FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI 6 NEGARA ASEAN PADA TAHUN 2010-2015 Fela Amzari (Program Studi Akuntansi Universitas Mercu Buana Yogyakarta) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Foreign Direct Investmen (FDI) terhadap inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), Corruption Perception Index (CPI). Jenis penelitian ini adalah Explanatory research yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Metode analisis Deskriptif yang digunakan terdiri dari rata-rata (Mean) dan Standar Deviasi untuk mendiskripsikan data masing-masing penelitian. Data yang diperoleh selalu up tu date dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI), Badan Pusat Statistik (BPS), International Country Risk Guide (ICRG). Populasi dalam penelitian ini adalah Negara Asean yang terdiri dari indonesia, Laos, Myanmar, Filipina, Brunei Darussalam dan Vietnam. Berdasarkan hasil analisis Foreign Direct Investment sebagai investasi modal yang dimiliki dan dioperasikan oleh entitas luar negeri, atau yang lebih dikenal dengan penanaman modal asing langsung (PMA). Penanaman Modal Swasta Asing secara langsung Foreign Direct Investment (FDI)) merupakan dana investasi yang langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi. Foreign Direct Investment memegang peranan krusial untuk menyukseskan integrasi ekonomi di ASEAN. Selain masuknya arus modal, nilai tukar mata uang asing, akses yang lebih mudah ke pasar internasional dan transfer teknologi. Foreign Direct Investment juga dapat menjadi sebuah instrument dalam memperkuat institusi dan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih stabil. Kata Kunci: Foreign direct Investmen berpengaruh positif terhadap CPI, Inflasi, dan PDB di Negara Asean. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
46
Embed
eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/106/1/naskah publikas… · Web viewUntuk itu perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli mesin-mesin
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN
MODAL ASING DI 6 NEGARA ASEAN PADA TAHUN 2010-2015
Fela Amzari(Program Studi Akuntansi Universitas Mercu Buana Yogyakarta)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Foreign Direct Investmen (FDI) terhadap inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), Corruption Perception Index (CPI).Jenis penelitian ini adalah Explanatory research yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Metode analisis Deskriptif yang digunakan terdiri dari rata-rata (Mean) dan Standar Deviasi untuk mendiskripsikan data masing-masing penelitian. Data yang diperoleh selalu up tu date dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI), Badan Pusat Statistik (BPS), International Country Risk Guide (ICRG). Populasi dalam penelitian ini adalah Negara Asean yang terdiri dari indonesia, Laos, Myanmar, Filipina, Brunei Darussalam dan Vietnam.Berdasarkan hasil analisis Foreign Direct Investment sebagai investasi modal yang dimiliki dan dioperasikan oleh entitas luar negeri, atau yang lebih dikenal dengan penanaman modal asing langsung (PMA). Penanaman Modal Swasta Asing secara langsung Foreign Direct Investment (FDI)) merupakan dana investasi yang langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi. Foreign Direct Investment memegang peranan krusial untuk menyukseskan integrasi ekonomi di ASEAN. Selain masuknya arus modal, nilai tukar mata uang asing, akses yang lebih mudah ke pasar internasional dan transfer teknologi. Foreign Direct Investment juga dapat menjadi sebuah instrument dalam memperkuat institusi dan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih stabil.Kata Kunci: Foreign direct Investmen berpengaruh positif terhadap CPI, Inflasi, dan PDB di Negara Asean.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan
menjadi ekonomi secara riil melalui penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan
sebagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Pembentukan modal juga berarti
pembentukan keahlian karena keahlian sering menjadi faktor pendukung terjadinya
pembentukan modal (Jhingan, 2000). Upaya menjalankan kebijakan untuk pembangunan
ekonomi, setiap negara membutuhkan aliran mmodal sebagai pendukung berjalannya
kebijakan. Aliran modal yang dibutuhkan setiap negara di dunia berbeda-beda tergantung
pada karakteristik negara tersebut, apakah tergolong dalam negara maju atau negara
berkembang.
Negara maju dalam menjalankan roda kebijakan ekonomi, aliran modal yang
dibutuhkan relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara berkembang. Pembiayaan yang
besar dalam pembangunan ekonomi bagi setiap negara tidak dapat sepenuhnya bersumber dari
aliran modal domestik, namun pembiayaan yang berasal dari modal asing dibutuhkan untuk
memenuhi kekurangan dalam pembiayaan pembangunan ekonomi suatu negara. Adanya
investasi asing yang masuk akan mendukung pembiayaan pembangunan jangka panjang dan
lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan pembiayaan yang bersumber dari utang
luar negeri (Febriana, 2014). Investasi asing yang masuk ke negara terdiri dari investasi asing
langsung (FDI) dan investasi secara portofolio. Kedua jenis investasi tersebut sama-sama
memberikan dampak positif bagi proses berlangsungnya pembangunan ekonomi suatu negara,
namun dalam perkembangannya FDI lebih memberikan keuntungan yang signifikan jika
dibandingkan dengan investasi portofolio. Foreign Direct Investment (FDI) terdiri dari
inward dan outward. FDI inward merupakan investasi yang bersumber dari negara lain ke
dalam negeri, sedangkan FDI outward merupakan investasi asing langsung yang bersumber
dari dalam negeri menuju negara lain( Carkovic dan Levine, 2002).
