BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang pendidikan sudah mengalami perubahan. Perubahan pendidikan dimaksudkan agar pendidikan di Indonesia ini akan lebih baik dan maju. Sedangkan perubahan itu sendiri pada hakikatnya adalah sesuatu hal yang wajar karena perubahan itu adalah sesuatu yang bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya diharapkan perubahan itu akan berdampak positif, supaya orang akan menilai pendidikan itu akan lebih berguna bagi kehidupan manusia itu sendiri. Untuk memperoleh perubahan dalam pendidikan yang positif, dalam proses pembelajaran guru hendaknya dapat memilih metode, media/alat peraga dan sebagainya harus juga mengalami perubahan ke arah pembaharuan (inovasi). Dengan adanya inovasi tersebut di atas dituntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif, terutama dalam menentukan strategi dan metode yang tepat, hal-hal tersebut akan sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup (life skill) siswa Proses belajar mengajar di kelas agar ada inovasi guru hendaknya jangan menjelaskan materi saja, yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekarang pendidikan sudah mengalami perubahan. Perubahan pendidikan
dimaksudkan agar pendidikan di Indonesia ini akan lebih baik dan maju. Sedangkan
perubahan itu sendiri pada hakikatnya adalah sesuatu hal yang wajar karena
perubahan itu adalah sesuatu yang bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya diharapkan
perubahan itu akan berdampak positif, supaya orang akan menilai pendidikan itu akan
lebih berguna bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Untuk memperoleh perubahan dalam pendidikan yang positif, dalam proses
pembelajaran guru hendaknya dapat memilih metode, media/alat peraga dan
sebagainya harus juga mengalami perubahan ke arah pembaharuan (inovasi). Dengan
adanya inovasi tersebut di atas dituntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif,
terutama dalam menentukan strategi dan metode yang tepat, hal-hal tersebut akan
sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup (life
skill) siswa
Proses belajar mengajar di kelas agar ada inovasi guru hendaknya jangan
menjelaskan materi saja, yang mengakibatkan hanya adanya perenungan informasi ke
dalam benak siswa. Proses belajar mengajar hendaknya dapat melibatkan mental dan
kerja siswa sendiri. Dengan demikian, hasil belajar yang diterima siswa akan
langgeng dan kegiatan belajar akan lebih aktif dan menyenangkan.
Kegiatan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, perlu adanya persiapan
mengajar, yaitu guru perlu membuat persiapan mengajar baik rencana tahunan,
rencana semesteran, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini
dilakukan guru, karena dalam persiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan
mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga
dan teknik evaluasi yang digunakan. Oleh karena itu, setiap guru harus memahami
benar tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode
mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan
menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan
tentang alat-alat evaluasi.
Dengan berkembangnya teknologi pembelajaran sekarang ini, hendaknya
seorang guru dapat menyikapi bahwa teknologi pembelajaran adalah merupakan salah
satu dari aspek pembelajaran tersebut. Padahal kalau dikaji lebih lanjut, setiap
pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal apalagi
tingkat Sekolah Dasar, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai
calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia
seutuhnya.
Dengan anggapan tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar
mengajar, guru senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada
pembelajaran structural. Guru dalam menyampaikan materi, dengan menggunakan
teknologi pembelajaran yang tepat akan lebih mudah diserap peserta didik atau siswa
yang mempunyai karakter berbeda.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya, agar siswa dapat
memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran
hendaknya disesuaikan dengan kenyataan sekarang. Agar pembelajaran mudah
diterima oleh siswa, guru akan memulai pelajaran hendaknya dimulai dari
menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, kemudian baru memaparkan isi
dan diakhiri dengan memberikan soal-soal latihan kepada siswa.
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang peningkatan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Gandri II melalui
Pendekatan Metode Autentik. Dengan metode pembelajaran autentik diharapkan
siswa kelas IV SDN Gandri II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan
permasalahnnya sebagi berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
diterapkannya metode pengajaran autentik pada siswa kelas IV SDN Gandri II
Kecamatan Pangkur?
2. Sejauh mana pengaruh metode pengajaran autentik terhadap motivasi belajar
Pengetahuan Sosial pada siswa kelas IV SDN Gandri II Kecamatan Pangkur?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial setelah
diterapkannya metode pengajaran autentik pada siswa kelas IV SDN Gandri II
Kecamatan Pangkur.
2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial setelah
diterapkan metode pengajaran autentik pada siswa kelas IV SDN Gandri II
Kecamatan Pangkur
1.4 Manfaat Penelitan
Adapun maksud diadakan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai (1) sekolah, sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS, (2) Guru, sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan
manfaat bagi siswa, dan (3) siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih
sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai
tujuan belajar.
