1 PENINGKATAN KETERAMPILAN PUSTAKAWAN SEBAGAI DOSEN DALAM PENYUSUNAN BAHAN AJAR UNTUK MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN PADA JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos. 1 Abstrak. Bahan ajar berfungsi sebagai: (1) Pedoman bagi dosen yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada mahasiswa, (2) Pedoman bagi mahasiswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/ dikuasainya, (3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Penulisan bahan ajar memberikan sejumlah manfaat , yaitu (1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar mahasiswa, (2) tidak lagi bergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, (3) , bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, (4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dosen dalam menulis bahan ajar, (5) Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara dosen dengan mahasiswa karena mahasiswa akan merasa lebih percaya kepada dosennya maupukepada dirinya; dan (6) dapat dikumpulkan menjadi buku dan dapat diterbitkan Prinsip-prinsip atau kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah sebagai berikut : (1) Prinsip relevansi, (2) Prinsip konsistensi, (3) Prinsip kecukupan, Sumber-sumber bahan ajar meliputi (1) Buku teks (2) Laporan hasil penelitian (3) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. (4) Pakar atau ahli bidang studi (5), Profesional (6) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. (7) Penerbitan berkala (8) Internet (9) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. (10). Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Komponen utama yang perlu ada dalam setiap bahan ajar adalah (1) Tinjauan mata kuliah, (2) Pendahuluan setiap bab, (3) Penyajian dalam setiap bab, (4) Penutup setiap bab, (5) Daftar pustaka dan (6) Senarai. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam menyusun bahan ajar, yaitu : (1) Menulis sendiri (Starting From Scratch). (2) Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging atau Text Transformation). (3) Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text). Kata Kunci : Bahan Ajar, Pustakawan , Ilmu perpustakaan PENDAHULUAN Dewasa ini ilmu perpustakaaan, dokumentasi dan informasi mengalami perkembangan yang pesat dan tuntutan kebutuhan akan pustakawan pada berbagai institusi semakin meningkat sehingga di berbagai perguruan tinggi banyak dibuka jurusan ilmu perpustakaan, informasi dan dokumentasi. Pembukaan jurusan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi di berbagai perguruan tinggi (PT) telah mendapat respons dan sambutan yang positif dari masyarakat dan hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya minat calon mahasiswa untuk mendaftar pada jurusan tersebut. 1 Penulis adalah Pustakawan Madya pada Universitas Negeri Malang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENINGKATAN KETERAMPILAN PUSTAKAWAN SEBAGAI DOSEN
DALAM PENYUSUNAN BAHAN AJAR UNTUK MENUNJANG PROSES
PEMBELAJARAN PADA JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos.1
Abstrak. Bahan ajar berfungsi sebagai: (1) Pedoman bagi dosen yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada mahasiswa, (2) Pedoman bagi mahasiswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/ dikuasainya, (3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Penulisan bahan ajar memberikan sejumlah manfaat , yaitu (1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar mahasiswa, (2) tidak lagi bergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, (3) , bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, (4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dosen dalam menulis bahan ajar, (5) Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara dosen dengan mahasiswa karena mahasiswa akan merasa lebih percaya kepada dosennya maupukepada dirinya; dan (6) dapat dikumpulkan menjadi buku dan dapat diterbitkan Prinsip-prinsip atau kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah sebagai berikut : (1) Prinsip relevansi, (2) Prinsip konsistensi, (3) Prinsip kecukupan, Sumber-sumber bahan ajar meliputi (1) Buku teks (2) Laporan hasil penelitian (3) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. (4) Pakar atau ahli bidang studi (5), Profesional (6) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. (7) Penerbitan berkala (8) Internet (9) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. (10). Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Komponen utama yang perlu ada dalam setiap bahan ajar adalah (1) Tinjauan mata kuliah, (2) Pendahuluan setiap bab, (3) Penyajian dalam setiap bab, (4) Penutup setiap bab, (5) Daftar pustaka dan (6) Senarai. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam menyusun bahan ajar, yaitu : (1) Menulis sendiri (Starting From Scratch). (2) Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging atau Text Transformation). (3) Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text). Kata Kunci : Bahan Ajar, Pustakawan , Ilmu perpustakaan
PENDAHULUAN
Dewasa ini ilmu perpustakaaan, dokumentasi dan informasi mengalami
perkembangan yang pesat dan tuntutan kebutuhan akan pustakawan pada berbagai
institusi semakin meningkat sehingga di berbagai perguruan tinggi banyak dibuka
jurusan ilmu perpustakaan, informasi dan dokumentasi. Pembukaan jurusan ilmu
perpustakaan, dokumentasi dan informasi di berbagai perguruan tinggi (PT) telah
mendapat respons dan sambutan yang positif dari masyarakat dan hal tersebut
ditunjukkan dengan tingginya minat calon mahasiswa untuk mendaftar pada jurusan
tersebut.