FDI merupakan aliran modal asing yang paling potensial apabila dibandingkan
dengan sumber modal lainnya. Apabila dibandingkan dengan investasi portofolio, FDI
memainkan peran penting dalam pengendalian atau kontrol yang kuat terhadap perusahaan-
perusahaan cabangnya di luar negeri. Kawasan ASEAN sebagai negara-negara terdepan di
kawasan Asia Tenggara dalam mengikuti era globalisasi saat ini terus meningkatkan diri
dengan keterbukaan ekonominya. Kondisi tersebut sejalan dengan Todaro dan Smith (2006)
yang menyatakan bahwa globalisasi dari segi ekonomi, menjadikan keterbukaan
perekonomian setiap negara akan semakin tinggi terhadap perdagangan internasional, aliran
dana internasional, serta investasi asing langsung. Upaya dalam menjalankan keterbukaan
ekonominya, negara-negara di ASEAN menjadikan indikator investasi asing langsung atau
Foreign Direct Investmen (FDI) sebagai pendukung dalam upaya meningkatkan
pembangunan ekonomi negara.
Realitas yang terjadi pada krisis ekonomi merupakan salah satu dampak globalisasi
ekonomi. Ketika krisis yang terjadi tahun 2008, kawasan ASEAN merupakan salah satu
kawasan yang pertama pulih kembali dari krisis ekonomi dunia. Berdasarkan data yang
didapat dari Kementrian Keuangan RI, pada tahun 2009 perekonomian kawasan ASEAN
mengalami perlambatan akibat krisis dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1.2%, yang
berarti merupakan angka pertumbuhan terburuk sejak tahun 1998. Tetapi pada periode 2010
dan seterusnya pertumbuhan di kawasan ASEAN kembali pulih dengan cepat. Pada tahun
2010 pertumbuhan perekonomian keenam negara utama ASEAN yakni Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam mengalami kenaikan di angka sebesar 7.6%, dan
selanjutnya pada tahun 2011-2016 menurut proyeksi OECD pertumbuhan ekonomi kawasan
ASEAN akan tumbuh rata-rata 5.6%, sedikit di bawah rata-rata pertumbuhan pra krisis 2008
sebesar 6.1%.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam gambar 1.1
dibawah ini menunjukan FDI yang masuk ke Indonesia selama 2011-2014 mengalami
fluktuasi yang beragam. Investasi pada tahun 2014 mengalami perlambatan sebagain respon
atas permintaan ekspor yang menurun serta moderasi konsumsi rumah tangga. Berikut grafik
pertumbuhan penanaman modal:
Gambar 1.1 Perkembangan Foreign Direct Investmen (FDI)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh tingkat inflasi terhadap Foreign Direct Investment (FDI) di
Negara berkembang ASEAN?
2. Bagaimanakah pengaruh tingkat korupsi (CPI) terhadap Foreign Direct Investment (FDI)
di Negara berkembang ASEAN?
3. Bagaimanakah pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) terhadap Foreign Direct
Investment (FDI) di Negara berkembang ASEAN?
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti melakukan beberapa penelitian, ada beberapa penelitian yang terkait
dengan tema penelitian yang peneliti lakukan yaitu:
Penelitian pertama oleh Saifullah Malik dan Qaisar Ali Malik (2013) dengan judul
“Empirical Analysis of Macroeconomic Indicators as Determinants of Foreign Direct
Investment in Pakistan” menjelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga
variabel makroekonomi yang positif terkait dengan variabel dependen - FDI. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa GDP, inflasi dan nilai tukar memiliki dampak positif pada arus masuk
FDI, dan model tersebut ditemukan signifikan pada tingkat 1%, maka dapat disimpulkan
bahwa setiap peningkatan dalam tiga variabel penjelas akan menyebabkan peningkatan FDI,
karena itu pemerintah harus fokus pada stabilisasi variabel ini untuk menarik lebih banyak
FDI ke negara itu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi negara.
