01/26/2009 CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI XXXX PROGRAM PASCASARJANA RANCANGAN TESIS Diajukan oleh : Nama : XXXX NIM : XXXX Program Studi : Pendidikan Matematika A. Judul COOPERATIVE LEARNING DAN ANALISIS SIKAP DALAM UPAYA MENGURANGI TINGKAT KENAKALAN SISWA SMK SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITAS LULUSAN SMK (STUDI KASUS SISWA JURUSAN TEKNIK BANGUNAN SMK DI XXXX) B. Pendahuluan Berdasarkan informasi dari beberapa guru SMK di Semarang mengatakan bahwa sebagian besar siswa SMK sangat sulit dikendalikan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa banyak yang bertindak sekeinginan hatinya. Kenyataan yang terjadi saat ini, ada guru yang sama sekali tidak dihiraukan oleh siswanya sendiri. Guru telah mencoba untuk mengatasinya, tetapi masih saja guru belum berhasil untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan hasil diskusi antara guru kelas dan dosen, sampailah pada suatu intuisi bahwa pada umumnya dalam belajar, siswa menginginkan sebuah suasana yang harmonis dan menyenangkan. Tetapi permasalahan tidak berhenti pada hal itu saja. Konsep menyenangkan antara guru dan siswa SMK sangatlah berbeda dan sangat sulit untuk dapat dipertemukan kedua konsep tersebut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
01/26/2009
CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS NEGERI XXXXPROGRAM PASCASARJANA
RANCANGAN TESIS
Diajukan oleh :
Nama : XXXXNIM : XXXXProgram Studi : Pendidikan Matematika
A. JudulCOOPERATIVE LEARNING DAN ANALISIS SIKAP DALAM UPAYA MENGURANGI TINGKAT KENAKALAN SISWA SMK SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITAS LULUSAN SMK (STUDI KASUS SISWA JURUSAN TEKNIK BANGUNAN SMK DI XXXX)
B. PendahuluanBerdasarkan informasi dari beberapa guru SMK di Semarang mengatakan bahwa sebagian besar siswa SMK sangat sulit dikendalikan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa banyak yang bertindak sekeinginan hatinya. Kenyataan yang terjadi saat ini, ada guru yang sama sekali tidak dihiraukan oleh siswanya sendiri.Guru telah mencoba untuk mengatasinya, tetapi masih saja guru belum berhasil untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan hasil diskusi antara guru kelas dan dosen, sampailah pada suatu intuisi bahwa pada umumnya dalam belajar, siswa menginginkan sebuah suasana yang harmonis dan menyenangkan. Tetapi permasalahan tidak berhenti pada hal itu saja. Konsep menyenangkan antara guru dan siswa SMK sangatlah berbeda dan sangat sulit untuk dapat dipertemukan kedua konsep tersebut sehingga permasalahan tersebut tetap saja berlangsung sampai dengan saat ini.Dengan permasalahan tersebut, yang terjadi saat ini adalah rendahnya hubungan antar personal guru dengan siswa SMK. Guru hanya mementingkan tugas mengajar tanpa mengikutsertakan tugas membimbingnya. Dan siswa pun akhirnya menjadi acuh tak acuh, sehinga proses pendidikan yang terjadi di sekolah menjadi sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya permasalahan tersebut dapat diduga bahwa akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Outhred & Michelmore dalam Silberman (2001) bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep untuk memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.Pendidikan yang diberikan selama sekolah seakan-akan menjadi sia-sia. Mereka hanya secara formalitas bersekolah hanya untuk mendapat uang saku, dan akhirnya orientasi mereka
bersekolah pun menjadi lain. Sikap seperti inilah yang kemudian dilampiaskan kepada tawuran dan hal-hal negatif lain. Sudah menjadi rahasia umum bahwa siswa SMK mudah untuk melakukan tawuran. Tanpa ikatan yang kuat dari sekolah bukan hal yang mustahil jika setiap hari terjadi perkelahian di sebuah SMK.Untuk mengatasi permasalahan yang diuraikan tersebut perlu adanya suatu penelitian yang menerapkan suatu strategi pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa pada materi pelajaran. Selain itu juga perlu dilakukan sebuah penelitian yang mengukur sikap siswa dan guru dalam pembelajaran. Penelitian ini difokuskan kepada siswa dan guru SMK jurusan teknik bangunan.