1.5 Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pengajaran autentik adalah pendekatan pengajaran yang
memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting
dalam konteks kehidupan nyata
2. Motivasi belajar adalah dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam
nilai.
3. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Prestasi Belajar
Pada bagian ini akan dibahas tentang (1) pengertian belajar, (2) pengertian
prestasi belajar, (3) pedoman cara belajar, dan (4) gaya belajar. Pembahasannya
adalah sebagai berikut.
2.1.1 Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang
dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta
fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar
merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan
tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang
lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari pada
periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan
dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang
mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses
itu terjadi dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud
dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara
internal di dalam diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-
hubungan baru.
2.1.2 Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai.
Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang
setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu
dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan
hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan
sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi
juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti
yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.
2.1.3 Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan
baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman
sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang
siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan
karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan
kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan
oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi faktor yang paling
menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai
hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
2.1.4 Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam
cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat
orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian informasi yang
runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran,
mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Perserta didik visual ini
berbeda dengan peserta didik auditori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk
memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru, dan membuat catatan. Mereka
menggunakan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran,
mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau
kebisingan. Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam
kegiatan. Mereka cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama
pelajaran, mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan
mengerjakan sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida
karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-
rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegiatan belajar
yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa siswanya
sedemikan menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya. Sehingga
mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan
dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan cara yang mereka sukai. Guna memenuhi
kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan penuh dengan variasi.
Kalangan pendidikan juga mencermati adanya perubahan cara belajar siswa.
Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) telah menerapkan
indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada mahasiswa baru. MBTI merupakan salah
satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam dunia pendidikan dan untuk
memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar. Hasilnya menunjukkan
sekitar 60 persen dari mahasiswa yang masuk memiliki orientasi praktis ketimbang
teoritis terhadap pembelajaran, dan persentase itu bertambah setiap tahunnya.
Mahasiswa lebih suka terlibat dalam pengalaman langsung dan konkret daripada
mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu dan baru kemudian
menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya, jelas Schroeder, menunjukkan bahwa
siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang benar-benar aktif dari pada
kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio lima banding satu. Dari semua ini, dia
menyimpulkan bahwa cara belajar dan mengajar aktif sangat sesuai dengan siswa
masa kini. Agar bisa efektif, guru harus menggunakan yang berikut ini: diskusi dan
proyek kelompok kecil, presentasi dan debat, dalam kelas, latihan melalui
pengalaman, pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus. Secara khusus
Schroeder menekankan bahwa siswa masa kini “bisa beradaptasi dengan baik
terhadap kegiatan kelompok dan belajar bersama.”
2.2 Hakikat Pembelajaran IPS di SD
Secara umum pengajaran IPS meliputi masalah kehidupan manusia dan
masyarakat. Pengajaran IPS mengkaji hal ihwal kehidupan diri manusia,
perekonomian, kemasyarakatan, budaya, hukum, politik, kesejahteraan, geografis,
dan bahkan kehidupan keagamaan. Pengajaran IPS mengkaji masalah pancagatra
(Ipoleksosbudhankam) dan agama trigatra kehidupan ( diri manusia dan keluarga,
masyarakat luas dan sempit, bangsa negara dan dunia).( Djahiri dan
Budimansyah,1997:9).
Pengajaran IPS di SD diandalkan untuk membina generasi penerus usia dini
agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya,
menghayati tuntutan keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa
kebersamaan dan kekeluargaan. Dengan demikian diharapkan mahir berperan serta di
lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik.
Pengajaran IPS yang misi utamanya memanusiakan manusia dan
memasyarakatkannya secara fungsional dan penuh rasa kebersamaan serta rasa
tanggungjawab, hendaknya mampu menampilkan harapan (1) mampu memberikan
perbekalan pengetahuan tentang manusia dan seluk beluk kehidupannya dalam
astagatra kehidupan,(2) membina kesadaran, keyakinan, dan sikap tentang pentingnya
hidup bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan, bertanggung jawab dan
manusiawi, (3) membina keterampilan hidup bermasyarakat, dan (4) membina
perbekalan dan kesiapan untuk belajar lebih lanjut.
Dalam Draf final Kurikulum 2004 (2003: 27) pengajaran IPS di SD terutama
kelas 4 dan seterusnya di samping memuat pengetahuan sosial, juga memulai secara
khusus menampilkan konsep kesejarahan. Menurut Djahiri dan Budimansyah
(1997:7) mengatakan konsep sejarah untuk kelas 4 dan seterusnya sengaja
ditampilkan secara khusus dalam rangka pembekalan pengetahuan dan penghayatan
siswa mengenai hal ihwal kehidupan di masa lampau untuk kebermaknaan bagi diri
dan kehidupannya kini serta kelak. Sejarah memuat pengalaman masa lalu dan
menjadi guru yang paling berharga bagi kini dan esok hari.
