Pumpunan Kajian Urban Pemikiran Para Cendekiawan Kampus Urban JILID 2 EDI PURWANTO SUHERY HANDOKO
Pumpunan Kajian UrbanPemikiran Para Cendekiawan Kampus Urban
J I L I D 2
E D I P U R W A N T OS U H E R Y H A N D O K O
- i -
PUMPUNAN KAJIAN URBAN
P E M I K I R A N P A R A C E N D E K I A W A N K A M P U S U R B A N
JILID 2
- ii -
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
- iii -
PUMPUNAN KAJIAN URBAN
P E M I K I R A N P A R A C E N D E K I A W A N K A M P U S U R B A N
JILID 2
Kumpulan Kajian Urban dari
Rangkaian Kegiatan 1st Research Week
- iv -
P U M P U N A N K A J I A N U R B A N
P E M I K I R A N P A R A C E N D E K I A W A N K A M P U S U R B A N
J I L I D 2
Editor
Edi Purwanto
Suhery Handoko
Desain Sampul
Suhery Handoko
Tata Letak
Suhery Handoko
ISBN
978-623-7455-29-5
Penerbit UPJ Press
Gedung Universitas Pembangunan Jaya
Jalan Cendrawasih Raya Blok B7/P, Sawah Baru, Ciputat, 15430
- v -
SEKAPUR SIRIH
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
memungkinkan tersusunnya buku yang menjadi muara dari
terlaksananya 1st Research Week yang diselenggarakan oleh
LP2M Universitas Pembangunan Jaya dari 21-25 Juni 2021.
Serangkaian seminar dalam lima rumpun urban telah
menyegarkan kembali semangat para dosen UPJ untuk
memenuhi panggilan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sejumlah
ahli telah didaulat untuk menjadi pembicara menurut lima kajian
urban.
Dr. Jatmika Adi Suryabrata dari UGM Yogyakarta telah berbicara
tentang Green Building Design dalam Perancangan Kawasan
Urban untuk sesi Chapter Urban Development. Dian Gemiano,
Chief Marketing Officer KG Media dan Soma Wiraga Saniscara,
Product Design Lead Samsung Research Indonesia berbicara
tentang Behaviour Study untuk Menganalisa Tren dan Proses
Desain untuk sesi Chapter Urban Culture. Dr. Zaafri A. Husodo
dari Universitas Indonesia berbicara tentang Kiat dan Strategi
Menembus Jurnal Internasional Bereputasi bidang Manajemen &
Akuntansi pada sesi Chapter Urban Growth. Dr. Irwansyah dari
Universitas Indonesia berbicara tentang Penelitian Media Digital
dalam Perspektif Psikologi Komunikasi pada sesi Chapter Urban
Society. Kemudian, Prof. Dr. Achmad Nizar Hidayanto berbicara
tentang Peningkatan Kesejahteraan dan Kualitas Hidup di
- vi -
Wilayah Urban melalui Teknologi Dital pada sesi Chapter Urban
and the Future.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada para peneliti
Universitas Pembangunan Jaya dari berbagai rumpun urban
yang telah menyumbangkan tulisannya untuk disunting menjadi
buku ini. Para peneliti dari rumpun Urban Society UPJ telah
menyumbangkan enam tulisan, Urban Growth UPJ telah
menyumbangkan delapan tulisan, Peneliti dari rumpun Urban
Culture UPJ menyumbangkan satu tulisan berjudul, Terakhir
peneliti dari Urban and the Future UPJ menyumbangkan satu
tulisan.
Akhirnya kiranya suntingan buku ini pada akhirnya dapat
memberi manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas.
Tangerang Selatan, 15 September 2021
Dr. Edi Purwanto
- viii -
DAFTAR ISI
SEKAPUR SIRIH .................................................................................................. v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB 1. Telaah Konsep Transportasi Narasi .......................................... 1
BAB 2. Masyarakat Dunia Menghadapi Pandemi: Pelajaran dari
Beberapa Negara ............................................................................................. 15
BAB 3. Ilmu Komunikasi, Kembali ke Akar......................................... 23
BAB 4. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi ................................... 31
BAB 5. Edukasi Literasi Pangan sebagai Bagian dari Food Smart
City ......................................................................................................................... 59
BAB 6. Sejumlah Perilaku Baik Menghadapi Pandemi.................. 81
BAB 7. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap
Kinerja? ................................................................................................................ 89
BAB 8. Kemiskinan Urban: Narasi Potret Retak Kehidupan Orang
Miskin ................................................................................................................ 115
BAB 9. Consumer Experience, Pusat Gravitasi Bisnis .................. 123
BAB 10. Intellectual Capital dan Pengungkapan CSR terhadap
Kinerja Perusahaan ..................................................................................... 139
BAB 11. Potensi dan Pencegahan Bunuh Diri Masyarakat
Perkotaan sebagai Dampak Pandemi Covid-19 ............................ 145
BAB 12. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan
dalam Mendukung Environmental Performance Perusahaan 161
BAB 13. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perilaku
Konsumen Dan Bisnis Dalam Lingkup Urban ................................ 181
BAB 14. Indonesian Executives’ Characteristic And Political
Connections On Tax Avoidance: A Case During Covid-19
Pandemic.......................................................................................................... 207
ix
BAB 15. Desain Drop Off Paket Untuk Menghindari Kontak
Langsung Antara Individu ........................................................................ 223
BAB 16. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha
Mikro Kecil Menengah ............................................................................... 237
TENTANG PENULIS ..................................................................................... 261
TENTANG PENYUNTING........................................................................... 267
- 1 -
B A B S A T U
Telaah Konsep Transportasi Narasi
Sri Wijayanti
Narasi dalam berbagai bentuk, salah satunya film
menawarkan sarana perwakilan berpetualang ke tempat-tempat
baru, berkenalan dengan orang-orang baru dan menyediakan
berbagai pengalaman baru. Sehingga narasi lazim digunakan
untuk menyampaikan pengetahuan ataupun pengalaman antar
generasi, karena dianggap memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi sikap dan keyakinan yang konsisten dengan
pesan yang disampaikan.
Gagasan narasi sebagai media persuasi untuk
mensosialisasikan isu-isu sosial kepada khalayak dianggap tepat.
Karena pada dasarnya setiap orang menyukai cerita yang bagus,
Transportasi narasi didefinisikan sebagai
kondisi psikologis penonton/pembaca menjadi terserap
dalam dunia narasi, meninggalkan dunia nyata
setidaknya untuk sementara.
“
2. Telaah Konsep Transportasi Narasi
bersifat emosional dan dramatis hingga memengaruhi dan
membentuk keyakinan, sikap bahkan perilakunya. Terlebih pada
isu yang dekat dengan kehidupan sehari hari. Hal inilah yang
mendasari munculnya konsep transportasi narasi sebagai
konsep penting teori Transportation Imagery Model dari Green &
Brock (2000) sebagai bagian dari teori persuasi narasi.
Konsep Transportasi Narasi
Mekanisme pengolahan pesan berbasis narasi secara
teoritis berbeda dengan pesan bentuk argumen dalam dua hal.
Pertama, pesan tertanam dalam narasi mengurangi resistensi
khalayak terhadap persuasi yang disampaikan. Kedua, cara
khalayak penerima pesan memproses cerita dalam narasi
menjauhkan mereka dari penilaian kritis terhadap persuasi yang
disampaikan.
Konsep yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman
narasi dalam diri individu dikenal dengan transportasi narasi.
Gerrig menganalogikan transportasi narasi dengan seorang
wisatawan yang melakukan perjalanan wisata ke suatu tempat,
sebagaimana pernyataannya sebagai berikut:
Sri Wijayanti. 3
“Someone (the traveler) is transported by some means of
transportation as a result of performing certain actions. The
traveler goes some distance from his or her world of origin,
which makes some aspects of the world of origin inaccessible.
The traveler returns to the world of origin, somewhat changed
by the journey”
Individu penerima pesan diibaratkan sebagai wisatawan yang
meninggalkan dunia asal, sehingga kehilangan akses ke
beberapa aspek dari dunia nyata. Seperti halnya seorang dalam
kehidupan nyata yang melakukan perjalanan jauh dari tempat
asal mereka, maka mereka melepaskan akses ke lokasi fisik awal
mereka. Demikian pula dengan pengalaman narasi, Gerrig
mengklaim bahwa individu yang terbawa ke dunia narasi,
memilih keluar dari dunia nyata dan menggantikannya dengan
realitas narasi.
Dalam satu hal, kondisi transportasi menyebabkan
hilangnya akses ke fakta-fakta dunia nyata, yang berarti individu
kehilangan kesadaran lingkungan fisik eksternal mereka. Secara
sederhana, dapat diartikan bahwa individu tidak
memperhatikan berlalunya waktu yang merupakan salah satu
konsekuensi dari transportasi. Setelah perjalanan usai, individu
akan kembali ke dunia asal dengan kondisi berubah karena
4. Telaah Konsep Transportasi Narasi
adanya pengalaman baru. Perubahan ini dapat dianggap penting
sebagai hasil pembentukan memori baru dalam diri individu
terhadap narasi secara mendalam yang dapat mempengaruhi
sikap dan keyakinan individu.
Analogi Gerrig tentang wisatawan berhasil
mengidentifikasi elemen kunci pengalaman narasi. Gerrig
bahkan menyediakan dasar teoritis dan membuka adanya
penelitian lebih lanjut dari berbagai disiplin ilmu untuk
menjawab permasalahan terkait: apa yang dimaksud dengan
transportasi, apa yang membuat individu kehilangan akses
selama mengalami transportasi dan perubahan apa yang dialami
individu setelah kembali ke dunia asal (nyata).
Transportation Imagery Model
Salah satu studi yang bermaksud menjawab tantangan
tersebut adalah Green & Brock (2000). Keduanya berupaya
mengembangkan konsep teoritis transportasi ke dalam studi
narasi dan cerita hiburan melalui teori Transportation Imagery
Model (TIM). Teori ini berupaya menjelaskan proses psikologis
yang terlibat hanya ketika menerima pesan dengan format
narasi serta menghasilkan sikap yang konsisten dengan narasi
sebagai salah satu hasil yang diperoleh dari pengalaman dengan
narasi.
Sri Wijayanti. 5
Definisi transportasi narasi menurut Green & Brock sendiri
adalah sebagai berikut:
“Psychological transportation defined as a state in which
readers become absorbed in the narrative world, leaving the
real world behind, at least momentarily”
Secara sederhana, transportasi narasi diartikan sebagai proses
terserap secara menyeluruh ke dalam sebuah cerita, dimana
seseorang secara penuh hanya berfokus pada serangkaian
peristiwa yang terjadi di dalam cerita dan melupakan keadaan
sekelilingnya. Efek seseorang yang terbawa dalam cerita dapat
memengaruhi keyakinan mereka terhadap dunia nyata, ketika
seseorang terbawa ke dunia cerita, ia akan kehilangan akses ke
dunia nyata dan menerima dunia cerita yang diciptakan oleh
penulis. Setelah cerita selesai dan kembali dari kondisi ter-
transportasi, ia mungkin akan mengalami perubahan keyakinan
dan sikap karena pengalaman.
Teori ini dianggap sebagai kunci dari persuasi narasi. Inti
dari teori TIM ini sebenarnya sederhana, yakni semakin besar
transportasi yang dialami individu penerima pesan pada narasi,
semakin besar pula kemungkinan individu tersebut terpengaruh
pesan yang disampaikan narasi.
Transportasi narasi sendiri diukur dengan menggunakan
alat ukur berupa skala transportasi narasi. Skala ini terdiri dari
6. Telaah Konsep Transportasi Narasi
sejumlah kriteria yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar seorang individu menjadi terserap dalam narasi dengan
mempertimbangkan tanggapan kognitif dan emosional serta
pengaruh yang dihasilkan. Green dan Brock berhasil
menunjukkan pentingnya peran transportasi dalam
memperantarai jumlah pemikiran pembaca dalam melakukan
tanggapan terhadap narasi, serta menawarkan pemahaman yang
penting tentang mengapa transportasi harus disertakan dalam
penelitian persuasi narasi.
Table 1 Transportation Scale Items
Item Panel 1: General items
1. While I was reading the narrative. I could easily pictures the events in it talking place
2. While I was reading the narrative, activity going on in the room around me was on my mind. (R)
3. I could picture myself in the scene of the events described in the narrative.
4. I was mentally involved in the narrative while reading it. 5. After finishing the narrative. I found it easy to put it out of my
mind. (R) 6. I wanted to learn how the narrative ended. 7. The narrative affected me emotionally. 8. I found myself thinking of ways the narrative could have turned
out differently. 9. I found my mind wandering while reading the narrative. (R) 10. The events in the narrative are relevant to my everyday. 11. The events in the narrative have changed my life.
Panel 2: Items specific to “Murder at the Mall” (Experiments 1-3)
12. While reading the narrative I had a vivid image of Katie. 13. While reading the narrative I had a vivid image of Joan (John).
Sri Wijayanti. 7
14. While reading the narrative I had a vivid image of the psychiatric patient.
15. While reading the narrative I had a vivid image of the registered nurse.
Panel 3: Item specific to “Two Were Left” (Experiment 4)
12. While reading the narrative I had a vivid image of the boy. 13. While reading the narrative I had a vivid image of the dog. 14. While reading the narrative I had a vivid image of the ice island. 15. While reading the narrative I had a vivid image of the pilot.
Namun demikian, pengunaan skala transportasi narasi
berupa self report mendapat sejumlah kritikan. Di antaranya
skala ini dianggap tidak mengandung sub skala dan
memperlakukan konstruk sebagai uni dimensional. Hal ini
menyebabkan kurang pekanya komponen utama proses
transportasi untuk menyediakan informasi yang berpotensi
berharga tentang peran masing-masing komponen pada
transportasi secara keseluruhan dan terkait hasil persuasi.
Disamping itu, banyak item skala transportasi ini berhubungan
dengan media tertentu (media baca), sehingga skala ini dianggap
hanya sesuai dengan jenis narasi tertentu saja.
Transportasi sebagai pengalaman personal
Telaah kali ini berupaya mengadopsi pendekatan yang
berbeda karena adanya keterbatasan metode dalam persuasi
narasi. Penting untuk dilakukan agar dapat memahami berbagai
aspek input narasi maupun komponen transportasi secara jauh
8. Telaah Konsep Transportasi Narasi
lebih dalam dibandingkan dengan analisis kuantitatif. Untuk itu,
kemudian fokus persuasi narasi diarahkan pada keterlibatan
pada narasi yang mempengaruhi orang secara berbeda. Dengan
kata lain, transportasi narasi dianggap sebagai pengalaman
personal.
Transportasi narasi sebagai pengalaman personal pada
dasarnya berusaha untuk menjelaskan keterkaitan transportasi
narasi sebagai pengalaman personal, dengan narasi sebagai
sarana pembentukan sikap dan keyakinan yang konsisten
dengan pesan narasi. Sebagai pengalaman personal, transportasi
menjelaskan mengapa seorang individu tertarik mengonsumsi
narasi, bagaimana sensasi yang dirasakan selama keterlibatan
dengan narasi serta apa saja pengaruh yang dirasakan setelah
mengalami narasi. Dengan demikian, berbeda dengan
pandangan dominan yang cukup luas diyakini para peneliti
positivistik selama ini yang lazim melihat transportasi narasi
terukur secara kuantitatif, dibagi kedalam tingkat transportasi
tinggi dan rendah. Dimana tingkat transportasi tinggi dianggap
lebih terbuka untuk persuasi dibanding tingkat transportasi
rendah.
Konsep transportasi narasi dalam konteks ini dipandang
sebagai kondisi psikologis yang dialami seorang individu dengan
narasi, bersifat personal, individual, unik dan khas, berbeda satu
Sri Wijayanti. 9
dengan yang lain, hingga memengaruhi cara pengolahan
maupun kecenderungan pengaruh dalam berbagai bentuk, tidak
sama antara satu dengan yang lain, sehingga menunjukkan
adanya nuansa transportasi narasi.
Gagasan transportasi narasi sebagai pengalaman
personal sejalan dengan sejumlah studi narasi hiburan yang
memfokuskan perhatian pada pengalaman penonton terhadap
narasi dengan format hiburan, salah satunya dalam bentuk film.
Adapun tujuan dari studi narasi meliputi, pertama, digunakan
untuk mengamati dan menjelaskan efek mengonsumsi hiburan
di media. Kedua, meneliti cara-cara dimana hiburan dapat
digunakan sebagai sarana untuk mengajarkan dan
menyampaikan informasi. Ketiga, sebagai sarana
pendistribusian pesan parasosial serta untuk membiasakan
penonton dengan norma-norma dan nilai-nilai.
Studi yang memandang transportasi narasi sebagai
pengalaman yang bersifat individual dan khas dengan metode
analisis yang lebih reflektif dalam studi narasi selama ini belum
banyak diteliti. Pendekatan fenomenologi interpretatif
merupakan upaya memahami kesadaran dari sudut pandang
subyektif orang terkait. Pendekatan ini lebih melihat
pengalaman manusia sebagaimana ia mengalaminya, yakni dari
sudut pandang orang pertama. Fokus pada pengalaman
10. Telaah Konsep Transportasi Narasi
subyektif orang pertama, tidak hanya berhenti pada deskripsi
perasaan inderawi semata, namun hingga mencapai makna
konseptual, yang dapat berupa imajinasi, pikiran, hasrat ataupun
perasaan-perasaan spesifik, ketika orang mengalami dunianya
secara personal. Transportasi narasi dilihat melalui pemaknaan
terhadap pengalaman individu menjadi terserap dalam narasi.
Untuk itu, transportasi narasi dalam penelitian ini akan
dijelaskan melalui pemaknaan individu yang mengalaminya.
Pemaknaan meliputi mengapa seorang individu diangkut ke
narasi, bagaimana seorang individu diangkut ke narasi dan
bagaimana transportasi narasi mempengaruhi individu. Melalui
pemaknaan transportasi narasi dapat diketahui sensasi persepsi
dan memori individu yang mendasari transportasi, agar dapat
meningkatkan pemahaman individu terhadap pesan persuasif
dalam narasi, yang pada gilirannya akan menghasilkan
perubahan sikap konsisten dengan pesan yang disampaikan
narasi.
Teori Transportation Imagery Model sebagai sumber
konsep transportasi narasi berdasarkan perspektif disiplin ilmu
merupakan salah satu teori yang banyak dipengaruhi oleh
disiplin ilmu psikologi. Sebagai salah satu disiplin yang
mewarnai perkembangan studi komunikasi, dalam konteks ini,
disiplin ilmu psikologi memberikan sumbangan pada analisis
Sri Wijayanti. 11
tingkah laku manusia terkait proses komunikasi pada level
individu khususnya terkait dengan penerimaan dan pemrosesan
pesan.
Perspektif psikologi komunikasi yang digunakan untuk
dapat menjelaskan mekanisme psikologis transportasi narasi
merupakan pendekatan yang menguraikan, meramalkan dan
mengendalikan proses pengolahan stimulus yang terjadi pada
diri individu meliputi proses sensasi, persepsi, memori dan
berpikir. Dalam konteks transportasi narasi, hanya
memfokuskan pada kajian yang menyangkut persepsi.
Persepsi merupakan salah satu tahapan dari serangkaian
proses pengolahan informasi pada diri individu. Proses
terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu
saja, tetapi melalui suatu beberapa tahap sebagai berikut:
pertama, suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus,
selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Kedua,
stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian
disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan
stimulus ke otak disebut proses psikologis. Ketiga, otak
selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari
obyek yang diterima oleh alat inderanya yang juga dikenal
sebagai proses psikologis.
12. Telaah Konsep Transportasi Narasi
Menurut perspektif ilmu Komunikasi, persepsi bisa
dikatakan sebagai inti dari komunikasi, sedangkan
penafsirannya (interpretasi) adalah inti dari persepsi. Karena
jika persepsi itu tidak ada, maka kita tidak mungkin untuk
melakukan komunikasi secara efektif. Persepsilah yang
menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan
yang lainnya. Dengan adanya persepsi, suatu pemahamaan akan
diri pribadi berkembang sejalan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam hidup kita dan menentukan bagaimana akan
bersikap.
Sehingga penjelasan tentang proses persepsi relevan
dalam telaah konsep transportasi narasi, sesuai dengan asumsi
yang dibangun bahwa melalui pemaknaan transportasi narasi,
dapat diketahui persepsi individu dalam mekanisme psikologis
yang mendasari transportasi agar dapat meningkatkan
pemahaman individu terhadap pesan persuasif dalam narasi,
yang pada gilirannya akan menghasilkan perubahan sikap
konsisten dengan pesan yang disampaikan narasi.
Pengembagan konsep transportasi narasi penting bagi
perkembangan teori-teori persuasi narasi sekaligus secara
praktis bagi para praktisi yang ingin menggunakan narasi
sebagai alat persuasi. Penelitian yang berfokus pada analisis
refleksi pada studi narasi berfungso sebagai jalur potensial
Sri Wijayanti. 13
untuk pemahaman ketika pesan narasi dikerahkan untuk
membujuk/ persuasif. Upaya untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut juga akan memberikan kontribusi untuk
tujuan yang lebih luas yakni untuk mengembangkan teori
persuasi narasi dalam kaitannya dengan studi efek media.
Referensi
Buchanan, William James (2013). The Phenomenological
Experience of Narrative Transportation. Florida :
University of Central Florida
Green, M.C & Brock, T.C (2000). The Role of Transportation in The
Persuasiveness of Public Narratives. Journal of Personality
and Social Psychology, 79, 701-721
Green, M.C & Brock, T.C (2005). Persuasion, Psychological
Insights and Perspectives (2nd Edition). Thousand Oaks,
CA : Sage Publications Inc
Hoopen, Annemarie ten (2010). Transportation inti A Narrative :
Antecedents, Moderators and Consequences. Wageningen
University
Li, Cheng (2018). Research on Theory and Context of E-ELM Model
from The Perspective of Entertainment Education 3rd
International Conference on Contemporary Education,
Social, Science and Humanities. https://www.atlantis-
press.com/proceedings/iccessh:18/25897982
14. Telaah Konsep Transportasi Narasi
Moyer-Guse, E (2008). Toward a Theory of Entertainment
Persuasion: Explaining The Persuasive Effects of
Entertainment-Education Messages. Communication
Theory, 18, 407-424
Wijayanti, Sri (2020), Transportation Imagery Model dalam Studi
Persuasi Narasi, Jurnal Media dan Komunikasi Indonesia,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Indonesia, 1(1):35-
55. https://jurnal.ugm.ac.id/jmki/issue/view/4013-
volume-1
- 15 -
B A B D U A
Masyarakat Dunia Menghadapi Pandemi:
Pelajaran dari Beberapa Negara
Runi Rulanggi
Pandemi yang disebabkan oleh Covid-19 dan variannya
telah mengakibatkan perubahan total dalam sektor kehidupan
manusia. Negara-negara di dunia telah menyatakan perang
terhadap Covid-19. Berbagai intervensi telah dilakukan oleh
negara-negara di dunia, seperti vaksinasi dan pembatasan sosial
dalam skala makro maupun mikro, namun pada kenyataannya
upaya tersebut belum cukup sehingga Covid-19 masih menjadi
momok bagi dunia.
Kualitas dalam keluarga sebagai berikut: komunikasi yang
baik, komitmen, nilai religius, nilai budaya, interaksi dengan
anggota keluarga lainnya, kepedulian terhadap kesehatan
anggota keluarga, kepemimpinan dalam keluarga,
kepercayaan terhadap anggota keluarga, kebersamaan, kasih
sayang, kemapanan ekonomi, literasi teknologi yang baik,
literasi kesehatan yang baik dan kesadaran untuk mengikuti
protokol kesehatan yang ada merupakan modal utama bagi
keluarga tangguh Indonesia.
“
16. Masyarakat Dunia Menghadapi Pandemi: Pelajaran dari Berbagai Negara
Tantangan menghadapi Pandemi memang tidak hanya
dihadapi oleh Bangsa Indonesia saja, tetapi hampir semua
negara di dunia telah terdampak oleh situasi ini. Bagaimana
negara-negara menghadapi Pandemi ini? Bila dibandingkan
dengan Indonesia, apa saja perbedaan yang dihadapi oleh
negara-negara di dunia dalam menghadapi pandemi serta
pelajaran apa yang bisa diambil dari negara lain untuk mengatasi
situasi pandemi ini? Tulisan ini akan menguraikan satu
persatuan hal tersebut, meskipun dengan segala keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis tentunya.
Pelajaran dari Australia
Australia adalah salah satu negara tetangga yang
memiliki kedekatan diplomatik dengan Indonesia. Sebelum
Pandemi terjadi, banyak kerjasama antar kedua negara yang
terjalin dengan baik, baik di bidang ekonomi, pendidikan dan
lainnya. Ketika Australia melaporkan adanya temuan kasus
Covid-19 di negaranya, hal itu mengubah semua bentuk
hubungan diplomatik negara terebut, termasuk dengan
Indonesia. Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara yang
mendapatkan travel ban dari Pemerintah Australia. Sebuah
kondisi yang tentunya mempengaruhi kualitas hubungan
diplomatik di kedua negara.
Runi Rulanggi. 17
Hal tersebut cukup bisa dipahami, mengingat pandemi
telah mengubah tatanan kehidupan di negara tersebut. Situasi
Pandemi membuat Pemerintah Australia dituntut untuk
bergerak cepat melawan penyebaran Covid-19 beserta
variannya. Salah satunya dengan membatasi masuknya warga
negara asing, terutama yang berasal dari zona merah
penyebaran Covid-19 ke dalam wilayah Australia. Hal ini
tampaknya cukup berhasil, yang ditunjukkan dengan angka
kejadian Covid-19 yang rendah. Hal ini memang didukung oleh
sistem layanan kesehatan yang baik, aturan pemerintah yang
jelas mengenai pembatasan interaksi sosial dan kerjasama
dengan sektor pendidikan, hingga dukungan kepada pekerja
yang mendapatkan pemutusan hubungan kerja di masa
pandemi. Beragam intervensi ini nampaknya cukup mampu
untuk menekan kejadian Covid-19 di Australia.
Akan tetapi, masalah ternyata tidak berhenti sampai
disitu. Nyatanya, ketika terjadi pandemi, Australia juga
dihadapkan pada bencana alam yang terparah dalam sejarah
negara tersebut (kebakaran hutan dan banjir), ketegangan yang
meningkat dengan China, hingga kerentanan yang dihadapi oleh
penduduk asli Australia (Suku Aborigin) terhadap Covid-19.
Bagaimana Australia dapat bertahan dalam situasi yang
kompleks ini? Jawabannya dengan mengembalikan fungsi
18. Masyarakat Dunia Menghadapi Pandemi: Pelajaran dari Berbagai Negara
keluarga dan memperkuat tatanan keluarga di masa pandemi.
Geggie (2021) menyebutkan bahwa ketika keluarga telah
mampu melakukan atau meningkatkan kualitas dari hal-hal
berikut: kebersamaan, kasih sayang, penerimaan, komunikasi,
komitmen, dukungan dan ketangguhan/ketahanan keluarga,
maka hal ini dapat membantu keluarga untuk menghadapi
tekanan selama masa pandemi.
Ketahanan keluarga ini juga perlu didukung oleh
ekosistem positif di sekitarnya, seperti sekolah dan
komunitasnya, pemerintah dan sektor industri. Dukungan ini
akan membantu keluarga untuk bertahan menghadapi
ketidakpastian di masa kini dan masa depan.
Pelajaran dari Qatar
Qatar, merupakan salah satu negara di Benua Asia yang
menghadapi tantangan di masa pandemi ini. Seperti yang
ditemukan di Australia, tantangan juga dihadapi oleh keluarga
Qatar. Studi yang dilakukan oleh Abdelmoneium, dkk (2020)
menunjukkan bahwa dukungan, kasih sayang, ketangguhan,
komunikasi dan penghargaan terhadap anggota keluarga lainnya
merupakan aspek-aspek yang dibutuhkan agar keluarga dapat
bertahan di masa pandemi.
Runi Rulanggi. 19
Terdapat satu hal yang menarik pada keluarga Qatar.
Abdelmoneium, dkk (2020) menemukan bahwa kohesivitas
keluarga meningkat selama masa pandemi. Situasi pandemi
telah membuat keluarga menjadi lebih terikat dan dekat satu
dengan lainnya. Akan tetapi, tentunya situasi ini tidak serta
merta terjadi tanpa adanya tantangan. Berdasarkan penelitian
yang sama, ditemukan bahwa situasi pandemi dapat membuat
munculnya ketegangan dalam keluarga, yang dimulai dari
tekanan yang dihadapi oleh masing-masing-masing anggota
keluarga (baik tekanan pekerjaan, urusan domestik,
pengasuhan, dan lainnya). Selain itu, situasi pandemi juga rentan
menimbulkan distres psikologi pada diri seseorang, yang
tampak pada berbagai macam gejala gangguan psikologis,
seperti perasaan terisolasi.
Pelajaran dari Indonesia
Pandemi yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia
menimbulkan dampak yang cukup kompleks terhadap tatanan
kehidupan masyarakat Indonesia. Setelah gelombang pertama
penyebaran Covid-19 di Indonesia, penyebaran virus menjadi
lebih cepat. Bahkan ketika tulisan ini disusun di akhir Juli 2021,
jumlah temuan baru kasus Covid-19 yang terdapat di Indonesia
menempati urutan tertinggi di dunia. Situasi yang cukup
mengkhawatirkan, mengingat upaya yang dilakukan oleh
20. Masyarakat Dunia Menghadapi Pandemi: Pelajaran dari Berbagai Negara
pemerintah sejauh ini nyatanya belum mampu untuk menekan
penyebaran virus secara optimal.
Di tengah situasi tersebut, ketahanan keluarga menjadi
pilar utama dalam membangun masyarakat tangguh di masa
Pandemi. Diana Setyawati, peneliti dI Center for Public Mental
Health Universitas Gadjah Mada melakukan analisis terhadap
keluarga Indonesia di masa pandemi. Hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa kualitas dalam keluarga sebagai berikut:
komunikasi yang baik, komitmen, nilai religius, nilai budaya,
interaksi dengan anggota keluarga lainnya, kepedulian terhadap
kesehatan anggota keluarga, kepemimpinan dalam keluarga,
kepercayaan terhadap anggota keluarga, kebersamaan, kasih
sayang, kemapanan ekonomi, literasi teknologi yang baik,
literasi kesehatan yang baik dan kesadaran untuk mengikuti
protokol kesehatan yang ada merupakan modal utama bagi
keluarga tangguh Indonesia.
Namun, seperti negara lainnya, dukungan dari komponen
di luar keluarga seperti pemerintah dibutuhkan untuk
meningkatkan ketangguhan keluarga Indonesia. Kebijakan
ekonomi yang tepat sasaran, perlindungan sosial, jaminan
kesehatan, akses terhadap layanan kesehatan, keamanan
finansial, kebijakan pemerintah “satu suara”, dan contoh yang
Runi Rulanggi. 21
baik dari pemerintah merupakan kunci untuk meningkatkan
ketahanan masyarakat Indonesia di tengah pandemi.
Kembali pada Keluarga
Pelajaran yang didapat dari negara-negara yang ada di
dunia dalam menghadapi Pandemi adalah mengembalikan peran
keluarga dan meningkatkan ketangguhan keluarga. Hal ini cukup
masuk akal, sebab keluarga merupakan fondasi bagi bangsa.
22. Masyarakat Dunia Menghadapi Pandemi: Pelajaran dari Berbagai Negara
Referensi
Abdelmoneium, A. & Sultan, A. (2021). The Strength and
Challanges of Families During Covid-19 in Qatar. Doha:
Doha International Families Institute.
Geggie, J. (2021). Covid-19 Pandemic and Australian Families.
New South Wales: Family Action Centre, University of
Newcastle.
Setyawati, D. (2021). Strong Families Surviving the Pandemic:
Indonesian Experience. Disampaikan pada Seminar
Strong Families Around The World: Surviving the
Pandemic. Yogyakarta, 17-19 Juli 2021.
- 23 -
B A B T I G A
Ilmu Komunikasi, Kembali ke Akar
Suci Marini Novianty
Ilmu komunikasi adalah ilmu yang baru bila
dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain. Ilmu
komunikasi pun merupakan pengembangan dari berbagai ilmu
pengetahuan yang lebih dulu ada. Tak heran, mempelajarinya,
banyak kita temukan irisan dengan ilmu lain, seperti ilmu
psikologi, ilmu politik, ilmu manajemen, atau ilmu sosiologi. Jika
demikian, apakah ilmu komunikasi sebenarnya? sebuah science
atau studies?
“To effectively communicate, we must realize that we are
all different in the way we perceive the world and use this
understanding as a guide to our communication with
others.”
Anthony Robbins
“
24. Ilmu Komunikasi, Kembali ke Akar
Definisi Ilmu Komunikasi
Ada beberapa definisi ilmu komunikasi menurut para
pakar. Menurut Calhoun dalam Jones (2012), Ilmu Komunikasi
adalah sebuah disiplin dalam bidang akademik yang
berhubungan dengan proses komunikasi manusia, perilaku, pola
komunikasi dalam hubungan interpersonal, interaksi sosial dan
komunikasi dalam budaya berbeda.
Pendapat lain mengenai ilmu komunikasi juga dijelaskan
oleh Craig (1999) dan Erving (1959), keduanya memiliki
persamaan dalam memandang ilmu komunikasi. Mereka
berpendapat bahwa ilmu komunikasi adalah ilmu sosial yang
menggunakan beragam metode investigasi empiris dan analisis
kritis untuk mengembangkan kebijaksanaan yang memandu
berbagai topik diskusi. Mulai dari percakapan tatap muka dalam
level individu, hingga interaksi sosial dan sistem komunikasi
budaya pada tahapan makro.
Mengutip Berger dan Chafee dalam Moerdijati (2016),
ilmu komunikasi dimaksudkan sebagai pengamatan terhadap
produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang
melalui pengembangan teori dengan tujuan menjelaskan
fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses, dan
pengaruh dari sistem tanda dan lambang.
Suci Marini Novianty. 25
Pemahaman Berger dan Chafee ini dapat disarikan
menjadi beberapa kata kunci untuk secara penuh memahami
pertanyaan, “Apa itu Ilmu Komunikasi?”
Pengamatan terhadap Produksi, Proses, & Pengaruh dari
Sistem Tanda dan Lambang;
Dengan pengembangan Teori; dan
Tujuannya menjelaskan fenomena.
Sebenarnya, dari ketiga pendapat mengenai definisi ilmu
komunikasi, dapat kita simpulkan bahwa para pakar
mengamininya sebagai sebuah bidang keilmuan yang
mengamati proses komunikasi dalam level individu hingga sosial
menggunakan metodologi penelitian sesuai kaidah keilmuan.
Berkaitan dengan ini, lalu kita sampai pada pembahasan
mengenai ruang lingkup Ilmu Komunikasi. Penulis menyarikan
dari berbagai sumber dan menemukan bahwa sebenarnya hanya
ada tiga ruang lingkupnya, yaitu:
Gambar 1. Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi
Pertama, fokusnya adalah produksi. Produksi adalah
proses saat pesan dibuat oleh komunikator (pengirim pesan).
26. Ilmu Komunikasi, Kembali ke Akar
Proses produksi ini dimulai sejak perencanaan hingga
penentuan tujuan pembuatan sebuah pesan. Di sini yang menjadi
poin utamanya adalah “Apa pesan yang ingin disampaikan” serta
“Siapa pengirim pesannya”.
Setelah pesan sudah dibuat oleh komunikator, lalu
selanjutnya kita memindahkan fokus kepada “Bagaimana pesan
akan disampaikan”. Di sini, kanal atau media yang menjadi poin
utamanya. Ketika pesan diputuskan akan disampaikan secara
langsung, maka otomatis kondisinya akan berbeda dengan pesan
yang dikirim melalui jalur daring misalnya.
Pandemi Covid-19 yang masih terjadi hingga saat tulisan
ini dibuat, membuat proses komunikasi berubah drastis. Segala
bentuk pengiriman pesan lebih banyak menggunakan media
perantara. Tentu, pesannya pun dirancang mengikuti karakter
medianya. Apabila proses komunikasi yang dilakukan tatap
muka, maka kita bisa fokus pada isi pesannya. Namun, media
perantara membuat kita harus mempertimbangkan kapasitas
penerimaan pesan, sinyal, hingga aksesibilitas pesan bagi
penerimanya.
Pesan yang sudah dikirimkan kepada komunikan
(penerima pesan) kemudian dilihat pengaruhnya. Pengaruh
pesan, menjadi salah satu ruang lingkup dalam ilmu komunikasi.
Sebab, kita harus benar melihat apakah pesan yang disampaikan
Suci Marini Novianty. 27
diterima dengan baik atau tidak. Jika sudah diterima dengan
baik, apakah ada pengaruhnya kepada penerima pesan. Namun,
bagaimana jika tidak? Apa penyebabnya? Apa yang harus
dilakukan selanjutnya? Singkatnya, kembali harus ditemukan
langkah untuk membuat sebuah pesan memiliki pengaruh.
Dalam prosesnya, ketiga ruang lingkup ini melibatkan
berbagai aspek keilmuan lain. Isu – isu komunikasi selalu diselipi
oleh isu dari ranah psikologi, sosiologi, manajemen, antropologi,
hingga politik.
Akar Ilmu Komunikasi
Ranah Ilmu Komunikasi selalu mengikuti perkembangan
zaman. Apalagi, perkembangan Ilmu Komunikasi sangat erat
kaitannya dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Banyaknya topik yang berkembang saat ini, mayoritas mengarah
kepada isu – isu komunikasi yang termediasi oleh teknologi.
Ruang lingkupnya, masih sama. ilmu komunikasi tidak
berubah meski pun medianya terus berkembang. Sebenarnya,
hal ini pun sudah diramalkan oleh Marshall McLuhan di era 60-
an (Hendricks, 2021) dengan konsep Global Village. Melalui
konsep ini, McLuhan memprediksikan bahwa dunia akan
menjadi satu desa global yang terkoneksi. Desa global ini
dihubungkan dengan teknologi. Hal yang sudah terjadi saat ini.
28. Ilmu Komunikasi, Kembali ke Akar
Produksi, media, dan pengaruh masih menjadi fokus
utama dalam penelitian – penelitian ilmu komunikasi. Dari fokus
ini, kemudian bisakah kita menyimpulkan akar dari ilmu
komunikasi? Apakah ilmu komunikasi benar jika kita
klasifikasikan sebagai science? Atau malah ilmu komunikasi
hadir sebagai studies?
Bagi pakar yang mengamini ilmu komunikasi sebagai
science karena dari berbagai sumber yang sudah penulis sarikan,
mereka menganggap bahwa sampai batas tertentu ilmu
komunikasi adalah science jika Anda berbicara tentang proses
komunikasi. Proses komunikasi yang melibatkan aspek mental
dan fisiologis dari entitas yang bersangkutan. Dengan kata lain,
ilmu komunikasi sebagai science berfokus pada mekanisme
untuk memahami cara komunikasi bekerja.
Bagaimana otak berfungsi agar suatu entitas dapat
berkomunikasi, dan bagaimana seseorang merespons itulah
yang menjadikan komunikasi sebagai science. Ilmu Komunikasi,
sebagai science, ketika dapat diuji dalam lingkungan yang
terkendali, dan pengujian semacam itu dapat diulangi oleh
otoritas di bidang tersebut untuk merumuskan teori-teori dalam
komunikasi.
Sayangnya, jika demikian, maka kita terbentur pada
kenyataan bahwa kebanyakan teori – teori yang dipakai oleh
Suci Marini Novianty. 29
ilmu komunikasi justru datang dari ilmu lain. Misalnya, teori
kultivasi yang berangkat dari penelitian psikologi dikaitkan
dengan komunikasi. Atau teori interaksionalisme simbolik yang
datang dari bidang ilmu sosiologi. Sampai saat ini, jika ada isu
berkaitan dengan ilmu komunikasi pun, akan tetap dibahas dari
berbagai kajian ilmu lainnya. Hal ini yang membuat penulis
percaya bahwa penyematan ilmu komunikasi sebagai science
kurang tepat.
Menurut penulis, secara epistimologi, Ilmu Komunikasi
lebih tepat bila disebut dengan studies. Sebab, bila dirunut
sejarahnya, Ilmu Komunikasi bukanlah ilmu murni sebagaimana
lainnya. Kemurnian ilmu tidak ada pada ilmu komunikasi karena
kajian ini hadir dengan berbagai ilmu lain menjadi
penyokongnya. Ketika membahas isu dalam ilmu komunikasi,
maka kita akan bersinggungan dengan kajian ilmu lainnya.
Wiryanto (2004) menyimpulkan bahwa ilmu komunikasi
memang merupakan ilmu baru yang menjadi titik pertemuan
dari beberapa ilmu. Ia menyebutnya sebagai kulturologi. Ilmu
komunikasi menjadi titik pertemuan dari ilmu sosiologi, politik,
bahasa, matematika, teknik, antropologi, dan sebagainya.
Maka, dalam tulisan ini, penulis menawarkan perspektif
lain dalam melihat ilmu komunikasi. Bahwa berdasarkan bukti –
bukti, ilmu komunikasi bukanlah ilmu murni yang berdiri
30. Ilmu Komunikasi, Kembali ke Akar
sendiri. Melainkan sebuah ilmu yang lahir untuk mengamati
proses, media, dan pengaruh pesan dilihat dari berbagai fokus
kacamatanya, dan tidak ada yang salah dengan itu.
Referensi
Calhoun, Craig. 2012. Communication as Social Science (and More). Jones, Steve (ed.). Communicating at the Center. Hampton Press.
Craig, Robert T. 1999. Communication Theory as a Field. Communication Theory. 9 (2): 119–161.
Goffman, Erving. 1959. The presentation of self in everyday life. Anchor books (ed.). New York: Garden City.
Moerdijati, Sri. 2016. Modul Pengantar Ilmu Komunikasi. Surabaya: Universitas Airlangga.
Hendricks, Beth. "Marshall McLuhan & the Global Village Concept". study.com. study.com. Diakses 30 Juli 2021.
- 31 -
B A B E M P A T
Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
Clara Moningka, Annisa Windi
Sisi lain dari dunia yang semakin modern adalah berbagai
macam masalah dalam kehidupan manusia. Modernisasi ikut
memudahkan individu dan membuat kita tidak dibatasi ruang
dan waktu, di sisi lain individu juga semakin kekurangan waktu
untuk dirinya sendiri (Weiten, Dunn, & Hammer, 2015). Hal lain
yang merupakan dampak perkembangan teknologi adalah
pemanasan global, terpaparnya zat kimia berbahaya. Saat ini
dunia juga menghadapi penyebaran virus Covid-19. Kondisi ini
tidak hanya berpengaruh pada fisik namun juga pada mental
Tulisan ini menjelaskan bagaimana kondisi pandemi
Covid-19 dapat mempengaruhi kehidupan anak dan apa
yang bisa dilakukan orang tua/guru. Saat pandemi,
ekonomi, pekerjaan dan kecemasan terhadap penyebaran
virus menjadi fokus utama, namun anak-anak juga
mengalami tantangan baru dalam perkembangannya.
