Top Banner
LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE “STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) MINOR” Colinda Clara Shinta Devianti, S.KG Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama) Pembimbing : Sarah Mersil, drg., Sp.PM Pendahuluan Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut dengan karakteristik berupa ulkus putih kekuningan. Ulkus ini dapat berupa ulkus tunggal maupun multiple. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin dan bergerak, jarang terjadi pada gingiva dan palatum SAR umumnya terjadi pada anak-anak dan dewasa. SAR memiliki 3 bentuk umum berdasarkan klasifikasi Stanley (1972) , yaitu SAR Mayor, SAR Minor, dan SAR herpetiform. 1,2 Etiologi SAR hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor yang diduga sebagai faktor predisposisi SAR. Faktor-faktor tersebut terdiri dari genetik, defisiensi hematinik, hipersensitifitas terhadap makanan, infeksi bakteri dan virus, perubahan
16

Recurrent aphtous stomatitis (Case Report) // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

Apr 30, 2023

Download

Documents

Lintang Anjani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

“STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) MINOR”

Colinda Clara Shinta Devianti, S.KG

Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama)

Pembimbing : Sarah Mersil, drg., Sp.PM

Pendahuluan

Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu

peradangan yang terjadi pada mukosa mulut dengan

karakteristik berupa ulkus putih kekuningan. Ulkus ini

dapat berupa ulkus tunggal maupun multiple. SAR dapat

menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin dan

bergerak, jarang terjadi pada gingiva dan palatum SAR

umumnya terjadi pada anak-anak dan dewasa. SAR memiliki 3

bentuk umum berdasarkan klasifikasi Stanley (1972) , yaitu

SAR Mayor, SAR Minor, dan SAR herpetiform.1,2

Etiologi SAR hingga saat ini belum diketahui secara

pasti. Terdapat beberapa faktor yang diduga sebagai

faktor predisposisi SAR. Faktor-faktor tersebut terdiri

dari genetik, defisiensi hematinik, hipersensitifitas

terhadap makanan, infeksi bakteri dan virus, perubahan

Page 2: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

hormonal, stres psikologik, obat-obatan dan trauma

lokal.2,3,4,5

SAR Minor biasa dikenal dengan Miculiz’s aphtae adalah

penyakit yang paling sering ditemui, sekitar 70 sampai 90

persen dibandingkan SAR yang lainnya. Pada stadium awal

SAR minor biasanya timbul rasa sakit dan terbakar pada

mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulkus terlihat. Kadang-

kadang dapat diketahui adanya vesikel. Epitelium hilang

dan dalam beberapa jam terlihat papula kecil berwarna

putih. Dalam 2 sampai 3 hari terjadi ulserasi yang

berangsur-angsur membesar dengan rasa sakit. Lesi

bentuknya bulat atau oval dengan diameter <1cm. Permukaan

abu-abu sampai kuning dengan tepi dikelilingi jaringan

eritematous mengembung dengan lesi yang dangkal. Biasanya

lesi berjumlah 2 sampai 6 terkadang lebih. SAR minor

biasa terjadi di daerah mukosa bukal, dasar mulut, dan

lidah. Penyembuhan SAR minor terjadi dalam beberapa hari

sampai 2 minggu tanpa meninggalkan jaringan parut. 2,9

Penatalaksanaan kasus SAR berupa identifikasi dan

koreksi dari faktor-faktor predisposisinya. Terapi SAR

bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dengan pemberian

Page 3: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

steroid topikal atau obat kumur untuk memicu penyembuhan

ulkus sehingga mengurangi durasi dan mencegah rekurensi,

namun tidak mempengaruhi frekuensi terjadinya SAR. 6,7,8

TABEL 1 : DIFFERENSIAL DIAGNOSA DARI SAR MINOR

SAR Minor SAR Mayor UlkusTraumatikus

Gambar

Definisi

Peradangan padamukosa oral yangtimbul secaraberulang, biasanyaberupa ulkus putihkekuningan dengandiameter kurangdari 1cm tanpaadanya tanda-tandapenyakit lain.

Peradangan padamukosa oral yangtimbul secaraberulang, biasanyaberupa ulkus putihkekuningan dengandiameter lebihdari 1cm tanpaadanya tanda-tandapenyakit lain.

