KATA PENGANTARPuji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan rahmat yang diberikannya, sehingga referat
ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Dalam menyusun referat ini, penulis
banyak menghadapi kesulitan-kesulitan baik dari penelitian sumber
data maupun penyusunan kata yang tepat. Namun, karena beberapa
bantuan dari beberapa sumber, maka penulis dapat menghadapi
berbagai kesulitan yang ada sehingga referat ini dapat diselesaikan
dengan baik. Demikian kata pengantar ini saya buat sedemikian rupa.
Mohon maaf apabila ada kesalahan kata dan Terima Kasih.
Jakarta, 20 Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................2DAFTAR
ISI.................................................................................3BAB
I
PENDAHULUAN.................................................................................4BAB
II
PEMBAHASAN.................................................................................4BAB
III
PENUTUP.................................................................................29DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................30
BAB I PENDAHULUANSalah satu gangguan jiwa yang merupakan
permasalahan kesehatan di seluruh dunia adalah skizofrenia. Para
pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan indsutrial
suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang
pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu
mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa
skizofrenia. Gangguan jiwa merupakan gangguan pada pikiran,
perasaan, atau perilaku yang mengakibatkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari. Skizofrenia adalah sekelompok
gangguan psikotik dengan distorsi khas proses pikir, kadang-kadang
mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan
dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan
persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau
sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih
dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu. Skizofrenia
merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk
di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala
skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda. Onset pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada
perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada
laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Onset setelah umur 40
tahun jarang terjadi.1
BAB II PEMBAHASANDefinisiSkizofrenia berasal dari bahasa Yunani,
shizein yang berarti terpisah atau pecah, dan phren yang artinya
jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara
afeksi, kognitif, dan perilaku. Secara umum, gejala skizofrenia
dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu gejala positif, gejala
negatif, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.Skizofrenia
adalah diagnosis kejiwaan yang menggambarkan gangguan mental dengan
karakter abnormalitas dalam persepsi atau gangguan mengenai
realitas. Abnormalitas persepsi dapat berupa gangguan komunikasi
sosial yang nyata. Sering terjadi pada dewasa muda, ditegakkan
melalui pengalaman pasien dan dilakukan observasi tingkah laku,
serta tidak dibutuhkan adanya pemeriksaan laboratorium.Berdasarkan
PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan
variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit
(tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,
fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan
yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta
oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted),
kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Skizofrenia merupakan
suatu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun hilang
timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya. Menurut
Eugen Bleuler, skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah
belah, adanya keretakan atau disharmoni atara proses pikir,
perasaan, dan perbuatan.EpidemiologiJohn McGrath PhD dari Pusat
Penelitian Kesehatan Mental Queensland, Wacol, Australia, dalam
simposium bertema Psychosis Round the World, yang membahas data
terbaru epidemiologi skizofrenia, memberikan presentasi sistematik
untuk memandang kejadian skizofrenia. Ia mengatakan, kejadian
skizofrenia pada pria lebih besar daripada wanita. Kejadian tahunan
berjumlah 15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada imigran
dibanding penduduk asli sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4% lebih
besar dibandingkan wanita. Di indonesia, menurut dr.Irmasyah,
hampir 70% mereka yang dirawat di bagian psikiatri karena
skizofrenia. Angka di masyarakat berkisar 1-2% dari seluruh
penduduk pernah mengalami skizofrenia dalam hidup
mereka.2EtiologiSkizofrenia merupakan suatu bentuk psikosis yang
sering dijumpai sejak dulu. Meskipun demikian pengetahuan tentang
faktor penyebab dan patogenesisnya masih minim diketahui. Adapun
beberapa faktor etiologi yang mendasari terjadinya skizofrenia,
antara lain:
GenetikDapat dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut
menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan
penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan
terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara
tiri adalah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan
salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua
orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur
(heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu ttelur (monozigot)
61-86%.Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk
mendapatkan skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri) melalui gen
yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi
selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan
terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak.Endokrin Dahulu dikira
bahwa skizofrenia mungkin disebabkan oleh gangguan endokrin. Teori
ini dikemukakan karena skizofrenia sering timbul pada waktu
pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium.
Tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan. Metabolisme Ada orang yang
menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh gangguan metabolisme,
karena penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat.
Ujung extremitas agak sianotik, nafsu makan berkurang dan berat
menurun. Hipotesis ini tidak dibenarkan oleh banyak sarjana.
Belakangan ini teori metabolisme mendapat perhatian lagi karena
penelitian dengan memakai obat halusinogenik, seperti meskalin dan
asam lisergik diethilamide (LSD-25). Obat-obat ini dapat
menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala
skizofrenia, tetapi reversibel. Mungkin skizofrenia disebabkan oleh
suatu inborn error of metabolism, tetapi hubungan terakhir belum
ditemukan.Teori-teori tersebut di atas ini dapat dimasukkan ke
dalam kelompok teori somatogenik, yaitu teori yang mencari penyebab
skizofrenia dalam kelainan badaniah. Kelompok teori lain adalah
teori psikogenik, yaitu skizofrenia diaggap sebagai suatu gangguan
fungsional dan penyebab utama adalah konflik, stress psikologis dan
hubungan antarmanusia yang mengecewakan. Kemudian muncil teori lain
yang menganggap skizofrenia sebagai suatu sindrom yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, antara lain keturunan,
pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badani
seperti lues otakm atherosclerosis otak dan penyakit lain yang
belum diketahui.Akhirnya timbul pendapat bahwa skizofrenia itu
suatu gangguan psikosomatis, gejala-gejala pada badan hanya
sekunder karena gangguan dasar yang psikogenik, atau merupakan
manifestasi somatic dari gangguan psikogenik. Tetapi pada
skizofrenia justru kesukarannya adalah untuk menentukan mana yang
primer dan mana yang sekunder, mana yang merupakan penyebab dan
mana yang hanya akibat saja.NeurokimiaHipotesis dopamin menyatakan
bahwa skizofrenia disebabkan oleh overaktivitas pada jaras dopamine
mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin, yang
kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine, dapat menginduksi
psikosis yang mirip skizofrenia; dan obat antipsikotik (terutama
antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik tipikal/klasik)
bekerja dengan memblok reseptor dopamine, terutama reseptor
D2.2,3Pemeriksaan Fisik1. Status fisikSifat keluhan pasien penting
untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya suatu pemeriksaan fisik
lengkap. Gejala fisik seperti nyeri kepala dan palpitasi memerlukan
pemeriksaan medis yang menyeluruh untuk menentukan bagian dari
proses somatik. Bila ada, yang berperan menyebabkan penderitaan
tersebut. Hal yang sama dapat digunakan pada gejala mental misalnya
depresi, ansietas, halusinasi, dan waham kejar, yang bisa jadi
merupakan ekspresi dan proses somatik. Terkadang keadaan
menyebabkan kita perlu menunda pemeriksaan medis lengkap. Misalnya,
pasien dengan waham atau panik dapat menunjukkan perlawanan sikap
bertahan atau keduanya. Pada keadaan ini, riwayat medis harus
diperoleh dari anggota keluarga bila memungkinkan. Namun, kecauali
ada alasan mendesak untuk melanjutkan pemeriksaan fisik, hal itu
sebaiknya ditunda sampai pasien menurut.
