Page 1
DIARE AKUT
Tugas ini dibuat sebagai Laporan Kasus
Dalam Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD. Embung Fatimah Batam
Di susun Oleh :
PIPIT YULIARPAN
05310103
PEMBIMBING :
Dr. Murfariza Herlina, Sp.A.,M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG/
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD. EMBUNG FATIMAH BATAM
2012
KATA PENGANTAR1 | D i a r e A k u t
Page 2
Puji syukur penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas “laporan Kasus”
ini tepat waktu dan sebaik-baiknya dalam rangka melengkapi persyaratan Kepaniteraan
Klinik Senior di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD.Embung Fatimah Batam dengan judul
“Diare Akut”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak dalam bentuk moril maupun materil. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
dr.Murfariza Herlina,Sp.A.,M.Kes yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis selama penulis melaksanakan KKS di bagiam Ilmu Kesehatan Anak di
RSUD.Embung Fatimah.
Semoga Laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu kedokteran pada khususnya. Akhirnya hanya
kepada Allah SWT jugalah segalanya dikembalikan. Semoga amal kebaikan kita mendapat
ridho dari Allah SWT.
Batam, 20 Februari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
2 | D i a r e A k u t
Page 3
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI…………………………………………………………………….…………………………………5
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS…………………………………………………….…………………5
MANIFESTASI KLINIS…………………………………………………………………………………..10
DIAGNOSIS………………………………………………………………………………………………...12
TATALAKSANA……………………………………………………………………………………………16
BAB III KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
3 | D i a r e A k u t
Page 4
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di
Negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh
diare sedangkan di Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih
merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia
24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding
pneumonia 15,5%.
Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar
301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996
sebesar 280 per 1000 penduduk.(Depkes 2000) Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada
balita 75 per 100 ribu balita.
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebanya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut,
termasuk sindroma malabsorbsi. Diare karena virus umunya bersifat self limting,
sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya
dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin nutrisi untuk
mencegah gavirus merngguan pertumbuhan akibat diare. Rotavirus
merupakanpenyebab tertinggi dari kejadian diare akut baik dinegara berkembang
maupun negara maju. Di Indonesia menurut penelitian Soenarto yati dkk pada anak
yang dirawat di rumah sakit karena diare 60% persennya disebabkan oleh Rotavirus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4 | D i a r e A k u t
Page 5
I. DEFINISI
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan atau tanpa darah dan atau lendir.
Dalam modul diare 2009, diare cair akut adalah buang air besar lembek atau
cair bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering
dari biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari. Pada usia 0-2 bulan
frekuensi baunag air besar anak ygn minum ASI bisa mencapai 8-10 kali sehari
dengan tinja ygang lunak, sering berbiji-biji, dan berbau asam. Selama berat badan
bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan
intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran
cerna.
Disentri adalah episode diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah
terlihat secara kasat mata.
Dan diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah yang
berlangsung selama 14 hari atau lebih.
II. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah
golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi
adalah non-inflamatory dan inflammatory.
Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatoyi diare
biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin.
Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada anak. Diperkirakan 20 – 80
% penyebab diare cair akut pada anak didunia adalah rotavirus. Dan berdasarkan
5 | D i a r e A k u t
Page 6
hasil penelitian yang dilakukan di 6 RS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 55%
kasus diare akut pada balita juga disebabkan oleh rotavirus.
Virus seperti rotavirus meninvasi dan berkembang biak di dalam epitel usu
halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili
yang secara normal mempunyai fungsi absorbs dan pergantian sementara oleh sel
epitel berbentuk kripta yang belum matang, meyebabkan malabsorbsi, sekresi air dan
elektrolit oleh sel kripta imatur dan defek transport akibat efek toksin protein virus.
Keadaan ini tampak pada tinja penderita yang berbentuk cair dan tidak
didapatkannya darah pada tinja. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi
dan epitel vili menjadi matang.
Sekitar 10% episode diare akut pada anak dibawah 5 tahun disertai darah
pada tinjanya. Hal ini menyebabkan 15-25 % kematian akibat diare pada kelompok
umur ini. Dibandingkan dengan diare cair akut, diare akut berdarah atau disentri
lebih lama sembuh dan berhubungan dengan komplikasi yang lebih banyak antara
lain dapat mempengaruhi pertumbuhan anak dan memiliki resiko kematian lebih
tinggi.
