Page 1
FAKTOR RISIKO KANKER PARU
DI RSUP PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2009-2010
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
PUTRI NURAINI
NIM 108103000003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1432 H/2011 M
Page 2
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 22 September 2011
Putri Nuraini
Page 3
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
FAKTOR RISIKO KANKER PARU DI RSUP PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2009-2010
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (SKed)
Oleh : PUTRI NURAINI
NIM: 108103000003
Pembimbing I
dr.Riva Auda, SpA, MKes
Pembimbing II
Minsarnawati, MKes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1432 H/ 2011 M
Page 4
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul “Analisis Faktor Risiko Kanker Paru di RSUP
Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010” yang diajukan oleh Putri Nuraini
(NIM:108103000003), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22
September 2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (SKed) pada Program Studi Pendidikan
Dokter.
Ciputat, 22 September
2011
DEWAN PENGUJI Penguji I
dr.Yanti Susianti, SpA
Penguji II
dr.Witri Ardini, SpGK
Penguji III
Silvia F. Nasution, M. Biomed
PIMPINAN FAKULTAS
Page 5
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia yang telah diberikan sehingga penelitian yang berjudul “Analisis Faktor
Risiko Kanker Paru di RSUP Persahabatan tahun 2009-2010” dapat
terselesaikan. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya haturkan
terima kasih kepada:
1) Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan
Dra. Farida Hamid, MPd, selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2) DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua
dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan
kesempatan untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di
PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala
yang telah mereka berikan.
3) Dr. Riva Auda, SpA, MKes selaku dosen pembimbing I dan Minsarnawati,
MKes sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan
riset ini.
4) Kedua orang tua saya Achmad Sutardi dan Nafsiah terima kasih karena telah
begitu sabar mendidik saya menjadi seorang pribadi yang tangguh, serta
kakak-kakak saya Wiwin Pudjawati, SE, MM dan Nur Inayati, SSi, dan adik
saya Muhammad Rizqi Bahari yang telah memberi motivasi, doa, nasihat,
serta menghibur dalam penyelesaian penelitian ini.
5) Seluruh teman dan sahabat, baik di PSPD maupun bukan, yang telah
memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 22 September 2011
Penulis
Page 6
ABSTRAK Putri Nuraini. Program Studi Pendidikan Dokter. Analisis Faktor Risiko Kanker Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010. Kanker paru merupakan kanker yang sering terjadi di dunia dengan kejadian sekitar 1,2 juta kasus baru pertahun. Kebanyakan kasus sering terjadi di usia 40 tahun ke atas, dengan perbandingan laki-laki:perempuan adalah 4:1, dan sering diakibatkan karena merokok. Untuk mengetahui faktor risiko usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok dengan kanker paru, dilakukan penelitian kasus kontrol dengan sampel kasus sebanyak 100 orang dan kontrol 100 orang. Sampel pada penelitian ini diambil dari pasien RSUP Persahabatan Jakarta. Hasil analisa statistik uji odd ratio menunjukkan bahwa pada usia 40 tahun ke atas berisiko 18,188 kali mengalami kanker paru dibandingkan dengan usia kurang dari 40 tahun, laki-laki berisiko 4,636 kali mengalami kanker paru dibandingkan perempuan, merokok aktif berisiko 4,700 kali mengalami kanker paru dibandingkan tidak merokok. Oleh karena itu, sebelum usia 40 tahun lakukan tindakan preventif sedini mungkin dengan tidak merokok terutama pada laki-laki. Kata kunci : kanker paru, kasus kontrol, faktor risiko
ABSTRACT
Putri Nuraini. Study Program Medical Education. Risk Factors Analysis of Lung Cancer at RSUP Persahabatan Jakarta 2009-2010. Lung cancer is the most common cancer in the world with about 1,2 million new cases diagnosed per year. The majority of cases are most common at age 40 years and above, with male-female ratio of 4:1, and majority is due to smoking. To know the risk factors between age, gender, smoking habit with lung cancer, a case control study was held with 100 case of lung cancer and 100 case is not lung cancer. The sample of this study are patients of RSUP Persahabatan Jakarta. The statistical odd ratio results showed that the age 40 years and above have the risk of 18,188 times more to have lung cancer than those below 40 years old, and male have the risk 4,636 times more to have lung cancer than female, active smokers have the risk 4,700 times more likely than non-smokers. Therefore preventive action should be taken as early as possible, especially for thos under 40 years old, non-smokers, of the male. Keywords: lung cancer, case control, risk factors
Page 7
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
ABSTRAK/ABSTRACT ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI .........................................................................................................vii
DAFTAR TABLE ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR BAGAN .................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3. Hipotesis ............................................................................................................ 3
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
1.4.1. Tujuan Umum .......................................................................................... 3
1.4.2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1. Landasan Teori .................................................................................................. 5
2.1.1. Kanker Paru ............................................................................................. 5
2.1.2. Epidemiologi Kanker Paru........................................................................ 5
2.1.3. Klasifikasi Kanker Paru ............................................................................ 6
2.1.4. Patologi Kanker Paru ................................................................................ 7
2.1.5. Stadium Klinis .......................................................................................... 8
2.1.6. Manifestasi Klinis .................................................................................... 9
2.1.7. Faktor Risiko Kanker Paru ..................................................................... 11
2.1.8. Diagnosis Kanker Paru ........................................................................... 14
2.2. Kerangka Konsep ............................................................................................. 17
2.3. Definisi Operasional......................................................................................... 17
Page 8
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 19
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................. 19
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 19
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 19
3.3.1. Populasi ................................................................................................... 19
3.3.2. Sampel .................................................................................................... 19
3.3.3. Cara Pengambilan Sampel ....................................................................... 20
3.3.4. Kriteria Sampel ........................................................................................ 21
3.4. Cara Kerja Penelitian ....................................................................................... 21
3.5. Managemen Data ............................................................................................. 22
3.5.1. Pengumpulan Data .................................................................................. 22
3.5.2. Pengolahan Data ..................................................................................... 22
3.5.3. Analisis Data .......................................................................................... 22
3.5.4. Interpretasi Hasil .................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 25
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 25
4.2. Karakteristik Subek Penelitian.......................................................................... 25
4.3. Analisis Univariat ............................................................................................ 25
4.3.1. Distribusi Frekuensi Usia, Jenis Kelamin, dan Kebiasaan Merokok ........ 26
4.4. Analisis Bivariat............................................................................................... 27
4.4.1. Pengaruh Faktor Usia terhadap Kanker Paru ........................................... 27
4.4.2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap Kanker Paru ............................ 28
4.4.3. Pengaruh Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kanker Paru ................... 29
