BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Prevalensi kanker paru di negara sangat maju
sangat tinggi, di Amerika tahun 2002 dilaporkan terdapat 169.400
kasus baru (merupakan 13% dari semua kanker baru yang terdiagnosis)
dengan 154.900 kematian (merupakan 28 % dari seluruh akibat
kanker), di Inggris prevalensi kejadiannya mencapai 40.000/tahun,
sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak, di
RS Kanker Dharmais, Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke 3
sesudah kanker payudara dan leher rahim.3 Kanker paru adalah
penyebab kematian tersering dari seluruh kanker yang tersering di
dunia (meliputi Ca Paru, Ca Prostat, Adenocarcinoma colon).4 Data
yang dibuat WHO juga menunjukkan bahwa kanker paru adalah jenis
penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada
kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki
tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin
berkaitan erat dengan jarangnya penderita ke dokter ketika
penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit.5 Kanker paru
memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah.
Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana
yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin
kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan
terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi, ahli patologi
anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli
rehabilitasi dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan
penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk
mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini
akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu
yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup
yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat
menyembuhkannya.5
1
B. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan referat atau tinjauan
pustaka ini adalah untuk: 1. Mengetahui cara mendiagnosis kanker
paru 2. Mengetahui penatalaksaan kanker paru
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI Secara normal, tubuh memelihara suatu sistim
dari
pemeriksaan-pemeriksaan (checks) dan keseimbangan-keseimbangan
(balances) pada pertumbuhan sel-sel sehingga sel-sel membelah untuk
menghasilkan sel-sel baru hanya jika diperlukan. Gangguan atau
kekacauan dari sistim checks dan balances ini pada pertumbuhan sel
berakibat pada suatu pembelahan dan perkembangbiakan sel-sel yang
tidak terkontrol yang pada akhirnya membentuk suatu massa yang
dikenal sebagai suatu tumor.6 Tumor-tumor bisa menjadi jinak atau
ganas. Kanker adalah tumor yang dipertimbangkan sebagai ganas.
Tumor-tumor jinak biasanya dapat diangkat dan tidak menyebar ke
bagian-bagian lain tubuh. Tumor-tumor ganas, akan tumbuh secara
agresif dan menyerang jaringan-jaringan lain dari tubuh. Masuknya
sel-sel tumor kedalam aliran darah atau sistim limfatik menyebabkan
menyebarnya tumor ke tempat-tempat lain di tubuh. Proses penyebaran
ini disebut metastasis, area-area pertumbuhan tumor pada
tempat-tempat yang berjarak jauh disebut metastases. Karena kanker
paru-paru cenderung untuk metastase, maka tidak aneh bila kanker
paru merupakan kanker yang sangat mengancam nyawa dan merupakan
satu dari kankerkanker yang paling sulit dirawat. Kelenjar adrenal,
hati, otak, dan tulang adalah tempat-tempat yang paling sering
menjadi tempat metastase untuk kanker paru.6 B. ETIOLOGI Seperti
umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti dari pada kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu
zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama
disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan
lain-lain.3
3
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker
paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan
Doering (1928), telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada
perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan
antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan
tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok
berat akan menderita kanker paru.3 Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada
kulit hewan, menimbulkan tumor.7 Laporan beberapa penelitian
terakhir ini mengatakan bahwa perokok pasif pun akan berisiko
terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25
tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali
lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang
hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena risiko kanker paru
2-3 kali lipat. Diperkirakan 25 % kanker paru dari bukan perokok
adalah berasal dari perokok pasif. 3 Insiden karsinoma paru yang
tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di
Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan
ini diduga merupakan agen etiologi operatif.8 Insiden yang tinggi
juga terjadi pada pekerja yang terpapar karbonil nikel (pelebur
nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite dan
orangorang yang bekerja dengan asbestos dan kromat juga mengalami
peningkatan insiden. 5 Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka
kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa
dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari dan uap diesel
dalam atmosfer di kota.8 Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi
betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko
terkena kanker paru. 3,9,10 Pemberian Nutrisi dan supplement dapat
mengurang gejala yang disebabkan oleh kanker paru. Vitamin D dan Fe
sangat baik untuk diberikan oleh penderita penyakit kanker paru,
Begitu pula dengan
4
makanan antioxidant seperti cherri, dan buah tomat. 9,10
Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker
paru, yakni: Proto oncogen, Tumor suppressor gene, Gene encoding
enzyme. 3,8 C. PATOFISIOLOGI Dari etiologi yang menyerang
percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,
hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasanya akan
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta
dan korpus vertebra.11 Lesi yang letaknya sentral berasal dari
salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan
obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengar pada auskultasi.11 Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar
limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.11 D.