Di Indonesia penyebab utama diare akut berdarah adalah Shigella,
Salmonella, Compylobacter jejuni, Escerichia Colli dan Entamoeba Hystolitica. Bakteri
menempel dan berkembang biak di dalam usus halus. Penempelan terjadi melalui
antigen yang menyerupai rambut getar disebut vili atau fimbria, yang melekat pada
reseptor dipermukaan usus. Hal ini terjadi seperti pada E.Colli enterotoksin dan V.
Cholera. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan
perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau
menyebabkan sekresi cairan. Toksin yang dikeluarkan oleh bakteri akan menghambat
fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbs natrium melalui vili da mungkin
meningkatkan sekresi klorida dari kripta yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit.
Bakteri invasive ( Shigella,C.Jejuni, Enterinvasive E.Colli dan Salmonella) dapat
menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini
terjadi sebagian besar di kolon dan di bagian distal ileum. Invasi diikuti pembentukan
mikroabses dan ulkus superficial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel
darah putih atau tampak adanya darah dalam tinja.
6 | D i a r e A k u t
Page 7
Jika digolongkan, maka penggolongan penyebab diare adalah sebagai berikut :
1. Infeksi
Enteral
Dari golongan bakteri dapat disebabkan oleh Shigella sp, E. coli patogen, Salmonella
sp, Klebsiella, Proteus sp, Pseudomonas aeruginosa. Dari golongan virus dapat
disebabkan oleh Rotavirus, Norwalk virus, HIV, Cytomegalovirus, dll. Parasit yang
dapat menyebabkan diare adalah Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Ballantidium coli, Cryptosporum parvum. Cacing seperti Ascaris lumbricoides, cacing
tambang, Tricuris trichiura, S. Stercoralis. Jamur yang dapat menyebabkan diare
adalah Candida sp.
Jasad patogen yang paling sering ditemukan pada anak diare di negara berkembang
Jenis Patogen Spesies Patogen Persentase
Kasus
Virus Rotavirus 15-25
Bakteri Eschericia coli enterotoksigenik 10-20
Shigella 5-15
Campylobacter jejuni 10-15
Vibrio cholerae 01 5-10
Salmonella (non-typhi) 1-5
Escherichia coli enteropatogenik 1-5
Protozoa Cryptosporidium 5-15
Tidak terdapat patogen 20-30
Parenteral
Disebabkan oleh Otitis media akut, pneumonia, traveler’s diarrhea, E. coli, Giardia
lamblia, Shigella sp, Entamoeba hystolitica, dan intoksikasi makanan. Intoksikasi
7 | D i a r e A k u t
Page 8
tersebut dapat berupa makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan
mengandung toksin Clostridium perfringens, Bacillus cereus, dll. Dapat pula karena
intleransi laktosa, malabsorbsi atau maldigesti karbohidrat, lemak trigliserida rantai
panjang, asam amino tertentu, malabsorbsi gluten.
2. Imunodefisiensi
Contoh kondisi ini adalah Hipogammaglobulinemia, panipoglobulinemia,
defisiensi Ig A.
3. Terapi obat
Obat yang menyebabkan diare dapat berupa antbiotik, kemoterapi, antasida.
4. Tindakan Tertentu
Gastrektomi, gastroenterostomi, radiasi terapi tinggi.
5. Lain-lain
Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik, faktor psikologis adalah contoh
kondisi lain yang juga dapat menyebabkan diare.
Secara umum diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi seperti
dibawah ini:
1. Peningkatan osmolaritas intra lumen usus. Hal ini menyebabkan masa intra lumen
menarik atau menahan cairan intra lumen dan terjadi diare. Penyebab diare
osmotik di antaranya adalah MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan defek
absorbsi mukosa usus seperti defisiensi disakaridase, malabsorbsi glukosa atau
galaktosa.
2. Sekresi cairan dan elektrolit terganggu. Pada keadaan ini sekresi air dan elektrolit
meningkat, reabsorbsi menurun. Sehingga masa dalam lumen akan menjadi lebih
cair, dan terjadi diare. Ciri dari diare tipe ini adalah jumlahnya yang banyak sekali.