Penelitian kedua Puspa Febrina (2014) yang berjudul “Pengaruh Kebijakan
Makroekonomi dan Kualitas Kelembagaan Terhadap Foreign Direct Investment di ASEAN
Analisis Panel Data. Hasil dari penelitian menjelaskan diantara variabel-variabel independen
yang digunakan, diperoleh hasil bahwa variabel GDP berpengaruh positif dan signifikan,
variabel indeks kualitas kelembagaan berpengaruh positif signifkan, dan variabel indeks
kualitas kelembagaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap masuknya FDI di kawasan
ASEAN. Sedangkan untuk variabel indeks rasio angkatan kerja berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap masuknya FDI di ASEAN. Semua variabel independent berpengaruh
secara positif dan sesuai dengan hipotesis yang diajukan, meskipun variabel indeks kebijakan
makroekonomi secara statistik tidak signifikan. Berdasarkan uji parsial yang dilakukan, GDP
dan indeks kualitas kelembagaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap masuknya FDI
di Singapura. Begitu juga dengan Indonesia, variabel GDP dan indeks kualitas kelembagaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap masuknya FDI di negara Indonesia. untuk
keempat negara lainnya yaitu Malaysia, Thailand, Philiphina, dan Vietnam tidak ada variabel
yang signifikan dalam mempengaruhi masuknya FDI di keempat negara tersebut.
Penelitian ketiga oleh Sayeeda Bano dan Jose Tabbada (2015) dengan judul
“Foreign Direct Investment Outflows : Asian Developing Countries’. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Foreign Direct Investment arus keluar yang terkait erat dengan tingkat
Produk Domestik Bruto, tabungan domestik yang tinggi, cadangan besar asing, orientasi
ekspor, dan investasi langsung yang relatif besar asing arus masuk di negara-negara sumber,
dengan kekuatan dan pentingnya setiap faktor yang berbeda-beda dengan tingkat
perkembangan. Kesimpulan utama kami adalah bahwa, meskipun non-tradisional Asing arus
keluar Investasi Langsung sejauh ini telah terbatas pada sejumlah negara-negara berkembang,
sebagian besar Asia, negara-negara berkembang lainnya juga bisa menjadi modal eksportir
dengan lingkungan internasional yang mendukung dan kebijakan dalam negeri yang sesuai.
1. Foreign Direct Investement (FDI)
a. Pengertian Foreign Direct Investement (FDI)
Investasi dari luar negeri dapat memiliki beberapa bentuk. Pertama, investasi asing
langsung (Foreign Direct Investment / FDI) yiatu investasi modal yang dimiliki dan
dioperasikan oleh entitas luar negeri. Kedua, investasi portofolio luar negeri (Foreign
Portofolio Investment) yaitu investasi yang dibiayai oleh luar negeri namun dioperasikan
oleh warga domestik.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (Foreign Direct
Investement)
Menurut Muana Nanga, (2001) faktor-faktor yang menentukan Penanaman Modal
Asing adalah sebagai berikut:
1) Tingkat suku bunga, terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dan tingkat
bunga. Jika tingkat suku bunga naik level investasi akan berkurang, sebaliknya jika
tingkat suku bunga rendah orang akan berbondong-bondong menanamkan investasi
diberbagai bidang usaha.
2) Inovasi dan teknologi, adanya temuan-temuan baru yang menyebabkan cara-cara
berproduksi lama menjadi tidak efisisen. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu
menanamkan investasi untuk membeli mesin-mesin dan peralatan-peralatan baru yang
lebih canggih.
3) Tingkat perekonomian, makin banyak aktifitas perekonomian makin besar pendapatan
nasional, dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung. Yang pada
akhirnya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang menguntungkan.
4) Ramalan atau harapan orang tentang perekonomian dimasa datang, jika oarang meramal
perekonomian dimasa yang akan datang cerah, oarang akan giat melakukan investasi
sekarang.
5) Tingkat keuntungan perusahaan, makin besar tingkat keuntungan perusahaan makin
banyak bagian laba yang dapat ditahan (retained earnings) dan bagian laba yang ditahan
ini dapat digunakan untuk tujuan investasi.
6) Situasi politik, jika situasi politik aman dan pemerintah banyak memberikan
kemudahan-kemudahan bagi perusahaan maka tingkat investasi akan tinggi. Dan
sebaliknya jika pemerintah tidak banyak memberikan kemudahan bagi perusahaan
banyak menghadapi birokrasi yang berbelit-belit maka tingkat investasi akan rendah.
2. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Tingkat inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-hargasecara umum dan terus
menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. Inflasi terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus
dan saling mempengaruhi. istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga
(Blanchard, 2000).
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-
menerus (Boediono, 2001). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut sebagai inflasi kecuali bila kenaikan tersebut meluas pada barang lainnya. Inflasi
juga dapat digunakan sebagai gambaran aktivitas ekonomi untuk melihat kondisi ekonomi
nasional. Menurut Manurung (2004) Inflasi merupakan peristiwa moneter yang terjadi di
semua negara yang dianggap sebagai penyakit ekonomi yang memerlukan penanganan
khusus untuk menanggulanginya.
Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang
terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa (Pohan, 2008). Bahkan mungkin dapat
terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang
secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi
hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus-menerus,
bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000). Kenaikan sejumlah bentuk barang yang hanya
sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi.
Dapat disimpulkan dari beberapa uraian di atas bahwa inflasi adalah keadaan di mana
terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam
perekonomian secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terusmenerus
dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat).
3. Corruption Perception Index (CPI)
a. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere berarti
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Menurut Transparency
International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/ politisi maupun pegawai
negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka
yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan
kepada mereka.
Dalam hukum pidana. Definisi Korupsi: .Korupsi ialah: Perbuatan yang buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. Dalam Kamus Umum Bahas
Indonesia. Korupsi diartikan Suatu hal yang buruk dengan bermacam ragam artinya
bervariasi menurut waktu tempat dan bangsa Menurut Encyclopedia American Korupsi
adalah melakukan tindak pidana memperkaya diri sendiri yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan keuangan/ perekonomian negara.
Definisi korupsi di atas mengidentifikasikan adanya penyimpangan daripegawai
publik (public officials) dari norma-norma yang diterima dan dianut masyarakat dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi (serv private ends). Senada dengan
Azyumardi Azra mengutip pendapat Syed Husein Alatas yang lebih luas: ”Corruption is
abuse of trust in the interest of private gain”, Korupsi adalah penyalahgunaan amanah
untuk kepentingan pribadi (Anwar, 2006). Masyarakat pada umumnya menggunakan
istilah korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau
melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain.
Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah
penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.
Dari beberapa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang melekat pada
korupsi. Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan, menggelapkan harta negara atau
masyarakat. Kedua, melawan norma-norma yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan
kekuasaan atau wewenang atau amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi
kepentingan diri sendiri, keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu.
Kelima, merugikan pihak lain, baik masyarakat maupun negara.
4. Produk Domestik Bruto (PDB/GDP)
a. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB/GDP)
Pendapatan nasional mencerminkan total pendapatan yang diterima oleh semua
penduduk dalam perekonomian suatu negara yang direpresentasikan dengan Produk
Domestik Bruto (PDB). PDB mengukur dua hal pada saat bersamaan, yaitu total
pendapatan semua penduduk dalam perekonomian dan total belanja negara untuk membeli
barang dan jasa hasil dari perekonomian. PDB dapat melakukan pengukuran total
pendapatan dan pengeluaran dikarenakan kedua hal tersebut benar-benar sama. Untuk
suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran
(Mankiw, 2007).
Todaro dan Smith (2008) lebih lanjut mengatakan bahwa PDB adalah indikator yang
mengukur jumlah output final barang (goods) dan jasa (services) yang dihasilkan oleh
perekonomian suatu negara, dalam wilayah negara tersebut, baik oleh penduduk (warga
negara) sendiri maupun bukan penduduk (misalnya, perusahaan asing), tanpa memandang
apakah produksi output tersebut nantinya akan dialokasikan ke pasar domestik atau luar
negeri. Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya tidak
dimasukan ke dalam PDB. Sebagai gambaran PDB Indonesia baik oleh warga negara
Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang ada di Indonesia tetapi tidak
diikutisertakan produk WNI di luar negeri
Menurut pengertian dari Bank Indonesia, PDB merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar
harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga pada tahun berjalan, sedang PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu
tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDB menurut harga berlaku digunakan untuk
mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu
negara. Sedangkan PDB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh
faktor harga.
Menurut McEachern (2000) Gross Domestik Product artinya mengukur nilai pasar
dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu
negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan
untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan
beberapa perekonomian pada suatu saat. Gross domestic product hanya mencakup barang
dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir .Untuk
barang dan jasa yang dibeli untuk diproses dan kemudian dijual lagi tidak dimasukkan
dalam hitungan GDP, hal ini dilakukan untuk menghindari masalah penghitungan ganda.
Sukirno (2006) menyebutkan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif
yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mana perkembangan tersebut selalu
dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada suatu tahun
tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan pendapatan nasional adalah
nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu dan
secara konseptual nilai tersebut dinamakan Produk Domestik Bruto (PDB).
Dapat disimpulkan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan
pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. PDB ini
dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara dapat
dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut.
B. Hubungan Antar Variabel
1. Pengaruh inflasi terhadap Foreign Direct Investement (FDI)
Tingkat inflasi ringan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian yaitu
dapat mendorong perekonomian dengan cara meningkatkan produk domestik bruto karena
dengan adanya inflasi dapat memaksa orang untuk bekerja, menabung dan berinvestasi.
Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan karena inflasi dapat mempengaruhi nilai tukar dan
suku bunga sehingga dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan. Berdasarkan
hasil penelitian Monica, Darminto & Hidayat (2014) yang hasilnya tingkat inflasi dan nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap
penanaman modal asing langsung yang masuk ke Indonesia. Namun berbeda dengan hasil
penelitian dari Demirhan & Masca (2008), , dan John David (2013) dimana Inflasi
mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap FDI. Tingkat laju inflasi perlu
dikendalikan karena tingkat inflasi yang rendah akan lebih menarik bagi investor asing.
Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dihasilkan hipotesis:
H1 : Tingkat Inflasi memiliki pengaruh positif terhadap Foreign Direct Investment (FDI).
2. Pengaruh Corruption Perception Index (CPI) terhadap Foreign Direct Investement
(FDI)
Penelitian yang dilakukan oleh Habib dan Zurawicki (2002) dalam studinya
menemukan bahwa korupsi yang tinggi dan transparasi rendah memiliki efek negatif terhadap
arus masuk Foreign Direct Investment (FDI) suatu negara. Sama halnya dengan penelitian
Voyer dan Beamish (2004) yang melakukan penelitian tentang pengaruh korupsi terhadap
investasi langsung di Jepang memperoleh hasil bahwa tingkat korupsi memiliki pengaruh
yang negatif terhadap Foreign Direct Investment (FDI) di Jepang. Sedangkan Romadhona
(2016) Corruption Perception Index berpengaruh positif terhadap Foreign Direct Investment
di Indonesia periode (2005-2014). Berdasarkan dua hasil penelitian tersebut mengandung arti
yang sama, karena penilaian tingkat korupsi menggunakan Corruption Perception Index
semnakin tinggi nilai indeks maka semakin rendah tingkat korupsi dalam suatu negara.
Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dihasilkan hipotesis:
H2 : Corruption Perception Index (CPI) memiliki pengaruh positif terhadap Foreign
Direct Investment (FDI).
3. Pengaruh PDB/GDP terhadap Foreign Direct Investement (FDI)
Peran pertumbuhan ekonomi sangat penting terhadap aliran modal asing berupa FDI
yang masuk ke negara, karena pertumbuhan ekonomi dapat dicerminkan dengan pendapatan
dan daya beli masyarakat yakni semakin tinggi pendapatan masyarakat akan meningkatkan
daya beli masyarakat dan membuat permintaan barang dan jasa akan semakin besar. Hasil
tersebut didukung oleh penelitian dari Malik et al (2013) dan Febriana et al (2014) yang
menjelaskan bahwa GDP memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap aliran
masuk FDI ke negara, oleh karena itu harus ada upaya lebih yang dilakukan dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan GDP secara konsisten. Sama halnya
dengan Bano & Tabbada (2015). Menurut hasil dari beberapa penelitian tersebut disimpulkan
bahwa PDB merupakan variabel yang paling mempengaruhi arus masuk FDI, karena PDB
merupakan indikator yang digunakan sebagian besar perusahaan (MNC) untuk melihat
seberapa besar potensi pasar di Negara tujuan.
Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dihasilkan hipotesis:
H3 : Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) memiliki pengaruh positif terhadap Foreign
Direct Investment (FDI).
C. Kerangka Teori
Berdasarkan hubungan antara variabel yang telah dijelaskan di atas, maka kerangka
pemikiran konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:
Inflasi
Tingkat Korupsi (CPI)
FDI
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan sumber data
Berdasarkan pola hubungannya, jenis penelitian ini adalah Explanatory Research
yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian
hipotesa (Singarimbun dan Efendi, 2003). Sedangkan pendekatan yang digunakan pada
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian dengan pendekatan angka-angka
baik dalam pengumpulan data, analisa data hingga interpretasi data didasarkan pada hasil
analisa data yang berupa angka (Sugiyono, 2009).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data runtun waktu (time series) dengan
tahunan.
B. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Internet Research, dimana
data menggunakan informasi yang diperoleh dari teknologi saat ini yaitu internet, sehingga
data yang diperoleh selalu up to date. Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini diperoleh
dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) yang diunduh dari website Bank
PDB/GDP
Indonesia, dataset dari Badan Pusat Statistik (BPS), dataset dari International Country Risk
Guide (ICRG), dataset dari Bank Indonesia, laporan perekonomian Indonesia.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah sampel meliputi
negara-negara ASEAN yang berkembang. Negara-negara ASEAN yang berkembang tersebut
terdiri dari Indonesia, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar, dan Laos.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode sampling jenuh.
Menurut Sugiyono (2011) Sampling jenuh merupakan teknik penentuan sampel apabila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Oleh karena itu sampel dalam penelitian
ini adalah data time series dari FDI, inflasi, CPI dan PDB/GDP pada periode 2010 – 2015.