4.5. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 30
5.1. Simpulan .......................................................................................................... 30
5.2. Saran ................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 32
LAMPIRAN .......................................................................................................... 35
Page 9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pembagian Stadium Kanker ...................................................................... 8
Tabel 2.2. Definisi Operasional ............................................................................... 17
Tabel 3.1. Cara Menghitung Odd Ratio ................................................................... 24
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi kejdian Kanker Paru berdasarkan Umur, jenis
kelamin dan kebiasaan merokok .............................................................. 25
Tabel 4.2. Analisis Faktor Usia terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP
Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 .................................................... 26
Tabel 4.2. Analisis Faktor Usia terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP
Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 .................................................... 26
Tabel 4.3. Analisis Faktor Jenis Kelamin terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP
Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 .................................................... 27
Tabel 4.4. Analisis Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Kanker Paru di
RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010 ......................................... 28
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1. Distribusi Frekuensi Jenis-jenis Kanker di RS Dharmais Jakarta tahun
2007 ....................................................................................................... 6
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1. Proses Pengolahan Data......................................................................... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Riwayat Hidup
Lampiran 2 Hasil Output Uji Statistik
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari RSUP Persahabatan
Page 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diperkirakan ratusan ribu sampai jutaan penduduk dunia terkena penyakit
paru setiap tahun dan hal tersebut menyebabkan 19% penyebab kematian di
seluruh dunia dan 15% penyebab kecacatan sepanjang hidup. Perlu perhatian pada
5 besar penyakit paru saat ini yaitu kanker paru, penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), tuberkulosis, pneumonia dan asma. Dua diantaranya adalah terkait
dengan merokok yaitu kanker paru dan PPOK. Menurut proyeksi WHO tahun
2020 infeksi saluran napas bawah, tuberkulosis,TB-HIV termasuk 10 penyebab
masalah kesehatan masyarakat di dunia. Di negara maju seperti Amerika Serikat
dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit
kardiovaskuler.1,2
Kematian global akibat kanker diproyeksikan meningkat di masa yang
akan datang dari 7,4 juta tahun 2004 menjadi 12 juta pada tahun 2030 dengan
kanker paru sebagai penyebab nomor satu dan diperkirakan peningkatan kanker
paru lebih cepat dibanding kanker lainnya karena berhubungan langsung dengan
asap rokok. Data RSUP Persahabatan Jakarta menunjukkan bahwa 24,5%
perempuan dan 83,6% pria pasien kanker paru adalah perokok. Angka ini tidak
mengejutkan karena sesuai dengan laporan dari banyak negara. Di Indonesia
penyakit pernapasan merupakan penyebab kesakitan dan kematian terbanyak,
menduduki 10 besar peringkat utama dengan variasi penyakit dari infeksi
pernapasan akut, bronkitis kronik, penyakit paru obstruksi kronik, asma,
emfisema sampai kanker paru.1
Kanker paru merupakan kasus kanker yang sering terjadi di dunia dengan
kejadian sekitar 1,2 juta kasus baru pertahun. Kasus kanker paru baik di Amerika
ataupun negara-negara industri lainnya sekitar 90% berhubungan dengan
merokok. Organisasi American Cancer Society mengemukakan pada tahun 2006
bahwa kanker paru pada laki-laki terdapat 114.760 kasus baru, dan pada
perempuan terdapat 98.620 kasus baru. Kanker paru merupakan penyebab
Page 11
kematian terparah pada kedua jenis gender di Amerika pada tahun 2007, 70.880
kematian pada perempuan, dan 89.510 kematian pada laki-laki.2
Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat 3 kanker terbanyak. Kanker
paru menduduki urutan ke-3 sebanyak 113 kasus setelah kanker payudara dan
kanker serviks di RS kanker Dharmais Jakarta pada tahun 2007. Di Rumah Sakit
Umum Pusat Persahabatan angka kejadian kanker paru terus meningkat,
didapatkan pada tahun 2003 sebanyak 213 kasus, tahun 2004 sebanyak 220 kasus,
tahun 2005 sebanyak 140 kasus, tahun 2006 sebanyak 218 kasus, tahun 2007
sebanyak 282 kasus, tahun 2009 sebanyak 376 kasus, dan tahun 2010 sebanyak
550 kasus. Kanker paru merupakan penyakit yang harus diwaspadai pada
kelompok risiko usia lebih dari 40 tahun, laki-laki, terlebih lagi pada perokok
aktif. Karakteristik pasien kanker paru di Indonesia tidak berbeda dengan negara-
negara lain dengan perbandingan 4 : 1 (laki-laki : perempuan).1,3
Selain jumlah kasus yang semakin meningkat, masalah lain dari kanker paru
adalah banyak angka kejadian dari kanker paru terlambat terdiagnosis, dimana
70% penderita terdiagnosis pada stadium IIIB dan IV, sehingga lebih dari 50%
kanker telah menyebar ke seluruh tubuh (metastasis) melalui aliran darah dan
getah bening, sel kanker dapat menyebar ke tulang, otak, hati dan kelenjar
adrenal. Dari kasus tersebut yang diobati, hampir tidak ada satu persen di antara
100 penderita yang sembuh.4
Secara statistik, sekitar 90% kanker paru terjadi pada perokok aktif atau
mereka yang baru berhenti. Peningkatan risiko menjadi 60 kali lebih besar pada
perokok berat (dua bungkus sehari selama 20 tahun) dibandingkan dengan bukan
perokok. Perokok pasif (berada dekat dengan perokok) meningkatkan risiko
menderita kanker paru hingga mendekati dua kali lipat. Rokok/tembakau dapat
menyebabkan berbagai penyakit tidak menular seperti jantung, gangguan
pembuluh darah, stroke, kanker paru, dan kanker mulut. Rokok juga
menyebabkan penurunan kesuburan, peningkatan insidens hamil di luar
kandungan, pertumbuhan janin (fisik dan IQ) yang melambat, kejang pada
kehamilan, gangguan imunitas bayi dan peningkatan kematian perinatal. Dari
seluruh pasien yang memderita kanker paru, 18% diantaranya gagal untuk
menghentikan kebiasaan merokoknya.5
Page 12
Berdasarkan latar belakang di atas, dimana prevalensi kejadian kanker paru
di dunia dan Indonesia terus meningkat, sering terlambat diagnosa, dan jumlah
kematian yang tinggi pada penyakit ini. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti
beberapa faktor risiko terjadinya kanker paru di RS Persahabatan pada tahun
2009-2010.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah faktor usia, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok merupakan
faktor risiko kanker paru?
1.3. Hipotesis
Usia 40 tahun ke atas, jenis kelamin laki-laki, dan kebiasaan merokok aktif
merupakan faktor risiko kanker paru.
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko
kanker paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010.
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya usia 40 tahun ke atas sebagai faktor risiko kanker paru
b. Diketahuinya jenis kelamin laki-laki sebagai faktor risiko kanker paru
c. Diketahuinya kebiasaan merokok aktif sebagai faktor risiko kanker paru
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Kalangan Medis
1. Menambah pengetahuan di bidang kedokteran mengenai faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian kanker paru
2. Sebagai acuan penelitian-penelitian selanjutnya
Page 13
1.5.2. Bagi Penulis
1. Meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami langkah-langkah
penelitian yang meliputi pembuatan proposal, proses penelitian, dan
pembuatan laporan penelitian.
2. Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian kanker paru
3. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam mengelola
penelitian.
4. Mengembangkan daya nalar dan semangat keingintahuan.
5. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh dari penelitian.
1.5.3. Bagi Perguruan Tinggi
1. Melaksanakan kegiatan tridarma perguruan tinggi sebagai lembaga
penyelenggara pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.
2. Meningkatkan hubungan kerjasama dan saling pengertian antara pendidik
dan mahasiswa.
1.5.4. Bagi RSUP Persahabatan
1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan memberikan
informasi tentang kanker paru dan faktor-faktor risikonya.
Page 14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Kanker Paru
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) atau penyebaran
(metastasis) tumor dari organ lain (sekunder). Definisi khusus untuk kanker paru
primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel (jaringan sel) saluran napas atau
bronkus.6
Kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok.