2.3 Pengajaran Autentik
Pengajaran autentik yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan
siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Siswa mengembangkan keterampilan
berpikir dan pemecahan masalah yang penting dalam konteks kehidupan nyata. Siswa
sering kali mengalami kesulitan dalam menerapkan keterampilan yang telah mereka
dapatkan di sekolah ke dalam kehidupan nyata sehari-hari karena keterampilan-
keterampilan itu lebih diajarkan dalam konteks (situasi yang ada hubungannya
dengan) sekolah ketimbang konteks kehidupan nyata.
Tugas-tugas sekolah sering lemah dalam konteks (tidak autentik), sehingga
tidak bermakna bagi kebanyakan siswa karena siswa tidak dapat menghubungkan
tugas-tugas ini dengan apa yang telah mereka ketahui. Guru dapat membantu siswa
untuk belajar memecahkan masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki
konteks kehidupan nyata dan kaya dengan kandungan akademik serta keterampilan
yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata. Untuk memecahkan masalah-masalah
tersebut, siswa harus mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi kemungkinan
pemecahannya, memilih suatu pemecahan, melaksanakan pemecahana atas masalah
mereka. Dengan begitu, siswa akan belajar menerapkan keterampilan akademik
seperti pengumpulan informasi, menghitung, menulis dan berbicara di dalam konteks
kehidupan nyata.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
4 Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian dilakukan untuk mengkaji permasalahan faktual pembelajaran. Dalam
hal ini, penelitian dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS melalui
metode autentik pada siswa kelas IV SDN Gandri II Kecamatan Pangkur
Kabupaten Ngawi Penggunaan metode autentik bertujuan untuk mengatasi
masalah pembelajaran, yakni rendahnya prestasi belajar IPS yang diraih oleh
kelas IV SDN Gandri II Kecamatan Pangkur
3.1.1 Studi Pendahuluan
Peneliti karena sebagai guru kelas IV SDN Gandri II Kecamatan Pangkur
Kabupaten Ngawi, maka peneliti langsung mengadakan penelitian. Dari data hasil
nilai IPS yang diperoleh bahwa siswa kelas IV SDN Gandri II Kecamatan Pangkur
Kabupaten Ngawi. masih menemukan kendala dalam pembelajaran IPS. Kendala-
kendala itu dapat diidentifikasikan sebagai berikut: (1) siswa merasa kesulitan dalam
belajar IPS, (2) siswa sulit menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru, dan (3)
siswa merasakan belajar pelajaran IPS tidak menyenangkan. Karena belum
mengasilkan hasil yang efektif dan kurang menarik bagi murid. Berdasarkan temuan
tersebut maka disusun suatu rencana tindakan kelas untuk diterapkan dalam
pembelajaran IPS. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan kemampuan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Gandri II
Kecamatan Pangkur Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2006/2007 semester 2.
3.1.2 Perencanaan Tindakan
Setelah mengadakan studi pendahuluan, disusun rencana tindakan berupa
peningkatan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Gandri II Kecamatan
Pangkur melalui metode autentik. Rencana tindakan ini dengan melakukan kegiatan,
(1) merancang kegiatan pemebelajaran, (2) menyusun dan mempersiapkan instrumen
penelitian, (3) menetapkan dan menyusun jadwal pelaksanaan tindakan.
3.1.3 Pelaksanan Tindakan
Tahap ini merupakan realisasi dari tahap perencanaan tindakan. Pada tahap ini
guru melaksanakan pembelajaran IPS di kelas IV SDN Gandri II Kecamatan Pangkur
Kabupaten Ngawi berdasarkan perencanaan tindakan pembelajaran dalam setiap
siklus. Setiap siklus memerlukan waktu empat jam pelajaran ( 4 x 40 menit) yang
dilaksanakan dua kali pertemuan.
3.1.4 Tahap Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan dengan pelaksanaan tindakan pembelajran
membuat kalimat langsung dan kalimat tidak langsung di kelas. Dalam kegiatan ini,
semua indikator berusaha dikenali dan didokumentasikan dengan menggunakan
pedoman observasi.
Pengamatan dilakukan setiap tindakan pada setiap siklus. Pengamatan yang
dilakukan siklus pertama dapat mempengaruhi penyusunan pada siklus selanjutnya.
Hasil pengamatan ini, kemudian diadakan refleksi untuk perencanaan siklus
berikutnya.
