Kebanyakan penderita datang ke
rumah sakit sudah dalam kadaan lanjut sehingga amputasi tungkai
yang berakibat cacatnya penderita seumur hidup merupakan salah satu
tindakan yang dapat diambil.4,5Mengingat ulkus diabetikum maupun
masalah kaki merupakan sebab utama morbiditas, mortalitas, serta
kecacatan penderita diabetes mellitus, dan biaya yang harus
ditanggung untuk mengatasi persoalan kaki diabetikum sangat besar,
serta kaki diabetikum makin sering dijumpai pada penderita diabetes
mellitus.
Atas dasar inilah saya mencoba membuat referat tentang Diabetic
Foot (kaki diabetikum), dengan harapan bagi saya maupun pembaca
dapat lebih memahami tentang apa itu diabetic foot, bagaimana
diabetic foot bisa terjadi dan bagaimana penanggulangan supaya
tidak terjadi diabetic foot dan penatalaksanaannya apabila diabetic
foot sudah terjadi.
I.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Disini saya akan mencoba menguraikan tentang apa itu kaki
diabetes, bagaimana cara perawatan kaki supaya tidak terjadi kaki
diabetes, dan penatalaksanaannya apabila sudah terjadi kaki
diabetes supaya tidak terjadi keadaan yang sudah lanjut yang
menyebabkan amputasi tungkai.
I.3 Tujuan Penulisan
Referat ini disusun sebagai bahan informasi bagi para pembaca,
khususnya kalangan medis, agar kita dapat lebih memahami tentang
apa itu kaki diabetikum, bagaimana cara kita mencegah supaya tidak
terjadi kaki diabetikum, dan penatalaksanaan bila kaki diabetikum
itu sudah terjadi supaya tidak terjadi keadaan yang sudah lanjut
yang menyebabkan amputasi tungkai.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 EPIDEMIOLOGI KAKI DIABETIKUM
Di Amerika Serikat, persoalan kaki diabetikum merupakan sebab
utama perawatan bagi pasien DIABETES MELITUS. Pada suatu penelitian
selama 2 tahun, 16% perawatan DIABETES MELITUS adalah akibat
persoalan kaki - kaki diabetes, dan 23 % dari total hari perawatan
adalah akibat persoalan kaki diabetikum. Diperkirakan sebanyak 15%
pasien DIABETES MELITUS akan mengalami persoalan kaki suatu saat
dalam kehidupan bersama DIABETES MELITUS. Keberhasilan pengobatan
kaki diabetikum berkisar antara 57-94 %, bergantung pada besarnya
tukak atau ulkus. Kebanyakan pasien sedikit ataupun banyak kemudian
juga akan memerlukan tindakan bedah dari yang kecil sampai
amputasi.(1,2,)Prevalensi ulkus pada penduduk berkisar antara 2 -
10 %, sebenarnya hanya sebagian kecil persoalan kaki kemudian
berlanjut sampai memerlukan amputasi tungkai bawah. Sebagian besar
dapat diselamatkan dengan pengelolaan yang cermat. Sedangkan di
Indonesia prevalensi kaki diabetikum pada populasi jarang
dilaporkan Di Poliklinik Endokrin RS Dr Kariadi Semarang dari data
yang dikumpulkan mulai bulan Januari 2001 sampai Juni 2002
didapatkan 4 % pasien DIABETES MELITUS yang dirujuk ke poliklinik
endokrin RS Dr Kariadi Semarang, mengalami komplikasi
makroangiopati berupa kaki diabetic.(6)
Diabetes Mellitus adalah sebagai penyebab utama amputasi
ekstremitas bawah non traumatic di Amerika Serikat(1,2) Amputasi
kaki karena diabetes merupakan 50% total amputasi di Amerika
Serikat. Sedangkan data di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta angka
amputasi masih sangat tinggi, yaitu sebesar 23 %. Sedangkan dari
data di RSUPN Cipto Mangunkusumo,dalam 1 tahun pasca amputasi 14,8
% meninggal dan meningkat 37 % pada pengamatan 3 tahun,(3) Angka
penderita DIABETES MELITUS (44 hari pertahun) didapatkan 11 kali
lebih tinggi daripada populasi umumnya, Pada penelitian tersebut,
didapatkan DIABETES MELITUS menduduki peringkat ketiga penyebab
kecacatan permanen, setelah kelainan neurologis dan penyakit
jantung iskemik. 1,3
Diabetes mellitus dibandingkan dengan penderita non diabetes
mellitus mempunyai kecenderungan 2x lebih mudah mengalami trombosis
serebral, 25x terjadi kebutaan, 2x terjadi penyakit jantung
koroner, 17x terjadi gagal ginjal kronik, dan 50x menderita ulkus
diabetikum. Komplikasi menahun diabetes mellitus di Indonesia
terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus
diabetikum 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1%.
Penderita diabetes mellitus beresiko 29x terjadi komplikasi
ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada
permukaan kulit yang disebabkan adanya makroangiopati sehingga
terjadi vaskuler insufisiensi dan neuropati. Ulkus diabetikum mudah
berkembang mejadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan
adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk
pertumbuhan kuman. Ulkus diabetikum merupakan komplikasi menahun
yang paling ditakuti dan mengesalkan bagi penderita DIABETES
MELITUS, baik ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang
diperlukan untuk pengobatan yang menghabiskan dana 3 kali lebih
banyak dibandingkan tanpa ulkus.
2.2 PERJALANAN ALAMI KAKI DIABETIKUM
Untuk dapat mengerti kemudian melakukan tindakan yang tepat,
baik pencegahan maupun pengelolaan kaki diabetikum, perlu sekali
untuk dipahami perjalanan alami keadaan tersebut. Kaki diabetes
merupakan kombinasi arteriosklerosis ke-2 tersering sesudah
arteriosklerosis pembuluh koroner, dan yang terserang pembuluh
darah tungkai bawah. Umumnya kelainan ini dikenal sebagai PVD
(Peripheral Vascular Desease). Ada 3 faktor yang dapat dipandang
sebagai predisposisi kerusakan jaringan pada kaki diabetes, yaitu
neuropati, PVD, dan infeksi. Jarang sekali infeksi sebagai faktor
tunggal, tapi seringkali merupakan komplikasi iskemia maupun
neuropati. Dari segi praktis maka kaki diabetikum dapat dipandang
sebagai kaki iskemia ataupun kaki neuropatik. (3)
Pada kaki neuropatik, somatik dan otonom rusak, tetapi sirkulasi
masih intak sehingga nadi teraba jelas, secara klinis kaki terasa
hangat, kurang rasa, dan kering. Komplikasi kaki neuropatik ini ada
3 macam: ulkus neuropatik, sendi neuropatik (Sendi Charcot), dan
edema neuropatik.(3)2.3 PATOGENESIS KAKI DIABETIKUMAda 3 faktor
yang dapat dipandang sebagai predisposisi kerusakan jaringan pada
kaki diabetes, yaitu neuropati, PVD, dan infeksi. Jarang sekali
infeksi sebagai faktor tunggal, tapi seringkali merupakan
komplikasi iskemia maupun neuropati.