Lebih dari 80% kanker paru berhubungan dengan perokok. Tidak semua perokok
akhirnya menderita kanker paru. Berhenti dari merokok akan mengurangi dengan
sangat berarti risiko seseorang terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok
lebih besar daripada orang-orang yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang
dapat menjadi faktor risiko terutama berkaitan dengan udara yang dihirup.7
2.1.2. Epidemiologi Kanker Paru
Kanker paru dikenal sebagai jenis kanker yang sering pada laki-laki di
daerah industri di negara berkembang. Penelitian epidemiologi kejadian kanker
paru menunjukkan bahwa insidens kanker paru berhubungan dengan faktor
eksternal, lingkungan dan perilaku. Merokok merupakan faktor risiko utama
kanker paru dan pajanan bahan karsinogen di tempat kerja juga mempunyai efek
yang signifikan.8
Di dunia, insiden kanker paru lebih tinggi umumnya adalah negara maju, di
antaranya Inggris, Finlandia dan kalangan Negro Amerika Serikat memiliki
insiden tertinggi, dengan penyesuaian usia insidennya melebihi 100/100.000.
Sejak dianjurkan pantang merokok tahun 1980an, insiden di Amerika Serikat,
Kanada mulai turun. Dari data registrasi tumor di 5 benua yang diterbitkan pusat
registrasi kanker dunia, insiden tertinggi kanker paru pada pria adalah di
Liverpool, Inggris, terendah adalah Senegal dan Nigeria.9
Page 15
Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat 3 kanker terbanyak. Secara
statistik di Rumah Sakit Dharmais pusat kanker nasional, kanker paru menduduki
urutan ke-3 sebanyak 113 kasus setelah kanker payudara dan kanker serviks pada
tahun 2007.10
Grafik 2.1. Distribusi Frekuensi Jenis-jenis Kanker di RS Dharmais Jakarta tahun 2007
2.1.3. Klasifikasi Kanker Paru
Lebih dari 95% kanker paru primer berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkogenik), sisa 5% adalah kelompok lain yang mencakup karsinoid bronkus,
tumor kelenjar bronkus, keganasan mesenkim, limfoma, dan beberapa lesi jinak.7
Kanker paru sekunder adalah kanker yang bermetastasis ke paru, sedangkan
primernya berasal dari luar paru. Insiden kanker paru sekunder adalah 9,7% dari
seluruh kanker paru. Diperkirakan 30% dari neoplasma akan bermetastasis ke
paru. Insiden tumor yang banyak bermetastasis ke paru-paru adalah, Chorio
Carcinoma (80%); Osteo sarcoma (75%); kanker ginjal (70%); kanker tiroid
(65%); melanoma (60%); kanker payudara (55%); kanker prostat (45%); kanker
nasofaring (20%); dan kanker lambung (20%).3
Sumber: Statistik Kanker.Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional 2007. (diakses 19 September 2011). Tersedia dari: http://www.dharmais.co.id/index.php/cance-statistic.html
Page 16
2.1.4. Patologi Kanker Paru
Berdasarkan histologi, Kanker Paru dibagi menjadi 2 kategori utama:
1) Small Cell Lung Cancer (SCLC)
SCLC terjadi sekitar 15% dari semua jenis kanker paru, kanker ini cukup
agresif, frekuensinya berhubungan dengan jarak metastasis dan mempunyai
prognosis yang buruk pada semua kanker paru primer. Gambaran
histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya
diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa
nukleoli. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga
gambaran nekrosis.2,3
2) Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
NSCLC terjadi sekitar 75% dari semua jenis kanker paru. Terbagi lagi
menjadi 3:
a) Adenokarsinoma
Menempati sekitar 35-40% kanker paru. Khas dengan bentuk formasi
glandular dan kecenderungan ke arah pembentukan konfigurasi
papilari. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari bekas
kerusakan jaringan paru (scar). Dapat bertipe sentral ataupun tipe
perifer. Adenokarsinoma sejauh ini juga merupakan tumor tersering
yang timbul pada perempuan, bukan perokok, dan pasien berusia
kurang dari 45 tahun.2,3
b) Karsinoma sel besar
Ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara eksklusi.
Dia termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran diferensiasi skuamosa
atau glandular, sel bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya
disertai infiltrasi sel netrofil.3
c) Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa sekitar 30-35% dari semua kanker paru,
berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan “bridge” intraselular.
Karsinoma skuamosa terutama timbul di trakea, bronkus paru tipe
sentral, karsinoma skuamosa, tipe perifer lebih jarang.3
Page 17
2.1.5. Stadium Klinis
Pembagian stadium kanker dibuat menggunakan sistem TNM oleh The
International System for Staging Lung Cancer, serta diterima oleh The American
Joint Committe on Cancer (AJCC) dan The Union Internationale Contrele Cancer
(UICC) pada tahun 1973 dan kemudian direvisi 1986 dan terakhir pada tahun
1997.3
2.1. Tabel Pembagian Stadium Kanker
Stadium TNM
Karsinoma in situ Tx, N0, M0
Stadium 0 Tis, N0, M0
Stadium IA T1, N0, M0
Stadium IB T2, N0, M0
Stadium IIA T1, N1, M0
Stadium IIB T2, N1, M0
Stadium IIIA T3, N1, M0
T1-3, N2, M0
Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0
T4, N berapa pun, M0
Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1
Keterangan :
Keterangan:
Tx : tumor terbukti ganas didapat dari sekret bronkopulmoner, tapi
tidak terlihat secara bronkoskopis dan radiologis.
Tis : karsinoma in situ
T0 : tidak terbukti adanya tumor primer
T1 : tumor, diameter ≤ 3cm
T2 : tumor, diameter > 3cm
Sumber: Amin Zulkifli. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi Idrus, K Marcellus Simadibrata, Setiati Siti, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-5. Jakarta: FKUI; 2009. h. 2254-2260.
Page 18
T3 : tumor ukuran apapun meluas ke pleura, dinding dada, diafragma,
perikardium, < 2 cm dari karina, terdapat atelektasis total
T4 : tumor ukuran apapun invasi ke mediastinum atau terdapat efusi
pleura malignan
N0 : tidak ada kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat
N1 : metastasis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus
N2 : metastasis KGB mediastinal atas sub karina
N3 : metastasis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau KGB
skaleneus atau supraklavikular
M0 : tidak ada metastasis jinak
M1 : metastasis jinak pada organ (otak, hati, dll)
2.1.1. Manifestasi Klinis
Menurut Amin Z, 2009 dan Fujin Chen, dkk 2008 pada fase awal
kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah
menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat:
1) Lokal (tumor tumbuh setempat):
a) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis: gejala paling sering
pada kanker paru, umumnya batuk kering iritatif, tanpa sputum atau sedikit
sputum mukoid putih. Batuk sering kali dikarenakan tumor mengenai
berbagai percabangan bronkus.
b) Hemoptisis (batuk berdarah): gejala paling khas kanker paru, umumnya
sputum berserat darah atau bernoda darah. Hemoptisis disebabkan kanker
menginvasi kapiler mukosa bronkial, sering bercampur dengan sel ganas
yang terlepas.
c) Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas.
d) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru.
e) Atelektasis.
Page 19
2) Invasi lokal:
a) Nyeri dada, dada penuh: stadium dini hanya tampil sebagai dada terasa
penuh ringan, ketika kanker mengenai pleura parietal atau langsung
menginvasi dinding torak, dapat timbul nyeri menetap di lokasi tersebut.
b) Dispnea karena efusi pleura: tumor menyumbat bronkus menimbulkan
pneumonia obstruktif atau atelektasis merupakan salah satu sebab terjadinya
nafas pendek pasien kanker paru.
c) Invasi ke perikardium (terjadi tamponade atau aritmia)
d) Sindrom vena-kava superior: akibat dari kanker paru langsung menginvasi
atau metastasis kelenjar limfe mediastinum superior kanan mendesak vena
kava superior.
e) Sindrom horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis): disebabkan kanker paru
atau metastasis kelenjar limfe mengenai saraf simpatis paravertebra servikal
VII hingga torakal I.
f) Suara serak: disebabkan invasi atau metastasisi kanker paru yang mengenai
nervus rekuren laringeus.
g) Sindrom pancoast (invasi pada pleksus brakhialis dan saraf simpatis
servikalis): di atas dasar sindrom horner, tumor lebih lanjut mendekstruksi
iga I, II dan saraf pleksus brakialis.