Lesi oralberbentuk ulkusyang disebabkanoleh trauma.1

Etiologi

Etiologi SARhingga saat inibelum diketahuisecara pasti.Terdapat beberapafaktor yangdiduga sebagaifaktorpredisposisi SAR.Faktor-faktortersebut terdiridari genetik,

Etiologi SARhingga saat inibelum diketahuisecara pasti.Terdapat beberapafaktor yangdiduga sebagaifaktorpredisposisi SAR.Faktor-faktortersebut terdiridari genetik,

Gigi tajam/patah, tambalanyang kasar,instrumentkedokterangigi, gigitan,iritasi gigitiruan, bendaasing yangtajam dan bendalain yang dapatmenyebabkan

Page 4: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

defisiensihematinik,hipersensitifitasterhadap makanan,infeksi bakteridan virus,perubahanhormonal, stresspsikologik, obatobatan dan traumalokal.2,3,4,5

defisiensihematinik,hipersensitifitasterhadap makanan,infeksi bakteridan virus,perubahanhormonal, stresspsikologik, obatobatan dan traumalokal.2,3,4,5

trauma.1

GambaranKlinis

Ulkus berbentukbulat atau ovaldengan diameter<1cm. Permukaanabu-abu sampaikuning dengan tepidikelilingijaringaneritematousmengembung denganlesi yangdangkal.2,9

bentuk yang lebihbesar dari ulkuspada SAR minor,dengan lesi yangdalam, diameterlebih dari 1 cm,tepi lesinyameninggi daneritematous.2,9

Bermacam-macam,tetapi biasanyatampak sebagaiulkus soliter.

Perawatan

Menghilangkanfaktor penyebab,kortikosteroidtopikal, obatkumur

Menghilangkanfaktor penyebab,kortikosteroidtopikal, obatkumur

Menghilangkanfaktorpenyebab,kortikosteroidtopikal

Laporan Kasus

Seorang pria berusia 24 tahun datang ke Rumah Sakit

Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Prof.Dr. Moestopo (Beragama) dengan keluhan muncul

Page 5: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

sariawan didalam mulutnya. Berdasarkan hasil anamnesa,

sariawan muncul kira-kira 4 hari yang lalu di bagian

dalam bibir bawah dan dibawah lidah (gambar 1 dan 2).

Tetapi ± 6 hari yang lalu muncul sariawan di pipi kanan,

karena tergigit (gambar 3). Awalnya daerah tempat

munculnya sariawan terasa panas dan gatal, kemudian

timbul sariawan di daerah tersebut. Sariawan sering

muncul tiba-tiba saat pasien kelelahan, tidur terlalu

malam, dan setelah mengkonsumsi mie instan. Dalam satu

tahun sariawan muncul sebanyak 20 kali, tergantung dari

jumlah konsumsi mie instan pasien per tahun. Pasien

sering mengalami sariawan sejak SD. Pasien memiliki

riwayat sariawan pada keluarga, yaitu Ayah, om dan tante.

Pasien mengkonsumsi air putih >2L sehari dan jarang

mengkonsumsi vitamin. Pasien memiliki alergi terhadap

antibiotik golongan penicillin. Jika sariawan muncul

biasanya pasien berkumur dengan Minosep.

Pemeriksaan klinis terlihat adanya ulkus ireguler

berwarna putih dengan tepi kemerahan di mukosa bukal

regio 16 46 dengan diameter 3mm, ulkus ireguler berwarna

putih dengan tepi kemerahan di mukosa labial regio 31

Page 6: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

dengan diameter 3mm, ulkus ireguler berwarna putih dengan

tepi kemerahan berukuran 4mm x 3mm di ventral lidah

kanan, dan pada dasar mulut terdapat ulkus ireguler

dengan tepi kemerahan di regio 43-44 dan 35 dengan

diameter 2mm. Terlihat adanya eksfoliasi pada bibir

pasien.

Berdasarkan pemeriksaan klinis dan anamnesis,

diagnosa pada pasien ini adalah Stomatitis aftosa rekuren

(SAR) minor. Perawatan yang dilakukan adalah KIE

(Komunikasi, Informasi, Edukasi) yaitu penjelasan bahwa

pasien menderita SAR Minor dan sariawan ini disebabkan

karena hipersensitifitas terhadap makanan dan kelelahan.

Instruksi pasien untuk mengurangi kebiasaan konsumsi mie

instan dan tidur teratur. Pasien diberikan obat kumur

Minosep 0,2% yang dikumur 3 kali sehari sebelum makan,

didiamkan selama 30 menit tanpa dibilas, dan juga obat

oles Kenalog yang dioleskan pada sariawan di bagian dalam

bibir 3 kali sehari sebelum makan. Selain itu pasien juga

diberikan Vaseline albumin untuk mengurangi pengelupasan

pada bibir.

