LAPORAN KERJA PRAKTIK PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG EVALUASI KINERJA REAKTOR PADA UNIT PRIMARY REFORMER PUSRI II-B BERDASARKAN ANALISIS NERACA MASSA DAN NERACA PANAS Disusun oleh: Rafi Theda Prabawa (121150069) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA iii
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG
EVALUASI KINERJA REAKTOR PADA UNIT PRIMARY REFORMER
PUSRI II-B BERDASARKAN ANALISIS NERACA MASSA DAN
NERACA PANAS
Disusun oleh:
Rafi Theda Prabawa (121150069)
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
iii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG
DILAKSANAKAN PADA TANGGAL
07 JULI 2020 – 07 AGUSTUS 2020
DI
DEPARTEMEN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
PUSRI-IIB
PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG
Palembang, Juli 2020
Mengetahui, Menyetujui,
Superintendent Pelaksana Diklat Pembimbing Kerja Praktik
Badge Badge
iii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG
DILAKSANAKAN PADA TANGGAL
07 JULI – 07 AGUSTUS 2020
DI
DEPARTEMEN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
PUSRI-IIB
PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG
Yogyakarta, Juli 2020
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Kerja Praktik Industri
Ir. Endang Sulistyawati, MT
NIK. 19610420 198903 2 001
iii
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya akhirnya penyusun berkesempatan untuk menyelesaikan laporan
kerja praktik di PT. PUPUK SRIWIDJAJA ini.
Laporan ini disusun berdasarkan orientasi lapangan yang telah kami
laksanakan mulai 07 Juli – 07 Agusutus 2020 di Departemen Perencanaan dan
Pengendalian Produksi. Pada laporan ini berisi bagian-bagian yang telah
dikunjungi dan dipelajari di Unit Operasi Pusri – IIB ditambah dengan tugas
khusus di bagian Urea Pusri – IIB.
Terima kasih kami haturkan kepada PT. PUPUK SRIWIDJAJA yang telah
memberi kesempatan kepada kami untuk melaksanakan kerja praktik, penyusun
telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah dan Ibu tercinta atas dukungan dan doanya.
2. Bapak selaku pembimbingan selama Kerja Praktik.
3. Bapak selaku Supervisor Operasi Bagian Urea Pusri – IIB yang telah
banyak membimbing selama melakukan tinjauan lapangan.
4. Para Operator pabrik Amonia, Urea, dan Utilitas PUSRI II-B yang telah
memberi penjelasan saat tinjauan lapangan.
5. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya kerja praktik dan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa ketidaksempurnaan akan ditemui dalam
laporan ini. Oleh karena itu, kritik, dan saran dari para pembaca sangat penyusun
harapkan sebagai upaya peningkatan kualitas dari laporan ini.
Palembang, Juli 2020
Penyusun
viii
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Tabel II.14 Rasio NH3/CO2, H2O/CO2, dan Konversi CO2 pada Setiap Data....44
Tabel II.15 Neraca Energi pada Reaktor Data Desain..........................................45
Tabel II.16 Neraca Energi pada Reaktor tanggal 23 Mei 2020............................45
Tabel II.17 Neraca Energi pada Reaktor tanggal 25 Juli 2020.............................46
Tabel II.18 Neraca Energi pada Reaktor tanggal 21 November 2020.................46
Tabel II.19 Efisiensi Panas pada Reaktor.............................................................47
viii
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
I.1. Sejarah dan Perkembangan PT. Pupuk Sriwidjaja
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat
kaya. Hal inilah yang menyebabkan sektor pertanian menjadi sektor yang sangat
banyak dimanfaatkan sebagian besar penduduk Indonesia. Untuk mengoptimalkan
sektor pertanian ini pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu/kualitas
produksi hasil pertanian. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan
memperhatikan kualitas pupuk yang digunakan.
Dilihat dari pentingnya pupuk bagi pertanian Indonesia maka pemerintah
perlu mendirikan pabrik pupuk, salah satunya dengan mendirikan PT. Pupuk
Sriwidjaja. PT. Pupuk Sriwidjaja didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 yang
berlokasi di Palembang. PT Pupuk Sriwidjaja merupakan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang berbentuk perseroan terbatas yang seluruh sahamnya
dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Pelaksanaan pendirian pabrik pupuk tersebut
diserahkan kepada Biro Perencanaan Negara pada tahun 1957. Proyeknya
dilimpahkan ke Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan nama Proyek
Pupuk Urea.
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang produksi dan pemasaran pupuk. PT. Pupuk Sriwidjaja didirikan
berdasarkan akta Notaris Eliza Pondang nomor 177 tanggal 24 Desember 1959
dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia nomor 46
tanggal 7 Juni 1960. Pada saat itu, yang menjadi Presiden Direktur adalah Ir.
Ibrahim Zahier dan Ir. Salmon Mustafa sebagai Direktur Utama. PT. Pupuk
Sriwidjaja memulai operasional usaha dengan tujuan utama untuk melaksanakan
dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan
pembangunan nasional, khususnya di industri pupuk dan kimia lainya, PT. Pupuk
Sriwidjaja semula merupakan Badan Usaha Milik Negara berbentuk Perseroan
Terbatas. Berdasar PP No. 20 tahun 1964 status hukumnya diubah menjadi
1
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Perusahaan Negara, tetapi dengan PP No. 20 tahun 1969 dikembalikan lagi status
hukumnya menjadi Perseroan Terbatas.
Pada tahun 1997, PT. Pupuk Sriwidjaja ditunjuk sebagai induk
perusahaaan yang membawahi empat BUMN yang bergerak di bidang industri
pupuk dan petrokimia, yaitu PT. Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Kujang Cikampek,
PT. Pupuk Kaltim dan PT. Pupuk Iskandar Muda serta satu BUMN yang bergerak
dibidang engineering, procurement & construction (EPC), yaitu PT. Rekayasa
Industri. Pada tahun 1998, anak perusahaan PUSRI bertambah satu BUMN lagi,
yaitu PT. Mega Eltra yang bergerak dibidang perdagangan.
Pada tahun 2010 dilakukan pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) kepada PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang dan pengalihan hak dan kewajiban PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero)
kepada PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang sebagaimana tertuang didalam RUPS-
LB tanggal 24 Desember 2010 yang berlaku efektif 1 Januari 2011.
Sejak tanggal 18 April 2012, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan
PT. Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) sebagai nama induk perusahaan
pupuk yang baru, menggantikan nama PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero). Hingga
kini PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang tetap menggunakan brand dan merk dagang
PT. Pupuk Sriwidjaja. Program yang dilakukan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
telah dapat membuahkan hasil dengan meningkatkan jumlah produksi amoniak
dan urea dengan mengurangi konsumsi energi yang dibutuhkan. Dengan
keberadaan empat pabrik yang dimiliki saat ini, PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
telah menjadi produsen pupuk urea terbesar di Indonesia.
Pabrik pertama yang didirikan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah
PUSRI I diresmikan pada tanggal 4 November 1969 dengan kapasitas terpasang
sebesar 180 ton amoniak/hari dan 300 ton urea/hari. Produksi perdana PUSRI I
pada tanggal 16 Oktober 1963. Pada tahun 1965, direncanakan perluasan pabrik
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang melalui penandatanganan perjanjian kerjasama
antara Departemen Perindustrian dan Perusahaan Toyo Engineering Corp dari
Jepang. Namun rencana tersebut menemui kegagalan akibat terjadinya
2
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
pemberontakan G30S/PKI. Tahun 1968, dilakukan perencanaan pembangunan
kembali dengan diadakannya studi kelayakan bersama John Van Der Volk &
associate dari Amerika Serikat.
Tahun 1972, didirikan pabrik PUSRI II dengan kapasitas terpasang 600
ton amoniak/hari dan 1150 ton urea/hari, dan pembangunannya selesai pada tahun
1974 dikerjakan oleh kontraktor M.W Kellog Overseas Corp dari Jepang. Pada
tahun 1992, dilakukan optimalisasi terhadap kapasitas produk pabrik PUSRI II
mmenjadi 570.000 ton urea/tahun. Seiring dengan kebutuhan pupuk di Indonesia
meningkat dengan pesat sehingga pada waktu yang relatif bersamaan didirikan
pabrik PUSRI III dan IV.
Pabrik PUSRI III didirikan pada 21 Mei 1976 oleh Kellog Overseas Corp
dan Toyo Engineering Corp dengan kapasitas terpasang 1000 ton amoniak/hari
dengan menggunakan proses Kellog dan 1725 ton urea/hari atau 330.000 ton
amoniak/tahun dan 570.000 ton urea/tahun dengan proses Mitsui Toatsu Total
Recycle (MTTR) C-Improved. Sedangkan pabrik PUSRI IV didirikan dalam
kurun waktu 5 (lima) bulan setelah pembangunan PUSRI III dengan kapasitas
terpasang dan proses yang sama dengan PUSRI III.
Tahun 1985, pabrik PUSRI I dihentikan operasinya karena dinilai tidak
efisien lagi. Sebagai penggantinya pada tahun 1990 didirikan pabrik PUSRI-IB
dengan kapasitas terpasang 446.000 ton amoniak/tahun dengan menggunakan
proses Kellog dan 570.000 ton urea/tahun dengan mengunakan proses Advanced
Process for Cost and Energy Saving (ACES) dari TEC. Konstruksi pabrik ini
dikerjakan oleh PT. Rekayasa Industri (Indonesia).
Pada tahun 1992, perusahaan ini bekerjasama dengan Imperial Chemical
Industry (ICI) melakukan program Ammonia Optimization Project (AOP) dan
Urea Optimization Project (UOP) dalam upaya optimasi produksi pada Pabrik
PUSRI II, III, dan IV. Dengan optimasi tersebut, produksi amoniak Pabrik PUSRI
II, III, dan IV mengalami peningkatan sebesar 10%. Sementara itu, produksi urea
Pabrik PUSRI II mengalami peningkatan sebesar 50% dan penghematan
penggunaan gas alam sebesar 30%. Total kapasitas produksi keempat pabrik yang
3
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
dimiliki PT. PUSRI Palembang adalah sebesar 4542 MTPD amoniak dan 6900
MTPD urea.