3) Gejala penyakit metastasis:
a) Pada otak (sefalgia, muntah, hemiplegia), tulang (nyeri menetap), hati,
adrenal
b) Limfadenopati servikal dan supraklavikula
4) Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10% kanker paru):
a) Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam (penyebab utama
demam adalah pneumonia obstruktif, kekhasan demam ini adalah
berkepanjangan intermiten, dapat juga disebabkan toksin kanker atau
metastasis sumsum tulang)
b) Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
c) Hipertrofi osteoartropati
Page 20
d) Neurologik: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
e) Neuromiopati
f) Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
g) Dermatologik: eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
h) Renal: syndrome of inapropriate andiuretic hormone (SIADH)
5) Asimtomatik dengan kelainan radiologis
a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
b) Kelainan berupa nodul soliter.3,9
2.1.2. Faktor Risiko Kanker Paru
1) Usia
Usia merupakan faktor risiko penting terjadinya kanker. Insiden kanker
semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Hal tersebut sangat
mungkin disebabkan karena semakin banyaknya pajanan faktor risiko
dan kemampuan mekanisme perbaikan sel yang semakin menurun.
Insiden puncak kanker paru terjadi pada usia antara 45-65 tahun. Pada
penelitian S Christine ditemukan bahwa rata-rata umur pada kasus
kanker paru adalah 51,73 ± 6,87 tahun dengan mayoritas berusia 40-50
tahun sebanyak 50%, diikuti dengan usia antara 51-60 tahun sebanyak
40% dan usia 61 – 70 tahun yaitu sebanyak 10%. Alasan lain mengapa
suatu kanker baru muncul di usia tua adalah pertumbuhannya yang
lambat. Perkembangan kanker kadang-kadang sangat lambat dan hanya
dapat terdeteksi pada stadium lanjut. Kanker dapat berkembang
bertahun-tahun tanpa disadari.7
2) Jenis Kelamin
Sebagian besar kanker paru mengenai laki-laki (65%) dengan resiko
1:13 dan pada perempuan 1:20. Perbandingan laki-laki terhadap
perempuan adalah 4:1. Pada suatu penelitian yang dilakukan di RSUP
H. Adam Malik Medan diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin,
pada kasus kanker paru ditemukan lebih banyak jenis kelamin laki-laki
Page 21
sebanyak 73,3% daripada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
26,7%.3,7
3) Paparan Zat Karsinogen pada Pekerja
a) Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma. Setelah suatu masa
laten-jarang di bawah 20 tahun, dapat mencapai 40 tahun atau lebih
setelah pajanan pertama, dapat timbul mesotelioma, maligna pleura
dan peritoneum. Pajanan asbes merupakan risiko akibat pekerjaan
paling sering untuk kanker paru.11
b) Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
c) Pekerja yang terpajan debu yang mengandung arsen, krom, uranium,
nikel, vinil klorida, dan gas mustard. Gas radon yang ditemukan
secara alami dalam batu, tanah, dan air tanah, dapat juga
meningkatkan risiko.7,11
The International Agency for Research on Cancer (IARC)
menentukan bahwa cat juga dapat menyebabkan kanker terutama kanker
paru di samping kanker esofagus, abdomen dan kandung kencing. Cat
jenis tertentu diduga mengandung beberapa zat yang bersifat karsinogenik.
Sebagian besar pajanan cat melalui inhalasi walaupun dapat juga melalui
kontak kulit atau oral. Beberapa bahan dalam cat yang dapat menyebabkan
kanker paru antara lain timah, kromium, molybdenum, asbestos, arsenik,
titanium dan mineral oil (polycyclic aromatic hydrocarbon).8
4) Merokok
Merokok adalah faktor risiko penyakit paling utama kanker paru.
Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
dengan tingginya insiden kanker paru. Gangguan kesehatan yang dapat
disebabkan oleh rokok berasal dari asap primer dan asap sekunder dari
rokok yang dihisap oleh perokok. Dengan demikian penderita tidak
hanya perokok sendiri (perokok aktif) tetapi juga orang yang berada di
lingkungan asap rokok (Environmental Tobacco Smoke) atau disebut
dengan perokok pasif.12
Page 22
Oleh karena itu, terdapat dua jenis perokok, yaitu:
a) Perokok aktif, yaitu orang yang merokok dan menghisap asap rokok
primer. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita
kanker paru.3
b) Perokok pasif, yaitu orang yang berada di lingkungan asap rokok
yang setidaknya 1 hari dalam seminggu menghirup asap yang
dihembuskan perokok selama lebih dari 15 menit/hari. Belakangan,
dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif
pun akan berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar
asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko
kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar,
dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga
terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker
paru berasal dari perokok pasif.3
Asap rokok sekunder mengandung nikotin lebih banyak dari pada
dalam asap rokok primer. Dengan kata lain bahwa kadar nikotin yang
dilepaskan ke lingkungan lebih banyak dari pada nikotin yang dihisap
oleh perokok. Perbandingan jumlah nikotin dalam asap rokok sekunder
lebih banyak 4-6 kali dari pada yang terdapat dalam asap rokok primer.
Perbedaan ini selain dikarenakan perbedaan dalam pembentukannya,
juga disebabkan karena asap rokok sekunder terus menerus dihasilkan
selama rokok menyala walaupun tidak sedang dihisap. Dengan
demikian merokok tidak saja membahayakan bagi si perokok saja
(perokok aktif), tetapi juga bagi orang di sekitarnya (perokok pasif).12
5) Polusi Udara
Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi
udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural. Termasuk polusi
udara di luar maupun di dalam ruangan, gas buangan industri dan gas
buangan kendaraan bermotor mengandung zat karsinogen, terutama
karsinogen benzopiren paling menonjol.3,9
Page 23
2.1.3. Diagnosis Kanker Paru
a. Deteksi Dini Kanker Paru
Diagnosis klinis karsinoma paru harus berdasarkan analisis
gabungan dari manifestasi klinis dan hasil berbagai teknik pencitraan,
tapi diagnosis pasti final harus diambil dari bukti sitolgi atau
histopatologi. Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus dilakukan
dengan lengkap, pada pasien kanker paru terdapat gejala-gejala klinis
yang telah disebutkan di atas, beberapa faktor yang perlu diperhatikan
pada pasien tersangka kanker paru adalah: faktor umur, kebiasaan
merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga, terpapar zat
karsinogen atau terpapar jamur, dan infeksi yang dapat menyebabkan
nodul soliter paru.3,9
b. Prosedur Diagnostik
1) Foto Rontgen Dada Secara Posterior-anterior (PA) dan Lateral
Pemeriksaan sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Studi dari Mayo Clinic USA, menemukan 61% tumor paru
terdeteksi dalam pemeriksaan rutin dengan rontgen dada biasa.