Penulis akan menjelaskan tantangan tersebut dan
bagaimana bisa menghadapinya.
“
32. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
individu. Banyak orang merasa kelelahan dan mengalami stres
karena berbagai tantangan yang dihadapi saat ini. Fenomena ini
merupakan fenomena yang juga dialami oleh generasi muda saat
ini, temasuk anak-anak kita.
Generasi muda saat ini, yang merupakan usia anak dan
remaja mendapatkan tantangan yang besar dalam menghadapi
kehidupan dan dalam mempertahankan kualitas hidup. Pada
usia 10 – 17 tahun, anak membutuhkan banyak ruang gerak dan
aktivitas fisik bersama teman. Mereka membutuhkan waktu satu
jam bahkan lebih untuk beraktivitas di luar ruangan dan untuk
mendukung pertumbuhan fisik mereka (Physical activity, 2020).
Sebelum pandemi Covid-19, kebanyakan dari anak dan
remaja yang tinggal di perkotaan sudah memiliki kesulitan
menemukan lahan bermain untuk mereka, terlebih di kota besar
seperti Jakarta. Walaupun pemerintah sudah berusaha
menyediakan lahan bermain, anak dan remaja masih sulit
menemukan temat beraktivitas (Azhari, 2019). Tidak hanya di
Jakarta, hal ini juga dialami anak dan remaja di berbagai kota.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dimulai pada
awal April, 2020 di Jakarta di diikuti oleh kota-kota lain semakin
membatasi berbagai aktivitas. Masa ini sering disebut “New
Normal” dimana perilaku manusia memang diseusaikan untuk
menghambat laju penyebaran Covid-19 (McNamee, et al., dalam
Clara Moningka, Annisa Windi. 33
Ginting, 2020). situasi ini memang tidak dapat dihindari karena
basic reproductive number (Ro) di Indonesia berdasarkan
laporan Badan Pusat statistik tahun 2020 mencapai angka 2,5
yang artinya 1 orang bisa menularkan virus ini ke 2-3 orang
lainnya.
Munculnya varian baru di pertengahan tahun 2021
menyebabkan kondisi saat ini belum pula membaik. Data yang
diperoleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan
Ekonomi Nasional menunjukkan 35,02% wilayah Indonesia
termasuk dalam zonasi risiko tinggi besar dan 54,67%
diantaranya adalah wilayah dengan zonasi risiko sedang. Melalui
program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM) jumlah persebaran Covid-19 mengalami penurunan
sebesar 40% kasus di bulan Juli (Penanganan Pandemi Harus
Terus Ditingkatkan, 2021).
Meskipun demikian, program Pembelajaran Tatap Muka
tahun ajaran baru akan tetap dilakukan secara daring.
Keputusan tersebut diambil sebagai langkah untuk mengurangi
klaster penyebaran Covid-19 di lingkungan Pendidikan
(Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Mulai Juli 2021, 2021).
Tidak semua orang tua menerima keputusan tersebut secara
positif. Mereka berpendapat pembelajaran jarak jauh sangat
tidak menguntungkan bagi anak. Bagi mereka anak akan
kehilangan waktu untuk berinteraksi langsung dengan guru dan
34. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
bersosialisasi atau beraktivitas dengan teman sebaya (Cahyati &
Kusumah, 2020).
Pada dasarnya aktivitas anak dan remaja, sendiri
cenderung lebih aktif dari orang dewasa. Pada masa pandemi ini,
dimana aktivitas sekolah masih dilakukan secara daring, anak
cenderung lebih mudah lelah bila duduk terlalu lama,
dibandingkan ketika mereka berlari, melompat, atau melakukan
aktivitas fisik lain. Fogelhom (sebagaimana dikutip oleh
Santrock, 2011) mengemukakan bahwa jauh sebelum pandemi
saja banyak sekolah di Cina, Finlandia, dan Inggris
mengkhawatirkan gaya hidup yang terlalu banyak duduk, baik di
depan televisi maupun komputer. Sebenarnya pada era normal,
dengan berlatih dan beraktivitas fisik, masalah ini bisa saja
terselesaikan. Santrock (2011) mengemukakan bahwa aktivitas
fisik anak dan remaja dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif dan emosi anak (Santrock, 2011). Hilmann, dkk (2009)
juga mengemukakan bahwa anak yang lebih sehat dan bugar
secara fisik akan lebih baik performansi kognitifnya.
Pada masa ini, selain kehilangan kesempatan untuk
beraktivitas fisik, anak juga kehilangan akses dukungan sosial
dari orang tua dan sumber lain seperti guru, saudara, bahkan
pengasuh. Kesulitan yang dialami orang tua yang menjadi
pengasuh utama saat pandemi menyebabkan orang tua
Clara Moningka, Annisa Windi. 35
kewalahan dan dapat memicu perilaku kekerasan terhadap
anak. Anak dari keluarga yang rentan secara sosial ekonomi dan
tinggal di tempat yang kumuh; berdempetan juga menjadi sangat
berisiko. Entah mereka mengalami kekerasan atau bahkan
diabaikan karena orang tua mereka juga sedang berjuang untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Berasal dari keluarga sosial ekonomi yang rendah, tak
jarang anak dan remaja terjerumus pada tindakan kriminal.
Salah satu Pembimbing Kemasyarakatan BAPAS (Balai
Pemasyarakatan) Cilacap mengatakan saat pandemi jumlah
anak yang masuk BAPAS karena melakukan tindakan kriminal
meningkat sebesar 10 persen. Anak-anak tersebut melakukan
tindak kriminal dengan alasan bosan selama belajar daring serta
kurangnya pengawasan orang tua (Thenu, 2021).
Kebutuhan Ekonomi vs Kebahagiaan
Pada kenyataannya situasi pandemi memang
menyebabkan orang berfokus pada kondisi ekonomi. Perilaku
ini pada dasarnya sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Sebagai
orang tua kita terkadang mengabaikan kebutuhan anak karena
berfokus pada ekonomi, belum lagi aktivitas pekerjaan dan
adaptasi bekerja secara daring. Curtin (2020) mengemukakan
bahwa situasi pandemi ini menyebabkan perubahan perilaku
ekonomi dan perilaku konsumen. Informasi yang kita peroleh
36. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
dan keadaan di sekitar individu dapat mempengaruhi suasana
hati individu, termasuk bagaimana mereka mengontrol diri,
bahkan bisa menimbulkan perilaku baru. Perilaku ini
merupakan proses adaptasi dan pembelajaran dari lingkungann.
Proses adaptasi ini pada dasarnya dilakukan agar individu dapat
berfungsi lebih efektif (Weiten, Dunn, & Hammer, 2015). Dalam
hal ini, individu akan lebih fokus pada pendapatan mereka dan
efisiensi, dan di sisi lain mereka juga akan fokus pada kesehatan
dan pendidikan. Dengan perilaku baru yang berfokus pada
ekonomi, sebagai orang tua kita juga sebaiknya tidak melupakan
kesejahteraan anak. Kesejahteraan yang dimaksud bukan hanya
kesejahteraan fisik, namun juga mental.
Penulis melakukan Focus Group Discussion (FGD)
bertahap yang dilakukan penulis pada 40 Mahasiswa dari
berbagai lapisan sosial di perguruan tinggi pada saat pandemi
tahun 2020. Hasil FGD menunjukkan bahwa mereka tidak siap
menghadapi kejadian ini dan merasa bingung dengan keadaan di
masa depan. Walaupun masih ada yang merasa optimis, namun
kebanyakan dari merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan
dan cukup mengkhawatirkan kondisi di masa yang akan datang.
Bagi mereka, kuliah daring memberikan beban tersendiri. Hal
lain yang mereka alami adalah kurangnya interaksi sosial secara
real-time. Keadaan ini membuat mereka merasa kesepian.
Sebagian dari mereka mengalami kesulitan karena pertengkaran
Clara Moningka, Annisa Windi. 37
keluarga mengenai masalah ekonomi. Ada yang merasa terjebak
di rumah. Mereka lebih senang bertemu teman atau bisa
meninggalkan rumah walau tahu risikonya. Untuk mahasiswa
dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi, mereka merasa
masih memiliki pilihan dan masih bisa menikmati kenyamanan
di rumah.
Pada tahun yang sama, FGD secara daring juga dilakukan
pada 20 siswa Sekolah Dasar usia 10 – 12 tahun di Jakarta
mengenai apa yang mereka rasakan mengenai perubahan yang
terjadi di lingkungan mereka, termasuk penyebaran virus
corona. Responden dari FGD ini adalah siswa dari keluarga
dengan status ekonomi cukup baik (menengah ke atas).
Berdasarkan FGD diketahui bahwa anak-anak ini merasa
kehilangan waktu bersama teman dan kurang beraktivitas.
Pelajaran daring membuat mereka memiliki waktu belajar lebih
singkat dengan guru. Kualitas internet juga membuat mereka
merasa kesulitan berinteraksi dan bertanya lebih banyak. Di satu
sisi, kesibukan orang tua mereka yang bekerja juga
menyebabkan mereka terkadang bingung ketika harus bertanya
mengenai materi tertentu. Bagi anak-anak yang memiliki
significant other di rumah atau pengasuh, mereka masih bisa
belajar dan bertanya pada mereka saat dibutuhkan.
Pada anak-anak yang memiliki saudara; baik kakak
maupun adik, mereka juga masih bisa bermain dengan saudara
38. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
mereka, namun keinginan untuk bermain dengan teman sekolah
sangat besar. Mereka juga masih memiliki fasilitas seperti masih
bisa bermain di halaman, menonton TV dengan siaran berbayar,
staycation, dan lain sebagainya. Sandang dan pangan mereka
juga masih tercukupi.
Walaupun anak-anak masih kelihatan ceria, berbagai
perubahan lingkungan ini, termasuk penyebaran virus, tentu
saja akan mempengaruhi lingkungan dimana anak bertumbuh
dan berkembang. Adanya perubahan pada pola hubungan
keluarga, pertemanan, kondisi ekonomi dan sosial, keadaan
masyarakat dan rutinitas sehari-hari dapat berdampak buruk
pada anak dan remaja. Perubahan besar seperti pandemi ini
dapat mempengaruhi kesehatan dan kebahagiaan anak.
Kurangnya interaksi sosial secara langsung di tengah pandemi
penyebabkan anak dan remaja lebih banyak menghabiskan
waktu di depan layar. Penggunaan internet yang terlalu banyak
memberikan konsekuasi buruk bagi kesehatan mental dan
Health Related Quality of Life yang dimiliki anak (Nobari et al.,
2021).
Karantina atau pembatasan sosial yang dilakukan untuk
melindungi anak juga dapat berdampak buruk bagi mereka.
Anak menjadi lebih tidak bahagia dengan keadaan tersebut.
Berdasarkan data Office for national statistic, UK tahun 2020,
Clara Moningka, Annisa Windi. 39
kesejahteraan anak atau kebahagiaan memang ditentukan oleh
beberapa faktor, antara lain perasaan dicintai dan diterima,
lingkungan yang sehat dan aman, bahkan kondisi ekonomi
keluarga. Dalam hal ini kondisi pandemi menjadi hal yang dapat
mengancam keberadaan faktor-faktor tersebut.
Hasil FGD yang dilakukan penulis pada 2 kelompok usia
cukup membuktikan bahwa anak dan remaja cenderung tidak
siap menghadapi perubahan yang terjadi karena penyebaran
virus ini. Selain terbatasnya aktivitas, mereka juga menghadapi
kenyataan bahwa kematian karena pandemi ini bisa dialami
siapa saja termasuk orang tua mereka. Di satu sisi mereka harus
dipersiapkan untuk menghadapi masa depan mereka yang
penuh tantangan, entah karena virus, perubahan ekonomi
global, bahkan perubahan iklim yang memiliki dampak yang
besar pada anak. FGD ini juga cukup sesuai dengan survey yang
dilakukan oleh Ravens-sieberer et al., (2020) di Jerman debfab
responden anak dan remaja berusia 7 hingga 17 tahun
menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan dua
diantara tiga anak merasa tertekan, cemas, bahkan mengalami
depresi sehingga mengalami penurunan tingkat kesehatan dan
kualitas kehidupan (health-related quality of life).
40. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
Mempersiapkan anak menghadapi pandemi
Bagaimana caranya kita membantu anak-anak kita
mempersiapkan diri di tengah pandemi, sedangkan kita juga
sedang berjuang untuk bisa bertahan, secara mental dan
finansial? Indonesia sendiri masih bergelut untuk meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi. Langkah apa saja yang bisa kita
ambil untuk mensejahterahkan anak kita?
Di Indonesia sendiri, pemerintah sudah berusaha
melindungi warganya, baik dengan informasi di media, ataupun
dengan menyediakan fasilitas Kesehatan yang cukup memadai.
Tetapi memang sulit untuk memberikan perhatian pada
aktivitas anak saat pandemi. Namun kita bisa saja bercermin
atau belajar dari negara lain, salah satunya Sudan.
Sudan merupakan salah satu negara miskin di dunia yang
mencoba menjalankan program melindungi anak-anak selama
pandemi. Pemerintah Sudan menyadari bahwa banyak anak dan
remaja yang hidup dengan risiko cukup tinggi karena taraf
ekonomi yang rendah. Mereka juga tinggal di daerah yang
memang berdesakan dan kumuh. Pemerintah Sudan tetap
berusaha menerapkan beberapa kebijakan yang mendukung
kesejahteraan anak. Untuk anak-anak dengan ekonomi
menengah ke bahwa, pemerintah Sudan menyediakan ruang
terpadu ramah anak untuk beraktivitas yang diawasi. Namun
Clara Moningka, Annisa Windi. 41
dengan adanya pembatasan sosial (Social distancing), hal ini juga
menjadi sulit. Konselor yang awalnya disediakan untuk tatap
muka, juga mengalami kesulitan karena takut akan risiko
tertular. Pada akhirnya, mereka membuat komunitas
perlindungan anak, yang membantu melindungi anak di
lingkungan mereka.
Salah satu program mereka adalah membuat anak
menyadari risiko dari penularan virus corona. Program ini juga
sempat terhambat karena kecemasan terhadap risiko penularan
virus. Namun pemerintah tetap berupaya melindungi anak dan
remaja, termasuk membuat prosedur mitigasi bila ada anak yang
terinfeksi virus corona dan bagaimana bila ada keluarga mereka
yang terinfeksi (Child Protector sub-sector Sudan, 2020).
Di Indonesia, keadaan seperti ini memang kita alami.
Anak dengan fasilitas yang nyaman mungkin akan lebih bisa
beradaptasi dengan keadaan pandemi. Dukungan sosial masih
bisa diperoleh dari orang tua maupun dari orang terdekat.
Bahkan orang tua dapat melakukan tes PCR pada pengasuh
mereka, untuk memastikan anak mereka dapat didampingi
dalam beraktivitas. Mereka juga masih memiliki tempat bermain
bahkan fasilitas untuk membersihkan diri. Di sisi lain banyak
anak-anak yang juga berisiko; hidup dalam lingkungan yang
berdesakkan dan kumuh. Mereka bahkan tidak memiliki akses
air bersih atau berbagai alat kebersihan lainnya. Untuk
42. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
membuang waktu, mereka tetap berkumpul bersama teman dan
kerap melakukan aktivitas seperti biasanya.
Penulis melakukan wawancara personal dengan seorang
anak yang tinggal di perkampungan kumuh di Jakarta Barat.
Anak berusia 13 tahun tersebut tetap bermain dengan temannya
di pinggir jalan dan tanpa menggunakan masker. Keterbatasan
tempat untuk aktivitas fisik dan kurangnya informasi mengenai
risiko penyebaran virus corona, menyebabkan anak ini tetap
beraktivitas seperti biasa. Pada dasarnya ia menyadari adanya
virus tersebut, namun bosan dan terbatasnya fasilitas anak
tersebut akhirnya bermain seperti biasa. Pada kenyataannya,
kondisi seperti ini dialami oleh banyak anak di Indonesia.
Mereka juga menjadi rentan terhadap virus dan bisa menjadi
Orang Tanpa Gejala (OTG). Wawancara singkat ini
mengindikasikan bahwa anak begitu rentan dan perlu
mendapatkan pengetahuan dan perlindungan.
Robert Jenkins, Kepala Divisi Pendidikan Global Unicef
mengemukakan program pendampingan untuk anak selama
pandemi. Program ini menarik dan memang ideal bagi orang tua
yang memiliki waktu bersama anak selama pandemi. Jenkins (5
ways to help…, 2020) mengemukakan bahwa orang tua atau care
giver seharusnya menyediakan waktu untuk aktivitas rutin
bersama anak temasuk aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang
Clara Moningka, Annisa Windi. 43
dikemukakan Jenkins, pada dasarnya bisa saja dilakukan di
dalam rumah, seperti membantu orang tua membersihkan
halaman, bermain naik turun tangga; bila ada, atau berkebun.
Kesulitannya adalah ketika anak tidak memiliki fasilitas atau
kemewahan tersebut.
Bagi anak yang tidak memiliki fasilitas ada baiknya
komunitas memberikan tempat tertutup yang ramah anak dan
menyediakan fasilitas kebersihan, dengan tetap menjaga jarak
tentunya. Di Rumah atau ruang aman tersebut, anak sebaiknya
diingatkan mengenai bahaya penyebaran dan bagaimana
pencegahannya. Berdasarkan penelitian penulis, banyak anak
Sekolah Dasar dari keluarga menengah yang juga tidak
mengetahui risiko penularan dan bagaimana cara mencegah
penularan selain menggunakan masker. Banyak dari mereka,
yang seringkali masih lupa mencuci tangan atau masih bermain
di luar rumah bahkan setelah mandi sore. Orang tua sebagai agen
perubahan di rumah ada baiknya mengingatkan pentingnya
menjaga kebersihan. Tidak untuk membuat cemas dan takut,
namun mempersiapkan mereka hidup dalam kondisi pandemi
yang berkelanjutan ini. Kita sebagai orang tua dapat
mengingatkan untuk mencuci tangan, menggunakan masker
dengan tepat, mencuci kaki, dan lain sebagainya.
Hal lain yang dapat mendukung kesejahteraan anak saat
pandemi adalah komunikasi. Komunikasi, walaupun dalam
44. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
waktu singkat sangat penting untuk memperkuat relasi anak dan
orang tua. Sebagai orang tua, ada baiknya kita meluangkan
waktu untuk menanyakan bagaimana perasaan atau emosi
mereka saat harus belajar daring atau saat aktivitas menjadi
terbatas. Kalat (2014) menjelaskan bahwa kita dapat
menanyakan perasaan seseorang pada keadaan tertentu (self-
report) dan walaupun memang kurang akurat, namun
percakapan pendek mengenai apa yang anak rasakan sangat
penting bagi mereka. Orang tua juga dapat menenangkan dan
menjelasakan mengapa situasi ini terjadi, bagaimana kondisi ini
dialami pula oleh banyak orang. Dengan demikian anak dapat
memahami kondisi dan mencoba menerima kondisi tersebut.
Hal yang harus diperhatikan adalah memantau aktivitas
daring anak. Pada masa pandemi ini, terkadang waktu sekolah
anak tidak sesuai dengan waktu sekolah regular. Ada kalanya
anak memiliki luang lebih banyak. Sebagian anak tidak
mempergunakan waktu luang tersebut dengan membaca atau
belajar, tetapi kemudian melakukan aktivitas daring, seperti
bermain secara daring dan juga menonton televisi. Jenkins (5
ways to help., 2020) mengemukakan bahwa perlu adanya
pembatasan waktu daring anak dan pengarahan bagaimana
menggunakan internet. Akses daring memberikan risiko yang
tinggi pada anak. Ada baiknya orang tua berdiskusi mengenai
perilaku apa yang pantas atau tidak ditunjukkan secara daring,
Clara Moningka, Annisa Windi. 45
dan apa saja yang harus mereka perhatikan ketika berinteraksi
secara daring.
Seorang guru SD swasta di Jakarta Barat mengeluhkan
perilaku daring, baik lewat percakapan atau lewat video. Anak-
anak belum menyadari apakah yang mereka tampilkan atau
bicarkan pantas atau tidak. Guru ini kerap memberikan nasihat
dan menegur dengan halus bila memang ada perilaku daring
yang tidak baik, seperti merespon dengan kasar di percakapan
daring atau atau duduk dengan sembarangan saat video
conference. Anak juga perlu diingatkan untuk tidak berbagi
gambar apapun secara daring dengan orang lain. Guru ini juga
kerap memberikan semangat kepada anak-anaknya dan
mengingatkan mereka untuk mencuci tangan serta tetap sehat.
Dalam hal ini, guru juga berperan menjadi agen perubahan yang
baik dan dapat memberikan informasi yang relevan.
Moningka dan Soewastika (2020) juga memberikan
beberapa hal untuk beradaptasi selama pandemi, yaitu positif,
produktif dan pro-aktif (3P). Penulis kemudian menambahkan
pentingnya Pro-sosial dan Patuh (5P). 5P ini bersifat umum
untuk siapa saja, namun dapat diterapkan pada anak untuk
menghadapi pandemi. Ketika menghadapi era ini, ada baiknya
kita juga memberikan contoh hidup positif pada anak. Ketika kita
kerap mengeluah, anak juga akan melihat ini sebagai contoh.
Banyak keluarga yang walau bekerja masih bisa menanamkan
46. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
nilai positif pada anak. Anak dapat diarahkan pada hobi baru,
seperti diajarkan mendaur ulang, atau membuat sesuatu dari
barang bekas. Aktivitas ini tidak memerlukan bahan yang mahal,
namun anak dapat menemukan esensi dari kesederhanaan.
Pikiran yang positif akan mempengaruhi perilaku kita (Oppong
sebagaimana dikutip Moningka dan Soewastika, 2020).
Anak juga dapat diajak untuk produktif, selain
menciptakan kreasi baru mereka juga dapat membantu orang
tua membuat sesuatu untuk mendukung ekonomi keluarga. Ada
ibu yang mencegah anaknya terlalu banyak bermain di luar,
namun kemudian meminta tolong mereka untuk membantu
membuat kue. Orang tua bisa menjelaskan kepada anak, arti
bantuan mereka kepada orang tua. Anak juga akan menghargai
nilai kerja keras dan nilai uang. Anak juga dapat diajak
berolahraga tanpa biaya. Misalnya dengan mengajak berjalan
kaki atau bersepeda, Hal ini juga didukung hasil wawancara
Moningka (2020) dengan tiga orang ibu di daerah Cengkareng,
Jakarta Barat. Mereka menggunakan face-shield mengajak anak
mereka naik sepeda. Tujuannya adalah agar anak mereka
bergerak dan tidak di depan Televisi saja. Ada juga yang
menunjukkan berbagai hal seperti berbagai tumbuhan pada
anaknya. Pada ibu yang anaknya remaja, mereka dapat
berolahraga bersama.
Clara Moningka, Annisa Windi. 47
Tidak hanya berolahraga, ibu-ibu dengan lahan sempit
pun mencoba berkebun. Mereka menyemai benih di pot atau
sekitar rumah. Anak-anak diajak untuk mengamati
pertumbuhan dan merawat tanaman tersebut. Berkebun sendiri
memiliki manfaat bagi kesehatan Ulrich (Scott, Masser, &
Pachana, 2014) menjelaskan bahwa dengan berkebun dan
memelihara tanaman dapat mengurangi stress dan menurunkan
tekanan darah (Scott, Masser, & Pachana, 2014). Berkebun juga
tidak selalu memerlukan lahan yang luas. Kita bahkan bisa
menggunakan pot atau sepetak tanah sisa. Hal ini banyak
dilakukan oleh para petani urban.
Perilaku produktif ini juga bisa membantu
mengembangkan kewirausahaan pada anak. Pada fase ini, anak
menyadari bahwa ia tidak sekedar mengkonsumsi, namun juga
bisa membantu perekonomian keluarga. Seperti pada salah satu
responden penelitian Moningka (2020), diketahui bahwa
mereka berusaha untuk membantu keluarga mereka dengan
membuat kue tanpa harus dipanggang. Mereka menjual kepada
tetangga atau secara daring. Hal ini tidak pernah dilakukan
sebelumnya. Karena pandemi orang tua kekurangan sumber
penghasilan, maka ibu dibantu anak-anak berusaha untuk
berwirausaha. Hal ini menunjukkan bahwa di tengah pandemi,
48. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
anak-anak dapat berperan serta membantu ekonomi keluarga.
Aktivitas ini dapat menumbuhkan kemandirian dan rasa bangga
pada anak.
Orang tua juga dapa mengajarkan anak untu pro-aktif,
yaitu aktif mencari informasi dan pembelajaran yang relevan.
Hal-hal mana yang dapat menambah pengetahuan anak, dan
membatasi media daring. Berita yang tidak benar, atau terlalu
banyak membaca berita tanpa disaring atau dipahami akan
mengarah pada kecemasan (Wei, 2020). Pada dasarnya hampir
semua orang memiliki telepon genggam berbasis android. Ada
baiknya ketika kita membelikan alat tersebut untuk anak, alat
tersebut dapat digunakan dengan bijaksana. Pada masa pandemi
ini, dimana lingkungan daring menjadi lingkungan sosial baru,
tidak jarang kita, termasuk anak-anak merespon stimulus dari
media sosial. Bisa saja mereka melakukan perbandingan sosial
yang tidak sehat. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan
diri, termasuk kepercayaan diri mereka (Moningka, 2016;
Moningka, 2019).
Hal lain yang perlu diingat adalah mengembangkan
perilaku pro-sosial. Saat ini, orang terkadang menjadi egois.
Seringkali ditemui perilaku menimbun dan melakukan panic
buying. Mereka berusaha mengontrol situasi dengan melakukan
antisipasi. Perilaku ini juga terjadi karena kecemasan
Clara Moningka, Annisa Windi. 49
(Moningka, 2020). Sebagai orang tua, kita dapat memberikan
contoh yang baik, dengan tidak melakukan penimbunan, namun
mengajarkan anak berbagi atau berbuat kebaikan. Saat pandemi
ini, banyak yang membagikan makanan pada pengemudi ojek
online. Anak dapat diajak untuk melihat dan membantu dalam
jarak aman. Atau bisa saja hal kecil seperti memberikan
makanan pada pekerja, petugas keamanan yang berada di
sekitar rumah. Dengan demikian anak masih bisa
mengembangkan keterampilan sosial saat pandemi ini,
Selain keempat hal di atas, patuh pada prokes adalah hal
yang sangat dibutuhkan pada saat ini. Anak harus belajar untuk
patuh dan mampu mengontrol diri mereka. Patuh pada aturan
atau kebijakan yang ada seperti tidak keluar rumah saat
diperlukan, menggunakan masker, mencuci tangan dan lain
sebagainya. Dalam hal ini orang tua atau guru dapat memberikan
pemahaman mengapa mereka harus mematuhi hal tersebut.
World Health Organization (WHO) bahkan menyarankan untuk
mengingat apa saja yang kita sentuh dan dengan siapa kita
bertemu. Anak-anak dapat dilatih untuk tidak menyentuh
sembarangan dan menggunakan desinfektan bila diperlukan.
Anak-anak yang diingatkan dan dijelaskan mengapa mereka
harus patuh, lakan terbiasa terhadap kehidupan baru ini.
Kepatuhan tersebut akan menjadi kebiasaan baru dalam era
baru ini.
50. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
Tidak mudah memang bagi kita mempersiapkan anak-
anak kita dan menjaga mereka selama pandemi. Seiring dengan
berjalannya waktu kita berharap bahwa mereka mampu
beradapatasi dan mengembangkan keterampilannya. Mereka
menjadi sejahterah. Sebagai orang tua dan pendidik, kita
memang harus berusaha ekstra pada saat seperti ini, namun kita
akan lebih lega nantinya ketika mereka mampu beradaptasi
dalam era ini. Selamat mencoba!
Referensi
(April 30, 2020). 5 ways to help keep children learning during
the COVID-19 pandemic. Diunduh dari
https://www.unicef.org/coronavirus/5-tips-help-keep-
children-learning-during-covid-19-pandemic
Azhari, J.R. (Juni 28, 2019). Kak Seto Soroti Kurangnya Tempat
Bermain untuk Anak-Anak Nelayan di Jakarta. Diunduh
darihttps://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/2
8/18193561/kak-seto-soroti-kurangnya tempat-
bermain-untuk-anak-anak-nelayan-di
Cahyati, N., & Kusumah, R. (2020). Peran Orang Tua Dalam
Menerapkan Pembelajaran Di Rumah Saat Pandemi
Covid-19. Jurnal Golden Age, 4(01), 4–6.
https://doi.org/10.29408/jga.v4i01.2203
Clara Moningka, Annisa Windi. 51
Curtin, R. (May 8, 2020). Richard Curtin: Pandemic’s impact on
economic behavior. Diunduh dari
https://news.umich.edu/pandemics-impact-on-
economic-behavior/
Ginting, H. (2020, Juni). PERUBAHAN PERILAKU SEBAGAI
RESPON TERHADAP WABAH COVID-19. Retrieved from
https://himpsi.or.id/blog/materi-edukasi-covid-19-
5/post/perubahan-perilaku-sebagai-respon-terhadap-
wabah-covid-19-130
(July, 2019). Guidance Note For Protection Of Children Diring
Covid-19 Pandemic.
Https://Www.Humanitarianresponse.Info/Sites/Www.
Humanitarianresponse.Info/Files/Documents/Files/Sud
an_Cp_Sub_Sector_Guidance_On_Covid_Final.Pdf
Kalat, J.W. (2014). Introduction To Psychology 10e. Belmont, Ca:
Wadsworth: Cengage Learning.
Moningka, C. (2016). Self-comparison: the self in digital world in
Michelle F. Wright (Ed.), Identity, Sexuality, and
Relationships among Emerging Adults in the Digital Age
(pages 18-26). Pennsylvania: IGI Global.
Moningka, C. (2019). Self-Comparison in the Digital World: The
Impact to Self-Esteem in Michelle F. Wright (Ed.), Recent
Advances in Digital Media Impacts on Identity, Sexuality,
and Relationships (pages 231-240). Pennsylvania: IGI
Global.
52. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
Nobari, H., Fashi, M., Eskandari, A., Villafaina, S., Murillo-Garcia,
Á., & Pérez-Gómez, J. (2021). Effect of covid-19 on health-
related quality of life in adolescents and children: A
systematic review. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 18(9), 1–12. Ariesandy, G.
(2018). Pengaruh Good Corporate Governance, Intellectual
Capital Dan Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2015).
Aulia, F. Z. (2015). PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN,
KINERJA LINGKUNGAN, DAN LIPUTAN MEDIA TERHADAP
ENVIRONMENTAL DISCLOSURE. Accounting Analysis
Journal. https://doi.org/10.15294/aaj.v4i3.8306
Batty, G. D., Kivimäki, M., Bell, S., Gale, C. R., Shipley, M., Whitley,
E., & Gunnell, D. (2018). Psychosocial characteristics as
potential predictors of suicide in adults: An overview of the
evidence with new results from prospective cohort studies.
Translational Psychiatry, 8(22).
https://doi.org/10.1038/s41398-017-0072-8
Bilbina, N. (2020). Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan dan
Tipe Industri Terhadap Environmental Disclosure.
Burhany, D. I. N. (2014). Akuntansi Manajemen Lingkungan
sebagai Alat Bantu untuk Meningkatkan Kinerja Lingkungan
dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Simposium
Clara Moningka, Annisa Windi. 53
Nasional Akuntansi XVII.
Cahyati, N., & Kusumah, R. (2020). Peran Orang Tua Dalam
Menerapkan Pembelajaran Di Rumah Saat Pandemi Covid
19. Jurnal Golden Age, 4(01), 4–6.
https://doi.org/10.29408/jga.v4i01.2203
Chandra, M., & Augustine, Y. (2019). Pengaruh Green Intellectual
Capital Index Dan Pengungkapan Keberlanjutan Terhadap
Kinerja Keuangan Dan Non Keuangan Perusahaan Dengan
Transparansi Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Magister
Akuntansi Trisakti.
https://doi.org/10.25105/jmat.v6i1.5066
Chen, P. C. and S. W. H. (2014). Collaborative green innovation in
emerging countries: a social capital perspective.
International Journal of Operations & Production
Management. International Journal of Operations &
Production Management, 34((3)).
Durkheim, E. (1951). Suicide. Free Press.
Henri, J. F., & Journeault, M. (2008). Environmental performance
indicators: An empirical study of Canadian manufacturing
firms. Journal of Environmental Management.
https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2007.01.009
Hilmi, U., & Ali, S. (2008). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN
LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan-
perusahaan yang Terdaftar di BEJ Periode 2004-2006)
54. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
Utari. Jurnal Dan Prosiding SNA - Simposium Nasional
Akuntansi.
Ivbijaro, G., Kolkiewicz, L., Goldberg, D., N’jie, I. N. S., Edwards, T.,
Riba, M. B., Švab, I., Geller, J., & Enum, Y. (2021). Suicide
prevention and COVID-19. Asia-Pacific Psychiatry, 1–12.
https://doi.org/10.1111/appy.12482
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Knowles, J. R. P., Gray, N. S., O’Connor, C., Pink, J., Simkiss, N. J., &
Snowden, R. J. (2021). The Role of Hope and Resilience in
Protecting Against Suicidal thoughts and Behaviors During
the COVID-19 Pandemic. Archives of Suicide Research, 0(0),
1–18. https://doi.org/10.1080/13811118.2021.1923599
Kwarto, F. (2012). Synchronization of Green Accounting With
Company Managerial Accounting; a Corporate Financial
Department Perspective. Simposium Nasional Akuntansi XV
Banjarmasin 2012.
Nobari, H., Fashi, M., Eskandari, A., Villafaina, S., Murillo-Garcia,
Á., & Pérez-Gómez, J. (2021). Effect of covid-19 on health-
related quality of life in adolescents and children: A
systematic review. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 18(9), 1–12.
https://doi.org/10.3390/ijerph18094563
Oktris, L. (2018). Dampak Modal Intelektual Hijau terhadap
Clara Moningka, Annisa Windi. 55
Pengungkapan Sukarela Emisi Karbon. Indonesian Journal of
Accounting and Governance.
https://doi.org/10.36766/ijag.v2i1.7
Ornell, F., Schuch, J. B., Sordi, A. O., & Henrique, F. P. K. (2020).
“Pandemic fear” and COVID-19: mental health burden and
strategies. Brazilian Journal of Psychiatry, 42, 232–235.
Patel, A. B., & Kumar, S. (2021). A sociological study of suicide
during COVID-19 in India. Mental Health and Social
Inclusion, 25(1), 76–87.
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Mulai Juli 2021. (2021).
Direktorat Pendidikan Masyarakat Dan Pendidikan Khusus.
Penanganan Pandemi Harus Terus Ditingkatkan. (2021). Komite
Penanganan Covid-19 Dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Purwanto, E., & Arofa, E. (2021). Law enforcement regarding
health protocols during the covid-19 pandemic in Indonesia.
International Journal of Law, 7(3), 113–117.
Pusaka, S. (2017). “Peluncuran GRI Standards 2018: Membaca
Arah Akuntabilitas Masa Depan.” Majalahcsr.Id.
Ravens-sieberer, U., Kaman, A., Otto, C., Erhart, M., & Devine, J.
(2020). Impact of the COVID-19 Pandemic on Quality of Life
and Mental Health in Children and Adolescents. 1–23.
Rinati, I. (2016). Pengaruh NPM, ROA dan ROE terhadap Harga
Saham pada Perusahaan yang Tercantum dalam Indeks
LQ45. Jurnal Akuntansi.
Riski, P. (2017). “Lumpur Lapindo 11 Tahun: Masalah
56. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
Lingkungan dan Kesehatan Masih Ancam Warga.”
Voaindonesia.Com.
Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2008). Teori Sosiologi. Kreasi
Wacana.
Sari, C. W., & Ulupui, I. G. K. (2014). Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Kinerja Lingkungan Berbasis Proper
Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis. 28((1)), 28–41.
Sartono, A. (2008). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi
Edisi Empat. In Yogyakarta BEF.
Standish, K. (2021). A coming wave: suicide and gender after
COVID-19. Journal of Gender Studies, 30(1), 114–118.
https://doi.org/10.1080/09589236.2020.1796608
Standish, K., & Weil, S. (2021). Gendered pandemics: suicide,
femicide and COVID-19. Journal of Gender Studies, 148(3).
Suratno, D. dan S. M. (2006). Pengaruh Environmental
Performance terhadap Environmental Disclosure dan
Economic Performance: Studi Empiris pada Perusaaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode
2001-2004. SNA IX Padang, 23–26.
Tanjung, R. B., & Kurnia, K. (2020). Pengaruh Kinerja Keuangan
Ukuran Perusahaan, Kepemilikian Saham terhadap Kinerja
Lingkungan. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi (JIRA). Jurnal
Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 9((4)).
Clara Moningka, Annisa Windi. 57
Thenu, S. (2021). Kekerasan Meningkat Selama Pandemi,
Perlindungan Anak Perlu Lebih Ditingkatkan.
Yadiati, W., Nissa, N., Paulus, S., Suharman, H., & Meiryani, M. (9
C.E.). Suharman, H., & Meiryani, M. (2019). The Role of
Green Intellectual Capital and Organizational Reputation in
Influencing Environmental Performance. International
Journal of Energy Economics and Policy, (3)(261).
Yuliastuti, R. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga
Saham Pada Sektor Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek
Indonesia.
Zalsman, G., Stanley, B., Szanto, K., Clarke, D. E., Carli, V., &
Mehlum, L. (2020). Suicide in the Time of COVID-19: Review
and Recommendations. Archives of Suicide Research, 24(4),
477–482.
https://doi.org/10.1080/13811118.2020.1830242
Moningka, C. (2020). Serba Panik Karena Corona: Perubahan
Perilaku Belanja. Buletin Kpin. Http://Buletin.K-
Pin.Org/Index.Php/Daftar-Artikel/564-Serba-Panik-
Karena-Corona-Perubahan-Perilaku-Belanja
Moningka, C. (2020). Mempersiapkan Anak Dan Remaja
Mengahadapi Perubahan Iklim. (Manuskrip Belum
Diterbitkan).
Moningka, C., Soewastika, W. (2020). 3p Selama Pandemi.
Prepublish Di Info Bintaro.
http://www.infobintaro.com/3p-selama-pandemi/
58. Kesejahteraan Anak Selama Pandemi
(Juni, 2018). Physical Activity For Children and youth.
https://www.caringforkids.cps.ca/handouts/physical_ac
tivity
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Mulai Juli 2021. (2021).
Direktorat Pendidikan Masyarakat Dan Pendidikan
Khusus.
Penanganan Pandemi Harus Terus Ditingkatkan. (2021). Komite
Penanganan Covid-19 Dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
https://covid19.go.id/berita/penanganan-pandemi-
harus-terus-ditingkatkan
Ravens-sieberer, U., Kaman, A., Otto, C., Erhart, M., & Devine, J.
(2020). Impact of the COVID-19 Pandemic on Quality of
Life and Mental Health in Children and Adolescents. 1–23.
https://doi.org/10.1007/s0078 7-021-01726-5
Thenu, S. (2021). Kekerasan Meningkat Selama Pandemi,
Perlindungan Anak Perlu Lebih Ditingkatkan.
https://www.beritasatu.com/nasional/715349/kekeras
an-meningkat-selama-pandemi-perlindungan-anak-
perlu-lebih-ditingkatkan
Scott, T. L., Masser, B. M., & Pachana, N. A. (2014). Exploring the
health and wellbeing. Cambridge University Press.
Weiten, W., Dunn, D.S., Hammer, E.Y. (2015). Psychology Applied
to Modern Life: Adjustment in the 21st Century. Stamford
City: Cengage Learning
- 59 -
B A B L I M A
Edukasi Literasi Pangan sebagai Bagian
dari Food Smart City
Naurissa Biasini, Emma Rachmawati, Reni Dyanasari
Gambar 1. Indonesia sebagai Food Waster terbesar kedua di dunia.
Sumber: (Ruang Makan, 2018)
Indonesia ternyata merupakan negara urutan kedua di
dunia sebagai pembuang makanan atau Food Waster
berdasarkan hasil penelitian dari The Economist Intelligence
Unit pada 2018 (Ruang Makan, 2018). Bahkan menurut
Investopedia dan Safefood.eu, Indonesia membuang 300 ton
makanan setiap tahunnya baik lewat berbagai proses. Makanan
tersebut terbuang baik karena produksi berlebih yang tidak
60. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
tersalurkan dengan baik, kondisi pangan yang dianggap tidak
layak jual, proses pengiriman, hingga penyimpanan atau
penumpukan makanan hingga menjadi busuk atau kadaluarsa.
Permasalahan ini mendorong berbagai pihak untuk
membangun kesadaran terhadap kebutuhan akan literasi
pangan untuk masyarakat. Hal ini juga mendorong program
Food Smart City untuk dapat dikembangkan di Indonesia.
Isu penyediaan dan pengelolaan pangan sehat masih
menjadi tantangan sejumlah kota di Indonesia dan dunia.
Literasi pangan dan integrasi kebijakan terkait pangan dinilai
perlu dilakukan dan menjadi modal penting menuju Food
Smart City atau kota cerdas pangan (Kompas, 2019). Food
Smart City adalah program berbasis kemitraaan yang
menawarkan alternatif cara pandang produksi, distribusi dan
konsumsi pangan yang lebih bertanggung jawab dan ramah
lingkungan dan sekaligus memberikan jawaban atas tantangan
masa depan di mana semakin banyak orang akan tinggal di kota
dan semakin sedikit orang tinggal di pedesaan. Solo dan Depok
adalah dua kota di Indonesia yang menyelenggarakan program
Food Smart City. Depok ditargetkan menuju Kota Cerdas
Pangan melalui tiga program unggulan yaitu Program Zero
Waste City; Program Smart Healthy City dan Program Family
Resilience City.
Peningkatan literasi pangan di masyarakat luas dipandang
sangat penting. Dengan tingkat literasi pangan yang tinggi,
masyarakat akan bisa membuat pilihan yang bijak berdasarkan
Biasini, Rachmawati, Dyanasari.61
informasi yang diterimanya. Literasi pangan dapat memberikan
dasar untuk membuat kebijakan dan program untuk mencegah
penyakit, mempromosikan kesehatan lengkap dan berkembang,
dan mempertahankan lingkungan dan budaya. Literasi pangan
dimungkinkan melalui dukungan eksternal yang memberi akses
terhadap makanan sehat dan kondisi kehidupan, kesempatan belajar
yang luas, dan lingkungan sosial budaya yang positif. (Deer, F.,
Falkenberg, T., McMillan, B. and Sims, L. (Eds.). (2014).) Oleh
karena itu, literasi pangan perlu didukung komunikasi yang efektif
agar masyarakat bisa memperoleh edukasi bagaimana mengelola
makanan dengan cara yang menyenangkan, mudah dilakukan dan
praktis, sehingga pola konsumsi pangan sehat menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari dan gaya hidup yang berkelanjutan.
Untuk merumuskan komunikasi yang efektif dalam upaya
meningkatkan literasi pangan masyarakat, bisa menggunakan
pendekatan Komunikasi Lingkungan. Secara umum, komunikasi
lingkungan memiliki dua fungsi sosial. Pertama yaitu kita
menggunakan komunikasi untuk melakukan berbagai hal.