Patogenesis neuropati
Susunan saraf sangat rentan terhadap kompli.kasi diabetes
mellitus.(1) Secara patogenetik, ada 3 faktor utama (metabolik,
autonom, vaskuler) yang dapat dianggap sebagai sebab terjadinya
neuropati pada diabetes mellitus. Diabetes mellitus bersama faktor
genetik, dan lingkungan(misalnya alkohol) akan lewat ke-3 faktor
tersebut memberi neuropati klinis. Faktor metabolik : kenaikan
poliol, sorbitol / osmotik poliol (hasil reduksi glukosa oleh enzim
yang banyak tertimbun pada sel tubuh penderita DIABETES MELITUS).
fruktosa, kurangnya kontrol gula darah, dan penurunan mioinositol
dan Na+/K+ATP meyebabkan demielinasi artrofi akson; otoimum lewat
anti gangliosid dan anti GAD menyebabkan neuropati, gangguan
vascular karena menutupnya vasa vasorum, trauma memberi hipoksia
endoneurial yang selanjutnya menyebabkan demielinisasi segmental.
Adapun faktor lain seperti kelainan agregasi trombosit, kelainan
etologi sel darah merah dan hematologic, proses AGEs serta adanya
kompleks imum disirkulasi berpengaruh terhadap neuropati
ini.(3,4,8)Neuropati, kelainan vaskuler (aliran darah vang
mengurangi karena terjadinya proses arteriosklerosis tungkai bawah
khususnya betis). Dalam hal ini, infeksi berperan dalam patogenesis
terjadinya tukak diabetik. Walaupun demikian, yang peranannya
paling mencolok pada banyak studi cross sectional adalah
polineuropati sensorik perifer (pasien kaki diabetikum ). Pasien
disini tak dapat merasakan rangsangan nyeri dan dengan demikian
kehilangan daya kewaspadaan proteksi kaki terhadap rangsangan dari
luar. Berbagai hal yang sederhana yang pada orang normal tak
menyebabkan, luka akibat adanya daya proteksi nyeri, pada pasien
DIABETES MELITUS dapat berlanjut menjadi luka yang tidak disadari
adanya, dan kemudian menjadi tukak diabetik. Tusukan jarum atau
paku tak disadari. sehingga pasien baru menyadarinya setelah
terjadi luka yang membusuk dan membahayakan keselamatan kaki secara
keseluruhan. Neuropati motorik berperan melalui terjadinva
deformitas pada kaki yang menyebabkan daerah tersebut lebih mudah
dikenali dan lebih banyak mendapat tekanan dari luar. Neuropati
autonomik berperan melalui perubahan pola keringat - kering dan
mudahnya timbul pecah-pecah pada kulit kaki, dan jug melalui adanya
perubahan daya vasodilatasi-vasokonstriksi pads tungkai bawah.
Terjadi pintas A - V seperti misalnya pada patogenesis terjadinya
kaki Charcot(1,7,8,9,10).
Gambar 1. Perubahan yang terjadi pada DIABETES MELITUS 7
Patogenesis Angiopathi
Penderita dengan kencing manis akan mengalami perubahan vaskuler
berupa arteriosklerosis. Patologi tersebut disebabkan oleh karena
gangguan metabolisme karbohidrat dalam pembuluh darah, peningkatan
kadar trigliserida dan kolesterol. Hal tersebut akan diperberat
dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol. 6,7
Lesi vaskuler berupa penebalan pada membran basal pembuluh darah
kapiler yang diakibatkan karena disposisi yang berlebihan
mukoprotein dan kolagen. Pembuluh darah arteri yang paling sering
terkena adalah arteri tibialis dan poplitea. Adanya trombus, emboli
maupun tromboemboli menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah.
Selanjutnya oklusi dapat menjadi total dan jika perfusi darah dari
aliran kolateral tidak mencukupi kebutuhan maka terjadi iskemia.
Iskemia yang ringan menimbulkan gejala claudicatio intermitten dan
yang paling berat dapat mengakibatkan gangren. 6,7,9,10 Kelainan
vaskuler yang berukuran kecil seperti arteriol dan kapiler,
menyebabkan ketidakcukupan oksigen dan nutrisi yang terbatas pada
jari atau sebagian kecil kulit. Kemudian, bagian yang iskemi
tersebut mengalami ulserasi, infeksi ataupun gangren. Sebaliknya,
jika pembuluh nadi atau arteri yang mengalami gangguan berukuran
lebih besar maka gangguan oksigenasi jaringan akan lebih luas.
Adanya trombus yang menyumbat lumen arteri akan menimbulkan gangren
yang luas bila mengenai pembuluh darah yang sedang atau besar. 7,8
Faktor lingkungan, terutama adalah trauma akut maupun kronis
(akibat tekanan sepatu, benda tajam dan gangguan vaskuler perifer
baik akibat makrovaskuler (aterosklerosis) maupun karena gangguan
yang bersifat mikrovaskuler menyebabkan terjadinya iskemia
kaki.sebagainya) merupakan faktor yang memulai terjadinya ulkus.
7,8
Gambar 2. potongan melintang pembuluh darah pada orang penderita
DIABETES MELITUS 8Patogenesis Infeksi
Pada prinsipnya penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap
infeksi daripada orang sehat. Keadaan infeksi sering ditemukan
sudah dalam k ondisi serius karena gejala klinis yang tidak begitu
dirasakan dan diperhatikan penderita.