Foto rontgen dada lebih banyak menemukan adenokarsinoma dan
karsinoma sel skuamosa.3,9
2) Pemeriksaan Computed Tomography dan Magnetic Resonance
Imaging
Pemeriksaan CT scan pada torak, lebih sensitif daripada
pemeriksaan foto dada biasa, karena dapat mendeteksi kelainan
atau nodul dengan diameter minimal 3 mm dan bila lesi di lokasi
tumpang tindih struktur anatomi yang sulit ditemukan pada foto
rontgen serta mudah menentukan karsinoma paru di antara jaringan
sekitarnya. Pemeriksaan CT scan bisa sebagai pemeriksaan
skrining kedua setelah foto dada biasa.3,9
Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin
dikerjakan, karena ia hanya terbatas untuk menilai kelainan tumor
yang menginvasi ke dalam vertebra, medula spinal, dan
mediastinum. Keunggulan MRI dibandingkan CT scan adalah lebih
Page 24
mudah membedakan antara tumor padat dan pembuluh darah, dan
dapat menampilkan trakeobronkus serta pembuluh darah yang
tertekan, bergeser dan terobstruksi, namun dalam memeriksa nodul
kecil dalam paru tidak sebaik CT scan.3,9
3) Pemeriksaan Bone Scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis
ke tulang. Insiden tumor Non Small Cell Lung (NSLC) ke tulang
dilaporkan sebesar 15%.3
c. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum dikerjakan terutama bila pasien ada
keluhan seperti batuk. Pemeriksaan ini merupakan salah satu metode
penting dalam diagnosis kanker paru, suatu metode diagnosis
sederhana non invasif. Pada kanker paru yang letaknya sentral,
pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai
67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Untuk mendapatkan sel tumor
in situ juga hanya bisa dengan pemeriksaan sitologi sputum dengan
bantuan bronkoskopi. Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik
kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar
getah bening servikal, supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus
pada bronkoskopi.3,9
d. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas diagnosis kanker
paru, untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsi
melalui:
1) Bronkoskopi. Modifikasi dari bronkoskopi serat optik dapat
langsung melihat lesi di saluran trakeobronkial, juga dapat menjepit
dan menyikat yang bertujuan mendapatkan jaringan untuk
diagnosis histopatologi dengan pengamatan langsung, berupa: trans
bronchial lung biopsy (TBLB), fluorescence bronchoscopy,
ultrasound bronchoscopy, trans-bronchial needle-aspiration
(TBNA). Hasil positif dengan bronkoskopi ini dapat mencapai 95%
Page 25
untuk tumor yang letaknya sentral dan 70-80% untuk tumor yang
letaknya perifer.3,9
2) Trans Torakal Biopsi (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran >2 cm sensitivitasnya mencapai 90-95%.3
3) Torakoskopi
Indikasi utama melakukan torakoskopi adalah: kelainan pleura,
efusi pleura malignan, lesi difus pleura, dll. Biopsi tumor di daerah
pleura dengan cara Video Assisted Thorachoscopy memiliki
sensitivitas dan spesifisitas hingga 100%.3,9
4) Mediastinoskopi
Mediastinoskopi adalah suatu cara diagnosis melalui suatu lubang
artifisial di celah depan trakea dimasukkan medistinoskop untuk
melihat kelainan sekitar trakea, sekaligus melakukan biopsi.
Pemeriksaan ini sangat berguna dalam memastikan ada tidaknya
metastasis kelenjar limfe mediastinum pada kanker paru. Lebih dari
20% kanker paru bermetastasis ke mediastinum, terutama Small
Cell Ca dan Large Cell Ca. Untuk mendapatkan tumor metastasis
atau kelenjar getah bening yang terlibat dapat melakukan
pemeriksaan mediastinoskopi dengan hasil nilai positif 40%.3,9
5) Torakotomi
Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan jika berbagai
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.3
e. Pemeriksaan Serologi/Tumor Marker
Beberapa tes yang dipakai adalah: CEA (Carcinoma Embryonic
Antigen),NSE (Neuron-spesific enolase),dan Cyfra 21-1 (Cytokeratin
fragments 19).3
Page 26
2.2. Kerangka Konsep
Agar tujuan penelitian ini dapat terlaksana, maka diperlukan kerangka
konsep sebagai dasar untuk melakukan penelitian dan menjawab permasalahan
yang ada. Kerangka konsep yang akan menjadi pengarah dalam penelitian ini
adalah faktor risiko kanker paru di RS Persahabatan, Jakarta tahun 2009-2010.
Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
kanker paru
Usia
Jenis kelamin
Kebiasaan merokok
Page 27
2.3. Definisi Operasional
Tabel 2.2. Definisi Operasional
No. Variabel
penelitian
Definisi opersional Cara ukur Alat
ukur
Skala Hasil ukur
1. Kanker Paru Penyakit keganasan
paru berdasarkan
pemastian diagnosis
dokter yang disertai
pemeriksaan
penunjang yang
tercatat dalam rekam
medik
Data
sekunder
Rekam
medik
Nominal Ya (kanker paru)
Tidak (bukan kanker
paru)
2. Usia Lama hidup
seseorang mulai dari
lahir sampai yang
tercatat dalam rekam
medik
Data
sekunder
Rekam
medik
Ordinal Berisiko (≥40 tahun)
Tidak berisiko (<40
tahun)
3. Jenis kelamin Jenis kelamin pasien
yang tercatat dalam
rekam medik
Data
sekunder
Rekam
medik
Ordinal Berisiko (Laki-laki)
Tidak berisiko
(Perempuan)
4. Kebiasaan
merokok
Kebiasaan
menghisap tembakau
yang dibakar ke
dalam tubuh dan
menghembuskannya
kembali keluar,
dikatakan aktif jika
merokok minimal 1-
4 batang perhari
Data
sekunder
Rekam
medik
Ordinal Berisiko (merokok aktif)
Tidak berisiko (tidak
merokok)
Page 28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yaitu penelitian yang
menganalisis faktor risiko. Pengambilan subjek dimulai dari identifikasi
kelompok kasus, lalu ditelusuri rekam medik subjek tersebut untuk mengetahui
faktor resiko kanker paru yang dimilikinya. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah usia, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok. Sedangkan variabel terikatnya
adalah kejadian kanker paru pada pasien RSUP Persahabatan Jakarta.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sub Bagian Rekam Medis RSUP
Persahabatan Jakarta. Waktu pengambilan data dimulai pada 10 Agustus – 17
September 2011.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah pasien dengan penyakit kanker paru pada
tahun 2009-2010 dan pasien bukan kanker paru yang tercatat dalam rekam medis.
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini terdiri dari kasus yaitu pasien dengan diagnosis
kanker paru dan kontrol yaitu pasien tanpa kanker paru. Besar sampel ditentukan
melalui analitis kategorik tidak berpasangan. Untuk menentukan besar sampel
digunakan rumus sebagai berikut:13
Sampel N1=N2= (Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)² (P1-P2)² N1=N2= (1,64√2x0,58+0,84√0,66x0,34+0,5x0,5)² (0,16) ² N1=N2= 1,13+0,57 0,02 N1=N2= 85
19
Page 29
Zα = deviat baku alfa 5%, hipotesis satu arah = 1,64
Zβ = deviat baku beta 20% = 0,84
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
(0,5)
Q2 = 1-P2 = 1-0,5 = 0,5
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan
judgement peneliti
OR = P1 (1-P2)
P2 (1-P1)
2 = P1 (1-0,5) = P1 x 0,5
0,5 (1-P1) 0,5 (1-P1)
2 (1-P1) = P1
2-2P1 = P1
3P1 = 2
P1 = 2/3 = 0,66
Q1 = 1-P1= 0,34
P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0,16)
P = proporsi total = (PI+P2)/2 = 0,58
Q = 1-P = 0,42
Dari perhitungan di atas didapatkan besar sampel minimal yang harus
di ambil sebanyak 85 orang.