Page 7: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

Gambar 1Ulkus pada mukosa labial

Gambar 2Ulkus pada ventral lidah dan dasar mulut

Page 8: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

Gambar 3Ulkus pada mukosa bukal

Kontrol

Pada kunjungan berikutnya, yaitu 12 hari setelah

pemberian obat, pasien merasa lebih baik, sariawan pada

bagian pipi, dan bawah lidah sudah hilang. Pasien

mengatakan sariawan pada bagian dalam bibir sebelumnya

sudah hilang 2 hari setelah penggunaan obat oles Kenalog,

namun muncul sariawan baru didekat sariawan sebelumnya

karena tertusuk sikat gigi sehari yang lalu. Pasien rutin

menggunakan obat yang diberikan yaitu 3 kali sehari

sebelum makan.

Pada pemeriksaan klinis terlihat perbaikan, ulkus di

bagian mukosa bukal, ventral lidah, dan dasar mulut telah

hilang (gambar 4 dan 5). Muncul ulkus baru pada sekitar

regio 2 dekat ulkus sebelumnya berdiameter ± 1mm

Page 9: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

berbatas ireguler dengan tepi kemerahan 1 hari yang lalu

akibat tertusuk sikat gigi (gambar 6). Pasien disarankan

untuk melanjutkan pemakaian obat oles Kenalog pada ulkus

yang baru muncul.

gambar 4Ulkus di mukosa bukal kanan sudah hilang

gambar 5Ulkus di ventral lidah dan di dasar mulut sudah hilang

Page 10: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

gambar 6

muncul ulkus baru di mukosa labial

Diskusi

Pada kasus ini, pasien adalah seorang laki-laki

berusia 24 tahun dan sering muncul sariawan secara tiba-

tiba. Sariawan muncul tanpa ada gejala prodormal,

biasanya sariawan muncul setelah mengkonsumsi mie instan

atau kelelahan. Hal ini menandakan adanya

hipersensitifitas terhadap makanan. Disamping itu pasien

juga memiliki riwayat sariawan pada keluarga yaitu ayah,

dan sering mengalami sariawan sejak SD. Hal ini

menandakan keterlibatan faktor genetik, sesuai dengan

literatur yang menyatakan bahwa faktor genetik menjadi

faktor predisposisi kasus SAR. Berdasarkan anamnesa dan

pemeriksaan klinis yang telah dilakukan, diagnosa untuk

keluhan pasien tersebut adalah SAR minor. Pasien

Page 11: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

didiagnosa SAR minor karena pasien sering mengalami

sariawan tiba-tiba dan ditempat yang berbeda-beda setiap

kali muncul, tidak ada gejala prodromal, pada pemeriksaan

intra oral tampak lesi berupa ulkus putih ireguler

berbatas kemerahan, dengan diameter 2-4mm, palpasi sakit,

dan sariawan sering muncul apabila pasien mengkonsumsi

mie instan dan kelelahan.7,8

Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak

diinginkan (hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu.

Alergi merupakan suatu reaksi antigen dan antibodi.

Antigen ini dinamakan alergen, yaitu substansi protein

yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak dapat

membentuk antibodinya sendiri.

SAR dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut

terhadap beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi,

obat kumur, lipstick, permen karet dan bahan makanan.

Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif,

mukosa akan meradang dan edematous. Gejala ini disertai 

rasa panas, kadang-kadang timbul gatal-gatal, dapat juga

berbentuk vesikel kecil, tetapi sifatnya sementara dan

Page 12: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

akan pecah membentuk daerah erosi kecil dan ulkus yang

kemudian berkembang menjadi SAR.11

Pada kasus ini diduga pasien memiliki sensitifitas

atau alergi terhadap bahan pokok yang terkandung pada mie

instan. Dalam sebungkus mie instan terdapat kandungan

bahan tambahan seperti MSG, sodium tripolyphosphat sebagai

bahan pengenyal, tartazine yellow sebagai bahan pewarna kuning

pada mie instan, serta natrium benzoate sebagai bahan

pengawet.12

Kandungan natrium dalam mie instan cukup tinggi,

yaitu berkisar dari 770-2250 mg/bungkus. Menurut WHO,

kadar natrium yang direkomendasikan tidak lebih dari 100

mmol (sekitar 2400 mg natrium atau 6000 mg garam)

perhari. Akibat dari konsumsi natrium yang tinggi adalah

meningkatnya konsentrasi natrium di dalam cairan

ekstraseluler. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler

tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga

berdampak pada hipertensi. 11,12

Selain itu, kandungan natrium bersifat menetralkan

lambung, sehingga mengakibatkan lambung mensekresi asam

dalam jumlah yang banyak untuk dapat mencerna makanan.