Pemeriksaan NeurologisSelama proses anamnesis pada kasus
tersebut, tingkat kesadaran dan atensi pasien terhadap detil
pemeriksaan, pemahaman, ekspresi wajah, cara bicara, postur, dan
cara berjalan perlu diperhatikan. Pemeriksaan neurologis dilakukan
untuk dua tujuan. Tujuan pertama dicapai melalui pemeriksaan
neurologis rutin, yaitu terutama dirancang untuk mengungkap
asimetri fungsi motorik, persepsi, dan refleks pada kedua sisi
tubuh yang disebabkan oleh penyakit hemisferik fokal. Tujuan kedua
tercapai dengan mencari untuk memperoleh tanda yang selama ini
dikaitkan dengan disfungsi otak difus atau penyakit lobus frontal.
Tanda ini meliputi refleks mengisap, mencucur, palmomental, dan
refleks genggam serta menetapnya respons terhadap ketukan di dahi.
Sayangnya, kecuali refleks genggam, tanda seperti itu tidak
berkaitan erat dengan patologi otak yang mendasari.2
2. Status mental Deskripsi umum PenampilanPostur, pembawaan,
pakaian, dan kerapihan. Penampilan pasien skizofrenia dapat
berkisar dari orang yang sangat berantakan, menjerit-jerit, dan
teragitasihingga orang yang terobsesi tampil rapi, sangat pendiam,
dan imobil. Perilaku dan aktivitas psikomotor yang nyataKategori
ini merujuk pada aspek kuantitatif dan kualitatif dari perilaku
motorik pasien. Termasuk diantaranya adalah manerisme, tik, gerakan
tubuh, kedutan, perilaku streotipik, ekopraksia, hiperaktivitas,
agitasi, sikap melawan, fleksibilitas, rigiditas, gaya berjalan,
dan kegesitan. Sikap terhadap pemeriksaSikap pasien terhadap
pemeriksa dapat dideskripsikan sebagai kooperatif, bersahabat,
penuh perhatian, tertarik, balk-blakan, seduktif, defensif,
merendahkan, kebingungan, apatis, bermusuhan, suka melucu,
menyenangkan, suka mengelak, atau berhati-hati. Mood dan afekMood
didefinisikan sebagai emosi menetap dan telah meresap yang mewarnai
persepsi orang tersebut terhadap dunia. Afek didefinisikan sebagai
responsivitas emosi pasien saat ini, yang tersirat dari ekspresi
wajah pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku ekspresif.
Kakteristik gaya bicaraPasien dapat digambarkan sebagai banyak
bicara, cerewet, fasihm pendiam, tidak spontan, atau terespons
normal terhadap petunjuk dari pewawancara. Gaya bicara dapat cepat
atau lambat, tertekan, tertahan, emosional, dramatis, monoton,
keras, berbisik, cadel, terputus-putus, atau bergumam. Gangguan
bicara, contohnya gagap, dimasukkan dalam bagian ini.
PersepsiGangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mengenai
dirinya atau lingkungannya, dapat dialami oleh seseorang. Sistem
sensorik yang terlibat (contohnya: auditorik, visual, olfaktorik,
atau taktil) dan isi ilusi atau halusinasi tersebut harus
dijelaskan. Halusinasi senestikHalusinasi senestik merupakan
sensasi tak berdasar akan adanya keadaan organ tubuh yang
terganggu. Contoh halusinasi senestik mencakup sensasi terbakar
pada otak, sensasi terdorong pada pembuluh darah, serta sensasi
tertusuk pada sumsum tulang. IlusiSebagaimana dibedakan dari
halusinasi, ilusi merupakan distorsi citra yang nyata, sementara
halusinasi tidak didasarkan pada citra atau sensasi yang nyata.
Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenik selama fase aktif,
namun dapat pula terjadi dalam fase prodromal dan selama periode
remisi. Isi pikir dan kecenderungan mental Proses pikir (bentuk
pemikiran)Pasien dapat memiliki ide yang sangat banyak atau justru
miskin ide. Dapat terjadi proses pikir yang cepat, yang bila
berlangsung sangat ekstrim, disebut flight of ideas. Seorang pasien
juga dapat menunjukkan cara berpikir yang lambat atau tertahan.
Gangguan kontinuitas pikir meliputi pernyataan yang bersifat
tangensial, sirkumstansial, meracau, suka mengelak, atau
perseveratif. Bloking adalah suatu interupsi pada jalan pemikiran
sebelum suatu ide selesai diungkapkan. Sirkumstansial
mengisyaratkan hilangnya kemampuan berpikir yang mengarah ke tujuan
dalam mengemukakan suatu ide, pasien menyertakan banyak detail yang
tidak relevan dan komentar tambahan namun pada akhirnya mampu ke
ide semula. Tangensialitas merupakan suatu gangguan berupa
hilangnya benang merah pembicaraan pada seorang pasien dan kemudian
ia mengikuti pikiran tangensial yang dirangsang oleh berbagai
stimulus eksternal atau internal yang tidak relevan dan tidak
pernah kembali ke ide semula. Gangguan proses pikir dapat tercermin
dari word salad (hubungan antarpemikiran yang tidak dapat dipahami
atau inkoheren), clang association (asosiasi berdasarkan rima),
punning (asosiasi berdasarkan makna ganda), dan neologisme
(kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien melalui kombinasi atau
pemadatan kata-kata lain). Isi pikirGangguan isi pikir meliputi
waham, preokupasi, obsesi, kompulsi, fobia, rencana, niat, ide
berulang mengenai bunuh diri atau pembunuhan, gejala
hipokondriakal, dan kecenderungan antisosial tertentu. Sensorium
dan kognisiPemeriksaan ini berusaha mengkaji fungsi organik otak
dan inteligensi pasien, kemampuan berpikir abstrak, serta derajat
tilikan dan daya nilai. KesadaranGangguan kesadaran biasanya
mengindikasikan adanya kerusakan organik pada otak. Orientasi dan
memoriGanggaun orientasi biasanya dibagi berdasarkan waktu, tempat,
dan orang. Konsentrasi dan perhatianKonsentrasi pasien terganggu
karena berbagai allasan. Gangguan kognitif, ansietas, depresi, dan
stimulus internal, seperti halusinasi auditorik, semuanya dapat
berperan menyebabkan gangguan konsentrasi. Membaca dan menulis
Kemampuan visuospasialPasien diminta untuk menyalin suatu gambar,
misalnya bagian depan jam dinding atau segilima bertumpuk. Pikiran
abstrakKemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien mungkin
memiliki gangguan dalam membuat konsep atau menangani ide.