Contohnya, kita menggunakan komunikasi untuk
menginformasikan, mempengaruhi, mendidik dan mengingatkan
orang lain. Kedua, komunikasi memiliki peranan penting dalam
membentuk cara pandang dan nilai-nilai kita dalam memandang
peristiwa-peristiwa, kondisi, gagasan-gagasan dan lainnya.
Sehingga apa pun maksud dan tujuan kita menggunakan
62. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
komunikasi lingkungan, apa yang kita komunikasikan akan
memengaruhi hasilnya. (Theica.org)
Tim dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Jaya sangat menaruh perhatian pada permasalahan
literasi pangan terutama pada masyarakat wilayah Jakarta Selatan
dan Tangerang Selatan. Karena itu, kami tertarik untuk melakukan
program edukasi literasi pangan bagi masyarakat bekerja sama
dengan Perkumpulan Indonesia Berseru (PIB).
Lembaga nirlaba ini mendedikasikan karyanya di bidang
kampanye untuk perubahan sosial. Ruang lingkup yang diambil
terkait dengan kemiskinan dan pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan dan berpihak pada kelompok masyarakat, dewasa
dan anak-anak, laki-laki dan perempuan untuk mengubah situasi
yang ada dengan skala yang relevan. Perkumpulan Indonesia
Berseru merupakan lembaga swadaya masyarakat yang bersifat
nirlaba dan independen, tidak berafiliasi pada organisasi politik,
lembaga bisnis, badan sosial, pemerintah, suku, agama, kelas sosial
dan jenis kelamin tertentu. Dalam program ini PIB bertindak
sebagai salah satu mitra pemerintah Kota Depok dalam
menjalankan program Food Smart City. Selain itu PIB sering sekali
menjadi narasumber bagi berbagai seminar maupun pelatihan
terkait literasi pangan dan kaitannya dengan Food Smart City.
Biasini, Rachmawati, Dyanasari.63
Terkait rendahnya literasi pangan, ada tiga permasalahan yang
mengemuka, yaitu:
1. Informasi mengenai literasi pangan masih terbatas. Meski
literasi pangan merupakan isu global yang cukup banyak
mendapatkan sorotan di antara isu-isu lingkungan lainnya,
informasi mengenai literasi pangan dalam konteks lokal
masih terbatas. Perlu upaya yang persisten dan
berkelanjutan untuk memberikan edukasi kepada
masyarakat akan pentingnya literasi pangan.
2. Perlunya komunikasi yang efektif untuk meningkatkan
literasi pangan masyarakat sebagai modal untuk
membangun Kota Cerdas Pangan.
3. Perlunya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
memproduksi dan mengonsumsi pangan yang sehat secara
lebih bertanggung jawab dan ramah lingkungan.
Metode Pelaksanaan Edukasi Literasi Pangan
Ada beberapa langkah yang akan dilakukan pada program
ini. Langkah pertama adalah melakukan diskusi dengan mitra untuk
memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai program
peningkatan literasi pangan. Dalam tahapan ini dilakukan analisis
situasi dan menggali permasalahan terutama yang terkait dengan
strategi komunikasi.
64. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
Pada tahap selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil diskusi disusun strategi komunikasi serta taktik
komunikasi yang akan digunakan untuk mendukung proses
edukasi literasi pangan. Berikutnya adalah tahap pelaksanaan
atau realisasi strategi menggunakan saluran komunikasi yang
memanfaatkan media konvensional melalui komunikasi tatap
muka dan penyebaran infomasi melaui website dan media sosial.
Sebagai tolak ukur keberhasilan peningkatan pemahaman
tentang literasi pangan, kegiatan ini menggunakan salah satu
indikator yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan
Desjardins (2013) yaitu pemahaman tentang keterampilan
individu dan sikap dalam mengelola pangan yang meliputi
keterampilan teknik, pengetahuan dan perencanaan. Hasil yang
diharapkan adalah kemampuan menyiapkan hidangan sehat
untuk konsumsi sehari-hari.
Target utama dalam kegiatan ini adalah para ibu di wilayah
Tangerang Selatan. Terakhir, kegiatan edukasi yang dibuat akan
dievaluasi oleh tim pengabdian masyarakat untuk mengetahui
sejauh mana efektivitas dari pesan mengenai pentingnya literasi
pangan diterima oleh masyarakat.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan atau
realisasi kegiatan pengabdian adalah terkait situasi pandemi Covid-
19 dan kebijakan pemerintah berupa Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) yang diberlakukan bertepatan dengan periode
Biasini, Rachmawati, Dyanasari.65
kegiatan yang sudah ditetapkan pada awal perencanaan, Di mana
seluruh kegiatan yang bersifat tatap muka secara langsung tidak
dimungkinkan sehingga solusi yang diambil adalah memfokuskan
kegiatan edukasi melalui media daring secara penuh. Kegiatan
edukasi dilakukan melalui penyampaian pesan melalui platform
zoom yang diikuti oleh khalayak sasaran. Tema besar Literasi
Pangan diturunkan ke dalam dua kegiatan utama yaitu seminar dan
workshop. Kedua bentuk kegiatan pengabdian masyarakat ini
melibatkan tim pengabdian masyarakat dari program studi Ilmu
Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya bekerjasama dengan
anggota dari Perkumpulan Indonesia Berseru.
Pelaksanaan dan Hasil Edukasi Literasi Pangan
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan
memberikan edukasi kepada audiens melakukan kegiatan seminar
dan workshop yang berlangsung secara daring melalui zoom dan
kanal Youtube. Kegiatan pertama yaitu seminar berlangsung pada
4 November 2020 pukul 10.00 S.D. 12.00 WIB. Seminar diberi
judul “Kenal Makananmu”. Dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman mengenai dampak konsumsi pangan terhadap
kesehatan, perekonomian secara mikro maupun makro, serta
dampak konsumsi pangan terhadap lingkungan sosial maupun
lingkungan hidup.
66. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
Sebelum memulai kegiatan, kami mengadakan Pre-Test
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mengenai Food
Literacy dari para peserta. Berikut adalah hasil dari Pre-Test yang
dilakukan oleh 104 orang responden, di mana 81.7% adalah
perempuan, dan 18.3% adalah laki-laki.
Gambar 2. Hasil Pre-Test terkait pemahaman peserta
mengenai konsep Literasi Pangan
Berdasarkan data yang didapatkan dari Pre-Test, terlihat
bahwa sebagian besar peserta seperti memahami dan memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai ‘Literasi Makanan’. Namun
dalam proses berjalannya seminar, dari pertanyaan-pertanyaan
yang masuk di kolom chat, didapatkan bahwa sebenarnya banyak
yang masih belum memahami mengenai makanan dan
hubungannya dengan kesehatan maupun lingkungan. Selain itu
panitia juga menanyakan pemahaman para peserta mengenai
berbagai konsep terkait makanan dan hubungannya dengan
Biasini, Rachmawati, Dyanasari.67
kesehatan seperti penyakit degeratif hingga konsep “Piring
Makan”.
Seminar menghadirkan dua orang narasumber yang terdiri
dari Tejo Wahyu Jatmiko yang bertindak sebagai koordinator
nasional Perkumpulan Indonesia Berseru yang merupakan mitra
utama kegiatan pengabdian masyarakat, serta Wied Harry Apriadji
seorang Nutripreneur yang memiliki perhatian besar terhadap
konsumsi pangan masyarakat serta memiliki kepakaran dalam
bidang nutrisi baik secara teori maupun praktik. Acara dimoderatori
oleh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Reni Dyanasari, M.Si.
Acara seminar diikuti oleh 132 peserta dengan profil sesuai
sasaran yaitu para ibu yang bertempat tinggal di Kawasan
Tangerang Selatan dan sekitarnya, serta audiens yang berasal dari
kalangan umum dan mahasiswa. Narasumber pertama membuka
wawasan peserta mengenai ketergantungan bangsa Indonesia
terhadap bahan pangan impor dan mengajak masyarakat untuk
beralih mengonsumsi sumber pangan lokal Indonesia yang sangat
kaya dan beragam, memiliki kandungan gizi tinggi, lebih murah
dan bersahabat dengan lingkungan. Peserta diajak untuk melepas
ketergantungan pada sumber pangan impor dan bagaimana bisa
menjadi pahlawan dari konsumsi pangan sehari-hari.
68. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
Materi yang dibawakan oleh narasumber kedua yaitu Wied
Harry Apriadji lebih difokuskan pada dampak konsumsi pangan
terhadap Kesehatan. Apa saja penyakit-penyakit yang bisa muncul
karena konsumsi pangan yang keliru. Juga dipaparkan bagaimana
mengolah pangan dengan baik agar para ibu bisa menyiapkan
makan yang memenuhi kecukupan gizi untuk keluarganya. Tidak
kalah penting, narasumber mensosialisasikan tips praktis pola
makan yang seimbang yang langsung bisa diterapkan langsung oleh
siapa dan menjadikannya kebiasaan yang berkelanjutan.
Sebagai bahan untuk melakukan evaluasi terhadap
efektiktivitas penyampaian pesan, tim pelaksana kegiatan
pengadian masyarakat menyiapkan kuesioner yang dikirimkan
kepada peserta sebelum dan sesudah berlangsungnya seminar untuk
melihat ada tidaknya perubahan pengetahuan terkait literasi pangan
dari materi yang disampaikan oleh narasumber. Sebagai catatan
tambahan, acara seminar berlangsung interaktif, terbukti dari
banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta selama seminar
berlangsung. Namun karena keterbatasan waktu, hanya 5
pertanyaan yang bisa dibahas selama acara.
Setelah sesi seminar selesai, panitia memberikan kuesioner
post-test untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
pemahaman peserta terkait materi yang diberikan oleh narasumber
dalam edukasi literasi pangan berbentuk seminar daring.
Biasini, Rachmawati, Dyanasari.69
Berikut adalah hasil dari Post-Test yang kami lakukan yang
dijawab oleh 73 orang peserta:
Gambar 3. Post-Test Pengertian Peserta terhadap Konsep ‘Literasi Pangan’
Setelah dilakukan post-test terjadi peningkatan pemahaman
peserta terkait literasi pangan sebesar 24.3% yaitu dari 70.2% dari
jumlah peserta yang hadir paham, menjadi 94.5% paham mengenai
konsep literasi pangan. Setelah ditanyakan secara personal kepada
5.5% peserta yang masih belum memahami konsep literasi pangan,
ternyata diakibatkan karena adanya kendala koneksi di pihak
peserta saat Webinar berlangsung, sehingga beberapa materi
penting tidak dapat diterima dengan baik.
70. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
Gambar 4. Post-Test Pemahaman Peserta terhadap dampak pilihan makanan
Setelah dilakukan webinar, ternyata 100% dari peserta yang
mengisi kuesioner menjadi paham mengenai dampak pemilihan
makanan mereka terhadap kesehatan. Hal ini terkait dengan materi
yang diberikan oleh kedua narasumber yaitu Tejo Djatmiko dan
Wied Harry.
Gambar 5. Post-Test Pemahaman Peserta terkait dampak pemilihan makanan terhadap
lingkungan
Biasini, Rachmawati, Dyanasari.71
Berdasarkan hasil post-test di atas, didapatkan bahwa
95.9% peserta menjadi paham bahwa pilihan makanan mereka
dapat memberikan dampak kepada lingkungan. Ketika dilakukan
wawancara, ternyata beberapa peserta mengakui bahwa selama ini
mereka mengira pemilihan makanan terkait lingkungan hanya
berdampak pada masalah sampah saja. Mereka baru memahami
bahwa pemilihan makanan bukan hanya berdampak pada masalah
sampah, namun juga pada jejak karbon dan berbagai permasalah
lingkungan lainnya seperti Food Loss dan Food Waste.
Gambar 6. Post-Test Pemahaman Peserta terkait dampak pemilihan makanan terhadap
ekonomi
Berdasarkan hasil post test di atas, 97.3% peserta yang
menjawab kuesioner paham mengenai dampak pemilihan makanan
terhadap ekonomi. Ekonomi yang sebelumnya dipahami oleh
peserta hanya sebatas mengenai lingkup ekonomi mikro seperti
uang belanja, dan untung-rugi perdagangan barang makanan.
Namun setelah dilakukan Webinar, para peserta memahami bahwa
72. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
dampak ekonomi yang terjadi lebih luas seperti kesejahteraan
petani lokal dan ketersediaan pangan lokal.
Gambar 7. Post-Test Pemahaman Peserta terkait penyakit degenerative
Setelah dilakukan post-test mengenai pemahaman tentang
penyakit degenerative, terjadi peningkatan pemahaman yaitu dari
57.7% menjadi 94.5%. Hal ini menunjukkan bahwa penyampaian
pesan dari webinar terkait penyakit degeneratif akibat makanan
terdampaikan dengan baik kepada para peserta.
Gambar 8. Post-Test Pemahaman Peserta terkait komposisi gizi seimbang
Biasini, Rachmawati, Dyanasari.73
Terjadi kenaikan sebesar 16.5% persen pemahaman peserta
mengenai komposisi gizi seimbang dari 80.8% menjadi 97.3%
peserta paham. Peserta sebelumnya sudah banyak mendapatkan
informasi mengenai gizi seimbang baik dari keluarga, sekolah,
maupun sumber online, namun belum benar-benar menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 9. Post-Test kebiasaan peserta dalam mengonsumsi makanan
Berdasarkan hasil post-test di atas, 94.5% peserta akan lebih
memperhatikan keseimbangan gizi dalam mengonsumsi makanan
mereka ke depannya. Sebelumnya hanya sebesar 75% dari peserta
yang memperhatikan keseimbangan gizi dalam mengonsumsi
makanan.
74. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
Gambar 10. Post-Test pemahaman peserta terkait pengaruh cara olah dengan kandungan
gizi makanan
Dari data di atas dapat terlihat bahwa 100% peserta menjadi
paham bahwa cara mengolah makanan akan mempengaruhi
kandungan gizi makanan. Hal ini terkait erat dengan materi dari
Wied Harry yang memberikan informasi kepada para peserta
mengenai cara mengolah bahan makanan yang baik sesuai dengan
jenis bahan makanan yang digunakan agar kandungan gizi tidak
hilang.
Gambar 11. Post-Test pengetahuan peserta mengenai konsep “Piring Makanmu”
Biasini, Rachmawati, Dyanasari.75
Dalam salah satu materi yang diberikan oleh Wied Harry,
dijelaskan mengenai konsep “Piring Makanmu” yang merupakan
konsep persentase dan komposisi makanan yang baik dengan
menggunakan rumus piring makan. Materi ini kemudian dipahami
oleh 93.2% dari peserta yang mengisi kuesioner post test.
Gambar 12. Post-Test pengetahuan peserta mengenai pangan yang dapat meningkatkan
imunitas tubuh
Dalam salah satu materi yang diberikan dibahas juga
mengenai makanan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh,
dikarenakan informasi ini sangat berguna di masa pandemi seperti
sekarang ini. 98.6% peserta memahami informasi mengenai pangan
yang dapat meningkatkan imunitas tubuh.
Kegiatan edukasi kedua berupa workshop, diadakan pada
11 November 2020, pukul 10.00 S.D. 12.00 WIB mengangkat tema
Pertanian Kota dan Budidaya Jamur. Menghadirkan dua pembicara
yaitu Arini, seorang pemerhati pertanian kota dan Daisy Irawan
76. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
yang merupakan Chloropyll Scientific. Dalam kegiatan ini, Ibu
Arini memberikan tips dan trik dalam menjalankan pertanian kota
di halaman rumah sendiri. Sedangkan Ibu Daisy Irawan
memberikan materi workshop budidaya jamur merang. Di mana
proses workshop diikuti oleh para peserta yang hadir. Para peserta
sebelumnya telah diberikan bibit jamur merang oleh panitia acara.
Acara dimoderatori oleh Naurissa Biasini, M.I.Kom, dosen
Program Studi Ilmu Komunikasi. Kami juga menanyakan umpan
balik dari pada peserta apakah mereka berniat untuk
mempraktikkan materi workshop di rumah.
Gambar 13. Umpan balik peserta terkait workshop
Dari data yang didapatkan, sebanyak 72.2% peserta
menyatakan akan mempraktikkan materi workshop yang diberikan,
dan sebanyak 27.8% peserta menyatakan mungkin akan
mempraktikkan materi workshop. Sedangkan tidak ada peserta
yang menjadi tidak dalam feedback ini. Hal ini dikarenakan banyak
peserta yang hadir memang ingin memiliki sumber protein yang
Biasini, Rachmawati, Dyanasari.77
mudah didapatkan dan murah karena dapat dihasilkan dari kebun
kecil sendiri.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang merupakan
kerjasama Universitas Pembangunan Jaya bersama Perhimpunan
Indonesia Berseru berangkat dari kepedulian terhadap masalah
rendahnya literasi pangan masyarakat Indonesia sehingga
diperlukan upaya yang persisten dan berkelanjutan untuk
memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya literasi
pangan. Solusi yang diberikan oleh Universitas Pembangunan Jaya
melalui program studi Ilmu Komunikasi adalah program
komunikasi yang efektif untuk meningkatkan literasi pangan
masyarakat sebagai modal untuk membangun Kota Cerdas Pangan.
Kegiatan edukasi melalui seminar tentang literasi pangan
telah terlaksana dengan baik. Gambaran sementara yang berhasil
dihimpun dari hasil evaluasi melalui pre test dan post test
menunjukan peningkatan pemahaman yang cukup signifikan
terkait literasi pangan. Dari pelaksanaan kegiatan tahap pertama,
temuan yang didapat terkait keberhasilan program komunikasi
yang dilakukan mencakup 3 hal utama yaitu terkait pemilihan tema
(pesan yang memenuhi kriteria news value), penentuan narasumber
yang kompeten (kredibilitas sumber) dan pemilihan medium yang
tepat (zoom dan kanal youtube).
Kegiatan pengabdian masyarakat tahap berikutnya akan
ditargetkan untuk dapat membantu meningkatkan keterampilan
78. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
audiens dalam mengelola sumber pangan melalui workshop berisi
panduan praktis yang bisa diterapkan sehari-hari, sebagai
kelanjutan peningkatan pengetahuan yang diperoleh dari seminar
sebelumnya. Hasil yang diharapkan adalah kemampuan
menyiapkan hidangan sehat untuk keluarga dengan cara yang
menyenangkan, mudah dan praktis, sehingga pola konsumsi
pangan sehat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan gaya
hidup yang berkelanjutan
Biasini, Rachmawati, Dyanasari.79
Referensi
Ida Ronauli, Perkumpulan Indonesia Berseru, wawancara pada
tanggal 3 Februari 2020.
YLKI, Ford Foundation, Rikolto, Gita Pertiwi, Indonesia
Berseru, Laporan Akhir: Hasil Survei Literasi, Pola
Konsumsi, dan Akses Pangan Masyarakat di Kota Depok
dan Kota Solo Tahun 2018.
Deer, F., Falkenberg, T., McMillan, B. and Sims, L. (Eds.). (2014).
Sustainable well-being: Concepts, issues, and
educational practices (pp.37-55). Winnipeg, MB: ESWB
Press. Chapter 3: Food literacy by Colatruglio, S. and
Slater, J.
Desjardins, E. and Azevedo, E.(2013) “Making Something Out of
Nothing”: Food Literacy among Youth, Young pregnant
women and young parents who are at Risk for Poor
Health, a Locally Driven Collaborative Project of Public
Health Ontario.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/01/13/28
-dari100-balita-mengalami-stunting-pada-2019
https://kompas.id/baca/utama/2019/02/27/literasi-pangan-
modal-penting-menuju-kota-cerdas-pangan/
https://theieca.org/resources/environmental-
communication-what-it-and-why-it-matters
https://www.foodliteracycenter.org/what-food-literacy
80. Edukasi Literasi Pangan Sebagai Bagian dari Food Smart City
https://twitter.com/ruangmakan_/status/993109214527606
785?lang=gu
https://foodsustainability.eiu.com/food-loss-and-waste/
- 81 -
B A B E N A M
Sejumlah Perilaku Baik Menghadapi
Pandemi
Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo
Setelah satu tahun lebih hidup kita jungkir balik akibat
pandemi Covid-19, kini pemerintah pusat maupun daerah
kembali mengeluarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat berbasis mikro (PPKM Mikro). Saat ini kita
menjalani PPKM Mikro di tengah bombardir informasi tentang
peningkatan kasus, disinyalir akibat peningkatan mobilitas
kerumunan libur lebaran. Sebagian masyarakat berlomba
mengejar vaksin, sebagian sudah keburu kehabisan waktunya di
dunia – sebagaimana sebagian dari kita pun harus menderita
kehilangan di lingkaran terdekat.
Apa yang bisa kita lakukan dalam situasi ini? Berikut
nukilan singkat sejumlah penelitian terkini di bidang Psikologi
Setelah setahun lebih hidup kita jungkir balik akibat
pandemi Covid-19, apa yang bisa kita lakukan dalam
situasi ini?
“
82. Sejumlah Perilaku Baik Menghadapi Pandemi
untuk membantu menghadapi tantangan. Semakin tinggi rasa
takut kita terhadap pandemi Covid-19, semakin lemah pula
kemampuan kita memaklumi ketidakpastian (uncertainty
intolerance). Penelitian Bakioğlu, Korkmaz dan Ercan (2020)
menyarankan agar ketidakpastian tersebut perlu diatasi, antara
lain memperbanyak pengetahuan tentang hal-hal yang
dipandang relatif ajeg - seperti informasi tentang peran asupan
vitamin terhadap imunitas tubuh dan implementasi protokol
kesehatan; karena harapannya kecemasan ikut menurun seiring
perjalanan waktu. Maka mengikuti perkembangan terkini
dengan konsentrasi pada mitigasi risiko dapat membuat
seseorang lebih berdaya, menurunkan ketakutan serta lebih
tenang menghadapi situasi ini. Masih terkait dengan hal
tersebut, rasa percaya (trust) terkait sumber informasi pun
mempengaruhi, utamanya pada perilaku individu untuk
menimbun barang karena takut kehabisan (hoarding).
Pemikiran dan perasaan yang difokuskan pada aspek
pencegahan dampak Covid-19 serta penurunan kecemasan akan
terjadi apabila seseorang mampu membangun keyakinan pada
sumber informasi otoritatif (Jovančević & Milićević, 2020).
Lebih jauh lagi, Arslan dan Yildirim (2020) meneliti
bahwa apabila seseorang ternyata mampu merumuskan makna
hidup yang ia jalani saat ini (meaning in life) sembari tetap
optimis, manakala seseorang mampu membangun pemahaman
Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo. 83
utuh serba selaras tentang untuk apa ia hidup, apa saja
pencapaian duniawi maupun ilahiah yang telah ia perjuangkan,
maka semua itu mendukung pencapaian kesehatan mental yang
lebih baik. Vos, Habibović, Nyklíček, Smeets dan Mertens (2021)
menambahkan bahwa individu yang menjalani hari-hari ini
dengan kesadaran penuh (mindful) serta punya bekal
pengalaman bangkit dari peristiwa kegagalan (resilience) untuk
mereka bangkitkan dari memori dibilai punya faktor
kepribadian protektif yang berpotensi melindungi mereka dari
gelombang kecemasan.
Bercermin pada temuan di atas, apa yang kita bisa petik?
Memperkaya diri dengan informasi sahih terutama dari sumber
resmi serta melakukan refleksi diri tentang makna hidup yang
hakiki bisa jadi cara untuk dicoba manakala kita seolah
terengah-engah mendengar gempuran berita buruk. Hal ini
selaras dengan penelitian Leslie-Miller, Waugh dan Cole (2021)
yang menunjukkan bahwa jika seseorang dapat menjalani
keseharian seraya mengantisipasi bahwa kelak ia akan bisa
kembali mengalami rangkaian peristiwa yang ia pandang positif,
maka emosi pun terangkat lebih positif – dimana kondisi ini bisa
bertahan sampai sekian hari ke depan. Sekalipun tampaknya
harapan-harapan seperti ini masih serba kabur, apalagi di saat
kita merasa terjebak di rumah saja, tetapi kita tetap boleh untuk
sesekali berandai-andai bahwa satu hari nanti semua akan
84. Sejumlah Perilaku Baik Menghadapi Pandemi
kembali baik-baik saja dan apa yang kita harapkan kelak akan
terjadi.
Di sisi lain, kita kerap melihat bagaimana sebagian dari
masyarakat tenggelam dalam main salah-salahan (blame game):
menyalahkan pemerintah, menyalahkan pemudik, menyalahkan
aparat – intinya semuanya yang ada di kolong langit ini tak ada
yang benar. Sekalipun perilaku seperti ini merupakan upaya
mengendurkan ketegangan akibat stres berkepanjangan, Kumar
dan Nayar (2020) menyarankan agar stigmatisasi apalagi
sampai diskriminiasi tak jadi pilihan karena toh tak banyak
membantu kita mencapai kesehatan mental.
Justru rekomendasi yang diberikan adalah agar kita
memperkuat intensi membantu orang lain (prosocial behavior).
Menurut temuan Sætrevik (2021), justru dengan cara ini
keyakinan akan adanya kekuatan kolektif agar kita bisa
mengatasi ini bersama-sama semakin terbangun. Bercermin
pada kesimpulan penelitian Drury, Reicher dan Stott (2020)
tentang psikologi kolektif, banyak situasi darurat justru berhasil
diatasi bersama dengan solidaritas dan kerjasama, bukan
dengan mementingkan diri sendiri, tak peduli orang lain dan
bereaksi berlebihan.
Jadi, apakah kita sebaiknya tetap optimis? Penelitian-
penelitian di atas menyarankan demikian. Ada baiknya kita tetap
Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo. 85
berkeyakinan bahwa hal-hal baik itu ada – baik di dalam diri kita
sendiri maupun di antara kelompok masyarakat kita, pada saat
ini maupun nanti di masa depan. Toh ternyata hal ini bisa
membawa pada kondisi kesehatan mental yang lebih baik.
Di sisi lain, kita juga perlu seksama agar tidak tergelincir
melakukan bias optimisme (optimism bias). Mereka yang sarat
bias optimisme ini meyakini bahwa apabila diri mereka
dibanding-bandingkan dengan orang lain, mereka punya
kemungkinan lebih kecil untuk mengalami hal-hal buruk akibat
pandemi – entah karena tak punya komorbiditas, masih muda
usia, maupun hal-hal lain yang diyakin membuat mereka seolah
kebal virus (Druica, Musso, Ianole-Calin, 2020). Orang-orang
seperti ini yakin bahwa mereka pasti baik-baik saja, tak terlalu
khawatir karena mereka percaya bahwa ya sudahlah mengalir
saja, kalapun nanti terpapar ya nanti, semua akan ada jalannya –
entah apa jalan itu, sudah tenang saja, seketemunya saja nanti
(Kuper-Smiet, Doppelhofer, Oganian, Rosenblau dan Korn,
2020). Mereka yang sesat pikir seperti ini cenderung memiliki
persepsi risiko yang terdistorsi. Penelitian Macià, Cattaneo,
Solana, Tormos, Pascual-Leone dan Bartrés-Faz (2021)
menemukan bahwa justru mereka inilah yang kerap kendor
mempraktikkan protokol kesehatan, gara-gara punya keyakinan
yang tak ada dasarnya.
86. Sejumlah Perilaku Baik Menghadapi Pandemi
Perkembangan terakhir menetapkan PPKM Mikro sampai
5 Juli 2021. Apakah yang terjadi setelah itu? Apakah situasi
membaik? Apakah PPKM Mikro ini justru akan diperpanjang?
Kita boleh jadi tidak tahu sampai nanti hari H nanti. Namun
setidaknya kini kita punya bekal tambahan bahwa ada sederetan
perilaku baik yang masih dapat kita lakukan menghadapi situasi
serba tak pasti ini.
Dimuat di Tangsel Pos dengan judul yang sama, 5 Juli 2021
Referensi
Arslan, G., and Yildirim, M. (2020). Coronavirus stress,
meaningful living, optimism, and depressive symptoms: a
study of moderated mediation model. PsyArXiv. doi:
10.31234/osf.io/ykvzn
Bakioğlu, F., Korkmaz, O., & Ercan, H. (2020). Fear of covid-19
and positivity: Mediating role of intolerance of
uncertainty, depression, anxiety, and stress. International
Journal of Mental Health and Addiction. Advance online
publication. https://doi.org/10.1007/s11469-020-
00331-y
Druica, E.; Musso, F. & Ianole-Calin, R. (2020). Optimism bias
during the Covid-19 pandemic: Empirical evidence from
Romania and Italy. Games, 11(39)
doi:10.3390/g11030039
Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo. 87
Drury, J. & Reicher, S. & Stott C. (2020). COVID-19 in context:
Why do people die in emergencies? It’s probably not
because of collective psychology. British Journal of Social
Psychology Vol 59 Issues 3 July 2020
https://doi.org/10.1111/bjso.12393
Jovančević A, Milićević N. Optimism-pessimism, conspiracy
theories and general trust as factors contributing to
COVID-19 related behavior - A cross-cultural study. Pers
Individ Dif. 2020;167:110216.
doi:10.1016/j.paid.2020.110216
Kumar, A. & Nayar, K.R. (2021). Covid-19 and its mental health
consequences. Journal of Mental Health Vol 30, Issues 1
https://doi.org/10.1080/09638237.2020.1757052
Kuper-Smith, B. J., Doppelhofer, L. M., Oganian, Y., Rosenblau, G.,
& Korn, C. (2020, March 19). Risk perception and
optimism bias during the early stages of the COVID-19
pandemic. https://doi.org/10.31234/osf.io/epcyb
Leslie-Miller CJ, Waugh CE, Cole VT. Coping With COVID-19: The
Benefits of Anticipating Future Positive Events and
Maintaining Optimism. Front Psychol. 2021 Apr
9;12:646047. doi: 10.3389/fpsyg.2021.646047. PMID:
33897550; PMCID: PMC8062780.
Macià D, Cattaneo G, Solana J, Tormos JM, Pascual-Leone A &
Bartrés-Faz D (2021) Meaning in Life: A Major Predictive
88. Sejumlah Perilaku Baik Menghadapi Pandemi
Factor for Loneliness Comparable to Health Status and
Social Connectedness. Front. Psychol. 12:627547. doi:
10.3389/fpsyg.2021.627547
Sætrevik, B. (2021). Realistic Expectations and Prosocial
Behavioural Intentions to the Early Phase of the COVID-
19 Pandemic in the Norwegian Population Collabra:
Psychology (2021) 7 (1): 18698.
https://doi.org/10.1525/collabra.18698
Vos LMW, Habibović M, Nyklíček I, Smeets T, Mertens G.
Optimism, mindfulness, and resilience as potential
protective factors for the mental health consequences of
fear of the coronavirus. Psychiatry Res. 2021
Jun;300:113927. doi: 10.1016/j.psychres.2021.113927.
Epub 2021 Apr 6. PMID: 33848964.
- 89 -
B A B T U J U H
Masihkah Ukuran Perusahaan
Berpengaruh terhadap Kinerja?
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri,
Fitriyah Nurhidayah
Di tengah pandemi Covid-19, banyak perusahaan
terdampak laju bisnisnya. Berbagai sektor industri mengalami
penurunan kinerja. Bahkan di sektor barang konsumsi yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran
perusahaan, leverage dan likuiditas berpengaruh terhadap
kinerja. Sampel dalam penelitian ini adalah 33 perusahaan
sektor Industri Barang dan Konsumsi yang Terdaftar di
BEI Periode 2017-2019. Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
yang berupa laporan keuangan dan laporan tahunan
periode tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa
Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan. Variabel Likuiditas juga berpengaruh
terhadap Kinerja, sedangkan Leverage tidak berpengaruh
terhadap Kinerja Perusahaan.
“
90. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
sering disebut tahan terhadap krisis juga mengalami perlambatan
kinerja (Qolbi, 2020). Di lain pihak, setiap Perusahaan diharapkan
mampu untuk beradaptasi juga dapat membaca situasi yang
terjadi untuk dapat mengelola fungsi manajemen dengan baik.
Dimulai dari bidang produksi, pemasaran, sumber daya manusia
dan keuangan sehingga perusahaan mampu untuk lebih unggul di
dalam persaingan. Persaingan yang semakin ketat menuntut
perusahaan untuk melakukan lebih banyak dalam meningkatkan
performa dan melakukan inovasi produk, sehingga perusahaan
membutuhkan lebih banyak modal. Hal tersebut, menjadi faktor
perusahaan masuk ke dalam bursa efek atau biasa disebut dengan
perusahaan go public.
Adapun perusahaan go public yang mempunyai
persaingan kompetitif adalah perusahaan sektor industri barang
dan konsumsi. Dalam persaingan yang ketat ini membuat
perusahaan pada sektor industri barang dan konsumsi terus
berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara
mengembangkan inovasi dan strategi bisnis untuk menghindari
kebangkrutan. Perusahaan dikatakan mampu dalam
meningkatkan laba jika manajer keuangan mengetahui faktor –
faktor yang memiliki pengaruh terhadap profitabilitas untuk
kesejahteraan pemilik dan para pemegang saham. Melalui
pemahaman dari setiap faktor, perusahaan dapat menentukan
langkah – langkah untuk mengatasi permasalahan dan
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 91
mengurangi dampak negatif yang timbul. Menengok selama
beberapa tahun terakhir bisa dikatakan bahwa sektor industri
barang dan konsumsi mampu bersaing dengan dinamis
dibanding dengan sektor – sektor industri lainnya di Indonesia.
Seperti negara berkembang lainnya, menguatnya sektor
barang dan konsumsi dipengaruhi oleh aksi beli yang dilakukan
oleh pelaku pasar sehingga menjadi faktor penting dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia. Pertambahan jumlah
penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan
membuat kebutuhan akan sektor industri barang dan konsumsi
terus meningkat. Pada sektor industri barang konsumsi terdapat
beberapa sebsektor antara lain, subsektor makanan dan
minuman, subsektor rokok, subsektor farmasi, subsektor
kosmetik dan barang keperluan rumah tangga, subsektor
peralatan rumah tangga dan subsektor lainnya.
Subsektor industri makanan dan minuman masih
mendominasi dan menyumbang emitmen terbesar pada sektor
industri barang konsumsi, yaitu berjumlah 26 emitmen. Sehingga,
menjadikan subsektor industri makanan dan minuman ini sering
menjadi tumpuan dan memberikan kontribusi signifikan dalam
pertumbuhan sektor industri barang konsumsi di Indonesia.
Namun, subsektor lain yang terdapat pada sektor barang
konsumsi juga tak kalah dalam memberikan kontribusinya
92. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
karena kebutuhan pokok masyarakat dalam kehidupan yang
semakin besar. Maka, perusahaan dan investor pun melihat ini
sebagai prospek peluang untuk menyediakan atau memenuhi
kebutuhan pasar. Jika pasar suka menyukai produk yang
dihasilkan, maka akan tercipta loyalitas konsumen yang mampu
menghasilkan bibit untuk menghasilkan laba bagi perusahaan.
Dilansir dari katadata.co.id, bahwa Pertumbuhan ekonomi
pada kuartal I 2019 melambat karena tertahannya konsumsi
masyarakat yang berdampak pada penurunan kinerja keuangan
beberapa perusahaan pada sektor industri barang konsumsi.
Salah satu penyebab ekonomi tumbuh tidak maksimal adalah
melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Saat
konsumsi melambat, hampir dipastikan akan berefek pada
agregat pertumbuhan ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS)
menengarai faktor penyebab melambatnya pertumbuhan
konsumsi rumah tangga adalah masyarakat menengah ke atas
yang menahan konsumsinya pada awal tahun. Sinyalemen ini
juga tebukti dari penurunan kinerja keuangan beberapa emiten
konsumer yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Imbas
dari konsumsi masyarakat yang tertahan juga dirasakan oleh
beberapa emiten atau perusahaan publik yang bergerak di sektor
konsumer. Secara umum, kinerja emiten sektor konsumer masih
tumbuh. Namun, kinerja beberapa perusahaan yang berukuran
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 93
besar sekalipun, khususnya yang bergerak di industri makanan
dan minuman justru turun pada kuartal I 2019.
Dari beberapa emiten yang memiliki kapitalisasi besar di
sektor konsumer, terlihat untuk sub-sektor makanan dan
minuman, yang masih tumbuh positif disokong oleh Grup
Indofood, yaitu Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan
Indofood CPB Sukses Makmur Tbk (ICPB) dengan pertumbuhan
laba 13,5% dan 10,24%. Selanjutnya, perusahaan menengah ke
bawah seperti Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk
(ULTJ), Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), dan Sariguna
Primatirta Tbk (CLEO).
Di sisi lain, terjadi penurunan kinerja perusahaan
khususnya laba pada beberapa emiten makanan dan minuman
dengan kapitalisasi pasar (market cap) besar, bahkan yang
menjadi market leader di sektornya. Sebut saja Unilever
Indonesia Tbk (UNVR) dengan penurunan laba 4,37% yang
disebabkan oleh anjloknya penjualan dari segmen makanan dan
minuman, Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan penurunan laba
0,51%, dan Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) dengan
penurunan laba paling besar mencapai 19,9%. Pada MYOR dan
GOOD, penurunan laba disebabkan oleh faktor lain yaitu
peningkatan beban usaha yang lebih tinggi dari pertumbuhan
penjualan yang akhirnya menggerus laba kedua perusahaan ini.
94. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
Kinerja perusahaan menggambarkan status keuangan
perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kepemilikan, manipulasi laba serta pengungkapan laporan
keuangan (Hastuti, 2005). Semakin tinggi nilai laba yang
dihasilkan juga akan membuat harga pasar saham suatu
perusahaan meningkat, sehingga berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Analisis keuangan perusahaan dibuat untuk
menyediakan informasi spesifik bagi pihak tertentu serta
mempunyai kriteria dan pengukuran dalam menggambarkan
kinerja.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
diatas, dimana adanya fenomena profitabilitas yang terjadi pada
perusahaan sektor industri barang konsumsi menjadi alasan
penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh ukuran
perusahaan terhadap kinerja perusahaan.
Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
Dalam teori Signalling, Perusahaan memberikan sinyal
yang baik kepada pengguna laporan keuangan atau laporan non
keuangan. Sinyal adalah tindakan atau perilaku manajemen
untuk memberikan petunjuk kepada investor tentang prospek
perusahaan (Brigham dan Houston, 2014). Teori ini juga dapat
memberikan referensi kepada investor untuk menjadikan
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 95
perusahaan sebagai tempat dana investasi yang baik atau buruk.
Secara garis besar Signalling Theory sangat erat kaitannya
dengan ketersediaan informasi. Laporan keuangan dapat
digunakan untuk mengambil keputusan bagi investor Laporan
keuangan merupakan bagian terpenting dari analisa dasar suatu
perusahaan. Pada penelitian ini penerapan teori signaling
digambarkan oleh informasi berupa rasio Tobin’s Q
atauperbandingan antara nilai pasar ditambah total hutang
terhadap total asset. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai Tobin’s
Q maka akan menjadi sinyal yang baik bagi para investor yang
menunjukkan kinerja keuangan perusahaan tersebut baik maka
investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya yang
berupa surat berharga atau saham karena prospek perusahaan
akan baik kedepan.
Hadri kusuma (2005) menyebutkan bahwa menurut teori
critical, semakin besar perusahaan maka laba akan meningkat,
namun pada titik atau kuantitas tertentu, ukuran perusahaan
pada akhirnya akan mengurangi keuntungan perusahaan. Teori
kritis menekankan pada penguasaan aset perusahaan, teknologi,
kekayaan intelektual dan sumber daya perusahaan lainnya oleh
pemilik perusahaan, yang merupakan faktor-faktor yang
menentukan ukuran perusahaan.
96. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
Karena dengan adanya sejumlah besar sumber daya,
perusahaan dapat melakukan investasi pada aset lancar dan aset
tetap, serta dapat juga memenuhi kebutuhan produk. Ini akan
semakin memperluas pangsa pasar. Dengan meningkatnya
penjualan, perusahaan dapat menanggung biaya yang timbul
dalam proses produksi sehingga keuntungan perusahaan akan
meningkat. Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja.
Selain ukuran perusahaan, ada faktor lain yang turut
mempengaruhi kinerja seperti Leverage dan Likuiditas. Menurut
Van Horne (2009), Semakin tinggi rasio hutang terhadap total
aset, semakin besar risiko keuangannya. Meningkatnya risiko
berarti ada kemungkinan gagal bayar karena perusahaan telah
mengumpulkan terlalu banyak aset dari utang. Karena risiko
gagal bayar, perusahaan harus membayar lebih untuk mengatasi
masalah ini. Rasio leverage (hutang) menekankan pentingnya
peran pembiayaan hutang dalam suatu perusahaan dengan
menunjukkan persentase aset perusahaan yang didukung oleh
pembiayaan hutang. Semakin besar rasio tersebut maka semakin
besar pula biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya. Hal ini dapat menurunkan
profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 97
Pada Perusahaan dengan current ratio yang lebih besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan
yang lebih kuat untuk melaksanakan kewajiban jangka pendek.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah menginvestasikan
banyak uang pada alat likuid. Alokasi dana yang berlebihan di sisi
aset akan memiliki dua efek yang sangat berbeda. Di satu sisi,
likuiditas perusahaan semakin membaik. Di sisi lain, perusahaan
kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan
tambahan, karena dana yang digunakan dalam investasi untuk
kepentingan perusahaan harus digunakan untuk memenuhi
likuiditas. Semakin besar rasionya maka semakin besar pula
likuiditas perusahaan tersebut. Menurut Van Horne, dan
Wachowicz (2009) likuiditas perusahaan berbanding terbalik
dengan profitabilitas
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jenis
data yang digunakan adalah data sekunder yaitu annual report
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2017-2019. Sumber data diambil dari dengan menggunakan data
berupa angka sebagai alat untuk melakukan perhitungan dan
menganalisis.
98. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
Data sekunder merupakan data yang dapat diperoleh
melalui media perantara atau data yang diperoleh dari pihak lain.
Data sekunder untuk penelitian ini berupa laporan tahunan
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari tahun 2017 hingga 2019. Sumber data dalam
penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
(BEI) yaitu www.idx.co.id dan situs resmi perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang terkait dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini terdapat objek yang diteliti yaitu Pengaruh
ukuran perusahaan, leverage dan likuiditas terhadap Kinerja
Keuangan. Penelitian ini di lakukan pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2017-2019.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah
variabel bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau
variabel dependen. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kinerja Perusahaan. Tobin’s Q menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam mengukur kinerja perusahaan
yang dilihat dari sisi
potensi nilai pasar suatu perusahaan (Sudiyatno dan Puspitasari,
2010). Tobin’s Q diperoleh dengan cara membandingkan nilai
pasar ditambah total hutang terhadap total aset. Secara
matematis Tobin’s Q dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑏𝑖𝑛′𝑠 𝑄 = 𝑀𝑉𝑆 + 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝐴
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 99
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: (1) Ukuran Perusahaan yang di hitung dengan rasio Size,
(2) Leverage dihitung dengan rasio DER; dan (3) Likuiditas
dengan rasio CR.
Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar
perusahaan dilihat dari total asset yang dimiliki. Untuk
memberikan kriteria yang pasti mengenai ukuran suatu
perusahaan, digunakan rumus
Rasio utang merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar hutang yang dimiliki oleh perusahaan.
Untuk mengukur seberapa besar perbandingan total hutang
dengan total aset, digunakan rumus:
Current ratio merupakan indikator yang sesungguhnya
dari likuiditas perusahaan, karena perhitungan tersebut
mempertimbangkan hubungan relatif antara aktiva lancar
dengan hutang lancar untuk masing-masing perusahaan
(Syamsudin 1985). Adapun formulasi dari current ratio (CR)
adalah sebagai berikut:
Data yang telah di kumpulkan yang telah dikumpulkan
pada penelitian ini diolah melalui pengujian statistik deskriptif
𝑆𝑖𝑧𝑒 = ln 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝐸𝑅) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐶𝑢𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%
100. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
dan analisis regresi menggunakan SPSS versi 25.0. Sebelum
melakukan pengujian hipotesis, peneliti terlebih dahulu
melakukan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan atas model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik
teridiri dari empat pengujian, diantaranya yaitu uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji meteroskedastisitas, uji autokorelasi.
Hasil dan Analisis Penelitian
Pada penelitian ini data yang didapatkan adalah data
sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan (financial
statement) dan laporan tahunan (financial report) pada
perusahaan sektor Industri Barang dan Konsumsi dengan 3 tahun
pengamatan (2017-2019) yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan dipilih dengan metode purposive sampling
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan.
No Kriteria Jumlah
1
Perusahaan sektor industri konsumsi yang terdaftar di BEI periode tahun 2017 sampai dengan 2019
45
2 Melaporkan laporan tahunan dan laporan keuangan selama periode
33
Tabel 1. Seleksi Sampel Penelitian
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 101
tahun 2017 sampai dengan 2019 berturut-turut
Jumlah Populasi 33
Tahun amatan 3
Jumlah sampel 99
Sample Outlier 14
Total sampel yang digunakan dalam penelitian 85
Jumlah perusahaan sektor industri barang dan konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun
amatan 2017 – 2019 berjumlah 45 perusahaan. Dari 45
perusahaan terdaftar tersebut terdapat 33 perusahaan yang
konsisten melaporkan laporan keuangan atau tahunannya selama
periode 2017 – 2019 secara berturut-turut. Terdapat 14 data
yang menjadi sampel outlier, sehingga total sampel yang
digunakan pada penelitian ini berjumlah 85 sampel pada
penelitian ini.
Hasil uji normalitas dengan metode Kolmogrov Smirnov
didapatkan hasil siginifikansi dari uji tersebut adalah sebesar
0,200 pada nilai Asymp. Sig (2-tailed) yang ditunjukkan pada
tabel 2 yang artinya hasil tersebut lebih besar dari 0,05 dan dapat
102. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
disimpulkan bahwa uji tes normalitas pada penelitian adalah
terdistribusi normal.
Hasil uji multikolonieritas pada tabel 3 menunjukkan hasil
nilai tolerance pada variabel ukuran perusahaan (Size), Leverage
(DER) dan Likuiditas (CR) adalah sebesar lebih dari 0.10.
Kemudian nilai VIF (Variance Inflation Factor) pada variabel
ukuran perusahaan (Size), Leverage (DER) dan Likuiditas (CR)
adalah sebesar kurang dari 10.00. Maka, dapat disimpulkan
bahwa seluruh variabel independen tidak terdapat
multikolinearitas atau dapat diartikan bahwa model regresi
terhindar dari masalah multikolinearitas.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 83
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.13136007
Most Extreme Differences Absolute .065
Positive .060
Negative -.065
Test Statistic .065
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Tabel 2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 103
Tabel 3. Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 82.457 5.779 14.268 .000
LN_SIZE -21.586 .954 -.927 -22.638 .000 .992 1.008
LN_DER -.743 .502 -.089 -1.482 .142 .464 2.157
LN_CR -1.208 .582 -.124 -2.074 .041 .465 2.151
a. Dependent Variable: LN_TQ
Dari hasil uji heteroskedastisitas pada tabel di bawah dapat
disimpulkan bahwa, nilai signifikansi dari masing – masing
variabel memiliki nilai di atas 0.05, ukuran perusahaan (Size)
0.301, Leverage (DER) 0.921, Likuiditas (CR) 0.845. Maka dapat
disimpulkan bahwa, tidak terdapat heteroskedastisitas dari
ketiga variabel tersebut.
Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .932a .869 .864 2.17145 1.632
a. Predictors: (Constant), LN_CR, LN_SIZE, LN_DER
b. Dependent Variable: LN_TQ
104. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
Tabel 5. Hasil Uji Auto Korelasi
Correlations
LN_SIZE LN_DER LN_CR
Unstandardized
Residual
Spearman's
rho
LN_SIZE Correlation
Coefficient
1.000 -.060 .102 .115
Sig. (2-
tailed)
. .590 .355 .301
N 85 83 85 83
LN_DER Correlation
Coefficient
-.060 1.000 -.722** -.011
Sig. (2-
tailed)
.590 . .000 .921
N 83 83 83 83
LN_CR Correlation
Coefficient
.102 -.722** 1.000 -.022
Sig. (2-
tailed)
.355 .000 . .845
N 85 83 85 83
Unstandardized
Residual
Correlation
Coefficient
.115 -.011 -.022 1.000
Sig. (2-
tailed)
.301 .921 .845 .
N 83 83 83 83
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil autokorelasi pada tabel 5 diketahui
bahwa nilai Durbin Watson (D-W) yaitu sebesar 1.629 dengan arti
diantara -2 dan +2. Sehingga berdasarkan dasar pengambilan
keputusan nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau dapat
dijabarkan -2 < 1.632 < +2maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut tidak terjadi autokorelasi.
Setelah uji asumsi klasik, selanjutnya dilakukan uji
hipotesis menggunakan uji parsial (t) dengan hasil sebagai
berikut:
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 105
Tabel 6. Hasil Uji Parsial (t)
Pada penelitian ini, variabel ukuran perusahaan diukur
dengan menggunakan Size. Berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan, diperoleh hasil uji parsial (T) dengan nilai signifikansi
0.000 (0.000 < 0.005) dengan nilai koefisien sebesar –21.586. Hal
ini menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh dengan
arah negatif terhadap kinerja perusahaan (Tobins’s Q). Sehingga
H1 yaitu ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan
diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suryana dan Nuzula (2018), Sutrisno (2019), serta
Ang dkk (2020) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
(Size) berpengaruh dengan arah yang negatif terhadap kinerja
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance
82.457 5.779
14.268 .000
-21.586 .954 -.927 -22.638 .000 .992
-.743 .502 -.089 -1.482 .142 .464
-1.208 .582 -.124 -2.074 .041 .465
a. Dependent Variable: LN_TQ
106. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
yang diukur dengan Tobin’s Q. Hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan yang
besar akan lebih sulit dalam meningkatkan kinerjanya karena
perusahaan besar cenderung memerlukan proses dan waktu
lebih lama bagi manajemen dalam mengambil keputusan serta
kurangnya fleksibilitas manajemen dalam mengontrol kondisi
pasar sehingga menjadi faktor munculnya pengaruh negatif.
Menurut Lovi (2018) menyatakan bahwa besar kecilnya
suatu perusahaan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh tambahan modal dari dana eksternal ketika
mendanai kegiatan operasi perusahaan. Perusahaan
menggunakan ukuran perusahaan sebagai rasio untuk melihat
informasi atau gambar dari total aset yang dimiliki perusahaan
dalam laporan tahunannya.
Ukuran perusahaan yang diproksikan menggunakan (Size)
dapat dinilai dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan.
Besarnya total asset yang dimiliki perusahaan maka perusahaan
juga akan membutuhkan dana yang cukup besar untuk mengelola
asetnya tersebut, sehingga beban operasional dan penyusutan
pun akan meningkat dan laba semakin terkikis hal ini akan
mengakibatkan kinerja perusahaan juga menurun. Hasil ini juga
sejalan dengan teori signaling. Pada informasi yang diberikan
perusahaan berupa laporan keuangan atau tahunan berisi akun
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 107
total asset yang apabila nilainya besar maka akan mengakibatkan
total beban juga akan semakin tinggi, hal ini akan membuat
investor berpikir kembali dalam menanamkan modalnya
Pada variabel leverage diukur dengan menggunakan debt
to equity ratio (DER). Berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan diperoleh hasil uji parsial (T) dengan nilai signifikansi
0.142 (0.142 > 0.005) dan nilai koefisien sebesar – 0.743. Hal ini
menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan (Tobins’s Q). Sehingga H2 yaitu leverage terhadap
kinerja perusahaan ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan denga penelitian yang
dilakukan oleh Prasetyorini (2013), Yumiasih dan Isbanah (2017)
serta Makhdalena (2012) yang menyatakan bahwa leverage tidak
berpengaruh terhadap kinerja yang diukur dengan Tobin’s Q.
Hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa besar
kecilnya hutang perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap
kinerja sebuah perusahaan karena semakin tinggi nilai leverage
maka perusahaan tidak akan mampu untuk membayarkan utang
jangka pendeknya.
Tinggi rendahnya hutang akan mempengaruhi penilaian
investor untuk menanamkan modal pada perusahaan, nilai debt
to equity ratio (DER) yang tinggi maka, semakin besar biaya yang
harus ditanggung perusahaan untuk pembiayaan hutang. Dalam
108. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
hal ini perusahaan cenderung membiayai hutangnya memakai
biaya internal seperti beban ditahan sehingga dengan kata lain
perusahaan masih mampu dalam mendanai hutangnya
berdasarkan modal yang dimiliki. Sehingga jika nilai debt to equity
ratio tinggi akibatnya semakin banyak pembagian laba operasi
yang digunakan untuk membayar hutang jangka panjang
tersebut, sehingga sisa keuntungan pemegang saham menjadi
semakin sedikit. Hasil ini sejalan dengan teori signaling, karena
investor akan melihat bagaimana manajemen mengelola dana
perusahaan dalam membiayai hutangnya berdasarkan informasi
yang diterima.
Pada penelitian ini variabel likuiditas yang diukur dengan
menggunakan current ratio (CR). Berdasarkan pengujian yang
telah dilakukan diperoleh hasil uji parsial (T) dengan nilai
signifikansi 0.041 (0.041 < 0.005) dan nilai koefisien sebesar –
1.208 . Hal ini menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh dengan
arah negatif terhadap kinerja perusahaan (Tobins’s Q). Sehingga
H3 yaitu likuiditas terhadap kinerja perusahaan diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Utami (2018), Ikhsan (2019) serta Kombih dan
Suhardianto (2017) yang menyatakan bahwa likuiditas yang di
proksikan dengan current ratio (CR) berpengaruh dengan arah
negatif terhadap kinerja yang diukur dengan Tobin’s Q. Hasil
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 109
penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa nilai likuiditas yang
tinggi akan mengurangi kinerja perusahaan dalam menghasilkan
laba karena memiliki resiko dana menganggur.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai current
ratio maka kinerja perusahaan juga akan menurun, karena nilai
likuiditas yang tinggi juga akan membuat perusahaan memakai
laba operasionalnya dalam membiayai hutang jangka pendeknya
tersebut sehingga keuntungan yang dimiliki pemegang saham
juga akan menurun. Hasil ini sejalan dengan teori signaling,
karena informasi mengenai likuiditas yang tinggi akan menjadi
sinyal yang buruk dan respon yang negatif. Kondisi tersebut akan
membuat investor tidak tertarik untuk melakukan investasi
dengan begitu kinerja perusahaan juga akan ikut menurun.
Kesimpulan
Ukuran perusahaan (Size) berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perusahaan (Tobin’s Q). Hal ini dikarenakan
besar kecilnya suatu ukuran perusahaan maka akan
mempengaruhi daya tarik bagi investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut, karena ukuran perusahaan
yang besar akan dilihat bahwa perusahaan tersebut mampu
tumbuh dan bersaing dengan baik.
110. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
Variabel leverage yang diwakili dengan debt to equity ratio
(DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap perusahaan
(Tobin’s Q). Hal ini dikarenakan bahwa besarnya nilai debt to
equity ratio (DER) akan mengurangi minat para investor dalam
menanamkan modalnya, semakin besar hutang maka akan
semakin besar pula pengeluaran perusahaan untuk membayar
hutang tersebut akibatnya laba operasional pun juga terpakai dan
sisa keuntungannya hanya tersisa sedikit.
Variabel likuiditas yang diukur dengan menggunakan
current ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan (Tobin’s Q). Hal ini dikarenakan bahwa semakin besar
nilai current ratio (CR) maka laba yang dimiliki oleh perusahaan
juga akan meningkat yang artinya perusahaan mampu untuk
memenuhi utang jangka pendeknya, sehingga akan menarik
minat inestor dalam menaruh modalnya.
Referensi
Aisyah, K. E., & Wahyuni, D. U. (2020). Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, dan Good Corporate Governance Terhadap Nilai.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen.
Anggarsari, L., & Aji, T. S. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Leverage, Likuiditas, Perputaran Modal Kerja dan
Pertumbuhan Penjualan Terhadap Profitabilitas (Sektor
Industri Barang dan Konsumsi yang terdaftar di Bursa
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 111
Efek Indonesia Periode 2013-2016.. Jurnal Ilmu
Manajemen (JIM), 542-549.
Esthirahayu, D. P., Handayani, S. R., & Hidayat, R. R. (2014).
Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio
Aktivitas terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi
pada Perusahaan Food and Beverage yang Listing di Bursa
Efek Indonesia Tahun2010-2012). Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB).
Hasibuan, V., AR, M. D., & NP, N. G. (2016). Pengaruh Leverage dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada
Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2015). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 139-147.
Kasmir. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi
Revisi 2008. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Prasetorini, B. F. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,
Price Earning Ratio dan Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM) , 183-196.
Prasinta, D. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan. Accounting Analysis Journal.
Prastoewo, & Julianti. (2005). Analisis Laporan Keuangan. Konsep
dan Aplikasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Pratama, I. G., & Wiksuana, I. G. (2016). Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan
112. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Mediasi.. E-Jurnal
Manajemen Unud, 1338-1367.
Rahmawati, A. D., Topowijono, & Sulasmiyati, S. (2015). Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Struktur Modal dan
Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan (Studi
pada Perusahaan Sektor Properti, Real Estate, dan
Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2010-2013). Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB).
Ross, S. A. (1977). The Determination of Financial Structure: The
Incentive Signaling Approach. ell Journal of Economics and
Management Science,Vol. 8(1), 23-40.
Setiadewi, K. A., & Purbawangsa, I. B. (2016). Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Leverage Terhadap Profitabilitas dan
Nilai Perusahaan. E-Jurnal Manajemen Unud.
Sunardi, N., & Febrianti, F. (2020). Likuiditas dan Kebijakan
Hutang Pengaruhnya terhadap Kinerja Perusahaan dan
Dampaknya terhadap Nilai Perusahaan pada Industri
Sektor Telekomunikasi di Indonesia. JURNAL ILMIAH
MANAJEMEN FORKAMMA, 269-282.
Sunardi, N., & Sasmita, A. S. (2019). Pengaruh Likuiditas, Leverage
dan Growth Terhadap Kinerja Industri Makanan dan
Minuman yang Tercatat di Indonesia Stock Exchange
Talitha Engrasia Antyesti, Sila Ninin Wisnantiasri, Fitriyah Nurhidayah. 113
selama Periode Tahun 2011 - 2015. JURNAL SEKURITAS
(Saham, Ekonomi, Keuangan, dan Investasi), 81-97.
Syahyunan. (2013). Manajemen Keuangan (Perencanaan, Analisis
dan Pengendalian Keuangan). Medan: USUpress.
Theacini, D. A., & Wisadha, I. G. (2014). Pengaruh Good Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Ukuran Perusahaan Pada
Kinerja Perusahaan.. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 733-746.
Tobin, J. (June 1967). Tobin’s Q Ratio As An Indicator of the
valuation of the company. Journal of Financial Economics.
Vol LIII, No.3, 287-298.
Unud, E.-J. M., & Budiyanto. (2016). Pengaruh Leverage,
Likuiditas, Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas
Pada Perusahaan Otomotif di BEI. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen.
Ang, J., Murhadi, W. R., & Ernawati, E. (2020). Pengaruh Corporate
Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan dan Earning Management sebagai Variabel
Moderasi.. Journal of Entrepreneurship & Business.
Kombih, M. T., & Suhardianto, N. (2017). Pengaruh AKtivitas
Pemasaran, Kinerja Keuangan dan Aset Tidak Berwujud
Terhadap Nilai Perusahaan.. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan
Keuangan .
114. Masihkah Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Kinerja ?
Makhdalena. (2012). Pengaruh Blockholders Ownership, Firm
Size, Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan..
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 277-292.
Suryana, A., & Nuzula, N. F. (2018). Pengaruh Kompensasi
Eksekutif Terhadap ROA dan Tobin's Q Dengan Variabel
Kontrol Umur dan Ukuran Perusahaan. (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2016). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB).
Sutrisno, B. (2019). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan dengan Struktur
Modal sebagai Variabel Intervening. MABIS, 71-84.
Utami, N. (2018). Pengaruh Risiko Likuiditas dan Leverage
Terhadap Kinerja Bank yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2015. BALANCE: Jurnal
Akuntansi, Auditing dan Keuangan.
Yumiasih, L., & Isbanah, Y. (2017). Pengaruh Kompensasi, Ukuran
Perusahaan, Usia Perusahaan, dan Leverage Terhadap
Nilai Perusahaan Sektor Pertanian yang Terdaftar di BEI
Periode 2012-2015. Jurnal Ilmu Manajemen .
- 115 -
B A B D E L A P A N
Kemiskinan Urban: Narasi Potret Retak
Kehidupan Orang Miskin
Anil Dawan
Kemiskinan: Aib Sosialkah?
Kemiskinan merupakan penderitaan nyata karena
seseorang yang miskin tidak bisa mendapatkan kebutuhan yang
diperlukannya. Akibatnya untuk memenuhi kebutuhannya maka
orang miskin akan bekerja dengan sangat keras, bahkan dengan
cara apapun juga. Kemiskinan yang parah akan menjadi sumber
bagi permasalahan sosial lain yang lebih kompleks lagi,
misalnya: timbul aksi-aksi kriminalitas seperti pencurian,
penjambretan, perampokan dengan kekerasan bahkan hingga
Kemiskinan merupakan suatu situasi yang dialami oleh
manusia yang dalam kondisi keterbatasan untuk
memenuhi kebutuhan material yang bersifat primer.
Dalam hal ini, kebutuhan primer yang dimaksud yaitu:
sandang, pangan, dan papan atau tempat tinggal,
kesehatan, kerja yang wajar dan pendidikan yang wajar
“
116. Kemiskinan Urban: Narasi Potret Retak Kehidupan Orang Miskin
pembunuhan. Selain itu konflik antar kelas, terutama kelas yang
kaya dengan kelas yang miskin yang bermotifkan kecemburuan
sosial akan sangat mudah terjadi. Itulah keadaan kemiskinan
yang terjadi di masyarakat urban.
Kemiskinan juga akan menghambat peradaban suatu
bangsa untuk menjadi lebih dinamis mengarah kepada
kemajuan di segala bidang kehidupan. Peradaban yang maju
salah satunya ditentukan oleh faktor pendidikan untuk
meningkatkan intelektualitas manusia, dan kesempatan untuk
memperoleh akses pekerjaan yang layak. Namun, bagaimana
jadinya, jika pendidikan (seperti yang kita alami sekarang)
menjadi begitu mahal dan tidak terjangkau oleh kaum miskin.
Orang miskin tidak memiliki akses pendidikan, karena
pendidikan diserahkan kepada swasta yang motif dan
orientasinya adalah keuntungan semata.
Peran negara sebagai pionir pencerdasan bangsa perlu
didukung oleh semua pihak termasuk oleh lembaga akademisi,
perguruan tinggi. Kemiskinan adalah realita sosial dan salah satu
potret buram kemiskinan Indonesia dan hal tersebut bukan aib
sosial yang harus ditutupi. Apakah penyebab utama dari benang
kusut kemiskinan di bumi dan tanah air yang kita cinta ini?
Bagaimana kita menggambarkan kemiskinan urban dan
realitasnya? Penulis mencoba menggambarkan dua narasi
Anil Dawan. 117
kemiskinan yang penulis jumpai dan temui secara langsung
untuk menggambarkan realitas kemiskinan dan jejaring yang
membelitnya.
Kemiskinan dan Akses kesehatan
Seorang Bapak bernama R berprofesi sebagai tukang gali
kubur, buruh di kelurahan, tukang becak, (memiliki 1 anak).
Bapak R tinggal bersama isteri, anak, menantu dan cucu. Secara
fisik kesehatan Bapak R sangatlah rapuh. Hal tersebut
dikarenakan sakit diabetes dan karena pola hidup yang tidak
disiplin maka membuat penyakitnya makin parah. Puncak
parahnya penyakit tersebut sampai membuat jari-jari kakinya
diamputasi. Saat amputasi harus dilaksanakan, maka Bapak R ini
harus mengurus surat melalui program Jamkesnas (jaminan
kesehatan masyarakat) bagi warga masyarakat yang tidak
mampu. Akhirnya proses amputasi dapat dilaksanakan di rumah
sakit setelah melalui persyaratan administrasi dan penantian
waktu yang cukup panjang.
Saat ini Bapak R tidak bekerja karena kondisi
kesehatannya yang memburuk. Sekarang ini yang menjadi
tulang punggung adalah isterinya. Tanggungan adalah anak,
menantu dan cucu. Isterinya sebagai buruh cuci. Berangkat dari
rumah pukul 8 pagi dan pulang pukul 7 malam. Penghasilan
tetapnya tidak diketahui, akan tetapi di satu keluarga jemaat, ibu
118. Kemiskinan Urban: Narasi Potret Retak Kehidupan Orang Miskin
R mendapatkan Rp175.000 per-bulan untuk masa kerja dua hari
kerja. Selain itu, dia masih mendapatkan jasa dari mengasuh
anak, dan pekerjaan serabutan lainya dari tetangganya.
Dari narasi deskriptif ini nampak bahwa kemiskinan
adalah akumulasi dari keterbatasan kemampuan secara
intelektual dan juga secara fisik (melemahnya kondisi
kesehatan). Kemiskinan juga membuat orang hanya mampu
bekerja di sektor informal yang tidak terlindungi oleh jaminan
kesehatan dan jaminan hari tua yang memadahi. Ketika kepala
keluarga (ayah) tak lagi sanggup bekerja, beban keluarga beralih
ke anggota keluarga lainnya. Dalam kasus Bapak R, yang
menggantikan sebagai tulang punggung keluarga adalah
isterinya. Akan tetapi keadaan kemiskinan tidak berubah karena
kemampuan intelektualitas dan fisik juga terbatas. Akibatnya
selain harus berjuang menjadi tulang punggung keluarga, Ibu R
masih harus mengupayakan bertahan. Dia hanya bisa berharap
dan berdoa supaya tidak jatuh sakit, karena tak terbayangkan
jika dia sakit maka dia tidak bisa bekerja dan tidak ada yang akan
mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarganya.
Kemiskinan dan Penataan Keuangan yang Bijaksana
Seorang Ibu bernama K status janda (suami meninggal)
memiliki 3 anak. Pekerjaan sebagai penjaga dan petugas
kebersihan di suatu lembaga agama. Pasca purna tugas Ibu R
Anil Dawan. 119
mendapatkan pesangon dari lembaga agama tersebut dan dari
pesangon itu dipergunakan sebagai uang muka untuk membeli
sebuah rumah di perumahan dengan cara kredit kepemilikan
rumah (KPR). Dalam perencanaan semula cicilan rumah akan
dibayarkan oleh ketiga anak-anaknya yang sudah bekerja
tersebut. Akan tetapi tak kurang dari 4 tahun Ibu K terlilit hutang
kepada rentenir yang memaksa dia harus menjual rumahnya.
Nampaknya tidak ada cara lain untuk menyelesaikan persoalan
keuangan ibu K mengingat besarnya hutang dan tanggungan
yang harus diselesaikan. Akhirnya rumah dapat dijual, dan uang
itu dipakai untuk membayar hutang-hutangnya dan membeli
sebidang tanah. Atas jasa kebaikan seorang jemaat bernama
Bapak JG, maka Ibu K bersama ketiga anaknya mengontrak
rumah milik Bapak JG dengan ongkos sewa yang murah.
Dari deskripsi ini nampak terlihat bahwa kemiskinan juga
disebabkan oleh penataan atau pengelolaan keuangan yang tidak
bijaksana. Pesangon dari gereja sebagai koster gereja tanpa uang
pensiun yang cukup, sementara harus membayar sisa cicilan
rumah membuat Ibu K terjerat hutang kepada rentenir. Hutang
kepada rentenir ini memperparah kemiskinan yang dialami Ibu
K. Dengan demikian kemiskinan juga disebabkan oleh manusia
atau kelompok tertentu yang mengambil manfaat dari
kemiskinan itu untuk mendapatkan keuntungan berlebih. Rasa
belas kasihan diabaikan.
120. Kemiskinan Urban: Narasi Potret Retak Kehidupan Orang Miskin
Upaya Pemberdayaan
Dua potret kemiskinan diatas menggambarkan secara
deskriptif bahwa kemiskinan merupakan keadaan yang
membuat manusia mengalami penurunan kualitas karena
terampasnya kebutuhan-kebutuhan dasariahnya yaitu
kesehatan, pekerjaan yang layak, rumah tinggal dan sebagainya.
Orang-orang miskin ada di masyarakat urban, mereka adalah
kaum yang terempas karena minimnya pendidikan,
keterampilan bahkan akses pada sumber-sumber yang dapat
menghidupi mereka. Harus diakui bahwa tidak cukup banyak
lembaga dan keluarga besasr yang mampu berperan membantu
yang terlilit kesulitan kaum miskin yang membuat mereka jatuh
semakin miskin. Dua potret kemiskinan ini kiranya dapat
menjadi starting point pada eksplorasi, refleksi bahkan aksi yang
kongkret, dan relevan.
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (entah itu individu,
organisasi maupun masyarakat umumnya didefinisikan dengan
pengertian sebagai berikut “sebuah proses yang direncanakan
untuk mengubah perilaku, pengetahuan dan keterampilan
melalui pengalaman belajar untuk mencapai kinerja yang efektif
dalam suatu kegiatan”.
Anil Dawan. 121
Tujuannya, adalah untuk mengembangkan kemampuan individu
dan untuk meningkatkan kinerja yang memuaskan pada saat ini
dan masa depan sesuai dengan kebutuhan serta konteks yang
menyekitarinya. Mengingat kompleksitas masalah yang dihadapi
masyarakat miskin urban, maka perlu upaya-upaya sinergis
yang tak cukup hanya menyediakan lapangan kerja dan
penyediaan modal. Upaya-upaya pemerintah melalui bantuan
Kartu PraKerja bagi mereka yang menjadi korban PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja). Subsidi bagi pengusaha mikro
perlu dilakukan sebagai pemberdayaan transformatif supaya
usaha mereka bisa tetap survive untuk mengembangkan diri.
Pemberdayaan yang berbasis komunal bisa dilakukan
sebagai upaya strategis. Pemberdayaan adalah upaya
membangun kekuatan dengan mendorong, memotivasi, dan
meningkatkan kesadaran akan potensinya serta berupaya
mengembangkannya untuk mencapai tujuan akhir, yaitu
masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
122. Kemiskinan Urban: Narasi Potret Retak Kehidupan Orang Miskin
Pada akhirnya dukungan semua pihak yaitu pemerintah
pusat dan daerah, instansi-instansi terkait, media dan perguruan
tinggi bisa memberikan sumbangsih sesuai dengan peran dan
kemampuannya masing-masing. Diharapkan kelak masyarakat
miskin kota dapat diberdayakan menuju masyarakat yang
mandiri dan makin sejahtera.
- 123 -
B A B S E M B I L A N
Costumer Experience, Pusat Gravitasi
Bisnis
Yohannes Totok Suyoto
Ada pergeseran horizon yang fundamental dalam dunia
bisnis di tahun-tahun terakhir ini. Pusat gravitasi bisnis yang
awalnya berada di internal bisnis kini sudah bergeser ke
pelanggan (Harvad Business Review, 2021). Pelanggan menjadi
pusat eksistensi sebuah bisnis. Bisnis saat ini tidak lagi
memegang kendali penuh atas kesuksesan operasinya. Kendali
“Companies must realize that they make memories, not
goods and create the stage for generating greater economic
value, not deliver services. It is time to get your act
together, for goods and services are no longer enough.
Customers now wants experiences and they’re willing to
pay admission for them. There’s new work to do, and only
those who perform that work so as to truly engage their
guests will succeed in the new economy”.
(Pine & Gilmore, 1999)
“
124. Customer Experience, Pusat Gravitasi Bisnis
itu telah beralih ke tangan pihak yang jauh sebelum ini hanya
merupakan agen yang instrumental saja. Pelanggan saat itu hanya
sekedar menjadi alat untuk menuai keberhasilan. Tetapi,
sekarang pelanggan peran sebagai determinan utama bagi
kelangsungan hidup suatu bisnis. Bisnis tidak lagi mengikuti
konsep self-centricity, melainkan meyakini dan menjalankan
customer oriented phylosophy (Hooley et al., 2008). Orientasi
kepada pelanggan menjadi filosofi bagi seluruh sepak terjang
strategis dan serangkaian program taktisnya.
Alasan Pergeseran
Mengapa terjadi pergeseran semacam itu? Perubahan ini
terjadi karena pelanggan memasuki dunia informasi dan memiliki
kekuasaan untuk memilih produk dan jasa yang dikonsumsi
(Harvad Business Review, 2021). Saat ini pelanggan adalah raja
sehingga menuntut perlakuan yang selayaknya sebagai orang
yang istimewa (Kotler & Keller, 2016; Kotler et al., 2016). Pada
saat yang sama, dunia digital telah mempertontonkan kepada
khalayak bisnis sekaligus dihadapan pelanggan bahwa
pengalaman pelanggan merupakan jantung dari kehidupan bisnis
sekarang dan kedepan (Harvad Business Review, 2021). Setiap
bisnis dituntut untuk mampu menghadirkan pengalaman bagi
pelanggan. Ketika bisnis gagal memberikan pengalaman yang
unik dan menyenangkan bagi pelanggan, pada saat yang sama
bisnis harus bersiap-siap untuk terpaksa menarik diri dari ajang
percaturan yang sudah dimasukinya (Brakus et al., 2009).
Yohannes Totok Suyoto. 125
Pelanggan tidak hanya mencari produk atau jasa untuk
dikonsumsi, melainkan mencari solusi atas masalah yang
dihadapinya (Kotler et al., 2016). Produk dan jasa tidak lagi cukup
bagi pelanggan. Dalam setiap aspek yang dicarinya, pelanggan
sesungguhnya ingin mendapatkan pengalaman. Pengalaman
terhadap apa? Pelanggan ingin mendapatkan pengalaman
terhadap produk dan jasa yang dikonsumsinya (Pine & Gilmore,
1999; Brakus et al., 2009). Adalah suatu yang perlu dipahami
bahwa produk dan jasa tidak dapat dipisahkan. Di dalam produk
terkandung aspek jasa yang melekat secara fundamental.
Misalnya, pelanggan memiliki kebutuhan transportasi dan
pilihannya adalah membeli mobil dengan alasan yang dipikirkan.
Tentunya pelanggan tidak sekedar menerima produk mobil saja
ketika membeli, melainkan juga menerima jasa, misalnya layanan
penghantaran, layanan pembayaran dengan beberapa alternatif
cara membayar, layanan perbaikan ketika terjadi kondisi tidak
nyaman akibat pemakaian, ataupun layanan purna jual.
Itulah sebabnya konsumsi yang dilakukan pelanggan
harus menghadirkan aspek pengalaman dari awal sampai akhir
dalam seluruh rangkaian customer touch point dan customer
journey yang dilaluinya. Mengabaikan pengalaman pelanggan
berarti memasukkan diri dalam jeratan penghancuran diri yang
tinggal menunggu waktu saja. Bahkan para praktisi mengatakan
bahwa bisnis harus menjual pengalaman terlebih dahulu sebelum
menjual produk dan jasa (Pine & Gilmore, 1999). Misalnya,
BXChange Mall membangun wahana seluncur es (ice skating)
bertaraf internasional di Bintaro dan berusaha menciptakan
126. Customer Experience, Pusat Gravitasi Bisnis
venue of ice skating. Lebih dari pada itu, pemasar bekerja keras
untuk mempopulerkan venue of ice skating tersebut. Karena ice
skating itu disebarluaskan kepada masyarakat, permintaan
terhadap ice skating bertumbuh bersama dengannya.
Pengalaman berseluncur es menimbulkan permintaan terhadap
pakaian seluncur. Sejak lama logika bisnis yang mengusung
pengalaman sebagai jantung operasi didengungkan, tetapi
transformasi spirit-nya tidak jarang mengalami jalan buntu sebab
masih terpatri pada mindset dan praksis bisnis gaya tradisional.
Kesadaran baru yang menempatkan pengalaman sebagai
jantung bisnis menimbulkan pertanyaan selanjutnya. Apakah
pengalaman itu? Istilah pengalaman merupakan entitas yang
sudah sejak lama menjadi kajian penelusuran dalam berbagai
disiplin ilmu. Tercatat sekurang-kurangnya beberapa disiplin
ilmu yang mengangkat pengalaman sebagai bagian dari karya
permenungan ilmiahnya seperti filsafat, ilmu kognitif,
manajemen dan pemasaran pengalaman (Brakus et al., 2009).
Artikel ini tidak ingin masuk terlalu jauh pada pemahaman
filosofis mengenai pengalaman sehingga akan disinggung kulit
luasnya saja. Tampaknya tidak menjadi tempat yang pas
membicarakan panjang lebar konsep pengalaman dalam
kacamata pra ahli ilmu kognitif sehingga akan disinggung sambil
lalau saja sudut pandangnya. Akan sangat bermanfaat
meneropong pengertian pengalaman dalam kajian ilmu
Manajemen dan Manajemen Pemasaran sehingga dalam hal itu
akan mendapatkan porsi uraian yang secukupnya.
Yohannes Totok Suyoto. 127
Konsep Pengalaman
Ada beberapa filsuf yang berbicara mengenai pengalaman
manusia. Salah satu yang paling terkenal dan selalu menjadi
rujukan banyak peneliti ketika mereka melakukan kajian tema
yang berkaitan dengan pengalaman adalah John Dewey (1925).
Filsuf sebelumnya, Immanuel Kant, juga mengangkat fenomena
pengalaman manusia sebagai salah satu Garapan filsafati yang
sangat fenomenal dari sekian karya filsafati yang dikemukakan.
Konsep Dewey tentang pengalaman seringkali digunakan sebagai
pendekatan yang holistik dalam konteks pendidikan, dalam
pengertian bahwa pendidikan dimaknai sebagai interaksi antara
manusia dan dunia (Hohr, 2012). Apa yang dikemukakan oleh
Dewey (1859-1952) sesungguhnya merupakan kritik atas filsafat
pengalaman yang dikemukakan oleh Kant.
Dalam pandangan Dewey (1925,1938), pengalaman
adalah hasil dari conceiving, feeling, dan enliving. Dalam entitas
yang disebut pengalaman, manusia itu conceive, feel, dan enlive.
Yang dimaksud dengan conceiving adalah aktivitas kognitif
dimana manusia menciptakan pemahaman tentang segala
sesuatu yang nampak pada dirinya melalui proses isolasi dan
abstraksi. Isolasi merupakan kegiatan pikiran manusia Ketika dia
memisahkan sesuatu yang ingin dipahami itu dari Sesutu yang
lain agar memudahkan proses mengerti dan tidak tercampur
dengan sesuatu lain yang pada saat yang sama itu nampak
dihadapannya. Abstraksi (Latin, abstrahere) adalah aktivitas
pikiran dimana manusia menciptakan pengertian tentang sesuatu
128. Customer Experience, Pusat Gravitasi Bisnis
yang nampak dihadapnnya dengan cara menarik konsep abstrak
dari sesuatu yang nampak itu.
Untuk melakukan tindakan itu, manusia tidak hanya
menggunakan kemampuan intelektualnya, melainkan juga
kemampuan inderawinya. Bahkan untuk mewujudkan itu, juga
dibutuhkan emosi dan tindakan. Semua pengertian yang
dibangun akan membentuk gambaran hidup seorang manusia.
Jika semua pengertian dan gambaran hidup itu disatukan dan
diolah dengan pendekatan keilmuan, maka hal itu akan mejadi
pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan dan ilmu
pengetahuan yang dikembangkan secara sistematis dengan
metode tertentu, maka terbentuklah teknologi. Maka teknologi
lahir dari pengetahuan dan ilmu pengetahuan, sementara
pengetahuan dan ilmu pengetahuan berakar pada pengalaman
manusia. Perlu diingat juga bahwa manusia hanya mampu
mendekati, dan tidak mampu mengungkapkan realitas yang
dihadapi dengan pengertian dan pemehaman yang tuntas
sehingga apa yang dihasilkannya hanyalah sebuah pendekatan
terhadap realitas yang dihadapi itu sendiri. Dengan kemampuan
nterlek manusia yang terbatas, tidak memungkinkan diperoleh
pemahaman tentang realitas yang benar-benar lengkap.
Secara sederhana feeling adalah aktivitas yang bersifat
afektif-emosional yang didalamnya manusia merasakan sesuatu
yang nampak dihadapannya. Feeling bersifat aktif. Feeling
merupakan cara manusia mengalami (a mode of experience). Di
dalam feeling, manusia membenamkan diri dalam dunia dan
Yohannes Totok Suyoto. 129
merasakannya. Mengingat itu merupakan aktivitas merasakan
dan menyangkut aspek yang lain, yaitu kognisi, tindakan, dan
komunikasi. Dalam feeling, aspek emosi, kognisi, tindakan, dan
komunikasi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Bukan
hanya saling terkait, melainkan juga saling tergantung.
Berbeda dengan feeling dimana manusia merasakan, di
dalam enliving manusia masuk dalam dunia interaksi yang
dimediasi oleh simbol. Simbol itu merupakan bentuk yang
signifikan karena didalamnya termaktub sisi mental dan kultural.
Dengan enliving, manusia memasuki interaksi dengan dunia yang
didalamnya dan menghidupi interaksi itu dengan segala
perangkat personal yang dimilikinya. Interkasi itu dapat dengan
sesame manusia, alam, dan bahkan dengan diri sendiri. Konsep
yang penting dalam enliving adalah presentasi, artinya kehadiran
manusia dalam setiap aspek interkasi itu penting karena dengan
kehadiran itu menusia benar-benar ada dan menghidupi apa yang
dialaminya. Presentasi berarti kehadiran diri dalam setiap
momen interaksi dengan segalam kemampuan personal yang
dimiliki. Dengan hadir itu, manusia menampilkan dirinya sebagai
subyek pelaku. Segala sesuatu yang dilakukan itu senantiasa
dibangun diatas kesadaran dan pengertian yang dimiliki. Oleh
karena itu, manusia bertanggungjawab secara moral atas semua
tindakan yang dilakukan. Dari enliving muncullah aspek moral
yang bersumber dari fakta kehadiran dirinya sebagai subyek atau
pelaku.
130. Customer Experience, Pusat Gravitasi Bisnis
Banyak pemikir dalam Ilmu Manajemen mengacukan
konsep yang digunakan ketika berbicara tentang pengalaman itu
pada filsafat pengalaman yang dikemukakan Dewey (1916,1925).
Para ahli Manajemen mangadopsi konsep dari ranah ilmu yang
lain, tetapi itu tidak berarti mengambilnya begitu saja tanpa
dilakukan adaptasi. Adaptasi konsep dilakukan agar konsep itu
menjadi aplikatif.
Dalam konteks pemasaran, Pine & Gilmore (1999)
mengusulkan pemahaman tentang pengalaman dalam sebuah
bentuk kerangka konseptual. Dalam studinya di lingkungan dan
kegiatan retail, Pine & Gilmore (1999) menyatakan pengalaman
sebagai konsep yang bersifat multi-dimensional. Menurut mereka
pengalaman memiliki empat dimensi yang meliputi pengalaman
estetik, pengalaman edukasional, pengalaman hiburan, dan
pengalaman escapist. Pengalaman estetik sendiri memiliki lima
aspek yang mencakup pengalaman visual, pengalaman aural,
pengalaman olfactory dan pengalaman taktikal.
Schmidt (1999,2003) mempertimbangkan konsep
pengalaman yang diajukan oleh pemikir yang lain dan
menerapkannya dalam konteks Manajemen Pemasaran. Dalam
konseptualisasinya, Schmidt mendefinisi mengusulkan lima
pengalaman, yaitu sense (pengalaman berpikir), feel (pengalaman
merasakan), think (pengalaman berpikir), act (pengalaman
bertindak), dan relate (pengalaman berhubungan). Terlihat
bahwa konsep ini memiliki pertalian dengan penjelasan filsafati
Yohannes Totok Suyoto. 131
yang dikemukakan Dewey (1916,1925), meskipun disini sudah
mendapat sentuhan teoritik dan operasional yang lebih konkrit.
Dalam pandangan Schmidt (1999,2003), pengalaman
sensoris meliputi pengalaman yang berkenaan dengan aspek
kualitas keindahan dan inderawi. Misalnya, suatu waktu
konsumen mengunjungi sebuah Mall terbesar di Jakarta dan
melihat berbagai barang-barang yang berkualitas sekaligus
bentuknya indah sekali. Keindahan merupakan aspek kualitas
yang menggambarkan keindahan. Pengalaman dimana konsumen
dapat menentukan barang yang ditemui itu indah-indah,
merupakan bagian dari proses melakukan penginderaannya.
Dengan melihat, konsumen menyimpulkan bahwa barang itu
indah. Dengan meraba, konsumen menyimpulkan bahwa barang
itu bukan hanya indah tetapi juga memiliki kualitas yang bagus.
Pengalaman inderawi tidak hanya dalam bentuk penglihatan
mata dan perabaan, melainkan juga dapat merupakan hasil dari
indera penciuman, indera pendengaran, dan indera pengecapan.
Pengalaman merasakan merupakan tanggapan yang
bermuatan suasana hari dan emosi konsumen terhadap
rangsangan yang diterima. Pengalaman merasakan tidak boleh
dilepaskan dari pengalaman yang bersifat inderawi sebab
perasaan itu seringkali muncul berdasarkan pengalaman melihat,
mendengar, meraba, membau, dan mengecap suatu yang nampak
dihadapan konsumen. Misalnya, konsumen merasakan kesukaan
yang mendalam terhadap barang-barang yang ditampilkan di
sebuah tenan Mall yang dikunjungi, itu terbentuk setelah
132. Customer Experience, Pusat Gravitasi Bisnis
konsumen mengaktifkan dan memproses pengalaman inderawi
yang diperolehnya. Pengalaman inderawi seringkali menjadi
fondasi bagi pembentukan pengalaman yang afektif sifatnya.
Pengalaman berpikir mencakup respon yang bersifat
imajinatif dan analitik. Setelah menginderai dan atau merasakan
stimuli, konsumen memproses pengalaman inderawi dan
pengalaman merasakan itu ke dalam alam berpikirnya.