Faktor-faktor yang merupakan risiko timbulnya infeksi yaitu:
6,8,11a. faktor imunologi
produksi antibodi menurun
peningkatan produksi steroid dari kelenjar adrenal
daya fagositosis granulosit menurun
b. faktor metabolik
hiperglikemia
benda keton mengakibatkan asam laktat menurun daya
bakterisidnya
glikogen hepar dan kulit menurun
c. faktor angiopati diabetika
d. faktor neuropati
Beberapa bentuk infeksi kaki diabetikum antara lain: infeksi
pada ulkus telapak kaki, selulitis atau flegmon non supuratif
dorsum pedis dan abses dalam rongga telapak kaki. Pada ulkus yang
mengalami gangren atau ulkus gangrenosa ditemukan infeksi kuman
Gram positif, negatif dan anaerob. 11,12 Pada kaki diabetikum yang
disertai infeksi, berdasarkan letak serta penyebabnya dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu: (Goldberg dan Neu, 1987) 11,121. Abses
pada deep plantar space2. Selulitis non supuratif dorsum pedis
3. Ulkus perforasi pada telapak kaki
Gambar 3. Bentuk2 infeksi pada kaki DIABETES MELITUS 8 SHAPE \*
MERGEFORMAT
Gambar 4. HIperglikemi dan akibatnya 8,9Gambar 5. Patogenesis
terjadinya ulkus DIABETES MELITUS2.4 DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis ulkus diabetikumum ditegakkan berdasarkan
:Anamnesa
Penderita diabetes melitus mempunyai keluhan klasik yaitu
poliuri, polidipsi, polifagi, penurunan berat badan tanpa alasan
jelas. Riwayat pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya ke
dokter dan laboratorium menunjang penegakkan diagnosis. Adanya
riwayat keluarga yang sakit seperti ini dapat ditemukan, dan memang
penyakit ini cenderung herediter. 8,13, 14 Anamnesis juga harus
dilakukan meliputi aktivitas harian, sepatu yang digunakan,
pembentukan kalus, deformitas kaki, keluhan neuropati, nyeri
tungkai saat beraktivitas atau istirahat , durasi menderita
DIABETES MELITUS, penyakit komorbid, kebiasaan (merokok, alkohol),
obat-obat yang sedang dikonsumsi, riwayat menderita ulkus/amputasi
sebelumnya. 8,13,14 Riwayat berobat yang tidak teratur mempengaruhi
keadaan klinis dan prognosis seorang pasien, sebab walaupun
penanganan telah baik namun terapi diabetesnya tidak teratur maka
akan sia-sia. 8,13 Keluhan nyeri pada kaki dirasakan tidak secara
langsung segera setelah trauma. Gangguan neuropati sensorik
mengkaburkan gejala apabila luka atau ulkusnya masih ringan.
Setelah luka bertambah luas dan dalam, rasa nyeri mulai dikeluhkan
oleh penderita dan menyebabkan datang berobat ke dokter atau rumah
sakit.8,13 Banyak dari seluruh penderita diabetes melitus dengan
komplikasi ulkus atau bentuk infeksi lainnya, memeriksakan diri
sudah dalam keadaan lanjut, sehingga penatalaksanaannya lebih rumit
dan prognosisnya lebih buruk ( contohnya amputasi atau sepsis ).
8,13Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan ulkus, ulkus
ialah defek pada kulit sebagian atau seluruh lapisannya (
superfisial atau profunda ) yang bersifat kronik, terinfeksi dan
dapat ditemukan nanah, jaringan nekrotik atau benda asing. Ulkus
yang dangkal mempunyai dasar luka dermis atau lemak / jaringan
subkutis saja. Ulkus yang profunda kedalamannya sampai otot bahkan
tulang.Ulkus sering disertai hiperemi di sekitarnya yang
menunjukkan proses radang. 13,14 Selain itu akan ditemukan abses,
Abses adalah kumpulan pus atau nanah dalam rongga yang sebelumnya
tidak ada. Pada pemeriksaan fisik tampak kulit bengkak, teraba
kistik dan fluktuatif. Abses yang letaknya sangat dalam secara
fisik sulit untuk didiagnosis, kecuali nanah telah mencari jalan
keluar dari sumbernya. 13,14,15 Flegmon atau selulitis mempunyai
ciri klinis berupa udem kemerahan, non pitting edema, teraba lebih
hangat dari kulit sekitar, tak ada fluktuasi dan nyeri tekan. Hal
ini menandakan proses infeksi / radang telah mencapai jaringan
lunak atau soft tissue13,15 dan akan ditemukan Gangren yang
merupakan jaringan yang mati karena tidak adanya perfusi darah.
Klinis tampak warna hitam, bisa disertai cairan kecoklatan, bau
busuk dan teraba dingin. Jika terdapat krepitasi di bawah kulit
maka disebut dengan gas gangren. 12, 13, 15
Melakukan penilaian ulkus kaki merupakan hal yang sangat penting
karena berkaitan dengan keputusan dalam terapi. Pemeriksaan fisik
diarahkan untuk mendapatkan deskripsi karakter ulkus, menentukan
ada tidaknya infeksi, menentukan hal yang melatarbelakangi
terjadinya ulkus (neuropati, obstruksi vaskuler perifer, trauma
atau deformitas), klasifikasi ulkus dan melakukan pemeriksaan
neuromuskular untuk menentukan ada/ tidaknya deformitas, adanya
pulsasi arteri tungkai dan pedis. 13Deskripsi ulkus dari Diabetes
Melitus paling tidak harus meliputi; ukuran, kedalaman, bau, bentuk
dan lokasi. Penilaian ini digunakan untuk menilai kemajuan terapi.
Pada ulkus yang dilatarbelakangi neuropati ulkus biasanya bersifat
kering, fisura, kulit hangat, kalus, warna kulit normal dan lokasi
biasanya di plantar tepatnya sekitar kaput metatarsal I-III, lesi
sering berupa punch out. Sedangkan lesi akibat iskemia bersifat
sianotik, gangren, kulit dingin dan lokasi tersering adalah di
jari. Bentuk ulkus perlu digambarkan seperti; tepi, dasar,
ada/tidak pus, eksudat, edema atau kalus. Kedalaman ulkus perlu
dinilai dengan bantuan probe steril. Probe dapat membantu untuk
menentukan adanya sinus, mengetahui ulkus melibatkan tendon, tulang
atau sendi. Berdasarkan penelitian Reiber, lokasi ulkus tersering
adalah di permukaan jari dorsal dan plantar (52%), daerah plantar
(metatarsal dan tumit: 37%) dan daerah dorsum pedis (11%). 16,17
Sedangkan untuk menentukan faktor neuropati sebagai penyebab
terjadinya ulkus dapat digunakan pemeriksaan refleks sendi kaki,
pemeriksaan sensoris, pemeriksaan dengan garpu tala, atau dengan
uji monofilamen. Uji monofilamen merupakan pemeriksaan yang sangat
sederhana dan cukup sensitif untuk mendiagnosis pasien yang
memiliki risiko terkena ulkus karena telah mengalami gangguan
neuropati sensoris perifer. Hasil tes dikatakan tidak normal
apabila pasien tidak dapat merasakan sentuhan nilon monofilamen.