Page 13: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

Akibatnya, kadar asam lambung akan mengalami kenaikan,

dan apabila asam lambung naik ke kerongkongan dan

mencapai rongga mulut dapat menyebabkan sariawan.12,14

Pasien dengan diagnosa SAR minor ini dapat dilakukan

perawatan dengan diberikan steroid topikal bersamaan

dengan dilakukannya KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)

yaitu menghilangkan faktor penyebab dengan tidur teratur

dan mengurangi kebiasaan mengkonsumsi mie instan.

KESIMPULAN

Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu

peradangan yang terjadi pada mukosa mulut dengan

karakteristik berupa ulkus putih kekuningan dapat berupa

ulkus tunggal maupun multiple. Terdapat 3 jenis SAR yaitu

SAR mayor, SAR minor, dan hepertiform. Etiologi dari SAR

belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor

diduga sebagai faktor predisposisi dari SAR. Faktor-

faktor tersebut terdiri dari genetik, defisiensi

hematinik, hipersensitifitas terhadap makanan, infeksi

bakteri dan virus, perubahan hormonal, stress psikologik,

obat obatan dan trauma lokal. Penatalaksanaan kasus SAR

Page 14: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

berupa identifikasi dan koreksi dari faktor-faktor

predisposisinya. Terapi SAR bertujuan untuk menghilangkan

rasa sakit dengan pemberian steroid topikal atau obat

kumur untuk memicu penyembuhan ulkus,

DAFTAR PUSTAKA

1. Scully Crispian. Oral and Maxillofacial Medicine The Basis of

Diagnosis and Treatment.2nd Edition. Philadelphia,

Churcill Livingstone; 2008:151-153.

2. Greenberg MS, Glick Michael, Ship JA. Burket’s Oral

Medicine. 11th Edition. Ontario, BC Decker; 2008: 57-

60.

3. Melamed F. Aphthous Stomatitis.

http://www.med.ucla.edu/modules/xfsection/article.php?articleid=207

4. McBride DR. Management of Aphthous Ulcers.

http://www.aafp.org/afp/2000/0701/p149.html

5. Soto-Araya M, Rojas-Alcayaga G, Esguep A. Association

between Psychological Disorders and the Presence of Oral Lichen

Planus, Burning Mouth Syndrome and Recurrent Aphthous Stomatitis.

Med Oral. 2004. 9: 1-7

Page 15: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

6. Setyawati, Titiek, Tata laksana SAR minor untuk

mengurangi rekurensi dan keparahan. Universitas

Indonesia. 2008.

7. Jurge S, Kuffer R, Scully C, Porter SR. Reccurent

Aphthous Stomatitis. Oral Dis [serial online]. 2006

[cited 2013 April 18]; 12 (1) : 1-21. Available

from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16 390463

8. Sumintarti, Erni Marlina. Hubungan antara level

estradiol dan progesterone dengan stomatitis aftosa.

Universitas Hasanudin. Dentofasial Vol 11. 2012:

137-141

9. Haikal, Mohammad. Aspek imunologi stomatitis aftosa

rekuren. Universitas Sumatera Utara. 2009

10.Anonymous.

https://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2013/06/08/stomatit

is-aphtosa-recurrent-sar/

11.Ratnasari, Dewi Kristina. Gambaran kebiasaan konsumsi

mie instan pada anak usia 7-12 tahun. Universitas

Diponegoro. 2012

Page 16: Recurrent aphtous stomatitis (Case Report)  // SAR // Stomatitis aftosa rekuren

12.Anonymous. http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-

Undergraduate-996-bab1.pdf

13.Anonymous.

http://trik-tips-sehat.blogspot.com/2013/05/bahaya-

mie-instan.html

14.Irsyal, Rusad. PAPDI Riau

http://health.kompas.com/read/2010/10/21/08302821/Ke

napa.Mulut.Bisa.Sariawan.