Diare tipe ini tetap berlangsung walaupun pasien puasa. Penyebabnya umumnya
toksin bakteri seperti Vibrio cholerae, E. coli, reseksi ileum.
3. Malabsorbsi asam empedu dan lemak. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan
gangguan fungsi hepatobilier. Lemak yang tetap berada dalam lumen usus akan
meningkatkan tekanan osmotik intra lumen.
8 | D i a r e A k u t
Page 9
4. Defek pertukaran atau transport ion elektrolit aktif pada enterosit. Terganggunya
pomapa Na+ K+ATP-ase di enterosit menyebabkan absorbsi Na+ abnormal. Na+
tetap berada dalam lumen usus dan menahan cairan.
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal. Terlalu tingginya motilitas usus,
motilitas iregular, dan singkatnya waktu transit dalam usus menyebabkan
pencernaan belum sempurna dan banyak cairan yang tidak sempat direabsorbsi.
Kondisi ini ditemukan pada pasien diabetes melitus, hipertiroid, dan pasien pasca
vagotomi.
6. Gangguan permeabilitas usus. Terdapat kelainan morfologi sel enterosit. Hal ini
menyebabkan penyerapan zat makanan teganggu.
7. Inflamasi dinding usus. Terdapat kerusakan mukosa usus sehingga terjadi proses
inflamasi. Proses inflamasi ini menyebabkan produksi mukus berlebihan dan
eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen usus, disertai gangguan absorbsi.
Keadaan ini menyebabkan diare inflamatorik, seperti pada diare Shigella, kolitis
ulseratif, dan penyakit Crohn.
8. Infeksi dinding usus. Merupakan keadaan yang mendasari diare infektif. Tipe diere
ini adalah tipe yang paling sering terjadi. Infeksi mikroorganisme tersebut secara
garis besar dibedakan menjadi dua, non invasif dan invasif. Pada tipe non invasif,
mikroorganisme tersebut mngeluarkan toksin yang menyebabkan diare, sehingga
diare yang timbul disebut diare toksikogenik. Contohnya pada diare yang
disebabkan Vibrio cholerae, kuman meproduksi toksin yang meningkatkan
produksi cAMP. Tingginya cAMP akan menyebabkan sekresi aktif ion klorida yang
diikuti air, Na+, K+, dan bikarbonat. Toksin kolera ini tidak mempengaruhi absorbsi
natrium.
III. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya
bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala
gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan diare cair
mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat.
Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga
9 | D i a r e A k u t
Page 10
akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolic, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi,
dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat.
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen antara
lain :
vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis, meningitis,
pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala neurolgik dari
infeksi usus bisa berupa parestesia akibat makan ikan, kerang, monosodium
glutamate), hipotoni dan kelemahan otot. Bila terdapat panas dimungkinkan karena
proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita
dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada
perut bagian bawah serta rectum menunjukan terkenanya usus besar. Mual dan
muntah adalah symptom yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan
oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti
enteric virus, bakteri yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita tidak
panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare,
menunjukan bahwa saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien
immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi tentang adanya
imunodefisiensi atau penyakit.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau diare dengan
dehidrasi perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dibawah ini.
1. Pameriksaan darah tepi: kadar hemoglobin, hematokrit, hitung leukosit, hitung
diferensial leukosit. Penting untuk mengetahui berat ringannya hemokonsentrasi
darah, dan respon leukosit. Contohnya pada diare karena Salmonella dapat terjadi
10 | D i a r e A k u t
Page 11
neutropenia. Pada diare karena kuman yang bersifat invasif dapat terjadi shift to
the left leukosit.
2. Elektrolit darah. Diperlukan untuk mengobservasi dampak diare terhadap kadar
elektrolit darah.
3. Ureum dan kreatinin. Diperlukan untuk memonitor adanya gagal ginjal akut.
4. Pemeriksaan tinja untuk mencari penyebab diare. Pada infeksi bakteri, ditemukan
leukosit pada tinja. Dapat pula ditemukan telur cacing maupun parasit dewasa.