Bagian yang dilakukan pemeriksaan monofilamen adalah di sisi
plantar (area metatarsal, tumit dan dan di antara metatarsal dan
tumit) dan sisi dorsal. 15,16 Gangguan saraf otonom menimbulkan
tanda klinis keringnya kulit pada sela-sela jari dan cruris. Selain
itu terdapat fisura dan kulit pecah-pecah, sehingga mudah terluka
dan kemudian mengalami infeksi. 15,16 Pemeriksaan pulsasi merupakan
hal terpenting dalam pemeriksaan vaskuler pada penderita penyakit
oklusi arteri pada ekstremitas bagian bawah. Pulsasi arteri
femoralis, arteri poplitea, dorsalis pedis, tibialis posterior
harus dinilai dan kekuatannya di kategorikan sebagai aneurisma,
normal, lemah atau hilang. Pada umumnya jika pulsasi arteri
tibialis posterior dan dorsalis pedis teraba normal, perfusi pada
level ini menggambarkan patensi aksial normal. Penderita dengan
claudicatio intermitten mempunyai gangguan arteri femoralis
superfisialis, dan karena itu meskipun teraba pulsasi pada lipat
paha namun tidak didapatkan pulsasi pada arteri dorsalis pedis dan
tibialis posterior. Penderita diabetik lebih sering didapatkan
menderita gangguan infra popliteal dan karena itu meskipun teraba
pulsasi pada arteri femoral dan poplitea tapi tidak didapatkan
pulsasi distalnya. 15,16,17 Ankle brachial index (ABI) merupakan
pemeriksaan non-invasif untuk mengetahui adanya obstruksi di
vaskuler perifer bawah. Pemeriksaan ABI sangat murah, mudah
dilakukan dan mempunyai sensitivitas yang cukup baik sebagai marker
adanya insufisiensi arterial. Pemeriksaan ABI dilakukan seperti
kita mengukur tekanan darah menggunakan manset tekanan darah,
kemudian adanya tekanan yang berasal dari arteri akan dideteksi
oleh probe Doppler (pengganti stetoskop). Dalam keadaan normal
tekanan sistolik di tungkai bawah (ankle) sama atau sedikit lebih
tinggi dibandingkan tekanan darah sistolik lengan atas (brachial).
Pada keadaan di mana terjadi stenosis arteri di tungkai bawah maka
akan terjadi penurunan tekanan. ABI dihitung berdasarkan rasio
tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik brachial. Dalam
kondisi normal, harga normal dari ABI adalah >0,9, ABI 0,710,90
terjadi iskemia ringan, ABI 0,410,70 telah terjadi obstruksi
vaskuler sedang, ABI 0,000,40 telah terjadi obstruksi vaskuler
berat.13,14 Pasien diabetes melitus dan hemodialisis yang mempunyai
lesi pada arteri kaki bagian bawah, (karena kalsifikasi pembuluh
darah), maka ABI menunjukkan lebih dari 1,2 sehingga angka ABI
tersebut tidak menjadi petunjuk diagnosis. Pasien dengan ABI kurang
dari 0,5 dianjurkan operasi (misalnya amputasi) karena prognosis
buruk. Jika ABI >0,6 dapat diharapkan adanya manfaat dari terapi
obat dan latihan. 11,12Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan
diagnosis secara pasti adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap
yakni pemeriksaan CBC (Complete Blood Count), pemeriksaan gula
darah, fungsi ginjal, fungsi hepar, elektrolit. 11,13 Untuk
menentukan patensi vaskuler dapat digunakan beberapa pemeriksaan
non invasif seperti; (ankle brachial index/ ABI) yang sudah
dijelaskan pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lainnya ialah
transcutaneous oxygen tension (TcP02), USG color Doppler atau
menggunakan pemeriksaan invasif seperti; digital subtraction
angiography (DSA), magnetic resonance angiography (MRA) atau
computed tomography angoigraphy (CTA). 11,17,15 Apabila diagnosis
adanya penyakit obstruksi vaskuler perifer masih diragukan, atau
apabila direncanakan akan dilakukan tindakan revaskularisasi maka
pemeriksaan digital subtraction angiography, CTA atau MRA perlu
dikerjakan. Gold standard untuk diagnosis dan evaluasi obstruksi
vaskuler perifer adalah DSA. Pemeriksaan DSA perlu dilakukan bila
intervensi endovascular menjadi pilihan terapi. 11, 12,13
Pemeriksaan foto polos radiologis pada pedis juga penting untuk
mengetahui ada tidaknya komplikasi osteomielitis. Pada foto tampak
gambaran destruksi tulang dan osteolitik. 11,12
2.6 GAMBARAN KLINIS KAKI DIABETIKUM
Gambaran klinis dibedakan: 5,8,13,181. Neuropathic Foot yang
terdiri dari: Ulkus neuropatik, Artropati neuropatik (Artropati
Charcot ), Edema neuropatik
2. Neuro-ischemic-foot
Ulkus Neuropatik
Neuropati perifer diabetik dapat memberikan small fibre
neuropathy yang berakibat gangguan somatik dan otonom.