Informasi dan inteligensi Impulsivitas, Kekerasan, Bunuh diri, dan
PembunuhanPasien mungkin tidak dapat mengendalikan impuls akibat
suatu gangguan kognitif atau psikotik atau merupakan hasil suatu
defek karakter yang kronik, seperti yang dijumpai pada gangguan
kepribadian.Perilaku kekerasan lazim dijumpai di antara pasien
skizofrenik yang tidak diobati. Waham yang bersifat kejar, episode
kekerasan sebelumnya, dan defisit neurologis merupakan faktor
resiko perilaku kekerasan atau impulsif.Kurang lebih 50 persen
pasien skizofrenik mencoba bunuh diri, dan 10 sampai 15 persen
pasien skizofrenia meninggal akibat bunuh diri. Mungkin faktor yang
paling tidak diperhitungkan yang terlibat dalam kasus bunuh diri
pasien ini adalah depresi yang salah diagnosis sebagai afek
mendatar atau efek samping obat. Faktor pemicu lain untuk bunuh
diri mencakup perasaan kehampaan absolut, kebutuhan melarikan diri
dari penyiksaan mental, atau halusinasi auditorik yang
memerintahkan pasien mebunuh diri sendiri.Saat seorang pasien
skizofrenik benar-benar melakukan pembunuhan, hal itu mungkin
dilakukan dengan alasan yang aneh atau tak disangka-sangka yang
didasarkan pada halusinasi atau waham. Daya nilai dan tilikanDaya
nilai : aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial.
Dapatkah pasien meramalkan apa yang akan dilakukannya dalam situasi
imajiner. Contohnya: apa yang akan pasien lakukan ketika ia mencium
asap dalam suasana gedung bioskop yang penuh sesak?Tilikan: tingkat
kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya. Pasien dapat
menunjukkan penyangkalan total akan penyakitnya atau mungkin
menunjukkan sedikit kesadaran kalau dirinya sakit namun menyalahkan
orang lain, faktor eksternal, atau bahkan faktor organik. Mereka
mungking menyadari dirinya sakit, namun menganggap hal tersebut
sebagai sesuatu yang asing atau misterius dalam dirinya.
RealiabilitasKesan psikiater tentang sejauh mana pasien dapat
dipercaya dan kemampuan untuk melaporkan keadaanya secara akurat.
Contohnya, bila pasien terbuka mengenai penyalahgunaan obat
tertentu secara aktif mengenai keadaan yang menurut pasien dapat
berpengaruh buruk (mislnya, bermasalah dengan hukum), psikiater
dapat memperkirakan bahwa realiabilitas pasien adalah baik.2,3
3. Pemeriksaan tambahanTes psikologis: tes inteligensi, tes
kepribadian, tes ketangkasan atau bakat, dan tes neuropsikologis.
Tes inteligensiDapat ditentukan HI (hasil bagi inteligensi) atau IQ
(Intelligence Quotient) sebagai suatu cara numerik untuk menyatakan
taraf inteligensi. Rumusnya sebagai berikut:
Umur mentalHI= ------------------------- x 100Umur kalender
Umur mental didapat dari tes inteligensi. Umur kalender diambil
paling tinggi 15 (biarpun sebenarnya lebih), karena tes inteligensi
yang ada sekarang sukar untuk mengukur perbedaan inteligensi di
atas umur 15 tahun.
Tes kepribadianTes kepribadian lebih sukar dibuat, dipakai dan
dinilai sehingga reliabilitas dan validitas kurang dari tes
inteligensi. Hal ini disebabkan antara lain karena begitu banyaknya
sifat kepribadian manusia dan sukarnya mencari parameter atau
indikatro yang tepat dan dapat diukur untuk suatu sifat kepribadian
tertentu. Kepribadian adalah keseluruhan perilaku manusia atau
perannya dalam hubungan antar manusia, pribadinya dapat dibedakan
dari pribadi lain. Peran ini bukan saja perilaku yang nyata, tetapi
juga sikap internal, kecenderungan bertindak dan hambatan.
Kepribadian dapat dievaluasi dengan cara observasi, wawancara, atau
melalui daftar pertanyaan, tes melengkapi kalimat atau tes
proyeksi.
Tes neuropsikologisTes neuropsikologis merupakan tes yang
mempelajari hubungan antara otak dan perilaku dengan menggunakan
prosedur tes yang terstandarisasi dan objektif. Tes ini menguji
kemampuan kognitif. Tujuan tes neuropsikologis adalah identifikasi,
kuantifikasi, dan deskripsi perubahan kognitif dan perilaku yang
disebabkan oleh disfungsi otak. Dalam hal ini, ranah (domain) yang
dievaluasi adalah kemampuan berbahasa, memori, penalaran dan
pertimbangan intelektual, fungsi visual-motor, fungsi
sensori-perseptual, dan fungsi motorik.2,3
Pemeriksaan Penunjang Meskipun pemeriksaan laboratorium adalah
pemeriksaan penunjang, tetapi peranannya penting dalam menjelaskan
dan menkuantifikasi disfungsi neurofisiologis, memilih pengobatan,
dan memonitor respon klinis. Hasil pemeriksaan laboratorik harus
dapat diintegrasikan dengan data riwayat penyakit, wawancara dan
pemeriksaan psikiatrik untuk memperoleh gambaran komprehensif
tentang diagnosis dan pengobatan yang diperlukan oleh pasien.Sampai
saat ini belum ada konsensus mengenai tes apa saja yang digunakan
sebagai penyaring, tetapi beberapa tes berikut patut untuk
dipertimbangkan:1. Pemeriksaan darah lengkap2. Elektrolit serum3.
Glukosa darah4. Tes fungsi hepar5. Tes fungsi ginjal6. Kalsium
serum7. Uji fungsi tiroid8. Pemeriksaan penyaring untuk sifilis
(VDRL dan TPHA)9. Tes urin untuk obat terlarang.2,3Gambaran
klinisSkizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari
kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar
penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual
yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan.
Selama periode residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi
diri, dan aneh. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat lebih
jelas oleh orang lain. Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman
karena ia tidak berminat dan tidak mampu berbuat sesuatu atau
karena sikapnya yang aneh. Pemikiran dan pembicaraan mereka
samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti. Mereka
mungkin mempunyai keyakinan yang salah yang tidak dapat dikoreksi.
Penampilan dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami kemunduran
serta afek mereka terlihat tumpul. Meskipun mereka dapat
mempertahankan inteligensia yang mendekati normal, sebagian besar
performa uji kognitifnya buruk. Pasien dapat menderita anhedonia
yaitu ketidakmampuan merasakan rasa senang. Pasien juga mengalami
deteorisasi yaitu perburukan yang terjadi secara berangsur-angsur.
Gejala Positif dan NegatifGejala positif mencakup waham dan
halusinasi. Gejala negatif meliputi afek mendatar atu menumpul,
miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat
diri, kurang motivasi, anhedonia, dan penarikan diri secara sosial.
Gangguan Pikiran Gangguan proses pikirPasien biasanya mengalami
gangguan proses pikir. Pikiran mereka sering tidak dapat dimengerti
oleh orang lain dann terlihat tidak logis. Tanda-tandanya adalah:1.