D. Definisi Operasional
1. Variabel independen
Menurut Sugiyono (2009), Variabel independen adalah Variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya Variabel independen. Dalam penelitian ini
yang menjadi Variabel bebas adalah:
a. Tingkat inflasi (X1). Inflasi merupakan meningkatnya harga secara keseluruhan. Menjaga
kestabilan inflasi merupakan salah satu tujuan dari kebijakan pemerintah. Mengukur
tingkat Inflasi dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam persentase.
b. Tingkat korupsi (X2) adalah indeks persepsi korupsi setiap negara di enam negara ASEAN
setiap tahunnya. Indeks ini diperoleh dari data transparancy international berupa
Corruption Perception Index (CPI).
c. PDB/GDP (X3) deviasi PDB masing-masing negara di enam negara ASEAN dalam kurun
waktu tahun. Besaran deviasi didapat dengan cara mengurangi besaran PDB (konstan
tahun 2010) dengan rata-rata PDB masing-masing negara kemudian hasil tersebut di
kuadratkan agar tidak ada nilai yang bersifat minus.
2. Variabel dependen
Variabel ini sering di sebut sebagai variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi
atau menjadi akibat, karena adanya Variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel tak bebas
dalam penelitian ini adalah Foreign Direct Investment (FDI). Foreign Direct Investment
(FDI) adalah persentase arus masuk Foreign Direct Invesment (FDI) terhadap PDB masing-
masing negara di negara ASEAN yang berkembang setiap tahunnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Variabel Penelitian
a. Perkembangan Foreign Direct Invesment (FDI)
Foreign Direct Investment sangat erat kaitannya dengan perusahaan-perusahaan
multinasional (multinational corporations). Sebuah perusahaan multinasional pada dasarnya
adalah sebuah perusahaan raksasa yang menjalankan, memiliki serta mengendalikan operasi
bisnis atau kegiatan-kegiatan usahanya di lebih dari satu negara. Investasi yang dilakukan
pada aset-aset riil yang berada di Negara asing. Selain itu FDI juga dapat dilakukan dengan
melakukan kerja sama dengan perusahaan di Negara asing. FDI juga dapat dilakukan dengan
membeli perusahaan asing atau mendirikan anak perusahaan di Negara asing. Perkembangan
FDI dari beberapa Negara ASEAN dari tahun 2010 sampai tahun 2015 sebagai berikut:
Berdasarkan Gambar 4.1 Laju Pertumbuhan FDI
2. Analisis Hipotesis
a. Uji Asumsi Klasik
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu
(time series) mulai dari tahun 2010 sampai 2015 dalam bentuk data pool. Hasil pengolahan
data ini menggunakan regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square).
Dalam memastikan bahwa model yang diperoleh merupakan model yang tepat, maka
sebelumnya akan dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas Uji Normalitas, Uji
Multikolineritas, Uji Heterokedastisitas, dan Uji Autokorelasi untuk masing-masing model
penelitian.
1) Uji Normalitas
2010 2011 2012 2013 2014 20150
5000000000
10000000000
15000000000
20000000000
25000000000
30000000000
IndonesiaFilipinaBruneiVietnamMyanmarLaos
FDI
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Jarque
Bera dengan melihat nilai probability. Jika nilai probability lebih besar dari nilai derajat
kesalahan α = 5% (0.05), maka penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau
dengan kata lain data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari
nilai derajat kesalaan α = 5 % (0,05), maka dalam penelitian ada permasalahan normalitas
atau data tidak terdistribusi dengan normal. Maka terlihat hasilnya sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Series: ResidualsSample 1 36Observations 36
Mean 1.33e-15Median -0.119828Maximum 2.106657Minimum -2.280511Std. Dev. 1.096255Skewness -0.229585Kurtosis 2.464738
Jarque-Bera 0.746013Probability 0.688661
Gambar 4.5 Uji Normalitas
Berdasarkan gambar 4.5 uji normalitas menggambarkan bahwa data dalam penelitian
ini sudah terdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar lebih besar dari derajat
kesalahan 5%(0,05), sehingga model ini dikatakan telah normal, dan bisa dilanjutkan
kepengujian selanjutnya.
2) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi untuk mengetahui kesalahan penganggu antara periode sekarang
dengan periode sebelumnya. Dalam penelitian ini untuk melihat adanya autokorelasi atau
tidak maka dapat menggunakan uji autokorelasi yang dikembangkan oleh Bruesch dan
Godfrey yang lebih umum dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM-test).
Berdasarkan tabel 4.7 hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
1) Secara parsial, Tingkat Inflasi memiliki pengaruh positif terhadap Foreign Direct
Investment (FDI). Hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 2,762 dengan taraf
signifikansi 0,003-9. Oleh karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,762>2,024)
atau nilai signifikansi lebih kecil dari pada alpha 5% (0,009< 0,05). Dapat dismpulkan
bahwa H1 diterima, dengan pengaruh positif. Artinya kondisi laju tingkat inflasi yang
meningkat cenderung akan meningkatkan Foreign Direct Investment (FDI).