3.3.3. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode non-
probability sampling dengan tekhnik purposive sampling, yaitu pengambilan
sampel non-random yang dilakukan atas dasar suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.14
Page 30
3.3.4. Kriteria sampel
Kasus
Kasus adalah subjek yang didiagnosis menderita penyakit, adapun
kriterianya sebagai berikut:
Inklusi
• Pasien RSUP Persahabatan dengan diagnosis kanker paru berdasarkan
pemeriksaan sitologi sputum atau biopsi histopatologi yang tercatat
dalam rekam medik pada tahun 2009-2010.
Eksklusi
• Pasien tanpa diagnosis kanker paru atau dengan diagnosis kanker paru
sekunder.
• Pasien kanker paru dengan hasil pemeriksaan yang tidak menunjang
penegakkan diagnosis kanker paru.
Kontrol
Kontrol adalah subjek yang tidak menderita penyakit, adapun kriterianya
sebagai berikut:
Inklusi
• Pasien RSUP Persahabatan yang menderita penyakit bukan kanker paru
atau tidak terdiagnosis sebagai kanker paru yang tercatat dalam rekam
medik pada tahun 2009-2010.
Eksklusi
• Pasien yang memiliki penyakit dengan gejala yang sama atau penyakit
yang merupakan diagnosis banding dari kanker paru.
Page 31
3.4. Cara Kerja Penelitian
3.5. Managemen data
3.5.1. Pengumpulan data
Penelitian ini dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan dari RSUP
Persahabatan. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh
melalui rekam medik. Data yang dikumpulkan adalah data kasus kanker paru dan
bukan kanker paru serta 3 variabel yang diteliti yaitu usia, jenis kelamin, dan
kebiasaan merokok.
Mengumpulkan data rekam medik pasien
analisis
pengolahan data
Mengajukan perizinan pengambilan data rekam medik pasien kepada diklit RS
Penyusunan laporan
Presentasi proposal
Menyeleksi data sesuai kriteria inklusi
dan eksklusi
kasus kontrol
Study pendahuluan
Page 32
3.5.2. Pengolahan data
Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan kemudian
diolah dengan menggunakan program SPSS for window. Setelah data terkumpul,
tahap selanjutnya adalah melakukan proses editing yaitu memeriksa data hasil
pengisian kuesioner oleh responden. Setelah proses editing selesai, tahap
selanjutnya adalah proses coding yaitu pemberian nilai kepada setiap jawaban dari
responden dan tahap berikutnya adalah meng-entry data ke perangkat lunak
komputer serta dilakukan proses cleaning data untuk membersihkan kesalahan
data yang dimasukkan. Setelah data benar-benar bersih, baru dilakukan analisa
lebih lanjut terhadap data dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data.
Berikut bagan yang menjelaskan proses pengolahan data :
Bagan 3.1. Proses Pengolahan Data
3.5.3. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat.
• Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk menjelaskan distribusi frekuensi masing-
masing-masing variabel independen.
• Analisis bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besar faktor risiko terjadinya
kanker paru. Untuk analisanya digunakan uji odd ratio. Hasil penelitian
disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.
3.5.4. Interpretasi Hasil
Ukuran faktor risiko bisa dilihat dengan odd ratio (OR), risiko relatif (RR),
dan koefisien korelasi. OR digunakan pada desain kasus kontrol. Nilai OR bisa
dihitung secara manual dengan rumus ad/bc.15
Data Editing Data
Entry Data ke Komputer
Cleaning Data
Coding Data
Page 33
Tabel 3.1. Cara Menghitung Odd Ratio
Kasus Kontrol
Eksposur + A B a+b
Eksposur - C D c+d
a+c b+d
Sumber: Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika; 2009. h. 179-182.
OR = ad bc Interpretasi:
OR = 1 ; tidak ada hubungan
OR < 1 ; faktor pelindung atau protektif
OR ≥ 1 ; faktor risiko/penyebab penyakit
Probabilitasnya dapat dihitung dengan rumus:
P = OR/(1+OR)
Kemaknaan nilai OR pada tingkat kepercayaan sebesar 95% CI
(Confident Interval):
a. Tidak bermakna, jika nilai antara lower limit dan upper limit
mencakup nilai 1.
b. Bermakna, jika nilai antara lower limit dan upper limit tidak
mencakup nilai 1.
Page 34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) Persahabatan Jakarta terletak di Jl.
Persahabatan Raya No. 1 Jakarta Timur 13230. Rumah sakit ini didirikan pada
tahun 1961 atas bantuan Pemerintah Rusia kepada Pemerintah Indonesia.
Penyerahan secara resmi pada tanggal 7 November 1963 yang kemudian dikenal
sebagai hari jadi RSUP Persahabatan. RSUP Persahabatan terus mengalami
perkembangan yang salah satunya menjadi rumah sakit umum (RSU) kelas B-3
wilayah Jakarta Timur, dan menjadi rujukan nasional untuk penyakit paru.16
4.2. Analisis Univariat
Jumlah subjek penelitian ini adalah sebanyak 200 orang, 100 orang untuk
kasus dan 100 orang untuk kontrol, dengan 3 variabel yang diteliti dalam bentuk
distribusi frekuensi sebagai berikut:
4.2.1. Distribusi Frekuensi Usia, Jenis Kelamin, dan Kebiasaan Merokok
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Kanker Paru Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Kebiasaan Merokok
Umur
Kasus Kontrol
n
(100)
% n
(100)
%
≥40 tahun 97 97.0 64 64.0
<40 tahun 3 3.0 36 36.0
Jenis Kelamin
Laki-laki 85 85.0 55 55.0
Perempuan 15 15.0 45 45.0
Kebiasan Merokok Aktif
Ya 78 78.0 43 42.0
Tidak 22 22.0 57 58.0
Sumber:DataPrimer
Page 35
Berdasarkan tabel 4.1. diatas, menunjukkan bahwa pada kelompok kasus,
sebagian besar berusia 40 tahun ke atas yaitu sebanyak 97 orang (97%). Hasil ini
sejalan dengan penelitian Situmeang B tahun 2010 ditemukan proporsi penderita
kanker paru yang tertinggi adalah usia 40 tahun ke atas sebanyak 94,7% dan pada
penelitian Taufik tahun 2005 juga ditemukan bahwa proporsi penderita kanker
paru tertinggi adalah usia kurang dari 40 tahun sebanyak 84,6%.17,18
Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, sebagian
besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 85 orang (85%). Hasil ini sejalan
dengan penelitian Widyastuti S ditemukan bahwa penderita kanker paru berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 81,5% dan pada penelitian S Christine tahun 2009 juga
ditemukan bahwa proporsi penderita kanker paru berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 73,3%.19,20
Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, sebagian
besar memiliki kebiasaan merokok aktif yaitu sebanyak 78 orang (78%). Hasil ini
sejalan dengan penelitian S Christine tahun 2009 ditemukan bahwa penderita
kanker paru yang merokok aktif sebanyak 91,3%.20
4.3. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besar faktor risiko terjadinya
kanker paru. Untuk analisanya digunakan uji odd ratio. Hasil penelitian disajikan
dalam bentuk tekstular dan tabular. Selanjutnya hasil analisis bivariat dijelaskan
sebagai berikut:
4.3.1. Pengaruh Faktor Usia terhadap Kanker Paru
Tabel 4.2. Analisis Faktor Usia terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010
Umur Kasus Kontrol Pvalue OR CI
(95%) N % N %
≥40 tahun 97 97.0 64 64.0 0,000 18,188 5,373-61,565
<40 tahun
Total
03
100
03.0
100.0
36
100
36.0
100.0
Sumber:DataPrimer
Page 36
Hasil analisis statistik usia terhadap kanker paru dengan uji odd ratio
adalah didapatkan nilai OR sebesar 18,188 (CI 95% 5,373-61,565), hal ini berarti
risiko orang yang berusia 40 tahun ke atas terkena kanker paru sebesar 18,188 kali
dibandingkan dengan orang yang berusia kurang dari 40 tahun dengan
probabilitas 95%.
