ILMU KESEHATAN NO RM : 2 6 5 5 7 4 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANAMNESIS Nama : An. N.W Jenis Kelamin : Laki- Laki Umur : 3 tahun 1 bulan Ruang : Melati Kelas : III Nama lengkap : An. N.W Jenis Kelamin : Laki-Laki Tempat dan tanggal lahir : Karanganyar, 01 / 01 / 2010 Umur : 3 tahun 1 bulan Nama Ayah : Tn. T (Alm) Umur : - Pekerjaan ayah : - Pendidikan ayah : SD Nama ibu : Ny. S Umur : 39 tahun Pekerjaan ibu : Buruh Pendidikan ibu : SD Alamat : Dawung 4/1 kemiri kebakramat Masuk RS tanggal : 4 Februari 2013 Jam : 18:20 Diagnosis masuk : Stomatitis Dokter yang merawat : dr. A. Septiarko, Sp.A, Ko Asisten : Zahrotul Aimah Tanggal : 5 februar 2013 (Alloanamnesis) di Bangsal Melati KELUHAN UTAA : Sariawan di bibir dan mulut KELUHAN TAMBAHAN : Demam, Muntah, Batuk, Lemas 1. Riwayat penyakit sekarang 5 HSMRS 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ANAMNESISNama : An. N.W
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 3 tahun 1 bulan
Ruang : Melati
Kelas : III
Nama lengkap : An. N.W Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat dan tanggal lahir : Karanganyar, 01 / 01 / 2010 Umur : 3 tahun 1 bulan
Nama Ayah : Tn. T (Alm) Umur : -
Pekerjaan ayah : - Pendidikan ayah : SD
Nama ibu : Ny. S Umur : 39 tahun
Pekerjaan ibu : Buruh Pendidikan ibu : SD
Alamat : Dawung 4/1 kemiri kebakramat
Masuk RS tanggal : 4 Februari 2013 Jam : 18:20 Diagnosis masuk : Stomatitis
Dokter yang merawat : dr. A. Septiarko, Sp.A, Ko Asisten : Zahrotul Aimah
Tanggal : 5 februar 2013 (Alloanamnesis) di Bangsal Melati
KELUHAN UTAA : Sariawan di bibir dan mulut
KELUHAN TAMBAHAN : Demam, Muntah, Batuk, Lemas
1. Riwayat penyakit sekarang
5 HSMRS
Pasien batuk pilek , demam, pasien diberi obat penurun panas ( obat didapatkan dari bayi yang di
jaga ibu pasien yang sedang demam dan sariawan) tidak ada keluhan lain
4 HSMRS
Muncul bintik – bintik kecil di mulut dan bibir, selaput warna keputihan,dan sariawan, nafsu
makan mulai menurun, pasien demam, pasien batuk pilek,
3 HSMRS
Bintik – bintik kecil pecah, mulut kemerahan, bengkak, Sariawan makin banyak, hampir pada
semua bibir, pasien tidak mau makan sama sekali karena kesakitan saat membuka mulut, minum
hanya sedikit, demam, pasien muntah setiap kali habis minum atau menangis,lemas, belum BAB
sejak dua hari yang lalu. Dibawa berobat ke Puskesmas, keluhan tidak berkurang.
HMRS
Sariawan penuh pada mulut dan bibir, pasien tidak mau makan dan minum sama sekali, pasien
kesakitan saat membuka mulut agak lebar, luka sariawan pecah dan berdarah saat pasien
membuka mulut agak lebar, menangis atau tertawa, pasien demam, mual dan muntah, batuk,
1
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
pasien lemas karena tidak mau makan dan minum.BAK menurun (dari pagi hanya 1 x), belum
BAB sejak empat hari yang lalu.
2. Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat sakit serupa : diakui
• Riwayat batuk pilek sebelumnya : disangkal
• Riwayat batuk lama : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
• Riwayat kejang dengan demam : disangkal
• Riwayat alergi : diakui
Kesan : terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
3. Riwayat penyakit pada keluarga
• Riwayat sakit serupa : diakui (ibu, saudara sepupu pasien dari ibu)
• Riwayat batuk pilek : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi : diakui
4. Riwayat penyakit pada lingkungan
• Riwayat sakit serupa : diakui ( balita yang di asuh ibu pasien)
• Riwayat batuk pilek : diakui
• Riwayat kontak dengan penderita dengan gejala yang sama : diakui
Kesan : terdapat riwayat penyakit yang sama yang ditularkan dari keluarga dan lingkungan
kepada pasien
2
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
RIWAYAT KELUARGA
Keterangan :
: Laki – laki : Meninggal
: Perempuan : Menderita sakit yang sama
: Pasien
RIWAYAT PRIBADI
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat kehamilan ibu pasien
Ibu G1P0A0 Hamil saat usia 35 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan, Ibu
tidak pernah mual dan muntah berlebihan, tidak ada riwayat trauma maupun infeksi saat
hamil, sesak saat hamil (-), Merokok saat hamil (-), kejang saat hamil (-). Ibu hanya minum
obat penambah darah dan vitamin dari bidan. Tekanan darah ibu dinyatakan normal. Berat
badan ibu dinyatakan normal dan mengalami kenaikan berat badan selama kehamilan.
Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan pasien dibantu oleh dokter kandungan, umur kehamilan 9 bulan, persalinan
secara SC akibat air ketuban hampir habis, bayi menangis spontan, bayi lahir dengan berat
lahir 3000 gram, tidak ditemukan cacat bawaan saat lahir.
c. Riwayat paska lahir pasien
Bayi laki-laki BB 3000 gram, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, bayi mulai dilatih menetek segera setelah lahir
Imunisasi dasar lengkap berdasarkan PPI, sesuai usia pasien saat ini
Keadaan sosial ekonomi kurang & kondisi lingkungan rumah cukup
RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK
KU: CM, rewel, tampak lemas
Vital sign dalam batas normal
Status gizi baik menurut WHO.
Mulut : mukosa hiperemis, terdapat lesi dengan batas tidak jelas, berwarna kekuningan,
terdapat krusta pada bibir yang mudah berdarah
Pada pemeriksaan leher dan pemeriksaan thorax dalam batas normal
Abdomen: terdapat peristaltik meningkat dan turgor kulit yang sedikit menurun
Extremitas superior et inferior, dan Status neurologis dalam batas normal.
LABORATORIUM
Darah Rutin : - Anemia Ringan
- Monosit meningkat
DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIF
AKTIF
Sariawan penuh pada mulut dan bibir
Tidak bisa makan dan minum
Muntah (+)
Batuk
BAB (-) sejak 4 hari
9
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA INAKTIF
keadaan sosial ekonomi kurang
DIAGNOSA KERJA
Stomatitis aftosa rekuren
DIAGNOSA BANDING
Herpes intra oral rekurent
Kandidiasis oral
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
Menurangi inflamasi,
Meminimalisir rasa sakit dan rasa tidak nyaman
Mempercepat proses penyembuhan.