2) Secara parsial, Tingkat korupsi memiliki interaksi yang negatif terhadap Foreign Direct
Investment (FDI). Hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 3,162 dengan taraf
signifikansi 0,003. Oleh karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (3.162>2,024) atau
nilai signifikansi lebih kecil dari pada alpha 5% (0,003< 0,05). Dapat dismpulkan
bahwa H2 diterima, dengan pengaruh positif. Artinya dengan semakin meningkatkanya
indeks penilaian tingkat korupsi justru akan meningkatkan Foreign Direct Investment
(FDI).
3) Secara parsial, Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) memiliki pengaruh positif terhadap
Foreign Direct Investment (FDI). Hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 2,279 dengan
taraf signifikansi 0,029. Oleh karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,279>2,024)
atau nilai signifikansi lebih kecil dari pada alpha 5% (0,029 < 0,05). Dapat dismpulkan
bahwa H3 diterima, artinya semakin meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB/GDP)
sebgai cerminana dari pertumbuhan perekonomian akan dapat meningkatkan Foreign
Direct Investment (FDI).
B. Pembahasan
Foreign Direct Investment sebagai investasi modal yang dimiliki dan dioperasikan
oleh entitas luar negeri, atau yang lebih dikenal dengan penanaman modal asing langsung
(PMA). Penanaman Modal Swasta Asing secara langsung (foreign direct investment (FDI))
merupakan dana-dana investasi yang langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis
atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi seperti membeli lahan, membuka pabrik-
pabrik, mendatangkan mesin-mesin, membeli bahan baku, dan sebagainya. Bila dibandingkan
dengan investasi portofolio, penanaman modal asing mempunyai kelebihan yaitu selain
sifatnya yang permanen atau jangka panjang, penanaman modal asing memberi andil dalam
transfer teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Foreign
Direct Investment dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan, walaupun sejumlah
keuntungan dari investasi ini kembali kepada investor asing. Namun investasi ini menaikkan
persediaan barang modal yang kemudian menaikkan produktivitas dan upah. Foreign Direct
Investment juga merupakan suatu cara yang bisa digunakan negara miskin atau berkembang
untuk mempelajari teknologi terkini yang telah dikembangkan dan dipakai oleh negara-negara
kaya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap Foreign Direct Investement (FDI).
2. Tingkat Corruption Perception Index (CPI) berpengaruh positif terhadap Foreign Direct
Investement (FDI).
3. Tingkat Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) berpegaruh positif terhadap Foreign Direct
Investement (FDI).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu:
1. Bagi Kawasan Negara ASEAN.
a. Menjaga dan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) di masing-masing
negara. Adapun cara untuk meningkatkan PDB/GDP dengan konsumsi dan ekspor.
Menjaga kondisi pertumbuhan ekonomi agar tetap dalam keadaan stabil dan meningkat.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi memberi daya tarik investor asing untuk
menanamkan investasinya. Oleh karena itu pemerintah sebaiknya terus mendorong
peningkatan produksi domestik dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan
sebagai upaya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Terdapat tiga
komponen untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara adalah
adanya masyarakat, pemerintah dan swasta.
b. Memperhatikan mengenai kualitas kelembagaan di masing-masing negara. Adanya
kualitas kelembagaan yang baik di suatu negara dapat menambah kepercayaan investor
untuk menanamkan modalnya di negara tersesbut. Adapun kualitas kelembagaan yang
baik adalah mampu menurunkan tingkat korupsi, menstabilkan politik, memperbaiki
kepastian hukum, , merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang sehat dan peraturan
yang memungkinkan dan mendukung perkembangan sektor swasta.
c. Meningkatkan investasi dengan cara memperbaiki infrastruktur. Dengan bercermin
kepada negara Singapura, dimana variabel infrastruktur merupakan variabel penentu
terbesar dalam hal masuknya FDI. Kestabilan kawasan ASEAN, yang ditandai dengan
tingkat inflasi. Tingkat inflasi perlu dijaga agar tidak tinggi, sehingga investor tidak
berpindah ke kawasan lain. Daya saing juga merupakan salah satu faktor terpenting
untuk dapat meningkatkan pertumbuhan GDP ASEAN, dan juga pada akhirnya
meningkatkan FDI
d. Menguatkan lingkungan makroekonomi dalam merespon fenomena ekonomi global
yang terjadi. Hal tersebut terbukti di negara Indonesia, dan Filipina dengan postifnya
pergerakan variabel makro berdampak pada tingginya perolehan FDI yang masuk di
negara-negara tersebut.
