Top Banner
9 N USANTARA RABU, 26 OKTOBER 2011 DENNY SUSANTO P AGI itu, matahari belum muncul utuh. Masih ada sedikit hawa dingin ketika puluhan orang mulai mence- burkan diri ke perairan di sekitar Pulau Swangi dan Pulau Burung. Di tangan mereka satu per satu batang bibit bakau ditan- capkan ke dasar pantai. Sekejap, pemandangan menarik terlihat di sekeliling dua pulau kecil di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, itu. Ribuan bibit bakau yang masih berupa batang kecil tampak bergoyang keras setelah ditanam. Mereka berusaha tetap berdiri di tengah debur ombak. Seperti wilayah lain di Kali- mantan, kerusakan hutan pelindung pantai di Tanah Bumbu juga tidak terbendung. “Kondisi ini sangat mempri- hatinkan. Dulu, saat saya masih kecil, kami dengan mudah melihat aneka satwa, burung dan bekantan di tengah hutan bakau,” kata Bupati Tanah Bum- bu Mardani H Maming, satu dari puluhan orang yang pagi itu ikut terjun ke perairan. Kerontangnya pantai tanpa bakau membuat Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu men- dukung program pemulihan hutan mangrove. Sang bu- pati juga rela menggulung lengan kemejanya, terjun dan memimpin penanaman bakau dan rambai. Sepatu bot di kaki dan caping bertengger di kepala membuat Mardani sulit dikenali di antara relawan lain. Para peserta juga tidak menghiraukan serbuan nyamuk, dalamnya lumpur, dan pengaruh gelombang pasang yang membuat separuh tubuh mereka harus terbenam air laut. Pohon mangrove hasil pem- bibitan Balai Konservasi Sum- ber Daya Alam (BKSDA) itu di- tanam secara langsung dengan dibenamkan di dalam lumpur. Menjelang siang, sengatan terik mentari mengakhiri kegiatan penanaman pohon mangrove di areal seluas sekitar 50 hek- tare tersebut. Mardani ingat masa kecilnya banyak ia habiskan untuk ber- main di kawasan pesisir. Pulau Swangi dan Pulau Burung dipilih sebagai lokasi pena- naman mangrove, karena dari waktu ke waktu kawasan hutan bakau di sana terus berkurang. Apalagi, kedua pulau itu meru- pakan kawasan cagar alam. Pulau Swangi juga mempunyai keunikan tersendiri. Pulau itu memiliki sumber mata air yang tidak pernah habis, meski saat kemarau panjang. “Kedua pulau ini sangat po- tensial dikembangkan menjadi kawasan wisata,” kata Mardani yang menjadi bupati termuda di Indonesia. Dalam 4 tahun ke depan, perbaikan lingkungan menjadi prioritas utama Pemerintah Ka- bupaten Tanah Bumbu. Alasan- nya, selain kerusakan hutan mangrove, wilayah tersebut juga menderita luka akibat aktivitas pertambangan. Karena itulah, menurut Mar- dani, pemkab terus memperte- gas komitmen terhadap peru- sahaan pertambangan. “Kami ikut mengawasi pro- gram pemanfaatan dana CSR perusahaan. Selain untuk ling- kungan, dana itu harus se- baik-baiknya disalurkan guna peningkatan pembangunan pendidikan dan kesehatan,” tandas bupati yang dilantik pada usia 29 tahun itu. Bekantan terancam Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologi sebagai pelin- dung garis pantai, mencegah intrusi air laut, serta menjadi habitat aneka biota laut. Selain itu, ora, berbagai jenis burung dan kera, salah satunya kera hidung panjang atau bekantan, juga menjadikannya sebagai habitat hidup paling favorit. Bekantan merupakan hewan langka dan dilindungi. Kera be- landa ini juga menjadi maskot Kalimantan Selatan. Di sisi lain, kondisi pesisir di Tanah Bumbu dan kawasan lain di Kalimantan Selatan nyaris hancur. Pembabatan hutan bakau dilakukan warga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi seperti industri kayu dan pem- bukaan areal tambak. Alih fungsi kawasan hutan mangrove--yang seharusnya ditetapkan sebagai lahan kon- servasi—menjadi pembangun- an pelabuhan khusus juga ikut memperparah kerusakan. Alhasil, kabupaten terkaya di Kalimantan Selatan itu juga dibayangi masalah lingkungan berat di masa mendatang jika tidak segera berbenah. Seharusnya, sebaran hutan mangrove di Tanah Bumbu membentang sepanjang 114 kilometer atau sekitar 30% dari total wilayahnya. Menurut data Balai Pengelolaan Hutan Mang- rove Kalsel, luas hutan mang- rove yang membentengi lima wilayah pesisir, yakni Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru mencapai 135.181 hektare. Seluas 77.944 hektare di antaranya sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Hutan mangrove terluas berada di Kabupaten Kotabaru, yakni 98.494 hektare. Manajer Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalsel Dwitho Prasetyandi menyebutkan luas hutan mang- rove yang rusak mencapai 44.939 hektare atau 30% dari total mangrove Kalsel. “De- forestasi hutan mangrove ter- jadi akibat pembabatan dan alih fungsi hutan menjadi perlabuh- an khusus dan tambak.” Bagi bekantan, seperti di- ungkapkan pengamat satwa Akhmad Ariffin, kerusakan mangrove berarti kiamat. Po- pulasi satwa itu terus berkurang menyusul semakin sempitnya hutan mangrove. “Pohon ram- bai di pesisir pantai adalah rumah dan sumber makanan bekantan. Saat mangrove se- makin habis, populasi kera belanda juga terancam.” Penanaman kembali lahan perairan menjadi satu-satunya pilihan yang harus dilakukan di tengah aksi pembabatan mangrove yang terus berlang- sung. (N-2) denny_susanto@ mediaindonesia.com Mangrove Rusak, Bekantan Terdesak Tanah Bumbu membenahi kawasan hutan bakau yang rusak. Tidak sekadar untuk bekantan, tapi juga masa depan. TANAM BAKAU: Progam penanaman bakau terus digelorakan Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu. Tak kurang Bupati Mardani H Maming turun ke lahan berlumpur, beberapa waktu lalu, demi terciptanya konservasi hutan mangrove. MI/DENNY SUSANTO
1

RABU, 26 OKTOBER 2011 Mangrove Rusak, … 26 OKTOBER 2011 NUSANTARA 9 DENNY SUSANTO P AGI itu, matahari belum muncul utuh. Masih ada sedikit hawa dingin ketika puluhan orang mulai

Jun 16, 2019

Download

Documents

hahuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RABU, 26 OKTOBER 2011 Mangrove Rusak, … 26 OKTOBER 2011 NUSANTARA 9 DENNY SUSANTO P AGI itu, matahari belum muncul utuh. Masih ada sedikit hawa dingin ketika puluhan orang mulai

9NUSANTARARABU, 26 OKTOBER 2011

DENNY SUSANTO

PAGI itu, matahari belum muncul utuh. Masih ada sedikit hawa dingin ketika

puluhan orang mulai mence-burkan diri ke perairan di sekitar Pulau Swangi dan Pulau Burung.

Di tangan mereka satu per satu batang bibit bakau ditan-capkan ke dasar pantai. Sekejap, pemandangan menarik terlihat di sekeliling dua pulau kecil di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, itu. Ribuan bibit bakau yang masih berupa batang kecil tampak bergoyang keras setelah ditanam. Mereka berusaha tetap berdiri di te ngah debur ombak.

Seperti wilayah lain di Kali-mantan, kerusakan hutan pelindung pantai di Tanah Bumbu juga tidak terbendung.

“Kondisi ini sangat mempri-hatinkan. Dulu, saat saya masih kecil, kami dengan mudah melihat aneka satwa, burung dan bekantan di tengah hutan bakau,” kata Bupati Tanah Bum-bu Mardani H Maming, satu dari puluhan orang yang pagi itu ikut terjun ke perairan.

Kerontangnya pantai tanpa bakau membuat Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu men-dukung program pemulihan hutan mangrove. Sang bu-pati juga rela menggulung lengan kemejanya, terjun dan memimpin penanaman bakau dan rambai.

Sepatu bot di kaki dan caping bertengger di kepala membuat Mardani sulit dikenali di antara

relawan lain. Para peserta juga tidak menghiraukan serbuan nyamuk, dalamnya lumpur, dan pengaruh gelombang pasang yang membuat separuh tubuh mereka harus terbenam air laut.

Pohon mangrove hasil pem-bibitan Balai Konservasi Sum-ber Daya Alam (BKSDA) itu di-tanam secara langsung dengan dibenamkan di dalam lumpur. Menjelang siang, sengatan terik mentari mengakhiri kegiatan penanaman pohon mangrove di areal seluas sekitar 50 hek-tare tersebut.