MANIFESTASI Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukan
gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakan gejala berarti pasien
dalam stadium lanjut.3 Gejala-gejala dapat bersifat 3: 1. Lokal
(tumor tumbuh setempat) a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada
batuk kronis b. Batuk darah c. Mengi karena ada obstruksi saluran
napas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru e. Atelektasis
5
2. Invasi lokal a. Nyeri dada b. Sesak karena cairan pada rongga
pleura c. Invasi ke perikardium terjadi tamponade atau aritmia
d. Sindrom vena cara superior e. Sindrom Horner (facial
anhidrosis, ptosis, miosis) f. Suara serak, karena penekanan pada
nervus laryngeal recurrent g. Sindrom Pancoast, karena invasi pada
pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis 3. Gejala Penyakit
Metastasis a. Pada otak, tulang, hati, adrenal b. Limfadenopati
servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis) 4.
Sindrom Para neoplastik (10% pada Ca Paru), dengan gejala: a.
Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam b. Hematologi :
leukositosis, anemia, hiperkoagulasi c. Hipertrofi
osteoartropati
d. Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer e.
Neuromiopati f. Endoktrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid
(hiperkalsemia) g. Dermatologik : eritema multiform,
hyperkeratosis, jari tabuh h. Renal: Syndrome of inappropriate
andiuretic hormone (SIADH) 5. Asimtomatik dengan kelainan radiologi
E. KLASIFIKASI Berdasarkan level penyebarannya penyakit kanker
paru-paru terbagi dalam dua kriteria: 1. Kanker paru primer
Memiliki 2 tipe utama, yaitu: a. Small cell lung cancer (SCLC)
6
SCLC adalah jenis sel yang kecil-kecil (banyak) dan memiliki
daya pertumbuhan yang sangat cepat hingga membesar. Biasanya
disebut oat cell carcinomas (karsinoma sel gandum). Tipe ini sangat
erat kaitannya dengan perokok, Penanganan cukup berespon baik
melalui tindakan kemoterapi dan radioterapi.10 Stadium (Stage) SCLC
ada 2 yaitu13: Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu
sisi paru (hemitoraks) Stage luas (extensived) jika sudah meluas
dari satu hemitoraks atau menyebar ke organ lain b. Non-small cell
lung cancer (NSCLC). NSCLC adalah merupakan pertumbuhan sel
tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di
paruparu,10 mencakup adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa,
karsinoma sel besar (Large Cell Ca) dan karsinoma adenoskuamosa.13
Stage NSLCLC dibagi atas : Stage 0, IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB
dan IV yang ditentukan menurut International Staging System for
Lung Cancer 1997, berdasarkan sistem TNM. 13 Stadium Occult
carcinoma 0 IA IB IIA IIB IIIA IIIB IV TNM Tx N0 M0 Tis N0 M0 T1 N0
M0 T2 N0 M0 T1 N1 M0 T2 N1 M0, T3 N0 M0 T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1
M0, T3 N2 M0 berapapun T N3 M0, T4 berapapun N M0 berapapun T
berapapun N M1
Kategori TNM untuk Kanker Paru 13: T : Tumor Primer
To : Tidak ada bukti ada tumor primer
7
Tx : Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari
penemuan sel tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak
tampak secara radiologis atau bronkoskopis. Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm,
dikelilingi oleh jaringan paru atau pleura viseral dan secara
bronkoskopik invasi tidak lebih proksimal dari bronkus lobus (belum
sampai ke bronkus utama). Tumor sembarang ukuran dengan komponen
invasif terbatas pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal
bronkus utama. T2 :Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan
sebagai berikut: - Garis tengah terbesar lebih dari 3 : cm
- Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari
karina, dapat mengenai pleura viseral
- Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif
yang meluas ke daerah hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru. T3
: Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding
dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura
mediastinum atau tumor dalam bronkus utama yang jaraknya kurang
dari 2 cm sebelah distal karina atau tumor yang berhubungan dengan
atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh paru. T4 : Tumor
sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung, pembuluh
besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang
disertai dengan efusi pleura ganas atau tumor satelit nodul
ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor primer. N : Kelenjar
getah bening regional (KGB)
Nx : Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai
8
No : Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening N1 :
Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau hilus
ipsilateral, termasuk perluasan tumor secara langsung N2 :
Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum ipsilateral
dan/atau KGB subkarina N3 : Metastasis pada hilus atau mediastinum
kontralateral atau KGB skalenus/supraklavikula
ipsilateral/kontralateral M : Metastasis (anak sebar) jauh Mx :
Metastasis tak dapat dinilai Mo : Tak ditemukan metastasis jauh M1
: Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor
primer dianggap sebagai M1 2. Kanker paru sekunder Merupakan
penyakit kanker paru yang timbul sebagai dampak penyebaran kanker
dari bagian organ tubuh lainnya, yang paling sering adalah kanker
payudara dan kanker usus (perut). Kanker menyebar melalui darah,
sistem limpa atau karena kedekatan organ.10 F. DIAGNOSIS 1.