2. Bagi Peneliti selanjutnya.
Bagi penelitian selanjutnya yang serupa diharapkan dapat memperpanjang periode
pengamatan, dan menambahkan variabel-variabel pull factors lainnya yang dapat
mempengaruhi FDI.
DAFTAR PUSTAKA
A. McEachern, William. 2000, Ekonomi Makro: Pendekatan Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat
An Chandrawulan. 2011. Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal. Bandung: P.T. Alumni.
Ardiansyah. 2015. Teori-Teori Hukum Investasi dan Penanaman Modal, 26 Juni 2014, URL: https://customslawyer.wordpress.com/2014/06/26/teori-teori-hukum-investasi-dan-penanaman-modal/, diakses pada tanggal 20 Maret 2015.
Bano, Sayeeda and Tabbada, Jose. 2015. Foreign Direct Investment Outflows: Asian Developing Countries. Journal of Economic Integration. Volume 30 No.2. Page 359-398
Blanchard, O. 2000. Macroeconomics. New Jersey, Prentice Hill Internasional, Inc.
Boediono, 2001. Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta
Carkovic, Maria dan Levine, Rose. 2002. Does Foreign Direct Investment Accelerate Economic Growth. University of Minnesota.
Case, K.E., Fair, R.C, dan Oster, S.M., 2012, Principles of Macroeconomics, 10th ed, Prentice Hall, Boston
Case, karl E. & Fair, Ray C. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi 8 Deterjemahkan Oleh Y. Andri Zaimur. Jakarta: Erlangga
Febrina, Puspa. 2014. Pengaruh Kebijakan Makroekonomi Dan Kualitas Kelembagaan Terhadap Foreign Direct Investment Di Asean-6–Analisis Panel Data. Volume. 1 Nomor. 2 September 2014. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga. Semaranh : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Muh. Abdul. 2012. Teori Ekonomika. Tangerang: Jelajah Nusa
Harrison, M. J. 2002. Understanding The Corruption Percepton Index : Application Issues for The Foreign Direct Investment Decision. Durham. : Southern New Hampshire University
Huda, Nurul. 2008. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana
Ilmar, Aminuddin. 2004. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Lindert., Kindelberger. 1993. Ekonomi Internasional. Edisi ke 8. Jakarta: Erlangga
M. Sornarajah, 2010. The International Law on Foreign Investment. Cambridge University Press, Cambridge USA.
Mankiw, N. Gregory, 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Manurung, Mandala. 2004. Teori Ekonomi Makro. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Martin, P. L. 2003. Sustainable Migration Policies in A Globalizing World. International Institute for Labor Studies, Geneva. http://www.ilo.org.inst.
Monica Letarisky, Darminto dan Hidayat R Rustam. 2014. Pengaruh Indikator Fundamental Makroekonomi Terhadap Foreign Direct Investment di Indonesia (Periode Tahun 2004-2013). Jurnal Administrasi Bisnis. Volume 15 No.2. Hal 1-9
Muana, Nanga, 2001. Makro Ekonomi, Masalah dan Kebijakan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Muhammad Akmal Fadilah. 2017. Analisis Produk Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga BI (BI Rate), Dan Inflasi Terhadap Investasi Asing Langsung (PMA) Di Indonesia Tahun 2006-2015. Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia. JOM Fekon, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017
Nopirin. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro edisi pertama. Yogyakarta: BPFE
Polat, Burcak. 2015. Determinants Of Fdi Into Central And Eastern European Countries: Pull Or Push Effect?. Eurasian Journal Of Economics And Finance. Volume 3 No.4. Page 39-47
Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. London: The Macmillan Press Ltd.
Romadhona. 2016. Pengaruh Inflasi, Produk Domestik Bruto, Corruption Perception Index, Dan Indeks Harga Saham Terhadap Foreign Direct Investment Di Indonesia Periode (2005-2014). Jurnal Ilmu Manajemen Volume Nomor – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.
Sarwedi. 2002. Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Akutansi dan Keuangan Vol. 4, No.1. Jurusan Ekonomi. Universitas Kriten Petra.
Singarimbun., Effendi, 2003. Metode Penelitian Survey, Cetakan Kedua, Penerbit. PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,.
Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern: perkembangan pemikiran dari klasik hingga keynesian baru. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suny, Ismail., Rudiro, Rochmat. 1998. Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri. Jakarta: Pradjna Paramita.
Supancana, Ida Bagus Rahmdi. 2006. Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Todaro, Michael P, 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketig. Jakarta : Penerbit Erlangga
Todaro, Michael P. & Smith, Stephen C. 2008. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
USAID (U.S. Agency for International Development). 2005. Foreign Direct Investment: Putting It to Work in Developing Countries. Washington DC
Winarti, Retno. 2013. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Asing Langsung (FDI) Di Indonesia”. Jurnal JABPI Volume 21 (1) : hal 67-84