1 Penulis adalah Pustakawan Madya pada Universitas Negeri Malang
2
Pada bagian lain yang menyangkut proses pembelajaran ilmu perpustakaan di
berbagai PT, banyak pustakawan yang yang dlibatkan sebagai tenaga pengajar (dosen)
karena terbatasnya tenaga fungsional akademik yang memiliki latar belakang ilmu
perpustakaan. Disamping itu keterlibatan pustakawan sebagai dosen ilmu perpustakaan
juga dilatarbelakangi suatu kenyataan bahwa proses pembelajaran di jurusan ilmu
perpustakaan tidak sekedar mengkaji ilmu perpustakaan yang bersifat teoritis namun
juga diperlukan hal-hal yang bersifat praktis dan aplikatif melalui kegiatan praktek di
lapangan dimana kehadiran seorang pustakawan sangat mutlak diperlukan.
Sesuai dengan Keputusan MENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002. dan
Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 10 Tahun 2004 Tanggal 30 Maret
2004, maka keterlibatan pustakawan sebagai tenaga pengajar (dosen) di jurusan ilmu
perpustakaan, dokumentasi dan informasi sesungguhnya merupakan kegiatan unsur
penunjang dan bukan kegiatan unsur utama yang menjadi tugas pokok
kepustakawanan yang wajib dilakukan oleh setiap pustakawan seperti
pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi;
pemasyarakatan perpusdokinfo dan pengkajian pengembangan perpusdokinfo.
Oleh sebab itu keterlibatan pustakawan sebagai dosen pada jurusan ilmu
perpustakaan dirasakan sangat penting sehingga seorang pustakawan yang menjalankan
fungsinya sebagai dosen dituntut memiliki berbagai kompetensi yang dipersyaratkan
dan salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah keterampilan dalam menyusun
dan mengembangkan bahan ajar.
Penyusunan dan pengembangan bahan ajar penting dilakukan dosen agar proses
pembelajaran baik yang dilakukan secara individual, kelompok maupun klasikal. lebih
efektif, efisien, dan tidak melenceng dari kompetensi yang ingin dicapainya.
Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai dosen secara baik,
namun pada kenyataannya masih banyak dosen yang belum menguasainya, sehingga
dalam melakukan proses pembelajaran masih banyak yang bersifat konvensional.
Dampak dari pembelajaran konvensional ini antara lain aktivitas dosen lebih dominan
dan sebaliknya mahasiswa kurang aktif karena lebih cenderung menjadi pendengar.
Disamping itu pembelajaran yang dilakukannya juga kurang menarik karena
pembelajaran kurang variatif. Melalui tulisan singkat ini akan dipaparkan tentang
pentingnya peningkatan keterampilan seorang pustakawan dalam penyusunan bahan
ajar terutama pada saat menjalankan fungsinya sebagai dosen pada jurusan ilmu
perpustakaan.
3
PEMBAHASAN
A. Arti , Fungsi, Manfaat dan Peranan Bahan Ajar
Dalam Pedoman Umum Penulisan Bahan Ajar (2010) disebutkan bahwa sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan, dosen pengampu harus menyiapkan bahan
ajar yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Kelengkapan bahan ajar akan
membantu dosen dalam kegiatan mengajar, dan membantu mahasiswa dalam
proses belajar. Bahan ajar ikut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran.
