PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PENGAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh Hanindya Restu Aulia, S.Pd. FKIP Universitas Pekalongan A. Pendahuluan Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan mencakup transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Ranah pengetahuan mencakup transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 0
44
Embed
reliefbahasaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewPENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PENGAJARAN . BAHASA INDONESIA. Oleh. Hanindya Restu Aulia, S.Pd. FKIP Universitas Pekalongan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PENGAJARAN
BAHASA INDONESIA
Oleh
Hanindya Restu Aulia, S.Pd.
FKIP Universitas Pekalongan
A. Pendahuluan
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran
harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam
proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’.
Ranah keterampilan mencakup transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Ranah pengetahuan mencakup
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Hasil
akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali
informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau
informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi,
atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Berikut disajikan contoh analisis
Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab, dan Proaktif dalam Menggunakan
Bahasa Indonesia untuk Melaporkan Hasil Observasi) Menggunakan
Pendekatan Scientific Learning
No.
Langkah-Langkah Pembelajaran Langkah Saintifik
1 Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengucapkan salam. Setelah itu guru menjelaskan tema dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi pelajaran. Pelajaran yang akan dipelajari teks laporan observasi. Guru mengarahkan siswa agar pelajaran Gemar Meneroka Alam Semesta dapat mengembangkan sikap jujur, tanggung jawab, peduli, dan ramah lingkungan melalui kegiatan belajar teks laporan observasi.
Mengeksplorasi(Exploring)
2 Guru melakukan apersepsi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan topik “Gemar Meneroka Alam Semesta”. Guru juga membangkitkan minat baca siswa dengan memberikan tugas tambahan membaca buku tentang topik pelajaran ini. Guru meminta siswa untuk mencari buku yang berisi laporan tentang keindahan alam Indonesia dan membaca buku itu.
Mengeksplorasi(Exploring)
3 Guru meminta siswa untuk membaca puisi yang berjudul “Burung-Burung Enggan Bernyanyi Lagi” dengan penuh penghayatan untuk membangkitkan minat dan membangun pengetahuan siswa.
Mengeksplorasi(Exploring)
4 Guru bertanya jawab dengan siswa untuk membangun pengetahuan siswa tentang struktur teks laporan hasil observasi.
Menanya(Questioning)
19
5 Guru menugasi siswa membaca dan menganalisis teks laporan hasil observasi berjudul “Makhluk di Bumi Ini”.
Mengamati(Observing)
6 Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berhubungan dengan isi bacaan.
Menanya(Questioning)
7 Guru menugasi siswa mencari sumber lain tentang struktur teks laporan hasil observasi.
Mengeksplorasi(Exploring)
8 Guru menugasi siswa membandingkan struktur teks laporan hasil observasi dengan teks lain.
Mengasosiasi(Associating)
9 Guru menugasi siswa mencari sumber lain tentang struktur teks laporan hasil observasi.
Mengeksplorasi(Exploring)
10 Guru menugasi siswa menyimpulkan struktur teks laporan hasil observasi
Mengasosiasi(Associating)
11 Guru bertanya jawab dengan siswa tentang ciri-ciri bahasa teks laporan hasil observasi.
Menanya(Questioning)
12 Guru meminta siswa membaca dan menganalisis penggunaan bahasa dalam teks yang berjudul “Sistem Peredaran Darah Manusia”
Mengamati(Observing)
13 Guru menugasi siswa mencari dari berbagai sumber informasi tentang kaidah-kaidah penulisan teks laporan hasil observasi
Mengeksporasi(Exploring)
14 Guru meminta siswa mendiskusikan tentang kaidah-kaidah penulisan teks laporan hasil observasi
Menanya(Questioning)
15 Guru dan siswa menyimpulkan hal-hal terpenting dalam kaidah-kaidah penulisan teks laporan hasil observasi
Mengasosiasi(Associating)
16. Guru meminta siswa secara berkelompok untuk membaca dan menganalisis teks berjudul “Komodo”.
Mengamati(Observing)
17 Guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengisi kolom urutan-urutan dalam teks laporan berjudul “Komodo” sehingga menjadi teks laporan yang benar.