Asosiasi longgar: ide pasien sering tidak menyambung. Ide tersebut
seolah dapat melompat dari satu topik ke topik lain yang tak
berhubungan sehingga membingungkan pendengar. Gangguan ini sering
terjadi misalnya di pertengahan kalimat sehingga pembicaraan sering
tidak koheren.2. Pemasukan berlebihan: arus pikiran pasien secara
terus-menerus mengalami gangguan karena pikirannya sering dimasuki
informasi yang tidak relevan.3. Neologisme: pasien menciptakan
kata-kata baru (yang bagi mereka meungkin mengandung arti
simbolik)4. Terhambat: pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada
pertengahan kalimat) dan disambung kembali beberapa saat kemudian,
biasanya dengan topik lain. Ini dapat menunjukkan bahwa ada
interupsi. 5. Klang asosiasi: pasien memilih kata-kata berikut
mereka berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja diucapkan dan
bukan isi pikirannya.6. Ekolalia: pasien mengulang kata-kata atau
kalimat-kalimat yang baru saja diucapkan oleh seseorang.7.
Konkritisasi: pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi,
sangat buruk kemampuan berpikir abstraknya.8. Alogia: pasien
berbicara sangat sedikit tetapi bukan disengaja (miskin
pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat
sedikit ide yang disamapaikan (miskin isi pembicaraan). Gangguan
isi pikir1. Waham: suatu kepercayaan palsu yang menetap yang
taksesuai dengan fakta dan kepercayaan tersebut mungkin aneh atau
bisa pula tidak aneh tetapi sangat tidak mungkin dan tetap
dipertahankam meskipun telah diperlihaykan bukti-bukti yang jelas
untuk mengkoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat
dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
skizofrenia. Semakin akut skizofrenia semakin sering ditemui waham
disorganisasi atau waham tidak sistematis:a. Waham kejarb. Waham
kebesaranc. Waham rujukand. Waham penyiaran pikirane. Waham
penyisipan pikiran2. TilikanKebanyakan pasien skizofrenia mengalami
pengurangan tilikan yaitu pasien tidak menyadari penyakitnya serta
kebutuhannya terhaap pengobatan, meskipun gangguan yang ada pada
dirinya dapat dilihat oleh orang lain.Gangguan Persepsi
HalusinasiHalusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk
pendengaran tetapi bisa juga berbentuk penglihatan, penciuman, dan
perabaan. Halusinasi pendengaran dapat pula berupa komentar tentang
pasien atau peristiwa-peristiwa sekitar pasien. Komentar-komentar
tersebut dapat berbentuk ancaman atau perintah-perintah langsung
ditujukan kepada pasien (halusinasi komando). Suara-suara sering
diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar kepala
pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiran-pikiran
mereka sendiri berbicara keras. Suara-suara cukup nyata menurut
pasien kecuali pada fase awal skizofrenia. Ilusi dan
depersonalisasiPasien juga dapat mengalami ilusi atau
depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya misinterpretasi panca indera
terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing
terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing
terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak
nyata.
Gangguan PerilakuSalah satu gangguan aktivitas motorik pada
skizofrenia adalah gejala katatonik yang dapat berupa stupor atauh
gaduh gelisah. Paien dengan stupor tidak bergerak, tidak berbicara,
dan tidak berespons, meskipun ia sepenuhnya sadar. Sedangkan pasien
dengan katatonik gaduh gelisah menunjukkan aktivitas motorik yang
tidak terkendali. Kedua keadaan ini kadang-kadang terjadi
bergantian. Pada stupor katatonik juga bisa didapati fleksibilitas
serea dan katalepsi. Gejala katalepsi adalah bila suatu posisi
badan dipertahankan untuk waktu yang lama. Sedangkan fleksibilitas
serea adalah bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan
seperti pada lilin atau malam dan posisi itu dipertahankan agak
lama.Gangguan perilaku lain adalah stereotipi dan manerisme.
Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau mengambil sikap badan
tertentu disebut stereotipi. Misalnya, menarik-narik rambutnya,
atau tiap kali bila mau menyuap nasi mengetuk piring dulu beberapa
kali. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa
tahun. Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigrasi, kata atau
kalimat diulang-ulangi, hal ini sering juga terdapat pada gangguan
otak orgnaik. Manerisme adalah stereotipi tertentu pada
skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya
atau keanehan berjalan dan gaya berjalan.Gangguan AfekKedangkalan
respons emosi, misalnya penderita menjadi acuh tak acuh terhadap
hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri sepertti keadaan
keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.
Parathimi, apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira,
pada penderita timbul rasa sedih atau marah. Paramimi, penderita
merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi dan
paramimi bersama-sama dinamakan incongruity of affect dalam bahasa
inggris dan inadequat dalam bahasa belanda.Kadang-kadang emosi dan
afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan, misalnya sesudah
membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi mulutnya
seperti tertawa.semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang
khas untuk skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah: Emosi
berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti pada
penderita sedang bersandiwara. Yang penting juga pada skizofrenia
adalah hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang
baik (emotional rapport). Karena itu sering kita tidak dapat
merasakan perasaan penderita. Karena terpecah-belahnya kepribadian,
maka dual hal yang berlawanan mungkin timbul bersama-sama, misalnya
mencintai dan membenci satu orang yang sama; menangis dan tertawa
tentang satu hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi
afektif.1-3DiagnosisAdanya halusinasi atau waham tidak mutlak untuk
diagnosis skizofrenia; gangguan pada pasien didiagnosis sebagai
skizofrenia apabila pasien menunjukkan dua gejala yang terdaftar
sebagai gejala 3 sampai 5 pada kriteria A (1.waham 2. Halusinasi 3.
