BAB I
Penelitian Tindakan Kelas:
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATKA DI SMK DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD BERBASIS
KONSTRUKTIVISTIK
Oleh:
Nama
: Ahmad Abdul SyakurNIM
: 4101507040Tugas pada mata kuliah:
METODE PENELITIAN
Pengampu: Prof. Dr. SUKESTIYARNOPROGRAM PASCASARJANA UNNES
SEMARANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2008
BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan
sumber daya manusia pemerintah telah mengusahakan berbagai macam
cara, salah satunya adalah meningkatkan mutu pendidikan, tidak
hanya guru saja yang dituntut untuk pandai dalam menyampaikan
materi pelajaran, tetapi siswa juga dituntut untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Terciptanya keaktifan siswa tidak lepas
dari peran guru sebagai fasilitator. Untuk itu guru dituntut mampu
mengembangkan model-model pembelajaran interaktif dan mengelola
sarana dan prasarana yang ada, sehingga guru dapat memacu siswa
untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan pertimbangan bahwa lulusan SMK utamanya harus
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tertentu, dapat
mengembangkan dirinya baik secara vertical maupun horizontal dan
memiliki kecakapan untuk menjalani kehidupan secara baik maka
substansi kurikulum SMK yang secara global diatur dalam panduan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dipilih dan dikemas
dengan pendekatan kompetensi dan pengembangan kecakapan hidup (life
skill).Matematika sebagai salah satu mata pelajaran adaptif dalam
struktur kurkulum SMK dimaksudkan untuk menguasai dan mencipta
teknologi masa depan dan sebagai dasar perkembangan teknologi
modern yang merupakan ciri dan tujuan SMK. Mata pelajaran
Matematika perlu diberikan untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.Kenyataan
di lapangan khususnya di SMK 6 Semarang kemampuan siswa untuk
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama patut ditinjau kembali dan dievaluasi.
Beberapa karakteristik keterampilan produktif, Tata Busana misalnya
telah menjadikn siswa bersifat individual karena beban-beban mata
pelajaran yang mengharuskan mereka bekerja indiviual. Demikian juga
keterampilan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dann
kreatif sangatlah kurang diserap oleh mereka berhubung mata
pelajaran lain (mata pelajaran produktif) selalu menekankan
pendekatan prosedural dalam menyampaikan pesan/substansi materi
mata pelajaran. Sehingga siswa sudah terbiasa terpola untuk
menangkap pengetahuan sebagai hal-hal prosedural yang lama-lama
dapat mengikis sikap kritis, logis dan kreatif sebagai sifat dasar
matematika. Karena itulah agar kemampuan siswa untuk berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama tetap terjaga satu caranya adalah guru melaksanakan
proses pembelajaran yang berkualitas.Kualitas proses pembelajaran
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah ketepatan pendekatan yang digunakan.
Pendekatan yang digunakan oleh para guru pada umumnya di lapangan,
merupakan pendekatan yang berpusat pada guru. Guru masih
menyampaikan materi pelajaran matematika dengan pendekatan
tradisional yang menekankan pada latihan pengerjaan soal-soal atau
drill and practice, prosedural, serta penggunaan rumus. Pada
pembelajaran ini guru berfungsi sebagai pusat atau sumber materi
guru yang aktif dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya menerima
materi. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas
pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika. Siswa
menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang mendalam. Akibatnya
kemampuan penalaran (berpikir kritis) dan kompetensi strategis
siswa tidak berkembang.Di lain pihak, bahan-bahan sosialisasi KTSP
dari Pusat Kurikulum merekomendasikan model-model pembelajaran
inovativ untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satunya
adalah model pembelajaran tipe JIGSAW dan STAD yang berbasis
kooperatif lerning, diharapkan penggunaan model ini dapat
meningkatkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. B. Rumusan
MasalahBerdasar latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:a. Apakah penggunaan paduan model pembelajaran
kooperatif learning tipe JIGSAW dan STAD berbasis konstruktivistik
di SMK Negeri 6 Semarang dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran?
b. Adakah pengaruh penggunaan paduan model pembelajaran
kooperatif learning tipe JIGSAW dan STAD berbasis konstruktivistik
di SMK Negeri 6 Semarang terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa?c. Adakah perbedaan hasil belajar siswa pada penggunaan model
pembelajaran tipe JIGSAW, tipe STAD dan model ekspositori
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar siswa SMK Negeri 6 Semarang melalui penerapan
model kooperatif learning tipe JIGSAW dan tipe STAD berbasis
konstruktivistik
D. Manfaat
Hasil penelelitian ini akan memberi manfaat sebagai berikut:
a. Bagi guru
Guru dapat lebih mengetahui dengan melaksanakan paduan pola dan
model pembelajaran koperatif tipe JIGSAW dan STAD, pengetahuan atas
model ini dapat dikembangkan pada model-model lainnya yang sesuai
jika sekiranya nanti terbukti bahwa memang model yang diteiti
memberikan peningkatan yang signifikan.b. Bagi siswa
Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini dapat
meningkatkan kemampuan berpikir konstruktif, kritis, logis dan
meningkatkan kemampuan kerjasama yang diperlukan siswa kedepan
ketika dia terjun ke dunia usaha / dunia industri.
c. Bagi pemerintahDapat memberi bukti-bukti empiris pelaksanaan
model pembelajaran yan disarankan dalam panduan KTSP. Sehingga
model-model apa yang dikembangkan dalam BINTEK (Bimbingan Teknis)
bagi guru-gurudapat lebih mengena dan tidak sekedar teoritis
belaka.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika di SMK1.
Definisi belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang, baik tua maupun
muda. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap
seseorang terbentuk dimodifikasikan dan berkembang disebabkan
belajar.
Menurut Dakir (1993:125) seseorang dapat dikatakan belajar kalau
dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang
bersangkutan menjadi berubah. Menurut Purwanto (2004:84) belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar:
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dimana
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif,
dan psikomotor (Djamarah, 2002:13)
Berdasarkan definisi di atas belajar adalah suatu perubahan yang
relatif menetap dari individu yang terjadi disebabkan adanya
pengalaman dan latihan serta interaksi dengan lingkungan yang
dilakukan dengan melibatkan proses kognitif atau pengetahuan,
afektif atau nilai sikap, dan psikomotor atau keterampilan.
2. Definisi hasil belajar
Untuk mengukur keberhasilan siswa/peserta didik dapat dilakukan
dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan,
dan perbuatan, serta observasi atau pengamatan.
Menurut Howard Kingsley dalam (Sujana, 2002:45) membagi tiga
macam hasil belajar dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. keterampilan dan kebiasaan.
2. pengetahuan dan pengertian.