Pengalaman berpikir merujuk pada aktivitas analisis dan
imajinatif. Menganalisis berarti memilah dan memilih informasi
yang diperoleh dalam pengalaman sebelumnya kedalam
kategori-kategori tertentu. Sedangkan pengalaman imajinatif
menrupakan aktivitas kreatif dimana konsumen membangun
gambaran atau bayangan tertentu tetang obyek yang nampak
dihadapnnya. Pengalaman berpikir tergantung pada kapasitas
setiap konsumen dalam memproses informasi yang diperoleh
menggunakan pikirannya. Tidak semua pengalaman sensoris dan
perasaan akan menjadi bagian dari pengalaman berpikirnya
sebab tidak semua hal yang diperoleh melalui indera dan
perasaan itu menarik untuk dibawa ke dalam alam inteleknya.
Pengalaman bertindak merujuk pada pengalaman
tindakan atau keprilakuan yang dilakukan konsumen atas
rangsangan yang diperoleh. Pengalaman tindakan dapat
merupakan sekuensi dari pengalaman-pengalaman sebelumnya
ataupun juga terlepas. Misalnya, setelah konsumen melihat
barang-barang bagus di Mall yang dikunjungi dan merasakan
ketertarikan pada salah satu barang, konsumen kemudian
Yohannes Totok Suyoto. 133
mengambil keputusan untuk membeli. Keputusan itu dilanjutkan
dengan Tindakan membeli yang ditandai oleh transaksi
pembayaran dan mendapatkan barang yang diinginkannya.
Pengalaman berelasi merujuk pada pengalaman yang
bersifat sosial, artinya pengalaman itu memuat respons-respon
hubungan yang dilakukan konsumen. Berelasi berarti konsumen
menjalin pertalian, ikatan, attachment, dan bonding dengan obyek
yang nampak dihadapannya. Ikatan ini tidak pertama-tama
bersifat emosional, melainkan bersifat sosial. Itu berarti bahwa
konsumen membangun hubungan dengan obyek yang diinginkan.
Obyek itu dapat bermacam-macam, dapat berupa barang, orang,
tempat, komunitas, dan lain sebagainya. Konsumen dapat
memiliki pertalian tertentu dengan komunitas yang
mengkonsumsi barang yang sama atau ikatan dengan kelompok
referensi.
Dalam literatur Manajemen Pemasaran dan berbagai ilmu
yang merupakan turunan darinya, konsep tentang pengalaman
menjadi kajian yang sangat menarik. Banyak kajian teoritis dan
empiris dilakukan untuk melakukan konseptualisasi dan
membangun model empiris. Banyak penelitian menunjukkan
bahwa pengalaman merupakan faktor yang memberikan
pengaruh yang signifikasi terhadap pengetahuan, sikap, dan
perilaku konsumen (Brakus et al., 2009).
134. Customer Experience, Pusat Gravitasi Bisnis
Implikasi Bisnis
Untuk mampu bertahan, bersaing, dan memenangkan
persaingan, bisnis harus mampu menciptakan pengalaman dan
membagikan pengalaman itu kepada konsumennya.
Pertanyaanya adalah apakah implikasinya bagi bisnis terutama
dalam industri jasa, misalnya pendidikan. Penulis artikel ini
menarik langsung implikasi konsep pengalaman ke konteks yang
sangat spesifik, yaitu pendidikan. Alasannya pertama-tama
adalah bahwa penulis artikel ini mengeluti dunia pendidikan dan
secara khusus memiliki pemahaman mengenai proses bisnis jasa
pendidikan yang dimana pengalaman konsumen harus menjadi
concern utama dalam upaya menciptakan hubungan dan
keunggulan bersaing ditengah kondisi persaiangan di industri
pendidikan yang semakin ketat.
Awal harus dikatakan bahwa bisnis pendidikan
menempatkan mahasiswa dan karyawan (dosen, tenaga
kependidikan, dan komponen lain yang terlibat) sebagai asset
bisnis terpenting. Mahasiswa merupakan tulang punggung
keberadaan dan jalannya bisnis. Selain Mahasiswa, karyawan
menjadi determinan utama bagi proses Pendidikan dapat
berjalan. Tidak ada dosen yang mengajar, pengajaran tidak akan
terlaksana. Tidak ada laboran, praktikum mata kuliah tidak akan
berjalan, tidak ada tenaga pendidikan, proses administrasi akan
menjadi tumpukan pekerjaan yang tidak mungkin diambil
tanggungjawabnya oleh dosen. Jadi, Mahasiswa dan karyawan
merupakan faktor utama dan pertama dalam proses bisnis
Pendidikan tinggi. Oleh karena itu, perguruan tinggi tidak hanya
Yohannes Totok Suyoto. 135
perlu menciptakan pengalaman yang baik bagi mahasiswa
melainkan juga pengalaman yang memuaskan bagi seluruh
karyawan yang ada di dalamnya.
Tulisan ini mengangkat pengalaman mahasiswa sebagai
pusat pembicaraan. Itu tidak berarti pengalaman karyawan
ditinggalkan. Tidak. Itu hanya semata-mata pilihan praktis dan
kesediaan waktu saja. Pertanyaannya adalah bagaimana
menciptakan pengalaman yang memuaskan bagi mahasiswa.
Secara lebih konkrit, bagaimana caranya membuat mahasiswa
merasakan kepuasan atas layanan pendidikan yang diberikan?
Perguruan tinggi dapat menyediakan pengalaman kepada
mahasiswa dalam seluruh touch point yang dilewati oleh journey
mahasiswa dalam keseluruhan proyek pendidikannya sampai
dinyatakan lulus bahkan setelah lulus. Untuk mengupayakan ini,
seluruh elemen dan komponen yang ada dalam perguruan tinggi
mengambil peran aktif dan kreatif untuk menghasilkan layanan
yang memuaskan. Itu dimulai sejak mahasiswa menginjakkan
kaki pertama kali di kampus. Bakan pengalaman itu dapat dimulai
sebelumnya ketika mereka mencari informasi mengenai
perguruan tinggi melalui berbagai media yang digunakan sebagai
saluran komuniksi dan promosi. Media komunikasi dan informasi
merupakan touch point pertama yang diperhatikan dalam long-
life journey pendidikan mahasiswa.
Touch point kedua adalah unsur unit yang pertama kali
melakukan interaksi dan komunikasi dengan calon mahasiswa.
Dalam banyak lembaga peruguran tinggi, unit marketing yang
136. Customer Experience, Pusat Gravitasi Bisnis
tugasnya bukan hanya melakukan komunikasi dan promosi
melainkan menjadi sumber informasi bagi internal perguruan
tinggi mengenai superior value yang sesungguhnya diharapkan
oleh calon mahasiswa. Marketing mengemban tugas istimewa
untuk memberikan narasi analitik dan komprehensif mengenai
value macam apa yang mampu bersaing dengan perguruan tinggi
lain dan itu harus disediakan demi keberlangsungan kedepan.
Touch point selanjutnya adalah proses pengajaran dan
pembelajaran yang melibatkan partisipasi dan kreasi inovatif
dalam aspek konten dan metodologi pembelajaran. Selain itu,
segenap unit terkait yang turut menjadi titik-titik perjumpaan
mahasiswa dalam keseluruhan layanan tidak boleh lepas dari
perhatian dan penanganan yang serius. Masih banyak detail touch
point layanan yang menjadi perhatian semua elemen dalam
perguruan tinggi sebab itu justru menjadi gaya tarik potential
students dan existing students yang signifikan.
Simpulan
Tulisan ini mengangkat topik mengenai pengalaman dan
implikasinya bagi bisnis terutama bisnis edukatif perguruan
tinggi. Konsep tentang pengalaman yang bersifat filsafat menjadi
dasar bagi para peneliti dalam bisnis dan pemasaran untuk
menggarap pengalaman sebagai salah satu sumber gravitasinya.
Berbeda dengan dekade-dekade sebelumnya, pengalaman
konsumen menjadi daya tarik potential customers dan existing
customers. Dalam keseluruhan journey pengalaman mahasiswa,
perguruan tinggi mendapat tantangan lebih besar dewasa ini,
Yohannes Totok Suyoto. 137
mengingat kebutuhan mahasiswa akan superior value semakin
meningkat.
Referensi
Brakus, J. Josko, Bernd H. Schmitt, dan Lia Zarantonello, 2009,
Brand Experience: What Is It? How Is It Measured? Does It
Affect Loyalty? Journal of Marketing, Vol. 73, 52-68.
Dewey, J., 1925, Experience and Nature. Later Works. 1935-53,
Vol. 1. Carbondale: Southern Illinois University Press.
Dewey, J., 1934, Art as Experience. Later Works, 1935-53. Vol. 10.
Carbondale: Southern Illinois University Press.
Dewey, J., 1938, Experience and Education. Later Works, 1935-53,
Vol. 13. 1-63, Carbondale: Southern Illinois University
Press.
Harvad Business Review, 2021, Making Customer Experience,
The Heart of The Enterprise, Research Report, 1-16.
Hohr, Hansjorg, 2012, The Concept of Experience by John Dewey
Revisited: Conceiving, Feeling and “Enliving”. An
International Journal Study Philosophical Education, 1-14.
DOI: 10.1007/s11217-012-9330-7
Hooley, Graham, Nigel F. Piercy, dan Brigitte Nicoulaud, 2008,
Marketing Strategy and Competitive Positioning, Fourth
Edition, London, Prentice Hall.
138. Customer Experience, Pusat Gravitasi Bisnis
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2016, Marketing
Management, 15th Edition, New Jersey, Pearson Prentice
Hall.
Kotler, Philip, Gary Armstrong, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong,
dan Oliver Yau Hon-Ming, 2009, Principle of Marketing, A
Global Perspective, 12th Edition, Singapore, Pearson
Prentice Hall.
Schmitt, Bernd H., 1999, Experiential Marketing: How to Get
Customers to Sense, Feel, Think, Act, Relate to Your
Company and Brands. New York: The Free Press.
Schmitt, Bernd H., 2003, Customer Experience Management. New
York: John Wiley & Sons.
Pine, Joseph B., II, and James H. Gilmore, 1999, The Experience
Economy: Work Is Theatre and Every Business a Stage.
Cambridge, MA: Harvard Business School Press.
- 139 -
B A B S E P U L U H
Intellectual Capital dan Pengungkapan
CSR terhadap Kinerja Perusahaan
Fitriyah Nurhidayah
Sampai saat ini intellectual capital seringkali dimaknai
secara berbeda. Sebagai suatu konsep, intellectual capital
mengarah pada modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan,
yakni modal non-fisik atau modal tidak berwujud (intangible
assets) atau tidak kasat mata (invisible) yang berkaitan dengan
pengetahuan, pengalaman manusia dan juga teknologi yang
digunakan. Pada awal perkembangannya intellectual capital
merupakan materi yang telah disusun, dan digunakan untuk
menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi. Menurut Bontis
(1998), dirinya menyatakan bahwa intellectual capital
Penting bagi perusahaan untuk dapat memanfaatkan
Intellectual Capital (aset fisik, aset non fisik) secara
maksimal serta melaksanakan pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) demi pencapaian nilai tambah
pada kinerja perusahaan.
“
140. Intellectual Capital dan Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Perusahaan
mencakup semua pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan dan
organisasi serta kemampuan mereka untuk menciptakan nilai
tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif
berkelanjutan. Sementara itu, Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD) mendefinisikan intellectual
capital sebagai nilai ekonomi dari dua kategori intangibles asset
perusahaan. Pertama adalah organisational structural capital,
yang terdiri dari proprietary software system, supply chains, dan
distribution networks. Kedua adalah human capital, yang terdiri
dari human resources baik dalam perusahaan maupun luar
perusahaan, seperti pelanggan dan supplier. Dari berbagai
definisi dapat disimpulkan bahwa intellectual capital merupakan
suatu aset tak berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan
dalam wujud ilmu pengetahuan yang jika diolah dan digunakan
secara optimal akan memampukan suatu perusahaan untuk
menjalankan strategi yang dimiliki secara lebih efektif dan
efisien, yang mana nantinya akan mempengaruhi daya tahan dan
menciptakan keunggulan bersaing dengan perusahaan sejenis.
Corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab
sosial merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang perlu
dilakukan oleh perusahaan untuk memperbaiki kerusakan
lingkungan dan kesenjangan sosial yang diakibatkan dari
berbagai macam aktivitas operasional perusahaan. Bentuk
tanggung jawab sosial dapat dilakukan dengan berbagai macam
Fitriyah Nurhidayah. 141
kegiatan sosial yang dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat disekitar lingkungan perusahaan. Semakin banyak
bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan
terhadap lingkungan sekitarnya, citra perusahaan akan semakin
baik. Dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan sebuah
komitmen perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial
kepada masyarakat sekitar perusahaan maupun masyarakat
luas dengan berbagai macam kegiatan sosial untuk
pengembangan ekonomi dan meningkatkan taraf hidupnya
dengan tetap memperhatikan kinerja perusahaan dan
kepentingan stakeholders, sehingga tidak ada pihak yang merasa
dirugikan.
Pengelolaan capital employed dapat memberikan
kontribusi yang positif bagi perusahaan sektor manufaktur dan
penghasil bahan baku agar dapat bertahan dan mengembangkan
usahanya dengan memperkuat finansial dan aset fisik
perusahaan. Aset fisik dan finansial yang digunakan oleh
perusahaan merupakan nilai untuk memperoleh profitabilitas
atau laba yang berguna untuk meningkatkan kinerja perusahaan
pada suatu waktu. Manajemen perusahaan sektor manufaktur
dan penghasil bahan baku telah mampu memaksimalkan aset
fisik dan finansial yang dimiliki untuk memperoleh laba bagi
perusahaan. Laba perusahaan yang naik secara otomatis juga
akan menaikkan kinerja perusahaan sehingga dapat menarik
142. Intellectual Capital dan Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Perusahaan
pasar ataupun investor untuk dapat menanamkan modalnya
pada perusahaan dan dapat bersaing di pasar.
Ide-ide kreatif maupun inovasi-inovasi baru dapat terus
bermunculan, sehingga produk-produk yang diciptakan semakin
berkualitas dan bervariasi. Produk yang bervariasi dengan
kualitas yang selalu dijaga dapat membuat konsumen merasa
puas dan tetap setia pada produk-produk yang diciptakan oleh
perusahaan. Perusahaan dapat bertahan dalam persaingan
global karena adanya keunggulan kompetitif tersebut (Wijaya,
2017). Kondisi ini juga menunjukkan bahwa karyawan yang
mengelola capital employed yang dimiliki oleh perusahaan dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
Pengetahuan, pengalaman dan ilmu pengetahuan tinggi
yang dimiliki oleh sumber daya manusia (human capital) dan
didukung oleh modal struktural (structural capital) yang
memadai seharusnya dapat menghasilkan nilai tambah (value
added) dalam perusahaan (Saraswati, 2018).
Pemanfaatan structural capital pada perusahaan sektor
manufaktur dan bahan baku menunjukkan arah negatif karena
menimbulkan biaya tambahan yang nantinya akan menjadi
beban opeasional bagi perusahaan yang berujung pada
penurunan profitabilitas perusahaan (Putri, 2019).
Pelaksanaan dan pengungkapan tanggungjawab sosial
masih dirasa kurang maksimal karena item-item yang
Fitriyah Nurhidayah. 143
diungkapkan pada laporan keberlanjutan yang diukur dengan
Global Reporting Initiative (GRI) juga masih minim. Legitimacy
Theory menyatakan bahwa aktivitas dan pengungkapan CSR
sebenarnya dapat digunakan sebagai jembatan penghubung
antara masyarakat dengan perusahaan untuk menciptakan trust
demi keberlangsungan kegiatan operasional perusahaan dalam
memperoleh profitabilitas.
Pada kenyataannya, tidak ada yang dapat menjamin
profitabilitas bagi perusahaan yang telah melaksanakan dan
melakukan pengungkapan CSR. Selain itu, kesadaran
perusahaan terhadap aktivitas CSR dapat menyebabkan
penambahan biaya pada perusahaan, karena dapat menambah
beban operasi dan beban keuangan bagi perusahaan yang
nantinya juga akan mengurangi tingkat profitabilitas
perusahaan. Apabila profitabilitas perusahaan berkurang maka
kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan operasi
akan berkurang yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja
perusahaan.
Berdasarkan teori legitimasi dinyatakan bahwa organisasi
terus menerus mencoba untuk memastikan bahwa mereka
melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma
masyarakat. Oleh karena itu perusahaan tidak hanya
memikirkan keuntungan saja namun juga melakukan tannggung
jawab sosial demii keberlanjutan hidup perusahaan. Dapat
144. Intellectual Capital dan Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Perusahaan
disimpulkan bahwa intelectual capital dan pengungkapan
corporate social responsibility berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Selain itu, perusahaan juga telah melakukan
kegiatan tanggungjawab sosial dan pengungkapan CSR untuk
dapat meningkatkan image dan akuntabilitas perusahaan.
- 145 -
B A B S E B E L A S
Potensi dan Pencegahan Bunuh Diri
Masyarakat Perkotaan sebagai Dampak
Pandemi Covid-19
Edi Purwanto
Pendahuluan
Sejumlah media memberitakan bahwa jumlah orang
bunuh diri meningkat pada masa pandemi, dan secara langsung
atau pun tidak langsung merupakan dampak dari pandemic itu
Sejumlah penelitian menemukan bahwa ketakutan, isolasi
sosial, ketidak-stabilan ekonomi dan kehilangan pekerjaan
sebagai dampat pandemi Covid-19 terkait erat dengan
peningkatan jumlah kematian karena bunuh diri
(Standish, 2021).
Sesungguhnya bunuh diri dapat dicegah. Dan oleh sebab itu,
sangat penting untuk memprioritaskan strategi pencegahan
bunuh diri pada periode dan pasca pandemic Covid-19
(Ivbijaro et al., 2021.)
“
146. Potensi dan Pencegahan Bunuh Diri Masyarakat Perkotaan sebagai...
sendiri. Sejumlah publikasi pada jurnal juga mengkaji dampak
pandemi Covid-19 terhadap bunuh diri di berbagai negara.
Dr. Katerina Standish (2021) mengatakan bahwa ketidak-
nyamanan dan ketidak-amanan yang secara luas dialami oleh
masyarakat sebagai dampak dari pandemi Covid-19 dengan
sangat jelas terkait dengan peningkatan kematian melalui bunuh
diri, entah sebagai akibat dari ketakutan, isolasi sosial, ketidak-
stabilan ekonomi dan kehilangan pekerjaan.
Bunuh diri sebagai dampak Covid-19 bersifat global dan
tentunya harus ada sejumlah usaha untuk menghentikannya.
Walaupun kasus di Indonesia yang telah terpublikasi terbilang
kecil dibandingkan misalnya kasus di Jepang, namun tetap saja
harus ada pencegahan agar tidak meningkat. Mengetahui
masalah tentang bagaimana Covid-19 berdampak pada tindakan
bunuh adalah langkah awal untuk mencegah naiknya kasus
tersebut.
Dr. Avanish Bhai Patel dan Dr. Sumant Kumar dari
Alliance University, Bengaluru melakukan riset terkait kasus
bunuh diri di India sebagai dampak dari Covid-19. Mereka
menggunakan teori bunuh diri yang dipopulerkan oleh Emile
Durkheim tentang bunuh diri untuk menjadi pisau
pembedahnya (Patel & Kumar, 2021).
Emile Durkheim mempopulerkan teori empat jenis
bunuh diri dalam karyanya yang berjudul Suicide (Durkheim,
1951). Pertama, bunuh diri egoistis dilakukan seseorang yang
tidak mampu mengintegrasikan dirinya dengan masyarakat
Edi Purwanto. 147
sebagai unit sosial yang lebih luas. Rendahnya integrasi menjadi
penyebabnya (Ritzer & Goodman, 2008). Kedua, bunuh diri
altruistis yang merupakan kebalikan dari jenis pertama. Justru
karena integrasi sosial seseorang sangat kuat dengan
kelompoknya, ia rela mati demi membela kehormatan
kelompoknya. Jadi tingginya integrasi yang menjadi
penyebabnya (Ritzer & Goodman, 2008).
Ketiga, bunuh diri anomik. Jenis ini disebabkan oleh
rendahnya regulasi dalam masyarakat sehingga menyebabkan
kekacauan dan ketidakpastian hukum (Ritzer & Goodman,
2008). Keempat, bunuh diri fatalistis kebalikan dari jenis ketiga,
yaitu bahwa bunuh diri disebabkan oleh karena tingginya
regulasi sehingga individu tidak lagi tahan dengan tekanan dari
regulasi dan disiplin yang diterapkan dalam masyarakat (Ritzer
& Goodman, 2008).
Faktor Penyebab Bunuh Diri
Hasil riset Dr. Patel dan Dr. Kumar yang telah
dipublikasikan pada jurnal Mental Health and Social Inclusion
dengan judul “A sociological study of suicide during COVID-19 in
India” melaporkan bahwa 122 kasus bunuh diri sebagai dampak
dari Covid-19 di India disebabkan oleh: 12,3 % karena positif
Covid-19, 20,49 % karena takut terinfeksi Covid-19, 15.57 %
karena isolasi dan karantina, 10.66% karena terpaksa migrasi
sebagai dampak Covid-19, 18.85% krisis ekonomi di masa Covid-
19, 8.2% stres kerja karena Covid-19, dan 13.93 % karena
masalah pribadi dan keluarga (Patel & Kumar, 2021).
148. Potensi dan Pencegahan Bunuh Diri Masyarakat Perkotaan sebagai...
Bunuh diri egoistis
Dr. Patel dan Dr. Kumar melaporkan bahwa 36 orang atau
29,51% dari 122 kasus bunuh diri di India sebagai bentuk bunuh
diri egoistik. Dua faktor utama dari bunuh diri egoisitik ini
disebabkan oleh karena mereka tidak tahan hidup dalam isolasi
selama menjalani karantina dan karena masalah keluarga.
Mereka yang terinfeksi dan menjalani karantina takut dipandang
sebagai aib bagi keluarga dan mengalami penolakan dari
masyarakat. Ia takut bahwa setelah keluar dari karantina, ia akan
ditolak oleh masyarakat dan bahkan menjadi aib keluarganya.
Hal itu menyebabkan stres yang mendorong mereka
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri (Patel &
Kumar, 2021).
Pengumpulan data pada riset mereka dilakukan antara
Maret hingga Juli 2020. Sosialisasi dan edukasi bahwa positif
Covid-19 bukan aib masih minim. Pada bulan-bulan tersebut di
Indonesia juga terjadi penolakan masyarakat terhadap pasien
Covid-19 dan keluarganya. Bahkan juga ada penolakan warga
terhadap tenaga medis di rumah sakit yang melayani penderita
Covid-19 yang tinggal di lingkungan mereka. Namun, dengan
semakin teredukasinya masyarakat untuk menerima bahwa
positif Covid-19 bukanlah aib dan pasien yang telah dinyatakan
negatif setelah menjalani isolasi atau karantina dapat kembali ke
masyarakat tanpa perlu kuatir masih akan menularkan Covid-
19.
Edi Purwanto. 149
Menurut studi yang dilaporkan oleh Ornell et al. (2020)
ketakutan, kebosanan, kesepian, kecemasan, insomnia, atau
kemarahan adalah reaksi emosional dan perilaku pasien yang
terinfeksi Covid-19 dapat mendorong mereka untuk melakukan
bunuh diri. Ini bahkan bisa terjadi pada pasien yang baru diduga
terinfeksi Covid-19.
Menurut Zalsman et al. (2020), bunuh diri atau berbagai
usaha bunuh diri merupakan perilaku kompleks yang didorong
sejumlah faktor, dan terutama oleh kombinasi antara gangguan-
gangguan kejiwaan (ini mencapai 90% kasus bunuh diri), usaha
bunuh diri sebelumnya, dan kesusahan hidup yang begitu
menekan. Covid-19 dan konsekuensinya seperti isolasi dan
berbagai kesulitan ekonomi dapat menyebabkan munculnya
pikiran seseorang untuk melakukan bunuh diri, dan lebih buruk
menyebabkan ia benar-benar melakukannya.
Bunuh diri altruistis
Kemudian Dr. Patel dan Dr. Kumar melaporkan bahwa 40
orang atau 32,79% dari 122 kasus bunuh diri di India sebagai
bentuk bunuh diri altruistik. Ada sejumlah kasus pasien yang
terinfeksi Covid-19 di India melakukan bunuh diri karena ia
takut jika kembali ke rumah akan menyebabkan anggota
keluarganya tertular. Ia berpikir bahwa demi menyelamatkan
anggota keluarganya, ia harus mengakhiri hidupnya sendiri
(Patel & Kumar, 2021).
Kuatnya solidaritas mereka yang terinfeksi Covid-19
terhadap anggota keluarganya akan menyebabkan mereka takut
150. Potensi dan Pencegahan Bunuh Diri Masyarakat Perkotaan sebagai...
pulang ke rumah setelah keluar dari isolasi atau karantina
karena takut menulari keluarganya, juga berpotensi mereka
menjadi tertekan (Purwanto & Arofa, 2021).
Zalsman et al. (2020) menjelaskan bahwa kesedihan yang
mendalam karena banyak keluarga atau orang dekat yang telah
meninggal yang disebabkan oleh karena terinfeksi Covid-19
akan menjadi alasan seseorang melakukan bunuh diri. Demikian
juga, berbagai kesulitan dalam berhubungan dengan keluarga
karena terisolasi atau terpisah dari keluarganya karena pandemi
ini.
Semakin teredukasinya masyarakat diharapkan bagi
mereka yang diduga maupun positif Covid-19 untuk menyadari
bahwa dengan menjalani isolasi atau karantina, serta perawatan
Covid-19 dan dinyatakan negatif setelah itu, maka
keberadaannya tidak lagi membahayakan keluarganya. Sehingga
tidak perlu harus mengakhiri hidupnya sendiri karena takut
menularkan Covid-19 kepada anggota keluarganya.
Bunuh diri anomik
Akhirnya, Dr. Patel dan Dr. Kumar melaporkan bahwa 46
orang atau 37,70% dari 122 kasus bunuh diri di India sebagai
bentuk bunuh diri anomik. Pandemi yang terjadi secara tiba-tiba
dan tak terduga telah mengubah banyak hal dalam masyarakat
dan ekonomi menyebabkan kekacauan di dalam kehidupan
masyarakat. Pembatasan atau lockdown telah menciptakan
dampak negatif dengan banyaknya orang kehilangan pekerjaan,
pemotongan upah kerja sehingga masyarakat tidak dapat
Edi Purwanto. 151
memenuhi kebutuhan mereka seperti sebelumnya. Hal tersebut
menciptakan stres yang tinggi di antara mereka yang merasakan
dampak tersebut dan berdampak pada meningkatnya angka
bunuh diri (Patel & Kumar, 2021).
Pembatasan sosial juga merusak solidaritas dalam
masyarakat yang secara organik telah mengakar dalam
kehidupan masyarakat kolektivistik. Dibatasinya tempat-tempat
berkumpul seperti pasar, supermarket, tempat-tempat ibadah
dan tempat-tempat wisata menyebabkan kehidupan sosial
terganggu dan meningkatkan stres yang pada akhirnya menjadi
penyebab angka bunuh diri. Seperti dikatakan oleh Zalsman et al.
(2020) isolasi dan karantina sebagai dampak dari pandemi
memiliki dampak signifikan terhadap Kesehatan mental
seseorang.
Menurut Zalsman et al. (2020) mengatakan bahwa
berbagai kesulitan sebagai dampak isolasi berkepanjangan
menjadi salah satu alasan penyebab bunuh diri. Demikian juga,
kesulitan ekonomi, kehilangan pekerjaan, mengalami
kebangkrutan dalam usahanya, serta ketidak-pastian dan
kecemasan akan nasib dan perkembangan pandemi yang belum
pasti kapan akan berakhir.
Dari perspektif psikologi, menurut Batty et al. (2018),
kehilangan pekerjaan dan kesulitan ekonomi memang
sepenuhnya berkorelasi dengan tingkat bunuh diri dan upaya
bunuh diri dalam masyarakat. Sehingga temuan (Patel & Kumar,
2021) dan (Zalsman et al., 2020) bahwa kehilangan pekerjaan
152. Potensi dan Pencegahan Bunuh Diri Masyarakat Perkotaan sebagai...
dan kesulitan ekonomi akibat pandemic Covid-19 berdampak
pada tindakan dan usaha bunuh diri mengonfirmasi teori
tersebut.
Bunuh diri fatalistis
Bunuh diri fatalistis tidak dibahas oleh Dr. Patel dan Dr.
Kumar. Mungkin belum ada kasus ini pada saat riset dilakukan.
Namun melihat sudah setahun pandemi berlangsung dan belum
ada tanda-tanda berakhir, dan pemerintah di berbagai negara
terus menerapkan pembatasan sosial bisa menyebabkan orang-
orang tertentu tidak tahan lagi dengan berbagai aturan yang
diterapkan. Ditambah lagi banyaknya hoaks yang mengatakan
pandemi sebagai teori konspirasi, hoaks tentang vaksin dan
sebagainya dapat menyebabkan stres tinggi sebagai dampak dari
berbagai aturan regulasi terkait Covid-19 (Patel & Kumar, 2021).
Menurut Knowles et al. (2021), banyak orang yang stress
atau tertekan sebagai dampak dari pandemi berkorelasi dengan
meningkatnya pikiran untuk bunuh diri. Hubungan antara stres
karena Covid-19 dan munculnya pikiran untuk bunuh diri jauh
lebih kuat terjadi pada orang-orang dengan tingkat keputus-
asaan yang tinggi dan ketahanan yang rendah.
Saran Pencegahan
Dr. Katerina Standish dari University of Otago, in New
Zealand, mengatkan bahwa wanita dan anak perempuan
mengalami tingkat percobaan bunuh diri yang jauh lebih tinggi
daripada pria dan anak laki-laki (Standish, 2021). Dari konteks
Edi Purwanto. 153
gender, Dr. Katerina Standish dan Dr. Shalva Weil dari Hebrew
University of Jerusalem, Israel, menegaskan, bahwa tingkat
bunuh diri akan meningkat untuk perempuan dan anak
perempuan ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya
sebagai akibat langsung dari langkah-langkah penanganan
kesehatan masyarakat di masa pandemi. Kemudian mereka
mendesak para pemimpin global untuk melakukan pencegahan
sekarang (Standish & Weil, 2021).
Hal senada dikemukakan oleh Dr. Gabriel Ivbijaro dari
NOVA University, Lisbon, Portugal, bahwa perempuan
memerlukan dukungan khusus selama masa pandemi ini, karena
jenis pekerjaan yang mereka miliki paling rentan terdampak
krisis pandemi ini. Ini juga karena mereka sering memikul
sebagian besar beban rumah tangga, dan berisiko lebih tinggi
mengalami kekerasan dalam rumah tangga selama masa
lockdown dan krisis ini (Ivbijaro et al., 2021).
Zalsman et al. (2020) menjelaskan bahwa karena banyak
penelitian yang menemukan masalah kesehatan mental pada
umumnya dan khususnya, resiko bunuh diri sebagai dampak
dari pandemic Covid-19, maka mereka menyarankan perlunya
berbagai inisiatif pencegahan. Untuk mencegah terjadinya
bunuh diri egoistis dan altruistis, Dr. Patel dan Dr. Kumar
menyarankan agar layanan bantuan terkait Kesehatan mental
harus dimulai di setiap pusat layanan Kesehatan di setiap distrik.
Mereka juga menyarankan agar sejumlah psikiater ditugaskan
untuk memberikan konseling kepada orang-orang yang
terinfeksi Covid-19 dan yang sedang menjalani isolasi atau
154. Potensi dan Pencegahan Bunuh Diri Masyarakat Perkotaan sebagai...
dikarantina (Patel & Kumar, 2021). Edukasi tentang bagaimana
keadaan pasien paska menjalani karantina dan telah dinyatakan
negatif atau sembuh sangat diperlukan.
Peran para tokoh sosial dan masyarakat, serta tokoh
keagamaan sangat penting untuk melakukan tindakan
pencegahan. Setiap agama di Indonesia tentunya melarang
seseorang melakukan bunuh diri. Tokoh agama, misalnya Kyai,
Ustad, Pendeta atau Pastor, dapat lebih intens mengajarkan
kepada umat atau jemaat melalui khutbah atau ceramah, agar
umat dapat tabah dan ikhlas menghadapi pandemi dan berbagai
dampak sosial dan ekonomi lainnya sebagai dampak dari
pandemi. Mereka juga perlu menekankan bahwa usaha
melarikan diri dari penderitaan dengan cara-cara yang tidak
terpuji, salah satunya bunuh diri adalah perbuatan yang dilarang
oleh agama, dan dibenci oleh Tuhan.
Bantuan kepada mereka yang kehilangan pekerjaan atau
pemotongan upah kerja akibat pandemi dan pembatasan sosial
sangat disarankan untuk mencegah terjadinya stres dan bahkan
bunuh diri anomik. Penting juga dilakukan penanaman
kesadaran bahwa dinamika perubahan dalam kehidupan akan
terus berlangsung dalam hidup dan kenyataan bahwa Tuhan
melengkapi mahkluk ciptaan-Nya dengan kemampuan untuk
beradaptasi dan bertahan di tengah perubahan.
Ivbijaro et al. (2021) menyarankan untuk melakukan
investasi dalam program-program penciptaan lapangan kerja
yang aktif, karena hal tersebut akan menurunkan angka bunuh
Edi Purwanto. 155
diri pada masa tingkat pengangguran yang tinggi. Menurut
Ivbijaro et al. (2021) orang-orang bergaji rendah dan memiliki
pekerjaan serabutan memerlukan dukungan khusus, karena
mereka adalah orang-orang yang paling rentan secara finansial
selama krisis terkait pandemi ini.
Berikan pengharapan kepada mereka yang tertekan
sebagai dampak dari pandemi Covid-19 dan berbagai masalah
yang mengikutinya. Seperti dijelaskan oleh Knowles et al.
(2021), pengharapan melindungi individu dari dampak negatif
pandemi COVID-19. Demikian juga, resilience atau ketahanan
juga melindungi masyarakat dari dampak negatif pandemi
COVID-19 (Knowles et al., 2021).
Menurut Ivbijaro et al. (2021) layanan kesehatan mental
diprioritaskan dan perlu didanai dengan tepat selama dan
setelah pandemi. Penyalahgunaan obat-obat penenang sebagai
pelarian dari masalah juga perlu menjadi perhatian. karena
peningkatan terkait penyalahgunaan obat-obat penenang
selama pandemi akan menyebabkan memburuknya kesehatan
mental dan peningkatan risiko bunuh diri. Dengan demikian, ini
juga harus menjadi perhatian serius pihak-pihak terkait.
Penerapkan regulasi dengan tegas dan kuat adalah
penting agar setiap anggota masyarakat tidak keluar dari rel atau
perundangan-undangan atau regulasi yang harus diterima
semua anggota masyarakat, karena dengan menjadi warga
negara, berarti telah mengikatkan diri dalam kontrak sosial
dengan segala peraturan hukum negara. Untuk menghindari
156. Potensi dan Pencegahan Bunuh Diri Masyarakat Perkotaan sebagai...
potensi bunuh diri anomik di dalam masyarakat, pemerintah
perlu menegakkan supremasi hukum, integritas pemimpin, dan
konsistensi dalam penerapan hukum. Karena ketika ada
masyarakat yang melihat adanya ketidak-konsistenan
pemerintah dalam penerapan dan penindakan hukum akan
menyebabkan kekacauan dalam masyarakat. Masyarakat hidup
seakan di tengah negara yang mana hukum tidak ditegakkan
secara adil atau lebih parahnya kalau ada masyarkat yang
memandang bahwa seakan sudah tidak ada hukum yang harus
dihormati lagi (anomik) (Purwanto & Arofa, 2021).
Di masyarakat muncul banyak perdebatan pada
penerapan kebijakan PSBB. Ada suara-suara yang mengatakan,
“mudik dilarang, mall dibuka, tenaga kerja asing diizinkan
masuk, tempat wisata dibuka.” Ungkapan-ungkapan seperti itu
menandakan adanya penilaian dari sebagian masyarakat bahwa
hukum atau regulasi PSBB tidak diterapkan dan ditegakkan
dengan adil. Masyarakat yang menilai demikian berpotensi
memberontak dan melanggar protokol kesehatan dan
mengambil risiko untuk ditangkap polisi, atau membahayakan
dirinya sendiri untuk terpapar Covid-19 yang mengancam jiwa
mereka. Ini bisa dikategorikan dalam jenis bunuh diri anomik
(Purwanto & Arofa, 2021).
Maka, komunikasi politik yang baik penting untuk
disampaikan oleh pemerintah. Tentunya pemerintah memiliki
alasan untuk tetap mengizinkan mal buka, dan daerah tujuan
wisata dibuka berdasarkan pertimbangan ekonomi nasional.
Tenaga kerja asing yang masuk diterima karena alasan bahwa
Edi Purwanto. 157
mereka adalah tenaga ahli yang memang dibutuhkan, dan
mewajibkan mereka untuk dikarantina. Lagi-lagi integritas
pemimpin dan komunikasi politik yang baik perlu dimiliki
pemerintah sebagai pembuat dan penegak hukum agar
masyarakat bisa menerimanya dengan baik. Karena jika ada
anggota masyarakat yang tidak bisa melihat itu, mereka akan
menilai pemerintah sebagai penegak hukum berlaku tidak adil,
supremasi hukum diragukan, dan jika sampai pada keyakinan
bahwa hukum sudah tidak ada lagi (anomik), mereka dapat
membahayakan diri mereka sendiri untuk terpapar Covid-19
yang dapat membahayakan nyawa mereka. Itulah sebabnya, ini
dapat dikategorikan sebagai potensi bunuh diri anomik
(Purwanto & Arofa, 2021).
Untuk mencegah bunuh diri fatalistis,
pengkomunikasian regulasi terkait Covid-19 perlu dilakukan
dengan bijak dengan mempertimbangkan kondisi psikis
masyarakat di tengah berbagai tekanan. Edukasi kepada
masyarakat untuk mengandalkan sumber-sumber berita
terpercaya juga perlu diberikan. Sangat diharapkan kasus bunuh
diri fatalistis tidak terjadi.
Seiring dengan pemberlakuan kebijakan PSBB,
pemerintah juga harus terus memberikan edukasi kepada
masyarakat, dan menyerukan kepada para tokoh masyarakat
yang dihormati untuk ikut mengedukasi kepada masyarakat
pentingnya untuk melindungi diri dan keluarga dari terpapar
Covid-19. Komunikasi yang baik dari pemerintah sangat
diperlukan untuk meyakinkan masyarakat bahwa regulasi di
158. Potensi dan Pencegahan Bunuh Diri Masyarakat Perkotaan sebagai...
masa pandemi semata-mata adalah untuk menjaga keselamatan
masyarakat. Integritas kepemimpinan dari para pemimpin
pemerintahan juga harus dibangun agar apa yang diluncurkan
dalam bentuk regulasi dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat, dan dipahami oleh masyarakat sebagai regulasi
untuk kebaikan dan keselamatan rakyat (Purwanto & Arofa,
2021).
Penutup
Untuk menutup tulisan ini, saran dari tim peneliti yang
diketuai oleh Dr. Gabriel Ivbijaro berikut ini patut menjadi
pertimbangan dalam membuat kebijakan pencegahan potensi
bunuh diri di masyarakat, khususnya pada masa pandemi ini.
Ivbijaro et al. (2021) menyarankankan dibentuknya Strategi
Pencegahan Bunuh Diri Nasional oleh semua negara, dan harus
mengantisipasi respons terhadap berbagai bencana, termasuk
pandemi Covid-19 saat ini. Pencegahan bunuh diri adalah urusan
semua orang dan Strategi Pencegahan Bunuh Diri Nasional harus
mengadopsi pendekatan sistem menyeluruh, termasuk layanan
kesehatan mental, dinas sosial, lembaga-lembaga kepedulian
sosial, LSM dan pemangku kepentingan masyarakat lainnya.
Ivbijaro et al. (2021) menegaskan bahwa sesungguhnya bunuh
diri dapat dicegah. Dan oleh sebab itu, sangat penting untuk
memprioritaskan strategi pencegahan bunuh diri pada periode
dan pasca-Covid-19 ini untuk memastikan bahwa nyawa
terselamatkan.
Edi Purwanto. 159
Referensi
Ariefana, P. (2020). Kisah Tragis 3 Pasien COVID-19 Bunuh Diri, Stress Terpapar Corona. Suara Jakarta. https://jakarta.suara.com/ read/2020/09/04/095233/kisah-tragis-3-pasien-covid-19-bunuh-diri-stress-terpapar-corona?page=all
Batty, G. D., Kivimäki, M., Bell, S., Gale, C. R., Shipley, M., Whitley, E., & Gunnell, D. (2018). Psychosocial characteristics as potential predictors of suicide in adults: An overview of the evidence with new results from prospective cohort studies. Translational Psychiatry, 8(22). https://doi.org/10.1038/s41398-017-0072-8
CNN. (2020). Pasien Corona Bunuh Diri, Loncat dari RS Wisma Atlet Jakarta. CNN Indonesia,. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200909213718-20-544676/ pasien-corona-bunuh-diri-loncat-dari-rs-wisma-atlet-jakarta
Durkheim, E. (1951). Suicide. Free Press.
Ernes, Y. (2020). Depresi Usai Dinyatakan Positif COVID, IRT di Tangerang Diduga Bunuh Diri. Detik News. https://news.detik.com/berita/d-5263255/depresi-usai-dinyatakan-positif-covid-irt-di-tangerang-diduga-bunuh-diri
Indirawati, F. (2020). 114 Tentara Amerika Nekat Bunuh Diri Akibat Stress COVID-19. Viva Militer. https://www.viva.co.id/militer/militer-dunia/1308223-114-tentara-amerika-nekat-bunuh-diri-akibat-stress-covid-19
Ivbijaro, G., Kolkiewicz, L., Goldberg, D., N’jie, I. N. S., Edwards, T., Riba, M. B., Švab, I., Geller, J., & Enum, Y. (2021). Suicide prevention and COVID-19. Asia-Pacific Psychiatry, 1–12. https://doi.org/10.1111/appy.12482
160. Potensi dan Pencegahan Bunuh Diri Masyarakat Perkotaan sebagai...
Knowles, J. R. P., Gray, N. S., O’Connor, C., Pink, J., Simkiss, N. J., & Snowden, R. J. (2021). The Role of Hope and Resilience in Protecting Against Suicidal thoughts and Behaviors During the COVID-19 Pandemic. Archives of Suicide Research, 0(0), 1–18. https://doi.org/10.1080/13811118.2021.1923599
Ornell, F., Schuch, J. B., Sordi, A. O., & Henrique, F. P. K. (2020). “Pandemic fear” and COVID-19: mental health burden and strategies. Brazilian Journal of Psychiatry, 42, 232–235.
Patel, A. B., & Kumar, S. (2021). A sociological study of suicide during COVID-19 in India. Mental Health and Social Inclusion, 25(1), 76–87.