Bicara kacau 4. Perilaku yang sangat kacau/katatonik 5. Gejala
negatif, yaitu: afek medatar, alogia, atau anhedonia). Hanya
dibutuhkan satu gejala kriteria A bila wahamnya bizare atau
halusinasinya terdiri atas suara yang terus-menerus memberi
komentar terhadap perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih
suara yang saling bercakap-cakap. Kriteria B membutuhkan adanya
hendaya fungsi, meski tidak memburuk, yang tampak selama fase aktif
penyakit. Gejala harus berlangsung selama paling tidak 6 bulan dan
diagnosis gangguan skizoafektif atau gangguan mood harus
disingkirkan. Setidaknya salah satu hal ini harus ada: 1. Gema
pikiran (thought echo) 2. Waham kendali, pengaruh, atau pasivitas
3. Suara-suara halusinasi yang terus-menerus mengomentari perilaku
pasien atau saling mendiskusikan pasien, atau suara halusinasi lain
yang berasal dari bagian tubuh tertentu; dan 4. Waham persisten
jenis lain yang secara budaya tidak sesuai dan sangat tidak masuk
akal.Diagnosis juga dapat ditegakkan bila setidaknya dua hal
berikut ada: 1. Halusinasi persisten dalam modalitas apapun, bila
terjadi setiap hari selama sekurangnya 1 bulan, atau bila disertai
waham 2. Neologisme, kata baru yang diciptakan oleh pasien,
seringkali dengan menggabungkan suku kata atau dari kata-kata
lain.3. Perilaku katatonik, seperti eksitasi, postur atau
fleksibilitas serea, negativisme, mutisme, dan stupor4. Gejala
negatif, seperti apatis yang nyata, miskin isi pembicaraan, dan
respons emosional tumpul serta ganjil (harus ditegaskan bahwa hal
ini bukan disebabkan depresi atau pengobatan antipsikotik).Jenis
Jenis Skizofreniaa. Tipe paranoidSkizofrenia tipe ini ditandai
dengan preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi
auditorik yang sering serta tidak adanya perilaku spesifik yang
sugestif untuk tipe hebrefrenik atau katatonik. Secara klasik,
skizofrenia tipe paranoid terutama ditandai dengan adanya waham
kejar atau kebesaran. Pasien skizofrenia paranoid biasanya
mengalami episode pertama penyakit pada usia yang lebih tua
dibanding pasien skizofrenia hebefrenik dan katatonik. Pasien yang
skizofrenianya terjadi pada akhir usia 20-an atau 30-an biasanya
telah memiliki kehidupan sosial yang mapan yang dapat membantu
mengatasi penyakitnya, dan sumber ego pasien paranoid cenderung
lebih besar dibanding pasien skizofrenia hebefrenik atau katatonik.
Pasien skizofrenia paranoid menunjukkna regresi kemampuan mental,
respons emosional, dan perilaku yang lebih ringan dibandingkan
pasien skizofrenia tipe lain. Pasien skizofrenia paranoid biasanya
tegang, mudah curiga, berjaga-jaga, berhati-hati, dan terkadang
bersikap bermusuhan atau agresif, namun mereka kadang-kadang dapat
mengendalikan diri mereka secara adekuat pada situasi sosial.
Inteligensi mereka dalam area yang tidak dipengaruhi psikosisnya
cenderung tetap utuh.b. Tipe disorganizedSkizofrenia tipe
disorganized (sebelumnya disebut hebefrenik) ditandai dengan
regresi nyata ke perilaku primitif, tak terinhibisi, dan kacau
serta dengan tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria tipe
katatonik. Onset subtipe ini biasanya dini, sebelum usia 25 tahun.
Pasien hebefrenik biasanya aktif namun dalam sikap yang
nonkonstruktif dan tak bertujuan. Gangguan pikir menonjol dan
kontal dengan realitas buruk. Penampilan pribadi dan perilaku
sosial berantakan, respons emosional mereka tidak sesuai dan tawa
mereka sering meledak tanpa alasan jelas. Seringai atau meringis
yang tak pantas lazim dijumpai pada pasien inim yang perilakunya
paling baik dideskripsikan sebagai konyol atau tolol.c. Tipe
katatonikPasien mempunyai paling sedikit satu dari beberapa bentuk
katatonia: Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak
berespons terhadap lingkungan atau orang. Pasien menyadari hal-hal
yang sedang berlangsung di sekitarnya. Negativsme katatonik yaitu
pasien melawan semua perintah-perintah atau usaha-usaha untuk
menggerakkan fisiknya. Rigiditas katatonik yaitu pasien secara
fisik sangat kaku atau rigid. Postur katatonik yaitu pasein
mempertahankan posisi yang tak biasa atau aneh. Kegembiraan
katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat
mengancam jiwanya (misalnya, karena kelelahan).d. Tipe tak
terinciPasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala
psikosis aktif yang menonjol (misalnya: kebingungan, inkoheren)
atau memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan
pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi
pasca skizofrenia.e. Tipe residualPasien dalam keadaan remmsi dari
keadaan akut tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual
(penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak serasi, perilaku
eksentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tak logis).f.
Skizofrenia simpleksSkizofrenia simpleks adalah sulatu diagnosis
yang sulit dibuat secara meyakinka karena bergantung pada pemastian
perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif dari gejala
negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa adanya riwayat
halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang adanya suatu
episode psikotik sebelumnya, dan disertai degan perubahan-perubahan
yang bermakna pada perilaku perorangan, yang bermanifestasi sebagai
kehilangan minat yang mencolok, kemalasan, dan penarikan diri
secara sosial.1,3
PatofisiologiNeurobiologiTerdapat peningkatan jumlah penelitian
yang mengindikasikan adanya peran patofisiologis area otak
tertentu, termasuk sistem limbik, korteks frontal, serebelum, dan
ganglia basalis. Keempat area ini saling terhubung sehingga
disfungsi satu area dapat melibatkan proses patologi primer di
tempat lain. Pencitraan otak manusia hidup dan pemeriksaan
neuropatologi jaringan otak postmortem menyatakan sistem limbik
sebagai lokasi potensial proses patologi primer pada setidaknya
beberapa, bahkan mungkin sebagian besar, pasien skizofrenia.Dua are
yang menjadi subjek penelitian aktif adalh waktu ketika suatu lesi
neuropatologi terlihat di otak serta interaksi lesi tersebut dengan
stresor sosial dan lingkungan. Dasar penampakan abnormalitas otak
mungkin terletak pada pembentukan abnormal atau pada degenerasi
neuron setelah pembentukan. Namun, fakta bahwa kembar monozigotik
memiliki angka kejadian bersama sebesar 50% menyiratkan adanya
interaksi yang masih sangat sedikit diketahui antara lingkungan dan
timbulnya skizofrenia. Di lainppihak, faktor yang mengatur ekspresi
gen baru mulai dipahami. Meski kembar monozigotik mempunyai
informasi genetik yang sama, regulasi gen yang berbeda sepanjang
hidup mungkin menyebabkan salah satu kembar monozigotik mengalami
skizofrenia, sementara kembarannya tidak.Neuroanatomik,
Neurofungsional, dan NeurokognitifCT-scan dan MRI secara konsisten
menunjukkan peningkatan volume ventrikel lateral dan ketiga pada
pasien skizofrenia. Studi ini umumnya juga menunjukkan pengurangan
volume otak secara keseluruhan pasien skizofrenia dan pengurangan
tertentu dalam ukuran dari struktur lobus temporal medial, seperti
amigdala dan hipokampus. Selain itu, penelitian telah melaporkan