Mencoba(Experimenting)
18 Guru menugasi siswa secara berkelompok untuk membuat ringkasan teks laporan “Komodo”.
Mencoba(Experimenting)
19 Guru meminta siswa untuk menceritakan kembali teks laporan “Komodo” yang sudah disusun di depan kelas dengan bahasa sendiri
Mengkomunikasikan(Networking)
20. Guru meminta siswa secara berkelompok melengkapi teks laporan berjudul “Kekeringan”.
Mencoba(Experimenting)
21 Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil laporan di depan kelas (secara bergantian) dan meminta komentar dari kelas terhadap hasil
Mengkomunikasikan(Networking)
20
kerja yang mempresentasikan apakah pekerjaannya sudah baik atau belum. Siswa memperbaiki hasil kerja mereka sesuai dengan masukan dari kelompok lain
22 Guru meminta siswa secara mandiri untuk mencari teks laporan (struktur teks laporan lengkap) sesuai dengan tema dari berbagai sumber, seperti koran, majalah, buku, atau internet.
Mengeksplorasi(Exploring)
23 Guru menugasi siswa secara berkelompok untuk melakukan pengamatan di sekitar mereka dan membuat laporan observasi. Berikutnya, mereka membuat klasifikasi berdasarkan kriteria.
Mencoba(Experimenting)
24 Hasil observasi perlu dipublikasikan di media sekolah; majalah dinding atau laman. Tanggapan pembaca didokumentasikan (jika ada).
Mengkomunikasikan(Networking)
25 Guru menugasi siswa untuk membuat laporan hasil observasi tentang dampak pembangunan fisik (gedung, jalan, dan jembatan) melalui wawancara dengan narasumber atau warga masyarakat yang terkena dampak itu.
Mencoba(Experimenting)
26 Teks laporan hasil observasi perlu diketahui pihak pemerintah setempat (lurah/camat/bupati) dengan surat pengantar dari sekolah.
Mengkomunikasikan(Networking)
E. Hambatan yang Dihadapi Guru
Berdasarkan hasil pengamatan penulis hambatan yang dihadapi guru
dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara lain.
1. Sebagian guru masih kesulitan mencari buku untuk digunakan pada
kurikulum 2013. Itu karena mereka hanya mengandalkan silabus yang
diberikan pemerintah. Sedangkan belum semua buku pelajaran mereka
terima.
2. Penerapan pendekatan ini masih banyak mengalami kendala. Terutama
pemahaman guru tentang konten kurikulum ini. Hal itu karena pada
kurikulum ini metode pembelajarannya agak berbeda dengan kurikulum
sebelumnya, yang mengharuskan siswa untuk berfikir kritis dalam
menanggapi pelajaran. Fugsi guru di kurikulum ini hanya sebagai
fasilitator.
21
3. Guru sudah terbiasa pada gaya lama, yaitu berorientasi pada konten untuk
menyelesaikan materi. Sementara pada pendekatan saintifik, orientasi guru
adalah mengarahkan siswa berpikir kritis dan analitis.
Smentara itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Endang
Widiastuti, S.Pd . (Guru Bahasa Indonesia SMA), hambatan yang dihadapi
guru dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa
Indonesia antara lain.
1. Minimnya teknologi yang dimiliki sekolah
2. Jumlah siswa terlalu banyak dan ruang kelas kurang memadai.
3. Masih banyak siswa yang kurang berani mengajukan pertanyaan ketika
proses pembelajaran sedang berlangsung.
4. Banyak siswa yang kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan.
5. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia.
6. Masih banyak siswa yang tidak peduli akan hasil tulisannya (tata cara
penulisan).
7. Kurangnya waktu guru untuk memeriksa hasil kerja siswa khususnya
dalam pembelajaran menulis.
8. Kurangnya kesadaran siswa untuk berbicara dengan bahasa yang baik dan
benar.