Saat ini, frekuensi kanker paru di seluruh dunia semakin meningkat. Hal
ini berhubungan dengan semakin tingginya polusi udara dan penggunaan rokok.
Orang yang rentan terkena kanker paru adalah orang dengan usia di atas 40 tahun,
namun tidak lepas dari kebiasan merokok. Menurut Wijayakusuma H tahun 2008,
perokok di atas 40 tahun rentan terkena kanker paru, jika mulai merokok kurang
dari 15 tahun. Menurut Otto SE tahun 2005, periode laten antara permulaan
merokok dan terjadinya kanker paru adalah sekitar 15 sampai 20 tahun.21,22
Menurut Kumar tahun 2007, usia merupakan faktor risiko penting
terjadinya kanker. Insiden kanker semakin meningkat seiring bertambahnya usia.
Hal tersebut sangat mungkin disebabkan karena semakin banyaknya pajanan
faktor risiko dan kemampuan mekanisme perbaikan sel yang semakin menurun.7
Dengan masa laten yang lama sejak dimulai merokok sampai terjadinya
kanker paru maka menemukan kanker paru pada usia remaja atau dewasa muda
sangat kecil kemungkinannya.
4.3.2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap Kanker Paru
Tabel 4.3. Analisis Faktor Jenis Kelamin terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010
Jenis Kelamin Kasus Kontrol pvalue OR CI
(95%) n % N %
Laki-laki 85 85.0 55 55.0 0,000 4,636 2,359-9,112
Perempuan
Total
15
100
15.0
100.0
45
100
45.0
100.0
Sumber:DataPrimer
Hasil analisis statistik jenis kelamin terhadap kanker paru dengan uji odd
ratio adalah didapatkan nilai OR 4,636 (CI 95% 2,359-9,112), hal ini berarti
Page 37
risiko laki-laki terkena kanker paru sebesar 4,636 kali lebih besar dibandingkan
dengan perempuan dengan probabilitas 82%.
Hal ini menunjukkan bahwa kejadian kanker paru lebih banyak ditemukan
pada laki-laki dibandingkan perempuan. Di Indonesia, menurut WHO pada laki-
laki kejadian kanker tersering adalah kanker paru, kanker kolon, dan kanker
prostat. Sedangkan, pada perempuan kejadian kanker tersering adalah kanker
payudara, kanker serviks, kanker lambung, kanker kolon, kanker paru, dan kanker
laring.23
Kanker paru lebih banyak ditemukan pada laki-laki akibat dari kebiasaan
merokok, sehingga pada perempuan insidensinya lebih rendah. Menurut Davey P
tahun 2005, kanker paru adalah keganasan yang paling sering dijumpai pada laki-
laki sebesar (65-70%) sebagai akibat dari merokok. Pada saat ini jumlah
perempuan perokok semakin banyak sehingga insidensi kanker paru pada
perempuan semakin meningkat.24
4.3.3. Pengaruh Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kanker
Tabel 4.4. Analisis Faktor Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Kanker Paru di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2009-2010
Merokok Kasus Kontrol pvalue OR CI
(95%) n % N %
Ya 78 78.0 43 43.0 0,000 4,700 2,536-8,710
Tidak
Total
22
100
22.0
100.0
57
100
57.0
100.0
Sumber:DataPrimer
Hasil analisis statistik faktor risiko kebiasaan merokok terhadap kanker
paru dengan uji odd ratio adalah didapatkan nilai OR 4,700 (CI 95% 2,536-
8,710), hal ini berarti risiko orang yang merokok aktif terkena kanker paru sebesar
4,700 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dengan
probabilitas 82%.
Rokok merupakan faktor risiko utama dalam menyebabkan kanker paru.
Menurut Sumartono WR tahun 2008, rokok mengandung berbagai bahan zat
Page 38
kimia. Salah satunya merupakan bahan karsinogenik yaitu tar. Tar terbentuk dari
gabungan banyak zat kimia, termasuk gas-gas dan zat-zat yang menyebabkan
kanker, zat ini melapisi paru-paru seperti jelaga di cerobong asap. Tar
berkondensasi menjadi substansi lengket berwarna coklat yang akan menempel
pada paru-paru sekaligus menyalurkan banyak bahan kimia berbahaya lainnya
dari asap rokok.25
Menurut Suryo J tahun 2010, kanker paru yang disebabkan oleh merokok
aktif ditemukan sebanyak 9 dari 10 kasus. Tingkat risiko dipengaruhi oleh
lamanya seseorang merokok. Pada seseorang yang merokok 20 batang setiap hari
selama 40 tahun memiliki risiko 8 kali untuk menderita kanker paru dibandingkan
dengan seseorang yang merokok 40 batang setiap hari selama 20 tahun. Pada
perokok pasif ditemukan peningkatan risiko kanker paru sebesar 25% jika
pasangannya merokok, sementara orang yang terekspos asap rokok di lingkungan
kerja risikonya meningkat sebesar 17%.26
Menurut penelitian sebelumnya oleh S Christine tahun 2009, didapatkan
hubungan kebiasaan merokok dengan kanker paru dengan nilai OR yang didapat
penelitian tersebut adalah 4,929.20
4.4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian, yaitu:
• Penelitian ini sangat bergantung pada data sekunder.
• Pada status rekam medik menyatakan bahwa pasien tidak merokok,
namun tidak ada penjelasan mengenai riwayat kebiasaan merokok
pada keluarga yang merupakan salah satu faktor risiko pasien
sebagai perokok pasif.
Untuk mengatasi kelemahan pada hal di atas dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
• Menyarankan bagi para dokter yang melakukan anamnesis pada
pasien penyakit paru untuk menanyakan riwayat kebiasaan merokok
pada keluarga yang tinggal satu rumah dengan pasien.
Page 39
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.2. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUP Persahabatan diperoleh
bahwa:
1. Proporsi penderita kanker paru yang tertinggi diperoleh pada kelompok
usia 40 tahun ke atas sebanyak 97%, laki-laki sebanyak 85%, dan
kebiasaan merokok aktif sebanyak 78% .
2. Orang yang berusia 40 tahun ke atas mempunyai kemungkinan 18,188 kali
mengalami kanker paru dibandingkan dengan orang yang berusia kurang
dari 40 tahun dengan probabilitas 95%.
3. Jenis kelamin laki-laki mempunyai kemungkinan 4,636 kali mengalami
kanker paru dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan dengan
probabilitas 82%.
4. Orang yang merokok aktif mempunyai kemungkinan 4,700 kali
mengalami kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok
dengan probabilitas 82%.
5.3. SARAN
5.3.1. Kepada Instansi Kesehatan
1. Tenaga kesehatan perlu lebih aktif untuk menginformasikan tentang
faktor-faktor risiko kanker paru kepada masyarakat. Sosialisasi dapat
juga dilakukan melalui media cetak ataupun elektronik.