Dapat pula dilakukan pengukuran toksin Closstridium difficile pada pasien yang
telah mendapatkan terapi antibiotik dalam jangka waktu tiga bulan terakhir. Tinja
dengan pH ≤5,5 menunjukkan adanya intoleransi karbohidrat yang umumnya
terjadi sekunder akibat infeksi virus. Pada infeksi oleh organisme enteroinvasif,
leukosit feses yang ditemukan umumnya berupa neutrofil. Tidak ditemukannya
netrofil tidak mengeliminasi kemungkinan infeksi enteroinvasif, tetapi
ditemukannya neutrofil feses mengeliminasi kemungkinan infeksi organisme
enterotoksin dan virus.
5. Apabila ditemukan leukosit pada feses, lakukan kultur feses untuk menentukan
apakah penyebab diare adalah Salmonella, Shigella, Campylobacter, atau Yersenia.
6. Pemeriksaan serologis untuk mencari amoeba.
7. Foto roentgen abdomen. Untuk melihat morfologi usus yang dapat membantu
diagnosis.
8. Rektoskopi, sigmoideoskopi, dapat dipertimbangkan pada pasien dengan diare
berdarah, pasien diare akut persisten. Pada pasien AIDS, kolonoskopi
dipertimbangkan karena ada kemungkinan diare disebabkan oleh infeksi atau
limfoma di area kolon kanan. Biopsy mukosa sebaiknya dilakukan bila dalam
pemeriksaan tampak inflamasi berat pada mukosa.
9. Biopsi usus. Dilakukan pada diare kronik, atau untuk mencari etiologi diare pada
AIDS.
ota
IV. DIAGNOSIS
11 | D i a r e A k u t
Page 12
Untuk menegakan diagnosis maka perlu dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan secara seksama. Cara mendiagnosis pasien diare adalah dengan
menentukan 3 hal yaitu persistensinya, etiologi dan derajat dehidrasi.
Menentukan persistensinya
Pada orang tua pasien, perlu juga ditanyakan sudah berapa lama anak
menderita diare. Apakan sudah lebih dari 14 hari atau belum, sehinggal nantinya
dapat menentukan apakah diare akut atau diare persisten.
Selain itu, perlu juga ditanyakan hal-hal sebagai berikut : frekuensi, volume,
konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah volume
dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam
terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau
penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan
yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit, memabwa berobat ke
puskesmas atau ke rumah sakit dan obat obatan yang diberikan serta riwayat
imunisasinya.
Menentukan Etiologi
Diagnosa klinis diare akut berdarah hanya berdasarkan adanya darah yang
dapat dilihat secara kasat mata pada tinja. Hal ini dapat ditanyakan langsung pada
orang tua pasien atau dilihat sendiri oleh pemeriksa/dokter. Pada beberapa episode
Shigellosis, diare pada awalnya lebih cair dan menjadi berdarh setelah 1-2 hari. Diare
cair ini dapat sangat berat dan menimbulkan dehidrasi. Seringkali disertai demam,
nyeri perut, nyeri pada rectum dan tenesmus. Kematian Karen disentri biasanya
disebabkan oleh kerusakan yang berat pada ileum dan kolon, komplikasi sepsis,
infeksi sekunder (misalnya pneumonia) atau gizi buruk.
Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
GEJALA KLINIS
:
Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
12 | D i a r e A k u t
Page 13
Mual, muntah Sering Jarang Sering + - sering
Nyeri perut TenesmusTenesmus,
kramp
Tenesmus,
kolik-
Tenesmus,
krampKramp
Nyeri kepala - + + - - -
lamanya sakit 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
SIFAT TINJA:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10 x/hari >10 x/hari Sering Sering SeringTerus
menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
Warna Kuning hijau Merah hijau KehijauanTak
berwarnaMerah hijau
Seperti air
cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anorexia Kejang ± Sepsis ± MeteorismusInfeksi
sistemik ±-
Menentukan Derajat Dehidrasi
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda
tambahan lainnya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada
atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif
yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif
dengan menggunakan criteria WHO dan MMWR.