Manifestasinya berupa hilangnya sensasi panas dan nyeri sebelum
rabaan dan fibrasi terganggu. Juga saraf simpatik mengalami
denervasi yang mengganggu aliran darah disebabkan karena terjadi
aliran yang berlebih dengan arteriovenous shunting disekitar
kapiler-serta dilatasi arteri perifer. Aliran darah yang miskin
makanan ini mengurangi efektivitas dari perfusi jaringan yang
memang sudah berkurang. Disamping ini neuropati merusak serabut C
saraf sensorik sehingga terjadi gangguan nosiseptor. Jadi ulkus
pada kaki diabetikum ini akibat iskemia, sering terlihat adanya
gambaran gas. Penyebabnya dapat karena Clostridium , E coli,
Streptococus anaerob, dan Bacteroides sp. Untuk melakukan
identifikasi kasus yang rentan ulkus, kini digunakan alat sederhana
untuk screening, yaitu TCD (Tactile Circumferential Discriminator)
pada hallux yang korelasinya dengan menggunakan filament dan ambang
fibrasi yang cukup tinggi. Dalam menilai ulkus perlu dipastikan
dalam serta luasnya ulkus. Sering kita terkecoh karena kita anggap
enteng, padahal lesi ini merupakan puncak dari gunung
es.(3,17,18)
Klinis terlihat melebar pada kaki dan tungkai bawah pada sikap
berbaring. Kaki ada aliran lebih cepat dan vaskularitas lebih.
Apabila ada ulkus maka perlu diperhatikan kuman penyebab
infeksinya. Kirim sample untuk biakan bakteri. Goldstein (1996)
Meneliti 25 orang yang secara berurutan masuk dirawat dengan ulkus.
la menemukan phylococcus sebagai isolat terpenting, termasuk MRSA
pada 20 % kasus. Streptococcus enterococcus, Enterobactericcae, dan
kuman anaerob terlihat pada 40% luka. Lebih dari 80% peka terhadap
Ciprofloxaxin dan Levofloxaxin.(3,12,18)
Gambar 4. Ulkus Neuropati 8Artropati Neuropatik
Deformitas kaki sering berakibat pada ulcerasi. Penderita
diabetes cenderung mempunyai jari bengkok yang menekan jari
tersebut, yang berhubungan dengan menipis dan menggesernya timbunan
lemak bawah caput metatarsal pertama. Akibatnya daerah ini rawan
ulserasi dan infeksi. Bentuk yang ekstrim dari deformitas kaki ini,
yaitu kaki Charcot. Sebab terjadinya fraktur dan reabsorbsi tulang
pada kaki Charcot ini belum jelas, tetapi diduga akibat neuropati
otonom (akibat gagalnya tonus vaskular akan meningkatkan aliran
darah, pembentukan shunt arteriovenosa dan resorbsi tulang padahal
penderita diabetes densitas tulang rendah) dan neuropati perifer
(hilang rasa, sehingga pasien masih aktif berjalan dan sebagainya
meskipun tulang fraktur). Akibatnya ada fraktur, kolaps sendi, dan
deformitas kaki. Awalnya kaki Charcot ini akut: panas, merah,
dengan nadi yang keras, dengan atau tanpa trauma (perlu di DD
dengan selulitis). Pada stadium 4 mudah sekali terjadi ulkus dan
infeksi dan gangren yang dapat berakibat amputasi.(3,7,8)
Gambar 5. Lokasi-lokasi tempat terjadinya ulkus DIABETES MELITUS
Neuropatik 7,8
Gambar 6. Kaki Charcot 7,8Edema Neuropatik
Merupakan komplikasi terjarang dari kaki diabetikum, dimana
terdapat edema (pitting) kaki dan tungkai bawah yang berhubungan
dengan kerusakan saraf tepi (kesampingkan dulu sebab kardial dan
renal). Gangguan saraf simpatis berakibat edema dan venous pooling
yang abnormal, juga vasomotor refleks hilang pada sikap berdiri.
3,5,6
Gambar 7. Neuropati Diabetik 8Neuro ischeimic foot
Gambaran tungkai ini gabungan antara kelainan arterosklerosis
yang dipercepat pada diabetes dan neuropathic foot. Keluhan
klaudikasio intermitten, nyeri tungkai waktu istirahat, dengan
ulserasi dan gangren. Umumnya rest pain diwaktu malam, dan
berkurang pada sikap kaki yang tergantung. Untuk membedakan dengan
ulkus neuropatik, disini ulkusnya nyeri, satu nekrosis, dilingkari
pinggiran eritemateus dan tidak disertai callus. Predileksi di ibu
jari, tepi medial metatarsal I, atau tepi lateral metatarsal V,
serta tumit. Perlu diperiksa pembuluh darah arteri, kalau perlu
dengan arteriografi.(3,5,6)Gejala dan tanda PVD tungkai bawah
menurut Levin dan O'Neal 1988 :
Tabel I . Gejala dan tanda PVD tungkai bawah menurut Levin dan
O'Neal 1988 3,5,17,18GejalaTanda
Claudicatio Intermitent
Nyeri pada malam hari
Ada chest pain
Dengan digantung nyeri kaki berkurang
Pucat dengan tanda kaki diangkat
Terlambatnya pengisian pembuluh vena
Warna kemerahan dengan tergantung
Artrofi kulit, mengkilap, rambut tak rontok
Kuku sering tebal dengan infeksi primer
Gangren
Berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi dan derajat gangren ,
maka dibuat klasifikasi derajat lesi pada kaki diabetikum menurut
Wagner ( Cit. Levin dan O'Neal 1983).
Tabel 2. Klasifikasi Wagner untuk kaki diabetikum.(1, 5)Derajat
0
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Dearjat IV
Derajat VTidak ada lesi terbuka, kulit utuh dan mungkin disertai
kelainan bentuk kaki
Ulkus superficial dan terbatas di kulit
Ulkus dalam mengenai tendo sampai kulit dan tulang
Abses yang dalam dengan atau tanpa ostemoielitis
Gangren jari kaki atau kaki bagian distal dengan atau tanpa
selulitis
Gangren seluruh kaki dan sebagian tungkai bawah
Sedangkan bila dilihat dan gejala klinis gangguan vascular pada
kaki diabetic, maka seperti gangguan vascular kronik lainnya
mengikuti stadium dari Fontaine yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. Stadium dari Fontaine 1,3,5,17StadiumGejala dan Tanda
Klinis
I
II
IIa
IIb
III
IVGejala tidak spesifik seperti kesemutan , rasa berat
Claudicatio intermitten yaitu sakit bila berjalan, hilang bila
istirahat
Bila keluhan sakit pada jarak jalan >200 m
Bila keluhan sakit pada jarak jalan 10 tahun, laki laki, kontrol
gula darah yang buruk, adanya komplikasi kardiovaskuler, retina,
dan ginjal. hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan risiko
antara lain neuropati perifer dengan hilangnya sensasi protektif,
perubahan biomekanik, kejadian yang meningkatkan tekanan pads kaki,
penyakit vaskuler perifer (penurunan pulsasi arteri pada pedis),
riwayat pernah dapat ulkus atau amputasi, kelainan kuku yang
berat.(2,8,11)2.8 PENGELOLAAN KAKI DIABETIKUM
Usaha penyelamatan kaki secara umum terdiri atas :
1,3,8,9,12,131. Memperbaiki kelainan vascular yang ada.