C. Rumusan MasalahPermasalahan yang telah diuraikan dalam pendahuluan dapat dirumuskan sebagai berikut.Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK?Bagaimanakah cara meningkatkan minat siswa SMK untuk belajar?Untuk menjawab permasalahan tersebut akan di jawab melalui penelitian dengan berdasarkan pada refleksi awal (keadaan sebelum penelitian dilakukan).Selanjutnya permasalahan yang ada diuraikan dalam pertanyaan sebagai berikut.a. Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK?b. Metode pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat siswa SMK dalam proses pembelajaran dalam kelas?c. Bagaimanakah hubungan guru dan siswa SMK yang seharusnya?
D. Pemecahan MasalahUntuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan akan dilakukan kegiatan sebagai berikut.Untuk memecahkan masalah pertama dilakukan dengan mengadakan diskusi antar pihak yang terkait di luar siswa yang bersangkutan, kemudian dirumuskan pemecahannya. Selain itu dilakukan penelitian kualitatif yang menganalisis sikap siswa dan hubungannya dengan guru di kelas.Untuk memecahkan masalah kedua akan digunakan strategi pembelajaran kooperatif, di mana dalam metode ini dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk memecahkan masalah ketiga peneliti akan menggunakan analisis sikap guru dan siswa. Guru dan siswa diberikan angket untuk mengetahui sejauhmana sikap guru terhadap siswa dan sebaliknya sejauhmana sikap siswa terhadap guru kelasnya. Dengan analisis sikap ini nantinya akan dapat dirumuskan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
E. Tinjauan Pustaka1. Pembelajaran KooperatifDalam strategi pembelajaran perlu dikembangkan suatu strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar aktif . Belajar aktif meliputi...............................................................dst.
Dewi, Elia Puspa. Die Anwendung der Lernaktivität und Die Bewertungsprozess der Team Teachingstrategie an der Deutsch 2 im gerade Semester 2007/2008. Diplomarbeit, Deutschabteilung, Literaturwissenschaftliche Fakultät der Staatlichen Universität Malang.Betreuerin: Dra. Sawitri Retnantiti, M. Pd
Schlüsselwörter: Team Teaching, Deutsch 2
Team teaching ist eine Lehrstrategie, die aus wenigstens zwei Dozenten besteht. Die Dozenten plannen, unterrichten, und bewerten Unterichtsaktivität in einer Klasse. Team teachingstrategie ist schon an der Universität angewandt wird. Diese Strategie wird auch in Deutsch 2 an der Literaturwissenschaftliche Fakultät der Staatlichen Universität Malang angewandt. Deutsch 2 ist ein Basis der deutschen Vorlesung die aus vier Sprachfertigkeiten besteht. Die Fertigkeiten sind Hörverstehen, Sprechen, Schriftliche Ausdruck, und Leseverstehen. Diese Vorlesung wird im gerade Semester durchgefürt. Auf dieser Grund untersucht die Verfasserin Die Anwendung der Lernaktivität und die Bewertungsprozess der Team Teachingstrategie an der Deutsch 2.
Das Untersuchungsziel beschreiben die Anwendung der Lernaktivität und die Bewertungsprozess der Team Teachingstrategie an der Deutsch 2, und auch das Lernergebnis der StudentInnen.
Diese Untersuchung ist eine deskriptive Methode. Die Daten sind die Beobachtungsergebnis, Befragungsergebnis, und die Dokumentation der Deutsch 2 Lernergebnis der StidentInnen im gerade Semester 2007/2008.