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan dosen dalam
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Beberapa pakar dalam
bidang pendidikan memberikan batasan yang beragam tentang bahan ajar dan
keberagaman pandangan tersebut sesungguhnya dilatarbelakangi oleh perbedaan
pendekatan dalam memberikan makna bahan ajar. Berikut ini beberapa definisi tentang
bahan ajar.
Pannen (2001) mendefinisikan bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi
perkuliahan yang disusun secara sistematis yang digunakan dosen dan mahasiswa
dalam proses perkuliahan. Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis,
menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi mahasiswa untuk
belajar, mengantisipasi kesukaran belajar mahasiswa dalam bentuk penyediaan
bimbingan bagi mahasiswa untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan
yang banyak bagi mahasiswa, menyediakan rangkuman dan secara umum berorientasi
pada mahasiswa secara individual (learner oriented). Biasanya bahan ajar bersifat “
mandiri “, artinya dapat dipelajari mahasiswa secara mandiri karena sistematis dan
lengkap. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for
Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).
Merujuk pada pandangan Ismanita (2010) yang dimaksud bahan ajar adalah
seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga
tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar. Bahan ajar
atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari mahasiswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
4
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
dosen dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di tempat pembelajaran,
misalnya di dalam kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun
bahan tidak tertulis. Bahan ajar juga dapat dimaknai sebagai seperangkat materi
yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga
tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar dengan
baik. Dengan mengadopsi pandangan Sungkono (2009) , bahan ajar dapat dijabarkan
sebagai sebagai bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan
sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan dosen dan
mahasiswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun
secara urut sehingga memudahkan mahasiswa belajar. Di samping itu bahan ajar juga
bersifat unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya digunakan untuk sasaran
tertentu dan dalam proses pembelajaran tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar
dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai kompetensi tertentu dari sasaran
tertentu.
Bahan ajar yang lengkap, yang disusun secara sistematis dapat
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif
dan efisien diharapkan dapat menjadi wahana untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang merupakan penjabaran dari kompetensi. Bahan ajar merupakan komponen
sangat penting yang harus dipersiapkan dosen sebelum melakukan proses
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, selain komponen-komponen lain yang
dapat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Bahan ajar merupakan hal
penting dalam menentukan keberhasilan pada suatu sistem pendidikan, sehingga
dosen sebagai pelaksana pendidikan dituntut untuk membuat bahan ajar yang
berkualitas. Selama ini dosen hanya menggunakan buku-buku teks yang banyak
dijual oleh para penerbit yang materinya belum tentu cocok dengan kondisi
lingkungan dan kebutuhan mahasiswa, sehingga mahasiswa kurang dapat memahami
bahan ajar tersebut.
Bahan ajar yang berkualitas adalah bahan ajar yang materinya dapat menjawab
permasalahan mahasiswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, artinya
dapat memberikan pengetahuan keterampilan dan sikap yang harus dipelajari
mahasiswa untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan ajar
dapat dipandang sebagai suatu pendekatan yang digunakan oleh seorang dosen
dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui tahapan-tahapan tertentu
sehingga mahasiswa dap
garis besar mengandung
dipelajari mahasiswa da
tentukan.
Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sang
mahasiswa. Dosen akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas
pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi
mahasiswa, tanpa adanya bahan ajar mahasiswa akan mengalami kesulitan d
belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika dosen dalam menjelaskan materi
pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal
yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran. Bahan ajar pada dasarnya memiliki beberapa peran baik bagi dosen,
mahasiswa, dan pada kegiatan pembelajaran.
Dengan merujuk pada Panduan Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas (2007)
disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai: (1) Pedoman bagi dosen ya
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada mahasiswa, (2) Pedoman bagi
mahasiswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/ dikuasainya, (3)
Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan dosen
dalam membuat keputusan yang terkait de
aktivitas pembelajaran dan pengimplementasian (
(assessing).