Menjaga kebersihan mulut
Rencana Terapi
Terapi Suportif dan Simptomatis
Inf. RL 16 tpm
Cefotaxime 500mg/12 jam
Dexamethason 3 x ½ tablet
Paracetamol syr 3 x Cth 2 (KP)
Kenalog
Rencana Edukasi
Menasihati ibu untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi pasien
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
10
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Tgl S O A P 5
Februari 2013
6 februari 2013
pasien masih tidak mau makan, minum (+) agak banyak, belum bisa membuka mulut agak lebar, bibir berdarah (+) saat tertawa atau menangis, demam (+), perut terasa perih(+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (-) sejak 6 hari
Pasien masih tidak mau makan, minum (+) agak banyak, belum bisa membuka mulut agak lebar, bibir berdarah (+) saat tertawa atau menangis, demam (-), perut terasa perih(+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) agak cair
Keadaan Umum : compos mentis rewelTANDA VITAL :HR : 120x/menitRR : 28x/menitSuhu : 37,5ºCS. generalisKep : Ca (-/-), Si (-/-)Leh : PKGB (-)Thorax : Cor et pulmo DBNAbdomen: DbnEkstrimitas : DbnS. LokalisMulut : mukosa mulut kemerahan, bengkak, terdapat banyak lesi dengan batas tidak jelas. mukosa bibir terdapat krusta yang mudah berdarah
Keadaan Umum : compos mentis rewelTANDA VITAL :HR : 120x/meniRR : 28x/menitSuhu : 36,8ºCS. generalisKep : Ca (-/-), Si (-/-)
Stomatitis
Stomatitis aftosa
rekuren
Terapi Suportif dan Simptomatis
Inf. RL 16 tpm
Cefotaxime 500mg/12 jam
Dexamethason 3 x ½ tablet
Paracetamol syr 3 x Cth 2 (KP)
Kenalog
Terapi Suportif dan Simptomatis
Inf. RL 16 tpm
Cefotaxime 500mg/12 jam
Dexamethason 3 x ½ tablet
Paracetamol syr 3 x Cth 2 (KP)
Kenalog
11
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
7 februari
2013Pasien mau mencoba makan, minum (+) banyak, bisa membuka mulut agak lebar, bibir berdarah (+) saat krusta lepas, demam (-), perut terasa perih(+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal
Leh : PKGB (-)Thorax : Cor et pulmo DBNAbdomen: DbnEkstrimitas : DbnS. LokalisMulut : mukosa mulut kemerahan,bengkak, terdapat lesi berwarna kekuningan, dengan batas tidak jelas, mukosa bibir terdapat krusta yang mudah berdarah
Keadaan Umum : compos mentisTANDA VITAL :HR : 120x/menitRR : 28x/menitSuhu : 36,5ºCS. generalisKep : Ca (-/-), Si (-/-)Leh : PKGB (-)Thorax : Cor et pulmo DBNAbdomen: DbnEkstrimitas : DbnS. LokalisMulut : mukosa mulut hiperemis, terdapat lesi kekuningan, dengan pseudomembran
Stomatitis aftosa
rekuren
Terapi Suportif dan Simptomatis
Inf. RL 16 tpm
Cefotaxime 500mg/12 jam
Dexamethason 3 x ½ tablet
Paracetamol syr 3 x Cth 2 (KP)
Kenalog
12
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
8 februari
2013
Pasien mau mencoba makan, minum (+) banyak, belum bisa membuka mulut agak lebar, bibir berdarah (-) saat tertawa atau menangis, demam (-), perut terasa perih(+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal
Keadaan Umum : compos mentisTANDA VITAL :HR : 120x/menitRR : 28x/menitSuhu : 36,5ºCS. generalisKep : Ca (-/-), Si (-/-)Leh : PKGB (-)Thorax : Cor et pulmo DBNAbdomen: DbnEkstrimitas : DbnS. LokalisMulut : mukosa mulut terdapat lesi berwarna kekuningan, dengan pseudomembran
Stomatitis aftosa
rekuren
Terapi Suportif dan Simptomatis
Cefotaxime 500mg/12 jam
Inf. RL 16 tpm
Dexamethason 3 x ½ tablet
Paracetamol syr 3 x Cth 2 (KP)
Kenalog
13
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DISKUSI
Stomatitis Apthousa Reccurent (SAR) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh
ulkus rekurens pada mukosa oral dan orofaring. Lesi stomatitis dimulai sebagai gelembung yang
kemudian yang kemudian pecah meninggalkan satu erosi / ulkus yang dangkal. SAR sering
dikaitkan hubungannya dengan immunologis, defisiensi hemtologis, alergi, abnormalitas
psikologikal. SAR diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu:
1. Stomatitis Apthous Recurrent minor
Aptous minor mempunyai keceenderungan terjadi pada mukosa bergerak yang
terletak pada jaringan kelenjar saliva minor. Sering terjadi pada mukosa bibir dan pipi, dan
jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti palatum durum dan gusi cekat. Gejala prodormal
terkadang muncul. Apthous minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning-
kelabu, dengan diameter sekitar 3-5 mm. Tidak ada bentuk vesicle yang terlihat pada ulkus ini.
Tepi eritematosus yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa. Rasa terbakar
merupakan keluhan awal, diikuti rasa sakit hebat beberapa hari. Kambuh dan pola terjadinya
bervariasi. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh spontan tanpa pembentukan
jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan penderita mengalami ulser multiple pada 1
periode dalam waktu 1 bulan
2. Stomatitis Apthous Recurrent mayor
Aptous mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari aptous minor, dengan ukuran
diameter lebih dari 1 cm, bersifat merusak, ulser lebih dalam, dan lebih sering timbul kembali.
Umumnya terjadi pada wanita dewasa muda yang mudah cemas. Seringnya multiple, meliputi
palatum lunak, fausea tonsil, mukosa bibir, pipi, dan lidah, kadang-kadang meluas sampai ke
gusi cekat. Ulkus ini memiliki karakteristik, crateriform, asimetris dan unilateral. Bagian
tengahnya nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh beberapa minggu atau bulan, dan
meninggalkan jaringan parut.
3. Stomatitis Apthous Recurrent herpetiform
Ulkus herpetiform ini, secara klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes primer. Gambaran
berupa erosi kelabu yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar,
bergabung dan menjadi tak jelas batasnya. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan timbul
berkelompok 10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritematosus dan mempunyai gejala sakit.
14
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral terutama pada ujung anterior lidah, tepi-tepi
lidah dan mukosa labial. Sembuh dalam waktu 14 hari.
Diagnosis Stomatitis apthosus recurrent ditegakan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis yang teliti sehingga dapat dibedakan dengan dapat membedakan RAS dari lesi
primer akut lain seperti stomatitis viral atau dari lesi multipel kronis seperti pemphigoid, sama
halnya dari penyebab terjadinya ulser rekuren, seperti penyakit jaringan ikat, reaksi obat-obatan,
dan penyakit kulit. Anamnesis harus ditekankan pada gejala kelainan darah, keluhan-keluhan
sistemik, dan lesi yang berhubungan dengan kulit, mata, genital, atau rektal. Pemeriksaan
laboratorium harus digunakan saat ulser bertambah parah Pasien dengan ulser minor atau mayor
yang parah harus mengetahui faktor penyebab yang diperiksa, termasuk penyakit jaringan ikat dan
kadar abnormal zat besi, folat, vitamin B12, dan ferritin.
Etiologi
Penyebab pasti dari SAR masih belum diketahui, namun kemungkinan bersifat
multifaktor karena kejadiannya tidak dipastikan rekuren dari faktor yang sama. SAR timbul
karena pengaruh faktor-faktor predisposisi seperti stres, trauma, alergi, gangguan endokrin,
makanan yang bersifat asam, atau makanan yang mengandung gluten. Pemeriksaan intra oral
diperlukan untuk mengetahui sumber trauma.
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan kemungkinan penyebab paling tinggi dari seluruh kejadian SAR,
dengan peningkatan insidensi yang dipengaruhi keterlibatan faktor lingkungan. Sekitar 40-50%
pasien yang terkena SAR memiliki riwayat keluarga yang juga pernah terkena SAR.
Kemungkinan dipengaruhi oleh status SAR orangtua. Hubungan juga meningkat pada anak
kembar. Studi oleh Ship menunjukkan bahwa pasien dengan orang tua positif-SAR memiliki
90% kemungkinan terjadinya SAR, dimana pada pasien dengan orang tua nonpositif-SAR
hanya memiliki kemungkinan SAR sebesar 20%.
2. Trauma
Pasien SAR sering dilaporkan terkena ulser akibat trauma seperti terkena sikat gigi atau injeksi
saat anestesi lokal. Trauma akibat gigitan dan penyikatan gigi yang salah, dapat menyebabkan
robeknya mukosa dan memperparah ulser yang sudah ada.
3. Alergi
Zat deterjen pada pasta gigi, misalnya sodium lauryl sulfat, diduga sebagai pemicu terjadinya
SAR pada beberapa orang. Mekanismenya diduga akibat abnormalitas imun. Merupakan
15
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
respon limfosit T terhadap antigen. Aksi sitotoksis dari limfosit dan monosit pada epitel
mukosa oral dapat menyebabkan ulserasi. Imunitas humoral dan cell-mediated terhadap antigen
streptokokus oral dan mukosa oral manusia tampaknya merupakan hal yang penting pada SAR.
Meskipun etiologinya tidak diketahui, berbagai studi baru-baru ini mencurigai proses
imunopatik yang melibatkan aktivitas sitolitik diperantarai sel sebagai respons terhadap HLA
atau antigen asing.
4. Stres dan menstruasi
Kedua faktor ini berperan penting sebagai penyebab kejadian SAR. Beberapa literatur
menyebutkan adanya hubungan yang erat antara SAR dengan siklus menstruasi meskipun
belum ada bukti yang menyakinkan bahwa keadaan psikologis atau stres berhubungan dengan
SAR.
Mekanisme terjadinya SAR pada stres berhubungan dengan hormon kortisol. Sekresi kortisol
yang meningkat pada respon stres meningkatkan level plasma kortisol. Hal ini akan
meningkatkan katabolisme protein sehingga penyembuhan luka menjadi lambat. Hormon
kortisol yang terbentuk dapat menghambat imunoglobulin A yang terdapat dalam saliva, yang
merupakan sistem imun dalam saliva. Sehingga apabila stres, kortisol meningkat, lalu IgA
menurun dan sistem imun turun sehingga mempermudah terjadi ulser.
5. Mikroorganisme
Beberapa mikroorganisme yang berperan terhadap terjadinya SAR diantaranya Streptococci,
HSV, Varicella Zoster dan Cytomegalovirus. Bentuk L dari streptokokus dicurigai menjadi
penyebab dalam pembentukan ulserasi aftosa.
6. Defisiensi nutrisi
Defisiensi zat besi (Fe), asam folat, vitamin B12 dan vitamin B-kompleks (vitamin B1, B2, dan
B6) dilaporkan berhubungan dengan kejadian SAR. Hubungannya biasanya karena defisiensi,
terutama vitamin B12 dan asam folat akibat malabsorpsi. Gangguan hematologik terutama
defisiensi besi, folat atau vitamin B12 khususnya serum Fe, folat, atau vitamin B12 juga
dihubungkan dengan SAR. Pada defisiensi ini, hemoglobin berada di bawah normal, dan
ditandai dengan mikrositosis atau makrositosis sel darah merah.
7. Faktor Sistemik
Kondisi sistemik yang mempengaruhi kejadian SAR diantaranya gangguan GIT, neutropenia,
HIV, defisiensi IgA, dan penggunaan obat-obatan anti inflamasi non steroid.
16
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Manifestasi Klinis
Tahap-tahap perkembangan ulser pada RAS:
Tahap prodormal : berlangsung 2 – 48 jam, rasa tidak enak di dalam mulut dan disertai
gejala malaise seperti demam. Tetapi tahap ini jarang terjadi pada kebanyakan pasien.
Tahap pre-ulseratif : ditandai dengan adanya mukosa yang berwarna kemerahan dan
bengkak.
Tahap ulseratif : merupakan tahap yang dominan, pasien merasakan adanya nyeri
lokal pada mukosa mulut. Terlihat lesi cekung dengan margin yang tajam dan jelas dikelilingi
daerah yang eritema dan oedem. Lesi berbentuk bulat atau oval regular. Hal ini berlawanan
dengan lesi traumatik yang berbentuk irregular.
Tahap penyembuhan : rasa nyeri menghilang, terlihat gambaran granulasi dan
pseodomembran.
Tahap remisi : tahap ini waktunya panjang / pendek, regular / irregular tergantung
dari faktor etiologi.
Patofisiologi SAR
Pada awal lesi terdapat infiltrasi limfosit yang diikuti oleh kerusakan epitel dan infiltrasi
neutrofil ke dalam jaringan. Sel mononuclear juga mengelilingi pembuluh darah (perivaskular),
tetapi vasculitis tidak terlihat. Namun, secara keseluruhan terlihat tidak spesifik.
Perjalanan stomatitis aphtous dimulai dari masa prodromal selama 1-2 hari, berupa panas
atau nyeri setempat. Kemudian mukosa berubah menjadi makula berwarna merah, yang dalam
waktu singkat bagian tengahnya berubah menjadi jaringan nekrotik dengan epitelnya hilang
sehingga terjadi lekukan dangkal. Ulkus akan ditutupi oleh eksudat fibrin kekuningan yang dapat
bertahan selama 10-14 hari. Bila dasar ulkus berubah warna menjadi merah muda tanpa eksudat
fibrin, menandakan lesi sedang memasuki tahap penyembuhan.
Terapi
Meskipun stomatitis aphthous recurrent dapat sembuh secara spontan dalam 10-14 hari
setelah onset, namun kelainan ini dapat menimbulkan rasa yang sangat sakit. Tujuan dari terapi
harus dapat mengurangi inflamasi, meminimalisir rasa sakit dan rasa tidak nyaman, serta
mempercepat proses penyembuhan. Beberapa pengobatan yang dianggap baik meliputi
penggunaan antibiotik, obat kumur antimikroba, dan suplemen makanan.
Pengobatan diberikan berdasarkan tingkat keparahan penyakit. Pada kasus yang ringan
dengan 2-3 lesi ringan dapat digunakan obat topikal seperti Orabase atau Zilactin. Sebagai pereda
17
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi atau diklofenak. Topikal analgesik dengan sediaan obat
kumur atau spray, seperti benzydamine hidrochloride dapat digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan. Penggunaan 2% gel lignocaine secara langsung atau dicairkan sebagai obat
kumur, lebih efektif untuk kasus SAR yang parah. Penggunaan jangka panjang lignocaine tidak
disarankan, karena mempunyai efek sistemik jika terabsorbsi. Obat untuk tenggorokan (Over-the-
counter throat Lozenges) yang mengandung anestesi, selalu dikombinasikan dengan antiseptik,
dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan SAR tapi kebanyakan mengandung gula.
Beberapa pasien juga membutuhkan analgesik sistemik seperti ibuprofen dan parasetamol.
Bahan antiseptik dapat sangat membantu untuk mengurangi infeksi sekunder sementara,
dengan sedian obat kumur, gel, dan pastiles. Obat kumur klorheksidin digunakan secara luas
untuk perawatan simtomatik SAR dan membantu pasien yang sulit memelihara kebersihan
mulutnya. Digunakan 3 kali sehari setelah makan dan dikumur dalam mulut sekitar 1 menit,
mengurangi durasi dan ketidaknyamanan SAR. Larutan zink sulfat dan zink klorida juga
mempunyai efek yang menguntungkan.
Pada kasus berat digunakan kortikosteroid topikal seperti fluocinonide, betamethasone,
atau clobetasol untuk mempercepat waktu penyembuhan dan mengurangi ukuran lesi. Gel dapat
digunakan 2 – 3 kali sehari sesudah makan dan saat akan tidur. Area lesi dikeringkan sebelum
aplikasi topikal kortikosteroid, kemudian obat diaplikasikan tanpa tekanan didaerah lesi. Pasien
diinstruksikan untuk tidak makan dan minum sekitar satu jam setelah aplikasi topikal
kortikosteroid tersebut. Obat topikal lainnnya yang dapat mengurangi waktu penyembuhan SAR
adalah tetrasiklin topikal, yang dapat digunakan sebagai obat kumur.
Pada pasien ini, melalui anamnesis didapatkan satu hari sebelum muncul sariawan, pasien
batuk pilek dan demam, kesesokan harinya muncul beberapa gelembung pada mukosa mulut dan
bibir yang akhirnya pecah menjadi ulkus, semakin lama semakin banyak, selain itu juga terdapat
selaput warna putih kekuningan, mulut dan bibir bengkak, pasien tidak mau makan, karena takut
sakit saat makan atau membuka mulut agak lebar, pasien dibawa ke puskesmas dan diberi
paracetamol dan kandistatin drop, tetapi keluhan tdak berkurang dan semakin memberat. SAR
pada stadium prodormal biasanya diawali dengan gejala rasa tidak enak di dalam mulut dan
disertai gejala malaise seperti demam, hal ini berlangsung selama 2 – 48 jam, kemudian muncul
mukosa kemerahan dan bengkak, kemudian muncul lesi yang terasa nyeri, sehingga pasien tidak
mau membuka mulutnya lebih lebar dan takut untuk makan dan minum.
18
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Dari riwayat penyakit keluarga, didapatkan ibu dan saudara sepupu pasien pernah
mengalami sakit yang serupa, faktor genetik sendiri merupakan kemungkinan penyebab paling
tinggi dari seluruh kejadian SAR. Defisiensi zat besi (Fe), asam folat, vitamin B12 dan vitamin B-
kompleks (vitamin B1, B2, dan B6) dilaporkan berhubungan dengan kejadian SAR, sedangkan
pada pasien ini, pasien sama sekali tidak mau mengkonsumsi daging sapi, ayam, atau pun ikan,
pasien juga tidak menyukai sayuran, sehingga kemungkinan pasien mengalami defisiensi zat besi
( kadar hemoglobin dibawah normal), asam folat dan juga vitamin B, sehingga kemungkinan
terjadinya SAR pada pasien ini semakin meningkat. Dari hasil laboratorium menunjukkan angka
leukosit normal, tetapi monositnya meningkat (18%) hal ini menunjukkan adanya infeksi yang
berlangsung lama. Terapi yang diberikan adalah terapi suportif dan simtometik, tujuan dari terapi
harus dapat mengurangi inflamasi, meminimalisir rasa sakit dan rasa tidak nyaman, serta
mempercepat proses penyembuhan.
19
ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
Cawson, R.A. ; E.W. Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 7th ed. Churchill
Livingstone : Edinburg.
Casiglia, Jeffrey M. 2010. Aphthous Stomatitis. http://emedicine.medscape.com. Diakses 12 februari
2013
Gayford, J.J and Haskell,R. 1990. Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). Alih Bahasa oleh Drg.
Lilian Yuwono. Jakarta : EGC.
Gandolfo et al. 2006. Oral Medicine. Churchill Livingstone : Elsevier.
Greenberg and Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine. Oral Medicine. 11 th edition. Ontario: BC
Decker Inc.
Lamey and Lewis. 1991. Oral Medicine in Practice. Glasgow dental hospital and school.
Langlais and Miller. 2000. Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta:
Hipokrates.
Little, dkk. 2002. Dental Management Of The Medically Compromised Patient. 6th ed. St. Louis:
Mosby.
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : EGC