3. sikap dan cita-cita, dan yang masing-masing golongan dapat
diisi dengan bahan-bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.
Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai
seseorang dimana kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan
yang khas (Winkel 1991:106).
Dari definisi tersebut di atas maka hasil belajar adalah
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan dengan cara
mengembangkan melalui tes tertulis, tes lisan, perbuatan dan
observasi atau pengamatan, serta tugas kelompok, tugas individu,
tugas di rumah dan ulangan harian yang dilakukan oleh guru.3.
Pembelajaran matematika di SMK
Standar Isi mata pelajaran matematika yang menjadi pedoman
penyusunan KTSP dimanapun termasuk di SMK Negeri 6 Semarang
menyebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Matematika merupakan
sarana komunikasi sains tentang pola-pola yang berguna untuk
melatih berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif. Oleh karena
itu hampir semua negara menempatkan Matematika sebagai salah satu
mata pelajaran yang penting bagi pencapaian kemajuan negara
bersangkutan. Di samping itu mata pelajaran Matematika membekali
peserta didik kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Pendekatan pemecahan
masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup
masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan
solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara
penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu
dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model
matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.Dalam
setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).
Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara
bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.Untuk
meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer,
alat peraga, atau media lainnya. Selain itu, perlu ada pembahasan
mengenai bagaimana matematika diterapkan dalam teknologi informasi
sebagai perluasan pengetahuan peserta didik.Penguasaan mata
pelajaran Matematika bagi peserta didik SMK/MAK juga berfungsi
membentuk kompetensi program keahlian. Dengan mengajarkan
Matematika diharapkan peserta didik dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mengembangkan diri di bidang keahlian dan
pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.Pembelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.a.
Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalahb. Menggunakan penalaran
pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematikac. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.d. Mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalahe. Menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalahf. Menalar secara logis dan kritis serta
mengembangkan aktivitas kreatif dalam memecahkan masalah dan
mengkomunikasikan ide. Di samping itu memberi kemampuan untuk
menerapkan Matematika pada setiap program keahlian.Adapun ruang
lingkup mata pelajaran matematika SMK meliputi aspek-aspek sebagai
berikut: Operasi bilangan Persamaan, pertidaksamaan, dan matriks
Trigonometri Barisan dan deret Geometri dimensi dua Statistika.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berdasar lingkup sebagai
berikut:Standar KompetensiKompetensi Dasar
1. Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan
riil1. 1 Menerapkan operasi pada bilangan riil
1. 2 Menerapkan operasi pada bilangan berpangkat
1. 3 Menerapkan operasi pada bilangan irasional
1. 4 Menerapkan konsep logaritma
2. Memecahkan masalah berkaitan sistem persamaan dan
pertidaksamaan linier dan kuadrat2. 1 Menentukan himpunan
penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan linier
2. 2 Menentukan himpunan penyelesaian persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat
2. 3 Menerapkan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat
3. Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep matriks3. 1
Mendeskripsikan macam-macam matriks
3. 2 Menyelesaikan operasi matriks
4. Menyelesaikan masalah program linier4. 1 Membuat grafik
himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier
4. 2 Menentukan model matematika dari soal ceritera (kalimat
verbal)4. 3 Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan
linier4. 4 Menerapkan garis selidik
5. Menerapkan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas
trigonometri dalam pemecahan masalah5. 1 Menentukan nilai
perbandingan trigonometri suatu sudut.
5. 2 Mengkonversi koordinat kartesius dan koordinat kutub
5. 3 Menerapkan aturan sinus dan kosinus
5. 4 Menentukan luas suatu segitiga
6. Menerapkan konsep barisan dan deret dalam pemecahan masalah6.
1 Mengidentifikasi pola, barisan, dan deret bilangan
6. 2 Menerapkan konsep barisan dan deret aritmatika
6. 3 Menerapkan konsep barisan dan deret geometri
7. Menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan
titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi dua7. 1
Mengidentifikasi sudut
7. 2 Menentukan keliling bangun datar dan luas daerah bangun
datar
7. 3 Menerapkan transformasi bangun datar
8. Menerapkan aturan konsep statistik dalam pemecahan masalah8.
1 Mengidentifikasi pengertian statistik, statistika, populasi, dan
sampel
8. 2 Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram
8. 3 Menentukan ukuran pemusatan data
8. 4 Menentukan ukuran penyebaran data
Adapun Standar kompetensi yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah menyelesaikan masalah program linier.B. Model Pembelajaran,
Metode, Pendekatan dan Strategi1. Model pembelajaran
Menurut Nur, (2005) Model Pembelajaran mempunyai 4 (empat) ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu.
Ciri-ciri tersebut adalah:
1) rasional teoretik yang logis,
2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai. Model belajar mengajar adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman mengajar untuk mecapai tujuan belajar tertentu, dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Suherman, 1999: 34)
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang digunakan dalam melaksanakan KBM
yang mempunyai ciri-ciri: rasional teoretik yang logis, ada tujuan
yang dicapai, ada model yang digunakan, dan lingkungan belajar yang
diperlukan2. Metode pembelajaran
Pemilihan metode mengajar/pembelajaran sebaiknya dipertimbangkan
antara lain: kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran
,karakteristik materi, karakter siswa/, kesiapan guru, dan
ketersediaan sarana/prasarana. Menurut Suyitno (2001: 26) Metode
mengajar adalah cara mengajar yang dapat digunakan untuk
mengajarkan tiap bahan pelajaran, misalnya metode ceramah, metode
ekspositori, metode tanya- jawab, dan lainnya. Metode mengajar
ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Adapun jenis-jenis
metode mengajar antar lain: metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
tugas belajar dan resitasi, kerja kelompok, demonstrasi dan
eksperimen, sosiodrama, problem solving, sistem regu, karyawisata,
manusia sumber, dan simulasi (Sudjana, 2005: 76-95 )Berdasarkan
definisi tersebut di atas, maka metode mengajar/pembelajaran adalah
cara-cara yang digunakan guru dalam melaksanakan KBM, agar tujuan
yang diharapkan dapat tercapai, misalnya: metode ceramah, metode
JIGSAW, metode STAD, metode Ekspositori, metode problem
solving.
Menurut Nur (2005:1) Model Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat
digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap
mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai
pemecahan masalah yang kompleks). Model pembelajaran kooperatif
menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur
tugas, tujuan, dan hadiah. Struktur tugas mengacu pada jenis-jenis
tugas kognitif dan sosial yang memerlukan model pengajaran dan
pelajaran yang berbeda. Adapun struktur tujuan dan hadiah
dua-duanya mengacu pada tingkat kooperasi atau kompetnesi yang
dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan dan hadiah mereka (Ibrahim,
2005:3)
Berdasarkan dari definisi tersebut di atas model pembelajaran
kooperatif merupakan teknik-teknik kelas yang digunakan guru setiap
hari untuk membantu belajar matematika, dimulai dari
keterampilan-keterampilan/kemahiran dasar untuk mencapai tujuan
hasil belajar dengan kerjasama yang kompak, dan terpadu3.