3.1.5 Tahap Refleksi
Refleksi diadakan setiap akhir siklus. Dalam tahap ini diadakan, (1)
menganalisis tindakan yang baru dilakukan, (2) membahas kesesuaian tindakan
dengan perencanaan yang telah dilaksanakan, (3) menemukan pemecahan masalah
apabila terdapat kendala dalam pelaksanaan kegiatan, dan (4) melakukan pemaknaan
dan penyimpulan data yang diperoleh.
Hasil refleksi merupakan masukan untuk menentukan perlu tidaknya tindakan
pada siklus berikutnya. Tindakan pada siklus berikutnya tidak perlu dilaksanakan
apabila hasil pada refleksi menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Hal ini dapat
digambarkan alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya peningkatan
prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Gandri II Kecamatan Pangkur Kabupaten
Ngawi melalui metode autentik adalah sebagai berikut:
Siklus Awal
STUDI PENDAHULUAN :- Mengidentifikasi
Masalah- Analisis Masalah
RENCANA TINDAKAN- Menyusun disain tindakan sesuai
alur PTK- Menyusun rencana/scenario
pembelajaran.- Menyusun jenis penugasan, cara
melaporkan tugas, dan tata cara berdiskusi.- Mempersiapkan alat pengumpul
data mengenai data proses tindakan dan data hasil.
- Menyiapkan alat penilaian dan menentukan indicator dan criteria penilaian.
OBSERVASI/PENGAMATAN :- Merekam semua
peristiwa dan kegiatan yang berlangsung.
R E F L E K S I1.Refleksi Proses Tindakan :
- Menganalisis dan mengkaji temuan terhadap tindakan yang telah dilakukan dan melihat kekurangan dan kendala yang terjadi.
2.Refleksi Hasil Tindakan :- Berdasarkan kegiatan
pembelajaran refleksi hasil dilihat dari peningkatan kemampuan siswa menulis puisi akrostik.
3. Hasil Temuan :- Berdasarkan refleksi tindakan dan
refleksi, maka disusun rencana tindakan selanjutnya sebagai revisi terhadap tindakan awal.
PELAKSANAAN TINDAKAN1. Tahap Membangun skemata
siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan membagi kelompok.
2. Tahap penyajian3. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
HASIL ?
3.2 Setting dan Subjek Penelitian.
3.2.1 Seting Penelitian
Bagan 3.1 Alur PTK Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui metode Autentik
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kleas IV SDN Gandri II Kecamatan Pangkur
Kabupaten Ngawi Pemilihan SDN Gandri II Kecamatan Pangkur Kabupaten Ngawi
sebagai tempat penelitian didasarkan pertimbangan bahwa, (1) sekolah ini merupakan
tempat kerja, (2) mata pelajaran IPS terutama kopetensi dasar iklim di Indonesia
merupakan kendala yang dihadapi oleh murid. Oleh karena itu, perlu diadakan
tindakan kelas sebagai upaya peningkatan prestasi belajar IPS terutama iklim di
Indonesia, (3) penelitian tentang peningkatan prestasi belajar IPS melalui metode
Autentik di sekolah ini belum pernah dilaksanakan, sehingga hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan manfaat yang berharga bagi peningkatan prestasi
belajar IPS di sekolah ini.
3.3 Data dan Sumber Data
Pada bagian ini disajikan data dan sumber data penelitian yang berupa data
proses dan data produk. Hal tersebut disajikan sebagai berikut
3.3.1 Data Penelitian
Data penelitian diperoleh pada setiap tindakan pembelajaran IPS kopetensi
dasar Iklim di Indonesia melalui metode autentik. Keseluruhan data itu merupakan
hasil catatan di lapangan dan hasil penugasan. Data tersebut dapat dikelompokan
menjadi data proses dan data produk.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Gandri II
Kecamatan Pangkur Kabupaten Ngawi yang berjumlah 15 anak. Seluruh murid
SIKLUS LANJUTAN
(SIKLUS KE – N)
dikenai tindakan karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang
mengikuti alur pembelajaran yang sesungguhnya. Pertimbangan pemilihan siswa
kelas IV sebagai subjek penelitian karena murid kelas IV mengalami permasalahan
dalam pembelajaran IPS khususnya kompetensi dasar iklim di Indonesia.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman
guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus,
dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengolahan metode autentik, untuk mengamati
proses dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPS pada kopetensi
dasar iklim di Indonesia. Tes formatif ini diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal
yang diberikan adalah isian singkat.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi
pengolahan metode pembelajaran autentik, observasi aktivitas siswa, dan tes formatif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Siklus I
4.1.1 Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
4.1.2 Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan di Kelas
IV dengan jumlah siswa 15 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan.
Pada akhir siklus siswa diberi tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: