LAPORAN HASIL KEGIATAN PBL BLOK 21
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATANPUSKESMAS PURWOYOSOKECAMATAN
SEMARANG BARAT - KOTA SEMARANG
Disusun oleh :
Kelompok IV1. Nadiatul Haque
(H2A011031)2. Nining Putri Dwi Sari
(H2A011032)3. Nur Fitri Widiningrum
(H2A011033)4. Osa Sepdila Wahyudi Ningrum(H2A011034)5. Rangga
Patria Lazuardi
(H2A011035)6. Rizky Ernita Irawati
(H2A011041)7. Sinta Tri Ciptarini
(H2A011042)8. Suwandhi
(H2A011043)9. Tajudin Rahmat Surya Atmaja(H2A011044)10. Tuti
Hadiyanti
(H2A011045) FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014-2015PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :1. Nadiatul Haque
(H2A011031)2. Nining Putri Dwi Sari
(H2A011032)3. Nur Fitri Widiningrum
(H2A011033)4. Osa Sepdila Wahyudi Ningrum(H2A011034)5. Rangga
Patria Lazuardi
(H2A011035)6. Rizky Ernita Irawati
(H2A011041)7. Sinta Tri Ciptarini
(H2A011042)8. Suwandhi
(H2A011043)9. Tajudin Rahmat Surya Atmaja(H2A011044)10. Tuti
Hadiyanti
(H2A011045) Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa LAPORAN HASIL
KEGIATAN PBL BLOK 21 MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS
PURWOYOSO KECAMATAN SEMARANG BARAT - KOTA SEMARANG adalah
betul-betul laporan kami sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti
kami tidak benar, maka kami bersedia menerima sanksi
akademik.Semarang, Januari 2014
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN
MANAJEMEN KESEHATAN PUSKESMAS PURWOYOSOKECAMATAN SEMARANG
BARAT
KOTA SEMARANG
Telah diujikan dan disetujui pada :
Hari
: KamisTanggal: 30 januari 2014Penguji :Penanggungjawab Blok 21:
dr. M. Riza Setiawan
..................................................NIK.K.1026.079Dosen
Pembimbing Lapangan:(Kepala Puskesmas Purwoyoso)
Drs. Budi Mulyono, M.Kes
...................................................NIP.Dosen
Pembimbing Akademik:
dr. Yanuarita R,M.Kes
..................................................
NIK. Dosen Pembimbing Akademik:
dr. Afiana Rohmani
..................................................
NIK. KATA PENGANTARPuji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kami semua
sehingga dapat menyelesaikan laporan hasil peninjauan Manajemen
Pelayanan Kesehatan Puskesmas Purwoyoso Kecamatan Semarang Barat
Kota Semarang. Laporan ini disusun guna pembelajaran dan melengkapi
tugas PBL Blok 21 Semester VII Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadyah Semarang.
Selama proses penyusunan laporan, ada beberapa kesulitan dan
hambatan yang kami dapatkan, namun atas bimbingan oleh Pembimbing
dan para Staf Puskesmas Purwoyoso akhirnya kami dapat
menyelesaikannya laporan ini sesuai harapan dengan tepat waktu.
Dalam kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada
:1. Drs. Budi Mulyono, M.Kes, selaku kepala Puskesmas Purwoyoso dan
dosen pembimbing lapangan2. dr. Hj Siti Moetmainnah Prihadi, MARS,
SpOG, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang
3. dr. M. Riza Setiawan sebagai penanggung jawab blok 21
4. dr. Yanuarita R,M.Kes dan dr. Afiana Rohmani selaku dosen
pembimbing akademik5. Semua pihak yang telah turut membantu baik
secara langsung maupun tidak dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyususan laporan ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran yang dapat
membantu agar bisa lebih baik lagi. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi kami, Puskesmas Purwoyoso dan pembaca lainnya. Semarang, 22
Januari 2014 Penyusun BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut
Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja.1Kesehatan yang ingin
dicapai adalah keadaan kesejahteraan dalam dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Tujuan ini hanya dapat diwujudkan oleh petugas
kesehatan dan peran serta masyarakat.1Berdasarkan pasal 9 UU
kesehatan No. 36 tahun 2009 Setiap orang berkewajiban ikut
mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagaimana juga dinyatakan dalam pengelolaan kesehatan
diselenggarakan melalui pengelolaan administrasi kesehatan,
informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta pengaturan
hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.1Pelayanan
kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan),preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua
penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur,
sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia. Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Fungsi
puskesmas yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan
strata pertama. Dalam pelaksanaannya dibagi menjadi dua, yaitu
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.1Upaya
kesehatan wajib yang harus dilakukan oleh puskesmas, diantaranya,
yaitu : 11. Upaya kesehatan ibu dan anak
2. Upaya promosi kesehatan
3. Upaya kesehatan lingkungan
4. Upaya perbaikan gizi
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan dasarUpaya kesehatan pengembangan yang
dilakukan oleh puskesmas diantaranya, yaitu:11. Upaya kesehatan
gigi dan mulut
2. Upaya kesehatan sekolah
3. Upaya pengobatan tradisional
4. Upaya kesehatan lansia
5. Upaya kesehatan mata
6. Upaya kesehatan jiwa
7. Upaya kesehatan olahragaPada semester 7 blok 21 ini,
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
mempelajari disiplin Ilmu Kesehatan Masyarakat, di mana salah
satunya adalah mempelajari berbagai permasalahan kesehatan pada
masyarakat beserta faktor yang mempengaruhi kondisi, geografis,
budaya, tingkat sosial ekonomi, dan latar belakang pendidikan.
Dalam rangka mendapat pengalaman mengenai upaya kesehatan wajib dan
upaya kesehatan pengembangan, maka mahasiswa Fakultas Kedokteran
Univeritas Muhammadiyah Semarang melakukan kegiatan Praktik Belajar
Lapangan (PBL) di berbagai puskesmas di Semarang, salah satunya di
Puskesmas Purwoyoso.
B. Tujuan Praktik Belajar Lapangan
1. Tujuan Umum
Pada akhir kegiatan diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
pelaksanaan upaya kesehatan di puskesmas serta menganalisis dan
melaporkan kesesuaiannya dengan standart pelayanan minimal (SPM)
yang telah ditetapkan.
2. Tujuan KhususPada akhir kegiatan diharapkan mahasiswa
dapat:a. Melaksanakan program puskesmas serta membantu pelaksanaan
pemeriksaan medik terhadap pasien di puskesmas.
b. Memahami standart pelayanan minimal (SPM) pelayanan kesehatan
di puskesmas.
c. Melakukan pengumpulan data kinerja puskesmas.
d. Membuat laporan kegiatan penelitian (bab I-IV) secara
berkelompok.