Pendekatan belajar mengajar
Menurut Suherman dkk, (1999: 220). Pendekatan belajar mengajar
dapat merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam
membahas suatu bahan pelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah
suatu prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajarannya
(Suyitno, 2001: 25).Berdasarkan definisi di atas, maka pendekatan
belajar mengajar/ pembelajaran adalah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan KBM untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
4. Strategi
Untuk mencapai tujuan-tujuan belajar mengajar guru biasanya
memilih satu atau lebih strategi belajar mengajar. Menurut Gulo
(2005: 3) menyatakan bahwa strategi belajar adalah rencana dan
cara-cara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat
terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai secara
efektif. Strategi belajar-mengajar adalah pola umum perbuatan murid
di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan, 2004: 3).
Menurut Suyitno (2001: 26) strategi pembelajaran adalah perencanaan
yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran (TPU/TPK)
tercapai.Berdasarkan definisi tersebut diatas strategi belajar
mengajar merupakan rencana dan cara yang digunakan untuk
melaksanakan KBM agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara
efektif.C. Cooperative LearningBagaimana guru dapat memotivasi
siswa mereka untuk belajar dan membantu saling belajar satu sama
lain? Bagaimana guru dapat menyusun kegiatan kelas sedemikian rupa
sehingga sisa akan berdiskusi, berdebat, dan menggeluti ide-ide,
konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan sehinggga benar-benar
memahami ide, konsep, dan keterampilan tersebut? Jawabnya adalah
melalui pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif/cooperative learning. Menurut Johnsons and Johnsons (
dalam Lie, 2004:18) Sistem pengajaran cooperative learning bisa
didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok terstruktur.
Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu
saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Cooperative
learning is a successful teaching strategy in which small teams,
each with students of different levels of ability, use a variety of
learning activities to improve their understanding of a subject.
Each member of a team is responsible not only for learning what is
taught but also for helping team mates learn, thus creating an
atmosphere of achievement (Colearin, (www.utc.edu. 2008)
(Cooperative learning adalah suatu strategi pengajaran yang
berhasil di mana setiap siswa dari kelompok kecil mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda dalam menggunakan satu macam aktivitas
belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka pada suatu subjek.
Setiap anggota dari suatu kelompok bertanggung jawab tidak hanya
untuk belajar apa yang telah dipelajari, tetapi juga membantu teman
sekelompok untuk belajar, hal tersebut dapat menciptakan suasana
belajar yang nyaman sehingga dapat mencapai prestasi yang
baik).
Menurut Holubec ( dalam Nurhadi, 2004:60) pengajaran kooperatif
(Cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih
asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan
hidup di dalam masyarakat nyata (Abdurrahman dalam Nurhadi,
2004:61).
Dari definisi di atas Cooperative learning merupakan model
pengajaran yang berhasil dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
untuk mencapai hasil yang maksimal dengan menerapkan lima unsur
model pembelajaran gotong royong dengan mengembangkan interaksi
yang silih asih, silih asih dan silih asuh antar sesama siswa dalam
kehidupan di luar dan di dalam kelas.
Menurut Arend ( dalam Nurhadi dkk, 2002:64) Ada 4 (empat) metode
pembelajaran kooperatif ialah STAD (Student Teams Achievement
Division), JIGSAW, GI (Group Investigation), dan metode struktural
dan dalam hal ini akan diambil 2 (dua) metode saja: Metode STAD
(Student Teams Achievement Division) , dan metode JIGSAW.a. Metode
STAD ( Student Teams Achievement Division)
Metode STAD merupakan metode yang dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Metode ini
dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari
pendekatan pembelajaran kooperatif yang mengajarkan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian
verbal maupun tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri dari 4 atau 5
siswa yang heterogen baik ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap
anggota menggunakan lembar kerja siswa, dan saling membantu untuk
menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama
anggota tim. Secara individu atau tim tiap minggu atau tiap 2
minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan
mereka terhadap bahan ajar yang telah dipelajari, dan diberi skor
sesuai dengan penguasaannya terhadap bahan ajar.
Menurut Nur (2005:20) STAD terdiri dari 5 (lima) komponen utama
yaitu: presentasi kelas artinya bahan ajar diperkenalkan melalui
presentasi kelas, kerja tim artinya tim tersusun dari 4 (empat)
atau 5 (lima) siswa yang mewakili heterogenitas kelas dalam kinerja
akademik, jenis kelamin, dan suku, kuis artinya setelah satu sampai
dua periode presentasi guru dan sampai dua periode latihan tim,
para siswa tersebut dikenai kuis. Siswa tidak dibenarkan saling
membantu selama kuis berlangsung.
Hal ini menjamin agar siswa secara individual bertanggung jawab
untuk memahami bahan ajar tersebut, skor perbaikan individual
artinya setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada timnya
dalam sistem penskoran, namun tidak seorang siswa pun dapat
melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa
lalu, dan penghargaan tim artinya tim dapat memperoleh sertifikat
atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampui
kriteria tertentu.
b. Metode JIGSAWMetode JIGSAW dikembangkan oleh Elliot Aronson
dan kawan-kawanya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi
oleh Slavin dan kawan-kawanya. Melalui metode Jigsaw kelas dibagi
beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan
karakteristik heterogen. Bahan ajar disajikan kepada siswa dalam
bentuk teks, dan tiap siwa bertanggung jawab untuk mempelajari
suatu bagian dari bahan ajar tersebut. Para anggota dari berbagai
tim berbagai tim yang berbeda memiliki tangggung jawab untuk
mempelajari suatu bahan ajar yang sama dan selanjutnya berkumpul
untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut yang disebut
kelompok pakar atau expert group. Selanjutnya, para siswa yang
berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk
mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam
kelompok pakar. Adapun penskoran seperti dilakukan pada STAD.
Menurut Nur (2005: 63) JIGSAW siswa bekerja dalam tim-tim heterogen
seperti pada STAD. Siswa diberikan tugas mempelajari bab atau
bahan-bahan lain untuk dibaca, dan diberikan Lembar Ahli yang
berisi topik yang berbeda untuk anggota setiap tim agar pada saat
membaca dapat terfokus pada topik tersebut. Apabila setiap orang
telah selesai membaca, siswa dari tim berbeda dengan topik yang
sama bertemu dalam sebuah kelompok ahli untuk membahas topik mereka
selama kurang lebih 30 menit. Para ahli ini kemudian berkumpul
kepada tim asal mereka dan secara bergantian mengajar teman satu
timnya tentang topik-topik keahlian mereka. Akhirnya diberi kuis
tentang seluruh topik, dan skor kuis tersebut menjadi skor seperti
pada STAD. Kunci keberhasilan JIGSAW adalah saling ketergantungan,
yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota timnya untuk mendapat
informasi yang dibutuhkannya agar dapat mengerjakan kuis dengan
baik.
c. Metode Ekspositori
Menurut Suyitno, (2001: 28) Metode Ekspositori adalah cara
penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas
dengan berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh
soal, pada waktu-waktu yang diperlukan saja.
Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama
siswa berlatih menyelesaikan soal latihan dan siswa bertanya kalau
belum mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara
individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau
klasikal. Siswa mengerjakan latihan sendiri atau dapat bertanya
temannya, atau disuruh guru untuk mengerjakannya di papan tulis.
Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada
guru, tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang. D. Wawasan
KontruktivistikPada awal Abad dua puluh, John Dewey mendengungkan
filsafat progresifme, yang kemudian melahirkan filosofi belajar
Konstruktivisme, trend belajar saat ini mengarah pada kedua
filsafat belajar itu. Yaitu filsafat yang melihat anak sebagai
pribadi yang bisa berkembang melalui kemampuan dan kreativitasnya
sendiri. ( Nurhadi, 2004 : 42)
Filosofi konstruktivisme adalah sesuatu yang berkembang. Dasar
pandangannya adalah pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh
dari kontek yang terbatas dan sedikit demi sedikit, ketika belajar
siswa yang mengkonstruksikan sendiri pengetahuanya.
Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non -
objektif, kontemporer, dan selalu berubah. kitalah yang memberi
makna terhadap realitas yang ada pengetahuan tidak pasti dan tidak
tetap. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan
pengetahuan, mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses
penggali bermakna, bukan memidahkan pengetahuan kepada orang yang
belajar. Otak atau akal mereka berfungsi sebagai alat untuk
melakukan interpretasi sehingga muncul makna yang unik.
Dengan paham konstruktivisme siswa diharapkan dapat membangun
pemahaman sendiri dari pengalaman terdahulu. Pemahaman yang
mendalam dikembangkan melalui pengalaman pengalaman bermakna
(akomodasi). Siswa diharapkan mampu mempraktekkan pengetahuan yang
telah diperolehnya dalam kontek kehidupan nyata. Siswa diharapkan
juga melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan
tersebut. Dengan demikian siswa dapat memiliki pemahaman yang
berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari.
Hakekat teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus
menjadikan informasi itu menjadi miliknya sendiri. Beberapa
proposisi yang dapat dikemukakan sebagi implikasi dari teori
konstruktivisme dalam praktek pembelajaran di sekolah sekolah
sekarang ini adalah sebagai berikut:
1). Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru
2). Kebebasan merupakan unsur esensial dalam lingkungan
belajar.
3). Strategi belajar yang digunakan menentukan proses dan hasil
belajar.
4). Belajar pada hakekatnya memilki aspek sosial dan budaya.
5). Kerja kelompok dianggap sangat berharga.E. Kerangka
BerpikirPembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang
memberi nuansa agar program belajar mengajar tumbuh dan berkembang
secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal
dan unik dalam diri individu siswa, sedangkan proses pembelajaran
bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa
perilaku. Pembelajaran ini sudah dapat dikatakan baikatau tidak
dapat dilihat dari keaktifan sebagai proses belajar dan
hasil/prestasi belajar itu sendiri. Untuk mendapatkan proses dan
hasil belajar perlu memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya yakni factor dari dalam, minat misalnya dan factor
dari luar yakni pendekatan, metode dan nuansa pembelajaran yang
diterapkan guru.
Berkaitan denga faktor pendekatan, metode, model pembelajaran
sebagai factor ekstrinsik yang dapat direkayasa guru sebagai
fasilitator proses belajar mengajar maka penelitian ini mencoba
memberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe JGSAW dan STAD
berbasis konstruktivistik agar konsep, prinsip, prosedur dan skill
matematika dapat ditingkatkan
F. Hipotesis tindakanKeangka pikir dan perumusan masalah di atas
mengantarkan penulis pada hipotesis tindakan sebagai berikut:
a. Penggunaan paduan model pembelajaran kooperatif learning tipe
JIGSAW dan STAD berbasis konstruktivistik di SMK Negeri 6 Semarang
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
b. Ada pengaruh penggunaan paduan model pembelajaran kooperatif
learning tipe JIGSAW dan STAD berbasis konstruktivistik di SMK
Negeri 6 Semarang terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
c. Ada perbedaan hasil belajar siswa pada penggunaan model
pembelajaran tipe JIGSAW, tipe STAD dan model ekspositoriBAB
III
Metodologi PenelitianA. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin dari hasil
menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas, yang ingin dipelajari sifat sifatnya. (Sudjana, 2001:
6).
Populasi dari penelitian adalah semua siswa SMK Negeri 6
Semarang yang terdiri dari 28 kelas terbagi dalam 5 Program
Keahlian yakni Tata Boga, Tata Busana, Tata Kecantikan, Restoran
dan Akomodasi Perhotelan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi (Sudjana,2001:
6). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel kelompok
acak (Cluster Random Sampling). Sampel pada penelitian ini ada 2
kelas, yang berlaku sebagai kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen yang diambil secara acak yaitu dengan undian.B. Variabel
PenelitianVariabel penelitian adalah gejala yang bervariasi yang
menjadi objek penelitian gejala tersebut ditunjukkan oleh
indikator- indicator yang muncul.. Pada penelitian ini ada 3
varibel indikator yang akan diamati dan diukur.
Varibel indikator dalam penelitian ini adalah:
1) keaktifan siswa dalam peran dan kerjasamanya sebagai anggota
kelompok,2) keterampilan proses mengkonstuksi dan menginformasikan
bahan pelajaran kepada anggota kelompoknya maupun dalam kelompok
ahli, dan
3) hasil belajar siswa.
C. Prosedur yang DigunakanBerdasarkan diskusi kolaboratif antar
peneliti dan guru mata pelajaran matematika sebagai mitra, seperti
yang sudah diuraikan seperti tersebut di atas model pembelajaran
matematika yang digunakan adalah paduan model STAD dan JIGSAW
berbasis konstruktivisme. Prosedur tindakan pembelajaran yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Guru mitra dan peneliti serta siswa berkolaborasi untuk
menyiapkan pokok bahasan yang harus diteliti dan harus dipelajari
siswa.