penurunan ukuran dari thalamus dan kelainan pada garis tengah
daerah perkembangan. Tak satu pun dari perubahan ini spesifik untuk
skizofrenia, meskipun beberapa telah terbukti ada pada pasien
dengan episode penyakit pertama dan tidak menggunakan obat
sebelumnya.Teknik fungsional neuroimaging, seperti tomografi emisi
positron (PET), menunjukkan secara in vivo pengukuran metabolisme
glukosa regional atau aliran darah otak, dimana keduanya
mencerminkan aktivitas neuron regional. Sebagian besar penelitian
telah mendeteksi perubahan aktivitas di korteks prefrontal,
struktur ganglia basalis, daerah temporo-limbik, dan thalamus,
menunjukkan fungsi sirkuit cortico-striato-thalamo-kortikal yang
terganggu. Penurunan aktivitas dalam korteks prefrontal pada pasien
skizofrenia sering diamati selama tugas aktivasi kognitif dan
memori kerja. Selama halusinasi pendengaran aktif, aktivasi
abnormal thalamus, striatum, limbik, dan daerah paralimbik telah
terdeteksi. Pasien skizofrenia yang menampilkan kelainan pada
bagian prefrontal, thalamic, dan cerebellar, menunjukkan gangguan
dalam sirkuit
pontine-cerebellar-thalamic-frontal.NeurokimiaPenemuan menunjukkan
bahwa disregulasi dopamin yang kompleks terjadi dengan aktivitas
hiperdopaminergik dalam proyeksi mesencephalic ke striatum limbik
dan aktivitas hipodopaminergik di neokorteks. Bukti dari kegiatan
hiperdopaminergik termasuk hubungan antara efektivitas dopamin
reseptor yang mengikat obat dan pengurangan gejala positif serta
peningkatan reseptor D2 dalam studi postmortem dan PET. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa berbagai gejala positif berhubungan
dengan kelainan dalam penyimpanan dopamin presynaptic, pelepasan,
transportasi, dan reuptake dalam sistem mesolimbik. Hipo-aktivitas
dari sistem dopamin ditunjukkan dari penemuan penurunan onset
dopamin pada pasien dengan gejala negatif, dan dalam beberapa
penelitian agonis dopamin telah terbukti memperbaiki gejala
negatif. Pencitraan fungsional juga menunjukkan bahwa
hipo-frontalitas akan lebih parah pada pasien dengan gejala
negatif.Serotonergik, glutamatergic, dan sistem neurotransmitter
lainnya (misalnya, gamma-aminobutyric acid [GABA]) telah diselidiki
pada skizofrenia, terutama mengacu pada interaksi dengan sistem
dopaminergik.. Dalam studi tentang sistem GABAergic, penurunan
dekarboksilase asam glutamat, enzim GABA-sintesis, telah diamati
dalam korteks prefrontal pada pasien skizofrenia, dan perubahan
dalam subtipe neuron GABAergic telah dilaporkan.Sistem opioid juga
telah dianggap sebagai kandidat yang berpotensial yang terlibat
dalam skizofrenia, didasarkan terutama pada kesamaan antara efek
farmakologis dari terjadinya tanda opioid dan kejiwaan. Hipotesis
telah diusulkan pada peningkatan maupun penurunan level dari
berbagai peptide opioid sebagai faktor yang mendasari sebagai
penyebab gejala skizofrenia. Namun, penelitian klinis berdasarkan
hipotesis sering menghasilkan hasil variable atau
bermacam-macam.5
Differential DiagnoseGangguan Psikotik LainGejala psikotik pada
skizofrenia dapat identik dengan gangguan skizofreniform, gangguan
psikotik singkat, gangguan skizoafektif, dan gangguan waham.
Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia berupa gejala yang
berdurasi setidaknya 1 bulan tapi kurang dari 6 bulan. Gangguan
psikotik singkat merupakan diagnosis yang sesuai bila gejala
berlangsung setidaknya 1 hari tapi kurang dari 1 bulan dan bila
pasien tidak kembali ke keadaan fungsi pramorbidnya dalam waktu
tersebut. Jika suatu sindrom manik atau depresif terjadi bersamaan
dengan gejala utama skizofrenia, gangguan skizoafektif adalah
diagnosis yang tepat. Waham nonbizar yang timbul selama sekurangnya
1 bulan tanpa gejala skizofrenia lain atau gangguan mood patut
didiagnosis sebagai gangguan waham.Gangguan KepribadianBerbagai
gangguan kepribadian mungkin memiliki sebagian gambaran yang sama
dengan skizofrenia. Gangguan kepribadian skizotipal, skizoid, dan
ambang adalah gangguan kepribadian dengan gejala yang paling mirip.
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang parah dapat menyamarkan
suatu proses skizofrenik yang mendasari. Tak seperti skizofrenia,
gangguan kepribadian memiliki gejala ringan dan riwayat terjadi
seumur hidup pasien. Gangguan ini juga tidak memiliki tanggal
awitan yang dapat diidentifikasi.Gangguan WahamKonsep utama
mengenai penyebab gangguan waham adalah perbedaanya dengan
skizofrenia dan gangguan mood. Gangguan waham lebih jarang daripada
skizofrenia maupun gangguan mood, onsetnya lebih lambat daripada
skizofrenia dan dominasi perempuan kurang nyata daripada gangguan
mood. 3
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Waham.3A. Waham tidak
bizar ( melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata,
seperti merasa diikuti, diracuni, terinfeksi, dicintai dari jauh,
atau dikhianati pasangan atau kekasih, atau menderita suatu
penyakit) sekurang-kurangnya 1 bulan.
B. Kriteria A skizofrenia tidak terpenuhi. Catatan: halusinasi
taktil dan olfaktori dapat terjadi gangguan waham jika sesuai
dengan tema waham.
C. Berbeda dengan dampak waham atau hasil akhirnya, fungsi tidak
terganggu secara nyata dan perilaku tidak secara jelas, aneh, atau
bizar.
D. Jika episode mood telah terjadi bersamaan dengan waham,
durasi totalnya singkat dibandingkan durasi periode waham.
E. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis suatu zat secara
langsung (c/o: penyalahgunaan, suatu obat) atau kondisi medis
umum.
Jenis-jenis waham.3Waham erotomaniaPada tipe waham ini, orang
lain, biasanya dengan status lebih tinggi, jatuh cinta kepada
dirinya.
Waham kebesaranPada tipe waham ini, terdapat kekuatan,
pengetahuan, penghargaan, identitas yang berlebihan atau hubungan
khusus terhadap orang yang terkenal atau dewa.
Waham cemburuPada tipe waham ini, pasangan seksual seseorang
dianggap tidak setia.
Waham kejarPada tipe waham ini, orang (atau seseorang yang
dekat) dianggap diperlakukan dengan kasar.
Waham somatikPada tipe waham ini, orang mempunyai beberapa cacat
fisik atau kondisi medis umum.
Waham campuranPada tipe waham ini ciri khas lebih dari satu tipe
di atas tetapi tidak ada tema yang menonjol.
PenatalaksanaanPengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan
psikotik yang lama menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita
menuju ke kemunduran mental. FarmakoterapiIndikasi pemberian obat
antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk mengendalikan gejala
aktif dan mencegah kekambuhan. Obat antipsikotik mencakup dua kelas
utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis
serotonin-dopamin.Antagonis Reseptor DopaminAntagonis reseptor
dopamin efektif dalam penanganan skizofrenia, terutama terhadap
gejala positif. Obat-obatan ini memiliki dua kekurangan utama.
Pertama, hanya presentase kecil pasien yang cukup terbantu untuk
dapat memulihkan fungsi mental normal secara bermakna. Kedua,
antagonis reseptor dopamin dikaitkan dengan efek samping yang
mengganggu dan serius. Efek yang paling sering mengganggu aalah
akatisia adan gejala lir-parkinsonian berupa rigiditas dan tremor.