C. Manfaat Praktik Belajar Lapangan
1. Mahasiswa dapat melihat secara langsung kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan puskesmas2. Mahasiswa dapat memahami, mengerti,
dan mengetahui upaya wajib dan pengembangan yang ada di
puskesmas
3. Mendapatkan pengalaman yang lebih serta mendapatkan gambaran
tentang upaya-upaya kesehatan di puskesmas
D. Ruang Lingkup
1. Puskesmas dan konsep ilmu kesehatan masyarakat2.
Komponen-komponen yang dibutuhkan (input) agar pengelolaan
pelayanan kesehatan berjalan dengan lancar
3. Hasil kegiatan pelayanan kesehatan, yaitu cakupan upaya
kesehatan wajib (output)4. Hasil akhir, yaitu upaya kesadaran
masyarakat salah satu contoh adalah perilaku hidup bersih dan sehat
(outcome)5. Dampak (impact) meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat E. Metode Pengumpulan Data
1. Tanya jawab dengan tenaga kesehatan di puskesmas
2. Observasi atau pengamatan pada data sekunder, meliputi:a.
Profil puskesmasb. RTP (Rencana Tingkat Puskesmas)c. Laporan
tahunan dan bulanand. Data pendukung lainBAB IITINJAUAN PUSTAKA
I. Puskesmas
A. Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten
atau Kota yang bertangggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.21. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan Kabupaten
atau Kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagaian dari tugas
teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia. 2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah menyelenggarakan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. 3. Penanggungjawab
Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten atau kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten atau kota sesuai dengan kemampuannya. 4.
Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari
dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota.B. Visi dan Misi
1. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia
sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.2Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas
harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas
yakni terwujudnya kecamatan sehat yang harus sesuai dengan situasi
dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat. 22.
Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah:2
a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor
lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan
dan perilaku masyarakat. b) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi
keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu
berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui
peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat. c) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas
akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan
pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi
pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota
masyarakat.C. Fungsi dan Peran Puskesmas
1. Fungsi Puskesmas3a. Sebagai Pusat Penggerak Pembangunan
Berwawasan Kesehatan.
1) Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di
wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan.
2) Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
3) Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan. b. Sebagai Pusat
Pemberdaya Masyarakat.
1) Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat.2) Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.
3) Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaan ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. c. Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan
Strata Pertama.
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. 2. Peran Puskesmas
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan
kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan
realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem
evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian manajerial diatas
bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan
kesesuaian dalam menentukan RAPBD yang berorientasi kepada
kepentingan masyarakat. Adapun ke depan, puskesmas juga dituntut
berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya
peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.3D.
Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas
agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam
rangka mewujudkan Indonesia sehat 2015.2
E. Puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan puskesmas dalam ruang lingkup
wilayah yang lebih kecil. Dalam Repelita V wilayah kerja puskesmas
pembantu diperkirakan meliputi 2 sampai 3 desa, dengan sasaran
penduduk antara 2500 orang (di luar Jawa dan Bali) sampai 10.000
orang (di perkotaan Jaawa dan Bali). Puskesmas pembantu merupakan
bagian integral dari puskesmas, dengan lain perkataan satu
puskesmas meliputi juga seluruh puskesmas pembantu yang ada di
wilayah kerjanya. 3F. Puskesmas KelilingPuskesmas keliling
merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan
kendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan
kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal
dari puskesmas. Puskesmas keliling berfungsi menunjang dan membantu
melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas dalam wilayah kerjanya
yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. 3
Kegiatan-kegiatan puskesmas keliling adalah:31. Memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil yang
tidak terjangkau oleh pelayanan puskesmas atau puskesmas pembantu,
4 hari dalam 1 minggu2. Melakukan penyelidikan tentang kejadian
luar biasa3. Dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita
dalam rangka rujukan bagi kasusu gawat darurat4. Melakukan
penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audio visual
G. Bidan yang bertugas di desaPada setiap desa yang belum ada
fasilitas pelayanan kesehatan, akan ditempatkan seorang bidan yang
bertempat tiggal di desa tersebut dan bertanggung jawab langsung
kepada kepala puskesmas. Wilayah kerja bidan tersebut adalah satu
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 orang, dengan tugas
utamanya adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan
posyandu yang membina pimpinan kelompok persepuluhan, selain
memberikan pelayanan aangsung di posyandu dan pertolongan
persalinan di rumah-rumah. Disamping itu juga menerima rujukan
anggota keluarga persepuluhan untuk diberi pelayanan seperlunya
atau ditunjuk lebih lanjut ke puskesmas atau fasilitas kesehatan
yang lebih mampu dan terjangkau secara tradisional. 3H. Prinsip
Penyelenggaraan Puskesmas41. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 2.
Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. 3. Kemandirian
masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. 4. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya
secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya
dan kepercayaan. 5. Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan. 6. Keterpaduan dan kesinambungan.
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan
UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan
Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.
I. Azaz Penyelenggaraan Puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara
terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari
ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam
menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib
maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan puskesmas
yang dimaksud adalah:31. Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas bertanggungjawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut:4a. Menggerakkan pembangunan
berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatanb.
Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)
secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.32. Azas
pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan puskesmas berarti puskesmas wajib
memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan
aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat antara lain: 4a. Upaya kesehatan ibu dan
anak, meliputi:
1) Posyandu
2) Polines
3) Bina keluarga balita (BKB)
b. Upaya pengobatan, meliputi:
1) Posyandu
2) Pos obat desa (POD)
c. Upaya perbaikan gizi, meliputi:
1) Posyandu
2) Panti pemulihan gizi
3) Keluarga sadar gizi
d. Upaya kesehatan sekolah, meliputi:
1) Dokter kecil
2) Penyertaan guru dan orang tua/wali murid
3) Saka bakti husada (SBH), pos kesehatan pesantren
e. Upaya kesehatan lingkungan, meliputi:
1) Kelompok pemakai air
2) Desa percontohan kesehatan lingkungan
f. Upaya kesehatan usia lanjut, meliputi:
1) Posyandu usila
2) Panti wreda
g. Upaya kesehatan kerja, meliputi:
1) Pos upaya kesehatan kerja (pos UKK) h. Upaya kesehatan jiwa,
meliputi:
1) Posyandu
2) Tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional, meliputi:
1) Taman obat keluarga
2) Pembinaan pengobatan tradisional3. Azas keterpaduan
Untuk mengatasi keterbasan sumberdaya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secar terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan,
yakni: 4a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab
puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program yaitu: 41) Manajemen
terpadu balita sakit: keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi
kesehatan, pengobatan
2) Upaya kesehatan sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,
gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan
jiwa, promosi kesehatan
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan
upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas
sektor:41) Upaya kesehatan sekolah: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB
4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi,
dunia usaha, PKK, PLKB
5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi,
dunia usaha, organisasi kemasyarakatan4. Azas rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Untuk membantu puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk
meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas
(wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
4
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana
pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya,
maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan
kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal
yakni: 4a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu
kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya
ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horizontal
maupun vertikal). Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya
memerlukan rawat jalan sederhana, bisa dirujuk kembali ke
puskesmas.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
1) Rujukan sarana dan logistik. Misalnya peminjaman fogging.
2) Rujukan tenaga. Misalnya rujukan tenaga ahli untuk
penyelidikan KLB.
3) Rujukan operasional
J. Kedudukan PuskesmasKedudukan puskesmas dibedakan menurut
keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), sistem
kesehatan kabupaten atau kota dan sistem pemerintah daerah:31.
Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah
sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Sistem Kesehatan
Kabupaten atau Kota
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten atau Kota
adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas
pembangunan kesehatan kabupaten atau kota di wilayah kerjanya. 3.
Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten atau
Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan. 4. Antar Sarana
Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi
pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta seperti praktik dokter, praktik dokter gigi,
praktik bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan
puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata
pertama ini adalah sebagai mitra.K. Wilayah Kerja Puskesmas
Puskesmas memiliki wilayah kerja tertentu, artinya semua
kejadian yang menyangkut kesehatan merupakan tanggungjawab
sepenuhnya dari puskesmas. Setiap warga negara RI dapat menggunakan
semua saran kesehatan pemerintah yang ada tidak tergantung dari
domisilinya. Untuk memenuhi tanggungjawab ini puskesmas dibantu
oleh puskesmas pembantu, puskesmas keliling, serta posyandu dan
sebagainya.3L. Organisasi 21. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban
tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi
Puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan Peraturan
Daerah.2Menurut Kebijakan Dasar Puskesmas (Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004), menetapkan pola struktur
organisasi Puskesmas sebagai berikut: 2a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan:
1) Data dan informasi
2) Perencanaan dan penilaian
3) Keuangan
4) Umum dan kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas
1) Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap
UKBM
2) Upaya kesehatan perorangan
d. Jaringan pelayanan Puskesmas
1) Unit Puskesmas pembantu
2) Unit Puskesmas keliling
3) Unit bidan di desa/komunitas
2. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas
disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit
Puskesmas. Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut
dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang
kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.3 3. Eselon
Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di
tingkat kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan
besarnya peran kepala puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di tingkat kecamatan, maka jabatan kepala puskesmas
setingkat dengan eselon III-B. 3Dalam keadaan tidak tersedia tenaga
yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon III-B, ditunjuk
pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria kepala puskesmas
yakni seorang sarjana di bidang kesehatan kesehatan yang kurikulum
pendidikannya mencakup bidang kesehatan masyarakat, dengan
kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.34. Tenaga Kerja
Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri atas:3a. dokter
atau dokter layanan primerb. dokter gigic. perawatd. bidan
e. tenaga kesehatan masyarakatf. tenaga kesehatan lingkungang.
ahli teknologi laboratorium medic
h. tenaga gizi
i. tenaga kefarmasian.j. Tenaga non kesehatan kegiatan
ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan
kegiatan operasional lain di Puskesmas.
M. Tata Kerja Puskesmas2,31. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan
kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di
tingkat kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan,
penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta
penilaian. 12. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dengan demikian secara teknis dan administratif,
puskesmas bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sebaliknya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab membina
serta memberikan bantuan administratif dan teknis kepada puskesmas.
3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama, puskesmas
menjalin kerjasama dan memantau kegiatan yang diselenggarakan.
Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat,
puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan
sesuai kebutuhan. 4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan
Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan
berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Kerjasama tersebut
diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh
dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 5. Dengan Lintas
Sektor
Tanggung jawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat
dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di
tingkat kecamatan.
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif dari
masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif
tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat. BPP tersebut
berperan sebagai mitra puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan
kesehatan.N. Pembiayaan
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab puskesmas,
perlu ditunjang dengan tersedianya pembiayaannya yang cukup. Pada
saat ini ada beberapa sumber pembiayaan puskesmas,yakni: 21.
PemerintahSesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang
berasal dari pemerintah terutama adalah pemerintah kabupaten atau
kota. Di samping itu Puskesmas masih menerima dana yang berasal
dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Dana yang disediakan
oleh pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni: 2a. Dana anggaran
pembangunan yang mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan
peralatan serta pengadaan obat.
b. Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan
gedung dan peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya
operasional.Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan
Kegiatan ke pemerintah kabupaten atau kota untuk seterusnya dibahas
bersama DPRD kabupaten atau kota. Puskesmas diberikan kesempatan
mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota. 2Penanggung jawab penggunaan
anggaran yang diterima puskesmas adalah kepala puskesmas, sedangkan
administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang keuangan puskesmas
yakni seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
atau Kota atas usulan kepala puskesmas. Penggunaan dana sesuai
dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan
berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 22.
Pendapatan PuskesmasSesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat
dikenakan kewajiban membiayai upaya kesehatan perorangan yang
dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh pemerintah daerah
masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebijakan
yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh dari
penyelenggraan upaya kesehatan perorangan ini, yakni: 2a.
Seluruhnya disetor ke kas daerahb. Sebagian dimanfaatkan secara
langsung oleh puskesmasc.Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung
oleh puskesmas
3. Sumber Lain
Pada saat ini puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber
lain seperti: a) PT BPJS yang peruntukkannya sebagai imbal jasa
pelayanan yang diberikan kepada para peserta BPJS. Dana tersebut
dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. b) PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai
imbal jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta
Jamsostek. Dana tersebut juga dibagikan kepada para pelaksana
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.c) JPSBK (Jaring Pengaman
Sosial Bidang Kesehatan)/PKPSBBM (Program Kompensasi Pengurangan
Subsidi Bahan Bakar minyak). 1O. Upaya Kesehatan Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya
kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan
masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.4
Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:4a. pelayanan promosi
kesehatan
b. pelayanan kesehatan lingkungan
c. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d. pelayanan gizi
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya
kesehatan masyarakat esensial diselenggarakan oleh setiap Puskesmas
untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota
bidang kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan
upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang
sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia di masing-masing Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
meliputi : 4a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.
Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama yang dapat dilakukan
oleh Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk: 4a. rawat jalan
b. pelayanan gawat darurat
c. pelayanan satu hari (one day care)
d. home caree. rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
P. PTP (Perencanaan Tingkat Puskesmas)
Pembangunan kesehatan yang telah dijalankan selama ini
mengupayakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dengan
sebaik-baiknya dan seluas-luasnya. Pukesmas merupakan ujung tombak
pelayan kesehatan masyarakat yang mempunyai fungsi sebagai
berikut:51. Pusat pembinaan peran serta masyarakat
2. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat
3. Pusat pengembangan kesehatan masyarakat
Oleh karena itu kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas perlu
dilakukan perencanaan yang terarah dan mantap secara terus menerus.
Perencanaan di Puskesmas dikenal sebagai Perencanaan Tingkat
Puskesmas (PTP). PTP mulai dikembangkan sejak tahun 1992, konsep
ini adalah pengembangan dari metode perencanaan sebelumnya yang
biasa dikenal dengan Micro Planning. PTP bersama dengan
minilokakarya dan stratifikasi Puskesmas merupakan satu kesatuan
dari manajemen Puskesmas. Pada dasarnya PTP memuat 2 (dua) macam
rencana kegiatan yang akan disusun, yaitu:51. Rencana Usulan
Kegiatan (RUK), berisi usulan kegiatan tahun fiskal mendatang.
2. Rencana Kegiatan Anggaran (RKA), berisi rencana pelaksanaan
kegiatan tahun anggaran yang bersangkutan, sesuai alokasi anggaran
yang diterima.