2. Secara kolaborasi peneliti dan guru membuat rancangan
pembelajaran, media pembelaran, instrumen evaluasi, skoring
evaluasi.
3. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan paduan metode STAD dan
JIGSAW, berbasis konstruktivistik siswa diberi sugesti tentang
kerja dan belajar kelompok, siswa diberi pembelajaran yang
bentuknya rangsangan untuk dapat mengungkapkan konsep yang telah
dimiliki dan membagi kepada kelompoknya untuk membangun konsep baru
bersama-sama kelompoknya, mengkomunikasikan konsep dan memecahkan
masalah (soal) secara bersama. 4. Pada saat pembelajaran berakhir
guru selalu memberi masalah pada siswa berupa soal-soal untuk
dikerjakan secara mandiri untuk dilihat seberapa besar peningkatan
kemampuan individual karena pengaruh kerja/belajar kelompok.D.
Siklus Kegiatan
Kegiatan diterapkan dalam upaya menumbuhkan jiwa siswa mempunyai
semangat kerja/belajar kelompok dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapi maupun yang dibebankan padanya. Tahapan langkah disusun
dalam siklus penelitian. Setiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dirancang dalam 3
siklus. Sebagai langkah-langkah besar yang dilakukan sebagai
berikut: Siklus 1
Perencanaan
a. Guru dan peneliti meninjau rancangan pembelajaran yang
disiapkan untuk siklus 1. Penekanan perencanaan disini adalah
menyiapkan siswa benar-benar berada pada kondisi bahwa siswa mau
dan yakin akan pentingnya kerja/belajar kelompok. Persiapan ini
dilakukan sebelum perlakuan pembelajaran dimulai di luar jam
pelajaran.
b. Guru dan peneliti menyiapkan Rancangan pembelajaran,
lembar-lembar tugas kelompok dan soal-soal kelompok maupun
soal-soal individual.
c. Guru dan peneliti menyiapkan Rancangan pembelajaran,
lembar-lembar tugas kelompok dan soal-soal kelompok maupun
soal-soal individual untuk dibahas pada pertemuan siklus 2.
Pelaksanaan
a. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
b. Guru menyajikan pengantar pelajaran dengan nuansa
konstruktivis
c. Guru membagi tugas pada tiap anggota kelompok dengan materi
yang berbeda
d. Tiap kelompok berdiskusi sebentar untuk saling berbagi dalam
memahami tugas masing-masing
e. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok
ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
f. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali
ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguhg. Guru memberi soal
evaluasi.
h. Guru menutup pelajaran dengan kesimpulan.
Pengamatan
a. Guru dan peneliti mengamati aktifitas proses dalam
mengkonstruksi konsep yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran
siklus 1.
b. Guru dan peneliti mengamati pada setiap kegiatan yang
dilakukan siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal
pelajaran hingga akhir pelajaran. Diberikan penilaian untuk
masing-masing siswa tentang indikator keaktifan dan keterampilan
proses yang telah disiapkan.
c. Guru dan peneliti mengamati jalannya diskusi intra kelompok
dan diskusi kelompok ahli serta membantu mengarahkan menurut cara
konstruktivis apabila terjadi kesalahan konsep atau ada indikasi
kesalahan konsep..
d. Guru dan peneliti mengamati proses sharing intra kelompok
setelah kelompok ahli kembali ke grupnya masing-masing, setelah itu
dilakukan evaluasi pada individu-individu yang mampu dan tidak
mampu menyelesaikan masalahnya.
Refleksi
a. Secara kolaboratif guru dan peneliti menganalisis hasil
pengamatan, selanjutnya lakuikan suatu refleksi, dan membuat
simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1.
b. Guru dan peneliti mendiskusikan hasil analisis berdasar
indikator pengamatan, indicator tugas kelompok dan indikator soal
individual. Membuat suatu perbaikan tindakan atau rancangan revisi
berdasar hasil analisis pencapaian indikator-indikator
tersebut.
Siklus 2
Perencanaan
a. Guru dan peneliti meninjau rancangan pembelajaran yang
disiapkan untuk siklus 2. sesuai hasil refleksi siklus 1..
b. Guru dan peneliti menyiapkan kembali Rancangan pembelajaran,
lembar-lembar tugas kelompok dan soal-soal kelompok maupun
soal-soal individual.
c. Guru dan peneliti menyiapkan Rancangan pembelajaran,
lembar-lembar tugas kelompok dan soal-soal kelompok maupun
soal-soal individual untuk dibahas pada pertemuan siklus 3.
Pelaksanaan
a. Guru mempertegas masalah keaktifan kerja kelompok untuk
memotivasi agar indikator keaktifan dan keterampilan proses lebih
terpenuhi pada siklus ini.
b. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan kelompok siklus 1. c.
Guru menampung permasalahan diteruskan dengan menyajikan pengantar
materi pelajaran berikutnya dengan nuansa konstruktivis.d. Guru
membagi tugas pada tiap anggota kelompok dengan materi yang
berbeda.e. Tiap kelompok berdiskusi sebentar untuk saling berbagi
dalam memahami tugas masing-masing.f. Anggota dari tim yang berbeda
yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.g.
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang
sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan
dengan sungguh-sungguhh. Guru memberi soal evaluasi.
i. Guru menutup pelajaran dengan kesimpulan.
Pengamatan
a. Guru dan peneliti mengamati aktifitas proses dalam
mengkonstruksi konsep yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran
siklus 2.b. Guru dan peneliti mengamati pada setiap kegiatan yang
dilakukan siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal
pelajaran hingga akhir pelajaran. Diberikan penilaian untuk
masing-masing siswa tentang indikator keaktifan dan keterampilan
proses yang telah disiapkan.c. Guru dan peneliti mengamati jalannya
diskusi intra kelompok dan diskusi kelompok ahli serta membantu
mengarahkan menurut cara konstruktivis apabila terjadi kesalahan
konsep atau ada indikasi kesalahan konsep.d. Guru dan peneliti
mengamati proses sharing intra kelompok setelah kelompok ahli
kembali ke grupnya masing-masing, setelah itu dilakukan evaluasi
pada individu-individu yang mampu dan tidak mampu menyelesaikan
masalahnya.
Refleksi
a. Secara kolaboratif guru dan peneliti menganalisis hasil
pengamatan, selanjutnya lakuikan suatu refleksi, dan membuat
simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 2. b. Guru dan
peneliti mendiskusikan hasil analisis berdasar indikator
pengamatan, indikator tugas kelompok dan indikator soal individual.
