DAFTAR PUSTAKA Abidin SZ. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah Adrianto L, A. Damar, T. Kusumastanto. 2005. Tantangan Kebijakan Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Teluk Jakarta. Working Paper. PKSPL-IPB. Bogor Adibroto TA. 1994a : Managing the Indonesia Marine and Coastal Environment : The Role of Monitoring Activities ; Proceding no. 979 – 8465 – 07 – 5 pada Workshop on Technology Application on Marine Environmental Monitoring, Forecasting and Information System : Institutional Framework and Project Benefits, 17 November 1994, Jakarta, Indonesia. Adibroto TA. 1999 : The Role of Seawatch Indonesia in Supporting Policy for The Coastal Management in Indonesia ; Proceeding in International Seminar on Application of Seawatch Indonesia Information System for Indonesia Marine Resources Development, March 10 – 11, 1999, Jakarta, Indonesia (ISBN 979 – 8465 – 19 – 9) Alder J, Pitcher TJ, Prekshot D, Kaschner K, Ferriss B. 2000. How good is good?: a rapid appraissal technique for evaluation of the sustainability status of fisheries of the North Alantic. Sea Around Us: Methodology Review. Fisheries Center. Canada. University of Colombia. 136-182. Alikodra HS. 2000. Konsep Pegelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Makalah dipersiapkan dalam rangka diskusi pengelolaan DAS, proLH/GTZ dan Kantor Meneg LH/Bapedal. Jakarta: Tanpa Penerbit. [APHA] American Public Health Association.1976. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater. 4th edition. American Public Health Association. Washington DC. Amirin TM. 1992. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta : Rajawali Pers. Aminullah E. 2003. Berpikir Sistem dan Pemodelan Dinamika Sistem. Makalah Kuliah Umum. Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2002. Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu Teluk Balik Papan. Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Pr. Aronoff S. 1989. Geographic Information System. A Management Perspective. Canada : WDL Publications, Ottawa. Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Cetakan pertama. Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Cetakan ketiga. Asdak C. 2001. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Untuk Keberlanjutan Pemanfaatan Waduk dan Danau ; Journal Ekologi dan Pembangunan 5, 5- 17 ; Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan LP-UNPAD, Bandung. [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2002. Laporan Utama Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2010. Mei. Bandung: Tanpa Penerbit. Barnes DR. 1980. Invertebrate Zoologi (4 th ed.) Tokyo : Holt-Saunders International Editions. Basiogo AD. 1995. Methods of defining “Sustainability”. Sustainable Development.
46
Embed
Rancang Bangun Sistem Kebijakan Pengelolaan Daerah Aliran ... · PKSPL-IPB. Bogor Adibroto TA. 1994a ... Executive Summary. Desember. Bandung: Tanpa Penerbit. ... RTRW Kabupaten/Kota;
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DAFTAR PUSTAKA
Abidin SZ. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah Adrianto L, A. Damar, T. Kusumastanto. 2005. Tantangan Kebijakan
Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Teluk Jakarta. Working Paper. PKSPL-IPB. Bogor
Adibroto TA. 1994a : Managing the Indonesia Marine and Coastal Environment : The Role of Monitoring Activities ; Proceding no. 979 – 8465 – 07 – 5 pada Workshop on Technology Application on Marine Environmental Monitoring, Forecasting and Information System : Institutional Framework and Project Benefits, 17 November 1994, Jakarta, Indonesia.
Adibroto TA. 1999 : The Role of Seawatch Indonesia in Supporting Policy for The Coastal Management in Indonesia ; Proceeding in International Seminar on Application of Seawatch Indonesia Information System for Indonesia Marine Resources Development, March 10 – 11, 1999, Jakarta, Indonesia (ISBN 979 – 8465 – 19 – 9)
Alder J, Pitcher TJ, Prekshot D, Kaschner K, Ferriss B. 2000. How good is good?: a rapid appraissal technique for evaluation of the sustainability status of fisheries of the North Alantic. Sea Around Us: Methodology Review. Fisheries Center. Canada. University of Colombia. 136-182.
Alikodra HS. 2000. Konsep Pegelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Makalah dipersiapkan dalam rangka diskusi pengelolaan DAS, proLH/GTZ dan Kantor Meneg LH/Bapedal. Jakarta: Tanpa Penerbit.
[APHA] American Public Health Association.1976. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater. 4th edition. American Public Health Association. Washington DC.
Amirin TM. 1992. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta : Rajawali Pers. Aminullah E. 2003. Berpikir Sistem dan Pemodelan Dinamika Sistem. Makalah
Kuliah Umum. Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 2002. Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu Teluk Balik Papan. Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Pr. Aronoff S. 1989. Geographic Information System. A Management Perspective.
Canada : WDL Publications, Ottawa. Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press. Cetakan pertama. Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press. Cetakan ketiga. Asdak C. 2001. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Untuk Keberlanjutan
Pemanfaatan Waduk dan Danau ; Journal Ekologi dan Pembangunan 5, 5-17 ; Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan LP-UNPAD, Bandung.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2002. Laporan Utama Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2010. Mei. Bandung: Tanpa Penerbit.
Barnes DR. 1980. Invertebrate Zoologi (4 th ed.) Tokyo : Holt-Saunders International Editions.
Basiogo AD. 1995. Methods of defining “Sustainability”. Sustainable Development.
239
Below PJ, Morrisey Ancomb BL . 1989. The Executive Guide to Starategic Planning. San Francisco. Jossey Bass.
Bielajew AF. 12001. Fundamental of the Monte Carlo Method for Natural and Charged Particle Transport. Departemen Engineering and Radiological Sciences, The University of Michigan, Ann Arbor.
[BP DAS Citarum-Ciliwung] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum Ciliwung. 2003. Master Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Provinsi Jawa Barat. Naskah Buku I dan II. BPDAS Citarum Ciliwung. Bogor: Tanpa Penerbit.
[BPLHD] Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat. 2002. Proyek Pengendalian Pencemaran Air , Udara dan Tanah di Jawa Barat: Pengendalian Pencemaran Air. Executive Summary. Desember. Bandung: Tanpa Penerbit.
[BPLHD] Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat. 2003. Penyebaran Industri di DAS Citarum Hulu [peta]. Bandung: Tanpa Penerbit
[BPLHD] Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat. 2004. Tingkat Pencemaran Sungai Citarum Hulu [peta]. Bandung: Tanpa Penerbit.
[BPN] Badan Pertanahan Nasional, 2002. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat.
[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2002. Jawa Barat Dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2003. Jawa Barat Dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2004. Jawa Barat Dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2003. Kabupaten Bandung
Dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2002. Kabupaten Bandung
Dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2003. Kabupaten Bandung
Dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2003. Kota Bandung Dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2003. Kabupaten Cianjur Dalam
Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. 2003. Kabupaten
Purwakarta Dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang. 2003. Kabupaten Karawang
Dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. 2003. Kabupaten Bekasi Dalam
Angka. [BP DAS Citarum-Ciliwung] Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung. 2006.