Q. Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, dan Penyusunan PTP
1. Pengertian
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah sebagai suatu proses
kegiatan yang sistematis untuk menyususn atau mempersiapkan
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun
berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kepada
masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan
setempat.6
2. Tujuan
Tujuan umum adalah meningkatnya kemampuan manajemen puskesmas
dalam mengelola kegiatan-kegiatannya dalam upaya peningkatan fungsi
puskesmas sebagai pusat pengembangan, pembinaan dan pelaksanaan
upaya kesehatan di wilayah kerjanya.6Tujuan khusus adalah dapat
disusunnya RPK Puskesmas yang akan dilaksanakan tahun berikutnya
dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan di wilayah kerjanya. RPK
Puskesmas dapat disusun setelah diterimanya alokasi sumber daya
dari berbagai sumber dalam rangka memantapkan penggerakan
pelaksanaan kegiatan dalam tahun yang sedang berjalan.63. Ruang
LingkupPerencanaan kegiatan meliputi semua kegiatan yang tercakup
dalam upaya kesehatan pokok Puskesmas. Kegiatan yang diusulkan
termasuk kegiatan di luar gedung Puskesmas dengan tetap
mempertimbangkan sumber daya yang ada. Rencana dapat dibedakan atas
rencana sekali pakai(single use)dan rencana tetap atau
berulang(standing use).64. Penyusunan
Penyusunan rencana tingkat puskesmas dilakukan dalam 4 tahap
yang masing-masing dirinci dengan langkah-langkahnya sebagai
berikut:6a. Tahap Persiapan
1) Kepala Puskesmas membentuk tim penyusun rencana tingkat
puskesmas yang beranggotakan staf puskesmas lintas program.2)
Kepala Puskesmas mengadakan orientasi agar anggota tim menghayati
pedoman.3) Mempelajari petunjuk teknis dan kebijaksanaan yang
ditetapkan Kementrian kesehatan, provinsi dan dinas kesehatan
kota.
b. Tahapan Analisis Situasi
1) Pengumpulan data situasi umum dan lingkungan tahun lalu
dengan mengisi format yang ada.2) Pengumpulan dan pencapaian
kegiatan dari berbagai upaya kesehatan pokok puskesmas tahun
lalu.3) Analisa data pencapaian kegiatan dibandingkan dengan target
yang telah ditentukan dilakukan dengan mengisi format yang ada. 6c.
Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Dilakukan dalam periode tahun fiscal yang sedang berjalan, untuk
mengusulkan rencana kegiatan tahun fiscal yang akan datang dengan
arahan dari walikota / dinas kesehatan kota.1) Perumusan masalah
dan penyebabnya dengan mengisi format yang ada. Perumusan
pendekatan pemecahan masalah dengan mengisi format yang ada.2)
Penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) dengan mengisi format-
format. d. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Dilakukan setelah Rakerkesda kota,dimana informasi mengenai
anggaran tahun yang akan datang untuk masing-masing puskesmas telah
diberitahukan oleh walikota / dinas kesehatan.
1) Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) dengan mengisi
format.
2) Melakukan analisis hambatan potensial dan cara mencegahnya
dengan mengisi format. R. Manajemen Puskesmas
Adalah kegiatan pengelolaan puskesmas yang meliputi semua
rangkaian kegiatan mulai dari: 61. Perencanaan Puskesmas ( P1 )
Merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun
atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas
pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah
kesehatan setempat. 6a. Tujuan umum : meningkatkan kemampuan
manajemen puskesmas untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan
bagi masyarakat
b. Tujuan khusus :
1) Dapat disusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk tahun
berikutnya
Upaya Kesehatan Puskesmas Wajib 1. Upaya kesehatan ibu, anak
& kb2. Upaya promosi kesehatan3. Upaya kesehatan lingkungan4.
Upaya perbaikan gizi5. Upaya pencegahan & pemberantasan
penyakit menular6. Upaya pengobatan dasar Upaya Kesehatan Puskesmas
PengembanganDilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat
yang ada dan kemampuan Puskesmas. Apabila ada masalah kesehatan
tetapi puskesmas tidak mampu maka pelaksanaan oleh dinas kesehatan
kabupaten/Kota2) Dapat disusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
untuk tahun yang berjalanLangkah-langkah dalam perencanaan
kesehatan adalah:6a. Analisa situasi
Adalah mempelajari atau mengkaji situasi yang ada melalui
data-data, observasi dan pengalaman yang dirumuskan menjadi suatu
kesimpulan tentang keadaan umum, keadaan khusus dan masalah yang
ada. b. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas
masalah
Cara menetapkan prioritas masalah :
1) Pan American Health Organization ( PAHO ) yang menggunakan
parameter dari Prevalens ( Magnitude ), Keparahan ( Severity ),
Kesiapan, teknologi (Vulnerability), Community atau Political
concern2) Desease burden adalah beban yang ditimbulkan akibat
masalah kesehatan dengan metode DALY ( Disability Adjusted Life
Years )3) Metode Delbeque dan metode Delphi, yang merupakan Nominal
Group Process
c. Merumuskan tujuan program dan target yang akan dicapai
Dalam menentukan tujuan program diperlukan perhatian terhadap
beberapa faktor, yaitu Potensi organisasi, Target program, dan
Target waktu
Tujuan harus SMART, yang berarti :61) Spesific ( Interpretasi
sama )tujuan harus ditulis dengan kalimat yang kalau dibaca siapa
saja akan memiliki interpretasi yang sama, atau ditambahkan
penjelasan tentang maksud dari kalimat tujuan tersebut.2)
Measurable ( dapat diukur ), tujuan harus bisa diukur secara
kuantitaif, kecuali beberapa hal yang bisa diukur secara
kualitatif, misal : warna. Bau dan lainnya.3) Apropriate ( sesuai
dengan strategi nasional, tujuan program atau institusi ), tujuan
yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan tujuan di atasnya yang
terkait dengan program yang dibuat, misal : tujuan program tahunan
puskesmas tidak boleh bertentangan dengan tujuan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.4) Realistic ( dapat dilaksanakan ), tujuan harus
realistis, yaitu masuk akal dan bisa dicapai.5) Time bound (
rencana sesuai target waktu ) tujuan harus mempunyai batasan waktu
pencapaian dengan jelas. d. Mengkaji faktor-faktor yang membantu
dan menghambat tujuan
e. Merumuskan kegiatan yang harus dilaksanakan
2. Penggerakan, Pelaksanaan, berbentuk Minilokakarya puskesmas
(P2) 6a. Pengorganisasian
Merupakan langkah kegiatan pertama untuk menentukan : personil,
biaya, tugas dan wewenang, waktu kegiatan, sasaran, sarana dan
prasarana, pencatatan dan pelaporan.
b. Pelaksanaan Pengorganisasian
Merupakan pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan dan
dilaksanakan oleh organisasi atau tim yang telah dibentuk, meliputi
:
1) Upaya kesehatan masyarakat
2) Pencatatan dan pelaporan
3) Keterlibatan lintas sektoral dan program
4) Pengelolaan keuangan
5) Pengelolaan obat
6) Pemanfaatan dan pemeliharaan sarana
c. Lokakarya mini
Lokakarya Mini Puskesmas merupakan suatu pertemuan antar petugas
Puskesmas dan petugas Puskesmas dengan sektor terkait (lintas
sektoral) untuk meningkatkan kerjasama tim, memantau cakupan
pelayanan Puskesmas serta membina peran serta masyarakat secara
terpadu agar dapat meningkatkan fungsi Puskesmas. Ditinjau dari
fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan (P1), Penggerakan
Pelaksanaan (P2) dan Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3) maka
Lokakarya Mini Puskesmas merupakan penerapan Penggerakan,
Pelaksanaan (P2).1) Tujuan Umum6Meningkatkan fungsi Puskesmas
melalui penggerakan pelaksanaan Puskesmas, bekerjasama dalam tim
dan membia kerja sama lintas program serta lintas sektoral,
2) Tujuan Khusus6a. Tergalangnya kerjasama dalam tim antar
tenaga Puskesmas dan pelaksana
b. Terselenggaranya lokakarya bulanan antar tenaga Puskesmas
dalam rangka pemantauan hasil kerja tenaga Puskesmas dengan cara
membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan
hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah
binaan dengan targetnya serta teersusunnya rencana kerja bulan
berikutnya.c. Tergalangnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka
pembinaan dan pengembangan peran serta masyarakat secara terpadu.d.
Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam ranngka
mengkaji kegiatan kerjasama lintas sektoral dan tersusunnya rencana
kerja tribulan berikutnya. Manfaatnya adalah mengevaluasi kegiatan
yang telah dilakuakan pada bulan lalu dan untuk merencanakan
kegiatan yang akan dilakukan.II. Upaya Kesehatan Wajib71. Upaya
Promosi Kesehatan
B. Definisi
Promosi kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang
untuk membawa perbaikan berupa perubahan perilaku, baik di dalam
masyarakat maupun lingkungan organisasi, lingkungan fisik, non
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.7
C. Strategi Promosi Kesehatan
Strategi yang digunakan dalam mewujudkan promosi kesehatan di
antaranya adalah dengan strategi global. Berikut adalah tiga
langkah strategi global:7
1. Advokasi (advocacy)
Kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat
keputusan (decision makers) dan penentu kebijakan (policy makers)
dalam bidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang
mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Denagn demikian, para
pembuat keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan
kabijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undang-undang,
instruksi yang diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat
umum.2. Dukungan sosial (social support)
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan
dari berbagai elemet yang ada di masyarakat. Dukungan dari
masyarakat antara lain berasal dari unsur informal ( tokoh adat dan
agama) dan unsur formal (petugas kesehatan).3. Pemberdayaan
masyarakat (empowerment community)
Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan dalam kaitannya supaya
masyarakat memperoleh kemampuan dalam memperoleh kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Upaya ini dapat dilakukan
melalui penyuluhan kesehatan, pengorganisasian pembangunan
masyarakat (PPM) dalam bentuk pelatihan ketrampilan dalam rangka
meningkatkan pendapatan masyarakat (keluarga) seperti (ketrampilan
beternak, berdagang, menukang).
D. Kegiatan Promosi Kesehatan Di Dalam Gedung Puskesmas71.
Tempat pendaftaran
Memalui media poster, selebaran. Media tersebut dapat dipasang
sdi depan loket pendaftaran, dinding serta dapat dilakukan petugas
melalui lisan saat pendafaran berlangsung.2. Poliknikik
Promosi kesehatan dapat dilaksanaan saat petugas kesehatan
meluangkan waktu untuk menjelaskan serta melayani Tanya jawab
seputar promosi kesehatan. Media yang dapat digunakan yaitu lembar
balik, poster, model anatomi, dan brosur. Media dapat dipasang pada
di ruang tunggu pasien.
3. Di Ruang Pelayanan KIA/KB
Promosi kesehatan dapat dilaksanaan pada petugas kesehatan yang
meluangkan waktu untuk menjelaskan serta melayani Tanya jawab
mengenai kehamilan, persalinan, serta masala kesehatan lainnya.
Sasaran yaitu ibu setelah melahirkan, ibu hamil, ibu yang sakit,
maupun ibu yang tidak sakit, anak, balita. Media promosi kesehatan
dapat di gunakan Media yang dapat digunakan yaitu lembar balik,
poster, model anatomi, dan brosur.
4. Di Ruang Rawat inap
Pemberdayaaan terhadap pasien inap dilakukan terhadap pasien
ibu-ibu bersalin, pasien yang sudah dalam fase penyembuhan dan
pasien penyakit kronis. Tujuannya adalah agar pasien tidak kambuh
dan dapat menjaga kesehatannya. Pemberdayaan yang dapat dilakukan
yaitu, :
a). Di tempat tidur rawat inap dapat dilakukan penyuluhan pada
pasien dan penunggu pasien.
b). Penggunaan bahan bacaan
c). Penyuluhan berkelompok
d). Pemanfaatan ruang tunggu
e). Pendekatan keagamaan5. Di Laboratorium
Dapat menggunkan media poster, selebaran yang dapat di berikan
secara gratis pada pasien. Serta dapat memalui lisan oleh petugas
puskesmas secara langsung.
6. Di Kamar Obat
Promosi kesehatan dapat di berika kepada pasien, keluarga
pasien. Tentang manfaat TOGA, oabat generik, kedisiplinan minum
obat. Media yang digunakan yaitu selebaran poster, tape
recorder/player untuk menyampaikan pesan
7. Di tempat pembayaran
Promodi dapat dilakukan dengan pemberian selebaram, edukasi
melalui lisan oleh petugas puskesmas.Prinsip-prinsip pemberian
informasi melaui konseling kepada pasien/ individu yang perlu
diperhatikan adalah:7
1. Memberikan suasana gembira dan semangat hidup
2. Menghargai pasien/ klien sepenu hati
3. Melihat pasien/individu sebagai subyek
4. Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan
5. Memberikan keteladanan.E. Kegiatan Promosi kesehatan Di Luar
Geduang Puskesmas7Adalah kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan
oleh petugas puskesmas di luar gedung puskesmas namun msih berada
salam ruang lingkup wilayah kerja puskesmas. 71. Kunjungan
Rumah
Untuk masalah kesehatan yang berat, memberikan konseling dan
pengobatan pada pasien. masyarakat yang tidak sakit di berikan
penyuluhan tentang PHBS
2. Pemberdayaan Berjenjang
Promosi kesehatan sebaiknya tidak dilakukan sendiri oeleh
petugas puskesmas. Masyarakat dapat di berdayakan dan berdiri dari
beberapa tatanan.
c
3. Pengorganisasian Masyarakat
Pengorganisasian masyarakat dapat di terapkan di tatanan mana
saja seperti RT/RW, sekolah, pondok pesantrn, kantor, dan pabrik
.
F. Pemantauan dan Evaluasi
1. Pemantauan
Adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian dan pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas.
Pemantauan dapat dilakukan pada pelaksanaan program aksi baik di
puskes,as maupun di lapangan dan juga pembinaan serta membantu
memecahkan masalah-masalah yang ada.7Mekasnisme pemantauan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:7a. Pelaporan yang bersi dan
realisis pelaksanaan dan pencapaian program, promosi kesehatan di
puskesmas, yang di sampaikan oleh pengelola promosi kesehatan di
puskesmas kepada kepala puskesmas setiap bulannya.b. Kunjungan/
peninjauan lapangan di lakukan ke beberapa lokasi/daerah
terpilih.2.EvaluasiDilakukan di setiap tahapan manajerial mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan hasil. Evaluasi dilakukan pada
setiap pertrngahan dan akhir tahun untuk meniali proses dari hasil
pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan indicator keberhasilan7G. Indicator
Keberhasilan
Indicator tersebut bertujuan agar pemantauan dan evaluasi dapat
dilakukan secara paripurna, maka indicator keberhasilan ini
mencakup indicator masukan (input), indicator proses, indicator
keluaran (output) dan indicator dampak (outcome).71. Indicator
masukan
Masukan yang perlu dperhatikan yang berupa komitmen, sumberdaya
manusiam sarana/peralatan dan dana. Oele karena itu indicator
masukan ini dapat mencakup.7a. Ada/tidaknya komitmen kepala
puskesmas yang tercermon dalam rencana umum pengembangan promosi
kesehatan puskesmas.
b. Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang mencerminkan dalam
rencana operasional promosi kesehatan puskesmas.
c. Ada/tidaknya tenaga PKM puskesmas sesuai dengan acuan dalam
standar SDM promosi kesehatan puskesmas
d. Ada/tidaknya tenaga PKM dan tenaga-tenaga kesehatan lain di
puskesmas yang sudah dilatih.
e. Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi keseatan puskesmas
sesuai dengan acuan dalam standar saranan/peralatan promosi
kesehatan puskesmas.
f. Ada/tidaknya dana di puskesmas yang mencukupi untuk
penyelenggaraan promosi kesehatan puskesmas.
