Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota) Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 1 BAB III RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA BWK I (PUSAT KOTA BATU) 3.1. Rencana Struktur Ruang BWK I truktur ruang dalam kaidah keplanologian adalah suatu sistem hirarki berjenjang yang mewadahi kegiatan kota baik itu secara spatial maupun non spatial. Pembentukan struktur ruang ini memerlukan beberapa preparat ukur antara lain yaitu ; kependudukan, kelengkapan fasilitas, dan aksesbilitas. Berdasarkan hal tersebut maka dihasilkan wilayah yang dijadikan pusat orientasi pergerakan dengan skala luas dan wilayah di bawahnya yang merupakan wilayah pengaruh. Struktur ruang yang ada di BWK I adalah sebagai berikut ; 3.1.1. Rencana Struktur Pusat Pelayanan BWK Berdasarkan kondisi eksisting, pusat pelayanan yang sudah terbentuk di wilayah perencanaan terdapat di sekitar Alun – alun dengan konsentrasi di sepanjang koridor Jalan Diponegoro, Gajah Mada, dan Panglima Sudirman dengan adanya S
ini peraturan daerah tenteng tata kota batu. semoga membantu kalian yaa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 1
BAB III RENCANA DETAIL TATA
RUANG KOTA BWK I (PUSAT KOTA BATU)
3.1. Rencana Struktur Ruang BWK I
truktur ruang dalam kaidah keplanologian adalah suatu
sistem hirarki berjenjang yang mewadahi kegiatan kota baik
itu secara spatial maupun non spatial. Pembentukan
struktur ruang ini memerlukan beberapa preparat ukur
antara lain yaitu ; kependudukan, kelengkapan fasilitas, dan aksesbilitas.
Berdasarkan hal tersebut maka dihasilkan wilayah yang dijadikan pusat orientasi
pergerakan dengan skala luas dan wilayah di bawahnya yang merupakan
wilayah pengaruh. Struktur ruang yang ada di BWK I adalah sebagai berikut ;
3.1.1. Rencana Struktur Pusat Pelayanan BWK Berdasarkan kondisi eksisting, pusat pelayanan yang sudah terbentuk di
wilayah perencanaan terdapat di sekitar Alun – alun dengan konsentrasi di sepanjang
koridor Jalan Diponegoro, Gajah Mada, dan Panglima Sudirman dengan adanya
S
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 2
kegiatan perkotaan skala kota yang mengelompok di sekitar koridor jalan tersebut.
Pengembangan lebih lanjut pusat pelayanan yang ada saat ini dipertahankan dengan
pengembangan pada kegiatan perkotan yang melengkapi dari yang ada.
Menyesuaikan dengan konsep pengembangan yang menggunakan konsep
multiple nucklei maka untuk wilayah yang lain akan diarahkan sebagai Unit Lingkungan
yang juga memiliki pusat. Untuk lebih lebih jelasnya mengenai struktur pusat
pelayanan BWK I adalah sebagai berikut ;
1. Kelurahan Sisir Unit Lingkungan I dengan Pusat di Krajan 2. Kelurahan Temas Unit Lingkungan II dengan Pusat Genengan
3. Kelurahan Songgokerto Unit Lingkungan III dengan Pusat di Songgoriti 4. Kelurahan Ngaglik Unit Lingkungan IV dengan Pusat di Ngalik Utara dan Selatan
5. Desa Pesanggrahan Unit Lingkungan V Pusat di Srebet 6. Desa Oro-oro Ombo Unit Lingkungan VI Pusat di Oro – Oro Ombo
Untuk lebih mengefesienkan struktur pelayanan dan juga dalam proyeksi
kebutuhan nantinya, maka pusat Unit Lingkungan yang berdekatan dengan pusat kota/BWK peletakkannya diintegrasikan ke dalam pusat BWK tersebut. Adapun pusat yang dimaksud adalah pusat Unit Lingkungan I dan Unit Lingkungan IV. Hal ini
dimungkinkan karena wilayah Krajan (UL I) dan Ngaglik Utara serta Selatan (UL IV) masih merupakan pusat BWK/kota. Tujuan dari arahan struktur pusat pelayanana ini ;
Untuk lebih mengintegralkan wilayah BWK I ke dalam kesatuan ruang yang memilki
efesiensi pergerakan baik itu barang maupun manusia sehingga diharapkan
akan relatif mampu untuk meminimalisasi konflik lalu-lintas.
Memberikan arahan pengembangan kota yang disesuaikan dengan
kemampuan daya dukungnya. Sehingga diharapkan akan relatif mampu
untuk memberikan keseimbangan ekologis
Relatif akan lebih mampu memberikan pelayanan yang lebih merata, karena
pusat – pusat pelayanan telah terdistribusikan sampai pada unit yang tekecil.
Masyarakat akan lebih dapat mengakses dengan lebih mudah terhadap
fasiltias yang ada pada pusat pelayanan tersebut. Dapat menjadi embrio bagi perkembangan wilayah tersebut baik dari segi
spatial maupun dari segi non spatial.
Mengurangi beban pusat kota sebagai pusat pelayanan skala kota, karena
ada beberapa fungsi pelayanan yang telah ada pada tingkat lingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan struktur pelayanan dapat dilihat pada
skema berikut dan peta 3.1.
Skema Struktur Pusat Pelayanan BWK I (Pusat Kota Batu)
Keterangan ;
I. Pusat BWK , Pusat Kota, dan pusat unit lingkugan I Krajan, Unit Lingkungan IV
Ngalik Utara dan Selatan
II. Pusat Unit Lingkungan II Genengan
III. Pusat Unit Lingkungan III Songgoriti
V. Pusat Unit Lingkungan V Srebet
VI. Pusat Unit Lingkungan VI Oro – Oro Ombo
Adapun luasan dari masing – masing desa dan kelurahan tersebut adalah
sebagai berikut ;
I
II
VI
V
III
Ke Desa Beji
Ke Desa Beji
Ke Desa Sidomulyo Ke Desa Sumberejo
Ke Pujon
I IV
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 3
Peta 3.1. rencana struktur ruang
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 4
TABEL 3.1. LUAS DESA DAN KELURAHAN DI BWK I
1 UL I (Kelurahan Sisir) 263.402 UL II (Kelurahan Temas) 461.053 UL III (Kelurahan Songgolerto) 566.864 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 320.275 UL V (Desa Pesangrahan) 699.406 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1691.63
4002.61Total
No. BWK/UL LUAS (Ha)
Sumber ; RTRW Kota Batu
3.1.2. Rencana Struktur Kegiatan Fungsional
Sebagai suatu pusat kota maka akan terjadi bayak konsentrasi atau
aglomerasi kegiatan di dalamnya. Kegiatan ini jika tidak diberi arahan yang
sistematis akan berpotensial menimbulkan inefesiensi keruangan. Dampak
berikutnya lagi akan dapat menurunkan tingkat kemampuan pelayanan dari
pusat kota.
Salah satu solusi yang ditawarkan disini adalah memberikan suatu
arahan sistematis agar struktur fungsional kota dapat berjalan dengan baik
sampai pada Unit Lingkungan. Arahan struktur kegiatan fungsional ini
diupayakan untuk dapat terdistribusikan secara berjenjang disesuaikan dengan
skala pelayanannya.
Adapun arahan terhadap rencana struktur kegiatan fungsional di
wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai berikut ;
F 1 (Fungsi Primer )
F 1.1. Pariwisata
F 1.2. Perdagangan dan Jasa
F 1.3. Pendidikan
F 1.4. Kesehatan
F 1.5. Perkantoran
F 2 (Fungsi Sekunder )
F 2.1. Perdagangan dan Jasa
F 2.2. Pendidikan
F 2.3. Kesehatan
F 2.4. Permukiman
F 2.5. Transportasi
Pembagian menjadi dua fungsi pokok ini dimaksudkan agar terjadi
pengkhususan fungsi dalam lingkup skala pelayanan yaitu skala kota / BWK dan
skala pelayanan Unit Lingkungan. Aktualisasinya akan teraplikasikan pada
arahan pengembangan fasilitas kegiatan fungsional yang tentunya akan terjadi
pembedaan antara fasilitas skala pelayanan kota / BWK dengan fasilitas skala
unit llingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan pengembangan kegiatan
fungsional dapat dilihat pada peta 4.2 berikut.
Berdasarkan kegiatan dan pembagian Unit Lingkungan yang ada di BWK I
Pusat Kota Batu maka arahan kegiatan fungsional masing – masing Unit
Lingkungan dijabarkan dalam dua kegiatan utama, yaitu :
Kegiatan Primer, yaitu kegiatan fasilitas yang mempunyai jangkauan
pelayanan kota dan regional dengan didukung potensi, daya dukung
lahan, sosial budaya dan sistem jaringan jalan yang ada maupun yang
akan dikembangkan.
Kegiatan Sekunder, yaitu kegiatan fasilitas yang mempunyai jangkauan
pelayanan terbatas pada penduduk yang ada di kota maupun di Bagian
Wilayah Kota (BWK) dan Unit Lingkungan (BWK).
Dari dua dua jenis kegiatan tersebut, pusat-pusat pelayanan yang telah
ditetapkan dikembangkan kegiatan sebagai berikut :
Kegiatan Primer
Pasar Induk (F 1.2) arahan pada pasar induk ini berupa kegiatan
perdagangan dengan skala aktifitas tingkat grosir dan juga eceran
dengan jenis komoditi sembilan bahan pokok. Sentra pasar induk ini
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 5
dikembangkan dengan mempertahankan eksistensi pasar di Jalan
Dewi Sartika.
Pusat Perdagangan dan Jasa (Kawasan Komersial) (F 1.2) arahan
fungsi ini berupa pengembangan kawasan komersial dengan komoditi
jual berupa sandang, pangan dan papan, serta pelengkap.
Konsentrasi kegiatan ini di sepanjang ruas jalan Patimura,
Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman bagian bawah sebelum
fasilitas pendidikan Yayasan Sang Timur.
Obyek Wisata Rekreasi dan Pusat Pelayanan Usaha Jasa Wisata
(F1.1) arahan fungsi ini berupa pengembangan kawasan wisata di
lokasi Jatim Park, Agro Wisata, dan Songgoriti.
Fasilitas Umum dan Sosial skala Kota dan BWK (F 1.3, F 1.4, F 1.5)
arahan fungsi ini berupa pengembangan fasilitas umum yang
diperuntukkan bagi warga Kota Batu secara keseluruhan termasuk
wilayah BWK I. Konsentrasi fasilitas ini di Jalan Panglima Sudirman,
Sultan Agung, Agus Salim, Samadi, Ikhwan Hadi, WR Supratman, dan
seterusnya.
Kegiatan Sekunder
Perdagangan dan Jasa (F 2.1) arahan fungsi sekunder perdagangan
dan jasa berupa pengembangan fasilitas ini dengan konsentrasi skala
pelayanan hanya pada tingkat unit lingkungan (Kelurahan/desa).
Fasilitas Umum dan Sosial (F 2.2, F 2.3) arahan fungsi ini berupa
pengembangan fasilitas antara lain berupa perkantoran permerintah
(keluruhan/desa), pendidikan (TK, SD), Kesehatan (Balai Pengobatan,
Praktek Dokter), dan fasilitas lain dengan skala pelayanan hanya pada
tingkat unit lingkungan (Kelurahan/desa).
Sub Terminal (F2.5) arahan pengembanganya berupa pengembangan
sub terminal baru di Songgorit (Jalan Arum Dalu) dan mengubah
status terminal Batu menjadi Sub Terminal Temas.
Permukiman Intensitas Rendah–Tinggi (F2.4) arahan
pengembanganya berupa alokasi lahan bagi fasilitas ini di tiap unit
lingkungan.
Sedangkan untuk pusat pelayanan Unit Lingkungan dikembangkan kegiatan
sebagai berikut :
1. UL I (Kelurahan Sisir), pusat pelayanan di Krajan ditandai dengan
keberadaan Kantor Kelurahan, tempat ibadah, pendidikan, dan
perdagangan dan jasa. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan I :
Perdagangan dan Jasa Intensitas sedang-tinggi berada di
sepanjang koridor Jalan Diponegoro, dan sebagian Gajah Mada.
Fasilitas Umum dan Sosial berada di Agus Salim, Sultan Agung,
Bromo, Semeru, Arjuno.
Permukiman Intensitas Tinggi berada di wilayah Meduran dan
Kaliputih.
Wisata dan Rekreasi di Jatim Park, dan Alun - Alun
2. UL II (Kelurahan Temas), pusat pelayanan di Genengan ditandai dengan
keberadaan pasar Induk Batu di Jalan Dewi Sartika, tempat peribadatan,
perkantoran, terminal, dan perdagangan/jasa. Pengembangan kegiatan di
Unit Lingkungan II :
Pasar Induk berada di Jalan Dewi Sartika
Perdagangan dan Jasa intensitas sedang - tinggi berada di Jalan
Patimura, Dewi Sartika, Imam Bonjol.
Fasilitas Umum dan Sosial berada di Jalan Wukir, Dewi Sartika.
Sub Terminal berada di Jalan Dewi Sartika.
Permukiman Intensitas Sedang -Tinggi di wilayah, Raya Oro – Oro
Ombo, Gelonggong, Besul, Temas Barat, Genting.
3. UL III (Kelurahan Songgokerto), pusat pelayanan di Songgoriti ditandai
dengan keberadaan obyek wisata permandian, hotel, villa, pasar wisata,
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 6
tempat ibadah, dan pendidikan. Pengembangan kegiatan di Unit
Lingkungan III :
Wisata Songgoriti dan Pasar Wisata di Jalan Songgoriti.
Pendaratan Paralayang Gunung Banyak.