Karakteristik DAS Citarum. Laporan Akhir. Bourgeois R. 2004. Participaztory Prospective Analysis. Exploring and
Anticipating Challenges With Stakeholders. UNESCAP-CAPSA. Trough Secondary Crop’s Development in Asia and Fascific. CAPSA Monograph No. 46.
Boyce AW. 2003. Pandangan organisasi non pemerintah terhadap kebijakan sumber daya air (RUU sumber daya air dalam menggagas pengelolaan sumberdaya air berkelanjutan). Di dalam: FAO/Bappenas, Menggagas Pengelolaan Sumberdaya Air Berkelanjutan. Prosiding Seminar FAO-Bappenas, TCP/INS/2802. Jakarta:FAO/Bappenas. Hlm 111-124
240
Brahmana SS, U. Suyatno, S. Bahari, R. Fanshury. 2002. Pencemaran air dan eutrofikasi WadukKarangkates dan upaya penanggulangannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pengairan 16 (49) : 73-81.
Byl RG. 2002. Strategic Planning Using Scenario. Paper to be Presented at IAME 2002 Conference, Panama City, Panama.
Clark JR. 1992. Integrated Management of Coastal Zones, FAO Fisheries . 1996. Coastal Zone Management Handbook, Lewis Publisher, New
York, USA. Cox T. 1993. Cultural Diversity in Organization effectiveness. Policy Studies
Institute, Heinemann. Dahuri R. 2000. Permasalahan Pengelolaan Lingkungan Kawasan Pesisir,
Journal Ekologi dan pembangunan No. 4 Agustus 2000, PPSDAL-LP Unpad.
Dahuri R, J Rais dan Ginting PS Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Dahuri R, J Rais, Ginting PS Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Revisi. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Darsiharjo. 2004. Model Pemanfaatan Lahan Berkelanjutan di Daerah Hulu Sungai (Studi Kasus Daerah Hulu Sungai Cikapundung Bandung Utara). Disertasi (tidak dipublikasikan) Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Darwanto H. 2000. Mekanisme Pengelolaan Penataan Ruang Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil serta Hubungannya dengan RTRWN; RTRWP, RTRW Kabupaten/Kota; makalah disampaikan pada Temu Pakar ” Konsep Pengembangan Wilayah Pesisir, Pantai dan Pulau-pulau kecil melalui Pendekatan Ruang, Ditjen P3K, DKP, Jakarta 10 Oktober 2000.
[Depkimpraswil] Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002. Kebijakan dan Program Terpadu Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah Dalam Rangka Penanganan Banjir Nasional. Makalah pada Forum Sains dan Kebijakan Penanganan Bencana Banjir, ITB, Bandung, 2 Maret.
[Dephut] Departemen Kehutanan, 1987. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Daerah Aliran Sungai Citarum Sub DAS Cikapundung. Bakosurtanal dan PPLH UGM, Jakarta.
[Deptan] Departemen Pertanian. 1997. Kriteria Kesesuaian Tanah dan Iklim Tanaman Pertanian. Biro Perencanaan, Jakarta.
[DTRP-LPPM ITB] Dinas Tata Ruang dan Permukiman dan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Teknologi Bandung. 2002. Penyusunan Tata Ruang DAS Citarum Hulu. Bandung.
Dunn WN. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Ed ke-2. Yogyakarta: Gajah Mada Univ Pr. Terjemahan dari: Public Policy Analysis: An Introduction.
Edwarsyah, T. Kusumastanto, Hartrisari, A. Damar. 2007. Rancang Bangun Sistem Kebijakan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Pesisir (Studi Kasus: DAS dan Pesisir Citarum Jawa Barat) ; Jurnal Forum Pascasarjana IPB , Volume 31 Nomor 1/2008. IPB Bogor.
Edwarsyah. 2007. Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan DAS dan Pesisir Citarum Jawa Barat. Makalah disajikan pada Konferensi Sains Kelautan dan Perikanan Indonesia di Kampus FPIK-IPB Bogor pada tanggal 17-18 Juli 2007.Bogor.
EPA. 1997. Guiding Principle for Monte Carlo Analysis. EPA/630/R-97/001. Risk Assessment Forum, U.S Enviromental Protection Agency, Wasington D.C.
241
Etzioni A. 1982. Organisasi-organisasi Modern. Jakarta. Universitas Indonesia dan Pustaka Bradjaguna. Terjemahan dari: Modern Organization.
Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem; Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Jilid I Edisi Kedua. IPB Press. Bogor.
_______. 2002. Ilmu Sistem; Apa dan Bagaimana. Centrfor System Studies and Development (CSSD) Indonesia. Gedung Jaya 2nd Floor, Jl. Thamrin 12, Jakarta.
_______. 2003. Ilmu Sistem; Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Jilid I Edisi Ketiga. IPB Press. Bogor.
Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fisheries Com. 1999.Rapfish Project. ttp://.www.fisheries.com/project/rafish.htm. Gramlich EM. 1981. Benafit Cost Analysis of Government Program. Englewood
Cliffs, NJ: Prenticce Hall. Gibson JL, Ivancevich JM, Donnely JH Jr. 1994. Organisasi dan Manajemen:
Prilaku, Struktur, dan Proses. Djoerban W, penerjemah . Jakarta. Erlangga. Hakim A. 2005. Statistika diskriptif untuk ekonomi dan bisnis. Yogyakarta :
Penerbit Ekonesia. Fakultas Ekonomi. UII. Hammer WI. 1980. Soil Conservation Consultant Report. CSR, Bogor. Hanley N, Faichney R, Munro A, Shortle JS. 1998. Economic and environmental
modelling for popullation control in an estuary. Jurnal of Environmental Management 52, 211-225.
Hardjowigeno S. 1995. llmu Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta. Hardjowigeno S, S. Sukmana. 1995. Menentukan Tingkat Bahaya Erosi (Erosion
Hazard Evaluation). Centre for Soil and Agroclimate Research, Bogor. Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Tataguna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Hartrisari. 2002. Panduan Analisis Prospektif. Bahan Kuliah Analisis Sisitem dan
Pemodelan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan. Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Hartrisari. 2007. Sistem Dinamik Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan Lingkungan. SEAMEO BIOTROP (Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology) Bogor.
Hikmatullah H, Subagyo, BH. Prasetyo. 2000. Properties and Classification of Andisols Developed from VolGanic Ash in The Tondano Area North Sulawesi, Journal on Agricutturai Sciences. 21(2) : 28-40.
Hirosi F. 2001. Land Ownership and Environmentai Agriculture in Water Suply Protection Area in The Seoul Metropolitan Area. Journal of Asian Pacific Studies. 8 : 61-69.
Haslam SM. 1992. River Pollution; An Ecological Perspective, Belhaven Press, London, UK.