2. Indicator proses
a. Sudah/belum dilaksanakannya kegiatan promosi keseatan di
dalam gedung (setiap tenaga kesehatan melakukan promosi atau
diselenggarakan klinik khusus, pemasangan poster, dan atau
frekuensinya.
b. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster,
selebaran,spanduk) yaitu masih bagus atau sudah rusak.
c. Sudah/belum dilaksanakannya kegiatan promosi kesehatan di
masyarakat (kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat).
3. Indicator Dampak
Mengacu pada tujuan dilaksanakannya promosi kesehatan puskesmas,
yaitu terciptanya PHBS di masyarakat. Oeleh sebab itu, kondisi ini
sebaiknya dinilai setelah promosi kesehatan puskesmas berjalan
beberapa lama, yaitu melaui upaya evaluasi.7Tatanan yang dianggap
mewakili untuk dievaluasi adalah tatanan rumah tangga (dalam
kebijakan Nasional Promosi Kesehatan disebutkan bahwa pada 2010,
target rumah tangga ber PHBS adalah 65%). Jadi indicator dampaknya
adalah berupa persentase keluarga atau rumah tangga yang telah
mempraktikkan PHBS. PHBS itu sendiri merupakan komposit dari
sejumlah indicator perilaku.7PHBS yang dilakukan di masyarakat
cukup banyak, tetapi karena keterbatasan sumberdaya untuk
mengevaluasi maka perlu di tetapkan beberapa perilaku yang sangat
sensitive sebagai indicator.7Atas dasar pertimbangan tersebut,
telah di tetapkan criteria perilaku yang merupakan unsur-unsur dari
penggerakan PHBS di tatanan rumah tangga, yaitu:7
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Member bayi ASI eksklusif
c. Menimbang balita
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan memakai sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik
h. Makan sayur dan buah
i. Melakukan aktivitas fisik
j. Tidak merokok didalam rumah.
4. Indicator keluaran
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan yang
dilaksanakan baik secara umum maupun secara khusus. Oleh karena
itu, indicator yang digunakan disini adalah berupa cakupan dari
kegiatan, yaitu misalnya7a. Apakah semua tenaga kesehatan puskesmas
telah melakukan promosi kesehatan
b. Berapa banyak pasien/ klien yang sudah terlayani oleh
berbagai kegiatan promosi kesehatan dalam gedung (konseling,
biblioterapi)
c. Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah
oleh puskesmas.
d. Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah di garap
puskes,as dengan pengorganisasian masyarakat
e. Puskesmas sebagai model institusi kesehatan yang ber PHBS,
yaitu dengan
i. Puskesmas bebas rokok
ii. Lingkungan bersih
iii. Bebas jentik
iv. Jamban sehat
2. Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization)
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Ruang
lingkup kesehatan lingkungan meliputi : penyediaan air minum,
pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, pembuangan
sampah padat, pengendalian vektor, pencegahan / pengendalian
pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan termasuk
higiene susu, pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi,
kesehatan kerja, pengendalian kebisingan, perumahan dan pemukiman,
aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, perencanaaan
daerah perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan
pariwisata, tindakan tindakan sanitasi yang berhubungan dengan
keadaan epidemi / wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk,
tindakan
pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. 72.
Sanitasi DasarSanitasi dasar yaitu sanitasi minimum yang diperlukan
untuk menyehatkan lingkungan pemukiman yang meliputi penyediaan air
bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah
dan pengelolaan sampah.72.1. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh
manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh
masyarakat adalah berasal dari :71. Air Permukaan, yaitu air yang
mengalir di permukaan bumi akan membentuk air permukaan. Air ini
umumnya mendapat pengotoran selama pengalirannya.
2. Air Tanah, secara umum terbagi menjadi : air tanah dangkal
yaitu terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah,
sedangkan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang
pertama.
3. Air Atmosfer/meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni
sangat bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri,
debu dan lain sebagainya. Air mempunyai hubungan yang erat dengan
kesehatan. Apabila tidak diperhatikan, maka air yang dipergunakan
masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mendapatkan
air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi
barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari
kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan
kegiatan-kegiatan lainnya.Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang
berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu :71.
Water Borne Disease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air
yang terkontaminasi oleh bakteri pathogenn dari penderita atau
karier. Bila air yang mengandung kuman pathogen terminum maka dapat
terjadi penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya
Cholera, Typhoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler.
2. Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada
orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara,
misalnya Schistosomiasis.
3. Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh
kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air
bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan.
4. Water Related Insect Vectors, Vektor-vektor insektisida yang
berhubungandengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak
dalam air, misalnya Malaria, Demam Berdarah, Yellow Fever,
Trypanosomiasis.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air
bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi
standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang
terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap
individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di
perdesaan.7Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah
sebagai berikut :7
a. Syarat Fisik : tidak berbau, tidak berasa
b. Syarat Kimia : Kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0
mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l
c. Syarat Mikrobiologis : Jumlah total koliform dalam 100 ml air
yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan
perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.
Sarana air bersih adalah bangunan beserta peralatan dan
perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan
air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air bersih ada beberapa
macam yaitu sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa
tangan dalam, tempat penampungan air hujan, penampungan mata air,
dan perpipaan.7Air sumur merupakan sumber air yang paling banyak
dipergunakan masyarakat Indonesia. Sumur gali yang dipandang
memenuhi syarat kesehatan ialah:71) Lokasi
Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban,
tempat pembuangan air kotor, lubang resapan, tempat pembuangan
sampah, kandang ternak dan tempat-tempat pembuangan kotoran
lainnya.
Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng-lereng
pegunungan, letak sumur gali diatas sumber pencemaran.Lokasi sumur
gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya mengandung
air sepanjang musim. Lokasi sumur gali supaya diusahakan pada
daerah yang bebas banjir.
2) Konstruksi
Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan
tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan.
Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari
permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke
dalam sumur.
Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa sehingga
dapat mencegah masuknya kotoran kembali melalui alat yang
dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan
sebagainya.
Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dengan
tepi luar dinding sumur minimal 1 meter dengan kemiringan ke arah
tepi lantai.
Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air
sepanjang minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai.
Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi
daerah yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah.
Pengolahan air untuk keperluan rumah tangga dapat dilakukan
dengan sederhana dengan cara sebagai berikut :7
a) Sediakanlah bahan-bahan seperti pasir, arang aktif (dapat
dari batok kelapa, tawas, kaporit dan bubuk kapur).
b) Sediakan pula empat buah kaleng. Kaleng pertama dipakai untuk
menampung air yang akan dibersihkan, dalam proses pengolahan
kedalamnya dibubuhi setengah sendok teh kaporit, 2 sendok makan
tawas yang telah dilarutkan terlebih dahulu, kemudian kesemuanya
diaduk dalam beberapa menit. Setelah tampak kepingkeping
bubuhkanlah satu sendok makan bubuk kapur, kemudian aduk lagi,
setelah beberapa menit akan tampak kepingan yang lebih besar.
Setelah itu endapkan selama setengah jam.c) Ke dalam kaleng kedua
yang berisi pasir dialirkan air dari kaleng pertama.
d) Kaleng ketiga adalah sebagai penampung air yang telah
disaring dari kaleng kedua. Air yang mengalir mula-mula keruh,
tetapi lama-lama akan jernih. Air dalam kaleng ketiga ini digunakan
untuk proses pengendapan sisa kotoran yang mungkin ada.
e) Kaleng keempat diisi dengan arang aktif gunanya untuk
menghilangkan bau khlor yang ada. Air yang keluar dari kaleng
keempat ini, telah dapat dipergunakan untuk sumber air bersih.