2. Memperbaiki sirkulasi
3. Penggunaan kaki yang teratur
4. Pengelolaan terhadap tukak/ulkus
5. Sepatu khusus
6. Kerja sama tim yang baik7. Penyuluhan pasien(1)Prinsip dasar
yang baik pengelolaan terhadap tukak diabetic adalah :
1,3,5,7,9,12,151. Evaluasi tukak yang baik : keadaan klinis luka,
dalamnya luka, gambaran radiologi (benda asing, osteomielitis,
adanya gas sub kutis), lokasi, biopsy vaskularisasi (non
invasive).
2. Pengelolaan terhadap neuropati diabetik
3. Pengendalian keadaan metabolic sebaik-baiknya
4. Debridement luka yang adekuat, radikal
5. Biakan kuman (aerobic dan anaerobic)
6. Antibiotic oral-parental
7. Perawatan luka yang baik
8. Mengurangi edema
9. Non weight bearing (tirah baring, tongkat penyangga, kursi
roda, alas kaki khusus, total kontak casting)
10. Perbaikan sirkulasi, atau bedah vascular
11. Nutrisi
12. Rehabilitasi
1. Evaluasi
I.a. Kedalaman ulkus.
Pengobatan ulkus sangat dipengaruhi oleh derajad dan dalamnya
ulkus. Hati-hati bila menjumpai ulkus yang nampaknya kecil dan
dangkal, karena kadang - kadang hal tersebut hanya merupakan puncak
dari gunung es, dan pada pemeriksaan yang seksama penetrasi itu
mungkin sudah mencapai jaringan lebih dalam dan luas 2,4,15.
I. b Pemeriksaan X foto
Pemeriksaan X foto dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah
didapatkan benda asing, osteomielitis, gas subkutan, dan fraktur
asimptomatik.
I. c lokasi Ulkus
Apabila lokasi ulkus tidak umum untuk suatu ulkus diabtetik
sukar sembuh. Dengan pengelolaan yang adekuat. Dan pada anamnesis
tidak diakibatkan oleh suatu trauma perlu dipertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan. biopsi. Hal ini. Untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya keganasan pada ulkus tersebut. 4,15I. d.
Evaluasi vaskuler
Untuk rencana pengelolaan lebih lanjut diperlukan evaluasi
vaskuler kaki penderita, diusahakan pemeriksaan yang tidak invasif
Salah satu diantaranya adalah membandingkan tekanan darah sistolik
pergelangan kaki dengan tekanar. darah sistolik lengan atas
(Ankle-Brachial pressure index), normalnya > 1,1 Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa Pressure index tersebut dapat dipakai
untuk memperkirakan / meramalkan penyembuhan , suatu ulkus. Pada
suatu penelitian, 87% penderita ulkus dengan pressure index lebih
dari 0,6 dapat sembuh, sedangkan penderita dengan pressure index
kurang dari 0,6 yang mengalami penyembuhan hanya 40 %. 7,8
Pengukuran tekanan oksigen transkutan dapat digunakan untuk
menaksir keadaan mikrosirkulasi jaringan 7,15. Normalnya, tcPO2
jaringan kaki adalah antara 45-90 mmHg. 7,15.
2. Pengelolaan terhadap Neuropati Diabetik
Pengelolaan neuropati diabetik (ND) sampai saat ini masih sering
menimbulkan frustasi, baik bagi para klinisi maupun penderita.
Kegagalan pengobatan ini oleh karena patogenesis ND masih belum
jelas dan tampaknya multi faktorial. Pada dasarnya pengelolaan ND
dilakukan dengan mengontrol gula darah dan pemberian obat - obatan
kausal dan simptomatik.(6)
A. Kontrol gula darah
Pengobatan ND yang paling memberikan harapan adalah kontrol gula
darah secara terus menerus Suatu penelitian "multicenter randomized
clinical trial" pada 1441 penderita tipe I selama 6,5 tahun
menyimpulkan bahwa pengobatan DIABETES MELITUS yang intensif dapat
menghambat progresitifitas neuropati sebesar 60%.(6,8).
B. Pengobatan kausal
B.1. Aldose reduktase inhibitor (ARI).
Pemberian ARI bertujuan untuk mengurangi penumpukkan sorbitol di
saraf perifei dan dengan demikian memperbaiki fungsi saraf
perifer.(6,9)
B.1.1. Sorbinil
Dilaporkan pemberian sorbinil dengan dosis 25 mg/hari dapat
menurunkan sorbitol saraf sampai 42% meningkatkan regenerasi
serabut saraf sekitar 4 kali serta dapat memperbaiki fungsi saraf
baik elektrofsiologis maupun klinis. Akan tetapi pemberian sorbinil
telah dihentikan karena adanya laporan bahwa pemberian sorbinil
dapat menimbulkan sindrom Steven Johnson.(6,9)B.1.2 Tolsetrat
Suatu penelitian double blind randomized controlled pada 57
penderita selama 12 bulan memperlihatkan bahwa pemberian tolsetrat
200 mg / hari bermanfaat untuk mencegah ND.(10)B. 2.