Membuat suatu perbaikan tindakan atau rancangan revisi berdasar
hasil analisis pencapaian indikator-indikator tersebut.Siklus
3Perencanaan
a. Guru dan peneliti meninjau rancangan pembelajaran yang
disiapkan untuk siklus 3, sesuai hasil refleksi siklus 2 dan akan
menekankan pada pencapaian indikator
b. Guru dan peneliti menyiapkan kembali Rancangan pembelajaran,
lembar-lembar tugas kelompok dan soal-soal kelompok maupun
soal-soal individual.
c. Guru dan peneliti menyiapkan tes, instrumen tes akhir dan
meninjau lebih detil tentang indikator keaktifan dan indikator
keterampilan proses secara individual.d. Guru memberi pendekatan
khusus pada siswa yang belum menampakkan hasil keaktifan dan proses
agar pada siklus ke tiga lebih termotivasiPelaksanaan
a. Guru mempertegas masalah keaktifan kerja kelompok untuk
memotivasi agar indikator keaktifan dan keterampilan proses lebih
terpenuhi pada siklus ini.
b. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan kelompok
sebelumnya.
c. Guru menampung permasalahan diteruskan dengan menyajikan
pengantar materi pelajaran berikutnya dengan nuansa
konstruktivis.
d. Guru membagi tugas pada tiap anggota kelompok dengan materi
yang berbeda.
e. Tiap kelompok berdiskusi sebentar untuk saling berbagi dalam
memahami tugas masing-masing.
f. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok
ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.g. Setelah selesai diskusi
sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang
mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
sungguh-sungguhh. Guru memberi soal evaluasi.
i. Guru menutup pelajaran dengan kesimpulan.
Pengamatan
a. Guru dan peneliti mengamati aktifitas proses dalam
mengkonstruksi konsep yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran
siklus 3, mengamati setiap kegiatan yang dilakukan siswa, dan
melihat secara jeli apakah semua indikator pencapaian sudah
tercapai juga diperiksa apakah setiap individu sudah memenuhi
standar minimal pencapaian indikator.
b. Guru dan peneliti mengamati pada setiap kegiatan yang
dilakukan siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal
pelajaran hingga akhir pelajaran. Diberikan penilaian untuk
masing-masing siswa tentang indikator keaktifan dan keterampilan
proses yang telah disiapkan.e. Guru dan peneliti mengamati jalannya
diskusi intra kelompok dan diskusi kelompok ahli serta membantu
mengarahkan menurut cara konstruktivis apabila terjadi kesalahan
konsep atau ada indikasi kesalahan konsep.
f. Guru dan peneliti mengamati proses sharing intra kelompok
setelah kelompok ahli kembali ke grupnya masing-masing, setelah itu
dilakukan evaluasi pada individu-individu yang mampu dan tidak
mampu menyelesaikan masalahnya.
Refleksi
a. Secara kolaboratif guru dan peneliti menganalisis hasil
pengamatan dan hasil tes, selanjutnya membuat simpulan terhadap
pencapaian indikator.b. Guru dan peneliti mendiskusikan hasil
analisis berdasar indikator pengamatan, indikator tugas kelompok
dan indikator soal individual serta tes hasil belajar Membuat suatu
simpulan atas pembelajaran kontruktivis dan membuat simpulan
langkah terbaik melaksanakan model STAD dan JIGSAW .
2. Indikator KinerjaIndikator kinerja untuk ketiga coring yakni
keaktifan, ketrampilan proses dan hasil belajar dapat dilihat
seperti tabel
Tabel: Indikator Keberhasilan siswa dalam pembelajaran
NoIndikator/variabelKeterangan
1Keaktifan dalam pembelajaran
kadar keaktifan diskoring dengan skala likert (1 s.d 5)
Target keberhasilan 75%A. Tugas dan reaksi tugas
1. siap menerima tugas kelompok 2. aktif membuat rangkuman untuk
kelompok 3. aktif merespon pertanyaan
4. aktif menyelesaikan soal-soal yng diberikan
B. Partisipasi mengawali pembelajaran
1. aktif mengikuti jalannya pembelajaran
2. aktif mengungkapkan pendapat dari penugasan
3. aktif memecahkan masalah yng muncul
C. Partisipasi dalam proses pembelajaran
1. aktif bekerja sama dengan teman
2. aktif beradaptasi dengan teman
3. aktif bertanya/menjawab pertanyaan
4. aktif berperan sebagai anggota kelompok 5. aktif dalam
mengatasi masalah yang muncul
dalam kelompok. 6. aktif mengikuti diskusi 7. kemampuan berperan
dalam kelompokD. Menutup jalannya pemebelajaran
1. siap merangkum hasil belajarnya
2. siap menutup pembelajaran
3. siap menerima tugas berikutnya
2Ketrampilan Proses
Kadar ketrampilan diskoring dengan skala likert 1 sd 5.
Indikator pencapaian 65%
A. Tugas dan reaksi tugas
1. trampil mengkonstuksi konsep 2. membuat rangkuman dari tugas
yang diberikan
3. jumlah konsep awal yang dipakai 4. jumlah konsep baru yang
muncul.B. Partisipasi mengawali pembelajaran
1.proses kesiapan mengiktui jalannya pembelajaran
2. keterampilan mengungkapkan pendapat
3. keterampilan memecahkan masalah yang ada
C. Partisipasi dalam proses pembelajaran
1. keterampilan bekerjasama dengan teman
2. keterampilan beradaptasi dengan teman
3. keterampilan bertanya/menjawab petanyaan
4. keterampilan berperan sebagai anggota kelompok diskusi 5.
keterampilan mengatasi masalah
6. Keterampilan mengikuti kerja kelompok 7. keterampilan
berperan dalam kelompokD. Menutup jalannya pembelajaran
1. keterampilan mengrangkum hasil pembelajaran
2. keterampilan menutup kegiatan
3. keterampilan mengorganisir tugas berikutunya
3Hasil Belajar
Penilaian coring dengan rentang 0 sd 100. Berdasar pengalaman
hasil tahun sbmnya maka target 65% 1. Membuat grafik himpunan
penyelesaian sistem pertidaksamaan linier
2. Menentukan model matematika dari soal ceritera (kalimat
verbal)3. Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan
linier.4. Menerapkan garis selidik
F. Cara Pengambilan dan Pengolahan
1. Data kualitatif diambil dengan lembar pengamatan untuk
variabel keaktifan dan keterampilan proses untuk
indicator-indikator tersebut di atas.
2. Data Kuantitatif diambil dengan tes, dalam hal ini variabel
hasil belajar.
3. Data hasil pengamatan dan tes diolah dengan analisis
deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian
indikator keberhasilan tiap siklus untuk ke tiga variabel tersebut
di atas.BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil pengukuran
variabel Setiap siklus pada penelitian ini meliputi empat tahapan
yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan/tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
Hasil pengamatan untuk ke tiga variabel tersebut ditunjukkan
oleh tabel berikut:
Hasil pengamatan untuk ke tiga variable sebagai berikut.
Berdasar data hasil penelitian pada lampiran 4a,b,c, diolah dengan
menggunakan fasilitas soft ware excel output lihat tabel 4.1
berikut;
Tabel 4.1 : Diskripsi pengukuran variabel siklus 1
noVariableJumlah tutas (%)Jml tak tuntas(%)Rata-rata skor %
1Keaktifan siswa dalam pembelajaran20 (49%)21 (51%)60%
2Ketrampilan proses18 (44%)23 (56%)60%
3Hasil Belajar5 (12%)36 (82%)52%
Tabel 4.2 : Diskripsi pengukuran variabel siklus 2
NoVariableJumlah tutas (%)Jml tak tuntas(%)Rata-rata skor
1Keaktifan siswa dalam pembelajaran30 (73%)11 (27%)72%
2Ketrampilan proses29 (77%) 12(23%)73%
3Hasil Belajar15 (37%) 26(63%)63%
Tabel 4.3 : Diskripsi pengukuran variabel siklus 3
NoVariableJumlah tutas (%)Jml tak tuntas(%)Rata-rata skor
1Keaktifan siswa dalam pembelajaran35 (85%)6 (15%)80%
2Ketrampilan proses37 (90%) 4(10%)80%
3Hasil Belajar29 (70%) 12(30%)75%
B. Pembahasan
Penelitian dengan tiga siklus ini menerapkan strategi
pembelajaran kooperatif, diawali dengan penjelasan awal bernuansa
konstruktifvistik, pembagian kelompok, pemberikan tugas atau materi
untuk masing masing kelompok, diskusi kelompok awal, pengelompokan
baru tim ahli, diskusi tim ahli untuk pemantapan materi, kelompok
ahli bubar untuk kembali ke kelomok awal, presentasi masing-masig
anggota kelompok dan diakhiri dengan evaluasi
Pada pembelajaran dengan strategi di atas yang menjadi fokus
pengamatan adalah variabel keaktifan siswa dalam memerankan
tugasnya di kelompoknya masing-masing dan saat berkumpul di
kelompok ahli serta peran siswa tersebut dalam menjelaskan kepada
kelompok awal dalam mengutarakan konsep baru hasil bahasan pada
kelompok ahli, serta variabel hasil belajar
Sebagai rangkuman skoring ke tiga variabel tersebut dapat
ditunjukkan seperti tabel 4.4.
Tabel 4.4 : Diskripsi pengukuran variabel 3
siklusNoVariableSiklus 1Siklus 2Siklus 3
Jml tuntas %Skor rata rataJml tuntas %Skor rata rataJml tuntas
%Skor rata rata
1Keaktifan dlm pemb20 (49%)60%30 (73%)72%35 (85%)80%
2Ketrampilan proses18 (44%)60%29 (77%)73%37 (90%)80%
3Hasil Belajar5 (12%)52%15 (37%)63%29 (70%)75%
Dilihat dari peningkatan skoring untuk tiap variabel pada tabel
di atas menunjukkan perningkatan yang cukup signifikan.
1. Variabel Keaktifan
Pada variabel keaktifan pada mulanya yang tuntas hanya 49% dan
rata-rata skor keaktifan 60% menunjukkan keaktifan berkadar rendah.
Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan model yang
dirasa baru, lebihlebih siswa belum terbiasa belajar kelompok
secara formal. Setelah diadakan refleksi diadakan penyembuhan
dengan cara lebih memberi perhatian pada siswa, menunjukkan tugas
lebih operasional untuk menyelesaikan tugas memberikan solusi yang
cukup baik untuk meningkatkan tingkat keaktifan siswa dalam
belajar. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan jumlah yang
tuntas dari 49% menjadi 73%, dan skor rata-rata dari 60% menjadi
72%. Dalam hal inipun juga belum menunjukkan hasil yang memuaskan
karena skor ketuntasan siswa yang dituntut rata-rata 75% belum
tercapai. Selanjutnya dengan adanya pembinaan lebih lanjut dengan
memberi motivasi untuk bekerja sama memberikan hasil yang lebih
baik. Siswa ada kemauan untuk berdiskusi dan bekerjasama. Pada
hasil prestasi yang dilakukan siklus 3 mencerminkan hasil yang
memuaskan, variabel keaktifan mencapai tuntas 80%.
2. Variabel Ketrampilan Proses
Pada variabel ketrampilan proses pada mulanya yang tuntas hanya
44% dan rata-rata skor ketrampilan proses 60% menunjukkan
ketrampilan proses berkadar rendah. Hal ini terjadi karena siswa
masih mengalami kebingungan belum ada kejelasan tentang strategi
pembelajaran yang diterapkan. Setelah mendapat bimbingan khusus
berdasarkan hasil refleksi memberikan hasil yang cukup baik untuk
meningkatkan tingkat ketrampilan proses siswa dalam belajar. Hal
ini terbukti dengan adanya peningkatan jumlah yang tuntas dari 44%
menjadi 77%, dan skor rata-rata dari 60% menjadi 73%. Dalam hal
inipun juga belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena skor
rata-rata yang dicapai tidak jauh dari skor ketuntasan 65%.
Selanjutnya dengan adanya pembinaan lebih lanjut dan pembimbingan
diarahkan pada upaya kemunculan indicator proses maka terjadi
peningkatan hasil pada siklus 3, variabel ketrampilan proses
mencapai tuntas.
3. Variabel Hasil Belajar
Pada variabel hasil belajar pada mulanya yang tuntas cukup
rendah yaitu hanya 12% dan rata-rata skor hasil belajar 52%
menunjukkan hasil belajar sangat rendah. Hal ini karena penguasaan
konsep belum matang, keaktifan dan ketrampilan proses rendah maka
hasil belajarnyapun juga rendah. Setelah diadakan refleksi diadakan
penyembuhan dengan cara lebih memberi perhatian pada siswa,
menunjukkan tugas lebih operasional siswa yang mampu meningkatkan
keaktifan dan ketrampilannya dalam berparsipasi pembelajaran. Hal
ini memberikan solusi yang cukup baik untuk meningkatkan tingkat
hasil belajar siswa dalam belajar. Terbukti dengan adanya
peningkatan jumlah yang tuntas dari 12% menjadi 37%, dan skor
rata-rata dari 52% menjadi 63%. Dalam hal inipun juga belum
menunjukkan hasil yang memuaskan karena skor rata-rata baru tepat
mencapai tuntas Selanjutnya dengan adanya dorongan guru untuk
meningkatkan keaktifan dan keterampilan proses memberikan hasil
yang lebih baik. Hal ini membuahkan hasil yang lebih baik pula.
