Rangkuman Materi Sejarah Indonesia A. Asal Mula Penjajahan Jepang di Indonesia Jepang menyerang Pangkalan Laut Amerika Serikat pada 7 Desember 1941 di pelabuhan Pearl Harbour. Penyerangan ini bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan sekutu (Amerika Serikat, Inggris dan Belanda) yang diperkirakan akan menjadi ganjalan bagi ekspansi Jepang di Asia. Serangan tersebut mampu menenggelamkan dan merusak 21 kapal Armada AS dan menewaskan 2.403 tentara AS, sementara 1.178 orang mengalami luka-luka. Serangan ini menjadi titik awal terjadinya perang di kawasan Asia Pasifik dan menjadi salah satu sebab khusus terjadinya Perang Dunia II. Lalu, pada tanggal 8 Desember 1941, Kongres AS dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pun mengumumkan pernyataan perang terhadap Jepang. Pada tanggal 11 Januari 1942, tentara Jepang Right Wing Unit dan pasukan Angkatan Laut Kure yang berjumlah 20.000 mendarat di pantai timur wilayah Tarakan, Kalimantan Timur. Terjadilah pertempuran dengan Belanda yang sebelumnya memang sudah menduduki wilayah ini. Dalam pertempuran ini, Belanda berusaha bertahan dengan 1.300 serdadu Batalion VII Koninklijk Nederansch Indisch Leger (KNIL) dengan beberapa kapal perang ringan, pesawat tempur, dan bomber. Akhirnya, pasukan KNIL menyerah pada tanggal 12 Januari 1942. Lebih dari setengah pasukan Belanda gugur dalam pertempuran ini. Dengan demikian, Tarakan merupakan wilayah pertama yang jatuh ke tangan Jepang. Kemudian, Jepang pun mulai menguasai wilayah Balikpapan, Samarinda, Pontianak, Banjarmasin dan Palembang. Setelah daerah luar Jawa dikuasai, Jepang kemudian memusatkan penyerangannya di Pulau Jawa karena Pulau Jawa merupakan pusat dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pada bulan Februari-Maret 1942, Jepang melakukan serangan laut besar- besaran ke Pulau Jawa. Lalu, tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus yaitu di Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah). Pertempuran Laut Jawa pun terjadi antara armada laut Jepang dan armada gabungan yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Akhirnya, tanggal 5 Maret 1942 Batavia pun jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke kota-kota lain di Jawa sehingga dengan mudah kota-kota tersebut jatuh ke tangan Jepang. Pada tanggal 8 Maret 1942, dilakukan perundingan antara pihak Belanda, Letnan Jenderal Ter Poorten, dan pihak Jepang, Jenderal Hitoshi Imamura beserta Gubernur Jenderal A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Hasilnya, tercapai Kapitulasi Kalijati yang menandai berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia yang digantikan oleh pihak Jepang. B. Organisasi Militer Jepang yang didirikan di Indonesia Organisasi Militer Jepang yang pertama adalah Heiho (Pembantu Prajurit Jepang) Heiho adalah pasukan bentukan tentara Jepang yang berkedudukan di Indonesia atas instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang. Pasukan Heiho terdiri dari bangsa Indonesia dan dibentuk pada 2 September 1942. Kemudian pada 22
95
Embed
Rangkuman Materi Sejarah Indonesia€¦ · Rangkuman Materi Sejarah Indonesia A. Asal Mula Penjajahan Jepang di Indonesia Jepang menyerang Pangkalan Laut Amerika Serikat pada 7 Desember
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Rangkuman Materi Sejarah Indonesia
A. Asal Mula Penjajahan Jepang di Indonesia
Jepang menyerang Pangkalan Laut Amerika Serikat pada 7 Desember 1941 di
pelabuhan Pearl Harbour. Penyerangan ini bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan sekutu
(Amerika Serikat, Inggris dan Belanda) yang diperkirakan akan menjadi ganjalan bagi ekspansi
Jepang di Asia. Serangan tersebut mampu menenggelamkan dan merusak 21 kapal Armada AS
dan menewaskan 2.403 tentara AS, sementara 1.178 orang mengalami luka-luka. Serangan ini
menjadi titik awal terjadinya perang di kawasan Asia Pasifik dan menjadi salah satu sebab
khusus terjadinya Perang Dunia II. Lalu, pada tanggal 8 Desember 1941, Kongres AS dan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda pun mengumumkan pernyataan perang terhadap
Jepang.
Pada tanggal 11 Januari 1942, tentara Jepang Right Wing Unit dan pasukan Angkatan
Laut Kure yang berjumlah 20.000 mendarat di pantai timur wilayah Tarakan, Kalimantan
Timur. Terjadilah pertempuran dengan Belanda yang sebelumnya memang sudah menduduki
wilayah ini. Dalam pertempuran ini, Belanda berusaha bertahan dengan 1.300 serdadu Batalion
VII Koninklijk Nederansch Indisch Leger (KNIL) dengan beberapa kapal perang ringan,
pesawat tempur, dan bomber.
Akhirnya, pasukan KNIL menyerah pada tanggal 12 Januari 1942. Lebih dari
setengah pasukan Belanda gugur dalam pertempuran ini. Dengan demikian, Tarakan
merupakan wilayah pertama yang jatuh ke tangan Jepang. Kemudian, Jepang pun mulai
menguasai wilayah Balikpapan, Samarinda, Pontianak, Banjarmasin dan Palembang.
Setelah daerah luar Jawa dikuasai, Jepang kemudian memusatkan penyerangannya di
Pulau Jawa karena Pulau Jawa merupakan pusat dari pemerintahan kolonial Hindia
Belanda. Pada bulan Februari-Maret 1942, Jepang melakukan serangan laut besar-
besaran ke Pulau Jawa. Lalu, tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di tiga tempat
sekaligus yaitu di Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah).
Pertempuran Laut Jawa pun terjadi antara armada laut Jepang dan armada gabungan yang
dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Akhirnya, tanggal 5 Maret 1942 Batavia pun
jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke kota-kota lain di Jawa sehingga
dengan mudah kota-kota tersebut jatuh ke tangan Jepang.
Pada tanggal 8 Maret 1942, dilakukan perundingan antara pihak Belanda, Letnan
Jenderal Ter Poorten, dan pihak Jepang, Jenderal Hitoshi Imamura beserta Gubernur Jenderal
A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Hasilnya, tercapai Kapitulasi Kalijati yang
menandai berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia yang digantikan oleh pihak
Jepang.
B. Organisasi Militer Jepang yang didirikan di Indonesia
Organisasi Militer Jepang yang pertama adalah Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)
Heiho adalah pasukan bentukan tentara Jepang yang berkedudukan di Indonesia atas
instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang. Pasukan
Heiho terdiri dari bangsa Indonesia dan dibentuk pada 2 September 1942. Kemudian pada 22
April 1943, tentara Jepang mulai melakukan perekrutan. Rata-rata anggota Heiho adalah para
pemuda usia 18-25 tahun. Mereka direkrut sebagai pembantu prajurit Jepang.
Tugas Heiho
1. Membangun kubu dan parit pertahanan
2. Menjaga tahanan
3. Melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar lainnya untuk membantu militer jepang
Organisasi militer yang kedua adalah Pembela Tanah Air (Peta)
PETA atau Tentara Sukarela Pembela Tanah Air, merupakan kesatuan militer yang
dibuat Jepang di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. PETA dibentuk tanggal 3
Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima
Tentara ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pembentukan
PETA diawali oleh surat Raden Gatot Mangkupraja kepada Gunseiken (kepala pemerintahan
militer Jepang) pada bulan September 1943.
Selain organisasi militer, Jepang juga mendirikan organisasi-organisasi semi militer di
Indonesia, antara lain:
1. Seinendan (Barisan Pemuda)
Organisasi seinendan ini berdiri tanggal 9 Maret 1943. Anggotanya para pemuda berumur 14-
22 tahun. Tujuannya mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah air
Indonesia.
2. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Keibodan dibentuk tanggal 29 April 1943. Anggotanya berumur 23-25 tahun. Tujuannya untuk
membantu tugas-tugas kepolisian.
3. Fujinkai (Himpunan Wanita)
Organisasi ini dibentuk bulan Agustus 1943. Anggotanya para wanita berumur 15 tahun ke
atas.
4. Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa)
Jawa Hokokai dibentuk tahun 1944. Tujuannya untuk mengarahkan rakyat agar berbakti
sepenuhnya kepada Jepang demi tercapainya kemenangan dalam Perang Asia Timur Raya.
Anggotanya minimal berumur 14 tahun. Tugasnya adalah mengumpulkan pajak, upeti, dan
hasil pertanian.
5. Syuisintai (Barisan Pelopor)
Organisasi ini dibentuk tanggal 14 September 1944 dan diresmikan tanggal 25 September
1944. Tujuannya untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat. Tokoh yang menjadi anggota
Syuisintai adalah Bung Karno, Otto Iskandardinata, dan R.P. Suroso.
C. Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang
Banyak masyarakat yang menderita saat wilayahnya dikuasai oleh Jepang. Hal ini dikarenakan, mereka dipaksa untuk membuat parit, membuat jalan, membuat lapangan
terbang, dan masih banyak lagi, mereka dipaksa oleh Jepang menjadi Romusha. Kalian
tahu nggak apa itu romusha? Romusha artinya buruh atau pekerja, adalah sebutan bagi orang-orang yang dipekerjakan secara paksa oleh Jepang pada saat Jepang menduduki
Indonesia.
Tapi apakah masyarakat kita diam saja? Tentu saja tidak. Bangsa kita kemudian mencoba
untuk membuat berbagai siasat untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang. Masyarakat kita pada waktu itu tidak terima terus menerus dijadikan romusha, sedangkan
hasilnya yang menikmati adalah Jepang. Nah, mulailah bangsa kita dengan strateginya
melalui organisasi-organisasi yang dibentuk oleh Jepang, dan juga melalui gerakan-gerakan bawah tanah. Bentuk perlawanan rakyat Indonesia yang berbeda dilakukan oleh
bangsa kita, akan tetapi tujuan dan cita-cita perjuangan mereka tetaplah sama, mencapai
kemerkedaan Indonesia.
Perjuangan melalui organisasi merupakan jalan damai yang ditempuh untuk menghindari
korban jiwa dari rakyat. Perjuangan melalui gerakan bawah tanah adalah perlawanan
menggunakan senjata. Beberapa tokoh memiliki semboyan “Cinta kedamaian tetapi lebih
cinta kemerdekaan”. Mereka menganggap perlawanan bersenjata akan lebih cepat
mewujudkan kemerdekaan.
Beberapa wilayah yang dikuasai oleh Jepang dan mendapat perlawanan dari rakyat
Indonesia diantaranya:
1) Perlawanan di Aceh
Aceh menjadi salah satu wilayah yang dikuasai Jepang. Masyarakat Aceh diperlakukan
dengan sewenang-wenang dan mengalami penderitaan yang cukup lama karena banyak rakyat Aceh yang dikerahkan untuk Romusha. Akibat hal itu, pada 10 November 1942
terjadi penyerangan terhadap Jepang di Cot Plieng, penyerangan tersebut dipimpin oleh
Tengku Abdul Jalil yang merupakan seorang guru mengaji di Cot Plieng. Sebanyak dua kali
Jepang berusaha menaklukan wilayah Cot Plieng, dua-duanya pun berhasil digagalkan oleh rakyat Aceh dengan serangannya, dan berhasil memukul mundur Jepang ke daerah
Lhokseumawe. Kemudian pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng, dan
Tengku Abdul Jalil harus gugur di tempat saat sedang beribadah. Kebencian rakyat pun
semakin bertambah.
2) Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)
Singaparna, Tasikmalaya, menjadi salah satu wilayah yang berhasil di duduki oleh Jepang. Pada masa itu, rakyat Singaparna dipaksa untuk mengikuti upacara Seikerei. Upacara
Seikerei merupakan upacara penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk kearah matahari terbit. Dengan cara seperti ini, masyarakat Singaparna
merasa sangat dipermalukan dan dilecehkan. Selain itu, mereka juga merasa menderita
karena diperlakukan secara sewenang-wenang dan kasar oleh Jepang. Akibatnya, pada bulan Februari 1944, rakyat Singaparna melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pasukan
perlawanan dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa. Akan tetapi Jepang berhasil menangkap Kiai
Zainal Mustofa pada tanggal 25 Februari 1944, dan pada tanggal 25 Oktober 1944, Kiai
Zainal harus menghentikan perjuangannya setelah beliau dihukum mati.
3) Perlawanan di Indramayu
Indramayu mendapatkan perlakuan yang sama oleh Jepang, masyarakat Indramayu
dipaksa menjadi romusha, bekerja di bawah tekanan dan diperlakukan secara sewenang-
wenang. Oleh karena itu, masyarakat Indramayu juga melakukan perlawanan terhadap
Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan pada bulan April 1944.
Selanjutnya beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi
pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
4) Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)
Perlawanan juga terjadi di Blitar. Pada tanggal 14 Februari 1945 terjadi pemberontakan
yang dilakukan para tentara PETA (Pembela Tanah Air) di bawah pimpinan Supriyadi.
Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang.
Selain di keempat wilayah tersebut, perlawanan juga terjadi di beberapa wilayah lain di
Indonesia. Sekarang kalian tahu 'kan bagaimana bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia terhadap Jepang? Meskipun rentang waktu
pendudukannya jauh lebih sebentar dari Belanda, perlakuan Jepang sungguh tidak
manusiawi dan menimbulkan trauma mendalam bagi masyarakat Indonesia.
D. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
Bermula sejak jatuhnya Tarakan kepada Jepang, untuk waktu tepatnya itu pada tanggal 11
Januari 1942 sampai 15 Agustus 1945. Pada saat itu Jepang berhasil mengeksploitasi
kekayaan alam Indonesia, bahkan juga para penduduknya. Dampak pendudukan Jepang
di Indonesia juga berdampak pada aspek lainnya.
a. Kehidupan Ekonomi Zaman Jepang
Perlu kalian ketahui, sejak lama bala tentara Jepang memang sudah mengincar Indonesia. Ada dua faktor yang membuat Jepang tertarik dengan Indonesia, yaitu karena
melimpahnya sumber daya alam dan sumber daya manusianya.
Nah, kalian tahu nggak sih kalau dulu itu, perekonomian Indonesia bercorak ekonomi perang, tepatnya pada masa pendudukan Jepang. Ciri-ciri ekonomi bercorak perang itu
ketika adanya pengaturan, pembatasan, dan penguasaan faktor-faktor produksi oleh
pemerintah militer.
Seluruh kegiatan ekonomi dan pembangunan kemudian diambil alih oleh pemerintah pendudukan Jepang. Dengan mengeluarkan Undang-undang No. 22 Tahun 1942,
pemerintah pendudukan Jepang menyatakan bahwa pemerintah militer (Gunseikan)
langsung mengawasi perkebunan, sedangkan perkebunan-perkebunan yang tidak ada kaitannya dengan perang, ditutup. Namun sebaliknya, untuk perkebunan gula, jarak, karet,
teh, dan kina terus diberdayakan untuk perang. Hal itu dikarenakan komoditas ini sangat
mendukung Jepang dalam menyiapkan akomodasinya dalam berperang.
Kemudian pada bidang perbankan, Jepang mendirikan bank-bank setelah melikuidasi bank-bank peninggalan Belanda. Adapun bank-bank yang didirikan yaitu Mitsui Ginko,
Taiwan Ginko, Yokohama Ginko, dan Kana Ginko. Nah, Jepang sendiri pernah
mengalami defisit lho, semua itu akibat pembangunan bidang militer. Demi “Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya”, perekonomian penduduk harus dikorbankan hingga lumpuh.
Cara yang dilakukan termasuk kejam lho. Bayangin aja ya, pada saat itu penduduk dipaksa
menyerahkan tenaganya serta hasil bumi mereka. Akibat hal itu, penduduk mulai kekurangan gizi, kesengsaraan mulai merajalela di berbagai daerah, kesehatan jauh
menurun, dan mayoritas penduduk mengalami penderitaan.
b. Kehidupan Sosial Zaman Jepang
Jepang yang pada waktu itu sedang terlibat dalam perang dunia ke-2, kemudian mererapkan beberapa kebijakan dalam rangka kepentingan perangnya. Pertama, Jepang
melarang seluruh kebudayaan Barat masuk ke dalam wilayah Indonesia.
Kedua, Jepang menginginkan bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa resmi dalam pengantar pendidikan, tentunya untuk menggantikan bahasa Belanda. Ketiga, sistem
pendidikan berdasarkan kelas sosial yang merupakan warisan penjajahan Belanda,
harus dihapus.
Pendidikan zaman Jepang antara lain :
1. Kokumin Gakko atau Sekolah Rakyat (lama studi enam tajn)
2. Shoto Chu Gakko atau Sekolah Menengah Pertama (lama studi tiga tahun).
3. Koto Chu Gakko atau Sekolah Menengah Tinggi (lama studi tiga tahun).
4. Pendidikan kejuruan bersifat vokasional seperti pertukangan, pelayaran, pendidikan,
teknik, dan pertanian.
5. Pendidikan tinggi.
Sistem pendidikan sewaktu penjajahan Jepang berbeda lho dengan yang sekarang kita
rasakan. Dahulu itu pendidikannya bercirikan militerisme, kalian tahu seperti apakah itu?
Jadi, setiap pagi seluruh siswa diwajibkan untuk menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (Kimigayo), kemudian juga mengibarkan bendera kebangsaan Jepang (Hinomaru) dan
harus menghormat Kaisar Jepang (Seikirei).
Selain harus melakukan rutinitas upacara seperti itu, siswa-siswi zaman penjajahan Jepang juga harus melakukan Dai Toa, yaitu sumpah setia pada cita-cita Asia Raya dan wajib
melakukan senam Jepang (Taiso). Kemudian mereka harus latihan fisik kemiliteran.
Itu dampak-dampak yang dialami bangsa Indonesia saat masa pendudukan Jepang. Selain itu, para pemuda dan orang tua pada waktu itu diwajibkan menjadi romusha untuk
mengerjakan proyek Jepang atau medan perang. Ribuan romusha dikerahkan dari Pulau
Jawa ke luar Jawa, bahkan ke luar wilayah Indonesia. Ribuan romusha dari berbagai
daerah di Indonesia dikirim ke berbagai medan perang. Akibatnya banyak dari rakyat
Indonesia yang gugur.
Peranan Para Tokoh dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia
1. Dari Hirosima, Nagasaki, hingga Rengasdengklok
Amerika melakukan penjatuhan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 6
dan 9 Agustus 1945. Bom atom tersebut memiliki nama Little Boy (Hiroshima) dan Fat Man
(Nagasaki) da diangkut oleh pesawat B-29. Pengeboman tersebut memiliki dampak yang luar
biasa mengingat dua kota tersebut adalah kota yang penting baik dalam perindustrian maupun
militer Jepang. Pengeboman brutal tersebut memakan korban langsung setidaknya 70.000
orang baik militer maupun sipil sekaligus meratakan kedua kota tersebut dengan singkat dan
juga menyebabkan 300.000 orang tewas dalam kurun waktu 6 bulan berikutnya. Pengeboman
tersebut menjadi faktor penting penyerahan Jepang kepada Sekutu.
Akibat pengeboman itu juga, Panglima Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara,
Jenderal Hisaichi Terauchi menyetujui dibentuknya Dokuritsu Junbi Iinkai atau Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI dibentuk setelah BPUPKI dibubarkan
dan diketuai oleh Ir. Soekarno dengan wakilnya Mohammad Hatta. PPKI beranggotakan
21 orang dan semuanya adalah orang Indonesia. Selanjutnya, pada tanggal 9 Agustus 1945, Ir.
Soekarno dan Mohammad Hatta serta Dr. Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat,
Vietnam untuk menemui Jenderal Terauchi. Tanggal 14 Agustus 1945, ketiganya kembali dari
Dalat.
Pada tanggal yang sama, Sutan Sjahrir berhasil mendapatkan kabar penyerahan
Jepang kepada Sekutu. Kabar tersebut akhirnya disebarluaskan dan menyebabkan
perpecahan antara golongan tua dan golongan muda mengenai masalah waktu proklamasi.
Golongan muda berpendapat bahwa Jepang sudah kalah, sedangkan golongan tua berpendirian
untuk menyerahkan keputusan pada PPKI. Para pemuda kemudian mengadakan perundingan
di Gedung Bakteriologi di Pegangsaan Timur pada tanggal 15 Agustus 1945 dan menghasilkan
keputusan pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan dari segala ikatan dan hubungan dengan janji
Kemerdekaan dari Jepang. Malam harinya, keputusan tersebut disampaikan pada Ir. Soekarno,
tetapi ditolak karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI. Kemudian, pukul 24.00
para pemuda berkumpul di Jl Cikini 71 dan akhirnya memutuskan membawa Dwi Tunggal ke
luar Jakarta.
Keesokan harinya, pukul 03.00 dini hari, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dibawa
para pemuda ke Rengasdengklok. Penculikan tersebut bertujuan untuk mengamankan kedua
tokoh tersebut dari pengaruh Jepang dan supaya keduanya bersedia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Paginya, mereka sampai di Rengasdengklok dan kemudian
ditempatkan di rumah Kie Song, orang Tiongkok yang bersimpati terhadap kemerdekaan
Indonesia. Meskipun kelihatannya Peristiwa Rengasdengklok gagal membuat Soekarno
menyatakan kemerdekaan lepas dari tangan Jepang, salah seorang pemuda melihat bahwa
Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan setelah kembali ke Jakarta.
Di Jakarta, Ahmad Soebarjo mencari-cari kedua tokoh tersebut karena pada
waktu itu seharusnya diadakan pertemuan PPKI. Kemudian, ia melakukan kesepakatan
dengan Wikana dan selanjutnya, ia diantarkan ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto.
Sesampainya ia di Rengasdengklok, ia memberikan jaminan diadakannya Proklamasi
paling lambat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 12 siang dan mempertaruhkan nyawanya.
Akhirnya, para pemuda memperbolehkan Dwi Tunggal untuk kembali ke Jakarta.
2. Dari Rengasdengklok hingga Proklamasi
Setelah rombongan dilepas oleh golongan muda, mereka menuju ke rumah
Nishimura di Jakarta untuk menyampaikan rencana rapat PPKI. Akan tetapi, Nishimura
menolak karena alasan Jepang dilarang mengubah status quo. Selanjutnya, mereka bergerak ke
rumah Laksamana Tadashi Maeda. Rumah Maeda dipilih karena dianggap aman dari ulah
Kempetai dan Rikugun yang hendak menggagalkan usaha kemerdekaan Indonesia. Di
rumah Maeda, hadir para pemimpin pergerakan, para pemimpin pemuda, anggota PPKI, dan
anggota Chuo Sangi In.
Selanjutnya, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta diantarkan Laksamana Maeda menuju rumah
Mayor Gunseikan Jenderal Hoichi Yamamoto, tetapi ditolak karena tengah malam.
Selanjutnya, mereka menuju ke rumah Nishimura. Mereka mengatakan kepada Nishimura
bahwa Jenderal Terauchi telah menyerahkan kemerdekaan Indonesia kepada PPKI. Akan
tetapi, Nishimura mengatakan bahwa Jepang dilarang mengubah status quo. Akhirnya, Dwi
Tunggal hanya dapat berharap Jepang tidak menghalangi usaha Indonesia untuk merdeka.
Akhirnya, mereka kembali ke rumah Laksamana Maeda. Selanjutnya, Maeda meminta
diri untuk istirahat dan mempersilahkan mereka berunding sampai puas. Pada saat itulah
dirumuskan Teks Proklamasi. Soekarno yang pertama menuliskan kata “Proklamasi”.
Selanjutnya Ahmad Soebarjo memberikan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini
menjatakan kemerdekaan Indonesia”. Dan Moh. Hatta melanjutkan “Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempoh
sesingkat-singkatnya”. Soekarno kemudian menutup dengan tulisan “Jakarta, 17-08-05”
Pertemuan tersebut memakan waktu 4 jam dan ditutup oleh permintaan persetujuan dan tanda
tangan dari Soekarno kepada semua yang hadir. Akan tetapi, Para pemuda menolak karena
kebanyakan dari mereka merupakan kolaborator Jepang. Akhirnya, Sukarni mengusulkan
bahwa Teks Proklamasi ditandatangani oleh Dwi Tunggal sebagai perwakilan bangsa
Indonesia. Usulan Sukarni diterima dan selanjutnya diserahkan kepada Sayuti Melik untuk
diketik. Mereka kemudian menyepakati Proklamasi diadakan di rumah Ir. Soekarno.
Pagi harinya sebelum mereka pulang, Moh. Hatta meminta BM Diah untuk
memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkannya. Para pemuda kemudian
mengerahkan segala alat komunikasi ke seluruh penjuru guna menyambut Proklamasi. Akan
tetapi, barisan pemuda malah mendatangi Lapangan Ikada (Monas) sehingga pihak Jepang
mengerahkan pasukan bersenjata lengkap untuk berjaga-jaga.
Di rumah Ir. Soekarno sendiri sudah banyak yang datang. Rencana acara tersebut
adalah pembacaan Teks Proklamasi, pengibaran Sang Saka Merah Putih, dan sambutan dari
Walikota Jakarta Suwiryo dan Muwardi dari pihak keamanan. Hari Jum’at, 17 Agustus 1945
pukul 10.00, Ir. Soekarno keluar bersama Moh. Hatta dan Ibu Fatmawati ke serambi depan.
Kemudian, Dwi Tunggal maju beberapa langkah. Soekarno maju mendekati mikrofon dan
membacakan Teks Proklamasi. Lalu, Sang Saka dikibarkan oleh S. Suhud dan Latief
Hendraningrat dan spontan hadirin menyanyikan Indonesia Raya. Selanjutnya, Suwiryo
memberikan sambutan dan dilanjutkan oleh Muwardi.
3. Teladan Para Tokoh dalam Memperjuangkan Kemerdekaan
1) Ir. Soekarno
Soekarno atau Bung Karno, lahir di Surabaya tanggal 6 Juni 1901. Ia sudah aktif
dalam organisasi pergerakan nasional sejak menjadi mahasiswa. Tahun 1927, ia
mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Ia sering kali keluar masuk penjara karena
perjuangannya hingga kedatangan Jepang. Pada masa Jepang, ia mengemban amanah
sebagai ketua Putera (Pusat Tenaga Rakjat), Chuo Sangi In, PPKI, dan Panitia Sembilan
di BPUPKI.
Ia kemudian menjadi tokoh utama dalam Proklamasi bersama Moh. Hatta. Ia
terus didesak para pemuda hingga harus dibawa ke Rengasdengklok. Setelahnya, Ia
menjadi presiden pertama Indonesia. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Proklamasi tahun
1986 dan Pahlawan Nasional tahun 2012.
2) Mohammad Hatta
Nama kecilnya Mohammad Chattar, tetapi sejak masih muda ia dipanggil Hatta.
Ia lahir di Bukittingi tanggal 12 Agustus 1902. Ia aktif dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia sejak menjadi mahasiswa di luar negeri. Di Belanda, ia adalah ketua
Perhimpunan Indonesia. Sekembalinya ke tanah air, ia aktif dalam PNI bersama Bung
Karno. Setelah PNI bubar tahun 1930, ia mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia
(PNI baru). Ia juga sering kali keluar masuk penjara hingga kedatangan Jepang.
Menjelang Proklamasi, ia menjadi tokoh utama setelah Soekarno. Ia bersama
Soekarno dan Dr. Radjiman diundang ke Dalat menemui Jenderal Terauchi. Ia juga ikut
dibawa ke Rengasdengklok dan ikut pertemuan di rumah Maeda. Selanjutnya, ia
mendampingi Soekarno dalam proklamasi. Ia menjadi wakil presiden pertama
Indonesia. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Proklamasi tahun 1986 dan Pahlawan
Nasional tahun 2012.
3) Ahmad Soebarjo
Ahmad Soebarjo lahir di Karawang Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1896. la
tutup usia pada bulan Desember 1978. Pada masa pergerakan nasional ia aktif di PI dan
PNI. Kemudian pada masa pendudukan Jepang sebagai Kaigun, bekerja pada Kantor
Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang pimpinan Laksamana Maeda. la juga sebagai
anggota BPUPKI dan PPKI.
Tokoh Ahmad Subarjo boleh dikatakan sebagai tokoh yang mengakhiri
peristiwa Rengasdengklok. Sebab dengan jaminan nyawa Ahmad Subarjo, akhirnya Ir.
Sukarno, Moh. Hatta dan rombongan diperbolehkan kembali ke Jakarta.
4) Sukarni Kartodiwirjo
Sukarni Kartodiwiryo adalah salah seorang pimpinan gerakan pemuda di masa
proklamasi. Tokoh ini dilahirkan di Blitar pada tanggal 14 Juli 1916 dan meninggal
pada tanggal 4 Mei 1971. Sejak muda, ia sudah aktif dalam pergerakan politik. Semasa
pendudukan Jepang, ia bekerja pada kantor berita Domei. Kemudian aktif di dalam
gerakan pemuda. Bahkan ia menjadi pemimpin gerakan pemuda yang berpusat di
Asrama Pemuda Angkatan Baru di Menteng Raya 31 Jakarta.
Sukarni merupakan pelopor penculikan Sukarno dan Moh. Hatta ke
Rengasdengklok. Ia juga tokoh yang mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani
oleh Sukarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. la juga memimpin
pertemuan untuk membahas strategi penyebarluasan teks proklamasi dan berita tentang
proklamasi.
5) Sayuti Melik
Tokoh yang lahir pada tanggal 25 November 1908 di Yogyakarta ini, berperan
dalam pencatatan hasil diskusi susunan teks proklamasi. Ia yang mengetik teks
proklamasi yang dibacakan Sukarno-Hatta. Sejak muda, Sayuti Melik sudah aktif
dalam gerakan politik dan jurnalistik.
Nama tokoh ini semakin mencuat pada sekitar Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. la telah menyaksikan penyusunan teks proklamasi di ruang makan rumah
Maeda. Bahkan akhirnya ia dipercaya untuk mengetik teks proklamasi yang ditulis
tangan oleh Sukarno.
6) Burhanuddin Mohammad Diah (BM Diah)
BM. Diah lahir di Kotaraja pada tanggal 7- April 1917. la berbakat di bidang
jurnalistik. Sejak tahun 1937 sudah menjadi redaktur berbagai surat kabar. Pada awal
pendudukan Jepang, ia bekerja pada radio militer. Pada tahun 1942-1945, ia bekerja
sebagai wartawan pada harian Asia Raya.
Pada sekitar peristiwa proklamasi, BM. Diah sudah menjadi wartawan yang
terkenal. Pada malam sewaktu akan diadakan perumusan teks proklamasi, BM. Diah
banyak melakukan kontak dengan pemuda, yaitu untuk datang ke rumah Maeda. la
salah seorang pemuda yang ikut menyaksikan perumusan teks proklamasi. Ia juga
sangat berperan dalam upaya penyebarluasan berita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
7) Latief Hendraningrat
Latif Hendraningrat adalah salah seorang komandan Peta. Pada saat
pelaksanaan proklamasi, ia merupakan salah satu tokoh yang cukup sibuk. la
menjemput beberapa tokoh penting untuk hadir di Pegangsaan Timur No. 56.
Pada saat pelaksanaan proklamasi, setelah menyiapkan barisan, ia