Derajat dehidrasi berdasarkan deficit berat badan adalah sebagai berikut :
Dehidrasi ringan : deficit 2 ½ - 5 %
13 | D i a r e A k u t
Page 14
Dehidrasi sedang : deficit 5 – 10 %
Dehidrasi berat : deficit > 10 %
Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
SymptomMinimal atau
tanpa dehidrasi,kehilangan BB<3%
Dehidrasi ringan sedang,
kehilangan BB 3%-9%
Dehidrasi berat, kehilangan
BB>9%
Kesadaran BaikNormal, lelah,
gelisah, irritable
Apatis, letargi, idak
sadar
Denyut jantungNormal Normal meningkat
Takikardi, bradikardi, (kasus
berat)
Kualitas nadi Normal Normal melemah Lemah, kecil tidak teraba
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2detik
Cappilary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin,mottled, sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umumBaik,sadar *Gelisah,rewel
*lesu,lunglai/tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
14 | D i a r e A k u t
Page 15
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa,tidak
haus
*haus ingin minum
banyak
*malas minum atau tidak bias
Minum
Periksa: turgor kulit
Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Bila ada 1 tanda* ditambah 1 ataulebih tanda lain
Dehidrasi beratBila ada 1 tanda* ditambah 1 ataulebih tanda lain
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
Penentuan Derajat Dehidrasi berdasarkan Tanda dan Gejala
Klasifikasi Gejala/Tanda
Dehidrasi berat Dua atau lebih tanda-tanda berikut:
▪ Letargi/tidak sadar
▪ Sunken eyes
▪ Tidak dapat minum atau sulit minum
▪ Skin pinch sangat lambat kembali (>2 detik)
Dehidrasi sedang Dua atau lebih tanda-tanda berikut:
▪ Rewel
▪ Sunken eyes
▪ Terlihat kehausan
Skin pinch lambat kembali
Dehidrasi ringan Tidak cukup tanda-tanda untuk mengklasifikasikannya
sebagai dehidrasi sedang atau berat
V. TATALAKSANA
15 | D i a r e A k u t
Page 16
Setelah menentukan tiga hal tersebut di atas, maka kemudian menentukan
tatalaksana yang akan diterapkan secara konsisten. Pada pokokny terdapat lima lintas
tatalaksana, yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi, sumplement zinc, antibiotik selektif, dan
edukasi orang tua.
REHIDRASI
Mencegah dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan lebih
banyak cairan (minum) yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur, dan air sup. Bila terjadi
dehidrasi, anak harus segera dibawa ke petugas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan
yang tepat dan cepta yaitu dengan oralit. Komposisi cairan rehidrasi oral sangat penting
untuk memperoleh penyerapan yang optimal. Cairan rehidrasi oral (CRO) yang dianjurkan
WHO selama 3 dekade terakhir ini menggunakan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa telah berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada diare, karena
kombinasi gula dan garam ini dapat meningkatkan penyerapan cairan di usus. CRO selain
murah juga mudah digunakan dan aman, sehingga sangat efektif dan efisien untuk
digunakan. Jika akan diberikan larutan oralit di rumah, maka diperlukan oralit dengan
formula baru sesuai dengan rekomendasi dari WHO dengan formula sebagai berikut :
Natrium : 75 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Glukosa, anhidrous : 75 mmol/L
Kalium : 20 mmol/L
Sitrat : 10 mmol/L
Total Osmolaritas : 245 mmol/L
Mengatasi dehidrasi
Pengobatan diare dilakukan melalui beberapa langkah yang disebutkan satu persatu
dibawah ini ;
a. Tetapkan derajat dehidrasi penderita, apakah tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang, atau dehidrasi berat.
b. Tetapkan rencana pengobatan sesuai derajat dehidrasi penderita :
i. Rencana terapi A untuk pasien tanpa dehidrasi
16 | D i a r e A k u t
Page 17
ii. Rencana terapi B untuk pasien dengan dehidrasi ringan dan dehidrasi
sedang
iii. Rencana terapi C untuk pasien dengan dehidrasi berat.
Rencana Terapi A Untuk Mengobati Penderita Diare Tanpa Dehidrasi
Peranan ibu penting dalam tatalaksana diare di rumah. Ibu diharapkan bisa
mengobati anak diare dirumah. Perlu diterangakan kepada ibu bagaimana cara terapi
diare dirumah, berikut penjelasannya :
1. Berikan anak lebih banyak cairan daripadabiasanya untuk mencegah dehidrasi
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti oralit, makanan yang
cari (sup, air tajin) dan kalau tidak ada air matang gunakan oralit untuk anak.
(catatan: jika anak berusia < 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih
baik diberi oralit dan air matang daripda makanan cair)
Berikan larutan ini sebanyak anak mau.
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
2. Beri tablet zinc
Dosis zinc untuk anak-anak : Anak < 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak > 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh
dari diare.
Cara pemberian zinc : untuk bayi, tablet zinc dilarutkan dengan air matang,
ASI, atau oralit. Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau
dilarutkan dalam air matang atau oralit.
Tunjukkan cara penggunan tablet zinc kepada orang tua atau wali dan
meyakinkan bahwa pemberian tablet zinc harus diberikan selama 10 hari
berturut-turut meskipun anak sudah sembuh.
3. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Teruskan ASI
17 | D i a r e A k u t
Page 18
Bila anak tidak mendapatkan ASI berikan susu yang biasa diberikan. Untuk
anak kurang dari 6 bulan atau belum mendapat maknan padat, dapat
diberikan susu.
Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah menbdapat makanan padat :
- Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-kacangan, sayur,
daging, atau ikan. Tambahkan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi.
- Berikan sari buah atau pisang halus untuk menambah kalium.
- Berikan makanan yang segar. Masak dan haluskan atau tumbuk makanan
dengan baik
- Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari
- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan porsi
makanan tambhan setiap hari selama 2 minggu
4. Bawa anak kepada petugas kesehatan b anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut :
Buang air besar cair lebih sering
Muntah terus menerus
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
5. Anak harus diberi oralit di rumah
Setelah mendapat terapi B atau C
Tidak dapat kembali ke petugas kesehatah bila diare memburuk
Memberikan oralit kepada semua anak denga diare yanga datang ke petugas
kesehatan merupakan kebijakan pemerintah.
Jika akan diberikan oralit di rumah, maka perlu diberika oralit formula baru seperti
tersebut di atas dengan ketentuan sebagai berikut :
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
Larutkan oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persiapan 24 jam
18 | D i a r e A k u t
Page 19
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar denga ketentuan
sebagai berikut : Untuk anak kurang dari 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali
buang air besar. Untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, berikan 100-200 ml
tiap kali buang air besar.
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
larutan oralit harus dibuang.
Tunjukkan kepada ibu cara memberikan oralit :
Berikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua
Bila anak muntah, tunggulah sepuluh menit. Kemudian berikan cairan lebih
lama (misalnya satu sendok tiap 2-3 menit)
Bila diare berlanjut setelah oralit habis, kembali ke petugas kesehatan untuk
mendapatkan oralit kembali.
Rencana Terapi B Untuk Penderita Diare Dengan Dehidrasi Tak Berat
Pada dehidrasi tak berat, cairan oral diberikan sengan pemantauan yang di
lakukan di pojok upaya rehidrasi oral selama 4-6 jam. Ukur jumlah rehidrasi oral yang
akan diberikan selam 4 jam pertama.
Umur 4 bulan 4 – 12 bulan 12 bln – 2
tahun
2 – 5 tahun
Berat
badan
< 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 – 19 kg
Dalam ml 200 – 400 400 – 700 700 – 900 900 - 1400
Jika anak minta minum lagi, berikan.
Tunjukk kepada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral
Berikan minum sedikit demi sedikit
19 | D i a r e A k u t
Page 20
Jika anak muntah, tunggu 10 menit, lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral
pelan-pelan
Lanjutkan ASI kapanpun anak minta
Setelah 4 jam :
Nilai ulang derajat dehidrasi
Tentuka tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan terapi
Mulai beri makan
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencan terapi B :
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dan terapi 3 jam dirumah
Berikan oralit untuk rehidrasi selam 2 hari seperti dalam rencana terapi A
Jelaskan 4 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak diare di rumah
Berikan anak lebih banya cairan daripada biasanya
Beri tablet zinc
Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Kapan anak harus dibawa kembali ke pelayanan kesehatan
Rencana Terapi C Untuk Penderita Diare Dengan Dehidrasi Berat
Untuk rencana terapi C, hal paling pertama yang harus dilakukan adalah
menentukan bagaimana cairan akan diberikan, yaitu dengan jalur oral atau dengan jalur
intravena. Jalur pilihan pada pasien dengan dehidrasi berat sebenarnya adalah jalur
intravena, karena membutuhkan waktu rehidrasi yang cepat. Cairan yang paling baik adalah
Ringer Laktat (Hartmann’s Solution for Injection). Jika tidak ada, maka dapat digantikan
dengan NaCl 0,9%. Larutan dekstrosa 5% tunggal tidak efektif dan tidak boleh digunakan. Bila
pada pasien tidak bisa diberikan cairan secara intravena, segera berikan per oral dengan pipa
nasogastrik sejumlah 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam. Jumlah dan lama cairan yang diberikan
pada pasien dengan dehidrasi berat dapat dilihat pada tabel dibawah :
Rencana Terapi C untuk Penderita Diare dengan Dehidrasi Berat.
Umur Pemberian 30 ml/kgBB dalam Pemberian 70 ml/kg BB dalam
20 | D i a r e A k u t
Page 21
Bayi < 12 bulan 1 jam 5 jam
Anak 1-5 tahun 30 jam 2,5 jam
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba. Nilai kembali penderita
tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan intravena. Juga berika
cairan oralit (5ml/kgBB/jam) bila penderita bias minum, biasanya setelah 3-4 jam
(bayi) atau 1-2 jam (anak). Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), nilai kembali
penderita menggunakan table penilainan kemudian tentukan terapi yang sesuai
selanjutnya (A,B,C).
DUKUNGAN NUTRISI
Makanan tetap harus diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang
sama pada waktu anak sehat untuk pengganti nutrisi yang hilang serta mencegah
agar tidak menjadi gizi buruk. Pada diare berdarh nafsu makan anak berkurang,
adanya perbaikan nafsu makan menandakn fase kesembuhan. ASI tetap diteruskan
selama terjadinya diare cair akut maupun diare akut berdarah dan diberikan dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya. Anak umur 6 bulan ke atas sebaiknya mendapat
makan seperti biasanya.
SUPLEMENTASI ZINC
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama
dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zinc juga dapat m
engembalikan nafsu makan anak. Dosis zinc untuk anak-anak yaitu anak dibawah
umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) per hari dan anak diatas umur 6 bulan : 20 mg 91
tablet) per hari; diberikan selam 10 -14 hari berturut-turut. Cara pemberian tablet
zinc : untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit.
Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapt dikunyah atau dilarutkan dalam air
matang atau oralit. Tunjukkan kepada orang tua dan meyakinkan bahwa pemberian
zinc harus diberikan selama 10 -14 hari meskipun anak sudah sembuh.
Zinc merupan maikronutrien yang penting sebagai kofaktor sebih dari 90
enzim. Saat ini zinc telah digunakan salam pengelolaan siare. Diare dapat
21 | D i a r e A k u t
Page 22
menurunkan kadar zinc dalam plasma pad abayi dan anak. Pada binatang percobaan,
defisiensi zinc dapat mengganggu absorbs air dan elektrolit. Uji klinik pertama
penggunaan zinc sebagai terapi diare cair akut dilakukan di India pada tahun 1988
dan menunjukkan bahwa zinc mampu menurunkan durasi dan frekuensi diare pada
anak, terutama anak dengan penurunan kadar zinc yang berat.
ANTIBIOTIKA SELEKTIF
Antibiotika tidak diberikan pada kasus diare cair akur=t kecuali dengan
indikasi yaitu pada diare berdarah dan kolera.
Secara umum tatalaksana pada kasus disentri dkelola sama dengan kasus
diare lain sesuai dengan acuan tatalaksana diare akut. Hal khusus mengenai
tatalaksana disentri adalah pemberian antibiotika oral selama 5 hari yang masih
sensitive terhadap Shigella menurut pola kuman setempat. Dahulu semua kasus
disentri pada tahap awalnya diberikan antibiotika kotrimoksazol dengan dosis 5-8
mg/kgBB/hari. Namun saat ini telah banyk strain Shigella yang resisten terhadap
ampisilin, amoksisilin, metronidazol, tetrasiklin, golongan aminoglikosida,
kloramfenikol, sulfonamide, dan kotrimoksazol sehingga WHO tidak
merekomendasikan penggunaan obat tersebut. Obat pilihan untuk pengobatan
disentri berdasarkan WHO 2005 adalah dengan golongan seperti siprofloksasin
dengan dosis 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari. Pemantauan
dilakukan setelah 2 hari pengobatan, dilihat apakah ada perbaikan seperti tidak
adanya demam, diare berkurang, darah dalam feses berkurang dan peningkatan
nafsu makan. Jika tidak ada perbaikan maka amati adanya penyulit, hentikan
pemberian antibiotic sebelumnya dan berikan antibiotic yang sensitive terhadap
Shigella berdasarkan area. Jika kedua jenis antibiotika tersebut diatas tidak
memberikan perbaikan, maka amati kembali adanya penyulit atau penyebab selain
disentri. Pada pasien rawat jalan dianjurkan pemberian sefalosforin generasi ketiga
seperti sefiksim 5 mg/kgBB/hari per oral.
Pemeriksaan tinja dapat dilakukan untuk menyingkirkan adanya amebiasis.
Temuan tropozoit atau kista amuba atau giardia mendukung diagnosis amebiasis
atau giardiasis. Berikan metronidazol 7,5 mg/kgBB 3 kali sehari untuk kasus amebiasis
22 | D i a r e A k u t
Page 23
dan metronidazol 5 mg/kgBB 3 kali sehari untuk kasus giardiasis selama 5 hari.
Temuan leukosit dalam jumlah banyak (>10/lpb) atau makrofag mendukung
diagnosis Shigella atau bakteri invasive lain. Temuan Trichuris Trichiura, mengarahkan
kita pada peranan trichuriasis sebagai penyebab disentri.
EDUKASI ORANG TUA
Nasihat kepada orang tua atau pengasuh untuk kembali jika demam, tinja
berdarah, muntah berulang, makan minum sedikit, sangat haus, diare makin sering
atau belum membaik dalam 3 hari.
BAB III
KESIMPULAN
23 | D i a r e A k u t
Page 24
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan atau tanpa darah dan atau lendir Penyebab infeksi utama timbulnya diare
umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut
oleh karena infeksi adalah non-inflamatory dan inflammatory.
Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada anak. Diperkirakan 20 – 80
% penyebab diare cair akut pada anak didunia adalah rotavirus. Infeksi usus
menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila terjadi
komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala gastrointestinal
bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik
bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan diare cair mengeluarkan
tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air
dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat
bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan
hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang, dehidrasi berat.
Untuk diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau diare dengan
dehidrasi perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dibawah ini pameriksaan
darah tepi, elektrolit darah, ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja pemeriksaan
serologis untuk mencari amoeba, foto rontgen abdomen, rektoskopi, sigmoideoskopi,
dapat dipertimbangkan pada pasien dengan diare berdarah, pasien diare akut
persisten. Pada pasien AIDS, kolonoskopi dipertimbangkan karena ada kemungkinan
diare disebabkan oleh infeksi atau limfoma di area kolon kanan. Biopsy mukosa
sebaiknya dilakukan bila dalam pemeriksaan tampak inflamasi berat pada mukosa,
biopsi usus dilakukan pada diare kronik, atau untuk mencari etiologi diare pada AIDS.
Untuk menegakan diagnosis maka perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan
secara seksama. Cara mendiagnosis pasien diare adalah dengan menentukan 3 hal
yaitu persistensinya, etiologi dan derajat dehidrasi.
24 | D i a r e A k u t
Page 25
a. Tetapkan derajat dehidrasi penderita, apakah tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang, atau dehidrasi berat.
b. Tetapkan rencana pengobatan sesuai derajat dehidrasi penderita :
i. Rencana terapi A untuk pasien tanpa dehidrasi
ii. Rencana terapi B untuk pasien dengan dehidrasi ringan dan dehidrasi
sedang
iii. Rencana terapi C untuk pasien dengan dehidrasi berat.
Setalah penanganan dehidrasi, empat hal pokok dalam penangangan diare
adalah dukungan nutrisi, sumplement zinc, antibiotik selektif, dan edukasi orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman
25 | D i a r e A k u t
Page 26
Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta: WHO
Indonesia.2008.
Staff Pengajar FK-UI.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:1985.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I. Badan
Penerbit IDAI. Jakarta.2004.
UKK Gastro-Hepatologi IDAI. Modul Diare Edisi I.2009.
Dept.Ilmu Kes Anak FK-UNDIP. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Badan Penerbit UNDIP.
Semarang. 2011.
PAPDI.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Pusat Penerbit IPD FK-UI.Jakarta.2006.
www.pediatric.com
26 | D i a r e A k u t