Purwanto, E., & Arofa, E. (2021). Law enforcement regarding health protocols during the covid-19 pandemic in Indonesia. International Journal of Law, 7(3), 113–117.
Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2008). Teori Sosiologi. Kreasi Wacana.
Standish, K. (2021). A coming wave: suicide and gender after COVID-19. Journal of Gender Studies, 30(1), 114–118. https://doi.org/10.1080/09589236.2020.1796608
Standish, K., & Weil, S. (2021). Gendered pandemics: suicide, femicide and COVID-19. Journal of Gender Studies, 148(3).
Thea, F. (2021). Banyak yang Bunuh Diri di Jepang Selama Pandemi Covid-19. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20210122180833-4-218135/banyak-yang-bunuh-diri-di-jepang-selama-pandemi-covid-19
Zalsman, G., Stanley, B., Szanto, K., Clarke, D. E., Carli, V., & Mehlum, L. (2020). Suicide in the Time of COVID-19: Review and Recommendations. Archives of Suicide Research, 24(4), 477–482. https://doi.org/10.1080/13811118.2020.1830242
- 161 -
B A B D U A B E L A S
Green Intellectual Capital dan Karakter
Perusahaan dalam Mendukung
Environmental Performance Perusahaan
Grace C. Aninda & Irma P. Sofia
Latar Belakang Masalah
Keberadaan perusahaan di Indonesia saat ini tak dapat
dipungkiri, hal ini ditunjukkan dari meningkatnya jumlah emiten
Masalah pencemaran lingkungan terutama yang banyak terjadi atas kelalaian perusahaan masih sangat banyak terjadi. Hal ini memunculkan banyaknya pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya menjadi tujuan dari keberadaan suatu perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh green intellectual capital dan karakteristik perusahaan terhadap environmental performance. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan seluruh sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mengikuti progran PROPER pada tahun 2016 – 2020, kecuali sektor keuangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel green intellectual capital dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap environmental performance, sedangkan variabel profitabilitas tidak berpengaruh terhadap environmental performance.
“
162. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
di Bursa Efek Indonesia. Peningkatan emiten diakui dapat
memberikan kontribusi bagi masyarakat seperti memberi
lapangan pekerjaan, memenuhi kebutuhan konsumen,
membayar pajak, hingga kegiatan sosial yang saat ini semakin
banyak dilakukan oleh perusahaan. Ternyata dibalik itu semua
perusahaan juga banyak berpartisipasi pada keadaan sumber
daya alam yang semakin langka dan kondisi lingkungan yang
memburuk. Menurut Anggraini (2006) dalam Irawan (2019) hal
ini disebabkan oleh perusahaan dan industri yang lebih
mengutamakan konsep memaksimalkan laba yang berorientasi
pada kepentingan pemilik modal dan menyebabkan eksploitasi
sumberdaya alam dan manusia yang dilakukan perusahaan
mengakibatkan kerusakan lingkungan sehingga mengganggu
kehidupan manusia.
Masalah pencemaran lingkungan terutama yang banyak
terjadi atas kelalaian perusahaan masih sangat banyak terjadi.
Hal ini memunculkan banyaknya pertanyaan mengenai apa yang
sebenarnya menjadi tujuan dari keberadaan suatu perusahaan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada lebih dari 100
orang, termasuk belasan anggota penduduk adat dan perwakilan
dari organisasi bukan pemerintah di Kecamatan Jagoi Babang,
Provinsi Kalimantan Barat, dalam laporan yang
didokumentasikan menunjukan dokumentasi pendirian dan
ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah merugikan
penduduk adat dan mengambil hak-hak mereka atas hutan,
penghidupan yang layak, makanan, air dan kebudayaan, berita
tersebut dirilis dalam humanrightwatch.com pada 2019.
Grace C. Aninda & Irma P. Sofia. 163
Berdasarkan kasus yang dirilis dalam voaindonesia.com
oleh Riski (2017), tertulis bahwa warga penyintas lumpur
lapindo, hingga saat ini banyak yang mengalami masalah
kesehatan yang disebabkan oleh lumpur Lapindo. Salah satu
penyakit yang kerap dialami oleh masyarakat adalah Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Pada beberapa puskesmas
(Pusat Kesehatan Masyarakat) yang berada di sekitar tanggul
kolam penampungan lumpur terdapat peningkatan jumlah
pasien ISPA, hal ini terjadi sejak lumpur Lapindo meluap.
Namun, hal ini sangat disayangkan karena tidak semua
masyarakat maupun warga penyintas yang tinggal di sekitar
Porong mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah.
Dari kasus yang telah disebutkan dapat diketahui bahwa ternyata
terdapat perusahaan yang masih lalai dalam melakukan aktivitasnya
dan akhirnya menimbulkan dampak yang tidak baik pada lingkungan
sekitarnya. Dampak tersebut berseberangan dengan pendapat yang
diutarakan oleh Suratno et al. (2006) dimana tujuan dari kinerja
perusahaan yang sebenarnya adalah menciptakan lingkungan yang
baik. Namun, dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan
justru merusak lingkungan dan menyebabkan warga sekitar yang
terkena dampak penyakit dari kelalaian perusahaan.
Permasalahan mengenai lingkungan saat ini sudah menjadi
perhatian bagi sebagian besar perusahaan baik di tingkat nasional
maupun internasional. Permasalahan lingkungan tersebut sebagian
164. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
besar disebabkan oleh perusahaan yang berada di bidang ekstraktif
yang menyebabkan pencemaran. Pencemaran lingkungan tersebut
dimulai dari pengambilan bahan baku hingga proses produksi.
Akibat dari kegiatan tersebut maka terjadilah kerusakan tanah,
kerusakan ekosistem, polusi udara, polusi air hingga polusi suara.
Dari permasalahan tersebutlah permintaan akan pengungkapan
lingkungan semakin meningkat.
Kinerja lingkungan (Environmental Performance)
Kinerja lingkungan (environmental performance)
merupakan kinerja perusahaan dalam mewujudkan lingkungan
yang baik (Suratno et al. 2006). Suratno et al. (2006) menyatakan
bahwa kinerja lingkungan dapat dipengaruhi oleh kinerja
keuangan perusahaan. Didukung dengan tanggapan dari
Earnhart dan Lizal (2006) kinerja keuangan yang sukses dapat
meningkatkan kinerja lingkungan di masa depan. Kondisi
keuangan berupa kesuksesan ataupun kegagalan keuangan akan
menjadi pertimbangan pihak manajemen dalam melaksanakan
kegiatan perbaikan-perbaikan aktivitas perusahaan di masa
periode berikutnya. Penelitian ini menggunakan kinerja
lingkungan yang merupakan hasil observasi langsung yang
dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup kepada
perusahaan yang kemudian diungkapkan ke dalam laporan
PROPER.
Grace C. Aninda & Irma P. Sofia. 165
Indikator kinerja lingkungan menurut Henri dan Journeault
(2008) merupakan langkah numerik dalam menyebarkan
informasi kunci yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan.
Wang, et al. (2002) dalam Sari dan Ulupui (2014) menjelaskan
mengenai program pengendalian pencemaran berbasis insentif
di China, dimana kinerja lingkungan perusahaan berperingkat
dan dilaporkan kepada pihak publik menggunakan media
dengan peringkat hijau, biru, kuning, merah dan hitam.
Perusahaan besar tentunya akan memiliki aktivitas yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga
dapat menimbulkan pengaruh yang lebih besar pula kepada
masyarakat. Kwarto (2012) menyatakan bahwa pengelolaan
lingkungan mampu menghindarkan perusahaan dari reputasi
buruk dan juga klaim dari masyarakat dan pemerintah sehingga
hal ini dapat meningkatkan keuntungan ekonomi.
Di Indonesia konteks mengenai pentingnya pengungkapan
lingkungan dijabarkan dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas No.40 Pasal 74 Tahun 2007. Dalam UU tersebut
dinyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan. Bersamaan dengan UU tersebut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No.1 (PSAK) paragraf kesembilan juga
mendukung masalah pelaporan pengungkapan lingkungan yang
166. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
menyatakan bahwa perusahaan dapat menyajikan laporan
tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan
laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi
industri yang memegang peran penting faktor-faktor lingkungan
hidup dan bagi industri yang menganggap karyawannya sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Dalam menghasilkan profit tentu suatu perusahaan
memerlukan modal, modal dapat terdiri dari modal sendiri,
modal pemegang saham ataupun modal yang berasal dari
pinjaman pihak lain. Ketergantungan suatu perusahaan kepada
utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan dapat
mempengaruhi kinerja lingkungan. Apabila rasio utang semakin
tinggi maka aktivitas perusahaan dalam mengelola dan
memperbaiki lingkungan akibat dari dampak operasinya akibat
laba dari penjualan perusahaan yang akan dialokasikan untuk
menurunkan resiko keuangan akan menurun.
Sebagai bentuk kinerja lingkungan perusahaan maka
perusahaan menunjukan perhatian dan kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan, maka dari itu perusahaan membuat suatu
pengungkapan aktivitas lingkungan yang tercantum dalam
laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan (Ciriyani,
2016). Dalam laporan keberlanjutan (sustainability report)
informasi mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan bisa
Grace C. Aninda & Irma P. Sofia. 167
didapatkan. Pengungkapan lingkungan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam melakukan aktivitasnya disebut dengan
environmental disclosure atau corporate environmental
disclosure (CED).
Environmental disclosure merupakan bagian dari
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Pengertian
dari environmental disclosure sendiri adalah pengungkapan
informasi dalam laporan tahunan yang berkaitan dengan
lingkungan hidup. Pengungkapan CSR menurut Effendi (2016)
adalah sebuah mekanisme yang dilakukan oleh suatu organisasi
dengan senantiasa memberikan perhatian terhadap lingkungan
baik lingkungan hidup maupun lingkungan sosial pada setiap
operasi atau kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut
Aulia (2015) pengelompokan pengungkapan CSR dibagi menjadi
3 (tiga) bagian yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial, semua
bagian memiliki dampak terhadap aktivitas perusahaan.
Secara umum, Laporan Tahunan perusahaan terdiri dari
pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan sukarela muncul
dari kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitar,
keberhasilan suatu perusahaan tidak dilihat dari laba semata
tetapi juga ditentukan dari kepedulian terhadap masyarakat di
sekitas perusahaan (Ikbal, 2012). Peraturan mengenai
168. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
pengungkapan sukarela tertera dalam Peraturan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK No. 1 Paragraf 12, 2009), yang
menyatakan bahwa “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan
tambahan, seperti laporan mengenai lingkungan hidup, laporan
nilai tambah, khususnya bagi industri di mana faktor-faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang
menganggap pegawai sebagai bagian pengguna laporan yang
memegang peranan penting”.
Kinerja lingkungan (Environmental Performance)
Environmental performance atau kinerja lingkungan
merupakan hasil dari usaha melestarikan dan mengelola
lingkungan Burhany dan Nurniah (2014). Perusahaan yang
kinerja lingkungannya baik akan mendapatkan respon positif dan
pandangan baik dari masyarakat. Hal ini dapat mendorong
ketertarikan investor pada saham perusahaan karena investor
akan lebih tertarik pada perusahaan yang memiliki gambaran
bagus di mata masyarakat (Haryati dan Rihatiningtyas, 2015). Hal
ini tidak luput dari kemampuan perusahaan dalam melakukan
kinerja lingkungan dengan baik.
Kinerja lingkungan dapat terwujud dengan cara memelihara
dan melestarikan alam. Perusahaan yang menghasilkan limbah
residu dari kegiatan produksinya dan perusahaan yang
mempunyai proses bisnis yang berhubungan langsung dengan
Grace C. Aninda & Irma P. Sofia. 169
alam, kinerja lingungan menjadi hal yang sangat vital untuk
dilakukan (Sarumpaet, et al., 2015). Kinerja lingkungan dapat
diukur dengan pendekatan internasional maupun standar
nasional. Pengukuran dengan standar internasional adalah
melalui pendekatan indikatr dalam Global Reporting Initiative
(GRI) G4. Sedangkan untuk pendekatan dengan standar nasional
diwujudkan dengan Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER) yang diselenggarakan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan merupakan kendala sosial yang
dimiliki, tingkat profitabilitas, tingkat leverage, tingkat likuiditas,
umur perusahaan, struktur dewan komisaris, profil perusahaan,
negara tempat berdirinya perusahaan, negara pemilik suatu
perusahaan, dan lain sebagainya (Veronica, 2009).
Karakteristik perusahaan menjadi ciri-ciri khusus
perusahaan yang membedakan perusahaan tersebut dengan
perusahaan lainnya. Karakteristik perusahaan dapat
menjelaskan variasi dari luas pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan
prediktor kualitas suatu pengungkapan (Lang dan Lundholm,
1993).
170. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan alat atau tolak ukur
untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan dimana hal ini
diukur berdasarkan peraturan Bapepam KEP-11/PM/1997
mengenai bentuk dan isi pendaftaran perusahaan besar atau
kecil, mengenai total kekayaan atau total aktiva yang dimiliki
perusahaan menengan atau kecil tidak lebih dari Rp
100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah) dan perusahaan
besar memiliki kekayaan atau total aktiva lebih dari Rp
100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah). Ukuran
perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam segi. Besar
kecilnya ukuran suatu perusahaan dapat didasarkan ada total
nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga
kerja dan lain sebagainya. Semakin besar item-item tersebut
maka akan semakin besar pula ukuran suatu perusahaan (Hilmi
dan Ali, 2008).
Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh perusahaan yaitu
memperoleh laba atau keuntungan. Rasio profitabilitas
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio profitabilitas
dapat memberikan ukuran tingkat efektifitas pada manajemen
perusahaan ditunjukan dari laba yang diperoleh (Kasmir, 2012).
Grace C. Aninda & Irma P. Sofia. 171
Profitabilitas perusahaan merupakan rasio utama dalam seluruh
laporan keuangan karena tujuan utama dari perusahaan
merupakan hasil operasi atau keuntungan. Sedangkan,
keuntungan merupakan hasil akhir dari kebijakan dan
keputusan yang diambil oleh manajemen.
Profitabilitas sangat penting bagi seluruh pengguna
laporan tahunan, khususnya investor ekuitas dan kreditor. Bagi
investor ekuitas, laba menjadi satu-satunya faktor penentu
perubahan nilai sekuritas. Pengukuran dan peramalan laba
menjadi pekerjaan penting bagi investor ekuitas. Sedangkan bagi
kreditor, laba dan arus kas menjadi sumber pembayaran bunga
dan pokok. Berikut rasio-rasio yang digunakan dalam
pengukuran profitabilitas:
Net Profit Margin (NPM)
NPM tergolong dalam rasio profitabilitas, dimana rasio ini
merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva ataupun
saham. Dengan begitu NPM merupakan rasio yang mengukur
presentase setiap nilai penjualan yang tersisa dikurangi dengan
seluruh pengeluaran termasuk pajak (Sartono, 2008). Berikut
rumus pengukuran NPM:
𝑁𝑃𝑀 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑙𝑎𝑛
172. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
Return On Assets (ROA)
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung
keuntungan bersih yang didapat dari penggunaan aktiva (Lestari
dan Sugiharto, dalam (Rinati, 2016). Apabila ROA semakin tinggi
maka semakin baik pula produktivitas aset dalam memperoleh
keuntungan bersih. Secara eksplisit ROA memperhitungkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi
pemegang saham biasa setelah menghitung bunga (biaya utang)
dari dividen saham preferen. Selama perusahaan mampu
meningkatkan laba maka setiap utang mampu meningkatkan
laba dan setiap utang dapat menyebabkan kenaikan pada ROA
dan memberi keuntungan bagi pemegang saham biasa. Angka
ROA disebut baik apabila presentasenya lebih dari 2%. Berikut
rumus perhitungan ROA:
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
Return On Assets (ROE)
ROE adalah salah satu rasio profitabilitas yang
menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang bisa didapatkan oleh pemegang saham
(Yuliastuti, 2009). ROE dihitung dengan cara membagi laba
bersih dengan jumlah ekuitas perusahaan. Secara eksplisit ROE
menghitung kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
Grace C. Aninda & Irma P. Sofia. 173
bagi pemegang saham biasa, setalah dilakukan perhitungan laba
biaya utang dan dividen saham preferen. Bagi investor, ROE
meerupakan hal penting karena menjadi indiktor penting dalam
menilai prospek perusahaan dengan melihat sejauh mana
pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Dengan begitu investor
dapat mengetahui sejauh mana perusahaan yang dapat
menghasilkan laba tinggi, hal ini bisa mempengaruhi harga
saham. Berikut rumus perhitungan ROE:
𝑅𝑂𝐸 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
mengungkapkan peringkat PROPER pada tahun 2016 – 2020,
kecuali sektor keuangan karena perbedaan analisis kinerja
keuangan, dan perusahaan keuangan cenderung melakukan
aktivitas yang lebih berfokus pada kegiatan keuangan, sehingga
diindikasikan akan lebih mempunyai karakteristik perusahaan
(kinerja keuangan) yang berbeda dengan perusahaan sampel
lain (Hanindita, 2017). Periode yang dipilih dalam penelitian ini
adalah lima tahun terahir hal ini karena pada lima tahun tersebut
GRI GSBB (Global Sustainability Standart Board) mulai
memperkenalan GRI Standards yang kemudian diluncurkan
pada tahun 2017 dan GRI Standards mulai efektif berlaku pada
174. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
tanggal 1 Juli 2018 (Pusaka, 2017), alasan lain dipilihnya periode
tersebut karena merupakan data terbaru yang dapat diperoleh
dan diharapkan dengan periode tiga tahun tersebut akan
diperoleh hasil yang baik dalam menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan lingkungan. Pemilihan sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu dengan cara
mengumpulkan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dan
sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria yang
dipertimbangkan dalam pemilihan sampel antara lain sebagai
berikut:
1. Seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
kecuali sektor keuangan.
2. Annual report perusahaan tersedia dan dapat diakses melalui
website www.idx.co.id selama tiga tahun berturut-turut mulai
2016 – 2020.
3. Perusahaan yang mengungkapkan peringkat PROPER
(Penilaian Peringkat Kinerja) dalam Pengelolaan Lingkungan
dari Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2016 - 2020.
4. Menerbitkan sustainability report selama periode 2016 –
2020 dengan standar GRI.
Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial atau uji t dilakukan untuk menguji pengaruh
dari variabel independen yaitu GIC, karakteristik perusahaan
Grace C. Aninda & Irma P. Sofia. 175
yang diwakili oleh ukuran perusahaan dan profitabilitas
terhadap environmental performance secara parsial. Apabila
nilai signifikan uji t < 0.05, artinya variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara
parsial, dan sebaliknya.
Tabel 1 Uji Parsial (t)
Variabel
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
β Std.
Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -.952 .711 -1.339 .189
GIC (X1) 2.281 .610 .497 3.738 .001 .941 1.063
Ukuran Perusahaan
(X2) .181 .055 .444 3.279 .002 .909 1.100
Profitabilitas (X3) .163 .240 .094 .682 .500 .867 1.153
Pengaruh Green Intellectual Capital terhadap Environmental Performance
Dalam penelitian ini GIC diukur dengan pengukuran
berdasarkan penelitian Chen dan Hung (2014) dimana setiap
item yang diungkapkan oleh perusahaan akan diberi skor 1 dan
sebaliknya apabila terdapat item yang tidak diungkapkan oleh
perusahaan akan diberi skor 0. Kemudian jumlah yang
diungkapkan dibagi dengan total dari seluruh kriteria yang
harus diungkapkan. Berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan, didapatkann hasil yang menunjukkan bahwa GIC
176. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
berpengaruh positif terhadap environmental performance
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 pada uji parsial
yakni sebesar 0.001 < 0.05, maka dari itu dapat disimpulkan
bahwa green intellectual capital berpengaruh terhadap
environmental performance.
Uraian diatas sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Chandra dan Augustine (2019), Oktris (2018),
dan Yadiati et al (2019) yang menyatakan bahwa GIC memiliki
pengaruh signifikan terhadap environmental performance.
Menurut Chandra dan Augustine (2019) dengan adanya inisiatif
perusahaan untuk mengelola intellectual capital dengan
memperhatikan lingkungan akan meningkatkan kinerja non
keuangan dengan nilai dari seluruh kegiatan perusahaan baik
produk maupun jasa, bahkan proses bisnis yang dijalankan
dapat meraih penghargaan pada bidangnya, sehingga
kemungkinan besar dapat diakui oleh lembaga terkait.
Kondisi lingkungan saat ini memicu perusahaan untuk
menjadi lebih tanggap dan bertanggung jawab dalam
meningkatkan kepedulian terhadap kondisi lingkungan,
sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kualitas kinerja
lingkungan suatu perusahaan. Hal tersebut didukung dengan
teori RBV dimana reputasi perusahaan dianggap sebagai atribut
penting dalam mendukung tujuan perusahaan dalam hal
Grace C. Aninda & Irma P. Sofia. 177
keberlanjutan dan dengan demikian dapat meningkatkan daya
saing dan kinerja perusahaan (Yadiati et al. 2019).
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Environmental Performance
Dalam penelitian ini variabel ukuran perusahaan menjadi
salah satu perwakilan dari karakteristik perusahaan. Ukuran
perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan melihat jumlah
aset yang dimiliki oleh perusahaan dan kemudian
ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma dengan tujuan
untuk menyamakan variabel lain karena total aset jauh lebih
besar jika dibandingkan dengan variabel lain. Berdasarkan pada
hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap environmental performance. Keputusan tersebut
diambil berdasarkan pada hasil uji parsial, dimana nilai
signifikansi lebih kecil dari 0.05 yakni sebesar 0.002 < 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap environmental performance.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Aulia, 2015), Defitra (2018), dan Ariesandy (2018) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap environmental performance. Menurut Bilbina (2020)
hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai aset perusahaan
mengalami perkembangan dan ukuran perusahaan yang tinggi
178. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
akan cenderung lebih banyak mengungkapkan informasi
mengenai lingkungan dan perusahaan yang memiliki kepedulian
terhadap lingkungan. Apabila perusahaan lebih besar
mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat sekitar, maka
dorongan untuk menjalankan aktivitas lingkungan juga semakin
besar (Tanjung dan Kurnia, 2020).
Pengaruh Profitabilitas terhadap Environmental Performance
Dalam penelitian ini variabel karakteristik perusahaan
juga diwakili oleh profitabilitas dimana variabel ini diukur
menggunakan Return on Equity dengan melihat laba yang
dihasilkan oleh penjualan dan investasi. Berdasarkan pada hasil
pengujian diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap environmental
performance dimana nilai signifikan lebih besar dibandingkan
0.05 pada uji parsial, yaitu sebesar 0.500 > 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
environmental performance.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian oleh Dewi dan
Yasa (2017), Ciriyani dan Putra (2016) dan penelitian oleh
Paramitha dan Rohman (2014) dimana profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap environmental performance.
Alasannya adalah karena hasil observasi yang telah dilakukan
rata-rata dari profitabilitas unit analisis cenderung rendah. Maka
Grace C. Aninda & Irma P. Sofia. 179
dari itu semakin rendah profit yang diterima oleh perusahaan,
maka kemungkinan perusahaan tidak melaksanakan
pengungkapan tanggung jawab lingkungan yang perlu
disampaian oleh perusahaan tersebut (Dewi dan Yasa, 2017).
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas rendah
menganggap bahwa tidak perlu mengadakan pelaporan karena
dianggap akan memerlukan biaya besar dalam pelaksanaannya.
Sedangkan menurut Paramitha dan Rohman (2014) dengan
tingginya tingkat profitabilitas, maka perusahaan tidak perlu
mengungkapkan informasi karena stakeholder akan
melegitimasi perusahaan dan beranggapan bahwa perusahaan
baik untuk diinvestasi.
Pengaruh Green Intellectual Capital, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Environmental Performance
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah GIC,
dan karakteristik perusahaan yang diwakili oleh ukuran
perusahaan dan profitabilitas. Berdasarkan hasil uji statistik
simultan (uji F) diperoleh hasil bahwa variabel dalam penelitian
ini berpengaruh secara simultan terhadap environmental
performance. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar
0.000 yakni lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi 0.05,
dan diperoleh nilai F tabel sebesar 2.86, yang berarti F hitung >
F tabel (8.039 < 2.86).
180. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
Penelitian ini memperoleh hasil nilai koefisien
determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.257 atau setara
dengan 25.7 persen yang artinya sebesar 25.7 persen
environmental performance dapat dipengaruhi oleh GIC, dan
karakteristik perusahaan yang diwakili oleh ukuran perusahaan
dan profitabilitas dan sisanya sebesar 74.3 persen dipengaruhi
oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Keunggulan kompetitif suatu perusahaan dapat
ditunjukkan dari sumber daya dan kemampuan perusahaan
(Barney, 1991 dalam Oktris, 2018), dan disisi lain dalam
mencapai keunggulan yang berkelanjutan tersebut perusahaan
harus memiliki tanggung jawab pada sosial dan lingkungan
(Hart, 1995; Orsato, 2006 dalam Oktris, 2018). Hal tersebut
didukung oleh teori legitimasi dimana suatu perusahaan atau
organisasi akan terus berjalan dan beroperasi secara
berkelanjutan jika masyarakatnya sendiri memiliki kesadaran
bahwa perusahaan atau organisasi tersebut berjalan sesuai
sistem nilai masyarakat (Ahmad dan Sulaiman, 2004). Dengan
kata lain dapat disebutkan bahwa seluruh upaya yang telah
disebutkan dapat dikatakan sebagai bentuk
pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan untuk
stakeholder
- 181 -
B A B T I G A B E L A S
Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap
Perilaku Konsumen Dan Bisnis Dalam
Lingkup Urban
Yohannes Totok Suyoto
Dunia menyaksikan pandemi Covid-19 yang
memaksakan disrupsi yang tidak pernah diramalkan
sebelumnya (Samal et al., 2020). Pandemi Covid-19 bukanlah
krisis normal sehingga keputusan dan kebijakan ekstrim harus
diambil untuk mengendalikan penyebaran penyakit dan
menjaga kehidupan, termasuk diantaranya lockdown total
Pandemi Covid-19 adalah krisis kemanusiaan global yang
mencuatkan situasi kritis. Situasi kritis mendorong
perilaku manusia menuju arah yang berbeda dengan
beberapa aspek keputusan dan tindakan yang tidak
dapat dibatalkan (Metha et al., 2020). Pergeseran
perilaku konsumen memaksa organisasi bisnis untuk
mengambil langkah strategis dalam upaya
mempertahankan eksistensi saat ini dan pertumbuhan di
masa yang akan datang.
“
182. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
ataupun sebagian. Hal ini menimbulkan ketidakstabilan
ekonomi negara karena semua elemen ekonomi terkait dengan
langkah-langkah ekstrim kesehatan masyarakat dan lockdown.
Isyarat ketidakstabilan ekonomi tampak pada perubahan
dinamika pasar dengan tingkat turbulensi yang seringkali tidak
dapat ditoleransi. Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil,
konsumen mengalami transformasi perilaku meskipun seberapa
besar transformasi pada masa kritis akan bertahan masih
menyisakan sebuah pertanyaan (Oana, 2020; Metha et al., 2020).
Transformasi perilaku konsumen mendorong organisasi bisnis
untuk mengambil langkah strategis konkrit untuk
mempertahankan kelangsungan bisnis dan mengambil peluang
pertumbuhan. Pergeseran perilaku konsumen akibat Pandemi
Covid-19 menuntut antisipasi strategis dengan langkah-langkah
implementasi yang persisten bagi setiap bisnis.
Covid-19 pada dasarnya adalah sebuah krisis
kemanusiaan yang tidak dapat dihapus dari sejarah (Tyagi &
Pabalkar, 2021). Eksistensinya menyerang dan menghancurkan
segala sendi kehidupan manusia, bahkan esksistensi ras manusia
itu sendiri. Dua eksistensi, Covid-19 dan manusia, yang tidak
dapat ko-eksistens, hidup dan ada bersama. Keduanya memiliki
fungsi saling meniadakan. Dahsyatnya serangan dan
penghancuran yang diakibatkan, peniadaan manusia, mengubah
perilaku ras manusia itu dalam segala hal. Pandemi Covid-19
mengubah kehidupan manusia sebagai makluk sosial dan
makhluk ekonomikus (Kumar & Abdin, 2020; Sfetcu, 2020),
bahkan makhluk religius (Boguszewski et al., 2020). Sebagai
Yohannes Totok Suyoto.183
makhluk ekonomikus, pergeseran terjadi dalam soal bagaimana
manusia berperilaku dan berdaya-upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Covid-19 mengubah perilaku konsumen
dengan cara yang tidak terdefinisikan dan diramalkan (Tyagi &
Pabalkar, 2021). Seluruh lapisan masyarakat turut menanggung
dampaknya, tidak terkecuali masyarakat yang tinggal di
perkotaan. Disinyalir bahwa lingkungan perkotaan justru paling
banyak menderita sengsara karena virus Covid-19 mendapatkan
ruang lebih leluasa penyebarannya. Padatnya penduduk, jarak
antar rumah berdekatan, dan potensi kerumunan yang sering
tidak terhindarkan menjadi pemicu paling besar penularannya.
Tulisan ini merupakan sebuah refleksi singkat atas Covid-
19 dan dampaknya bagi perilaku manusia dan organisasi bisnis.
Melalui refleksi ini, penulis hendak mencoba memahami realitas
Covid-19 sebagai sebuah krisis kemanusiaan. Pencarian
pemahaman ini dirasa penting menjadi pergumulan agar
manusia mendapatkan fundamen bagi pamaknaan eksistensinya
sendiri secara mendasar. Penulis melanjutkan penelisikan
renungan dengan mencoba melihat akibat Covid-19 terhadap
perilaku manusia sebagai makhluk yang berdaya-upaya
melakukan konsumsi bagi pemenuhan hidupnya. Pemahaman
mengenai perubahan perilaku konsumen menjadi ancangan
untuk sedikit melakukan telaah mengenai implikasi logis
perubahan itu bagi strategi bisnis. Sebagai bagian sendi hidup
fundamental, dunia bisnis dituntut untuk memiliki kecepatan
dalam merespons perubahan dengan menyusun dan
184. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
menjalankan strategi baru yang efektif demi keberlangsungan
bisnis sekarang dan dimasa depan.
Krisis Kemanusiaan Covid-19
Dunia ini tidak hanya sekali ini mengalami bencana
pandemi mengerikan, tetapi pandemi Covid-19 saat ini
merupakan satu krisis kemanusiaan global terbesar yang
tampaknya tidak mudah begitu saja dapat diatasi (Suzaini et al.,
2020; WHO, 2020b). Pandemi dahsyat telah terjadi sebelum
zaman postmodern saat ini. Pandemi-pandemi hebat yang
pernah melanda kehidupan manusia di hampir semua belahan
dunia memang memaksakan perubahan yang menyajikan cerita
derita bagi generasi berikutnya. Peristiwa Black Dath yang
terjadi pada pertengahan abad keempat belas telah
mengakibatkan kematian lebih dari separuh penduduk Eropa.
Pada abad keenam belas, orang-orang Spanyol yang bermigrasi
ke Amerika membawa penyakit Smallpox yang membunuh
sekitar 90% penduduknya. Penyakit Cholera menghantam dunia
pada abad kesembilan belas yang hampir menghabiskan
Sebagian besar penduduk manusia di bumi. Lebih dari separuh
penduduk dunia dihancurkan oleh penyakit Flu yang tidak
mudah dimusnahkan pada saat itu.
Pada abad ini, serangan penyakit AIDS dikabarkan
merenggut nyawa manusia hampir 40 juta di seluruh dunia.
Terbilang lebih dari 100.000 manusia meninggal di seluruh
dunia akibat virus SARS pada tahun 2003 dan Swine Flu pada
Yohannes Totok Suyoto.185
tahun 2009-2010. Itulah sekelumit penggalan dari rentetan
peristiwa serangan virus dan penyakit penghangus kehidupan
yang menandai perjalanan sejarah hidup manusia di bumi. Alih-
alih memaksa kita untuk memandang kematian Ketika berbicara
tentang Covid-19, kita justru ditarik untuk melihat kehidupan
dan merengkuhnya erat-erat melalui rangkaian pikiran, sikap,
dan tata kelakuan yang tepat dan tidak meremehkan terhadap
keganasan Covid-19.
Belum hilang semua ingatan akan sejarah penderitaan
manusia akibat penyakit besar itu, disini dan sekarang sudah
datang Covid-19 dari Wuhan, China, yang kunjungannya tidak
mengenal batas-batal wilayah. Semua belahan dunia yang dihuni
manusia dia hampiri tanpa mengenal diskriminasi ras, budaya,
agama, dan status sosial. Semua yang tidak waspada dicabut
eksistensinya. Semua yang tidak disiplin diambil nyawanya
tanpa menunggu waktu. Kelakuan Covid-19 memang
menggelikan dan menyebalkan. Nyawa manusia dihargai sangat
tidak manusiawi. Bahkan kehadirannya ingin membuat manusia
tidak berharga karena setiap saat harus siap sedia pergi
meninggalkan apa yang dimiliki di dunia ini.
Serangan dahsyat Covid-19 yang tak kenal waktu seakan
ingin memaksa manusia membicarakan kematian disetiap
waktu sebelum dirinya dihantamnya. Covid-19 adalah tragedi
kemanusiaan yang membelah tipis dunia kehidupan dan
kematian manusia. Namun, manusia yang tetap waspada, tetap
berjaga siaga, berani disiplin-patuh, serta mengerti aturan main
186. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
penyelamatan, tampaknya dapat lolos dan terhindar sementara
dari kibasan anginnya. Kelengahan dan kesombongan manusia
menjadi momen penting yang dinantikan Covid-19 untuk
menjauhkannya dari keberuntungan hidup. Tidak ada lagi
keberuntungan bagi manusia bagi Covid-19 bagi yang
menyisakan kecerobohan terhadap Covid-19. Yang membuatnya
beruntung adalah kesadaran dan upaya personal-komunal
dalam menjauhkan jarak antara hidup dan mati. Memang
menghadapi Covid-19, arah permenungan dipaksa berjalan
dalam tingkatan yang paling mendasar, kehidupan dan
kematian. Dihadapan Covid-19, manusia dapat bertahan hidup
tetapi bisa dipaksa melepaskan kehidupan jika tidak memiliki
keutamaan hidup melawan keperkasaannya.
Catatan resmi menunjukkan bahwa Covid-19 menyerang
lebih dari 200 negara di dunia. Kematian yang diakibatkannya
tidak tanggung-tanggung (WHO, 2021). Di seluruh negara yang
terkena pandemi, tercatat 191.148.056 orang yang terserang
Covid-19. Dari jumlah tersebut, sejumlah 4.109.303 manusia
mengalami kematian. Di Indonesia pada tanggal 22 Juli 2021
tercatat 3.033.339 orang terserang virus Covid-19. Sejumlah
2.392.923 dinyatakan sembuh dan 79.032 meninggal dunia.
Catatan jumlah serangan dan kematian di seluruh dunia dan
Indonesia khususnya ini hanya ingin menggambarkan
dahsyatnya dampak pandemi Covid-19 pada kehidupan
manusia.
Yohannes Totok Suyoto.187
Sulit untuk dibayangkan jumlah penyintas dan korban
kematian yang akan menyusul di waktu mendatang mengingat
bahwa diperkirakan Covid-19 tidak mau segera pergi. Ini
menjadi semakin jelas bahwa skala pendemik pada saat ini
membutuhkan refleksi yang serius tentang bagaimana
masyarakat seharusnya menghadapi penyakit menular
semacam ini (Delanty, 2020). Telah banyak penelitian yang
mengangkat pandemi Covid-19 dari sudut pandang kesehatan,
sosial, politik, budaya, agama, dan ekonomi yang memberikan
insight, temuan, dan pelajaran yang sangat menentukan. Itu akan
menjadi catatan penting bagi pemahaman dan bahan praksis
hidup manusia di wilayah hidup sosial dan kerja.
Kesehatan menjadi isu utama dalam konteks pandemi
Covid-19. Kesehatan menjadi prasyarat utama bagi kualitas
hidup manusia. Ditengah isu utama itu, pandemi Covid-19
memberikan dampak besar pada bidang ekonomi. Secara
sederhana, ekonomi merupakan bidang hidup yang berisi
tentang bagaimana manusia berperilaku dalam upayanya
memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan yang dimaksudkan
adalah kebutuhan manusia akan barang dan jasa yang
dikonsumsi demi kelangsungan hidup dalam berbagai bentuk
dan formatnya. Sebagai makhluk yang mengkonsumsi, manusia
membutuhkan barang dan jasa yang dapat memuaskannya dan
oleh karena itu disebut sebagai konsumen. Sebagai konsumen,
manusia melakukan tindakan tertentu agar kebutuhan akan
barang dan jasa itu terpenuhi. Perilakunya sebagai konsumen
188. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
dipengaruhi oleh banyak hal baik yang bersifat internal maupun
eksternal (Tyagi & Pabalkar, 2021).
Ada banyak faktor internal yang mempengaruhi perilaku
konsumen, misalnya kepribadian, usia, jenis kelamin,
pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Faktor-faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah kondisi
sosial, ekonomi, budaya, politik, hukum, agama, teknologi,
lingkungan alam dan sebagainya. Tanpa bermaksud menafikan
faktor eksternal yang lainnya, dengan tegas harus dikatakan
bahwa pandemi Covid-19 saat ini menjadi faktor eksternal yang
paling menentukan perilaku manusia sebagai konsumen.
Perubahan Perilaku Konsumen
Pandemi Covid-19 berdampak besar pada perilaku
konsumen, khususnya mewujud dalam mitigasi kesehatan dan
perilaku konsumsi yang dilakukan konsumen (Miri et al., 2020).
Harus diakui bahwa pandemi Covid-19, secara langsung atau
tidak langsung, menggerakkan terjadi perubahan perilaku
konsumen (Government of Alberta, 2020). Seth (2020)
menyebutkan delapan dampak Covid-19 terhadap perilaku
konsumen, yaitu hoarding, improvisation, pent-up demand,
embracing digital technology, store comes, blurring work-life
boundaries, reunion with friends and family, dan discovery of
talent. Berikut ini diuraikan secara singkat apakah yang
dimaksud dengan setiap perubahan tersebut.
Yohannes Totok Suyoto.189
Hoarding adalah perilaku menimbun barang-barang
penting untuk kebutuhan hidup sehari-hari yang mengakibatkan
kelangkaaan dan persediaan habis (Seth,2020). Perilaku ini
merupakan reaksi spontan dan cerminan rasa panik yang umum
terjadi akibat ketidakpastian akan masa depan. Konsumen
memborong pembelian barang sehingga terjadi kekosongan
barang di pasaran. Kekosongan ini memicu perilaku spekulatif
produsen untuk menaikkan harga barang demi keuntungan
besar yang disisi lain memberatkan kemampuan beli konsumen.
Dampak berikutnya adalah munculnya improvisation,
yaitu reaksi spontan konsumen mengatasi kendala yang
dihadapi. Ketika melakukan improvisasi, konsumen
menciptakan pola perilaku baru yang sesuai dengan keadaan
saat itu dan meninggalkan kebiasaan berperilaku lama yang
biasa dijalankan (Seth, 2020). Prilaku konsumsi yang berbentuk
improvisasi menggambarkan cara baru berperilaku yang tidak
terencana. Tindakan itu bukan bentuk kreativitas melainkan
respons takut terhadap ketidakpastian dan penurunan daya
tahan mental atas beratnya hantaman Covid-19.
Dalam konteks pembelian barang dan jasa, improvisasi
mendapatkan bentuk nyatanya pada panic buying yang beberapa
hari terakhir kita lihat pada perilaku pembelian produk
minuman kaleng instan. Konsumen bertindak membeli produk
dengan mengikuti apa yang dirasakan dalam hati dan tidak
mengindahkan pertimbangan yang panjang (Radjou et al., 2012).
Sungguhpun ini merupakan reaksi spontan yang umum terjadi,
190. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
tetapi akan mengakibatkan konsumen meningalkan kebiasaan
konsumsi lama yang sudah tertanam dalam pola perilakunya.
Memang tetap menjadi pertanyaan apakah ketika pandemi
Covid-19 sudah pergi, konsumen akan kembali pada kebiasaan
konsumsi yang lama?
Pent-up demand adalah perilaku konsumen dimana
konsumen mengambil keputusan untuk menunda pembelian
dan konsumsi barang dan jasa (Seth, 2020). Penundaan
didasarkan adanya krisis dan ketidakpastian dalam ekonomi.
Kondisi krisis mengakibatkan kemampuan dan daya beli
konsumen melemah. Pelemahan daya beli karena pendapatan
yang diperoleh dari sektor ekonomi terganggu. Konsumen
cenderung menahan diri untuk tidak membeli produk yang tidak
mendesak, misalnya mobil, rekreasi, hiburan, perjalanan, dan
sebagainya.
Perilaku pent-up demand tentu mempengaruhi jalannya
roda perekonomian secara lebih luas sebab itu menyebabkan
tidak terjadinya transaksi dan oleh karena itu perputaran uang
melambat. Untuk kategori produk yang tidak penting dan tidak
mendesak, akan terjadi stagnasi perdagangan yang
mengakibatkan penurunan serapan barang dipasaran menjadi
terhambat dan melemah. Sektor industri seperti otomotif dan
jasa perjalanan merupakan sektor-sektor yang paling banyak
menderita kerugian akibat pandemi Covid-19 sebab konsumsi
konsumen diarahkan pada aspek kesehatan. Bahkan sektor
pendidikan tidak lepas dari jeratan pandemic Covid-19, pasalnya
Yohannes Totok Suyoto.191
tidak sedikit orangtua calon mahasiswa lebih memilih untuk
melakukan penundaan kuliah anaknya di pendidikan tinggi.
Pergeseran perilaku konsumen yang paling fenomenal
adalah perilaku penggunaan teknologi digital. Embracing digital
technology adalah kegandrungan konsumen pada teknologi
digital dan kesukaan besar konsumen pada teknologi digital
yang semakin mengesankan kemajuannya itu menjadi solusi
baru di saat pandemic Covid-19 (Seth, 2020). Disaat semua
orang harus mengikuti aturan formal social distancing dan work
from home, perilaku pemanfaatan teknologi digital meningkat
berkali-kali lipat. Aplikasi Zoom atau Google Meet dan
sebagainya yang awalnya tidak menjadi instrumen vital untuk
menjalankan aktivitas, dengan adanya pandemic Covid-19,
mendadak berubah menjadi alat wajib yang memang
memberikan solusi bagi kendala tatap muka.
Banyak sektor industri merasakan manfaat besar dengan
adanya teknologi semacam itu. Misalnya, sektor pendidikan
paling mendapatkan kemudahan bagi proses pengajaran
pendidik dan pembelajaran siswa. Meskipun tingkat efektivitas
tetap menjadi keprihatinan, tetapi dalam kondisi darurat
pandemic Covid-19, intrumen digital seperti itu menjadi
pemecah masalah yang menggembirakan. Itu membuahkan hasil
dimana tidak terjadi kemandegan dalam proses bisnis
pendidikan. Untuk keperluan komunikasi dan hiburan yang lain,
konsumen beralih pada media sosial, seperti whatsapp,
instagram, youtube, dan sebagainya. Meskipun untuk bentuk
192. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
pekerjaan tertentu tidak dapat diselesaikan dengan
pemanfaatan teknologi digital, tetapi setidak-tidaknya teknologi
itu membantu memberikan kemudahan dalam mengatasi
hambatan tertentu. Dengan itu, konsumen ingin
mengedepankan aspek kesehatan dan keselamatan pada tempat
pertama dan utama di tengah pandemic Covid-19.