Anamnesis Sesuaikan atau cocokkan dengan manifestasi dari Ca Paru
yang dijelaskan sebelumnya. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik
harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti.. Tumor paru ukuran
kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada
pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai
atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau
penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif, 5
pada 50% pasien NSCLC dan 25% pasien SCLC didapatkan adanya sindrom
vena cava.14
9
Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk penentuan stage
kanker, seperti pembesaran KGB (kelenjar getah bening) atau tumor
diluar paru. Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan
perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peninggian
tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai akibat
metastasis ke tulang. 5 3. Pemeriksaan Penunjang a. Radiologi Untuk
kanker paru pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat
dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda
yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai
identasi pleura, tumor satelit. Pada foto, tumor juga dapat
ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi
perikard dan metastasis intrapulmoner.5 - Gambaran radiologis Small
Cell Lung Carcinoma (SCLC)
Tampak gambaran opasitas pada paru bagian kiri atas. Juga tampak
gambaran nodul pada paru kanan bagian bawah yang diduga deposit
metastasis. Peningkatan opasitas pada paratracheal paru kanan yang
mengindikasikan limfadenopathy. Efusi pleura yang minimal dengan
blunting sudut costiphrenicus.
10
Tampak peningkatan opasitas pada hilus dan region peretracheal
kanan dengan penebalan garis paratracheal kanan. Pengurangan volume
juga terlihat pada lobus bawah paru kanan. SCLC sering muncul
sebagai massa pada hilus atau mediastinal.
-
Gambaran radiologis Non Small Cell Lung Carcinoma
Tampak gambaran efusi pleura dan berkurangnya volume sekunder
dari NSCLC pada lobus basal paru kiri. Pemeriksaan pada cairan
efusi pleura didapatkan hasil maligna dan lesi tidak dapat
dioperasi
11
NSCLC, kolaps pada puncak paru kiri yang hampir selalu
disebabkan oleh carcinoma endobronchial brokhogenik.
NSCLC, kolaps penuh pada paru kiri sekunder dari carcinoma
bronkhogenik pada bronkus utama kiri. CT-Scan dapat menentukan
kelainan di paru secara lebih baik daripada foto toraks. CT-scan
dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara
lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga
tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan
terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura
yang
12
tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding
dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan,
keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage juga
lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi.
Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis
intrapulmoner. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di
hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut.5
Kanan :CT scan posisi mediastinal pria 68 tahun dengan gejala
batuk produktif dan hemoptysis. Gambaran hiperdens, carcinoid
endobonchial pada bronchus intermedius. Kiri, CT scan potongan paru
memperlihatkan kistik postobstuktif bronkiektasis yang berat. b.
Bronkoskopi Bertujuan diagnostik sekaligus dapat mengambil jaringan
atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.
Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa
saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya,
berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah
berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan tindakan
biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan
bronkus.5 c. Biopsi Aspirasi Jarum Apabila biopsi tumor
intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat mudah
berdarah, atau apabila mukosa
13
licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum,
karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil
negatif.5 d. Sitologi sputum Sitologi sputum adalah tindakan
diagnostik yang paling mudah dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini
terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan
tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi
syarat. Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang
pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua bahan yang diambil
dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium
Patologi Anatomik untuk pemeriksaan
sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim segera
tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan
alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan
harus difiksasi dalam formalin 4%.5 e. Pemeriksaan Cairan Pleura
(Kalau ditemukan efusi pleura) Cairan efusi dapat bersifat
transudat maupun eksudat, dan juga bersifat hemoragik karena dapat
dilewati sel-sel darah terutama eritrosit, kadar glukosa rendah. G.