Pada hasil prestasi yang dilakukan siklus 3 mencerminkan hasil yang
memuaskan, variabel hasil belajar mencapai tuntas yakni 75%.
Hal hal yang menjadikan indikator muncul diperkuat dan
penghambat kemunculan indikator ditandai untuk diambil tindakan
perbaikan tiap siklus adalah kunci keberhasilan penerapan model
iniBAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengubah kebiasaan
guru SMK khususnya guru matematika SMKN 6 Semarang dalam mengajar
dan siswa SMK belajar. Guru terlalu terbiasa memakai ekspositori,
mengajar seadanya. Siswa terbiasa belajar dengan mendengar ceramah
guru, menerima konsep dan prosedur jadi dan menerapkan konsep
dengan prosedur yang telah dicontohkan guru, akibatnya apabila
soal/masalah sedikit dimodifikasi, meski konsep tak berubah, siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan. Demikian juga siswa
terbiasa mengerjakan dan memikirkan masalah yang disodorkan guru
secara individual, komunikasi yang nampak pada taraf ini adalah
sekedar ingin melihat/mencontoh hasil pekerjaan temannya yang belum
tentu benar, tak ada diskusi formal. Karena itulah Penelitian
Tindakan Kelas ini berusaha mengarahkan guru agar mengajar secara
kontruktivis, menggali konsep baru berdasarkan konsep yang telah
dimiliki siswa dan mengusahakan siswa mengkomunikasikan gagasan
atas konsep dan mengusahakan kerjasama kelompok, serta menekankan
penghargaan pada peran masing-masing anggota kelompok. Meskipun
yang diusahakan dalam penelitian ini barangkali dapat dicapai oleh
model-model pembelajaran lainnya, namun untuk kondisi SMK yang
siswa dan gurunya terbiasa menyelesaian masalah terlalu prosedural
hingga melupakan konsep awal, semoga penelitian ini layak sebagai
awalan penelitian lain yang lebih serius dan bermutu.
Bagaimanapun dalam pembahsan terlihat bahwa paduan model STAD
dan JIGSAW yang diperlakukan dalam penelitian ini telah memberi
hasil yang tidak mengecewakan meski belum dapat disebut memuaskan
karena pemberian motivasi ini belum terbukti untuk jangka panjang
dapat dipertahankan dan hasil belajar siswa meski sudah diatas
batas KKM mata pelajaran adaptif (65%) tetapi belum diatas 75%
sebagai batas KKM untuk matapelajaran produktif.
Akhirnya penelitian ini telah membuktikan bahwa telah terjadi
peninkatan kualitas pembelajaran matematika melalui penerapat
paduan model STAD dan JIGSAW berbasis konsyruktivistik.
B. Saran
Dengan meningkatnya keaktifan dan ketrampilan proses dalam
penelitian ini serta memberi hasil pada peningkatan kualitas
pembelajaran matematika di SMK maka peneliti mengajukan saran
sebagai berikut:3. Bagi guru hendaknya melengkapi pembelajaran
dengan nuansa konstrktivistik dan pembelajaran kooperatif agar
siswa terbiasa bekerja sama,karena kemampuan kerjasama inilah yang
merupakan life skill bagi siswa sekolah kejuruan,.4. Bagi siswa
hendaklah mengasah kepekaan atas peran dirinya dengan lingkungan
sekitar dengan aktif mengikuti pembelajaran apapun yang disajikan
guru. Aktif memasok gagasan dan mengasah penalaran dalam kelompok
belajar. Menggali konsep-konsep yang sudah dimiliki menjadi
konsep-konsep baru.
5. Bagi pemerintah hendaknya lebih memberi bimbingan teknis/
pelatihan / penataran pada guru-guru SMK yang berkaitan dengan
model-model pembelajaranyang mutakhir dan terbukti sesuai untuk
iklim pembelajaran di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka
Cipta.
_________________, 2001.Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta
:Bina Aksara.
Darsono,Max, 2001.Belajar dan Pembelajaran.Semarang : IKIP
Semarang Press.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Rineka Cipta. 2002.
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Belajar matemaika. Malang : IKIP
Malang.
Nasution,1989.Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Binika
Akasara.1989
Nurhadi, Dr, 2004.Kurikulum 2004. Jakarta : Grasindo.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ,1994. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Ruseffendi, 1980. Pengajaran Matematika modern . Bandung:
Tarsito
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhinya.
Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, 1996. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.
Suparno, Paul. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. 1997.
Yogyakarta : Kanisius.
Suyitno, Amin. 2001. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran
Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.Tim Pengembangan MKDK 1990 Psikologi Belajar.
Semarang : IKIP Semarang Press.
Tim Bina Karya Guru. 2003. IPS Terpadu 4. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa. 1997 Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
Balai Pustaka
Walpole, Ronald E. 1986. Ilmu Peluang dan Statistika untuk
Insinyur dan Ilmuwan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakan Masalah
1
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
3
D. Manfaat
..
3
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Belajar, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika di SMK 4
B. Model Pembelajaran, Metode, Pendekatan dan Strategi
.......................
8
C. Cooperative Learning
10
D. Wawasan Konstruktivistik.. 14
E. Kerangka Berpikir
... 15
F. Hipotesis Tindakan
. 15
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
16
B. Variabel Penelitian
.. 16C. Prosedur yang Digunakan
.. 16
D. Siklus Kegiatan
.. 17E. Indikator Kinerja
..................................................... 22F.Cara
pengambilan dan pengolahan data
............................................ 24
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengukuran
Variabel................................................... 25
B. Pembahasan
................................................... 26
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
..........................................................
29
B. Saran
..........................................................
30
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt, yang karunia
dan kasihnya melimpah pada kita semua dan khususnya peneliti
dikaruniai kesehatan hingga penelitian ini dapat selesai.
Peneliti berterima kasih pada Bapak Prof. Dr. Sukestiyarno yang
telah membimbing dan memotivasi hingga selesainya tugas ini
Meski telah menumpahkan segala kemampuan namun kekurangan
penelitian maupun laporan akan terasa ada. Tegur sapa dan koreksi
membangun kami nantikan
Semoga meski sedikit ada gunanya juga bagi pembaca
Semarang, Mei 2008
Proposan Penelitian :
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA SMK BERWAWASAN
ENTERPREUNERSHIP
Oleh:
Nama
: Ahmad Abdul Syakur
NIM
: 4101507040Tugas pada mata kuliah:
METODE PENELITIAN
Pengampu: Prof. Dr. SUKESTIYARNOPROGRAM PASCASARJANA UNNES
SEMARANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2008
PAGE