9. Siswa tidak mau berbicara ketika harus mempresentasikan hasil kerja baik
secara individu maupun kelompok.
10. Masih banyak siswa kesulitan mengekspresikan idenya dalam bentuk
tulisan secara runtut.
Untuk melengkapi hambatan yang sudah dipaparkan, Suwandi (2013)
menyebutkan hambatan utama dalam pelaksanaan pendekatan saintifik adalah
guru sering terjebak untuk menjelaskan pengertian berbagai teks dan kurang
memberikan pelatihan produksi teks. Hambatan berikutnya, sering kali ketiga
konsep yang holistik (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) dipahami sebagai
sebuah konsep yang parsial. Selain itu, kemampuan guru dalam memproduksi
teks baik lisan maupun tulis dan kemampuan membaca guru masih kurang dan
22
menjadi penghambat dalam pelaksanaan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
F. Solusi yang Dilakukan Guru
Solusi yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi hambatan
berdasarkan hasil pengamatan penulis antara lain.
1. Guru seharusnya tidak hanya berpaku pada buku guru dan buku siswa
yang diberikan pemerintah. Dalam mengatasi permasalahan tersebut guru
dapat mencari referensi secara langsung dengan mencari buku sumber
yang sesuai materi, mengadopsi teori dari jurnal, serta memanfaatkan
media internet.
2. Agar lebih memahami pendekatan saintifik guru bisa mengikuti pelatihan
yang diadakan pemerintah atau bisa belajar dari buku tentang pendekatan
saintifik. Pelatihan itu memang sangat besar manfaatnya bagi guru untuk
penyamaan persepsi dalam penerapan kurikulum 2013
3. Guru harus menyadari tugas guru kini, tidak hanya mendidik siswa mampu
menjawab pertanyaan, tetapi guru juga harus mampu membuat siswa
mampu membuat pertanyaan.
Sementara itu, solusi yang bisa dilakukan dalam mengatasi hambatan
yang dihadapi guru berdasarkan hasil wawancara antara lain.
1. Untuk hambatan minimnya teknologi yang dimiliki sekolah seperti yang
telah diungkapkan Endang Widiastuti (guru bahasa Indonesia SMA) dapat
diberikan solusi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Networking
dalam pendekatan saintifik tidak mengharuskan semua siswa mempunyai
laptop. Guru bisa memanfaatkan laboratorium untuk mengunggah produk
yang dihasilkan siswa. Ataupun bisa juga produk mereka dipasang di
mading sekolah.
2. Pembentukan kelompok dalam pembelajaran bisa digunakan sebagai
solusi jumlah siswa terlalu banyak dan ruang kelas kurang memadai.
3. Pemberian hadiah (reward) merupakan solusi yang tepat utuk mengatasai
hambatan masih banyak siswa yang kurang berani mengajukan pertanyaan
23
ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, banyak siswa yang
kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, masih banyak
siswa yang tidak peduli akan hasil tulisannya (tata cara penulisan), siswa
tidak mau berbicara ketika harus mempresentasikan hasil kerja baik secara
individu maupun kelompok. Dengan adanya hadiah akan memantik siswa
untuk merepresentasikan dirinya dengan maksimal.
4. Dalam proses pembelajaran penggunaan media harus dipertimbangkan
sesuai dengan bahasan materi yang disampaikan karena tidak semua
bahasan materi cocok dengan media pembelajaran yang sama. Oleh karena
itu, perlu diperhatikan bagi seorang guru dalam pemilihan media
pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran disekolah menjadi lebih
efektif. Pemilihan media yang tepat, inovatif, dan menarik akan
memotivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia, dan serta menggiring
siswa mengekspresikan idenya dalam bentuk tulisan secara runtut.
5. Guru harus bisa menyadari dirinya sebagai panutan sehingga guru harus
bertanggung jawab atas kompetensi yang dimiliki. Hambatan kurangnya
waktu guru untuk memeriksa hasil kerja siswa khususnya dalam
pembelajaran menulis dan rendahnya kesadaran siswa untuk berbicara
dengan bahasa yang baik dan benar, bisa diatasi jika guru menyadari
bahwa dia adalah panutan dan memiliki tanggung jawab. Guru bisa
memanfaatkan koreksi teman sebaya dalam menilai tulisan siswa,
sehingga guru cukup memandu dengan baik dalam proses penilaian.
Suwandi (2013) mengasumsikan bahwa hambatan tadi dapat
terselesaikan jika guru sebagai fasilitator dan model hendaknya memiliki
kebiasaan, minat, dan budaya baca, dengan demikian guru akan memiliki
kemampuan membaca. Dengan kemampuan membaca itu, guru akan memiliki
kemampuan ekspresif, yakni menghasilkan teks secara lisan maupun tulis.
Kemampuan itu menjadi modal penting untuk dapat mengajat dan
memfasilitasi siswa untuk belajar memahami dan menghasilkan teks. Guru
hendaknya, memiliki kemampuan memilih dan menerapkan pembelajaran yang
sesuai agar siswa mampu menghasilkan berbagai jenis teks yang diharapkan.
24
Guru harus menghadirkan pembelajaran yang bermakna dengan selalu
memperhatikan konteks. Selain itu, guru diharapkan menjadi model yang baik.
Guru harus benar-benar bisa memastikan bahwa pembelajaran yang dilakukan
merupakan suatu interaksi edukatif yang mampu mematik dan memfasilitasi
siswa mampu menghasilkan teks yang baik.
G. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
a. Pendekatan saintifik pada hakekatnya dimaksudkan untuk membentuk
siswa agar memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis,
logis, dan sistematis (critical thinking skills).
b. Langkah-langkah pendekatan saintifik meliputi mengamati (observing),
menanya (questioning), mengasosiasi (associating), mencoba
(experimenting), dan mengkomunikasikan (networking). Langkah
tersebut hanya sebagai aksioma, jadi dalam proses pengajaran guru bisa
memilih metode yang variatif.
c. Hambatan yang dihadapi guru dalam penerapan pendekatan saintifik
dapat berupa minimnya bahan materi, siswa yang belum bisa menerima
‘kebaruaan’, guru yang belum memahami betul hakikat pendekatan
saintifik, serta minimnya kesadaran guru untuk senantiasa profesioanal.
d. Solusi yang bisa dilakukan guru dalam mengatsai hambatan tersebut pada
intinya adalah menjadi guru yang profesional, proaktif, kreatif, inovatif,
dan produktif.
2. Saran
Guru sebaiknya memahami bahwa betapapun baiknya suatu pendekatan
belum menjamin sebuah pendidikan dan pengajaran. Komitmen dan
profesionalitas guru yang pada akhirnya sebagai faktor penting yang akan
menentukan keberhasilan suatu poroses belajar mengajar. Untuk itu, guru harus
senantiasa berkembang, profesional, proaktif, kreatif, inovatif, dan produktif.
25
Daftar Pustaka
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta.
. 2013. Kurikulum 2013. Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Jakarta.
. 2013. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SMA/MA dan SMK/MAK Bahas Indonesia. Jakarta.
Nasution. 2010. Berbagai Prosedur dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Richard, Jack C. 2001. CurriculumDevelopment in Languange Teaching. New York: Cambridge University Press.
Sudrajat, Akhmad. 2013. Pendekatan Saintifik Ilmiah dalam Proses Pembelajaran. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/18/pendekatan-saintifikilmiah-dalam-proses-pembelajaran/. Di unduh 25 Oktober 2013 Pukul 12.45 WIB.
Suwandi, Sarwiji. 2013. “Pembelajaran Bahasa Indionesia dalam Kurikulum 2013:Quo Vadis?”, makalah disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 20 Mei.
Suwandi, Sarwiji. 2013. “Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indionesia dalam Kurikulum 2013”, makalah disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan UNS, 1 Juli.