Hayward G. 1992. Applied Ecology, Thomas Nelson and Sons, London, UK. [Jantop] Jawatan Topografi. 1984. Gunung Tangkuban Prahu. Topdam
VI/Siliwangi: helai 39/XXXIX-A.Hartisari. 2001. Bahan Kuliah Analisis Sistem Pemodelan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan. Program Pascasarjana IPB. Bogor.
242
Jones V, S Westrnacott (eds). 1993. Management Arrangements for the Development and Implementation of Coastal Zone Management Programmes, Word Coast Conference 1993, The Netherlands.
Kabupaten Bandung. 2001. Provinsi Jawa Barat Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.Kay R and J Alder. 1999. Coastal Zone Management Programmes, E and FN SPON, London dan New York.
Karsidi A, Muchlis M, Hartanto. 1997. Indonesian Land Use and Land Cover Change Case Study: Upper Citarum Watershed, Jakarata.
Karsidi A. 2003. Spatial Analysis of Land Usep-Land Cover Change Dynamics Using Remote Sensing and Geographical Information System: A Case Study In the down Stream and Surroundings of the Citarum Watershed. PhD Dissertation Department of Geographical and Environmental Studies The University of Adelaide South Australia.
Kavanagh P, Pitcher TJ. 2004. Implementing microsoft Excell software for rapfish: a technique for rapid appraisal of fisheries status. Fisheries Centre Research Report. Canada. University of Brithis Colombia. 12 (2):74p.
Keputusan Gubernur No. 39 Tahun 2000, tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air pada Sungai Citarum dan Anak – anak Sungainya di Jawa Barat, Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat No. 27 Tahun 2000 Seri D.
Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 610/Kep. 305-Bappeda/2002, Tanggal 01 April 2002 tentang Pola Pengembangan Pengusahaan dan Pemanfaatan Prasarana Sumberdaya Air Wilayah Sungai Citarum, Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air, Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
[KepMenLH] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 tahun 2003, tentang pedoman penentuan status mutu air dengan Metoda Indeks Pencemaran.
[Keppres] Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
[Keppres] Keputusan Presiden No. 09 tahun 1999 tentang Tim Koordinasi Sungai dan Pemeliharaan Kelestarian DAS.
Kota Bandung. 2004. Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.
Kota Cimahi. 2003. Peraturan Daerah No. 23 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.
Kupchella CE, MC. Hyland.1993. Environmental Science, Living Within The System of Nature, Prentice Hall, New Jersey, USA.
Kurniasih N. 2001. Pelaksanaan Prokasih. Pelaksanaan Prokasih Di Jawa Barat. Badan Pengendalian Lingkungan Daerah Jawa Barat. Makalah disajikan pada Lokakarya selamatkan air Citarum di Bandung pada tanggal 10-11 April 2001.Bandung.
Kusumastanto T. 1995. Penilaian Ekonomi Sumberdaya Wilayah Pesisir. Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
. 2000. Valuasi Ekonomi dan Analisis Biaya Manfaat Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil. Makalah Lokakarya Pendekatan Penataan Ruang Dalam Menunjang Pengembangan Wilayah Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulai Kecil. Jakarta.
. 2001. An Evaluation on Investment Strategy for the Development of Brackiswater shirmp Aquaculture Industry in Indonesia, Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. ISSN 0833 – 3989 Vol. 1 No. 4: 1-28.
243
. 2002. Reposisi ”Ocean Policy” Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Di Era Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah: Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kebijakan Ekonomi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
. 2003. Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
. 2006. Strategic Issues For The Implementation of Integrated River Basin-Coastal And Ocean Management (IRCOM) In Indonesia. Center for Coastal and Marine Resources Studies. Institute for Tropical Coastal and Ocean, Bogor Agricultural University. Bogor.
Krismono A, Sarnita, A Rukyani. 1996. 1600 ton ikan mati di Waduk Jatiluhur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. 1. Nomor 1. 14 pp.
Manan S. 1986. Kaidah dan Pengertian Dasar Manajemen Daerah Aliran Sungai dalam Procceding Analisis Dampak Lingkungan (Kumpulan Bahan Kuliah Bagian I). Kerjasama KLH-PPLH-IPB. Bogor.
Manetch TJ, GL. Park. 1997. Sistem Analysis and Simulation With Appplication to Economic and Social System Part I. Third Edition, Department of Electrical Engineering and System Science, Michigan State University, East Lansing, Michigan.
Midgley G. 2000. Systemic Intervention: Philosophi, Methology, and Practice. Kluwer Academic/Plenum Publisher, New York, Boston, Dordrecht, London Moscow.
Mintzberg H. 2003a. Jatuh bangunnya perencanaan strategis. Subroto. VN, penerjema Usmara A, Editor. Di dalam: handbook of Organizations: Kajian dan Teori Organisasi. Yogyakarta: Amara. Terjemahan dari: Handbook of Organizations.
Mintzberg H. 2003b. Pekerjaan-pekerjaan Manajer: Mitos dan Kenyataan. Subroto VN, penerjemah; Usman A, editor:
Muhammadi, E. Aminullah, B. Soesilo. 2001. Analisis Sistem Dinamis :Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. UMJ Press. Jakarta
Nazir. 1993. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nemerow NL.1991.Stream, lake,nestuary dan ocean pullution.Second Edition.
Van Nostrand Reinhld. New York. Nybakken JW. 1982. Biologi Laut, suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia.
Jakarta. O’brien JA. 1999. Management Information System. McGraw Hill. Arizona. USA. Parikesit, K. Takekuechi, OS. Abdoellah. 2004. a disappearing agroforest in the
Upper Citarum Watershed, West Java Indonesia. Journal Agroforestry System. 63:171-182, 2004. Kluwer Academic Publishers. Printed in the Netherlands.
Parsons W. 2005. Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan: Jakarta Edisi Pertama, Cetakan Ke-1, Kencana.
Pearce D, Georgiou. 1994. Economic Values and The Environment in The Developing World. A Report for The United Nations Environment Programme , Nairobi
[Permendagri] Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 09 Tahun 1982 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah.
[Perda] Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat. 1994. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1994 tentang Pengaturan Penggunaan Lahan.
244
[Perda] Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat. 2000. Peraturan Daerah No. 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah.
[Perda] Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat. 2000. Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2000 tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Barat.
[Perda] Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat. 2001. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001 tentang Pola Induk Pengelolaan Sumberdaya Air Jawa Barat.
[Perda] Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat. 2003. Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.
[PKSPL-IPB] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. 2000. Penyusunan Pola Penanganan Kerusakan Pesisir dan Pantai di Jawa Barat. PKSPL-IPB. Bogor.
[PKSPL-IPB dan BAPEDA Jawa Barat] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB dan Badan Perencanaan Daerah Jawa Barat. 2000. Atlas Wilayah Pesisir Jawa Barat Bagian Utara Penyusunan Kriteria Ekologis Untuk Pemulihan dan Pelestarian Kawasan Pesisir di Pantura Jawa Barat.