Dalam proses pembelaja
bagi dosen, mahasiswa, dalam pembelajaran k
Dengan mengadopsi pandangan Belawati (2003) bahan ajar memiliki manfaat, yaitu :
(1) Bagi dosen ; bahan ajar bagi dosen memberikan manfaat yaitu (a) Menghemat
waktu dosen dalam mengajar. Adanya bahan ajar, mahasisw
mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga dosen
tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi, (b) Mengubah peran dosen dari seorang
pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan
maka dosen lebih bersifat memfasilitasi
perkuliahan, (c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
5
pat mengikuti proses belajar mengajar. Ba
pengetahuan, keterampilan dan sikap
alam rangka mencapai standar kompetensi
Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sangat penting artinya bagi dosen dan
mahasiswa. Dosen akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas
pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi
mahasiswa, tanpa adanya bahan ajar mahasiswa akan mengalami kesulitan d
belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika dosen dalam menjelaskan materi
pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal
yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas
an ajar pada dasarnya memiliki beberapa peran baik bagi dosen,
mahasiswa, dan pada kegiatan pembelajaran.
Dengan merujuk pada Panduan Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas (2007)
disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai: (1) Pedoman bagi dosen ya
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada mahasiswa, (2) Pedoman bagi
mahasiswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/ dikuasainya, (3)
Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan dosen
dalam membuat keputusan yang terkait dengan perencanaan (planning
aktivitas pembelajaran dan pengimplementasian (implementing), dan penilaian
Dalam proses pembelajaran , bahan ajar memberikan manfaat yang penting baik
bagi dosen, mahasiswa, dalam pembelajaran klasikal, individual maupun kelompok.
Dengan mengadopsi pandangan Belawati (2003) bahan ajar memiliki manfaat, yaitu :
bahan ajar bagi dosen memberikan manfaat yaitu (a) Menghemat
waktu dosen dalam mengajar. Adanya bahan ajar, mahasiswa dapat ditugasi
mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga dosen
tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi, (b) Mengubah peran dosen dari seorang
pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan
maka dosen lebih bersifat memfasilitasi mahasiswa dari pada penyampai
perkuliahan, (c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
Bahan ajar secara
yang harus
nsi yang telah di
at penting artinya bagi dosen dan
mahasiswa. Dosen akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas
pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi
mahasiswa, tanpa adanya bahan ajar mahasiswa akan mengalami kesulitan dalam
belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika dosen dalam menjelaskan materi
pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal
yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas
an ajar pada dasarnya memiliki beberapa peran baik bagi dosen,
Dengan merujuk pada Panduan Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas (2007)
disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai: (1) Pedoman bagi dosen yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada mahasiswa, (2) Pedoman bagi
mahasiswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/ dikuasainya, (3)
Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan dosen
planning), aktivitas-
), dan penilaian
, bahan ajar memberikan manfaat yang penting baik
lasikal, individual maupun kelompok.
Dengan mengadopsi pandangan Belawati (2003) bahan ajar memiliki manfaat, yaitu :
bahan ajar bagi dosen memberikan manfaat yaitu (a) Menghemat
a dapat ditugasi
mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga dosen
tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi, (b) Mengubah peran dosen dari seorang
pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran
mahasiswa dari pada penyampai materi
perkuliahan, (c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
6
Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena dosen memiliki banyak
waktu untuk membimbing mahasiswanya dalam memahami suatu topik pembelajaran,
dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena dosen tidak
cenderung berceramah, (2) Bagi mahasiswa; bahan ajar bagi mahasiswa memberikan
manfaat yaitu : (a) Mahasiswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada dosen, (b)
Mahasiswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki, (c) Mahasiswa dapat
belajar sesuai dengan kecepatan sendiri, (d) Mahasiswa dapat belajar menurut urutan
yang dipilihnya sendiri, (e) Membantu potensi untuk menjadi mahasiswa mandiri. (3)
Dalam pembelajaran klasikal; bahan ajar memberikan manfaat yaitu : (a) Dapat
dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama, (b) Dapat dijadikan
pelengkap/suplemen buku utama, (c). Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi
belajar mahasiswa, (d) Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan
tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik
dengan topik lainnya. (4) Dalam Pembelajaran Individual; bahan ajar memberikan
manfaat yaitu : (a) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran, (b) Alat yang
digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses mahasiswa memperoleh informasi,
(c) Penunjang media pembelajaran individual lainnya. (5) Dalam Pembelajaran
Kelompok; bahan ajar memberikan manfaat, yaitu : (a) Sebagai bahan terintegrasi
dengan proses belajar kelompok, (b) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama.