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding dari kanker paru antara lain:
1. Kanker Mediastinum 2. Tuberculosis H. PENATALAKSANAAN Pengobatan
kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti
terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya
diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita
saja tetapi juga kondisi non-medis seperti fasilitas yang dimiliki
rumah sakit dan ekonomi penderita juga merupakan faktor yang amat
menentukan.5 Adapun penanganan Kanker paru yang dapat dilakukan
adalah:
14
1. Pembedahan Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk
NSCLC stadium I dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari
combine modality therapy, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk
NSCLC stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang
memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma
vena kava superiror berat.5 Prinsip pembedahan adalah sedapat
mungkin tumor direseksi lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner,
dengan lobektomi maupun pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi
baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk lobektomi.
Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan bahwa
batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan
diseksi sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis. Hal
penting lain yang penting dingat sebelum melakukan tindakan bedah
adalah mengetahui toleransi penderita terhadap jenis tindakan bedah
yang akan dilakukan. Toleransi penderita yang akan dibedah dapat
diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak memungkin dapat
dinilai dari hasil analisis gas darah (AGD).5 2. Radiasi Pada
beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai
pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/
paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Pada terapi
kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan
untuk
NSCLC stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja
tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. 5,15 Radiasi sering
merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan
keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri
tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di
tulang atau otak. 5,15
15
3. Kemoterapi Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola
pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien SCLC atau dengan
metastase luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat
utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan
(performance status) harus lebih dari 60 menurut skala Karnosfky
atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan
menggunakan
beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi.
Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat
dilakukan.5 Geftinib dapat digunakan untuk terapi lini pertama pada
pasien NSCLC, yang dipilih berdasarkan mutasi EGFR yang mampu
meningkat angka kelangsungan hidup, dengan toksisitas yang dapat
diterima, dibandingkan dengan kemoterapi laiinya. 2 Prinsip
pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi
adalah5: a. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin) b.
Respons obyektif satu obat antikanker sebesar 15% c. Toksisiti obat
tidak melebihi grade 3 skala WHO
d. Terapi harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2
siklus pada penilaian terjadi tumor progresif. 4. Photodynamic
Therapy (PDT) Satu terapi yang lebih baru yang digunakan untuk
beberapa tipe dan tingkatan dari kanker paru (begitu juga beberapa
kankerkanker lain) adalah photodynamic therapy. Pada perawatan
photodynamic, suatu 16ocal16 photosynthesizing (seperti suatu
porphyrin, suatu 16ocal16 yang terjadi secara alami di tubuh)
disuntikkan kedalam aliran darah beberapa jam sebelum operasi. 16
Selama waktu ini, 16ocal16 ini menempatkan dirinya secara selektif
pada sel-sel yang tumbuh dengan cepat seperti sel-sel kanker. Suatu
prosedur kemudian mengikutinya dimana dokter
16
menggunakan suatu sinar dengan panjang gelombang tertentu
melalui suatu tongkat yang dipegang tangan langsung ke tempat dari
kanker dan jaringan-jaringan sekitarnya. Energi dari sinar
mengaktifkan 17ocal17 photosensitizing, menyebabkan produksi dari
suatu racun yang menghancurkan sel-sel tumor.16 PDT mempunyai
keuntungan-keuntungan yang mana ia dapat secara tepat mengenai
sasaran dari lokasi kanker, lebih tidak17ocal17si daripada operasi,
dan dapat diulang pada tempat yang
sama jika diperlukan. Kelemahan-kelemahan dari PDT adalah bahwa
ia hanya bermanfaat dalam merawat kanker-kanker yang dapat dicapai
dengan suatu sumber sinar dan tidak cocok untuk perawatan
kanker-kanker yang luas/ekstensif. Penelitian sedang berlangsung
untuk lebih jauh menentukan keefektivitasan PDT pada kanker paru.16
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa15 : 1. Kuratif, yaitu untuk
memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien. 2. Paliatif , untuk mengurangi dampak kanker,
meningkatkan kualitas hidup. 3. Rawat rumah (Hospice care) pada
kasus terminal, untuk mengurangi dampak fisis maupun psikologis
kanker baik pada pasien maupun keluarga. 4. Suportif, untuk
menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti
nyeri dan anti infeksi I. PROGNOSIS Prognosis dari kanker paru
merujuk pada kesempatan untuk penyembuhan dan tergantung dari
lokasi dan ukuran tumor, kehadiran gejala-gejala, tipe kanker paru,
dan keadaan kesehatan secara keseluruhan dari pasien.16 SCLC
mempunyai pertumbuhan paling agresif, dengan suatu waktu
kelangsungan hidup median (angka yang ditengah-tengah)17
hanya dua sampai empat bulan setelah didiagnosis jika tidak
dirawat. (Itu adalah pada dua sampai empat bulan separuh dari semua
pasienpasien telah meninggal). Bagaimanapun, SCLC adalah juga tipe
kanker paru yang paling 18ocal18sive pada terapi radiasi dan
kemoterapi. Karena SCLC menyebar sangat cepat dan biasanya
berhamburan pada saat diagnosis, metode-metode seperti
pengangkatan secara operasi atau terapi radiasi 18ocal berkurang
efektif dalam merawat tipe tumor ini. Bagaimanapun, ketika
kemoterapi digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan
metode-metode lain, waktu kelangsungan hidup dapat diperpanjang
empat sampai lima kali.16 Namun, kelangsungan hidup secara
keseluruhan rata-rata pasien dengan pengobatan kombinasi hanya 12
bulan saja.1 Dari semua pasien-pasien dengan SCLC, hanya 5%-10%
masih hidup lima tahun setelah diagnosis. Kebanyakan dari mereka
yang selamat (hidup lebih lama) mempunyai tingkat yang terbatas
dari SCLC.16 Pada non-small cell lung cancer (NSCLC), hasil-hasil
dari perawatan standar biasanya keseluruhannya jelek namun
kebanyakan kanker yang terlokalisir dapat diangkat secara operasi.
Bagaimanapun, pada tingkat I kanker dapat diangkat sepenuhnya,
angka
kelangsungan hidup lima tahun dapat mendekati 75%. Terapi
radiasi dapat menghasilkan suatu penyembuhan pada suatu minoritas
dari pasien-pasien dengan NSCLC dan menjurus pada pembebasan
gejala-gejala pada kebanyakan pasien-pasien.16 Prognosis
keseluruhan untuk kanker paru adalah jelek jika dibandingkan dengan
beberapa kanker-kanker lain. Angka-angka kelangsungan hidup untuk
kanker paru umumnya lebih rendah daripada yang untuk kebanyakan
kanker-kanker, dengan suatu angka keseluruhan kelangsungan hidup
lima tahun untuk kanker paru sebesar 16% dibandingkan dengan 65%
untuk kanker kolon, 89% untuk kanker payudara, dan lebih dari 99%
untuk kanker prostat. 16
18
J. PENCEGAHAN Penghentian merokok adalah langkah/tindakan yang
paling penting yang dapat mencegah kanker paru.3,16 Banyak
produk-produk, seperti permen karet nikotin, spray-spray nikotin,
atau inhaler-inhaler nikotin, mungkin bermanfaat bagi orang-orang
yang mencoba berhenti merokok. Mengecilkan paparan pada merokok
pasif juga adalah suatu tindakan pencegahan yang efektif.
Menggunakan suatu kotak tes radon rumah dapat mengidentifikasi dan
mengizinkan koreksi dari tingkat-tingkat radon yang meningkat di
rumah, yang juga dapat menyebabkan kanker-kanker paru.
Metode-metode yang mengizinkan deteksi dini kanker-kanker, seperti
helical low-dose CT scan, mungkin juga bermanfaat dalam
mengidentifikasi kanker-kanker kecil yang dapat disembuhkan dengan
resection secara operasi dan pencegahan dari kanker yang menyebar
luas dan tidak dapat disembuhkan.16 Makan makanan yang mengandung
buah-buahan dan sayuran. Pilih diet sehat dengan berbagai
buah-buahan dan sayuran. Makanan sumber vitamin dan nutrisi yang
terbaik. Hindari mengambil dosis besar vitamin dalam bentuk pil,
karena mungkin akan berbahaya. Sebagai contoh, para peneliti
berharap untuk mengurangi risiko kanker paru-paru pada perokok
berat memberi mereka suplemen beta karoten. Hasilnya menunjukkan
suplemen benar-benar meningkatkan risiko kanker pada perokok.16
Akhir-akhir ini pencegahan dengan chemoprevention banyak dilakukan,
yakni dengan memakai derivate asam retinoid, carotenoid, vitamin C,
selenium dan lain-lain. Jika seseorang berisiko terkena kanker paru
maka penggunaan betakaroten, retinol, isotretinoin
ataupun N-acetyl cystein dapat meningkatkan resiko kanker paru
pada perokok. Untuk itu, penggunaan kemopreventif ini masih
memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum akhirnya direkomendasi
untuk
digunakan. Hingga saat ini belum ada konsensus yang diterima
oleh semua pihak.3
19
BAB III KESIMPULAN
kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi
penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan,
bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Gangguan
atau kekacauan dari sistim checks dan balances pada pertumbuhan sel
berakibat pada suatu pembelahan dan perkembangbiakan sel-sel yang
tidak terkontrol yang pada akhirnya membentuk suatu massa yang
dikenal sebagai suatu tumor. Kanker adalah tumor yang
dipertimbangkan sebagai ganas Kanker paru memiliki 2 tipe utama,
yaitu Small cell lung cancer (SCLC) dan Non-small cell lung cancer
(NSCLC). SCLC adalah jenis sel yang kecilkecil (banyak) dimana
memiliki daya pertumbuhan yang sangat cepat hingga membesar. Tipe
ini sangat erat kaitannya dengan perokok, Penanganan cukup berespon
baik melalui tindakan kemoterapi dan radioterapi. Sedangkan NSCLC
adalah merupakan pertumbuhan sell tunggal, tetapi seringkali
menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru, misalnya
adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel besar (Large
Cell Ca) dan karsinoma adenoskuamosa . Penatalaksanaan kanker paru
adalah combined modality therapy (multi-modaliti terapi).