[PKSPL-IPB dan KLH RI] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB dan Kementerian Lingkungan Hidup RI. 2004. Evaluasi Ekonomi Dampak Pencemaran DAS Citarum. Laporan Akhir Proyek. Januari. Bogor: Tanpa Penerbit
[PKSPL-IPB dan BPLHD Jawa Barat] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat. 2006. Monitoring Kualitas Air Laut di Pesisir Utara Jawa Barat. Laporan Akhir. Tidak dipublikasi.
Rancangan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat. 2007. Tentang Pembentukan Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Provinsi Jawa Barat.
Rees J. 1990. Natural Resources: Allacation. Economics and Policy Routlege. London and New York.
[RI] Republik Indonesia. 1970. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan.
[RI] Republik Indonesia. 1982. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.
[RI] Republik Indonesia. 1985. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan.
[RI] Republik Indonesia. 1988. Peraturan Pemerintah No. 06 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah, Lembaran Negara No. 3373 Tahun 1988.
[RI] Republik Indonesia. 1990. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
[RI] Republik Indonesia. 1991. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai, Lembaran Negara No 44 Tahun 1991.
[RI] Republik Indonesia, 1997. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional.
[RI] Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 94 Tahun 1999 tentang Perusahaan Jasa Tirta II.
[RI] Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2001 tentang Irigasi, Tambahan Lembaran Negara No. 4156.
245
[RI] Republik Indonesia. 2001, Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Lembaran Negara No. 153 Tahun 2001.
[RI] Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.
[RI] Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Lembaran Negara No. 125. Tambahan Lembaran Negara No. 4437.
[RI] Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah. Tambahan Lembaran Negara No. 4437.
[RI] Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Lembaran Negara Tahun 2004 No. 32. Tambahan Lembaran Negara No. 4377.
[RI] Republik Indonesia. 1974. Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, Lembaran Negara, Tahun 1974 No. 65, Tambahan Lembaran Negara No. 3046.
[RI] Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati da Ekosistemnya, Lembaran Negara Tahun 1997 No. 68, Tambahan Lembaran Negara NO. 3699.
[RI] Republik Indonesia,1992. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Lembaran Negara Tahun 1992 No. 115, Tambahan Lembaran Negara No. 3501.
[RI] Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Indonesia Tahun 1997 No. 68, Tambahan Lembaran Negara No. 3699.
[RI] Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Lembaran Negara Tahun 1999 No.60, Tambahan Lembaran Negara No. 3839.
Ritchie B, McDougall C, Haggith M. and Oliveira NB. 2000. Pedoman Pendahuluan: Kriteria dan Indikator Kelestarian Hutan yang Dikelola oleh Masyarakat. Jakarta: CIFOR.
Roberts J. 2004. Enviromental Policy. London: Routledge. Salm RV. 1984. Man’s Use of Coral Reef Survey and Assesment Methods
Currently in Use in Indonesia. Unesco Reports in Marine Science No : 21 pp 74 – 82.
Salusu J. 2000. Pengambilan Keputusan Stratejik. Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana Indonsia. 536 hal.
Smith SV, Chambers RM, Hollibaugh. 1996. Dissolved and particulate nutrient transport through a coastal watershed-estuary system. Jurnal of Hydrology. 181-203.
Soepardi G. 1983. Dasar-dasar Ilmu Tanah Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Soerjani M. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan, UI Press, Jakarta.Simon AH. 1976. Organization. New York: John Wiley & Sons.
Steiner G. 2003. Organisasi yang kreatif. Subroto VN, Penerjemah; Usmara A, editor. Di dalam: Handbook of Organizations: Kajian dan Teori Organisas. Yogyakarta: Amara. Terjemahan dari : Handbook of Organizations.
246
Stoner G JAF, Freeman RE. 1994. Management. Ed ke-4. Englewood. Cliffs: Prectice Hall.
Sugiarti. 2000. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir di Kota Dati II Pasuruan Jawa Timur. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Suhara O. 1991. Studi Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Terpadu dan Kaitannya dengan upaya Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus DAS Citarum Hulu Jawa Barat). Disertasi. Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Sulasdi WN. 2000. Potensi Sumberdaya Kelautan Non Perikanan Serta Pola Pemanfaatannya Dalam Perspektif Penataan Ruang Wilayah Pesisir dan Laut: Suatu Kajian Pada Skala Makro Menggunakan Konsep Klasifikasi, Standarisasi dan Spesifikasi; makalah disampaikan pada Temu Pakar ” Konsep Pengembangan Wilayah Pesisir, Pantai dan Pulau-pulau Kecil melalui Pendekatan Ruang, Ditjen P3K, DKP, Jakarta 10 Oktober 2000.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbit Andi Yogyakarta.
Susilo SB. 2000. Penginderaan Jauh Kelautan Terapan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 h.
Susilo SB. 2003. Keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil: Studi kasus Kelurahan Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. DKI Jakarta. Disertasi Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. (tidak dipublkasikan)
Syafaat N. 2002. Besaran, Determinan dan Kebijakan Pengelolaan Konversi Lahan Pertanian, Ringkasan Eksekutif Makalah pada Acara Round Table Discusssion di Bappenas. Jakarta, 5 November.
Tideman EM. 1996. Watershed Management.: Guidlines for indian Condition. New Delhi, India: Omega Sci.
Treyer P. 2000. Prospective Analysis on Agricultural Water Use in The Mediterranean. http : www.engref.fr/rgt/doc.pdf/Treyer-Polagwat- Metodology Proposal, tanggal 14 Agustus 2003.
Turner RK. Pearce D. and Bateman I. 1994. Enviromental Economics. An Elementry Introduction. Hertfordshire: Harvester Wheatsheaf.
Ucas H. 1993. Analisis, desain dan Implementasi Sistem Informasi (Penerjemah: Abdul Basith). Erlangga. Jakarta.
[UNEP] United Nation Enviroment Program. 1990. Conceptual Framework and Planning Guidelines for Integrated Coastal Area and River Basin Management. Split, Priority Action Programme.
[UNEP] United Nation Enviroment Program. 1995 : Meeting of Government – designated Experts to Review and Revice a Global Program of Action to Protect the Marine Environment from Land-based Activities, Reykjavik, 6-10 Maret 1995 (UNEP/ICL/IG/1/2).
Webster’s Third New International Dictionery. 1996. Merriam-Webster Inc., USA. Wischmeier WH, DD. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses a Guide to
Conservation Planning. USDA., Washington D.C. Wangsaatmaja S. 2005. Damapak Konversi Lahan Terhadap Rezim Aliran
Permukaan Serta Kesehatan Lingkungan Suatu Analisis Kasus DAS Citarum Hulu. Disertasi (tidak dipublikasikan) Bandung: Institut Teknologi Bandung.
LAMPIRAN
247
Lampiran 1 Nilai Rata-rata pengamatan Kualitas Air menurut parameter fisika dan kimia di hulu, tengah, hilir dan muara Citarum.
Lokasi Pemantauan Baku Mutu/Golongan **) Parameter Satuan ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6 ST 7 ST 8 ST 9 ST 10 ST 11 ST 12 I II III IV
**) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
248248
Lampiran 2 Perhitungan Biaya Pokok Pengolahan Limbah Rata-rata (BPPL Rata-rata)
Sektor Yang Terkena Dampak
Standar Kualitas Air
Sesuai dengan Peruntukkannya
(ppm)
Kualitas air Sungai
Eksisting (ppm)
Selisih
eksisting dengan standar (ppm)
Volume Rata-Rata Air Sungai per Tahun
(m3/tahun)
Jumlah Pencemar
Yang Harus Dipulihkan
(Ton)
BPPL (Rp/Ton)
Nilai Ekonomi Dampak
Pencemaran (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 Perikanan, perikanan, air bersih dan baku industri
Baku Mutu B 1) Data survei 2) ( 3-2) Q 3) (4 x 5) BPPL 4) (7 x 6)
Sumber: PKSPL-IPB , 2004 Keterangan: 1) Berdasarkan peraturan yang berlaku 2) Hasil monitoring kuaitas air sungai secara berkala sehingga menggambarkan keadaan air sungai dalam satu tahun. 3) Diperoleh dari pengamatan instansi terkait secara berkala sehingga menggambarkan keadaan kuantitas air sungai per tahun 4) Hasil Survei terhadap industri yang melakukan pengoahan limbah
249
Lampiran 3 Atribut-atribut dan skor Keberlanjutan Sistem Pengelolaan Pesisir dan Daerah aliran sungai (DAS) di DAS dan pesisir Citarum Jawa Barat.
Dimensi dan Atribut
DAS Hulu (Skor)
DAS Tengah (Skor)
DAS Hilir (Skor) Baik Buruk Keterangan
Dimensi Ekologi: Pengalian Pasir pantai/sungai
sangat tinggi (3)
sangat tinggi (3)
sangat tinggi (3)
0 3 (0) rendah; (1) sedang; (2) tinggi; (3) sangat tinggi
Rasio Penutupan sumberdaya mangrove/tegakkan hutan
<30%; (0) <30%; (0) <30% ;(0) 2 0 Berdasarkan Dahuri at al (1996) dan modifikasii: (0) <30%; (1) 30-50%; (2) >50%
Abrasi pantai tinggi; (2) tinggi; (2) tinggi; (2) 0 3 Mengacu pada PKSPL 2002: (0) rendah; (1) sedang; (2) tinggi; (3) sangat tinggi
Konservasi kawasan lindung menjadi peruntukan lainnya
sangat tinggi(3)
sangat tinggi(3)
sangat tinggi(3)
0 3
Mengacu pada Analisis Citra Lansat 2004 (BP DAS Citarum-Ciliwung: (0) rendah; (1) sedang; (2) tinggi; (3) sangat tinggi
Kualitas dan Pencemaran kawasan Perairan
tidak berkelas (4)
tidak berkelas (4)
kelas IV (3) 0 4
Mengacu pada PP 82 2001: (0) kelas I; (1) kelas II; (2) kelas III; (3) kelas IV; (4) tidak berkelas
Tingkat Kesesuaian dengan RTRW
Menyim-pang (0)
Menyim-pang (0)
Menyim-pang (0) 3 0
Berdasarkan pola ruang dan struktur ruang Provinsi Jawa Barat, 2100: (0) menyimpang; (1) tidak sesuai; (2) sesuai; (3) sangat sesuai
Tingkat kesesuaian Lahan (1) rendah (1) rendah (1) rendah 3 0
Mengacu pada BP DAS Citarum-Ciliwung dan PT. Perhutani Jawa Barat: (0) tidak sesuia; (1) rendah; (2) sesuai; (3) sangat sesuai dengan peruntukan
Kondisi Hidrologi kritis (1) Kritis (1) Kritis (1) 4 0 Mangacu pada PSDA: (0) tidak tersedia; (1) kritis; (2) langka; (3) sangat langka; (4) tersedia
Kondisi Hidrogeologi kritis (1) Kritis (1) Kritis (1) 4 0 Mangacu pada PSDA: (0) tidak tersedia; (1) kritis; (2) langka; (3) sangat langka; (4) tersedia
Tingakt Bahaya Erosi
sangat berat) (3)
sangat berat) (3) berat(2) 0 3
Pedoman penyusunan RTL dan RLKT (1995): (0) ringan; (1) sedang; (2) berat; (3) sangat berat)
Laju Sedimentasi sangat tinggi (4)
sangat tinggi (4)
tinggi; (3)
0 4
Mengacu pada PSDA: (0) sangat rendah; (1) rendah; (2) sedang; (3) tinggi; (4) sangat tinggi
Lahan Kritis sangat kritis(4)
sangat kritis(4) kritisi; (3) 0 4
Mengacu pada BP DAS Citarum-Ciliwung Jabar: (0) rendah; (1) sedang; (2) potensial kritis; (3) kritisi; (4) sangat kritis
250
Lanjutan Dimensi dan Atribut
DAS Hulu (Skor)
DAS Tengah (Skor)
DAS Hilir (Skor) Baik Buruk Keterangan
Dimensi Ekologi:
Konservasi Tanah dan Air
tidak ada perlakuan Vegetatif dan mekanik; (0)
tidak ada perlakuan Vegetatif dan mekanik; (0)
tidak ada perlakuan Vegetatif dan mekanik; (0)
4 0
Berdasarkan Arsyad (2000) t: (0) tidak ada perlakuan Vegetatif dan mekanik; (1) tidak ada perlakuan Mekanik; (3) ada perlakuak Vegetatif; (4) ada perlakua Mekanik
Kondisi Waduk kritis; (1) kritis; (1) kritis; (1) 0 2
Mengacu pada BPLHD dan PSDA Jawa Barat: (0) ; berpotensi kritis; (1) kritis; (2) sangat kritis
Pendekatan Ecoregion
sangat rendah; (0)
sangat rendah; (0)
sangat rendah; (0) 4 0
Mengacu pada PSDA: (0) sangat rendah; (1) rendah; (2) sedang; (3) tinggi; (4) sangat tinggi
Dimensi Ekonomi:
Nilai green PDB nilai sangat tinggi; (3)
nilai sangat tinggi; (3)
nilai sangat tinggi; (3)
3 0
Mengacu pada PKSL (2004) : (0) nilai rendah; (1) nilai sedang; (2) nilai tinggi , (3) nilai sangat tinggi
Potensi dalam Konstelasi Nasional
sangat pesat ; (4)
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4) 4 0
Berdasarkan BPS (200$0: (0) nilai rendah; (1) nilai sedang; (2) nilai tinggi; (3) nilai sangat tinggi; (4) sangat pesat
Kontribusi terhadap Nasional
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4) 4 0
Berdasarkan BPS (2004): (0) nilai rendah; (1) nilai sedang; (2) nilai tinggi; (3) nilai sangat tinggi; (4) sangat pesat
Insentif
konsensi tidak memadai; (0)
konsensi kurang memadai; (1)
konsensi tidak memadai; (0) 3 0
Berdasarkan BPS dan Bapeda Jabar (2004): (0) konsensi tidak memadai; (1) konsensi kurang memadai; (2) konsensi memadai; (3) konsensi sangat memadai
Kontribusi terhadap Regional Jawa dan Balai
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4) 4 0
Berdasarkan BPS (2004): (0) nilai rendah; (1) nilai sedang; (2) nilai tinggi; (3) nilai sangat tinggi; (4) sangat pesat
Kontribusi terhadap Ibukota Negara
sangat pesat (4)
sangat pesat (4)
sangat pesat (4) 4 0
Berdasarkan BPS (2004): (0) nilai rendah; (1) nilai sedang; (2) nilai tinggi; (3) nilai sangat tinggi; (4) sangat pesat
Pertumbuhan PDB Perikanan dan PDB Nasional
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4) 4 0
Berdasarkan BPS (2004): (0) nilai rendah; (1) nilai sedang; (2) nilai tinggi; (3) nilai sangat tinggi; (4) sangat pesat
Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4) 4 0
Berdasarkan BPS (2004): (0) nilai rendah; (1) nilai sedang; (2) nilai tinggi; (3) nilai sangat tinggi; (4) sangat pesat
Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4)
sangat pesat; (4) 4 0
Berdasarkan BPS (2004): (0) nilai rendah; (1) nilai sedang; (2) nilai tinggi; (3) nilai sangat tinggi; (4) sangat pesat
251
Lanjutan Dimensi dan Atribut
DAS Hulu (Skor)
DAS Tengah (Skor)
DAS Hilir (Skor) Baik Buruk Keterangan
Dimensi Ekonomi:
Besarnya Pasar
pasar regional; (1)
pasar lokal; (0)
pasar lokal; (0)
3
0
Mengacu pada Rafish: (0) pasar lokal; (1) pasar regional ; (2) pasar nasional; (3) pasar internasional
Distribusi PDRB Sektor Pertanian 4 0
Berdasarkan BPS (2004): (0) nilai rendah; (1) nilai sedang; (2) nilai tinggi; (3) nilai sangat tinggi; (4) sangat pesat
Dimensi Sosal budaya:
Persepsi stakeholder terhadap Pesisir, laut dan DAS
sangat buruk; (0)
Buruk; (1)
sangat buruk; (0) 3 0
Berdasarkan FGD (2005): (0) sangat buruk; (1) buruk; (2) baik; (3) lestari
Konflik Pemanfaatan Kawasan
tidak kondusif; (0)
kuarang kondusif; (1)
kuarang kondusif; (1)
3 0 (0) tidak kondusif; (1) kuarang kondusif; (2) terkendali; (3) sangat kondusif
Pertumbuhan Penduduk
diatas nasional; (2)
diatas nasional; (2)
diatas nasional; (2)
0 2 Berdasarkan BPS 2004: (0) di bawah nasional; (1) rata-rata nasional ; (2) diatas nasional
Local Employment diatas nasional; (2)
diatas nasional; (2)
diatas nasional; (2)
0 2 Berdasarkan BPS 2004: (0) di bawah nasional; (1) rata-rata nasional ; (2) diatas nasional
Tingkat Pendidikan rata-rata nasional; (1)
rata-rata nasional; (1)
rata-rata nasional; (1)
2 0 Berdasarkan BPS 2004: (0) di bawah nasional; (1) rata-rata nasional ; (2) diatas nasional
Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan
tidak peduli; (0)
kurang peduli; (1)
kurang peduli; (1)
3 0 (0) tidak peduli; (1) kurang peduli; (2) peduli; (3) sangat peduli
Pengetahuan Masyarakat terhadap Lingkungan Pesisir, laut dan DAS
Jumlah Pengangguran
diatas nasional; (2)
diatas nasional; (2)
diatas nasional; (2)
0 2 Berdasarkan BPS 2004: (0) di bawah nasional; (1) rata-rata nasional; (2) diatas nasional
Dimensi Teknologi: Ketersediaan dan pemanfaatan IPAL
Kondusif; (1)
belum kondusif; (0)
belum kondusif; (0)
2 0 Mengacu pada BPLHD Jawa Barat (2004): (0) belum kondusif; (1) kondusif; (2) sangat kondusif
Pemanfaatan TPA belum kondusif; (0)
belum kondusif; (0)
belum kondusif; (0)
2 0 Mengacu pada BPLHD Jawa Barat (2004): (0) belum kondusif; (1) kondusif; (2) sangat kondusif
Pemanfaatan Constructive wetland
belum kondusif; (0)
belum kondusif; (0)
(0) belum kondusif;
2 0 Mengacu pada BPLHD Jawa Barat (2004): (0) belum kondusif; (1) dan kondusif; (2) sangat kondusif
252
Lanjutan Dimensi dan Atribut
DAS Hulu (Skor)
DAS Tengah (Skor)
DAS Hilir (Skor) Baik Buruk Keterangan
Dimensi Teknologi: Teknik konservasi tanah secara vegetatif
belum kondusif; (0)
belum kondusif; (0)
belum kondusif; (0)
2 0 Mengacu pada BP DAS Citarum BPLHD Jawa Barat (2004): (0) belum kondusif;(1) kondusif; (2) sangat kondusif
Penggunaan alat bantu penangkapan (fish attraction device, FADS)
digunakan alat atraktif yang lain; (2)
digunakan alat atraktif yang lain; (2)
tidak ada; (0)
0 2 Mengacu pada Rapfish: (0) tidak ada; (1) digunakan umpan saja; (2) digunakan alat atraktif yang lain
Penyebaran tempat pendaratan ikan
agak terpusat; (1)
agak terpusat; (1)
agak terpusat; (1)
0 2 Mengacu pada Rapfish: (0) sangat tersebar; (1) agak terpusat; (2) ikan tidak didaratkan di tempat
Teknik Konstruktif Sipil
belum kondusif; (0)
belum kondusif; (0)
belum kondusif; (0)
2 0 (0) belum kondusif; (1) kondusif; (2) sangat kondusif
Dimensi Hukum dan Kelembagaan:
One rive, coastal and ocean one integrated Management plan
belum sinergi; (0)
belum sinergi; (0)
belum sinergi; (0)
2 0 (0) belum sinergi; (1) bersinergi; (2) bersinergi dan berkolaborasi
Zonasi peruntukan lahan/perairan
ada tapi di langgar; (1)
ada tapi di langgar; (1)
tidak ada; (0)
2 0 (0) tidak ada; (1) ada tapi di langgar; (2) ada dan ditepati
Ketersediaan peraturan pengelolaan secara formal
tersedia dan dilanggar; (1)
tersedia dan dilanggar; (1)
tersedia dan dilanggar; (1)
2 0 (0) tidak tersedia; (1) tersedia dan dilanggar; (2) konsistensi
1.Landsat 7/ETM Path/Row 122/64 dan 122/65 2.LAPAN 3.BPPT 4.BP DAS Citarum-Ciliwung 5.Bapeda Jawa Barat 6.(diolah)
Laut Jawa
259259
Lampran 10 Peta Lereng DAS Citarum Jawa Barat
Sumber:
1.Landsat 7/ETM Path/Row 122/64 dan 122/65 2. LAPAN 3. BPPT 4. BP DAS Citarum-Ciliwung 5. Bapeda Jawa Barat 6. (diolah)
Laut Jawa
260
Lampiran 11 Formulasi model persamaan nilai ekonomi pencemaran pada DAS Citarum.
DOCUMENT: Total Nilai Ekonomi Pencemaran pada DAS Citarum Citarum Bagian Tengah INFLOWS: COD_DAS_Teng = L_COD_DASTeng*VADASTeng/1000000 TNEPDASHil(t) = TNEPDASHil(t - dt) + (NEPDASHil) * dt INIT TNEPDASHil = 0 DOCUMENT: Total Nilai Ekonomi Pencemaran pada DAS Citarum bagian hilir INFLOWS: NEPDASHil = COD_DAShilir*N_BPPL_COD DOCUMENT: Nilai Ekonomi Pencemaran DAS Citarum Bagian Hilir adalah perkalian anatara COD DAS Citarum Bagian Hilir dikalikan dengan Nilai BPPL ( Nilai Biaya Pokok Pengolahan Limbah Rata-Rata COD (Rp/ton)) TNEPDASHu(t) = TNEPDASHu(t - dt) + (NEPDASHu) * dt INIT TNEPDASHu = 0 DOCUMENT: Total Nilai Ekonomi Pencemaran pada DAS Citarum bagian Tengah INFLOWS: NEPDASHu = N_BPPL_COD*COD_DAShu DOCUMENT: Nilai Ekonomi Pencemaran DAS Citarum Bagian Hilir adalah perkalian anatara COD DAS Citarum Bagian Hulu dikalikan dengan Nilai BPPL ( Nilai Biaya Pokok Pengolahan Limbah Rata-Rata COD (Rp/ton)) TNEPDASTeng(t) = TNEPDASTeng(t - dt) + (NEPDASTeng) * dt INIT TNEPDASTeng = 0 DOCUMENT: Total Nilai Ekonomi Pencemaran pada DAS Citarum bagian Tengah INFLOWS: NEPDASTeng = COD_DAS_Teng*N_BPPL_COD DOCUMENT: Nilai Ekonomi Pencemaran DAS Citarum Bagian Hilir adalah perkalian anatara COD DAS Citarum Bagian Tengah dikalikan dengan Nilai BPPL ( Nilai Biaya Pokok Pengolahan Limbah Rata-Rata COD (Rp/ton))
Lanjutan DOCUMENT: COD DAS Citarum Bagian Hilir adalah Laju COD DAS Citarum Bagian Hilir dikalikan degan Volume Air DAS Citarum Bagian Hilir dibagikan 1.000.000 T_COD_DASHul(t) = T_COD_DASHul(t - dt) + (COD_DAShu) * dt INIT T_COD_DASHul = 0 DOCUMENT: Total Nilai Ekonomi Pencemaran pada DAS Citarum Citarum Bagian Hulu INFLOWS: COD_DAShu = L_COD_DAS_Hu*VADAS_Hu/1000000 DOCUMENT: COD DAS Citarum Bagian Hulu adalah Laju COD DAS Citarum Bagian Hulur dikalikan degan Volume Air DAS Citarum Bagian Hulu dibagikan 1.000.000
263
Lampiran 12 Formulasi model persamaan Laju COD Hulu adalah Laju pertambahan COD yang berada pada DAS Citarum.
DOCUMENT: Laju COD Hulu adalah Laju pertambahan COD yang berada pada DAS Citarum bagian Tengah setiap tahun L_COD_DAS_Hu = 16.75 DOCUMENT: Laju COD Hulu adalah Laju pertambahan COD yang berada pada DAS Citarum bagian hulu setiap tahun L_COD_Hil = 95.47 DOCUMENT: Laju COD Hulu adalah Laju pertambahan COD yang berada pada DAS Citarum bagian Hilir setiap tahun L_Sub_DAS_Cibeet = 7 L_Sub_DAS_Cikapundung = 7 L_Sub_DAS_Cikaso = 5.78 L_Sub_DAS_Cikundul = 6.08 L_Sub_DAS_Cimeta = 5.78 L_Sub_DAS_Ciminyak = 5.48 L_Sub_DAS_Cirasea = 6.23 L_Sub_DAS_Cisangkuy = 6.04 L_Sub_DAS_Cisokan = 6.71 L_Sub_DAS_Citarik = 5.75 L_Sub_DAS_Citarum = 6.18 L_Sub_DAS_Citarum_Hilir = 10.45 L_Sub_DAS_Ciwidey = 5.82 N_BPPL_COD = 135325000 DOCUMENT: Nilai BPPL adalah Nilai Biaya Pokok Pengolahan Limbah Rata-Rata COD (Rp/ton)
264
Lampiran 13 Faktor erodibilitas tanah (K) DAS Citarum
Faktor erodibilitas (K) rerata 0.13 Sumber: Darsiharjo, 2004 diolah dengan menggunakan persamaan Arsyad 2000
Keterangan : Ph = pasir sangat halus; Db = debu; Lp = liat; M = (Ph + Db) x (100 - Lp); a = bahan organik; b = struktur tanah: c = permeabilitas tanah; K = Erodibilitas tanah.
266
Lampiran 14 Faktor lereng (LS) DAS Citarum
No. urut lahan Penggunaan lahan L S LS 1 Hutan pinus 80 32 15.52 2 Perkeb. kina 75 30 13.38 3 Hutan alam 84 80 88.15 4 Perkeb. kina 55 30 11.46 5 Pemukiman 60 16 4.04 6 Hutan pinus 75 57 43.71 7 Hutan pinus 80 38 21.23 8 Tegalan 52 35 14.73 9 Pemukiman 70 17 4.82
Lanjutan P_Sub_DAS_Cimeta = 0.27 P_Sub_DAS_Ciminyak = 0.22 P_Sub_DAS_Cirasea = 0.25 P_Sub_DAS_Cisangkuy = 0.29 P_Sub_DAS_Cisokan = 0.19 P_Sub_DAS_Citarik = 0.26 P_Sub_DAS_Citarum = 0.24 P_Sub_DAS_Citarum_Hilir = 0.33 P_Sub_DAS_Ciwidey = 0.21 R_Sub_DAS_Cibeet__ = 820.40 R_Sub_DAS_Cikapundung = 791.12 R_Sub_DAS_Cikaso = 758.41 R_Sub_DAS_Cikundul = 725.05 R_Sub_DAS_Cimeta = 761.89 R_Sub_DAS_Ciminyak = 972.72 R_Sub_DAS_Cirasea__ = 809.16 R_Sub_DAS_Cisangkuy__4 = 797.72 R_Sub_DAS_Cisokan = 777.38 R_Sub_DAS_Citarik = 744.24 R_Sub_DAS_Citarum = 805.38 R_Sub_DAS_Citarum_Hilir = 988.96 R_Sub_DAS_Ciwidey = 918.01 S_Sub_DAS_Cibeet = 5 S_Sub_DAS_Cikapundung = 5 S_Sub_DAS_Cikaso = 6.68 S_Sub_DAS_Cikundul = 8.13 S_Sub_DAS_Cimeta = 6.68 S_Sub_DAS_Ciminyak = 9.92 S_Sub_DAS_Cirasea = 6.98 S_Sub_DAS_Cisangkuy = 6.60 S_Sub_DAS_Cisokan = 3.22 S_Sub_DAS_Citarik = 7.50 S_Sub_DAS_Citarum = 4.58 S_Sub_DAS_Citarum_Hilir = 0.64 S_Sub_DAS_Ciwidey = 7.86 VADASHil = 78.41*60*60*24*365 DOCUMENT: Volume Air Hulu adalah Volume air DAS Citarum bagian hilir per tahun yang merupakan hasil kali dari debit sungai dan waktu (tahun) VADASTeng = 49.5*60*60*24*365 DOCUMENT: Laju COD Hulu adalah Laju pertambahan COD yang berada pada DAS Citarum bagian tengah setiap tahun VADAS_Hu = 13.7*60*60*24*365 DOCUMENT: Volume Air Hulu adalah Volume air DAS Citarum bagian hulu per tahun yang merupakan hasil kali dari debit sungai dan waktu (tahun)
280
Lampiran 18 Tingkat erosi yang masih dapat dibiarkan (ET) di DAS Citarum
No. unit lahan
Penggunaan lahan
Kedalaman tanah
Kondisi substrata
Permeabilitas tanah
(subsoil)
Erosi yang masih dapat
dibiarkan (mm)
Berat volume tanah
Erosi yang masih dapat
dibiarkan (ton/ha/th)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Hutan pinus > 90 cm melapuk Lambat 1.6 1.14 18.24 2 Perkeb. Kina > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.15 23.00 3 Hutan alam > 90 cm melapuk Lambat 1.6 1.13 18.08 4 Perkeb. Kina > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.14 22.80 5 Pemukiman > 90 cm melapuk Sedang 6 Hutan pinus > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.13 22.60 7 Hutan pinus > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.13 22.60 8 Tegalan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.17 23.40 9 Pemukiman > 90 cm melapuk Sedang
10 Hutan pinus > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.14 22.80 11 Hutan pinus > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.13 22.60 12 Hutan pinus > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.15 23.00 13 Hutan pinus > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.15 23.00 14 Tegalan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.16 23.20 15 Tegalan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.18 23.60 16 Pemukiman > 90 cm melapuk Sedang 17 Tegalan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.18 23.60 18 Tegalan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.16 23.20 19 Pemukiman > 90 cm melapuk Lambat 20 Tegalan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.17 23.40 21 Pemukiman > 90 cm melapuk Lambat 22 Hutan pinus > 90 cm meiapuk Sedang 2.0 1.14 22.80 23 Sawah > 90 cm melapuk Lambat 1.6 1.21 19.36 24 Hutan pinus > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.13 22.60 25 Hutan pinus > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.15 23.00 26 Tegalan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.17 23.40 27 Pemukiman > 90 cm melapuk Lambat 28 Tegatan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.18 23.60 29 Sawah > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.20 24.00 30 Tegalan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.16 23.20 31 Tegalan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.18 23.60 32 Tegalan > 90 cm melapuk Sedang 2.0 1.19 23.80 33 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.14 22.30 34 Tegalan > 90 cm Melapuk Lambat 1.6 1.17 18.72 35 Sawah > 90 cm Melapuk Lambat 1.6 1.21 19.36 36 Sawah > 90 cm Melapuk Lambat 1.6 1.20 19.20 37 Sawah > 90 cm Melapuk Lambat 1.6 1.19 19.04 38 Sawah > 90 cm Melapuk Lambat 1.6 1.20 19.20 39 Sawah > 90 cm Melapuk Lambat 1.6 1.18 18.88 40 Pemukiman > 90 cm Melapuk Sedang 41 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.19 23.80 42 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.19 23.80 43 Pemukiman > 90 cm Melapuk Sedang 44 Pemukiman > 90 cm Melapuk Sedang
281
Lanjutan
No. unit lahan
Penggunaan lahan
Kedalaman tanah
Kondisi substrata
Permeabilitas tanah
(subsoil)
Erosi yang masih dapat
dibiarkan (mm)
Berat volume tanah
Erosi yang masih dapat
dibiarkan (ton/ha/th)
45 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.15 23.00 46 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.18 23.60 47 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.17 23.40 48 Pemukiman > 90 cm Melapuk Sedang 49 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.18 23.60 50 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.13 22.60 51 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.14 22.80 52 Hutan alam > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.15 23.00 53 Hutan alam > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.14 22.80 54 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.13 22.60 55 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.14 22.80 56 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.15 23.00 57 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.19 23.80 58 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.19 23.80 59 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.18 23,60 60 Pemukiman > 90 cm Melapuk Sedang 61 Tegaian > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.17 23,40 62 Sawah > 90 cm Melapuk Lambat 1.6 1.21 19,36 63 Sawah > 90 cm Melapuk Lambat 1.6 1.19 19,04 64 Pemukiman > 90 cm Melapuk Sedang 65 Rumput > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.16 23,20 66 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.17 23,40 67 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.18 23,60 68 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.18 23.60 69 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.15 23.00 70 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.16 23.20 71 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.15 23.00 72 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.,0 1.16 23.20 73 Hutan pinus > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.15 23.00 74 Tegalan > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.19 23.80 75 Pemukiman > 90 cm Melapuk Sedang 76 Tegaian > 90 cm Melapuk Sedang 2.0 1.19 23.80
Sumber: Darsiharjo, 2004 diolah dengan persamaan Arsyad (2000)