Aminoguanidin
Aminoguanidin adalah suatu senyawa yang secara farmakologik
dapat menghambat pembentukan AGEs. Mekanisme penghambatannya
melalui reaksi antara prekursot AGEs yaitu 3 deoxyglucosone dengan
aminoauanidine membentuk 3-amino 5-triazines. Pada percobaan
binatang, pemberian aminoguanidine dapat memperbaiki kecepatan
hantaran saraf motoris maupun sensoris. Satu hal yang belum
diketahui apakah senvawa int dapat memberikan efek yang sama pada
manusia.(6,9)
B.3. Gangliosid
Gangliosid adalah suatu kompleks glikolipid yang merupakan
komponen intrinsik dari membran sel saraf.(6) Pada suatu percobaan
klinis manusia yang dilakukan secara doble blind versus placebo,
nampak terdapat perbaikan dari parameter elektrofisiologis dan
perbaikan gejala klinis. Suatu multicenter randomized WHO trial di
empat negara juga menunjukkan pengaruh yang positif dari
ganglioside.(9) Dosis yang dianjurkan adalah 40 mg / hari intra
muskuler selama 8 minggu.(6,9)B.4 Neurotropik
Pemberian neurotropik (vitamin B1. B6 dan B12) untuk mengobati
atau mengurangi gejala ND memberikan hasil yang berbeda-beda. Hal
ini mungkin oleh karena tidak ada bukti yang nyata bahwa defisiensi
vitamin B1, B6, B12 merupakan faktor penyebab terjadinya ND.(9,11)
Bahkan seorang sarjana melaporkan bahwa pemberian Vitamin B6 dosis
tinggi dapat menyebabkan neuropati sensori.(9)
Penelitian di RSUPN Cipto Mangunkusumo memperlihatkan bahwa
pemberian metilcobalamin 500 mg diberikan intra muskuler tiga kali
seminggu dapat memperbaiki parameter klinis neuropati sensorik pada
peuderita DIABETES MELITUS dengan neuropati.(12)B. 5 Pengobatan
simptomatik
Pada pengobatan ND biasanya yang kita obati adalah keluhannya
terutama rasa nyeri atau rasa sakit yang sangat menganggu penderita
Belum ada terapi yang spesifik untuk mengatasi maslah ini.(6)
Penggunaan obat amitriptilin dan flupenasin baik tunggal maupun
kombinasi sudah lama dicoba untuk mengurangi rasa nyeri pada ND.
Pemberian obat ini akan lebih baik hasilnva apabila nyeri disertai
gejala depresi. Amitriptilin dapat diberikan dengan dosis 75 mg /
hari dan flupenasin 1 - 3 mg / hari.(6, 3).
Mexiletin merupakan derivat lianokain yang dapat diberikan
secara peroral. mexiletin mempunyai sifat penghambatan saluran
natrium sehingga terjadi hambatan aktivasi saraf Dosis yang
dianjurkan adalah 10 mg / kg BB / hari, sebaiknya dimulai dengan
dosis kecil kemudian dinaikkan pelan - pelan untuk mengurangi efek
samping yang mungkin timbul.(6)
Untuk rasa nyeri yang membandel dapat dicoba pemberian
karbamazepin atau fenitoin. Obat ini diduga dapat menghambat
aktivitas saraf tepi yang kuat dan iritatif.(6,13)
3. Kontrol metabolik
Istilah PVD mengacu pada penyempitan arteri besar oleh
aterosklerosis.. Hal ini sangat umum terjadi pada penderita
DIABETES MELITUS. Terjadinya aterooklerosis adalah akibat defek
metabolik dan defek fisik. Faktor resiko terjadinya aterosklerosis
antara lain adalah hiperglikemia. hiperinsulinemia, dislipidemia,
hipertensi, obesitas, hiperkoagulabilitas, genetik, merokok. Semua
faktor resiko yang dapat diobati seharusnya segera dikontrol dengan
sebaik baiknnva untuk menghambat proses terjadinva atheroklerosis
lebih lanjut. (4,14)
Gambar 8. Algoritma Intervensi Hiperglikemi Pada DIABETES
MELITUS Tipe I3.1 Insulin
3.1.a. Indikasi insulin:
1. Pada penderita DIABETES MELITUS tipe 1
2. Penderita DIABETES MELITUS tipe 2 yang tidak terkontrol diet,
olah raga, OHO.
3. Penderita DIABETES MELITUS gestasional
4. Penderita Gangguan faal hati & ginjal yang berat.
5. Penderita dengan infeksi akut (selulitis, gangren), TBC
berat, penyakit kritis (stroke/AMI)
6. Penderita dengan KAD/HONK
6. Penderita kurus (BB rendah), terkait malnutrisi (DIABETES
MELITUS)
7. Penderita dengan penyakit Graves
8. Penderita dengan keganasan (tumor)
9. Penderita dengan pemberian kortikosteroid
3.1.b. Dosis Insulin
Pertama kali diberikan dengan dosis yang kecil, biasanya dimulai
insulin aksi pendek 3X2n/hari (n=angka ratusan KGD)
Dinaikkan 2-4 unit setiap sekitar 3 hari bila KGD target belum
tercapai
Dosis Insulin jangka menengah 75-80% jumlah insulin jangka
pendek perhari, dapat diberikan 2 dosis pagi dan malam (dosis malam
3,5 gr / dl (4,15). Besi, vitamin B12, asam folat membantu sel
darah merah membawa oksigen ke jaringan. Besi juga merupakan suatu
kofaktor dakam sintesis kolagen, sedangkan vitamin C dan Zinc
penting untuk perbaikan jaringan. Zinc juga berperan dalam respon
imun. (4,15)Pengelolaan kaki diabetic berdasarkan kriteria
Wagner.
Tabel 5. Pengelolaan berdasarkan kriteria
Wagner(1,5,7,1015)Derajat 0
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Derajat VSepatu yang layak
Edukasi
Perawatan Podiatrik paliatif
Bedah profilaksis
Prevensi
Infeksi : kultur permukaan ulkus dan antibiotic
Perawatan luka
Evaluasi Radiologi
Koreksi Stress
Pembedahan
Terapi antibiotic
Evaluasi dimensi luka
Evaluasi radiology
Pembedahan
Rawat Rumah Sakit untuk terapi antibiotic intravena
Debribement agresif yang dalam untuk diagnosis osteomielitis
Control metabolic
Bedah plastic menutup sebagaimana diperlukan
Amputasi lokal sesuai lokasi nekrosis dan vaskularitas
Amputasi mayor dikehendaki
BAB III
KESIMPULAN
Kaki diabetes merupakan kombinasi arterioskierosis ke-2
tersering sesudah arteriosklerosis pembuluh koroner, dan yang
terserang pembuluh darah tungkai bawah. Umumnya kelainan ini
dikenal sebagai PVD (Peripheral Vascular Desease). Ada 3 faktor
yang dapat dipandang sebagai predisposisi kerusakan jaringan pada
kaki diabetes, yaitu neuropati, PVD, dan infeksi. Jarang sekali
infeksi sebagai faktor tunggal, tapi seringkali merupakan
komplikasi iskemia maupun neuropati. Secara. patogenetik, ada 3
faktor utama (metabolik. autonom, vaskuler) yang dapat dianggap
sebagai sebab terjadinya neuropati pada diabetes mellitus. Diabetes
mellitus bersama,faktor genetik dan lingkungan misalnva (alkohol)
akan lewat ke-3 faktor tersebut disebabkan klinis neuropati.