Dengan demikian penulisan bahan ajar memberikan sejumlah manfaat yang dapat
diperoleh apabila seorang dosen mengembangkan bahan ajar sendiri, antara lain; (1)
Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan
belajar mahasiswa, (2) tidak lagi bergantung kepada buku teks yang terkadang sulit
untuk diperoleh, (3) , bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan
menggunakan berbagai referensi, (4) Menambah khasanah pengetahuan dan
pengalaman dosen dalam menulis bahan ajar, (5) Bahan ajar akan mampu membangun
komunikasi pembelajaran yang efektif antara dosen dengan mahasiswa karena
mahasiswa akan merasa lebih percaya kepada dosennya maupukepada dirinya; dan (6)
dapat dikumpulkan menjadi buku dan dapat diterbitkan
Dengan mengadopsi pandangan Sunendar (2008) bahan ajar memiliki peranan,
yaitu : (1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai
pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan, (2)
Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi,
sesuai dengan minat dan kebutuhan para mahasiswa, (3) Menyediakan suatu sumber
7
yang tersusun rapi dan bertahap, (4) Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana
pengajaran untuk memotivasi peserta didik, (5) Menjadi penunjang bagi latihan- latihan
dan tugas- tugas praktis, (6) Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang
serasi dan tepat guna.
Adapun perbedaan bahan ajar dengan buku teks, yaitu bahan ajar merupakan
bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan dosen
dan mahasiswa dalam proses kegiatan belajar-mengajar (KBM), sementara buku teks
adalah sumber informasi yang disusun dengan urutan atau struktur berdasar bidang ilmu
tertentu.
Menurut Panenn (2001) bahan ajar berbeda dengan buku teks. Perbedaan antara
bahan ajar dengan buku teks tidak hanya terletak pada format, tata letak dan
perwajahannya, tetapi juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan dalam
penyusunannya. Buku teks biasanya ditulis dengan orientasi pada struktur dan urutan
berdasarkan bidang ilmu (content oriented) untuk dipergunakan oleh dosen atau guru
dalam mengajar (teaching oriented). Sangat jarang buku teks dipergunakan untuk
belajar mandiri, karena memang tidak dirancang untuk itu. Dengan demkian,
penggunaan buku teks memerlukan dosen yang berfungsi sebagai penterjemah yang
menyampaikan isi buku tersebut bagi mahasiswa.
Perbedaan secara lebih rinci antara buku teks dan bahan ajar dikemukakan oleh
Lewis & Paine (1985) sebagaimana dikutip oleh Panenn (2001) dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