2. Pencatatan rekam medis mengenai riwayat penyakit pasien
sebaiknya ditulis secara lengkap dan juga lebih ditanyakan lagi
faktor-faktor risiko lain yang mungkin menyebabkan kanker paru.
Hal ini untuk membantu para peneliti yang menggunakan rekam
medik sebagai data penelitiannya.
Page 40
5.3.2. Kepada Peneliti
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain
(perokok pasif, pajanan polusi, genetik, makanan, dll) yang
berhubungan dengan kanker paru.
5.3.3. Kepada Masyarakat
Pada saat usia kurang dari 40 tahun lakukan tindakan preventif sedini
mungkin dengan tidak merokok terlebih lagi kepada jenis laki-laki.
Page 41
DAFTAR PUSTAKA
1. Susanto AD, Prasenohadi, Yunus F. The Year of Lung. Jakarta: Departemen
Pulmonolgi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Indonesia-
RSUP Persahabatan Jakarta; 2010. (diakses 28 September 2011). Tersedia
dari: http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan10/Lung%20of%20the%20year-
2.pdf
2. Salgia R, Blanco R, Skarin AT, Lathan CS. Lung Cancer: aetiology,
histopathology, and clinical manifestations. Dalam: Lorigan Paul, Skarin
AT. Lung Cancer. China: Mosby Elsevier; 2007. h. 23-28.
3. Amin Z. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K
Marcellus S, Setiati S, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi
ke-5. Jakarta: FKUI; 2009. h. 2254-2260.
4. Ismail D. Harapan Baru untuk Penderita Kanker Paru. Dalam: Purwanto TP,
penyunting. Harian Joglo Semar. 2011. (diakses 28 September 11). Tersedia
dari: http://harianjoglosemar.com/berita/harapan-baru-untuk-penderita-kanker-
paru-49728.html
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
2008. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.
6. Kanker Paru. Divisi Onkologi Toraks Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi. (diakses 25 Februari 2011). Tersedia dari:
http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=17&
Itemid=31
7. Kumar V, Maitra A. Paru dan Saluran Napas Atas. Dalam: Kumar V,
Cotran RS, Robbins SL, penyunting. Buku Ajar Patologi, edisi ke-7. Jakarta
: EGC; 2007. h. 559-565.
8. Wahyuningsih, Yunus F, Ikhsan M, Wiyono WH. Dampak Inhalasi Cat
Semprot. Cermin Dunia Kedokteran no. 138. Jakarta: Kalbe; 2003. h. 23-28.
9. Fujin Chen, Wei Fan, Jinhua Huang, Wei Li, Donggen Liu, Guoyi Luo, dkk.
Karsinoma Paru. Dalam: Desen Wan, Tiehua Rong, Yixin Zen, Zongyuan
Zen, Jingqing Li, Yilong Wu, dkk. Buku Ajar Onkologi Klinis, edisi ke-2.
Jakarta: FKUI; 2008. h. 337-342.
Page 42
10. Statistik Kanker. Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional 2007.
(diakses 19 September 2011). Tersedia dari:
http://www.dharmais.co.id/index.php/cance-statistic.html
11. Ward J PT, Ward J, Leach RM, Wiener CM. At a Glance Sistem Respirasi
edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 84-85.
12. D Susanna. Penentuan Kadar Nikotin dalam Asap Rokok. 2003. (diakses 27
Januari 2010). Tersedia dari: http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/03-
Penentuan%20Kadar%20Nikotin_Susanna.D.PDF
13. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel edisi ke-2.
Jakarta: Salemba Medika; 2009. h. 43-47.
14. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2010. h. 124-125.
15. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2009. h. 179-182.
16. Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. (diakses 10 September 2011).
Tersedia dari: http://rsuppersahabatan.com/index.php
17. Situmeang B. Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Di
Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007. 2010. (diakses 15
Agustus 2011). Tersedia dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16406
18. Taufik, Syahruddin E, Mulyani S, Chan Y, Y Zairilin. Faktor Risiko, Gejala
Klinis, dan Diagnosis Kanker Paru di Bagian Pulmonologi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas-Rumah Sakit Dr. M. Djamil, Padang. 2005.
(diakses 05 Februari 2011). Tersedia dari:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/26406175179.pdf
19. Widyastuti S. Karakteristik Penderita Kanker Paru Rawat Inap Di Rumah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2000-2002. 2009.
(diakses 5 September 2011). Tersedia dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14575
20. S Christine. Hubungan Merokok dengan Kanker Paru di RSUP H. Adam
Malik Medan tahun 2009. 2011. (diakses 23 April 2011). Tersedia dari :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21470
Page 43
21. Bustan, MN. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta;
2007. H. 124-153.
22. Wijayakusuma H. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa
Swara; 2008. h. 10-11.
23. Otto SE. Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC; 2005. h. 235-236.
24. Davey P. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2005. h. 202-203.
25. Sumartono RW. Stop Merokok. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 4.
26. Suryo J. Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. Yogyakarta: B First.;
2010. h. 27-30.
Page 44
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Putri Nuraini
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 02 Oktober 1989
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Cimahpar Endah 2, jln. Pipit no. 5 k, Jawa Barat-
Sukabumi 43192
Nomor Telepon/HP : 081563233393
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1995-1996 : TK Dharma Ayah, Sukabumi
1996-2002 : SDN Pasirhalang 1, Sukabumi
2002-2005 : SMP Islam Asy-Syafi’iyah Pulo Air, Sukabumi
2005-2008 : SMA Islam Asy-Syafi’iyah Pulo Air, Sukabumi
2008-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2010-2012 : Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ)
Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009-2011 : Pengurus UIN Syahid Medical Rescue (USMR) Jurusan
Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1
Page 45
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 34.687a 1 .000
Continuity Correctionb 32.617 1 .000
Likelihood Ratio 39.725 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Casesb 200
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for klasifikasi
umur (0 / 1) 18.188 5.373 61.565
For cohort kanker paru = ya 7.832 2.622 23.398
For cohort kanker paru =
tidak .431 .349 .532
N of Valid Cases 200
Crosstab
kanker paru
Total ya tidak
klasifikasi umur 0 Count 97 64 161
% within kanker paru 97.0% 64.0% 80.5%
1 Count 3 36 39
% within kanker paru 3.0% 36.0% 19.5%
Total Count 100 100 200
% within kanker paru 100.0% 100.0% 100.0%
Lampiran 2
Page 46
Crosstab
kanker paru
Total ya tidak
jenis kelamin laki-laki Count 85 55 140
% within kanker paru 85.0% 55.0% 70.0%
perempuan Count 15 45 60
% within kanker paru 15.0% 45.0% 30.0%
Total Count 100 100 200
% within kanker paru 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 21.429a 1 .000
Continuity Correctionb 20.024 1 .000
Likelihood Ratio 22.176 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Casesb 200
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 30,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jenis kelamin
(laki-laki / perempuan) 4.636 2.359 9.112
For cohort kanker paru = ya 2.429 1.536 3.840
For cohort kanker paru =
tidak .524 .407 .674
N of Valid Cases 200
Page 47
Crosstab
kanker paru
Total ya tidak
merokok ya Count 78 43 121
% within kanker paru 78.0% 43.0% 60.5%
tidak Count 22 57 79
% within kanker paru 22.0% 57.0% 39.5%
Total Count 100 100 200
% within kanker paru 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 25.630a 1 .000
Continuity Correctionb 24.187 1 .000
Likelihood Ratio 26.328 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Casesb 200
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for merokok (ya /
tidak) 4.700 2.536 8.710
For cohort kanker paru = ya 2.315 1.585 3.381
For cohort kanker paru =
tidak .493 .374 .649
N of Valid Cases 200