Kelainan makrovaskuler maupun mikrovaskuler terjadi pula pada kaki
pasien DIABETES MELITUS. Kelainan vaskular tidak begitu berperan
pada patogenesis terjadinya tukak, tetapi berperan lebih nyata pada
penyernbuhan tukak dan kemudian, nasib kaki. Dari segi praktis maka
kaki diabetikum dapat dipandang sebagai kaki iskemia ataupun kaki
neuropatik. (3)
Klinisi harus melakukan pemeriksaan kaki yang pada seorang
diabetes harus secara integrative setiap kunjungan secara periodik
Selain itu diperlukan saran sederhana bagi penderita diabetes
mellitus untuk perawatan kaki.
Prinsip dasar yang baik pengelolaan terhadap tukak diabetic
adalah :
1. Evaluasi tukak yang baik : keadaan klinis luka, dalamnya
luka, gambaran radiologi (benda asing, osteomielitis, adanya gas
sub kutis), lokasi, biopsy vaskularisasi (non invasive).
2. Pengelolaan terhadap neuropati diabetik
3. Pengendalian keadaan metabolic sebaik-baiknya
4. Debridement luka yang adekuat, radikal
5. Biakan kuman (aerobic dan anaerobic)
6. Antibiotic oral-parental
7. Perawatan luka yang baik
8. Mengurangi edema
9. Non weight bearing (tirah baring, tongkat penyangga, kursi
roda, alas kaki khusus, total kontak casting)
10. Perbaikan sirkulasi, atau bedah vascular
11. Nutrisi
12. Perfusi kulit daerah dengan mengukur transcutaneus oksigen
tension (tcPO2) pada daerah sekitar luka
13. Rehabilitasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Waspadji S , Kaki diabetikum,Kaitannya Dengan Neuropati
Diabetik dalam 1Makalah Kaki diabetikum Patogenesis dan
Penatalaksanaan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,
1997; E1-16.
2. Preventive Foot Care in People with Diabetes in American
Diabetes Association. Clinical Practice Recommendation 2002.
Diabetes Care, Volume 25, Suplemen 1, January 2003; page 78 -
79.
3. Djokomoeljanto R, Tinjauan Umum Tentang Kaki Diabetes dalam
Makalah Kaki diabetikum Patogenesis dan Penatalaksanaan,Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1997; A1-10.
4. Darmono, Status Glikemi dan Komplikasi Vaskuler Diabetes
Mellitus dalam Naskah lengkap Kongres Nasional V Persatuan Diabetes
Indonesia (Persadia) dan Pertemuan Ilmiah Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (Perkeni), Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 2002 ; 57 68.
5. Heyder F, Tindakan Pembedahan Pada Kaki diabetikum dalam
Makalah Kaki diabetikum Patogenesis dan Penatalaksanaan, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1997;D1-11.
6. Pemayun T G D, Gambaran Makro dan Mikroangiopati Diabetik di
Poliklinik Endokrin, dalam Naskah lengkap Kongres Nasional V
Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) dan Pertemuan Ilmiah
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2002 ; 87 97.
7. Powers A C, Diabetes Mellitus in Horrisons Principles of
Internal Medicine 15 th Edition [monograph in CD Room] , Mc Graw
Hill ; 2001.
8. Scope Management of type 2 diabetes : prevention and
management of Foot problems. Diabetes Care, Volume 25, June 2002;S
1085 - 1094. available at
http://www.nice.org.uk/nicemedia/pdf/footcare_scope.pdf
9. Abbott C A, Vileikyte L, Williamson S, Charrington A L,
Boulton A J M, Multicenter Study of the Incidence of and Predictive
Risk Factors for Diabetic available at
http://clinicalevidence.com/ceweb/conditions/dia/0602/0602_I5.jsp
10. Kumar, Clarck, Diabetes Mellitus and Other Disorders of
Metabolism in Kumar and Clarck Clinical Medicine fifth Edition, WB
Saunders, U K, 2002; 1099 -1100
11. Masharani U, Karam J H, Diabetes Mellitus and Jhipoglicemia
in Lange Medical Book 2002 Current Medical Diagnosis and Treatment
41st Edition, Me Graw Hill, 2002, 1233 1235
12. Diabetes Foot Care. Last Up Date at June, 2002. Available
from file //www.diabetes.org/
13. Bethesda, Foot Care Kit For Diabetes Help Prevent
Amputations in National Diabetes Education Program. Last Up date :
2001. Available from file ://ndep.nih.gov/
14. Skin and Foot Care in The Healing Handbook for Persons with
Diabetes. Last Up date : January 2, 1998. Available from file
http:// Skin Care and Foot Care for Diabetes.htm.
15. Diabetic Foot Care. Last Up Date : 2000. Available from file
: A:Diabetic Foot Care-Diabetes.htm
16. Why is Foot Care is Important for Person with Diabetes. Last
Up Date : June 7, 2000. Available from file : A:\VirtA Hospital
Foot Care.htm
17. Sutjahjo A, Pengobatan Hiperbarik Pada Kaki diabetikum dalam
Makalah Kaki diabetikum Patogenesis dan Penatalaksanaan, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,"1997; Bl-1 1.
18. Riyanto B, Antibiotik dan Profit Kuman Pada Pendenta Kaki
diabetikum dalam Makalah Kaki diabetikum Patogenesis dan
Penatalaksanaan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,
1997; C 1 -8
19. Eneroth M, Larson J Apelqvist J, Deep Foot Infections in
Patients with Diabetes and Foot Ulcer An Entity with Different
Characteristics, Treatments, and Prognosis.Journal of Diabetes and
Its Complications 1999; 13; 254 263..
20. Lipsky B A, Evidence-Based Antibiotic Therapy of Diabetic
Foot Infections. Imunology and Medical Microbiology 26 (1999); 267
- 276.
21. Tan J S, Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot
Infections. Bailliere Clinical Rheumatology vol. 13, No I, 1999 ;
149-161.
44