Das Ergebnis dieser Untersuchung zeigt, dass die Anwendung der Lernaktivität der Team Teachingstrategie mit zwei Dozenten effektiver als mit vier Dozenten ist. Es gibt aber ein Problem, das von dem Dozentsteam erfahren wird. Wegen der wenige Zeit zwischen der Unterrichtstunde der zwei Dozenten in einem Team können sie nicht die vorherige und die nächste Materialien gut besprechen. Die Bewertungsprozess, die aus kognitif, afektif, und psikomotor aspekte besteht, wird von dem Dozentsteam benutzt. Deutsch 2 Lernergebnis (Mittsemestertest und Endsemestertest) den StudentInnen zeigt, dass die Note des Endsemestertest besser als Mittsemestertest. Das bedeutet die Anwendung der Team Teachingstrategie an der Deutsch 2 wird gut gemacht.
Nach dem Untersuchungsergebnis hat die Verfasserin Vorschläge für die Team Teachingsdozen und die Deutschabteilung. Die Team Teachingsdozenten sollen die Methode varieren. Die Deutschabteilung sollte der Zeitplan des Dozentsteam verbesseren. Der Zeitplan des Dozentsteam sollte nicht in einer Reihe konstruieren, damit das Dozentsteam gute besprechung machen können.
TAHU NGGAK ARTINYA....? TANYA PADA MBAK DEWI YANG NULIS (SORRY MBAK SAYA UPLOAD)
Dewi, Elia Puspa. Implementasi Kegiatan Belajar Mengajar dan Penilaian dengan Strategi
Team Teaching pada Mata Kuliah Deutsch 2 Semester Genap 2007/2008. Skripsi, Jurusan Sastra Jerman, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.Pembimbing: Dra. Sawitri Retnantiti, M. Pd
Kata Kunci: Team Teaching, Deutsch 2
Team teaching adalah strategi pengajaran yang melibatkan sedikitnya dua orang guru atau dosen dalam merencanakan, menginstruksikan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran pada suatu kelas. Strategi team teaching telah banyak diterapkan pada institusi- institusi pendidikan termasuk di universitas. Pada pelaksanaan mata kuliah Deutsch 2 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang juga menggunakan strategi team teaching. Mata kuliah Deutsch 2 merupakan mata kuliah dasar berbahasa Jerman yang di dalamnya terdapat penguasaan keterampilan berbahasa Jerman seperti mendengar, berbicara, membaca, dan menulis dan disajikan pada semester genap 2007/2008 serta memiliki delapan sks. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tentang implementasi strategi team teaching pada mata kuliah Deutsch 2.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi kegiatan belajar mengajar dan penilaian dalam proses belajar mengajar dengan strategi team teaching. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Deutsch 2 tahun akademik 2007/2008.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Data diambil melalui observasi, wawancara dengan tim dosen pembina mata kuliah Deutsch 2, dan hasil dokumentasi nilai UTS dan UAS mahasiswa pada mata kuliah Deutsch 2 tahun akademik 2007/2008.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, implementasi strategi team teaching pada mata kuliah Deutsch 2 tahun akademik 2007/2008 sudah berjalan lebih efektif dengan dua dosen daripada empat dosen. Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat kendala yang dialami oleh dosen tim yaitu tidak ada waktu untuk berkoordinasi dalam melanjutkan materi yang akan diajarkan. Penilaian dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen adalah berkenaan dengan tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari hasil belajar mahasiswa, nilai UAS mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai UTS pada mata kuliah Deutsch 2. Hal ini berarti strategi team teaching yang dilakukan dalam proses belajar mengajar pada semester genap 2007/2008 berjalan baik.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan saran kepada dosen team teaching dan untuk Jurusan Sastra Jerman. Saran bagi dosen team teaching adalah dalam implementasinya, sebaiknya dosen menggunakan metode pengajaran yang bervariasi. Saran bagi Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang adalah sebaiknya jadwal mengajar antar dosen tim pembina mata kuliah Deutsch 2 tidak disusun berurutan dan ada jeda waktu yang cukup sehingga dosen tim pembina mata kuliah Deutsch 2 dapat berkoordinasi tentang materi yang telah dan yang akan diajarkan dengan baik.
BRAVO UM KHUSUSNYA SPA 306 & KANTIN-KANTINNYA HE...3X
05:40 Permalink | Comments (4) | Email this | Tags: laporan ptk jerman
Pada bab ini akan dibahas tentang (1) pengertian team teaching (2) variasi team teaching, (3)
mata kuliah Deutsch 2 yang terdiri dari kompetensi dan tujuan, sumber/bahan pengajaran, dan
rencana perkuliahan semester (RPS), (4) kegiatan belajar mengajar dalam proses belajar
mengajar yang terdiri dari macam-macam metode, dan macam-macam media pengajaran, (5)
penilaian dalam proses belajar mengajar yang terdiri dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotor.
A. Pengertian Team Teaching
Di dalam American Heritage Dictionary of English Language (2000) dinyatakan bahwa
team teaching (pengajaran berkelompok) adalah sebuah model instruksi di dalam kelas yang
melibatkan beberapa guru dengan mengkombinasikan mata pelajaran yang dibina oleh masing-
masing guru menjadi satu mata pelajaran terpadu yang diajarkan secara bersama kepada satu
kelompok siswa.
Menurut Johnson dan Lobb dalam Amstrong (1977:65), dijelaskan bahwa team teaching
sebagai sekelompok tim pengajar yang terdiri dari dua atau lebih orang yang bekerja dalam
waktu bersamaan untuk tujuan proses pembelajaran subyek (mata pelajaran) tertentu atau
kombinasi dari beberapa mata pelajaran. Pendapat ini memiliki keterkaitan dengan definisi yang
terdapat di dalam American Heritage Dictionary Language (2000) bahwa tim pengajar akan
mengajarkan satu mata pelajaran tertentu atau mengkombinasikan mata pelajaran yang dibina
menjadi satu mata pelajaran terpadu.
Curzon (1994:302) mendefinisikan team teaching atau pengajaran berkelompok sebagai
pengajaran yang dilakukan oleh dua atau lebih guru secara berkelompok dengan teliti dan sesuai
metode dalam penyusunan rencana, pembelajaran, dan pengevaluasian proses pembelajaran.
Sama halnya menurut Curzon, Waradani (2000:9) mengemukakan definisi literal dari
team teaching sebagai metode pembelajaran secara berkelompok, yang terdiri dari dua atau lebih
dosen yang mengajar di kelas yang sama pada waktu yang bersamaan.
Menurut Freiberg dan Army (1992:98) team teaching adalah model susunan proses
pengajaran. Melalui team teaching, para anggota kelompok membagi tugas-tugas kurikuler
dengan memanfaatkan minat dan keahlian seorang guru.
Dari beberapa definisi tentang team teaching di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
team teaching adalah suatu strategi pengajaran yang melibatkan sedikitnya dua orang guru dalam
marencanakan, menginstruksikan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran pada suatu kelas.
Mereka bekerja tidak secara perorangan namun sebagai kelompok yang bekerjasama.
Di Indonesia pelaksanaan team teaching yang dilaksanakan di institusi-institusi
pendidikan seperti di sekolah maupun di universitas merupakan team teaching yang sesuai
dengan definisi menurut Wardani, yaitu tim pengajar saling bekerjasama, baik sebagai team
teaching penuh maupun semi team teaching.
Pelaksanaan strategi team teaching pada mata kuliah Deutsch 2 Jurusan Sastra Jerman
Universitas Negeri Malang merupakan strategi pengajaran yang terdiri dari dua orang dosen
sebagai tim pengajar pada setiap kelas paralel. Pada tahun ajaran 2007/2008 ini terdapat tiga
kelas paralel. Masing-masing tim dosen akan bekerjasama dalam membuat perencanaan
pengajaran sampai evaluasi, namun dalam implementasinya, masing-masing dosen mengajar
pada jam berbeda di kelas yang sama.
B. Variasi Team Teaching
Cunningham pada Bailey (1992:162) mengidentifikasi empat model kepengurusan umum dalam penyusunan team teaching, yaitu: .................................. dst.
Realistic Mathematic Education (RME) telah lama dikembangkan di Nedherlands (Belanda). RME tersebut mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktifitas manusia. Ini berarti harus dekat dengan anak dan relevan dengan situasi sehari-hari. Matematika sebagai aktifitas manusia maksudnya manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika.Prinsip atau ide yang mendasari Realistic Mathematic Education (RME) adalah situasi dimana siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide matematika. Berdasarkan situasi realistik, siswa didorong untuk mengkontruksi sendiri masalah realistik, karena masalah yang dikontruksi oleh siswa akan menarik siswa lain untuk memecahkannya.
Menurut Treffers (1991) ada dua jenis matematisasi yaitu matematisasi horisontal
dan vertikal. Dalam matematika horisontal siswa menggunakan matematika untuk
mengorganisasikan dan menyelesaikan masalah yang ada pada situasi nyata. Contoh
matematisasi horisontal adalah : pengidentifikasian, perumusan dan pemvisualan masalah
dalam cara-cara yang berbeda, merumuskan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk
matematika. Sedangkan matematisasi vertikal berkaitan dengan proses pengorganisasian
kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam simbol-simbol matematika yang lebih
abstrak. Contoh matematisasi vertikal adalah menghaluskan dan memperbaiki model,
menggunakan model yang berbeda, memadukan dan mengkombinasikan beberapa model,
membuktikan keteraturan, merumuskan konsep matematika yang baru dan
penggeneralisasian.
Dalam RME kedua matematisasi horisontal dan vertikal digunakan dalam proses
belajar mengajar. Treffers (1991) mengklasifikasikan empat pendekatan pembelajaran
matematika yaitu, mekanistik, emperistik, strukturalis dan realistik.
Mekanistik lebih memfokuskan pada drill, emperistik lebih menekankan
matematisasi horisontal, strukturalis lebih menekankan pada matematisasi vertikal,
sedangkan realistik memberikan perhatian yang seimbang antara matematisasi horisontal dan
vertikal dan disampaikan secara terpadu pada siswa.
Sedangkan menurut Streefland (1991) prinsip utama dalam belajar mengajar yang
berdasarkan pada pengajaran realistik adalah :
1) Constructing and Concretizing
Pada prisip ini dikatakan bahwa belajar matematika adalah aktivitas konstruksi.
Karakteristik kontruksi ini tampak jelas dalam pembelajaran, yaitu siswa menemukan
sendiri prosedur untuk dirinya sendiri. Pengkontruksian ini akan lebih menghasilkan
apabila menggunakan pengalaman dan benda-benda konkret.
2) Levels and Models
Belajar konsep matematika atau ketrampilan adalah proses yang merentang panjang dan
bergerak pada level abstraksi yang bervariasi. Untuk dapat menerima kenaikan dalam
level ini dari batas konteks aritmatika informal sampai aritmatika formal dalam
pembelajaran digunakan model supaya dapat menjembatani gap antara konkret dan
abstrak.
3) Reflection dan Spesial Assignment
Belajar matematika dan kenaikan level khusus dari proses belajar ditingkatkan melalui
refleksi. Penilaian terhadap seseorang tidak hanya berdasarkan pada hasil saja, tetapi juga
memahami bagaimana proses berfikir seseorang. Perlu dipertimbangkan bagaimana
memberikan penilaian terhadap jawaban siswa yang bervariasi.
4) Social context and inteaction
Belajar bukan hanya merupakan aktivitas individu, tetapi sesuatu yang terjadi dalam
masyarakat dan langsung berhubungan dengan konteks sosiokultural. Sehingga di dalam
belajar, siswa harus diberi kesempatan bertukar pikiran, adu argumen dan sebagainya.
5) Structuring and Interwining
Belajar matematika tidak hanya terdiri dari penyerapan kumpulan pengetahuan dan
unsur-unsur ketrampilan yang tidak berhubungan, tetapi merupakan kesatuan yang
terstruktur. Konsep baru dan obyek mental harus cocok dengan dasar pengetahuan yang
lebih besar atau lebih kecil, sehingga dalam pembelajaran diupayakan agar ada
keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
Proses yang berhubungan dalam berfikir dan pemecahan masalah ini dapat