Kemoterapi dengan gefitinib untuk lini pertama memberikan angka
harapan hidup yang cukup baik. Prognosis keseluruhan untuk kanker
paru adalah jelek. Angka-angka kelangsungan hidup untuk kanker paru
umumnya lebih rendah daripada yang untuk kebanyakan kankerkanker,
dengan suatu angka keseluruhan kelangsungan hidup lima tahun untuk
kanker paru sebesar 16%. Penghentian merokok adalah
langkah/tindakan yang paling penting yang dapat mencegah kanker
paru. Mengecilkan paparan pada merokok pasif juga adalah suatu
tindakan pencegahan yang efektif.
20
DAFTAR PUSTAKA 1. Ronan Joseph Kelly, Elad Sharon, Raffit Hassa.
Chemotherapy and targeted therapies for unresectable malignant
mesothelioma. Cancer, Volume 73, Issue 3, September 2011, Pages
256-263 2. Makoto et al., Gefitinib or Chemotherapy for
NonSmall-Cell Lung Cancer with Mutated EGFR. N Engl J Med
2010;362:2380-8. 3. *Azwar, bahar. 2009. Suara Dokter.com. Kanker
Paru. 12 Juni 2009 4. Kalantari Farhad, Sarami Abdollah, Shahba
Nariman, Marashi seyed Kamal, Reza Shafiezadeh. Prevalence of
cancers in the National Oil Company employees referred to Ahwaz
health and industrial medicine in 5 years (Ministry of oil). Life
Science Journal. 2011;8(4):698-700] (ISSN:1097-8135). 5.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Kanker Paru Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. Jakarta 6. Landis SH,
Mliiray T, Bolden S, Wingo PA. Cancer 1998. Ca Cancer J Clin 1998;
48:6-29. 7. Baron DN. Kapita Selekta Patologi Klinik, EGC, Jakarta,
1995: 227 8. Stover DE. Women, smoking and lung cancer. Chest 1998;
113:1-2. 9. Scottish Intercollegiate Guidelines network. Management
of patients with lung cancer. A national clinical guidelines. SIGN,
Eidenburg, 2005. 10. Jusuf A, Harryanto A, Syahruddin E, Endardjo
S, Mudjiantoro S, Sutandio N. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel
kecil . Pedoman nasional untuk diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia 2005. PDPI dan POI, Jakarta, 2005. 11. Price S.A, Wilson
L.M., 1995. Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4. EGC Jakarta. Hal. 1049
1051 12. National Collaborating Center for Acute Care. Lung cancer:
The diagnosis and treatment of lung cancer. Clinical Effectiveness
Unit, London, 2005. 13. Division of Thoracic Oncology. Focus on
Lung Cancer. 2006. Lung
21
14. Wilson, L.D., Detterbeck, F.C., and Yahalom, J. 2007. The
New England Journal of Medicine 356;1862-9. Superior Vena Cava
Syndrome with Malignant Case. 15. Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI,Jakarta
16. Practice Guidelines in Oncology Non-small Cell Lung Cancer.
Version 1.2002. National Comprehensive Cancer Network (NCCN).
2002.
Keterangan: 3 = *dr. Bahar Azwar Sp.B (K) Onk.
22