Tahun 2012, untuk menggantikan PUSRI II yang sudah berumur 40 tahun
dan dinilai tidak efisien dalam pemakaian bahan bakar, maka pada tanggal 31
Januari 2012 dimulai pra kualifikasi lelang pembangunan pabrik PUSRI II-B .
pembangunan PUSRI II-B dibuka pada tanggal 7 Februari 2013 dengan masa
pembangunan 34 bulan.
Pabrik PUSRI II-B menggunakan teknologi KBR Purifier Tekcnology
untuk amoniak dan teknologi Advanced Cost and Energy Savings (ACES) milik
Toyo Engineering sebagai co-lisensi untuk unit urea. Pabrik PUSRI II-B dengan
teknologi terbaru yang ramah lingkungan juga hemat bahan baku gas yaitu dengan
rasio pemakaian gas perton produk 31,49 MMBTU/Ton amonia dan 21,18
MMBTU/Ton urea. Sehingga akan mengemat pemakaian gas sebesar 14,87
MMBTU/Ton urea dengan kapasitas terpasang 660 ribu ton amonia per tahun dan
907 ribu ton urea per tahun sehingga menambah produksi PT. PUSRI menjadi 2,6
juta ton per tahun.
I.2. Visi, Misi, Tata Nilai & Makna Perusahaan
Setelah mengalami perubahan status menjadi anak usaha dari PT Pupuk
Indonesia (Persero) atau Pupuk Indonesia HoldingCompany (PIHC), pada
tahun 2010, PUSRI langsung melakukankajian tentang visi, misi, dan tata nilai
perusahaan di tahun2012. Kajian akhir berupa visi, misi, makna dan tata nilai
PUSRIkemudian disetujui oleh Dewan Komisaris dan disahkan olehDireksi
melalui Surat Keputusan Direksi No.SK/DIR/207/2012tanggal 11 Juni
2012.Visi dan misi tersebut telah dikaji secara berkala dan disesuaikandengan
arah perkembangan industri melalui penyusunan RencanaKerja dan Anggaran
Perusahaan, serta telah menjadi acuanyang relevan untuk penyusunan Rencana
Kerja Jangka PanjangPerusahaan.
4
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Visi:
"Menjadi Perusahaan Pupuk Terkemuka Tingkat Regional"
Misi:
"Memproduksi serta memasarkan pupuk dan produk agribisnis secara
efisien, berkualitas prima dan memuaskan pelanggan"
Tata Nilai:
Makna Perusahaan:
“PUSRI untuk Kemandirian Pangan dan Kehidupan Yang Lebih Baik”
Tabel 1.1. Data Pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja
Pabrik
Tahun
Mulai
Produksi
Licensor ProsesKapasitas
(ton/tahun)
Pelaksaan
Konstruksi
PUSRI II 1974Kellog MTC, Total
Recyle C Improved
Amoniak:
218.000
Urea: 570.000
Kellog Overseas
Corporation
(AS)
PUSRI
III1976
Kellog MTC, Total
Recyle C Improved
Amoniak:
330.000
Urea: 570.000
Kellog Overseas
Corporation
(AS)
PUSRI
IV1977
Kellog MTC, Total
Recyle C Improved
Amoniak:
330.000
Urea: 570.000
Kellog Overseas
Corporation
(AS)
PUSRI 1995 Kellog Advance Amoniak: PT. Rekaysa
5
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
I-B
Process for Cost and
Enegy Saving. ACES
of Toyo Engineering
446.000
Urea: 570.000
Industri
(Indonesia)
PUSRI
II-B2016
KBR Purifier
Technology and
Energy Saving. ACES
of Toyo Engineering
Amoniak:
660.000
Urea: 907.000
PT. Rekaysa
Industri
(Indonesia)
1.3. Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja
PT. PUSRI Palembang didirikan ± 7 kilometer dari pusat kota Palembang,
Jalan Mayor Zen, Palembang – Indonesia. Berdasarkan rekomendasi dari Gas Bell
& Associates (Amerika Serikat), pemilihan lokasi didasarkan pada ketersediaan
bahan baku yang melimpah dan jalur transportasi yang mudah untuk pemasaran
produk. Kelayakan ini ditunjang dengan keadaan geografis Sumatera Selatan yang
memiliki kekayaan alam yaitu gas alam yang merupakan bahan baku utama.
Bahan baku pembuatan pupuk urea adalah air, gas alam, dan udara.
Sumatera Selatan memiliki semua bahan baku tersebut. Gas alam yang berasal
dari Pertamina daerah prambumilih dan air yang bersal dari sungai Musi. Sungai
Musi yang berujung di Samudera Hindia dan Selat Bangka, juga dapat dilayari
oleh kapal-kapal besar, sehingga memudahkan transportasi pupuk ke daerah
pemasaran dalam jumlah besar dengan menggunakan kapal laut. Sungai Musi
merupakan salah satu faktor penunjang sebagai bahan baku pembuatan steam dan
6
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
keperluan utilitas lainnya di samping sebagai sarana transportasi untuk
pengangkutan produk.
Gambar I.1. Peta lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
1.4. Struktur oganisasi perusahaan
Pemegang Saham & RUPS1. PengertianPemegang Saham adalah pemilik modal perusahaan yangharus dilindungi. Modal PT. Pusri Palembang dimiliki PT Pupuk Indonesia (Persero) dan YKKP (Yayasan Kesejahteraan Karyawan Pusri).
2. Hak Pemegang SahamPemegang Saham memiliki hak dalam perusahaan yang tidak dapat diganti / disubstitusi, yaitu:
Menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS.Memperoleh informasi material mengenai perusahaan secara tepat waktu,
terukur dan teratur.Menerima pembagian dari keuntungan perusahaan dalambentuk deviden
dan pembagian dari keuntungan lainnya berdasarkan keputusan RUPS, sebanding dengan jumlah saham/modal yang dimilikinya.
Melaksanakan hak lainnya berdasarkan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan.
3. Kewenangan Pemegang SahamMengangkat dan memberhentikan Komisaris dan Direksi perusahaan. Dalam pengangkatan Komisaris dan Direksi dilakukan melalui mekanisme berikut:
Proses pemilihan yang terbuka atau transparan melalui RUPS.Dalam hal PT Pupuk Indonesia (Persero) bertindak selaku RUPS,
pengangkatan dan pemberhentian Komisaris dan Direksi ditetapkan oleh Direksi PT Pupuk Indonesia (Persero).
Melalui Uji Kelayakan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) oleh lembaga independen sebelum diangkat dengan mempertimbangkan integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha perusahaan tersebut, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.
7
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Meminta Direksi dan Komisaris untuk menyiapkan Kontrak Manajemen atau Statement of Corporate Intent.
Jika diperlukan dapat mengangkat minimal 1 (satu) orang anggota Direksi yang bukan berasal dari dalam perusahaan atau independen.
Memberikan persetujuan untuk mengalihkan atau melepaskan hak terhadap atau penggunaan property (bukan inventaris) perusahaan secara keseluruhan atau sebagian sebagai jaminan, baik dalam satu transaksi atau menyangkut beberapa orang ataupun yang berkaitan.
Memberikan persetujuan untuk menjual atau menghapus aktiva di atas nilai yang ditetapkan.
Menilai kinerja Komisaris dan Direksi, baik secara kolektif maupun masing-masing anggota Komisaris dan anggota Direksi.
Jika memungkinkan dapat menetapkan kompensasi atau bonus kepada Komisaris dan Direksi berdasarkan kinerja tersebut di atas. Memastikan penerapan akuntabilitas dan kinerja Komisaris dan Direksi, dalam memberhentikan Direksi tidak seluruhnya pada saat yang bersamaan.
4. Akuntabilitas Pemegang SahamAkuntabilitas merupakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kerangka kerja, sistem dan prosedur yang dimiliki Pemegang Saham dan harus dapat dijabarkan dalam bentuk tertulis berupa catatan, analisa, laporan dan sebagainya.
Sebagai perwujudan tata kelola perusahaan yang baik, maka bentuk akuntabilitas Pemegang Saham dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
Pemegang Saham wajib memenuhi ketentuan Anggaran Dasar Perusahaan, keputusan-keputusan yang dibuat dalam RUPS.
Pemegang Saham tidak diperkenankan mencampuri kegiatan operasional korporasi (yang tertuang dalam RKAP) yang menjadi tanggung jawab Direksi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan.
Pemegang Saham memiliki tanggung jawab untuk memantau pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam proses pengelolaan perusahaan.
5. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)Rapat Umum Pemegang Saham selanjutnya disebut RUPS adalah pemegang kekuasaan tertinggi dan tidak dapat diganti / substitusi oleh siapapun sesuai ketentuan perundangan. Penyelenggaraan RUPS berdasarkan ketentuan dan Anggaran Dasar Perusahaan, terbagi menjadi RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa
RUPS Tahunan
8
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
RUPS Tahunan adalah Rapat Umum Pemegang Saham yang diselenggarakan setiap tahun untuk membahas Laporan Tahunan dan Perhitungan Tahunan maupun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.
Aturan penyelenggaraan RUPS Tahunan adalah sebagai berikut:
RUPS Tahunan, pengesahan Perhitungan Tahunan oleh RUPS berarti memberikan pelunasan dan pembebasan sepenuhnya (acquit at decharge) kepada para anggota Direksi dan Komisaris atas:
Pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama tahun yang lalu, sejauh tindakan tersebut ternyata dalam Perhitungan Tahunan. Paling lambat dalam bulan Juni setelah penutupan tahun buku yang bersangkutan.
RUPS Tahunan pengesahan RKAP paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan.
Direksi dan atau Komisaris diwajibkan untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan.
RUPS dapat diselenggarakan atas permintaan tertulis dari Pemegang Saham.
Apabila Direksi dan Komisaris lalai menyelenggarakan RUPS Tahunan pada waktu yang telah ditentukan atas permintaan Pemegang Saham, maka Pemegang Saham tersebut berhak menyelenggarakan sendiri RUPS Tahunan dimaksud atas biaya perusahaan setelah mendapat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perusahaan.
RUPS Luar BiasaRUPS Luar Biasa adalah Rapat Umum Pemegang Saham yang diselenggarakan jika dipandang perlu setiap waktu untuk menetapkan atau memutuskan hal-hal yang tidak dilakukan pada RUPS Tahunan.
Aturan penyelenggaraan RUPS Luar Biasa adalah sebagai berikut:
RUPS Luar Biasa dapat diadakan setiap saat, jika dianggap perlu oleh Direksi dan atau Komisaris dan atau Pemegang Saham.
RUPS Luar Biasa dapat diselenggarakan atas permintaan tertulis Pemegang Saham dengan mencantumkan hal-hal yang hendak dibicarakan.
Direksi dan atau Komisaris diwajibkan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
9
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Apabila Direksi dan Komisaris lalai menyelenggarakan RUPS Luar Biasa tersebut dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah permintaan Pemegang Saham, maka atas biaya Perusahaan, Pemegang Saham tersebut dapat menyelenggarakan rapat dimaksud setelah mendapat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah meliputi tempat kedudukan Perusahaan.
Risalah Rapat Umum Pemegang Saham dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
Dinamika yang terjadi dan putusan yang diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham dibuatkan notulen serta risalahnya yang ditandatangani oleh Pemegang Saham.
Penandatangan risalah rapat tidak perlu dilakukan apabila risalah rapat tersebut dibuat dengan Berita Acara Notaris.
Komisaris
1. Peran KomisarisKomisaris akan menjalankan fungsinya untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada Direksi demi kepentingan Perusahaan dan Pemegang Saham khususnya serta pihak yang berkepentingan pada umumnya. Hal tersebut untuk memastikan Perusahaan dikelola oleh Direksi sedemikian rupa sesuai dengan harapan Pemegang Saham. Hal ini merupakan peran dengan akuntabilitas yang bersifat aktif bagi Komisaris.
Komisaris bertanggungjawab mengawasi Direksi dalam kondisi apapun agar mempunyai kemampuan dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu adalah tugas Komisaris untuk secara teratur memantau efektivitas pelaksanaan kebijakan dan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Direksi, termasuk pelaksanaan strategi untuk mencapai target yang diharapkan Pemegang Saham.
Dalam melaksanakan fungsinya mewakili kepentingan Pemegang Saham dalam pengawasan jalannya Perusahaan, Komisaris:
Memantau kemajuan atas pencapaian sasaran Perusahaan sebagaimana telah ditetapkan oleh Pemegang Saham.
Melakukan supervisi atas urusan bisnis yang dilakukan oleh Direksi, memberikan nasehat dan saran kepada Direksi mengenai urusan bisnis perusahaan.
Menjamin keberadaan dan pelaksanaan secara efektif atas sistem pengendalian internal, sistem informasi dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Melaporkan kepada Pemegang Saham atas aktivitas tersebut di atas, termasuk jika terjadi penurunan kinerja keuangan perusahaan yang signifikan.
2. Keanggotaan KomisarisPerusahaan menyadari bahwa Pemegang Saham memiliki kewenangan penuh untuk mengangkat Komisaris. Agar Komisaris dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka perlu ditetapkan kebijakan tentang kriteria Komisaris yang sesuai kebutuhan. Kriteria tersebut diantaranya adalah memiliki pengalaman di bidang industri, pemahaman terhadap bisnis dan kemampuan mempertimbangkan suatu masalah secara memadai.
Dalam upaya menjamin prinsip transparansi dalam pemilihan Komisaris maka mekanisme yang harus dilaksanakan, yaitu:
Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris dilakukan melalui RUPS.Dalam hal PT Pupuk Indonesia (Persero) bertindak selaku RUPS,
pengangkatan dan pemberhentian Komisaris ditetapkan oleh Direksi PT Pupuk Indonesia (Persero).
Anggota Komisaris diangkat berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha perusahaan tersebut serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.
Pemegang Saham mengangkat Komisaris melalui mekanisme fit and proper test berdasarkan pertimbangan keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman dan kelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemajuan Perusahaan.
Komposisi Komisaris harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan secara efektif, tepat dan cepat serta bertindak secara independen.
Masa jabatan anggota Komisaris ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali selama 1 (satu) kali masa jabatan.
Pengangkatan anggota Komisaris tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi, kecuali untuk pertama kalinya pada waktu pendirian.
Anggota Komisaris sewaktu-waktu dapat diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya.
3. Jumlah dan Komposisi KomisarisPengawasan Perusahaan dilakukan oleh Komisaris yangpaling sedikit terdiri dan 2
11
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
(dua) orang anggota Komisaris, seorang diantaranya diangkat sebagai Komisaris Utama.
Sedangkan komposisi (jumlah dan kompetensi) anggota Komisaris ditetapkan sedemikian rupa sehingga paling sedikit 2 (dua) orang anggota Komisaris dan seorang diantaranya diangkat sebagai Komisaris Utama, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara independen.
4. Komisaris IndependenPaling sedikit 20% dari anggota Komisaris harus berasal dari kalangan di luar perusahaan (Komisaris Independen) dengan ketentuan sebagai berikut:
Tidak menjabat sebagai Direksi di perusahaan terafiliasi.Tidak bekerja pada Pemerintah termasuk di Departemen dan Lembaga
Kemiliteran dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun.Tidak bekerja di perusahaan atau afiliasinya dalam kurun waktu 3 (tiga)
tahun terakhir.Tidak mempunyai keterkaitan finansial, baik langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan atau perusahaan yang menyediakan barang dan jasa kepada perusahaan dan afiliasinya.
Bebas dari kepentingan dan aktivitas bisnis atau hubungan lain yang dapat menghalangi atau mengganggu kemampuan Komisaris untuk bertindak atau berpikir secara bebas di lingkup perusahaan.
5. Kinerja KomisarisKinerja Komisaris akan dievaluasi setiap tahun oleh Pemegang Saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Secara Umum, kinerja Komisaris ditentukan berdasarkan tugas kewajiban yang termaktub dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar PT. Pusri Palembang, amanat Pemegang Saham dan proses pemenuhan tanggung jawab tersebut.
Kriteria evaluasi formal disampaikan secara terbuka kepada Komisaris sejak pengangkatannya. Kriteria evaluasi individu mencakup kehadiran dalam rapat-rapat, kontribusi dalam proses pengambilan keputusan, keterlibatan dalam penugasan tertentu, dan komitmen dalam memajukan kepentingan Perusahaan.Hasil evaluasi terhadap kinerja Komisaris secara keseluruhan dan kinerja masing-masing anggota Komisaris secara individual akan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam skema remunerasi untuk Komisaris.
Evaluasi terhadap Komisaris adalah untuk meningkatkan efektifitas Komisaris
12
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
dan tidak ditunjuk untuk mencari kesalahan Komisaris secara individu.
Peningkatan kontribusi Komisaris dalam pengawasan dan memberikan nasehat untuk pengelolaan Perusahaan didasarkan pada ketentuan berikut:
Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris harus mematuhi Anggaran Dasar dan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Komisaris bertanggungjawab dan berwenang mengawasi tindakan Direksi dan memberikan nasehat kepada Direksi.
Komisaris harus memantau efektifitas praktek Good Corporate Governance (GCG) yang diterapkan perusahaan.
Komisaris mengadakan rapat internal secara berkala, yaitu sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.
Komisaris harus menetapkan tata tertib Rapat Komisaris dan mencantumkannya dengan jelas dalam risalah Rapat Komisaris di mana tata tertib tersebut ditetapkan.
Seorang anggota Komisaris hanya dapat diwakili oleh1 (satu) orang anggota Komisaris lainnya dalam suatu Rapat Komisaris.
Risalah Rapat Komisaris harus dibuat untuk setiap Rapat Komisaris dan dalam risalah rapat tersebut harus dicantumkan pendapat yang berbeda (dissenting opinion) dengan apa yang diputuskan dalam Rapat Komisaris (bila ada).
6. Mekanisme Kerja Komisaris dan DireksiPT. Pusri Palembang menerapkan sistem Komisaris dan Direksi dalam struktur corporate governance. Kami yakin bahwa pilar Good Corporate Governance (GCG) sangat bergantung kepada integritas dan kualitas kepemimpinan, utamanya dari Komisaris dan Direksi. Untuk itu kami menetapkan kebijakan dan praktek yang diperlukan bagi Komisaris dan Direksi. Kebijakan tersebut antara lain meliputi kriteria keanggotaan, penilaian kinerja, mekanisme kerja dan tata hubungan Komisaris dan Direksi, baik secara kolegial maupun individual.
Kami yakin bahwa independensi Komisaris dan Direksi di dalam pengawasan serta pengurusan perusahaan merupakan persyaratan tercapainya proses pengambilan keputusan yang objektif. Komisaris dan Direksi selalu mempertimbangkan pendapat pihak independen dengan didasarkan kepada pengetahuan dan pengalaman untuk mengambil keputusan secara amanah dan berhati-hati.
Dengan didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, kami telah dengan tegas memisahkan fungsi serta peranan Komisaris dan Direksi. Peran
13
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Komisaris, terutama memberikan pengawasan, arahan, dan pandangan strategis kepada Direksi, baik secara kolektif maupun individual, sedangkan Direksi melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari sedemikian rupa sehingga memenuhi sasaran yang diminta oleh Pemegang Saham.
Namun demikian di dalam hubungan kerja Direksi dan Komisaris, kami menyadari pentingnya masing-masing pihak dalam menjaga hubungan kerja satu dengan lainnya atas dasar prinsip-prinsip kebersamaan dan rasa saling menghargai, menghormati fungsi dan peranan masing-masing di dalam organisasi perusahaan.
7. Hubungan Kerja Komisaris dengan DireksiKomisaris akan menyelenggarakan pertemuan konsultatif secara teratur dengan Direksi untuk membicarakan masalah bisnis yang relevan. Di luar itu, Komisaris berhak meminta dilaksanakannya pertemuan dengan Direksi manakala situasi dianggap memerlukannya.
Dalam setiap pertemuan apa pun, informasi dan data yang penting untuk pemahaman Komisaris akan diberikan secara tertulis sebelum pertemuan untuk menjamin tersedianya waktu bagi Komisaris dalam memahami permasalahan yang akan dibahas. Bila perlu, Direksi akan membuat ringkasan bahan tersebut sepanjang tidak mengurangi esensi informasi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
Komisaris mempunyai akses penuh terhadap Direksi, termasuk terhadap informasi atau dokumen yang relevan yang disimpan oleh Direksi. Pelaksanaan hak Komisaris ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak boleh mengganggu pelaksanaan operasional perusahaan.
Agar dapat menjalankan fungsinya secara lebih efektif, apabila diperlukan, Komisaris berhak mendapat saran secara profesional dari pihak independen atas beban perusahaan atas hal-hal yang menjadi tanggungjawab profesional Komisaris. Komisaris berhak membentuk komite-komite sebagai alat bagi Komisaris dalam menjalankan fungsinya.
8. Komite-Komite pada KomisarisDalam upaya menerapkan praktik terbaik (best practices), PT. Pusri Palembang telah membentuk Komite Audit dan Komite Investasi & Manajemen Risiko. Pembentukan Komite tersebut merupakan upaya untuk membantu dan meningkatkan kinerja pengawasan dari Komisaris yang juga disesuaikan dengan proses bisnis Perusahaan.
Komite AuditKeanggotaan Komite Audit:
14
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Anggota Komite Audit terdiri dan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang anggota Komisaris dan 2 (dua) orang ahli yang bukan merupakan pegawai perusahaan.
Salah satu anggota Komisaris bertindak sebagai Ketua Komite Audit.Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota Komite Audit adalah :
Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja yang cukup di bidang pengawasan / pemeriksaan dan bidang-bidang lainnya yang relevan dan dianggap perlu.
Tidak memiliki kepentingan / keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap perusahaan.
Mampu berkomunikasi secara efektif.Pembentukan Komite Audit harus didukung dengan Komite Audit Charter
yang ditandatangani oleh Komisaris Utama, yang didalamnya harus mencakup wewenang dan tanggungjawab sebagai berikut:
Mengusulkan Auditor Eksternal melalui proses seleksi.Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yangdilakukan oleh Satuan
Pengawasan Intern maupun Auditor Eksternal.Memberikan rekomendasi penyempurnaan sistem pengendalian internal
serta pelaksanaannya.Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan
terhadap informasi yang dikeluarkan Perusahaan, termasuk brosur, laporan keuangan berkala, proyeksi/forecast dan lain-lain informasi keuangan yang disampaikan kepada pemegang saham.
Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris.Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris sepanjang masih
dalam lingkup tugas dan kewajiban Dewan Komisaris berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Komite Investasi dan Manajemen Risiko
Komite Investasi dan Manajemen Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam hal-hal sebagai berikut :
Menetapkan, memperbaharui, menyempurnakan kebijakan Manajemen Risiko di Perusahaan.
Melakukan analisa dan evaluasi terhadap rencana investasi pengembangan perusahaan dan risiko usaha serta asuransi Perusahaan.
15
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Mengidentifikasikan seluruh risiko yang mungkin timbul sehubungan dengan kegiatan perusahaan dan melakukan evaluasi secara berkala atas penerapan Manajemen Risiko di Perusahaan.
Mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris sepanjang masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Dewan Komisaris berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Komite Investasi dan Manajemen Risiko diberi kewenangan untuk menunjuk konsultan.
Komite-komite harus melaporkan pelaksanaan tugasnya dan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. Anggota komite wajib bertindak independen dan tidak mempunyai kewenangan operasional di dalam struktur dan mekanisme pengambilan keputusan di dalam Perusahaan.
Anggota Komite diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris atas beban perusahaan.
Direksi
Direksi adalah Organ Perusahaan yang bertanggungjawab penuh atas pengelolaan Perusahaan, secara sehat dan ber-etika sesuai dengan ketentuan / peraturan yang berlaku untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan serta mewakili perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.
Direksi bertindak secara cermat, berhati-hati dan mempertimbangkan aspek penting yang relevan dalam pelaksanaan tugasnya. Direksi harus menghindari kondisi di mana tugas dan kepentingan perusahaan berbenturan atau mempunyai potensi berbenturan dengan kepentingan pribadi, termasuk kepentingan perusahaan dengan kepentingan anak perusahaan. Apabila hal demikian terjadi atau mungkin terjadi, maka Direktur yang bersangkutan akan mengungkapkan benturan atau potensi benturan kepentingan tersebut kepada Komisaris danDireksi serta selanjutnya Komisaris yang akan menentukan langkah yang diperlukan.
Direksi secara tepat waktu dan teratur melaporkan kepada Pemegang Saham secara lengkap dan jujur semua fakta material berkenaan dengan urusan perusahaan, kecuali apabila pengungkapan tersebut justru akan merugikan kepentingan perusahaan secara keseluruhan.
1. Kriteria Anggota Direksi
16
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Kriteria pokok bagi Direksi ialah sebagai berikut:
Memiliki integritas, etika pribadi dan profesional.Memiliki keahlian khusus yang sangat diperlukan dan bermanfaat bagi
perusahaan.Memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai di dalam industri
pupuk, petrokimia dan jasa teknik terkait.Memiliki bidang keahlian yang berhubungan dengan permasalahan bisnis.Memahami teknologi dan proses bisnis Perusahaan.Menghargai pandangan pihak lain dan tidak kaku dalam memandang
masalah.Memiliki komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam memajukan usaha
sesuai dengan fungsi dan peran yang diamanatkan kepadanya.Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundangan yang berlaku
termasuk peraturan Perusahaan.Mampu mewakili Perusahaan di hadapan publik, Pemegang Saham dan
stakeholders lainnya.Mempunyai keinginan kuat secara obyektif meningkatkan kemampuan
manajemen bagi kepentingan Perusahaan.Mempunyai pemikiran yang positif dan terbuka berkaitan dengan setiap
masalah, kebijakan dan aktivitas yang dapat mempengaruhi kepentingan Perusahaan secara umum.
2. Jumlah dan Komposisi DireksiJumlah Direksi minimal 2 (dua) orang, sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas usaha perusahaan. Dalam menentukan komposisi Direksi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan putusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara independen, dalam arti tidak mempunyai kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis.
Paling sedikit 20 % (dua puluh persen) dari jumlah anggota Direksi dapat berasal dan kalangan di luar perusahaan yang bebas dari pengaruh anggota Komisaris dan anggota Direksi lainnya serta Pemegang Saham.
Susunan organisasi Direksi sekurang-kurangnya mencerminkan fungsi pengelolaan produksi, pemasaran, risiko dan keuangan.
3. Rapat Direksi
17
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Direksi akan melakukan pertemuan secara teratur, sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali untuk membicarakan masalah dan bisnis perusahaan, pembuatan keputusan yang dipandang perlu dan juga membuat evaluasi pelaksanaan bisnis perusahaan. Direksi juga akan selalu berkoordinasi dengan Komisaris dalam rapat koordinasi minimal 1 (satu) bulan sekali. Disamping rapat terjadual, Rapat Direksi dapat dilakukan kapanpun apabila diperlukan.
Dalam setiap rapat akan dibuat notulen rapat yang mampu menggambarkan situasi yang berkembang, proses pengambilan keputusan, argumentasi yang dikemukakan, kesimpulan yang diambil serta pernyataan berkeberatan (dissenting opionion) terhadap kesimpulan rapat apabila tidak terjadi kebulatan pendapat.
4. Kebijakan Menggunakan Saran ProfesionalPT. Pusri Palembang menetapkan kebijakan, jika diperlukan, Direksi dapat menggunakan saran profesional yang independen dalam pelaksanaan tugasnya sesuai peraturan perundang-undangan.
Dalam kondisi tertentu PT. Pusri Palembang akan memperbolehkan bagi Direksi untuk mendapat saran profesional atas beban perusahaan. Hal ini tidak berlaku apabila Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan. Penerapan kebijakan ini atas persetujuan Komisaris.
5. Kinerja DireksiRUPS PT. Pusri Palembang menetapkan kriteria evaluasi kinerja Direksi dan anggota Direksi yang didasarkan pada target kinerja dalam kontrak manajemen serta komitmennya di dalam memenuhi arahan Pemegang Saham. Kontrak manajemen ditandatangani oleh Direksi yang bersangkutan pada saat pengangkatan dan diperbaiki setiap tahunnya. Kinerja Direksi akan dievaluasi setiap tahun oleh Pemegang Saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berdasarkan kriteria evaluasi kinerja yang telah ditetapkan.
Kriteria evaluasi formal bagi anggota Direksi disampaikan secara terbuka kepada Direksi sejak pengangkatannya. Kriteria evaluasi bagi anggota Direksi mencakup target kinerja yang telah ditetapkan, kehadiran dalam rapat-rapat, kontribusi dalam pengambilan keputusan, keterlibatan dalam penugasan tertentu serta komitmen dalam memajukan kepentingan perusahaan.
Hasil evaluasi terhadap kinerja Direksi secara keseluruhan dan masing-masing anggota Direksi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam skema kompensasi untuk Direksi.
Sekretaris Perusahaan
Perusahaan menyadari sepenuhnya mengenai pentingnya peranan Sekretaris Perusahaan dalam memperlancar hubungan antar Organ Utama Perusahaan (RUPS, Komisaris, Direksi) dalam hubungan antar perusahaan dengan
18
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
stakeholders. Secara struktural, Sekretaris Perusahaan bertanggungjawab kepada Direktur Utama dan memiliki kewenangan yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. Sekretaris Perusahaan akan mengikuti perkembangan peraturan-peraturan yang berlaku dan memastikan perusahaan memenuhi peraturan tersebut. Sekretaris Perusahaan akan memberikan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya kepada Direksi secara berkala dan kepada Komisaris apabila diminta oleh Komisaris.
Dalam pelaksanaan tugasnya ada 4 (empat) fungsi utama yang dilaksanakan oleh Sekretaris Perusahaan. Keempat fungsi utama tersebut adalah :
1. Compliance officer, mengikuti perkembangan peraturan-peraturan yang berlaku dan memastikan bahwa perusahaan memenuhi peraturan tersebut. Perusahaan akan mengungkapkan informasi yang perlu kepada pihak yang berkepentingan berkaitan dengan peraturan tertentu.
2. Stakeholders relation, memberikan pelayanan kepada Pemegang Saham, Komisaris, Direksi, serta stakeholders lainnya atas informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pelayanan ini dimaksudkan untuk terciptanya transparansi dan disclosure antara perusahaan dengan stakeholders.
3. Business information, memberikan informasi segera atas kejadian aktual yang sebenarnya terjadi di perusahaan sebagai respon atas adanya rumor-rumor atau isu-isu, baik yang bersifat positif maupun negatif kepada stakeholders. Mengelola media relations, website, press release, dan press conference yang dimaksudkan agar citra positif perusahaan dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.
4. Liaison Officer, sebagai penghubung, menatausahakan dan menyimpan dokumen perusahaan, termasuk tetapi tidak terbatas pada Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, risalah rapat Direksi, rapat Dewan Komisaris dan RUPS.
Satuan Pengawasan Intern
Satuan Pengawasan Intern (SPI) merupakan Organ Pendukung Direksi yang berfungsi sebagai pengawas serta penyedia jasa konsultasi, jaminan obyektif independen untuk menambah nilai dan meningkatkan/memperbaiki operasi perusahaan dan dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada Direktur Utama.
19
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
SPI wajib memiliki Internal Audit Charter / Piagam Audit Intern untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya, yang ditandatangani oleh Direktur Utama.
SPI dalam menjalankan fungsinya wajib melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan operasional perusahaan yang dapat mengarahkan kepada upaya-upaya berikut:
1. Perbaikan dan penyempurnaan berbagai sistem dan prosedur dalam proses bisnis perusahaan
2. Peningkatan efisiensi melalui pengurangan pemborosan dan peningkatan efektifitas perusahaan melalui penilaian pencapaian strategi bisnis perusahaan.
3. Membantu menciptakan struktur pengendalian internalyang baik yang meliputi dan melalui tahapan :
4. Lingkungan pengendalian internal yang disiplin dan terstruktur.5. Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha.6. Aktivitas pengendalian.7. Sistem informasi dan komunikasi.8. Monitoring terhadap kualitas sistem pengendalian internal.9. Memastikan bahwa struktur pengendalian internal telah dipatuhi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Auditor Ekternal
Auditor Eksternal merupakan auditor yang ditunjuk oleh RUPS untuk menyatakan opini atas laporan keuangan yang disusun manajemen, apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
Untuk dapat memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan, Auditor Eksternal harus menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan standar dan kode etik profesi.
Perusahaan wajib memberikan keleluasan kepada Auditor Eksternal untuk dapat menjalankan tugas Auditor Eksternal tersebut.
Persyaratan Auditor Eksternal.
20
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
1. Auditor Eksternal tersebut harus bebas dari pengaruh Komisaris, Direksi dan pihak yang berkepentingan di perusahaan (Stakeholders).
2. Auditor Eksternal harus merahasiakan infomasi yang diperoleh sewaktu melaksanakan tugasnya maupun setelahnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku kecuali disyaratkan lain.
External Governance
Perusahaan dalam menjalankan usahanya sangat dipengaruhi oleh berbagai aturan yang mendasari pembentukannya maupun aturan dan pemerintah selaku regulator, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pencapaian kinerjanya.
Aturan-aturan yang mengikat perusahaan dalam menjalankan usahanya antara lain meliputi:
1. Penentuan tentang besaran harga jual, daerah pemasaran dan besarnya subsidi pupuk.
2. Kebijakan biaya, investasi, anggaran dan sebagainya.
Di samping itu, dalam kegiatan operasional perusahaan lainnya masih sangat
tergantung dengan instansi lain, khususnya Departemen Perindustrian,
Departemen Perdagangan, Departemen Keuangan, Departemen Pertahanan,
Departemen ESDM, Kementerian Koordinator Perekonomian dan DPR serta
Pemerintah Daerah. Hal-hal yang di luar kendali perusahaan tersebut, yang dapat
mempengaruhi kinerja, wajib dipatuhi, dipantau dan diperhatikan agar tidak
menimbulkan gejolak pada perusahaan.
(http://www.pusri.co.id/)
2.1. Proses Produksi
Berikut Diagram Overall Pabrik PUSRI Palembang:
21
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Gambar I.2. Diagram Overall Pabrik PUSRI Palembang
120-C Ammonia Separator 146-D dan Syntesis gas Compressor 103-J.
Umpan converter dipanaskan di 121-C sampai temperatur 175,6 oC. Gas yang sudah dipanaskan dialirkan ke 105-D. Konsentrasi inlet
amonia desain ke 105-D = 1.79 %- mol.
48
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Amonia dihasilkan oleh reaksi Hidrogen dan Nitrogen :
3H2 + N2 ⇔ 2 NH3
Reaksi bersifat eksotermis dan dibatasi oleh kesetimbangan kimia. Oleh
karena itu reaksi run-away tidak dapat terjadi dengan mudah. Konsentrasi
amonia outlet converter desain adalah 20,31 %-mol.
105-D menggunakan desain converter horizontal KBR tiga tahap.
Converter ini merupakan desain vesel bertekanan dengan dinding yang
dingin, dimana umpan gas yang bertemperatur relatif lebih rendah
dilewatkan melalui anulus antara basket dan vesel bertekanan untuk
menjaga pendingin vesel bertekanan yang membuat converter secara
mekanis menjadi lebih kuat dan lebih efektif dari segi biaya. 105-D berisi
basket yang bisa dipindah-pindah, yang meliputi empat fixed bed katalis
dan dua heat exchanger. Pola aliran gas di 105-D diatur sedemikian rupa
sehingga semua syn gas lewat melalui semua katalis. Hal ini menghasilkan
konversi maksimum. Setiap bed katalis diisi dengan sebagian besar katalis
promoted iron berukuran 1,5-3,0 mm.
Umpan converter dibagi menjadi tiga aliran. Aliran pertama
(sekitar 60% dari total flow) melewati anulus 105-D, mendinginkan shell
bagian luar, dan kemudian dipanaskan dengan gas outlet Bed 1 di
lnterchanger 122-C1. Aliran kedua dipanaskan dengan gas outlet Bed 2 di
lnterchanger 122-C2. Aliran ketiga tidak dipanaskan dan diumpankan
langsung ke inlet Bed 1 untuk mengontrol temperatur inlet.
Ketiga aliran ini digabungkan, dan total gas melewati katalis di bed
1, didinginkan di 122-C1, melewati katalis di bed 2, didinginkan di 122-
C2, dan melewati katalis di bed 3A dan 3B. Karena tidak ada pendinginan
antara bed 3A dan 3B , kedua bed ini berfungsi sebagai single
thermodynamic bed. Dengan mengatur flow gas ke ketiga aliran inlet 105-
D dan mengatur flow BFW dan bypass 123-C, temperatur inlet untuk
masing-masing bed dapat dikontrol secara individual.
49
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Berikut ini adalah perkiraan temperatur inlet dan outlet gas setiap
bed, pada EOR, temperatur optimum aktual, umumnya lebih rendah dari
EOR, akan ditentukan dalam operasi setelah commissioning untuk
memaksimalkan konversi amonia per bed:
EOR OperasiTemperatur Inlet
oC
Temperatur Outlet
oC
Konsentrasi NH3 Outlet
% molBed-1 380 527 10.89Bed-2 400 478 16.25
Bed-3 A/B 391 446 20.31
Katalis converter amoniak yang baru, harus direduksi terlebih dahulu.
Reduksi dilakukan dengan menggunakan syngas front end. Syngas
disirkulasikan ke sintesis loop oleh 103-J dan dipanaskan di Startup Heater
(102-B). Pembakaran di 102-B menggunakan fuel gas alam.
Kondisi di 105-D dikontrol dengan hati-hati untuk mendapatkan
rate reduksi katalis yang tepat. Bed katalis tereduksi secara berurutan.
Proses reduksi menghasilkan air, yang dipisahkan dalam 146-D. Untuk
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk reduksi katalis, bed pertama
biasanya diisi dengan katalis pre-reduced. 102-B juga digunakan selama
start-up, untuk memanaskan katalis di 105-D sampai tercapai temperatur
di mana reaksi sintesis terjadi dengan sendirinya. Reduksi katalis
dilakukan dengan mengikuti kriteria pemanasan yang disediakan oleh
vendor katalis. Kandungan air dalam gas yang melewati katalis sama
seperti kenaikan temperatur dikontrol sampai katalis aktif sepenuhhnya.
Outlet converter didinginkan terlebih dahulu di Ammonia
Converter Effluent/BFW Preheater and steam generator 123-C1/C2 dan
menghasilkan steam HP. HE ini didesain khusus oleh KBR dan bundel
tube berupa U-tube. BFW/steam berada di sisi tube. Pendinginan lebih
lanjut berlangsung di Ammonia Converter Feed/Effluent Exchanger 121-C
dan kemudian didinginkan menggunakan cooling water di 124-C1/C2.
Karena konversi reaksi yang tinggi terjadi di 105-D, maka titik embun
50
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
outlet converter lebih tinggi beberapa derajat dari temperatur outlet 124-
C1/2. Hal ini akan menghemat beban di sistem refrigerasi selanjutnya.
Outlet converter selanjutnya didinginkan dan dikondensasikan di
Ammonia Unitized Chiller 120-C. HE ini mendinginkan outlet converter
dengan bertukar panas dengan gas recylce yang kembali dari Ammonia
146-D, dan dengan titik didih amoniak cair pada empat temperatur yang
berbeda (14,6 °C, -4.5 °C, -18.5 °C dan -33,3 °C). Integrasi desain chiller
ini menggantikan empat chiller terpisah, HE gas dingin, empat KO drum
refrigerant dan pipa interkoneksi. Banyaknya las-lasan, koneksi
instrumentasi dll, menjadi potensi sumber kebocoran. Dengan
penyederhanaan ini potensi kebocoran tersebut dapat dikurangi.
Disamping itu operator bisa lebih mudah mengamati dan menjaga kondisi
operasi.
Secara mekanikal, 120-C terdiri dari beberapa tube konsentris, di
mana amoniak mendidih mengalir melalui kompartemen. Syngas recycle
dari 146-D melewati tube sisi dalam secara counter current dengan
effluent gas outlet converter yang mengalir di anulus antar tube. Jadi, gas
outlet converter didinginkan dari luar dengan menggunakan refrigeran
amoniak dan dari dalam dengan gas recycle dingin.
Outlet converter didinginkan sampai temperatur -17,8 °C. Amonia
yang terkondensasi dipisahkan di 146-D dan dikirim ke Ammonia
Letdown Drum (147-D), yang beroperasi pada tekanan 19 kg/cm2A. Di
147-D, syngas yang terlarut dalam amoniak terlepas. Gas yang terlepas
dikirim ke LP Ammonia Scrubber (123-D).
Amonia cair dari bottom 147-D dikirim ke Ammonia Refrigerant
Receiver (149-D), kemudian ke kompartemen 4 120-CF4 dan
kompartemen 1 120-CF1 Unitized Chiller sebelum ditransfer ke tangki
Storage Amonia. Amonia panas dari 149-D langsung ditransfer ke pabrik
Urea menggunakan 113-J/JA. Sejumlah kecil amoniak selalu dialirkan ke
top bed 149-D untuk keperluan penyerapan amonia.
51
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Gas dari 146-D dipanaskan kembali di 120-C dan kemudian
kembali ke suction kompresor 103-J. Untuk mencegah akumulasi inert
(metana dan argon) di sintesis loop, sekitar 2,7% gas dari 146-D
dipurging. Flow gas yang dibuang diatur untuk menjaga kandungan inert
total di inlet converter sekitar 3,5 %-mol. Untuk kasus produksi 2160
MTPD, purge gas dikirim ke HP Ammonia Scrubber (124-D) untuk
menyerap amonia yang terkandung dalam purge gas sebelum digabung
dengan umpan purifier.
m. Sistem Refrigerasi Amonia
Sistem refrigerasi menyediakan proses berikut :
- Pendinginan gas outlet converter di 120-C untuk
mengkondensasikan amonia
- Memproduksi produk amoniak cair dingin (-33 oC)
- Memproduksi produk amoniak cair panas (38 oC)
- Pendinginan make up syngas di Methanator Effluent Chiller 130-
C
- Kondensasi vapor amoniak yang direcover dari Ammonia
Distillation Column 125-D untuk kasus 2160 MTPD
- Kondensasi Vapor amoniak dari storage.
Produk amonia dingin diproduksi di kompartemen 1 120-CF1, dengan cara
flashing produk amonia cair produk dari 147-D. Jika dibutuhkan, sistem
dapat memproduksi seluruh produk amonia sebagai amoniak dingin. Hal
ini dilakukan jika pabrik urea, yang menggunakan produk amonia panas,
shutdown. Amonia dingin dikirim ke tangki storage menggunakan Cold
Ammonia Produk Pump 124-J/JA. Sekitar 0,2% kondensat diinjeksian ke
dalam produk amoniak dingin, untuk mencegah stress corrosion cracking
di tangki storage.
Ketika pabrik urea shutdown, Kompressor 105-J didesain pada
kapasitas penuh untuk bisa memproduksi semua produk sebagai amonia
dingin. Ketika pabrik urea beroperasi, 1.595 MTPD amonia diproduksi
52
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
sebagai produk amonia panas dan 405 MTPD sebagai produk amonia
dingin. Refrigerant dan vapor amonia yang dikembalikan 130-C
terintegrasi dengan kompartemen panas dari 120-C, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Vapor amonia dari keempat kompartemen 120-C, dan dari storage
amonia ditarik oleh Amonia Refrigeration Compressor 105-J. 105-J
mempunyai kickback untuk mencegah surging. Vapor amonia dikompresi
ke tekanan 16,2 kg/cm2A, tekanan ini cukup untuk memungkinkan
terjadinya kondensasi dengan cooling water.
105-J merupakan kompresor sentrifugal yang terdiri dari empat
casing dan digerakkan oleh turbin steam 105-JT menggunakan steam HP
dan outlet turbin ke header steam MP. Amonia yang sudah dikompresi
dikondensasikan di Refrigerant Kondensor 127-C, dan mengalir ke
Refrigerant Receiver 149-D. Dari sini, amonia dapat dikirim sebagai
produk amonia panas menggunakan Warm Amonia Produk Pump
113-J/JA. Produk amonia panas dialirkan ke pabrik urea. Sejumlah kecil
amonia digunakan sebagai refluks di sistem recovery amonia.
Pompa injeksi amonia 120-J disediakan untuk digunakan selama
reduksi katalis converter amonia. Pompa digunakan pada saat awal
menginjeksikan amonia ke gas proses untuk menghindari pembekuan air
dalam amonia pada tahap awal reduksi katalis.
Amonia dari Ammonia Letdown Drum 147-D masuk ke 120-CF4
dan 149-D seperti dijelaskan di atas. Tergantung pada mode produksi,
dingin atau panas, amonia cair dari 147-D dialirkan ke salah satu dari 120-
CF1 atau 120-CF4. Refrigerant amonia cair secara berurutan mengalir dari
kompartemen bertekanan lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah
melalui level control untuk mencapai duty refrigerasi.
n. Sistem Recovery Purge Gas (Kasus 2160 MTPD)
Seperti dijelaskan di atas, purge gas dari sintesis loop dikirim ke
Ammonia Scrubber (124-D), yang memiliki dua packing bed. Di 124-D,
53
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
purge gas di-scrub dengan air untuk merecover amonia sebagai larutan
aqua amonia. Demikian pula dengan flash gas dan gas inert digabungkan
dan di-scrub di 123-D, aqua amonia outlet digabungkan dengan larutan
outlet dari 124-D dengan menggunakan Pump 160-J/JA.
Larutan aqua-amonia dipanaskan di Ammonia Distillation Column
Feed/Effluent Exchanger (161-C), dan kemudian diumpankan ke
Ammonia Distillation Column (125-D). 125-D memiliki dua packed bed
di stripping section, dan satu packed bed rectifying section. Di 125-D
amoniak didestilasi dari larutan aqua-amoniak, dan vapor amoniak murni
dikirim ke 127-C. Panas untuk distilasi di 125-D disediakan oleh
Ammonia Distillation Column Reboiler 160-C, yang dipanaskan dengan
Steam MP. Refluks untuk 125-D menggunakan amoniak cair dari Hot
Ammonia Produk Pump 113-J/JA. Purge gas yang bebas amoniak keluar
dari top 124-D kemudian di recycle ke downstream Methanator Effluent
Cooler 115-C.
Sirkulasi air penyerap dilakukan dengan mendinginkan air dari
bottom 125-D di 161-C, dan tekanan larutan dinaikkan dengan
menggunakan Feed Ammonia Scrubber Pump 161-J/JA untuk
diumpankan ke 124-D. Sirkulasi air ke 123-D menggunakan 161-J / JA.
Untuk menjaga keseimbangan air dalam sistem recovery amonia, sejumlah
kecil kondensat dari 160-C ditambahkan ke bottom 125-D. Sebuah bypass
disediakan di 124-D, yang digunakan jika sistem recovery amonia
shutdown.
o. Stripping Kondensat Proses
Kondensat proses dari Raw Gas Separator 142-D1 mengandung
pengotor yang terlarut termasuk amonia, methanol dan CO2. Kondensat
proses dipanaskan dalam Condensate Stripper Feed/Effluent Exchanger
188-C dan dikirim ke Proses Condensate Stripper 130-D. 130-D memiliki
dua packed bed. Di 130-D, pengotor dipisahkan dari kondensat proses
dengan stripping menggunakan steam MP. Kondensat yang sudah
54
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
distripping didinginkan di 188-C, dan selanjutnya didinginkan sampai
temperatur 39 °C dengan Cooling water Stripped Condensate Cooler 174-
C. Kondensat dingin yang sudah distripping dikirim ke polisher offsite
untuk digunakan kembali sebagai air demin.
Steam keluar dari top 130-D mengandung pengotor dari kondensat
proses. Steam ini dicampur dengan steam yang lewat bypass, dan dikirim
ke gas proses/steam mixing untuk menjadi umpan reformer. Pengotor akan
diolah di Primary Reformer 101-B dan tidak akan dibuang ke lingkungan.
Diharapkan proses stripping yang tepat dapat dicapai dengan rasio flow
steam terhadap kondensat sebesar 0,3 : 1. Untuk menjamin kinerja selama
kontingensi, 130-D dirancang untuk rasio steam terhadap kondensat
sebesar 0,4 : 1. Hal ini untuk mengingatkan bahwa penggunaan rasio
steam lebih tinggi dari 0,3 : 1 dapat menyebabkan kondensat outlet
menjadi asam yang agresif untuk logam. Untuk itu, pH kondensat harus
dimonitor secara ketat setiap saat dan flow steam yang lebih rendah
digunakan untuk mendapatkan keseimbangan yang tepat antara pH dan
kualitas kondensat.
p. Sistem Steam
Pabrik amonia menggunakan tiga tingkat tekanan steam yaitu HP,
MP, dan LP. Header MP steam terhubung ke sistem steam pabrik OSBL
(Off Site Battery Limit ) keseluruhan. Kondisi header steam adalah
sebagai berikut:
Pabrik amonia menghasilkan steam HP di Secondary Reformer Waste
Heat Boiler (101-C), HTS Effluent/BFW Preheater dan Steam Generator (103-
55
Header Tekanan Temperatur
High Pressure ( HP ) 123.1 Kg/cm2 510 oC
Medium Pressure ( MP ) 46.9 Kg/cm2 386 oC
Low Pressure ( LP ) 3.5 Kg/cm2 228 oC
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
C1/C2), dan di Amonia Converter Effluent/BFW Preheater dan Steam Generator
123-C1/C2. Sejumlah kecil Steam HP jenuh digunakan untuk Methanator Startup
Heater (172-C) dan sisanya dipanaskan menjadi steam superheated di HP Steam
Superheater (102-C) dan Coil superheater di Primary Reformer 101-B. HP steam
superheated digunakan untuk menggerakkan turbin 103-JT & 105-JT. Di turbin
103-JT, sebagian steam diekstraksi menjadi Steam MP dan sisanya dikondensasi
di Surface condenser 103-JTC. Kondensat dipompa ke offsite menggunakan
pompa kondensat 123-J/JA. Turbin 105-JT merupakan turbin back-pressure,
dimana steam outlet turbin berupa steam MP.
Selama start up pabrik, sampai rate pabrik belum dapat
memproduksi steam secara mandiri maka Steam MP diimpor dari Offsite.
Steam MP yang tidak digunakan dalam pabrik amoniak diekspor ke
OSBL. Pada kondisi normal, pabrik amoniak didesain untuk mengekspor
37 ton/jam steam MP. Karena pabrik dimulai secara bertahap, setelah
synloop online, pabrik amonia akan menghasilkan cukup steam HP dan
dapat melakukan ekspor steam MP. Header steam MP dikonfigurasikan
untuk dipanaskan dan di press up dengan menggunakan steam impor pada
saat start up.
Letdown steam lengkap dengan desuperheater disediakan dari
steam HP ke MP. Pada saat normal tidak digunakan, karena 103-JT
disetting untuk memenuhi semua kebutuhan steam MP untuk
memaksimalkan efisiensi energi sistem secara keseluruhan.
Steam MP yang diperoleh dari 103-JT dan 105-JT digunakan untuk
mensupplai steam yang diperlukan oleh proses, berikut :
- Steam proses ke Primary Reformer 101-B. Sebagian steam mengalir
melalui Stripper Proses Kondensat 130-D.
- Steam proses ke line udara Secondary Reformer 103-D.
- Steam ke reboiler amoniak 160-C.
- Steam ke Mol. Sieve Regeneration Heater 183-C.
- Steam ke LTS Startup Heater 175-C.
56
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Kondensat dari tiga item terakhir dialirkan ke Deaerator 101-U. Steam
MP juga digunakan untuk menggerakkan ID/FD Fan, Semi Lean Pump
(107-JB), Lean Pump (108-J), BFW Pump Turbine (104-JT), Feed Gas
Compressor (102-J) dan Air Compressor (101-J).
Exhaust dari 104-JT dan 102 JT mengalir ke Surface condenser 102-
JTC sedangkan exhaust 103-JT mengalir Surface condenser 103-JTC dan
exhaust 101-JT mengalir ke Surface condenser 101-JTC. Dari kondensor,
kondensat dipompakan ke header Demin inlet 109-C menggunakan pompa
Kondensat 118-J/JA (101-JTC), 119-J/JA (102-JTC) dan 123-J/JA (103-
JTC). Pompa 119-J/JA juga mensupplai jacket water ke reformer.
Header Steam LP berasal dari exhaust turbin ID/FD Fan, Semi Lean
Pump 107-JBT, Lean Pump 108-JT, blowdown 186-D dan letdown steam
MP ke steam LP . Steam LP digunakan oleh peralatan berikut:
- 101-JT, Turbin untuk 101-J sebagai admission steam
- Deaerator 101-U
- Gland Ejector steam turbin
- Ejector di Surface condenser
- Service/stasiun utilitas
Air demin dari offsite dipanaskan oleh larutan OASE di 109-C
kemudian di LTS Effluent/DM Exchanger 106-C. Air yang sudah
dipanaskan mengalir ke 101-U. Tekanan di 101-U dijaga pada 1,73
kg/cm2(G). BFW dari 101-U dipompa oleh Pompa BFW 104-J/JA dan
dipanaskan di LTS Effluent BFW Preheater 131-C. BFW kemudian
terbagi dan dipanaskan secara paralel di 103-C1/C2 dan oleh 123-C1/C2.
Sebanyak 25 % BFW menjadi steam di 103-C sementara di 123-C sekitar
22 %. Nilai vaporisasi ini ditetapkan untuk menjamin pola aliran yang
tepat dalam HE.
103-C dan 123-C memiliki batas vaporisasi maksimum yang harus
diikuti dalam operasional. Laju vaporisasi di 103-C bisa mencapai hingga
30 % sedangkan 123-C sampai 25 %. BFW yang sudah teruapkan
57
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
sebagian, diumpankan ke Steam Drum 141-D. Blowdown 141-D terflash
di 186-D, dan steam yang terflash masuk ke header steam LP.
Untuk melindungi sistem steam terhadap scaling dan korosi, bahan
kimia berikut diinjeksikan ke steam drum:
- Sistem Injeksi Oxygen Scavenger 106-L, diinjeksi ke 101-U
- Sistem Injeksi Amoniak 107-L, diinjeksi ke 101-U
- Sistem Injeksi Fosfat 108-L, diinjeksi ke 141-D
q. Pengontrolan Sistem Steam
Sistem steam dijelaskan di sini dengan singkat dari perspektif
pengontrolan. Filosofi operasi dan narasi kontrol akan memberikan rincian
yang lebih detail. Header steam MP secara umum antara pabrik amonia
dan offsite. Lebih lanjut steam MP normalnya disupplai oleh amoniak ke
OSBL. Header steam HP di pabrik amonia mempunyai letdown steam HP
ke MP menggunakan control valve dengan respon yang cepat jika 103-J
atau 105-J trip.
r. Sistem Cooling Water
Cooling Water disupplai dari offsite pada temperatur 33°C dan
digunakan sebagian besar untuk pendinginan di surface condenser 102-
JTC, 101-JTC dan 103-JTC dan 127-C. Untuk menurunkan penggunaan
cooling water, Surface condenser, 101-JTC, 102-JTC dan 103-JTC
ditempatkan secara seri dengan 127-C. Temperatur CW return ke basin
Cooling tower sekitar 42.8 °C.
Suplai CW harus dialirkan ke berbagai HE di pabrik amonia
setelah cleaning awal dan flushing header setelah mechanial completion.
Perhatian khusus harus dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada
pengotor dan scale yang terbawa ke HE. Kualitas cooling water dikontrol
di OSBL. Distribusi flow CW harus dioptimalkan/seimbang pada saat start
up dan diatur kemudian secara selektif. Untuk kehandalan operasi, sangat
perlu menjaga kecepatan aliran melalui setiap HE mendekati nilai desain
meskipun jika kinerja HE cukup baik dengan flow CW yang rendah.
58
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Pengendapan padatan dan fouling akan terjadi jika kecepatan aliran rendah
(jika flow dikurangi di bawah desain) yang mungkin diikuti oleh korosi
akibat deposit dan kerusakan HE.
s. Heating saat Start up Front-End
Ketika start up dari kondisi dingin, sistem proses dari inlet Feed
Preheat Coil ke Raw Gas Separator akan dipanaskan di atas dew point
steam sebelum memasukkan steam ke katalis. Hal ini untuk memastikan
steam tidak terkondensasi di katalis. Bypass 101-C/102-C akan dibuka
selama pemanasan untuk heat-up HTS dan proses di downstreamnya agar
pemanasan berlangsung efektif.
BFW di bundle 103-C akan dibypass. N2 akan disirkulasikan
melalui line sirkulasi menggunakan 102-J dan firing 101-B digunakan
untuk pemanasan secara bertahap. Di samping heating up katalis, prosedur
ini juga akan membantu mencegah kondensasi steam di fin 103-C yang
sangat penting untuk meminimalkan pembentukan scale dan fouling. 102-J
dirancang secara khusus untuk dua fungsi sirkulasi N2 Front end.
t. Proses setelah 131-J Trip
Jika 131-J trip dan tidak dapat distart kembali, gas proses akan dibypass
dan di venting di downstream. Back-end harus dijaga bertekanan sampai
131-J bisa di start kembali, cold box dapat di line up dengan cepat karena
masih dingin dan masih mengandung level liquid. Alternatif lain, operasi
back end dengan membypass purifier pada rate rendah dapat dilakukan.
(Sumber: Filosofi Proses Pabrik Ammonia P-IIB, 2015).
u. Keselamatan pabrik
Dari sisi K3, Pusri menerapkan standar safety tinggi dalam proses pembuatan pupuk urea, penyimpanan bahan kimia dan produk. Secara rutin dilakukan inspeksi pemeliharaan keamanan dan keselamatan bahan baku, bahan kimia, proses, peralatan dan setiap bahan kimia dilengkapi dengan Safety Data Sheet. Perlindungan ammonia di Pusri sesuai dengan standar NFPA (National Fire Protection Association) 400, Hazardous Materials Code. Ammonia tersebut disimpan dalam tangki yang dijaga pada suhu -33oC dengan tekanan sedikit di atas
59
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
atmosferik. Perlengkapan pengamanan di Tangki Amoniak Pusri berupa Dike, Water Curtain Fog dan spray water di sekeliling tangki untuk meminimalisir paparan suhu panas jika terjadi kebakaran di pabrik sehingga suhu auto ignition 651oC tidak tercapai dan tidak ada zat oksidan yang mudah terbakar di sekitar tangki. PT Pusri Palembang berkomitmen selalu menjaga keselamatan perusahaan dan lingkungan dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Sistem Manajemen Lingkungan. Keseriusan Pusri dalam mengelola keselamatan pabrik tercermin dari apresiasi yang diberikan pihak ke-3 terhadap kinerja K3 Pusri, seperti menerima Bendera Emas SMK3 tahun 2019, IFA (International Fertilizer Association) Protect and Sustain di tahun 2018, dan ditetapkan sebagai Pembina P2K3 Terbaik se-Sumatera Selatan 2019. Selain itu, sebagai salah satu objek vital nasional (OBVITNAS), Pusri juga telah menerapkan Sistem Manajemen Pengamanan berbasis Perpol No. 07 Tahun 2019. Atas kinerja dan hasilaudit yang baik, Pusri menjadi satu-satunya perusahaan Obvitnas yang meraih Sertifikat Gold Mabes POLRI. Manager Humas Soerjo Hartono menegaskan bahwa dalam menjalankan operasional, Pusri menjaga keamanan dan keselamatan baik di tempat kerja maupun lingkungan masyarakat. “Kami menjamin aktivitas operasional pabrik tetap berjalan aman dan sesuai prosedur. Semua dilakukan demi mendukung tercapainya ketahanan pangan, khusus di tengah masa pandemi saat ini. Pangan menjadi sektor utama, dan kami siap mendukung pemerintah untuk menyukseskannya”, tutupnya.(www.pusri.co.id)
BAB III
TUGAS KHUSUS
III.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu tahap penting dalam pembuatan pupuk urea adalah proses
sintesis amonia. Untuk membuat amoniak dibutuhkan gas nitrogen dan gas
hidrogen yang dihasilkan dari tahap pembuatan gas sintesis di unit primary
reformer. Gas sintesis didapatkan dari reaksi steam reforming pada tahap
pembuatan gas sintesis yang dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu pada unit primary
reformer dan secondary reformer. Pada unit primary reformer proses yang terjadi
adalah kontak antara gas alam bebas pengotor dengan steam hingga terjadi reaksi.
60
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Kemudian, pada unit secondary reformer reaksi steam reforming disempurnakan
sehingga dihasilkan gas sintesis berupa gas hidrogen. Selain gas hidrogen, gas
nitrogen juga dihasilkan dari proses pembakaran dengan udara. Reaksi steam
reforming bersifat endotermik dan dapat berlangsung dengan bantuan katalis
nikel. Katalis tersebut merupakan salah satu komponen yang paling penting untuk
menjalankan proses dengan baik.
Unit primary reformer bisa dikatakan sebagai jantung dari pabrik PUSRI. Hal
ini dikarenakan panas dari gas buang hasil pembakaran pada radiant section
adalah penyedia panas terbesar di unit amonia yang dimanfaatkan oleh beberapa
coil di convection section untuk berbagai macam kebutuhan seperti mix feed coil,
process air preheat coil, feed gas preheater coil, burner fuel heater coil, dan
combustion air preheater coil. Untuk itu, kinerja dari alat primary reformer harus
dipastikan dalam keadaan yang baik karena kinerja dari suatu alat dalam suatu
sistem (pabrik) akan mempengaruhi kinerja dari alat-alat lainnya. Untuk
memastikan kinerja dari unit primary reformer, salah satunya adalah dengan
menganalisis neraca massa dan neraca panas dari reaktor unit primary rerformer.
III.2. Rumusan Masalah
Bagaimana kinerja primary reformer (101-B) di unit amonia PUSRI II-B
berdasarkan analisis neraca massa dan neraca panas reaktor?
III.3. Tujuan
Mengevaluasi kinerja primary reformer dengan menghitung neraca massa
dan neraca panas reaktor dari primary reformer pada proses pembuatan amonia.
III.4. Tinjauan Pustaka
III.4.1. Primary reformer
Gas alam yang telah didesulfurisasi dicampur dengan proses steam dari
Proses Condensate Stripper (130-D) untuk memberikan rasio molar steam to
carbon (S/C) sebesar 2,7 : 1. Flow gas dikontrol oleh rasio terhadap flow steam
proses. Fitur ini melindungi katalis reformer jika terjadi kehilangan steam proses.
61
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Mixed Feed gas dipanaskan dalam Mixed Feed Coil yang terletak di Convection
section (101-B). Feed gas yang sudah panas didistribusikan ke tube katalis (101-
B). Tube High-alloy ini dipasang di radiant section (101-B) dan diisi dengan
katalis berbasis nikel. Mixed Feed gas mengalir ke bawah melalui katalis
reformer, terjadi reaksi steam reforming dan reaksi water gas shift membentuk
Hidrogen, CO dan CO2. Temperatur inlet 101-B adalah 488 oC dan tekanan inlet
44,2 kg/cm2(G).
Reaksi Steam reforming mengkonversi hidrokarbon dalam gas alam
menjadi hidrogen dan karbon monoksida:
CnHm + nH2O + heat nCO + (2n + m)/2 H2
Reaksi: CH4 + H2O + heat CO + 3H2 (Endotermis)
CO + H2O CO2 + H2 + heat (Eksotermis)
Reaksi steam reforming untuk hidrokarbon berat selesai, tetapi steam
reforming metana dan reaksi shift air dibatasi oleh kesetimbangan kimia. Secara
keseluruhan, kombinasi reaksi yang terjadi di 101-B adalah sangat endotermis.
Panas reaksi disuplai oleh fuel gas yang dibakar melalui burner, terletak di top
section 101-B, dan dipasang di antara deretan tube katalis. Burner beroperasi
dengan mode pembakaran ke bawah (top firing). Hal ini mengakibatkan flux
panas tertinggi ada di bagian atas tube, di mana temperatur gas proses paling
rendah dan sebagian besar reaksi endotermis berlangsung. Mode ini menghasilkan
temperatur dinding relatif merata sepanjang tube katalis. Kondisi gas proses di
outlet tube katalis sekitar 722 °C dan 40,5 kg/cm2(G). Outlet gas dari 101-B
mengandung 28,50 %-mol CH4 yang tidak bereaksi. Karena temperatur yang
relatif rendah di radiant section, sehingga tube tidak mudah retak dan lebih handal
serta pengoperasian yang lebih fleksibel dan berumur lebih lama. Temperatur
maksimum dinding tube adalah 864 oC (Filosofi Proses Pabrik Ammonia P-IIB,
2015).
Katalis:
62
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
ReforMax 210 LDP is a nickel catalyst on a calcium aluminate support
with potassium promoter. It is designed for fired reformer feedstocks
containing light to heavier hydrocarbons.
ReforMax 330 LDP is a nickel catalyst on an aluminate support type. It is
designed for reformer with feedstocks containing light to medium
hydrocarbons.
Catalyst volume 37,5 m3
Catalyst life 6 years
Gambar 3.1 Skema Primary Reformer 101-B (Sumber: Process Description
Ammonia P-IIB, PUSRI 2017)
III.4.2. Parameter proses
a. Suhu
Semakin tinggi suhu reaksi, maka konversi metan akan semakin
tinggi. Hal ini disebabkan reaksi steam reforming bersifat endotermis.
Berdasarkan azas Lee Chatelier tentang kesetimbangan untuk reaksi
63
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
endotermis, jika temperatur reaksi meningkat, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah produk reaksi.
b. Tekanan
Kenaikan tekanan reaksi akan menyebabkan konversi metan menurun.
Hal ini disebabkan karena koefisien stoikiometri reaktan lebih kecil
daripada koefisien produk. Berdasarkan azas Lee Chatelier tentang
kesetimbangan, jika tekanan reaksi meningkat, maka kesetimbangan
akan bergeser ke ruas yang memiliki jumlah koefisien stoikiometri
yang lebih kecil.
c. Steam to Carbon ratio (S/C)
Impact of steam to carbon ratio:
Secara teoritis rasio minimum harus sedikit di atas 1,0 untuk
menghindari cracking
Para ahli katalis menetapkan batas 1,5 hingga 1,7 untuk
metana dan 2,2 untuk naptha reforming
Modern low energy plants use 2,5 to 3,0 as the lower limit for
S/C ratio
Nilai steam to carbon ratio yang rendah meningkatkan resiko
pembentukan karbon atau jelaga. Nilai steam to carbon ratio yang
tinggi mengurangi metan leakage, tetapi dapat meningkatkan
konsumsi energi. Untuk mencegah pembentukan karbon, rasio S/C
yang digunakan 2,7:1 (Process Description Ammonia P-IIB, PUSRI
2017).
64
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Gambar 3.2 Konsentrasi CH4 dalam kesetimbangan pada berbagai nilai S/C
(Appl, 1999).
III.5. Metodologi Pelaksanaan
III.5.1. Data Aktual
Data aktual diambil pada tanggal 29 Januari 2020 dan 26 Februari 2020.
Data aktual tanggal 29 Januari 2020:
Flow natural gas + H2 recycle masuk (arus 3A) = 2842,349 kmol/jam
Flow steam masuk (arus 4) = 8684,609 kmol/jam
Suhu masuk = 474,69 °C
Suhu keluar = 709,89 °C
P masuk = 41,059 kg/cm2(G)
P keluar = 38,801 kg/cm2(G)
65
5
4
3A
6
Reaktor
Primary
Reformer
101-B
Laporan Kerja PraktikUnit Primary Reformer PUSRI II-B
Tabel 3.1 Data aktual komposisi primary reformer 29 Januari 2020