Mardani ingat masa kecilnya banyak ia habiskan untuk ber-main di kawasan pesisir. Pulau Swangi dan Pulau Burung dipilih sebagai lokasi pena-naman mangrove, karena dari waktu ke waktu kawasan hutan bakau di sana terus berkurang. Apalagi, kedua pulau itu meru-pakan kawasan cagar alam. Pulau Swangi juga mempunyai keunikan tersendiri. Pulau itu memiliki sumber mata air yang tidak pernah habis, meski saat kemarau panjang.

“Kedua pulau ini sangat po-tensial dikembangkan menjadi kawasan wisata,” kata Mardani yang menjadi bupati termuda di Indonesia.

Dalam 4 tahun ke depan, perbaikan lingkungan menjadi prioritas utama Pemerintah Ka-bupaten Tanah Bumbu. Alasan-nya, selain kerusakan hutan mangrove, wilayah tersebut juga menderita luka akibat aktivitas pertambangan.

Karena itulah, menurut Mar-dani, pemkab terus memperte-gas komitmen terhadap peru-

sahaan pertambangan. “Kami ikut mengawasi pro-

gram pemanfaatan dana CSR perusahaan. Selain untuk ling-kungan, dana itu harus se-baik-baiknya disalurkan guna peningkatan pembangunan pendidikan dan kesehatan,” tandas bupati yang dilantik pada usia 29 tahun itu.

Bekantan terancamHutan mangrove mempunyai

fungsi ekologi sebagai pelin-dung garis pantai, mencegah intrusi air laut, serta menjadi habitat aneka biota laut. Selain itu, fl ora, berbagai jenis burung dan kera, salah satunya kera

hidung panjang atau bekantan, juga menjadikannya sebagai habitat hidup paling favorit.

Bekantan merupakan hewan langka dan dilindungi. Kera be-landa ini juga menjadi maskot Kalimantan Selatan.

Di sisi lain, kondisi pesisir di Tanah Bumbu dan kawasan lain di Kalimantan Selatan nyaris hancur. Pembabatan hutan bakau dilakukan warga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi seperti industri kayu dan pem-bukaan areal tambak.

Alih fungsi kawasan hutan mangrove--yang seharusnya ditetapkan sebagai lahan kon-servasi—menjadi pembangun-

an pelabuhan khusus juga ikut memperparah kerusakan. Alhasil, kabupaten terkaya di Kalimantan Selatan itu juga dibayangi masalah lingkungan berat di masa mendatang jika tidak segera berbenah.

Seharusnya, sebaran hutan mangrove di Tanah Bumbu membentang sepanjang 114 kilometer atau sekitar 30% dari total wilayahnya. Menurut data Balai Pengelolaan Hutan Mang-rove Kalsel, luas hutan mang-rove yang membentengi lima wilayah pesisir, yakni Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru mencapai 135.181 hektare.

Seluas 77.944 hektare di antaranya sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Hutan mangrove terluas berada di Kabupaten Kotabaru, yakni 98.494 hektare.

Manajer Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalsel Dwitho Prasetyandi menyebutkan luas hutan mang-rove yang rusak mencapai 44.939 hektare atau 30% dari total mangrove Kalsel. “De-forestasi hutan mangrove ter-jadi akibat pembabatan dan alih fungsi hutan menjadi perlabuh-an khusus dan tambak.”

Bagi bekantan, seperti di-ungkapkan pengamat satwa

Akhmad Ariffin, kerusakan mangrove berarti kiamat. Po-pulasi satwa itu terus berkurang menyusul semakin sempitnya hutan mangrove. “Pohon ram-bai di pesisir pantai adalah rumah dan sumber makanan bekantan. Saat mangrove se-makin habis, populasi kera belanda juga terancam.”

Penanaman kembali lahan perairan menjadi satu-satunya pilihan yang harus dilakukan di tengah aksi pembabatan mangrove yang terus berlang-sung. (N-2)

[email protected]

Mangrove Rusak, Bekantan TerdesakTanah Bumbu membenahi kawasan hutan bakau yang rusak. Tidak sekadar untuk bekantan, tapi juga masa depan.

TANAM BAKAU: Progam penanaman bakau terus digelorakan Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu. Tak kurang Bupati Mardani H Maming turun ke lahan berlumpur, beberapa waktu lalu, demi terciptanya konservasi hutan mangrove.

MI/DENNY SUSANTO