2.2.2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang
tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuhh ini
berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil
dari proses pernafasan.Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu
kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan
urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus.7Penyediaan
sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup
penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan
pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari
lingkungan terutama tanah dan sumber air.7
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai
macam penyakit seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam
cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan
sebagainya.7Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam
membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan :
71. Tidak mencemari air
Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika
keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan
dengan tanah liat atau diplester.
Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air
kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,
empang, danau, sungai, dan laut
2. Tidak mencemari tanah permukaan
Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun,
pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.Jamban
yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau
dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga
Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras
setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk
demam berdarah
Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk.
Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah
yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup
setiap selesai digunakan
Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus
tertutup rapat oleh air
Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodik
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding
lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu
atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya
Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran
Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke
saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran
Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran
karena jamban akan cepat penuh
Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan
pipa berdiameter minimal 4 inci.
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
Jamban harus berdinding dan berpintu
Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
2.3. Pembuangan Air Limbah
Yang dimaksud dengan air limbah, air kotoran atau air bekas
adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang
bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan, dan lazimnya
muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi.
Beberapa sumber air buangan :7a. Air buangan rumah tangga (domestic
waste water)
Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang
terdiri dari ekskreta (tinja dan urine), air bekas cucian, dapur
dan kamar mandi, dimana sebagian besar merupakan bahan-bahan
organik.b. Air buangan kotapraja (minicipal waste water)
Air buangan ini umumnya berasal dari daerah perkotaan,
perdagangan, selokan, tempat ibadah dan tempat-tempat umum
lainnya.
c. Air buangan industri (industrial waste water)
Air buangan yang berasal dari berbagai macam industri. Pada
umumnya lebih sulit pengolahannya serta mempunyai variasi yang
luas. Zat-zat yang terkandung didalamnya misalnya logam berat, zat
pelarut, amoniak dan lain-lain.Dalam kehidupan sehari-hari
pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara menyalurkan air limbah
tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya. Air
buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media
perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun
serangga yyang dapat menjadi media transmisi penyakit seperti
Cholera, Thypus Abdominalis, Dysentri Basiler, dan sebagainya.
Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu :71. Terhadap
Lingkungan
Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi,
bakteriologis yang dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila
tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran
terhadap air permukaan, tanah, atau lingkungan hidup lainnya.
Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau yang tidak enak
serta pemandangan yang tidak menyenangkan.
2. Terhadap Kesehatan Masyarakat
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan
dapat menjadi media tempat berkembang biaknya mikroorganisme
pathogen, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air
yang tercemar.2.4. Pengelolaan Sampah
Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu
yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi
dengan sendirinya.7Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi menjadi
dua jenis, yaitu :71) Sampah organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan
maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah
organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik
basah dimaksudkan sampah yang mempunyai kandungan air yang cukup
tinggi, contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sementara bahan yang
termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang
kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering diantaranya
kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.
2) Sampah anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini
bisa berasal dari bahan yang bisa diperbarui dan bahan yang
berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke dalam kategori ini
bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang terbuat dari
plastik dan logam.
Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan
pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah
tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.
a. Penyimpanan sampah
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah
tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang
(dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda
untuk macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan
penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya.
Syarat-syarat tempat sampah antara lain : (i) konstruksinya kuat
agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah, (ii)
mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
dibersihkan, sangat dianjurkan afar tutup sampah ini dapat dibuka
atau ditutup tanpa mengotori tangan, (iii) ukuran tempat sampah
sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
b. Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing
rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab
itu setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk
mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan
sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara
(TPS) sampah, dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir
(TPA).
Mekanisme, sistem atau cara pengangkutannya untuk daerah
perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang
didukung oleh partisipan masyarakat produksi sampah, khususnya
dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya
sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan
TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar
atau dijadikan pupuk.c. Pemusnahan sampah
Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain :
1. ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat
lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan
sampah;
2. dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan
membakar di dalam tungku pembakaran;
3. dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah
menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa
makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh
negatif terhadap masyarakat dan lingkungan. Adapun
pengaruh-pengaruh tersebut antara lain.7,81. Terhadap Kesehatan
Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat yang
baik bagi vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan
binatang-binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak
dengan cepat sehingga dapat menimbulkan penyakit.
2. Terhadap Lingkungan
Dapat mengganggu estetika serta kesegaran udara lingkungan
masyarakat akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses
pembusukan sampah oleh mikroorganisme.
Debu-debu yang berterbangan dapat mengganggu mata serta
pernafasan.
Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat
mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara
karena ada asap di udara.
Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan
estetika yang terganggu, menyebabkan pendangkalan saluran serta
mengurangi kemampuan daya aliran saluran.
Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang
daya serap alirannya sudah menurun.
Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan
terjadinya pengotoran badan air.
3. Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping
kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat
tinggal serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim serta
makhluk hidup lainnya. Selain itu rumah juga merupakan tempat
berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar
waktunya. 7
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan
manusia. Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup
luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan
aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Rumah
sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan
tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang
sempurna baik fisik, rohani maupun social.7Rumah sehat menurut
Winslow memiliki kriteria, antara lain :
1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis
2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis
3. Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit
Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, secara umum rumah dapat dikatakan
sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :71. Memenuhi
kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan
limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang
harus diperhatikan :91) Bahan bangunan
a) Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari
tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan
lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap
penghuninya. Oleh sebab itu, perlu dilapisi dengan lapisan yang
kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan
lain-lain.
b) Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap,
untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan serangga, hujan dan
angin, serta melindungi dari pengaruh panas dan angin dari luar.
Bahan dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan api yaitu
dinding dari batu.
c) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan.
d) Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari
gangguan angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari
pencemaran udara seperti debu, asap dan lain-lain. Atap yang paling
baik adalah atap dari genteng karena bersifat isolator, sejuk
dimusim panas dan hangat di musim hujan.2) Ventilasi
Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini
karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama adalah
sebagai lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam
ruangan dan keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross
ventilation). Dengan adanya ventilasi silang akan terjamin adanya
gerak udara yang lancar dalam ruangan.Fungsi kedua dari ventilasi
adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya
matahari, sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi,
siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang
memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak ada.
3) Ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar ruangan
mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu : (i) Ventilasi
alamiah, dimana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara
alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada
dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha
lain untuk melindungi penghuninya dari gigitan serangga tersebut.
(ii) Ventilasi buatan, dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin
pengisap udara.
3. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya
yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari, di samping
kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk
hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak
cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat
merusak mata. Ada dua sumber cahaya yang dapat dipergunakan, yakni
(i) Cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah yang sehat harus mempunyai
jalan masuk cahaya matahari yang cukup. Sebaiknya jalan masuk
cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas
lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. (ii) Cahaya buatan, yaitu
menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak
tanah, listrik dan sebagainya. 4. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding
dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan
kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat
menyediakan 2,5 3 m2 untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).3.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
1.Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA)a. Definisi Program
Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA)
Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari
enam program pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan
efisien meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.10b. Tujuan Program
Kesehatan Ibu dan Anak
Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian
target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2015,
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan
kualitas manusia seutuhnya. 10Tujuan Khusus10a. Meningkatnya
kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma,
penyelenggaraan Posyandu dan sebagainyab. Meningkatnya upaya
pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di
dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita,
serta di sekolah TK.c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan
bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu
menyusui.d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.e.
Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,
anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam
keluarganya. c.Program Pokok pada Pelayanan KIABerdasarkan standar
pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, maka program di
puskesmas, khususnya KIA harus meliputi sebagai berikut :11
1. Pelayanan Antenatal
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama kehamilannya, yang disesuaikan dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Antenatal, yang terdiri dari :11
a. Timbang berat badanb. Ukur tekanan darahc. Nilai status gizi
(LILA)d. Ukur tinggi fundus uterie. Tentukan presentasi janin dan
denyut jantung janin (DJJ).
f. Pemberian imunisasi TT lengkapg. Pemberian Tablet Fe minimal
90 tablet selama kehamilan.
h. Test laboratorium (rutin dan khusus)i. Tatalaksana kasusj.
Temu wicara (konseling)
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, yaitu 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan
kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. 112. Pertolongan Persalinan
oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten. Hal ini diutamakan untuk :11a. Mencegah terjadinya
infeksi
b. Menerapkan metode persalinan yang sesuai dengan standar
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e. Memberikan injeksi vit K 1 dan salep mata pada bayi baru
lahir
3. Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan
Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko
dan komplikasi kebidanan. 11Faktor resiko pada ibu hamil adalah
:11a. Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun
b. Anak > 4 orang
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2
tahun
d. Kurang energi kronis (KEK) dengan LLA < 23,5 cm atau
penambahan berat badan > 9 kg selama masa kehamilan
e. Anemia dengan Hb < 11 g/dl
f. TB < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau pada
kehamilan sekarang.
h. Sedang menderita penyakit kronis antaranya : TBC, kelainan
jantung, ginjal, hati, kelainan endokrin, tumor dan keganasan
i. Riwayat kehamilan buruk (abortus berulang, mola hidatidosa,
KPD, kehamilan ektopik, bayi dengan cacat kongenital)
j. Riwayat persalinan dengan komplikasi (sectio cesaria,
ekstraksi vakum / forcep)
k. Kelainan jumlah janin (kehamilan ganda)
l. Kelainan besar janin
m. Kelainan letak janin
4. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif
sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan. Pelayanan obstetri :11a. Penanganan
pendarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas
b. Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan
c. Pencegahan dan penanganan infeksi
d. Penanganan partus lama / macet
e. Penanganan abortus
f. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan
transportasi rujukan
Pelayanan neonatus :11a. Pencegahan dan penanganan asfiksia
b. Pencegahan dan penanganan hipotermi
c. Penanganan BBLR
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,
ikterus ringan sedang
e. Pencegahan dan penangan gangguan minum
5. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan Ibu Nifas merupakan pelayanan kesehatan
sesuai standar pada ibu mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca
bersalin oleh tenaga kesehatan kunjungan nifas minimal sebanyak 3
kali dengan ketentuan waktu:12
a. Kunjungan nifas pertama (KF1)
: 6 jam 3 hari pasca persalinan
b. Kunjungan nifas kedua (KF2)
: 4 28 hari pasca persalinan
c. Kunjungan nifas ketiga (KF3)
: 29 42 hari pasca persalinan
Pelayanan yang diberikan adalah :12a. Pemeriksaan TD, nadi,
respirasi dan suhu
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri)
c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam lainnya
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif
e. Pemberian kapsul vit A sebanyak 2 kali (segera setelah
melahirkan dan 24 jam setelah pemberian pertama)
f. Pelayanan KB pasca persalinan
6. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 28 hari setelah lahir,
yaitu:12a. Kunjungan Neonatus ke-1 ( KN 1 ) : 6 - 48 jam setelah
lahir
b. Kunjungan Neonatus ke-2 ( KN 2 ) : hari ke 3 7 setelah
lahir
c. Kunjungan Neonatus ke-3 ( KN 3 ) : hari ke 8 28 setelah
lahir
7. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi
Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,
kecatatan dan kematian oleh tenaga kesehatan.12Tanda- tanda
neonatus dengan komplikasi :12a. Tidak mau minum / menyusu atau
memuntahkan semua yang masuk kemulutnya
b. Riwayat kejang
c. Bergerak jika hanya dirangsang
d. Frewensi napas < 30 x / menit atau > 60 x / menit
e. Suhu tubuh < 35,5 0C atau > 37,5 0C
f. Tarikan dinding dada kedalam sangat kuat
g. Ada pustul di kulit
h. Nanah banyak di mata
i. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
j. BBLR atau ada masalah menyusu
k. Berat menurut umur rendah
l. Adanya kelainan kongenital
m. Prematuritas
n. Asfiksia
o. Infeksi bakteri
p. Kejang
q. Ikterus
r. Diare
s. Hipotermi
t. Tetanus neonatorum
u. Trauma lahir, sindrom gangguan pernapasan, dll.8. Pelayanan
Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya
4 kali, selama periode 29 hari sampai 11 bulan setelah
lahir.12Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :12a. Pemberian
imunisasi dasar lengkap (BCG, polio 1- 4, DPT / Hb, campak) sebelum
usia 1 tahun
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi
(SDIDTK)
c. Pemberian vitamin A (6 11 bulan)
d. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI,
tanda tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan
buku KIA.
e. Penanganan dan rujukan kasus jika perlu
f. Penanganan dengan metoda MTBS9. Pelayanan Kesehatan Anak
BalitaMasa balita merupaka masa keemasan atau golden periode dimana
terbentuk dasar dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara
serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal
pertumbuhan moral.12 Pelayanan sesuai standar yang diberikan
meliputi :12a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali
setahun
b. Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang
(SDIDTK)
c. Pemberian vitamin A dosis tinggi, 2 kali setahun.
d. Kepemilikan dan pemamfaatan buku KIA oleh setiap anak
balita
e. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menngunakan
pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) 10. Sistem
Kesiagaan Di Bidang KIA di Tingkat Masyarakat Sistem kesiagaan di
bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas:12
a. Sistem pencatatan-pemantauan
b. Sistem transportasi-komunikasi
c. Sistem pendanaan
d. Sistem pendonor darah
e. Sistem Informasi KB
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses
memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu
saja, tetapi juga merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan
upaya perubahan perilaku, yaitu:121. Upaya mobilisasi sosial untuk
menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat, khususnya untuk
membantu ibu hamil saat bersalin.2. Upaya untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka kematian maternal.3.
Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat
dalam menolong perempuan saat hamil dan persalinan.4. Upaya untuk
menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh
tenaga kesehatan profesional. 5. Merupakan proses pemberdayaan
masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi masalah mereka
sendiri.6. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah
kesehatan maternal.7. Upaya untuk melibatkan semua pemanggku
kepentingan (stakeholders) dalam mengatasi masalah kesehatan. 1.5
Manajemen Kegiatan KIAPemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui
Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS-KIA). Pemantauan Wilayah
Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat
untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan
dipergunakan untuk pemantauan program KIA secara teknis maupun non
teknis, yaitu : 121. Indikator Pemantauan TeknisIndikator ini
digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan
yang terdiri dari :a. Indikator Aksesb. Indikator Cakupan Ibu
Hamilc. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatand.
Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakate.
Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatanf.
Indikator Neonatal. 2. Indikator Pemantauan Non teknisIndikator ini
dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah
operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga
dimengerti dan mendapatkan bantuan sesuai keperluan.
Indikator-indikator