8
PERBEDAAN BUKU TEKS DAN BAHAN AJAR
No. Buku Teks No. Bahan Ajar
1 Mengasumsikan minat dari pembaca
1 Menimbulkan minat dari baca
2 Ditulis terutama untuk digunakan dosen
2 Ditulis dan dirancang untuk mahasiswa
3 Dirancang untuk dipasarkan secara luas
3 Menjelaskan tujuan instruksional
4 Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional
4 Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel
5 Disusun secara linear 5 Struktur berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai.
6 Stuktur berdasarkan logika bidang ilmu (content)
6 Berfokus poada apemberian kesempatan bagi mahasiswa untuk berlatih
7 Belum tentu memberikan latihan 7 Mengakomodasi kesukaran belajar mahasiswa
8 Tidak mengantisipasi kesukaran belajar mahasiswa
8 Selalu memberikan rangkuman
9 Belum tentu memberikan rangkuman
9 Gaya penulisan (bahasanya) komunikatif dan semi formal
10 Gaya penulisan (bahasanya) naratif tetapi tidak komunikatif
10 Kepadatan berdasarkan kebutuhan mahasiswa
11 Sangat padat 11 Dikemas untuk digunakan dalam proses instruksional
12 Dikemas untuk dijual secara umum 12 Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari mahasiswa
13 Tidak memilki mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pemakai
13 Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar
14 Tidak memberiukan saran-saran cara amemepelajari buku tersebut
14
Sumber : Panenn, Paulina. Dkk. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Antar
Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional. Ditjen Dikti Depdikbud
B. Penyusunan Bahan Ajar
Dalam penyusunan bahan ajar, seorang pustakawan yang menjalankan fungsinya
sebagai seorang dosen harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam penyusunan bahan
ajar atau materi pembelajaran. Dengan mengadopsi pandangan Gafur (1994), maka
prinsip-prinsip atau kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan
ajar atau materi pembelajaran adalah sebagai berikut : (1) Prinsip relevansi, artinya
9
keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada
hubungannya dengan pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) . Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar
yang harus dikuasai mahasiswa. Dengan prinsip dasar ini, dosen akan mengetahui
apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur,
aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya dosen terhindar dari
kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD, (2)
Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
mahasiswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam, (3) Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu mahasiswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Depdiknas (2007) merinci prosedur pengembangan bahan ajar, yaitu diantaranya
sebagai berikut : (1) Menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan
mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini
dikarenakan setiap aspek dalam SK dan KD jenis materi yang berbeda-beda dalam
kegiatan pembelajaran. (2) Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi
pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan
prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian)
serta aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan rutin). (3) Mengembangkan
bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK-KD yang telah teridentifikasi tadi, (4)
Mengembangkan sumber bahan ajar.
Adapun proses penyusunan bahan ajar menurut Panenn (2001) dapat digambarkan
sebagai berikut :
10
Sumber : Adaptasi dari Suparman, Atwi. 1990. Pokok-pokok Panduan Penulisan
Modul Universitas Terbuka. Edisi Kedua. Jakarta : Universitas Terbuka
Dengan merujuk pada pandangan Ismanita (2010), maka langkah-langkah dalam
penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang
terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau
rujukan pemilihan bahan ajar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih
dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
Merumuskan Tujuan Instruksional Umum
Melakukan Analisis Instruksional
Menentukan Perilaku Awal Mahasiswa
Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus
Menyusun Rencana Kegiatan Belajar Mengajar
Menyusun Kontrak Perkuliahan
Menyusun/Menulis Bahan Ajar
Review/Uji Lapangan
Digunakan
11
harus dipelajari atau dikuasai mahasiswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap
aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-
beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar
kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara
terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang,
lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain
sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis
prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis
prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-
langkah dalam menentukan nomor klasifikasi bahan pustaka atau langkah-langkah
dalam pengadaan koleksi di perpustakaan PT. Materi pembelajaran aspek afektif
meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi
pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin, (2)
Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk
jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis
materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka dosen
akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi
pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut
yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai
mahasiswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan
mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi
pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda, (3)
Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., (4) Memilih sumber bahan ajar.
Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan
ajar.
Sumber bahan ajar menurut Ismanita (2010) merupakan tempat di mana bahan ajar
dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, berbagai sumber dapat digunakan
untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat adalah sebagai berikut : (1) Buku teks yang
diterbitkan oleh berbagai penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat
12
diperoleh wawasan yang luas, (2) Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh
lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber
bahan ajar yang aktual atau mutakhir, (3) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan
pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan
pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya, (4)
Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat
dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup,
kedalaman, urutan, dan sebagainya, (5), Profesional yaitu orang-orang yang bekerja
pada bidang tertentu. (6) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber
bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan
materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum
hanya berisikan pokok-pokok materi (7) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan,
dan bulanan yang banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu
mata pelajaran, (8) Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan
ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai mata pelajaran dapat diperoleh
melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi, (9) Berbagai jenis media
audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. (10).
Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Perlu diingat, dalam
menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut
hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan
pada buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan
mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-
buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan
sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan.
Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai
kompetensi. Karena itu, hendaknya dosen menggunakan banyak sumber materi. Bagi
dosen, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan
buku penunjang yang lain.
Dalam Pedoman Umum Penulisan Bahan Ajar (2010) disebutkan bahwa susunan
bahan ajar lazimnya mengandung komponen-komponen sebagai berikut : (1)