Perdagangan dan Jasa intensitas sedang di Jalan Songgoriti, dan
Arum Dalu
Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Arum Dalu, dan Songgoriti
Usaha Jasa Wisata secara terbatas Intensitas sedang di Jalan
Arum Dalu, dan Jalan Songgoriti.
Sub Terminal di Jalan Arum Dalu.
Permukiman dan Villa Intensitas sedang di Jalan Arum Dalu, dan
Jalan Songgoriti.
4. UL IV (Kelurahan Ngaglik), pusat pelayanan di Ngaglik Utara dan
Selatan ditandai dengan keberadaan fasilitas Kesehatan, Peribadatan,
Pendidikan, Perdagangan/jasa. Pengembangan kegiatan di Unit
Lingkungan IV :
Perdagangan dan Jasa intensitas sedang-tinggi di Jalan Gajah
Mada, sebagian Jalan Panglima Sudirman, Brantas.
Wisata Rekreasi di Agro Wisata.
Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Panglima Sudirman, Ikhwan
Hadi.
Permukiman dengan intensitas sedang-tinggi di wilayah Ngalik
Utara, Ngalik Selatan, dan Ngemul.
5. UL V (Desa Pesanggrahan), pusat pelayanan di Srebet ditandai dengan
keberadaan Kantor Desa, tempat peribadatan, dan pendidikan.
Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan V :
Perdagangan dan Jasa intensitas rendah – sedang di Suropati,
Hasanuddin,
Usaha Jasa Wisata Intensitas sedang di Jalan Panglima Sudirman,
Hasanuddin, dan Indragiri.
Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Suropati, Samadi,
Permukiman dan Villa dengan intensitas sedang di Jalan Anggrek
dan Mawar.
6. UL VI (Desa Oro-oro Ombo), pusat pelayananan di Oro-oro Ombo di
tandai dengan keberadaan Kantor Desa, pendidikan, dan tempat
peribadatan. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan VI :
Perdagangan dan Jasa intensitas rendah-sedang di Jalan Oro –
Oro Ombo Raya, dan Dresel, serta Gondorejo.
Obyek Wisata Coban Rais di Gunung Panderman
Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Gondorejo, dan Oro – Oro
Ombo raya sert Dresel.
Permukiman dan Villa dengan intensitas rendah – sedang di Jalan
Gondorejo, Dresel, dan Oro – Oro Ombo Raya.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur kegiatan fungsional dapat
dilihat peta 3.2 berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 7
Peta 3.2 struktur kegiatan fungsional
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 8
3.2. Rencana Proyeksi dan Distribusi Penduduk
Perkembangan suatu kota salah satu indkatornya adalah terlihat dari
bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk di wilayah rencana sampai
tahun akhir perencanaan 2008 sejumlah 73.800 jiwa. Distribusi terbesar sampai
tahun 2008 teralokasikan di Unit Lingkungan Sisir sebesar 21.579 jiwa
sedangkan yang terkecil di Unit Lingkungan Songgokerto sejumlah 6.622 jiwa.
Untuk kepadatan yang tertinggi diarahkan di Unit Lingkungan Sisir
sejumlah 81 jiwa/ha, sedangkan yang terendah di arahkan pada Unit Lingkungan
Oro-oro Ombo sejumlah 5 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ; TABEL 3.2.
JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DI BWK I TAHUN 2003 - 2008
2001 2003 2008 2003 20081 UL I (Kelurahan Sisir) 263.40 18,593 19,344 21,358 73.44 81.082 UL II (Kelurahan Temas) 461.05 12,493 12,998 14,351 28.19 31.133 UL III (Kelurahan Songgolerto) 566.86 5,765 5,998 6,622 10.58 11.684 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 320.27 10,285 10,701 11,814 33.41 36.895 UL V (Desa Pesangrahan) 699.40 10,197 10,609 11,713 15.17 16.756 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1691.63 6,914 7,193 7,942 4.25 4.69
4002.61 64,247 66,843 73,800 27.51 30.37
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Total
Kepadatan (Jiwa/Ha)No. BWK/UL LUAS (Ha)
Sumber ; Hasil rencana
3.3. Rencana Penggunaan Lahan 3.3.1. Rencana Kawasan Lindung Non Budidaya
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan mempunyai fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa bagi
kepentingan pembangunan berkelanjutan. Termasuk dalam fungsi kawasan
lindung adalah kawasan yang memberi perlindungan bagi kawasan bawahannya
(kawasan hutan lindung, kawasan resapan air); kawasan perlindungan setempat
(kawasan sekitar sumber mata air, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar
waduk atau danau, kawasan terbuka hijau); kawasan pelestarian alam dan
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan tak terbangun dibagi dalam dua, yaitu kawasan lindung meliputi
kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya (hutan dan gunung);
Kawasan perlindungan setempat (sumber mata air dan kawasan sempadan
sungai); kawasan rawan bencana (banjir, longsor dan letusan gunung berapi,
kebakaran hutan); kawasan ilmu pengetahuan dan cagar budaya (nilai sejarah,
balai penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan) dan kawasan budidaya
tidak terbangun semak, sawah, tegalan, perkebunan, lahan kosong dan ruang
terbuka hijau.
Berdasarkan kriteria yang telah dianalisa pada pembahasan sebelumnya,
dan arahan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu maka kawasan lindung
di wilayah perencanaan BWK I adalah sebagai berikut ;
3.3.1.1. Kawasan Perlindungan Bawahannya A. Kawasan Hutan Wisata Kawasan hutan wisata merupakan fungsi hutan produksi atau hutan
lindung yang diperuntukkan sebagai kegiatan wisata dapat berupa olahraga,
penelitian, peristirahatan, camping, pendakian dan kegiatan alam laiinya. Hutan
wisata terdapat di Gunung Panderman, biasanya kawasan ini digunakan untuk
pendakian para pecinta alam dan area camping alam dan pegunungan.
Kawasan Panderman telah ada jalan setapak untuk pendakian menuju ke
puncak Gunung dan jalur pendakian melalui Desa Toyomerto, sebagai desa
terakhir. Gunung Panderman berbatasan dengan Desa pesanggrahan, Desa
Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik.
Taman wisata Songgoriti sebagai daerah peristirahatan dan area rekreasi
dimana daerah sekelilingnya sebelah Utara dan Barat merupakan kawasan
hutan produksi sehingga memiliki kawasan alam yang indah, sedangkan sebelah
Barat dan sekelilingnya merupakan kawasan pertanian hortikultura.
Kawasan Air terjun Coban Rais terletak di Desa Oro-Oro Ombo, termasuk
area hutan wisata dimana kondisi sekitarnnya dapat digunakan untuk penelitian,
olahraga dan camping. Kawasan ini sering digunakan untuk jogging dengan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 9
pemandangan hutan Pinus di sekitar area tersebut. Kesegeran dan nuansa
alami merupakan bagian dari ciri hutan wisata yang berfungsi sebagai daerah
penyangga kawasan sekitarnya sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan
wisata alam. Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu untuk kawasan Hutan Wisata di
wilayah perencanaan di arahkan wilayahnya pada Kawasan Wisata Gunung
Panderman.
Pemanfaatan kawasan hutan wisata pada saat ini merupakan fungsi hutan
produksi atau hutan lindung yang diperuntukkan sebagai kegiatan wisata dapat
berupa olahraga, penelitian, peristirahatan, camping, pendakian dan kegiatan
alam lainya. Hutan wisata terdapat di Gunung Panderman, biasanya kawasan ini
digunakan untuk pendakian para pecinta alam dan area camping alam dan
pegunungan. Kawasan Panderman telah ada jalan setapak untuk pendakian
menuju ke puncak Gunung dan jalur pendakian melalui Desa Toyomerto,
sebagai desa terakhir. Gunung Panderman berbatasan dengan Desa
pesanggrahan, Desa Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik.
Permasalahan saat ini adalah penggunaan kawasan ini untuk budidaya
pertanian sayuran dan perladangan. Hal ini dapat membahayakan karena jenis
komoditi yang ditanam memiliki perakaran yang kurang kuat kuat sehingga pada
musim penghujan akan rawan terjadi erosi.
Arahan Pengendalian dari kondisi ini perlu dilakukan pendekatan yang
kontinu dan humanis mengingat petani yang menggarap lahan di kawasan ini
menjadikannya sebagai mata pencaharian pokok. Sistem kerja sama yang saling
menguntungkan antara petani, dan pemerintah dalam hal ini Perhutani, Dinas
Pertanian, dan Pemda Kota perlu dilakukan. Langkah strategis seperti
penerapan pola sistem tumpang sari antara tanama sayuran dengan tanaman
yang memiliki perakaran kuat dapat dijadikan alternatif termasuk juga
penerapan sistem bertani terasering yang relatif mampu memperlambat laju run
off air hujan dengan harapan tingkat erosi dapat ditekan. Pola ini diharapkan
akan merupakan solusi yang saling menguntungkan dimana petani mengarap
lahan tetapi pengawasan dan rehabilitasi lahan akan tetap berjalan seiring.
Pembukaan areal baru untuk lahan budi daya dilarang dan arel yang telah ada
diawasi dengan ketat. Pengawasan dan pengendalian ketat diberlakukan pada
kawasan ini bekerja sama dengan pihak Perhutani sebagai lembaga teknis dan
perangkat legalisasi Perda oleh Pemda Kota Batu.
B. Kawasan Hutan Lindung Kawasan Hutan Lindung di wilayah berdasarkan kriteria diatas dan arahan
dari RTRW Kota Batu dan Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I
Pusat Kota Batu diarahkan pada wilayah ;
Kawasan Hutan sebelah Barat Daya (masuk wilayah Perum Perhutani) yaitu
di kawasan Gunung Srandil, dan Gunung Panderman.
Kawasan hutan lindung terdapat di kawasan sekitar Gunung Panderman
dan Gunung Srandil dengan kemiringan lahan > 40% dan ketinggian > 2000 M.
Pemandangan di kawasan ini sangat indah karena dapat melihat Kota Batu
secara keselurahan dengan pemandangan yang indah pada malam hari.
Kawasan hutan lindung di Gunung Panderman termasuk Desa Pesanggrahan
dan Desa Oro-Oro Ombo. Fungsi dan kedudukan kawasan hutan lindung
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kedudukan BWK Pusat Kota Batu
karena sebagai daerah resapan, penyangga dan penyeimbang bahkan Kota
Batu secara keseluruhan.
Permasalahan sama seperti kawaan hutan wisata, yaitu pemanfaatan
kawasan untuk lahan budidaya pertanian berupa tegalan dengan komoditi
saryuran dan juga digunakan sebagai areal villa estate Panderman Hill.
Arahan pengendalian untuk kegiatan perladangan sama seperti pada
penanganan kawasan hutan wisata. Sedangkan untuk kawasan villa estate
Panderman Hill akan dibatasi pengembangannya secara ketat, dan mewajibkan
untuk melakukan penanaman vegetasi dengan perakaran yang kuat pada
kavling yang belum dibangun. Mengingat pada saat ini banyak kavling yang
belum dibangun dan dibiarkan kosong tanpa vegetasi penyanggaa. Pola
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 10
penanaman vegetasi dapat diatur sinergi dengan rencana pertamanan villa
tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta 3.3 arahan kawasan lindung ;
C. Kawasan Peresapan Air Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu dan berdasarkan kriteria
kawasan peresapan air adalah kawasan bercurah hujan yang tinggi, berstruktur
tanah yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara besar-besaran. Maka arahan Rencana Detail Tata
Ruang Kota BWK I Pusat Kota Batu untuk kawasan ini adalah ;
Sebelah Barat Daya wilayah perencanaan di lereng Gunung. Srandil dan
Gunung Panderman yaitu di sebelah selatan Desa Pesanggrahan, dan Desa
Oro-oro Ombo.
Permasalahan mengingat kawasan resapan air ini lokasinya integral
dengan kawan hutan wisata, dan hutan lindung maka memiliki permasalahan
yang sama. Untuk itu arahan pengendaliannya juga menerapkan pola yang
sama dengan dua kawasan sebelumnya.
3.3.1.2. Kawasan Perlindungan Setempat A. Sumber Mata Air Kawasan sekitar sumber mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian mata air.
Kawasan ini ditentukan sekurangnya dalam radius 200 m sekitar mata air.
Sumber mata air yang ada di Pusat Kota Batu jumlahnya 27 sumber yang
tersebar di seluruh kawasan ini. Untuk lebih spesifik sumber mata air ini
dideskripsikan berdasarkana administrasi di BWK Pusat Kota Batu, yaitu :
1. Kelurahan Sisir Sumber mata air yang ada tersebar di beberapa titik, yaitu Sumber
Pingkan, Sumber Kauman, Sumber Pendem, Sumber Torong I, II, III. Sumber
Pingkan dan Kauman berada di daerah permukiman penduduk di Krajan;
sedangkan Sumber Pendem, Sumber Belik dan Sumber Torong berada di
daerah pertanian sawah, Kaliputih.
2. Kelurahan Temas
Sumber mata air terdapat di beberapa titik yaitu, Sumber Genting, Sumber
Wunut, Sumber Tulus, Sumber Torongkubo, Sumber Ceprik, Sumber
Trenggolan, Sumber Ledok, Sumber Kandang, Sumber Genenggal, Sumber
Kampungteh, dan Sumber Reco
Sumber Genting, Wunut, Tulus, Torongtubo, Kampungteh, dan Ceprik
berada di daerah pemukiman penduduk; sedangkan Sumber Trenggolan, Ledok,
Kandang, dan Genenggal, di daerah pertanian sawah.
3. Kelurahan Nganglik Sumber mata air di Kelurahan Ngaglik hanya satu, yaitu Sumber Belik
Ciduk. Sumber air yang berada di daerah pemukiman dan dalam kondisi baik.
Letaknya di Ngaglik Utara.
4. Kelurahan Songgokerto
Sumber mata air yang ada di daerah ada di beberapa titik, yaitu sumber
Torengdadap, Sumber Kasinan, Sumber Torongbelok, dan Sumber Karang
Wlico. Sumber Kasinan berada di daerah pertanian hortikultura, sedangkan
Torongbelok, Torengdadap dan Karang Wlico berada di kawasan hutan. Sumber
Karang wlico dan Kasinan dimanfaatkan untuk sumber air bersih bagi penduduk
setempat. Debit dan kondisinya masih sangat baik sebagai sumber untuk
kepentingan penduduk.
5. Desa Pesanggrahan Sumber air yang terdapat di Unit Lingkungan ini ada 2, yaitu Sumber
Seruk dan Sumber Belik Belur. Sumber Seruk berada di daerah pertanian
hortikultura dan telah dibuatkan bak penampung air yang ada dan kadang
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mandi. Kondisi debit air keduanya cukup
baik.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 11
Peta 3.3. kaw lindung
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 12
6. Desa Oro-Oro Ombo
Sumber yang terdapat di unit linkungan ini ada 3, yaitu Sumber Andong,
Gondorejo dan Sumber Dami. Sumber Andong dan Gondorejo berada di daerah
tegalan Gondorejo; sedangkan Sumber Darmi di kawasan hutan Lindung dekat
air terjun Coban Rais.
Sumber mata air yang ada di wilayah rencana, secara kaidah tata ruang
akan ditetapkan memiliki sempadan seperti yang telah disebut diatas, apabila
pada saat ini telah terdapat kegiatan budi daya pada areal sempadan tersebut
maka perkembangnnya akan dibatasi secara ketat terutama untuk pengunaan
lahan katagori areal terbangun. Sedang pada areal mata air yang masih alami
kawasan sempadan akan berlaku secara mutlak.
B. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan
sungai, termasuk sungai buatan./kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Kriterianya adalah :
sungai besar di luar kawasan pemukiman selebar minimal 100 m
anak sungai di luar kawasan permukiman selebar 50 m
sungai di kawasan permukiman selebar 15 m
sungai bertanggul sempadannya diukur dari kiri-kanan kaki tanggul bagian
luar sempadan tanggul sungai.
Sungai tidak bertanggul diukur dari titik banjir tertinggi ke arah darat. Permasalahan di beberapa lokasi sungai seperti sungai Brugan, Clumprit,
Curah Krikil dan Mranak ada sempadan yang digunakan sebagai permukiman.
Untuk Sungai Brugan di wilayah Songgoriti, untuk Sungai Clumprit di wilayah
Sukomulyo, Besul dan Glonggong, Sungai Curah Krikil di wilayah Glonggong,
Sungai Mranak di wilayah Genengan.
Arahan pengendalian bagi kondisi ini adalah pengendalian ketat dengan
membatasi secara ketat pembangunan di sekitar sempadan ini Sedangkan untuk
sempadan sungai yang penggunaan sempadannya masih didominasi oleh
kegiatan non terbangun seperti di pinggir Sungai Brantas (batas Utara wilayah
perencanaan) maka akan tetap dipertahankan dan pemberlakuan ketetapan
sempadan sungai berlaku mutlak.
Adapun arahan pengendalian untuk pengaturan sempadannya adalah
sebagai berikut ;
1) Sungai Brantas yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter untuk
sempadan sungainya ditetapkan :
Sungai Brantas yang tidak bertanggul, garis sempadan sungai ditetapkan
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai.
Sungai Brantas yang bertanggul yang berada di kawasan permukiman
sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di
sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
2) Sungai kecil yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter di wilayah
BWK I Pusat Kota terdapat pada Kali Klumprit, Kali Mranak, Kali Brugan dan
Kali Curah Krikil sempadan sungainya ditetapkan :
Sungai yang tidak bertanggul, garis sempadan sungai ditetapkan
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai.
Sungai yang bertanggul yang berada di kawasan permukiman sempadan
sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul.
3) Untuk anak sungai yang mengalir ke sungai kecil yang biasanya dimanfaatkan
untuk irigasi (pengairan) dan drainase sekunder untuk yang bertanggul
ditetapkan garis sempadan 1 (satu) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul untuk yang berada di dalam kawasan permukiman. Dan 3 meter
untuk yang tidak bertanggul dihitung dari tepi sungai.
C. Sempadan SUTT dan SUTET.
Keberadaan Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi yang
berada di wilayah perencanan perlu mendapat perhatian mengingat cukup
tinginya perkembangan penggunaan lahan yang dikhawatirkan dapat juga
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 13
menggunakan lahan di bawah SUTT dan SUTET. Untuk mengatur hal tersebut
beberapa ketentuan yang dapat dijadikan acuan adalah sebagai berikut ;
TABEL3.3 JARAK BEBAS MINIMUM SUTT DAN SUTET
DENGAN TANAH DAN BENDA LAINNYA
No Lokasi
SUTT 66 kV
SUTT 150 kV SUTET 500 kV
(m) (m) Sirkit-ganda (m)
Sirkit- tunggal (m)
1. Lapangan terbuka pada luar kota
6,5 7,5 10 11
2. Jalan raya 8 9 15 15 3. Pohon-pohon pada umumnya
3,5
4,6
8,5
8,5 4. Bangunan tidak tahan api dan
lapangan olah raga
12,5
13,5
14
15 5. Bagian bangunan yang tahan
api 3,5 4,5 8,5 8,5
6. SUTT lainnya: penghantar udara tegangan rendah, jaringan telekomunikasi dan kereta gantung
3
4
8,5
8,5
7. Rek kereta biasa 8 9 15 15 8. Jembatan besi, rangka besi
penahan penghantar kereta listrik terdekat dan sebagainya
3
4
8,5
8,5 9. Titik tertinggi tiang kapal pada
kedudukan air pasang/tertinggi pada lalu lintas air
3
4
8,5
8,5
Sumber : Peraturan instalansi listrik tahun 1987
Jaringan SUTT/SUTET di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu
berada dari arah Selatan melalui Kelurahan Temas (dusun Kampungteh),
Kelurahan Sisir (dusun Genengan – jalan Sultan Agung – dusun Kampung
Anyar) sampai Desa Pesanggrahan (dusun Srebet).
Permasalahan terdapat sempadan SUTT/SUTET yang peruntukkannya
digunakan sebagai lahan terbangun yaitu berada di wilayah Kampung Teh,
Genengan dan Kampung Anyar.
Arahan Pengendalian untuk wilayah Kampung Teh, dan Genengan
pelarangan pembangunan secara ketat terutama secara vertikal, maupun
horizontal. Sedangkan untuk Kampung Anyar segera diupayakan semacam jalur
larangan membangun mengingat masih ada lahan kosong di wilayah ini tepat di
bawah jaringan. Penyusunan Perda oleh Pemda dan Peraturan dari PLN
mengenai jalur larangan ini perlu segara di lakukan sebelum lahan kosong
tersebut berubah fungsi. Selanjutnya setelah pembebasan areal tersebut dapat
difungsikan dengan fungsi lahan non terbangun yang dikelola oleh Pemda
ataupun oleh PLN. Sedangkan perlakuan fisik konservasi pada daerah yang
dilalui SUTT/SUTET diarahkan berupa jalan dibawah SUTT/SUTET seperti di
jalan kembar Sultan Agung akan tetap dipertahankan. Sedangkan untuk
SUTT/SUTET yang tidak dimungkinkan dibawahnya dibuat jalan diarahkan untuk
dijadikan sebagai jalur hijau yang bisa terdiri dari pulau-pulau taman. Untuk
lebih jelasnya lihat peta 3.4 arahan perlindungan setempat (kawasan konservasi)
3.3.2. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di wilayah perencanaan
BWK I terdapat di beberapa lokasi yaitu di Songoriti, dan Jalan Panglima
Sudiman, serta WR. Supratman.
Dari dua lokasi tersebut dapat dibagi menjadi dua spesifikasi yaitu
kawasan budaya peninggalan jaman kerajaan berupa keberadaan bangunan
Candi di Songgoriti, dan kawasan budaya peninggalan jaman Kolonial Belanda
yang dintandai dengan keberadaan bangunan arsitektural Kolonial.
Bila dilihat dari kriterianya suatu kawasan disebut memiliki potensi
dikembangkan sebagai kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan apabila ;
kawasan yang dimaksud merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia
yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 14
Dewi Sartika Toko eceran Family, warung, Koperasi KusumaJaya, bengkel, BPR Bumi Rinjani, Bank KrisnaMandala, Bank BRI Unit Batu I, meubel sejati,Dermaga Kencana motor, kios buah, bengkel Honda, toko listrik cahaya abadi, dealer Kanzentoko listrik santoso, Bank Jatim, BNI,Columbiakredit, Pegadaian, Krisna Motor, Bank Danamontoko besi sumber jaya, Koperasi simpan pinjamArta Karya, bank Mandiri, toko alat rumah tangga surya kencana, depot, sanjaya motor,kios oleh-oleh kripik kentang super, wismaNala,
Imam Bonjol Hotel Imam Bonjol, toko Ismaniya, warung,bengkel, toko kain Barokah, bengkel motor, wartelkios buah, toko kain Mulyo, salon Liana
2 Kel. Sisir Diponegoro Pembibitan kaktus, depot rejeki, BPR Pancadana Batu, toko material 27, BRI Kacab Batu,toko keramik Anugerah, bengkel Diponegoro,kios oleh-oleh, toko oli mobil Diponegoro 86,restoran rawon brintik, persewaan alat pestakomando, warung amanda, toko oli sinar terangwijaya motor, SPBU, restoran ayam kalasan,subur motor, notaris Roy Pudyo,bougenvillecafé resto, restoran mesir, bank Lippo, depomaterial rejo agung
Agus Salim Warung, bengkel, BPR Tripakarti, Koperasi Pegawai Negeri,wartel, salon, BPR Artorejotoko meubel Olympic, pangkas rambut
Sultan Agung Koperasi Distribusi Langgeng, Imam Bonjol Atas Fitri CateringAbdul Gani Atas Lesehan Pondok Bambu, Hotel Paleran SoerabayaGajah Mada Batu PlazaSudirno Pedagang Kaki Lima makanan dan minumanWR Supratman Asuransi Jiwa Sraya, bengkel, warung, toko
onderdil,3 Kel. Ngaglik Gajah Mada Toko baju, toko alat tulis dan kantor, restoran Bang
Mari'e, toko emas Anda, toko emas Ratna Sarie,warung nikmat, toko alat tulis Pelajar, toko listrikTerang, toko tekstil Santoso, toko sepatu, Bank
Sudirman BCA, restoran Pelangi, Showroom Suzuki HeroSakti, BPR Dwi Cahaya Nusaperkasa, restoranMetro, foto klasik, toko material Tunggal Jaya Makmur, warung Asri, Salon Kawi, Salon Lili, tokoSurya Indah, Pelangi motor, Kurnia Motor, BumiPutera, BTPN, warung
4 Desa Pesangrahan Sudirman SPBU, Mutiara Batu hotel, Metropole hotel, Apple Green hotel, Asida hotel, Kartika Wijaya hotel, BPR Sumber Dana Makmur,
Indragiri Orchid hotel Hasanudin Batu Permai hotel
5 Kel. Songgokerto Trunojoyo Nirwana hotel, Batu Inn, SPBU, PKL PayungPalem hotel, showroom, warung, bengkellosmen wisata indah, Aster hotel
Songgoriti Kartika Raya hotel, Kami Sato hotel, permandianair panas Songgoriti, Tirtanirwana,
6 Desa Oro-Oro Ombo Oro-Oro Ombo Raya Warung, bengkel Sumber ; Hasil Survey
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 20
Permasalahan kawasan perdagangan dan jasa adalah ;
Masih kurangnya areal parkir off street di lokasi ruas jalan Kartini, Gajah
3 Fasilitas Umum dan Sosial - Perkantoran - Pendidikan - Kesehatan - Peribadatan
40 - 60 40 - 60 40 - 60 40 - 60
0,4 - 2,4 0,4 - 2,4 0,4 - 2,4 0,4 - 2,4
1 - 4 1 - 4 1 - 4 1 - 4
4 Pariwisata - Tempat Wisata (Obyek
Wisata) - Hotel
20-30
40-60
0,2 – 0,6
0,4 – 2,4
1 – 2
1 - 4
5 Industri & Pergudangan 40-60 0,4 – 0,6 1 Sumber: RTRW Kota Batu
3.4.1. Ketinggian Bangunan
Ketinggian bagunan pada prinsipnya akan menyesuaikan dengan kondisi
bangunan terhadap jalan, daya dukung lahan terhadap bangunan serta tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan.
Pengaturan ketinggian bangunan-bangunan pada kawasan perencanaan
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 33
Bangunan yang dikembangkan pola blok (kompleks Ruko), maka perlu
ada penonjolan atas keberadaan serta kompensasi atas rendahnya
angka KDB. Untuk itu ketinggian bangunan yang diusulkan adalah
maksimal 3 lantai. Pengembangan diarahkan pada lokasi pengembagan
perdagangan dan jasa yaitu ruas jalan Patimura ke arah Malang, Jalan
Brantas dan Jalan Raya Oro-Oro Ombo.
Untuk bangunan pertokoan dan bangunan grosir lain yang tidak
dikembangkan dalam bentuk blok, ketinggian bangunan yang diusulkan
adalah maksimal 3 lantai. Diarahkan di sepanjang ruas jalan Dewi
Sartika dan Oro – Oro Ombo setelah persimpangan ke arah Selatan.
Untuk menciptakan kesan visual kawasan yang dinamis pada beberapa
blok kapling diperbolehkan bangunan dengan ketinggian lebih 3 lantai,
sehingga terbentuk garis langit sky line yang tidak monoton/datar.
Diarahkan sepanjang koridor Jalan Patimura, Diponegoro, Gajah Mada,
Panglima Sudirman bawah, Brantas dan Jalan Agus Salim.
Untuk bangunan dengan garis sempadan muka bangunan lebih besar 8
meter, diberikan intensif untuk membangun bangunan dengan ketinggian
4 lantai. Diarahkan pada lokasi pengembagan baru di sepanjang ruas
Jalan Patimura ke arah Malang, dan Jalan Raya Oro-Oro Ombo.
3.3.2. Garis Sempadan Bangunan Garis Sempadan Bangunan adalah jarak antara as jalan dengan
tembok/bangunan terdepan. Faktor yang menentukan ukuran GSB adalah fungsi
jalan yang berada di depan suatu bangunan. Arahan GSB di wilayah
perencanaan berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu mengikuti pola
pembangunan terdapat dua pilihan dalam membangun, yaitu mengembangkan
secara individual atau membangun dengan pola blok. Pengaturan lebar garis
muka bangunan sebagai berikut :
Untuk bangunan individual seluruhnya dikembangkan dalam bentuk
overdeck, maka garis muka bangunannya ditetapkan maksimal 1 meter dari
batas Damija kearah jalan.
Untuk bangunan yang dikembangkan dalam bentuk blok, maka garis muka
bangunannya ditentukan maksimal 2 meter dari batas garis sempadan
bangunan yang dapat dipergunakan untuk areal pedestrian.
Dari arahan ditas maka ruas jalan yang memiliki fungsi tersebut diatas
bangunan di sisi jalan tersebut menyesuaiakan.
Pengendalian dari garis sempadan tersebut dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut ;
Untuk daerah terbangun yang sudah teratur dan permanen, namun tidak
memenuhi syarat GSB maka penerapannya dilakukan pada saat bangunan
melakukan perombakan, peremajaan, rehabilitasi atau renovasi atau pada
saat keadaan khusus misalnya pelebaran jalan.
Untuk daerah terbangun yang kurang teratur dan kondisi bangunannya
kurang baik maka penerapannya pada saat dilakukan program peremajaan
atau rehabilitasi lingkungan.
Untuk daerah yang kosong dilakukan pada saat mengajukan IMB.
Untuk lebih jelasnya mengenai KDB, KLB dan TLB dapat dilihat pada peta
3.8 intensitas bangunan berikut ;
3.5. Rencana Transportasi Arahan rencana pengembangan transportasi akan terkait dan integral
dengan pola transportasi seluruh kota Batu dan wilayah sekitarnya. Adapun
pembagian lingkup wilayahnya adalah ;
Pengembangan transportasi regional, yaitu pengembangan sistem
transportasi wilayah BWK I terkait dengan sistem transportasi
kota/kabupaten yang ada disekitar BWK I.
Pengembangan transportasi intra BWK I yang integral dengan Kota Batu,
yaitu pengembangan transportasi yang ada di dalam wilayah perencanaan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 34
Peta 3.8. Intensias pengunaan lahan KDB KLB TLB
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 35
BWK I terkait dengan rencana struktur tata ruang dan rencana penggunaan
tanah yang akan dikembangkan di Kota Batu keseluruhan.
Arahan rencana transportasi di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota
Batu adalah sebagai berikut ;
3.5.1. Rencana Fungsi Jalan
Jalan kolektor primer diarahkan pada :
Jaringan jalan jalan Indragiri - jalan Jalan Trunojoyo
Jalan Sekunder, Yaitu jaringan jalan kota yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan yang
ada di Kota Batu maupun yang akan direncanakan sesuai dengan rencana
struktur tata ruang maupun rencana pemanfaatan ruang Kota Batu, meliputi :
1) Jalan Arteri Sekunder, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan pusat
kota dengan pusat pelayanan BWK atau menghubungkan antar pusat
pelayanan BWK.
Pengembangan jaringan jalan arteri sekunder diarahkan pada :
Jalan Patimura – Diponegoro - jalan Gajahmada – jalan Panglima
Sudirman – jalan Hasanuddin..
jalan raya Oro-oro ombo – jalan raya Dewi Sartika – jalan Sultan Agung
- jalan Abdul Gani – jalan Surapati – jalan Hasanudin (jalan alternatif
pengembangan Kota Batu).
Dari jalan Suropati – jalan Jend. Ahmad Yani - jalan Brantas – jalan
Bromo – jalan jalan Semeru sampai jalan Diponegoro.
2) Jalan Kolektor Sekunder, yaitu jaringan yang menghubungkan pusat
pelayanan BWK dengan pusat pelayanan Unit Lingkungan atau antar
pusat pelayanan Unit Lingkungan.
Pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder ini diarahkan pada :
Jalan Samadi, jalan WR. Supratman, jalan KH. Agus Salim, jalan Imam
Bonjol, jalan Songgoriti sampai jalan Arumdalu (jalan keluar dari
Songgoriti), jalan Ikwan Hadi.
3) Jalan Lokal Sekunder, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan pusat
pelayanan UL dengan pusat pelayanan kawasan permukiman atau antar
kawasan permukiman. Jaringan jalan lokal sekunder diarahkan pada :
jaringan jalan poros desa yang menghubungkan antar pusat kawasan
permukiman atau dusun yaitu Jalan Mustari, jalan Sahar, jalan Abdul Jalil,
jalan Utomorejo, jalan Flamboyan, jalan Diran, jalan Cempaka.
Untuk lebih jelasnya mengenai arahan fungsi jalan dapat dilihat pada peta 3.9.
3.5.2. Rencana Dimensi Jalan
Arahan untuk dimensi Jalan di wilayah perencanaan akan disesuaikan
dengan arahan dari RTRW Kota Batu. Sebelumnya kondisi eksisting dimensi
jalan di wilayah perencanaan adalah seperti pada tabel berikut ;
Adapun penentuan dimensi jalan berdasarkan rencana fungsi jalan di
Kota Batu berdasarkan kajian jalan-jalan eksisting di Kota Batu dan
pengembangan kedepan dapat dilihat pada tabel berikut ;
Tabel 3.7
1 P a n g l i m a S u d i r m a n 1 8 . 5 2 0 . 5 2 5 . 52 B r a n t a s 1 6 . 5 1 7 . 5 1 7 . 53 B r o m o 1 1 . 5 1 2 . 5 1 4 . 54 A g u s S a l i m 1 3 1 7 2 05 T r u n o j o y o 1 2 . 5 1 6 . 5 1 8 . 56 F l a m b o y a n 6 . 5 8 . 5 1 2 . 57 D i p o n e g o r o 1 4 . 5 1 7 . 5 2 1 . 58 P a t t i m u r a 1 5 . 5 2 1 . 5 2 6 . 59 H a s a n u d i n 1 2 1 4 1 6
1 0 S a m a d i 5 . 7 6 . 5 9 . 51 1 C e m p a k a 6 . 5 9 1 21 2 S a k u r a 6 . 5 9 1 21 3 S a j i d 6 . 5 9 1 21 4 M u s t a r i 6 . 5 9 1 21 5 S u r o p a t i 1 2 1 6 2 01 6 M a s o w a r i 6 . 5 9 1 21 7 A b d u l G a n i 8 1 0 1 21 8 S u l t a n A g u n g 2 6 . 5 3 0 . 5 4 0 . 51 9 I m a m B o n j o l 1 0 . 5 1 5 2 22 0 O r o - O r o O m b o R a y a 1 0 1 6 2 22 1 D i r a n 7 . 5 1 1 1 42 2 I c h w a n h a d i 6 8 1 02 3 A b d u l R a h m a n 8 . 5 1 1 1 52 4 D a r s o n o 6 . 5 9 1 22 5 M e l a t i 6 . 5 9 1 22 6 K a m b o j a 6 . 5 9 1 22 7 K a r t i n i 1 2 1 6 2 02 8 G a j a h M a d a 1 8 . 5 2 0 . 5 2 0 . 52 9 D e w i S a r t i k a 1 8 . 5 2 2 . 5 2 8 . 53 0 I n d r a g i r i 8 . 5 1 4 2 43 2 A r u m d a l u 8 1 2 1 7
S u m b e r : H a s i l S u r v e y
T a b e l 3 . 1 8 .D i m e n s i J a l a n D i B W K I P u s a t K o t a B a t u T a h u n 2 0 0 3
N o R u a s J a l a n D a m a j a D a m i j a D a w a s j a
TABEL 3.6 KONDISI DIMENSI JALAN DI BWK I
TAHUN 2003
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 36
Peta 3.9. arahan Fungsi Jalan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 37
TABL 3.7 RENCANA DIMENSI JALAN DI BWK I
TAHUN 2003 - 2008
No Fungsi Jalan Badan Jalan
Minimum
Lebar Perkerasan Minimum
DAMAJA DAMIJA DAWASJA
1 Arteri Sekunder 10 8 14 -20 20-35 35 - 45
2 Kolektor Primer 9 7 13-18 18 -26 .26 - 40
3 Kolektor
Sekunder
8 6 12-15 15 - 20 20 - 35
4 Lokal Primer 7 5 9-12 12-18 18 - 25
5 Lokal Sekunder 5 4 7-10 10-15 15 - 20
Sumber : Arahan RTRW Kota Batu 2003 – 2013
Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu tersebut maka ada beberapa
ruas jalan yang diarahkan untuk mendapatkan penyesuaian dimensi jalannya.
Arahan penyesuaian dimensi jalan di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota
Batu disesuaikan dengan rencana fungsi jalan yang terdiri dari :
Jalan Kolektor primer
Indragiri kondisi eksisting damaja 8,5 m, damija 14, dawasja 24.
Diarahkan menjadi damaja 13 m, damija 18 m, dawasja 26 m.
Trunojoyo kondisi eksisting damaja 12,5 m, damija 16,5, dawasja 18,5.
Diarahkan menjadi damaja 13 m, damija 18 m, dawasja 26 m.
Jalan Arteri Sekunder
Patimura kondisi eksisting damaja 15,5 m, damija 21,5 dawasja 26,5.
Diarahkan menjadi dawasja 35 m.
Diponegoro kondisi eksisting damaja 14,5 m, damija 17,5, dawasja 21,5.
Diarahkan menjadi damija 20 m, dawasja 35 m.
Gajah Mada kondisi eksisting damaja 18,5 m, damija 20,5, dawasja
20,5. Diarahkan menjadi dawasja 35 m.
Panglima Sudirman kondisi eksisting damaja 18,5 m, damija 20,5,
dawasja 25,5. Diarahkan menjadi dawasja 35 m.
Hasanuddin kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Raya Oro- Oro Ombo kondisi eksisting damaja 10 m, damija 16 dawasja
22. Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Dewi Sartika kondisi eksisting damaja 18,5 m, damija 22,5 dawasja 28,5
m. Diarahkan dawasja 35 m.
Sultan Agung kondisi eksisting damaja 26,5 m, damija 30,5 dawasja
40,5. Diarahkan untuk tetap dipertahankan dimensinya.
Abdul Gani kondisi eksisting damaja 8 m, damija 10 dawasja 12.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Surapati kondisi eksisting damaja 12 m, damija 16 dawasja 20.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
A. Yani kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Bromo kondisi eksisting damaja 11,5 m, damija 12,5 dawasja 14,5.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Semeru kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 10,5.
Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.
Jalan Kolektor Sekunder
Samadi kondisi eksisting damaja 5,7 m, damija 6,5 dawasja 9,5.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
WR. Supratman kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.
9,5. Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
Agus Salim kondisi eksisting damaja 13 m, damija 17 dawasja 20.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
Imam Bonjol kondisi eksisting damaja 10,5 m, damija 15 dawasja 25.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja tetap.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 38
Songgoriti kondisi eksisting damaja 8 m, damija 12 dawasja 7.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
Arum Dalu kondisi eksisting damaja 8 m, damija 12 dawasja 7.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
Ikhwan Hadi kondisi eksisting damaja 8 m, damija 9 dawasja 12.
Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.
Jalan Lokal Sekunder
Mustari kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12. Diarahkan
menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Sahar kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 10 dawasja 12. Diarahkan
menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Abdul Jalil kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.
Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Utomorejo kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.
Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Flamboyan kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 8,5 dawasja 12,5.
Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Cempaka kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.
Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.
Untuk jaringan jalan eksisting yang sekitar koridornya jalannya terdapat
permukiman padat dan tidak memungkinkan untuk pengembangan dimensi
jalan sebagaimana yang telah ditetapkan, maka lebih diutamakan pada
penentuan dimensi jalan Daerah Milik Jalan (Damija) dengan lebar minimum.
Untuk jalan eksisting yang kondisi dimensinya terutama damija melebihi
dari ketetapan minimum sebagaimana tabel diatas maka dimensi jalan yang
digunakan adalah dimensi jalan eksisting.
3.5.3. Rencana Sirkulasi Lalu Lintas 3.5.3.1. Rencana Sirkulasi
Arus sirkulasi di wilayah perencanaan akan diarahkan sebagai berikut ;
Arus dua arah pada ruas Jalan Patimura – Diponegoro akan tetap
dipertahankan.
Arus pada Jalan Gajah Mada akan diarahkan satu arah dengan arah arus
dari Malang – Kediri/Jombang.
Arus pada ruas jalan Panglima Sudirman – Trunojoyo akan tetap
dipertahankan dua arah.
Khusus sirkulasi di wilayah obyek wisata Songgoriti akan memiliki arahan
sebagai berikut ;
o Khusus untuk kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat,
Entering Gate (gerbang masuk) diarahkan pada gerbang keluar saat ini.
Arus lalu – lintas masuk melalui Jalan Arum Dalu – Jalan Songgoriti dan
keluar (Exiting Gate) melalui gerbang masuk saat ini.
o Khusus untuk angkutan umum diberlakukan dua arah, dalam arti
kendaraan dari arah Kota Batu arah masuk melewati gerbang masuk
saat ini di Jalan Songgoriti kemudian Jalan Arum Dalu (Sub Terminal
Songgoriti) lalu keluar dengan melewati gerbang keluar saat ini.
o Untuk mencegah terjadinya pemberhentian yang cukup lama di obyek
wisata permandian Songgoriti, maka perlu diarahkan penempatan rambu
peraturan waktu berhenti dan penempatan petugas.
Arus kendaraan berat yang akan melewati BWK I akan diarahkan sebagai
berikut ;
o Kendaraan dari arah Kediri/Jombang diarahkan melewati ruas jalan
Trunojoyo – Indragiri ke arah Utara (Talangsari).
o Kendaraan dari arah Pasuruan/ Surabaya diarahkan melewati ruas jalan
Giripurno – Raya Dieng – Raya Sidomulyo – Raya Punten – ke arah
barat sampai dengan jalan Indragiri – Jl. Trunojoyo.
o Kendaraan dari arah Malang lewat jalan Raya Oro – Oro Ombo – Sultan
Agung – Abdul Gani – Suropati – Hasanuddin – Trunojoyo.
Untuk lebih jelas mengenai arahan pengembangan sirkulai lihat peta 3.10
berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 39
Gambar dimensi jalan 3.1
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 40
Gambar dimensi jalan 3.2
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 41
Peta 3.10. arahan sirkulasi lalu lintas
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 42
3.5.3.2. Rencana Sirkulasi Persimpangan
Sirkulasi lalu – lintas tidak selalu dalam lintasan yang lurus dan dalam satu
lintasan saja. Sangat dimungkinkan terjadi persilangan arus lalu – lintas
terutama di persimpangan. Persilangan arus lalu – lintas ini dapat menjadi
sumber dari terjadinya konflik yang berakibat pada kemacetan atau setidaknya
perlambatan arus lalu – lintas.
Wilayah perencanaan BWK I yang terletak di pusat kota sangat rawan
akan terjadinya konflik di persimpangan jalan. Hal ini dimungkinkan mengingat
BWK I merupakan sentra aktifitas termpat teraglomerasinya fasilitas pelayanan
skala kota. Kondisi ini menimbulkan tarikan lalu – lintas dalam jumlah yang besar
dibandingkan wilayah BWK yang lain.
Persimpangan yang rawan titik konflik di wilayah perencanaan BWK I ;
Persimpangan Jalan Imam Bonjol – Sultan Agung – Agus Salim.
Marka Timbul / Pemisah Jalan di Jalan Patimura – Glonggong (Temas).
Persimpangan Jalan Dewi Sartika – Patimura.
Jembatan Jalan Agus Salim (Selatan Rumah Makan Pak Sidiq).
Arahan rencana penanganan untuk sirkulasi pada tiga persimpangan
tersebut adalah sebagai berikut ;
A. Persimpangan Jalan Imam Bonjol – Sultan Agung – Agus Salim
Memperpanjang dimensi boulevard Jalan Sultan Agung.
Perlebaran dimensi jalan, dan mengurangi taman jalan.
Memasang rambu pengatur lalu – lintas pada ruas jalan Imam Bonjol,
Raya Oro – Oro Ombo, dan Sultan Agung.
B. Marka Timbul / Pemisah Jalan di Jalan Patimura – Glonggong (Temas)
Memotong marka timbul ± 20 m agar persimpangan jalan yang menuju
perkempungan Temas dapat bebas.
Pemasangan marka dan rambu – rambu.
C. Persimpangan Jalan Dewi Sartika - Patimura
Peningkatan daya dukung jembatan sebelah Barat.
Menggeser Pos Polisi ke sebelah Barat.
Membangun pulau jalan di bekas Pos Polisi.
Pemasangan rambu dan marka.
D. Jembatan Jalan Agus Salim (Selatan Rumah Makan Pak Sidiq)
Membongkar jembatan dan menyatukannya dengan ruas Jalan Agus
Salim.
Untuk lebih jelasnya mengenai arahan penanganan permasalahan
persimpangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ;
3.5.3.3. Rencana Sirkulasi Angkutan Kota
Pengembangan angkutan perkotaan sudah mulai diupayakan untuk
dikembangkan. Hal ini perlu mengingat perkembangan Kota Batu umumnya dan
BWK I khsususnya akan ditunjang oleh keberadaan angkutan kota yang terarah.
Keberadaan angkutan kota dapat menjadi akses pembuka bagi perkembangan
suatu wilayah secara spatial.
Beberapa kondisi yang perlu diperhatika dalam pengembangan angkutan
perkotaan adalah ;
1. Angkutan kota diupayakan untuk dapat menghubungkan dengan simpul –
simpul pusat orientasi pergerakan dalam kota.
2. Angkutan kota diupayakan untuk dapat menghubungkan pusat bangkitan
(permukiman) dengan pusat – pusat tarikan (pendidikan, perdagangan dan
jasa, rekreasi dan hiburan, peribadatan, perkantoran)
3. Arahan untuk kawasan permukiman sebaiknya jarak maksimum yang
ditempuh adalah 250 meter menuju ke salah satu jalur angkutan umum.
4. Diupayakan untuk dapat menghubungkan antar pusat – pusat pelayanan
yang ada di BWK I dengan permukiman yang ada.
6. Melakukan arahan pengembangan berupa pengadaan halte sebagai titik
pemberhentian dengan lokasi pada sentara – sentra bangkitan dan tarikan.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 43
Gambar persimpangan 3.4.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 44
Gambar persimpangan 3.5.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 45
Arahan pengembangan sirkulasi angkutan kota di BWK I akan integral dengan
pengembanan sirkulasi angkutan Kota Batu secara umum. Adapun arahanya
ruas jalan yang akan dilalui angkutan umum adalah ;
Rute A melewati ; Sub Terminal Temas (Jalan Dewi Sartika) – Patimura –
Imam Bonjol - Sultan Agung – Abdul Gani – Suropati – Hasanuddin –
Trunojoyo – Arum Dalu – Sub Terminal Songgoriti – Jalan Songgoriti –
Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.11 arahan lokasi terminal dan rute angkutan
umum ;
3.5.4. Rencana Prasarana Perangkutan Di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu saat ini memiliki 1 unit
Terminal di jalan Dewi Sartika. Jumlah prasaran terminal yang terbatas ini
mengharuskan Kota Batu umumnya masih tergantung dengan fasilitas terminal
yang ada di Malang yaitu Terminal Arjosari dan Terminal Landungsari. Dari
kedua terminal ini terjadi pergantian moda kendaraan dimana untuk angkutan
antar kota antar propinsi di terminal Arjosari, sedangkan untuk terminal
Landungsari melayani penumpang dari Kota Malang yang akan ke Kota Batu
atau Kota Jombang/ Kediri (antar kota dalam Propinsi)
Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu mengenai relokasi terminal
Batu di Jalan Dewi Sartika maka fungsi dari terminal yang lama adalah sebagai
sub terminal. Fungsi dari Sub Terminal ini adalah ; untuk membantu pergerakan
perangkutan perkotaan dan perdesaan dari Terminal Regional, maka diperlukan
sub terminal untuk mengoptimalkan pelayanan dan distribusi barang serta jasa
di wilayah Kota Batu secara keseluruhan. Penempatan lokasi Sub Terminal ini
berdasarkan pada kawasan yang saat ini muncuk kegiatan-kegiatan ekonomi
maupun kegiatan-kegiatan yang akan direncanakan di kawasan tersebut.
Adapun rencana sub terminal yang akan dikembangkan di
diarahkan pada ;
Sub Terminal Temas.
Sub Terminal Temas merupakan terminal Kota Batu saat ini. Pengalihan
status dari terminal induk ke sub terminal ini disusuaikan dengan arahan
pengembangan Terminal Induk ke arah Giripurno. Kondisi terminal masih
cukup layak untuk dijadikan sebagai sub terminal oleh sebab itu fasilitas
yang ada akan tetap dipertahankan.
Sub Terminal Songgoriti
Sub Terminal Songgoriti diarahkan untuk melayani perangkutan
perdesaan dan perkotaan di Songgoriti sekitarnya dan wilayah Sumberejo –
Gunungsari. Sub terminal Songgoriti akan berlokasi di Jalan Arum Dalu sebelah
barat sungai Brugan. Kemenyatuan antara terminal dan obyek wisata Songgoriti
perlu diperhatikan, oleh sebab itu dalam arahan pengembangan nantinya perlu
pula dikembangkan pedestrian way yang dikhususkan bagi penjalan kaki.
Pengembangan jalur pedestrian dibuat seatraktif mungkin dengan mendesain
senyaman mungkin berikut elemen peneduh seperti pengadaan vegetasi pohon
dan tanaman hias sehingga pada pejalan kaki dapat menempuh perjalanan
secara nyaman dan menyenangka.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 46
Arahan sirkulasi 3.11
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 47
3.5.5. Rencana Prasarana Jalan Lainnya
Rencana prasarana jalan lainnya yang perlu dikembangan lebih lanjut di
wilayah perencanan BWK I Pusata Kota Batu adalah :
1. Halte
Perletakan halte di Kota Batu diarahkan pada lokasi tempat mengumpulkan
penumpang yang biasaya terdapat pada kawasan yang banyak menimbulkan
bangkitan dan tarikan penduduk, seperti di kawasan perdagangan dan jasa,
perkantoran, pendidikan dan lain sebagainya.
Lokasi halte seperti yang disebutkan diatas diarahkan pada : jalan utama
yaitu jalan Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman, dan
Trunojoyo. Sekitar Makam Pahlawan, sekitar Pasar di Jalan Dewi Sartika,
sekitar kawasan pendidikan di jalan KH. Agus Salim, sekitar perempatan
Immanuel, pada ruas jalan Suropati, A. Yani, Hasanuddin, Sultan Agung,
sekitar kantor Desa Oro-Oro Ombo, jalan Brantas, Bromo, dan Semeru.
2. Median Jalan Median jalan yang merupakan jalur pemisah sirkulasi lalu lintas sebelah
kanan dan kiri jalan pada wilayah perencanaan yang volume lalu lintasnya
cukup tinggi diarahkan menggunakan median permanen/bullevard. Hal ini
untuk menghindari adanya penyeberangan kendaraan disembarang tempat
sehingga akan menyebabkan sirkulasi akan terhambat dan merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Median jalan ini jika
kondisi geometri jalan memungkinkan juga bisa dibuat jalur hijau sebagai
paru-paru kota, penyerap gas C02, peredam polusi suara, peneduh, estetika
dan lain sebagainya.
Untuk rencana sistem median di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota
Batu, utamanya tetap mempertahankan median jalan yang sudah ada seperti
di ruas Jalan Sultan Agung. Sedangkan koridor jalan lainnya yang perlu
direncanakan median jalannya antara lain : di ruas Jalan Patimura, Jalan
Diponegoro, Jalan Panglima Sudirman sampai Jalan Trunojoyo. Median jalan
ini direncanakan lebarnya antara ½ - 1 meter tergantung kapasitas jalannya.
Selain itu untuk menambah nilai estetika median jalan, dapat digunakan pot-
pot tanaman yang menarik ataupun pemilihan jenis tanaman yang sesuai dan
dapat juga ditambahlan lampu-lampu hias sebagai pemanis kota pada waktu
malam. Rencana pembangunan median jalan tersebut mempunyai tujuan
juga untuk mengarahkan pandangan bagi pengemudi kendaraan serta
mengatur lalu lintas agar tertib.
3. Tempat Penyeberangan
Tempat penyeberangan bagi pejalan kaki berupa zebra cross yang beralokasi
di ruas jalan pada wilayah perencanaan sebagian besar sudah ada, hanya
perlu penambahan pada lokasi-lokasi yang mendatangkan/tarikan dan
membangkitkan penduduk. Hal ini seperti fasilitas-fasilitas perkantoran,
pendidikan, pasar, pariwisata, kesehatan / rumah sakit, dan lain sebagainya.
Adapun rencana lokasi-lokasi tersebut antara lain seperti :
a. Jalan. Gajahmada (depan Plaza Batu)
b. Jalan. Dewi Sartika (disekitar pasar dan terminal)
c. Pada tiap-tiap traffic light
d. Didepan fasilitas umum yaitu di Jalan Agus Salim, Sudarno, Suropati,
Ikhwan Hadi, Hasanuddin, A.Yani, Abdul Gani, Sutan Agung, Brantas,
Bromo, Semeru, dan WR Supratman.
4. Sistem Parkir
Sistem parkir yang ada saat ini berupa parkir badan jalan (on street) dan
parkir di luar badan jalan (off street). Arahan parkir on street terutama pada
ruas jalan yang cukup lebar dan tidak mengganggu pengguna jalan lainnya,
dan sebaiknya pada setiap bangunan (terutama perkantoran, fasilitas umum
dan komersial) sudah menyediakan tempat parkir khusus sehingga tidak
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 48
mengganggu kelancaran lalu lintas. Parkir on street ini terutama diarahkan
pada wilayah-wilayah dengan intensitas bangunan padat.
Rencana arahan pengembangan sistem perparkiran di wilayah perencanaan
BWK I Pusat Kota Batu adalah sebagai berikut ;
a. Koridor Jalan Gajahmada direncanakan merupakan kawasan on street
dengan menggunakan salah satu bagian bahu jalan (sebelah kanan jalan
dari arah Kota Malang). Sudut kemiringannya 450.
b. Ruas jalan yang direncanakan sebagai parkir on street di kedua sisinya
(sejajar) yaitu Jalan. Brantas, Jalan. Agus Salim, Jalan Panglima
Sudirman dan Jalan Diponegoro.
c. Ruas Jalan WR. Supratman direncanakan sistem on street sejajar di
sebelah kiri jalan.
d. Parkir off street direncanakan pada intensitas bangunan yang mempunyai
tarikan kendaraan cukup besar, misalnya hotel, villa, plaza, rumah sakit,
dan fasilitas rekreasi.
5. Pendestrian Way
Pembangunan pedestrian Way lebih diarahkan untuk koridor jalan yang
mempunyai intensitas kegiatan yang cukup tinggi di sekitarnya, dengan lalu
lintas jalan yang cukup ramai. Pembangunan ini bertujuan untuk
mengarahkan pengguna jalan kaki agar tidak memakai badan jalan, sehingga
lalu lintas tidak terganggu dan pejalan kakipun dapat dengan aman berjalan.
Untuk wilayah BWK I, kawasan-kawasan yang perlu diberi dan dipertahankan
pedestrian way-nya antara lain:
Kawasan-kawasan di sekitar pusat kota, antara lain: Jalan. Patimura,
Jalan Diponegoro, Jalan. Gajahmada, Jalan. Panglima Sudirman.
Kawasan di sekitar perkantoran dan fasilitas umum, antara lain: Jalan.
Sultan Agung, Jalan. Suropati, Jalan. Agus Salim, dan Jalan. Abdul Gani
Kawasan-kawasan di sekitar pusat kegiatan perdagangan dan jasa, antara
lain: Jalan. Dewi Sartika, Jalan. Imam Bonjol .
Kawasan obyek wisata Songgoriti Jalan Arum Dalu, Jalan Songgoriti.
6. Perabot Jalan
Perabot jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang dapat
mendukung terbentuknya pola transportasi kota. Termasuk dalam perabot
jalan ini adalah jaringan listrik, jaringan telepon dan telepon umum, hidrant,
bak sampah, pertandaan dan bus surat. Sesuai dengan kebutuhan
perancangan ditinjau dari segi lokasi, ketinggian, jarak dan pembentukan
lingkungan.
Jaringan listrik dan telepon
Jaringan listrik merupakan salah satu perabot jalan yang harus ada di
setiap ruas jalan sehingga meminimalkan potensi kecelakaan dan
kejahatan. Elemen perancangan jaringan listrik meliputi jarak antar tiang
listrik, posisinya terhadap jaringan telepon, jarak terhadap tanah dan jarak
dengan benda lain terdekat dan kesesuian dalam tata cara penempatan
jaringan utilitas pada jaringan jalan. Terkait dengan jaringan listrik ini
adalah pemasangan lampu penerangan jalan dengan sistem partial atau
menerus. Untuk penataan tiang listrik baik SUTM maupun SUTR di
wilayah perencanaan diarahkan berjarak antara 40 sampai 50 meter,
sedangkan jarak penghantar/kabel listrik diarahkan minimal 5 meter dari
tanah, sedangkan jarak dengan benda terdekat diarahkan sekitar 0,5
meter. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyaman.
Sedangkan untuk jaringan telepon relatif tidak memelukan persyaratan
yang ketat, yaitu hanya tergantung pada posisinya terhadap jaringan
listrik. Kebutuhan akan telepon umum ternyata tidak memiliki syarat
tertentu terhadap jumlah ataupun lokasi penempatannya. Untuk optimasi
penempatannya maka digunakan pendekatan; pusat kegiatan atau
perbelanjaan memerlukan telepon umum dengan jarak kemampuan rata-
rata pejalan kaki, terletak di luar bangunan, tidak berdekatan dengan
perempatan jalan, tidak terletak pada larangan berhenti dan larangan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 49
parkir, tidak terletak pada pusat kebisingan dan memiliki ruangan yang
cukup.
Hidrant PMK
Penempatan hidrant pemadam kebakaran pada dasarnya diarahkan pada
kawasan-kawasan yang mempunyai kerawanan terjadi kebakaran,
misalnya pada kawasan perdagangan, kawasan permukiman yang padat
dan kawasan-kawasan lainnya yang mempunyai kerawanan terjadi
kebakaran yang sulit ditempuh dengan mobil kebakaran. Hidrant PMK
diarahkan pada ruas jalan utama Patimura, Diponegoro, Gajah Mada,
Panglima Sudirman, dan Trunojoyo. Ruas Jalan Dewi Sartika, Agus Salim,
Sultan Agung, Moch. Sahar, Sudarno, Suropati, Semeru, dan Indragiri.
Bus Surat
Penentuan kebutuhan akan bus surat ternyata tidak ada strandart baku.
Dengan demikian maka arahan lokasi penempatan bus surat yaitu pada
kawasan-kawasan yang mempunyai tingkat keramaian yang tinggi,
misalnya kawasan perdagangan, kawasan pendidikan ataupun pada jalan-
jalan utama yang strategis. Arahan penempatan bis surat pada ruas jalan
utama Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman, dan
Trunojoyo. Ruas Jalan Agus Salim, dan A.Yani
Pertandaan
Jenis pertandaan disini adalah nama jalan, rambu lalu lintas, papan
pengumuman, dan iklan. Biasanya lokasi pertandaan ini berada di tepi
jalan dan trotoar. Sesuai dengan kebutuhan penempatannya, maka tata
cara penempatan penandaan ini adalah:
- Petunjuk nama jalan penempatannya pada ujung ruas jalan dan
keberadaannya mudah dilihat.
- Rambu lalu lintas yaitu pengaturan dan penempatannya disesuaikan
dengan hasil pengaturan sirkulasi dan penataan parkir.
- Iklan yaitu untuk efesiensi penempatan dan estetika maka diarahkan
untuk pemasangan iklan secara permanen dan pemasangan jenis
umbul-umbul sebaiknya dihindari.
3.6. Rencana Identititas Kawasan
Upaya untuk menampilkan identitas kawasan Pusat Kota Batu
merupakan salah satu elemen kuat yang dapat mewakili image atau gambaran
Kota Batu secara keseluruhan. Kota Batu yang sudah dikenal sebagai kota
wisata alam baik itu buatan maupun alami yang memiliki iklim sejuk, dengan
beragam hasil pertanian dan perkebunan seperti buah – buahan, sayuran,
maupun bunga dan tanaman hiasnya.
Dari hasil analisa didapat gambaran bahwa BWK I Pusat Kota Batu adalah
kawasan yang sangat ideal dalam pembentukan identitas kawasan tidak hanya
untuk lingkup BWK I saja tetapi juga untuk lingkup Kota Batu secara
keseluruhan.
Identitas kawasan secara konseptual memiliki beberapa elemen
pembentuk yang apabila digabungkan akan dapat menghasilkan suatu kawasan
yang memiliki citra yang mendalam. Adapun elemen yang dimaksud adalah
sebagai berikut ;
Path adalah ;
elemen pembentuk ruang kota (biasanya linier) yang dapat berupa jalan
setapak, jalur pedestrian, jalan kendaraan dan sungai. Path merupakan
rute – rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan
pergerakan secara umum, yakni jalan, gang – gang utama, jalan transit,
lintasan kereta api, saluran, dan sebagainya. Path mempunyai identitas
yang lebih baik kalau memiliki tujuan yang lebih besar (misalnya tugu, alun
– alun, dan lain – lain), serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad,
pohon, dan lain – lain), atau ada belokan yang jelas
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 50
Landmark adalah ;
elemen pembentuk kota yang dapat berupa bangunan fisik atau gubahan
massa atau ruang, atau detail arsitektur yang ‘sangat spesifik’ dan
terkadang sangat konstektual terhadap kawasan. Elemen ini dapat
berupa lapangan, gapura, dan kemungkinan juga berkaitan dengan
historis dari kawasan tersebut. Merupakan elemen penting dari bentuk
kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota
dan membantu orang mengenali suatu daerah.
Node adalah ;
Nodes adalah area yang menjadi pusat aktivitas dimana orang dapat
merasakan perubahan aktivitas dari suatu struktur ruang kesuatu struktur
ruang yang lain, misalnya tempat dimana transportasi berhenti,
pertemuan network, pusat kegiatan bisnis dan ujung jalan.
Edges
Edges adalah ujung tepian dari matrik atau kawasan kota. Merupakan
elemen linear yang tidak dipakai sebagai path, berada pada batas antara
dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear. Edges
merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district
dengan yang lainnya. Edges memiliki identitas yang lebih baik jika
kontinuitas tampak jelas batas dan fungsinya.
District
areal spesifik yang dapat diidentifikasikan batas-batasnya secara fisik.
Citra district akan mempengaruhi citra kawasan karenanya tidak boleh
hilang, jika hilang maka citra dari kawasan juga menjadi kabur. Sebuah
kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya)
dan khas pula batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau
memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior
maupun eksterior. District mempunyai indentitas yang lebih baik jika
batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen,
serta fungsi dan posisi-posisinya jelas (introver/ekstrover atau berdiri
sendiri atau dikaitkan dengan yang lain).
Kesemua citra Kota Batu yang telah ada tersebut akan diupayakan untuk
ditampilkan dalam penataan Pusat Kota Batu yang lebih variatif dengan
menggabungkan elemen yang telah disebut diatas dalam visualisasi yang dapat
dilihat pada halaman berikut ;
3.7. Rencana Kebutuhan dan Pelayanan Fasilitas 3.7.1. Permukiman
Perumahan merupakan kebutuhan esensial dari masyarakat untuk dapat
hidup layak Kebutuhan perumahan akan sejalan dengan perkembangan
penduduk yang ada. Kebutuhan akan perumahan harus direncanakan dan
disesuaikan dengan perkembangan penduduk. Jumlah rumah yang ada
berdasarkan kondisi eksisting kurang lebih sebesar 13.369 rumah.
Sampai tahun akhir perencanaan 2008 diperlukan pertambahan unit
rumah sejumlah 14.760 unit dengan perincian 1.476 unit tipe besar dengan luas
lahan lebih dari 500 M2, 4.428 unit tipe sedang dengan luas lahan 300 M2, dan
8.856 unit tipe kecil dengan luas lahan 150 M2.
Dari pertambahan yang ada jumlah terbesar berada di unit lingkungan
Sisir dengan jumlah 4.272 unit rumah untuk semua tipe, sedangkan jumlah yang
terkecil di unit lingkungan Songgokerto sejumlah 1.324 unit rumah untuk semua
tipe. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana fasilitas permukiman dapat dlihat
pada tebel berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 51
Gambar 3.3. Identitas
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 52
3.4
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 53
3.5.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 54
3.6
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 55
3.7
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 56
3.8
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 57
3.9
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 58
3.10
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 59
TABEL 3.8 RENCANA FASILITAS PERUMAHAN DI BWK I
TAHUN 2008
BESAR SEDANG KECIL JUMLAH1 UL I (Kelurahan Sisir) 427 1281 2563 42722 UL II (Kelurahan Temas) 287 861 1722 28703 UL III Kelurahan Songgokerto 132 397 795 13244 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 236 709 1418 23635 UL V (Desa Pesangrahan) 234 703 1406 23436 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 159 477 953 1588
1476 4428 8856 14760
No. BWK/UL 2008
TotalSumber ; Hasil Rencana
Kecenderungan perkembangan rumah yang paling dominan sejalan
dengan mayoritas penduduk dari golongan masyarakat kecil maka rumah yang
banyak dibutuhkan adalah rumah tipe kecil dan sedang. Asumsi perbandingan
rumah berdasarkan standart dibagi dalam 3 kategori, yaitu rumah dengan skala
besar, sedang dan kecil. Untuk pencapaian tujuan yang maksimal atau
memenuhi standar kenyamanan rumah yang layak. Berdasarkan standard yang
dikeluarkan pemerintah, maka perbandingan rumah didasarkan pada
perbandingan besaran luas rumah, yaitu tiap 1 rumah berukuran besar, terdapat
3 rumah berukuran menengah dan 6 rumah berukuran kecil (perbandingan 1 : 3
: 6). Kapling tanah untuk rumah ukuran besar seluas 500 M2, rumah berukuran
menengah seluas 300 M2, dan rumah ukuran kecil seluas 150 M2.
Berdasarkan analisa tersebut rumah berukuran besar yang dibutuhkan di
wilayah perencanaan adalah sebanyak 1476 rumah, sedangkan rumah tipe
menengah dibutuhkan sebanyak 4428 rumah, dan tipe kecil dibutuhkan
sebanyak 8.856 rumah.
Selain faktor tipe rumah yang ada di kawasan perencanaan juga harus
mempertimbangkan faktor lokasi/harga, aksesbilitas serta kenyamanan dan
keamanan lokasi. Untuk perumahan umum diharapkan perkembangannya
mengisi kantong-kantong pemukiman yang telah ada dan lahan yang kosong,
serta diusahakan tidak mengkonversi lahan pertanian yang subur dan produktif.
Untuk devoleper yang ada diharapkan juga tidak mengkonversi lahan pertanian
yang subur dan produktif, tetapi lebih memprioritaskan lahan kosong dan
pertanian yang tidak produktif. Oleh karena itu rambu-rambu pengarahan dan
kebutuhan fasilitas perumahan harus diperhatikan dan diprioritaskan karena
merupakan fundamental dalam pemanfaatan lahan dan representasi dari
karakter kota.
3.7.2. Perdagangan dan Jasa
Perkembangan Pusat Kota Batu harus disertai dengan peningkatan
pelayanan fasilitas perdagangan lokal di setiap Unit Lingkungan (UL). Kawasan
perdagangan dan jasa di Kota Batu cenderung tersebar di pusat kota terutama
untuk jenis perdagangan skala kota terdapat di kekitar jalan Panglima Sudirman,
jalan Hasanudin, jalan Dewi Sartika tepatnya disekitar alun-alun, pasar dan jalur
transporatasi utama. Untuk kawasan perdagangan skala kecil dan menengah
tersebar di beberapa tempat mengikuti pola permukiman penduduk. Sedangkan
untuk kawasan jasa pada umumnya berkembang sesuai dengan kebutuhan
sehari-hari masyarakat seperti perbengkelan, warung, wartel, salon dan lain-
lain.
Fasilitas perdagangan dan jasa harus dibedakan dalam 2 aspek, yaitu
fungsi perdagangan dan jasa skala pelayanan kota dan regional serta fungsi
pelayanan skala unit lingkungan yang ada di BWK Pusat Kota Batu. Skala
perdagangan dan jasa mengikuti fungsi dan pelayanan utama kota seperti
kegiatan yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan RTRW yaitu di
Pasar Batu di sekitar Jalan.Dewi Sartika, Jalan. Ahmad Yani, Jalan Munif dan
Jalan. Agus Salim serta Jalan. Sudiro, sedangkan skala pelayanan unit
lingkungan dijabarkan dalam kebutuhan setiap unit lingkunan di wilayah
perencanaan.
Sampai tahun akhir perencanaan di wilayah rencana direncanakan
terdapat 7 unit pasar umum, 30 unit toko, 295 unit kios, 295 unit warung, dan 1
unit pasar swalayan. Untuk fasilitas perdagangan yang telah ada sekarang akan
tetap pertahankan, jika jumlah rencana masih lebih kecil dari kondisi yang ada
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 60
maka jumlah yang ada sekarang masih tetap dipertahankan. Beberapa standar
yang digunakan dalam penentuan jumlah kebutuhan fasilitas perdagangan dan
jasa ini adalah ;
Untuk lebih jelasnya mengenai pertambahan fasilitas perdagangan dan
jasa dapat dilihat pada tabel berikut ; TABEL 3.9
RENCANA FASILITAS PERDAGANAN DAN JASA DI BWK I TAHUN 2003 - 2008
3.7.7. Fasilitas Umum dan Sosial Lainnya 1. Pos Hansip
Berdasarkan standart pelayanan fasilitas kebutuhan pos hansip dan balai
pertemuan didukung oleh 2500 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar
0,16 m2/orang. Kategori kebutuhan pos hansip dan balai pertemuan termasuk
dalam kategori pelayanan sub unit lingkungan.
Berdasarkan estimasi sampai tahun 2008, maka dibutuhkan pos hansip
dan balai pertemuan sebanyak 30 unit dari masing-masing. Penambahan
dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan skala prioritas.
Sampai tahun akhir rencana 2008 di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 9
unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan 6 unit, UNIT LINGKUNGAN III
dibutuhkan 3 unit, UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan 5 unit, UNIT
LINGKUNGAN V dibutuhkan 5 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3
unit. Pembangunan pos hansip dan balai pertemuan juga seringkali atas
swadaya masyarakat dan sumbangan dari dunia usaha di sekitarnya.
2. Gedung Serbaguna
Berdasarkan standart pelayanan fasilitas dengan daya dukung penduduk
adalah 1 gedung serbaguna didukung oleh 30.000 jiwa dengan luas lahan yang
dibutuhkan sebesar 0,13 m2/orang. Gedung serbagunan masuk dalam skala
kategori pelayanan BWK atau Kecamatan
Sampai tahun akhir rencana maka dibutuhkan 2 unit gedung serbaguna di
BWK I Pusat Kota Batu. Dalam lima tahun yang akan datang maka dibutuhkan
penambahan 2 unit. Jika dikaji dari jumlah penduduk dan komposisi kewilayahan
maka penempatannya di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 1 unit, dan UNIT
LINGKUNGAN V dibutuhkan 1 unit.
3. Lapangan Olahraga
Berdasarkan standart pelayanan fasilitas lapangan olahraga memiliki daya
dukung penduduk sebesar 30.000 jiwa. Lapangan olahraga merupakan sarana
sosialisasi masyarakat dan memiliki nilai strategis dalam menciptakan harmoni
sosial.
Berdasarkan estimasi sampai tahun 2008, maka kebutuhan lapangan
olahraga di kawasan perencanaan dibutuhkan 2 unit. Dalam lima tahun yang
akan datang maka adanya penambahan 2 unit. Penempatannya berdasarkan
jumlah penduduk dan faktor kewilayahan maka diletakkan di UL I dan UL IV.
Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas umum di BWK I Pusat Kota
Batu lihat tabel berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 68
TABEL 3.13 RENCANA FASILITAS UMUM DI BWK I
TAHUN 2008
GEDUNG SERBAGUNA POS HANSIP GEDUNG MAKAM LAPANGAN OLAH RAGA SERBAGUNA
1 UL I (Kelurahan Sisir) 1 9 1 9 12 UL II (Kelurahan Temas) 0 6 0 6 03 UL III (Kelurahan Songgokerto) 0 3 0 3 04 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 0 5 1 5 05 UL V (Desa Pesangrahan) 0 5 1 5 06 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 0 3 0 3 0
Total 2 31 3 31 2
No. Unit Lingkungan JENIS (UNIT)
Sumber ; Hasil Rencana
3.7.8. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Persebaran taman biasanya ada di lingkungan pemukiman dan sebagian
lagi berada di ujung dan pertemuan jalan-jalan raya, serta taman kota (alun-
alun), sedangkan dari sisi pemanfaatannya RTH dapat sebagai penyejuk,
daerah resapan, respirasi dan estetika lingkungan dan juga sebagai sarana
sosialisasi masyarakat dan olahraga. RTH yang ada di Pusat Kota Batu tersebar
di Kelurahan/desa yang ada :
Taman Makam Pahlawan berada di Jalan Suropati
Stadion Gelora Brantas berada di Jalan Sultan Agung
Alun-alun Kota Batu berada di Selatan Jalan Gajah Mada.
Taman-taman lingkungan yang berada di kawasan perumahan,villa dan hotel
Lapangan olahraga dan makam yang tersebar di setiap Kelurahan
Keberadaan ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting dalam
keseimbangan lingkungan dan pertumbuhan kota yang berkelanjutan.
Berdasarkan kebutuhan standart untuk taman di perumahan dan taman
pada lingkup pelayanan RW. Taman di lingkup perumahan dibutuhkan dengan
jumlah penduduk 250 jiwa, sedangkan taman lingkup RW didukung dengan
jumlah 2500 jiwa penduduk. Estimasi kebutuhan taman di BWK I Pusat Kota
Batu sampai tahun 2008 dengan asumsi jumlah penduduk sebanyak 73.800 jiwa
maka dibutuhkan taman untuk perumahan disesuasikan dengan kebutuhan per
UL dengan asumsi 1 m2/jiwa, dan kebutuhan taman pada lingkup RW dengan
luasan 0,5 m2/jiwa. Jelasnya lihat tabel berikut untuk estimasi kebutuhan taman
di BWK Pusat Kota Batu. TABEL 3.14
RENCANA FASILITAS RUANG TERBUKA HIJAU DI BWK I TAHUN 2008
No.
Unit Lingkungan
Tahun 2008 Taman (m2/jiwa)
Taman (Lingkup Perumahan) Taman ( Lingkup
RW) 1 UL I (Kelurahan Sisir) 85 8,54 2 UL II (Kelurahan Temas) 57 5,74 3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 26 2,65 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 47 4,73 5 UL V (Desa Pesangrahan) 47 4,69 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 32 3,18
Total 295 29,52 Sumber ; Hasil Rencana
Makam merupakan fasilitas umum yang penting, tetapi seringkali
diabaikan dan disepelekan. Permasalahan makam seringkali muncul khususnya
perumahan devoleper karena masyarakatnya bukan asli dari kampung setempat
ketika meninggal ditolak untuk dimakamkan di makam kampung. Oleh karena itu
masalah makam merupakan fasilitas umum yang perlu dipertimbangkan ke
depan karena keterbatasan lahan.
Berdasarkan standart pelayanan untuk makam didukung oleh 2500 jiwa
dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar 0,16 m2/orang. Berdasarkan Arahan
rencana sampai tahun 2008, maka dibutuhkan makam sebanyak 30 unit.
Penambahan dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan skala prioritas.
Berdasarkan estimasi di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 9 unit, UNIT
LINGKUNGAN II dibutuhkan 6 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan 3 unit,
UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan 5 unit, UNIT LINGKUNGAN V dibutuhkan 5
unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3 unit. Kondisi makam yang ada
telah memadai di kawasan perencanaan. Pemukiman masyarakat pada
umumnya telah memiliki tanah pemakamannya masing-masing.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 69
3.8. Rencana Kebutuhan dan Pelayanan Utilitas 3.8.1. Listrik
Untuk pemenuhan kebutuhan listrik di BWK I secara umum seluruh
wilayah terlayani jaringan listrik dari PLN. Sehingga untuk perencanaan masa
mendatang kebutuhan listrik yang perlu diperhatikan yaitu perluasan jaringan ke
wilayah-wilayah permukiman baru dan penyediaan daya sesuai dengan
perkiraan kebutuhan. Kebutuhan terhadap listrik ini tidak hanya untuk konsumsi
rumah tangga, tetapi juga untuk penerangan jalan, fasilitas sosial, perdagangan
dan jasa. Standar yang digunakan untuk menganalisa kebutuhan listrik di suatu
wilayah adalah sebagai berikut
Rumah tangga kapling besar : 1300 watt
Rumah tangga kapling sedang : 900 watt
Rumah tangga kapling kecil : 450 watt
Kebutuhan komersial : 15 % dari kebutuhan rumah tangga
Kebutuhan sosial : 10 % dari kebutuhan rumah tangga
Kehilangan daya : 10 % dari kebutuhan rumah tangga
Cadangan : 10 % dari kebutuhan rumah tangga
Penerangan Jalan : 40% dari kebutuhan rumah tangga
Berdasarkan perhitungan terhadap tiap jenis kebutuhan listrik di BWK I
Pusat Kota Batu, maka sampai dengan tahun 2008 diperkirakan kebutuhan
untuk perumahan kavling besar, sedang dan kecil totalnya sebesar 9.889.150
watt. Sedangkan kebutuhan jaringan listrik secara keseluruhan di BWK I Pusat
Kota Batu adalah sebesar 18.294.298 Watt.
TABEL 3.15 RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA DI BWK I
TAHUN 2008
No. Unit Lingkungan Kebutuhan 2008 (watt)
1 UL I (Kelurahan Sisir) 2.861.908 2 UL II (Kelurahan Temas) 1.922.972 3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 887.371 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 1.583.108 5 UL V (Desa Pesangrahan) 1.569.562 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1.064.230
Total 9.889.150 Sumber ; Hasl Rencana
TABEL 3.16 RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK DI BWK I
TAHUN 2008
No. Jenis Kebutuhan Kebutuhan
Tahun 2008
(Watt) 1 Rumah Tangga 9.889.150 2 Komersial 1.483.373 3 Sosial 988.915 4 Kehilangan Daya 988.915 5 Cadangan 988.915 6 Penerangan Jalan 3.955.660
Total 18.294.928 Sumber ; Hasl Rencana
Dalam pengembangannya dibutuhkan koordinasi dengan instansi terkait,
khususnya PLN Batu sehingga utilitas kebutuhan listrik dapat terkait dengan
pemanfaatan rencana ruang di BWK I Pusat Kota Batu. Utilitas listrik di kawasan
perencanaan dibutuhkan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat dan
bagaimana mensosialisasikan hemat listrik sehingga kebutuhan listrik dapat
terlayani dengan baik dan keberlanjutan. Perlu juga dipertimbangkan sumber
alternatif listrik baru di kawasan perencanaan yang berbasiskan pedesaan
dengan pemanfaatan kotoran sapi dan panas bumi sebagai sumber energi baru
serta pemanfaatan teknologi sinar matahari. Untuk lebih jelas mengenai
kebutuhan listrik dan arahan pengembangan jaringan listrik di BWK I Pusat Kota
Batu sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat di tabel dan peta 3.12 berikut ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 70
Peta Jar Listrik 3.12
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 71
3.8.2. Air Bersih
Sumber air bersih untuk BWK I Pusat Kota Batu ada dua, yaitu
berdasarkan sumber mata air dan pelayanan air bersih PDAM. Sumber air
bersih untuk wilayah perkotaan dan khususnya jalan-jalan utama maka
sumbernya berdasarkan PDAM, sedangkan untuk daerah yang berkarakter
pedesaan dan agak jauh dari jalan-jalan utama, seperti Toyomerto, Oro-Oro
Ombo, Srebet Pesanggrahan, Songgoriti dan Trunojoyo menggunakan sumber
mata air. Kawasan perdagangan dan jasa, sentra
perkantoran, perhotelan dan kawasan wisata pada umumnya menggunakan
sumber PDAM.
Sumber mata air yang ada di BWK I Pusat Kota Batu ada 30 titik sumber
mata air yang tersebar di seluruh UL yang ada. Sedangkan sumber mata air
yang pemanfaatan airnya digunakan oleh PDAM adalah Sumber Darmi, Sumber
Kasinan, dan Sumber Torongbelok. Kondisinya dari sumber air yang ada baik
dan kelestarian lingkungan sekitar dan daerah penyangganya harus dilestarikan
supaya debit dan kualitas airnya tetap baik.
Untuk mengetahui tingkat kebutuhan penduduk terhadap penyediaan air
minum/bersih ini, maka digunakan standar bahwa :
Setiap penduduk membutuhkan 80 lt/orang/hr, sehingga rumah tangga
dengan jumlah keluarga 5 orang dibutuhkan 400 lt/kk/hr.
Fasilitas sosial dan perkantoran membutuhkan 15 % dari kebutuhan
rumah tangga.
Fasilitas komersial sebesar 20 % dari kebutuhan rumah tangga.
Industri sebesar 10 % dari kebutuhan rumah tangga.
Cadangan kebocoran 10 % dari kebutuhan total.
Pemadam kebakaran sebesar 10 % dari kebutuhan total.
Dengan demikian berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air minum
sesuai proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2008 adalah 5.904.000 lt/hr.
Sedangkan untuk total kebutuhan air bersih secara keseluruhan di BWK I Pusat
Kota Batu adalah 9.741.600 lt/hr. Jelasnya kebutuhan air bersih di kawasan
perencanaan lihat pada tabel berikut ; TABEL 3.17
RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH DI BWK I TAHUN 2008
No. Unit Lingkungan KEBUTUHAN 1 ORANG/HARI (80 Lt) 2008
1 UL I (Kelurahan Sisir) 1.708.640 2 UL II (Kelurahan Temas) 1.148.080 3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 529.760 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 945.120 5 UL V (Desa Pesangrahan) 937.040 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 635.360
Total 5.904.000 Sumber ; Hasil Rencana
TABEL 3.18 RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH PER FASILITAS DI BWK I
TAHUN 2008
No. Jenis Kebutuhan Kebutuhan Tahun 2008 (lt/hari)
1 Rumah Tangga 5.904.000 2 Komersial 1.180.800 3 Sosial dan Perkantoran 885.600 4 Industri 590.400 5 Cadangan 590.400 6 Pemadam kebakaran 590.400
Total 9.741.600 Sumber ; Hasil Rencana
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan air bersih tersebut, perlu pula
dipertimbangkan adanya permasalahan yang akan datang yaitu dapat
berkurangnya debit air yang dihasilkan oleh sumber air yang digunakan PDAM
sekarang ini. Masalah tesebut terjadi karena semakin gundulnya hutan dan
degradasinya fungsi lingkungan sehingga mengakibatkan berkurangnya daerah
resapan air dan konversi penggunaan lahan khususnya kawasan lindung
menjadi perumahan dan villa.
Oleh karena itu perlu diantisipasi kemungkinan berkurangnya sumber air
yang ada dengan pemanfaatan sumber mata air baru untuk mengantisipasi
kebutuhan air bersih ke depan dan penghijauan serta rehabilitasi hutan dan
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 72
lingkungan yang mengalami degradasi. Pusat Kota Batu memiliki banyak
sumber air bersih yaitu sekitar 30 sumber air dan sangat ironis jika kesulitan air
bersih pada masa yang akan datang.
Disamping permasalahan utama diatas, dalam pelayanannya PDAM
menghadapi permasalahan yang khususnya di bidang teknis, yaitu :
1. Tingginya biaya operasional akibat adanya kenaikan tarif listrik dan kenaikan
barang-barang kebutuhan PDAM.
2. Tingginya tingkat kehilangan air akibat masih dioperasikannya jaringan pipa
distribusi lama dan kurangnya akurasi meter air yang dipasang pada
pelanggan.
3. Rendahnya tingkat pelayanan.
4. Kurang efisiennya penyediaan air bersih dalam hal pemasangan jaringan,
sehingga perlu adanya alternatif baru dengan adanya kerja sama dengan
pihak-pihak lain yang terkait.
Dengan pertimbangan permasalahan yang terkait dengan pelayanan air
minum/air bersih itulah, untuk masa mendatang diperlukan adanya terobosan
baru dalam hal sumber air baru dan penanganan masalah teknis yang dihadapi.
Upaya yang dilakukan dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan
instansi/pihak terkait lainnya. Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.13 arahan pengembangan air bersih.
3.8.3. Drainase
Drainase dan sanitasi sangat erat kaitannya dengan air buangan atau
limbah. Air buangan atau limbah yang terbesar dalam suatu kawasan
perencanaan, berasal dari kegiatan domestik (rumah tangga). Umumnya dapat
mencapai prosentase 80% dari limbah yang dihasilkan dari suatu kota,
sedangkan sisanya adalah limbah non domestik.
Saat ini belum ada keluhan yang menyolok terhadap gangguan masalah
drainase dan sanitasi, meskipun demikian perlu antisipasi dini untuk mencegah
masalah-masalah yang akan timbul. Hal ini juga untuk menunjang Kota Batu
yang sedang dalam proses pemekaran untuk menjadi kota yang bercitrakan kota
wisata dan bersifat agropolitan.
Berdasarkan hasil evaluasi rencana sebelumnya dapat diketahui bahwa ;
Saluran drainase eksisting di sepanjang ruas Jalan Panglima Sudirman
kurang besar dimensinya, sehingga di saat hujan aliran air hujan tidak dapat
tertampung di dalam saluran tersebut.
Saluran di Jalan Gajah Mada dimensinya kurang besar.
Di sepanjang ruas Jalan Diponegoro, seharusnya aliran air hujan dapat
tertampung di dalam saluran drainase eksisting, tetapi kemungkinan karena
bentuk saluran ayng tertutup (berupa bis beton) maka dibutuhkan waktu
untuk menuju saluran tersebut. Stret Inlet saluran harus diperlebar, agar air
yang tergenang di ruas Jalan. Diponegoro cepat mengalir ke dalam saluran.
Untuk merencanakan pengembangan saluran drainase di BWK I harus
dititik beratkan pada darah yang berpotensi terjadi genangan air sesaat yaitu di
ruas Jalan Panglima Sudirman dan Jalan. Gajahmada. Maka harus dilakukan
normalisasi saluran. Normalisasi saluran dapat dilakukan dengan cara:
Memperbesar dimensi dengan memperbesar saluran
Memperdalam saluran dengan pengerukan sediment transport
Mengubah dimensi saluran dengan talud (dimensi trapezium)
Mengubah cathment area dengan memotong arah aliran ataupun menyudet
(by pass)
Pada perencanaan pengembangan kali ini, normalisasi saluran dilakuka
dengan cara memperbesar dimensi saluran dengan memperbesar saluran
eksisting yang berbentuk saluran segi empat. Secara estetika maupun jalannya
arah aliran, memang lebih baik menggunakan saluran drainase yang berbentuk
trapesium. Kekurangan dari saluran drainase yang berbentuk trapesium adalah
memakan lahan yang luas (lebar), sementara daerah potensi genangan sesaat
berada di tengah kota maka lahan yang harus disiapkan sebagai perluasan
saluran drainase eksisting akan menjadi masalah.
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 73
3.13. rencana air bersih
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 74
Selain normalisasi saluran drainase eksisting di ruas Jalan Panglima
Sudirman dan Jalan. Gajahmada, untuk mengatasi masalah genangan air
sesaat di ruas Jalan Dipongoro harus dilakukan:
Memperbesar street inlet, terutama untuk saluran sebelah kanan jalan
Pembersihan street inlet dari sampah maupun pasir yang dapat menghalangi
masuknya aliran air dari jalan ke saluran tertutup tersbut
Pengembangan drainase terutama drainase sekunder diutamakan pada
jalan-jalan utama yang berfungsi sebagai jalan arteri dan kolektor.
Pengembangan drainase tersebut antara lain terdapat pada koridor Jalan
Suropati, Jalan Sultan Agung, Jalan Abdul Gani, Jalan Hasanudin. Selain itu
juga perlu pembangunan drainase terasering yang dimulai dari wilayah Temas.
Untuk mengatasi masalah genangan air sesaat dapat diambil tindakan
sebagai berikut:
Melakukan pengerukan sedimen secara rutin minimal 1 bulan sekali pada
seluruh saluran drainase yang ada
Untuk menghindari masukknya sampah ke dalam saluran drainase dan
pemanfaatan lahan bagian atas saluran sebagai trotoar, saluran tetap
mengikuti pola aliran terbuka tetapi diberi tutup pada bagian atas saluran
Warga setiap bulan diajak berpartisipasi/gotongroyong untuk melakukan
pengerukan dan pembersihan saluran-saluran drainase
Melakukan normalisasi saluran dengan memberbesar dimensi saluran
eksisting di ruas Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Gajah Mada dan street
inlet setiap 2 meter panjang saluran
Untuk ruas Jalan Diponegoro, dilakukan pembesaran stret inlet terutama
untuk saluran sebelah kanan jalan serta pembersihan street inlet dari
sampah maupun pasir yang dapat menghalangi masuknya aliran air dari
jalan ke saluran tertutup tersebut
Mengadakan penyuluhan pada masyarakat atau warga supaya ikut menjaga
kebersihan aluran dan tidak membuang sampah ke dalam saluran drainase
serta tidak menutup street inlet yang telah dibangun di sepanjang saluran
yang telah dinormalisasi
Untuk mengetahui lebih jelas tentang rencana drainase dan sanitasi ini,
dapat dilihat pada peta 3.14 arahan jaringan drainase ;
3.8.4. Telepon
Telepon merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat penting
bagi masyarakat saat ini sehingga harus ditingkatkan kualitas pelayanannya di
masa mendatang, terutama penyediaan sarana telekomunikasi dan pelayanan
jaringan baru untuk pemukiman yang belum memiliki sambungan telepon.
Perkembangan telekomunikasi ke depan juga berjalan sangat cepat sehingga
perlu diantisipasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Penambahan fasilitas telepon untuk pelayanan umum berupa wartel, dan
telepon umum juga perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Sarana telekomunikasi tersebut dapat dikategorikan sebagai
fasilitas pelayanan umum, dimana dalam penempatannya dititikberatkan pada
lokasi-lokasi yang merupakan pusat pelayanan dan juga didistribusikan secara
merata sehingga dapat melayani kebutuhan masyarakat. Dalam penyediaan
telepon umum ini digunakan standar, yaitu setiap kelompok penduduk dengan
jumlah 1.000 jiwa perlu disediakan 20 unit telepon, setiap 200 penduduk
disediakan 1 unit telepon umum dan setiap 1000 penduduk terdapat 1 unit
wartel. Perkiraan kebutuhan sarana telekomunikasi ini disesuaikan dengan
proyeksi jumlah penduduk sampai dengan tahun 2008 seperti yang terdapat
pada tabel berikut dan peta 3.15 arahan jaringan telepon ;
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 75
Peta 3.12 Jarigan Drainase
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 76
Peta 3.13 Jarigan Telepon
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 77
TABEL 3.19 RENCANA KEBUTUHAN TELEPON DI BWK I
TAHUN 2008 No.
Unit Lingkungan
TELEPON PRIBADI WARTEL TELEPON UMUM
JUMLAH SAMBUNGAN (Sst)
JUMLAH SAMBUNGAN
(Sst)
JUMLAH SAMBUNGAN
(Sst) 2008 2008 2008
1 UL I (Kelurahan Sisir) 427 18 4
2 UL II (Kelurahan Temas) 287 12 3
3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 132 6 1
4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 236 10 2
5 UL V (Desa Pesangrahan) 234 10 2
6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 159 7 2
Jumlah 1.476 61 15
3.8.5. Persampahan
Persampahan yang ada diwilayah perencanaan dirahkan untuk lebih
ditanganai dengan memperhatikan pertambahan jumlah penduduk. Jumlah
penduduk yang meningkat maka akan terjadi pula peningkatan jumlah produksi
sampah. Peningkatan ini diprediksikan dengan asumsi sebagai berikut ;
1. Sampah rumah tangga 2,5 lt/hari.
2. Pasar menghasilkan sampah sebanyak 25% dari sampah produksi rumah
tangga sedangkan untuk perdagangan lainnya menghasilkan 5% dari
sampah rumah tangga.
3. Jalan menghasilkan 10% dari sampah rumah tangga.
4. Lain-lain diasumsikan 5% dari sampah produksi rumah tangga.
Dari hasil prediksi didapat bahwa jumlah tetinggi untuk sampah rumah
tangga terdapat di unit lingkungan unit lingkungan I Kelurahan Sisir sejumlah
8.543 litr, dan yang terendah di unit lingkngan III Kelurahan Songgokerto
sejumlah 2.648 liter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ;
TABEL 3.20 PRODUKSI SAMPAH DOMESTIK DI BWK I TAHUN 2008
1 UL I (Kelurahan Sisir)2 UL II (Kelurahan Temas)3 UL III (Kelurahan Songgokerto)4 UL IV (Kelurahan Ngaglik)5 UL V (Desa Pesangrahan)6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo)
Volume Sampah Rumah Tangga (L/kk/hari)No. Unit Lingkungan
Total
8,543.015,740.212,648.874,725.694,685.263,176.81
29,519.85 Sumber ; Hasil Rencana
TABEL 3.21 PRODUKSI SAMPAH KESELURUHAN DI BWK I TAHUN 2008
No. Jenis Kegiatan Volume sampah (L/hari)
1 Rumah Tangga 29,520 2 Perdagangan Pasar 7,380 3 Perdagangan 1,476 4 Jalan 2,952 5 Lain-lain 2,952
Total 44,280 Sumber ; Hasil Rencana
Untuk pembuangan sampah akhir TPA berada di Kelurahan Ngalik
tepatnya di Ruas Jalan arah Ke Panderman Hill. TPA ini merupakan
penampungan sampah untuk seluruh Kota Batu. Untuk masa datang
keberadaan TPA in perlu untuk mendapat relokasi yang berdasarkan arahan
RTRW Kota Batu diarahkan ke wilayah Desa Sumberejo.
Berdasarkan jumlah produksi sampah maka untuk penanganannya
diperlukan prasarana berupa pengadaan tong sampah, TPS (Tempat
Pembuangan Sampah Sementara) biasannya berupa container kapasitas 4000
liter, dan gerobak sampah kapasitas . Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ;
Sumber ; Hasil Rencana
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 78
TABEL 3.22 PRODUKSI SAMPAH KESELURUHAN DI BWK I PER JENIS DAN KEBUTUHAN PERALATAN
TAHUN 2008 No. Desa/Kelurahan
Sampah Pasar Perdagangan dan Jalan Lain Lain Jumlah Tong Sampah Gerobak TPSRumah Tangga Jasa 40 Ltr Sampah 4000 Ltr