Efek potensial serius mencakup diskinesia tarda dan sindrom
neuroleptik maligna.Antagonis Serotonin-DopaminSDA menimbulkan
gejala ekstrapiramidal ayng minimal atau tidak ada, berinteraksi
dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding
antipsikotik standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin
maupun glutamat. Obat ini juga menghasilkan efek samping neurologis
dan endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam
menangani gejala negatif skizofrenia. Obat yang juga disebut
sebagai obat antipsikotik atipikal ini tampaknya efektif untuk
pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas dibanding agen
antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang tipikal. Golongan ini
setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala positif
skizofrenia, secara unik efektif untuk gejala negatif, dan lebih
sedikit, bila ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Beberapa SDA
yang telah disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon,
olanzapin, sertindol, kuetiapin, dan ziprasidon. Obat-obat ini
tampaknya akan menggantikan antagonis reseptor dopamin, sebagai
obat lini pertama untuk penanganan skizofrenia.Pada kasus sukar
disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen antipsikotik, pada
subtipe manik, kombinasi untuk menstabilkan mood ditambah
penggunaan antipsikotik. Pada banyak pengobatan, kombinasi ini
digunakan mengobati keadaan skizofrenia.2,3,6Kategori obat:
Antipsikotik memperbaiki psikosis dan kelakuan agresif.4Nama
Obat
Haloperidol (Haldol)Untuk manajemen psikosis. Juga untuk saraf
motor dan suara pada anak dan orang dewasa. Mekanisme tidak secara
jelas ditentukan, tetapi diseleksi oleh competively blocking
postsynaptic dopamine (D2) reseptor dalam sistem mesolimbic
dopaminergic; meningkatnya dopamine turnover untuk efek
tranquilizing. Dengan terapi subkronik, depolarization dan D2
postsynaptic dapat memblokir aksi antipsikotik.
Risperidone (Risperdal)Monoaminergic selective mengikat lawan
reseptor D2 dopamine selama 20 menit, lebih rendah afinitasnya
dibandingkan reseptor 5-HT2. Juga mengikat reseptor
alpha1-adrenergic dengan afinitas lebih rendah dari
H1-histaminergic dan reseptor alpha2-adrenergic. Memperbaiki gejala
negatif pada psikosis dan menurunkan kejadian pada efek
ekstrpiramidal.
Olanzapine (Zyprexa)Antipsikotik atipikal dengan profil
farmakologis yang melintasi sistem reseptor (seperti serotonin,
dopamine, kolinergik, muskarinik, alpha adrenergik, histamine).
Efek antipsikotik dari perlawanan dopamine dan reseptor serotonin
tipe-2. Diindikasikan untuk pengobatan psikosis dan gangguan
bipolar.
Clozapine (Clozaril)Reseptor D2 dan reseptor D1 memblokir
aktifitas, tetapi nonadrenolitik, antikolinergik, antihistamin, dan
reaksi arousal menghambat efek signifikan. Tepatnya antiserotonin.
Resiko terbatasnya penggunaan agranulositosis pada pasien
nonresponsive atau agen neuroleptik klasik tidak bertoleransi.
Quetiapine (Seroquel)Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan
jangka panjang. Mampu melawan efek dopamine dan serotonin.
Perbaikan lebih awal antipsikotik termasuk efek antikolinergik dan
kurangnya distonia, parkinsonism, dan tardive diskinesia.
Aripiprazole (Abilify)Memperbaiki gejala positif dan negatif
skizofrenia. Mekanisme kerjanya belum diketahui, tetapi
hipotesisnya berbeda dari antipsikotik lainnya. Aripiprazole
menimbulkan partial dopamine (D2) dan serotonin (5HT1A) agonis, dan
antagonis serotonin (5HT2A).
Nama ObatSediaanDosis Anjuran
Haloperidol (Haldol)Tab. 2 5 mg5 15 mg/hari
Risperidone (Risperdal)Tab. 1 2 3 mg2 6 mg/hari
Olanzapine (Zyprexa)Tab. 5 10 mg10 20 mg/hari
Clozapine (Clozaril)Tab. 25 100 mg25 100 mg/hari
Quetiapine (Seroquel)Tab. 25 100 mg200 mg50 400 mg/hari
Aripiprazole (Abilify)Tab. 10 15 mg10 15 mg/hari
Profil Efek SampingEfek samping obat anti-psikosis dapat berupa:
Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik:
mulut kering, kesulitan miksi&defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akathisia, sindrom
parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas). Gangguan endokrin
(amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (jaundice), hematologik
(agranulocytosis), biasanya pada pemakaian panjang.Efek samping ini
ada yang dapat di tolerir pasien, ada yang lambat, ada yang sampai
membutuhkan obat simptomatik untuk meringankan penderitaan
pasien.Efek samping dapat juga irreversible : Tardive dyskinesia
(gerakan berulang involunter pada: lidah, wajah, mulut/rahang, dan
anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala tersebut menghilang).
Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi
pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak
berkaitan dengan dosis obat anti-psikosis. Pada penggunaan obat
anti-psikosis jangka panjang, secara periodik harus dilakukan
pemeriksaan laboratorium: darah rutin, urin lengkap, fungsi hati,
fungsi ginjal, untuk deteksi dini perubahan akibat efek samping
obat.Obat anti-psikosis hampir tidak pernah menimbulkan kematian
sebagai akibat overdosis atau untuk bunuh diri. Namun demikian
untuk menghindari akibat yang kurang menguntungkan sebaiknya
dilakukan lacage lambung bila obat belum lama dimakan.Interaksi
Obat Antipsikosis + antidepresan trisiklik = efek samping
antikolinergik meningkat (hati-hati pada pasien dengan hipertrofi
prostat, glaukoma, ileus, penyakit jantung). Antipsikosis +
antianxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan
gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat. Antipsikosis +
antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan
kejang meningkat, oleh karena itu dosis antikonvulsan harus lebih
besar. Yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah
antipsikosis Haloperidol. Antipsikosis + antasida = efektivitas
obat antipsikosis menurn disebabkan gangguan absorpsi.Terapi
Psikososial Pelatihan keterampilan sosialPeatihan keterampilan
sosial kadang-kadang disebut sebagai terapi keterampilan perilaku.
Terapi ini secara langsung dapat mendukung dan berguna untuk pasien
bersama dengan terapi farmakologis. Selain gejala yang biasa tampak
pada pasien skizofrenia, beberapa gejala yang paling jelas terlihat
melibatkan hubungan orang tersebut dengan orang lain, termasuk
kontak mata yang buruk, keterlambatan respons yang tidak lazim,
ekspresi wajah yang aneh, kurangnya spontanitas dalam situasi
sosial, serta persepsi yang tidak akurat atau kurangnya persepsi
emosi pada orang lain. Pelatihan keterampilan perilaku diarahkan ke
perilaku ini melalui penggunaan video tape berisi orang lain dan si
pasien, bermain drama dalam terapi, dan tugas pekerjaan rumah untuk
keterampilan khusus yang dipraktekkan.