Pandemi Covid-19 mengakibatkan cara baru dalam soal
mobilitas. Kebijakan “tetap tinggal di rumah” demi kesehatan
dan keselamatan memaksa konsumen untuk tidak melakukan
aktivitas konsumsi di mall, took, pasar, warung, dan sebagainya.
Store comes adalah tindakan konsumen untuk tidak melakukan
transaksi pembelian dan konsumsi barang dan jasa di tempat
penyedia barang dan jasa tersebut (Seth, 2020). Konsumsi
dilakukan di rumah. Sekolah dilakukan secara daring.
Mahasiswa belajar dari rumah. Dosen mengajar dari rumah.
Rapat-rapat untuk urusan kantor juga dilakukan secara online.
Tidak diijinkan ada pertemuan fisik yang mengakibatkan
penyebaran Covid-19 mendapatkan ruang yang leluasa.
Konsumen tidak berinteraksi langsung secara fisik dengan
penjual. Berbagai bentuk aplikasi online, misalnya Gojek, Grab,
Shopee, Tokopedia, Lazada, dan sebagainya memberikan
fasilitas penuh pada perubahan perilaku konsumsi.
Blurring work-life boundaries merupakan kenyataan yang
menggambarkan bahwa konsumen konsumen mengalami
kaburnya batas antara hidup dan kerja (Seth, 2020). Dalam
kondisi normal, konsumen mampu menarik batas tegas antara
Yohannes Totok Suyoto.193
aktivitas kerja dan aktivitas untuk hidup di luar kerja. Di sana
kelihatan jelas jam kerja terjadi di waktu tertentu dan jam untuk
kegiatan hidup keluarga di waktu lainnya. Namun, pandemic
Covid-19 mengaburkan batas diantara keduanya. Yang terjadi
kebanyakan adalah bahwa kehidupan kerja sering kali
dikorbankan untuk mengerjakan hal-hal yang harus diselesaikan
berkenaan dengan urusan pekerjaa.
Tidak sedikit orang merasa bahwa hidupnya menjadi
tidak cukup terperhatikan mengingat waktunya Sebagian besar
bahkan selurunya untuk bekerja. Semua aktivitas harus
dikerjakan dirumah menjadikan orang seakan seperti ‘tahanan
rumah’ yang dirasakan membuat sangat menjemukan dan
menyesakkan. Kegiatan bekerja, berdoa, belanja, bersosialisasi,
dan belajar dilakukan di satu ruang terbatas dan waktu yang
seakan menjadi satu. Keseimbangan antara hidup dan kerja
menjadi persoalan baru yang tidak mudah untuk mendapatkan
solusi karena kondisi eksternal dan internal yang
mengharuskannya untuk ‘bertahan diri di rumah’.
Dampak berikutnya dari pandemi Covid-19 adalah
buntunya konsumen melakukan reunion with friends and family.
Reuni dengan teman dan keluarga di tempat jauh merupakan
kebutuhan sosial dasar yang dirasakan manusia sebagai
makhluk yang kodratnya hidup bersama dengan orang lain.
Ungkapan “No man is and island” menjadi dengan sangat tegas
disadari dan jelas dirasakan oleh setiap orang. Setiap orang
adalah konsumen terhadap relasi dengan orang lain.
194. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
Kebersamaan dengan orang lain yang menjadi momen untuk
narasi diri dan pengalaman tampak dicabut dari hadapan setiap
orang. Orang hanya diberikan kesempatan untuk menghayati
kisah dan pengalaman dengan orang lain dalam interaksi digital
yang sesungguhnya menyisakan hambatan kehangatan dan
keriuhan suasana bersama (Seth, 2020). Banyak orang merasa
menjadi asing dari dirinya sendiri justru karena dia terlepas dan
berda jauh dari orang lain. Itu menandakan bahwa hakekat
hidup sosial, hidup bersama dengan yang lain, menjadi kodrat
natural manusia yang tidak dapat ditolak. Menolaknya berarti
membuat diri menjadi terasing di dalam dunia ini. Kondisi ini
Nampak begitu kuat dialami oleh masyarakat dari budaya timur
yang mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan kesosialan
dalam keseluruhan proses hidupnya.
Dampak terakhir yang menjadi catatan adalah discovery
of talent, yaitu kesempatan personal dimana konsumen dapat
menemukan inti diri dengan segala potensi dan bakat yang
dimiliki (Seth, 2020). Pandemi Covid-19 memaksa konsumen
untuk tinggal di rumah. Itu berarti konsumen memiliki
kesempatan yang fleksibel yang melakukan eksperimen dan
ekplorasi diri. Tidak sedikit konsumen menjadi lebih kreatif
dengan adanya pandemi Covid-19. Yang dulu tidak mengerti
media sosial, kini menjadi sangat mahir menggunakannya. Yang
dulu tidak mampu mengaplikasikan teknologi digital untuk
kepentingan dinas dan pekerjaan, saat ini menjadi sangat akrab
dan suka dengan pemanfaatannya. Konsumen menjadi kreatif
dan inovatif dengan melahirkan berbagai karya unik bagi dirinya
Yohannes Totok Suyoto.195
dan mungkin bagi konsumen lain justru Ketika menyadari
bahwa ‘tinggal di rumah’ membuatnya mampu menemukan
bakat dan potensi terbesarnya. Fenomena ini dapat disaksikan
Bersama dalam berbagai bentuk inovasi, misalnya maraknya
produk Tik Tok, Youtube dengan konten unik, Podcast dengan
bahasan menarik, dan sebagainya.
Pandemi Covid-19 tidak hanya mengubah perilaku
konsumen, melainkan juga mengubah perspektif tentang
konsumen itu sendiri (Tyagi & Pabalkar, 2021). Perilaku
konsumen itu sangat dinamis sehingga itu harus menjadi catatan
bagi pelaku bisnis. Pengetahuan tentang perubahan perilaku
konsumen baik dalam tataran individual maupun komunal
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan perusahaan
dalam mencapai keberhasilan bisnisnya (Svajdova, 2016).
Implikasi bagi Organisasi Bisnis
Krisis akibat pandemi Covid-19 merupakan bencana
global yang secara mendalam mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi dan menantang kemampuan bertahan
perusahaan-perusahaan seluruh dunia (Wang et al., 2020). Tidak
dapat dipungkiri bahwa disrupsi natural telah menghantam
ekonomi global dan mengakibatkan krisis besar bagi perusahaan
dan industri (Prasad & Srivastava, 2021). Krisis besar itu berakar
kuat pada realitas bahwa pendemi Covid-19 mengubah perilaku
konsumen. Perubahan perilaku konsumen mempersempit ruang
gerak pertumbuhan dan perkembangan bisnis (Chronopoulos et
196. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
al., 2020). Diatas sudah dikemukakan bagaimana konsumen
cenderung untuk menunda pembelian produk yang tidak
penting dan mendesak yang jika di kondisi normal pembelian
dan konsumsi terhadap produk tersebut sangat mungkin
terealisasi.
Event historis pandemi Covid-19 telah mengubah
konsumen dan produksi serta rantai pasokan di seluruh dunia
(Larios-Gomez et al., 2021). Menghadapi kondisi upnormal
akibat pandemic Covid-19, perusahaan tentu harus memiliki
kemampuan dan fleksibilitas untuk bergerak dengan cepat dan
tepat. Bukan hanya sekedar cepat memahami keadaan,
melainkan mengambil langkah strategis dan konkrit untuk
mengambil segala peluang yang adan dan menghindari ancaman
yang bisa saja menghantam (Renjini & Joseph, 2020). Ada
beberapa langkah strategis yang dapat menjadi fokus keputusan
perusahaan, yaitu transformasi teknologi dan digital, nilai
human capital, strategi dan kepemimpinan, organisasi dan
budaya, keterlibatan pelanggan.
Organisasi dewasa ini menerima kemajuan sangat
signifikan dibidang teknologi terutama teknologi komunikasi.
Pandemi Covid-19 mempercepat dan memperluas proses adopsi
teknologi dikalangan konsumen dalam skala yang besar.
Kecepatan adopsi itu menuntut organisasi melakukan
transformasi teknologis dan digital. Proses bisnis membutuhkan
teknologi dalam segala aspeknya, mulai dari pengelolaan
operasional sampai dengan penagangan pelanggan. Semua touch
Yohannes Totok Suyoto.197
point dalam proses bisnis mendapatkan sentuhan teknologi yang
salah satunya berwujud teknologi digital. Teknologisasi itu
memungkinkan perusahaan meningkatkan kinerja lebih baik,
artinya lebih masif, cepat, dan akurat. Proses bisnis menjadi
semakin efektif dan efisien. Ambil contoh misalnya bagaimana
perusahaan melakukan survey terhadap kepuasan pelanggan
atau menangani keluhan pelanggan. Adopsi teknologis dan
digital sangat mempengaruhi kinerja perusahaan dalam hal itu.
Atau misalnya bagaimana perusahaan melakukan komunikasi
dengan pelanggan dalam rangka memberikan pelayanan terbaik
guna menciptakan kepuasan dan loyalitas. Proses transformasi
digital tidak bisa tidak harus dilakukan organisasi. Jika tidak
dilakukan, organisasi akan ketinggalan dalam percepatan dan
efisiensi pekerjaaa sehingga tidak mudah memenangkan
persaingan bisnis (Metha et al., 2020).
Transformasi teknologis dan digital dalam organisasi
menuntut bukan hanya perangkat teknologi, melainkan juga
kesiapan sumberdaya yang lain. Pandemic Covid-19 memaksa
perusahaan untuk memiliki kecukupan bukan hanya
sumberdaya keuangan, melainkan juga penyiapan sumberdaya
manusia yang handal. Teknologi bagus tanpa didukung oleh
sumberdaya manusia yang handal tidak akan memberikan
dampak signifikan pada kinerja perusahaan. Sumberdaya
manusia harus memiliki kesiapan yang cukup untuk dilakukan
upgrade dalam penggunaan teknologi dan digital dalam proses
operasi bisnis. Hal ini membutuhkan upaya organisasi bisnis
198. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
melalui serangkaian program pengembangan sumberdaya
manusia yang berkelanjutan.
Teknologi tinggi jika tidak dibarengi dengan sumberdaya
manusia yang siap tidak aka nada gunanya. Transformasi itu
bukan pekerjaan mudah meskipun bukan juga pekerjaan yang
tidak mungkin. Untuk membantu proses teknologisasi dan
digitalisasi organisasi, saat ini terdapat banyak platform yang
adequate dan handal untuk dimanfaatkan. Meskipun ada
platform yang dapat dimanfaatkan untuk teknologisasi dan
digitalisasi dalam organisasi, tidak semua platform menawarkan
keunggulan yang sama. Itulah sebanya mengapa organisasi perlu
memilih dan memanfaatkan platform tertentu dalam
transformasi digital bisnis yang dilakukan. Intinya adalah sejauh
mana kesiapan sumberdaya manusia dipersiapkan dengan baik
dalam organisasi agar transformsi menjadi efektif. Selain
melakukan investasi pada human capital, organisasi harus
menghargai dengan sungguh-sungguh sumberdaya manusia
yang dimiliki. Sumberdaya manusia dinilai tinggi dan diarahkan
untuk secara masif memberikan kontribusi nyata pada
kemajuan organisasi. Mengingat bahwa kedepan teknologi akan
semakin menjadi custom, maka perilaku sumberdaya manusia
juga harus berubah. Skill sets baru yang akan muncul kemudian
harus diantisipasi dan dipersiapkan untuk dikuasai dengan baik.
Di tengah kondisi yang tidak menentu dan permasalahan
semakin kompleks, bisnis harus memiliki strategi yang efektif.
Secara sederhana, strategi adalah rencana tindakan yang
Yohannes Totok Suyoto.199
didesain untuk mencapai tujuan organisasi. Di tengah terpaan
badai pandemi Covid-19, organisasi dituntut untuk menyusun
rencana strategi yang benar-benar jitu agar organisasi mampu
mencapai tujuan yang ditentukan. Penyusunan strategi
membutuhkan kapasitas kognitif intelektual dari sumberdaya
organisasi agar sesuai dengan visi, misi, dan tujuan organisasi
didirikan. Implementasi strategi bisnis membutuhkan
kepemimpinan yang kuat (Sfetcu, 2020). Kepemimpinan
dipahami sebagai kemampuan seorang pemimpin dalam
mempengaruhi orang lain dalam organisasi untuk mencapai
tujuan. Dalam pandemi Covid-19 saat ini sangat dibutuhkan
model kepemimpinan yang efektif, yaitu kepemimpinan yang
mampu menggerakkan dan mengarahkan semua orang dalam
organisasi untuk berhasil mencapai tujuan. Pemimpin tidak
hanya mampu memberikan motivasi, orientasi, dan pelecut bagi
anggota organisasi, melainkan juga teladan konkrit tentang
bagaimana seorang pribadi bertindak berlandaskan keutamaan
kepribadian moral yang mantap.
Dunia bisnis mengalami perkembangan yang begitu cepat
berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia yang
berkembang cepat itu juga ditandai oleh empat ciri kas, yaitu
volatility, ambiguity, complexity, dan uncertainty. Volatility bisnis
ditandai oleh adanya perubahan cepat dan tidak dapat
diramalkan khususnya berkenaan dengan kemungkinan
buruknya. Ambiguity menggambarkan bahwa perkembangan
yang terjadi sesungguhnya tidak menyuguhkan makna tunggal
yang jelas. Dalam bisnis perubahan memiliki makna ganda yang
200. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
tafsirannya tidak mungkin dipadukan. Complexity
memperlihatkan bahwa dunia binis memiliki persoalan yang
rumit dan pelik tersendiri sehingga untuk mendapatkan
rumusan solusi dan pelaksanaan pemecahannya membutuhkan
kemampuan yang kompleks. Uncertainty mencerminkan bahwa
dunia bisnis berhadapan dengan kondisi dan situasi yang tidak
pasti dimasa depan sehingga kemampuan untuk memprediksi
masa depan merupakan kecakapan yang harus dipraktikkan.
Pandemi Covid-19 menambah semakin dinamis perubahannya,
semakin tidak menentu maknanya, semakin kompleks
masalahnya, dan semakin tidak pasti kondisi di masa depan bagi
dunis bisnis (Metha et al., 2020).
Ditengah situasi semacam itu, bisnis harus memiliki
keberanian untuk membangun tata kelola organisasi dan
memantabkan budaya organisasi yang sesuai dengan kondisi
dan situasi sekarang dan dimasa depan. Proses penanaman nilai-
nilai budaya yang baru membutuhkan perencanaan dan
implementasi yang sistematis dan tidak mudah menyerah pada
tantangan yang menghadang karena mengubah perilaku harus
diawali dengan mengubah minset dan sikap. Itu kerap kali
membutuhkan will power dari semua elemen mulai dari struktur
paling bawah sanpai pimpinan puncak.
Pandemi Covid-19 berdampak pada bagaimana strategi
pemasaran direncanakan, dijalankan, dan dievaluasi agar
memberikan value yang tinggi bagi perusahaan. Strategi
pemasaran diarahkan untuk mampu menciptakan value yang
Yohannes Totok Suyoto.201
superior bagi pelanggan, Perlu menjadi perhatian besar tentang
bagaimana pemasar menciptakan pengalaman dan hubungan
dengan pelanggan (Mistrean, 2021; Renjini & Joseph, 2020).
Ditengah beratnya kondisi sosial dan ekonomi saat ini, strategi
pemasaran harus mampu membawa konsumen untuk bersedia
melakukan pembelian, pembelian ulang, bahkan berbicara yang
baik mengenai produk yang dikonsumsi dan merekomendasikan
produk kepada orang lain (Oana, 2020).
Lebih daripada itu, strategi pemasaran dituntut mampu
menggerakkan konsumen untuk memberikan engagement-nya
kepada organisasi. Persoalan besar bagi pemasar adalah
bagaimana caranya menciptakan customer engagement di
tengah kondisi sosial yang mengharuskan setiap orang harus
‘stay at home dan menjaga social distancing serta protokol
kesehatan yang ketat’. Meskipun konsumen ‘harus tinggal di
rumah dan menjaga jarak’ dan seakan menjadi suatu yang
mustahil membuat konsumen bersedia untuk membangun
keterlibatan pada organisasi, pemasar dituntut untuk menyusun
dan menjalankan serangkaian strategi dan program pemasaran
yang efektif (Oana, 2020). Penerapan teknologi digital dalam
proses interaksi dan transaksi dengan konsumen menjadi efektif
dengan menggunakan platform online (Pham et al., 2020).
Penutup
Pandemi Covid-19 merupakan krisis kemanusiaan besar.
Adalah tidak mudah membuatnya musnah atau pergi dari
202. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
hadapan kita. Kehadirannya telah mengakibatkan penderitaan
dan kematian jutaan manusia di seluruh dunia. Meskipun
penampakan dampaknya adalah kesengsaraan dan kematian,
sesungguhnya pandemi Covid-19 memaksa kita untuk melihat
kehidupan dengan lebih serius. Kehidupan manusia tidak boleh
dikalahkan oleh keganasan Covid-19. Manusia ditantang untuk
menjadi lebih concern pada Kesehatan dan keselamatan diri dan
masyarakat. Perlu menjadi catatan penting adalah bahwa
pandemic Covid-19 telah mengubah perilaku manusia sebagai
konsumen. Dalam konteks perilaku konsumen, dampak pandemi
Covid-19 meliputi munculnya perilaku memborong produk,
improviasi, penundaan permintaan, pemanfaatan teknologi
digital, tetap tinggal di rumah, kaburnya batas hidup dan kerja,
tidak mungkinnya kebersamaan secara fisik, dan penemuan
potensi diri. Pergeseran perilaku konsumen membawa implikasi
strategis pada bagaimana organisasi memandang bisninya.
Adopsi konsumen terhadap teknologi menuntut
organisasi melakukan transformasi teknologis dan digital.
Transformasi teknologis dan digital merupakan suatu keharusan
bagi organisasi dewasa ini. Penerapan teknologi dan digitalisasi
harus dibarengi dengan sumberdaya manusia yang handal.
Ditengah kondisi yang tidak menentu dan permasalahan
semakin kompeks, organisasi bisnis harus memiliki strategi dan
kepemimpinan yang efektif. Ditengah lingkungan bisnis yang
ditandai oleh turbulensi, ambiguitas, kompleksitas, dan
ketidakpastian saat ini, perusahaan harus menerapkan sistem
dan budaya organisasi yang sesuai. Meskipun kondisi sosial
Yohannes Totok Suyoto.203
mengharuskan setiap orang harus ‘stay at home dan menjaga
social distance serta protokol kesehatan yang ketat’, pemasaran
harus mampu menciptakan strategi dan program pemasaran
yang mampu mendorong konsumen untuk engage kepada
perusahaan. Engagement pelanggan menjadi momentum yang
sangat bagus bagi pemasar bukan hanya untuk menciptakan
hubungan pelanggan yang kuat.
Referensi
Boguszewski, Rafał, Marta Makowska, Marta Bozewicz, & Monika Podkowi (2020), The COVID-19 Pandemic’s Impact on Religiosity in Poland. Religions, 11, 646; Doi:10.3390/rel11120646
Chronopoulos, Dimitris K., Marcel Lukas, & John O. S. Wilson (2020), Consumer Spending Responses to the Covid -19 Pandemic: An Assessment of Great Britain. The Centre for Responsible Banking & Finance (CRBF) Working Paper Series, School of Management, University of St. Andrews The Gateway, Scotland, United Kingdom. Diunduh dari: http://www.st-and rews.ac.u k/bu siness/rbf/
Delanty, Gerard (2020), Six political philosophies in search of a virus: Critical perspectives on the coronavirus pandemic. LSE ‘Europe in Question’ Discussion Paper Series, LEQS Paper No. 156/2020, 1-18.
Economics and Competitive Branch, Alberta Agriculture and Forestry (2020), Corner Consumer, Covid-19 and Emerging Consumer Behavior. Government of Alberta, August, Issue 58. http://www.iaeme.com/IJM/issues.asp?JType=IJM&VType=11&IType=11
204. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
Kumar, Rahul & Md. Shahnawaz Abdin (2020), Impact of epidemics and pandemics on consumption pattern: evidence from Covid-19 pandemic in rural-urban India. Asian Journal of Economics and Banking, Vol. 5 No. 1, 2-14.
Larios-Gomez, Emigdio, Laura Fischer, Monica penalosa & Mayra Ortega-Vivanco (2021), Purchase Behavior in COVID-19: A cross study in Mexico, Colombia, and Ecuador. Heliyon, 7, 1-12.
Mehta, Seema, Tanjul Saxena & Neetu Purohit (2020), The New Consumer Behaviour Paradigm amid COVID-19: Permanent or Transient? Journal of Health Management, 22, 2, 291–301. DOI: 10.1177/0972063420940834.
Miri, S. M., F. Roozbeh, A. Omranirad & S. M. Alavian (2020). Panic of Buying Toilet Papers: A Historical Memory or a Horrible Truth? Systematic Review of Gastrointestinal Manifestations of COVID-19. Hepatitis Monthly, 20, 3.
Mistrean, Larisa (2021), Behavioral evolution of consumers of banking services in the COVID-19 Pandemic situation. Journal of Corporate Government, Insurance, and Risk Management, Volume 8, Seri 1, 84-100.
Oana, Duralia (2020), The Impact of the Current Crisis Generated by the Covid-19 Pandemic on Consumer Behavior. Studies in Business and Economics, 15, 2, 85-99.
Pham, Van Kien, Thu Ha Do Thi & Thu Hoai Ha Le (2020), A study on the COVID-19 awareness affecting the consumer perceived benefits of online shopping in Vietnam. Cogent Business & Management, 7, 1, 1846882. https://doi.org/10.1080/23311975.2020.1846882
Prasad, Ram Komal & Manish Kumar Srivastava (2021), Switching Behavior Toward Online Shopping: Coercion or Choice During Covid-19 Pandemic. Academy of Marketing
Yohannes Totok Suyoto.205
Studies Journal, Volume 25, Special Issue 1, 1-15.
Radjou, Navi, Jaideep Prabhu, & Simone Ahuja (2012). Jugaad Innovation: Think Frugal, Be Flexible, Generate Breakthrough Growth. United Kingdom: Jossey Bass.
Renjini, D. & George Joseph (2020), Modelling Consumer Behaviour during Pandemics: A Conceptual Model. International Journal of Management, 11, 11, 816-822.
Samal, Ajatashatru, G. V. Rajeshwari & Y. K. Sunitha (2020), The impact of COVID-19 Pandemic on factors Influencing Consumer Behavior: A Study with Reference to Bengaluru. Bioscience Biotechnology Research Communications, Special Issue, Vol. 13, No. 13, 219-223.
Sfetcu, Nicolae (2020), COVID-19 Pandemic – Philosophical Approaches, SetThings. MultiMedia Publishing, November 10, 1-113. DOI: 10.13140/RG.2.2.31039.74405
Sheth, J. (2020), Impact of Covid-19 on consumer behavior: will the old habits return or die? Journal of Business Research, 117, 280–283. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2020.05.059.
Tyagi, Priyadarshani & Vanishree Pabalkar (2021), Impact of Covid-19 Over Purchasing Behaviour of The Consumers. European Journal of Molecular & Clinical Medicine, Volume 08, Issue 02, 561-571.
Wang, Y., A. Hong, X. Li & J. Gao (2020), Marketing innovations during a global crisis: A study of China firm’s response to COVID-19. Journal of Business Research, 116, 214-220.
WHO (2020b). Water, sanitation, hygiene and waste management for COVID-19. Artikel diunduh dari: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technicalguidance/infection-prevention-andcontrol. World Health Organiztion (WHO)
206. Green Intellectual Capital dan Karakter Perusahaan dalam Mendukung...
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technicalguidance/infection-prevention-andcontrol
WHO (2021), Coronavirus Disease (COVID-19) Pandemic. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019?gclid=Cj0KCQjwl_SHBhCQARIsAFIFRVXwLHmwqwhq5hVYouTjaoH-ImXKRXnKg3A_E8YKOTu0Iy8DA6fa0QQaAjpCEALw_wcB
Zaid, Suzaini, Muhamad Afiq Aziz, Raha Sulaiman, Khanom Simarani, Yohanes Totok Suyoto, Eric Lou, & Masoud Esfandiari (2020), Review of Coronavirus transmission in urban clusters: Survival in Water and Wastewater Systems. Journal of Design and the Built Environment, 20, 3, 85-102. http://e-space.mmu.ac.uk/627057/.
- 207 -
B A B E M P A T B E L A S
Indonesian Executives’ Characteristic And
Political Connections On Tax Avoidance:
A Case During Covid-19 Pandemic
Agustine Dwianika, Haryono Umar
Introduction
Discussions about the practice of Tax Avoidance are
always interesting. Almost every country in the world seeks to
maintain and improve public tax compliance, and suppress this
The Covid-19 pandemic has affected various aspects of the
world economy. Maintaining sustainable performance is
the main focus of the company by optimizing various
policies, including state-owned companies in Indonesia.
This study examines the role of executives’ characteristics
and political connections on tax avoidance in this type of
business. The results show that both continue to influence
this practice, both in the timeframe before and during the
ongoing economic downturn.
“
208. Indonesia Executives’ Characteristic and Political Connections on Tax ...
208
practice. Indonesia has many policy agendas that support these
efforts, including a tax amnesty.
Figure 1. Indonesia SPT Submission Ratio Sources: DGT, 2019
The government said the improvement in the compliance
ratio was a combination of increasing taxpayer voluntary
compliance, changes in post-tax amnesty compliance behavior,
as well as increasing taxpayer coverage in the tax administration
system.
In the first 7 months of 2019, according to the
government, the development of the compliance ratio was still
positive at 67.4%. The government projects that the compliance
ratio can be maintained at the level of 70% by the end of the year.
The level of taxpayer compliance getting stronger is the
foundation in efforts to create a sustainable source of income or
sustainable tax revenue (news.ddtc.co.id, 2019).
60,40% 60,70%
72,60%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
2015 2016 2017
Per
cen
tace
Year-End
Indonesia SPT Submission Ratio
Agustine Dwianika, Haryono Umar.209
Tabel 2. Realization of Tax Income (in Billion Rupiahs)
Sources by BPS (2020)
Allegations of efforts to optimize manager's characteristic
and political connections remain strong even for the practice of
tax avoidance in the midst of the COVID-19 pandemic. According
to Prebble et al. (2012), tax avoidance is the act of taking
advantage of existing legal weaknesses to reduce the tax payable.
In line with Prebble, (Dyreng et al, 2008) stating that companies
doing tax avoidance are not always wrong because there are
many provisions in taxes that encourage companies to reduce
taxes, coupled with the existence of unclear legal boundaries
(gray areas) especially for complex transactions.
The lawful nature of tax avoidance makes the government
unable to impose sanctions even when there are indications that
a tax avoidance scheme will be carried out by the company. Wang
(2010) stated that tax avoidance is a tool for tax saving by
diverting resources that should be given to the state to
Receiving
Sources
2017 % 2018 % 2019 %
Tax Income 1,343,529 81 1,518,789 79 1,643,083 81
Non-Tax
Income
311,216 19 409,320 21 386,333 19
Total 1,654,746 100 1,928,110
100 2,029,417
100
210. Indonesia Executives’ Characteristic and Political Connections on Tax ...
210
shareholders so that the after-tax value of the company
increases.
If we examine further, there are several cases involving
Indonesian multinational companies, proven to have committed
tax violations. Take, for example, the case of a tobacco company
owned by British American Tobacco (BAT) suspected of evading
tax in Indonesia through PT Bentoel International Investama Tbk
(RMBA). This alleged fraud was the result of an institution called
the Tax Justice Network (TJN). The next question is, how about
the State-Owned Enterprises sector?
During the covid-19 pandemic, it is interesting to conduct
a study on the executives characteristics of SOEs related to tax
avoidance practices. The leadership character who supports the
company to remain tax-compliant is of course very ideal. Even in
the current economic situation. But is that so? Then what about
the political connections that cannot be separated from this type
of business?
And whether they support the practice of tax avoidance,
or vice versa. Empirical studies to find the answers to these
questions are needed. This study focuses on an empirical study
of the financial statements of SOEs listed on the IDX in the period
before and during the Covid-19 pandemic, which is still rarely
conducted nowadays. That is during 2018-2020. Thus, the
information obtained later becomes a reference for the
government to make special policies for SOEs in the selection of
executives in times of economic difficulties.
Agustine Dwianika, Haryono Umar.211
Agency theory (Jensen & Meckling, 1976), underlies this
issue. Even though it is a state-owned company, there is still a
potential imbalance in the information obtained because the
executive has more information and tends to take appropriate
actions to maximize its utility. Therefore, sometimes certain
policies are known only to the agent without the knowledge of
the government. On the other hand, each individual company
leader as an executive has two characteristics, they are risk taker
and risk averse.
A risk-taker executives will be more willing to take risks
in business because they understand that the higher the risk
taken, the higher the profits gotten. The many benefits offered
such as abundant wealth, high income, promotions and the
granting of authority or power are the motivations for executives
to become increasingly risk takers (Low, 2009); MacCrimmon
and Wehrung, 1990).
SOEs are dominated by political connections. A company
is considered politically connected if at least one of the
shareholders is large (a person who controls at least 10% of the
total shares with voting rights) or one of the satimpu
pimpahsideanus, anauside or a person closely associated with
politicians (Faccio, 2006). The presence or absence of direct
government ownership of the company is an indication of the
presence or absence of political connections (Adhikari et al,
2006; Nugroho, 2011). This is reflected in the financial
statements.
212. Indonesia Executives’ Characteristic and Political Connections on Tax ...
212
Various previous literatures also warmly discussed this
issue in Indonesia. Political connections have been proven to
influence the practice of tax avoidance (Mulyani et al, 2014;
Kadek & Luh, 2017; Likewise, executive character (Adnan, 2017;
Butje & Elisa, 2014; Putu & Made, 2017), has been shown to
influence this practice. how do these two affect tax avoidance in
today's difficult times? The following discussion provides the
answer.
This research observes the financial statements of SOEs
listed on the IDX during 2018-2020, using documentation
techniques. There are 24 companies under observation, and only
20 meet the criteria, with a total sample of 60. The data has
passed the classical assumption test with SPSS version 24
software, and is declared good. The detail this information has
been shown in Tabel 2, which is EC=Executive’s character,
PC=Political Connections and TA=Tax Avoidances.
Table 3. Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EC 60 .00458 .09068 .0474882 .01927376
PC 60 0 1 .67 .477
TA 60 6.03174 59.63552 25.2065548 10.88054778
Valid N
(listwise)
60
Sources : Data processed (2021)
Most of the executive characters in the sample are
relatively small, because the average value is close to the
Agustine Dwianika, Haryono Umar.213
minimum value. PT Semen Indonesia Tbk shows the lowest
executive character value, while the one with the highest
executive character value is PT Wijaya Karya Beton Tbk. There
are 12 companies that have shares ownership by the
government above 20%, while those that do not have shares
ownership by the government above 20% are 8 companies, with
an average value of 0.67, and a standard deviation of 0.477.
Hipotesys results has been shown in Tabel 4 and 5.
Table 4. Coefficient of Determination Test (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .666a .444 .416 .78633 .828
a. Predictors: (Constant), KP, KE
b. Dependent Variable: TA
Tabel 5. Partial and Simultaneus Test Results
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8.531 .662 12.889 .000
EC -14.711 2.674 -.695 -5.501 .000 .894 1.119
PC -.730 .272 -.220 -2.682 .011 .821 1.883
EC_PC -1.223 .335 -.339 -5.574 .000 .624 2.335
Dependent Variable: Tax Avoidance
214. Indonesia Executives’ Characteristic and Political Connections on Tax ...
214
The Effect of Executive Character on Tax Avoidance
Practices
The more executives are risk takers, the lower the Cash ETR
value, which indicates the higher tax avoidance. It can be
concluded that the more executives are risk takers, the higher
the level of tax avoidance (Low, 2009; Carolina et al. 2014). On
the other hand, the more risk-averse executives, the lower the
level of tax avoidance. Research conducted by (Dyreng et al,
2008), (Budiman, 2012), Carolina et al. (2014), (Hanafi, Harto,
2014) concluded that the executive character has a significant
effect on tax avoidance.
The results of the study show that the executives’
characteristics affect the tax avoidance, supported by Carolina et
al. (2014), (Hanafi & Harto, 2014) and (Budiman, 2012) stating
that the executives’ characteristics affect the tax avoidance.
These characteristics can be categorized into two, they are risk
taker and risk averse. The theory of compliance which in the
theory states that compliance with taxation is the responsibility
of the government and the people as taxpayers to fulfill all tax
obligations and exercise their taxation rights. (Low, 2006; Tahar
& Rachman, 2014).
Agustine Dwianika, Haryono Umar.215
Companies having political connections to the government are
proven to have a high level of tax avoidance compared to similar
companies having no political connections. Thus, it can be
concluded that the executives’ characteristics have an influence
on tax avoidance in SOEs listed on the Indonesia Stock Exchange
in 2018-2020.
The Influence of Political Connections on Tax Avoidance
Practices
In previous studies conducted by (Butje & Tjondro, 2014),
and (Hardianti, 2014) and (Praptidewi & Sukartha, 2016), the
results showed that the variables represented by Executives’
Characteristics and Political Connections had a joint effect on Tax
Avoidance. The influence of the Executives’ Characteristics and
Political Connections also plays an important role in the
occurrence of tax avoidance practices.
The executives’ characteristics in a company also has an
important role in viewing the company's risk. Thus, in that risk
what actions will be taken by the manager. Political connection
is a condition in which a relationship exists between certain
parties and parties having position in politics that is used to
achieve certain things that can benefit both parties.
This study uses a political connection variable as
measured by a dummy. Based on the tests that have been carried
216. Indonesia Executives’ Characteristic and Political Connections on Tax ...
216
out, the results show that political connections have a significant
effect on tax avoidance with a significance value less than 0.05
(0.011 < 0.05) in the partial test (t test) so it can be concluded
that H2 is accepted.
The results of this study are in line with the results of tests
conducted by (Hardianti, 2014), (Butje & Tjondro, 2014), and
Utari & Supadmi (2017) stating that political connections affect
tax avoidance. The difficulty of getting investors as funders is not
a big problem for the company. Political connections make it easy
for companies to get loans with extendable credit limits. This can
happen because lenders also receive direct economic support
from the government to which the company is connected and
there is a guarantee from the government that politically
connected borrowers and lenders will be given bailout funds
when they both experience a financial crisis (Faccio, 2006).
The political connection owned by a company makes the
company get special treatment, such as the ease of obtaining a
capital loan, the risk of low tax audits which makes the company
more aggressive in implementing tax planning which results in a
decrease in the transparency of financial statements. Loss of
investors due to a decrease in the transparency of financial
statements can be replaced by the role of the government as the
main funder.
Agustine Dwianika, Haryono Umar.217
Therefore, companies having political connections with
the government in power are proven to have a high level of tax
avoidance when compared to similar companies having no
political connections. The Directorate General of Taxes wants the
government (principal) to be able to collect as much tax as
possible from the company. However, the company as an agent
wants the company to reduce the tax set by the government.
This is supported by agency theory which can be related
to the existence of conditions between government differences
regarding tax collection and differences in company views on
taxes. Thus, political connections have an influence on tax
avoidance in SOEs listed on the Indonesia Stock Exchange in
2018-2020.
The Influence of Executives’ Characteristics and Political
Connections on Tax Avoidance Practices
This study uses executive character variables (EC) and
political connections (PC). Based on the simultaneous test (F
test) that has been carried out, the test results indicate that the
two variables have a simultaneous effect on tax avoidance. It can
be concluded that H3 which states that the executive character
and political connections simultaneously affect tax avoidance is
accepted.
218. Indonesia Executives’ Characteristic and Political Connections on Tax ...
218
Compliance theory was chosen as the theory in this study
because it is closely related to the executives’ characteristics or
attitude of the company leader. If the executives’ characteristic is
risk averse, they will not do tax avoidance. Otherwise, they will
do tax avoidance. With this theory, it is hoped that the executives
can be wise in making decisions and remain obedient to the
applicable regulations.
Conclusion
From this empirical evidence, it can be seen that
executives’ characteristics play an important role in the practice
of tax avoidance in SOEs during the pandemic. If you look at the
direction of the results of data processing, it leads to lowering the
level of tax avoidance practices. Likewise the political
connections that the company has. It can be seen that it affects
the practice of this type of tax, and actually reduces the practice
of tax avoidance. Even these two things together are able to
reduce tax avoidance, even during the current pandemic.
High tax avoidance indicates low tax compliance, the two
things contradict each other. Therefore, the findings on the effect
of these two things on reducing tax avoidance practices are
actually good news for the level of tax compliance during the
pandemic of Indonesian SOEs. For policy makers, this
Agustine Dwianika, Haryono Umar.219
information is important to ascertain the risk of selecting SOE
managers.
That the executives of this company would be better off
having a relationship with the government either directly or
indirectly. This is to facilitate the synergy between the company
and stakeholders, aligning the company's vision, mission and
goals. For this reason, SOEs become truly a form of government-
owned business that contributes highly to the government's
agenda. Lowering the level of tax avoidance, which means it can
improve tax compliance.
220. Indonesia Executives’ Characteristic and Political Connections on Tax ...
220
References
Adhikari, A. D. (2006). Public Policy, Political Connections, And Effective Tax Rates: Longitudinal Evidence From Malaysia. Journal Of Accounting And Public Policy, 25(5), 574595.
Badan Pusat Statistik. 2020. Realisasi Penerimaan Pajak. Available online at https://www.bps.go.id/indicator/13/1070/1/realisasi-pendapatan-negara.html
Budiman, J. &. (2013). Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). prosiding. Simposium Nasional Akuntansi XV.
Budiman, J. d. (2012). Pengaruh Karakteristik Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Artikel.Universitas Islam Sultan Agung, Semarang.
Butje, S. &. (2014). Pengaruh Karakter Eksekutif dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. Tax & Accounting Review, 4(2).
Dewi, N. N. (2014). Pengaruh karakter eksekutif, karakteristik perusahaan, dan dimensi tata kelola perusahaan yang baik pada tax avoidance di bursa efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 6(2), 249-260.
Directorat Goverment of Tax. 2019. Rasio Penerimaan SPT. Availabel online at pajak.go.id.
Dyreng, S. D. (2008). Long-Run Corporate Tax Avoidance. The Accounting Review, 83(1), 61-82.
Faccio, M. (2006). Politically Connected Firms. The American Economic Review, 369-386.
Faccio, M. M. (2006). Political Connections And Corporate Bailouts. The Journal Of Finance, 61(6), 2597-2635.
Gujarati, D. N. (2003). Basic Econometrics. FourthEdition. NewYork: McGraw Hill.
Hanafi, U. &. (2014). Analisis Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Kepemilikan Saham Eksekutif Dan Preferensi Risiko
Agustine Dwianika, Haryono Umar.221
Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan. Diponegoro Journal Of Accounting, 3(2), 1162-1172.
Hardianti, E. P. (2014). Analisis Tindakan Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Yang Mempunyai Koneksi Politik. Jurnal Akuntansi Unesa, 3 (1): 1-25.
I, G. (2018). Aplikasi Analisis Multivarite dengan program IBM SPSS 25. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jensen, M. d. (1976). “Theory Of Firm: Manajerial Behavior, Agency Cost, And Ownership Structure”. Journal Of Financial Economics, 3: 305-360.
Kim, C. F. (2014). Corporate Political Connections And Tax Aggressiveness. Contemporary Accounting Research, Forthcoming.
Leuz, C. &.-G. (2006). Political Relationships, Global Financing, And Corporate Transparency: Evidence From Indonesia. Journal Of Financial Economics, 81(2), 411-439.
Low, A. (2009). Managerial Risk-Taking Behavior And Equity-Based Compensation. Journal Of Financial Economics, 92(3), 470-490.
Mulyani, S. (2014). Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Koneksi Politik Dan Reformasi Perpajakan Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Tahun 2008-2012). Jurnal Mahasiswa Perpajakan, 1(2).
Network, T. J. (2019). Retrieved from https://www.taxjustice.net/wpcontent/uploads/2019/04/Ashes-to-ashes_How-British-American-Tobacco-Avoids-Tax-in-Low-and-Middle-Income-Countries_Tax-Justice-Network_2019.pdf
Paligorova, T. (2010). Corporate Risk Taking and Ownership Structure. Bank Of Canada Working Paper, 2010-3.
Prebble, Z. M. (2010). The Morality Of Tax Avoidance. Swingly, C. S. (2015). Pengaruh karakter eksekutif, komite audit,
ukuran perusahaan, leverage dan sales growth pada tax avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 10(1), 47-62.
222. Indonesia Executives’ Characteristic and Political Connections on Tax ...
222
Utari, N. K. (2017). Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas Dan Koneksi Politik Pada Tax Avoidance. Journal Of Pathology, 179, A45–A45.
Utari, N. K. (2017). Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas Dan Koneksi Politik Pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(2).
- 223 -
B A B L I M A B E L A S
Desain Drop Off Paket Untuk
Menghindari Kontak Langsung Antara
Individu
Faradilla Chika Arienta, Hari Nugraha
Masa pandemi Covid-19 mengharuskan membatasi
interaksi antar setiap orang, banyak pola aktifitas manusia yang
mengalami perubahan salah satunya pola dalam berbelanja
berbagai jenis barang atau kebutuhan pokok. Sebelumnya, pola
Masa pandemi saat ini, terjadi perubahan pola
berbelanja yang sebelumnya didominasi dilakukan
secara langsung berganti melalui ecommerce dan
marketplace, kondisi ini menimbulkan lonjakan
pengiriman paket barang yang signifikan. Masa pandemi
mengharuskan setiap orang untuk membatasi interaksi
antara sesamnya, desain drop off paket dapat menjadi
solusi untuk meminimalisir kontak secara langsung
antara kurir pengiriman paket dengan penerimanya.
“
224. Desain Drop Off Paket Untuk Menghindari Kontak Langsung Antara Individu
224
belanja dengan cara interaksi langsung dengan mendatangi
pusat perbelanjaan (mal atau toko) masih mendominasi
dibandingkan secara online melalui ecommerce atau
marketplace. Saat pandemi sekarang ini, terjadi pola perubahan
komsumsi dari masyarakat yang disebabkan pembatasan
aktifitas masyarakat seperti pemberlakuan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) dan aturan protokol pencegahan
penyebaran Covid-19 yaitu seperti penerapan social distancing.
Social distancing adalah pola interaksi antara individu dengan
cara memperlebar jarak (1 meter) antar setiap individu sebagai
upaya menurunkan peluang penularan Covid-19 (Anung Ahadi
Pradana, Casman, 2020).
Terjadinya perubahan pola belanja masyarakat dari
berbelanja langsung menjadi lebih banyak dilakukan melalui
perantara marketplace dan platform online lainnya
menyebabkan lonjakan pengiriman paket barang. Sebelum
pandemi, lonjakan pengiriman barang biasanya terjadi pada saat
menjelang hari raya, tetapi saat ini, lonjakan tersebut terjadi
secara konstan terutama pada saat menjelang PSBB.
Melonjaknya pengiriman paket tersebut diikuti oleh
meningkatnya perusahaan baru dengan bisnis jasa kurir
pengiriman paket barang.
Faradilla Chika Arienta, Hari Nugraha. 225
Melonjaknya pergerakan paket barang menimbulkan
kecemasan baru, ada yang berasumsi bahawa kemasan paket
dapat menjadi perantara penularan Covid-19, walaupun sampai
saat ini belum dapat dipastikan berapa lama virus Covid-19
dapat bertahan pada permukaan suatu barang terutama pada
permukaan kemasan barang. Menurut Kementerian Kesehatan
RI, virus dapat bertahan pada permukaan benda hingga
beberapa jam, selain itu faktor jenis material, suhu dan
kelembaban lingkungan ikut berpengaruh. Pendapat lain
menyimpulkan bahwa virus Corona masih dapat bertahan hidup
pada permukaan material seperti plastik, kardus dan stainless
steel yang kerap digunakan sebagai pembungkus paket kiriman.
Untuk saat ini, penggunaan disinfektan dapat dilakukan
sebagai cara sederhana untuk menetralisir virus dan bakteri
sehingga dapat mencegah terjadinya penularan Covid-19 dari
permukaan benda kepada manusia. Pencegahan lain yang wajib
dilakukan yaitu hindari menyentuh mata, mulut atau hidung
setelah menyentuh benda atau paket barang, hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Korea Centers for Disease Control and Prevention
menyatakan, bahwa kecil kemungkinan paket dapat menularkan
virus Covid-19, tetapi dapat meningkat resikonya jika setelah
memegang paket tersebut dilanjutkan menyentuh mata, hidung
atau mulut.
226. Desain Drop Off Paket Untuk Menghindari Kontak Langsung Antara Individu
226
Merujuk kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO), paket
yang dikirm oleh kurir pengiriman barang pada dasarnya aman
dari penyebaran Covid-19 apabila penyedia layanan dapat
menjalankan protokol kebersihan selama proses pengiriman
paket tersebut. Sebaliknya penerima paket, diwajibkan untuk
melakukan prosedur pencegahan COVID-19 yaitu seperti cuci
tangan setelah mengambil atau menerima paket.
Sistem pengiriman dan penerimaan barang sebenarnya
telah berkembang sejak lama, dimana terjadi transformasi yang
awalnya lebih didominasi oleh pengiriman surat kemudian
berganti tidak hanya surat tetapi paket barang. Sistem
pengiriman dan penerimaan barang mandiri di luar Indonesia
sudah berkembang cukup lama dan menjadi sistem layanan
standar yang digunakan oleh perusahaan jasa pengiriman paket
barang. Layanan pengiriman dan penerimaan paket mandiri ini
dapat meminimalkan kontak langsung antara kurir dan
penerima atau pengirim paket.
Berdasarkan jenisnya, layanan pengiriman dan
pengambilan paket madiri dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu yang berbentuk station ditempatkan pada area
khusus atau tempat strategis yang terletak di area publik dan
yang kedua yaitu ditempatkan di sekitar rumah atau menyatu
Faradilla Chika Arienta, Hari Nugraha. 227
dan menjadi bagian dari fasilitas yang ada di rumah tinggal atau
apartemen.
Gambar 1. Loker layanan pengiriman dan pengambilan paket mandiri yang terletak di University of Arkansas United States
(Sumber: https://talkbusiness.net/2017/11/university-of-arkansas-only-campus- nationwide-with-ups-package-locker/)
Gambar 2. Loker atau tempat khusus penerimaan paket yang menyatu dengan pintu rumah atau apartement, lokasi di negara Jepang
(Sumber: https://www.reviewmylife.co.uk/blog/2010/06/29/japan-parcel-delivery-box/)
Desain Drop Off Paket
Untuk kota besar di Indonesia, sistem layanan
pengiriman dan penerimaan paket sistem station maupun yang
228. Desain Drop Off Paket Untuk Menghindari Kontak Langsung Antara Individu
228
terintegrasi dengan rumah tinggal belum popular seperti di
negara maju lainnya, walapun ditempat-tempat strategis yang
berlokasi di kota besar seperti Jakarta saat ini mulai
bermunculan drop off paket station yang disebut dengan istilah
smart locker, tetapi penggunanya masih terbatas. Disaat
pandemi saat ini dan berlakunya pembatasan untuk beraktifitas
warga, menghadirkan peluang untuk penyediaan drop off paket
yang dapat terintegras dengan rumah tinggal.
Gambar 3. Smart locker yang disediakan oleh salah satu perusahaan jasa pengiriman paket (Sumber: https://www.paxel.co/id)
Sebelumnya, kotak surat sempat menjadi elemen
pelengkap untuk rumah tinggal, seiring perubahan pola dan
aktifitas masyarakat, kotak surat sudah jarang untuk ditemukan.
Merujuk penggunaan kotak surat untuk tempat tinggal, dan
melihat peluang lonjakan pengiriman paket dengan tujuan
rumah tangga, Drop off paket dengan konsep kotak surat yang
dapat berfungsi ganda sebagai tempat untuk meletakkan dan
menyimpan paket dapat dikembangkan lebih lanjut.
Faradilla Chika Arienta, Hari Nugraha. 229
Sebagai studi kasus yang akan dikembangkan untuk
pembuatan desain drop off ini adalah mengacu kepada standar
ukuran paket kemasan salah satu market place (Shopee) yang
ada di Indonesia. Standar dimensi ukuran tersebut dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Small: dimensi kemasan 22cm X 12cm X 10cm
2. Medium: dimensi kemasan 27cm X 16cm X 15cm
3. Large: dimensi kemasan 20cm X lebar 25cm X 35cm
Dimensi dari desain drop off paket yang akan mengacu kepada
ukuran kemasan paket tersebut.
Konsep desain drop off diawali dengan mengumpulkan
referensi gambar yang digunakan sebagai imageboard untuk
membangun dan mengembangkan konsep bentuk, warna dan
tampilan dari desain drop off yang akan didesain.
Gambar 4. Imageboard sebagai dasar ide desain untuk pembuatan desain drop off
230. Desain Drop Off Paket Untuk Menghindari Kontak Langsung Antara Individu
230
Dari hasil imageboard tersebut, konsep yang diambil
untuk desain droff off yaitu mengambil konsep stilasi bentuk dari
tumbuhan jamur, transformasi bentuk dan penempatannya
berdasarkan dari sistem kotak post surat dan dilengkapi dengan
fitur smart locker yang dioperasikan menggunakan aplikasi
berbasis android untuk membuka dan menutup loker droff off.
Dari hasil pengembangan ide yang didapat dari imageboard
tersebut, selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk sketsa
desain dan dimensi dari desain drop off paket tersebut
ditetapkan berdasarkan standar ukuran kemasan salah satu
marketplace yang ada di Indonesia (Shopee).
Gambar 5. Desain droff off dari hasil pengembangan ide imageboard
Material yang dipilih untuk pembuatan desain drop off
paket ini, yaitu yang memiliki bobot ringan dan tahan terhadap
perubahan kondisi cuaca luar ruangan. Alternatif material yang
Faradilla Chika Arienta, Hari Nugraha. 231
akan dipilih yaitu untuk bagian body droff dibuat dari material
plastik atau fiberglass, untuk bagian pintu depan menggunakan
aklirik transparan. Finishing akhir menggunakan pewarnaan
dengan sistem painting menggunakan jenis pewarnaan dengan
bahan utama Polyurethane.
Proses desain selanjutnya yang dilakukan yaitu
menerjemahkan gambar kerja yang telah dibuat menjadi bentuk
gambar 3D digital, gambar ini selanjutnya digunakan sebagai
acuan untuk melakukan evaluasi desain bentuk droff off paket
secara keseluruhan dan visualisasi secara 3D yang meliputi
tampilan warna, detail, impresi dan dimensi produk. Visualisasi
3D ini selanjutnya digunakan sebagai dasar referensi untuk
guideline dalam pembuatan prototipe droff off paket.
Gambar 6. Visualisasi 3D dari Desain droff off paket
Prototipe Drop Off Paket
Proses tahap berikutnya yaitu pembuatan prototipe dari
desain droff off yang telah selesai dilakukan. Proses pembuatan
232. Desain Drop Off Paket Untuk Menghindari Kontak Langsung Antara Individu
232
prototipe dilakukan oleh UMKM pembuatan produk fiberglass
yang berada diwilayah Tangerang Selatan. Proses pembuatan
prototipe meliputi:
1. Pembuatan rangka body dan dudukan droff off
2. Proses pelapisan permukaan rangka dengan
menggunakan material fiberglass
3. Proses dempul dan penghalusan permukaan fiberglass
4. Proses pewarnaan dasar
5. Proses pewarnaan akhir
6. Proses perakitan komponen droff off
Berikut ini gambar dari proses pembuatan prototipe droff off
paket:
Gambar 7. Proses pembuatan droff off paket
Faradilla Chika Arienta, Hari Nugraha. 233
Tahap perakitan akhir dari pembuatan prototipe droff off paket
ini, yaitu meliputi:
1. Perakitan bagian komponen pintu untuk menyimpan dan
mengambil paket
2. Pemasangan smart lock dibagian komponen pintu
3. Pemasangan bracket pada bagian belakang body untuk
menggantung atau menempatkan droff off paket di
dinding atau tembok rumah.
Hasil akhir dari pembuatan prototipe droff off paket dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Gambar 8. Hasil akhir prototipe droff off paket
234. Desain Drop Off Paket Untuk Menghindari Kontak Langsung Antara Individu
234
Gambar 9. Proses operasional dan membuka atau menutup droff off paket menggunakan smart lock
Penggunaan smart lock pada produk droff off paket ini,
dapat membantu untuk meningkatkan keamanan dalam
penyimpanan paket, sistem operasional membuka penutup droff
off menggunakan perangkat hand phone android. Melalui
aplikasi pada perangkat tersebut, untuk proses membuka
penutup droff off dapat diatur untuk dapat dilakukan hanya oleh
pengirim paket dan penerima paket yang memiliki kode akses
yang terhubung secara wirelless atau dengan cara memindai
kode QR dari aplikasi yang terdapat di hand phone ke perangkat
smart lock. Pengguna dapat merekam aktifitas seseorang saat
membuka atau menutup droff off paket. Fitur lain yang tersedia
diperangkat tersebut yaitu dapat memberikan notifikasi secara
realtime saat kurir paket, membuka dan meletakkan barang
tersebut di dalam droff off paket.
Faradilla Chika Arienta, Hari Nugraha. 235
Gambar 10. Kode QR yang dapat digunakan untuk membuka droff off
Dari hasil prototipe yang telah dibuat dan dilakukan uji
coba operasional penggunaan droff off paket, selanjutnya
dilakukan evaluasi. Hasil yang diperoleh selanjutnya dapat
digunakan sebagai referensi untuk proses pengembangan tahap
selanjutnya untuk perbaikan desain dan sistem operasional dari
droff off paket tersebut. Hasil evaluasi dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Perbaikan dimensi keseluruhan agar paket yang dapat
disimpan di dalam droff off dapat bervariasi
2. Sistem penempatan droff off dapat dilakukan tidak hanya
digantung di dinding rumah atau tembok
3. Bobot droff off dibuat lebih ringan, saat ini prototipe final
memiliki bobot 4kg
4. Sumber listrik smart lock dari baterai, dapat ditambahkan opsi
sumber listrik dapat terhubung langsung ke listrik PLN untuk
backup apabila baterai tidak berfungsi
236. Desain Drop Off Paket Untuk Menghindari Kontak Langsung Antara Individu
236
Prototipe ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk
meminimalkan kontak secara langsung antara pengirim paket
dan penerima paket, dampak positif secara langsung yaitu dapat
mendukung penerapan pelaksanaan protokol pencegahan
penularan Covid-19 yang sampai saat ini masih belum
menunjukkan tanda-tanda pemulihan kondisi.
- 237 -
B A B E N A M B E L A S
Aplikasi Sistem Informasi untuk
Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar,
Mohamad Johan Budiman
Kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
memiliki peranan yang penting bagi perekonomian di Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2008 pasal 3, dinyatakan bahwa tujuan UMKM
membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi
ekonomi yang berkeadilan dengan kegiatan menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya. Pendapatan masyarakat dapat
ditingkatkan dengan adanya UMKM sehingga dapat mengurangi
Menghadirkan aplikasi Sistem Informasi untuk
memfasilitasi pengembangan bisnis dalam Usaha Mikro
Kecil Menengah menjadi salah satu materi penelitian
yang menarik. Tidak hanya tantangan dalam membuat
aplikasi tetapi juga bagaimana memfasilitasi kebutuhan
pelaku usaha dalam penggunaannya.
“
238. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
tingkat kemiskinan (Anugerah & Nuraini, 2021). Namun, dengan
semakin banyaknya UMKM di Indonesia membuat tingginya
persaingan bagi para pelaku usaha agar mampu menghadapi
tantangan global. Hal ini mengharuskan para pelaku usaha untuk
dapat bersaing dengan meningkatkan inovasi dengan
menggunakan teknologi informasi yang semakin berkembang.
Teknologi informasi yang semakin berkembang, dapat
mempengaruhi UMKM di Indonesia. Banyak perusahaan
maupun perorangan yang membuka peluang usaha yang banyak
dicari dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Para pelaku
usaha ini yang tergolong didalam UMKM bersaing secara ketat
dengan menggunakan teknologi informasi yang semakin
berkembang dalam melakukan pencatatan persediaan.
Persediaan merupakan aktiva lancar suatu perusahaan. Apabila
perusahaan tersebut bergerak di bidang perdagangan maka,
persediaan sebagai barang yang disimpan untuk dijual kembali
dalam operasi normal perusahaan (Solihin & Nusa, 2017).
Penggunaan teknologi informasi, dengan perangkat
komputer sangat bermanfaat bagi para pelaku UMKM dalam
melakukan pencatatan persediaan yang lebih terkomputerisasi.
Adanya sistem yang terkomputerisasi dapat mendukung usaha
para pelaku UMKM dapat mengakses data-data persediaan tanpa
ada batasan waktu. Pencatatan persediaan dengan sistem yang
sudah terkomputerisasi mendukung usaha untuk usaha yang
mempunyai lebih dari satu cabang, sehingga dapat mengurangi
resiko kerugian akibat data barang keluar dengan data barang
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 239
yang masuk tidak valid di setiap cabangnya. Dengan ini para
pelaku usaha dapat mengetahui stok barang untuk dijual dan
stok barang yang harus diproduksi untuk dijual kembali.
Kesuksesan UMKM dalam mempertahankan usahanya dilihat
dari peran pelaku usaha dalam mengelola persediaan barang
yang dijual atau diproduksi agar dapat memenuhi permintaan
konsumen secara maksimal dan dapat menghasilkan informasi
yang cepat, tepat, akurat bagi pemilik UMKM tersebut. Untuk
mencapai tujuan UMKM, maka dibutuhkan sistem komputer
dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi.
Berdasarkan uraian diatas, perlu adanya solusi suatu
aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan UMKM yang
berkaitan dengan sistem persediaan data barang. Usaha kecil
yang menjadi contoh adalah usaha milik perseorangan yang
bernama Wita Fotocopy. Mempunyai usaha menjual alat tulis
kantor dan menyediakan jasa printing, scanning, jilid, fotocopy,
laminating dan jasa lainnya. Selain itu, Wita Fotocopy memiliki
dua cabang dan proses pencatatan persediaan barang di ke dua
cabang Wita Fotocopy masih dilakukan secara manual dengan
menggunakan bon kertas. Pencatatan barang melalui kuitansi
hanya berlaku bagi barang-barang yang dibeli owner dari
supplier. Untuk pencatatan persediaan barang di gudang dan
barang keluar yang dibeli pelanggan belum dilakukan
pencatatan. Hal ini menyebabkan seringkali kuitansi yang sudah
dicatat hilang, rusak dan barang yang ada di gudang dengan
barang yang ada untuk dijual tidak sesuai jumlahnya. Dari hasil
240. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
analisis dan perancangan dibuat aplikasi Sistem Pengelolaan
Persediaan (Inventory Management System) berbasis web.
Tujuan dari aplikasi Sistem Pengelolaan Persediaan
untuk dapat mengelola persediaan data barang masuk dan
barang keluar serta kegiatan operasional sehari-hari yang terjadi
dalam UMKM, sehingga informasi cepat, tepat dan akurat
menjadi lebih mudah didapatkan. Melalui aplikasi ini juga dapat
membantu pengelola UMKM untuk melakukan monitor pada
multi cabang dengan melalui satu sistem saja.
Sistem Informasi Pengelolaan Persediaan
Berasal dari konsep Sistem Informasi yang merupakan
sistem yang dibangun untuk diteruskan pada sistem tertentu,
sehingga data yang ada menjadi lebih terkoordinasi (Anggraeni
& Irviani, 2017). Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam
organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan
transaksi harian untuk mendukung fungsi operasional
organisasi yang bersifat manajerial beserta kegiatan strategi dari
suatu organisasi untuk dapat menyediakan laporan-laporan
yang diperlukan oleh pihak luar tertentu (Sutabri, 2012). Sistem
informasi terdiri dari data input yang menghasilkan laporan
output, kemudian diterima oleh sistem lainnya beserta kegiatan
strategi dalam suatu organisasi untuk mengambil tindakan atau
keputusan (Prehanto, 2020).
Dalam kegiatan usaha, persediaan merupakan aktiva
yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 241
untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau
persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan proses
produksi (Vikaliana et al, 2020). Melalui kegiatan persediaan
adalah barang-barang disimpan untuk dijual kembali pada
waktu yang akan datang (Mahmuda & Agustin, 2020).
Pengendalian persediaan sangat diperlukan dengan tujuan
menghasilkan produksi perusahaan menjadi lancar. Jumlah
persediaan yang sedikit atau kurang dari biasanya untuk suatu
produksi dapat mengakibatkan adanya pengurangan jumlah
persediaan pada setiap tahap produksinya (Fitriyani & Siahaan,
2020). Untuk mengatasi masalah persediaan ini perlu adanya
sistem pengelolaan persediaan yang baik.
Sistem Informasi Pengelolaan Persediaan adalah sistem
yang mengelola sekumpulan informasi persediaan barang di
gudang untuk mencapai efektifitas dan efisiensi yang optimal
dalam mengolah informasi terkait persediaan barang gudang.
Sistem ini dapat membantu suatu perusahaan dalam mengelola
data yang diperlukan sebagai bahan evaluasi dalam jangka
waktu yang ditentukan (Maulana, Sadikin, & Izzuddin, 2018).
Dalam implementasinya Sistem Informasi menggunakan
teknologi web internet untuk menyampaikan informasi dan
layanan, kepada pengguna atau sistem/aplikasi informasi
lainnya. Aplikasi tersebut merupakan sistem perangkat lunak
yang mempunyai tujuan utama menampilkan dan memelihara
data dengan menggunakan prinsip-prinsip web seperti hypertext
teknologi. Dalam aplikasi ini menggunakan web server untuk
242. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
memproses data dan mengirimkan data tersebut ke user melalui
internet. Bagian yang menerima layanan server adalah client
pada aplikasi desktop. Instalasi dilakukan dari sisi client, namun
aplikasi web hanya membutuhkan sebuah web browser yang
digunakan hanya untuk manampilkan data yang diterima dari
server (Tahir, 2018). Melalui web server dapat dijalankan sebuah
aplikasi yang menggunakan teknologi browser untuk
menjalankan aplikasi tersebut dan dapat diakses melalui
jaringan komputer dan jaringan internet.
Konsep UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah suatu
usaha produktif yang didirikan sendiri oleh perorangan atau
badan usaha di semua sector ekonomi (Gonibala, Masinambow,
& Maramis, 2019). UMKM memiliki peran penting dalam
perekonomian di Indonesia. Tersedia lapangan pekerjaan
sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran dari jumlah
usahanya yang semakin meningkat. Menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang kriteria UMKM (Khudaefah,
2017) dapat ditunjukkan dari Tabel 1 berikut ini.
Tabel. 1. Kriteria UMKM
No. Uraian Kriteria
Asset Omzet
1
.
Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2.
Usaha Kecil > 50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2,5 Miliar
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 243
3.
Usaha Menegah >500 Juta – 10 Miliar >2,5 Miliar – 50 Miliar
UMKM Wita Fotocopy
Wita Fotocopy merupakan usaha yang bergerak di bidang
barang dan jasa. Dimiliki oleh perseorangan yang tergolong
kedalam jenis usaha kecil. Saat ini Wita Fotocopy sudah memiliki
2 (dua) cabang di daerah Tangerang Selatan. Wita Fotocopy
menjual berbagai macam keperluan alat tulis kantor serta
menyediakan jasa printing, fotocopy, laminating, scan, jilid dan
lain sebagainya. Proses bisnis yang dilakukan oleh Wita
Fotocopy terkait persediaan, pembelian dan penjualan.
Proses bisnis yang berjalan di Wita Fotocopy terdiri dari
Pembelian (Purchase), Persediaan (Inventory) dan Penjualan
(Sales). Awal jalannya proses bisnis tersebut dimulai ketika
Pemilik melakukan pembelian barang dari supplier untuk dijual
di toko. Supplier memberikan kuitansi barang-barang yang dibeli
Pemilik, kemudian kuitansi tersebut disimpan di toko sebagai
dokumen persediaan barang. Proses penjualan dilakukan oleh
Pegawai toko yang melayani pelanggan dalam melakukan
pembelian barang di toko. Pegawai akan memberikan kuitansi
kepada pelanggan sebagai dokumen persediaan data barang
yang keluar. Proses pencatatan persediaan barang terjadi jika
ada barang masuk atau barang yang dibeli dari supplier dan
barang keluar yang dibeli oleh pelanggan.
244. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
Jika jumlah barang yang ada di toko semakin sedikit
persediaannya dan persediaan barang digudang habis, maka
Pegawai langsung menghubungi Pemilik untuk membeli atau
memesan barang dari supplier. Pencatatan persediaan barang
dilakukan berdasarkan dari adanya kuitansi pembelian barang-
barang dari supplier. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Pemilik Wita Fotocopy dapat disimpulkan bahwa belum adanya
pencatatan persediaan barang masuk dan barang keluar yang
menyebabkan nominal pemasukan yang didapat dari barang
keluar dengan persediaan barang menjadi tidak sesuai
jumlahnya dan monitoring persediaan barang di ke dua cabang
Wita Fotocopy belum dilakukan dengan cara yang efektif dan
efisien. Hasil analisis proses bisnis pencatatan persediaan
digambarkan dalam bentuk Activity Diagram yang terlihat pada
Gambar 1.
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 245
Gambar 1. Proses Bisnis Berjalan UMKM Wita Fotocopy
Dari hasil analisis alur proses bisnis persediaan terlihat
adanya masalah : 1) Pencatatan persediaan barang dilakukan
ketika membeli barang dari supplier saat persediaan barang
246. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
digudang tidak tersedia secara tidak menentu. 2) Tidak ada
laporan persediaan barang yang terstruktur.
Pencatatan persediaan barang merupakan hal penting
untuk dilakukan bagi pelaku usaha. Jika dibuat dan diolah
dengan baik akan menghasilkan informasi yang valid terkait
persediaan barang yang masuk maupun barang keluar.
Informasi yang valid berguna bagi pemilik usaha sebagai acuan
dalam mengambil keputusan terkait persediaan barang. Analisis
kebutuhan sistem dilakukan dengan wawancara dengan Pemilik,
yang dijelaskan lebih detail ke dalam bentuk elisitasi kebutuhan
yaitu mengetahui apa saja kebutuhan pengguna terhadap
aplikasi, dapat ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Elisitasi Final
Functional
Analisa Kebutuhan, Saya ingin sistem dapat:
1 Menampilkan form Login
2 Menampilkan Dashboard
3 Menambahkan product
4 Melakukan input, update dan delete product
5 Menampilkan data product dari Werehouse A dan Werehouse B
6 Menampilkan Inventory Reports
Non Functional
Analisa Kebutuhan; Saya ingin sistem dapat:
1. Sistem user friendly
Berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang ada
dibuat perancangan pada modul persediaan dengan tujuan
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 247
untuk memudahkan UMKM dalam membuat pencatatan
persediaan barang sehingga dapat menghasilkan informasi yang
valid. Pencatatan persediaan pada aplikasi berbasis web yang
akan dirancang meliputi pencatatan Warehouse, pencatatan
Product Cabang dan pembuatan Inventory Reports. Dengan
adanya pencatatan persediaan barang dapat menghasilkan
informasi yang cepat, tepat dan akurat. Dari Informasi tersebut
menghasilkan laporan persediaan bagi pemilik UMKM dari
kedua cabangnya.
Metode yang digunakan dalam membuat perancangan
aplikasi pada penelitian ini adalah menggunakan metode Object
Oriented Analysis Design (OOAD). Metode ini merupakan metode
terstruktur untuk menganalisis, merancang sistem dengan
menerapkan konsep yang berorientasi pada objek. Untuk
menggambarkan proses perancangan sistem yang akan dibuat
menggunakan metode Unified Modeling Language (UML) yang
terdiri dari: Use Case Diagram, Spesifikasi Use Case, Activity
Diagram, Class Diagram dan Sequence Diagram.
Use Case Diagram pada Gambar 2., menggambarkan
aktivitas yang dapat dilakukan oleh aktor. Terdapat dua aktor
yaitu: Pemilik dan Pegawai, kedua aktor digeneralisasikan
sebagai User. Aktivitas dalam Use Case Diagram: 1) Login, untuk
dapat mengakses aplikasi, seluruh aktor harus melakukan login
terlebih dahulu. Aktor melakukan login dengan cara input
username dan password pada form login. 2) View Dashboard,
bila user sudah berhasil login, maka akan tampil grafik
248. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
perbandingan barang yang masih tersedia dan barang yang
sudah terjual dari kedua cabang. 3) Product, pada menu ini aktor
dapat melakukan input data barang untuk dijual sesuai data
product yang ada di warehouse, maka pada halaman product
aktor juga dapat melakukan edit dan delete product di halaman
yang sama. 4) Warehouse, pada menu ini aktor melakukan input
data barang masuk untuk disimpan di gudang atau untuk dijual
Kembali. Aktor juga dapat melakukan edit dan delete data
barang. 5) Inventory Reports, pada menu ini aktor dapat melihat
jumlah barang masuk dan jumlah barang keluar sesuai periode
waktu yang diinginkan.
Gambar 2. Use Case Diagram
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 249
Tampilan Web
Berdasarkan analisis perancangan sistem yang telah
dibuat sebelumnya. Aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan
Persediaan berbasis web, dirancang desain tampilan untuk
halaman Login, Dashboard, halaman Product, halaman
Warehouse dan halaman Inventory Report. Pada halaman Login
aktor melakukan input username dan password pada akun yang
telah terdaftar. Masing-masing aktor memiliki username dan
password yang berbeda sesuai hak aksesnya. Tampilan halaman
Login dapat dilihat pada Gambar 3
Gambar 3. Tampilan halaman Login
Setelah aktor berhasil melakukan Login, sistem
menampilkan halaman dashboard berupa grafik perbandingan
persdiaan barang pada cabang A dan cabang B. Pada Gambar 4
merupakan grafik perbandingan product terjual dan product
tersedia pada product dari kedua cabang. Pada Gambar 5
merupakan perbandingan product di warehouse dari kedua
cabang.
250. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
Gambar 4. Tampilan Dashboard Perbandingan Product
Gambar 5. Tampilan Dashboard Perbandingan Product di Warehouse
Pada halaman Product cabang terdapat list product yang
telah tersimpan di dalam database. Hanya product yang terdapat
di cabang yang tampil di halaman Product cabang. Data yang
ditampilkan berupa kode product, nama product, stock product
dan harga product. Pada halaman product terdapat juga button
Tambah Product, Update Product, Delete Product dan Search
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 251
Product. Aktor dapat melakukan tambah product sesuai dengan
product yang ada di Warehouse cabang. Button update product
untuk mengubah data product, button delete untuk menghapus
product dan search product untuk mencari product yang di
inginkan. Tampilan halaman product dapat dilihat pada Gambar
6.
Gambar 6. Tampilan halaman Product Cabang
Halaman Warehouse cabang hanya dapat diakses oleh Pegawai
cabang. Product yang terdapat pada warehouse merupakan
product yang ada di gudang, product yang disimpan untuk
persediaan dan untuk dijual kembali. Pada halaman warehouse
terdapat button tambah data untuk menyimpan data barang
masuk, button update untuk mengubah data product, button
delete untuk menghapus product dan search untuk mencari
product sesuai keinginan. Tampilan Warehouse dapat dilihat
pada Gambar 7.
252. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
Gambar 7. Tampilan Halaman Warehouse Cabang
Perancangan masukan (Input) merupakan interface yang
digunakan aktor untuk menyimpan data ke dalam database.
Penulis membuat rancangan masukan berupa form tambah
product dan form update product pada saat aktor akan
melakukan input data product pada sub-menu Poduct dan
Warehouse. Aktor dapat melakukan input product sesuai
product yang telah di input pada warehouse. Tampilan form
tambah product pada halaman Product dapat dilihat pada
Gambar 8.
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 253
Gambar 8. Tampilan Tambah Product
Tampilan Tambah Product Warehouse digunakan ketika aktor
ingin melakukan input data product di Warehouse. Product yang
diinput pada warehouse adalah product yang di simpan di
gudang dan dapat di input kembali pada sub-menu product.
Tampilan halaman input product di Warehouse dapat dilihat
pada Gambar 9.
254. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
Gambar 9. Tampilan Halaman Tambah Product Warehouse
Perancangan keluaran merupakan hasil akhir yang dihasilkan
dari suatu proses yang dijalankan. Dokumen yang dihasilkan
tersimpan di dalam database dan dapat diunduh oleh aktor
dalam bentuk pdf. Pada modul persediaan dokumen akhir yang
dihasilkan berupa inventory report dari kedua cabang. Dokumen
inventory report yang dihasilkan mengenai barang yang masuk
dan barang yang keluar sesuai periode waktu yang diinginkan,
yaitu: mingguan dan bulanan. Dokumen tersebut dapat dilihat
oleh aktor, seperti dapat dilihat pada Gambar 10.
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 255
Gambar 10. Inventory Reports
Implementasi Sistem
Tahap implementasi merupakan tahap dalam mengoperasikan
sistem. Pada tahap ini juga bertujuan untuk memastikan
tercapainya suatu tujuan. Implementasi yang dilakukan pada
perancangan modul persediaan dengan melakukan pengujian
sistem atau testing, yang bertujuan untuk memeriksa apakah
terdapat bugs atau error yang dapat menganggu jalannya sistem.
Pengujian dilakukan dengan cara memeriksa hasil input yang
telah dilakukan akan menghasilkan output yang di inginkan. Saat
sudah terbukti tidak ada bugs atau error, tahap selanjutnya
adalah melakukan implementasi aplikasi agar dapat digunakan
oleh user. Tabel berikut ini merupakan rancangan testing yang
dilakukan oleh penulis yang dapat dilihat pada Tabel 3.
256. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
Tabel 3. Rancangan Testing
No. Test Name Test Steps Expected Result Status
1 Login 1.Mengakses
aplikasi
2.Input username dan password
3.Klik button Login
Menampilkan dashboard
True
2 Input Data Product
1.Mengakses Aplikasi 2.Klik menu master data 3.Klik sub-menu product 4.Klik button tambah product cabang 5.Mengisi form product 6.Klik submit
Menyimpan data product cabang ke dalam database
True
3 Edit Data Product
1.Mengakses aplikasi 2.Klik menu master data 3.Klik sub-menu product 4.Klik button edit product 5.Mengisi form edit 6.Klik submit
Menyimpan perubahan data product ke dalam database
True
4 Delete Data Product
1.Mengakses aplikasi 2.Klik menu master data 3.Klik sub-menu product 4.Klik button delete
Menghapus data product dari database
True
5 Input Data Warehouse
1.Mengakses Applikasi 2.Klik menu master data 3.Klik sub-menu warehouse 4.Klik button tambah product
Menyimpan data product pada warehouse
True
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 257
5.Mengisi form product pada warehouse 6.Klik submit
6 Edit Data Warehouse
1.Mengakses Applikasi 2.Klik menu master data 3.Klik sub-menu warehouse 4.Klik button edit product 5.Mengisi form edit 6.Klik button submit
Menyimpan perubahan data ke dalam database
True
7 Delete Data Warehouse
1.Mengakses Aplikasi 2.Klik menu master data 3.Klik sub-menu warehouse 4.Klik button delete
Menghapus data product di warehouse dari database
True
Kesimpulan
Aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Persediaan
berbasis web telah dibuat untuk dapat dimanfaatkan oleh pelaku
UMKM berdasarkan analisa kebutuhan pada UMKM Wita
Fotocopy. Berdasarkan hasil analisis dan perancangan yang
dilakukan, aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Persediaan
dapat mengelola persediaan data barang masuk dan barang
keluar serta kegiatan operasional dengan melakukan pencatatan
persediaan yang terdiri dari pencatatan data product pada setiap
cabang, pencatatan data product di warehouse dari setiap
cabang, sehingga dapat menghasilkan informasi yang tepat dan
akurat terkait persediaan barang bagi pemilik UMKM. Untuk
258. Aplikasi Sistem Informasi untuk Pengelolaan Usaha Mikro Kecil Menengah
rencana pengembangan sistem, selanjutnya yaitu: 1)
Mengembangkan modul Sales dan modul Purchase agar saling
terintegrasi dengan modul Persediaan. 2) Melakukan
pemeliharaan sistem secara berkala untuk menghindari bugs
yang akan menganggu jalannya sistem saat digunakan.
Referensi
Anggraeni, E. Y., & Irviani, R. (2017). Pengantar Sistem Informasi. CV. Andi Offset, Yogyakarta: Indonesia.
Anugerah, F. N., & Nuraini, I. (2021). Peran UMKM Dalam Menanggulangi Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur . Jurnal Ilmu Ekonomi (JIE), Vol. 5, 27- 41.
Fitriyani, E., & Siahaan, M. (2020). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode EOQ Pada PT. SIGMA Indonesia MFG. Journal of Management, Volume 1, 102-106.
Gonibala, N., Masinambow, V. .., & Maramis, M. T. (2019). Analisis Pengaruh Modal dan Biaya Produksi Terhadap Pendapatan UMKM di Kotamobagu. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 19.
Khudaefah, I. (2017). Analisis Yuridis Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Dalam Prespektif Hukum Islam, Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri "Sultan Maulana Hasanuddin" Banten.
Mahmuda, Q. A., & Agustin, W. S. (2020). Analisis Pengendalian Internal Persediaan Bahan Baku Terhadap Aktivitas Produksi. Jurnal Mahasiswa Akutansi (JAMAK), Vol 1, 111-121.
Martha Veronica, Johannes Hamonangan Siregar, Mohamad Johan Budiman. 259
Prehanto, D. R. (2020). Buku Ajar Konsep Sistem Informasi. Surabaya: Scopindo Media Pustaka, Surabaya: Indonesia.
Solihin, H. H., & Nusa, A. A. (2017). Rancang Bangun Sistem Informasi Penjualan, Pembelian dan Persediaan Suku Cadang Pada Bengkel Tiga Putra Motor Garut. Jurnal Infotronik. Vol. 2 No. 2.
Sutabri, T. (2012). Analisis Sistem Informasi. CV Andi Offset, Yogyakarta: Indonesia.
Tahir, M. A. (2018). Implementasi Ajax pada Aplikasi Index Artikel Berbasis Web. Jurnal Ilmiah Sistem Informasi dan Teknik Informatika "JISTI". Vol. 1 No. 2, 60-68.
Vikaliana et al, R. (2020). Manajemen Persediaan. Bandung: CV. Media Sains Indonesia, Bandung: Indonesia.
261
TENTANG PENULIS
Dr Sri Wijayanti, M.Si merupakan
pengajar di prodi Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Jaya. Ia
mempercayai disiplin ilmu komunikasi
dan interaksinya dengan perspektif
disiplin ilmu lainnya melahirkan berbagai
kajian yang dapat digunakan sebagai
pisau analisis berbagai persoalan sosial
yang ada ditengah masyarakat. Salah
satunya terkait dengan kajian
komunikasi persuasi narasi.
Naurissa Biasini merupakan dosen di
Universitas Pembangunan Jaya Program
Studi Ilmu Komunikasi. Bersama tim
dosen di prodi, Bias menjalankan
program pengabdian masyarakat bidang
Komunikasi Lingkungan terkait Food
Waste. Hal ini sejalan dengan warna
program studi yaitu komunikasi media
baru dan komunikasi lingkungan, serta
sesuai dengan roadmap pengabdian
masyarakat program studi.
Clara Moningka, Dosen tetap di Program
Studi Psikologi, UPJ. Saat ini sudah
menulis beberapa buku, termasuk buku
ajar Psikologi Sosial bersama tim,
kontributor Buku Himpsi, dan handbook
Internasional. Ia juga berperan sebagai
anggota komisi etik KPIN, reviewer Jurnal
Psikologi Ulayat, Biopsikososial, Journal
of Social and Political Psychology dan
Editorial board Jurnal Widyakala.
Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo,
menyelesaikan S1 Psikologi di
Universitas Indonesia 1994-1999, Gita
menjadi jurnalis Majalah Tempo lalu
koresponden di London seraya studi S2
Understanding and Securing Human
Rights di School of Advanced Studies
Institute of Commonwealth Studies
University of London dengan beasiswa
Chevening Award. Gita bergabung di PSI
UPJ sejak 2011, dan sejak Juli 2019
menjabat sebagai Kepala LPMU.
Runi Rulanggi, pengamat isu-isu
kesehatan mental, pendidikan, keluarga
dan disabilitas.
263
Talitha Engrasia Antyesti, Mengambil
jurusan Akuntansi semasa kuliah
membuat saya semakin memahami apa
itu laporan keuangan dan bagaimana cara
mengelola financial sesuai dengan
standar akuntansi yang benar. Saya pun
turut berkontribusi dalam berbagai
kegiatan organisasi kampus dan
dipercaya untuk mengelola bagian
keuangan sehingga acara berjalan dengan
sukses.
Dr. Yohanes Totok Suyoto, S.S., M.Si.,
CPMA. adalah dosen dan peneliti di
Program Studi Manajemen Universitas
Pembangunan Jaya. Bersama kolega, ia
menulis buku seperti "Bunga Rampai
Manajemen" dan "Manajemen
Pemasaran". Berkolaborasi dengan
peneliti dari dalam dan luar negeri, ia
menghasilkan sejumlah artikel yang
diterbitkan di jurnal nasional dan
internasional terindeks.
Suci Marini Novianty, Seorang dosen di
Prodi Ilmu Komunikasi, memiliki
ketertarikan pada dasar - dasar
komunikasi, komunikasi interpersonal,
digital, dan politik
Dr. Edi Purwanto adalah Dosen
Manajemen Strategis dan Metode
Penelitian Bisnis pada Program Studi
Manajemen, Universitas Pembangunan
Jaya. Ia juga menjabat sebagai Kepala
Lembaga Penelitian & Pengabdian
Masyarakat (LP2M) UPJ. Penulis
sejumlah buku, artikel di media massa,
dan banyak jurnal
Agustine Dwianika, A Doctor of
Economics with a concentration in
Accounting who started her career as a
practitioner in Finance, Accounting and
Tax for more than 15 years. Focused on
teaching tax since 2016. Passionate about
research in the field of tax studies,
intellectual capital, leadership and
organizational culture with various
grants both from within and outside the
country.
Faradilla Chika Arienta biasa dipanggil
Chika, umur 20 tahun, merupakan
mahasiswi Desain Produk angkatan
2019.
265
Drs. Johannes Hamonangan Siregar
M.Ed., Ph.D, dosen Program Studi Sistem
Informasi, Universitas Pembangunan
Jaya. Menyelesaikan pendidikan S1 di
Universitas Indonesia, S2 di Yokohama
National University dan S3 di University
of Tsukuba Japan. Mengajar mata kuliah
Dasar Logika Matematika, Sistem Basis
Data, Knowledge Management,
Keamanan Informasi dan Administrasi
Jaringan.
Dr Anil Dawan adalah seorang Doktor
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Sebagai Dosen yang mengajar di Prodi
Manajemen untuk matakuliah Perilaku
Organisasi, Penelitian Bisnis, Statistik
Bisnis, Manajemen Operasional dan
Kepemimpinan serta Komunikasi Bisnis.
Memiliki hobby membaca, dan menulis
serta melakukan research kualitiatif.
Beberapa tulisannya dimuat di beberapa
media online nasional dan daerah.
Irma Paramita Sofia, Lahir di Malang, 13
Juni 1982, penulis lulus dari Fakultas
Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas
Brawijaya pada tahun 2004 dan
melanjutkan studi ke Magister Akuntansi
Universitas Indonesia dan memperoleh
gelar Magister Akuntansinya pada tahun
2006. Penulis menamatkan Program
Doktor Ilmu Ekonomi pada Universitas
Trisakti, Jakarta pada Tahun 2021.
Fitriyah Nurhidayah, SE, M.Si. Lahir di
Jakarta, 28 November 1973.
Menyelesaikan studi S-1 dan S-2 di
Universitas Trisakti Jakarta pada
Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen
konsentrasi Keuangan dan pada Program
Pascasarjana Magister Akuntansi.
Perjalanan karir dosen dimulai dari tahun
1998 sebagai Dosen Luar Biasa di Sekolah
Tinggi Pariwisata Sahid, pada 2000
menjadi Dosen Luar Biasa di Sekolah
Tinggi Pariwisata Trisakti dengan
mengampu beberapa mata kuliah terkait
Akuntansi, Keuangan dan Manajemen
267
TENTANG PENYUNTING
Dr. Edi Purwanto adalah Dosen
Manajemen Strategis dan Metode
Penelitian Bisnis pada Program Studi
Manajemen, Universitas Pembangunan
Jaya. Ia juga menjabat sebagai Kepala
Lembaga Penelitian & Pengabdian
Masyarakat (LP2M) UPJ. Penulis sejumlah
buku, artikel di media massa, dan banyak
jurnal
Suhery Handoko, merupakan tenaga
kependidikan di Universitas Pembangunan
Jaya sejak 2017. Ia bergabung di dalam
Lembaga Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (LP2M) sebagai kepala
sub bagian penelitian dan inovasi. Suhery
pernah menyunting dua buku serial
Sewindu UPJ pada 2019. Judul kedua buku
tersebut yaitu “Antologi Pakar : Korpus
Cendekiawan Kampus Urban” dan
“Pumpunan Kajian Urban : Ukiran Abstrak
Para Cendekiawan”. Buku Pumpunan
Kajian Urban yang disuntingnya saat ini
merupakan hasil kegiatan 1st Research
Week yang acaranya dikelola oleh
penyunting saat kegiatan berlangsung.