Terapi kelompokTerapi kelompok untuk oragn dengan skizofrenia
umumnya berfokus pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Kelompok dapat berorientasi perilaku, psikodinamis
atau berorientasi tilikan, atau suportif.
Terapi perilaku kognitifTerapi perilaku kognitif telah digunakan
pada pasien skizofrenia untuk memperbaiki distorsi kognitif,
mengurangi distraktibilitas, serta mengoreksi kesalahan daya nilai.
Terdapat laporan adanya waham dan halusinasi yang membaik pada
sejumlah pasien yang menggunakan metode ini. Pasien yang mungkin
memperoleh manfaat dari terapi ini umumnya aalah yang memiliki
tilikan terhadap penyakitnya.
Psikoterapi individualPada psikoterapi pada pasien skizofrenia,
amat penting untuk membangun hubungan terapeutik sehingga pasien
merasa aman. Reliabilitas terapis, jarak emosional antaraterapis
dengan pasien, serta ketulusan terapis sebagaimana yang diartikan
oleh pasien, semuanya mempengaruhi pengalaman terapeutik.
Psikoterapi untuk pasien skizofrenia sebaiknya dipertimbangkan
untuk dilakukan dalamm jangka waktu dekade, dan bukannya beberapa
sesi, bulan, atau bahakan tahun. Beberapa klinisi dan peneliti
menekankan bahwa kemampuan pasien skizofrenia utnuk membentuk
aliansi terapeutik dengan terapis dapat meramalkan hasil akhir.
Pasien skizofrenia yang mampu membentuk aliansi terapeutik yang
baik cenderung bertahan dalam psikoterapi, terapi patuh pada
pengobatan, serta memiliki hasil akhir yang baik pada evaluasi
tindak lanjut 2 tahun. Tipe psikoterapi fleksibel yang disebut
terapi personal merupakan bentuk penanganan individual untuk pasien
skizofrenia yang baru-baru ini terbentuk. Tujuannya adalah
meningkatkan penyesuaian personal dan sosial serta mencegah
terjadinya relaps. Terapi ini merupakan metode pilihan menggunakan
keterampilan sosial dan latihan relaksasi, psikoedukasi, refleksi
diri, kesadaran diri, serta eksplorasi kerentanan individu terhadap
stress. 2,3KomplikasiBeberapa individu yang mengalami skizofrenia
dapat terkena stroke dan mengalami kerusakan otak, yang tidak
disadarinya. Kurangnya kesadaran tentang skizofrenia dan penyakit
manik-depresi merupakan keadaan biasa dialami penderita yang tidak
memperhatikan pengobatannya. Terdapat pula komplikasi sosial,
dimana penderita dikucilkan oleh masyarakat. Setelah itu dapat juga
menjadi korban kekerasan dan melukai diri sendiri. Pada komplikasi
depresi, penderita dapat melakukan tindakan bunuh diri. Disamping
bunuh diri karena depresi dan halusinasi, penderita skizofrenia
yang tadinya tidak merokok, banyak menjadi perokok berat ini
diperkirakan karena faktor obat, yang memblok satu reseptor dalam
otak (nikotin). Reseptor nikotin yang menimbulkan rasa senang,
pikiran jernih, mudah menangkap sesuatu. Akibatnya penderita
skizofrenia mencari kompensasi dengan mengambil nikotin dari luar,
dari rokok. Dan resiko dari perokok memperpendek usia, karena
adanya penyakit saluran pernapasan, kanker, jantung, dan penyakit
fisik lainnya.Kemudian, dengan penggunaan antipsikotik, ada tekanan
terhadap hormon estrogen, testosteron, dan hormon-hormon tersebut
memproteksi tulang sehingga dapat terjadi osteoporosis.4
PrognosisSejumlah studi menunjukkan bahwa selama periode 5
sampai 10 tahun setelah rawat inap psikiatrik yang pertama untuk
skizofrenia, hanya sekitar 10-20% persen yang dapat dideskripsikan
memiliki hasil akhir yang baik. Lebih dari 50% pasien dapat
digambarkan memiliki hasil akhir yang buruk, dengan rawat inap
berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood mayor, dan
percobaan bunuh diri. Namun, skizofrenia tidak selalu memiliki
perjalanan penyakit yang memburuk dan sejumlah faktor dikaitkan
dengan prognosis yang baik. Angka pemulihan yang dilaporkan
berkisar dari 10-60%, dan taksiran yang masuk akal adalah bahwa
20-30% pasien terus mengalami gejala sedang, dan 40-60% pasien
tetap mengalami hendaya secara signifikan akibat gangguan tersebut
selama hidup mereka.3
PencegahanMengingat belum bisa diketahui penyebab pastinya, jadi
skizofrenia tidak bisa dicegah. Lantaran pencegahannya sulit, maka
deteksi dan pengendalian dini penting, terutama bila sudah
ditemukan adanya gejala. Dengan pengobatan dini, bila telah
didiagnosis dapat membuat penderita normal kembali, serta mencegah
terjadinya gejala skizofrenia berkelanjutan.4BAB III
PENUTUPKesimpulanSkizofrenia adalah diagnosis kejiwaan yang
menggambarkan gangguan mental dengan karakter abnormalitas dalam
persepsi atau gangguan mengenai realitas. Adapun beberapa faktor
etiologi yang mendasari terjadinya skizofrenia, antara lain
genetik, metabolisme, neurokimia. Pada Skizofrenia terdapat gejala
positif dan gejala negatif. Gejala positif mencakup waham dan
halusinasi. Gejala negatif meliputi afek mendatar atu menumpul,
miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat
diri, kurang motivasi, anhedonia, dan penarikan diri secara sosial.
Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk
mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Obat
antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin,
dan antagonis serotonin-dopamin. Mengingat belum bisa diketahui
penyebab pastinya, jadi skizofrenia tidak bisa dicegah. Lantaran
pencegahannya sulit, maka deteksi dan pengendalian dini penting,
terutama bila sudah ditemukan adanya gejala. Dengan pengobatan
dini, bila telah didiagnosis dapat membuat penderita normal
kembali, serta mencegah terjadinya gejala skizofrenia
berkelanjutan.DAFTAR PUSTAKA1. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira
SD, Hadisukanto G, penyunting. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2010.h.170-94.2. Amir N. Skizofrenia. Semijurnal farmasi &
kedokteran Feb 2006;24:31-40.3. Muttaqin H, Sihombing RNE,
penyunting. Skizofrenia. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan &
sadocks concise textbook of clinical psychiatry. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2010.h.147-75.4. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran
jiwa. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga University Press;
2009.h.195-277.5. Sobell JL, Mikesell MJ, Mcmurray CT. Genetics and
etiopathophysiology of schizophrenia. Mayo Clin Proc Oct
2005;77:1068-82.6. Safitri A, penyunting. Obat antipsikosis. Dalam:
Neal MJ. Medical pharmacology at a glance. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2006.h.60-1.6